Anda di halaman 1dari 21

ASPEK- ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

PESERTA DIDIK
Oleh
Nama Kelompok :
1. Diwa Agrapryla (1813031002)
2. NovitaAanggraini (1813031016)
3. Andi Adam Rahmanto (1813031022)
4. Fredi Irawan (1813031038)
5. Gilang Ramadhan (1813031046)

Mata Kuliah : Psikologi Kependidikan

Dosen : 1. Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd


2. Tika Febriyani, S.Pd., M.P.d

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, inayah, taufik
dan hidayah NYA, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
selesai tepat pada waktunya yang berjudul ”ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
SOSIAL PESERTA DIDIK”

Penulisan makalah adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Dalam
penyusunan tugas atau materi ini,tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi serta
dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
Bapak Dr. Syarifuddin Dahlan, M.Pd dan Ibu Tika Febriyani, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Psikologi pendidikan yang meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam pelaksanaan bimbingan,pengarahan,dorongan dalam rangka menyelesaikan
makalah ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua dan
keluarga yang memberikan dorongan, pengertian dan motivasi dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini. Semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu,yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


baik teknik penulisan atau materi.Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Semoga materi ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan,khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amin.

Bandar Lampung ,2 Mei 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL..........................................3

2.2 TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL ......................................................4

2.3PERKEMBANGAN SOSIAL ( Bayi sampai dengan Dewasa)..................6

2.4 FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL………………...13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................16
3.2 Saran...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek


kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik.
Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman.

Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan


perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang
lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang
bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani
Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).

Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa


manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa
melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri
perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka
berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor
intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut
merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan
yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi


rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :

1. Apa makna perkembangan sosial peserta didik?

2. Bagaimana teori perkembangan sosial peserta didik?

3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial


anak ?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna


perkembangan sosial peserta didik, mengetahui teori perkembangan sosial dan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial peserta
didik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL

Perkembangan sosial peserta didik adalah tingkatan jalinan interaksi


anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga
masyarakat secara luas. Sedangkan perkembangan emosional adalah luapan
perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa perkembangan social emosional tidak dapat dipisahkan.
Dengan kata lain membahas perkembangan social harus melibatkan
emosional.

Berikut pengertian perkembangan sosial menurut beberapa ahli:

1. Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui


kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan
sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu
disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya
dengan warisan sosial itu.

2. Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah


kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya
dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.

3. Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan


manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang
menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.

Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan menekankan


perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang anak atau
individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena

3
dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan
kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.

2.2 TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL

Salah satu tokoh psikologi perkembangan yang merumuskan teori


perkembangan sosial peserta didik adalah Erik Erison. Erik Erikson sangat
terkenal dengan tulisaanya di bidang psikologi anak. Dia mengembangkan
teori yang disebut teori perkembangan psikososial dimana ia membagi tahap-
tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.

Berikut ini teori perkembangan sosial menurut Erik Erikson yang


tergambar pada tahap-tahap perkembangan anak dalam bentuk table sebagai
berikut:

Umur Fase Perkembangan Perilaku


Perkembangan
0–1 Trust vs Tahap pertama adalah tahap pengembangan
Mistrus rasa percaya diri kepada orang lain, sehingga
mereka sangat memerlukan sentuhan
memerlukan sentuhan dan pelukan.
2–3 Autonomy vs Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa
Shame pemberontakan anak atau masa “nakalnya”.
Namun kenakalannya tidak dapat dicegah
begitu saja, karena tahap ini anak sedang
mengembangkan kemampuan motorik dan
mental, sehingga yang diperlukan justru
mendorong dan memberikan tempat
untukmengembangkan motorik dan mental.
Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh
orang-orang penting disekitarnya, misal orang
tua atau guru.

4
4–5 Inisiative Mereka banyak bertanya dalam segala hal,
vs Guilt sehingga terkesan cerewet. Mereka juga
mengalami perngembangan inisiatif/ide,
sampai pada hal-hal yang berbau fantasi.
6 – 11 Indusstry vs Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas
Inferiority sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun
masih memiliki kecenderungan untuk kurang
hati-hati dan menuntut perhatian.

12-18/20 Ego-identity vs Tahap ini manusia ingin mencari identitas


Role on fusion dirinya. Anak yang sudah beranjak menjadi
remaja mulai ingin tampil memegang peran-
peran sosial di masyarakat. Namun masih
belum bisa mengatur dan memisahkan tugas
dalam peran yang berbeda.

