BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Pengertian Ekowisata
B. Perkembangan Pariwisata
potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu. Pada tahap berikutnya
dikembangkan model pengelolaan kawasan wisata yang berorientasi pelestarian
lingkungan (Ramly, 2007).
Lebih lanjut Ramly (2007) menyatakan bahwa pariwisata merupakan salah
satu sektor ekonomi penting dan strategis di masa datang. Identifikasi dan
perencanaan pengembangan industri pariwisata perlu dilakukan secara lebih
terperinci dan matang. Pengembangan industri pariwisata ini diharapkan juga
mampu menunjang upaya pelestaraian alam, kekayaan hayati dan kekayaan
budaya.Pengembangan kawasan wisata merupakan alternatif yang diharapkan
mampu mendorong baik potensi ekonomi daerah maupun upaya-upaya pelestarian
lingkungan.
Fandeli dan Nurdin (2005) menyatakan bahwa, pariwisata selama ini telah
terbukti menghasilkan beberapa keuntungan ekonomi. Namun bentuk pariwisata
yang menghasilkan wisatawan massal telah menimbulkan berbagai masalah
utamanya menyebabkan terjadinya dampak negatif terhadap sosial budaya dan
kerusakan lingkungan.
Dengan demikian pariwisata massal ini tidak sesuai dengan sebutan green
industry. Green industry sangat sesuai dengan pariwisata yang berbasis alam
utamanya ekowisata. Pembangunan pariwisata hendaknya dilaksanakan secara
bertahap/gradual, disertai dengan pengukuran dampak ekonomi untuk menimbang
sejauhmana pariwisata telah mampu meningkatkan PAD dan perbandingannnya
dengan anggaran yang telah dikeluarkan. Pengukuran ekonomis lain yang
diperlukan adalah sejauhmana pengeluaran masyarakat terserap dalam
perekonomian lokal (retention) dan sejauhmana timgkat kebocoroan ekonomi
(leakages) yang diakibatkan oleh sektor pariwisata (Gunawan, dkk. 2000).
Menurut Mitchell, Setiawan dan Rahmi (2000), dampak ekonomi suatu
kegiatan dapat diketahui dengan menggunakan Analisis Untung Rugi (benefit-cost
analysis). Dalam bentuknya yang paling sederhana analisis untung rugi meliputi
identifikasi semua keuntungan dan kerugian selama jangka waktu tertentu,
menjabarkan nilai-nilai keuntungan dan kerugian serta menghitung perbandingan
antara keuntungan dan kerugian.
Pariwisata di suatu kawasan sering dianggap sebagai nilai penggunaan
langsung, tetapi kunjungan ke kawasan pariwisata mempengaruhi nilai yang lain.
6
lahan (5) pelestarian sumberdaya alam dan warisan budaya serta (6)
pengembangan sistem dan mekanisme keamanan dan keselamatan.
Pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) memenuhi kebutuhan
wisatawan dan daerah penerima saat ini, sambil melindungi dan mendorong
kesempatan untuk waktu yang akan datang. Mengarah pada pengelolaan seluruh
sumber daya sedemikian rupa sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika
dapat terpenuhi sambil memelihara integritas kultural, proses ekologi yang
esensial, keanekaragaman hayati dan sistem pendukung kehidupan
(Gunawan, dkk., 2000).
Kepariwisataan global telah mengalami pergeseran pola wisata dari mass
tourism ke individual atau small group tourism. Di indonesia kedua pola wisata
tersebut berjalan bersamaan.
C. Prinsip Ekowisata
D. Kriteria Ekowisata
Salah satu upaya pemanfaatan sumberdaya lokal yang optimal adalah
dengan mengembangkan pariwisata dengan konsep ekowisata. Dalam konteks ini,
wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya-
upaya konservasi, pemberdayaan ekonomi lokal dan mendorong respek yang lebih
tinggi terhadap perbedaan kultur atau budaya. Hal inilah yang mendasari
perbedaan antara konsep ekowisata dengan model wisata konvensional yang telah
ada sebelumnya (Satria, 2009).
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu. Bahwa ekowisata harus memberikan nilai konservasi yang dapat dihitung,
mencakup partisipasi publik, serta menguntungkan dan dapat memelihara dirinya
sendiri (Oetama, 2013). Pergeseran konsep kepariwisataan dunia ke model
ekowisata, disebabkan karena kejenuhan wisatawan untuk mengunjungi obyek
wisata buatan. Oleh karena itu, peluang ini selayaknya dapat dimanfaatkan secara
maksimal untuk menarik wisatawan asing mengunjungi objek wisata berbasis
alam dan budaya penduduk lokal.
Pengembangan ekowista bahari yang hanya terfokus pada pengembangan
wilayah pantai dan lautan sudah mulai tergeser, karena banyak hal lain yang bisa
dikembangkan dari wisata bahari selain pantai dan laut. Salah satunya adalah
konsep ekowisata bahari yang berbasis pada pemadangan dan keunikan alam,
karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat
sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Selanjutnya,
kegiatan ekowisata lain yang juga dapat dikembangkan, antara lain: berperahu,
berenang, snorkling, menyelam, memancing, kegiatan olahraga pantai dan piknik
menikmati atmosfer laut (Sukoraharjo dkk, 2012).
10
F. Potensi Ekowisata
G. Pengelolaan Ekowisata
bahwa strategi generik adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam rangka
mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam prakteknya, setelah
perusahaan mengetahui strategi generiknya, untuk implementasinya akan
ditindaklanjuti dengan langkah penentuan strategi yang lebih operasional. Pada
tahap akhir yang lebih detil, penjabaran yang lebih detail dari strategi utama
adalah strategi fungsional yang lebih menekankan pada bidang – bidang
fungsional. Berdasarkan penggambaran definisi strategi, ekowisata dan
pengelolaan ekowisata pada sub bab sebelumnya, ditetapkan pengertian strategi
pengelolaan potensi ekowisata yaitu : rangkaian upaya – upaya strategis yang
harus dilakukan untuk mengelola potensi ekowisata sehingga dapat memberikan
manfaat bagi kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
3. Sosial
- Infrakstruktur Fasilitas jalan, yaitu 3
jembatan darurat, di tempuh
melalui 2 jalur yaitu (1)
jalan poros ke Batugong (2)
jalan poros kota lama
(Toronipa) dengan jalan
yang rusak
- Kondisi Untuk kondisi ketersediaan
ketersediaan infrakstruktur sangat baik
infrakstruktur
- Daya tarik regional Selain sebagai tempat
rekreasi taman wisata
pendidikan ini juga
memiliki mangrove,
terumbu karang dan lamun,
dan juga tempat konservasi
penyu, kima dan bamboo
laut, dengan adanya
fasilitas-fasilitas penunjang
wisatawan seperti alat scuba
diving lengkap, Kereta
apung, Banana boots.
- Snorkling
- Diving
- Selam
- Pemancingan
2. Wisata alam
A. Aspek Ekologi
wisata pantai Bintang Samudra tidak cocok dijadikan sebagai wisata pantai karna
lokasi wisata ini tidak memiliki panorama pantai yang begitu indah dibandingkan
tempat wisata pantai yang lain, Bintang Samudra sangat cocok dijadikan sebagai
lokasi wisata bahari (snorkling dan diving) karena memiliki ekosistem terumbu
karang yang dalam kategori baik dan indah yang mendukung kedua jenis wisata
bahari ini dapat dilakukan di kawasan wisata Bintang Samudra, sehingga yang
akan menjadi daya tarik tersendiri. Akan tetapi untuk wisata pancing belum bisa
digunakan karena sarana dan prasarananya belom lengkap dikarekan lokasi
pemancingan masih dalam tahap pembuatan. Aziz, dkk., (2012) menjelaskan
bahwa, perairan yang menyimpan kekayaan bawah laut sebagai kawasan wisata
bahari adalah kondisi terumbu karang yang masih baik, dan juga memiliki
kekayaan ragam jenis ikan yang melimpah. Dengan kekayaan bawah lautnya yang
melimpah, maka objek wisata dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata yang
menarik untuk terus dikunjungi. Sumberdaya terumbu karang ini dapat
dikembangkan untuk kegiatan seperti selam (diving), dan memancing (fishing).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai, kunjungan di lokasi wisata
Bintang Samudra tidak menentu jumlahnya. Jumlah pengunjung akan padat pada
hari-hari libur yang menyebabkan lokasi wisata menjadi ramai. Akan tetapi
kondisi ini akan memperparah kondisi lingkungan yang diakibatkan oleh
wisatawan yang tidak peduli dengan kelestaian lingkungan sekitar. Fandeli dan
Nurdin (2005) menyatakan bahwa, pengembangan pariwisata dapat menimbulkan
dampak negatif yang disebabkan oleh kunjungan wisatawan. Untuk penanganan
dampak negatif dapat dianggarkan dari penghasilan yang didapat oleh kawasan.
Biaya yang timbul dari pengembangan pariwisata ada tiga macam yaitu : biaya
finansial dan ekonomi, biaya sosial budaya dan biaya lingkungan.
Ditinjau dari segi ekologi, Bintang Samudra menjadi lokasi wisata
dikarenakan lokasi yang berada di wilayah pesisir, memiliki infrastruktur yang
cukup memadai, area yang tenang dan luas, serta memiliki beberapa keunggulan,
yaitu lokasi wisata yang luas dan strategis, tersedianya berbagai macam pilihan
wisata, yakni wisata alam dan bahari yang terstruktur dengan baik dan sesuai
peruntukannya. Sumberdaya yang terdapat di lokasi wisata, yaitu Mangrove
(Sonnneratia alba dan Rhizoppora sp.), Lamun (Cymodocea serrulata), terumbu
karang. Potensi lain yang ada di kawasan wisata, yaitu sebagai tempat konservasi
19
B. Aspek Ekonomi
C. Akpek Sosial
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA