Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENTINGNYA PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL


PADA ANAK USIA DINI (AUD)
Mata kuliah : Metode Pengembangan Sosial Emosional AUD
Dosen Pengampu : Eti Juhaeti,M.Pd

Kelompok : 4 (Empat)
1. Siti Anisah
2. Ade Siti Halimah
3. Ening S
4. Ani Ratnaningsih
5. Nunung Suhartini
6. Titi Helawati
7. Selinda Fatimah

IAI BUNGA BANGSA CIREBON


Jl. Widarasari III, Tuparev, Sutawinangun, Kedawung,
Kota Cirebon, Jawa Barat 45131, Indonesia.
 Telp : (0231) 246215

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah memberikan
nikmat terbesar iman dan islam yang tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat
dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’innya, dan seluruh umatnya yang istiqomah
mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat Allah
SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah  ini dengan judul
“PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan,
seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami akan sangat
berlapang dada dan besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.

                                                                                   
                                                                                                      
                                                                                                         Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini (AUD)..............5
1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional......................................................5
2. Mengapa Sosial Emosional Perlu Dikembangankan...........................................5
B. Pengembangan kemampuan Sosial  Emosional anak...............................................10
C. Peran Pematangan dan Belajar pada perkembangan................................................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................................14
A. Kesimpulan.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik, tetapi
mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-anak dalam
pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional membutuhkan
bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya. Tindakan-tindakan untuk
mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu ditangani secara serius. Dengan
demikian, diharapkan anak menjadi generasi yang mampu mengisi kehidupannya
secara cerdas dan sesuai harapan masyarakat.
Namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar
cepat berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama.Tidak semua
anak usia dini mengalami perkembangan secara normal,banyak
kendala/permasalahan di dalam perkembangannya yang di sebabkan oleh
beberapa faktor.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan-rumusan masalah,
diantaranya sebagai berikut :
1. Pentingnya perkembangan sosial emosional anak
2. Pengembangan kemampuan sosial emosional anak
3. Peran Pematangan dan Belajar pada perkembangan

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan-rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dari makalah ini
adalah untuk mengetahui :
1. Memahami perkembangan sosial emosional anak
2. Memahami kemampuan sosial emosional anak
3. Memahami Pematangan dan Belajar pada perkembangan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini


(AUD)

1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional

Menurut Harlock, perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan


berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi adalah kemampuan
bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai. Sementara emosi adalah suatu
keadaan atau situasi yang utuh dapat berupa pikiran ataupun perasaan yang
nampak pada perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Bahasa
emosi mengarah pada sebuah perasaan atau pikiran. Jadi seseorang dikatakan
berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukkan tindakan yang
sesuai dengan aturan yang telah dibuat.

2. Mengapa Sosial Emosional Perlu Dikembangankan

a. Kompleksitas Kehidupan yang Dihadapi Anak


Perkembangan zaman termasuk perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni tidak seluruhnya membawa kehidupan
ini menjadi lebih teratur, tenteram, damai, dan bahagia. Kondisi tersebut
justru menjadikan kehidupan ini semakin kompleks, bahkan menyebabkan
dunia ini semakin sulit untuk didiami, dikendalikan, dan
dinikmati.Berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap perilaku dan sikap
sosial emosional anak, keadaan kehidupan saat ini sangat besar
pengaruhnya terhadap perilaku anak. Keadaan lingkungan kehidupan saat
ini banyak berakibat buruk terhadap perkembangan dan kehidupan sosial
emosional anak. Ternyata kehidupan yang teramat sibuk, mengakibatkan
timbulnya tekanan-tekanan pada sosial emosional anak sehingga

4
berdampak pada anak-anak zaman sekarang, yaitu menjadi lebih mudah
kesal dan marah terutama dalam menanggapi segala sesuatu mengenai
dirinya, Beberapa contoh perilaku emosi dan sosial yang menyertai
generasi sekarang dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Perilaku Kesepian dan Pemurung
Banyak dialami oleh anak dan generasi sekarang, diantaranya
disebabkan semakin meningkatnya kesibukan orang tua mereka.
Kedua orang tua yang sibuk bekerja diluar rumah, mengakibatkan
secara sosial maupun emosi menjadi kurang perhatian dan terlantar.
Kedua orang tua yang seringkali konflik dalam keluarga dan terjadi di
hadapan anak-anak juga akan mempengaruhi keadaan sosial dan emosi
anak. Hal ini akan mengakibatkan anak-anak menarik diri dari
kehidupan sosial maupun emosi dengan keluarganya atau orang tua
mereka. Dampaknya, mereka menjadi penyendiri dan pemurung.
2. Perilaku Beringas dan Kasar
Berbagai tekanan kerap kali menghampiri para pelajar, mulai dari
kekurangan uang jajan, berebut kendaraan umum pada saat akan
berangkat sekolah, terbatasnya berbagai sarana ekspresi dan aktualisasi
diri di sekolah maupun di masyarakat dan lain-lain. Tuntutan-tuntutan
yang berkembang akibat tayangan televisi, sajian radio, komunikasi
telepon, penggunaan internet, dan lain-lain cukup memberikan andil
dalam menekan emosi dan proses sosialisasi yang menggiring anak
pada perilaku beringas dan kasar.
3. Perilaku Rendahnya Sopan Santun
Tampaknya sudah sulit kita mendengar kata maaf, ucapan terima
kasih, ucapan salam, dan perilaku kesopanan lainnya lahir dari mulut-
mulut anak-anak pada jaman sekarang, bahkan generasi yang lebih
dewasa. Lihatlah bagaimana sikap para siswa kepada gurunya, lihatlah
perilaku anak pada orang tuanya, sungguh banyak contoh yang terkait
dengan penyimpangan perilaku ini.

