RIZA FIRMANSYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Riza Firmansyah
NIM P052120131
RINGKASAN
Gelung Beach is a tourism area which has not yet intensively managed in
Situbondo. Abrasion, causing many trees uprooted because eroded by sea waves.
Another problem is there are tourism activities that may lead to negative activities.
Currently, Gelung Beach condition is less preserved, so there are seen so much
garbage that can disrupt and damage the ecosystem in the area. Therefore, the
concept of the tourism area management that could improve the quality of natural
resources based on its function and benefit is required. The concept of development
area that utilize natural resources and the environment for tourism activities and at
the same time preserving environmental, social and cultural sustainability for the
benefit of present and future, ie. the concept of sustainable tourism.
Data collection method was carried through literature review, interviews and
field observations. The data collected included tourism potential, visitors and
management of Gelung Beach. The tourism potential data consisted of physical,
biological and socio-cultural potential. Furthermore, tourism suitability analysis
aimed at analyzing the suitability and ability of the region to support all kinds of
tourism activities was conducted. Visitors in this study were consisted of actual and
potential visitors. Visitor data collection related to the tourism development of
Gelung Beach was carried out by conducting interview using indepth interview
method to the relevant institutions.
The results showed that the Gelung beach area have several Strength, namely
coastal ecosystems, social culture, cultivation and ease of access. The Weakness of
Gelung beach area consisted of illegally coral reefs retrieval by community, the
decreased of environmental cleanliness caused by the visitors activities and stalls
around the beach which throw the garbage everywhere, community perception to
tourism development ie. to bring as many tourists, community participation in
tourism activities which are only concerned to their income and local art that began
to be abandoned by society. Gelung beach area also have Opportunities that could
be exploited for the development of tourism, which provide employment and
business opportunities, RDTR Situbondo arrange that Gelung beach area is one of
the first priorities of tourism development, other tourism places such as Pasir Putih
that become mass tourism and perception of potential visitors about the tourism
development which is more concerned with the environment. The Threat that could
hinder the development of tourism in Gelung beach area is the highly demand of
coral reefs as ornaments and souvenirs, the lack of government support for the
development of tourism, the less concerned government policy to the preservation
of natural resources and the replacement of local culture and art by modern art.
Based on the identification of Strengths, Weaknesses, Opportunities and
Threats, the Gelung beach area is the beach tourism area with physical, biological
and socio-cultural development as a tourism attraction. However, current
environmental conditions of this beach is in the damaged area. Therefore, tourism
development is directed at tourism activities which aimed at repairing the
environmental damage to the first condition or in accordance with the functions and
benefits. Tourism development in Gelung Beach also invites all interested parties
to participate in an active role in conserving natural resources in the region, so that
tourism activities can continue and at the same time can still use natural resources
without damaging and the benefits can be felt by todays and future generations.
Several factors need to be considered in the development of sustainable
tourism in Gelung Beach are: (1) Reparation and arrangement of environment.
Sustainable tourism development is expected to prevent activities that cause
environmental damage in Gelung Beach. Local Government as an area manager is
responsible for improving the quality of the environment in Gelung Beach. (2)
Utilization of natural resources in a sustainable manner. Natural resources are a
major attraction in tourism activities. The involvement of local communities in the
management process of surrounding area of Gelung Beach, from planning,
implementation and evaluation, can raise awareness and a sense of responsibility
towards the preservation of natural resources. (3) Socio-cultural society.
Tourism can provide impact on the social and cultural community in the
tourism areas, either positive or negative impact. Sustainable tourism development,
encourage positive impact on social values and local culture, and manage any
negative impacts. (4) The integration of sustainable tourism into planning.
Integration planning for sustainable development both at a local, national and
regional indispensable. This is done in order to issue the uncontradictory policies.
(5) Support the local economy. Sustainable use of natural resources in the tourism
area of Gelung Beach should be able to provide equitable benefits to all relevant
stakeholders, including employment and business opportunities for local
communities, so that the welfare of the people around Gelung Beach increased.
Programs in tourism activities at Gelung Beach also directed at environmental
quality improvement efforts. Such programs related to community involvement,
visitor management, policy support and local government as area manager. Tourism
program that can be done in the area of Gelung Beach are planting coral reefs
tourism (Be Fun Be Smart Be Blue), Petik laut tourism, Puppet Mask Exhibition,
Festival coast and clean beaches, black sand tourism, cultivation tourism and
environmentally friendly souvenir.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGEMBANGAN WISATA BERKELANJUTAN DI PANTAI
GELUNG SITUBONDO
RIZA FIRMANSYAH
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Penguji luar komisi pada ujian Tesis : Dr Ir Achmad Fakhrudin, MSc
PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih, atas segala
karunia dan pertolongan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan November 2013 ini adalah wisata
berkelanjutan, dengan judul “Pengembangan Wisata Berkelanjutan di Pantai Gelung
Situbondo”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr EKS Harini Muntasib selaku Ketua
Komisi Pembimbing, Bapak Dr Ir Fredinan Yulianda selaku Anggota Komisi Pembimbing
dan Bapak Dr Ir Achmad Fakhrudin selaku penguji luar komisi serta Ibu Dr Ir Lailan
Syaufina selaku pimpinan sidang pada ujian tesis atas segala saran, bimbingan, arahan,
motivasi dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan SEAMEO SEARCA (Southeast Asian
Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture), yang telah memberikan
beasiswa penuh untuk pelaksanaan perkuliahan dan penyelesaian tesis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Situbondo, Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah kabupaten Situbondo, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
kabupaten Situbondo dan Kepala Dinas Pertanian kabupaten Situbondo, Camat kecamatan
Panarukan kabupaten Situbondo dan Kepala Desa Gelung kabupaten Situbondo serta
masyarakat Desa Gelung Kecamatan Panarukan atas bantuan dan kerjasamanya dalam
memberikan informasi yang diperlukan. Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Sahid Hudjimartsu atas bantuannya dan rekan-rekan seperjuangan
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Angkatan 2012 atas
kebersamaannya, diskusi, masukan dan bantuan selama mengikuti pendidikan di PSL IPB.
Kepada keluarga tersayang, Ibunda Nanik Sumarini dan Ayahanda Gatot Afandy serta adik
Dian Pramita yang selalu memberi semangat dan do’a, penulis ucapkan terima kasih.
Penghargaan secara khusus buat Istri penulis Tika Tresnawati yang dengan sabar dan penuh
pengertian mendampingi selama menyelesaikan studi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Riza Firmansyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pemikiran 2
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
2 METODE 7
Waktu dan Tempat 7
Pengumpulan Data 7
Masyarakat 10
Pengunjung 11
Pengelola 11
Analisis Kesesuaian Wisata 12
Strategi Pengembangan Wisata Berkelanjutan 12
Identifikasi faktor internal dan eksternal 12
Strategi Pengembangan Wisata Berdasarkan SWOT 13
Pengembangan Wisata berkelanjutan Pantai Gelung 14
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Potensi Fisik, Biologi dan Sosial Budaya 15
Potensi Fisik 15
Potensi Biologi 16
Potensi Sosial Budaya 19
Air Bersih 26
Infrastruktur 28
Kesesuaian Wisata Pantai 29
Keinginan Pengunjung 31
Karakteristik pengunjung 31
Motivasi pengunjung 32
Persepsi pengunjung 33
Saran dan Harapan pengunjung 35
Perencanaan Pengelola 35
Pengelola 35
Peran Pemerintah Daerah 35
Strategi Pengembangan Wisata Berkelanjutan Pantai Gelung 38
Identifikasi Faktor Internal dan eksternal 38
Analisis pendekatan SWOT 41
Pengembangan Wisata Berkelanjutan di Pantai Gelung. 44
DAFTAR ISI (lanjutan)
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Keinginan pengunjung
Analisis terkait kelestarian
kesesuaian wisata sumberdaya alam dan
lingkungan
Analisis persepsi
Prinsip Wisata
Berkelanjutan
Analisis SWOT
Strategi
Pengembangan
Wisata Berkelanjutan
Analisis Keterpaduan
antara hasil SWOT dan hasil
kesesuaian wisata
Pengembangan Wisata
Pantai Gelung yang
Berkelanjutan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
2 METODE
Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan
No Jenis Data Informasi yang Dikumpulkan
Data
a) Tumbuhan dan satwa (darat dan
laut), terkait :
Pengamatan langsung Jenis
2. Biologi dilapang dan studi Habitat
pustaka Lokasi keberadaannya
Waktu
b) Keunikan ekosistem
a) Struktur sosial masyarakat
b) Ritual adat
c) Kesenian masyarakat lokal
d) Kepercayaan (diantara
Pengamatan langsung masyarakat, pada pemerintah dan
Sosial budaya dilapang, studi pustaka pada organisasi non-pemerintah)
3.
masyarakat dan wawancara institusi e) Keterbukaan masyarakat lokal
terkait/masyarakat f) Hubungan masyarakat dengan
pendatang
g) Harapan masyarakat terkait
pengembangan wisata
berkelanjutan Pantai Gelung
a) Fasilitas wisata
Wawancara pengelola,
Aksesbilitas dan b) Aksesbilitas yang telah tersedia
4. institusi terkait dan
fasilitas wisata (keadaan jalan dan jalur wisata
masyarakat
yang digunakan)
Metode Pengumpulan
No Pengelola Informasi yang Dikumpulkan
Data
Olahraga b) Rencana pengembangan wisata
(Disparbudpora) berkelanjutan di Pantai Gelung
Kabupaten c) Permasalahan dalam
Situbondo pengembangan wisata
berkelanjutan di Pantai Gelung
a) Perencanaan wisata di Pantai
Badan
Gelung
Perencanaan
Wawancara dan studi b) Rencana pembangunan daerah
2. Daerah (Bappeda)
pustaka terkait dengan pengembangan
Kabupaten
wisata berkelanjutan di Pantai
Situbondo
Gelung
a) Data tentang lingkungan fisik dan
biologi di Pantai Gelung
Dinas Kelautan b) Data terkait dengan budidaya
dan Perikanan Wawancara dan studi rumput laut dan perikanan di
3.
(DKP) Kabupaten pustaka kawasan Pantai Gelung
Situbondo c) Data penunjang terkait dengan
kegiatan wisata berkelanjutan di
Pantai Gelung
a) Mengetahui siapa saja yang
bertanggung jawab terhadap
Dinas Pertanian
pengelolaan hutan sekitar Pantai
(Sub Dinas
Wawancara dan studi Gelung
4. Kehutanan)
pustaka b) Bagaimana rencana pengelolaan
Kabupaten
yang akan dilakukan terkait
Situbondo
dengan kegiatan wisata
berkelanjutan di Pantai Gelung
a) Bentuk pengelolaan kawasan
Pemerintah
Pantai Gelung sebelumnya
5. Daerah tingkat Wawancara
b) Rencana pengelolaan Pantai
Kecamatan.
Gelung.
a) Bentuk pengelolaan kawasan
Pemerintah
Pantai Gelung sebelumnya
6. Daerah tingkat Wawancara
b) Rencana pengelolaan Pantai
Desa.
Gelung.
Masyarakat
Pada penelitian ini, masyarakat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : (1)
masyarakat yang terlibat langsung, (2) masyarakat yang terlibat tidak langsung, dan
(3) masyarakat tidak terlibat. Wawancara terhadap masyarakat dibantu dengan
daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pengambilan sampel masyarakat dilakukan berdasarkan keterwakilan umur, jenis
kelamin dan pekerjaan. Wawancara dilakukan terhadap masyarakat dengan
kelompok umur 15-25 tahun untuk mewakili masyarakat usia muda, kelompok
masyarakat umur 26-35 tahun untuk mewakili masyarakat dewasa muda, kelompok
masyarakat umur 36-45 untuk mewakili masyarakat dewasa tua dan kelompok
11
masyarakat umur 46-60 tahun untuk mewakili masyarakat usia tua. Penentuan
kelompok umur dari sampel dengan mempertimbangan bahwa sampel dapat
mengambil keputusan dan berpikir secara positif dalam mengambil tindakan serta
diharapkan dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya
pengambilan sampel masyarakat dilakukan berdasarkan keterwakilan (2) jenis
kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, dan (3) pekerjaan, yaitu nelayan, petani
dan pedagang. Metode penentuan responden masyarakat adalah dengan sengaja
atau dengan metode purposive sampling.
Pengunjung
Wawancara terhadap pengunjung Pantai Gelung dibantu dengan daftar
pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jenis data
yang dikumpulkan adalah tujuan dan pola kunjungan, penilaian dan harapan, dan
saran pengunjung tentang pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai Gelung.
Pengunjung dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
pengunjung aktual dan pengunjung potensial. Pengambilan sampel pengunjung
aktual didapat dari pengunjung kawasan Pantai Gelung yang sedang ada di lokasi
wisata Pantai Gelung, sedangkan pengambilan data dan informasi dari pengunjung
tersebut dilakukan dengan keterwakilan umur dan jenis kelamin. Untuk
keterwakilan umur, sampel pengunjung yang akan diwawancara adalah kelompok
umur 15-25 tahun untuk mewakili masyarakat usia muda, kelompok masyarakat
umur 26-35 tahun untuk mewakili masyarakat dewasa muda, kelompok masyarakat
umur 36-45 untuk mewakili masyarakat dewasa tua dan kelompok masyarakat
umur 46-60 tahun untuk mewakili masyarakat usia tua. Selanjutnya pengambilan
sampel pengunjung aktual dilakukan berdasarkan keterwakilan (2) jenis kelamin,
yaitu laki-laki dan perempuan.
Pengambilan sampel pengunjung potensial menggunakan metode purposive
sampling, yang didapat dari masyarakat yang tidak berada di lokasi wisata tetapi
mempunyai kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam di kawasan Pantai
Gelung. Selain itu, sampel dapat juga berasal dari penulis blog wisata yang pernah
berkunjung ke pantai Gelung. Penentuan kelompok umur dari sampel, dengan
mempertimbangan bahwa sampel dapat mengambil keputusan dan berpikir secara
positif dalam mengambil tindakan serta diharapkan dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya pengambilan sampel masyarakat dilakukan
berdasarkan keterwakilan (2) jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan, dan (3)
pekerjaan, yaitu nelayan, petani dan pedagang.
Pengelola
Pengumpulan data pengelolaan dilakukan dengan wawancara, dengan
menggunakan metode indepth interview, meliputi pengelola yang bertanggung
jawab terhadap Pantai Gelung, pengembangan yang telah dilakukan, rencana
pengembangan, sejarah kawasan dan rencana pembangunan daerah terkait dengan
pengembangan wisata berkelanjutan.
12
𝑁𝑖
𝐈𝐊𝐖 = ∑ [ ] 𝑥 100%
𝑁𝑚𝑎𝑘𝑠
Keterangan :
IKW = Indeks Kesesuaian Wisata
Ni = Nilai Parameter ke-i (Bobot x skor)
N maks = Nilai dari suatu kegiatan wisata
Potensi Fisik
1 Pasir Hitam
Pantai Gelung mempunyai karakteristik pantai yang berbatu dan berpasir
hitam. Pasir hitam di Pantai Gelung merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan
(Gambar 3.1). Beberapa pengunjung yang datang ke Pantai Gelung hanya untuk
membenamkan kaki mereka di pasir hitam. Berdasarkan wawancara dengan
masyarakat sekitar, dengan membenamkan kaki di pasir hitam tersebut dapat
menyembuhkan penyakit seperti rematik dan asam urat.
Gambar 0.1 Hamparan pasir hitam yang digunakan sebagai media penyembuhan
rematik oleh pengunjung
2 Tumpukan Batu
Tumpukan batu yang berada di kawasan Pantai Gelung pada koordinat
113o59’20.62BT dan 7o38’30.67 LS ini merupakan penghalang arus laut yang
dibangun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo yang belum
selesai dibangun. Tumpukan batu yang biasa dikenal dengan Dermaga batu ini
mempunyai jarak 200 meter ke arah laut dan menjadi obyek wisata tersendiri bagi
pengunjung, karena menjadi lokasi fotografi, memancing dan menjaring ikan yang
ramai dikunjungi (Gambar 3.2).
3 Pemandangan Lepas
Pemandangan lepas di kawasan Pantai Gelung memperlihatkan suatu bentang
alam yang memiliki daya tarik wisata pantai dengan kondisi pantai berbatu dan
ombak pantai yang tenang (Gambar 3.4). Selain itu, banyak pengunjung yang
menunggu saat matahari terbenam untuk mengambil gambar, karena saat matahari
terbenam pemandangan kawasan tersebut semakin menarik.
Potensi Biologi
1 Kerapu
Kawasan Pantai Gelung secara alami terdapat ikan kerapu. Kerapu
merupakan salah satu jenis ikan komersial yang mempunyai nilai jual mahal. Jenis
17
kerapu yang paling sering ditemui adalah Kerapu Macan dan Kerapu Sunu (Gambar
3.5). Kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai warna dasar hitam,
berbintik-bintik rapat dan bagian pinggir sirip lainnya berwarna coklat kemerahan
(Hasyim 2003). Kerapu sunu (Plecropomus maculatus) yang dikenal sebagai coral
trout sering ditemukan di perairan berkarang. Warna tubuhnya merah kecoklatan,
yang dapat berubah warna apabila dalam kondisi stres. Mempunyai bintik-bintik
biru bertepi warna lebih gelap (Hasyim 2003).
(b)
(a) (c)
Gambar 0.5 Beberapa jenis Kerapu yang terdapat di kawasan Pantai Gelung. (a)
Epinephelus fuscoguttatus (Kerapu macan), (b) Epinephelus merra
(Kerapu tikus), (c) Plecropomus maculatus (Kerapu sunu)
2500
2000 1160
1500 748
450
1000 72 36
500
0
Desa
Gambar 0.6 Luas budidaya kerapu di Kabupaten Situbondo
2 Rumput Laut
Pantai Gelung memang secara alami tidak terdapat rumput laut, tetapi di
kawasan Pantai Gelung ini merupakan salah satu sentra budidaya dan produksi
rumput laut di Situbondo. Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Situbondo tahun 2013, jumlah pembudidaya Rumput Laut di Desa
18
Gelung mencapai 129 pembudidaya dengan 345 ancak (Keramba rumput laut) atau
sekitar 4,5 hektar, dimana mayoritas rumput laut yang dibudidayakan adalah jenis
Eucheumma cottoni (Gambar 3.7).
2500
2040
2000
1500
Luas (Ancak)
1000
470 345
500 275
10 40 25 30 26 101 42 60
10
0
Desa
Gambar 0.7 Luasan budidaya rumput laut di Kabupaten Situbondo
musim ubur-ubur tersebut datang, hal tersebut merupakan daya tarik tersendiri bagi
pengunjung yang ingin melihat secara langsung.
Gambar 0.8 Potensi tumbuhan dan satwa di Pantai Gelung. (a) Mahoni; (b)
Sengon; (c) Cemara udang; (d) kegiatan memancing; (e) Kelomang
darat dan (f) Burung kunthul putih.
Selain potensi fisik dan biologi, kawasan Pantai Gelung mempunyai potensi
sosial budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata. Potensi sosial budaya
merupakan kegiatan dan hasil karya masyarakat Desa Gelung yang dapat menjadi
obyek wisata. Potensi sosial budaya masyarakat Desa Gelung adalah sebagai
berikut :
1. Kesenian
Masyarakat Desa Gelung mempunyai tradisi yang unik dalam merayakan
sesuatu, seperti upacara petik laut dan pagelaran wayang topeng. Berikut
merupakan kesenian masyarakat yang dapat menjadi obyek wisata di Desa Gelung :
berebut mendapatkan sesaji tersebut dan mereka juga menyiramkan air yang
dilewati sesaji ke seluruh badan perahu. Hal ini dilakukan karena mereka
percaya bahwa sesaji tersebut dapat membawa berkah dan keberuntungan bagi
mereka. Namun saat ini, upacara petik laut sangat jarang ditemukan kembali,
karena membutuhkan biaya yang besar dan banyak nelayan yang berpindah
profesi sebagai petani, sehingga mencari ikan bukan mata pencaharian mereka.
Hal tersebut yang menyebabkan upacara ini ditinggalkan karena merasa tidak
diperlukan lagi untuk melakukannya.
2 Produksi makanan
a) Produksi rengginang dan kerupuk ikan
Desa Gelung merupakan salah satu Desa di Kecamatan Panarukan yang
mempunyai daya tarik wisata yang tidak hanya pantai, tetapi juga wisata
kuliner. Desa Gelung merupakan sentra produksi rengginang dan krupuk
(Gambar 3.11). Banyak pengunjung dari luar kota Situbondo yang datang ke
Desa Gelung hanya untuk membeli rengginang dan kerupuk ikan di kawasan
tersebut.
(a)
(b)
Gambar 0.11 Industri rumah tangga Desa Gelung. (a) krupuk ikan, (b)
rengginang.
b) Machu
Machu merupakan makanan khas Situbondo, yang terbuat dari kulit ikan
dan wijen (Gambar 3.12). Desa Gelung merupakan sentra produksi machu,
namun saat ini di desa Gelung hanya terdapat seorang pembuat machu.
Berdasarkan hasil wawancara, mahal harga bahan baku dan rendahnya daya
beli masyarakat menyebabkan banyak pembuat machu beralih ke usaha lain
yang lebih mudah untukmendapatkan bahan baku dan pemasarannya.
22
3 Rumah adat
Rumah adat Situbondo disebut “Tabing Tongkok”adalah suatu bangunan
tradisional yang terbuat dari kayu, dimana teras dan ruang tamunya berada di ruang
terbuka, sedangkan tempat tidur dan dapur berada dibagian belakang (Gambar
3.13a). Di Desa Gelung masih banyak terdapat rumah adat dan tata rumah adat ini
biasanya dalam satu halaman terdapat 2-3 kepala rumah tangga dimana masing-
masing tinggal di rumah adat tersebut, atau yang disebut ‘Tanian Lanjheng’
(Gambar 3.13b).
(a)
(b)
Gambar 0.13 (a) Rumah ’Tabing Tongkok’ dan (b) konsep ‘Tanian Lanjheng’
Desa Gelung
23
4 Masyarakat
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan, diperoleh hasil
sebagai berikut :
a Karakteristik masyarakat
Karakteristik sosial masyarakat sekitar Pantai Gelung adalah sebagai berikut
(Tabel 3.1).
Masyarakat sekitar Pantai Gelung sebagian besar mempunyai umur antara 26-
35. Kelompok umur tersebut merupakan kelompok usia produktif, yang dapat
menjadi modal dalam pengembangan wisata karena pada usia tersebut terbuka
peluang untuk melakukan berbagai kegiatan, sehingga lebih banyak masyarakat
yang dapat berpartisipasi. Namun partisipasi tersebut harus dikendalikan untuk
menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Tingkat pendidikan masyarakat sekitar Pantai Gelung masih rendah, hal ini
dapat dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulusan SMP (50 %).
Pendidikan formal dalam pengembangan wisata berkelanjutan bukan hal yang
utama, tetapi pengetahuan lokal yang mampu menjaga kelestarian alam merupakan
kekuatan utama dalam pengelolaan wisata di Pantai Gelung.
Sebagian besar masyarakat di sekitar Pantai Gelung mempunyai mata
pencaharian petani terutama tanaman padi, jagung dan tebu. Masyarakat sekitar
Pantai Gelung sebagian besar merupakan etnis madura, sehingga bahasa dan
kebudayaannya mirip dengan budaya Madura. Masyarakat Desa Gelung merupakan
masyarakat yang patuh dan mengikuti apa yang menjadi ketentuan adat di kawasan
tersebut, salah satunya adalah saat nelayan yang akan berlayar mencari ikan, setiap
awal bulan (menurut kalender islam) harus menanyakan terlebih dahulu kepada
tetua adat setempat tentang keselamatan, keberkahan dan peluang mereka
mendapatkan ikan. Selain itu, masyarakat sekitar Pantai Gelung ini dapat
24
bersosialisasi dengan baik, ini dibuktikan dengan awal kunjungan penelitian yang
langsung mendapat sambutan sangat baik dan ramah.
Masyarakat sekitar juga sangat mendukung rencana pengembangan wisata
Pantai Gelung, dengan harapan bahwa pengelolaan Pantai Gelung menjadi lebih
baik sehingga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan tetap menjaga
kelestarian sumberdaya alam di kawasan Pantai Gelung.
b Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat adalah pengetahuan dan pandangan mereka terhadap
pengembangan wisata berkelanjutan di kawasan Pantai Gelung. Persepsi
masyarakat dapat diketahui dari pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap
kawasan Pantai Gelung sebagai kawasan wisata pantai, pengetahuan terhadap
tujuan wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan Pantai Gelung, keinginan
terlibat langsung dalam pengembangan dan keinginan berpartisipasi lebih aktif
dimasa mendatang di sajikan pada tabel 3.2.
desa Gelung, sehingga masyarakat berhak mengelola kawasan tersebut. Selain itu,
masyarakat sekitar pantai Gelung ingin berpartisipasi dalam pengembangan wisata
di kawasan tersebut untuk menambah penghasilan mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat
terhadap pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan Pantai Gelung
masih kurang, sehingga untuk pemahaman mengenai pelestarian di dalam wisata
berkelanjutan itu sendiri, harus ditingkatkan melalui penyuluhan dan kegiatan yang
berhubungan dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
c Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat terhadap pengembangan wisata berkelanjutan di
kawasan Pantai Gelung dapat dilihat dari tingkat pengetahuan masyarakat sekitar
mengenai lokasi obyek wisata yang potensial di kawasan tersebut dan peluang
pekerjaan sampingan yang berhubungan dengan kegiatan wisata. Selain itu juga
dapat dilihat dari partisipasi dan keinginan masyarakat untuk ikut terlibat langsung
dalam pengelolaan kawasan dan pengembangan wisata berkelanjutan di kawasan
Pantai Gelung (Tabel 3.3).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 0.14 (a) Terumbu karang di penampungan; (b) Terumbu karang untuk
souvenir; (c) dan (d) Kondisi terumbu karang di Pantai Gelung
yang rusak
Air Bersih
Air bersih yang terdapat di kawasan Pantai Gelung, yang dapat digunakan
untuk umum sangat jernih pada kondisi normal (tidak ada hujan). Air bersih
tersebut diusahakan secara swadaya oleh masyarakat untuk kepentingan wisata.
Masyarakat mendapatkan air bersih tersebut dengan cara menggunakan sumur bor
27
sedalam lebih dari 30 meter (Gambar 3.15). Masyarakat juga membangun bilik-
bilik-bilik kecil yang digunakan sebagai kamar mandi. Jarak sumber air tersebut
dengan lokasi wisata sangat dekat, yaitu kurang dari 100 meter (Gambar 3.16).
Infrastruktur
Jalan darat antara pusat kota Situbondo dengan Pantai Gelung seluruhnya
telah diaspal. Lebar jalannya 3-5 meter (Gambar 3.17) dan terdapat 2 jalur menuju
ke Pantai Gelung, Jalur timur dan jalur barat (Gambar 3.17). Jalur timur berjarak 5
km dari pusat kota dengan melalui 2 kecamatan, yaitu Kecamatan Panji dan
Kecamatan Mangaran. Jalur barat berjarak 6 km dari pusat kota dengan melalui 1
kecamatan, yaitu Kecamatan Panarukan. Sedangkan waktu tempuh dari pusat kota
ke Pantai Gelung sekitar 30 menit.
Gambar 0.18 Peta jalur menuju ke Pantai Gelung dari pusat kota Situbondo
29
Gambar 0.20 Peta kesesuaian wisata pantai lokasi pertama dengan kategori cukup
sesuai
Sedangkan lokasi kedua (Gambar 3.21) terletak di sebelah timur dengan luas
area 7149.29 m2 sepanjang 526.82 meter. Area ini pantainya didominasi oleh pasir
hitam, merupakan lahan terbuka, kecerahan perairan yang mencapai 91.5%, sangat
dekat dengan sumber air tawar yaitu kurang dari 100 meter, tidak ada biota
berbahaya di kawasan tersebut dan arus laut di pantai Gelung menurut
Disparbudpora (2010) berkisar antara 0.05-0.1 m/detik.
Gambar 0.21 Peta kesesuaian wisata pantai lokasi kedua dengan kategori cukup
sesuai
31
Keinginan Pengunjung
a Karakteristik pengunjung
b Motivasi pengunjung
pengunjung
Persentase
No. Parameter Kriteria Aktual Potensial Total
(%)
(n=12) (n=33)
d. Tumbuhan yang 0 0 0 0
menarik untuk
diamati.
e. Adanya nilai sejarah 0 0 0 0
pada kawasan Pantai
Gelung.
f. Adanya kehidupan 0 0 0 0
tradisional yang
menarik untuk
3 Sumber diamati.
informasi a. media cetak 0 0 0 0
(majalah,Koran)
b. media elektronik 0 0 0 0
(radio,TV,internet)
c. cerita dari orang 12 33 45 100
(saudara,teman,dll)
d. lainnya. 0 0 0 0
c Persepsi pengunjung
Persepsi pengunjung disini merupakan pengetahuan pengunjung terhadap
pengembangan wisata di Pantai Gelung. Pengembangan wisata di Pantai Gelung ini
bertujuan untuk melestarikan sumberdaya fisik, biologi dan sosial budaya di
kawasan Pantai Gelung. Persepsi responden terhadap pengembangan wisata dapat
dilihat pada Tabel 3.6.
Wisatawan
Parameter Persentase
No. Aktual Potensial Total
(%)
(n=12) (n=33)
Pengetahuan tentang
2 pelestarian sumberdaya alam
dan lingkungan
Pengunjung mengetahui 0 1 1 2,22
bahwa pengembangan wisata
adalah dengan pelestarian
sumberdaya alam
Pengunjung mengetahui 12 32 44 97,78
bahwa pengembangan wisata
adalah dengan penambahan
fasilitas-fasilitas wisata
Perencanaan Pengelola
a Pengelola
Sampai saat ini, di Pantai Gelung belum ada pengelolaan secara intensif, baik
dari Pemerintah Daerah maupun oleh pihak swasta. Pengelolaan kawasan sampai
saat ini dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat Desa Gelung. Masyarakat sekitar
yang juga memiliki usaha warung di sekitar pantai membentuk suatu paguyuban,
pembentukan paguyuban tersebut sebagai forum komunikasi diantara mereka.
Forum komunikasi tersebut menyangkut tentang jumlah warung, standar harga,
keamanan lingkungan pantai, kebersihan lingkungan pantai dan permasalahan
lainnya.
(a)
(b)
Tabel 0.7 Matriks perkiraan faktor internal pada kawasan wisata Pantai Gelung
Kabupaten Situbondo.
Skor Bobot Skor Total
Kekuatan (Strength)
Ekosistem Pantai
Pasir hitam 3 0.05 0.15
Dermaga batu 3 0.035 0.105
Berdasarkan analisis kesesuaian wista adalah
3 0.037 0.111
cukup sesuai untuk rekreasi pantai
Budidaya
Budidaya ikan Kerapu 3 0.07 0.21
Budidaya rumput laut 3 0.055 0.165
Sosial budaya masyarakat
Pusat produksi rengginang dan machu 3 0.029 0.087
Upacara petik laut 4 0.058 0.232
Pagelaran wayang topeng 3 0.06 0.18
Sebagian besar masyarakat sekitar merupakan
3 0.032 0.096
usia produktif
Penerimaan masyarakat sekitar yang positif
3 0.03 0.09
terhadap wisatawan
Sarana dan Prasarana
Akses jalan mudah dan dekat dengan pusat
3 0.025 0.075
kota
Kelemahan (Weakness)
Pengambilan secara liar terumbu karang -1 0.1 -0.1
Kebersihan lingkungan pantai yang semakin
-2 0.091 -0.182
menurun
Warung-warung disekitar pantai yang membuang
-2 0.074 -0.148
sampah di pantai
Persepsi masyarakat bahwa pengembangan
wisata adalah dengan mendatangkan wisatawan -1 0.088 -0.088
sebanyak-banyaknya
39
Tabel 0.8 Matriks perkiraan faktor eksternal pada kawasan wisata Pantai Gelung
Kabupaten Situbondo.
Skor Bobot Skor Total
Peluang (Opportunities)
Kesempatan kerja dan berusaha 3 0.13 0.3
Rencana tata ruang pariwisata Situbondo yang
menetapkan kawasan Pantai Gelung sebagai 4 0.15 0.48
salah satu prioritas 1 pengembangan wisata
40
Ancaman (Threats)
Permintaan terumbu karang sebagai hiasan
-1 0.16 -0.16
dan souvenir yang tinggi
Kurangnya dukungan pemerintah terhadap
-2 0.22 -0.66
pengembangan wisata
Kebijakan pemerintah yang kurang
-3 0.1 -0.2
mementingkan kelestarian sumberdaya alam
Mulai tergantikannya budaya dan kesenian
-2 0.08 -0.16
lokal oleh kesenian modern
TOTAL 1 0.29
membuka kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut
merupakan peluang karena dengan adanya pengembangan wisata, diharapkan
mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan kesempatan berusaha bagi
masyarakat sekitar Pantai Gelung. Selain itu, Pemerintah Daerah Situbondo dalam
Rencana Detail Tata Ruang Pariwisata (RDTR) yang menetapkan kawasan Pantai
Gelung merupakan prioritas pertama dalam pengembangan wisata. Oleh karena itu
dukungan dari Pemerintah Daerah tersebut merupakan peluang dalam
pengembangan wisata di Pantai Gelung. Situbondo mempunyai 2 kawasan wisata
pantai yang sangat terkenal, yaitu Pantai Pasir Putih dan Pantai Gelung. Pantai Pasir
Putih saat ini menjadi wisata andalan bagi Situbondo dan Jawa Timur. Kawasan
wisata tersebut merupakan tujuan utama wisatawan untuk berwisata, sehingga saat
ini kawasan tersebut menjadi wisata massal (mass tourism) yang tujuan utamanya
adalah mendatangkan wisatawan. Hal ini menjadi peluang bagi kawasan wisata
Pantai Gelung untuk mengembangkan suatu kawasan wisata yang berbeda dan unik
dibanding dengan Pasir Putih. Peluang dalam pengembangan wisata yang lain
adalah masih adanya pengunjung potensial yang mempunyai keinginan dalam
usaha memperbaiki kondisi lingkungan di Pantai Gelung dan untuk kemudian
melestarikannya. Pengunjung potensial tersebut mempunyai persepsi yang berbeda
dengan pengunjung yang ada di kawasan Pantai Gelung. Persepsi pengunjung
potensial tentang pengembangan wisata lebih mementingkan upaya pelestarian
lingkungan, seperti menyarankan penutupan kawasan Pantai Gelung dari kendaraan
bermotor, sehingga di kawasan tersebut bebas dari polusi udara dan mengurangi
konsumsi bahan bakar.
Ancaman terhadap pengembangan wisata adalah masih tingginya permintaan
terhadap terumbu karang sebagai hiasan dan souvenir. Tingginya permintaan
terumbu karang tersebut mengakibatkan masyarakat sekitar akan tetap mengambil
terumbu karang secara liar, sehingga mengakibatkan rusaknya ekosistem terumbu
karang tersebut. Pemerintah Daerah sebagai pengelola kawasan tersebut kurang
mendukung dalam pengembangan wisata. Saat ini pengelolaan yang telah
dilakukan hanya sampai tahap perencanaan, sehingga pengelolaan sepenuhnya
dilakukan oleh masyarakat sekitar. Dalam mengelola kawasan tersebut, masyarakat
sekitar hanya bertujuan untuk meningkatkan penghasilan mereka. Kurangnya
dukungan dari Pemerintah Daerah ini akan mengakibatkan ancaman terhadap
keberlanjutan kawasan wisata Pantai Gelung yang pada akhirnya akan mengancam
kelestarian sumberdaya alam di kawasan tersebut. Selain dukungan, kebijakan
Pemerintah Daerah yang tidak mementingkan kelestarian sumberdaya alam juga
mengancam pengembangan wisata di Pantai Gelung. Disparbudpora Kabupaten
Situbondo pada tahun 2010 membuat studi kelayakan untuk pengembangan wisata
di Pantai Gelung. Studi kelayakan tersebut hanya membahas aspek ekonomi dan
tidak membahas aspek ekologi dan sosial di kawasan tersebut. Salah satu
rekomendasi dari studi kelayakan tersebut adalah melakukan reklamasi di lokasi
abrasi. Reklamasi yang direkomendasikan dikhawatirkan dapat menimbulkan
masalah baru, karena dengan adanya akan membuat perubahan arus, sehingga akan
menyebabkan abrasi di lokasi yang lain. Faktor ancaman dalam pengembangan
wisata di Pantai Gelung yang lain adalah tergantikannya budaya dan kesenian lokal
dengan kebudayaan barat. Pagelaran wayang topeng yang menjadi ciri khas
kawasan Pantai Gelung saat ini sangat jarang dijumpai. Pagelaran seni yang
biasanya diadakan pada acara pernikahan tersebut, oleh masyarakat sekitar
44
dianggap kuno. Masyarakat lebih memilih acara musik yang lebih banyak
peminatnya. Selain itu faktor ekonomi menjadi alasan kesenian tradisional itu mulai
ditinggalkan. Hal ini menjadi ancaman dalam pengembangan wisata, karena tujuan
dalam pengembangan wisata di Pantai Gelung juga untuk melestarikan kebudayaan
lokal.
6. Wisata budidaya
Selain potensi fisik, kawasan Pantai Gelung juga mempunyai potensi
biologi yang dapat menjadi daya tarik wisata. Kawasan Pantai Gelung
merupakan salah satu sentra kerapu dan rumput laut di Situbondo. Saat ini
budidaya kerapu dan rumput laut tersebut hanya sebatas usaha budidaya dan
produksi. Oleh karena itu, dalam pengembangan wisata berkelanjutan yang
mampu memberikan pengalaman unik dan kesan “ingin kembali” bagi
pengunjung, maka budidaya kerapu dan rumput laut yang selama ini hanya
sebatas usaha budidaya dan produksi dapat dikombinasikan dengan kegiatan
wisata. Wisata budidaya ini selain bertujuan untuk memberikan pengunjung
pengalaman dan juga memberikan pendidikan lingkungan sehingga pengunjung
dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian. Kegiatan
dalam budidaya yang dapat menjadi daya tarik wisata, seperti penebaran bibit,
pemeliharaan dan pemanenan.
Dalam program wisata ini, pengunjung dapat berpartisipasi dalam
menebar bibit kerapu, mendapat pelatihan singkat mengenai pemeliharaan
kerapu dan pemanenan. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati sendiri
kerapu yang ditangkap melalui di pancing. Dalam program wisata budidaya,
pengunjung tidak hanya diajarkan bagaimana budidaya kerapu yang baik dan
benar, namun juga diajarkan bagaimana menjaga kualitas lingkungan fisik
supaya budidaya kerapu ini dapat terus berjalan dan pada akhirnya pengunjung
mempunyai persepsi bahwa dalam pengembangan wisata yang paling penting
adalah menjaga kelestarian lingkungan.
48
Simpulan
Pantai Gelung merupakan kawasan wisata yang memiliki potensi fisik berupa
pasir hitam, dermaga batu dan pemandangan lepas. Potensi biologinya terdiri dari
kerapu, rumput laut, tumbuhan dan satwa lain serta terumbu karang yang
kondisinya saat ini rusak. Potensi sosial budaya di kawasan Pantai Gelung adalah
kesenian yang terdiri dari upacara petik laut dan pagelaran wayang topeng, produksi
makanan yang terdiri dari produksi rengginang dan kerupuk ikan serta machu, dan
rumah adat.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian wisata, Pantai Gelung dikategorikan
cukup sesuai sebagai lokasi rekreasi pantai. Kawasan wisata tersebut mempunyai 2
lokasi yang sesuai sebagai kawasan rekreasi pantai, yang pertama terletak pada
koordinat 113o59’10.01 BT dan 7o39’30.05 LS dengan luas area 3386 m2 dan yang
kedua terletak pada koordinat 113o59’48.53 BT dan 7o38’11.95 LS dengan luas area
7149.29 m2.
Wisatawan yang berkunjung di Pantai Gelung mempunyai karakteristik
tergolong dewasa muda, dengan tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulusan
SMA. Pengunjung yang datang bukan merupakan kunjungan pertama, tetapi telah
beberapa kali telah berkunjung. Persepsi pengunjung aktual terhadap
pengembangan wisata di pantai Gelung adalah dengan penambahan fasilitas,
sedangkan persepsi pengunjung potensial terhadap pengembangan wisata pantai
Gelung adalah lebih menjaga kelestarian lingkungan.
Berdasarkan analisis pendekatan SWOT, saat ini kondisi lingkungan di
kawasan Pantai Gelung rusak disebabkan oleh terumbu karang yang diambil secara
terus menerus, abrasi yang semakin meluas dan sampah. Oleh karena itu,
pengembangan wisata diarahkan pada kegiatan wisata yang bertujuan untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan, seperti wisata menanam terumbu karang,
festival pesisir dan bersih pantai, dan penyediaan souvenir ramah lingkungan.
Pengembangan wisata di Pantai Gelung juga mengajak semua pihak yang terkait
untuk turut serta berperan aktif dalam melestarikan sumberdaya alam dan
lingkungan di kawasan tersebut, sehingga kegiatan wisata dapat terus dilakukan
dengan tetap menggunakan sumberdaya alam tanpa merusak dan manfaatnya dapat
dirasakan oleh generasi saat ini dan di masa mendatang seperti wisata Petik Laut,
pagelaran Wayang Topeng dan wisata budidaya. Selain itu, kebijakan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Situbondo sebagai pengelola kawasan
sebaiknya diarahkan pada usaha perbaikan dan pelestarian kondisi sumberdaya
alam di Pantai Gelung serta terintegrasi dalam perencanaan pembangunan
berkelanjutan dalam skala nasional maupun internasional.
50
Saran
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Situbondo Dalam Angka 2013. Situbondo
(ID):Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Kecamatan Panarukan Dalam Angka 2013.
Situbondo (ID):Badan Pusat Statistik
[Kemenparekraf] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012. Rencana
Strategis 2012-2014. Jakarta (ID):Dirjen. Pengembangan Destinasi
Pariwisata.
Baksh R, Soemarno, Hakim L,Nugroho I. Social Capital in the Development of
Ecotourism: A Case Study in Tambaksari Village Pasuruan Regency, East
Java Province, Indonesia. J Basic Appl Sci. 3:1-7
Clark JR. 1996. Coastal Zone Management. Washington (US): Lewis Publishers.
Coria J, Calfucura E. 2012. Ecotourism and the development of indigenous
communities: The good, the bad, and the ugly. Ecol Econom. 73:47-55.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan ekowisata: dari teori ke aplikas.
Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta.
Fennell DA. 1999. Ecotourism. New York (US):Routledge.
Fennell DA. 2002. Ecotourism Programme Planning. Trowbridge (UK): CABI.
Garrod B, Wilson JC. 2002. Marine Ecotourism. Clevedoan (UK): Channel View
Publications.
Hasyim B. 2003. Kajian Daerah Penangkapan Ikan Budidaya Laut Berdasarkan
Data Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis Wilayah
Kabupaten Situbondo [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2013. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID):
PT. Gramedia. 978-979-22-8915-2.
Reihanian A, Mahmood NZB, Kahrom E, Hin TW. 2012. Sustainable tourism
development strategy by SWOT analysis: Boujagh National Park, Iran.
Tourism Management Perspectives 4:223-228. doi:
10.1016/j.tmp.2012.08.005.
Sukarno R. 1995. Teknik Rehabilitasi Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang.
Pelatihan Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu
(Integrated Coastal Zone Planning and Management). Bogor (ID):
Kerjasama Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) dengan
Bakosurtanal.
Tuwo A.2011. Pengelolaan ekowisata pesisir dan laut. Surabaya (ID): Brilian
Internasional.
Veal AJ. 1992. Research methods for leisure and tourism. Essex (UK): Longman
Group.
Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan sumberdaya
pesisir berbasis konservasi. Seminar sains 21 Februari 2007 pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor (ID): Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
52
B Potensi wisata
1. Apa saja potensi wisata di kawasan Pantai Gelung yang anda ketahui?
2. Nilai kekhasan utama yang terdapat di Pantai Gelung yang dapat dijadikan
obyek wisata?
3. Apa saja atraksi wisata di kawasan Pantai Gelung?
4. Jenis satwa (darat dan laut) dan tumbuhan yang khas, langka/dilindungi
dan unik yang mendominasi di Pantai Gelung?
5. Mitos apa yang berkembang di kawasan Pantai Gelung?
6. Jenis kesenian daerah apa yang terdapat di kawasan Pantai Gelung?
7. Jenis ritual adat apa yang terdapat di kawasan Pantai Gelung?
8. Bagaimana tingkat kepercayaan anda kepada pemerintah daerah yang
terkait dengan pengelolaan kawasan Pantai Gelung sebagai tempat wisata ?
9. Apakah anda mengetahui adanya organisasi non pemerintah di kawasan
Pantai Gelung ini?
10. Bagaimana tingkat kepercayaan anda terhadap organisasi tersebut?
11. Bagaimana menurut anda jika kawasan ini dikelola oleh pemerintah?
12. Bagaimana menurut anda jika kawasan ini dikelola oleh swasta?
13. Bagaimana menurut anda jika kawasan ini dikelola oleh masyarakat lokal?
14. Bagaimana harapan anda sebagai anggota masyarakat untuk pengembangan
wisata berkelanjutan di Pantai Gelung?
15. Bagaimana kondisi sarana prasarana dan fasilitas wisata yang ada di Pantai
Gelung?
16. Apa daya tarik wisata lainnya di kawasan Pantai Gelung?
17. Apakah pernah ada pengunjung yang datang ke kawasan Pantai Gelung
untuk tujuan selain rekreasi?
A. Pengunjung Aktual
1. Bersama siapa anda berkunjung ke Pantai Gelung?
2. Sudah berapa kali anda berkunjung ke Pantai Gelung?
3. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk sekali datang berkunjung ke
Pantai Gelung?
4. Kegiatan apa yang anda lakukan selama berada di Pantai Gelung?
5. Apa yang menjadi tujuan anda berkunjung ke Pantai Gelung?\
6. Daya tarik apa yang mendorong anda berkunjung ke Pantai Gelung?
7. Apa harapan anda tentang pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai
Gelung yang terkait dengan kelestarian sumberdaya alam?
B. Pengunjung Potensial
1. Apakah anda mengetahui lokasi Pantai Gelung ?
2. Apakah anda pernah mengunjungi kawasan Pantai Gelung ?
3. Bersama siapa anda berkunjung ke Pantai Gelung?
4. Sudah berapa kali anda berkunjung ke Pantai Gelung?
5. Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk sekali datang berkunjung ke
Pantai Gelung?
6. Kegiatan apa yang anda lakukan selama berada di Pantai Gelung?
7. Apa yang menjadi tujuan anda berkunjung ke Pantai Gelung?\
8. Daya tarik apa yang mendorong anda berkunjung ke Pantai Gelung?
9. Apa harapan anda tentang pengembangan wisata berkelanjutan di Pantai
Gelung yang terkait dengan kelestarian sumberdaya alam?
54
Lampiran 4 Kesesuaian wisata bermain air matriks kesesuaian lahan untuk wisata
pantai kategori rekreasi (modifikasi : Yulianda 2007).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di
Banyuwangi pada tanggal 13
Januari 1984 sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara,
dengan ayah Gatot Afandy dan
ibu Nanik Sumarini.
Pendidikan sarjana ditempuh di
Program Studi Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA),
Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) dan lulus
pada tahun 2007. Pada tahun
2012, penulis diterima di
Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alama dan
Lingkungan (PSL) pada
Program Pascasarjana IPB.
Beasiswa pendidikan
Pascasarjana di peroleh dari
SEAMEO SEARCA, yang berbasis di Filipina melalui Program Graduate
Development Scholarships (GDS) sebagai bagian dari DAAD Scholarships of the
Netherlands.
Penulis bekerja sebagai Team Leader of Quality Control di PT. Exsamap
Asia, Perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pemetaan, sejak tahun
2007 sampai 2012. Bidang penelitian yang menjadi tanggung jawab peneliti
keanekaragaman hayati dan ekowisata.
Selama mengikuti program S-2, penulis menjadi bendahara Ecologica,
Himpunan profesi mahasiswa pascasarjana PSL. Karya ilmiah berjudul
Pengembangan Wisata Berkelanjutan di Pantai Gelung sedang menunggu
penerbitan di Jurnal Pertanika, Jurnal internasional terindeks Scopus.