Review Jurnal MUHAMMAD ZULFIKARRAHIM
Review Jurnal MUHAMMAD ZULFIKARRAHIM
Review Jurnal MUHAMMAD ZULFIKARRAHIM
Oleh :
Muhammad Zulfikarrahim
K1B1 20 025
Pembimbing :
dr. Junuda RAF, M. Kes., Sp. KJ
KEPANITERAAN KLINIK
LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
Studi 4M Untuk Mendukung Pengembangan Wisata Bahari Indonesia
AB Sulistiyono1. Mutmainnah2.Furusho3
ABSTRAK
ABSTRAK: Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang melimpah
membutuhkan pembangunan yang berkelanjutan dalam berbagai aspek untuk memperkuat
posisinya di dunia internasional. Visi Pemerintah saat ini dalam berpikir nusantara bertujuan
pada pengembangan sektor maritim termasuk pariwisata bahari dan konektivitas untuk
mendapatkan pemerataan pembangunan daerah yang lebih baik. Setiap daerah memiliki aset
potensial yang khas dan membutuhkan konsep desain pembangunan yang baik sesuai dengan
agenda pembangunan daerah. Smart, Merchant, dan Festive adalah jenis pengembangan desain
konseptual untuk terminal penumpang, sedangkan booster marina dan enhancer marina
memiliki peran untuk membuat pengembangan pariwisata bahari yang terhubung secara lokal
diakuisecarainternasional
1. Pendahuluan
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang melimpah membutuhkan
pembangunan yang berkelanjutan dalam berbagai aspek untuk memperkuat posisinya di dunia
internasional. Berfokus pada bidang maritim, banyak sekali potensi yang tersembunyi di perairan
Indonesia dan sekitarnya. Untuk itu, belakangan ini pemerintah menetapkan Indonesia`s Global
Maritime Fulcrum (IGMF) sebagai pedoman untuk mengembangkan semua aspek di sektor
maritim.
Visi IGMF adalah membangun kembali budaya maritim Indonesia; pengelolaan sumber daya
maritim; infrastruktur dan konektivitas maritim, termasuk wisata bahari; diplomasi maritim; dan
kekuatan pertahanan maritim (Setkab, 2014). Selanjutnya, peruntukan kawasan wisata bahari,
sumber daya bahari, dan pengembangan industri maritim lainnya juga tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Pelaksanaan pengembangan
wisata bahari berada di bawah komando Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bekerjasama dengan
pemangku kepentingan terkait lainnya. Untuk wisata bahari, Kementerian Perhubungan bertujuan
mengembangkan marina untuk memenuhi standar sandar dan fasilitas bagi yacht dan kapal pesiar
asing dengan tetap menjaga peningkatan wisata alam bahari, sehingga wisatawan juga bisa
snorkeling, menyelam, dan menikmati atraksi budaya tradisional yang dilakukan oleh masyarakat
pesisir (MOT, 2015). Saat ini, beberapa marina swasta mapan di Indonesia, dan hanya ada beberapa
terminal penumpang yang efektif untuk menyambut kapal pesiar internasional. Pada dasarnya,
dibutuhkan terminal penumpang yang efektif tidak hanya untuk menyambut kapal pesiar
internasional tetapi juga untuk melayani transportasi domestik dalam hal konektivitas.
Persoalan terbesar pembangunan ekonomi Indonesia adalah ketimpangan antar daerah. Selama
ini pembangunan sangat difokuskan di Pulau Jawa yang merupakan ibu kota negara Indonesia.
Daerah lain, khususnya wilayah timur memiliki sumber daya alam yang melimpah dan nilai jual
potensial jika konsep pembangunan direncanakan dan diterapkan dengan baik. Pembangunan
paling relevan di Indonesia adalah bidang maritim seperti tersebut di atas, sehingga tujuan dari
makalah ini adalah untuk menemukan model desain konseptual yang dapat diterapkan untuk
pengembangan marina dan terminal penumpang untuk wisata bahari di Indonesia dengan
menggunakan Man ‐ Machine ‐ Media ‐ Management (4M) analisis faktor, termasuk pertimbangan
nilai tambah dan pemilihan prioritas untuk mendapatkan hasil terbaik.
A. Dukungan Pemerintah
Berdasarkan daftar EEP yang ditunjukkan di atas, sepuluh EEP berada di Wilayah Timur
Indonesia (IER), tetapi hanya delapan yang berada di Wilayah Barat Indonesia (IWR). Fakta yang
menarik adalah bahwa tiga marina mapan terletak di IWR. Dengan demikian, pengembangan marina
di IER berpotensi menguntungkan.
Fokus utama agenda pembangunan daerah adalah mengatasi disparitas pertumbuhan ekonomi antar
daerah, terutama antara IWR dan IER. Saat ini IWR menyumbang 80% dari PDB nasional. Untuk
meningkatkan pemerataan, pemerintah telah menetapkan agenda khusus untuk mendorong
pembangunan IER yang terdiri dari Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan,
dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam IWR yang terdiri dari Jawa-Bali dan
Sumatera. Tema pembangunan di masing-masing daerah dituangkan dalam RPJMN 2015-2019, dan
karena keterbatasan anggaran, maka pembangunan wilayah maritim khususnya wilayah pesisir
menjadi prioritas. Ke depan, pemerintah berjanji akan mempercepat pembangunan ekonomi nasional
khususnya sumber daya maritim (Bappenas, 2014).
Table 2. The Themes of Regional Development
_______________________________________________
Region Theme of Development
_______________________________________________
Papua Agricultural product industry, livestock
industry, maritime-based industry through
maritime tourism, energy storages for IER.
Maluku Maritime-based industry through fishery,
processing industry.
Nusa Tenggara Maritime-based industry as the ecological
tourism gateway, fishery, livestock industry,
commodity-based industry.
Sulawesi Logistics-based industry as Indonesia and
IER`s gateway, agricultural product
industry, commodity-based industry,
maritime-based industry through maritime
tourism and fishery.
Kalimantan Forestry, energy storage, commodity-
based industry, mining industry.
Jawa-Bali Agricultural product industry, national
industrial and service industry, gateway to
world`s best tourism destination, maritime-
based industry through maritime tourism and
shipyards.
Sumatra Indonesia`s gateway to international
trading, national energy storage,
commodity-based industry.
_______________________________________________
C. Pembangunan
Marina Marina masih menjadi alternatif yang menjanjikan untuk sektor wisata bahari, karena baru
beberapa marina yang telah berdiri di garis pantai Indonesia sekitar 54.716 km. Setidaknya ada enam
marina yang sudah mapan, tiga di antaranya termasuk dalam daftar EEP, dan beberapa proyek
marina baru sedang dalam proses perencanaan dan konstruksi. Sejak ditetapkannya RPJMN 2015-
2019, IGMF, dan Renstra Kementerian Perhubungan untuk mendorong sektor wisata bahari,
pembangunan marina menjadi proyek unggulan di beberapa daerah. Kemendag sendiri memiliki
target untuk membangun 100 marina dengan total 5.000 kunjungan kapal pesiar pada tahun
2019.kapal pesiar
Indonesia adalah negara kepulauan, konektivitas antar pulau merupakan tugas penting yang
harus diselesaikan. Hingga saat ini, paradigma pemikiran kontinental telah diterapkan dalam
pembangunan Indonesia. Meskipun terdapat beberapa Otoritas Pelabuhan (PA) di Indonesia, namun
pelabuhan untuk kapal penumpang, kargo, peti kemas, dan kapal tanker belumdengan baik
Terobosan tersebut ditandai dengan revitalisasi pelabuhan terminal penumpang eksisting Tanjung
Perak yang terletak di Surabaya, Jawa Timur, dan dinamakan Gapura Surya Nusantara (GSN).
Sebelum revitalisasi, kondisi GSN sesuai dengan gambaran terminal penumpang lain di Indonesia:
kotor, panas, berbahaya, dan tidak nyaman. PA kemudian mengubah merek dan meluncurkan objek
wisata bahari berbasis pelabuhan yang disebut Surabaya North Quay (SNQ). Peristiwa ini dan wajah
baru GSN menciptakan citra baru pelabuhan terminal penumpang sebagai bersih, aman, nyaman, dan
ramah lingkungan. SNQ juga menjadi tempat yang menarik bagi wisatawan domestik dan
mancanegara, dengan acara yang berlokasi di dalam gedung GSN. Lantai satu setengah lantai dua
adalah untuk fasilitas kapal penumpang, dan setengah lantai dua lainnya sebagian besar untuk bazar
kerajinan tangan dan berfungsi sebagai tempat pertunjukan dan pameran seni jika ada acara SNQ.
Lantai tiga terdiri dari ruang dalam dan luar ruangan untuk menyambut wisatawan kapal pesiar asing.
Tujuan kegiatan SNQ tidak hanya untuk mengoptimalkan aset Pelindo III tetapi juga berfungsi
sebagai daya tarik wisata bahari baru di Surabaya dan sebagai instrumen untuk mempromosikan atau
mengajarkan pendidikan bahari, memberikan alternatif titik temu baru, dan menyelenggarakan
Pertemuan‐ Tempat Incentives ‐ Conferences- Exhibitions (MICE).
Analisis faktor 4M adalah pendekatan multifaset yang banyak digunakan dalam investigasi
kecelakaan, dengan penekanan pada kesalahan manusia. Ditemukan oleh Badan Keselamatan
Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat, banyak peneliti telah menggunakan analisis faktor
4M dan telah memodifikasinya menjadi model analisis baru. 4M4E (Takeshi et al., 2003), model IM
(Furusho, 2002), dan model 4M overturned pyramid (MOP) (Mutmainnah & Furusho, 2014) adalah
contoh pengembangan analisis faktor 4M. Sebagian besar model yang dikembangkan masih
digunakan untuk menganalisis kecelakaan, termasuk penelitian yang memanfaatkan model MOP
untuk menganalisis karakteristik kecelakaan yang terjadi di lima pelabuhan besar Jepang (Sulistiyono
et al., 2016a). Model MOP, yang dikembangkan oleh Mutmainnah & Furusho (2014), adalah model
tiga dimensi yang dikonfigurasi sebagai piramida terbalik tiga sisi. Piramida terbalik ini adalah
geometri yang tidak stabil dan rentan terhadap kegagalan, yang menunjukkan kerentanan transportasi
laut terhadap kesalahan. Keempat sudut mewakili faktor 4M, dengan faktor manusia selalu terletak di
bagian bawah piramida. Model tersebut memiliki dua analisis yaitu analisis sudut dan analisis relasi
garis yang dapat menggambarkan setiap sudut faktor 4M dan hubungan sudut-sudut.
Faktor 4M bukan hanya Man ‐ Machine ‐ Media‐ Management; mereka memiliki arti yang luas
dan definisi yang spesifik. Penggunaan faktor 4M dapat diperluas untuk menganalisis kasus
perbaikan. Penulis telah memanfaatkan model MOP untuk analisis peningkatan pariwisata bahari.
Aplikasinya adalah dalam memilih EEP mana yang harus menjadi prioritas untuk perbaikan. EEP
yang dipilih sebagai pelabuhan prioritas tinggi untuk ditingkatkan sebagai marina adalah Pelabuhan
Sabang, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Tenau, Pelabuhan Sorong, dan Pelabuhan Biak (Sulistiyono et
al., 2016b). Sebagaimana dinyatakan dalam poin 2.2, karena keterbatasan anggaran, maka tujuan dari
analisis ini adalah untuk merekomendasikan EEP mana yang harus diperbaiki terlebih dahulu. Alasan
memilih EEPs sebagai base location untuk perbaikan marina adalah karena EEPs sudah memiliki
keunggulan pelabuhan masuk dan keluar yachts asing dan event Sail Indonesia yang melewati EEPs
tersebut. Jika EEP ditingkatkan menjadi marina, diharapkan dapat menarik lebih banyak yachter ke
perairan Indonesia. Tiga dari lima EEP prioritas tinggi berada di IER, sehingga hasil analisis ini
sesuai dengan visi pemerintah Indonesia untuk mengembangkan IER.
B. Definisi Faktor
4M Analisis faktor 4M menggunakan definisi khusus untuk setiap faktor. Definisi masing-masing
faktor 4M didefinisikan dalam model MOP (Mutmainnah & Furusho, 2014), tetapi beberapa
modifikasi harus diterapkan untuk memanfaatkan model ini dalam hal perbaikan (Sulistiyono et al.,
2016b). Dalam hal menganalisis desain konseptual pengembangan pariwisata bahari, definisi dan
contoh harus didefinisikan ulang untuk mendapatkan hasil terbaik.
Table 3. The Definition and an Example of Each 4M
_______________________________________________
4M Factors Definition (Example)
_______________________________________________
Man All elements that affect people’s preparedness
for an improvement (knowledge, education,
skills, abilities, welfare, experience, sense of
belonging, alertness, etc.).
Machine All elements, including technology, that help
people to complete their tasks (information
and communication technology, equipment,
design, infrastructure, construction, etc.).
Media All environmental factors that affect the
system and/or people (geographical location,
climatic/weather conditions, economic
conditions, social politics, culture, etc.).
Management All elements that can control the system
and/or people (communication among
stakeholders/government, regulatory
activities, procedures, rules, maintenance,
etc.).
_______________________________________________
1. Faktor Manusia
Dalam faktor Manusia, sumber daya manusia merupakan aspek terpenting yang harus
dikembangkan karena keberhasilan pembangunan sangat bergantung pada kualitas pendidikan,
pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia (HMI) di
IER lebih rendah dibandingkan di IWR, yang disebabkan oleh sulitnya mengakses pendidikan
formal. Namun pendidikan merupakan cara terpenting untuk membentuk sikap menyambut
wisatawan dan membangun acara yang kreatif dan menarik sehingga kawasan ini akan lebih nyaman
dan ramah wisatawan. Seperti dalam penelitian Paker & Vural (2016), sebagian besar wisatawan
menganggap sikap staf atau masyarakat lokal sebagai poin penting dalam memilih suatu destinasi
wisata karena pelayanan sangat penting bagi pariwisata.
Pembangunan pusat pendidikan, taman iptek, atau museum dapat menjadi solusi untuk mengatasi
keadaan tersebut dan tetap memajukan sektor pendidikan formal. Pembentukan community center
juga dapat berdampak kuat karena kearifan lokal merupakan nilai jual yang unik dan setiap daerah
memiliki kearifan lokal yang dapat digali.
2. Faktor Mesin
Kurangnya konektivitas harus diatasi terlebih dahulu untuk mencapai pemerataan di seluruh
wilayah Indonesia. Selain membangun infrastruktur, revitalisasi infrastruktur yang ada dapat menjadi
cara yang baik untuk mengubah persepsi masyarakat. Misalnya, revitalisasi gedung terminal
penumpang dalam kasus GSN berhasil mengubah persepsi masyarakat terhadap citra pelabuhan dan
menarik baik wisatawan domestik maupun mancanegara (Sulistiyono & Furusho, 2016). Aspek
terpenting dari sebuah objek wisata bahari adalah aksesibilitasnya. Sebagian besar wisatawan
melakukan perjalanan ke tempat-tempat wisata melalui jalur udara maupun darat, sehingga
pembangunan infrastruktur ini dapat memberikan dampak yang paling besar dengan tetap menjaga
peningkatan transportasi berbasis laut. Pengembangan one stop education-entertainment- tourism
leisure dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong pengembangan pariwisata bahari. Akses
teknologi informasi dan komunikasi juga harus ditingkatkan.
3.Faktor Media
Sumber daya alam yang melimpah tidak akan menjadi aset yang baik jika tidak dapat dijaga
dengan baik oleh masyarakat. Atraksi wisata terkini memang mengutamakan lingkungan. Seperti
penelitian Nuzula et al. (2016) menyatakan, faktor lingkungan berhubungan dengan keberlangsungan
kenyamanan wisata, khususnya untuk wisata pantai. Situasi ekonomi dan sosial warga negara
Indonesia berbeda-beda dan mempengaruhi karakter Indonesia. Penggunaan media sosial untuk
mempromosikan dan mempengaruhi sangat mungkin dilakukan. Dengan demikian, penggunaan
media sosial atau online untuk mempromosikan wisata bahari atau budaya bahari mungkin sangat
efektif.
4. Faktor Manajemen
Untuk faktor Manajemen, keberadaan pemerintah sebagai pembuat kebijakan dapat berdampak
langsung di lapangan. Salah satu contohnya adalah respon positif dari yachter asing terkait dengan
penyederhanaan memasuki perairan Indonesia. Contoh lainnya adalah pembangunan marina di Korea
yang diprakarsai oleh pemerintah; Melalui penelitian khusus, pemerintah menemukan bahwa warga
negara bersedia membayar sejumlah uang untuk mendukung proyek (Lee & Yoo, 2016). Pembinaan
komunitas di setiap daerah juga dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait guna
meningkatkan kesejahteraan, spot-spot pariwisata, dan keberlanjutan.
Pelabuhan Marina dan kapal pesiar dikembangkan dengan baik di cekungan Mediterania, dan mereka
juga dapat mengembangkan ekonomi Eropa. Ada dua jenis model marina di pasar Eropa. Yang
pertama adalah marina yang berperan dalam pembangunan suatu wilayah. Yang kedua adalah marina
yang merupakan produk dari spektrum fasilitas wisata (Kizielewics & Lukovic, 2013). Di Korea,
rekonstruksi pelabuhan lama menjadi marina dipandang sebagai pilihan yang menguntungkan karena
bentuk pelabuhan yang ada masih memenuhi standar desain teknik yang dapat memberikan
keuntungan penghematan sumber daya garis pantai dan pengembangan industri kapal pesiar daripada
meninggalkan pelabuhan sebagai adalah (Zai et al., 2013). Peran marina sebagai pendorong ekonomi
dan untuk memaksimalkan pemanfaatan ruang dapat diterapkan sebagai alternatif pilihan dengan
kajian dan pelaksanaan yang cermat. Pemilihan lokasi yang tepat, desain marina yang memiliki
fungsi ergonomis bagi masyarakat, dan pemeliharaan yang berkelanjutan dapat menjadi acuan dalam
pembangunan marina (Achmadi et al., 2016; Bilski, 2015).
Dalam kasus pembangunan pelabuhan, pembahasan difokuskan pada terminal penumpang. Seperti
pada contoh sukses Pelabuhan Tanjung Perak, dengan perbaikan terminal penumpang GSN, gagasan
untuk mengintegrasikan terminal penumpang dengan objek wisata berdampak besar dalam menarik
wisatawan asing dan domestik. Desain konsep ini dapat diterapkan pada terminal penumpang lain di
IER. Pembangunan kembali pelabuhan juga berdampak besar di kota-kota pelabuhan besar lainnya di
seluruh dunia. Misalnya, Pelabuhan Shimonoseki telah menjelma menjadi salah satu pelabuhan
penting di Jepang dengan tambahan pasar ikan Karato, pasar ikan yang terkenal di mana wisatawan
dapat langsung mencicipi produk perikanan, akuarium Kaikyokan, Menara Kaikyo Yume, dan
fasilitas sekitarnya yang menarik lainnya (Song & Chun, 2005). Contoh lainnya adalah Pelabuhan
Kobe, yang masih berdiri tegak setelah Gempa Bumi Besar Hanshin, yang tidak pernah gagal
memuaskan wisatawannya setelah penambahan museum bahari, menara Pelabuhan Kobe, dan
fasilitas perbelanjaan di daerah sekitarnya ke fasilitas MICE-nya. Pembangunan West ‐ Breakwater
di Jeju New Port juga menjadi contoh yang menarik karena berfungsi tidak hanya sebagai pelindung
pelabuhan tetapi juga sebagai objek wisata dengan desain breakwater dan klasifikasi zona yang
menjadikan pelabuhan sebagai tempat wisata unggulan (Kim et. al., 2005)
2.Hasil
Sesuai dengan Agenda Pembangunan Daerah RPJMN 2015-2019, pemanfaatan analisis faktor 4M,
dan literatur dari contoh-contoh yang berhasil, tiga jenis pengembangan desain konseptual untuk
terminal penumpang dan dua jenis desain konseptual pengembangan untuk marina diperoleh. Tabel 4
menunjukkan hasil pengembangan desain konseptual.
Tiga jenis pengembangan desain konseptual terminal penumpang dan dua jenis pengembangan
marina harus diterapkan di setiap wilayah Indonesia. Hasilnya akan berbeda antara satu daerah
dengan daerah lain karena adanya perbedaan produk potensial dan agenda pembangunan
pemerintah.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis faktor 4M, terdapat tiga jenis pengembangan desain konseptual untuk terminal
penumpang dan dua jenis pengembangan marina. Pengembangan desain konseptual akan memiliki
hasil terbaik jika diterapkan kearifan lokal masing-masing daerah. IER menjadi prioritas
pengembangan wisata bahari karena sumber daya alamnya yang melimpah dan perlu tindakan segera
untuk mendorong pemerataan dengan konektivitas yang kuat. Dengan demikian, pemberlakuan
perbaikan tersebut dapat menjadikan pariwisata bahari Indonesia terhubung secara lokal dan diakui
secara internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, T., Boyke, C., Mustakim, A., & Joyoutomo, D., J. 2016. Penentuan
Model Lokasi Pelabuhan Marina Hub di Nusa Tenggara Timur. Seminar
Internasional Inovasi Teknologi Maritim (SENTA 2016).
Bilski, M. 2015. Faktor Manusia Terpilih dalam Desain Marina. 6ke- Konferensi
Internasionaltentang Faktor Manusia Terapan dan Ergonomi (AHFE 2015) dan
Konferensi Afiliasi: 1646-1653.
Kim, M., ‐S., Yeom, H., ‐J. & Lee, Y., ‐C. 2005. Konstruksi Pemecah Gelombang
Barat di Pelabuhan Baru Jeju. Prosiding Konferensi Teknik Lepas Pantai dan
Kutub Internasional Kelima Belas, Seoul, Korea, 19‐24 Juni: 646‐654.
Lee, M., ‐K. & Yoo, S., ‐H. 2016. Kemauan Publik Membayar Pelabuhan Marina di
Korea: Studi Penilaian Kontingen. Pengelolaan Laut & Pesisir 119: 119‐127.
Kementerian Pariwisata (MOT). 2015. Deputi Bidang Industri Pariwisata dan
Pengembangan Destinasi. Rencana Strategis 2015-2019 (dalam Bahasa
Indonesia). Jakarta.
Nuzula, N., I., Armono, H., D. & Rosyid, D., M. 2016. Pengelolaan Sumber Daya
Taman Nasional Baluran untuk Ekowisata Pesisir Berdasarkan Kesesuaian dan
Daya Dukung . Mekanika Terapan dan Material Vol. 862: 161‐ 167.
Takeshi, C., Shinichi, A. & Takeshi, K. 2003. Research on Method of Human Error
Analysis using 4M4E. Special Edition Paper, JR EAST Review No. 5: 59‐65.
Zai, Q., Zhu, F. & Lu, Z. 2013. Study on the Design of Old Ports Reconstruct into
Marinas. Proceeding of the Twenty‐ third International Offshore and Polar
Engineering Anchorage, Alaska, USA, June 30‐July 5: 1277‐1280.