Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERKEMBANGAN EMOSI INDIVIDU”

Disusun Oleh:
Annisa Shohiroh 3213131005
Husnul Khotimah 3211131008
M. Ibnu 3213131025
M. Rizky Pratama Ginting 3213131039

Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan


Jurusan Pendidikan Geografi
Angkatan 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Makalah
ini dapat tersusun hingga selesai didalam meyelesaikan salah satu tugas pada mata kuliah
Perkembangan Emosi Individu. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Sujarwo, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu yang telah menugaskan dan memberikan prosedur
penyelesaian makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang berkontribusi dengan memberikan sumbangan, baik materi maupun pemikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakinmasih banyak
kekurangan dalam masalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 10 September 2021

Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................4
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Intelektual.....................................................................................................................5
2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Emosi..............................................................................................6
2.3 Jenis-Jenis Intelegensi.....................................................................................................................8
2.4 Karakteristik Perkembangan Emosi..............................................................................................9
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi.....................................................13
2.6 Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual...........................................................14
2.7 Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi pendidikan..............................15
BAB III.....................................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia
prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh
terhadap perilaku anak. Memang agak sulit mempelajari emosi pada anak karena anak sudah
dapat memberi respons dengan menunjukan rasa marah dan bahagia terhadap perasaan orang
lain.
Woolfson, (2005:8) menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu :
a) dicintai, b) dihargai, c) merasa aman, d) merasa kompeten, e) mengoptimalkan
kompetensi. Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan
anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif. Anak sudah bisa
mengekspresikan emosi dasar dari rasa marah dan takut, baik dengan cara yang positif
maupun negatif. Marah sebagai bentuk pernyataan asertif, merupakan dasar dari cara anak
mengembangkan kemampuan inisiatif, dan bisa mendorongnya kearah prestasi dan
penyelesaian masalah. Rasa takut, yang diekspresikan dalam bentuk kecemasan yang ringan
justru bisa menjadi sebuah motivator bagi mereka. Marah juga bisa mereka ekspresikan
dalam bentuk agresifitas, biasanya hal ini disebabkan karena mainan dan ruang bermain atau
tempat untuk bereksplorasi yang kurang, dan kecemburuan biasanya berkaitan dengan
persaingan antar saudara kandung.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.Apa Definisi Perkembangan Emosi?
2. Bagaimana Tahap-Tahap Perkembangan Emosi?
3. Apa saja jenis-jenis intelegensi?
4. Jelaskan Karakteristik Perkembangan Intelektual?
5. Bagaimana Hubungan Intelektual dengan Tingkah laku?
6. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelektual?
7. Apa Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual?
1.3 TUJUAN
1 Menjelaskan Definisi Teori Perkembangan Emosi
2 Menjelaskan Tahapan Demi Tahapan Perkembangan Emosi
3 Menjelaskan Jenis-Jenis Intelegensi
4 Menjelaskan Karakteristik Perkembangan Intelektual
5 Menjelaskan Hubungan Intelektual dengan Tingkah laku
6 Menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelektual
7 Menjelaskan Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual
8 Menjelaskan cara Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Intelektual

Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari
faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering dirasakan oleh
setiap individu tersebut antara lain adalah senang, sedih, marah, kecewa dan lain sebagainya.
Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2007).

Suatu hal yang manusiawi bila seorang individu memiliki dan merasakan emosi, hal yang normal
pula bila seorang individu menunjukkan reaksi dari emosi yang mereka rasakan dan setiap
individu juga perlu untuk dapat mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat
intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan, kemampuan tersebut disebut sebagai regulasi
emosi. Regulasi emosi yang tepat meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan, reaksi
fisiologis, kognisi yang berhubungan dengan emosi dan reaksi yang berhubungan dengan emosi
(Shaffer, 2005).

Regulasi emosi adalah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk
mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu
pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan
atau meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang
juga dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif (Gross, 2008).

Permasalahan atau konflik sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari setiap individu. Bila
remaja mampu menghadapi setiap masalah yang dialaminya dan bisa mengatur efek emosional
akibat permasalahan tersebut dengan tepat maka kepribadian remaja dapat terasah dan terlatih
menjadi lebih kuat dan lebih dewasa dalam berperilaku dan bertindak dalam menghadapi
masalah-masalah yang akan dirasa lebih berat pada tahapan perkembangan selanjutnya.
2.2 Tahap-Tahap Perkembangan Emosi

Saat anak berada di usia sekolah (6-12 tahun), kemampuan kognitif mereka mulai berkembang.

Dengan begitu, kemampuan untuk dapat mengekspresikan emosinya lebih bervariasi dan
terkadang dapat mengekspresikan secara bersamaan dua bentuk emosi yang berbeda, bahkan
bertolak belakang.

Terlepas dari kecepatan perkembangan setiap anak yang berbeda, tonggak perkembangan sosial
emosional berikut umumnya dicapai anak pada rentang usia tertentu.

1. Kelas 1 SD (6-7 Tahun)

Kita awali dari tahapan perkembangan emosi anak SD.

Rasa kemandirian anak semakin meningkat di awal sekolah, tapi semakin membutuhkan
perhatian dan persetujuan dari orang tua.

Si Kecil juga mulai memahami kalau hubungan pertemanan sebenarnya bisa dipengaruhi oleh
berbagai hal di luar kendalinya.

"Di saat ini kala anak mulai mengetahui kapan harus mengontrol ekspresi emosi sebagaimana
juga mereka menguasai keterampilan regulasi perilaku," jelas dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K),
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak & Remaja, RS Pondok Indah –
Bintaro Jaya.

Di akhir kelas 1 SD, berbagai tonggak perkembangan sosial emosional anak yang umumnya
sudah dicapai adalah:

 Mudah bertengkar dan baikan dengan teman, juga mulai sering berkomentar tentang
temannya.
 Mudah tersinggung perasaannya, tapi juga mulai bisa mengerti perasaan orang lain.
 Selalu ingin menyenangkan orang lain dan selalu ingin jadi nomor satu.
 Bisa membedakan salah dan benar, dan mulai mencari celah dalam aturan supaya bisa
mendapatkan keinginannya.
 Tumbuh kesadaran akan pandangan orang lain terhadap dirinya.
 Mulai memahami perasaan malu.
 Bahkan, tahapan perkembangan emosi anak saat ini, membuatnya mempunyai
kemampuan untuk menjadi anak yang penuh kasih sayang.

Selain itu, anak juga dapat merasakan perasaan anak lain yang sedang sedih, mulai merasa
bersimpati, dan timbul rasa ingin menolong.
2. Kelas 2 dan 3 SD (7-9 Tahun)

Di usia ini, perkembangan emosi anak mulai terlihat.

Mereka punya beberapa teman baik, tapi hubungan pertemanannya masih mudah berubah akibat
pengaruh berbagai faktor.

Si Kecil juga sangat ingin diterima oleh teman sebayanya dan banyak mencoba berbagai
kepribadian baru untuk tahu mana yang paling cocok untuknya.

Di akhir kelas tiga, sebagian besar anak akan menunjukkan perkembangan sosial emosional
seperti:

 Mulai suka menjadi bagian dari suatu kelompok.


 Bisa membedakan fakta, fiksi, dan fantasi.
 Menunjukkan perubahan emosi ekstrem, tapi cepat kembali lagi seperti sedia kala.
 Mulai melihat dunia kesehariannya dari berbagai sudut pandang berbeda.
 Semakin menyadari pandangan orang lain tentang dirinya.
 Mulai berbagi rahasia dan candaan dengan temannya.
 Ingin bersikap baik, tapi belum cermat dalam mengikuti perintah.

3. Kelas 4 dan 5 SD (9-11 Tahun)

Di kelas empat dan lima, anak mulai menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan sebagian di
antaranya juga ada yang mulai memasuki masa puber.

Menurut studi yang dilansir National Institutes of Health, pada rentang usia ini kebutuhan anak
untuk diterima sebagai bagian kelompok semakin besar, sehingga fokusnya lebih besar untuk
teman dan komunitasnya.

Berikut adalah perkembangan sosial emosional lain yang ditunjukkan anak di akhir kelas 5 SD.

 Lebih bisa mengendalikan emosi, tapi masih sering mengalami mood swing dan rasa
tidak percaya diri.
 Mulai pandai mengatasi konflik dan bernegosiasi.
 Mulai mengetes sejauh mana mereka bisa mengubah batasan dan aturan yang sudah ada.
 Mulai banyak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.
 Memiliki hubungan pertemanan yang lebih kompleks dan kuat.
 Lebih banyak aktif di kegiatan dengan teman ketimbang keluarga.
 Memahami bahwa hubungan pertemanan bukan sekadar tentang persamaan minat.
 Mulai tertarik pada teman lawan jenis atau pura-pura tertarik pada teman lawan jenis agar
diterima oleh teman sebaya.
4. Kelas 6 SD (11-12 Tahun)

Di tahun terakhir sekolah dasar, bisa dibilang anak berada dalam masa transisi menjadi seorang
remaja.

Kemandiriannya semakin matang dan pengaruh teman pun semakin kuat, sehingga perlu terus
didampingi dan dipantau kondisi sosial emosionalnya.

Beberapa tonggak perkembangan yang ditunjukkan anak kelas 6 SD di antaranya adalah:

 Sangat peduli dengan pandangan orang lain tentang dirinya, tapi juga meyakini kalau
pengalaman dan emosinya tidak dialami oleh orang lain.
 Mulai bisa membaca perspektif dan emosi orang lain.
 Mampu menentukan sudut pandang dalam melihat suatu masalah.
 Mulai bisa mengendalikan reaksinya terhadap suatu hal.
 Mulai bisa menempatkan diri di berbagai situasi dan lingkungan berbeda.

5. Usia Anak Remaja (SMP-SMA)

"Ketika anak berusia 12 tahun ke atas, mereka sudah mampu menganalisis dan mengevaluasi
cara mereka merasakan atau memikirkan sesuatu," tambah dr. Anggia.

Begitu juga terhadap orang lain, anak yang hampir memasuki masa remaja ini, sudah dapat
merasakan bentuk empati yang lebih dalam.

Perbedaan dalam perkembangan emosi membutuhkan perhatian khusus agar anak memiliki
kemampuan meregulasi emosi mereka dengan tepat.

Melansir Raising Children, tahapan perkembangan emosi anak di usia remaja, seperti:

 Lebih baik dalam perencanaan tujuan.


 Dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah yang sulit.
 Berperilaku dengan cara yang sesuai secara normal sosial.
 Memikirkan perilaku diri sendiri terhadap orang lain.
 Menjadi lebih mandiri.

Anak-anak memiliki beragam perasaan selayaknya orang dewasa. Setiap anak juga memiliki
karakteristik yang khas dan khusus yang dapat membedakan mereka dengan teman seusianya.

2.3 Jenis-Jenis Intelegensi


Sebenarnya secara keseluruhan emosi digolongkan dalam dua golongan, yaitu emosi positif dan
emosi negatif. Emosi positif ini seperti perasaan bahagia, gembira, senang, dan cinta. Berbanding
terbalik dengan emosi negatif, yang seperti perasaan takut, sedih, cemas, dan marah.

Emosi yang menggambarkan perasaan sedih, kaget, marah, dan gembira merupakan emosi yang
mendekati kesamaan yang lebih universal atau umum. Akan tetapi perasaan emosi, takut, cinta,
muak, dan jijik, merupakan emosi yang lebih bersifat khas atau khusus dan hal ini tergantung
budaya, pendapat ini dikemukakan oleh Heider (1990).
Awalnya Ekman (1972), emosi dapat digolongkan menjadi enam golongan, yaitu muak,
bahagia, marah, takut, kaget dan sedih. Di tahun 1999 beliau kembali menggolongkan emosi
menjadi tujuh belas golongan, yakni: terkejut, malu, puas, senang, sedih, lega, bangga, bahagia,
perasaan bersalah, senang, takut, memalukan, muak, suka, jijik, marah, dan girang
Sedangkan menurut Silvan Tomkins, beliau menggolongkan emosi ke dalam hal yang cukup
sederhana. Menjadi delapan golongan emosi, iaitu malu, khawatir, sedih, jijik, marah, terkejut,
gembira, dan senang. Dan The Li Chi pun menggolongkan emosi yang lebih rinci, hal ini pun
diungkapkan oleh Prinz (2004). Menggolongkan emosi ke dalam sembilan golongan, yaitu kasih
sayang, rangsangan, jijik, menderita, cemas, panik, dan enggan puas.

Memang menurut ahli adanya perbedaan dalam penggolongan emosi, akan tetapi ada beberapa
persamaan dalam bentuk-bentuk emosi yang dijelaskan, hal itu antara lain, takut, sedih, jijik,
bahagia, dan senang. Hal yang lebih khusus terletak pada perasaan kaget, dan perasaan bersalah.
Bahkan, Lovenheim (2011) telah mengajukan bahwa kombinasi spesifik dengan tingkat-tingkat
adanya sinyal zat noradrenalin, dopamine, serotonin dikombinasikan dengan delapan emosi dasar
pembentukan hubungan langsung.
Hal ini menjadi sebuah model kubus tiga dimensi beliau tentang emosi, yang mana, yang
Lovenheim ungkapkan menjadi sumbu sistem koordinat dan emosi dasar yang telah diungkapkan
Tomkins Sylvan menjadi delapan titik sudut. Menurut model ini, masalah kemarahan
diakibatkan oleh adanya kombinasi dari adanya serotonin rendah, adanya dopamine tinggi, dan
adanya nor-adrenalin yang tinggi.
2.4 Karakteristik Perkembangan Emosi
Menurut Masnipal (2013: 117), ada beberapa ciri utama reaksi emosi sosial anak usia dini,
yaitu:
Anak lebih sering terjadi perselisihan dengan teman sebaya, menunjukkan sikap sukatidak suka
(walaupun rentang benci pendek), suka merajuk (menangis dan bersembunyi sendiri bila
dimarahi), sedih bila barang kesayangannya hilang/mati.
Kegiatan berteman lebih intens, bermain bersama di rumah maupun diluar rumah, hubungan
anggota keluarga seperti kaka lebih sering terjadi bentrokan, karena ana berusaha menunjukkan
“kekuatannya” dihadapan anggota keluarga. Ia mau diakui sebagai salah satu anggota keluarga
dengan hak yang sama.
Perilaku yang mencolok adalah perilaku marah/tidak senang dengan menyembunyikan diri
sambil menangis, anak harus diakui sebagai bagian dari kelompok/keluarga, kegiatan pertemuan
lebih intens, perselisihan mulai berkurang,
Interaksi anak dengan teman sebaya sangat intens, sudah jarang bertengkar atau bisa
bekerjasama lebih lama, respons positif dari orang dewasa membuat anak dekat.
Sedangkan menurut Hurlock (1978) perkembangan emosi ini terlihat mencolok pada anak usia
2,5 tahun -3,5 tahun, dan 5,5-6,5 tahun. Perkembangan emosi dipengaruhi oleh kematangan dan
belajar. Adapun karakteristik reaksi emosi sosial anak adalah sebagai berikut;
Reaksi emosi anak sangat kuat, dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin
bertambah matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memiliki kadar
keterlibatan emosionalnya.
Reaksi emosi seringkali muncul pada setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya. Semakin
emosi anak berkembang menuju kematangannya, mereka akan belajar mengontrol diri dan
memperlihatkan reaksi emosi dengan cara dapat diterima lingkungan.
Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi kekondisi lain.
Reaksi emosi bersifat individual
Keadaan emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan.
Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi
emosional secara langsung, tetapi mereka memperlihatkan secara tidak langsung melalui
kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti
menggigit kuku dan mengisap jempol.
Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan
mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga
mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian
mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih
dapat diterima (Hurlock, 1980: 2014).
Dari kedua uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri utama reaksi sosial emosi pada
anak adalah saling berkaitan diantara keduanya. Emosi sangat dipengaruhi oleh sosial atau
lingkungan anak, dan proses sosial anak pun bisa dipengaruhi oleh emosi yang semakin
berkembang. Semakin anak tumbuh maka semakin berkembang tingkat emosi sosial anak. Pada
masa anak ini, emosi masih belum matang artinya masih belum bisa ia kendalikan. Reaksi sosial
emosi anak tidak bisa dibuat-buat dan terjadi secara alami dalam proses interaksi dengan teman
sebaya atau orang dewasa.
Reaksi emosional dapat ditimbulkan dari berbagai macam rangsangan. Pada masa bayi ada dua
ciri khusus yaitu yang pertama emosi bayi disertai dengan reaksi perilaku yang terlampau hebat
bagi rangsangan yang menimbulkannya, terutama dalam hal marah dan takut. Emosi itu singkat,
tetapi kuat, sering muncul, tetapi bersifat sementara dan berubah menjadi emosi lain jika
perhatian bayi dialihkan. Misalnya emosi ketika ada sesuatu yang membuat dirinya tidak
nyaman, seperti kelaparan, buang air, kehausan dan tidak diperhatikan. Ciri khusus yang kedua
adalah emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan dengan periode lain, karena
pada masa bayi tingkat kognisinya masih terbatas, artinya bentuk reaksi emosi pada masa ini
lebih mudah dan cepat, contohnya menangis.
Pada usia 3 atau 4 bulan pertama, bayi memperlihatkan sejumlah reaksi yang mengisyaratkan
keadaan emosi. Pertama diciriksn dengan penurunan gerakan motorikdan perlambatan detak
jantung sebagai respons terhadap peristiwa yang tidak diduga (rasa heran). Kedua, dicirikan
dengan meningkatnya gerakan motoric, merapatnya kelopak mata, meningginya detak jantung,
dan meledaknya tangisan. Hal ini menunjukkan reaksi terhadap rasa nyeri, dingin dan lapar.
Ketiga, menurunnya ketegangan otot, dan meraptnya kelopak mata setelah pemberian makanan
yang dinamakan sebagai relaksasi karena puas. Keempat, mencakup meningkatnya gerakan,
senyuman, celotehan bergairah jika suatu peristiwa yang cukup dikenal atau interaksi sosial
berlangsung.
Menurut Syamsu Yusuf (:116), emosi sebagai suatu peristiwa psikologis memiliki beberapa cirri
sebagai berikut:
Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti: pengamatan dan berpikir.
Bersifat fluktuatif (tidak tetap).
Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra.
Selanjutnya Syamsu Yusuf (:116) juga berusaha menjelaskan ciri emosi antara anak-anak dan
orang dewasa. Menurutnya, terdapat perbedaan cirri emosi anak dengan orang dewasa. Emosi
anak memiliki ciri: (1) Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba; (2)Terlihat lebih hebat/kuat;
(3) Bersifat sementara/dangkal, (4) Lebih sering terjadi; (5) Dapat diketahui dengan jelas dari
tingkah lakunya. Sementara itu emosi orang dewasa memiliki cirri: (1) Berlangsung lebih lama
dan berakhir dengan terlambat; (2) Tidak terlihat hebat/kuat, (3) Lebih mendalam dan lama, (4)
Jarang terjadi, (5) Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikan.
Terdapat pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak, antara lain :
1. Amarah
Anak mengungkapkan rasa marahnya dengan menangis, berteriak, menggertak, menendang,
melompat-lompat atau memukul. Penyebab dari amarah ini yang paling umum adalah karena
pertengkaran tenatang permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan hebat yang
diterimanya dari orang lain.
2. Takut
Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan merupakan
penyebab dalam menimbulkan rasa takut, seperti cerita-cerita, acara televisi, dan film-film
dengan unsur menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik, kemudian
menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar, dan bersembunyi, menangis dan menghindari
situasi yang menakutkan.
3. Cemburu
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orang tua mulai beralih
kepada oranglain didalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat
mengungkapkan kecemburuannya secara terbuka atau menunjukkannya dengan kembali
berperilaku seperti anak kecil, seperti mengompol, pura-pura sakit, atau menjadi nakal. Perilaku
ini semua bertujuan untuk menarik perhatian orang tua.
4. Ingin Tahu
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang dilihatnya, juga mengenai tubuhnya
dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik (meraba),
kemudian berkembang menjadi bertanya.
5. Iri Hati
Anak-anak sering iri hati terhadap orang lain mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki
orang lain. Reaksi dari iri hati ini bermacam-macam, yang paling umum mengeluh dengan
barang kepunyaan sendiri dan mengungkapkan ingin mempunyai barang seperti orang lain atau
dengan mengambil barang kepunyaan orang lain.
6. Gembira
Anak-anak merasa bahagia karena sehat, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan,
bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit.
Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan,
melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat dirinya bahagia.
7. Sedih
Penyebab anak-anak sedih yang paling umum adalah karena kehilangan segala sesuatu yang
dicintainya atau yang dianggap penting bagi dirinya, seperti orang, binatang, atau benda mati
seperti mainan dan benda yang ia sayangi. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya
dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadapa kegiatan normalnya, termasuk makan.
8. Kasih Sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang menyenangkannya. Ia
mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak
mengungkapkannya secara fisik, seperti memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih
sayangnya
Anak mengomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh.Bahasa tubuh ini
perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan
memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan
anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain: ekspresi wajah, napas, atau gerakan.
Emosi anak dapat dikenali melalui gejala tingkah laku yang ditampilkan:

 Cemas: murung, diam, keringat dingin, lari menjauh


 Senang: senyum, mengeluarkan bunyi, bergumam, menyanyi, membelai, memeluk,
mencium
 Takut: mengkeret, wajahnya mengerut, berteriak-teriak
 Marah: gregetan seperti mau melawan, berteriak ”tidak!”, menyakitidiri sendiri,
menangis 5. Kesal: Menggigit, menjambak, membanting barang,mengangkat barang
dengan satu tangan
 Sedih: murung, tidak mau makan, melempar-lempar piring.
 Kecewa: murung, wajah memelas, cemberut.

Reaksi emosi anak usia dini dapat kita kenali dengan kasat mata atau terlihat jelas baik secara
verbal anak maupun non verbal anak, pasalnya emosi anak selalu muncul secara kuat dan
berhenti secara tiba-tiba. Reaksi emosi pada anak sangat berbeda dengan emosi pada orang
dewasa.
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak adalah sebagai
berikut.
1. Keadaan anak.
Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri anak akan
sangat mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak lebih jauh pada
kepribadian anak. Misalnya: Rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.
2. Faktor belajar
Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka gunakan untuk
marah.Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain: Belajar dengan
coba-coba, anak belajar dengan coba-coba untuk mengepresikan emosinya dalam bentuk prilaku
yang memberi penguasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
3. Belajar dengan cara meniru.
Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak
bereaksi dengn emosi dan metode yang sama dengan orang-orang diamati.Belajar dengan
mempersamakan diri anak meniru reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh
rangsangannya yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang
ditiru.Disini anak yang meniru emosi orang yang dikagumi.
4. Belajar dengan membimbing dan mengawas
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.Dengan
pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi terhadap rangsangan yang biasanya
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional
terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
5. Belajar dengan pengondisian
Dengan meode atau cara ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional
kemudian berhasil dengan cara asosiasi.Pengondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada awal
kehidupan karena anak kecil kurang menalar, mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase perkembangan yang pada
umumnya dapat dilalui dengan sukses. Namun jika anak tidak dapat mengamati konflikkonflik
tersebut, biasanya mengalami gangguan –gangguan emosi.
Adapun cara mengalahkan atau meredamkan emosi anak adalah dilakukan dengan cara
melepaskan ketegangan tubuh dan dengan cara yang lain adalah dengan merubah posisi
maksudnya ketika sedang marah, maka sebaiknya mengambil posisi yang lebih rendah.
Maksudnya adalah jika sedang berdiri maka hendaklah kita duduk, maka hendaklah kita
berbaring.Dengan begitu kita akan sulit untuk bergerak dalam melakukan perlawanan. Begitu
juga dengan cara meluangkan waktu untuk memecahkan masalah bersama anak. Ketika anak
merasa sedih karena tidak diajakbermain oleh temannya, bantu anak mencari penyebabnya
kemudian cari bersama pemecahannya. Cara semacam ini membantu anak belajar berfikir logis
dalam mengatasi masalah emosinya dan menumbuhkan kemampuannya untuk
mengantisipasinya serta berkesempatan mengatasi masalah emosinya sendiri.
Dalam hal ini keluarga merupakan lembaga yang pertama kali mengajarkan individu
(melalui contoh yang diberikan orang tua) bagaimana individu mengeksplorasi emosinya.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak . Keluarga sangat
berfungsi dalam menanamkan dasar-dasar pengalaman emosi, karena disanalah pengalaman
pertama didapatkan oleh anak.
Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak.
Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang emosinya positif, maka
perkembangan emosi anak akan menjadi positif. Akan tetapi apabila kebiasaan orang tua dalam
mengekpresikan emosinya negative seperti melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif,
mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi anak
akan menjadi negatif.
2.6 Perbedaan Individual dalam Perkembangan Intelektual
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena
mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun
emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-
anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama
daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka.Oleh sebab itu, ekspresi emosional
mereka menjadi berbeda-beda.Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada
saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan oleh kondisi
lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang
kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai
bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkn dengan anak-anak
yang kurang pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan
ekspresi emosi.
Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga, anak laki-laki lebih sering dan
lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Misalnya marah
bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih
sesuai bagi perempuan. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga
besar, sedangkan rasa iri lebih umum umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu
dan ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan
dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 2002: 154). Reaksi emosional
yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan
muncul dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin.Kematangan dan belajar terjalin
erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi Untuk mencapai kematangan
emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan
reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya
dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa
aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaran”
(Hurlock, 2002:213).
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain :
a. Belajar dengan coba-coba
b. Belajar dengan cara meniru
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
d. Belajar melalui pengkondisian
e. Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2002:158)

2.7 Membantu Perkembangan Intelektual dan Implikasinya bagi pendidikan

Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak memnimbulkan efek negatif.
Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :
1. berfikir positif
2. mencoba belajar memahami karakteristik orang lain
3. mencoba menghargai pendapat dan kelebihan oranglain
4. introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada diri sendiri,
mereka dapat merasakannya
5. bersabar dan menjadi pemaaf
6. alih perhatian, ayitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari objek yang
pada mulanya memicu pemunculan emosi negatif
Mengendalikan emosi itu penting. Hal ni didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai
kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-orang yang dijumpai
dirumah atau dikampus akan lebih cepat menanggapi emosi daripada kata-kata. Kalau seseorang
sampai dirumah dengan wajah murung, bahkan terkesan cemberut dan marah-marah, emosi
anggota keluarga yang lain akan bereaksi terhadap emosi tersebut, sehingga mereka merasa tidak
enak atau merasa bersalah dan lain sebagainya.
Beberapa cara untuk mengendalikan emosi menurut Mahmud, 1990 :
1. hadapilah emosi tersebut
2. jika mungkin, tafsirkan kembali situasinya. Artinya melihat situasi sulit yang dialami dari
sudut pandang yang berbeda
3. kembangkan asa humor dan sikapa realistis
4. atasi secara lansung problem-problem yang menjadi sumber emosi
Cara lainnya adalah dengan mengekspresikan emosi. Wullur (1970 :16) melukiskan ekspresi
sebagai pernyataan batin seseorang dengan cara berkata, bernyanyi, bergerak dengan catatan
bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena dorongan akan menjamakan perasaan atau buah pikiran.
Selanjutnya, ekspresi itu dapat mengembangkan sifat kreativitas seseorang. Selain itu ekspresi
juga bersifat membersihkan, membereskan (katarsis. Karena itu, ekspresi dapat mencegah
timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan
menghadapi perasaannya. Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu dapat membahayakan.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat mengembangkan
kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh
W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :
Pengembangan Keterampilan Emosional
1. mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
2. mengungkapkan perasaan
3. menilai intensitas perasaan
4. mengelola perasaan
5. menunda pemuasan
6. mengendalikan dorongan hati
7. mengurangi stres
8. memahami perbedaan anatara perasaan dan tindakan
Pengembangan Keterampilan Kognitif
1. belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi masalah
atau memperkuat perilaku diri sendiri
2. belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
3. belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan pengambilan
keputusan
4. belajar memahami sudut pandang oranglain (empati)
5. belajar memahami sopan santun
6. belajar bersikap positif terhadap kehidupan
7. belajar mengembangkan kesadaran diri
Pengembangan Keterampilan Perilaku
1. mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui pandangan mata,ekspresi
wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain
2. mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan permintaan dengan
jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain dengan jelas, menanggapi kritik secara
efektif
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja
agar dapat memiliki kecerdasan emosi adalah dengan self-science curriculum ( Daniel Goleman ,
1995)
1. belajar mengembangkan kesadaran diri
2. belajar mengambil keputusan pribadi
3. belajar mengelola perasaan
4. belajar menangani stres
5. belajar berempati
6. belajar berkomunikasi
7. belajar membuka diri
8. belajar menegembangkan pemahaman
9. belajar menerima diri sendiri
10. belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
11. belajar mengembangkan ketegasan
12. belajar dinamika kelompok
13. belajar menyelesaikan konflik
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang, disikapi
oleh orang tua maupun guru dengan cara :
1. orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak (significant
person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga
tampilannya tidak meledak-ledak
2. adanya program latihan beremosi baik ssssssdisekolah maupun didalam keluarga,
misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana
mestinya
3. mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung
menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh setiap individu,
perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan
seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistimatis didalam diri
manusia. Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistimatis, progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan
pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan.Sedangkan emosi adalah suatu keadaan atau perasaan yang ada dalam diri manusia
baik senang maupun sedih yang disadari dan diungkapkan melaui wajah atau tindakan.Dan yang
termasuk dalam ekspresi emosi pada anak adalah : Rasa takut, rasa malu, rasa canggung, rasa
khawatir, rasa cemas,rasa marah, rasa cemburu, rasa duka cita, rasa keingintahuan ,rasa
kegembiraan dan sebagainya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
pada anak adalah keadaan anak,factor belajar dengan cara meniru, factor belajar dengan coba-
coba, belajar dengan pengondisian,belajar dengan bimbingan dan pengawasan danlain-lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth B.Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978) https://dalamislam.com 15
cara mengendalikan emosi dalam islam.
John W. Santrock, Perkembangan anak (Jakarta: erlangga, 2007) Makmum Mubayidh,
Kecerdasan dan kesehatan emosional anak, (Jakarta:Pustaka Alkautsar,2006)

Anda mungkin juga menyukai