PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITA NEGERI MEDAN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkatnya yang
melimpah masih dapat kita rasakan hingga saat ini, dan rahmat karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ‘’oseanografi dan sumber daya
kelautan‘’ dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang penulis buat yaitu
Makalah Miniriset oseanografi dan sumber daya kelautan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ‘’
Oseanografi dan sumber daya kelautan‘’ penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu
Meilinda Suriani Harefa, S.Pd., M.Si. karena telah memberikan kesempatan kepada
penulisdalam menyelesaikan tugas miniriset ini. Dan penulis juga mengucapkan
terimakasih banyak atas bantuan rekan-rekan dalam menyusun makalah miniriset.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini tidaklah sempurna, baik dari
s egi penyusunan, bahas anya, ataupun penulis annya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulis dapat memperbaiki
hasil dari makalah. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menambah lagi pemahaman pembaca mengenai oseanografi dan sumber daya kelautan.
Tim Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
1.4 Mamfaat............................................................................................................................................5
4.1 Pemamfaatan Sumber daya yang berkelanjutan di pantai leupung kecamatan aceh besar...........11
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................................20
Kesimpulan............................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang
garis pantai kurang lebih 81.000 km. Di sepanjang garis pantai ini terdapat wilayah pesisir
yang relatif sempit tetapi memiliki potensi sumber daya alam hayati dan non-hayati; sumber
daya buatan; serta jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Potensi-
potensi tersebut perlu dikelola secara terpadu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Wilayah pesisir secara ekologis merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan
laut. Ke arah darat meliputi bagian tanah, baik yang kering maupun yang terendam air laut,
dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang
serta perembesan air laut. Yang ke arah laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi
oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan,
pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar. Namun,
selama Serambi Konstruktivis , Volume 2, No.2, Juni 2020 ISSN : 2656 - 578 85 ini potensi
laut tersebut belum termanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa
pada umumnya, dan pemasukan devisa negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil
pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri oleh para nelayan asing
yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan Indonesia secara ilegal.
Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia secara maksimal tidak saja tepat
tetapi juga merupakan suatu keharusan. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah
pemanfaatan laut yang bagaimana? Seharusnya adalah pemanfaatan laut yang dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya pada masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah
kerjasama dalam pengelolaan potensi sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang
diinginkan bukan saja peningkatan hasil pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil
pemanfaatan yang dinikmati seluasluasnya oleh masyarakat (Arifin, 2004). Pengelolaan
sumberdaya pesisir yang diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat dengan tetap mengedepankan keberlanjutan sumberdaya pesisir yang tersedia,
serta menjadi tantangan sekaligus tanggung jawab bagi pemerintah di daerah tersebut.
Pembangunan di wilayah pesisir dapat meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan
lapangan kerja. Karena itu wilayah pesisir dan pulaupulau kecil harus dikelola secara terpadu
dan berkelanjutan dengan cara memanfaatkan sumber-sumber petumbuhan yang sudah ada
dan sumber- sumber pertumbuhan yang baru ( Jufriadi, 2014) Wilayah pesisir akhir-akhir ini
menjadi topik yang seksi dibicarakan di Indonesia, khususnya di Jawa Timur sebagai respon terhadap
pembangunan infrastruktur jembatan suramadu dan munculnya limbah industri lumpur panas
lapindo yang mengalir sampai jauh ke laut. Hasil sebuah studi riset proyek pesisir barubaru ini
mengungkapkan bahwa lebih dari 83% masyarakat Indonesia mengkuatirkan kondisi dan masa
depan lingkungan laut, tetapi yang sangat disayangkan dari hasil survei tersebut terungkap bahwa
hanya sedikit dari masyarakat Indonesia (sekitar 25%) yang mengerti tentang sumberdaya pesisir
dan lautannya. Jelas sekali bahwa kita mempunyai tugas yang besar dalam mendidik pengguna
wilayah pesisir serta masyarakat umum untuk membangun konstituensi. Melalui tulisan ini kami
ingin berbagi pengetahuan tentang bagaimana mengelola wilayah pesisir, sehingga sumberdaya
pesisir yang beraneka ragam ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan
1.4 Mamfaat
. Tulisan ini berupaya memberikan pemahaman secara komprehensif dan berisi tinjauan
akademik tentang potensi wilayah pesisir leupung aceh besar serta , permasalahan yang
terjadi dan peluang pemanfaatannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Wilayah Pesisir
Sesuai kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara
darat dan laut, ke arah darat meliputi daratan baik kering maupun terendam air yang masih
dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin.
Kearah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan kegiatan manusia
seperti pertanian dan pencemaran (Brahtz 1972; Soegiarto 1976 dalam Direktorat Jenderal
Pesisir dan Pulau Kecil, 2003). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, pengertian wilayah pesisir adalah daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan didarat dan laut.
Dahuri et al. (1996) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai suatu wilayah perairan antara
daratan dan lautan dimana ke arah darat adalah jarak secara arbiter dan rata-rata pasang
tertinggi dan batas ke arah laut adalah yurisdiksi wilayah propinsi atau state di suatu Negara.
Kawasan pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Secara
fisiologi didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah daratan yang masih
dipengaruhi pasang surut air laut, dengan lebar yang ditentukan oleh kelandaian pantai dan
dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung hingga pasir yang bersifat lepas dan kadang
materinya berupa kerikil.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian Kualitatif
Jenis penelitian salah satunya penelitian kualitatif merupakan jenis-jenis penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis yang mendalam. Proses dan makna yang
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif ini memiliki landasan teori yang dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
Jenis-jenis penelitian ini melibatkan peneliti di dalam peristiwa atau situasi yang sedang diteliti.
Oleh sebab itu, diperlukan kedalaman analisis oleh peneliti ketika melakukan riset dan proses
menemukan hasil penelitian. Karena secara umum, penelitian kualitatif ini nantinya bertujuan
memeroleh data utama dari observasi. Serta dari internet
3.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di leupung Aceh besar pada 20 april 2022 pada jam 10;30-13;00 .
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data di dalam penelitian, seorang peneliti dapat menggunakan berbagai
berbagai teknik. Penggunaan dari salah satu atau beberapa teknik pengumpulan data sangat
tergantung pada jenis data yang akan dikumpulkan, tujuan penelitian dan pemahaman serta
kemampuan peneliti tentang teknik yang akan dipergunakannya dalam melaksanakan
penelitian dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait.
1. Studi Pustaka
Peneliti ini juga melakukan pencarian data melalui sumber-sumber tertulis untuk
memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini. Menurut penjelasan Rosady Ruslan,
Studi pustaka merupakan : “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan materi data
atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi, dan bahan-bahan publikasi yang
tersedia di perpustakaan”. (Rosady Ruslan Metode penelitian public relations dan
komunikasi 2003:21)
2. Studi Literatur
Dalam studi literatur ini penulis menganut sistem kepustakaan terbuka dimana dengan
mengumpulkan data atau keterangan melalui bahan bacaan mengenai masalah-masalah yang
diteliti.
Figure 1 ikan
B. Ekologi ikan
Keanekaragaman hayati adalah suatu ukuran untuk mengetahui keanekaragaman
kehidupan yang berhubungan erat dengan jumlah suatu komunitas.Dari hasil wawancara
terhadap para nelayan terdapat beberapa jenis ikan yang berada doi pelabuhan Tanjung
Tiram, Contohnya yaitu: ikan dencis, ikan gembung, ikan jair, ikan tima-tima, ikan lida,
kerang, gurami, udang, kepiting, dan lain sebagainya.
Figure 2anemon laut
C. Mangrove
Seperti yang sudah diketahui bahwa hutan mangrove memiliki peran ekologis yang
sangat besar bagi kehidupan manusia. Hutan mangrove memiliki banyak fungsi mulai
dari penyedia sumber makanan organisme, bahan baku industri, mencegah terjadinya
banjir, mencegah erosi, hingga fungsi rekreasi yang mana banyak para pengunjung yang
menyewa kapal untuk berkeliling perairan tanjung tiram sembari melihat keindahan hutan
mangrove daerah pesisir. Berdasarkan tanggapan para nelayan sekitar pesisir perairan
tanjung tiram, mereka mengatakan bahwa hutan mangrove yang terdapat di daerah pesisir
sangat memiliki banyak manfaat bagi mereka, Salah satunya adalah mencegah terjadinya
erosi dan banjir di sekitar daerah pesisir.
Figure 3 mangrove
(1) penerapan paradigma pola pembangunan yang secara dominan mengejar keuntungan
jangka pendek dan kurang mengindahkan aspek keberlanjutan; dan
(2) mekanisme pembangunan yang sentralistik, topdown, dan sektoral. Pembangunan di
wilayah pesisir leupung aceh besar yang merupakan proses perubahan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat di sekitar pesisir leupung aceh besar, tidak terlepas dari aktifitas
pemanfaatan ruang dan sumberdaya pesisir leupung aceh besar juga aktifitas pemanfaatan jasa
asimilasi lingkungan pesisir leupung aceh besar . Aktifitas-aktifitas ini sering melakukan
perubahan-perubahan pada sumberdaya alam. Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya
akan memberikan
pengaruh pada lingkungan hidup. Makin tinggi laju pembangunan, makin tinggi pula tingkat
pemanfaatan ruang, sumberdaya dan jasa asimilasi dan makin besar pula perubahan yang terjadi
pada lingkungan hidup yang mengancam kapasitas keberlanjutannya (sustainable capacity).
Berbagai kasus seperti kondisi tangkap lebih (over fishing), pencemaran perairan, degradasi
fisik habitat pesisir (mangrove dan terumbu karang), dan abrasi pantai merupakan sebagian
indikator bahwa pelaksanaan pembangunan sumberdaya pesisir leupung aceh besar menuju ke
arah yang tidak optimal dan tidak berkelanjutan (unsustainable).
Kondisi ini telah memberikan tekanan lingkungan yang kompleks dan membengkak terhadap
wilayah pesisir leupung aceh besar dan lautan terutama berupa
(1) konflik pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir leupung aceh besar
(2) konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir leupung aceh besar dan lautan; dan
(3) pemanfaatan kapasitas asimilasi wilayah pesisir leupung aceh besar yang melebihi daya
dukungnya.
Hal ini sebagai akibat dari kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pelaku pembangunan
kawasan pesisir leupung aceh besar , rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam
pengelolaan pesisir leupung aceh besar , dan lemahnya penegakan hukum.
Untuk dapat mewujudkan pembangunan wilayah pesisir leupung aceh besar secara
berkelanjutan, diperlukan pengelolaan wilayah pesisir leupung aceh besar secara terpadu
(integrated coastal zone management). Pilihan ini didasarkan pada :
(1) wilayah pesisir lleupung aceh besar merupakan multiple use zone dimana terdapat lebih dari
dua macam sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan serta terdapat lebih dari dua macam
pemanfaatan kawasan pesisir;
(2) karakteristik dan dinamika alamiah the nature sumberdaya pesisir leupung aceh besar dan
lautan yang secara ekologis saling terkait satu sama lain termasuk dengan ekosistem lahan atas;
(3) wilayah pesisir leupung aceh besar dihuni lebih dari satu kelompok etnis yang memiliki
preferensi mata pencaharian yang berbeda. Pengelolaan pesisir dapat dilakukan oleh lembaga
pemerintah, swasta, organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang
terjadi di wilayah pesisir leupung aceh besar . Keseluruhan proses diatas menurut Sorensen dan
McCreary (1990), harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan dinamis dengan
mempertimbangkan segenap aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat pengguna
kawasan pesisir dan lautan serta konflik pemanfaatan sumberdaya dan konflik pemanfaatan
ruang wilayah pesisir dan lautan yang mungkin ada.
Keterpaduan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan leupung aceh besar mencakup empat
aspek (Dahuri et al 2001):
(1) keterpaduan ekologis;
(2) keterpaduan sektoral;
(3) keterpaduan disiplin ilmu; dan
(4) keterpaduan stakeholders.
Keterpaduan ekologis: secara ekologis wilayah pesisir leupung aceh besarn memiliki
keterkaitan antara lahan atas (daratan) dan lautan. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir
leupung aceh besar merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan. Dengan
keterkaitan kawasan tersebut maka pengelolaan kawasan pesisir tidak terlepas dari pengelolaan
lingkungan di kedua wilayah tersebut. Berbagai dampak lingkungan yang terjadi pada kawasan
pesisir leupung aceh besar merupakan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan
yang dilakukan dilahan atas seperti industri pengeboran minyak, pemukiman, pertanian dan
sebagainya.
Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas leupung aceh besar seperti
kegiatan pengeboran minyak lepas pantai, perhubungan laut. Penanggulangan pencemaran dan
sedimentasi yang diakibatkan oleh limbah industri tidak dapat dilakukan hanya di kawasan
pesisir saja tetapi harus dilakukan mulai dari sumber dampaknya. Oleh karena itu pengelolaan
wilayah ini harus diintegrasikan dengan pengelolaan wilayah daratan dan laut.
Keterpaduan sektor: sebagai konsekuensi dari besar dan beragamnya sumberdaya alam di
kawasan pesisir leupung aceh besar adalah banyaknya instansi atau sektor-sektor pembangunan
yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Akibatnya seringkali terjadi tumpang
tindih pemanfaatan sumberdaya pesisir leupung aceh besar antara satu sektor dengan sektor
lainnya. Kegiatan suatu sektor tidak dibenarkan menganggu apalagi sampai mematikan kegiatan
sektor lain.
Penyusunan tata ruang dan panduan pembangunan wilayah pesisir leupung aceh besar
sangat perlu dilakukan untuk menghindari benturan antara satu kegiatan dengan kegiatan
pembanguan lainnya. Oleh karena itu pengelolaan wilayah pesisir leupung aceh besar ini dalam
perencanaannya harus mengintegrasikan kepentingan semua sektoral.
Keterpaduan disiplin ilmu: wilayah pesisir leupung aceh besar memiliki sifat dan
karakteristik yang unik dan spesifik, baik sifat dan karakteristik ekosistem pesisir maupun sifat
dan karakteristik sosial budaya masyarakatnya. Oleh karena itu dibutuhkan keterpaduan disiplin
ilmu dalam pengelolaan wilayah pesisir, mengikuti karakteristik ekosistem dan sosial budaya
masyarakatnya.
Keterpaduan stakeholder: segenap keterpaduan diatas akan berhasil diterapkan apabila
ditunjang oleh keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembagunan di wilayah pesisir leupung
aceh besar . Seperti diketahui bahwa pelaku pembangunan dan pengelola sumberdaya pesisir
leupung aceh besar antara lain terdiri dari pemerintah, masyarakat, swasta, dan juga lembaga
swadaya masyarakat yang masingmasing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan
sumberdaya pesisir leupung aceh besar .
Suatu pembangunan kawasan pesisir leupung aceh besar , pertama secara ekonomi
dianggap berkelanjutan (economic growth) kawasan tersebut mampu menghasilkan barang dan
jasa secara berkesinambungan;
kedua secara ekologis dianggap berkelanjutan (ecological sustainability) manakala basis
ketersediaan sumberdaya alamnya dapat dipelihara secara stabil, tidak terjadi ekploitasi berlebih
terhadap sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, tidak terjadi pembuangan limbah
melampaui kapasitas asimilasi lingkungan yang dapat mengakibatkan kondisi tercemar, serta
pemanfaatan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui yang dibarengi dengan pengembangan
bahan substitusinya secara memadai,
dan ketiga secara sosial dianggap berkelanjutan (social equity) apabila kebutuhan dasar seluruh
penduduknya terpenuhi; terjadi distribusi pendapatan dan kesempatan berusaha secara adil.
Menurut Bengen (2004)
pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan secara optimal dan berkelanjutan terwujud apabila
memenuhi tiga persyaratan ekologis
: (1) pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan yang sesuai dengan daya dukungnya;
(2) pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan yang harmonis; dan
(3) pemanfatan kapasitas asimilasi wilayah pesisir sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Figure 5 pantai leupung aceh besar
Kesimpulan
Dengan keseluruhan uraian tersebut diatas maka sampailah pada suatu kesimpulan bahwa jika
kita menerapkan pengelolaan sumberdaya pesisir leupung aceh besar secara terpadu pada
pembangunan industri dan infrastruktur di wilayah pesisir leupung aceh besar , maka
pembangunan pesisir yang optimal dan berkelanjutan (sustainable development) akan dicapai
yakni suatu upaya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam serta jasa asimilasi lingkungan
yang terdapat dikawasan pesisir leupung aceh besar untuk kesejahteraan masyarat sekitar
leupung aceh besar sedemikian rupa sehingga laju pemanfaatannya tidak melebihi daya dukung
(carrying capasity) kawasan pesisir leupung aceh besar untuk menyediakannya. Pun,
pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia saat
ini tanpa menurunkan atau menghacurkan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Rudyanto, 2004. Kerangka Kerjasama Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Laut.
Direktur Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah, Bappenas.
Bryant, C. dan L.G. White. 1989. Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang.
LP3ES, Jakarta
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.K. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita, Jakarta
Dahuri, Rokhmin. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Jufriadi. 2014. Pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Penerbit Deepublish
(CV BUDI UTAMA), Yogyakarta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Takalar Tahun 2008-
2028 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup