Review Jurnal MUHAMMAD ZULFIKARRAHIM

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

LAB.

ILMU KEDOKTERAN JIWA REVIEW JURNAL


FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2021
UNIVERSITAS HALUOLEO

Studi 4M Untuk Mendukung Pengembangan Wisata Bahari Indonesia

(Sulistiyono, Mutmainnah,Furusho 2017)

Oleh :
Muhammad Zulfikarrahim
K1B1 20 025

Pembimbing :
dr. Junuda RAF, M. Kes., Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK
LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
Studi 4M Untuk Mendukung Pengembangan Wisata Bahari Indonesia

AB Sulistiyono1. Mutmainnah2.Furusho3

ABSTRAK
ABSTRAK: Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang melimpah
membutuhkan pembangunan yang berkelanjutan dalam berbagai aspek untuk memperkuat
posisinya di dunia internasional. Visi Pemerintah saat ini dalam berpikir nusantara bertujuan
pada pengembangan sektor maritim termasuk pariwisata bahari dan konektivitas untuk
mendapatkan pemerataan pembangunan daerah yang lebih baik. Setiap daerah memiliki aset
potensial yang khas dan membutuhkan konsep desain pembangunan yang baik sesuai dengan
agenda pembangunan daerah. Smart, Merchant, dan Festive adalah jenis pengembangan desain
konseptual untuk terminal penumpang, sedangkan booster marina dan enhancer marina
memiliki peran untuk membuat pengembangan pariwisata bahari yang terhubung secara lokal
diakuisecarainternasional
1. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang melimpah membutuhkan
pembangunan yang berkelanjutan dalam berbagai aspek untuk memperkuat posisinya di dunia
internasional. Berfokus pada bidang maritim, banyak sekali potensi yang tersembunyi di perairan
Indonesia dan sekitarnya. Untuk itu, belakangan ini pemerintah menetapkan Indonesia`s Global
Maritime Fulcrum (IGMF) sebagai pedoman untuk mengembangkan semua aspek di sektor
maritim.

Visi IGMF adalah membangun kembali budaya maritim Indonesia; pengelolaan sumber daya
maritim; infrastruktur dan konektivitas maritim, termasuk wisata bahari; diplomasi maritim; dan
kekuatan pertahanan maritim (Setkab, 2014). Selanjutnya, peruntukan kawasan wisata bahari,
sumber daya bahari, dan pengembangan industri maritim lainnya juga tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Pelaksanaan pengembangan
wisata bahari berada di bawah komando Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bekerjasama dengan
pemangku kepentingan terkait lainnya. Untuk wisata bahari, Kementerian Perhubungan bertujuan
mengembangkan marina untuk memenuhi standar sandar dan fasilitas bagi yacht dan kapal pesiar
asing dengan tetap menjaga peningkatan wisata alam bahari, sehingga wisatawan juga bisa
snorkeling, menyelam, dan menikmati atraksi budaya tradisional yang dilakukan oleh masyarakat
pesisir (MOT, 2015). Saat ini, beberapa marina swasta mapan di Indonesia, dan hanya ada beberapa
terminal penumpang yang efektif untuk menyambut kapal pesiar internasional. Pada dasarnya,
dibutuhkan terminal penumpang yang efektif tidak hanya untuk menyambut kapal pesiar
internasional tetapi juga untuk melayani transportasi domestik dalam hal konektivitas.

Persoalan terbesar pembangunan ekonomi Indonesia adalah ketimpangan antar daerah. Selama
ini pembangunan sangat difokuskan di Pulau Jawa yang merupakan ibu kota negara Indonesia.
Daerah lain, khususnya wilayah timur memiliki sumber daya alam yang melimpah dan nilai jual
potensial jika konsep pembangunan direncanakan dan diterapkan dengan baik. Pembangunan
paling relevan di Indonesia adalah bidang maritim seperti tersebut di atas, sehingga tujuan dari
makalah ini adalah untuk menemukan model desain konseptual yang dapat diterapkan untuk
pengembangan marina dan terminal penumpang untuk wisata bahari di Indonesia dengan
menggunakan Man ‐ Machine ‐ Media ‐ Management (4M) analisis faktor, termasuk pertimbangan
nilai tambah dan pemilihan prioritas untuk mendapatkan hasil terbaik.

PARIWISATA KELAUTAN INDONESIA

A. Dukungan Pemerintah

Berdasarkan RPJM 2015-2019, Pemerintah Indonesia menetapkan pariwisata sebagai sektor


pembangunan prioritas yang perlu didukung oleh sektor lain, terutama sektor infrastruktur dan
transportasi, untuk mempercepat pencapaian target pariwisata tahun 2019 ( Bappenas, 2014).
Dengan menetapkan pariwisata sebagai sektor pembangunan prioritas, pariwisata di bawah
Kementerian Perhubungan menerima peningkatan alokasi anggaran dan pelonggaran peraturan.
Dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang digelar di Jakarta, Menteri Perhubungan
mengidentifikasi sepuluh destinasi prioritas yang perlu dipercepat dalam hal pengembangan dan
promosi. Destinasi tersebut adalah Danau Toba (danau), Tanjung Kelayang (beach and island
hopping), Tanjung Lesung (beach), Kepulauan Seribu (beach and island hopping), Borobudur
(heritage temple), Bromo - Tengger - Semeru (mountain hiking), Mandalika (beach and island
hopping), Labuan Bajo (beach, sailing, diving, dan gateway ke Pulau Komodo), Wakatobi (beach,
sailing, diving, snorkelling, and island hopping), dan Morotai (beach, diving, snorkelling, dan island
hopping ) (MOT, 2016). Delapan dari sepuluh destinasi prioritas tersebut adalah wisata bahari, yang
menunjukkan keseriusan pemerintah dalam pemanfaatan wisata bahari sebagai salah satu alat
pendukung pertumbuhan ekonomi.
Tabel 1. Daftar EEP yang Ditunjuk Sesuai peraturan
_______________________________________________
No.  Entrance & Exit Port Name     Location (Province)
_______________________________________________
1.   Port of Sabang        Aceh
2.   Port of Belawan        North Sumatra
3.   Port of Teluk Bayur       West Sumatra
4.   Nongsa Point Marina      Riau Islands
5.   Bandar Bintan Telani Marina   Riau Islands
6.   Port of Tanjung Pandan      Bangka Belitung
7.   Sunda Kelapa Marina       Jakarta
8.   Port of Benoa         Bali
9.   Port ofTenau         East Nusa Tenggara
10.  Port of Kumai         Central Kalimantan
11.  Port of Tarakan         North Kalimantan
12.  Port of Nunukan         East Kalimantan
13.  Port of Bitung         North Sulawesi
14.  Port of Ambon        Maluku
15.  Port of Saumlaki        West Maluku
16.  Port of Tual         South East Maluku
17.  Port of Sorong West Papua
18.  Port of Biak         Papua
_______________________________________________

Dalam hal peraturan pelonggaran, Kementerian Perhubungan mengusulkan penyederhanaan


regulasi imigrasi dan izin pelabuhan untuk meningkatkan jumlah asing yang masuk ke perairan
Indonesia. Peraturan tersebut diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 105 Tahun
2015 tentang Kunjungan Kapal Pesiar Asing ke Indonesia. Berdasarkan peraturan ini, pemeriksaan
formalitas pelabuhan, bea cukai, imigrasi, dan karantina serta dokumen izin berlayar dapat langsung
ditangani di 18 Pelabuhan Masuk dan Keluar yang ditunjuk (EEP) (Pres, 2015). Daftar PENS terlihat
pada tabel 1. Jumlah PENS memiliki probabilitas peningkatan yang tinggi dengan
mempertimbangkan perkembangan kunjungan kapal pesiar, kesiapan sarana dan prasarana
pendukung pelayanan, serta perkembangan wilayah.

Berdasarkan daftar EEP yang ditunjukkan di atas, sepuluh EEP berada di Wilayah Timur
Indonesia (IER), tetapi hanya delapan yang berada di Wilayah Barat Indonesia (IWR). Fakta yang
menarik adalah bahwa tiga marina mapan terletak di IWR. Dengan demikian, pengembangan marina
di IER berpotensi menguntungkan.

B. Agenda Pembangunan Daerah

Fokus utama agenda pembangunan daerah adalah mengatasi disparitas pertumbuhan ekonomi antar
daerah, terutama antara IWR dan IER. Saat ini IWR menyumbang 80% dari PDB nasional. Untuk
meningkatkan pemerataan, pemerintah telah menetapkan agenda khusus untuk mendorong
pembangunan IER yang terdiri dari Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan,
dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam IWR yang terdiri dari Jawa-Bali dan
Sumatera. Tema pembangunan di masing-masing daerah dituangkan dalam RPJMN 2015-2019, dan
karena keterbatasan anggaran, maka pembangunan wilayah maritim khususnya wilayah pesisir
menjadi prioritas. Ke depan, pemerintah berjanji akan mempercepat pembangunan ekonomi nasional
khususnya sumber daya maritim (Bappenas, 2014).

Table 2. The Themes of Regional Development 
_______________________________________________ 
Region     Theme of Development  
_______________________________________________ 
Papua     Agricultural product industry, livestock  
       industry, maritime-based  industry  through   
          maritime  tourism, energy storages for IER. 
Maluku     Maritime-based  industry  through  fishery,  
       processing industry. 
Nusa Tenggara  Maritime-based  industry  as  the  ecological   
           tourism  gateway,  fishery, livestock industry,  
       commodity-based industry. 
Sulawesi     Logistics-based industry as Indonesia and 
      IER`s gateway, agricultural product  
       industry, commodity-based industry,  
       maritime-based  industry  through  maritime   
            tourism  and  fishery. 
Kalimantan   Forestry, energy storage, commodity- 
       based industry, mining industry. 
Jawa-Bali     Agricultural product industry, national  
       industrial and service industry, gateway to  
       world`s best tourism destination, maritime- 
          based  industry  through  maritime tourism  and   
        shipyards. 
Sumatra     Indonesia`s gateway to international  
       trading, national energy storage,  
       commodity-based industry. 
_______________________________________________ 

Berdasarkan tema pembangunan di masing-masing wilayah pada tabel 2, jelas disebutkan


bahwa lima dari tujuh wilayah dan hampir seluruh IER diperuntukkan untuk mengembangkan
industri berbasis maritim, khususnya pariwisata, perikanan. , infrastruktur, dan galangan kapal. Data
ini menjadi bukti bahwa pemerintah saat ini sedang serius berupaya mengembangkan sektor
kelautan, namun seperti yang dikemukakan sebelumnya, karena keterbatasan anggaran, daerah
prioritas dan konsep pembangunan di industri maritim harus diatur dengan tepat. Studi ini difokuskan
pada identifikasi jenis marina dan terminal penumpang yang dapat dikembangkan di masing-masing
wilayah, dengan rancangan konseptual khusus untuk pariwisata bahari dan konektivitas, guna
mendapatkan hasil terbaik untuk meningkatkan pemerataan di seluruh wilayah.

C. Pembangunan
Marina Marina masih menjadi alternatif yang menjanjikan untuk sektor wisata bahari, karena baru
beberapa marina yang telah berdiri di garis pantai Indonesia sekitar 54.716 km. Setidaknya ada enam
marina yang sudah mapan, tiga di antaranya termasuk dalam daftar EEP, dan beberapa proyek
marina baru sedang dalam proses perencanaan dan konstruksi. Sejak ditetapkannya RPJMN 2015-
2019, IGMF, dan Renstra Kementerian Perhubungan untuk mendorong sektor wisata bahari,
pembangunan marina menjadi proyek unggulan di beberapa daerah. Kemendag sendiri memiliki
target untuk membangun 100 marina dengan total 5.000 kunjungan kapal pesiar pada tahun
2019.kapal pesiar

Urgensi pengembangan marina tersebut diperlukan karena Kemendag memiliki event


internasional tahunan untuk menarikasing datang ke perairan Indonesia yang disebut Sail Indonesia.
Ratusan yachter berpartisipasi dalam acara ini, mengisi perairan Indonesia dengan yacht (Sail
Indonesia, 2015). Sayangnya, jika tidak ada acara, kunjungan kapal pesiar sedikit. Jika marina sudah
berdiri, yachter asing akan bisa mengunjungi Indonesia di luar acara Sail Indonesia. Pembangunan
marina membutuhkan program pembangunan yang berkelanjutan sehingga dapat menjadi salah satu
alat penting untuk mencapai target rencana.

D. Revitalisasi Terminal Penumpang

Indonesia adalah negara kepulauan, konektivitas antar pulau merupakan tugas penting yang
harus diselesaikan. Hingga saat ini, paradigma pemikiran kontinental telah diterapkan dalam
pembangunan Indonesia. Meskipun terdapat beberapa Otoritas Pelabuhan (PA) di Indonesia, namun
pelabuhan untuk kapal penumpang, kargo, peti kemas, dan kapal tanker belumdengan baik

Berkembang. Untuk itu, diperlukan pergeseran paradigma dari pemikiran kontinental ke


pemikiran nusantara. (Rosyid & Ekowanti, 2016). Perhatian khusus harus diberikan pada terminal
penumpang, karena nantinya tidak hanya digunakan oleh transportasi domestik tetapi juga bisa
menjadi alat untuk menyambut kapal pesiar asing. Terobosan telah dilakukan oleh Perusahaan
Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III, PA yang mengelola wilayah Jawa ‐ Bali, Nusa Tenggara, dan
Kalimantan, dengan membuat anak perusahaan yang berfokus pada pengembangan aset Pelindo III
yang belum terpakai di sekitar kawasan pelabuhan. sebagai daya tarik wisata bahari (Pelindo, 2014).

Terobosan tersebut ditandai dengan revitalisasi pelabuhan terminal penumpang eksisting Tanjung
Perak yang terletak di Surabaya, Jawa Timur, dan dinamakan Gapura Surya Nusantara (GSN).
Sebelum revitalisasi, kondisi GSN sesuai dengan gambaran terminal penumpang lain di Indonesia:
kotor, panas, berbahaya, dan tidak nyaman. PA kemudian mengubah merek dan meluncurkan objek
wisata bahari berbasis pelabuhan yang disebut Surabaya North Quay (SNQ). Peristiwa ini dan wajah
baru GSN menciptakan citra baru pelabuhan terminal penumpang sebagai bersih, aman, nyaman, dan
ramah lingkungan. SNQ juga menjadi tempat yang menarik bagi wisatawan domestik dan
mancanegara, dengan acara yang berlokasi di dalam gedung GSN. Lantai satu setengah lantai dua
adalah untuk fasilitas kapal penumpang, dan setengah lantai dua lainnya sebagian besar untuk bazar
kerajinan tangan dan berfungsi sebagai tempat pertunjukan dan pameran seni jika ada acara SNQ.
Lantai tiga terdiri dari ruang dalam dan luar ruangan untuk menyambut wisatawan kapal pesiar asing.
Tujuan kegiatan SNQ tidak hanya untuk mengoptimalkan aset Pelindo III tetapi juga berfungsi
sebagai daya tarik wisata bahari baru di Surabaya dan sebagai instrumen untuk mempromosikan atau
mengajarkan pendidikan bahari, memberikan alternatif titik temu baru, dan menyelenggarakan
Pertemuan‐ Tempat Incentives ‐ Conferences- Exhibitions (MICE).

MAN ‐ MACHINE ‐ MEDIA ‐ MANAGEMENT (4M) ANALISIS FAKTOR UNTUK


DAERAH PEMBANGUNAN
A. Tinjauan

Analisis faktor 4M adalah pendekatan multifaset yang banyak digunakan dalam investigasi
kecelakaan, dengan penekanan pada kesalahan manusia. Ditemukan oleh Badan Keselamatan
Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat, banyak peneliti telah menggunakan analisis faktor
4M dan telah memodifikasinya menjadi model analisis baru. 4M4E (Takeshi et al., 2003), model IM
(Furusho, 2002), dan model 4M overturned pyramid (MOP) (Mutmainnah & Furusho, 2014) adalah
contoh pengembangan analisis faktor 4M. Sebagian besar model yang dikembangkan masih
digunakan untuk menganalisis kecelakaan, termasuk penelitian yang memanfaatkan model MOP
untuk menganalisis karakteristik kecelakaan yang terjadi di lima pelabuhan besar Jepang (Sulistiyono
et al., 2016a). Model MOP, yang dikembangkan oleh Mutmainnah & Furusho (2014), adalah model
tiga dimensi yang dikonfigurasi sebagai piramida terbalik tiga sisi. Piramida terbalik ini adalah
geometri yang tidak stabil dan rentan terhadap kegagalan, yang menunjukkan kerentanan transportasi
laut terhadap kesalahan. Keempat sudut mewakili faktor 4M, dengan faktor manusia selalu terletak di
bagian bawah piramida. Model tersebut memiliki dua analisis yaitu analisis sudut dan analisis relasi
garis yang dapat menggambarkan setiap sudut faktor 4M dan hubungan sudut-sudut.

Faktor 4M bukan hanya Man ‐ Machine ‐ Media‐ Management; mereka memiliki arti yang luas
dan definisi yang spesifik. Penggunaan faktor 4M dapat diperluas untuk menganalisis kasus
perbaikan. Penulis telah memanfaatkan model MOP untuk analisis peningkatan pariwisata bahari.
Aplikasinya adalah dalam memilih EEP mana yang harus menjadi prioritas untuk perbaikan. EEP
yang dipilih sebagai pelabuhan prioritas tinggi untuk ditingkatkan sebagai marina adalah Pelabuhan
Sabang, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Tenau, Pelabuhan Sorong, dan Pelabuhan Biak (Sulistiyono et
al., 2016b). Sebagaimana dinyatakan dalam poin 2.2, karena keterbatasan anggaran, maka tujuan dari
analisis ini adalah untuk merekomendasikan EEP mana yang harus diperbaiki terlebih dahulu. Alasan
memilih EEPs sebagai base location untuk perbaikan marina adalah karena EEPs sudah memiliki
keunggulan pelabuhan masuk dan keluar yachts asing dan event Sail Indonesia yang melewati EEPs
tersebut. Jika EEP ditingkatkan menjadi marina, diharapkan dapat menarik lebih banyak yachter ke
perairan Indonesia. Tiga dari lima EEP prioritas tinggi berada di IER, sehingga hasil analisis ini
sesuai dengan visi pemerintah Indonesia untuk mengembangkan IER.
B. Definisi Faktor

4M Analisis faktor 4M menggunakan definisi khusus untuk setiap faktor. Definisi masing-masing
faktor 4M didefinisikan dalam model MOP (Mutmainnah & Furusho, 2014), tetapi beberapa
modifikasi harus diterapkan untuk memanfaatkan model ini dalam hal perbaikan (Sulistiyono et al.,
2016b). Dalam hal menganalisis desain konseptual pengembangan pariwisata bahari, definisi dan
contoh harus didefinisikan ulang untuk mendapatkan hasil terbaik.

Table 3. The Definition and an Example of Each 4M 
_______________________________________________ 
4M Factors   Definition (Example)  
_______________________________________________ 
Man     All elements that affect people’s preparedness  
       for an improvement (knowledge, education,  
      skills, abilities, welfare, experience, sense of  
      belonging, alertness, etc.). 
Machine   All elements, including technology, that help  
      people to complete their tasks (information  
       and communication technology, equipment,  
      design, infrastructure, construction, etc.). 
Media     All environmental factors that affect the  
       system and/or people (geographical location,  
      climatic/weather conditions, economic  
conditions, social politics, culture, etc.). 
Management  All  elements that can control the system  
      and/or people (communication among  
      stakeholders/government, regulatory  
      activities, procedures, rules, maintenance,  
      etc.). 
_______________________________________________ 

Implementasi Faktor 4M dalam Pengembangan Wisata Bahari

Analisis faktor 4M diimplementasikan dalam pendekatan pemecahan masalah (fact-problem-


solution) untuk mengoptimalkan pengembangan wisata bahari. Indonesia memiliki sumber daya
alam yang melimpah dan letak geografis yang strategis mendukung wisata bahari, dan aset tersebut
termasuk dalam faktor Media. Masalah utamanya adalah ketidaksesuaian pembangunan antara IWR
dan IER, yang menyebar ke kurangnya konektivitas yang disebabkan oleh infrastruktur yang belum
berkembang, yang termasuk dalam faktor Mesin, hingga kurangnya kesetaraan sumber daya
manusia, yang termasuk dalam faktor Man, dan , terakhir, kurangnya dukungan dari pemerintah atau
pemangku kepentingan terkait, yang termasuk dalam faktor Manajemen. Solusinya didapat dari
perbaikan semua faktor 4M di setiap daerah. Karena pengembangan IWR telah berhasil, maka
pencapaian IWR di semua aspek pembangunan dapat menjadi tolak ukur pengembangan IER.

1. Faktor Manusia

Dalam faktor Manusia, sumber daya manusia merupakan aspek terpenting yang harus
dikembangkan karena keberhasilan pembangunan sangat bergantung pada kualitas pendidikan,
pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia (HMI) di
IER lebih rendah dibandingkan di IWR, yang disebabkan oleh sulitnya mengakses pendidikan
formal. Namun pendidikan merupakan cara terpenting untuk membentuk sikap menyambut
wisatawan dan membangun acara yang kreatif dan menarik sehingga kawasan ini akan lebih nyaman
dan ramah wisatawan. Seperti dalam penelitian Paker & Vural (2016), sebagian besar wisatawan
menganggap sikap staf atau masyarakat lokal sebagai poin penting dalam memilih suatu destinasi
wisata karena pelayanan sangat penting bagi pariwisata.

Pembangunan pusat pendidikan, taman iptek, atau museum dapat menjadi solusi untuk mengatasi
keadaan tersebut dan tetap memajukan sektor pendidikan formal. Pembentukan community center
juga dapat berdampak kuat karena kearifan lokal merupakan nilai jual yang unik dan setiap daerah
memiliki kearifan lokal yang dapat digali.

