Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKOWISATA

POTENSI DAN EVALUASI KEBIJAKAN PARIWISATA DI KABUPATEN


BANYUWANGI

Oleh:
Muhammad Azizi
131810401052

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah Pembangunan pariwisata mendorong timbulnya kesadaran untuk


mengembang kan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan. Tahun 1996
pembangunan pariwisata alternatif muncul sebagai kritik terhadap berbagai
penyimpangan praktik pariwisata massal (mass tourism). Konsep baru inilah yang
populer dengan sebutan ekowisata. Selain itu piagam pariwisata berkelanjutan
menekankan bahwa pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang berkelanjutan
yang intinya adalah pengembangan harus menguntungkan secara ekonomi, adil
secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Perlu adanya alternatif pendekatan
kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama masyarakat lokal (Insula,1995).

Penyelenggaraan ekowisata pada dasarnya dilakukan dengan


kesederhanaan, memelihara keasliaan alam dan lingkungan, memelihara keaslian
adat istiadat, kebiasaan hidup atau the way of life, menjaga kelestarian flora dan
fauna, serta melestarikan lingkungan hidup sehingga terjadinya suatu
keseimbangan antara kehidupan manusia dengan lingkungan alam (Yoeti, 1996).

Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang


terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, sebagai pintu gerbang Pulau Jawa menuju
ke Bali. Kabupaten Banyuwangi memiliki alam cukup bagus terutama untuk flora
dan faunanya. Yaitu kawasan hutan seluas 31,72 % sedangkan lahan persawahan
meliputi 11,44 % dari keseluruhan lahan yang ada. Disamping itu kondisi pedesaan
yang masih alami juga sangat mendukung jika Banyuwangi dikembangkan sebagai
daya tarik wisata alam (Banyuwangikab.go.id).

Lima tahun terakhir, sektor pariwisata di Banyuwangi memang terus


menggeliat. Kunjungan wisatawan nusantara melonjak 161 persen dari 651.500
orang (2010) menjadi 1.701.230 orang (2015). Adapun wisatawan mancanegara
meningkat 210 persen dari kisaran 13.200 (2010) menjadi 41.000 (2015). Data
wisatawan ini diverifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata. Geliat bisnis
dan pariwisata juga ditunjukkan lewat lonjakan jumlah penumpang di Bandara
Blimbingsari Banyuwangi yang mencapai 1.308 persen dari hanya 7.826
penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015). Pariwisata juga ikut
menggerakkan ekonomi warga. Pendapatan per kapita Banyuwangi menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) melonjak 62 persen dari Rp 20,8 juta (2010) menjadi Rp 33,6
juta per kapita per tahun (2014) (Banyuwangikab.go.id).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas, maka masalah yang diangkat adalah:

1.2.1 Apa potensi Kawasan Wisata di sebagai daya tarik wisata ?

1.2.2 Bagaimana evaluasi penerapan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata di


Kabupaten Banyuwangi ?

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu sebagai berikut :

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pemahaman tentang pentingnya mengetahui


potensi serta evaluasi penerapan prinsip-prinsip, kriteria ekowisata dan upaya apa
yang harus dilakukan dari hasil kajian potensi maupun evaluasi penerapan prinsip-
prinsip dan kriteria ekowisata di Kabupaten Banyuwangi.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat serta pemerintah


Banyuwangi dalam mengelola pariwisata menuju ekowisata pada khususnya, dan
Kabupaten Banyuwangi pada umumnya dalam membuat pertimbangan maupun
kebijakan dalam pengembangan pariwisata khususnya ekowisata. Mengingat
bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki alam maupun budaya yang cukup
potensial untuk dijadikan sebagai daya tarik ekowisata.
PEMBAHASAN

1. Grand Watu Dodol

Grand Watu Dodol (GWD) merupakan salah satu destinasi wisata pantai
yang terletak di kabupaten Banyuwangi. Pantai ini terletak di antara Pantai
Bangsring dan kota utama Banyuwangi. Pantai ini masih tergolong destinasi wisata
yang baru dan sedang tahap pembangunan. Oleh sebab itu masih ada beberapa
material bangunan yang tergeletak di sisi barat dan selatan Grand Watu Dodol.
Hamparan biru lautnya sangat cantik dan eksotik. Pantai ini juga rindang karena
dikelilingi pohon kelapa dan pohon waru. Pantai ini difasilitasi dengan satu
bangunan utama, yang terlihat lebih seperti area terbuka bagi pengunjung, kafetaria,
dan toilet umum. Pemandangan dari pantai ini dapat terlihat Pulau Menjangan dan
Pulau Tabuhan. Pulau Menjangan merupakan wilayah konservasi yang berada di
Taman Nasional Bali Barat yang terkenal dengan wisata bawah lautnya. Sedangkan
Pulau Tabuhan masih berada di wilayah Banyuwangi dan juga menawarkan wisata
bawah laut (Banyuwangikab.go.id).

Produk wisata utama pantai ini yaitu wisata lautnya,terhitung adda sekitar
enam kapal tradisional milik warga sekitar yang siap mengantar pengunjung untuk
menyeberang ke Pulau Menjangan atau ke Pulau Tabuhan. Kapal tradisional itu
juga bisa melayani pengunjung yang hanya berkeliling di tengah laut dan melihat
pemandangan dari atas kapal. Meski tak menyeberang kita masih bisa menikmati
pemandangan dari pantai Grand New Watu Dodol. Ada beberapa gazebo atau balai-
balai yang bisa digunakan untuk beristirahat bersama. Di tepi-tepi pantai terdapat
bangku-bangku yang dibuat dari pohon kelapa. Sebelah selatan ada belasan kios-
kios yang menjual aneka minuman dan menu makanan. Selain itu juga terdapat area
bermain anak-anak serta wahana ATV. Pantai ini juga memiliki jembatan yang
terbentang ditengah tempat wisata untuk melihat pemandangan laut serta taman
yang indah (Banyuwangikab.go.id).
Kekurangan dari destinasi wisata pantai ini menurut saya yaitu sarana dan
prasarana yang masih kurang memadai seperti halnya tempat sampah yang masih
sedikit, kemudian masih terdapat pedagang asongan serta tidak adanya peta lokasi
wisata. Hal lain yang menjadi kekurang dari pantai ini yaitu tentang administrasi
biaya masuk dan parkir kendaraan. Tidak adanya kejelasan oleh pihak pengelola
atau pemerintah dalam hal administrasi membuat banyak oknum yang
memanfaatkan hal tersebut.

Pantai Grand Watu Dodol untuk saat ini masih dalam tahap pembangunan.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
Mohamad Yanuarto Bramuda pembangunan tersebut meliputi tiga zonasi area.
Zona privat akan dibangun resort, zona umum untuk wisatawan, dan zona minat
khusus bagi pengunjung yang ingin membuka tenda. Harapan saya untuk
pembangunan kedepannya bisa lebih baik lagi seperti halnya tempat sampah yang
memadai, cafetarian serta pusat oleh-oleh yang layak sehingga tidak ada lagi
pedagang asongan yang mengurangi kenyamanan pengunjung, kemudian perlunya
peta lokasi wisata agar pengunjung lebih mudah untuk menuju tempat-tempat di
kawasan wisata tersebut. Serta hal yang paling penting adalah adanya penetapan
administrasi atau biaya masuk di pantai ini agar tidak menimbulkan kerancuan
dalam hal administrasi dan mencegah oknum-oknum untuk berbuat curang.

2. Pantai Cacalan

Pantai Cacalan mungkin tidak sepopuler pantai lain di Banyuwangi, namun


sebenarnya pantai ini sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Banyuwangi.
Namun karena belum dilengkapi sarana yang memadai dan belum dikembangkan
secara serius, membuat keberadaan pantai ini seakan "terlewatkan" masuk dalam
destinasi wisata. Pantai Cacalan yang berada di lingkungan Sukowidi, Kelurahan
Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi ini cukup strategis. Jaraknya
hanya sekitar 5 km dari Banyuwangi kota ke arah Pelabuhan Ketapang. Dari jalan
raya, berjarak kurang dari 1 km. Hal yang menarik, jalan masuk menuju pantainya
bernama jalan Lundin. Nama tersebut diambil dari Lundin Industry Invest yang
merupakan perusahaan galangan kapal yang memproduksi kapal militer berbasis
teknologi Swedia yang berdiri tahun 2001. Perusahaan ini mampu menciptakan
kapal-kapal perang canggih berkelas dunia. Ada 16 produk kapal dengan kategori
kapal militer, komersial, rekreasi dan untuk kepentingan SAR yang dihasilkan PT
Lundin dengan merk North Sea Boats (Pawitra dan Taufiq, 2014).

Wisata Pantai Cacalan dibagi dua area. Satu area seluas 1,2 hektar di
sepanjang garis pantai. Sedangkan 2,2 hektare lainnya digunakan untuk kuliner dan
arena bermain. Pantai Cacalan yang bergaris pantai memanjang 12,5 km memiliki
hamparan pasir hitam dan ombak pantai yang kecil, sehingga aman bagi
pengunjung untuk bermain di bibir pantai. Fasilitas yang tersedia di Pantai Cacalan
mulai tempat parkir yang luas, sentra kuliner, toilet, mushola, ayunan kayu di
pinggir pantai, payung-payung peneduh, bangku dari kayu sampai arena bermain
anak. Di pantai ini juga terdapat sebuah kolam ikan air tawar.

Kekurangan dari destinasi wisata pantai cacalan ini menurut saya yaitu
sarana dan prasarana yang masih kurang memadai seperti halnya tempat sampah
yang masih minim, kemudian tempat singgah atau berteduh yang juga masih
minim, serta produk wisata yang ditawarkan juga terbatas yaitu hanya menikmati
keindahan laut. Hal lain yang menjadi kekurang dari pantai ini yaitu lagi-lagi
tentang administrasi biaya masuk dan parkir kendaraan. Pihak pengelola atau
pemerintah tidak menetapkan biaya administrasi yang jelas untuk memasuki
kawasan wisata ini, sehingga oknuk-oknum yang tidak bertanggung jawab
memanfaatkan hal tersebut.

Harapan saya untuk pantai Cacalan kedepannya bisa lebih baik lagi seperti
halnya tempat sampah yang memadai, cafetarian serta pusat oleh-oleh yang layak
juga memadai, kemudian perlunya produk wisata lain seperti halnya taman bermain
bagi anak-anak, supaya obyek wisata tersebut tidak terkesan monoton. Serta adanya
penetapan administrasi atau biaya masuk di pantai ini agar tidak menimbulkan
kerancuan dalam hal administrasi dan mencegah oknum-oknum untuk berbuat
curang. Selain itu pemerintah harusnya juga harus ikut andil dalam pengelolaan
pantai ini, karena menurut masyarakat di pantai tersebut dana untuk membenahi
dan mempercantik pantai Cacalan ini bahkan tanpa melalui dana APBD, melainkan
dana dari CSR perusahaan yang ada serta hasil dari swadaya masyarakat.

3. Pantai Boom

Pantai Boom merupakan pantai yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Pantai


ini terletak di Kelurahan Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi, Banyuwangi,
Jawa Timur. Seperti pantai-pantai lainnya, Pantai Boom juga menyediakan fasilitas
yang hampir sama. Seperti kursi pantai dengan payungnya yang khas. Para
pengunjung bisa duduk bersantai menikmati keindahan Pantai Boom. Di sekitar
pantai, juga terdapat berbagai fasilitas yang telah disediakan oleh para pengelola
pantai ini. Fasilitas tempat makan, tempat duduk untuk berjemur, dan juga payung
yang dengan mudah ditemui pada pantai ini (Rosyid, 2016).

Setelah sebelumnya sempat tidak terkelola dengan baik, pantai ini kini
terbilang sudah cukup terawat. Para penduduk setempat yang berdagang di sekitar
pantai kini telah menempati kios-kios baru yang lebih rapi, berbagai macam
fasilitas untuk pengunjung seperti kursi dan juga payung telah disedikan, dan
sampah-sampah di sekitar pantai juga mulai berkurang. Sebelumnya, citra Pantai
Boom sempat tercoreng setelah lokasi pantai ini dipenuhi dengan sampah dan juga
dijadikan sebagai salah satu wilayah prostitusi. Meskipun begitu, hingga saat ini,
pemerintah setempat telah berusaha untuk memperbaiki citra objek wisata pantai
yang cukup populer di Banyuwangi ini (Rosyid, 2016).

Pantai Boom merupakan lahan milik perusahaan swasta bernama PT.


Pelindo III. Pantai ini sebelumnya difasilitasi oleh pemerintah daerah, hingga saat
ini telah diambil alih secara legal oleh PT. Pelindo. Perusahaan ini bekerjasama
dengan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sekarang sedang dalam pembangun
sebuah proyek bernama 'Eco-Adventure', sejenis kawasan wisata air yang dibangun
untuk olahraga air untuk menarik pengunjung secara komersial (Darmawan dan
Khomsin, 2016).
Kekurangan dari Pantai Boom ini menurut saya yaitu pengelolaan yang
masih kurang baik seperti halnya minimnya tempat sampah, toilet dan tempat
ibadah yang kurang memadai serta lahan parkir kendaraan yang kurang optimal.
Hal lain yang menjadi kekurang dari pantai ini yaitu lagi-lagi tentang administrasi
biaya masuk dan parkir kendaraan. Pihak pengelola memang menuliskan besaran
biaya masuk dan parkir kendaraan, tetapi kenyataan dilapangan berbeda dengan
biaya tersebut. Petugas meminta biaya lebih dibandingkan dengan biaya yang
tertera di papan penanda dengan alasan untuk biaya administrasi pengelolaan.

Harapan saya untuk Pantai Boom kedepannya bisa lebih baik lagi seperti
halnya tempat sampah yang memadai, toilet dan tempat ibadah yang layak,
kemudian perlunya produk wisata lain seperti halnya taman bermain ataupun olah
raga air seperti jet ski, snorkeling dan lain-lain. Kemudian pemerintah Banyuwangi
seharusnya lebih tegas lagi dalam pengaturan biaya administrasi untuk masuk ke
tempat wisata di Kabupaten Banyuwangi. Pantai-pantai yang saya kunjungi di
Kabupaten Banyuwangi masih rancu dalam hal administrasi, sehingga
menimbulkan kerugian bagi pengunjung serta dalam jangka panjang juga akan
berdampak pada pemasukan daerah di kabupaten Banyuwangi sendiri.

4. Taman Sritanjung
Taman Sritanjung Banyuwangi merupakan salah satu ikon kota
Banyuwangi. Lokasi Taman Sritanjung berada di tengah kota dari Kabupaten
Banyuwangi, yang masih didasarkan pada sistem tata letak macapat yaitu sistem
tata kota yang didasarkan pada jumlah empat dengan pusat kota berada di tengah-
tengah dengan beberapa fasilitas pendukung berupa bangunan-bangunan penting,
seperti kraton, tempat ibadah, pasar serta penjara yang tersebar di empat penjuru
mata angin dengan alun-alun sebagai representasinya (Avinda et al, 2016).
Nama Sritanjung diambil dari nama tokoh wanita dalam Legenda
Banyuwangi. Mulanya, Taman Sritanjung disebut sebagai Lapangan Tegal Masjid
karena letaknya yang berada di depan Masjid Agung Baiturrahman. Kini, taman ini
digunakan untuk rekreasi keluarga dan tempat berkumpul. untuk sekadar duduk-
duduk bersantai atau pun menikmati jajanan sekitar. Letaknya yang berada di
tengah kota membuat taman ini sepertinya mempunyai fasilitas yang lumayan
untuk sebuah taman, mulai dari jogging track yang mengitari sepanjang Taman
Sritanjung, batu refleksi yang terletak di tengah jogging track
(Banyuwangikab.go.id).
Fasilitas serta sarana dan prasarana di Taman Sritanjung sudah sangat
memadai seperti adanya area cafetaria, taman bermain, tempat duduk dan lain-lain.
Serta pengelolaan kebersihan Taman juga sangat baik, mungkin yang harus
dioptimalkan lagi yaitu mengacu pada sistem tata letak kota yang menganut sistem
macapat, pemerintah Banyuwangi sendiri mengclaim sistem tata letak kotanya
menganut sistem macapat tetapi pada kenyataannya hanya terdapat 3 bangunan
penting yang mengelilingi alun-alun ini. Bangunan tersebut meliputi Pendapa
Swagata Blambangan di sebelah utara, Masjid Agung Baiturrohman di sebelah
barat dan Pasar Banyuwang di sebelah selatan. Pada sisi timur dulunya merupakan
penjara yang kini berubah fungsi menjadi Mall of Sritanjung yang sepertinya masih
terbengkalai dalam pengelolaan serta pengoprasiannya.
KESIMPULAN

Berkembangnya potensi pariwisata di Kabupaten Banyuwangi harus di


iringi oleh jumlah wisatawan yang datang. Salah satu cara untuk mendatangkan
wisatawan adalah dengan menggunakan media promosi yang tepat sasaran dan
sesuai target market. Hal tersebut juga harus disertai dengan sarana dan prasana
yang mendukung. Peran pemerintah juga sangat penting dalam menyikapi berbagai
aspek permasalahan dalam sistem kepariwisataan. Strategi promosi yang efektif
merupakan hal yang sangat esensial dalam pengembangan pariwisata di suatu
daerah. Bauran promosi (promotion mix) merupakan salah satu alat pemasaran
yang tepat dari Kabupaten Banyuwangi dimana pembuat dan penyusun strategi
adalah manajemen puncak yang dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Namun hal tersebut belum dibarengi dengan
meratanya persebaran wisatawan ke daya tarik wisata yang sampai saat ini masih
terfokus kepada daya tarik wisata alam yang umum.
DAFTAR PUSTAKA

Avinda, B., I Nyoman, S. dan Oka, K. 2016. Strategi Promosi Banyuwangi Sebagai
Destinasi Wisata. Jurnal IPTA Vol. 4 No. 1, 2016.

Darmawan, D. dan Khomsin. 2016. Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana


Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi. Jurnal Teknik ITS Vol. 5,
No. 2, 2016.

Insula. 1995. Meretas Jalan Ekowisata. Bali: Udayana Press.

Pawitra, M. dan Taufiq Rahman. 2016. Peran Direktorat Jendral BEA dan Cukai
dalam Hukum Kepabeanan Terhadap Kawasan Berikat PT Lundin
Industry Invest ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
tentang Kepabeanan. Jurnal Reposity Universitas Gadjah Mada.

Rosyid, A. 2016. Analisis Kesiapan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) pada


Rencana Pengembangan Boom Marina di Kabupaten Banyuwangi
sebagai Dermaga Kapal Wisata dalam Tinjauan Pariwisata
Berkelanjutan. Jurnal Reposity Universitas Gadjah Mada.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Penerbit Angkasa

http://banyuwangikab.go.id/ (diakses pada 20 Desember 2017).

Anda mungkin juga menyukai