Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSI


ANAK USIA DINI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Metodologi Pengembangan Sosial Emosional AUD

Dosen pengampu:
Bapa Samsu Nurfalah, M. Pd.
Ibu Neni Komalasari S. Pd.

Oleh :
Nurhalimah Azzahra W. S.

Prodi :
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
STIT AL-AZAMI CIANJUR
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pentingnya Pengembangan Sosila Emosi Anak Usia Dini” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapa Samsu Nurfalah, M. Pd. Dan Ibu Neni Komalasari S. Pd. yaitu tugas mata
kuliah Metodologi Pengembangan Sosial Emosional AUD. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang mengatahui ilmu pendidikan.
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun. Akhirnya, tiada suatu usaha yang besar akan berhasil tanpa dimulai
dari usaha yang kecil. Semoga makalah ini bermanfaat. Kami harapkan kritik serta
saran dari pembaca apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini demi kesempurnaan dimasa mendatang.

Cianjur, 02 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan Masalah............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini...........2

B. Pengembangan kemampuan Sosial Emosional anak...................................8

C. Peran Pematangan dan Belajar pada perkembangan....................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12

B. Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik,
tetapi mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-
anak dalam pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional
membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu
ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi
generasi yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai
harapan Namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada
yang masyarakat. benar-benar cepat berkembang ada pula yang
membutuhkan waktu agak lama.Tidak semua anak usia dini mengalami
perkembangan secara normal,banyak kendala/permasalahan di dalam
perkembangannya yang di sebabkan oleh beberapa faktor.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan-rumusan
masalah, diantaranya sebagai berikut:
1. Apa pentingnya perkembangan sosial emosional anak?
2. Bagaimana pengembangan kemampuan sosial emosional anak
3. Bagaiman peran pematangan dan belajar pada perkembangan

C. Tujuan Masalah
Dari rumusan-rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dari
makalah iniadalah untuk mengetahui :
1. Memahami perkembangan sosial emosional anak
2. Memahami kemampuan sosial emosional anak
3. Memahami pematangan dan belajar pada perkembangan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini


1. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional
Menurut Harlock, perkembangan sosial merupakan perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma
dan nilai. Sementara emosi adalah suatu keadaan atau situasi yang
utuh dapat berupa pikiran ataupun perasaan yang nampak pada
perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Bahasa
emosi mengarah pada sebuah perasaan atau pikiran. Jadi seseorang
dikatakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu
menunjukkan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
2. Mengapa Sosial Emosional Perlu Dikembangankan
a. Kompleksitas Kehidupan yang Dihadapi Anak
Perkembangan zaman termasuk perkembangan dan
kemajuan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni tidak
seluruhnya membawa kehidupan ini menjadi lebih teratur,
tenteram, damai, dan bahagia. Kondisi tersebut justru
menjadikan kehidupan ini semakin kompleks, bahkan
menyebabkan dunia ini semakin sulit untuk didiami,
dikendalikan, dan dinikmati.Berdasarkan hasil-hasil penelitian
terhadap perilaku dan sikap sosial emosional anak, keadaan
kehidupan saat ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku
anak.
Keadaan lingkungan kehidupan saat ini banyak berakibat
buruk terhadap perkembangan dan kehidupan sosial emosional
anak. Ternyata kehidupan yang teramat sibuk, mengakibatkan
timbulnya tekanan-tekanan pada sosial emosional anak

