Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PULAU-PULAU


KECIL POTENSI PARIWISATA BAHARI

Disusun oleh:
Izqa Indah Djokdja
202121044
(R3A)

Universitas Pattimura
Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum
Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehinggga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas pengelolaan sumber daya kelautan dan pulau-pulau
kecil,dengan judul : “Potensi parawisata dan bahari”
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa,saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak, akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Penulis,

Izqa Indah Djokdja


Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas
17.508 pulau, dengan garis pantai sepanjang 95.181km. Luas laut Indonesia sekitar 5,8
juta km2 perairan nusantara. Selain itu, sejak tahun 1982, Indonesia diberi kewenangan
oleh UNCLOS (United Nations Covention on Law of The Sea) untuk memanfaatkan
ZEE seluas 2,7 juta km2 dalam ekplorasi, eksploitasi dan pengelolaan sumberdaya
hayati dan non hayati, penelitian dan yuridiksi mendirikan intalasi atau pulau buatan.
Luas wilayah pesisir dan laut Indonesia yang besar tersebut belum memberikan
kontribusi yang berarti terhadap produk domestic bruto (PBD) Nasional
(Nationalgeographic, 2013).
Ekowisata pesisir dan laut merupakan bentuk pemanfaatan yang diharapkan
yang diyakini dapat membantu masalah tersebut. Diduga kuat bahwa pengembangan
ekowisata pesisir dan laut selama ini belum berhasil dengan baik, karena belum
dipertimbangkan/diintegrasikannya berbagai komponen pengelolaan yang terkait
dengan ekowisata. Komponen yang sering terabaikan atau luput dalam pengembangan
ekowisata pesisir dan laut, antara lain: kondisi ekosistem pesisir dan laut, sosial-
ekonomi, kelembagaan, dan sarana wilayah (Ambo, 2010).

B. Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat pada makalah ini berfokus pada :
1. Apa saja permasalahan pengembangan wisata bahari?
2. Bagaimana ekonomi masyarakat sekitar wisata bahari?
3. Apa saja upaya yang dilakukan untuk peningkatan/pengembangan/mengatasi
masalah wisata?
C. Metode
Penulisan makalah ini bersifat analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif
adalah sejenis penelitian data yang membantu dalam menggambarkan,
mendemonstrasikan, atau membantu meringkas poin-poin data sehingga pola-pola itu
dapat berkembang yang memenuhi semua kondisi data.
Bab II
Pembahasan

Wisata bahari merupakan salah satu wisata unggulan yang dimiliki Indonesia.
Menurut data kementrian kelautan dan perikanan, Indonesia memiliki 20,87 juta
Kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau pulau kecil. Garis pantai Indonesia
membentang 99.093km dengan luas laut 3,257 juta km2.
Kekayaan maritim ini membuat wiata bahari di Indonesia tak diragukan lagi
keindahan dan keunikannya. Wisata bahari Indonesia tersebar dari sabang sampai
Merauke. Ada banyak yang bisa dieksplor dalam wisata bahari Indonesia.
Saat ini, kondisi ekosistem pesisir di Sebagian wilayah di Indonesia telah
mengalami kerusakan dan pencemaran yang tinggi, yang digambarkan dengan
kerusakan rata rata terumbu karang sebesar 40%, penurunan luasan mangrove, dan
pencemaran yang tinggi di beberapa wilayah pesisir/laut Indonesia.
Meski berkembang cukup pesat, masih ada beberapa masalah pariwisata yang
masih menjadi kendala. Sarana, prasarana dan teknologi informasi adalah beberapa
diantaranya. Adapun kendalanya dari wisnus (wisatawan nusantara) yakni kurangnya
minat terhadap olahraga bahari yang lebih banyak di gemari oleh wisatawan asing.
1
Masalah lain adalah kesiapan masyarakat dan investasi yang belum banyak
berkembang di daerah. Investasi dalam hal wisata bisa jadi hotel, restoran, jasa
penyewaan transportasi atau pelayaran, dan lain-lain.
Minimnya sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengelola objek
wisata serta mempromosikan pemasarannya mengenai wisata yang belum maksimal
juga merupakan kendala dalam pengembangan yang berdampak pula pada
perekonomian masyarakat sekitar Kawasan pariwisata.

1
Hasil wawancara Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar tentang
Permasalahan terhadap Pengelolaan dalam Pengembangan Kawasan (September 2019)
Pariwisata mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu
daerah dan masyarakat. Pariwisata memiliki potensi untuk menciptakan lapangan
pekerjan dan meningkatkan pendapatan bagi ekonomi masyarakat lokal, dengan syarat
masyarakat lokal harus terlibat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata.
Pengembangan pariwisata di suatu objek daerah tujuan wisata harus didasarkan
pada perencanaan, pengembangan, dan arah pengelolaan yang jelas agar semua potensi
yang dimiliki suatu daerah tujuan wisara dapat diberdayakan secara optimal umtuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Langkah pertama dimulai dari inisialisasi dan komitmen tindakan yang kuat
dari pemerintah untuk mengarahkan program program pengembangan dan
peningkatan pembangunan pariwisata yang melibatkan warga lokal sekitaran objek
wisata, baik sebagai penyedia jasa maupun sebagai pengguna jasa itu sendiri. Adapun
fasilitas dasar seperti warung makan, toilet/MCK umum, area parkir, maupun
homestay dan lainnya terlebih dahulu disediakan oleh masyarakat yang memilih untuk
menjadi pelaku usaha priwisata guna meningkatkan ekonomi mereka.
Dari pekerjaan itu masyarakat dapat menjalin hubungan dengan individu atau
kelompok lain juga meningkatkan modal sosial masyarakat untuk menambah
pelanggan dari luar maupun satu wilayahnya.
Bab III
Penutup

A. Kesimpulan
Sesuai dengan data kementrian kelautan dan perikanan, Indonesia memiliki
20,87 Wisata bahari dan salah satu wisata unggulan yang dimiliki Indonesia.
Menurut data kementrian kelautan dan perikanan, Indonesia memiliki 20,87
juta Kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau pulau kecil. Garis pantai
Indonesia membentang 99.093km dengan luas laut 3,257.
Masih banyak investasi yang belum berkembang di daerah-daerah dalam
hal wisata bisa jadi hotel, restoran, jasa penyewaan transportasi atau pelayaran,
dan lain-lain.

B. Saran
Pemerintah dan masyarakat Indonesia perlu memperhatikan kesiapan dan
investasi yang belum banyak berkembang di setiap daerah. Investasi dalam hal
wisata bisa jadi hotel, restoran, jasa penyewaan transportasi atau pelayaran, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT DI PULAU


PRAMUKA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU. Bambang Prasetio - PDF Free
Download (adoc.pub)
2. Dampak Covid-19 Terhadap Perkembangan Wisata Bahari Indonesia Di Pantai Kuta Bali |
Altasia Jurnal Pariwisata Indonesia (uib.ac.id)
3. Drs. Usman Chamdani 2018, Indikator strategi pengembangan kepariwisataan
4. Journal of Development and Social Change, Vol. 1, No. 1, April 2018: P. 9-17 p-
ISSN 2614-5766, https: //jurnal.uns.ac.id/jodasc
5. Permasalahan terhadap Pengelolaan dalam Pengembangan Kawasan Pesisir
Halaman 3 - Kompasiana.com
6. Seminar nasional, “spirit adaptasi normal baru dalam prespektif ekonomi,
pariwisata, hukum, dan TI untuk mencapai keunggulan bersaing”
prosiding Universitas Stikubank (juli, 2021)

Anda mungkin juga menyukai