Anda di halaman 1dari 4

MODUL 3

KEGIATAN BELAJAR 1

HAKIKAT MORAL KNOWING

Pola berfikir, bersikap dan bertindak anak usia dini masih terbatas dari apa yang
mereka lihat, mereka dengar, dan mereka saksikan sehingga pembentukan dan
pemahaman awal terhadap moralitas kehidupan menjadi suatu hal yang penting dan
esensial bagi perkembangan moral mereka.

Hakiat moral knowing dapat dimaknai dengan pengetahuan tentang moral yang harus
di pahami terlebih dahulu oleh anak.

NILAI KEJUJURAN, TOLERANSI DAN SETIA KAWAN PADA ANAK TAMAN


KANAK-KANAK

Nilai-nilai kejujuran sangat erat kaitannya dengan nilai moral yang dapat
dikembangkan melalui wujud pembiasaan berlaku jujur dalam perkataan, sikap dan
perbuatan. Pembiasaan tersebut dapat dipraktikkan melalui pendekatan story telling,
role playin.

Toleransi adalah embrio dari sikap mau menerima dan dapat memahami keberadaan
orang lain yang tentu banyak memiliki perbedaan dengan diri kita.

Nilai setia kawan adalah buah dari kebaikan suasana kebatinan seseorang yang
memiliki moral tinggi.

Pendidikan tentang nilai setia kawan secara tidak langsung berkaitan erat dengan
proses pendidikan yang lebih menekankan pada pendidikan kepedulian terhadap
sesama manusia yang meliputi sikap simpati, empati, dan antipati.

Model Pendidikan yang Toleransi


1. Model Aksi-Refleksi-Aksi
Model ini diterapan oleh Paulo Freire yang lebih mementingkan pelajaran
terhadap masalah (problem posing) dengan paradigma kritis yaitu
menggunakan dialog antara fasilitator dan pembelajaran yang membawa
percakapan yang bernilai pengalaman divergen (meluas), harapan, perspektif
(pandangan), dan nilai (value)
2. Model Ignasian
Langkah-langkahnya meliputi konteks, pengalaman (langsung atau tidak
langsung), refleksi (daya ingat, pemahaman, daya imajinasi, dan perasaan)
untuk menangkap arti dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari, aksi (tindakan ini
mengacu pada pertumbuhan batin manusia.
KEGIATAN BELAJAR 2
PENANAMAN NILAI KEJUJURAN, TOLERANSI DAN SETIA KAWAN
PADA ANAK USIA DINI

Beberapa pengembangan yang perlu mendapat stimulasi sebaik mungkin pada


anak usia dini, yaitu :

 Pengembangan pengetahuan (knowledge),

 Pengembangan bahasa dan seni (speech),

 Pengembangan emosi (emotional quotient),

 Pengembangan kecakapan hidup (life skill),

 Pengembangan gerak tubuh (motoric).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar


Proses Belajar Mengajar kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan sistemis melalui


proses sbb :

1. Proses Eksplorasi

Adalah kegiatan anak didik dalam upaya menggali informasi/pengetahuan mengenai


materi/topik tema yang sedang dipelajari

Bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan pada proses eksplorasi, sebagai


berikut:

a. Melibatkan anak untuk menggali informasi terkait dengan materi/topik/tema

b. Menggunakan strategi/pendekatan/metode pembelajaran yang berpusat pada


anak

c. Menggunakan media/alat bantu pembelajaran

d. Menggunakan sumber belajar/pembelajaran

e. Memfasilitasi terjadinya komunikasi antar anak dalam proses pembelajaran

f. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar anak dengan guru, lingkungan dan


sumber belajar lainnya

g. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran


h. Menguasai materi yang terkait dengan topik/tema

i. Menerapkan konsep sesuai dengan materi/topik/tema dalam kehidupan anak


sehari-hari

j. Mengembangkan kecakapan hidup (life skill)

k. Merancang tugas yang harus anak kerjakan

2. Proses Elaborasi

Adalah kegiatan anak untuk menyampaikan hasil eksplorasinya. Bentuk-bentuk


aktivitas yang dapat dilakukan, sebagai berikut:

a. Memfasilitasi anak melalui berbagai kegiatan belajar

b. Memfasilitasi anak dalam membuat laporan hasil eksplorasi

c. Memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak tanpa rasa takut atau salah

d. Memfasilitasi anak dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif

e. Memberi kesempatan kepada anak untuk mempresentasikan hasil kerjanya

3. Proses Konfirmasi

Adalah kegiatan interaktif antara guru dan anak untuk memberikan umpan balik.

Bentuk aktivasi yang dapat dilakukan, sebagai berikut:

a. Memberikan umpan balik positif

b. Memberikan penguatan terhadap keberhasilan anak

c. Memberikan informasi yang menantang rasa keingintahuan anak

d. Melakukan penilaian proses pembelajaran

Penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, dan setia kawan pada anak usia dini
dapat diterapkan dengan beberapa contoh pelaksanaan pembelajaran dengan
story telling, stimulasi atau test case, sebagai berikut:

a. Nilai-nilai kejujuran

- Hindari pembelajaran yang bersifat verbalisme atau hanya memberi konsep.

- Anak usia dini masih sangat memerlukan pembelajaran nyata (operational


condrere)

- Akan sangat efektif bila mereka memperoleh sesuatu hal yang disimpulkan
sendiri (eksplorasi)

- Contoh penerapan pembelajaran:

 Guru dapat mengajukan pertanyaan; siapa yang sering menemaninya di


rumah?, pukul berapa mama pergi kerja?, pukul berapa ayah pulang kerja?
 Setalah anak menjawab dengan jujur, beri penguatan (stressing) bahwa
berkata jujur dan berbicara apa adanya adalah perbuatan mulia dan
menandakan anak yang baik.

b. Toleransi

- Anak usia dini cenderung bersikap egosentris (lebih mementingkan diri sendiri,
tetapi tidak merugikan temannya)

- Relatif melakukan aktivitas bermain soliter (bermain sendiri)

- Guru perlu berperan aktif menstimulasi agar potensi tersembunyi anak dapat
muncul dan berkembang kearah positif

- Contoh penerapan;

 Guru dapat mendampingi anak dalam permainan out door/play ground yang
dipergunakan oleh banyak anak

 Latih dan biasakan anak untuk mengantri/saling bergantian.

c. Setia kawan

- Setia kawan merupakan buah dari kebaikan suasana kebaikan suasana


kebatinan seseorang yang memiliki moral tinggi.

- Setia kawan akan memupuk rasa empati atau mampu merasakan apa yang
diderita/dirasakan oleh orang lain di sekitarnya.

- Contoh penerapan pembelajaran;

 Saat makan bersama, ajukan pertanyaan; siapa yang hari ini tidak membawa
makanan/minuman?, siapa yang mau membagi makanannya kepada teman
yang tidak membawa makanan/minuman?.

 Mintalah anak memberikan makanan kepada temannya yang tidak membawa


makanan/minimun

Anda mungkin juga menyukai