2
sehinggaberdampak pada anak-anak zaman sekarang, yaitu
menjadi lebih mudah kesal dan marah terutama dalam
menanggapi segala sesuatu mengenai dirinya, Beberapa contoh
perilaku emosi dan sosial yang menyertai generasi sekarang
dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Perilaku Kesepian dan Pemurung
Banyak dialami oleh anak dan generasi sekarang,
diantaranya disebabkan semakin meningkatnya kesibukan
orang tua mereka. Kedua orang tua yang sibuk bekerja
diluar rumah, mengakibatkan secara sosial maupun emosi
menjadi kurang perhatian dan terlantar. Kedua orang tua
yang seringkali konflik dalam keluarga dan terjadi di
hadapan anak-anak juga akan mempengaruhi keadaan
sosial dan emosi anak. Hal ini akan mengakibatkan anak-
anak menarik diri dari kehidupan sosial maupun emosi
dengan keluarganya atau orang tua mereka. Dampaknya,
mereka menjadi penyendiri dan pemurung.
2) Perilaku Beringas dan Kasar
Berbagai tekanan kerap kali menghampiri para
pelajar, mulai dari kekurangan uang jajan, berebut
kendaraan umum pada saat akanberangkat sekolah,
terbatasnya berbagai sarana ekspresi dan aktualisasi diri di
sekolah maupun di masyarakat dan lain-lain. Tuntutan-
tuntutan yang berkembang akibat tayangan televisi, sajian
radio, komunikasi telepon, penggunaan internet, dan lain-
lain cukup memberikan andil dalam menekan emosi dan
proses sosialisasi yang menggiring anak pada perilaku
beringas dan kasar.
3) Perilaku Rendahnya Sopan Santun
Tampaknya sudah sulit kita mendengar kata maaf,
ucapan terima kasih, ucapan salam, dan perilaku

3
kesopanan lainnya lahir dari mulut- mulut anak-anak pada
jaman sekarang, bahkan generasi yang lebih dewasa.
Lihatlah bagaimana sikap para siswa kepada gurunya,
lihatlah perilaku anak pada orang tuanya, sungguh banyak
contoh yang terkait dengan penyimpangan perilaku ini.
4) Perilaku Cemas dan Gugup
Adanya tekanan emosi membuat anak menjadi
sering cemas, bahkan kemampuan berkomunikasi dalam
lingkungan sosialnya menjadi terganggu, misalnya saja
karena stress anak menjadi gagap pada saat diminta
bercerita atau menyampaikan sesuatu yang telah dipelajari
5) Perilaku Impulsif
Berbagai tekanan pada emosi dan sosial anak
mengakibatkan anak kurang mau dan mampu menahan
diri untuk berbuat dan bertindak. Anak-anak pada saat ini
sering kali melakukan perbuatan dan tindakan menurut
kehendak hatinya saja. Bahkan sering kali pada tempo
yang cepat mereka dapat merusak sesuatu tanpa berpikir
akibat dan dampak- dampaknya. Sehingga seringkali
menjerumuskan dirinya pada keadaan yang merusak.
Ilustrasi diatas merupakan gambaran yang sangat
memprihatinkan dari dampak kehidupan saat ini yang dinamika
dan kompleksitasnya kian harikian meningkat. Kondisi diatas
menyiratkan betapa pentingnya aspek emosi dan sosial
diperkenalkan ke anak-anak sebagai generasi penerus bangsa
secara benar sesuai dengan karakteristik dan perkembangannya
masing-masing. Pembekalan dan peran pemberian rangsangan-
rangsangan yang tepat pada emosi dan sosial anak sejak dini,
yaitu sejak usia prasekolah akan memberikan kekuatan kepada
mereka untuk mengenali, mengolah, mengontrol emosi secara
lebih mantap sehingga diharapkan mereka akan lebih mampu

4
untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul selama proses
perkembangan emosinya.
b. Anak adalah Praktisi dan Investasi Masa Depan
Alasan dan faktor lain yang perlu disadari tentang
pentingnya pengembangan sosial emosional anak sejak dini atau
sejak mereka berada pada level prasekolah adalah anak
merupakan praktisi masa depan. Keberhasilan membina anak
sejak dini, merupakan kesuksesan bagi masadepan anak.
Sebaliknya, kegagalan dalam memberikan pembinaan,
pendidikan, pengasuhan, dan perlakuan merupakan bencana
bagi kehidupan anak di kemudian hari. Makna lain dari anak
sebagai praktisi masa depan bahwa dalam diri anak perlu
diberikan dan dikembangkan nilai-nilai mendasar yang dapat
digunakan secara fungsional dalam kehidupannyakelak.
Diantara aspek mendasar adalah pengembangan aspek
sosial emosional yang memadai. Sejak dini anak harus sudah
dikenalkan pada kemampuan mengenali, mengolah dan
mengontrol emosi serta perilaku sosialnya agar dapat merespons
dengan baik setiap kondisi emosi dan sosial yang merangsang di
hadapannya. Dengan demikian, anak mempunyai kesiapan dan
kemampuan untuk beradaptasi serta mengatasi masalah dan
tantangan yang timbul selama proses perkembangannya.
Artinya, keterampilan- keterampilan sosial emosional yang telah
mereka peroleh ketika masih kanak-kanak akan dapat
mengantarkannya menjadi praktisi sejati di masa yang akan
datang, yaitu menjadi sosok yang siap menghadapi dunia
modern dan kompleks secara optimis dan lebih meyakinkan.
c. Fase Strategis Pendidikan dan Pengembangan Anak
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari
50% perkembangan individu terjadi pada masa usia dini. Di usia
ini kecerdasan individu mengalami rangkaian perubahan yang

5
luar biasa, dan sisanya hanya modifikasi dan pengayaan saja.
Segala stimulasi dapat merangsang dimensi perkembangannya,
bahkan hasil penelitian menunjukkan dapat meningkatkan
semua aspek kecerdasan termasuk kecerdasan sosial emosional.
Oleh karena itu, jangan menelantarkan anak pada masa peka
tersebut. Bila kita menyia-nyiakan dan menelantarkan anak
balita, mungkin anak tersebut akan membawa cap atau bekas
yang sulit bahkan tidak bisa dihapus. Untuk itu fasilitasilah
pertumbuhan dan belajarnya secara optimal.
d. Upaya Mengimbangi Pandangan Tentang Keunggulan IQ
Dibandingkan EI
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan
emosi karena secara umum kecerdasan akademis atau IQ
(Intelligence Quotient) relatif dipengaruhi oleh factor bawaan,
sedangkan kecerdasan emosi atau El (Emotional Intelligence)
dapat tumbuh dan berkembang seumur hidup dengan proses
belajar. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang dalam
kehidupan pribadi mereka paling banyak 20% bagi sukses dalam
hidup, sedangkan 80% ditentukan factor lain, yaitu kecerdasan
emosi. Akan tetapi, bila kedua keterampilan tersebut diatas,
yakni IQ dan El tercapai secara efektif, berarti kita sebagai
orang tua dan para guru telah melahirkan generasi-generasi yang
hebat.
e. Tuntutan Agar Anak Segera Memiliki Keterampilan Mengelola
Emosi Sosialnya
Pada awal masa kanak-kanak emosi anak sangat kuat.
Masa tersebut merupakan saat ketidakseimbangan ledakan-
ledakan emosi. Hal itu biasanya tampak mencolok pada anak
usia 2,5 sampai 3,5 tahun yang di kenal dengan usia degil
(dimana emosi terputus pada kiri) dan usia 5,5 sampai 6,5 tahun.

6
Pada usia tersebut, anak cenderung mengekspresikan
emosi sebagai upaya mencari rasa aman, baik ditampilkan
melalui tangisan, atau melalui amarah. Keduanya merupakan
cara anak utuk mencari perhatian orang lain di sekitamya. Hal
tersebut sebetulnya wajar, tetapi jika tidak segera diantisipasi
sejak dini maka dikhawatirkan akan terbawa oleh anak hingga
dewasa dan mengganggu kepribadiannya.
Melihat gejala-gejala tersebut, para orang tua atau guru
prasekolah sudah seharusnya dapat memberikan pembekalan
yang memadai tentang pengelolaan emosi pada setiap anak agar
dapat memenuhi tuntutan penyesuaian diri dari lingkungannya,
baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman bermain.
Jika kebutuhan untuk memenuhi tuntutan tersebut tidak segera
diupayakan maka dampak negatif tersebut di atas akan
mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak lebih
serius, yang dapat dilihat dari ekspresi kesehariannya, misalnya:
1) Mengidap rasa cemas yang berkepanjangan
2) Memiliki kecenderungan depresi
3) Bersikap bermusuhan terhadap anak atau orang lain
4) Terkena gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk,
dan sebagainya
5) Mengalami gangguan makan
6) Bersikap agresif terhadap teman atau anak lain
Tentu semua pihak tidak berharap dampak negative
tersebut menimpa anak-anak usia dini. Dengan pengembangan
sosial emosional yang memadai diharapkan kesenjangan itu
dapat diantisipasi secara efektif.
B. Pengembangan kemampuan Sosial Emosional anak
Aktivitas bermain bagi seseorang anak memiliki peranan yang cukup
besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai
berteman. Menurut Singer (2004) mengemukakan bahwa dalam bermain

7
dapat digunakan anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan
kopetensi dalam usaha mengatasi dunianya, mengembangkan kreatifitasnya
dan dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep
secara alamiah tanpa unsur paksaan. Sikapyang bisa di kembangkan dalam
bermain antara lain:
1. Sikap sosial
Bermain mendorong anak untuk meninggalkan pola berfikir
egosentrisnya. Dalam situasi bermain anak bisa mempertimbangkan
sudut pandang teman bermainya sehingga egosentrisnya bisa sedikit
demi sedikit berkurang. Dalam permainan, anak belajar bekerjasama
untuk tujuan bersama. Mereka belajar untuk menunda kepuasan
sendiri selama beberapa menit, misalnya saat menunggu giliran
bermain. Iapun terdorong untuk belajar berbagi, bersaing dengan
jujur, menang atau kalah dengan sportif, mempertahankan haknya dan
peduli terhadap hak-hak orang lain. Lebih lanjut ia pun akan belajar
makna kerja tim dan semangat tim
2. Belajar berkomunikasi
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak
harus bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temanya. Hal ini
mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik,
bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan
memcahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.
3. Belajar mengorganisasi
Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan
belajar berorganisasi. Bagaimana ia harus melakukan pembagian
peran diantara mereka yang turut serta dalam permainan tersebut,
misalnya siapa yang menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya.
4. Lebih menghargai perbedaan/perbedaan orang lain
Bermain memungkinkan bagi anak untuk mengembangkan
kemampuan empatinya. Saat bermain dalam sebuah peran, misalnya
anak tidak hanya memerankan identitas tokoh, tetapi juga pikiran-

8
pikiran dan perasaan- perasaan tokoh tersebut. Permainan (bermain
peran) membantu anakmembangun pemahaman yang lebih baik atas
orang lain, lebih toleran, serta mampu berlapang dada terhadap
perbedaan-perbedaan yang dijumpai.
5. Menghargai harmoni dan kompromi
Saat dunianya semakin luas dan kesempatan berinteraksi
semakin sering dan bervariasi maka akan tumbuh kesadaranya akan
makna peran sosial, persahabatan, perlunya menjalin hubungan serta
perlunya strategi dan diplomasi dalam berhubungan dengan orang
lain. Anak tidak akan begitu saja merebut mainan teman, misalnya ia
tahu konsekuensi ditinggalkan atau dimusuhi.

C. Peran Pematangan dan Belajar pada perkembangan


Berbicara mengenai perkembangan mungkin tidak akan pernah ada nu
habisnya, karena setiap yang hidup pasti mengalami
perkembangan.Perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan
rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempuma.
Perkembangan selalu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui
suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian
bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan
kematian.
Dari beberapa tahap-tahap perkembangan akan menghasilkan suatu
"kematangan" baik itu kematangan jasmani maupun kematangan mental.
Istilah "kematangan", yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation,
yang merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan
bersatu dengan pembawaannya, serta turut mengatur tingkah laku individu.
Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental
psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan.
Misalnya: Balita bisa berjalan apabila pertumbuhan fisiknya telah siap dan
perkembangan mentalnya juga telah siap. Maka akan terjadi kematangan
untuk berjalan.

9
Sedangkan "Belajar" menurut Elizabeth B. Horluck yaitu: "Learning
is development that comes from exercise and effot; through learning
children acquire competence in using their hereditary resources", Jadi
belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha dengan
belajar itulah anak memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan
sebagainya. Atau dengan kata lain, semua aspek perkembangan yang
diperoleh si anak itu terjadi karena belajar, tanpa belajar anak tidak mungkin
tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.
Adapun kaitanya dengan proses perkembangan mental psikologis
kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite atau keuntungan untuk
perkembangan, misalnya perkembangan bicara bahasa tidak mungkin terjadi
dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat bicara. Jadi
dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai pemberi
atau bahan dasar untuk belajar. Dan posisi belajar dalamproses
perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi
sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan.
Tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan
dapat dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manusia
tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan
pribadi manusia itu merupakan hasil perpaduan unsur kematangan dan
belajar. Dalam beberapa toeri-teori yang mempengaruhi perkembangan juga
dijelaskan,dalam Teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern,
perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Teori Naturalisme perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor
alam, bakat pembawaan, keturunan, termasuk didalamnya kematangan
seseorang Sementara itu, Teori Empirisme berpendapat bahwa
perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat
anak itu berada dan tumbuh kembang, termasuk didalamnya lingkungan
keluarga, sekolah, dan belajar anak Contoh perkembangan bakat atau
kemampuan seorang anak yang berbakat di bidang musik tidak akan optimal
apabila tidak mendapat kesempatanbelajar musik. Jadi, potensi anak yang

10
sudah ada atau dibawa sejak lahir akan berkembang optimal apabila
lingkungan mendukungnya. Dukungan itu diantaranya dengan penyediaan
sarana prasarana serta kesempatan untuk belajar dan mengembangkan
potensi dirinya.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat
penting dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsur kematangan
tersebut perkembangan sulit untuk di wujudkan. Dan adanya kematangan
juga diperoleh dari belajar, karena dengan belajar seseorang akan lebih
matang dalam bidang yang digelutinya. Kematangan dan belajar merupakan
satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam proses
perkembangan manusia. Seperti salah satu isi dari prinsip-prinsip
perkembangan, yang menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil
proses kematangan dan belajar.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik,
tetapi mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-
anak dalam pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional
membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu
ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi
generasi yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai
harapan masyarakat Aktivitas bermain bagi seseorang anak memiliki
peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya
sebelum anak mulai berteman. Menurut menjelajahi dunianya,
mengembangkan kopetensi dalam usaha mengatasi
Singer (2004) mengemukakan bahwa dalam bermain dapat digunakan
anak untuk dunianya, mengembangkan kreatifitasnya dan dengan bermain
anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara alamiah tanpa
unsur paksaan.

B. Saran
Suatu hal tidak luput dari kelemahan, apabila memiliki kelebihan pasti
juga memiliki kelemahan. Penulis berharap makalah ini dapat menambah
wawasan bagi para pembaca, dan dapat menambah pengetahuan bagi rekan-
rekan mahasiswa. Demi penyempurnaan makalah, penulis berharap kritik
dan saran yang konstruktif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Desmita, 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja


Rosdakarya
Muhibbinsyah, 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Santrock, J. W 2012 Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi


Ketigabelas Jilid I. Jakarta: Erlangga

13

Anda mungkin juga menyukai