Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

(Teacher Centered, Studen Centered dan Statistik / Inquiry, Discovery Approach)

Disusun
Oleh:

RAHMANIAR
NIM: 190210067

Dosen Pembimbing:
Munawarah, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada yang maha kuasa yang telah memberikan
berkat serta karunianya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul ” PENDEKATAN PEMBELAJARAN ANAK USIA
DINI“ yang tepat pada waktunya sebagai tugas mata kuliah. Belajar dan
Pembelajaran bagi anak Usia Dini mengucapkan terimakasih kepada Dosen
Bidang Study Belajar dan Pembelajaran bagi anak Usia Dini, karena atas
bimbingan beliau maka kami dapat mengetahui dan mengerti bagaimana cara
mengerjakan makalah yang baik dan benar. Makalah ini berisikan tentang
pengertian, penjelasan serta pemaparan. Dalam penyusunan makalah ini, Kami
mendapat banyak kesulitan karena kurangnya sumber serta fasilitas untuk
penyusunan makalah ini, tetapi itu semua kami jadikan tantangan untuk dapat
bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Oleh karena itu, sebelum dan sesudahnya kami ucapakan terimakasih.

Darussalam, Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pendekatan Pembelajaran................................................................................2
B. Strategi Pembelajaran......................................................................................5
C. Metode Pembelajaran......................................................................................6
D. Model Pembelajaran........................................................................................7
D. Teacher Centered Learning.............................................................................9
E. Student Centered Learning............................................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................12


A. Kesimpulan................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada
pada rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut
sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini
mengalami peningkatan dari 50 % menjadi 80 %.
Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak-anak
yang tidak masuk pendidikan prasekolah sebelum masuk SD. Mereka adalah anak
yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tua nya memasuki SD. Adanya
perbedaan yang besar antara pola pendidikan disekolah dan dirumah
menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan taman kanak-kanak (prasekolah)
mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu
menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini
menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia
prasekolah
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif
untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka
adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap
merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa
untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral,
dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang
sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai
secara optimal.
Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain) sangat diperlukan
dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun. Upaya pengembangan
tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar
seraya bermain.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.
Terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Secara khusus pendekatan yang dilakukan dalam PAUD biasanya
menggunakan :
a. Pendekatan High Scope
Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope
mulai digunakan tahun 1962. Digunakan studi longitudinal sampai seseorang
berusia 40 tahun. Studi ini menyebutkan bahwa anak memiliki hubungan sosial
dan emosional yang baik. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar aktif
yang memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sendiri aktivitas
bermainnya.
High/Scope memiliki komponen penting, yaitu:
1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar
waktunya di dalam learning center yang beragam
2) Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap
hari, melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali yang telah
mereka pelajari.
3) Pengalaman kunci (key experience)
Pengalaman-pengalaman penting anak dipakai untuk pembelajaran.

2
4) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh
anak.
Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran
aktif anak, yaitu:
1) Benda-benda yang dapat dieksplor anak.
2) Manipulasi benda-benda oleh anak.
3) Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak.
4) Bahasa anak.
5) Dukungan dari dan oleh orang dewasa.
b. Pendekatan Beyond Centre and Circle Time/BCCT
Pendidikan Anak Usia Dini dapat menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT), atau dalam bahasa
Indonesia adalah Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran Kegiatan
bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra persiapan, peran makro, mikro,
balok, imtaq, seni, dan sentra bahan alam), dalam rangka mengembangkan seluruh
potensi kecerdasanan anak.
Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan sentra-sentra dan pendidik
berperan sebagai motivator dan fasilitator memberi pijakan-pijakan (scaffolding).
Pijakan yang diberikan sebelum dan sesudah anak yang bermain dalam
settingduduk melingkar sehingga dikenal sebagai saat lingkaran. Pijakan lainnya
adalah pijakan lingkungan (penataan lingkungan), dan pijakan pada setiap anak
dilakukan selama anak bermain (Ditjen Dikluspa, 2005). Pendekatan ini
dikembangkan olehCreative Pre School Florida Amerika Serikat dan mulai
dikembangkan juga di Indonesia. Metode ini merupakan pengembangan dari
metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio, yang menfokuskan kegiatan
anak-anak di sentra-sentra, sudut-sudut, atau area-area untuk mengoptimalkan
seluruh kecerdasan anak.
c. Pendekatan Reggio Emilia Approach/REA
Pendekatan REA ini berkomitmen “menciptakan kondisi pembelajaran
yang akan mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan
berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif,
dan kognitifnya” (Edward & Forman, 1993).

3
REA diciptakan oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar
Reggio Emilia di Italia setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan
kerja pria berkurang akibat perang, para wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di
pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi penuh kehancuran, para
orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anak-
anaknya. Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan
anaknyalah mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Berangkat
dari pemikiran inilah lalu diciptakan sebuah program yang berprinsip rasa hormat,
tanggung jawab dan kebersamaan melalui eksplorasi di dalam lingkungan yang
suportif dan memperkaya minat anak.
Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten
sehingga model kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu
sendiri. Kurikulum memiliki catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi
tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti minat
anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional.
REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman,
orang tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
d. Pendekatan Montessori
Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh
kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Guru perlu membuat
perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang
tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar.
Kelas yang terdiri dari bermacam usia membuat anak dapat belajar dari
kawan yang usianya lebih tua di samping dari gurunya sendiri. Walaupun anak
belajar secara individual, tetapi ia tetap dilatih agar bisa mandiri. Lingkungan
dipersiapkan dengan materi yang telah terstruktur, misalnya:
a. Materi sensorial
Anak berlatih untuk memperluas dan memperhalus persepsi sensorinya.
Materi yang digunakan adalah alat-alat yang mengandung konsep tentang ukuran,
bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan, dll.
b. Materi konseptual

4
Materi ini menggunakan bahan-bahan konkret untuk melatih anak
membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.
c. Materi kehidupan praktis
Materi pembelajaran yang diberikan banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya menyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman,
mengancingkan baju, dll. Pendekatan Montessori menggunakan bahan-bahan
yang dapat dimainkan anak, namun di dalam pendekatan ini tidak memberikan
anak di bawah 6 tahun untuk berfantasi. Padahal jika anak bermain, maka salah
satu unsur bermain adalah berfantasi (berpura-pura). Dengan demikian di dalam
pendekatan ini anak tidak dapat bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur
sehingga imajinasinya tidak berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan
mainan yang sudah terpola dan berurutan secara ketat membatasi kreatifitas anak
dalam mengeksplorasi mainannya. Dengan anak belajar secara mandiri, maka
kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman sangat terbatas.

B. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Jenis-jenis strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan
keterlibatan indra, (2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4)
scaffolding, (5) praktik terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah
laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, (10) penghargaan
efektif), (11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13)
tantangan, (14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan. Strategi-strategi pembelajaran
tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses
pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.

5
C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Macamnya adalah sebagai berikut :
1) Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan bahan utama dalam pendidikan, karena mendidik
bukan sebatas penyampaian materi saja, melainkan membangun karakter dalam
setiap jiwa peserta didik, oleh karena itu pendidik mempunyai tanggung jawab
yang tinggi terhadap peserta didik mengenai tingkah laku dan perbuatannya yang
dapat dibuat contoh dan diikutinya.
2) Metode Lemah Lembut / Kasih sayang
3) Metode Deduktif
4) Metode Demontrasi
5) Metode Eksperimen
6) Metode Pemecahan Masalah
Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus
dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan ini ada dua
versi. Versi pertama siswa dapat menerima saran tentang prosedur yang
digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian
pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Versi kedua, hanya masalah
yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan
hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.
7) Metode Diskusi&Tanya Jawab
Untuk lebih mendalam dalam pemahaman meteri maka dimunculakan
diskusi atau dialog yang dikemas dengan tanya jawab. Diskusi atau dialog harus
dilaksanakan dengan cara yang baik. Cara yang baik ini perlu dirumuskan lebih
lanjut, sehingga timbullah etika berdiskusi, misalnya tidak memonopoli
pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain, kedewasaan pikiran dan
emosi, berpandangan luas dan sebagainya.
8) Metode Pujian / Pemberian Kegembiranaan
9) Metode Hukuman

6
10) Metode Pembiasaan
Menjadikan pembiasaan sebagai sebuah metode pendidikan memang
sangat tepat, dalam pembiasaan peserta didik tidak dituntut secara serta merta
menguasai sebuah materi dan melaksanakannya, memang dalam pemahaman
sangat gampang namun dalam pengamalan yang agak sulit untuk terealisasikan,
maka dari itu dibutuhkan sebuah proses dalam mencapainya, yaitu, melalui
pembisaan.
11) Metode Kisah-Kisah
Metode cerita atau kisah dianggap efektif dan mempunyai daya tarik yang
kuat sesuai dengan sifat alamiah manusia yang menyenangi cerita. Metode cerita
sering kali dipakai oleh para pengajar terutama dijenjang pendidikan kanak-kanak
(TK). Namaun diakui atau tidak peserta didik sangat senang ketika mendengarkan
gurunya bercerita, termasuk juga mahasiswa.

D. Model Pembelajaran
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-
humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi
pembelajaran.
Ada juga model pembelajaran baru hasil pengembangan dan improvisasi
7 pendidik disesuaikan dengan kebutuhan anak dan kebudayaan negara,
yaitu :
1) Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
Dikembangkan oleh Ratna Megawangi, PhD pendiri Indonesia Heritage
Foundation. Model pendidikan ini menerapkan teori-teori sosial, emosi, kognitif,
fisik, moral, dan spiritual. Model ini diharapkan dapat memampukan setiap anak

7
untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi dengan baik (secara
spiritual, intelektual, sosial, fisik, dan emosi, yang berpikir kreatif secara mandiri,
dan bertanggung jawab). Pendidikan Holistik Berbasis Karakter bertujuan untuk
membangun seluruh dimensi manusia dengan pendekatan pada pengalaman
belajar yang menyenangkan dan inspiratif untuk anak-anak.
2) Model Pembelajaran Atraktif
Tujuan pokok dari pengembangan Paud atraktif ialah mengembalikan dan
menempatkan Paud pada fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman.
Secara khusus, pengembangan Paud atraktif bertujuan untuk:
a. Menanamkan filosofi pelaksanaan pendidikan di PAUD. Filosofi
pendidikan anak usia dini telah disusun dan dituangkan dalami pelaksanaan
pendidikan anak usia dini dengan berbagai bentuk kegiatan yang indah, menarik
dan menyenangkan anak. “Tempat bermain”, yaitu melalui bermain anak akan
“berteman banyak”, urrtuk mempelajari karakter, keinginan, sikap, dan
gayatingkah laku masing-masing.
b. Menyebarkan wawasan tentang pelaksanaan pendidikan anak usia dini
yang atraktif. Tingginya derajat penyimpangan Paud mengharuskan perlunya
secara intensif penyebaran wawasan dan pemahaman tentang makna dan proses
pendidikan anak usia dini atraktif.
c. Mengubah sikap dan perilaku pengasuh yang belum sesuai dengan
kerakteristik pendidikan anak usia dini.
d. Mendorong munculnya inovasi dan kreativitas pengasuh dalam
menciptakan dan mengembangkan iklim pendidikan yang kondusif di Paud.
Ada 3 prinsip yang menjadi dasar pendidikan ini, yaitu sebagai berikut :
a. Pendidikan anak usia dini menekankan pada pengamatan alam.
Semua pengetahuan bersumber pada pengamatan. Pengamatan seorang anak pada
sesuatu akan menimbulkan pengertian. Pengertian yang baru akan bergabung
dengan pengertian lama dan membentuk pengetahuan. Dan pendidikan di kembali
ke alam (back to nature), atau sekolah alam. Inti utamanya adalah mengajak anak
melakukan pengamatan pada sumber belajar di lingkungan sekitar.
b. Menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak. Melalui keaktifan anak
maka ia akan mampu mengolah kesan pengamatan menjadi pengetahuan.

8
Keaktifan juga akan mendorong anak untuk berinteraksi dengan lingkungan
sehingga merupakan pengalaman langsung dengan lingkungan. Pengalaman
interaksi ini akan menimbulkan pengertian tentang lingkungan dan selanjutnya
akan menjadi pengetahuan baru.
c. Pembelajaran pada anak usia dini harus berjalan secara teratur
setingkat demi setingkat atau bertahap. Prinsip ini sangat cocok dengan kodrat
anak yang tumbuh dan berkembang secara bertahap. Pandangan dasar tersebut
membawa konsekuensi bahwa bahan pengembangan yang diberikan harus disusun
secara bertahap, dimulai dari bahan termudah sampai tersulit, dari bahan
pengembangan yang sederhana sampai yang terkompleks.
Ciri khas pandangan pendidikan anak usia dini atrakfif yaitu melalui
adanya pengajaran suara, bentuk dan bilangan.

D. Teacher Centered Learning


TCL merupakan salah satu metode pembelajaran yang berfokus pada guru.
Guru memegang kendali penuh selama pembelajaran sekaligus pemberi informasi
utama. Sedangkan murid hanya bisa mendengarkan selama berjam-jam.
1. Ciri-ciri TCL
Ciri-ciri lebih lanjut mengenai metode pembelajaran ini antara lain:
a. Guru mengajar, murid belajar
b. Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa-apa
c. Guru bercerita, murid mendengarkan
d. Guru adalah subjek dalam pembelajaran, murid adalah objek
e. Guru menentukan peraturan, murid diatur
f. Guru berbuat (pengalaman pribadi),murid hanya bisa
membayangkan perbuatan yang dilakukan guru
g. Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid hanya bisa
menyesuaikan
Karena porsi guru terlalu dominan dalam proses pembelajaran, metode ini
mulai ditinggalkan. Sebab metode ini akhirnya mengurangi atau menghapuskan
daya kreasi murid. Karena murid hanya menerima pengetahuan yang disampaikan

9
guru, mencatat, dan menghafalnya Sehingga kebanyakan sekolah pun mulai
beralih ke metode SCL.

E. Student Centered Learning


Student Centered Learning atau disingkat SCL, adalah metode
pembelajaran yang berfokus untuk meningkatkan serta mengembangkan
kemampuan kritis peserta didik.
Sehingga peserta didik mendapatkan porsi untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran pun terjadi secara dua arah. Peserta didik
mendapatkan ilmu melalui belajar secara individu, kelompok untuk
mengeksplorasi masalah serta tidak menjadi penerima pengetahuan yang pasif.
Pendekatan pembelajaran SCL diharapkan dapat mengembangkan kualitas
SDM yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa
percaya diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan
komunikasi, dan bekerja dalam tim, keahlian teknis, serta wawasan global.
1. Karakteristik SCL
Metode ini memiliki 9 karakteristik diantaranya:
a. Aktif
Murid dapat berperan aktif dalam proses belajar sehingga lebih
menarik dan bermakna.
b. Konstruktif
Murid dapat mengemukakan ide baru untuk memahami
pengetahuan, maupun keragu-raguan yang selama ini ada di
benaknya.
c. Kolaboratif
Murid dapat membentuk kelompok untuk bekerja sama, berbagi
ide, saran, dan memberi masukan untuk anggota kelompoknya.
d. Antusiastik
Murid dapat aktif dan antusias untuk berusaha mencapai tujuan
yang diinginkan.

10
e. Dialogis
f. Murid mendapatkan pengetahuan yang belum ia ketahui dari proses
komunikasi baik di dalam maupun di luar sekolah. Sehingga
menambah skill bersosial dan berdialog
g. Kontekstual
Mengarahkan murid untuk belajar dari proses belajar yang
bermakna melalui pendekatan project based atau case-based
learning.
h. Reflektif
Membuat murid menyadari hal apa saja yang ia pelajari serta
merenungkannya. Hal ini juga merupakan bagian dari proses
belajar.
i. Multisensory
Media ajar yang digunakan dapat berupa audio, visual, dan
kinestesis.
j. High Order Thinking Skills (HOTS) training
Dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi murid, seperti
problem solving, pengambilan keputusan, dll).
2. Kelebihan SCL
Meningkatkan daya kritis peserta didik dalam proses pembelajaran,
mendorong peserta didik menguasai ilmu yang disampaikan, peserta didik
mengenali gaya belajar yang sesuai dengan mereka, memperhatikan kebutuhan
dan latar belakang pengajar, mengembangkan berbagai strategi assessment.
3. Kelemahan SCL
Sulit diterapkan pada kelas besar, memerlukan lebih banyak waktu, kurang
cocok untuk peserta didik yang kurang aktif, mandiri, dan demokratis.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

12
DAFTAR PUSTAKA

http://tbmskbpo.blogspot.com/2010/05/artikel-model-pembelajaran-atraktif.html

http://blogfari-pedulianak.blogspot.com/2010/04/pendekatan-dalam-paud.html

http://blogfari-pedulianak.blogspot.com/2010/04/pendekatan-dalam-pendidikan-
anak-usia.html

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-
teknik-dan-model-pembelajaran/

http://www.gudangmateri.com/2010/08/makna-dan-hakikat-metode-
pendidikan.html

http://www.zonependidikan.co.cc/2010/05/metode-pendidikan.html

http://alhafizh84.wordpress.com/2009/12/21/macam-macam-pendekatan-
pembelajaran/

http://www.ihf.or.id

13

Anda mungkin juga menyukai