Anda di halaman 1dari 14

PERLIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM MASALAH

KEKERASAN PADA ANAK USIA DINI


(tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan
PAUD)

Dosen Pengampu:

Dra. Beti Sulilawati, M.pd

Disusun oleh:

Abie Muqafi Ashidiqi 1911070250

Ranti Nurhaliza 1911070186

Siti Masitoh 1911070098

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNUVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “perlibatan orang tua dan
masyarakat dalam masalah kekerasan Anak Usia Dini” guna memenuhi tugas
mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat dalam Penyelenggaraan PAUD dengan
tepat waktu.

Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini karena penulis menyadari
bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………...….1


B. Rumusan Masalah…………………..…………………………...……….….1
C. Tujuan Penulisan…………………….………………………………………1

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Usia Dini……………………..……2
B. Factor-faktor Yang Mendorong Timbulnya Kekerasan Terhadap Anak
Usia Dini ………………………………………………………..……..........2
C. Macam-macam Kekerasan Terhadap Anak Usia Dini………….….……….4
D. Cara Orang tua dan Masyarakat Mengatasi Kekerasan Pada Anak Usia
Dini………………………………………………………………………….5
E. Cara Orang tua dan Masyarakat Dalam Mencegah Kekerasan Pada Anak
Usia Dini………………………………………………………………...…..7
F. Perlibatan Orang tua dan Masyarakat Dalam Permasalahan Kekerasan
Pada Anak Usia Dini………………………………………...………………7

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpilan……………………………………………………….………...10

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Banyak orang tua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang
wajar, mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan
anak. Mereka lupa bahwa orang tua adalah orang yang paling
bertanggung jawab dalam mengupayakan kesejahteraan, perlindungan,
peningkatan kelangsungan hidup, dan mengoptimalkan tumbuh kembang
anaknya. Kekerasan terhadap anak dapat diartikan sebagai perilaku yang
sengaja maupun tidak sengaja yang ditujukan untuk mencederai atau
merusak anak, baik berupa serangan fisik maupun mental.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekerasan pada Anak Usia Dini ?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan pada Anak Usia
Dini ?
3. Macam-macam bentuk kekerasan pada Aak Usia Dini?
4. Bagaimana cara mengatasi kekerasan pada Anak Usia Dini ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kekerasan pada Anak
Usia Dini.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan pada
Anak Usia Dini.
3. Untuk mengetahui macam-macam bentuk kekerasan pada Anak Usia
Dini.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kekerasan pada Anak
Usia Dini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Usia Dini


kekerasan terhadap anak adalah segala tindakan baik yang sengaja
maupun tidak sengaja yang dapat merusak anak baik berupa serangan
fisik, mental social, ekonomi, maupun seksual yang melanggar hak asasi
manusia, bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam
masyarakat. Pengertian kekerasan menurut beberapa ahli yaitu :
1. Menurut Susanto
Kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak anak
yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap
anak yang tak berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab dari
orang tua atau pengasuh yang berakibat penderitaan dan
kesengsaraan.
2. Menurut Patilima
Kekerasan merupakan perlakuan yang salah dari orang tua.
Partilima mendefinisikan perlakuan yang salah pada anak adalah
segala perlakuan terhadap anak yang akibat dari kekerasannya
mengancam kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, baik secara
fisik, psikologi sosial maupun mental.
3. Menurut WHO
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diti sendiri, perorangan atau
sekelompok orang atau masyarakat yang kemungkinan besar
mengakibatkan trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan atau perampasan hak.

B. Faktor-faktor Yang Mendorong Timbulnya Kekerasan Terhadap Anak


Usia Dini

5
Beberapa faktor pemicu kekerasan terhadap anak menurut komnas
perlindungan anak, pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi
diantaranya:
1. Pewarisan kekerasan antar generasi (inter generational transmission of
violence)
Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orang tuanya dan ketika
tumbuh menjadi dewasa mereka melakuakan tindakan kekerasan kepada
anaknya. Dengan demikian, perilaku kekerasan diwarisi dari generasi ke
generasi.
2. Stress Sosial (social stress)
Stress yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan
resiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi sosial
ini mencakup : pengangguran (unemployment), penyakit (illness),
kondisi perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran keluarga
lebih besar dari rata-rata (a larger than average family size), kelahiran
bayi baru (the presence of a new baby), orang cacat di rumah(disabled
person),dan kematian seorang anggota keluarga (the death).
Sebagian besar kasus di laporkan tentang tindakan kekerasan
terhadap anak berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan.
Tindakan kekerasan terhadap anak juga terjadi dalam keluarga kelas
menengah dan kaya, tetapi tindakan yang dilaporkan lebih banyak
diantara keluarga miskin karena beberapa alasan.
3. Isolasi sosial dan keterlibatan masyarakat bawah
Orang tua dan pengganti orang tua yang melakukan tindakan
kekerasan terhadap anak.
4. Struktur keluarga
Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki resiko yang meningkat untuk
melakukan tindakan, cenderung terisolasi secara sosial. Sedikit sekali
orang tua yang bertindak keras ikut serta dalam suatu organisasi
masyarakat dan kebanyakan mempunyai hubungan yang sedikit dengan
teman atau kerabat. Kekerasan dan pengabaian terhadap anak misalnya,
orang tua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan
terhadap anak dibandingkan dengan orang tua utuh. Selain itu keluarga-
keluarga dimana baik suami atau istri mendominasi didalam membuat
keputusan penting seperti, dimana bertempat tinggal, pekerjaan apa yang
6
mau diambil bilamana mempunyai anak, dan beberapa keputusan
lainnya.