5
4. Perilaku Cemas dan Gugup
Adanya tekanan emosi membuat anak menjadi sering cemas, bahkan
kemampuan berkomunikasi dalam lingkungan sosialnya menjadi
terganggu, misalnya saja karena stress anak menjadi gagap pada saat
diminta bercerita atau menyampaikan sesuatu yang telah dipelajari.
5. Perilaku Impulsif
Berbagai tekanan pada emosi dan sosial anak mengakibatkan anak
kurang mau dan mampu menahan diri untuk berbuat dan bertindak.
Anak-anak pada saat ini sering kali melakukan perbuatan dan tindakan
menurut kehendak hatinya saja. Bahkan sering kali pada tempo yang
cepat mereka dapat merusak sesuatu tanpa berpikir akibat dan dampak-
dampaknya. Sehingga seringkali menjerumuskan dirinya pada keadaan
yang merusak.

Ilustrasi diatas merupakan gambaran yang sangat memprihatinkan dari


dampak kehidupan saat ini yang dinamika dan kompleksitasnya kian hari
kian meningkat. Kondisi diatas menyiratkan betapa pentingnya aspek
emosi dan sosial diperkenalkan ke anak-anak sebagai generasi penerus
bangsa secara benar sesuai dengan karakteristik dan peran
perkembangannya masing-masing. Pembekalan dan pemberian
rangsangan-rangsangan yang tepat pada emosi dan sosial anak sejak dini,
yaitu sejak usia prasekolah akan memberikan kekuatan kepada mereka
untuk mengenali, mengolah, mengontrol emosi secara lebih mantap
sehingga diharapkan mereka akan lebih mampu untuk mengatasi berbagai
masalah yang timbul selama proses perkembangan emosinya.

b. Anak adalah Praktisi dan Investasi Masa Depan


Alasan dan faktor lain yang perlu disadari tentang pentingnya
pengembangan sosial emosional anak sejak dini atau sejak mereka berada
pada level prasekolah adalah anak merupakan praktisi masa depan.
Keberhasilan membina anak sejak dini, merupakan kesuksesan bagi masa

6
depan anak. Sebaliknya, kegagalan dalam memberikan pembinaan,
pendidikan, pengasuhan, dan perlakuan merupakan bencana bagi
kehidupan anak di kemudian hari. Makna lain dari anak sebagai praktisi
masa depan bahwa dalam diri anak perlu diberikan dan dikembangkan
nilai-nilai mendasar yang dapat digunakan secara fungsional dalam
kehidupannya kelak.
Diantara aspek mendasar adalah pengembangan aspek sosial emosional
yang memadai. Sejak dini anak harus sudah dikenalkan pada kemampuan
mengenali, mengolah dan mengontrol emosi serta perilaku sosialnya agar
dapat merespons dengan baik setiap kondisi emosi dan sosial yang
merangsang di hadapannya. Dengan demikian, anak mempunyai kesiapan
dan kemampuan untuk beradaptasi serta mengatasi masalah dan tantangan
yang timbul selama proses perkembangannya. Artinya, keterampilan-
keterampilan sosial emosional yang telah mereka peroleh ketika masih
kanak-kanak akan dapat mengantarkannya menjadi praktisi sejati di masa
yang akan datang, yaitu menjadi sosok yang siap menghadapi dunia
modern dan kompleks secara optimis dan lebih meyakinkan.
c. Fase Strategis Pendidikan dan Pengembangan Anak
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50%
perkembangan individu terjadi pada masa usia dini. Di usia ini kecerdasan
individu mengalami rangkaian perubahan yang luar biasa, dan sisanya
hanya modifikasi dan pengayaan saja. Segala stimulasi dapat merangsang
dimensi perkembangannya, bahkan hasil penelitian menunjukkan dapat
meningkatkan semua aspek kecerdasan termasuk kecerdasan sosial
emosional. Oleh karena itu, jangan menelantarkan anak pada masa peka
tersebut. Bila kita menyia-nyiakan dan menelantarkan anak balita,
mungkin anak tersebut akan membawa cap atau bekas yang sulit bahkan
tidak bisa dihapus. Untuk itu fasilitasilah pertumbuhan dan belajarnya
secara optimal.
d. Upaya Mengimbangi Pandangan Tentang Keunggulan IQ Dibandingkan
EI