2. Faktor Mesin

Kurangnya konektivitas harus diatasi terlebih dahulu untuk mencapai pemerataan di seluruh
wilayah Indonesia. Selain membangun infrastruktur, revitalisasi infrastruktur yang ada dapat menjadi
cara yang baik untuk mengubah persepsi masyarakat. Misalnya, revitalisasi gedung terminal
penumpang dalam kasus GSN berhasil mengubah persepsi masyarakat terhadap citra pelabuhan dan
menarik baik wisatawan domestik maupun mancanegara (Sulistiyono & Furusho, 2016). Aspek
terpenting dari sebuah objek wisata bahari adalah aksesibilitasnya. Sebagian besar wisatawan
melakukan perjalanan ke tempat-tempat wisata melalui jalur udara maupun darat, sehingga
pembangunan infrastruktur ini dapat memberikan dampak yang paling besar dengan tetap menjaga
peningkatan transportasi berbasis laut. Pengembangan one stop education-entertainment- tourism
leisure dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong pengembangan pariwisata bahari. Akses
teknologi informasi dan komunikasi juga harus ditingkatkan.

3.Faktor Media
Sumber daya alam yang melimpah tidak akan menjadi aset yang baik jika tidak dapat dijaga
dengan baik oleh masyarakat. Atraksi wisata terkini memang mengutamakan lingkungan. Seperti
penelitian Nuzula et al. (2016) menyatakan, faktor lingkungan berhubungan dengan keberlangsungan
kenyamanan wisata, khususnya untuk wisata pantai. Situasi ekonomi dan sosial warga negara
Indonesia berbeda-beda dan mempengaruhi karakter Indonesia. Penggunaan media sosial untuk
mempromosikan dan mempengaruhi sangat mungkin dilakukan. Dengan demikian, penggunaan
media sosial atau online untuk mempromosikan wisata bahari atau budaya bahari mungkin sangat
efektif.

4. Faktor Manajemen

Untuk faktor Manajemen, keberadaan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat berdampak
langsung di lapangan. Salah satu contohnya adalah respon positif dari yachter asing terkait dengan
penyederhanaan memasuki perairan Indonesia. Contoh lainnya adalah pembangunan marina di Korea
yang diprakarsai oleh pemerintah; Melalui penelitian khusus, pemerintah menemukan bahwa warga
negara bersedia membayar sejumlah uang untuk mendukung proyek (Lee & Yoo, 2016). Pembinaan
komunitas di setiap daerah juga dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait guna
meningkatkan kesejahteraan, spot-spot pariwisata, dan keberlanjutan.

4 PENGEMBANGAN DESAIN KONSEPTUAL

1. Desain Konseptual Mencari

Pelabuhan Marina dan kapal pesiar dikembangkan dengan baik di cekungan Mediterania, dan mereka
juga dapat mengembangkan ekonomi Eropa. Ada dua jenis model marina di pasar Eropa. Yang
pertama adalah marina yang berperan dalam pembangunan suatu wilayah. Yang kedua adalah marina
yang merupakan produk dari spektrum fasilitas wisata (Kizielewics & Lukovic, 2013). Di Korea,
rekonstruksi pelabuhan lama menjadi marina dipandang sebagai pilihan yang menguntungkan karena
bentuk pelabuhan yang ada masih memenuhi standar desain teknik yang dapat memberikan
keuntungan penghematan sumber daya garis pantai dan pengembangan industri kapal pesiar daripada
meninggalkan pelabuhan sebagai adalah (Zai et al., 2013). Peran marina sebagai pendorong ekonomi
dan untuk memaksimalkan pemanfaatan ruang dapat diterapkan sebagai alternatif pilihan dengan
kajian dan pelaksanaan yang cermat. Pemilihan lokasi yang tepat, desain marina yang memiliki
fungsi ergonomis bagi masyarakat, dan pemeliharaan yang berkelanjutan dapat menjadi acuan dalam
pembangunan marina (Achmadi et al., 2016; Bilski, 2015).

Dalam kasus pembangunan pelabuhan, pembahasan difokuskan pada terminal penumpang. Seperti
pada contoh sukses Pelabuhan Tanjung Perak, dengan perbaikan terminal penumpang GSN, gagasan
untuk mengintegrasikan terminal penumpang dengan objek wisata berdampak besar dalam menarik
wisatawan asing dan domestik. Desain konsep ini dapat diterapkan pada terminal penumpang lain di
IER. Pembangunan kembali pelabuhan juga berdampak besar di kota-kota pelabuhan besar lainnya di
seluruh dunia. Misalnya, Pelabuhan Shimonoseki telah menjelma menjadi salah satu pelabuhan
penting di Jepang dengan tambahan pasar ikan Karato, pasar ikan yang terkenal di mana wisatawan
dapat langsung mencicipi produk perikanan, akuarium Kaikyokan, Menara Kaikyo Yume, dan
fasilitas sekitarnya yang menarik lainnya (Song & Chun, 2005). Contoh lainnya adalah Pelabuhan
Kobe, yang masih berdiri tegak setelah Gempa Bumi Besar Hanshin, yang tidak pernah gagal
memuaskan wisatawannya setelah penambahan museum bahari, menara Pelabuhan Kobe, dan
fasilitas perbelanjaan di daerah sekitarnya ke fasilitas MICE-nya. Pembangunan West ‐ Breakwater
di Jeju New Port juga menjadi contoh yang menarik karena berfungsi tidak hanya sebagai pelindung
pelabuhan tetapi juga sebagai objek wisata dengan desain breakwater dan klasifikasi zona yang
menjadikan pelabuhan sebagai tempat wisata unggulan (Kim et. al., 2005)

2.Hasil

Sesuai dengan Agenda Pembangunan Daerah RPJMN 2015-2019, pemanfaatan analisis faktor 4M,
dan literatur dari contoh-contoh yang berhasil, tiga jenis pengembangan desain konseptual untuk
terminal penumpang dan dua jenis desain konseptual pengembangan untuk marina diperoleh. Tabel 4
menunjukkan hasil pengembangan desain konseptual.
Tiga jenis pengembangan desain konseptual terminal penumpang dan dua jenis pengembangan
marina harus diterapkan di setiap wilayah Indonesia. Hasilnya akan berbeda antara satu daerah
dengan daerah lain karena adanya perbedaan produk potensial dan agenda pembangunan
pemerintah.

PEMBAHASAN

Pengembangan desain konseptual terminal penumpang di Papua, Kalimantan, dan Sumatera


merupakan terminal penumpang yang cerdas karena sumber daya alam dan manusia di daerah-daerah
tersebut harus sesuai dengan agenda pembangunan pemerintah (lihat Tabel 2) yang membutuhkan
sumber daya manusia yang kuat. Dengan demikian, pengembangan terminal penumpang yang cerdas
diharapkan dapat menarik wisatawan mancanegara dan domestik serta masyarakat lokal sehingga
dapat belajar lebih jauh tentang pengetahuan bahari. Konsep marina adalah booster marina, karena
infrastruktur yang mengelilingi kawasan pantai sudah cukup memadai jika masyarakat pesisir dapat
bekerja sama untuk memberikan pelayanan terbaik kepada yachter. Kemudian, yachter akan puas dan
akan merekomendasikan marina kepada yachter lainnya, meningkatkan reputasi marina dan, dengan
demikian, meningkatkan kondisi ekonomi.

Di Maluku dan Sulawesi, bagaimanapun, direkomendasikan terminal penumpang pedagang dan


booster marina. Berdasarkan agenda pembangunan, daerah-daerah tersebut akan dikembangkan
dengan hasil perikanan, sehingga konsep pedagang dapat diterapkan sehingga tercipta kondisi
mutualisme bagi nelayan dan wisatawan. Di kawasan Nusa Tenggara dan Jawa-Bali, terminal
penumpang yang meriah cocok untuk kondisi saat ini. Didukung dengan didirikannya terminal
penumpang GSN di Surabaya, serta pintu gerbang pariwisata di wilayah tersebut sebagaimana
tertuang dalam agenda pembangunan. Marina yang didirikan di sana akan menjadi sarana untuk
menjadikan kawasan wisata sekitarnya semakin menarik.
KESIMPULAN

Berdasarkan analisis faktor 4M, terdapat tiga jenis pengembangan desain konseptual untuk terminal
penumpang dan dua jenis pengembangan marina. Pengembangan desain konseptual akan memiliki
hasil terbaik jika diterapkan kearifan lokal masing-masing daerah. IER menjadi prioritas
pengembangan wisata bahari karena sumber daya alamnya yang melimpah dan perlu tindakan segera
untuk mendorong pemerataan dengan konektivitas yang kuat. Dengan demikian, pemberlakuan
perbaikan tersebut dapat menjadikan pariwisata bahari Indonesia terhubung secara lokal dan diakui
secara internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, T., Boyke, C., Mustakim, A., & Joyoutomo, D., J. 2016. Penentuan
Model Lokasi Pelabuhan Marina Hub di Nusa Tenggara Timur. Seminar
Internasional Inovasi Teknologi Maritim (SENTA 2016).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2014. Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Buku III
Agenda Pembangunan Daerah (Dalam Bahasa Indonesia). Jakarta.

Bilski, M. 2015. Faktor Manusia Terpilih dalam Desain Marina. 6ke- Konferensi
Internasionaltentang Faktor Manusia Terapan dan Ergonomi (AHFE 2015) dan
Konferensi Afiliasi: 1646-1653.

Furusho, M. 2002. Model IM untuk Keselamatan Kapal. Prosiding Sidang Umum


Pelantikan IAMU, Turki: 26‐31.

Perusahaan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III. 2014. Meningkatkan Logistik Anda,


Laporan Tahunan. Surabaya.

Kim, M., ‐S., Yeom, H., ‐J. & Lee, Y., ‐C. 2005. Konstruksi Pemecah Gelombang
Barat di Pelabuhan Baru Jeju. Prosiding Konferensi Teknik Lepas Pantai dan
Kutub Internasional Kelima Belas, Seoul, Korea, 19‐24 Juni: 646‐654.

Kizielewics, J. & Lukovic, T. 2013. Fenomena Pembangunan Marina untuk


Mendukung Model Pembangunan Ekonomi Eropa. Jurnal Internasional
Navigasi Laut dan Keselamatan Transportasi Laut Vol. 7 No. 3: 461‐466.

Lee, M., ‐K. & Yoo, S., ‐H. 2016. Kemauan Publik Membayar Pelabuhan Marina di
Korea: Studi Penilaian Kontingen. Pengelolaan Laut & Pesisir 119: 119‐127.
Kementerian Pariwisata (MOT). 2015. Deputi Bidang Industri Pariwisata dan
Pengembangan Destinasi. Rencana Strategis 2015-2019 (dalam Bahasa
Indonesia). Jakarta.

Kementerian Pariwisata (MOT). 2016. Siaran pers resmi Rakornas Kepariwisataan


ke II ʺSinergi Pusat dan Daerah Menuju 12 Juta Wisman dan 260 Juta Wisnus
Tahun 2016ʺ (Bahasa Indonesia). Diunduh dari: http://tinyurl.com/Kemenpar‐
Tourism. 27‐08‐2016.

Mutmainnah, W., Furusho, M. 2014. Model 4M Overturned Pyramid (MOP) dalam


Sistem Lalu Lintas Maritim untuk Keselamatan di Laut. Prosiding Konferensi
Navigasi Asia: 1– 10.

Nuzula, N., I., Armono, H., D. & Rosyid, D., M. 2016. Pengelolaan Sumber Daya
Taman Nasional Baluran untuk Ekowisata Pesisir Berdasarkan Kesesuaian dan
Daya Dukung . Mekanika Terapan dan Material Vol. 862: 161‐ 167.

Paker, N. & Vural, C., A. 2016. Segmentasi Pelanggan untuk Marina:


Mengevaluasi Marina sebagai Destinasi. Manajemen Pariwisata 56: 156-171.

Presiden Indonesia (Pres). 2015. Presidential Regulation of the Republic of


Indonesia Number 105 Year 2015 on Foreign Yacht Visits to Indonesia (in
Bahasa Indonesia). Jakarta.

Rosyid, D., M. & Ekowanti, M., L. 2016. Indonesia Maritime Infrastructure


Development in the 21st Century: A Respond to the Resurrection of Maritime
China. International Seminar on Maritime Technology Innovation (SENTA
2016).

Sail Indonesia Event information. [On line]. Available at:


http://www.sailindonesia.net.

Sekretaris Kabinet (Setkab). 2014. “Official speech transcript of Indonesia


President Joko Widodo release on 9th East Asia Summit 2014ʺ in Myanmar. [On
line]. Available at: http://tinyurl.com/Setkab‐IGMF
Song, M., ‐S. & Chun, I. 2005. Efficient Measures of Port Developments by
Remodeling Techniques. Proceeding of the Fifteenth International Offshore and
Polar Engineering Conference, Seoul, Korea, June 19‐24: 664‐670.

Sulistiyono, A., B., Furusho, M. 2016. The Improvement of Maritime Tourism


Towards Indonesia`s Global Maritime Fulcrum Idea. Proceedings of Asia
Navigation Conference: 341–350.

Sulistiyono, A., B., Mutmainnah, W. & Furusho, M. 2016. Identifying


Characteristics of Accidents in Japan`s Five Major Ports. Applied Mechanics
and Material Vol. 862: 214‐ 219.

Sulistiyono, A., B., Mutmainnah, W. & Furusho, M. 2016. The Improvement of


Yacht Entry and Exit Ports as a Marina in Indonesia. International Seminar on
Maritime Technology Innovation (SENTA 2016).

Takeshi, C., Shinichi, A. & Takeshi, K. 2003. Research on Method of Human Error
Analysis using 4M4E. Special Edition Paper, JR EAST Review No. 5: 59‐65.
Zai, Q., Zhu, F. & Lu, Z. 2013. Study on the Design of Old Ports Reconstruct into
Marinas. Proceeding of the Twenty‐ third International Offshore and Polar
Engineering Anchorage, Alaska, USA, June 30‐July 5: 1277‐1280.

Anda mungkin juga menyukai