C. Macam-macam Kekerasan Terhadap Anak Usia Dini


1. Kekerasan secara fisik (physical abuse)
Kekerasan fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiyayan
terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu
yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka
dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda
tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang, atau rotan. Dapat
pula berupa luka bakar akibat bensin, air panas atau berpola akibat
sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah
paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut, punggung atau daerah pantat.
Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik umumnya dipicu oleh
tingkah laku anak yang tidak disukai orang tuanya, seperti anak nakal atau
rewel, menangis terus, meminta jajan, buang air atau muntah disembarang
tempat, memecahkan barang berharga dan lain sebainya .
2. Kekerasan Emosional (emotional abuse)
Kekerasan emosional terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan
pelindung anak setelah mengetahui anaknya meminta perhatian dan
mengabaikannya. Misalnya ia membiarkan anak lapar karena sedang
terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu pada waktu itu. Orang tua bisa jadi
mengabaikan kebutuhan anak untuk di kasihi dan dilindungi. Anak akan
mengingat semua kekerasan emosional jika kekerasan itu berlangsung
konsisten. Orang tua yang secara emosional berlaku keji pada anaknya
akan terus menerus melakukan hal sama sepanjang kehidupan anak itu.
3. Kekerasan Secara Verbal (verbal abuse)
Kekerasan secara Verbal biasanya berupa perilaku dimana pelaku
mlakukan pola komunikasi yang berisi penghinaan, ataupun kata-kata
yang melecehkan anak. Pelaku biasanya melakukan tindakan mental
abuse, menyalahkan, dan lain sebagainya .
4. Kekerasan Seksual (sexual abuse)
Kekerasan seksual adalah apabila seorang anak dilecehkan secara
seksual oleh orang dewasa berapapun usianya dan juga bisa di lakukan
oleh anak yang usianya sama .
7
5. Kekerasa Anak Secara Sosial
Kekerasan secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan
eksploitasi anak . Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua
yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh
kembang anak. Misalnya, anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau
tidak diberikan pendidikan, perawatan, dan kesehatan yang layak.
Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan
sewenang-wenang terhadap anak yang dilakuakn keluarga atau
masyarakat. Contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi
kepentingan ekonomi, sosial, atau politik tanpa memperhatikan hak-hak
anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan fisik,
psikisnya dan status sosialnya.1
6. Kekerasan Secara Mental
Bentuk kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun
dampaknya bisa lebih besar dari kekerasan secara verbal. Kekerasan
seperti ini meliputi pengabaian orang tua terhadap anak yang
membutuhkan perhatian, maupun sering mrmbanding-bandingkan hal-hal
dalam diri anak tersebut dengan yang lain,dan bisa menyebabkan
mentalnya menjadi lemah. Dampak kekerasan seperti ini yaitu anak
merasa cemas, menjadi pendiam, rendah diri, dan hanya iri tanpa mampu
untuk bangkit.
7. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis adalah apabila orang tua tidak memberikan support,
dorongan, serta bimbingan pada anak. Selain itu, tindakan orang tua yang
selalu mencari-cari kesalahan anak dan kerapkali meremehkannya.

D. Cara Orang tua Dan Masyarakat Mencegah Dan Mengatasi Kekerasan


Pada Anak Usia Dini
1. Membantu anak melindungi diri
Yaitu dengan memberikan pemahaman dan pengajaran bagi anak
untuk tidak gampang mempercayai orang asing dan buat anak untuk
selalu menceritakan segala sesuatu yang terjadi dengan diri si anak dan
berikan pemahaman sertaajarkan anak untuk menolak segala perbuatan

1
Natalia. “Makalah Kekerasan Terhadap Anak” hlm.6

8
yang tidak senooh dengan segera meninggalkan dimana sentuhan itu
terjadi.
2. Pembekalan Ilmu Bela Diri
Pembekalan ilmu bela diripun dapat menjadi salah satu solusi agar
anak tidak menjadi korban kekerasan. Selain mengajarkan pada anak
mengenai kedisiplinan dan membentuk mental juga jasmani yang kuat,
bela diri dapat digunakan untuk membela diri sendiri dari ancaman-
ancaman yang ada. Namun harus tetap diberikan pengarahan bahwa ilmu
bela diri dipelajari bukan untuk melakukan kekerasan.
3. Maksimalkan Peran Sekolah
Sekolah harus memiliki fungsi control sosial, yakni sekolah
memiliki assessment (penilaian) terhadap perilaku anak. Sekolah juga
harus menggagas aktifitas-aktifitas internal sekolah yang bersifat positif,
4. Pendidikan Budi Pekerti
Salah satu solusi untuk mencegah krisis moral yang melanda
dikalangan generasi penerus adalah mengajarkan budi pekerti baik
dirumah maupun di sekolah.
5. Laporkan Pada Pihak Berwajib
Apabila terjadi kekerasan fisik, psikis ataupun seksual ada baiknya
segera laporkan pada pihak yang berwajib. Hal ini bertujuan agar segera
diambil diambil tindakan lebih lanjut terhadap tersangka agar
mengurangi angka kejahatan yang sama terjadi. Sementara korban harus
segera mendapatkan bantuan ahli medis serta dukungan dari keluarga.

Penjelasan-penjelasan diatas diharapkan mampu efektif dalam


menangani juga juga mengantisipasiterjadinya kekerasan pada anak.
Pengembangan potensi anak juga diharapkan harus berkelanjutan dan
terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik,
mental, spiritual maupun sosial. Tindakan ini dimaksudkan untuk
mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai
penerus bangsa yang potensial, tangguh, memiliki nasionalisme yang
dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta berkemauan keras
menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara.2

2
Arief.”Upaya Mengatasi Masalah Perlindungan Terhadap Kekerasan Anak Dalam Tinjauan HAM” hlm.12

9
E. Cara Orang Tua Dan Masyarakat Dalam Melindungi Kekerasan Pada
Anak Usia Dini
1. Perhatikan Orang-orang yang Berada di Sekeliling Anak
Perhatikan siapa saja yang berpotensi untuk melakukan kekerasan
pada anak, karena curiga itu tidak dosa asal kecurigaan anda memiliki
dasar yang jelas.
2. Jangan Meninggalkan Anak Sendirian Tanpa Ada Satupun Orang
Terdekat yang Mengawasi Mereka
Pastikan bahwa orang tua selalu menitipkan anak pada orang
terdekat yang dapat dipercaya.

F. Perlibatan Orang Tua Dan Masyarakat Dalam Permasalahan


Kekerasan Pada Anak Usia Dini
1. Orang Tua
Dalam kasus kekerasan pada anak dapat berkembang dalam keluarga.
Individu yang mengalami kekerasan dari orang tuanya dulu, memiliki
kecendrungan signifikan untuk melakukan hal yang sama pada anak
mereka nanti. Tingkah laku agresi dipelajari melalui pengamatan dan
imitasi yang secara perlahan terintegrasi dalam sisitem kepribadian orang
tua. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk menyadari sepenuhnya
bahwa perilaku mereka merupakan model rujukan bagi anak-anaknya,
sehingga mereka mampu menghindari perilaku yang kurang baik.
Peran keluarga terutama orang tua sangatlah penting. Perlindungan
dan kasih saying seharusnya semakin ditingkatkan, serta perekonomian
yang sulit jangan menjadikan anak sebagai bahan eksploitasi untuk
mencari uang karena masa anak masih dalam tahap belajar dan bermain
serta mengenal lingkungan, karena hal tersebut adalah bekal mereka untuk
menghadapi kehidupan selanjutnya ketika mereka beranjak dewasa.
Pendidikan juga sangat wajib bagi anak, orang tua juga wajib dalam
mengawasi lingkungan anak agar tidak menjadi korban kekerasan orang-
orang yang tidak bertanggung jawab.
2. Guru
Peran seorang guru dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di
Negara kita bukan saja untuk membuat anak pandai dan pintar, tetapi juga
10
harus dapat melatih mental anak didiknya. Peran guru dalam memahami
kondisi siswa sangat diperlukan. Sikap aktif, bijaksana, dan toleransi
sangat diperlukan. Idealnya seperti seorang guru mengenal betul pribadi
peserta didik, termasuk status sosial orang tua murid sehingga guru dapat
bertindak dan bersikap bijak.
3. Masyarakat
Anak-anak selain bersentuhan dengan orang tua dan guru, mereka
pun tidak bisa lepas dari berbagai persinggungan dengan lingkungan
masyarakat dimana dia berada. Untuk itu diperlukan kesadaran dan kerja
sama dari berbagai elemen dimasyarakat untuk turut memberikan nuansa
pendidikan positif bagi anak-anak.
4. Pemerintah
Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap
kemaslahatan rakyatnya, termasuk dalam hal ini adalah dengan menjamin
masa depan bagi anak-anak sebagai generasi penerus. Pemerintah harus
memberikan ketegasan pada masyarakat mengenai Undang-undang
No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bila perlu memberikan
sosialisasi bahwa ada Undang-undang yang bertujuan dalam
perlindungan anak serta dijelaskan juga sanksi terhadap setiap orang yang
melanggar Undang-undang tersebut. Pemerintah juga harus memberikan
fasilitas pelatihan dan pembelajaran anak. Maka pemerintah harus siap
menampung anak-anak yang terlantar sesuai dengan UUD 1945 pasal 34
ayat 1 yang berbunyi “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh Negara”.
Selain itu sangatlah perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan
badan pemerintah seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
KPAI bertugas melakuakan sosialisasi mengenai seluruh ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak,
mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat,
melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan kepentingan anak. Selain itu KPAI juga dituntut untuk
memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada presiden
dalam rangka perlindungan anak.
Menurut ketentuan Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak pasal 64 ayat 3 dan Undang-undang No.11 Tahun 2012
11
pasal 90 mengatur anak sebagai korban berhak mendapatkan rehabilitasi
dari lembaga maupun diluar lembaga. Kemudian di atur pula kedalam
Undang-undang No.13 Tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan
korban, bahwa korban tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum
baik medis, maupun rehabilitasi psiko sosial. Menurut pasal 1 No.2
Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak disebutkan
bahwa “perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan beradaptasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”.
Selanjutnya dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang
perlindungan anak yang pada prinsipnya mengatur mengenai
perlindungan hak-hak anak. Dalam Undang-undang No.4 Tahun 1979,
tentang kesejahteraan anak, pada prinsipnya diatur mengenai upaya-upaya
untuk mencapai kesejahteraan anak. Dan yang terakhir Undang-undang
No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak, yang pada
prinsipnya mengatur mengenai perlindungan terhadap anak sebagai
pelaku tindak pidana dalam konteks peradilan anak. Menurut Gostita
upaya perlindungan anak dapat dibagi menjadi perlindungan langsung
dan tidak langsung. Upaya-upaya perlindungan secara langsung
diantaranya meliputi pengadaan sesuatu agar anak terlindungi dan
diselamatkan dari sesuatu yang membahayakannya, pencegahan dari
segala sesuatu yang dapat merugikan atau mengorbankan anak,
pengawasan, penjagaan terhadap gangguan dari dalam dirinya ataupun
dari luar dirinya. Pembinaan mental, fisik, sosial, pemasyarakatan
pendidikan formal dan informal, pengasuhan, pengajaran (reward),
pengaturan dalam peraturan Perundang-undangan.
Sedangkan, upaya perlindungan tidak langsung anatara lain
meliputi: pencegahan orang lain yang merugikan, mengorbankan
kepentingan anak melalui suatu peraturan Perundang-undangan,
peningkatan pengertian yang tepat mengenai manusia, anak serta hak dan
kewajiban, penyuluhan mengenai pembinaan anak dan keluarga,
pengadaan sesuatu yang menguntungkan anak, pembinaan mental,
fisik,dan sosial.
12
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Kekerasan terhadap anak adalah segala tindakan baik yang disengaja
maupun tidak disengaja yang dapat merusak anak baik berupa serangan
fisik, mental sosial, ekonomi, maupun seksual yang melanggar hak asasi
manusia, bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam
masyarakat. Beberapa faktor pemicu kekerasan terhadap anak menurut
komnas perlindungan anak pemicu kekerasan terhadap anak yang terjadi
diantaranya: struktur keluarga, pewarisan kekerasan dari generasi ke
generasi, stress sosial dan asolasi sosial, serta keterlibatan masyarakat
bawah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arief.”Upaya Mengatasi Masalah Perlindungan Terhadap Kekerasan Anak Dalam


Tinjauan HAM” hlm.12

Natalia. “Makalah Kekerasan Terhadap Anak” hlm.6

Undang-undang No.4 Tahun 1979, tentang kesejahteraan anak

Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak

Undang-undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

14

Anda mungkin juga menyukai