2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
*Email: vitadiniaviyana26@gmail.com
Abstract
Indonesia memiliki potensi daya tarik wisata cukup banyak seperti sumber daya alam, keragaman
hayati, dan berbagai nilai budaya yang tersebar di berbagai kawasan nusantara. Realitas ini
mencerminkan bahwa Indonesia memiliki prospek untuk dapat dikembangkan sebagai model
pengelolaan ekowisata. Pantai Pink Lombok merupakan salah satu dari 11 destinasi wisata
pantai di Lombok Timur yang memiliki keindahan alam dan keunikan pasirnya yang
berwarna merah muda (Dinas Pariwisata Lombok Timur, 2009). Hutan lindung Sekaroh adalah
hutan lindung yang berada di daerah jalan menuju Pantai Pink (bila mengambil alternatif jalur
darat melalui Desa Sekaroh). Banyaknya kunjungan dan aktifitas wisatawan domestik dan
mancanegara akan membawa dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan di sekitar pantai.
Adanya alih fungsi lahan untuk pembangunan berbagai fasilitas yang mendukung pariwisata serta
pola pemanfaatan sumber daya oleh masyarakat dan pemerintah pun belum sepenuhnya dapat
mendukung kelestarian lingkungan serta konservasi hutan lindung di kawasan objek wisata Pantai
Pink. Ekowisata menjadi alternatif dalam mengurangi dampak negatif yang terjadi. Ekowisata
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan
masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga
meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-
kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Identifikasi potensi objek wisata Pantai
Pink sebagai target ekowisata sangat diperlukan dalam pengembangan pariwisata lingkungan
(ekowisata) yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan konservasi,
yang melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara
komersial.
43
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
44
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
45
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
46
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
47
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
Tangsi. Selain gua, terdapat pula meriam beberapa tahun belakangan ini. Di
Jepang yang memiliki panjang 5 meter sekitar kawasan Kecamatan Jerowaru,
dengan diameter luar 27 cm dan banyak terdapat villa pribadi dan hotel
diameter dalam 16 cm. Meriam ini private yang sengaja tidak
berada di kawasan Tanjung Ringgit dan dipublikasikan secara luas untuk
berjumlah 11 buah meriam. Oleh karena menjaga suasana alami dan tenang. Di
kurangnya perhatian pemerintah, saat ini sekitar Pantai Pink ini sendiri, jauh dari
meriam Jepang hanya tersisa satu buah. dari resort karena letaknya yang jauh
dari pemukiman warga dan di kelilingi
Pantai Tangsi ini mulai ramai hutan lindung Sekaroh.
dibicarakan dalam blogblog traveller
sejak tahun 2012. Menurut penuturan Penyebaran informasi mengenai Pantai
dari guide, pantai ini dikenal dengan Pink yang membuat wisata di Kabupaten
sebutan Pantai Pink karena adanya Lombok Timur semakin meningkat. Jika
istilah yang dibuat oleh mahasiswa wisatawan ingin tinggal di kawasan
UGM melakukan KKN di Dinas Pantai Pink, terdapat beberapa
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten penginapan berupa private hotel dan
Lombok Timur dan berkunjung ke villa yang letaknya jauh dari pantai.
Pantai Tangsi. Mahasiswa tersebut Wisatawan juga dapat tinggal di rumah
melihat pasir Pantai Tangsi yang tampak penduduk yang dapat disewa dengan
berwarna pink dari kejauhan sehingga harga relatif murah tutur Santi (34
menyebut Pantai Tangsi dengan nama tahun). Suasana alam dan masyarakat
Pantai Pink. Nama Pantai Pink semakin yang masih lugu menjadi daya tarik
menyebar dari mulut ke mulut dan tersendiri bagi wisatawan yang datang ke
menggeser nama asli pantai ini. Kini Desa Sekaroh yang merupakan lokasi
Pantai Tangsi lebih dikenal dengan Pantai Pink.
sebutan Pantai Pink.
Pantai Pink berada di Kecamatan
Selama ini kegiatan wisata di Kabupaten Jerowaru, Desa Sekaroh, Kabupaten
Lombok Timur belum begitu Lombok Timur yang berjarak sekitar 80
berkembang. Geliat wisata di Kabupaten km dari pusat kota Mataram atau sekitar
Lombok Timur baru mulai terasa 2,5 jam perjalanan. Pantai Pink bisa
48
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
dicapai melalui 2 jalur, yaitu melalui domestik. Berikut ini adalah pemaparan
darat dengan rute Mataram-Praya-Praya mengenai beberapa potensi ekowisata
Timur-JerowaruTanjung Ringgit yang yang terdapat di Pantai Pink dan
mana pada 7 km sebelum Pantai Pink sekitarnya yang dapat lebih
akses jalan cukup rusak. Sementara itu, dikembangkan lagi menjadi daya tarik
alternatif lainnya wisatawan bisa wisata Pantai Pink:
memilih rute darat dan laut dengan alur a. Pasir pantai yang berwarna pink
darat Mataram-Praya-Praya Timur- Pantai Pink memiliki daya
Sikur-Tanjung Luar. Wisatawan dapat tarik tersendiri karena kekhasan
memarkirkan kendaraan di Tanjung Luar warna pasirnya yang berwarna pink.
yang merupakan kawasan permukiman Sebenarnya bukan keseluruhan pasir
nelayan. Kemudia wisatawan berwarna pink, tapi merupakan
melanjutkan perjalanan dengan perahu. campuran putih dan merah. Warna
Harga sewa perahu bisa dinego dengan merah ini berasal dari koral,
nelayan, sekitar Rp 350,000 – Rp pecahan kerang, dan kalsium
500,000 untuk perjalanan bolak balik karbonat yang berasal dari hewan
Tanjung Luar Pantai Pink atau laut yang banyak terdapat di
berkeliling seharian. Bila wisatawan perairan dangkal Pantai Pink. Selain
memilih jalur darat-laut, wisatawan bisa itu, warna merah ini juga berasal
sekaligus berkeliling di sekitar kawasan dari makhluk mikroskopik bernama
Pantai Pink yang terdapat gili (pulau foraminifera yang memiliki
kecil) dan objek menarik lainnya. cangkang tubuh kemerahan.
49
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
50
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
51
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
52
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
53
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
54
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
proses dan prosedur penyusunan serta dan faktor luar (Fenotype). Pada
penetapan rencana penataan. Penataan umumnya pemulihan secara alami terjadi
ditinjau kembali dan atau disempurnakan dalam waktu yang panjang.
secara berkala mengikuti kriteria dan tata
cara yang ditetapkan peraturan Penataan sebuah kawasan menjadi
pemerintah. sebuah wadah ekowisata juga harus
memperhatikan aspek-aspek dalam
Perlu diketahui juga mengenai sifat dan strategi pengembangan objek dan daya
karakter suatu kawasan untuk menatanya tarik wisata alam. Aspek tersebut,
menjadi sebuah kawasan ekowisata. meliputi perencanaan pembangunan,
Sifat dan karakter tersebut berupa In-Situ kelembagaan, sarana dan prasarana,
yaitu obyek dan daya tarik wisata alam pengelolaan, pengusahaan, pemasaran,
hanya dapat dinikmati secara utuh dan peran serta masyarakat, dan aspek
sempurna di ekosistemnya. Pemindahan penelitian dan pengembangan. “Aspek
obyek ke Ex-situ akan menyebabkan perencanaan pembangunan objek dan
terjadinya perubahan dari obyek dan daya tarik wisata alam, mencakup sistem
daya tarik atraksinya. Pada umumnya perencanaan kawasan, penataan ruang
wisatawan kurang puas apabila tidak (tata ruang wilayah), standarisasi,
mendapatkan sesuatu secara utuh dan identifikasi potensi, koordinasi lintas
apa adanya. Lalu Perishable, yaitu suatu sektoral, pendanaan, dan sistem
gejala atau proses alam yang hanya informasi objek dan daya tarik wisata
terjadi pada kurun waktu tertentu. alam”.
Kadang siklusnya beberapa tahun,
bahkan ada yang puluhan atau ratusan Aspek kelembagaan meliputi
tahun. Obyek dan daya tarik ekowisata pemanfaatan dan peningkatan kapasitas
yang demikian membutuhkan pengkajian institusi sebagai mekanisme yang dapat
dan pencermatan secara mendalam untuk mengatur berbagai kepentingan, secara
dipasarkan. Selanjutnya yaitu Non operasional merupakan organisasi
Recoverable, dimana suatu ekosistem dengan sumberdaya manusia dan
alam yang mempunyai sifat dan perilaku peraturan pemerintah yang sesuai dan
pemulihan secara alami sangat memiliki efisiensi tinggi. Aspek sarana
tergantung dari faktor alam (Genotype) dan prasarana yang memiliki dua sisi
55
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
56
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
Miskin inovasi akan terasa sulit untuk Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove
sebagai Pendukung Sumber Hayati
memasuki bisnis rekreasi berbasis Perikanan Pantai. Jurnal Litbang
masyarakat dan ekologi atau ekowisata Pertanian, 23(1), 2004.
ini. Bukan hanya bom inovasi, artinya
bukan hanya sekali dibuat tapi berlaku Gunawan. 1993. Perencanaan
Pariwisata: Apa dan Mengapa?
untuk seterusnya Jurnal PWK 7 (Tribulan I): 9-13.
(berkelanjutan/Sustainable).
Konsekuensi dari ekowisata juga Hadi, S. P. 2007. Pariwisata
harus diperhitungkan terutama bagi Berkelanjutan (Sustainable
Tourism). Makalah Seminar
kesejahteraan masyarakat lokal, untuk Sosialisasi Sadar Wisata Edukasi
itu perlu kajian yang mendalam perihal Sadar Wisata bagi Masyarakat di
Semarang.
keterlibatan masyarakat dalam
pengelolaan ekowisata ini agar
Haeruman, H. 2005. Paradigma
masyarakat tidak hanya sebagai objek Pengelolaan Sumberdaya Alam
Indonesia di Masa Mendatang.
tetapi juga sebagai subjek yang ikut
Bogor: Fakultas Kehutanan Institut
menjadi pel aku usaha ekowisata yang Pertanian Bogor.
partisipatif.
Komarudin. 1999. Pembangunan
Perkotaan Berwawasan
DAFTAR PUSTAKA Lingkungan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Cipta Karya Departemen
Arida, I Nyoman Sukma,2009. Meretas Pekerjaan Umum Bekerjasama
Jalan Ekowisata Bali. Denpasar : dengan Deputi Bidang Pengkajian
Universitas Udayana. dan Penerapan Teknologi.
57
JGG- Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol.5 No.2, Desember 2016
p-ISSN: 2303-2332 DOI : doi.org/10.21009/jgg.052.05
58