WAWASAN KEMARITIMAN
“WISATA BAHARI”
DISUSUN OLEH :
2
optimalnya pariwisata di Sultra dan Strategi Pemerintah untuk mengembangkan Potensi
Pariwisata di Area Kendari.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potensi Wisata Bahari Indonesia
Sebagai Negara kepualauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak potensi
pariwisata bahari yang sangat indah. Laut Indonesia menyediakan keragaman hayati dan
keindahan pantai yang dapat menjadi tujuan utama wisatawan. Sektor pariwisata bahari
Indonesia yang belum dimanfaatkan dengan baik, harus terus didorong agar meningkatkan
kunjungan wisatawan baik lokal maupun luar negeri.
Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam
pembangunan kepariwisataan nasional dengan arah pengembangan yang terdiri dari:
pengenalan tempat tujuan wisata, dukungan bagi kampanye pelestarian lingkungan, dan
peningkatan wisata budaya bahari.
Daya tarik global terhadap wisata bahari kita sangatlah beralasan, mengingat
keindahan bentang alam dan keanekaragaman hayati laut Indonesia sangatlah potensial
menjadi destinasi bagi wisatawan mancanegara (wisman). Panjang garis pantai 95.000
kilometer sudah menggambarkan besarnya potensi tersebut. Belum lagi kekayaan
keanekaragaman hayati yang terdiri dari 8.500 spesies ikan dan 950-an jenis terumbu
karang. Bayangkan luas terumbu karang Indonesia sekitar 51.000 km persegi atau 18
persen dari terumbu karang dunia.
Tentu modal alam ini merupakan kelebihan wisata Indonesia. Sebagaimana juga
dinilai dalam Travel and Tour Competitiveness Index (TTCI) oleh World Economic
Forum. Modal alam ini memungkinkan berkembangnya sejumlah aktivitas wisata bahari,
seperti wisata pantai, jelajah bakau, olahraga air, selam, kapal pesiar, dan lain sebagainya.
Persoalannya, bagaimana modal alam yang tersebar di penjuru Tanah Air tersebut
dapat dijadikan destinasi potensial? Ini mengingat masih ada ketimpangan dalam destinasi
wisata bahari saat ini. Bali masih menjadi fokus, padahal banyak wilayah lain yang
potensial dikembangkan, seperti Raja Ampat, Karimunjawa, Wakatobi, Togean, Bunaken,
Komodo, Lombok, dan daerah konservasi laut lainnya.
Kedua mengenai isu promosi. Upaya branding dengan tagline “Wonderful
Indonesia” dan masuk iklan sejumlah stasiun televisi dunia merupakan awal yang sangat
baik. Selama ini kita iri dengan iklan “The Truly Asia” milik Malaysia yang begitu intensif.
Mestinya, “Wonderful Indonesia” bukan hanya misi Kementerian Pariwisata, melainkan
juga misi seluruh komponen bangsa.
4
Terbayang apabila seluruh penerima beasiswa studi di luar negeri dikumpulkan
dalam satu waktu sebelum mereka berangkat, lalu dibekali dengan sejumlah promotion kit
tentang wisata bahari kita. Tentu gerakan promosi di tingkat global akan semakin masif.
Mereka pun dapat menjadi agen public relation di luar negeri.
Namun demikian, upaya promosi pada level makro seperti itu harus diikuti upaya
promosi mikro. Di Bali, promosi objek-objek wisata di hotel-hotel sudah sangat mapan.
Bandingkan dengan daerah lain yang para resepsionis hotelnya pun tidak fasih menjelaskan
destinasi wisata yang layak dikunjungi di daerah tersebut.
Sebut saja Raja Ampat, resepsionis hotel—baik di Sorong maupun Waisai—tidak
tahu cara mencapai Wayak atau Miisol. Tampaknya perlu ada tur gratis bagi para
resepsionis hotel tersebut ke objek-objek utama sehingga mereka punya pengalaman dan
mampu menceritakan destinasi tersebut kepada para tamu.
Pusat informasi wisata juga harus diperkuat di wilayah strategis, seperti bandara,
pelabuhan, stasiun, dan terminal. Gerakan promosi ini harus didesain secara komprehensif
dengan memperhatikan segmen wisatawan.
Ketiga adalah isu infrastruktur. Strategi branding dan promosi di atas harus diikuti
kesiapan infrastruktur yang memadai. Adakah pelabuhan di Indonesia yang siap disinggahi
kapal pesiar seperti Star Cruise? Mudahkah akses wisatawan untuk mencapai lokasi wisata
bahari dengan sarana dan prasarana transportasi yang nyaman dan harga terjangkau?
Mudahkah mendapatkan air bersih, listrik, dan sinyal telepon seluler di lokasi-lokasi
tersebut?
Salah satu catatan dalam TTCI, kelemahan wisata Indonesia terletak di bidang
infrastruktur. Tentu lagi-lagi ini bukan tugas Kementerian Pariwisata semata, melainkan
juga tugas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian
Perhubungan, serta Kementerian Komunikasi dan Informasi. Masalah koordinasi menjadi
titik penentunya. Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya mestinya berkoordinasi agar
problem ini bisa terselesaikan.
Keempat mengenai isu kepemilikan. Destinasi wisata bahari umumnya dikelola
pengusaha asing. Dominasi asing tersebut berdampak ke sering munculnya isu coastal
grabbing yang akhirnya menyebabkan konflik dengan para nelayan dan masyarakat lokal.
Nelayan sudah turun-temurun menangkap ikan di sebuah lokasi. Ketika lokasi tersebut
diklaim sepihak oleh pengusaha sebagai lokasi penyelaman, para nelayan terpaksa
tersingkir. Bahkan untuk menyandarkan perahunya, mereka tidak diperbolehkan karena
pantai tersebut seolah menjadi milik pengusaha.
5
Toleransi pengusaha asing terhadap nelayan masih minim. Inilah yang membuat
nelayan seolah menjadi tamu di negerinya sendiri. Karena itu, perlu ditegakkan regulasi
terkait pengelolaan usaha wisata bahari oleh asing sehingga tidak merugikan masyarakat
lokal.
Salah satu instrumen prasyaratnya adalah akselerasi penetapan zonasi wilayah pesisir.
Meski ini adalah amanat Undang-Undang (UU) 1/2014 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Jecil, ternyata belum semua provinsi telah memiliki rencana zonasi
pesisir. Pihak yang sudah memiliki tidak lebih dari 10 provinsi.
Kejelasan zonasi pesisir akan bisa menyelesaikan konflik antara wisata bahari dan
perikanan. Untuk Mengimbangi peran asing, pengusaha nasional dan lokal perlu didorong
untuk mengembangkan usaha wisata bahari ini. Pada saat yang sama, perlu dikembangkan
juga model wisata bahari berbasis masyarakat sehingga wisata ini dapat memberi manfaat
yang nyata bagi masyarakat lokal.
Inilah yang selama ini dikembangkan di Jepang. Pelaku usaha wisata bahari bahkan
adalah nelayan sehingga antara wisata bahari dan perikanan bisa hidup harmonis. Sejumlah
langkah di atas perlu ditata dalam sebuah peta jalan yang jelas dan terukur. Jadi, membuat
Indonesia sebagai pusat wisata bahari dunia bukanlah mimpi lagi.
6
4. Pulau Hari yang akan membuat siapapun lupa waktu.
5. Pulau Senja
a. Pulau Labengki,
Pulau Labengki, wisata Kendari yang disebut sebagai Raja Ampat-nya Sulawesi.
Pulau Labengki merupakan sebuah pulau yang dapat ditempuh sekitar satu jam dari pusat
kota Kendari. Wisata Kendari yang satu ini memiliki spot yang mirip dengan Wayag di
Raja Ampat. Sebuah bukit dengan panorama pulau-pulau kecil di hadapannya, membuat
spot ini sangat digemari wisatawan. Baik untuk menikmati alam sekitar pun untuk
berfoto. Spot lain yang menjadi favorot wisatawan di Pulau Labengki adalah Teluk Cinta.
Dinamakan Teluk Cinta karena di spot ini terdapat danau yang bentuknya menyerupai hati
jika dilihat dari atas. Jika ingin menlihat bentuk hati ini dengan lebih jelas, wisatawan bisa
berjalan naik ke atas bukit. Panorama pantai dan bawah lautnya pun tak perlu diragukan
lagi.
b. Pulau Bokori
Apa yang dicari dari kata keindahan sepertinya semua ada di Pulau Bokori. Pantai
dengan pasir putih yang lembut, ombak yang tenang, pemandangan perbukitan hijau di
depan mata dan kekayaan bawah laut yang melimpah semua ada di Bokori. Satu tempat
yang tawarkan kebahagiaan, karena siapapun yang datang ke destinasi wisata Kendari yang
satu ini pasti tak ingin pulang ke rumah. Selain bisa menyapa langsung puluhan bintang
laut di tepi pantai Bokori, wisatawan juga bisa berenang santai di antara ombak yang
tenang. Atau bisa juga menyelami dunia bawah lautnya yang masih terjaga kelestariannya,
lengkap dengan terumbu karang dan biota laut warna-warninya.
c. Pulau Tomia
Tak kalah cantik dengan Labengki maupun Bokori, Pulau Tomia kini menjadi salah
satu tujuan wisata Kendari yang tawarkan panorama bawah laut.Seperti yang kita tahu,
pulau ini masuk dalam gugusan Kepulauan Wakatobi yang disebut-sebut sebagai Segitiga
Karang Dunia. Tak heran jika Pulau Tomia masuk dalam salah satu spot snorkeling yang
menakjubkan. Di tempat wisata Kendari ini juga terdapat karang atol terpanjang di dunia
yang terletak di perairan Pulau Kaledupa seluas kurang lebih 48 km persegi. Rasanya tak
ada alasan untuk tak mengunjungi tempat ini secepatnya.
7
d. Pulau Hari
Sebuah pulau yang sepi dengan pemandangan alam yang cantik tentu akan menjadi
tempat yang pas untuk mencari ketenangan. Berbaring santai di pantai menikmati suasana
yang tenang sambil memandang perbukitan hijau, rasanya semua beban terlupakan begitu
saja. Itulah mengapa datang ke Pulau Hari seakan membuat siapapun lupa waktu.
e. Pulau Senja
Panorama yang disajikan di Pulau Senja ini adalah pantai yang tenang lengkap
dengan tebing-tebing karang dan pepohonan yang tinggi menjulang. Selain asyik untuk
menikmati pemandangan, pulau ini juga asyik dinikmati dengan cara berenang di bibir
pantainya.
Sayangnya potensi wisata yang dimiliki Kendari tidak didukung dalam berbagai hal
baik dari kemajuan di bidang infrastrukturnya maupun dari factor lain, yaitu:
1. Minimnya fasilitas umum
2. Sulitnya akses jalan
3. Kurangnya promosi atau iklan
4. Dana yang terbatas
5. Kurangnya SDM yang terampil
6. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatmya.
C. Strategi yang harus dilakukan Pemerintah dalam Pengembangan Wisata
Bahari Kendari.
1. Menyusun strategi, analisis SWOT (strength, weakness, opportunities,
threat)
Untuk menyusun sebuah strategi, analisis SWOT (strength, weakness,
opportunities, threat) merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji
kondisi dan keadaan fisik serta lingkungan di wilayah sekitar Strategi tersebut nantinya
akan dapat dikembangkan sebagai salah satu masukan dalam kaitan pengembangan daya
tarik wisata. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kekuatan (strength), kelemahan
(weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (Threats).
2. Penyuluhan Sadar wisata atau sosialisasi
Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang secara langsung menyentuh dengan
melibatkan masyarakat, sehingga hal ini, akan membawa dampak terhadap masyarakat
setempat. Masyarakat di Area Kendari masih ada sebagian belum termasuk masyarakat
yang sadar wisata, dalam arti belum memiliki kesiapan mental untuk menerima dan
melayani para wisatawan. Sehingga untuk mengantisipasi kunjungan para wisatawan
8
tersebut, maka perlu diberikan suatu penyuluhan tentang aspek-aspek sadar wisata yang
diberikan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pariwisata
seperti: kerahmatamahan keamanan dan kenyamanan, keterlibatan atau keikutsertaan,
masalah kebersihan, kemudahan dan kesejukan.
3. Program Pengembangan Fasilitas
Pengembangan pembangunan fasilitas atau sarana dan prasarana penunjang
pariwisata adalah salah satu program yang sangat penting dibutuhkan dalam upaya
memberikan kenyamanan dan pelayanan untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke
daerah tersebut. Menurut Hang (2011:82) bahwa untuk mengatasi kelemahan dan
mengoptimalkan peluang yang ada layaknya, membuat suatu program strategi
pembangunan infrastruktur yang lebih baik untuk memenuhi dan meningkatnya wisatawan
dengan peningkatan daerah wisata. Dengan hal ini, layak dilakukan dalam pendukung
program pembangunan pariwisata ini antara lain seperti penambahan akomodasi, restoran,
penyediaan souvenirshop (cenderamata). Cenderamata merupakan satu salah unsur untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan sebagai suatu kenangan.
9
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
10