Anda di halaman 1dari 23

MINI RISET

OSEANOGRAFI DAN SUMBER DAYA KELAUTAN


“PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU: SOLUSI PEMANFAATAN
RUANG, PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN PEMANFAATAN WILAYAH PESISIR
YANG OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN DI PANTAI LEUPUNG KECAMATAN
ACEH BESAR”

Dosen Pengampu: Melinda Suriani Harefa, S.Pd., M,Si.

FISKA AGUS WIDAR GULO :3212431008


ISNAINI: 3213131047
PRISDON LEO BARDO PANDIANGAN :3212431012
FARIDA WATI MANALU :3213331030
ZAINAH :32121311007

Kelas :Geografi E 2022

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITA NEGERI MEDAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkatnya yang
melimpah masih dapat kita rasakan hingga saat ini, dan rahmat karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ‘’oseanografi dan sumber daya
kelautan‘’ dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis buat yaitu
Makalah Miniriset oseanografi dan sumber daya kelautan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ‘’
Oseanografi dan sumber daya kelautan‘’ penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu
Meilinda Suriani Harefa, S.Pd., M.Si. karena telah memberikan kesempatan kepada
penulisdalam menyelesaikan tugas miniriset ini. Dan penulis juga mengucapkan
terimakasih banyak atas bantuan rekan-rekan dalam menyusun makalah miniriset.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini tidaklah sempurna, baik dari
s egi penyusunan, bahas anya, ataupun penulis annya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulis dapat memperbaiki
hasil dari makalah. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menambah lagi pemahaman pembaca mengenai oseanografi dan sumber daya kelautan.

Medan, April 2022

Tim Penulis

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................4

1.2 rumusan masalah..............................................................................................................................5

1.3 tujuan penelitian...............................................................................................................................5

1.4 Mamfaat............................................................................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI...................................................................................................................................6

2.1 Pengertian Wilayah Pesisir................................................................................................................6

2.1 definisi pesisir dan masyarat pesisir..................................................................................................6

2.3 potensi wilayah pesisir.......................................................................................................................7

2.4 Potensi Sumberdaya Pesisir...............................................................................................................8

2.5 Pembangunan Berkelanjutan............................................................................................................9

BAB III METODELOGI PENELITIAN...........................................................................................................10

3.1 Jenis Penelitian................................................................................................................................10

3.2 Lokasi dan Waktu............................................................................................................................10

3.3 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................................................10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................................................11

4.1 Pemamfaatan Sumber daya yang berkelanjutan di pantai leupung kecamatan aceh besar...........11

4.2 permasalah wilayah pesisir leupung aceh besar..............................................................................14

4.3 pengeloloaan secara terpadu wilayah pesisir leupung aceh besar..................................................15

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................20

Kesimpulan............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang
garis pantai kurang lebih 81.000 km. Di sepanjang garis pantai ini terdapat wilayah pesisir
yang relatif sempit tetapi memiliki potensi sumber daya alam hayati dan non-hayati; sumber
daya buatan; serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Potensi-
potensi tersebut perlu dikelola secara terpadu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Wilayah pesisir secara ekologis merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan
laut. Ke arah darat meliputi bagian tanah, baik yang kering maupun yang terendam air laut,
dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang
serta perembesan air laut. Yang ke arah laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi
oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan,
pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar. Namun,
selama Serambi Konstruktivis , Volume 2, No.2, Juni 2020 ISSN : 2656 - 578 85 ini potensi
laut tersebut belum termanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa
pada umumnya, dan pemasukan devisa negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil
pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri oleh para nelayan asing
yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan Indonesia secara ilegal.
Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia secara maksimal tidak saja tepat
tetapi juga merupakan suatu keharusan. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah
pemanfaatan laut yang bagaimana? Seharusnya adalah pemanfaatan laut yang dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya pada masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah
kerjasama dalam pengelolaan potensi sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang
diinginkan bukan saja peningkatan hasil pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil
pemanfaatan yang dinikmati seluasluasnya oleh masyarakat (Arifin, 2004). Pengelolaan
sumberdaya pesisir yang diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat dengan tetap mengedepankan keberlanjutan sumberdaya pesisir yang tersedia,
serta menjadi tantangan sekaligus tanggung jawab bagi pemerintah di daerah tersebut.
Pembangunan di wilayah pesisir dapat meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan
lapangan kerja. Karena itu wilayah pesisir dan pulaupulau kecil harus dikelola secara terpadu
dan berkelanjutan dengan cara memanfaatkan sumber-sumber petumbuhan yang sudah ada
dan sumber- sumber pertumbuhan yang baru ( Jufriadi, 2014) Wilayah pesisir akhir-akhir ini
menjadi topik yang seksi dibicarakan di Indonesia, khususnya di Jawa Timur sebagai respon terhadap
pembangunan infrastruktur jembatan suramadu dan munculnya limbah industri lumpur panas
lapindo yang mengalir sampai jauh ke laut. Hasil sebuah studi riset proyek pesisir barubaru ini
mengungkapkan bahwa lebih dari 83% masyarakat Indonesia mengkuatirkan kondisi dan masa
depan lingkungan laut, tetapi yang sangat disayangkan dari hasil survei tersebut terungkap bahwa
hanya sedikit dari masyarakat Indonesia (sekitar 25%) yang mengerti tentang sumberdaya pesisir
dan lautannya. Jelas sekali bahwa kita mempunyai tugas yang besar dalam mendidik pengguna
wilayah pesisir serta masyarakat umum untuk membangun konstituensi. Melalui tulisan ini kami
ingin berbagi pengetahuan tentang bagaimana mengelola wilayah pesisir, sehingga sumberdaya
pesisir yang beraneka ragam ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan

1.2 rumusan masalah


1 . apa saja Sumber daya yang berkelanjutan di pantai leupung kecamatan aceh besar ?
2 . apa saja permasalah wilayah pesisir leupung aceh besar ?
3. bagaimana pengeloloaan secara terpadu wilayah pesisir leupung aceh besar ?

1.3 tujuan penelitian


. Peranan sumberdaya pesisir diperkirakan akan semakin meningkat dimasa-masa mendatang
dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, regional, maupun lokal. Sehingga, untuk
dapat memanfaatkan ruang dan sumberdaya wilayah pesisir secara optimal dan
berkelanjutan, perlu pemahaman yang mendalam tentang pengertian dan karakeristik dari
kawasan ini serta masyarakat yang mendiaminya. Pengelolaan wilayah pesisir leupung aceh
besar secara terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan pesisir dilakukan melalui penilaian menyeluruh (comprehensive assesment),
menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, dan kemudian merencanakan serta mengelola
segenap kegiatan pemanfaatannya. Tulisan ini berupaya memberikan pemahaman secara
komprehensif dan berisi tinjauan akademik tentang potensi wilayah pesisir leupung aceh
besar serta , permasalahan yang terjadi dan peluang pemanfaatannya.

1.4 Mamfaat
. Tulisan ini berupaya memberikan pemahaman secara komprehensif dan berisi tinjauan
akademik tentang potensi wilayah pesisir leupung aceh besar serta , permasalahan yang
terjadi dan peluang pemanfaatannya.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Wilayah Pesisir
Sesuai kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara
darat dan laut, ke arah darat meliputi daratan baik kering maupun terendam air yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin.
Kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia
seperti pertanian dan pencemaran (Brahtz 1972; Soegiarto 1976 dalam Direktorat Jenderal
Pesisir dan Pulau Kecil, 2003). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, pengertian wilayah pesisir adalah daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan didarat dan laut.
Dahuri et al. (1996) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayah perairan antara
daratan dan lautan dimana ke arah darat adalah jarak secara arbiter dan rata-rata pasang
tertinggi dan batas ke arah laut adalah yurisdiksi wilayah propinsi atau state di suatu Negara.
Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Secara
fisiologi didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih
dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan
dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang
materinya berupa kerikil.

