Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

‘ DESAIN RUANGAN LINGKUNGAN BELAJAR’


Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
‘ DESAIN SETTING KELAS TK‘
Dosen pengampu : Hartin Kurniawati, M.Si.

Di Susun Oleh :
SUCI LESTARI
ISMI HANIYAH SUHENDAR

PIAUD A SEMESTER V
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI ISLAM AL-HAMIDIYAH JAKARTA
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kasih sayangnya
kepada penulis, sehinga diberikan kemampuan untuk menyelesaikan makalah ini dengan
tema” DESAIN RUANGAN LINGKUNGAN BELAJAR ” tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan mata
kuliah” DESAIN SETTING KELAS TK”. Selama melakukan penulisan makalah ini,
penulis banyak mendapat bantuan baik berupa informasi, arahan, petunjuk maupun dukungan
moril dari pihak-pihak terkait.
Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan, mengingat akan keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan di masa yang akan datang.
Semoga tulisan ini bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan bagi teman-teman Piaud
A Semester 6. Atas segala partisipasinya penulis ucapkan terima kasih.

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membahas tentang ruang lingkup pengelolaan lingkungan belajar di PAUD
sesungguhnya menjangkau pembahasan yang cukup luas. Banyak ahli yang menelusuri
tentang jangkauan wilayah pengelolaan lingkungan belajar pada level TK atau prasekolah
ini. Di antara pembagian yang paling populer adalah membagi lingkungan belajar ke
dalam dua bagian besar, yaitu lingkungan belajar di dalam kelas sering disebut dengan
lingkungan belajar indoor dan lingkungan belajar diluar kelas yang sering disebut dengan
lingkungan belajar outdoor.
Dalam penyelenggaraannya baik pengelolaan hal-hal yang bersifat fisik, yakni
yang terkait dengan kelengkapan materiil, ukuran luas, berat, arah, dan sebagainya.
Maupun pengelolaan yang berupa nonfisik yakni pertimbangan rasa aman, pertimbangan
minat dan rasa ingin tahu anak, pertembingan kebebasan berekspresi, pertimbangan
membangun percaya diri dan aktualisasi diri, pertimbangan kemampuan menyalurkan
emosi, serta pertimbangan kegembiraan dan kesenangan anak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lingkungan Belajar Indoor


Sasaran dalam pengelolaan lingkungan belajar dalam ruang atau indoor dimulai dari
mengenali keberadaan ruangan yang akan digunakan tempat belajar bagi anak. Hal-hal
yang menjadi perhatian setidaknya meliputi ukuran ruangan, arah ruangan, keadaan
lantai, keadaan dinding, keadaan atap dan lain-lain yang diperlukan dalam pengelolaan
lingkungan belajar nantinya.
Jika semua hal yang menyangkut ruangan telah teramati cukup baik, maka untuk
keperluan selanjutnya sebaiknya semua data dicatat secara cermat. Kemudian kita dapat
melangkah pada pengamatan dan penentuan pusat-pusat belajar yang telah ada dan yang
ingin dikembangkan selanjutnya di TK. Bebarap pusat atau area belajar yang ada di
lingkunagn belajar indoor, adalah
1. Area balok
Area balok ini membantu perkembangan anak dalam berkontruksi terutama
mengembangkan kemampuan visual dan matematika peserta anak usia dini. Model
pembelajaran sentra ini sangat bermanfaat untuk diterapkan kepada peseta didik paud
karena sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi yang dimilik oleh setiap
individu.
2. Area bermain peran
Area bermain peran sangat mendukung peserta didik pada perkembangan bahasa dan
interaksi sosial. Seperti peserta didik diajak untuk bermain peran upacara setiap hari
senin dengan di dampingi oleh gurunya.
3. Area keimanan dan ketaqwaan
Area keimanan dan ketaqwaan merupakan pembelajaran berbagai kegiatan yang
berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam Area ini anak melakukan kegiatan bermain mengenal agama
islam yakni seperti rukun islam, anak diajak bermain sambil menghafal rukun islam
ada 5 (syahadat,sholat,puasa,zakat dan haji), belajar tentang rukun iman , shalat ,
mengaji, dan mengucapkan kalimat syahadat. Area ini bertujuan agar peserta didik
dapat mengembangkan kemampuan beragama sejak dini dan dapat membentul pribadi
yang cerdas dan berperilaku sesuai norma agama.

2
Dalam area ini dapat disajikan buku cerita islam, miniatur bangunan ibadah, gambar-
gambar yang bernuansa islam.

4. Area seni
Area seni bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan bakat, minat dan ketrampilannya. Seperti contoh ketrampilan
tangan, disini peserta didik diajarkan untuk melipat, mengggunting, mengelem ,
mewarnai , membuat prakarya. Dll. Di Area ini anak bermain sambil belajar
mengasah rasa keindahan, membangun kemandirian , kerja sama dan tanggung jawab.
Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai
pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus
berpikir tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar.
Kemampuan mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan
lingkungan belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam
belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan
mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan
belajar anak.
Jika semua peralatan yang dibutuhkan untuk seluruh pusat belajar telah
terpenuhi, maka lebih lanjut para pengelola lingkungan belajar perlu memikirkan hal-
hal yang akan dapat menyempurnakan keadaan lingkungan belajar yang diperlukan.
Hal-hal tersebut, misalnya berupa pengelolaan ruangan sumber belajar atau tempat
penyimpanan alat permainan Edukatif (APE), pengelolaan lemari dan loker anak,
pengelolaan ruang istirahat anak, pengelolaan ruang makan anak, dan Bahkan jika jika
memungkinkan, mereka dapat membuat program pelibatan orang tua dengan kegiatan
di TK sehingga pengadaan kebutuhan belajan indoor dapat lebih terpenuhi.

B. Lingkungan Belajar Outdoor


Kegiatan di luar ruangan merupakan bagian tak terpisahkan dari program
pengembangan dan belajar anak. Untuk itu agar lingkungan belajar outdoor bermanfaat
secara efektif dapat membantu perkembangan dan belajar anak, maka hal tersebut harus
menjadi bagian yang dikelola serius oleh pihak sekolah dan para guru. Adapun aspek-
aspek yang termasuk ruang lingkup pengelolaan lingkungan belajar outdoor secara umum
adalah :
1. Penataan lokasi kegiatan dengan berbagai sarananya,

3
2. Penanganan pagar sekolah secara tepat,
3. Pengelolaan tanah lapang,
4. Perawatan dan penanganan permukaan tanah,
5. Pembuatan naungan atau atap agar kegiatan tetap nyaman meskipun terik atau hujan,
dan
6. Pengelolaan gudang outdoor untuk penyimpanan berbagai barang dan alat kegiatan.
Secara lebih khusus, hal-hal yang menjadi sasaran pengelolaan lingkungan belajar
di luar ruangan adalah penempatan berbagai sarana bermain, pengelolaan kebun sekolah
sebagai bagian dari tempat belajar anak, pengelolaan sarana untuk kegiatan pertukangan,
pengelolaan sarana untuk kegiatan pengembangan fisik.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di luar kelas
diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu perkembangan dan
belajar anak secara menyeluruh, baik perkembangan dan belajar fisik-motorik , sosio-
emosi dan budaya, maupun pengembangan intelektual. Sejumlah sarana yang cocok
untuk kegiatan diharap mencapai berbagai tujuan pengembangan tersebut bagi anak TK
atau prasekolah, misalnya saja:
1. Tangga yang dipasang di tanah
2. Luncuran
3. Ayunan
4. Terowongan mini (misalnya: ban yang dikubur setengahnya ) dan terowongan yang
lebih panjang untuk merangkak
5. Kayu atau bangku rendah untuk dikangkangi atau dipanjat
6. Papan/board dengan pegas atau jembatan gantung yang rendah
7. Atap untuk rumah-rumahan
8. Tempat bangunan balok
9. Jalur untuk mainan yang ditarik/didorong dan ditunggangi
10. Tempat bermain pasir dan air
11. Lingkungan alamiah, seperti pohon, semak belukar, dan bunga.
Di samping hal-hal di atas, hal-hal yang dianggap menarik bagi anak perlu juga
menjadi garapan dalam mengelola outdoor, di antaranya :
1. Jalan untuk kendaraan. Tempat berpermukaan keras dapat membentuk jalan sepeda
roda tiga, kereta/mobil, atau kereta mainan beroda empat yang berkembang/meluas
melalui ruang outdoor dan kembali pada poin awalnya. Jalan harus cukup lebar untuk

4
memungkinkan dilewati. Jalan yang melengkung lebih menarik, namun tidak boleh
ada perputaran sudut kanak, karena ini menyebbkan kecelakaan.
2. Area bermain pasir. Karena rea pasir outdoor melibatkan tubuh anak keseluruhan,
area pasir harus mencukupi setidaknya untuk dua puluh anak. Untuk mencegah
tumpang tindih dari tempat pasir (dan karenanya anak melakukan agresi), area pasir
harus sempit. Sungai pasir yang berkelok-kelok secara estesis lebih menyenangkan
dibandikan dengan kotak yang membujur. Anak-anak harus memiliki permukaaan
kerja yang datar, seperti papan-papan atau batu-batu datar, di samping atau di dalam
tempat pasir tersebut. Area bermain pasir outdoor harus memiliki penutup untuk
anak-anak bermain, terjaga dari lalu lalang yang tidak diinginkan, melindungi tempat
itu dari pembuangan air dari tempat yang berdekatan atau bersebelahan, dan
membantu menjaga pasir tetap berada dalam area bermain pasir tersebut. Area
bermain pasir harus terlindung, namun tersinari cahaya matahari yang murni dan
kering. Air harus tersedia sehingga pasir tidak kering sama sekali, dan sumber air
harus ada pada sekeliling area bermain pasir yang mengalir keluar dari area pasir.
3. Kolam renang atau area bermain air. Aktivitas permainan air outdoor harus
memungkinkan permainan yang lebih berenergi dibandingkan dengan aktivitas air di
dalam ruangan. Kolam renang harus memiliki permukaan untuk jalan kaki yang tidak
licin dan kedalaman air sesuai dengan ukuran anak. Temperature air harus sesuai
dengan kondisi anak. Untuk TK yang tidak memiliki kolam renang, dapat dibuat
kolam renang buatan dari plastik atau bahan lainnya yang tidak membahayakan anak
yang diberi air melalui pompa dengan air.
4. Kebun.outdoor harus dipagari untuk melindunginya dari binatang atau dari terinjak-
injak secara tidak disengaja. Kebun harus sempit mungkin dua kaki lebarnyah, untuk
meminimalkan perlunya anak yang berkebun untuk melangkahnya kakinya ke kebun (
secara khusus penting ketika bidang tanahnya berlumpur ). Kebun yang sempit dapat
menciptakan suatu bentuk yang secara estetis menyenangkan jika kebun itu parallel
dengan pagbar-pagar yang lurus atau pohon-pohon yang melingkar.
5. Kandang binatang outdoor. Kandang binatang outdoor harus dibangun untuk
memenuhi kebutuhan spesifik masing-masing binatang; yang ditempatkan pada suatu
tempat yang memiliki saluranbuang yang baik yang ternaungi dari panas dan angin
yang berlebihan; dan di dekat sumber air dan gerbang pengiriman. Karna vandalisme,
program-program harus memasukkan binatang dengan basis hanya satu hari saja.

5
Sedangkan yang terpenting adalah, perlu dipikirkan dan dipastikan bahwa
lingkungan belajar luar betul-betul aman bagi anak. Tentunya untuk menjamin dan
menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya dirancang pula program
untuk pengawasan. Terlepas dari perbedaan keadaan dari setiap TK yang dikelola,
lingkungan belajar outdoor hendaklah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Area outdoor harus memenuhi aturan keamanan yang memadai, seperti yang telah
ditegaskan di atas.
2. Area outdoor harus melindungi dan meningkatkan karakteristik alamiah.
3. Desain harus didasarkan pada kebutuhan anak dan dapat meningkatkan berbagai
aspek perkembangan(yakni:fisik,kognitif,social,dan emosi)
4. Area outdoor harus memberikan kesempatan untuk aktivitas yang mirip dengan
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan di dalam ruangan (indoor space). Harus adaa
tempat yang menantang perkembangan total anak.
Johnson, Christie, dan yawkey mengurutkan empat tipe pengalaman bermain:
a. Permainan atau latihan fungsional yang melibatkan praktik dan pengulangan
aktivitas motorik kasar;
b. Permainan konstruktif yang melibatkan penggunaan materi-materi seperti cat atau
pasir untuk diciptakan/dibentuk
c. Permainan drama atau permainan pura-pura yang sering kali dilaksanakan dalam
tempat tertutup, dan
d. Permainan kelompok atau permainan yang melibatkan lebih dari satu orang anak
(misalnya,jungkat-jungkit, permainan yang memiliki aturan, dan sering kali
permainan drama.).
Howard membahas Sembilan center aktivitas di tempat bermain yang dapat
memenuhi empat tipe permainan ini. Kesembilan center aktivitas ini adalah :
a. Penggalian,
b. Permainan air,
c. Permainan drama,
d. Memanjat,
e. Mendorong/menarik atau mengendarai,
f. Konstruksi,
g. Lari bebas,
h. Berkebun, dan
i. Diam.

6
5. Area outdoor secara estetis harus menyenangkan. Ruang outdoor harus menarik bagi
semua indra. Beberapa kualitas desain (misalnya: sensualitas, kecemerlangan,
penempatan, dan pajajaran yang berlawanan) harus dipertimbangkan dalam
mendesain tempat bermain yang dapat menstimulasi rasa ingin tahu dan kepekaan
indra anak.

7
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai
pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir
tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan
mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar
yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam belajar anak. Sebaliknya,
ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-
hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di luar kelas
diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu perkembangan dan
belajar anak secara menyeluruh, baik perkembangan dan belajar fisik-motorik , sosio-
emosi dan budaya, maupun pengembangan intelektual. Sejumlah sarana yang cocok
untuk kegiatan diharap mencapai berbagai tujuan pengembangan tersebut bagi anak TK
atau prasekolah

8
DAFTAR PUSTAKA

Coughlin, Pamela A. et.al (2000). Menciptakan kelas yang berpusat pada anak: 3 -5 tahun.
Washington, DC: Children’s Resources International, Inc.

http://pemudaberkelana.blogspot.com/2014/07/pengelolaan-lingkungan-belajar.html

Mariyana, rita, ali nugraha dan yeni rachmawati. (2010). Pengelolaan lingkungan
belajar. Jakarta: kencana.

Anda mungkin juga menyukai