7
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosi karena
secara umum kecerdasan akademis atau IQ (Intelligence Quotient) relatif
dipengaruhi oleh factor bawaan, sedangkan kecerdasan emosi atau EI
(Emotional Intelligence) dapat tumbuh dan berkembang seumur hidup
dengan proses belajar. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang dalam
kehidupan pribadi mereka paling banyak 20% bagi sukses dalam hidup,
sedangkan 80% ditentukan factor lain, yaitu kecerdasan emosi. Akan
tetapi, bila kedua keterampilan tersebut diatas, yakni IQ dan EI tercapai
secara efektif, berarti kita sebagai orang tua dan para guru telah
melahirkan generasi-generasi yang hebat.
e.  Tuntutan Agar Anak Segera Memiliki Keterampilan Mengelola Emosi
Sosialnya
Pada awal masa kanak-kanak emosi anak sangat kuat. Masa tersebut
merupakan saat ketidakseimbangan ledakan-ledakan emosi. Hal itu
biasanya tampak mencolok pada anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun yang
dikenal dengan usia degil (dimana emosi terpusat pada kiri) dan usia 5,5
sampai 6,5 tahun.
Pada usia tersebut, anak cenderung mengekspresikan emosi sebagai upaya
mencari rasa aman, baik ditampilkan melalui tangisan, atau melalui
amarah. Keduanya merupakan cara anak utuk mencari perhatian orang lain
di sekitarnya. Hal tersebut sebetulnya wajar, tetapi jika tidak segera
diantisipasi sejak dini maka dikhawatirkan akan terbawa oleh anak hingga
dewasa dan mengganggu kepribadiannya.
Melihat gejala-gejala tersebut, para orang tua atau guru prasekolah sudah
seharusnya dapat memberikan pembekalan yang memadai tentang
pengelolaan emosi pada setiap anak agar dapat memenuhi tuntutan
penyesuaian diri dari lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga,
sekolah maupun teman bermain. Jika kebutuhan untuk memenuhi tuntutan
tersebut tidak segera diupayakan maka dampak negatif tersebut di atas
akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak lebih serius,
yang dapat dilihat dari ekspresi kesehariannya, misalnya:

8
1) Mengidap rasa cemas yang berkepanjangan
2) Memiliki kecenderungan depresi
3)  Bersikap bermusuhan terhadap anak atau orang lain
4) Terkena gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk, dan
sebagainya
5)  Mengalami gangguan makan
6) Bersikap agresif terhadap teman atau anak lain

Tentu semua pihak tidak berharap dampak negative tersebut menimpa


anak-anak usia dini. Dengan pengembangan sosial emosional yang
memadai diharapkan kesenjangan itu dapat diantisipasi secara efektif.

B. Pengembangan kemampuan Sosial  Emosional anak  


Aktivitas bermain bagi seseorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Menurut
Singer (2004) mengemukakan bahwa dalam bermain dapat digunakan anak untuk
menjelajahi dunianya, mengembangkan kopetensi dalam usaha mengatasi
dunianya, mengembangkan kreatifitasnya dan dengan bermain anak memiliki
kemampuan untuk memahami konsep secara alamiah tanpa unsur paksaan. Sikap
yang bisa di kembangkan dalam bermain antara lain :

a. Sikap sosial

Bermain mendorong anak untuk meninggalkan pola berfikir egosentrisnya.


Dalam situasi bermain anak bisa mempertimbangkan sudut pandang teman
bermainya sehingga egosentrisnya bisa sedikit demi sedikit berkurang.
Dalam permainan, anak belajar bekerjasama untuk tujuan bersama.
Mereka belajar untuk menunda kepuasan sendiri selama beberapa menit,
misalnya saat menunggu giliran bermain. Iapun terdorong untuk belajar
berbagi, bersaing dengan jujur, menang atau kalah dengan sportif,
mempertahankan haknya dan peduli terhadap hak-hak orang lain. Lebih
lanjut ia pun akan belajar makna kerja tim dan semangat tim.

b. Belajar berkomunikasi

9
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa
mengerti dan dimengerti oleh teman-temanya. Hal ini mendorong anak
untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana
membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memcahkan
masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.

c. Belajar mengorganisasi

Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar


berorganisasi. Bagaimana ia harus melakukan pembagian peran diantara
mereka yang turut serta dalam permainan tersebut, misalnya siapa yang
menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya.

d. Lebih menghargai perbedaan/perbedaan orang lain

Bermain memungkinkan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan


empatinya. Saat bermain dalam sebuah peran, misalnya anak tidak hanya
memerankan identitas tokoh, tetapi juga pikiran-pikiran dan perasaan-
perasaan tokoh tersebut. Permainan (bermain peran) membantu anak
membangun pemahaman yang lebih baik atas orang lain, lebih toleran,
serta mampu berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan yang
dijumpai.

e. Menghargai harmoni dan kompromi

Saat dunianya semakin luas dan kesempatan berinteraksi semakin sering


dan bervariasi maka akan tumbuh kesadaranya akan makna peran sosial,
persahabatan, perlunya menjalin hubungan serta perlunya strategi dan
diplomasi dalam berhubungan dengan orang lain. Anak tidak akan begitu
saja merebut mainan teman, misalnya ia tahu konsekuensi ditinggalkan
atau dimusuhi.

C. Peran Pematangan dan Belajar pada perkembangan


Berbicara mengenai perkembangan mungkin tidak akan pernah ada
habisnya, karena setiap yang hidup pasti mengalami perkembangan.

10
Perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia
menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan selalu
bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap
ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai
dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.

Dari beberapa tahap-tahap perkembangan akan menghasilkan suatu


“kematangan” baik itu kematangan jasmani maupun kematangan mental.
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut
dengan maturation, yang merupakan suatu potensi yang dibawa individu
sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya, serta turut
mengatur tingkah laku individu. Kematangan juga dapat berarti matangnya
suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses perkembangan
karena pengalaman dan latihan. Misalnya: Balita bisa berjalan apabila
pertumbuhan fisiknya telah siap dan perkembangan mentalnya juga telah
siap. Maka akan terjadi kematangan untuk berjalan.

Sedangkan “Belajar” menurut Elizabeth B. Horluck yaitu:


“Learning is development that comes from exercise and effot; through
learning children acquire competence in using their hereditary resources”.
Jadi belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha dengan
belajar itulah anak memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan
sebagainya. Atau dengan kata lain, semua aspek perkembangan yang
diperoleh si anak itu terjadi karena belajar, tanpa belajar anak tidak
mungkin tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.

Adapun kaitanya dengan proses perkembangan mental psikologis


kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite atau keuntungan
untuk perkembangan, misalnya perkembangan bicara/ bahasa tidak
mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat
bicara. Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi
sebagai pemberi atau bahan dasar untuk belajar. Dan posisi belajar dalam

11
proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan
berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan. Tanpa
melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan dapat
dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manusia tidak
akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi
manusia itu merupakan hasil perpaduan unsur kematangan dan belajar.
Dalam beberapa toeri-teori yang mempengaruhi perkembangan juga
dijelaskan,dalam Teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern,
perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Teori Naturalisme perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh
faktor alam, bakat pembawaan, keturunan, termasuk didalamnya
kematangan seseorang. Sementara itu, Teori Empirisme berpendapat
bahwa perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor
lingkungan tempat anak itu berada dan tumbuh – kembang, termasuk
didalamnya lingkungan keluarga, sekolah, dan belajar anak. Contoh:
perkembangan bakat atau kemampuan seorang anak yang berbakat di
bidang musik tidak akan optimal apabila tidak mendapat kesempatan
belajar musik. Jadi, potensi anak yang sudah ada atau dibawa sejak lahir
akan berkembang optimal apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan
itu diantaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan
untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.

Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat penting


dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsur kematangan tersebut
perkembangan sulit untuk di wujudkan. Dan adanya kematangan juga
diperoleh dari belajar, karena dengan belajar seseorang akan lebih matang
dalam bidang yang digelutinya. Kematangan dan belajar merupakan satu
kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam proses
perkembangan manusia. Seperti salah satu isi dari prinsip-prinsip
perkembangan, yang menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil
proses kematangan dan belajar.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik, tetapi mereka
tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-anak dalam
pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional membutuhkan
bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya. Tindakan-tindakan untuk
mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu ditangani secara serius. Dengan
demikian, diharapkan anak menjadi generasi yang mampu mengisi kehidupannya
secara cerdas dan sesuai harapan masyarakat.

Aktivitas bermain bagi seseorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam
mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Menurut
Singer (2004) mengemukakan bahwa dalam bermain dapat digunakan anak untuk
menjelajahi dunianya, mengembangkan kopetensi dalam usaha mengatasi
dunianya, mengembangkan kreatifitasnya dan dengan bermain anak memiliki
kemampuan untuk memahami konsep secara alamiah tanpa unsur paksaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Muhibbinsyah, 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Santrock, J. W. 2012. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi


Ketigabelas Jilid I, Jakarta: Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai