Anda di halaman 1dari 19

ESENSI SUMBER BELAJAR DALAM

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah SatuTugas Mata Kuliah:

“ MEDIA DAN SUMBER BELAJAR AUD ”

Dosen Pengampu:

LILIS RAHMAWATI, M. Pd

Disusun Oleh:

1. FITRIA KHOFIFAH
2. KHOYUMIYAH
3. SRI BAIS SHOLIKAH

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
2020

KATA PENGANTAR

i
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang diberikan oleh NYA kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Esensi Sumber Belajar
dalam Pembelajaran Anak Usia Dini“, dengan baik dan lancar tanpa ada hambatan
yang berarti.

Makalah ini membahas tentang Hakikat anak dan cara belajar anak yang
sesuai dengan karakteristik anak dan membahas pentingnya sumber belajar dalam
pembelajaran Anak Usia Dini.

Penulis menyadari bahwa penulis tidak mampu menyelesaikan makalah ini


tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Lilis Rahmawati, M.Pd selaku dosen mata kuliah Media dan Sumber
Belajar AUD
2. Bapak dan Ibu sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis.
3. Semua teman-teman yang telah memberikan semangat kepada penulis.
4. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikanya makalah ini.

Dalam terselesaikanya penulisan makalah ini kurang dari kesempurnaan.


Untuk itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran supaya penulis dapat
menyempurnakan makalah ini untuk menjadikanya lebih baik. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Nglawak, 19 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Anak....................................................................................3
B. Cara Belajar Anak.......................................................................7
C. Pentingnya Sumber Belajar pada Anak Usia Dini..........................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................15
B. Saran.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Anak merupakan individu yang unik, sehingga anak selalu memunculkan
berbagai pandangan tentang arti sebenarnya hakikat seorang anak. Guru/
pendidik anak usia dini sebagai pelaku pendidikan yang secara langsung
berhadapan dengan anak sangat penting memahaminya sesuai dengan tugas
perkembangan anak pada setiap tingkat usia tertentu. Ketidakpahaman
mengenai hal tersebut akan membuat guru terjebak dalam kegiatan rutin yang
tidak mengacu pada kebutuhan anak secara individual maupun kelompok,
bahkan akan menciptakan pembelajaran yang membosankan bagi anak. Hal
tersebut disebabkan karena kegiatan dari hari ke hari tetap sama tanpa
kegiatan yang menantang atau menarik.
Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna
bagi anak dipengaruhi oleh berbagai unsur, antara lain guru yang memahami
secara utuh hakikat, sifat dan karakteristik anak, metode pembelajaran yang
berpusat pada kegiatan anak, sarana belajar anak yang memadai, tersedianya
berbagai sumber belajar yang menarik dan mendorong anak untuk belajar,
dan lain-lain. Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan
mendukung terciptanya kondisi belajar anak yang menarik dan
menyenangkan dan menantang bagi anak. Mengingat peran sumber belajar di
lembaga PAUD sangat penting dalam menunjang keberhasilan terciptanya
proses dan pencapaian perkembangan anak yang diharapkan, pemahaman
guru secara utuh mengenai pentingnya sumber belajar merupakan salah satu
aspek yang harus menjadi perhatian pendidik PAUD.1
Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan para pembaca juga para
pendidik untuk mengetahui hakikat anak dan karakteristik anak dalam belajar
agar proses pembelajaran dapat diterima dan menyenangkan bagi anak.

1
Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan, Media & Sumber Belajar PAUD (Tangerang:
Universitas Terbuka, 2016), hal 1.1

1
Sumber pembelajaran memegang peranan penting dalam rangka
terselenggarakanya kegiatan yang menarik dan bermakna bagi anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat Anak ?
2. Bagaimana Cara Belajar Anak ?
3. Apa Pentingnya Sumber Belajar Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat anak.
2. Untuk mengetahui cara belajar anak.
3. Untuk mengetahui pengertian sumber belajar dalam pembelajaran anak
usia dini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Anak
Anak adalah individu unik dan memiliki kekhasan tersendiri. Kajian
tentang anak selalu menarik sehingga memunculkan berbagai pandangan
tentang hakikat seorang anak sebenarnya. Ada yang berpandangan bahwa
anak adalah miniatur atau bentuk kecil orang dewasa, ada pula yang
beranggapan bahwa anak ibarat kertas kosong yang bisa ditulisi apa pun.
Anak tidak memiliki potensi, ia hanya menjadi apa yang diinginkan oleh
lingkunganya. Bahkan ada yang memandang bahwa anak memiliki dosa yang
diturunkan oleh orang tuanya. Meski demikian tak sedikit pula yang
beranggapan bahwa anak pada dasarnya dilahirkan dengan membawa potensi
yang akan berkembang dan menjadi penentu dalam kehidupanya di masa
yang akan datang.2
Uraian di atas memperlihatkan bahwa pandangan tentang anak sangatlah
beragam. Keragaman ini merupakan cerminan bahwa ilmu pengetahuan terus
berkembang dan setiap orang perlu mempelajarinya sehingga wawasan serta
pemahaman tentang hakikat anak semakin meningkat. Berikut ada beberapa
pendapat para ahli tentang hakikat anak:
1. Pandangan Pestalozzi
Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli pendidikan Swiss
yang hidup antara tahun 1746-1827. Pestalozzi adalah seorang tokoh
yang memiliki pengaruh cukup besar dalam dunia pendidikan. Pestalozzi
berpandangan bahwa anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang
baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak
berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa masing-masing tahap pertumbuhan dan
perkembangan seorang individu haruslah tercapai dengan sukses sebelum
berlanjut pada tahap berikutnya. Permasalahan yang muncul dalam suatu
tahap perkembangan akan menjadi hambatan bagi individu tersebut

2
Ibid., 1.4

3
dalam menyelesaikan tugas perkembangannya dan hal ini akan
memberikan pengaruh yang cukup besar pada tahap berikutnya.
Pestalozzi memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pendidikan
adalah berdasarkan pengaruh pancaindra, dan melalui pengalaman-
pengalaman tersebut potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu
dapat dikembangkan. Pestalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik
untuk mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai
pengalaman, antara lain dengan menghitung, mengukur, merasakan, dan
menyentuhnya.
Pandangan Pestalozzi tentang anak dapat disimpulkan bahwa anak
harus aktif dalam menolong atau mendidik dirinya sendiri. Selain itu
perkembangan anak berlngsung secara teratur, dan maju setahap demi
setahap. Implikasi atau pengaruh pembelajaran juga harus teratur
selangkah demi selangkah.3
2. Pandangan Maria Montessori
Maria montessori hidup sekitar tahun 1870- 1952. Ia seorang
dokter dan ahli tentang manusia, yang berasal dari italia. Pandangan
Montessori tentang anak tidak terlepas dari pengaruh pemikiran ahli yang
lain, yaitu Rousseau dan Pestalozzi yang menekankan pada pentingnya
kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih agar potensi yang
dimilik anak dapat berkembang secara optimal.
Montessori memanadang perkembangan anak usia dini sebagai
suatu proses yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan
merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin
pribadi, kemandirian, dan pengarahan diri. Montessori beranggapan
bahwa pendidikan merupkan suatu upayauntuk membntu perkembangan
anak secara menyeluruh dan bukan sekedar menagajar. Spirit atau nilai-
nilai dasar kemanusiaan itu berkembang melalui interaksi antara anak
dengan lingkunganya.

3
Ibid., 1.6

4
Montessori meyakini bahwa ketika dilahirkan anak secara bawaan
sudah memiliki pola perkembangan psikis atau jiwa. Pola ini tidak dapat
teramati sejak lahir, tetapi sejalan dengan proses perkembangan yang
dilaluinya maka akan dapat teramati. Anak memiliki motif atau
dorongan yang kuat kearah pembentuukan jiwanya sendiri (self
contruction) sehingga secara spontan akan berusaha untuk membentuk
dirinya mealui pemahaman terhadap lingkunganya.
3. Pandangan Froebel
Friedrich Wiljiem August Froebel lahir dijerman pada tahun 1782
dan wafat pda tahun 1852. Pndanganya tentang anak banyak dipengaruhi
oleh Pestalozzi serta para filsuf Yunani.
Froebel memandang anak sebagai individu yang pada kodratnya
bersifat baik. Sifat yang buruk timbul karena kurangnya pendidikan atau
pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut. Setiap tahap perkembangan
yang dialami oleh anak harus dipadang sebagai suatu kesatuanyang utuh.
Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang jika tidak dibina dan
dikembangkan.
Froebel memandang pendidikan dapat membantu perkembangan
anak secara wajar. Ia menggunakan taman sebgai simbol dari pendidikan
anak. Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tepat maka seperti
halnya tanaman muda akan berkembang secara wajar meengikuti
hukumnya sendiri. Pendidikan taman kanak-kanak harus mengikuti sifat
dan karakteristik anak. Oleh sebab itu, bermain dipandang sebagai
metode yang tepat untuk pembelajaran anak, serta merupakan cara anak
dalam meniru kehidupan orang dewasa di sekelilingnya secara wajar.
Froebel memiliki keyakinan tentang pentingnya belajar melalui bermain.4
4. Pandangan J.J. Rousseau
Jean Jacques Rousseau yng hidup anatara tahun 1712 sampai
dengan tahun 1778, dilahirkn di Swiss tetapi sebagian besar waktunya di
habiskan di Prancis. Rousess menyarankan konsep “ kembali ke alam”

4
Ibid.,1.7-1.9

5
dan peendekatan yang beersifat alamiah dalam pendidikan anak.
Pendekatan alamiah berarti anak akan berkembang secara opimal, tanpa
hambatan. Menurutnya pendidikan yang bersifat alamiah mengahasilkan
dan memacu berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas
dan rasa ingin tahu.
Rousseau percya walaupun kita telah melakukan kontrol terhadap
pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial dan melalui indra,
tetapi kita tetap tidak bisa mengontrol pertumbuhan yang sifatnya alami.
Rousseau memiliki keyakinan bahwa seorang ibu dapat menjamin
pendidikan anaknyaa secara alamiah. Ia berprinsip bahwa dalam
mendidik anak, orang tua perlu memberi kesempatan pada anak agar
mereka dapat berkembang secara alamiah.
5. Pandangan Konstruktivis
Pandangan ini dimotori oleh dua orang ahli yaitu Jean Piaget dan
Vigotsky yang mempunyai asumsi bahwa anak adalah pembangun yang
aktif. Anak mengkontruksi / membangun pengetahuanya berdasarkan
pengalamanya. Pengetahuan itu diperoleh anak dengaan cara
membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukanya
dengan lingkungan.
Piaget dan Vigotsky sama-sama menekankan pada pentingnya
aktivitas bermain sebagai sarana pendidikan anak, terutama yang
berkaitan dengan pengembangan kapasits berpikir. Lebih jauh mereka
berpendapat bahwa aktivitas bermain juga dapat menjadi akar bagi
perkembangan perilaku moral. Hal itu terjadi ketika individu dihadapkan
pada situasi yang menuntut mereka untuk berempati serta memenuhi
aturan dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat.5
6. Pandangan Ki Hajar Dewantara
Ki hajar memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki
pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta

5
Ibid., 1.10-1.12

6
mengatur dirinya sendiri. Akan tetapi kemerdekaan itu juga sangat relatif
karena dibatasi oleh hak-hak yang patut dimiliki orang lain.
Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya
sehingga anak patut diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak
terus-menerus dicampuri atau dipaksa. Pamong atau pembimbing hanya
boleh memberikan bantuan apabila anak menghadapi hambatan yang
cukup berat dan tidak dapat diselesaikan. Hal tersebut merupakan
cerminan dari semboyan tut wuri handayani.
Ki hajar Dewantara memandang bahwa pendidikan itu sifatnya
hanya menuntun bertumbuhkembangnya kekuatan-kekuatan kodrat yang
dimiliki anak. Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar pembawaan
anak, kecuali memberikan tuntunan agar kodrat-kodrat bawaan anak itu
bertumbuh kembang ke arah yang lebih baik. Pendidikan berfungsi
menuntun anak yang berpembawaan tidak baik menjadi lebih berkualitas
lagi disamping untuk mencegahnya dari segala macam pengaruh jahat.
Dengan demikian, tujuan pendidikan itu adalah “ menuntun segala kodrat
yang ada pada anak agar ia sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang seinggi-tingginya dalam hidupnya”.6

B. Cara Belajar Anak


Cara belajar orang dewasa dengan anak-anak jelas berbeda. Ada
beberapa karakteristik belajar anak usia dini yang menonjol, yaitu uniuk,
egosentris, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif
dan berjiwa petualang, mengekspresikan perilaku secara relatif spontan, kaya
dengan fantasi, mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam melakukan
sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek, bergairah untuk belajar
dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin menunjukkan minat
terhadap teman. 7

6
Ibid., 1.13
7
Ibid., 1.14

7
Berikut beberapa uraian karakteristik cara belajar anak yaitu8:
1. Anak berbeda satu sama lain
Anak memiliki bawaan, minat, kemampuan, dn latar belaakaang
kehidupan masing-masing yang membuat anak dikatakan unik. Meskipun
terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat
diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki
perbedaan satu sama lain.
Minat belajar setiap anak berbeda, kita tidak bisa menyamaratakan
kemampuan daan memaksakan sesuatu yang tidak sesuai dengan minat
mereka. Guru yang memahami cara belajar anak seperti ini, akan
senantiasa memberikan pilihan kegiatan belajar. Kebebasan diberikan
kepada anak sesuai kemampuan dan minat masing-masing sehingga anak
merasa terfasilitasi dan keinginan atau minatnya tersalurkan dengan baik.
2. Anak lebih cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut
pandang dan kepentingnya sendiri
Anak bersifat egosentris, bagi anak sesuatu itu akan penting
sepanjang hal tersebut berkaitan dengan dirinya. Contoh ada dua anak
yang menyukai alat permaianan yang sama. Mereka akan saling berebut
dan tidak mau saling mengalah atau bergiliran. Guru perlu mengarahkan
dan membimbing anak sehingga mau belajar menyadari bahwa selain
dirinya orang lain memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
menggunakan alat permainan tersebut.
3. Anak lazimnya senang melakukan berbagai aktivitas
Anak sangat aktif bergerak, tanpa mengenal lelah, terlebih saat
anak dihadapkan pada suatu kegiatan yang baru dan menantang. Anak
menunjukkan sikap aktif dan energik. Keingintahuanya sangat besar yang
mendorog mereka melakukan kegiatan tanpa mengenal lelah. Guru harus
kretif dalam menyiapkan kegiatan- kegiatan permainan yang dapat
mengeksplor keingintahuan anak dan mengurasi rasa bosan pada anak.

8
Ibid., 1.15-1.21

8
4. Dengan rasa ingin tahu yng kuat, anak cenderung banyak
memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang
sempat dilihat dan didengarnya terhadap hal-hal baru
Guru atau pendidik PAUD harus memiliki pengetahuan dan
wawasan yang lus mengenai berbagai materi kegiatan untuk anak.
Sehingga mampu memberikan jawaban terhadap berbagai pertnyan dan
rasa penasaran anak. Anak sering memunculkan pertanyaan yang
mungkin tidak pernah kita duga, jika guru memiliki wawasan yang cukup
luas dan mendalami tentng sesuatu paing tidak guru dapat menjawab
dengan sederhana yang sesuai dengan bahasa anak.
5. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang
Rasa ingin tahu yang kuat membuat anak senang menjelajah,
mencoba dan mempelajari hal-hal baru. Ia senang membongkar pasang
mainan yang baru dibelinya. Guru harus secara kreatif menstimulasi
perkembangan anak dengn bergam kegitan maupun media an sumber
belajar sehingga anak terdorong untuk mengeembangkan kemampuanya
dalam berfikir kretif, konstruktif dan inovatif.
6. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan
Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli dan tidak
ditutup-tutupi sehingga mereflesikan apa yang ada dalam perasaan dan
pikiranya. Ia akan marah kalau ada yang membuatnya jengkel, ia akan
menangis kalau ada yang membuatnya sedih, dan ia pun akan
memperlihatkan wajah yang ceria saat ada yang membutnya gembira tak
peduli dimana dan dengan siapa ia berada.
7. Anak senang dan kaya dengan fantasi/ daya khayal
Anak senang dengan hal-hal yang imajinatif/ sifatnya khayal. Anak
tiadak saja senang terhadap cerita khayal yang disampaikan oleh orang
lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada orang lain. Kadang-
kadang ia bahkan dapat bercerita melebihi pengalaman nyata pada
usianya atau kadang bertanya tentang haal ghaib sekalipun.

9
8. Anak masih mudah frustasi
Umumnya anak masih mudah kecewa bila menghadapi sesuatu
yang tidak memuaskan. Ia mudh menangis atau marah apabila
keinginanya tidak terpenuhi. Kecenderungan perilaku anak seperti ini
terkait dengan sifat egosentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya
yang masih tinggi, serta rasa empatinya yang masih relatif terbatas.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu
Sesuai dengan perkembangan cara berpikirnya, anak lazimnya
belum memiliki rasa pertimbangan yang matang, termasuk dengan hal-
hal yang membahayakan dirinya dan orang lain. Guru perlu memberikan
bimbingan dengan penuh kesabaran. Masih kurangnya pertimbangan
anak jangan menjadi pemicu untuk memarahi dan menakut-nakuti anak
sehingga potensi keingintahuan anak yang besar dan keberanianya tetap
kita jaga dengan baik
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek
Umumya anak memiliki daya perhatian yang pendek, kecuali
nterhadap hal-hal yang menarik dan menyenangkan. Ia masih sangat sulit
untuk duduk dan memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu yang lama.
Guru harys melakukan berbagai variasi atau improvisasi kegiatan yang
membuat anak akan tetap memperhatikan yang kita jelaskan.
11. Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
Anak senang melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya. Ia senang mencari tahu
tentang berbagai hal, mempraktekkan berbagai kemampuan dan
ketrampilan, serta mengembangkan konsep dan ketrampilan baru.
Kegiatan yang eksploratif sangat bak untuk meningkatkan giraah belajaar
anak. Oleh karena itu kreativitaas dan inovasi guru dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran anak harus ditingktkan terus
sehingga minat dan motivasi belajar anak melalui kegiatan bermain
meningkat secara signifikan.

10
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman
Anak usia Taman kanak-kanak semakin berminat terhadap orang
lain. Ia mulai menunjukkan kemaampuan untuk bekerja sama dan
berhubungan dengan temn-temanya. Ia memiliki penguasaan
perbendaharaan kata yang cukup untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Minat anak usia dini untuk berteman dengan orang lain harus difasilitasi
oleh guru dengan merancang dan menyusun kegiatan belajar yang
mengkondisikan anak untuk belajar bersama, saling membantu, tolong
menolong sehingga anak belajar untuk memupuk sikap kebersamaan.

C. Pentingnya Sumber Belajar dalam Pembelajaran Anak Usia Dini


1. Pengertian sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang terdapat dilingkungan
disekitar anak yang dapat dipergunakan atau dimanfaatkan untuk
membantu pemahaman anak dalam proses belajar mengajar. Menurut
Januszewski dan Molendsa mengatakan Istilah sumber belajar dipahami
sebagai perangkat, bahan (materi), peralatan, pengaturan, dan orang
dimana pembelajar dapat berinteraksi dengannya yang bertujuan untuk
memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja.9
Sumber belajar sangat penting dalam proses belajar pembelajaran,
sebab tanpa adanya sumber belajar dalam proses pembelajaran tidak akan
terjadi. Association for Educational Communication and Technology atau
Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan yang sering disingkat
AECT1 memberikan batasan sumber belajar merupakan segala sesuatu
yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware),
teknik (method), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri
maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan
pembelajaran.10

9
Guslinda dan Rita kurnia, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Surabaya: CV. Jakad
Publishing, 2018), hal 19
10
Suhirman, Pengelolaan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Pemahaman Peserta
Didik, Jurnal Fitrah Vol 2 No.1, 2018, hal 154

11
Pada pembelajaran anak usia dini semua sumber dan bahan yang
ada disekitar lingkungan anak dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Misalnya taman bunga yang ada ada dihalaman sekolah, atau kebun
binatang, supermaket, kolam ikan, dan lain sebagainya. Selain itu hal-hal
yang dekat secara emosional dengan anak seperti hobi, hal-hal yang
disukai anak, film, dan lainnya, juga dapat dijadikan sumber belajar yang
dikembangkan melalui tema-tema pembelajaran. Pengembangan sumber
belajar yang bervariasi tentu tidak lepas dari kreativitas guru dalam
mengembangkan dan mengemas pembelajaran tersebut.
2. Pembelajaran anak usia dini
Pembelajaran anak usia dini pada hakikatnya merupakan suatu
sistem yang didalamnya terdiri dari beberapa komponen atau unsur.
Komponen utama dalam sebuah sistem terdiri dari tiga hal yaitu input
atau masukan, proses dan output atau keluaran. Dalam sistem
pembelajaran anak usia dini komponen inputnya adalah anak, komponen
prosesnya adalah kegiatan pembelajaran dan output atau keluarnya
adalah lulusan dari lembaga PAUD. Keseluruhan aspek atau unsur
tersebut pada hakikatnya sling berkaitan, saling berhubungan, saling
ketergantungan dan saling menerobos dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan.11
Komponen pertama adalah anak, yaitu sebagai bahan masukan
maksudnya anak sebagai subjek didik yang akan diberikan perlakuan.
Selanjutnya, anak masuk dalam tahap proses dalam hal ini kegiatan
pembelajaran atau proses pembeelajaran. Proses pembelajaran dalam
prakteknya didukung oleh unsur-unsur pendukung yaitu guru sebagai
fasilitator, fasilitas belajar yang digunakan seperti ruang kelas, kursi,
meja. Komponeen atau unsur lainya adaalah sumber belajar, metode dan
komponen penilaian. Komponen lingkungan juga penting karena
kelengkapan dan fungsinya sebagai penunjang proses pemebelajaran
tersebut yang akan menentukan kualitas lulusan dari lembaga PAUD.

11
Badru Zaman dan Asep Hery Hernawan, Media & Sumber Belajar PAUD, 1.28

12
Ada beberapa pertimbangan mengenai pentingnya sumber belajar
dalam pembelajaran anak usia dini, yaitu12:
1. Sumber belajar memberi kesempatan untuk mendapatkan
pengetahuan dan memperkaya wawasan anak dengan menggunakan
berbagai pilihan sumber belajar seperti buku, alat, narasumber,
metode, lingkungan, dan lain-lain.
2. Sumber belajar dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa anak sangat berkembang pesat jika
difasilitasi dengan berbagai sumber belajar seperti buku-buku
bergambar, menghadirkan narasumber, menggunakan radio, cerita
dari guru, beragam alat perminan edukatif untuk perkembangan
bahasa dan sumber-sumber lainya.
3. Sumber belajar dapat membantu mengenalkan anak pada lingkungan
dan juga mengajar anak mengenal kekuatan maupun kelemahan
dirinya. Lingkungan disekitar anak merupakan sumber belajar
potensial untuk meningkatkan perkembangan dan kemampuan anak.
Kebun sekolah jika dimanfaatkan dalam pembelajaran akan
menfasilitasi mereka, hal-hal nyata jika hanya dijelaskan dikelas
dengan pemahaman anak terhadap suatu konsep sangat teerbatas
namun dengan menemukanya langsung di lingkungan yang
sebenarnya.
4. Sumber belajar dapat menumbuhkan motivasi belaajar anak sehingga
perhatian anak meningkat. Sumber belajar yang beragam dan
bervarisi akan menimbulkan rasa ketertarikan anak terhadap materi
yang akan disampaikan guru. Anak-anak dapat memilih sumber
belajar mana yang paling cocok bagi dirinya sesuai dengan
kecenderungan minat dan gaya belajar masing-masing.
5. Sumber belajar memungkinkan anak untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan lebih baik lagi. Pemanfaatan sumber belajar
yang beragam dapat meningkatkan pemahaman anak secara lebih

12
Ibid., 1.29-1.33

13
baik. Hal tersebut dikarenakan materi untuk anak disampaikan secara
lebih jelas dan aktual. Dalam prakteknya memanfaatkan sumber
belajar yang beragam memberi kesempatan anak menunjukkan dan
mengekspresikan kemampuanya sebagai manfaat dari
terstimulasinya kemampuan anak secara lengkap dan tepat.
6. Sumber belajar mendukung siswa untuk lebih banyak melakukan
kegiatan belajar, yaitu selain mendengarkan uraian dari guru, tetapi
juga mengamati, melakukan mendemonstrasikan, dan lain-lain.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak merupakan bagian dalam kehidupan kita. Mengenali anak dan
dunianya secara mendalam menjadi hal menarik. Para ahli memiliki
pandangan yang berbeda mengenai anak. Pestalozzi berpandangan bahwa
anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik. Pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara bertahap dan
berkesinambungan. Ki hajar memandang anak sebagai kodrat alam yang
memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta
mengatur dirinya sendiri.
Anak memiliki karakteristik belajar anak usia dini yang menonjol, yaitu
unik, egosentris, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan perilaku secara relatif
spontan, kaya dengan fantasi, mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam
melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek, bergairah
untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin
menunjukkan minat terhadap teman.
Sumber belajar sebagai salah satu unsur pembelajaran anak usia dini
memegang peranan penting dalam pembelajaran anak usia dini, yaitu: sumber
belajar dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa, dapat
menumbuhkan motivasi belajar anak, membantu mengenalkan anak pada
lingkungan, dan mengajar anak untuk mengenal kekuatan maupun
kelemahanya, mendukung anak lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

B. Saran
Pembelajaran anak usia dini harus diciptakan menyenangkan, maka dari
itu sumber belajar yang beragam dan bervariasi dapat diterapkan di
pembelajaran anak agar anak tidak merasa bosan dan dapat mengeksplor
keingintahuan anak. Pendidik juga harus memahami dan mengetahui tentang
karakteristika anak yang beragam agar pemberian sumber belajar sesuai.

15
DAFTAR PUSTAKA

Guslinda, Rita kurnia. 2018. Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Surabaya: CV.
Jakad Publishing
Suhirman. Pengelolaan Sumber Belajar dalam Meningkatkan Pemahaman
Peserta Didik. Jurnal Fitrah Vol 2 No.1, 2018
Zaman, Badru, Asep Hery Hernawan. 2016. Media & Sumber Belajar PAUD.
Tangerang: Universitas Terbuka

16

Anda mungkin juga menyukai