2.1 definisi pesisir dan masyarat pesisir


Sampai sekarang belum ada definisi wilayah pesisir yang baku, namun demikian, terdapat
kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan (interface area)
antara ekosistem daratan dan laut. Definisi dan batas wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia
adalah wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas ke arah darat meliputi (1) secara
ekologis: kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan seperti pasang-
surut, angin laut, dan intrusi air laut; (2) secara administrasi: batas terluar sebelah hulu dari desa
pantai atau jarak definitif secara arbiter 2 km dari garis pantai. Sedangkan batas ke arah laut
meliputi (1) secara ekologis: kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami di
daratan seperti sedimentasi, dan mengalirnya air tawar kelaut, serta daerah-daerah laut yang
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan; (2) secara administrasi: batas 4 mil dari garis
pantai ke arah laut. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat pesisir adalah berbagai pihak (baik
perorangan, kelompok lembaga, maupun badan hukum) yang bermukim di wilayah pesisir dan
memiliki mata pencaharian yang berasal dari sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir.
Berdasarkan basis tempat tinggal dan mata pencaharian tersebut dapat dipetakan komponen
masyarakat pesisir yakni nelayan, petani ikan, pemilik atau pekerja indusri pariwisata, pemilik atau
pekerja industri pariwisata, pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut, pemilik dan pekerja
pertambangan dan energi, pemilik dan pekerja industri maritim galangan kapal.

2.3 potensi wilayah pesisir


Peranan sumberdaya pesisir diperkirakan akan semakin meningkat dimasa-masa mendatang dalam
menunjang pembangunan ekonomi nasional, regional, maupun lokal. Ada dua alasan pokok yang
mendukung kecenderungan diatas. Pertama pertumbuhan penduduk semakin meningkat yang akan
mendorong permintaan terhadap sumberdaya pesisir, dan kedua Indonesia secara komparatif
memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang beragam dalam jumlah besar. Untuk itu upaya
menggerakkan perekonomian bangsa dengan menerapkan strategi pembangunan industri berbasis
sumberdaya alam (resources based industries) yang dibangun melalui penerapan iptek dan
manajemen profesional, mengharuskan kita mengetahui potensi kekayaan yang tersimpan di
kawasan pesisir dan lautan sebagai aset pembangunan bangsa. Dahuri (2003) merinci bahwa dalam
suatu wilayah pesisir dan lautan terdapat satu atau lebih lingkungan ekosistem dan sumberdaya.
Ekosistem ini dapat bersifat alami ataupun buatan. Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir
dan lautan antara lain: terumbu karang, hutan manggrove, padang lamun, pantai berpasir, formasi
pes-caprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna, dan delta. Sedangkan ekosistem buatan antara
lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan
agroindustri, dan kawasan pemukiman. Sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan terdiri dari
sumberdaya alam yang dapat pulih, dan sumberdaya alam yang tidak dapat pulih. Sumberdaya yang
dapat pulih (sumberdaya perikanan laut, mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut,
dan bahan-bahan bioaktif) maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih (minyak bumi, gas, mineral,
pasir, dan bahan tambang lainnya) serta berbagai macam energi kelautan (gelombang, pasang surut,
ocean thermal energy conversion, dan angin) dan jasa-jasa lingkungan (media transportasi dan
komunikasi, pengaturan iklim, keindahan alam, dan penyerapan limbah). Keseluruhan ekosistem
dan sumberdaya ini berpotensi sebagai aset ekonomi, ekologi, pendidikan dan penelitian,
pertahanan dan keamanan bagi suatu negara. Potensi ekonomi sumberdaya pesisir dapat
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan diwilayah pesisir dan atau kegiatan ekonomi
yang menggunakan sumberdaya pesisir. Bidang kelautan ini meliputi sektor-sektor produktif yang
terdiri dari sektor: (1) kegiatan perikanan; (2) kegiatan pariwisata bahari; (3) kegiatan pertambangan
dan energi; (4) kegiatan perhubungan laut; (5) kegiatan industri maritim; dan (6) kegiatan kegiatan
bangunan kelautan. Potensi ekologis sumberdaya pesisir dapat didefinisikan sebagai peran pesisir
sebagai pengatur keseimbangan lingkungan, keseimbangan iklim, dan keseimbangan panas bumi.
Potensi pertahanan dan keamanan wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai peran pesisir untuk
menjaga kedaulatan negara khususnya pesisir pulau terluar yang berbatasan dengan negara lain.
Sementara potensi pendidikan dan penelitian wilayah pesisir dapat diartikan bahwa wilayah pesisir
memiliki peran sebagai media pembelajaran dan kegiatan riset untuk menunjang pembangunan
ekonomi.
2.4 Potensi Sumberdaya Pesisir
Kawasan pesisir di Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman jenis sumber
daya alamnya baik sumber alam yang dapat pulih (renewable) maupun yang tidak dapat pulih
(unrenewable). Sumber daya alam pulau-pulau kecil bila dipadukan dengan sumber daya
manusia yang handal serta di dukung dengan iptek yang di tunjang dengan kebijakan
pemanfaatan dan pengelolaan yang tepat bisa menjadi modal yang besar bagi pengembangan
wilayah pesisir. Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan
(Interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-
jasa lingkungan yang sangat kaya (Clark, 1996). Kekayaan ini mempunyai daya tarik
tersendiri bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan mendorong berbagai
instansi untuk meregulasi pemanfaatannya. Sumberdaya pesisir adalah sumberdaya alam,
sumberdaya binaan/buatan dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalam wilayah pesisir
(Dahuri et aln2001), potensi sumberdaya pesisir secara umum dibagi atas empat kelompok
yakni (1) Sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources), (2) Sumberdaya tidak dapat
pulih (unrenewable resources), (3) Energi lautan dan (4) Jasa-jasa lingkungan kelautan
(environmental services). Sumberdaya yang dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan,
udang, rumput laut, padang lamun, mangrove, terumbu karang termasuk kegiatan budidaya
pantai dan budidaya laut (marine culture). Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral,
bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. Sumberdaya energi terdiri dari OTEC (ocean
thermal energy convertion), pasang surut, gelombang dan sebagainya. Sedangkan yang
termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut.
2.5 Pembangunan Berkelanjutan
dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara geografis wilayah pesisir terbentuk dari
pertemuan antara daratan dan lautan dimana di dalamnya terjadi proses-proses fisik dan
biologi yang kompleks. Secara ekologis wilayah pesisir terdiri atas sejumlah habitat daratan
dan perairan yang rentan, dengan ekosistem pesisir yang unik, yang memiliki sumberdaya
alam yang berharga. Ekosistem ini juga sangat terkait dengan system sosial ekonomi yang
membentuk sistem sumberdaya (Scura, 1992).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian salah satunya penelitian kualitatif merupakan jenis-jenis penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis yang mendalam. Proses dan makna yang
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif ini memiliki landasan teori yang dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.

Jenis-jenis penelitian ini melibatkan peneliti di dalam peristiwa atau situasi yang sedang diteliti.
Oleh sebab itu, diperlukan kedalaman analisis oleh peneliti ketika melakukan riset dan proses
menemukan hasil penelitian. Karena secara umum, penelitian kualitatif ini nantinya bertujuan
memeroleh data utama dari observasi. Serta dari internet
3.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di leupung Aceh besar pada 20 april 2022 pada jam 10;30-13;00 .
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data di dalam penelitian, seorang peneliti dapat menggunakan berbagai
berbagai teknik. Penggunaan dari salah satu atau beberapa teknik pengumpulan data sangat
tergantung pada jenis data yang akan dikumpulkan, tujuan penelitian dan pemahaman serta
kemampuan peneliti tentang teknik yang akan dipergunakannya dalam melaksanakan
penelitian dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait.
1. Studi Pustaka
Peneliti ini juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk
memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini. Menurut penjelasan Rosady Ruslan,
Studi pustaka merupakan : “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan materi data
atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi, dan bahan-bahan publikasi yang
tersedia di perpustakaan”. (Rosady Ruslan Metode penelitian public relations dan
komunikasi 2003:21)

2. Studi Literatur
Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana dengan
mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai masalah-masalah yang
diteliti.

3. Penelusuran Data Online / Internet Searching


Internet searching merupakan teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi yang
berupa alat / mesin pencari di internet dimana segala informasi dari berbagai era tersedia
didalamnya. Internet searching sangat memudahkan dalam rangka membantu peneliti
menemukan suatu file / 33 data dimana kecepatan, kelengkapan dan ketersediaan data
dari berbagai tahun tersedia. Mencari data di internet bisa dilakukan dengan cara
searching, browsing, surfing ataupun downloading.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sumber daya yang berkelanjutan di pantai leupung kecamatan aceh besar
A. . Ikan
Ikan merupakan vertebrata yang paling banyak jumlahnya yang menghabiskan seluruh
hidupnya pada perairan. Secara khusus ikan diartikan sebagai hewan yang bertulang
belakang (vertebrata) yang berdarah dingin (poikilothermal) dimana hidupnya di
lingkungan air, pergerakan dan keseimbangan dengan menggunakan sirip serta pada
umumnya bernafas dengan insang (Wahyuningsih dan Barus 2006).

Figure 1 ikan

B. Ekologi ikan
Keanekaragaman hayati adalah suatu ukuran untuk mengetahui keanekaragaman
kehidupan yang berhubungan erat dengan jumlah suatu komunitas.Dari hasil wawancara
terhadap para nelayan terdapat beberapa jenis ikan yang berada doi pelabuhan Tanjung
Tiram, Contohnya yaitu: ikan dencis, ikan gembung, ikan jair, ikan tima-tima, ikan lida,
kerang, gurami, udang, kepiting, dan lain sebagainya.
Figure 2anemon laut

C. Mangrove
Seperti yang sudah diketahui bahwa hutan mangrove memiliki peran ekologis yang
sangat besar bagi kehidupan manusia. Hutan mangrove memiliki banyak fungsi mulai
dari penyedia sumber makanan organisme, bahan baku industri, mencegah terjadinya
banjir, mencegah erosi, hingga fungsi rekreasi yang mana banyak para pengunjung yang
menyewa kapal untuk berkeliling perairan tanjung tiram sembari melihat keindahan hutan
mangrove daerah pesisir. Berdasarkan tanggapan para nelayan sekitar pesisir perairan
tanjung tiram, mereka mengatakan bahwa hutan mangrove yang terdapat di daerah pesisir
sangat memiliki banyak manfaat bagi mereka, Salah satunya adalah mencegah terjadinya
erosi dan banjir di sekitar daerah pesisir.

Figure 3 mangrove

Figure 4 pantai leupung aceh besar


4.2 permasalah wilayah pesisir leupung aceh besar
Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di
pesisir leupung aceh besar bagi berbagai peruntukan (industri, pelabuhan, tambak,
pemukiman), maka tekanan ekologis terhadap ekosisitem pesisir semakin meningkat pula.
Meningkatnya tekanan ini tentunya dapat mengancam keberadaan dan kelansungan ekosistem
dan sumberdaya pesisir leupung aceh besar baik secara langsung (misalnya kegiatan konversi
lahan untuk pembangunan jembatan penyeberangan) maupun tidak langsung (misalnya
pencemaran oleh limbah industri pengeboran minyak).
Gambaran tentang pelaksanaan pembangunan pesisir leupung aceh yang berlangsung
saat ini dicirikan dengan lima karakteristik:
(1) pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan pada umumnya bersifat ekstraktif, tidak
berkelanjutan dan hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk di sekitar pesisir leupung aceh
besar
(2) menciptakan ekonomi dualistik kesenjangan yang menganga antara kelompok
pengusaha kecil (tradisional) dengan kelompok usaha besar (komersial);
(3) kawasan pesisir leupung aceh besar sebagai keranjang sampah dari berbagai jenis
limbah dan sedimen yang berasal dari kegiatan di darat;
(4) konflik egoisme sektoral, dimana sektor-sektor yang dapat menghasilkan cash money
jangka pendek dan tidak memerlukan lingkungan yang tinggi;
(5) ketidakseimbangan tingkat pemanfaatan dan kerusakan lingkungan antar wilayah.
Penyebab kurang berhasilnya pembangunan pesisir leupung aceh besar saat ini antara lain:

(1) penerapan paradigma pola pembangunan yang secara dominan mengejar keuntungan
jangka pendek dan kurang mengindahkan aspek keberlanjutan; dan
(2) mekanisme pembangunan yang sentralistik, topdown, dan sektoral. Pembangunan di
wilayah pesisir leupung aceh besar yang merupakan proses perubahan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat di sekitar pesisir leupung aceh besar, tidak terlepas dari aktifitas
pemanfaatan ruang dan sumberdaya pesisir leupung aceh besar juga aktifitas pemanfaatan jasa
asimilasi lingkungan pesisir leupung aceh besar . Aktifitas-aktifitas ini sering melakukan
perubahan-perubahan pada sumberdaya alam. Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya
akan memberikan
pengaruh pada lingkungan hidup. Makin tinggi laju pembangunan, makin tinggi pula tingkat
pemanfaatan ruang, sumberdaya dan jasa asimilasi dan makin besar pula perubahan yang terjadi
pada lingkungan hidup yang mengancam kapasitas keberlanjutannya (sustainable capacity).
Berbagai kasus seperti kondisi tangkap lebih (over fishing), pencemaran perairan, degradasi
fisik habitat pesisir (mangrove dan terumbu karang), dan abrasi pantai merupakan sebagian
indikator bahwa pelaksanaan pembangunan sumberdaya pesisir leupung aceh besar menuju ke
arah yang tidak optimal dan tidak berkelanjutan (unsustainable).

Kondisi ini telah memberikan tekanan lingkungan yang kompleks dan membengkak terhadap
wilayah pesisir leupung aceh besar dan lautan terutama berupa
(1) konflik pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir leupung aceh besar
(2) konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir leupung aceh besar dan lautan; dan
(3) pemanfaatan kapasitas asimilasi wilayah pesisir leupung aceh besar yang melebihi daya
dukungnya.
Hal ini sebagai akibat dari kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pelaku pembangunan
kawasan pesisir leupung aceh besar , rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam
pengelolaan pesisir leupung aceh besar , dan lemahnya penegakan hukum.

4.3 pengeloloaan secara terpadu wilayah pesisir leupung aceh besar

Untuk dapat mewujudkan pembangunan wilayah pesisir leupung aceh besar secara
berkelanjutan, diperlukan pengelolaan wilayah pesisir leupung aceh besar secara terpadu
(integrated coastal zone management). Pilihan ini didasarkan pada :
(1) wilayah pesisir lleupung aceh besar merupakan multiple use zone dimana terdapat lebih dari
dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan serta terdapat lebih dari dua macam
pemanfaatan kawasan pesisir;
(2) karakteristik dan dinamika alamiah the nature sumberdaya pesisir leupung aceh besar dan
lautan yang secara ekologis saling terkait satu sama lain termasuk dengan ekosistem lahan atas;
(3) wilayah pesisir leupung aceh besar dihuni lebih dari satu kelompok etnis yang memiliki
preferensi mata pencaharian yang berbeda. Pengelolaan pesisir dapat dilakukan oleh lembaga
pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang
terjadi di wilayah pesisir leupung aceh besar . Keseluruhan proses diatas menurut Sorensen dan
McCreary (1990), harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan dinamis dengan
mempertimbangkan segenap aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat pengguna
kawasan pesisir dan lautan serta konflik pemanfaatan sumberdaya dan konflik pemanfaatan
ruang wilayah pesisir dan lautan yang mungkin ada.

Keterpaduan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan leupung aceh besar mencakup empat
aspek (Dahuri et al 2001):
(1) keterpaduan ekologis;
(2) keterpaduan sektoral;
(3) keterpaduan disiplin ilmu; dan
(4) keterpaduan stakeholders.
Keterpaduan ekologis: secara ekologis wilayah pesisir leupung aceh besarn memiliki
keterkaitan antara lahan atas (daratan) dan lautan. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir
leupung aceh besar merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Dengan
keterkaitan kawasan tersebut maka pengelolaan kawasan pesisir tidak terlepas dari pengelolaan
lingkungan di kedua wilayah tersebut. Berbagai dampak lingkungan yang terjadi pada kawasan
pesisir leupung aceh besar merupakan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan
yang dilakukan dilahan atas seperti industri pengeboran minyak, pemukiman, pertanian dan
sebagainya.

Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas leupung aceh besar seperti
kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, perhubungan laut. Penanggulangan pencemaran dan
sedimentasi yang diakibatkan oleh limbah industri tidak dapat dilakukan hanya di kawasan
pesisir saja tetapi harus dilakukan mulai dari sumber dampaknya. Oleh karena itu pengelolaan
wilayah ini harus diintegrasikan dengan pengelolaan wilayah daratan dan laut.

Keterpaduan sektor: sebagai konsekuensi dari besar dan beragamnya sumberdaya alam di
kawasan pesisir leupung aceh besar adalah banyaknya instansi atau sektor-sektor pembangunan
yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Akibatnya seringkali terjadi tumpang
tindih pemanfaatan sumberdaya pesisir leupung aceh besar antara satu sektor dengan sektor
lainnya. Kegiatan suatu sektor tidak dibenarkan menganggu apalagi sampai mematikan kegiatan
sektor lain.
Penyusunan tata ruang dan panduan pembangunan wilayah pesisir leupung aceh besar
sangat perlu dilakukan untuk menghindari benturan antara satu kegiatan dengan kegiatan
pembanguan lainnya. Oleh karena itu pengelolaan wilayah pesisir leupung aceh besar ini dalam
perencanaannya harus mengintegrasikan kepentingan semua sektoral.
Keterpaduan disiplin ilmu: wilayah pesisir leupung aceh besar memiliki sifat dan
karakteristik yang unik dan spesifik, baik sifat dan karakteristik ekosistem pesisir maupun sifat
dan karakteristik sosial budaya masyarakatnya. Oleh karena itu dibutuhkan keterpaduan disiplin
ilmu dalam pengelolaan wilayah pesisir, mengikuti karakteristik ekosistem dan sosial budaya
masyarakatnya.
Keterpaduan stakeholder: segenap keterpaduan diatas akan berhasil diterapkan apabila
ditunjang oleh keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembagunan di wilayah pesisir leupung
aceh besar . Seperti diketahui bahwa pelaku pembangunan dan pengelola sumberdaya pesisir
leupung aceh besar antara lain terdiri dari pemerintah, masyarakat, swasta, dan juga lembaga
swadaya masyarakat yang masingmasing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan
sumberdaya pesisir leupung aceh besar .

Penyusunan perencanaan pengelolaan terpadu harus mampu mengakomodir segenap


kepentingan pelaku pembangunan pesisir leupung aceh besar . Oleh karena itu perencanaan
pengelolaan pembangunan harus menggunakan pendekatan dua arah, yaitu pendekatan top
down dan pendekatan bottom up. Dengan latar belakang pemikiran diatas akan muncul model
pembangunan berkelanjutan yang dikenal dengan sustainable development yang mengandung
tiga unsur utama yang meliputi dimensi ekonomi, ekologi dan sosial (Harris et al, 2001 dalam
Dahuri, 2003).

Suatu pembangunan kawasan pesisir leupung aceh besar , pertama secara ekonomi
dianggap berkelanjutan (economic growth) kawasan tersebut mampu menghasilkan barang dan
jasa secara berkesinambungan;
kedua secara ekologis dianggap berkelanjutan (ecological sustainability) manakala basis
ketersediaan sumberdaya alamnya dapat dipelihara secara stabil, tidak terjadi ekploitasi berlebih
terhadap sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, tidak terjadi pembuangan limbah
melampaui kapasitas asimilasi lingkungan yang dapat mengakibatkan kondisi tercemar, serta
pemanfaatan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui yang dibarengi dengan pengembangan
bahan substitusinya secara memadai,
dan ketiga secara sosial dianggap berkelanjutan (social equity) apabila kebutuhan dasar seluruh
penduduknya terpenuhi; terjadi distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha secara adil.
Menurut Bengen (2004)
pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan terwujud apabila
memenuhi tiga persyaratan ekologis
: (1) pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang sesuai dengan daya dukungnya;
(2) pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan yang harmonis; dan
(3) pemanfatan kapasitas asimilasi wilayah pesisir sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Figure 5 pantai leupung aceh besar

Figure 6 kondisi di sekitar pantai leupung aceh besar


BAB IV PENUTUP

Kesimpulan
Dengan keseluruhan uraian tersebut diatas maka sampailah pada suatu kesimpulan bahwa jika
kita menerapkan pengelolaan sumberdaya pesisir leupung aceh besar secara terpadu pada
pembangunan industri dan infrastruktur di wilayah pesisir leupung aceh besar , maka
pembangunan pesisir yang optimal dan berkelanjutan (sustainable development) akan dicapai
yakni suatu upaya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam serta jasa asimilasi lingkungan
yang terdapat dikawasan pesisir leupung aceh besar untuk kesejahteraan masyarat sekitar
leupung aceh besar sedemikian rupa sehingga laju pemanfaatannya tidak melebihi daya dukung
(carrying capasity) kawasan pesisir leupung aceh besar untuk menyediakannya. Pun,
pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia saat
ini tanpa menurunkan atau menghacurkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Rudyanto, 2004. Kerangka Kerjasama Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut.
Direktur Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah, Bappenas.

Bryant, C. dan L.G. White. 1989. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang.
LP3ES, Jakarta

Dahuri, R. 1996. Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan


Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan, makalah Seminar Sehari Perencanaan dan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PPLH-IPB, Ditjen Bangda dan ABD.
Bogor, April

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.K. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta

Dahuri, Rokhmin. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Jufriadi. 2014. Pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Penerbit Deepublish
(CV BUDI UTAMA), Yogyakarta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Takalar Tahun 2008-
2028 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai