Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL

WISATA KAPAL PESIAR SEBAGAI PILIHAN ALTERNATIF PARA WISATAWAN


DI WILAYAH PERAIRAN INDONESIA

Disusun untuk Melengkapi Tugas Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Manajemen Usaha Perjalanan Wisata
Program Studi S1 Pariwisata Lanjut Jenjang Institut Pariwisata Trisakti

Oleh:
ILONA LETIZIA H
NIM 2253030013

2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wisata kapal pesiar telah berkembang dari yang semula hanya diikuti sebagian kecil
penumpang samudera, lalu berkembang menjadi bisnis liburan yang lengkap dan
kompleks, termasuk melibatkan semua sektor industri perjalanan yang berbeda (Brida &
Zapata, 2010) seperti pengelola destinasi, pengelola pelabuhan, agen perjalanan wisata,
jasa-jasa pariwisata, pemasok kuliner dan penyedia layanan profesional lainnya. Berwisata
dengan kapal pesiar dapat dianggap sebagai liburan yang sempurna dimana wisatawan
dapat menikmati aktivitas wisata air dan darat sekaligus. Ward (2015) bahkan menyatakan
hal berikut: Pelayaran wisata dengan kapal pesiar merupakan pelarian dari tekanan
kehidupan di darat. Sebagian besar kegiatan wisata di kapal pesiar merupakan kegiatan
prabayar, bebas repot, dan yang sangat penting, bebas kejahatan. Dengan fasilitas-fasilitas
yang ditawarkan menjadikan motivasi bagi seseorang wisatawan untuk berwisata kapal
pesiar, antara lain: penumpang dimanjakan dengan lengkapnya fasilitas dan kemewahan
yang ada di dalam kapal, pemandangan yang berganti-ganti, banyaknya pilihan kegiatan
yang dapat dilakukan selama berada di dalam kapal pesiar, dan kapal pesiar juga membawa
penumpangnya jauh dari hiruk pikuk jalanan yang penuh dengan kemacetan dan polusi.
Berdasarkan hal-hal tersebut, kini wisata kapal pesiar telah menjadi sebuah pilihan bagi
para wisatawan dunia.

Wisata kapal pesiar telah berkembang menjadi salah satu segmen industri wisata
internasional yang paling dinamis dan pesat pertumbuhannya, seiring dengan
pertumbuhan jumlah penumpang kapal pesiar (Sun Jiao, Y., Tian, P., 2011). Kapal pesiar
memiliki beberapa brand yang menawarkan berbagai macam rute pelayaran dan produk
yang bisa dinikmati wisatawan yang ingin menikmati waktu liburannya dengan nyaman.
Seperti Royal Caribbean International, Oceania Cruises, Costa Cruises, Princess Cruises dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Beberapa negara di Asia yang menerima volume panggilan terbesar disajikan
berikut: Jepang, Cina, Malaysia, Singapore dan Thailand menjadi 5 destinasi tujuan teratas
dengan menerima kunjungan sebanyak 4.726 pada tahun 2019. Sementara Indonesia
masih di peringkat 9 dengan 395 kunjungan pelayaran cruise. Tabel berikut menyajikan
outlook industri wisata cruise pada 2019.

(source: https://cruising.org/-/media/research-updates/research/2019-asia-deployment-and-capacity---cruise-industry-report.pdf)

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, hamparan megah dari sekitar
17.500 pulau surga yang menjadi rumah bagi segala macam satwa liar endemik dan
keajaiban alam. Lanskap vulkanik yang dramatis tenggelam ke dalam ombak biru safir,
lautan kristal yang menjadi rumah bagi hiu paus yang anggun dan gipsi laut nomaden,
dipenuhi terumbu karang yang semarak yang mendukung habitat laut dengan
keanekaragaman hayati yang tak terhitung. Kepulauan yang memikat ini, yang pernah
menjadi inspirasi teori seleksi alam Wallace, sekarang menjadi taman bermain yang indah
untuk perjalanan kapal pesiar Indonesia dan persewaan kapal pesiar pribadi yang semakin
populer.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

Seiring dengan perkembangan kapal dan jumlah penumpang di tingkat dunia,


Indonesia juga memiliki harapan yang besar untuk dapat menjadi bagian dari industri
wisata kapal pesiar ini. Masih terbatasnya penelitian dan fakta bahwa infrastruktur
pariwisata bahari belum berkembang seperti pariwisata lainnya adalah masalah utama
dalam industri wisata pelayaran Indonesia. Namun di sisi lainnya, Indonesia memiliki
potensi besar dan keunggulan komparatif bagi wisata kapal pesiar.

Wisata Kapal Pesiar di Indonesia

1. Keunggulan yang Komparatif & Kompetitif


Indonesia dianugerahi lokasi dan iklim yang sangat menarik dan mendukung bagi
pengembangan wisata bahari. Terdiri dari 5 pulau besar dan mencapai 17.000 pulau
kecil. Lima pulau utamanya yaitu Papua, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi dan
Jawa. Berdasarkan posisinya, letak geografis Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu
Benua Asia dan Benua Australia. Kemudian, diapit pula oleh dua samudra, yaitu
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia terletak di daerah tropis yang
panasnya merata sepanjang tahun dan mempunyai dua musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Secara umum, kondisi geografis dan iklim tersebut
sangat sesuai bagi wisatawan yang ingin merasakan suhu dan iklim yang berbeda
sambil berharap bahwa perbedaannya masih ramah terhadap adaptasi tubuh
manusia mereka, karena karakteristik pariwisata adalah mencicipi sesuatu yang
berbeda.

2. Lingkungan
Kearifan lokal di beberapa daerah telah terbukti efektif dalam perlindungan
terhadap sumber daya alam. Kesadaran masyarakat dan pemerintah akan
pentingnya pembangunan yang ramah lingkungan semakin meningkat. Kelompok
dan aktivis lingkungan mulai melakukan pembangunan hijau dan menjalani gaya
hidup hijau. Hal tersebut mulai muncul di provinsi-provinsi terkemuka seperti Bali,
Jakarta, Jawa Barat, dan lainnya. Di banyak destinasi wisata, Indonesia memiliki dan
bisa menunjukkan banyak kasus praktik terbaik (best practices) dalam bidang
ekowisata yang dapat menjadi daya tarik bagi wisata mancanegara.

3. Wisata Sosial dan Budaya


Letak geografis Indonesia juga memberi dampak pada aspek sosial. Karena
Indonesia jadi bisa berinteraksi dengan banyak bangsa di dunia. Bahkan, letak
geografis Indonesia dan sumber daya alam Indonesia menjadi daya tarik bagi bangsa
Eropa untuk datang ke Indonesia di era penjajahan. Begitu juga dengan kaum
pedagang dari China dan India. Hal ini menimbulkan interaksi sosial yang beragam
di Indonesia. Belum lagi dengan suku, ras, dan agama yang berbeda-beda di
masing-masing daerah. Dampak letak geografis Indonesia pada aspek budaya pun
muncul karena interaksi sosial di atas. Akibatnya, muncul percampuran budaya dari
pengaruh-pengaruh yang dibawa oleh masing-masing bangsa ke Indonesia.
Percampuran ini berbentuk asimilasi sampai akulturasi budaya dan membuat
Indonesia jadi kaya akan budaya. Semangat antusias untuk melestarikan budaya
lokal semakin menguat. Peningkatan kebanggaan dalam budaya, revitalisasi budaya,
peningkatan konservasi dan pemulihan situs warisan budaya terbukti, antara lain
oleh Kementerian Pekerjaan Umum dengan Program Perencanaan Kota Warisannya.

4. Keanekaragaman Hayati dan Budaya


Kekayaan dan keragaman alam Indonesia telah lama menjadi kekuatan Indonesia
sebagai dasar untuk pengembangan pariwisata. Tingginya keanekaragaman hayati
di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia.
Keanekaragaman hayati Indonesia yang jumlahnya sangat tinggi, baru sekitar 6.000
spesies tumbuhan, 1.000 spesies hewan, dan 100 spesies jasad renik yang telah
diketahui potensinya dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk
menunjang kebutuhan hidupnya. Fenomena dan fitur alam seperti: gunung berapi
dan kaldera, danau, gua, hutan hujan tropis, sabana, sungai, pantai, kehidupan
bawah air dan acara budaya, festival, kerajinan serta warisan adalah sumber daya
pariwisata Indonesia yang masih menunggu pengelolaan dan kemasan kreatif.

5. Perencanaan Destinasi
Pemerintah dan sebagian besar daerah telah menyadari kebutuhan dan pentingnya
perencanaan untuk pengembangan pariwisata Indonesia. Pemerintah telah
menetapkan lima destinasi sebagai Destinasi Super Prioritas seperti: Borobudur,
Danau Toba, Likupang, Mandalika, dan Labuan Bajo. Dukungan instansi terkait
dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan
pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan
koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya
pembangunan pariwisata.

6. Dukungan Politik
Pariwisata Indonesia didukung oleh kemauan politik yang kuat. Dukungan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk pariwisata dan ekonomi kreatif
disalurkan melalui berbagai program yaitu Bangga Berwisata di Indonesia, Bangga
Buatan Indonesia, dan Indonesia Care/I Do Care di sektor perhotelan dan pariwisata.

Faktor Penentu Lalu-lintas Kapal Pesiar

Ketika sebuah kapal pesiar memasuki pelabuhan, banyak wisatawan akan turun
berkunjung ke darat. Wisatawan akan membeli produk atau layanan lokal hingga
menciptakan efek berganda dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dan berkontribusi
dalam PDB. Agar hal tersebut dapat benar terwujud, perlu diketahui faktor-faktor yang
menjadi daya tarik bagi operator dan pelaku bisnis kapal pesiar.

Manzano et. all. (2014) mempelajari faktor-faktor penentu yang mempengaruhi


kapasitas pelabuhan untuk menarik kapal pesiar di Spanyol. Kesimpulannya adalah lalu
lintas pelayaran terkait dengan pelabuhan yang terletak di daerah padat penduduk dan
dekat dengan bandara besar; pelabuhan tidak mengkhususkan diri dalam layanan lalu
lintas kontainer saja tetapi juga berbagi fasilitas dengan menyediakan layanan lalu lintas
kapal feri; serta pelabuhan memiliki kedalaman air minimum. Jumlah lalu lintas kapal
pesiar yang dapat dihasilkan oleh pelabuhan juga terkait dengan populasi dan koneksi
udara, bersama dengan daya tarik wisata dan fasilitas yang digunakan bersama dengan
jenis lalu lintas pelabuhan lainnya, yaitu kapal roll-on roll-off (ro-ro) dan kapal feri.
Terlepas dari ukuran dan populasi kota lokasi pelabuhan berada, temuan menunjukkan
bahwa kota itu juga harus menarik bagi wisatawan dan pulau-pulau di sekitarnya juga
memiliki kekhasan yang bisa menjadi magnet bagi wisatawan kapal pesiar.
ANALISA

Sebagian besar wilayah di Indonesia memiliki iklim bersahabat dan bentang alam
yang sangat mendukung bagi pengembangan wisata maritim dan khususnya wisata kapal
pesiar/cruise. Wisatawan biasanya ingin merasakan iklim yang berbeda, karena
karakteristik wisatawan adalah mencicipi sesuatu yang berbeda. Namun, untuk menarik
lebih banyak lalu lintas kapal pesiar ke lautan Indonesia, hal tersebut tidak cukup. Sesuai
hasil penelitian Manzano et all (2014), diperlukan juga pengembangan pelabuhan laut yang
didukung oleh bandara besar dan terletak di daerah padat penduduk, serta pelabuhan
tersebut harus dikelola dengan baik untuk dapat mengakomodasi pelayaran kapal pesiar,
kapal feri dan lalu lintas kapal ro-ro.

Menurut pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf),


Sandiaga Uno, wisata kapal pesiar di Indonesia sudah mulai berlayar pada Juli 2022. Dalam
hal popularitas, Bali merupakan destinasi Indonesia dengan angka kunjungan kapal pesiar
tertinggi. Peningkatan permintaan perjalanan wisata pesiar untuk masuk ke Indonesia
turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal melalui belanja penumpang
ketika melihat atraksi, destinasi budaya lokal, makan & minum, serta pembelian stok
barang untuk kapal pesiar.

Dengan perkembangan yang sedang berjalan saat ini untuk terminal pelabuhan dan
infrastruktur yang lebih baik, maka potensi pertumbuhan wisata pesiar di masa depan
menjadi sangat besar. Kelas menengah yang tumbuh pesat dan meningkatnya kekayaan
konsumen di Indonesia ini, menciptakan peningkatan permintaan untuk liburan mewah di
luar negeri, sehingga wisata pesiar hadir untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut. Sebagai
negara ke-sembilan dalam daftar negara di Asia yang paling banyak dikunjungi kapal pesiar,
Indonesia masih memiliki beberapa tantangan untuk memperbaiki posisinya. Persoalan
fasilitas dan ukuran pelabuhan menjadi jawaban terkait tidak banyaknya kapal pesiar yang
berlabuh di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Brida, J.G. and Zapata, S. (2010). Cruise tourism: economic, socio-cultural and
environmental impacts. Int. Journal of Leisure and Tourism Marketing, Vol. 1, No. 3,
205–226.

Manzano, J.I.G., Fageda, X., and Laxe, F.G. (2014) An analysis of the determinants of cruise
traffic: An empirical application to the Spanish port system Transportation
Research, Part E 66, 115-125.

Sun, Jiao, Y., Tian, P. (2011). Marketing research and revenue optimization for the cruise
industry: a concise review. Int. Journal of Hospitality Management. 30, 746–755.

Ward, D., (2015) Berlitz Cruising & Cruise Ships (23rd ed.), Apa Publications Ltd., UK.

https://cruising.org/-/media/research-updates/research/2019-asia-deployment-and-capa
city---cruise-industry-report.pdf

Anda mungkin juga menyukai