Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HAKIKAT PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA DINI

DOSEN PEMBIMBING

Cucu Sopia, S.Pd, M.Si

DISUSUN OLEH

Rani Dinda Fitriani (170651047)

Nur’isyqi Faradillah Khumaedi (170651017)

Cici Mei Wulandari (170651008)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2018
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang selalu


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Hakikat Perkembangan Sosial Anak Usia Dini”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah
Metode Pengembangan Sosial Emosi Anak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa apapun hasil karya manusia tidak akan pernah bisa menandingi kesempurnaan
Maha karya Allah SWT. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan tulisan ini, sehingga bermanfaat bagi kita semua,
khususnya penulis pribadi.

Cirebon, 25 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
A. Pengertian Pengembangan sosial........................................................................6
B. Proses Perkembangan Sosial..............................................................................6
C. Faktor Mempengaruhi Pekembangan Sosial......................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selain sebagai makhuk individu, secara fitrah manusia juga sebagai makhluk
sosial, yang tidak bisa lepas dan selalu membutuhkan manusia yang lain. Menurut
para psikolog, kebutuhan utama sebagai manusia, dan menjadi manusia yang sehat
secara ruhaniah adalah kebutuhan akan berhubungan sosial yang ramah, yang hanya
bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Lebih lanjut, Abraham Maslow menyebutkan bahwa manusia mempunyai lima
kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Jika berkaca pendapatnya maslow, sudah jelas
bahwa sebagai manusia, berkomunikasi dengan orang lain dalam bermasyarakat
adalah kebutuhan dasar yang kalu tidak terpenuhi akan berakibat negative pada diri
orang tersebut. Dan bisa juga dikatakan sebagai manusia yang “tidak sehat” secara
sosial.
Kercedasan sosial anak sangat berpengaruh pada pola pendidikan anak dirumah.
Pola pendidikan orang tua yang demokratis, otoriter dan permisif. Pola asuh tentunya
memberikan pengaruh perilaku sosial dan sikap anak pada lingkungan sosialnnya.
Jika anak didik dalam keluarga yang demokratis maka anak cenderung aktif secara
sosial dan mudah bergaul. Sementara itu , jika anak dididik dengan cara otoriter,
maka anak cenderung pendiam dan tidak melawan, tapi disisi lain keingintahuan dan
kreativitasnya terlambat karena tertekan orang tua.
Dengan kata lain bahwa perkembangan sosial sejatinya tidak dapat dipisahkan
dengan perkembangan emosional. Karena membahas perkembangan emosional harus
bersinggungan dengan perkembangan sosial anak. Demikian juga membahas
perkembangan sosial harus melibatkan emosional. Sebab keduannya terintegrasi
dalam bingkai kejiwaan yang utuh.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang
berkaitan, dengan identikasi perkembangan sosial pada anak usia dini, antara lain :
1. Apa pengertian perkembangan sosial pada anak usia dini?
2. Apa saja proses perkembangan sosial pada anak usia dini?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial pada anak?

4
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, tujuan pembahasan tentang identfikasi
perkembangan sosial pada anak usia dini:
1. Agar dapat mengerti dan memahami tentang pengembangan sosial pada anak
usia dini.
2. Agar dapat mengetahui tentang proses pengembangan sosial pada anak usia
dini.
3. Agar dapat mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi pada
pengembangan sosial pada anak usia dini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan sosial


Muhibin (1999:35) mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,
budaya, bangsa, dan seterusnya. Perkembangan sosial adalah perolehan kemampuan
berprilaku yang sesuai dengan tuntuan sosial (Hurlock,1978). “Sosialisasi adalah
kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial”.
Sementara itu Farida Mayar (2013) menjelaskan bahwa perkembangan sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam berhubungan sosial. Dapat diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma, moral, dan tradisi:
meleburkan diri menjadi suatu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerjasama.

B. Proses Perkembangan Sosial


Hurlock menjelaskan kemampuan orang yang mampu bersosialisasi dengan
masyarat memerlukan tiga proses. Proses sosialisasi ini tampaknya terpisah, tetapi

5
sebenarnya saling berhubungan satu sama lainnya. Sehingga, kegagalan salam satu
proses saja akan menurunkan kadar sosialisasi individu dalam masyarakat. Ketiga
proses tersebut adalah sebagi berikut (Hurlock,1978):
1) Belajar untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat
Setiap kelompok sosial (masyarakat) mempunyai standar norma bagi para
anggotanya dalam berperilaku yang dapat diterima bagi sesama. Untuk
dapat bermasyarakat, anak tidak hanya mengetahui perilaku yang dapat
diterima, tetapi mereka harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang
dapat diterima.

2) Belajar memainkan peran sosial yang ada di masyarakat


Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan
dengan seksama oleh anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai
contoh, ada Peran yang disetujui bagi orang tua dan anak, serta bagi guru
dan murid.

3) Mengembangkan sikap/tingkah laku sosial terhadap individu lain dan


aktivitas sosial yang ada di masyarakat
Untuk bermasyarakat dengan baik, anak-anak harus memiliki aktivitas
sosial. Jika mereka dapat melakukan dan memilikinya, mereka akan
berhasil dalam penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota
kelompok.
Pada perkembangannya, berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan
terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu
nonsosial. Kelompok individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya
mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka mampu mengikuti kelompok yang
diinginkan dan diterima sebagai anggota kelompok. Adakalanya mereka selalu
menginginkan adanya orang lain dan merasa kesepian apabila berada seorang diri.
Selain itu, mereka juga merasa puas dan bahagia jika selalu berada dengan orang lain.
Adapun kelompok individu nonsosial, mereka adalah orang-orang yang tidak berhasil
mencerminkan ketiga proses sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa
yang diharapkan kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan
harapan sosial. Kadang-kadang mereka tumbuh menjadi individu antisosial, yaitu
individu yang mengetahui harapan kelompok sosial, tetapi dengan sengaja melawan
hal tersebut. Akibatnya individu antisosial ini ditolak atau dikucilkan oleh kelompok
sosial.
Selain kedua kelompok tadi, dalam perkembangan sosial ini terdapat istilah
individu yang introvert dan extrovert. Introvert adalah kecenderungan seseorang
untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat, sikap ataupun keputusan-

6
keputusan yang diambil selalu didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan
pengalamannya sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan introvert, biasanya
pendiam dan tidak membutuhkan orang lain karena merasa segala kebutuhannya bisa
dipenuhi sendiri. Sedangkan extrovert adalah kecenderungan seseorang untuk
mengarahkan perhatian ke luar dirinya sehingga segala minat, sikap, dan keputusan-
keputusan yang diambilnya lebih ditentukan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di
luar dirinya. Orang-orang extrovert biasanya cenderung aktif, suka berteman, dan
ramah-tamah. Seorang ahli menyatakan introvert dan extrovert hanya merupakan
suatu tipe dari reaksi yang ditunjukkan seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi
yang terus-menerus seperti itu atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa dianggap
sebagai tipe kepribadiannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suatu
kepribadian yang sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini.
Dengan demikian, kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya serta
kebutuhan akan prestasi dan refleksi diri keduanya bisa terpuaskan
Ada beberapa karakteristik yang dapat menggambarkan individu dengan
penyesuaian diri baik, yaitu sebagai berikut.
1) Dapat menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya.
2) Mau menerima tanggung jawab sesuai dengan perannya. Misalnya peran
sebagai anggota kelompok, murid di sekolah atau sekadar peran kakak
terhadap adiknya.
3) Mampu membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang
minimum.
4) Mampu memecahkan masalah dengan segera.
5) Dapat menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tidak untuk
melarikan diri.
6) Dapat menunjukkan kemarahan ketika merasa terluka atau merasa haknya
terganggu.
7) Dapat menahan sakit dan frustrasi bila diperlukan
8) Dapat berkompromi ketika mengalami kesulitan
9) Untuk menjadi individu dengan penyesuaian diri yang baik, seorang anak
harus merasa bahagia dan mampu menerima dirinya. Untuk itu, sejak dini
anak perlu diajak bersikap realistis terhadap diri dan kemampuannya
10) Dapat mengonsentrasikan energinya pada tujuan

C. Faktor Mempengaruhi Pekembangan Sosial


Soetarno (1989) berpendapat bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak, yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor dari luar
rumah atau luar keluarga. Kedua faktor tersebut dilengkapi oleh Hurlock (1978)
dengan faktor ketiga, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak.

7
1) Faktor lingkungan keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial
anak. Di dalam keluarga yang interaksi sosialnya berdasarkan simpati
inilah manusia pertamakali belajar memperhatikan keinginan orang
lain,belajar bekerja sama, belajar membantu orang lain. Menurut beberapa
kajian, pengaruh keluarga dalam pembentukan sosial dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya adalah:
o Hubungan dengan anggota keluarga
Pengalaman berinteraksi sosial dalam keluarga turut menentukan
tingkah lakunya terhadap orang lain dalam kehidupan sosial di luar
keluarga. Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga tidak lancar
atau tidak wajar maka interaksinya dengan masyarakat juga
berlangsung tidak wajar atau akan mengalami gangguan.
o Posisi anak (sulung, tengah, bungsu)
Urutan posisi anak dalam keluarga berpengaruh pada anak misalnya
sang anak merupakan anak terakhir bisa jadi sang anak selalu
bergantung pada orangtua dan saudaranya. Jika hal ini terjadi akan
berpengaruh pada tingkat kemandirian anak tersebut.
o Jumlah keluarga
Pada dasarnya jumlah anggota yang besar berbeda dengan jumlah
anggota yang sedikit, maka perhatian, waktu dan kasih saying lebih
banyak tercurahkan, dimana segala bentuk aktifitas dapat ditemani
ataupun dibantu.Hal ini berbeda dengan anak dengan keluarga yang
besar.
o Perlakuan keluarga terhadap anak
Adanya perlakuan keluarga terhadap anak prasekolah secara
langsung mempengaruhi pribadi dan gerakan sang anak, dimana
dalam keluarga tertanam rasa saling perhatian, tidak kasar dan
selalu merespon setiap kegiatan anak, maka dapat berpengaruh
terhadap perkembangan anak yang lebih baik dan terarah
o Harapan orang tua terhadap anak.
Setiap orangtua memiliki harapan mempunyai anak yang baik,
cerdas dan terarah dalam masa depannya. Harapan orangtua adalah
mempunyai anak yang memiliki perkembangan sesuai dengan
pertumbuhannya.Artinya bahwa perkembangan anak prasekolah
yang sekolah bertujuan mempunyai arah sesuai perkembangannya.
2) Faktor dari luar rumah
Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di dalam
rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola
perilaku anak. Jika hubungan mereka dengan teman sebaya dan orang

8
dewasa di luar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan
sosial tersebut dan ingin mengulanginya.Sebaliknya, jika hubungan itu
tidak menyenangkan atau menakutkan, maka anak-anak akan
menghindarinya dan kembali kepada anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan sosial mereka. Jika anak senang berhubungan dengan orang luar,
ia akan terdorong untuk berperilaku dengan cara yang dapat diterima orang
luar tersebut. Karena hasrat terhadap pengakuan dan penerimaan sosial
sangat kuat pada anak-anak akhir. pengaruh kelompok teman sebaya (masa
prasekolah) lebih kuat dari pada ketika mereka masih kecil dan kurang
berminat bermain dengan teman sebaya.
3) Faktor pengaruh pengalaman sosial awal
Kekuatan perilaku sosial awal sebagai pola perilaku yang cenderung
menetap mampu mempengaruhi perilaku anak pada situasi sosial
selanjutnya. Oleh karena itu, pengalaman sosial awal anak harus difasilitasi
dengan situasi sosial yang positif dan dapat diterima oleh lingkungan yang
luas. Sebagai misal, ketika anak dapat pengalaman sosial yang baik yang
diperoleh sebelumnya akan mendorong anak mencari pengalaman
semacam itu lagi pada perkembangan sosial selanjutnya. Sebaliknya, jika
anak memiliki pengalaman sosial yang buruk yang diperoleh sebelumnya
akan mendorong anak tidak lagi mencari pengalaman semacam itu lagi dan
ini akan berdampak buruk pada anak sekarang dan dikehidupan mendatang
karena kurangnya proses sosialisasinya anak akan mengalami kesulitan
dilingkungan sekitarnya yang berada diluar rumah.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang tua harus menyadari, bahwa lambat laun, seiring bertambahnya usia anak
akan menjadi makhluk sosial, yang harus berinteraksi dan berkomuikasi dengan
teaman dan orang dewasa dilingkungan sosial. Perkembangan sosial bagi anak sangat
diperlukan, dimana perkembangan soial adalah suatu proses perubahan yang
berlangsung secara terus menerus menuju pendewasaan. Anak yang berkembang
dengan baik dalam aspek-aspek sosial-emosional akan memiliki kualitas diri yang
positif. Dalam mengembangkan aspek sosial pada anak, perlu stimulasi-stimulasi dari
berbagai aspek pendorong, baik dari keluarga, lingkungan, maupun masyarakat

B. Saran
Disarankan kepada pendidik maupun masyarakat agar mampu memahami
perubahan pola tingkah laku dan sosial-emosional anak serta mampu
menstimulasinya dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

10
Mulyadi, Novi. 2018. Perkembangan Dasar Anak Usia Dini. Jogyakarta: Penerbit
Gava Media.

Nugraha, Ali dan Rachmawati, Yeni. 2014. Metode Pengembangan Sosial. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Tirtayani, Luh Ayu. 2015. Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Graha Ilmu.

Susanto, Ahmad. 2017. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media

11

Anda mungkin juga menyukai