18/19–30 Intimacy vs Memasuki tahap ini manusia sudah mulai siap


Isolation menjalani hubungan intim dengan orang lain,
membangun bahtera rumah tangga bersama
calon pilihannya

31 – 60 Generation vs Tahap ini ditandai dengan munculnya


Stagnation kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap
ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia
dewasa

60 ke Ego Masa ini dimulai pada usia 60-an, masa


atas Integrity vs dimana manusia mulai mengembangkan
putus asa integritas dirinya.

2.3 PERKEMBANGAN SOSIAL ( Bayi sampai dengan Dewasa)

5
1. Perkembangan sosial pada masa bayi

Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi
dengan cara yang sangat sederhana. Pada tahun pertama kehidupan, interaksi
sosial anak sangat terbatas, yang utama dengan ibu dan pengasuhnya.
Interaksi tersebut dilakukan dengan pandangan, pendengaran dan bau badan.
Kepedulian terhadap lingkungan hampir tidak ada, sehingga apabila
kebutuhannya sudah terpenuhi anak tidak peduli lagi terhadap lingkungan.

a. Reaksi sosial terhadap orang dewasa

Pada masa bayi ini bayi senang sekali bila diajak berhubungan
atau berteman oleh orang lain, misalnya diajak berbicara, bermain dan
sebagainya. Makin besar anak makin membutuhkan tidak hanya kontak
fisik namun juga kontak psikis. Kontak fisik dapat diwujudkan dengan
menggendong, menggandeng, mengelus rambut, mencium, memandikan.
Sedangkan kontak psikis dapat berupa pemberian perhatian, kasih
sayang, dorongan.

Beberapa perilaku lazim yang sering muncul pada masa bayi antara lain:

a) Imitasi (peniruan), yakni bayi senang sekali meniru tingkah laku atau
sikap orang-orang dewasa yang ada disekitarnya, misalnya menirukan
orang tertawa, tersenyum, tepuk tangan dan sebagainya.

b) Shyness (perasaan malu), yakni pada masa ini anak mudah sekali
merasa alu atau takut terhadap orang-orang yang belum dikenalnya.
Akan tetapi sebaliknya anak menjadi tidak mudah takut atau malu
setelah dapat mengenal lebih terhadap orang tersebut.

c) Dependency (ketergantungan), yakni anak tidak dapat hidup tanpa


bantuan orang lain.

d) Acceptance or the authority, menerima kekuatan atau kekuasaan yang


melebihi dirinya yang ada diluar dirinya.

6
e) Rivalry (persaingan dan resistant behavior). Resistant behavior
bertujuan untuk menunjukkan kekuatan.

f) Attention seeking (perhatian akan sesuatu). Pada masa ini timbul niat
atau kemauan anak untuk mengenal lebih lanjut atas apa yang
dilihatnya, misalnya bermain-main dengan jenggot anaknya.

g) Cooperation behavior, manifestasi tingkah laku dapat diwujudkan


dalam bentuk bermain bersama-sama temannya, bergurau dengan
temannya, tergaul dan ergabung dengan teman-temannya.

b. Implikasi pada pendidikan

Bayi membutuhkan perawatan dan pemberian kasih sayang,


lingkungan perlu memberikan rangsangan motorik yang kontinyu untuk
membantu perkembangan motorik. Pemaksaan dan reaksi orang dewasa
yang menolak dapat mengakibatkan kemunduran, anak akan menjadi takut
dan tidak bahagia. Pemberian afeksi bagi bayi lebih dipentingkan daripada
terus memaksa bayi melakukan sesuatu prilaku yang tidak mungkin
dilakukan.

2. Perkembangan sosial pada masa prasekolah

Selama masa prasekolah, banyak anak yang mulai mengadakan


hubungan dekat dengan orang-orang non keluarga. Pada saat anak
menjelajahi dunia prasekolah mereka mengalami serangkaian situasi sosial
yang baru dan bervariasi. Beberapa situasi baru berhubungan dengan
bermain.

Pada masa ini, anak sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang
anggotanya terdiri dari dua atau tiga anak. Mereka bermain bersama-sama
walaupun kelempok itu hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif
singkat. Dalam perkumpulannya ia harus bergaul dan menyesuaikan

7
dirinya dengan anak yang lain. Kadang-kadang ia berkelahi dengan
temannya sendiri.

Di lingkungn keluarga, anak suka menuntut kasih sayang ibunya


hanya untuk diriya sendiri. Dalam dirinya mulai timbul perasaan iri hati
kepada orang seisi rumah khususnya kakak atau adik yang membutuhkan
perhatian ibunya.

Dalam masa ini yang sangat menonjol adalah sikap simpatinya.


Rasa simpati sudah dikenal sangat sederhana, seperti sikap menolong,
melindungi teman, membela teman yang lain dan sebagainya. Ia tidak
merasa takut atau malu jika berada diantara orang-orang yang disukainya.
Tetapi ia akna merasa takut berada diantara orang-orang yang tidak
disukainya.

Implikasi dalam Pendidikan

 Sebagai pendidik perlu mengetahui bahwa bermain adalah sarana


belajar yang luar biasa ampuh bagi anak kecil.

 Sebagai pendidik perlu mendorong anak menggunakan inisiatifnya


pada pengalaman sehari-hari.

 Bila anak mengalami kesulitan bergabung dengan teman-teman


sebayanya pendidik harus memberi contoh bagaimana cara
berpartisipasi dan bergabung dalam kelompok.

3. Perkembangan sosial pada masa sekolah

Perkembangan sosial dan kepribadian mulai dari usia pra sekolah sampai
akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai
melepaskan diri dari keluarga dan makin mendekatkan diri pada orang-orang
disamping keluarga.

a) Kegiatan Bermain

8
Dibanding dengan masa sebelumnya anak pada usia sekolah ini
mau tidak mau akan mengurangi waktu bermain daripada masa
sebelumnya. Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan
sosial anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman yang akan
memberikan berbagai pengalaman berharga.

b) Interaksi dengan anak-anak sebaya

Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak


menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua.
Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan
persahabatan. Persahabatan pada awal masa sekolah pada umumnya
terjadi atas dasar aktivitas bersama. Hubungan persahabatan itu bersifat
timbal balik dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a)ada saling
pengertian, (b) saling membantu, (c) saling percaya, (d) saling
menghargai dan menerima.

Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah atau teman


bermain di luar sekolah. Minat terhadap kegiatan kelompok mulai timbul.
Mereka memiliki teman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan
bersama, seperti belajar bersama, melihat pertunjukan, bermain dan
sebagainya.

4. Perkembangan sosial pada masa remaja

Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman


sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan denga masa-masa
sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis. Pemuasan
interlektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan
berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah. Mengikuti organisasi
sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja,
namun demikian agara remaja dapat bergaul dengan baik dalam

9
kelompoknya diperlukan kopentensi sosial yang berupa kemampuan dan
ketrampilan berhubungan dengan orang lain.

Suatu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Bronson, menyimpulkan


adanya tiga pola orientasi sosial, yaitu:

a) Withdrawal vs. Expansive

Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang mempunyai


kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia lebih
senang hidup menyendiri. Sebaliknya anak expansive suka menjelajah,
mudah ergaul dengan orang lain sehingga pergaulannya luas.

b) Reaxtive vs aplacidity

Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi
sehingg mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity
mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli terhadap kegiatan sosial.
Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial.

c) Passivity vs Dominant

Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti kegiatan


sosial namun mereka cukup puas sebagai anggota kelompok saja,
sebaliknya anak yang dominant mempunyai kecenderungan menguasai
dan mempengaruhi teman-temannya sehingga memiliki motivasi yang
tinggi untuk menjadi pemimpin

1. Tujuan perkembangan Sosial Remaja

a) Memperluas kontak sosial

Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan


kemudahanya, apakan disekolah atau di lingkungan tetngga. Remaja
mulai menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang
dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat mempercayakan

10
masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan
dengan orangtua.

b) Mengembangakan identitas diri

Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan


tentang dirinya, ”siapakah saya?”

c) Menyesuaikan dengan kematangan seksual

d) Belajar menjadi orang dewasa

2. Sikap Sosial Remaja

Perkembangan sikap sosial remaja ada yang disebut sikap


konformitas dan sikap heteroseksual. Sikap konformitas merupakan
sikap ke arah penyamanan kelompok yang menekankan remaja dapat
bersifat positif dan negatif. Sikap konformitas yang negatif seperti
pengrusakan, mencuri dll. Sedang konformitas positif misalnya
menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang melibatkan
kegiatan sosial yang beik (Santrock,1997).

Perubahan sikap dan prilaku seksual remaja yang paling


menonjol adalah bidang heteroseksual ( Hurlock, 1991). Mereka
mengalami perkembangan dari tidak menyukai lawan jenis, menjadi
menyukai lawan jenis. Kesempatan dalam berbagai kegiatan sosial
semakin luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan yang lebih
luas. Remaja semakin mampu dalam berbagai kemampuan sosial yang
dapat meningkatkan kepercayaan diri.

Terkait dengan hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang


dicapai yaitu;

a) Remaja dapat berlajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana


akan mempermudah perkembangan sosial mereka terutama
kehidupan keluarga.

11
b) Remaja akan dapat melatih diri untuk menjadi mandiri, yaitu
diperoleh dengan berbagai kegiatan sosial.

c) Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok,

d) Remaja dapat belajar melakukan memilih teman.

3. Implikasi dalam Pendidikan

Pendidik harus membimbing remaja agar dapat mencapai


hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima
keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif,
mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,
mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapakn perkawinan dan
keluarga, memperoleh perangkat nilai, serta sistem etis sebagai
pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi

4. Keluarga dan Hubungan Sosial

Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring


meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya
pendapatan, kematian pasangan, keduanya juga mempengaruhi
kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan menuntut penyesuaian.
Penyesuaian dalam keluarga yang dianggap penting dalam keluarga
menurut Hurlock (1993:420) adalah :

 Hubungan dengan pasangan hidupnya

 Hubungan dengan anak

 Ketergantungan orang tua

 Hubungan dengan para cucu

Hubungan dengan orang lain cenderung dan berkurang atau menurun.


Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek
yang sangat positif bagi lanjut usia.

12
Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada
dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat
berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama dan saling
membantu memecahkan masalah masing-masing.

2.4 FAKTOR PENGARUH PERKEMBANGAN SOSIAL

Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan


pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih
banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan
orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.

2. Kematangan

Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik


dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi
dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan
emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat
menentukan.

3. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi


keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.


Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,

13
anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan
kehidupan mereka dimasa yang akan datang.

5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi

Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal,


seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.
Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial
anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan
berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya
seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan
sosial anak.

14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi
sampai akhir hayat. Menurut Erik H. Erikson (1963), perkembangan sosial
terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :

1. Infancy (0-1 tahun) : Trust VS Mistrust

2. Early childhood (1-3 tahun) : Autonomy VS Shame, doubt

3. Preschool age (3-6 tahun) : Inisiative VS Guilt

4. School age (6-12 tahun) : Industry VS Inveriority

5. Adolescence (12-20 tahun) : Identity VS Identity confusion

6. Young adulthood (20-30 tahun) : Intimacy VS Isolation

7. adulthood (30-65 tahun ) : Generativy VS Stagnation

8. Senescence (>65 tahun) : Ego integrity VS Despair

Beberapa perilaku yang muncul pada massa bayi antara lain imitasi,
shyness, pependancy, acceptance, or authority, revalry, attention seeking dan
coorperation behavior. Pada masa prasek dan yang menonjol adalah sikap
simpatinya. Pada masa remaja interaksi sosial dengan temaan sebaya
bertambah luas dan kompleks.

Perkembangan sosial pada masa dewasa dibagi menjadi tiga, yaitu


dewasa dini, dewasa madya dan dewasa akhir.

Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu :

1. Keluarga ; merupakan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan


sosialnya.

2. Pematangan ; diperlukan agar dapat bersosialisasi dengan baik.

3. Status Sosial Ekonomi ; kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi


sosial ekonomi dalam keluarga.

16
4. Pendidikan ; merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.

5. Emosi dan Intelegenci ; anak yang berkemampuan intelek tinggi akan


berkemampuan berbaha dengan baik.

3.2 Saran

Semoga dalam perkembangan sosial, faktor-faktor yang ada dapat


di hendle secara baik oleh setiap anak. Kemuadian orang-tua serta guru
dapat berperan aktif dalam perkembangan anak, Sebagai agen pengawas
serta pendidik yang berintelegency dan berkepribadian baik .

17
DAFTAR PUSTAKA

 Prof. Dr. H. Djaali. , 2007. Educational Psychology, Jakarta: Earth


Literacy

 Eka Izzaty, Rita. 1997. Students developments. Yogyakarta: UNY Press

 Siswoyo, Dwi. , 2007. Science Education. Yogyakarta: UNY Press

 Drs. Zulkifli L. , 2009. Developmental Psychology. Bandung: Teens


Rosdakarya.

 F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Dr. Siti Rahayu Haditono. , 2006.


PSYCHOLOGICAL Development, Introduction to the various parts.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

 Suyadi. , 2009. Can I make my son turns out Genius!. Yogyakarta:


Powerbooks

 Dariyo, Agus. , 2004. adolescent Developmental Psychology. Jakarta:


Indonesia Ghalia

18

Anda mungkin juga menyukai