Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Tominse Ijan Butar-butar

NIM : 122420043
TPB : 45/RA
Tugas Resume PengProd

01.EKOWISATA
I . Pengertian
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada
hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap
kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan
keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya
merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada
hakekatnya konservasionis.

II . Pendekatan pengelolaan Ekowisata


Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata
pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara
konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan
masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for
Conservntion of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk
memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini
dan mendatang. Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan
konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar
Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan
lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan
pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah
hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan
adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam. Pendekatan lain bahwa ekowisata
harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan
konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut: 1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap
mendukung sistem kehidupan. 2. Melindungi keanekaragaman hayati. 3. Menjamin kelestarian dan
pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

III. Konsep pengembangan Ekowisata


Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada
umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek
market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven. Meskipun aspek
market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan
budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.

IV. Prinsip Ekowisata


Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian
ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya
terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini
dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan
berbasis kerakyatan (commnnity based). The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada
delapan prinsip, yaitu: Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan
budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya
setempat. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan
pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan langsung
untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola
kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation
tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas
kawasan pelestarian alam. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam
merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat
diharapkan ikut secara aktif. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. Menjaga
keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas
harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan
merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi
flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya
lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan.
Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Peluang
penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan
untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara
atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.

02.PENGARUH EKOWISATA DALAM KONDISI MASYARAKAT


I. Pengembangan Ekowisata Berbasis Mayarakat

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif
masyarakat. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang
alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan
masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam
mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola. Dengan
adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata
sendiri. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 bahwa prinsip
pengembangan ekowisata meliputi: (1) kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata; (2)
konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari sumberdaya alam yang
digunakan untuk ekowisata; (3) ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan
menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat
berkelanjutan; (4) edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar
memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya; (5)
memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung; (6) partisipasi masyarakat, yaitu peran serta
masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati
nilai- nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan; dan (7) menampung kearifan
lokal.

II. Dampak Ekowisata

Dampak ekowisata adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas (Soemarwoto,
1989). Ekowisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan. Pengelolaan ekowisata yang
baik akan menghasilkan beberapa keuntungan dalam berbagai aspek. Akan tetapi, apabila tidak dikelola
ekowisata yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negatif berupa polusi, kerusakan lingkungan
fisik, pemanfaatan berlebihan, pembangunan fasilitas tanpa memperhatikan kondisi lingkungan, dan
kerusakan hutan mangrove (Tuwo, 2011).

III. Pengaruh terhadap Sosial Budaya

Ekowisata sebagai industri pariwisata merupakan bagian dari cultural industry yang melibatkan
seluruh masyarakat. Meskipun hanya sebagian masyarakat yang terlibat, namun pengaruh sosial lebih
luas seperti terjadinya ketimpangan/ kesenjangan sosial dalam masyarakat. Pengaruh pariwisata terhadap
masyarakat termasuk terjadinya perubahan proses sosial masyarakat yang di dalamnya terdapat kerjasama
dan persaingan antara pelaku pariwisata. Proses sosial adalah hubungan timbal balik antar individu,
individu dengan kelompok, dan antar kelompok, berdasarkan potensi atau kekuatan masing-masing
(Abdulsyani, 1994). Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat dimana terdapat
proses hubungan antar manusia berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia secara
terus-menerus. Terbentuknya interaksi sosial apabila terjadi kontak sosial dan komunikasi sosial. Proses
sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu, kerjasama, persaingan, pertikaian/pertentangan, dan
akomodasi (Tafalas, 2010).

IV.Pengaruh terhadap Ekonomi

Menurut Sedarmayanti (2005) kegiatan ekowisata yang banyak menarik minat wisatawan telah
memberikan sumbangan devisa untuk negara dan juga telah membuka kesempatan lapangan pekerjaan
bagi masyarakat sekitar. Masyarakat tidak saja mendapatkan pekerjaan dan peningkatan pendapatan,
tetapi juga dapat menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang menunjang kegiatan pariwisata. Taraf
hidup dikutip dari Data BPS tahun 2005 dalam Rahman (2009) adalah variabel kemiskinan yaitu luas
lantai bangunaan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar,
sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi
daging/ayam/susu/perminggu, pembeliaan pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun,
frekuensi makan dalam sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter, lapangan
pekerjaan kepala rumahtangga, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga dan kepemilikan asset/harta
bergerak maupun tidak bergerak. Taraf hidup adalah tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
03.Analisis potensi ekowisatsa

I .Landasan Teori Analisis

Analisis Menurut (Fatta, 2007) menyatakan bahwa “Analisis adalah teknik pemecahan masalah yang
menguraikan bagian-bagian komponen dengan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen
tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan mereka”. Menurut (Jogiyanto, 2005) menyatakan
bahwa “Analisis adalah penguraian dari sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya
dengan maksud mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, hambatan-hambatan
yang terjadi, dan kebutuhankebutuhan yang diharapkan sehingga dapat di usulkan perbaikannya.”

II. Tahapan dan Potensi Analisis

Menurut (Fatta, 2007), “Tahapan analisis adalah tahap dimana sistem yang berjalan dipelajari dan sistem
pengganti diusulkan”. Dalam tahap ini ada lima aktifitas utama antara lain:
1. Pengumpulan informasi
2. Mendefinisikan sistem requirement
3. Memprioritaskan kebutuhan
4. Menyusun dan mengevaluasi alternative
5. Mengulas kebutuhan dengan pihak manajemen

Potensi Menurut (Kartasapoetra & Sutedjo, 1987) “Potensi ialah segala sesuatu hal yang dapat dijadikan
sebagai bahan atau sumber yang akan dikelola baik melalui usaha yang dilakukan manusia maupun yang
dilakukan melalui tenaga mesin dimana dalam pengerjaannya potensi dapat juga diartikan sebagai sumber
daya yang ada di sekitar kita”.

Anda mungkin juga menyukai