Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INSTRUMEN ASSESMEN PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI


Diajukan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Pendidikan Anak Usia Dini
Dosen Pengampu : Prinanda Gustarina Ridwan, M.Pd.

Kelompok 4
 Salsa Relianti Purnawan
 Riska Khoerani Novian
 Muhammad Razu Idham
 Niken feby

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
2021

1
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................2

A. Latar Belakang...........................................................................................2
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4

A. Pentingnya Assesemen Pada Anank Usia Dini.........................................4


B. Tahapan Assesmen....................................................................................5
C. Instrumen Assesmen Perkembangan.........................................................7
1. Instrumen Assesmen Perkembangan Bahasa................................7
2. Instrumen Assesmen Perkembangan Motorik...............................14
3. Instrumen Assesmen Perkembangan Kognitif..............................20

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan................................................................................................28
B. Saran..........................................................................................................29

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan anak usia dini secara alamiah adalah berbeda-beda, baik


intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kepribadian, jasmani, sosial dan emosi melalui
prinsip mature (kematangan). Hal ini disebabkan, setiap anak unik, berbeda dan
memiliki kemampuan tidak terbatas yang telah ada dalam dirinya sehingga dapat
membuat anak berpikir kreatif, mandiri serta memainkan peran sosialnya.
Perkembangan setiap aspek tersebut mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Para
ahli pendidikan berpendapat bahwa usia anak-anak adalah usia keemasan (the golden
ages). Penelitian yang dilakukan oleh Osbon, White, dan Bloom menyatakan bahwa
perkembangan intelektual atau kecerdasan anak pada usia 0-4 tahun mecapai 50%,
pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan 20% lagi berkembang hingga mencapai usia 18
tahun. Oleh karena itu, rentang anak usia dini merupakan rentang usia kritis atau
periode sensitif di mana kualitas stimulasi harus diatur sebaik-baiknya dan
memerlukan intervensi yang tepat baik dari guru maupun orangtua.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia dikemukakan tentang


Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dalam pasal 32 ayat 1, bahwa
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan salam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”
Menurut UU Perlindungan Anak yaitu anak mempunyai hak untuk tumbuh
dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi, dan belajar dalam suatu
pendidikan termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang secara signifikan
mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional)
dalam proses perkembangannya. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan
istilah untuk menggantikan kata “Anak Luar Biasa” (ALB) yang menandakan adanya
kelainan khusus. Pada pekembangannya, ada istilah yang lebih pada konteks
memberdayakan mereka, yaitu difable (di Indonesiakan menjadi difabel) singkatan
dari differnt abilities people, atau dipahami sebagai orang dengan kemampuan yang
berbeda (Satmoko, 2010).

2
Asesmen diperlukan sebagai deteksi dini, yang merupakan upaya dan langkah
awal intervensi, untuk tumbuh kembang anak. Dengan asesmen perkembangan anak,
dapat terlihat tahapan perkembangan yang dilewati anak bersifat progresif atau tidak,
kemudian didentifikasi pemicu masalah yang menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak, sehingga dapat diberikan stimulasi yang sesuai agar anak dapat
berkembang secara optimal. Pada hakikatnya asesmen perlu dilakukan sebagai
langkah untuk mengkoreksi, memperkecil, dan memperbaiki keterlambatan aspek
perkembangan anak. Semakin cepat deteksi yang dilakukan, maka semakin cepat
intervensi dapat direncanakan. Informasi yang didapatkan dari pengamatan dapat
digunakn sebagai bahan untuk menentukan ketercapaian setiap anak dalam melewati
tugas-tugas perkembangannya.

B. Rumusan Masalah

1. Pentingnya asesmen bagi anak usia dini.

2. Tahapan asesmen

3. Manfaat asesment

C. Tujuan

1. Mengetahui pentingnya asesmen bagi anak usia dini.

2. Mengetahui tahapan asesmen. 

3. Membuat intrumen assesmen.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Assesemen Pada Anak Usia Dini

Salah satu bentuk awal dari pentingnya asesment pada anak usia dini bahwa
pendidikan sekolah yang menyediakan berbagai program belajar. Program- program
ini dimaksudkan untuk membantu anak untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan diri yang optimal. Perkembangan dan pertumbuhan anak dapat dilihat
dari pelaksanaan penilaian sebagai bentuk informasi anak yang diberikan guru kepada
pihak lain.
Penilaian digunakan sebagai patokan untuk pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan individu anak, program dan kurikulum sekolah secara keselurahan,
selain itu dengan penilaian dapat diperkirakan seorang siswa mengalami kesulitan
belajar atau tidak. Nilai yang diberikan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya orang tua, guru, dan
anak sendiri. Bagi orang tua diharapkan dapat menentukan langkah atau upaya apa
yang dapat dilakukan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bagi
guru sebagai masukan dalam merancang kegiatan belajar selanjutnya untuk setiap
anak. Bagi anak sendiri sebagai dorongan atau motivator dalam mengembangkan diri
( Yus, 2015)

B. Tahapan Assesmen

1. Pra-Perencanaan.

Pada tahap ini perlu diidentifikasi adanya bentuk kebutuhan organisasi


untuk melakukan proses penilaian kompetensi teknis. Dan juga memperjelas
tujuan dari dilakukannya penilaian kompetensi teknis, untuk pengembangan,
mutasi, promosi atau seleksi. Serta mendefinisikan hasil yang jelas dan kriteria
keberhasilan dari proses penilaian kompetensi teknis.

2. Desain & Pengembangan.

Pada tahap ini dilakukan Pemetaan Model Kompetensi Teknis.


Sebuah model kompetensi teknis adalah daftar kompetensi teknis yang

4
valid, dapat diamati, dan terukur dari pengetahuan, keterampilan, dan /
kemampuan yang ditunjukkan melalui tindakannya yang menghasilkan
kinerja luar biasa dalam konteks pekerjaan tertentu.

Dalam Pemetaan Model Kompetensi Teknis juga dilakukan beberapa


tahapan, yaitu:
 Persiapan & Pengumpulan Data.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi pekerjaan jabatan yang akan
dikembangkan kompetensi teknisnya, mengidentifikasi kategori utama
tugas jabatannya, dan mengidentifikasi perkiraan kompetensi teknis
jabatannya.
 Analisis Data.
Pada tahap ini adalah mengkaji daftar kompetensi teknis jabatan yang
akan dikembangkan kompetensi teknisnya. Dan dilanjutkan dengan
membangun kompetensi-kompetensi teknis jabatannya, dengan
menyusun judul kompetensi teknis, definisi dari judul kompetensi
teknis, tingkat kemahiran, indikator kemahiran, dan contoh-contoh
pada pekerjaannya.
 Validasi.
Pada tahap ini adalah melakukan sesi validasi konten untuk
mempertegas judul kompetensi teknis, definisi dari judul kompetensi
teknis, tingkat kemahiran, indikator kemahiran, dan contoh-contoh
pada pekerjaannya. Dan bila diperlukan melakukan perbaikan terhadap
kompetensi teknis tersebut.

Dalam kegiatan ini, guru bisa memilih teknik tes dengan menggunakan tes
atau memilih teknik non tes dengan melakukan pengamatan, wawancara atau angket
dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list,
interview guide atau angket. Ketika melakukan asesmen prestasi peserta didik, para
guru harus memahami situasi dan kondisi lingkungan fisik dan psikologis.
Lingkungan fisik harus tenang dan nyaman. Selama proses asesmen berlangsung,
guru juga harus memonitor jalannya asesmen dan membantu agar semuanya berjalan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

5
1. Melakukan Verifikasi Data

Verifikasi data perlu dilakukan agar guru dapat memisahkan


data yang “baik” (yakni data yang akan memperjelas gambaran
mengenai peserta didik yang sedang dievaluasi) dari data yang “kurang
baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran mengenai peserta
didik).

2. Mengolah dan Menganalisis Data

Tujuan dari langkah ini adalah memberikan makna terhadap


data yang telah dihimpun. Agar data yang terhimpun tersebut bisa
dimaknai, guru bisa menggunakan teknik statistik dan/atau teknik non
statistik, berdasarkan pada mempertimbangkan jenis data.

3. Melakukan Penafsiran atau Interpretasi dan Menarik Kesimpulan

Kegiatan ini pada dasarnya merupakan proses verbalisasi


terhadap makna yang terkandung pada data yang telah diolah dan
dianalisis sehingga menghasilkan sejumlah kesimpulan. Kesimpulan-
kesimpulan yang dibuat tentu saja harus mengacu pada sejumlah
tujuan yang telah ditentukan di awal.

4. Menyimpan Instrumen Asesmen dan Hasil Asesmen

Langkah keenam ini memang perlu disampaikan di sini untuk


mengingatkan para guru, sebab dengan demikian mereka dapat
menghemat sebagian waktunya untuk ha-hal yang lebih baik. Dengan
disimpannya instrumen, termasuk berbagai catatan tentang upaya
memperbaiki instrumen, sewaktu-waktu guru membutuhkannya untuk
memperbaiki instrumen tes pada tahun berikutnya maka tidak akan
membutuhkan waktu yang lama.

5. Menindaklanjuti Hasil Evaluasi

Berdasarkan data yang telah dihimpun, diolah, dianalisis dan


disimpulkan, maka guru atau evaluator bisa mengambil keputusan atau
merumuskan kebijakan sebagai tindak lanjut konkrit dari kegiatan
penilaian. Dengan demikian, seluruh kegiatan penilaian yang telah

6
dilakukan akan membawa banyak manfaat karena terjadi berbagai
perubahan dan atau perbaikan.

C. Manfaat asesment

Manfaat Asesmen dalam Pembelajaran Anak Usia Dini


1. Memberikan informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi anak yang
berkaitan dengan bidang pengembangan pembiasaan dan bidang
pengembangan kemampuan dasar.
2. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki program dan
kegiatan pembelajaran.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan
terhadap perrtumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam
kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
5. Memberikan informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi anak yang
berkaitan dengan bidang pengembangan pembiasaan dan bidang
pengembangan kemampuan dasar.
6. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki program dan
kegiatan pembelajaran.
7. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan
terhadap perrtumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
8. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam
kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7
Instrumen Asesmen Anak Usia Dini.

N Target yang Aspek yang di nilai Indikator Penilaian bisa di K


o ingin di capai nilai et.
atau
kemampuan .
1 Bahasa  Mengucapkan  Mengucapkan 3 : benar
huruf yang ada huruf sesuai 2 : kurang benar
pada gambar . gambar. 1 : tidak benar
 Menirukan  Mampu
ucapan . menirukan
ucapan yang
telah di ucapkan.

2 Kognitif  Mengelompokan  Anak diminta 3 : sesuai


objek untuk 2 : kurang sesuai
berdasarkan mengelompokan 1 : tidak sesuai
warna.. objek
 Mengelompokan berdasarkan
objek warna yang
berdasarkan sama.
bentuk.  Anak diminta
 Mengelompokan untuk
objek mengelompokka
berdasarkan n objek
ukuran. berdasarkan
bentuk yang
sama.
 Anak di minta
untuk
mengelompokan
objek
berdasarkan
ukuran yang
sama.
3 Perkembanga  Menulis  Menarik garis 3 : mampu
n fisik Permulaan putus putus dan 2 : kurang
Motorik  Mengapresiasika menebalkan mampu
n diri dalam huruf . 1 : tidak mampu.
gerak bervariasi.  Bernyanyi
 Melakukan dengan gerakan
gerakan  Mampu
melompat, melakukan
meloncat dan gerakn

8
berlari melompat,
meloncat dan
berlari bersama
teman .
4 Seni  Bergerak bebas  Bertepuk tangan 3 : mampu
mengikuti irama mengikuti irama, 2 : kurang
musik. menari mampu
 Mengepresikan mengikuti irama 1 : tidak mampu
diri dalam musik dan
bentuk coretan memukul mukul
sederhana. benda saat
mendengar
musik.
 Mengepresikan
diri melalui
gambar
sederhana serta
imajinasi dalam
bentuk coretan
atau gambar.
5 Moral dan  Dapat meniru  Mengenal dan 3 : benar
nilai nilai keagamaan menyebut nama 2 : kurang benar
agama. secara sederhana. tuhan serta 1 : tidak benar
 Dapat mengikuti
mengekpresikan bacaan doa atau
rasa kasih sayang berdoa sebelum
terhadap sesama. dan sesudah
 Dapat meniru melakukan
perilaku yang kegiatan.
baik dan sopan.  Menunjukan
rasa kasih
sayang melalui
rangkulan dan
tolong menolong
kepada
teman/sesama.
 Mungucapkan
salam dan
terimakasih serta
menjawab
sapaan dengan
ramah.
6 Sosial dan  Berinteraksi  Mulai 3 : sesuai
kemandirian. dengan menunjukan 2 : kurang sesuai
lingkungan senang bermain 1 : tidak sesuai
 Menunjukan dengan teman,
keinginan. mengetahui
 Mengenal diri nama teman
serta lingkungan serta dapat
berinteraksi dan
9
bermain bersama
teman.
 Memilih sesuatu
yang disukai dan
mempertahan
kan hak milik
benda yang di
milikinya
 Mengetahui
identitas diri
seperti tempat
tanggal lahir.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil asesmen dapat digunakan untuk pertimbangan dalam membuat


suatu keputusan pada anak seperti tentang anak, pendidikan dan program
pengembangannya. Itulah sebabnya asesmen harus dilakukan, tujuan utama dari
asessen adalah merencanakan instruksi atau pengarahan baik secara individual
maupun kelompok, berkomunikasi kepada keluarga, dan mengidentifikasi bila
sewaktu waktu ada anak yang butuh intervensi atau penanganan khusus dan
untuk pertimbangan dalam pengembangan program.

Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif


tentang kemajuan da kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran,
sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian
tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran.

B. Saran

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan


pembacanya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan harap dimaklumi.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai