Anda di halaman 1dari 12

Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.

php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

POTENSI EKOWISATA BAHARI PADA PULAU-PULAU KECIL


DI HALMAHERA SELATAN

Muhammad Agus Umar1


1Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Bumi Hijrah Tidore
Jl. Raya Sofifi, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara
Email : muhagus197@gmail.com

Abstrak

Ekosistem pesisir memiliki potensi yang besar dan dapat dikelola untuk kepentingan
kegiatan pariwisata yang dapat dterapkan dengan konsep ekoswisata. Dalam konsep
ekowisata, wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-
upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan saling menghargai perbedaan kultur
atau budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekowisata bahari di
pulau-pulau kecil yang terdapat di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dan mengetahui
aspek yang menjadi kekuatan untuk nantinya dapat dikembangkan sebagai kawasan
ekowisata bahari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dan
penentuan titik stasiun secara purposive sampling. Hasil penelitian diperoleh nilai Indeks
Kesesuaian Wisata pada stasiun I dan II masing-masing 87,14% dan 88,57%. Penilaian
mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman, pengembangan potensi pantai
dinilai dari hasil pengamatan di lokasi penelitian, wawancara dan kuesioner. Pantai Pulau
Sali dan Daga Besar di gugusan kepulauan Widi memiliki potensi sebagai kawasan
ekowisata bahari seperti keindahan alam yang masih asli, alami dan begitu eksotis, biota
laut dan terumbu karang yang beranekeragam. Aspek kekuatan yaitu pemberdayaan
masyarakat lokal, peningkatan fasilitas dan prasana pendukung lain.

Kata kunci : Potensi, Ekowisata bahari, Pulau-pulau kecil

Abstract

Coastal ecosystems have great potential and can be utilized for the benefit of tourism
activities that can be managed with the concept of ecotourism. In the concept of ecotourism,
tourism conducted in this context has an integral part with the efforts of conservation, local
economic empowerment and mutual respect for cultural differences or culture. The purpose
of this study is to determine the potential of marine ecotourism on small islands contained
in South Halmahera and know the aspects that become the strength to later be developed as
a marine ecotourism area. The method used in this research is survey method and station
point determination by purposive sampling. The result of the research shows that the Value
of Travel Assessment Index at station I and II are 87.14% and 88.57%, respectively.
Assessment of strengths, weaknesses, opportunities, and threats, the development of coastal
potential is assessed from observations at study sites, interviews and questionnaires. Sali
Island Beach and Daga Besar Island Beach in the Widi archipelago have the potential as a
marine ecotourism area such as natural beauty that is still original, natural and so exotic,
marine biota and diverse reefs. Aspects of strength that is the empowerment of local
communities, improvement of facilities and other supporting infrastructure.

Keywords: Potency, Marine Ecotourism, Small Islands

Jurnal Geografi Vol 10 No.2 (117-128) Potensi Ekowisata …..|117


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

PENDAHULUAN
Ekosistem pesisir memiliki potensi berinteraksi dengan wisatawan agar tercapai
yang besar dan dapat dikelola dan kesetaraan (Baiquni, 2010).
dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Kabupaten Halmahera Selatan
Salah satu jenis wisata pesisir di Indoensia merupakan daerah yang terletak di selatan
adalah wisata pantai. Wisata pantai wilayah Provinsi Maluku Utara. Secara
merupakan suatu bentuk wisata yang geografis, sebagian besar wilayah kabupaten
dilakukan di daerah pantai yang umumnya Halmahera Selatan adalah daerah kepulauan
memanfaatkan sumberdaya pantai (Putera et dan sekitar 80% wilayahnya adalah lautan
al., 2013). dengan berbagai keanakeragaman hayati di
Menurut Nurisyah (1998) dalam dalamnya. Jumlah pulau di Kabupaten
Rif’an (2018) wisata bahari merupakan jenis Halmahera Selatan kurang lebih 269 pulau
wisata minat khusus yaitu dengan baik yang berpenghuni maupun tidak
mengelola dan menfaatkan bentang alam berpenghuni. Keberadaan pulau-pulau,
laut dan pesisir baik yang dikelola secara luasnya pesisir dan lautan disertai
langsung seperti berenang, berperahu, keragaman biodiversitasnya dapat
snorkeling, diving, maupun tidak langsung dimanfaatkan untuk kesejahteraan
seperti piknik, dan olah raga pantai. masyarakat.
Konsep pengelolaan wisata dalam Oleh karena itu, kajian tentang
penerapannya harus memenuhi tiga unsur potensi ekowisata sangat dibutuhkan untuk
keberlanjutan dalam, yaitu: (1) aspek dijadikan sebagai salah satu solusi dan
ekologi, (2) aspek sosial, dan (3) aspek model pengelolaan pariwisata yang
ekonomi. Dimana aspek ekologi adalah berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk
sumberdaya yang akan dikelola oleh mengetahui potensi ekowisata bahari pada
pengembang wisata. Aspek sosial pulau-pulau kecil yang terdapat di
merupakan para pelaku wisata yaitu, Kabupaten Halmahera Selatan dan
pengelola, yang terlibat dan penikmat jasa mengetahui aspek yang menjadi kekuatan
yang memastikan wisata akan berjalan untuk nantinya dapat dikembangkan
sesuai tujuan. Agar berjalan baik, wisata sebagai kawasan ekowisata bahari.
harus beriringan dengan aspek ekonomi
melalui pendekatan industri. Salah satu METODE PENELITIAN
bentuk produk wisata sebagai bagian dari Penelitian ini menggunakan metode
konsep pariwisata berkelanjutan adalah survei dengan pemilihan lokasi sampling
konsep pengembangan ekowisata (Yulianda pada 2 titik yang dilakukan secara purpossive
et al., 2010). sampling. Lokasi penelitian tepatnya di Pulau
World Tourism Organization (2007) Sali (stasiun I) dan Pulau Daga Besar (stasiun
dalam Suma (2018) membagi destinasi II) yang berada di gugusan Kepulauan Widi.
pariwisata dalam enam elemen : (1) atraksi Kedua lokasi ini dianggap mewakili
wisata (Atraction), (2) layanan dan fasilitas karakteristik pulau-pulau kecil yang tesebar
yang mendukung (Public and Private di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Amenities), (3) aksebilitas (Accesibilities), (4) Paramater kualitas lingkungan
Sumberdaya manusia (Human Resources), (5) perairan yang diukur adalah suhu, pH dan
keunikan dan cirri khas (Image and Character) Salinitas menggunakan alat ukur kualitas air
dan (6) harga (price). portable AMT03, untuk kadar oksigen terlarut
Pariwisata sebagai sub sektor menggunakan BOD dan DO meter HI98193.
ekonomi, merupakan industri terbesar dan Sedangkan untuk pengukuran parameter
tercepat perkembangannya di dunia. kecerahan menggunakan keping secchi dan
Prioritas pariwisata yang utama dan pertama parameter sampah dilakukan dengan
adalah membangun manusianya, terutama pengamatan secara visual di lapangan. Data
masyakarat lokal dan yang langsung hasil pengukuran parameter kualiatas
lingkungan yang sudah diperoleh kemudian

118| Vol 10 No. 2 - 2018


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

dibandingkan dengan baku mutu air laut HASIL DAN PEMBAHASAN


yang terdapat dalam Keputusan Menteri Profil dan Letak Geografis
Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun a. Pulau Sali
2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata Pulau Sali berada di wilayah
bahari. Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten
Analisis kesesuaian wisata Halmahera Selatan. Secara geografis, Pulau
menggunakan matriks kesesuaian yang Sali terketak pada titik koordinat : LS : 0° 25'
disusun berdasarkan kepentingan setiap 46.23" dan BT : 127° 44' 25.09". Pulau Sali
parameter dengan menggunakan rumus memiliki satuan bentuk lahan berbukit dan
kesesuaian wisata rekreasi pantai (Yulianda, sedikit bergelombang, daratan rendah
2007). Langkah selanjutnya adalah tersebar di wilayah pesisir dengan struktur
merumuskan strategi pengembangan tanah aluvial dan didominasi jenis tanah
ekowisata bahari yang dilakukan dengan dystropepts yaitu jenis tanah dengan tingkat
menerapkan teknik analisis SWOT. Untuk kepekaan erosi beragam. Pulau Sali
memperoleh data pendukung analisis merupakan salah satu pulau yang
SWOT, penulis mencoba menggali informasi berpenghuni. Di Pulau Sali sendiri terdapat
sebanyak mungkin dengan melakukan satu desa yaitu Desa Sali dengan jumlah
wawancara medalam kepada beberapa stake pendukung sekitar 280 jiwa yang di
holder terkait. Pengumpulan data sekunder dalamnya terdapat 59 kepala keluarga.
juga dilakukan untuk mendukung kegiatan Transportasi untuk menuju ke pulau ini
penelitian. Setelah berbagai data diperoleh dapat menggunakan speed boat dengan
maka dilakukan analisis secara deskriptif waktu tempuh perjalanan kurang lebih satu
kualitatif guna menjawab tujuan penelitian jam.
yang sudah dirumuskan.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pulau Sali Kec. Bacan Timur

Potensi Ekowisata …..|119


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

b. Gugusan Kepulauan Widi tinggi. Selain itu, dari hasil pengamatan


Gugusan kepulauan Widi adalah pada peta Geologi Halmahera Selatan dapat
daerah dimana terdapat sekumpulan pulau diketahui bahwa struktur geologi berapa
yang berjumlah sekitar tujuh belas pulau pulau tersusun dari batuan sedimen batu
kecil yang tersebar di laut Halmahera. Secara gamping dan terumbu (atol) .
geografis, Pulau Sali terketak pada titik Gugusan kepulauan Widi
koordinat : LS : 0° 34' 51" BT : 128° 26' 04" merupakan kumpulan pulau-pulau kecil
merupakan bagian dari wilayah kecamatan yang tidak berpenghuni. Sejak dahulu
Gane Timur Selatan. Dari hasil pengamatan pulau-pulau yang ada sering dijadikan
lapangan diketahui bahwa lokasi kepulauan tempat persinggahan oleh para nelayan
Widi mempunyai satuan bentuk lahan datar, untuk beristirahat maupun dijadikan tempat
dengan struktur tanah aluvial dan pasir berlindung ketika cuaca buruk dan kondisi
dengan jenis tanah Troporthens yaitu jenis laut yang tidak bersahabat.
tanah dengan kepakaan terhadap erosi

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Kepulauan Widi Kec. Gane Timur Selatan

Kualitas Perairan
Kualitas lingkungan khususnya pada Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004
air laut yang diukur yaitu suhu, salinitas, tentang baku mutu air laut untuk wisata
kecerahan, pH, oksigen terlarut dan bahari. Selain itu, penggunaan literatur lain
keberadaan sampah. Data hasil pengukuran juga dilakukan untuk mendukung dalam
setiap parameter kemudian dibandingkan menganalisa data yang diperoleh.
dengan Keputusan Menteri Negara

120| Vol 10 No. 2 - 2018


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas Perairan


KEPMEN LH
No Parameter Stasiun I Stasiun II
No. 51Tahun 2004
1 Suhu (°C) 28,3 29,7 Sangat Sesuai
2 Salinitas 27 29 Sangat Sesuai
3 Kecarahan (m) 3,5 3,9 Sangat Sesuai
4 pH 7,82 7,69 Sangat Sesuai
5 DO (mg/L) 6,8 7,2 Sangat Sesuai
6 Sampah Tidak ada Tidak ada Sangat Sesuai
Sumber : Data Primer (2018)

a. Suhu lapisan sekitar satu meter, jatuh agak lurus


Suhu di laut adalah salah satu faktor pada permukaan air (Kordi & Tancung,
penting bagi kehidupan organisme di 2007). Dari hasil pengukuran diperoleh data
lautan. Matahari sangat berpengaruh kecerahan air laut untuk perairan di Pulau
terhadap perubahan suhu air laut. Sejak Sali adalah 3,5 m dan pada perairan di
sinar matahari diserap oleh permukaan air Kepulauan Widi adalah 3,9 m. Berdasarkan
laut, maka lapisan ini cenderung relatif Keputusan Menteri Negara Lingkungan
panas sampai kedalaman 200 m dan 1000 m Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku
(Hutabarat dan Evans, 2008). Mutu Air Laut untuk kegiatan wisata
Hasil pengukuran di lapangan bahari, nilai kecerahan air laut untuk
menunjukan bahwa suhu rata-rata pada kegiatan pariwisata adalah >3 m. Maka nilai
perairan di Pulau Sali adalah 28,3°C dan kecerahan air laut pada kedua lokasi ini
suhu rata-rata pada perairan di gugusan sangat sesuai untuk kegiatan pariwisata.
kepualauan Widi adalah 29,7°C,
berdasarkan KEPMEN LH No 51 maka d. pH
suhu air laut pada perairan termasuk dalam Perubahan nilai derajat keasaman
kategori baik. (pH) dan konsentrasi oksigen yang
berperan sebagai indicator kualitas perairan
b. Salinitas dapat terjadi akibat berlimpahnya senyawa-
Menurut Boddy (1988) salinitas senyawa kimia baik yang bersifat polutan
adalah konsentrasi total ion yang terdapat maupun yang bukan polutan. Limbah yang
di perairan. Salinitas dipengaruhi oleh mengalir ke dalam air laut pada umumnya
adanya proses evaporasi (penguapan) air kaya akan bahan organik, limbah ini berasal
laut, hujan, dan masukan air tawar dari dari berbagai macam sumber seperti limbah
sungai. Hasil yang diperoleh pada rumah tangga, industri pengolahan ikan
pengukuran salinitas air laut di perairan maupun industri kimia lainnya. Bahan
Pulau Sali sebesar 270/00 sedangkan di organik yang terkandung dalam limbah
perairan gugusan pulau Widi 290/00. tersebut bisa dalam bentuk senyawa
Menurut Efendi (2003) nilai salinitas yang karbohidrat, protein, lemak, humus,
baik untuk perairan laut adalah 300/00 surfaktan dan berbagai zat kimia lainnya
sampai 400/00. Maka tingkat salinitas pada (Susana, 2009).
kedua lokasi penelitian ini termasuk dalam Hasil pengukuran pH pada air laut
kategori yang baik. di perairan Pulau Sali sebesar 7,82
sedangkan nilai pH untuk air laut di
c. Kecerahan kepulauan Widi adalah 7,69. Berdasarkan
Kecerahan adalah sebagian cahaya Keputusan Menteri Negera Lingkungan
yang diteruskan ke dalam badan air. Dari Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku
beberapa panjang gelombang di daerah Mutu Air Laut untuk kegiatan wisata
spektrum yang terlihat cahaya yang melalui bahari, standar pH air laut berkisar antara 7

Potensi Ekowisata …..|121


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

sampai 8,5. Dengan demikian maka nilai pH sehingga perairan kedua lokasi ini sesuai
air laut pada Pulau Sali dan kepulauan Widi untuk kegiatan wisata bahari.
layak untuk kegiatan wisata bahari.
f. Sampah
e. Oksigen terlarut Pengamatan sampah dilakukan
Kadar oksigen yang terlarut di secara visual dengan melakukan
perairan alami bervariasi, bergantung pada pengamatan langsung di lapangan. Dari
suhu, salinitas, turbelensi air, dan tekanan hasil pengamatan di pantai maupun
atmosfer. Di perairan tawar, kadar oksigen perairan Pulau Sali tidak ditemukan adanya
terlarut berkisar antara 15 mg/liter pada sampah yang dibuang secara sembarangan.
suhu 0° C dan 8 mg/liter pada suhu 25 ° C, Hal ini karena di pulau Sali sendiri hanya
sedangkan di perairan laut berkisar antara terdapat satu desa (Desa Sali Kecil) yang
11 mg/liter pada suhu 0° C dan 7 mg/liter masyarakatnya masih sangat peduli
pada suhu 25 ° C (Effendi, 2003). Menurut terhadap lingkungan sekitar.
Rochiyatun (2000) faktor yang Kondisi yang sama juga ditemukan
mempengaruhi rendahnya kandungan daerah pesisir dan perairan kepulauan Widi
oksigen terlarut di laut antara lain karena yag merupakan gugusan pulau kecil yang
adanya lapisan minyak di permukaan air tidak berpenghuni sehingga kedua lokasi
laut, naiknya suhu air laut, zat padat ini sangat sesuai untuk kegiatan wisata
tersuspensi atau proses respirasi plankton bahari dengan mengacu pada Keputusan
pada malam hari. Menteri Negera Lingkungan Hidup Nomor
Hasil pengukuran kadar oksigen 51 tahun 2004 menentukan bahwa kawasan
terlarut pada perairan di Pulau Sali berada yang baik untuk kegiatan wisata bahari
pada kisaran 6,8 mg/liter sedangkan di adalah kawasan yang tidak ada sampahnya.
perairan kepulauan Widi berada pada
kisaran 7,2 mg/liter dan sudah sesuai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW)
untuk kegiatan wisata bahari. Hal ini Analisis indeks kesesuaian
didasarkan pada Keputusan Menteri diperlukan untuk menentukan apakah
Negera Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun kawasan di pantai pulau Sali dan pulau
2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk kecil lain di gugusan Kepulauan Widi
kegiatan wisata bahari adalah >5 mg/liter memenuhi ketentuan untuk wisata pantai.

Tabel 2. Indeks Kesesuaian Wisata Pantai (IKW)


Skor (N) Bobot Skor Total (NxB)
No Parameter
I II (B) I II
1. Tipe Pantai 3 3 5 15 15
2. Lebar Pantai 2 3 5 10 15
3. Material Dasar Perairan 4 4 4 16 16
4. Kecepatan Arus 4 4 4 16 16
5. Kecerahan Perairan 3 3 3 9 9
6. Penutupan Lahan Pantai 4 3 3 12 9
7. Kedalaman Perairan 4 4 5 20 20
8. Biota Berbahaya 4 4 3 12 12
9. Ketersediaan Air Tawar 4 4 3 12 12
Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Rekreasi Pantai (Ni) 122 124
Nilai Maksimum IKW untuk Kegiatan Rekreasi Pantai (N maks) 140
% IKW Pantai Pulau Sali dan Kepulauan Widi (Ni/Nmaks x 100 %) 87.14 88.57
Sumber : Modifikasi Yulianda (2007)

122| Vol 10 No. 2 - 2018


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Dari data pada Tabel 2 diperoleh Yulianda (2007) menyatakan bahwa


hasil Nilai IKW tertinggi ada pada Stasiun II material dasar perairan/substrat yang
(pantai pulau Daga Besar) yaitu bernilai 88, berwarna putih sangat sesuai untuk
57 % dan stasiun I (pantai pulau Sali) yaitu menunjang ekowisata pantai.
bernilai 87,14 %. Kedua lokasi ini termasuk
kedalam kategori sangat sesuai sebagai d. Penutupan lahan pantai
wisata rekreasi pantai. Adanya penutupan lahan di
sepanjang areal pantai akan sangat
a. Tipe Pantai bermanfaat bagi pengelolaan pantai untuk
Tipe pantai dapat ditentukan dengan kegiaatan wisata pantai. Dari hasil
melihat jenis substrat atau sedimen yang pengamatan di lapangan, tutupan lahan
dapat dilakukan dengan mengamati pantai pada stasiun I di dominasi oleh pohon
langsung secara visual di lapangan. ketapang, kelapa, cemara sehingga
Berdasarkan pengamatan secara visual di memperoleh skor 4. Sedangkan pada stasiun
lapangan, kawasan pantai pada stasiun I dan II tutupan lahan pantainya berupa pohon
II terdiri atas substrat pasir putih dan pinus, akasia dan jenis tumbuhan ilalang
berkarang sehingga kawasan ini sangat serta semak. Dengan demikian maka untuk
sesuai dan mendapat skor 3. tutupan lahan pada stasiun II memperoleh
skor 3.
b. Lebar Pantai
Lebar pantai sangat berkaitan dengan e. Kecepatan arus
berapa luas areal pantai yang dapat Secara umum, arus laut yang
dimanfaatkan untuk berbagai kegaiatan berpengaruh terhadap karakteristik perairan
wisata di pantai. Pantai yang ideal untuk laut di Indonesia adalah arus laut yang
kegiatan wisata adalah yang datar dan dibangkitkan oleh angin dan pasut.
landai. Kelandaian pantai cenderung Informasi tentang arus sangat dibutuhkan
mempengaruhi keamanan seseorang untuk dalam berbagai macam kepentingan, seperti
malakukan berbagai kegiatan wisata seperti untuk bahan pertimbangan dalam
berenang, bermaim pasir, bermain ombak. pembangunan dermaga pelabuhan,
Yulianda (2007) menyatakan menurut bangunan lepas pantai maupun dekat
bentuknya pantai dapat dikelompokan pantai (drillingrig dan pipa-pipa yang akan
dalam empat tipe yaitu pantai datar, landai, dipasang di dasar laut), budidaya perairan
curam dan terjal. Hasil pengukuran lebar dan pemilihan lokasi yang paling
pantai pada stasiun I : 7,52 m, satsiun II : memungkinkan untuk pemanfaatan
12,25 m sehingga termasuk kategori sesuai wilayah perairan (Sugianto, 2007).
dengan skor 2 untuk stasiun I dan 3 untuk Kecepatan arus sangat berhubungan
stasiun II. dengan keamanan wisatawan melakukan
kegiatan wisata seperti renang. Arus yang
c. Material Dasar Perairan lemah sangat sesuai untuk kegiatan renang,
Material dasar perairan/substrat merupakan sedangkan arus yang sangat kuat akan
faktor yang menentukan kecerahan suatu berpotensi menimbulkan bahaya karena
perairan. Pengamatan dilakukan dengan dapat menyeret orang-orang yang sedang
cara pengamatan langsung material dasar mandi atau renang di pantai.
periran di lokasi penelitian. Dari Hasil pengamatan di lapangan,
pengamatan secara visual, diperoleh hasil kecepatan arus untuk perairan di stasiun I
pada stasiun I memiliki material dasar pasir adalah 0,09 m/s dan untuk stasiun II dengan
berwarna putih. Kondisi yang sama juga kecepatan arus 0,11 m/s. Penggolongan
ditemukan pada stasiun I sehingga \ untuk kecepatan arus dalam penelitian ini
kedua lokasi ini yaitu pantai Pulau Sali dan termasuk ke dalam jenis arus lambat
Pulau Daga Besar memperoleh skor 4. sehingga memperoleh skor 4.

Potensi Ekowisata …..|123


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Harahap dalam Tambunan (2013) h. Biota Berbahaya


mengemukakan bahwa penggolongan Biota berbahaya juga merupakan faktor
kecepatan arus terdiri atas empat jenis penting dalam wisata pantai baik untuk
kategori yaitu arus lambat dengan kecepatan aktivitas rekreasi maupun berenang.
pada kisaran 0-0,25 m/s, arus sedang Semakin sedikit biota berbahaya yang
dengan kecepatan pada kisaran 0,25-0,50 ditemukan di suatu lokasi wisata maka
m/s, arus cepat dengan kecepatan pada lokasi wisata tersebut akan semakin baik.
kisaran 0,5–1 m/s dan kategori arus sangat Dari hasil pengamatan secara visual di
cepat dengan kecepatan di atas 1 m/s. stasiun I dan stasiun II tidak ditemukan
biota berbahaya. Adapun biota yang
f. Kedalaman perairan ditemukan yaitu kepiting kecil di pasir
Kedalaman suatu perairan laut sekitaran pantai, dan oleh karena jumlahnya
sangat berkaitan dengan rasa aman dan yang sangat sedikit dan jarang ditemukan
nyaman para wisatawan yang berwisata di maka biota ini tidak berpotensi sebagai
pantai. Kegiatan wisata pantai di Indonesia biota yang berbahaya sehingga kedua lokasi
masih cenderung di dominasi oleh ini mendapat skor 4.
wisatawan lokal (wisata keluarga) yang
menyertakan anak-anak sehingga perairan i. Ketersediaan air tawar
yang dalam tidak aman bagi anak-anak. Saat melakukan kegiatan wisata,
Hasil pengukuran kedalaman perairan pada ketersediaan air tawar (air bersih) sangat
pantai stasiun I diperoleh 1,87 m dan pada dibutuhkan untuk mendukung fasilitas
stasiun II 1,35 m. pengelolaan maupun pelayanan wisata. Hal
ini juga merupakan menjadi kriteria
g. Kecerahan perairan penilaian terhadap kelayakan prioritas
Kecerahan perairan menjadi salah pengembangan wisata pantai.
satu parameter yang mendukung keindahan Air tawar yang terdapat dilokasi
dari perairan dan kenyamanan bagi penelitian adalah jenis air tanah. Menurut
wisatawan dalam melakukan kegiatan Simanungkalit dan Lambotoruan (2016) air
wisata seperti berenang. Semakin dalam tanah merupakan sumber air tawar terbesar
penetrasi cahaya yang masuk, akan semakin potensinya di daratan, yang penyebarannya
menambah keindahan pemandangan di ditentukan oleh faktor curah hujan, bentuk
perairan. Dari hasil pengukuran pada lahan, geologi dan lingkungan.
stasiun I deperoleh kecerahan perairan Hasil pengukuran jarak ketersediaan
pantai berkisar pada kedalaman 3,5 m dan air tawar pada stasiun I yaitu 30 m dan pada
pada stasiun II berkisar 3,9 m. Berdasarkan stasiun II 75 m. Menurut Yulianda (2007),
KEPMEN LH Nomor 51 tahun 2004 tentang jarak yang sesuai untuk ketersediaan air
Baku Mutu Air Laut untuk kegiatan wisata tawar dengan lokasi wisata pantai adalah 0,5
bahari, nilai kecerahan air laut untuk km. Pada stasiun II, meskipun pulau Daga
kegiatan pariwisata adalah > 6 m. Maka nilai Besar adalah pulau yang tidak dihuni secara
kecerahan air laut pada kedua memperoleh menetap oleh warga tetapi terdapat sumber
skor 3. air tawar (sumur) yang digali oleh nelayan
yang singgah di pulau ini.

124| Vol 10 No. 2 - 2018


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Gambar 3. pantai pulau Sali (a) pantai pulau Daga Besar (b)
tempat persinggahan nelayan di kepulauan Widi (c)
salah satu laguna di gugusan kepulauan Widi (d)

Potensi Ekowisata Bahari Pulau Sali dan makam keramat yang dapat dikembangkan
Gugusan Kepualauan Widi sebagai obyek wisata religius.
Pulau Sali memiliki keanekaragaman Pulau-pulau kecil di gugusan
hayati yang tinggi baik di daerah teristerial kepulauan Widi juga mememiliki pontensi
maupun akuatik. Ekosistem hutan yang dan keunikan tersendiri dari ratusan pulau
masih terjaga menjadikan pulau ini memiliki kecil yang ada di Kabupaten Halmahera
daya pikat tersendiri. Hasil oebservasi di Selatan. Dari hasil penelitian lapangan
lapangan ditemukan jenis spesies burung ditemukan beberapa pulau dengan
yang endemik seperti jenis burung Nuri karakteristik tersendiri. Pulau Dodawe Gane
Merah (Lorius garrulous) terdapat di pulau memiliki keunikan karena terdapat laguna di
ini. Eksositem pesisir pantai dan laut di bagian tengahnya. Pulau Lolanga Kecil dan
Pulau Sali meliputi terumbu karang, ikan Pulau Tofuwidi terbentuk dari atol yang
dan megabenthos yang melimpah. keberadaannya sangat dipengaruhi oleh
Keberadaan ekosistem dengan pasang surut air laut.
keanekaragaman hayati yang terdapat di Keanekaragaman hayati di gugusan
dalamnya baik itu pada eksoistem darat kepulauan Widi juga sangat unik dan dapat
maupun laut menjadikan Pulau Sali sangat dikembangakan sebagai kawasan ekowisata.
tepat untuk dikembangkan menjadi Jenis burung seperti Nuri Bayan (Electus
destinasi wisata dengan konsep ekowisata. roratus), Elang laut perut putih (Haliaeetus
Kegiatan wisata berkonsep ekowisata seperti leucogaster), Maleo (Macrochepalon maleo)
diving, snorkeling dan wisata ilmiah untuk ditemukan di pulau-pulau Daga Besar dan
kegiatan penelitian dan konservasi sangat pulau-pulau lainnya. Selain itu jenis
berpotensi untuk dikembangkan di pulau mamalia laut seperti Lumba-lumba hidung
ini. botol (Stenella longirostis) juga ditemukan di
Selain itu, di Pulau Sali terdapat perairan gugusan kepulauan Widi sehingga
makam yang memiliki nilai historis tinggi menjadikan lokasi ini sangat berpotensi
dan dipercaya oleh warga lokal sebagai dikembangkan untuk kegiatan ekowisata
bahari.

Potensi Ekowisata …..|125


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Gambar 4. Fauna di Kepulauan Widi (a dan b)

Potensi Ekowisata Bahari Pulau Sali dan Kabupaten Halmahera Selatan sebagai
Gugusan Kepualauan Widi Berdasarkan kawasan ekowisata bahari dapat dilakukan
Analisis SWOT dengan strategi SWOT sebagaimana
Strategi pengembangan ekowisata terdapat pada Tabel 3.
bahari daerah kepualauan yang terdapat di

Tabel 3. Strategi SWOT


Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Internal  Eksositem dan keanekaragaman  Lemah pada fasilitas dan
hayati darat dan laut memiliki daya infrastruktur pendukung
tarik tinggi.  Lemahnya kreatifitas dan
 Memiliki niali sejarah dan religius inovasi.
 Keramahan masyarakat lokal  Ketersediaan sumberdaya
manusia sangat terbatas
Strategi S-O Strategi W-O
 Membangun wisata bahari dengan  Lingkungan dapat terjaga
konsep ekowisata dengan konsep ekowisata bahari
 Menjadikan pantai Pulau Sali dan  Peningkatan sarana dan
pantai di pulau-pulau keci di prasarana pendukung.
gugusan kepualauwan Widi sebagai  Peningkatan kualitas
daerah yang minim pencemaran dan sumderdaya manusia melalui
pengrusakan lingkungan pendidikan dan pelatihan
 Meningkatkan promosi ke
tingkat nasional maupun
internasional
Peluang (O) Ancamaman (T)
Eksternal  Meningkatnya kesejahteraan  Perubahan dan penurunan
masyarakat kualitas lingkungan
 Meningkatnya kepedulian dan  Perubahan nilai-nilai budaya
komitmen pemerintah Kab. lokal
Halmahera Selatan untuk  Persiangan usaha kususnya pada
mengembangkan pulau-pulau kecil sektor pendukung kegiatan
sebagai andalan sektor pariwisata. pariwisata.
 Meningkatnya minat wisatawan
terhadap wisata bahari
 Meningkatnya pengetahuan dan
wawasan warga masyarakat lokal.

126| Vol 10 No. 2 - 2018


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Kekuatan (S) Kelemahan (W)


Strategi S-T Strategi W-T
 Meminimalisir perubahan  Penyusunan rencana tata ruang
penggunaan lahan daerah dan zonasi kawasan yang
 Pemanfaatan lahan dan sumberdaya memiliki potensi ekoswisata
alam tidak melampaui kapasitas dan dengan melibatkan instansi
daya dukung lingkungan. terkait dan masyarakat lokal.
 Melibatkan instansi pemerintah,  Penegakan aturan melalui
lembaga masyarakat, LSM dalam peraturan daerah untuk
pengawasan. melindungi dan mencegah
 Pengelolaan berbasis masyarakat. kerusakan lingkungan pada
daerah-daerah yang memiliki
potensi wisata bahari.
Sumber : Data Hasil Olahan (2018)

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Pulau-pulau kecil yang terdapat di Baiquni , M. (2010). Pariwisata Berkelanjutan
wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dalam Pusaran Krisis Global.
memiliki potensi dan peluang besar untuk Denpasar: Udayana University
dikelola sebagai kawasan ekowisata bahari. Press.
Keanekaragaman hayati yang dimiliki baik
pada ekosistem darat maupun ekosistem Body, C.E. (1988). Water Quality in
laut menjadikan lokasi ini sangat tepat Warmwater Fish Ponds. Fourth
untuk dikembangkan dengan konsep Printing. Aurburn University
ekowisata dan konservasi. Agricultural Experiment Station.
Aspek yang menjadi kekuatan Alabama. USA.
pantai Pulau Sali dan Daga Besar antara Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi
lain, pengembangan kegiatan wisata Pengelolaan Sumber Daya dan
berbasis masyarakat dengan Lingkungan Perairan. Yogyakarta :
memberdayakan masyarakat lokal, Kanisius
kegiatan rekreasi pantai, diving, snorkeling,
penelitian dan konservasi serta wisata Hutabarat, S., & S.M. Evans. (2000).
religius. Pembangunan sarana dan prasaran Pengantar Oseanografi. Jakarta : UI-
pendukung seperti kafe/restaurant dan home Press
stay sangat diperlukan untuk memberikan
kenyamanan bagi wisatawan. Selain itu, Kordi, M.G.H., & A.B. Tancung. (2007).
srana transportasi juga harus ditingkatkan Pengelolaan Kualitas Air Dalam
untuk memudahkan akses bagi para Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka
wisatawan untuk mencapai lokasi. Cipta

Putera, A.H.F., Fachrudin, A., Niken T.M.P.,


UCAPAN TERIMA KASIH
& Setyo, B.S. (2012). Kajian
Ucapan terima kasih disampaikan
Keberlanjutan Pengelolaan Wisata
kepada para pimpinan Universitas Bumi
Pantai di Pantai Pasir Putih Bira,
Hijrah atas dukungannya sehingga
Bulukumba, Sulawesi Selatan.
penelitian ini bisa dilaksanakan. Terima
Jurnal Penelitian dan Pengembangan
kasih juga kepada pemerintah daerah
Kepariwisataan Indonesia. Vol.8 (3) :
Kabupaten Halmahera Selatan khususnya
241 – 254.
kepada bapak Iksan Jasmir, S.Pi (Dinas
Pariwisata) atas kesediaannya membantu Rochyatun, E. (2000). Variasi Musiman
penulis selama kegiatan pengambilan data Kandungan Oksigen Terlarut di
di lapangan.

Potensi Ekowisata …..|127


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Perairan Gugus Pulau Pari. Pusat Wisata Bahari di Daerah Istimewa


Penelitian Oseanografi. LIPI. Jakarta Yograkarta. Jurnal Geografi. 10(1), 63-
73.
Simanungkalit, N.M., & Lumbantoruan,W.
(2016). Analisis Persebaran Intrusi Suma, N.N. (2018). Informasi Geospasial
Air Laut pada Air Tanah Freatik di Untuk Membangkitkan Potensi
Desa Rugemuk Kec. Pantai Labu Wisata Pesisir Pada Jalur Lintas
Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Selatan Jember Jawa Timur. Jurnal
Geografi. 8(02), 146-155 Geografi. 10(1), 26-41.

Susana, T. (2009). Tingkat Keasaman(pH) Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata


dan Oksigen Terlarut sebagai Pesisir dan Laut. Brilian
Indikator Kualitas Perairan Sekitar Internasional. Surabaya
Muara Cisadane, Jurnal Teknologi
Lingkungan. Jakarta : LIPI. Yulianda F., Fachrudin A., Ambrosius AH.,
Sri H., & Kusharjani, Ho S K. (2010),
Tambunan J.M., Anggoro S., & Purnaweni Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara
H. (2013). Kajian Kualitas Lingkungan Terpadu. PUSDIKLAT
dan Kesesuaian Wisata Pantai Tanjung KEHUTANAN-SECEM-KOICA.
Pesona Kabupaten Bangka. Prosiding Bogor.
Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari Sebagai
Magister ilmu lingkungan. Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Universitas Diponegoro. Semarang. Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah.
Departemen Manajemen
Rif’an, A.A. (2018). Daya Tarik Wisata Sumberdaya Perairan. Fakultas
Pantai Wediombo Sebagai Alternatif Perikanan dan Ilmu Kelautan.

128| Vol 10 No. 2 - 2018

Anda mungkin juga menyukai