Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERAN GURU SEBAGAI PEMBIMBING


AUD

Dosen Pembimbing: Nadia Utami, S.Pd., MH


Di Susun Oleh:Waode Nidhaul Fitrah
Nurmawati
Ike Rezky Sari Putri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YPIQ
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayanya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kemudian tak lupa pula kami mengirimkan salawat beriring salam pada nabi
besar Muhammad SAW karena beliau telah berhasil membawah umatnya dari
alam kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.

Dalam penulisan makalah ini tak luput kami mengucapkan terimakasi


kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam membuat makalah ini.
Saya menyadarin bahwa penilisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Baubau, 29 noember 2021


Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran guru dalam pendidikan anak usia dini
B. Peran guru sebagai pembimbing, pengarah dan pendamping aud
C. Membaca dan menggali multipotensi anak
D. Memaksimalkan potensi anak

BAB III PENUTUP


A. Kelimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai pembimbing dalam artian guru dapat mengerti dan


memahami perkembangan anak, mampu mengudentifikasi masalah yang
sedang dihadapi anak dan mampu memberikan solusi pada masalah
tersebut. Guru dapat merusaha membimbing siswa agar dapat menemukan
sebagai potensi yang dimilikinya, membingbing siswa dapat mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas mereka, sehingga dengan tercapainya itu ia
dapat tumbuh daan berkembang sebagai individu yang mandiri dan
produktif. Siswa adalah individu yang unuk. Artinya, tidak ada dua
individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki
kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam
bakat, minat, kemampuan dabn sebagainya. Disamping itu sebagai
individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama
perkembangan mereka tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang
menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran guru dalam pendidikan aud


2. Bagaimana peran guru sebagai pembimbing, pengarah, dan
pendamping anak usia dini
3. Bagaimana cara membaca dan menggali multipotensi anak
4. Bagaimana memaksimalkan potensi anak

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui peran guru dalam pendidikan aud
2. Untuk mengetahui peran guru sebagai pembimbing, pengarah, dan
pendamping aud
3. Untuk mengetahui cara membaca dan menggali multipotensi anak
4. Untum memaksimalkan potensi anak

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Guru dalam Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam penyelenggaraan pendidikan pendidikan anak usia menerut


Solehuddin (2007) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu.
1. Holistik dan terpadu
2. Berbasis keilmuan yang bersifat multidisipliner
3. Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan dan keunikan anak
4. Beriorentasi masyarakat
5. Menjamin keamanan anak
6. Keselarasan antara rumah, sekolah, dam masyarakat
7. Terbebas dari perlakuan diskriminatif

Harizal ( fakhruddin, 2010: 263) seorang pemerhati tentang pendidikan anak


menegaskan bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab
itu, anak harus di perlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Namun dalam kenyataan sehari hari tidak selalu demikian terjadi.
Mencermati perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program
pendidikan yang didesain sesuai dengsn tingkat perkembangan anak. Maka
bukanlah sesuatu yang mustahil bila pendidik mendesain ruang kelas menjadi
ruang bermain, benyanyi, dan bergerak bebas; menjadi ajak rekreatif bagi anak
sehingga membuat anaknyaman dan kerasan. Maria montessori, tokoh pendidikan
anak usia dini mengemukakan bahwa saat mendidik anak-anak, hendaklah di ingat
bahwa mereka adalah individu-individu dan akan berkembang sesuai dengan
kemampuan mereka sendiri. Tugas pendidik adalah memberikan sarana, dorongan
belajar, dan fasilitas terhadap mereka untuk mengenal dan mempelajari sesuatu.
Berkenaan dengan peran guru sebagai pembimbing anak usia dini, Abin
Syamsuddin dalam Ernawulan dan Mubiar (2008.8.5) menekankan bahwa dalam
dunia pendidikan, seorang pendidik memiliki peran secara umum, yaitu sebagai
berikut.
1. Conservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan.
2. Innovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan
3. Transmitter (penerus) sistem nlai kepada anak didik
4. Transformation (penerjemah) sistem nilai melalui penjelmaan dalam
pribadi dan perilakunya
5. Organistor (penyelenggara) terciptanya proses pendidikan yang dapat
dipertanggujawabkan baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat
dan menugaskanya) maupun secara moral (kepada anak didik dan yuhan
yang menciptanya)
Selain pendidik secara umum, dalam arti yang terbatas, pendidikan dapat
merupakan salah satu proses interaksi belajar mengajar yang dalam bentuk formal
yang dikenal dengan pembelajaran. Pada pendidikan anak usia dini, pembelajaran
diartikan sebagai kegiatan pengembangan yang meliputi pengembangan seluru
aspek pengembangan anak, yaitu kognitif, sosial-emosional, moral, bahasa, seni
dan fisik-motorik. Menurut Gage dan Barliner (Abin Syamsuddin, 2005) dalam
konteks ini guru berperan, bertugas, dan bertanggungjawab sebagai berikut.
a. Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan
didalam proses pengembangan.
b. Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin,
merangsang, menggerakan dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rencana.
c. Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan,
dan akhirnya harus melakukan pertimbangan (judgment) atas tingkat
keberhasilan kegiatan berdasarkan kriteria yang ditetapkanbaik mengenai
aspek keefektifan prosesnya maupun kualitas produk (output)-nya.

Selain peran yang perlu dimiliki guru atau pendidik diatas, menurut abin
syamsuddin, dalam konteks indonesia, guru juga memiliki juga memiliki peran
sebagai pengubah perilaku (behavioral changes) peserta didik dan perilaku baik
perlu diawali oleh guru itu sendiri, guru atau pendidik perlu menunjukan perilaku
yang terpuji dan menjadi suri tauladan anak didiknya.

B. Peran guru sebagai Pembimbing, pengarah, dan pendamping aud


Untuk mengefektifkan peran yang diembanya maka guru harus memiliki
pemahaman tentang tahap-tahap perkembangan anak. Sehingga muaranya guru
dapat mengemban peran guru sebagai pembimbing, pengarah sekaligus
pendamping pada pendidikan anak usia dini. Adapun tahap-tahap pengembangan
anak yang dimaksud menurut montessori (fakhruddin, 2010:27) adalah sebagai
berikut.
 Sejak lahir hingga usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya
pikir, sehingga sudah mulai dapat ``menyerap`` pengalaman-pengalaman.
 Usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, anak mulai memiliki
kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembakan bahasanya
(berbicara dan bercakap-cakap)
 Usia 2 singga 4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoodinasikan
dengan baik untuk berjalan maupun melakukan gerakan yang rutin dan
semi rutin.
 Rentang usia 3-6 tahun terjadi kepekaan untuk peneguhan sensoris pada
diri anak.
Perlu ditegaskan, bahwa anak-anak yang masuk dalam pendidikan aud adalah
anak-anak masih dalam taraf awal pertumbuhan dan perkembanganya. Pernyataan
ini menyiratkan pada guru hendaklah menciptakan lingkungan yang konsusif.
Lingkungan hendaklah diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan
menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat
mendukung kegiatan bermain dan belajar anak.
Jadi, guru pada pendidikan anak usia dini yang berperan juga sebagai
pembimbing, pengarah, dan pendamping harus menciptakan pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyensngkan.
Sejumlah tokoh pendidikan seperti ki hajar dewantara menganjurkan agar dalm
pendidikan anak memperoleh pendidikan untuk kecerdasan (mengembangkan)
pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati nurani), dan
pendidikan untuk meningkatkan keterampilan.

C. Membaca dan Menggali Potensi Anak

Pendidikan merupakan proses bimbingan yang sangat menentukan corak


pertumbuhan dan perkembangan anak menuju kedewasaan. Oleh sebab itu,
menjadi kebutuhan dasar manusia dalam proses pembinaan potensi (akal,
spiritual, moral, fisik) untuk pengembangan kepribadian melalui
transformasinilai-nilai kebudayaan.
Seorang pendidik pad pendidikan aud disebut sukses apabila ia mampu
mengemban tugas dan membuat anak-anak didiknya mampu tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang selalu berpikir positif, bersikap optimis,
memiliki kepercayaan dan keyakinan diri, senantiasa menebar keindahan dan
kemuliaan, dan kebaikan dimana pun mereka berada. Ide dan konsep yang
diemban sang pendidik terhadap peran yang diembanya dan bagaimana ia
menjalankan amanat serta profesinya tentunya akan bermuara pada sampainya
tujuan pembelajaran dan pendidikan.

Kewajiban guru untuk mengeksplorasi apa yang ada didalam diri anak saat
anak memperlihatkan perilaku tidak biasa misalnya guru sebagai pendidik
dan pembimbing hendaklah mampu membacanya dengan seksama latar
belakang sang anak berperilaku demikian. Lumranya guru melakukan
observasi dengan dilengkapi ``krtas aktivitas`` yang bertujuan untuk
sebab anak berperilaku demikian. Tentunya guru mampu menggunakan
strategi beragam dalam eksplorasinya, tergantung dengan kepiawaian guru
tersebut.

Agar pembacaan dan menggali potensi anak berjalan sebagaimana


diharapkan maka pertama kali perlu dilakukan guru adalah membaca anak
dan kehendak anak. Pengamatan atau pembacaan ini merupakan sesautu
yang penting, sebab hal ini menjadi landasan untuk membaca dan
menemukn bakat dan potensi anak yang terpendam.
Guru dilembaga pendidikan anak usia dini di tuntut untuk memiliki
kemampuan dan skill yang mempuni untuk membaca kecenderungan dan bakat
yang dimaksud. Sebab sangat mungkin terjadi ada anak yang memiliki
kecenderungan yang sama sekali berbeda (unik) dengan anak-anak
lainya.perbedaan yang dimaksud dapat terjadi dalam sikap, kata-kta bahkan
imajinasinya. Adanya skill yang melekat dalam diri guru sangat dibutukan dan di
perlukan untuk membantu dan menemani anak dalam menentukan multi potensi
anak.

D. Memaksimalkan Potensi Anak

Setelah terjadi sinergi positif dengan anak usia dini, maka tugas pendidik
selanjutnya adalah memaksimalkan potensinya. Dengan perlahan sinergi
tadi pasti membuat anak ``menunjukan`` potensi atau bakatnya.
Tidak sedikit guru yang kemudian tidak tahu apa potensinyang dimiliki
anak-anak didiiknya. Ketidaktahuan ini trntu saja berpengaruh pada pola
pendekatan dan pembelajaran yang dilakukan. Ironisnya, para gurunyang
tigak tahu tidak berusaha ingin tahu. Mereka nyaman berada dalam
ketidaktahuan tersebut.

Perlu ditekankan bahwa seorang anak memili minimal satu potensi dasar,
dan ketika guru memaksimalkan satu potensi tersebut, maka potensi yang
lain akan berusaha dimunculkan oleh anak. Hal ini karena anak tersebut
merasa nyaman, tenang, dan bahagia pada potensinya yang dihargai, maka
dia pun akan mengembangkan kemampuan yang minimal, bersumber dari
indra yang dimilikinya.
Dalam banyak kesempatan, seorang anak akan menunjukan satu potensi,
namun pada saat yang lain dia akan menunjukan potensi yang lain. Oleh
karena itu bila guru menjumpai hal ini, guru mendaknya tak perlu kaget.
Guru juga bisa memetakanya, mana potensi yang paling dominan dalam
diri anak, dan selanjutnya dapat mendidiknya untuk dikembangkan lebih
dulu dengan tetap memperhatikan potensi lain yang dimiliki anak.

Berkenaan dengan uraian diatas tiga tahapan kognitif piaget berikut ini
menjadi penguat tesis diatas, yakni sebagai berikut.
1. Prakonvensional. Pada saatini anak menekankan kontrol eksternal pada
dirinya
2. Konvensional. Anak menekankan pada kesenangan orang lain, dan hal
ini oleh anak dijadikan alat untuk membangun relasi dengan orang
lain.
3. Akhir konvesional. Pada masa ini, anak sudah memahami adanya
konflik sekaligus berusaha mencari solusi atas apa yang dihadapinya
dan apa yang terjadi disekitarnya.

Sementara itu, Elkind, yang juga mengembangkan gagasan piaget,


menjelaslan kecenderungan yang terjadi pada anak sebagai berikut.
.
 Pencarian reverensi. Anak menganggap bahwa hidup itu adalah abadi
 Pencarian representasi. Meski masa ini dimulai pada masa sekolah, akan
tetapi sang anak telah berusaha mengembangkan potensi luar biasanya
untuk menangkap nilai-nilai kebutuhan.
 Pencarain relasi. Pada masa ini, anak berada pada awal kematangan mental
 Pencarian pemahaman. Meski pada masa ini anak sudah bisa berteori,
tetapi dia sebenarnya dia berusaha menyambungkan atau menghubungkan
teori yang dimiliki tersebut dengan tuhan, atau setidaknya dengan jaln
yang bisa menghubungkanya dengan tuhan.
Dari pemaparan diatas, baikvyang dikemukakan oleh piaget, maupun elkind
semuanya ``menarik`` peran guru senantiasa berperan langsung dalam
mengebangkan dan memaksimalkan potensi anak.
Karena melibatkan guru, pendidikan juga memiliki peran yang sangat penting,
meski pendidikan dirumah yang dilakukan oleh orang tua pun memiliki titik
eksentuasi yang senantiasa bersambung kuat dengan anak.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Guru sebagai pembimbing dalam artian guru harus dapat mengerti dan
memehami perkembangan anak mampu mengidentifikasi masalah yang
sedang dihadapi anak mampu mengidentifikasi massalah yang seddang
dihadapi anak dan mampu memberikan solusi pada masalah tersebut.

B. Saran
Demikian makalah yamng saya susun, selebinya kritik dan saran yang
bersifat membangun senantiasa di harapkan. Semoga makalah ini dapat di
jadikan sebagai acuan untuk makalah berikutnya agar lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (1998) Model Bimbingan dan Konseling di Sd, Bandung:


Univessitas Pendidikan Indonesia. Disertai, tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai