Anda di halaman 1dari 18

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Metodologi Pemb. SOSEM Dewi Sri Suryanti, S. Ag. M. SI

EVALUASI PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK DI


TAMAN KANAK - KANAK

KELOMPOK XII

AYUNDA TIARA PUSTIKA AYU 11810920772

NURMINAH NASUTION 11810920888

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan mata kuliah "Metodologi
Pemb. SOSEM" dengan judul "Evaluasi Pengembangan Sosial Emosional Pada Anak Di
Taman Kanak - Kanak". Kami ucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Selanjutnya kepada
dosen pembimbing yang telah mengarahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada pada kami. Untuk itu saran dan kritik
sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami mendo’akan mudah-
mudahan, makalah ini dapat berguna bagi semua orang dan juga bermanfaat dalam
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan khususnya pendidik AUD.

Pekanbaru, Juni 2020

Penulis Kelompok XII

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
 BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang...........................................................................................4
2. Rumusan Masalah......................................................................................4
3. Tujuan ........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
EVALUASI PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK DI
TAMAN KANAK – KANAK
A. Pengertian Evaluasi.....................................................................................
B. Prinsip Evaluasi……………………………………………………………
C. Pentingnya Evaluasi Pendidikan Di Tk……………………………………
D. Karakteristik Perkembangan  Sosial Emosional Pada Anak……………….
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan dilakukan manusia sepanjang hayatnya atau dikenal dengan istilah long life
education. Makna kata tersebut mengharuskan manusia untuk menjalani pendidikan selama
manusia tersebut melakukan tugasnya setiap hari. Pendidikan anak usia dini merupakan
jenjang pendidikan usia nol sampai enam tahun. Usia nol sampai enam tahun merupakan
masa peka bagi anak sehingga para ahli menyebutnya masa golden age, karena
perkembangan kecerdasannya mengalami peningkatan yang sangat pesat dan sebagai
penanaman karakter dimasa usia anak mencapai dewasa.
Pendidikan karakter pada anak usia dini dilakukan melalui penanaman kebiasaan tentang
perilaku yang baik dalam kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran dan pemahaman
yang tinggi, kepedulian serta menerapkan kebaikan dalam kehidupan sosial.
Perilaku sosial merupakan aktivitas yang dilakukan dengan berhubungan pada orang
disekitar kita, baik itu keluarga, teman, guru dan masyarakat. Ketika anak berhubungan
dengan orang lain maka akan terjadi interaksi sosial yang dapat memacu emosi yang
diwujudkan dalam suatu tindakan.
Emosi merupakan suatu keadaan perasaan yang bergejolak dalam diri seseorang yang
disadari dan dan diungkapkan melalui tindakan. Dalam pengungkapan emosi anak dalan
kehidupan sosial maka dibutuhkan adanya evaluasi atau penilaian baik buruknya perilaku
anak tersebut. Maka dari itu kami merasa tertarik untuk membahas tentang pengembangan
sosial emosi pada anak usia dini dengan judul “Evaluasi Pengembangan Sosial Emosi Pada
Anak di Taman Kanak - Kanak”.

2. Rumusan Masalah
A. Apa itu Pengertian Evaluasi?
B. Apa saja dari Prinsip Evaluasi?
C. Mengapa Pentingnya Evaluasi Pendidikan Di Tk?
D. Bagaimana Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak?

4
3. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu pengertian evaluasi, prinsip
evaluasi, pentingnya evaluasi Pendidikan di TK serta bagaimana karakteristik
Perkembangan Sosial Emosional pada anak

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata “evaluation” (bahasa Inggris) kemudian diserap kedalam bahasa
Indonesia menjadi “evaluasi” dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit
penyesuaian lafal Indonesia. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English
disebut bahwa evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang berarti suatu upaya
untuk menentukan nilai atau jumlah. Kata-kata yang terkandung di dalam definisi tersebut juga
menunjukan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara berhati-hati, bertanggung jawab,
menggunakan strategi dan dapat dipertanggungjawabkan. Jadi evaluasi itu menunjukkan pada
sesuatu tindakan atau sesuatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Pengetian tersebut
selaras dengan dengan pengertian evaluasi menurut Ahmad Janan Asifudin, menurutnya evaluasi
adalah kegiatan menilai keadaan dan kejadian dalam aktivitas pendidikan.

Evaluasi adalah proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran
tersebut dengan kriteria tertentu. Berikut pengertian evaluasi menurut beberapa ahli (Mahyuddin
2008:5) :

1) Tyler, evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,
dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
2) NSW Department Of Education, evaluasi adalah proses mengumpulkan data dan
membuat keputusan tentang efektivitas program pembelajaran, kebijakan dan
prosedurnya.
3) Hill, evaluasi adalh proses merangkum dan menginterpretasi kejadian dan membuat
keputusan profesional berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan.

Evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu
(tujuan, kegiatan, keputusan, untuk kerja, proses, orang, objek, dll). Evaluasi tidak selalu melalui
proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi evaluasi langsung melalui penilaian saja.
Dari pengertian diatas, evaluasi pengembangan sosial dan emosi anak usia dini dapat diartikan

6
sebagai suatu proses mencapai ketercapaian standar tingkat perkembangan sosial dan emosi pada
anak usia dini. Dalam evaluasi, hasil dari kegiatan penilaian tersebut digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pendidikan PAUD untuk menentukan apakah perkembangan sosial dan emosi
anak usia dini sudah optimal atau belum. Berdasarkan pengertian tersebut, karakteristik evaluasi
pengembangan sosial dan emosi anak usia dini antara lain:

Evaluasi pengembangan sosial dan emosi anak usia dini merupakan suatu proses. Ini berarti
sebagai suatu proses, pelaksanaan evaluasi pengembangan sosial anak usia dini terdiri dari
beberapa kegiatan yang harus dilakukan. Evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti.
Ini berarti, evaluasi dapa menunjukan kualitas perkembangan sosial dan emosional anak usia dini
yang dinilai.

Dalam hubungannya dengan penilaiaan terhadap anak usia dini. The National Association of
Early Childhood Specialist (NAEYC, 1991) dalam Beaty (1994) merumuskan tujuan
mengevaluasi anak usia dini adalah sebagai berikut.

1. Untuk merencanakan pembelajaran individual dan kelompok, serta untuk berkomunikasi


dengan para orang tua.
2. Untuk mengidentifikasi apakah anak memerlukan bantuan atau layanan khusus.
3. Untuk mengevaluasi apakah tujuan program pendidikan anak usia dini sudah tercapai
atau belum.

Evaluasi secara singkat juga dapat diidentifikasikan sebagai proses pengumpulan informasi
untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat
mendorong pendidik untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih
baik. Adapun tujuan lain dari proses mengevaluasi di TK :

1. Untuk mengetahui ketercapaian, kemampuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.


2. Untuk merangsang kegiatan anak TK dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
3. Untuk mencari keberhasilan atau tidak berhasil dalam proses belajar.
4. Untuk memperoleh informasi apakah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan
anak.
5. Untuk memperolah masukan tentang kekuatan dan kelemahan dari suatu kegiatan belajar
sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kegiatan balajar berikutnya.

7
6. Untuk mendapat gambaran tentang pola dan gaya interaksi anak dengan orang lain.

Apabila ditelaah lebih lanjut maka tujuan penilaian tersebut adalah untuk merencanakan
kurukulum individual bagi anak, meningkatkan perkembangan kemampuan anak selanjutnya,
serta keberhasilan belajar anak di kelas. Dengan demikian, penilaian terhadap anak usia dini
adalah menilai perkembangannya. Pelaksanaan evaluasi, dalam pendidikaan mempunyai kaitan
yang erat dengan belajar dan mengajar. Disamping itu, evaluasi harus mampu memperdayakan
guru, siswa dengan orang tua. Para pendidik anak usia dini harus memandang penilaian sebagai
suatu kesempatan untuk merefleksikan pengalaman anak serta sebagai alat untuk mengetahui
kemajuan proses maupun hasil belajar anak. Dalam pendidikan anak usia dini guru dan anak
adalah alat penilaian yang penting dari tes-tes yang dianjurkan oleh orang lain.

B. Prinsip Evaluasi

Banyak metode, alat, dan prosedur untuk menilai perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu,
sangatlah perlu bagi guru untuk mengetahui dan memahami jenis evaluasi yang tepat untuk
diterapkan . Sehubungan dengan tersebut, NAEYC dalam Beaty (Masitoh, 2009) memberikan
pedoman yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan evaluasi selama proses pembelajaran di
TK oleh guru. Pedoman yang dimaksud adalah berikut ini.

a. Penilaiaan harus dikaitakan dengan kurikulum, untuk mendapatkan hasil evaluasi yang
tepat sasaran dan tidak menyimprung dari tujuan maka pelaksanaan evaluasi harus terkait
dengan kurikulum.
b. Hasil penelitian harus dimanfaatkan untuk kepentingan anak. Penilaian bukan sekedar
angka atau ungkapan deskriptif yang tidak bermakna dan tidak memiliki manfaat untuk
kemajuan anak sendiri. Dalam pelaksanaannya sebaiknya guru memfokuskan
pengamatan pada proses sesuatu yang terjadi dianggap penting bagi anak, dan sebaiknya
guru tidak sekedar menuliskan laporan dalam buku pedoman.
c. Penilaian harus mencakup seluruh aspek perkembangan anak. Perkembangan manusia
adalah utuh dan menyeluruh. Dengan demikian, proses evaluasi diharapkan menyentuh
keseluruhan aspek perkembangan anak.

8
d. Penilaian melibatkan observasi yang teratur dan periodik dari anak dalam berbagai
keadaan yang menggambarkan tingkah laku anak setiap saat.
e. Penilaian didasarkan pada prosedur yang menggambarkan kegiatan anak secara khusus
dan menolak pendekatan yang menempatkan anak dalam situasi yang dibuat-buat.
f. Penilaian menggunakan suatu alat dan prosedur yang tersusun, seperti koleksi karya
anak, catatan observasi yang sistematis, catatan yang percakapan dan wawancara dengan
guru-guru lain, serta rangkumankemajuan anak secara individual maupun dalam
kelompok.
g. Penilaian harus mengakui perbedaan individual anak. Penilaian tidak mengabaikan
kenyamanan psikologis anak, baik perasaan maupun harga dirinya.
h. Penilaian harus mendukung hubungan orang tua dengan anak dan tidak merusak
kepercayaan orang tua pada anaknya atas kemampuan yang dimilikinya atau
merendahkan bahasa dan kultur keluarga.
i. Penilaian adalah suatu komponen yang esensial dari perasaan guru. Guru adalah penilai
utama. Penilaian menunjukan keunggulan dan kemajuan anak. Apakah anak dapat
melakukan ,dan tidak mengadili jawaban yang salah atau apa yang tidak dapat dilakukan
anak atau apa yang tidak diketahui mereka.
j. Penilaian adalah suatu proses kolaboratif yang melibatkan anak dan guru, guru dan orang
tua, sekolah dan masyarakat, dan informasi dari penilaian diberikan kepada orang tua
dengan bahasa yang dapat dipahami oleh mereka.
k. Penilaian mendorong anak untuk berpartisipasi dalam menilai dirinya dan mencatat apa
yang dapat dilakukan anak secara mandiri maupun apa yang dapat dilakukan anak dengan
bantuan orang lain.
l. Informasi tentang setiap perkembangan dan belajar anak dikumpukan dan dicatat secara
sistematis untuk merencanakan pembelajaran-pembelajaran serta untuk berkomunikasi
denga orang tua.
m. Ada suatu proses yang teratur untuk informasi yang dibagikan antara guru dengan orang
tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.

Adapun prinsip prinsip lain dalam dalam mengevaluasi anak usia dini :

 Berpusat pada anak

9
 Berkesinambungan
 Menyeluruh/ keterpaduan
 Lebih mementingkan proses daripada hasil
 Berorientasi pada tujuan
 Objektif dan alamiah
 Mendidik
 Konsisten dan jujur
 Kebermaknaan
 Kesesuaian

C. Pentingnya Evaluasi Pendidikan Di Tk


1. Untuk memantau perkembangan anak. Dengan adanya penilaian pembelajaran
perkembangan anak bisa dipantau. Baik perkembangan yang menyangkut aspek
perkembangan intelektual, bahasa, motorik, (kasar dan halus), social emosional, agama
dan seni. Hal ini penting karena pada dasarnya pembelajaran dan permainan yang
dilakukan merupakan bagian dari perkembangan anak.
2. Mengetahui kesulitan “belajar” anak. Penilaian biasanya dilakukan untuk mengetahui apa
saja kesulitan anak dalam pembelajaran. Kemampuan anak memang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Ada anak yang sangat cepat menguasai satu kemampuan dengan
cepat, ada yang lambat dan sulit dalam menguasai sesuatu. Dengan ini maka penilaian
dapat dijadikan alat pendeteksi mengapa anak lambat dalam belajar dan
perkembangannya. Dalam hal ini memang dibutuhkan penilaian khusus untuk menangani
masalah ini.
3. Melakukan penempatan. Pendidik biasanya sering menempatkan anak ke dalam suatu
kelompok permainan atau sentra tertentu. Penempatan ini tentu saja tidak sembarang
menempatkan anak ke dalam kelompok. Pendidik harus tahu keinginan anak, sebab jika
anak salah ditempatkan maka akan mengakibatkan kesulitan bagi anak. Agar seorang
pendidik tidak salah dalam menempatkan anak didiknya maka perlu dilakukan penilaian
agar pendidik tahu bakat, minat anak dan kemampuan anak.
4. Sebagai pertanggung jawaban seorang pendidik. Sebagai pendidik tentu anak didik
merupakan tanggungjawabnya sepenuhnya. Pertanggungjawaban diaplikasaikan dengan

10
cara melakukan laporan mengenai perkembangan anak didiknya kepada orang tua. Untuk
membuat laporan tersebut maka diperlukan informasi yang sangat akurat mengenai
perkembangan anak dari berbagai aspek.

D. Karakteristik Perkembangan  Sosial Emosional Pada Anak


Menurut Hurlock (1978) perkembangan emosi ini mencolok pada usia 2,5 – 3,5
tahun,dan  5,5 – 6,5 tahun
1. Ciri Utama Reaksi Emosi pada Anak
Adapun karakteristik reaksi emosi anak adalah berikut ini.
a. Reaksi Emosi Anak Sangat Kuat
Anak akan memperlihatkan reaksi emosi yang sama kuatnya dalam menghadapi setiap
peristiwa, baik yang sederhana sifatnya maupun yang berat. Bagi anak semua  peristiwa
adalah menarik dan menakjubkan. Tidak ada peristiwa yang di anggap sederhana oleh
anak. Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambah
matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilah dan memilih
kadar keterlibatan emsionalnya.
b. Reaksi Emosi Sering Kali muncul pada setiap Peristiwa dengan Cara yang Diinginkan
Anak tiba-tiba menangis atau merjuk dengan sebab yang tidak jelas. Anak melakukan
hal tersebut , dikarenakan ia memang menginginkannya, sekalipun tidak ada
pencetusnya misalnya anak tiba-tiba menangis karena merasa bosan. Untuk anak yang
lebih muda usianya, hal ini masih bisa ditoleransi. Namun, bagi anak usia 4-5 tahun, hal
ini tidak dapat diterima oleh lingkungannya. Semakin emosi anak berkembang menuju
kematangannya, mereka akan belajar mengontrol diri dan memperhatikan reaksi emosi
dengan cara yang dapat diterima lingkungan.
c. Reaksi Emosi Anak Mudah Berubah dari Satu Kondisi ke Kondisi Lainnya.
Bagi seorang anak sangat mungkin saat ini ia menangis dengan kres. Namun, ketika
ibunya mengalihkan perhatiannya pada benda-bendayang disukainya, ia dapat langsung
berhenti menangis dan melupakan kejadian yang baru saja mmembuatnya marah dan
kecewa. Reaksi emosi anak mudah teralihkan dan mudah berganti dari satu kondisi ke
kondisi yang lain.
d. Reaksi Emosi Bersifat Individual

11
Reaksi emosi bersifat individual, artinya sekalipun peristiwa pencetus emosi adalah
sama, namun reaksi setiap orang akan berbeda dalam menyikapinya. Hal ini disebabkan
oleh adanya pengalaman yang diperoleh dari lingkungan setiap individu berbeda
sehingga menyebabkan reaksi emosi yang diperlihatkan pun dapat berbeda-beda pula.
e. Keadaan Emosi Anak dapat Dikenali Melalui Gejala Tingkah Laku yang Ditampilkan
Pada dasarnya semua anak lebih mudah mengekspresikan emosinya melalui sikap dan
perilaku, dibandingkan mengungkapkan secara verbal. Hal ini juga tampak pada anak
yang mengalami hambatan dalam mengekpresikan kehidupan emosinya secara terbuka.
Mereka biasanya sering memperlihatkan gejala tingkah laku, antara lain melamun,
tingkah laku gelisah, seperti mengisap jari, menggigit kuku, kesulitan bicara
(shuttering).
2. Bentuk Reaksi Emosi pada Anak
Pada umumnya, bentuk reaksi emosi yang dimiliki anak sama dengan orang dewasa.
Perbedaannya hanya terletak pada penyebeb tercetusnya reaksi emosi dan cara
mengekspresikannya. Ada beberapa bentuk-bentuk emosi umum terjadi pada awal masa
kanak-kanak sebagaimana  yang dikemukakan oleh Hurlock (1993: 117) adalah berikut ini:
a. Amarah
Marah sering kali muncul sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati, dan merasa terancam.
Pada umumnya frustasi atau keinginan yang tidak terpenuhi merupakan hal yang paling
sering menimbulkan kemarahan pada tiap tingkat usia. Dibanding rasa takut, rasa marah
lebih sering muncul pada masa kanak-kanak. Secara umum hal-hal yang menimbulkan rasa
marah, apabila anak terhambat melakukan sesuatu. Hambatan bisa berasal dari dirinya
sendiri, misalnya ketidakmampuan anak melakukan sesuatu. Hambatan itu dapat pula
berasal dari orang lain, misalnya larangan, berbagai macam batasan terhadap gerak yang
diinginkan atau direncanakan anak, serta kejengkelan yang menumpuk.
b. Takut
Reaksi takut pada bayi dan anak-anak berupa rasa tak berdaya. Hal ini tampak pada
ekspresi wajah yang khas, tangisan yang merupakan permintaan tolong, mereka
menyembunyikan muka dan sejauh mungkin menghindari objek atau orang yang ditakuti
atau bersembunyi di belakang orang atau kursi. Semakin meningkatnya usia, reaksi rasa
takut berubah karena adanya tekanan sosial. Reaksi menangis tidak ada lagi walau ekspresi

12
wajah yang khas masih tetap ada, dan biasanya mereka menghindar dari objek yang
ditakuti.
c. Cembur
Cemburu adalah reaksi normal terhadap hilangnya kasih sayang, baik kehilangan secara
nyata terjadi  maupun yang hanya sekedar dugaan. Perasaan cemburu muncul karena anak
takut kehilangan atau merasa tersaingi dalam memperoleh perhatian dan kasih sayang dari
orang yang dicintainya. Cemburu adalah bentuk lain dari marah yang menumbulkan rasa
kesal atau benci terhadap orang yang disayang maupun terhadap saingannya. Rasa
cemburu biasanya bercampur dengan marah dan takut. Reaksi cemburu dapat langsung
ataupun ditekan. Tiga penyebab utama yang menimbulkan kecumburuan pada masa kanak-
kanak, yaitu sebagai berikut :
 Cemburu yang terjadi di masa kanak-kanak biasanya berasal dari kondisi rumah.
Misalnya, kehadiran adaik baru yang menyita lebih banyak waktu sang ibu
sehinggga si kakak merasa kurang mendapat perhatian. Dalam situasi ini biasanya
si kakak menjadi kesal, sakit hati serta benci pada ibu dan si adik.
 Situasi sosial si sekolah juga bisa menjadi penyebab timbulnya rasa cemburu pada
anak. Rasa cemburu yang berasal dari rumah sering dibawa pula ke sekolah. Dalam
hali ini anak biasanya bersikap posesif (ingin memiliki sendiri perhatian) terhadap
guru atau teman tertentu.
d. Gembira
Setiap orang pada berbagai usia mengenal perasaan yang menyenangkan. Pada umumnya
perasaan gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum, atau tertawa. Dengan
perasaan menyenangkan seseorang dapat merasakan cinta, dan kepercayaan diri.

Pada dasarnya semua anak menempuh tahapan sosialisasi. Kurangnya kesempatan anak
untuk bergaul secara baik dengan orang lain dapat menghambat perkembangan sosialnya.
Snowman dalam Patmonodewo 91995:29) mengemukakan beberapa karakteristik perilaku
sosial pada anak usia prasekolah, diantaranya sebagai berikut:

1) Pada umumnya anak pada usia dini memiliki satu atau dua sahabat.   Akan tetapi
sahabat ini cepat  berganti. Mereka pada umumnya dapat dengan cepat menyesuaikan

13
diri secara sosial. Sahabat yang dipilih biasanya dari jenis kelamin yang sama.
Kemudian berkembang menjadi bersahabat dengan anak dengan jenis kelamin berbeda.
2) Kelompok bermainnya cenderung kelompok kecil, tidak terlalu terorganisasisecara baku
sehingga kelompok tersebut cepat berganti- ganti.
3) Anak yang lebih kecil sering kali mengamati anak yang lebihj besar.
4) Pola bermain anak prasekolah lebih bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan
gender. Anak dari kelas menengah lebih banyak bermain asosiatif, kooperatif, dan
konstruktif, sedangkan anak perempuan lebih banyak bermain soliter, konstruktif,
paralel, dan dramatic. Anak laki- laki, lebih banyak bermain fungsional solitaire dan
asosiatif dramatis.
5) Perselisihan sering terjadi. Akan tetapi, sebentar kemudian mereka berbaikan kembali.
Anak laki-laki banyak melakukan tindakan agresif dan menantang.
6) Setelah masuk TK, pada umumnya kesadaran mereka terhadap peran jenis kelamin telah
berkembang. Anak laki- laki lebih senang bermain di luar, bermain kasar dan
bertingngkah laku agresif, sedangkan anak perempuan lebih suka bermain yang bersifat
kesenian, bermain boneka atau menari.

Sementara itu Hurlock (1978)mengemukakan beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada
awal masa kanak- kanak, yaitu sebagai berikut :

a) Kerja sama
Anak belajar bermain atau bekerjasama hingga usia mereka empat tahun. Semakin
banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melatih keterampilan ini, semakin cepat
mereka belajar dan menerapkannya secara nyata dalam kehidupannya.
b) Persaingan
Persaingan ini dapat mengakibatkan perilaku baik atau burukpada anak. Jika anak
melakukannya karena merasa terdorong untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin, maka
hal ini dapat berakibat baik pada prestasi dan pengolahan motivasinya, namun jika
persaingan dianggap sebagai pertengkaran dan kesombongan maka hal ini dapat
mengakibatkan timbulnya sosialisasi yang buruk.
c) Kemurahan hati

14
Kemurahan hati merupakan perilaku kesediaan untuk berbagi dengan anak lain. Jika hal
ini meningkat pada perilaku mementingkan diri sendiri akan berkurang. Perilaku
kemurahan hati sangat disukai oleh lingkungan sehingga menghasilkan penerimaan sosial
yang baik.
d) Hasrat Akan Penerimaan Sosial
Jika anak memiliki hasrat yang kuat akan penerimaan sosial, hal ini akan mendorong
anak untuk melakukan penyesuaian sosial secara baik.
e) Simpati
Seorang anak belum mampu melakukan simpati sehingga mereka pernah mengalami
situasi yang mirip dengan duka cita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha
menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.
f) Empati
Merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain serta menghayati
pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya akan berkembang jika anak telah dapat
memahami ekspresi wajah orang lain atau maksud pembicaraan orang lain.
g) Ketergantungan
Kebutuhan anak akan bantuan, perhatian, dan dukungan orang lain membuat anak
memperhatikan cara- cara berperilaku yang dapat diterima lingkungannya. Namun,
berbeda dengan anak yang bebas, ia cenderung mengabaikan ini.
h) Sikap ramah
Seorang anak memperlihatkan sikap ramah dengan cara melakukan sesuiatu bersama
orang lain, membantu teman, dan menunjukan kaish saying.
i) Meniru
Anak- anak melakukan peniruan terhadap orang- orang yang diterima baik oleh
lingkungannya. Dengan meniru anak- anak mendapatkan respons penerimaan kelompok
terhadap diri mereka.
j) Perilaku kelekatan
Berdasarkan pengalamannya pada masa bayi, tatkala anak merasakan kelekatan yang
hangat dan penuh cinta kasih bersama ibunya, anak mengembangkan sikap ini untuk
membina persahabatan dengan anak lain.

15
3. Tahapan Penerimaan Sosial
Salah satu perkembangan sosial yang dialami anak adalah proses penerimaan sosial.
Pengalaman ini akan membekali anak dalam melakukan penyesuaian diri di lingkungan
sosialnya. Berkenaan dengan penerimaan sosial ini, Hurlock (1991) mengemukakan
beberapa tahapan (stage) dalam penerimaaan oleh kelompok teman sebaya, adalah sebagai
berikut :
1) A Reward – Cost Stage
Pada saat ini ditandai dengan adanya harapan yang sama, aktivitas yang sama dan
kedekatan.
2) A Normative Stage
Pada stage ini ditandai oleh dimilikinya nilai yang sama, sikap terhadap aturan, dan
sanksi yang diberikan.
3) An Emphatic Stage
Pada stage ini dimilikinya pengertian, pembagian minat, self disclosure adanya
kedekatan yang mulai mendalam.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Evaluasi adalah suatu proses memilih, mengumpulkan dan menafsirkan informasi untuk
membuat keputusan. Tujuan mengevaluasinya adalah untuk merencanakan pembelajaran
individual dan kelompok, serta untuk berkomunikasi dengan para orang tua, untuk
mengidentifikasi apakah anak memerlukan bantuan atau layanan khusus dan untuk
mengevaluasi apakah tujuan program pendidikan anak usia dini sudah tercapai atau belum.
Prinsip evaluasi adalah berpusat pada anak, berkesinambungan, menyeluruh/ keterpaduan,
menyeluruh/ keterpaduan, mendidik, konsisten dan jujur, kebrmaknaan, kesesuaian dan
sebagainya. Sehingga sangatlah pentingnya evaluasi pendidikan di Tk karena untuk
memantau perkembangan anak, mengetahui kesulitan “belajar” anak, melakukan
penempatan sebagai pertanggung jawaban seorang pendidik. Serta terdapat Karakteristik
dalam Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak yaitu
 Reaksi Emosi Anak Sangat Kuat
 Reaksi Emosi Sering Kali muncul pada setiap Peristiwa dengan Cara yang
Diinginkan.
 Reaksi Emosi Anak Mudah Berubah dari Satu Kondisi ke Kondisi Lainnya.
 Reaksi Emosi Bersifat Individual
 Keadaan Emosi Anak dapat Dikenali Melalui Gejala Tingkah Laku yang
Ditampilkan
Ada beberapa bentuk-bentuk emosi umum terjadi pada awal masa kanak-kanak sebagaimana
yang dikemukakan oleh Hurlock (1993: 117) adalah Amarah, Takut, Cemburu dan Gembira.

17
B. Saran
Terimakasih kepada para pembaca untuk telah membaca makalah ini hingga selesai.
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini dapat dibuat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti dkk. 2009. Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Universitas Terbuka


Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.
hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc. Graw Hill,
Inc.Mahhyuddin, Nenny. 2008. Asesmen Anak Usia Dini. Padang: Universitas
Negeri Padang
Uno, Hamzah. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy through the
Early Years, Second Edition.California : Wodsworth Publishing Company.
Munandar, Utami, (1995). Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta :
Dirjen Dikti Depdikbud.
Rachmawati, Yeni, & Kurniati, Euis. (2003). Strategi Pengembangan Kreativitas Anak
Taman Kanak-kanak. Jakarta. Dikti.

18

Anda mungkin juga menyukai