Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PELUANG DAN TANTANGAN EKOWISATA

OLEH
SUPRIADIN
NIM 2210904008

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PERTANIAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan


pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek
konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat
lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata dimulai ketika
dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional.
Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para
ahli lingkungan tetapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku
bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan,
terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran
masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam
lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.
Dhayita Rukti Tanaya dan Iwan Rudiarto (2014:71-72) berpendapat
bahwa konsep ekowisata, yaitu wisata yang menyuguhkan segala sumber
daya wilayah yang masih alami, yang tidak hanya mengembangkan aspek
lingkungan dalam hal konservasi saja, namun juga memberikan
keuntungan bagi masyarakat sekitar, sebagai salah satu upaya
pengembangan perdesaan untuk meningkatkan perekonomian lokal,
dimana masyarakat di kawasan tersebut merupakan penggerak utama.

Berbeda dengan pariwisata yang secara umum, ekowisata tidak


menuntut tersedianya fasilitas akomodasi yang modern, mewah ataupun
berlebihan. Semuanya disesuaikan dengan kondisi dan ekosistem yang ada
di alam. Penyelenggaraannya pun sederhana, yang menjadi nilai jual
dalam ekowisata yaitu keaslian lingkungan, fauna dan flora, pemeliharaan
seni budaya tradisional masyarakat, terciptanya ketenangan dan
terciptanya keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam
sepenuhnya (Yoeti, 2016. 115).
Banyaknya dampak negatif dari kegiatan pariwisata konvensional
tersebut menjadikan konsep ekowisata sebagai alternatif baru untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat dalam sektor pariwisata.
Sehingga beberapa waktu belakangan ini konsep pariwisata yang berbasis
lingkungan hidup sedang banyak dikembangkan di daerah yang
mengandalkan lingkungan ekologis sebagai nilai jual utamanya. Ekowisata
banyak dinikmati karena wisatawan sedang tertarik dengan pariwisata
yang berbasis lingkungan hidup. Ketertarikan tersebut terjadi karena
konsep pariwisata yang biasanya hanya menyuguhkan produk wisata yang
hampir sama dengan lainnya. Hal ini menjadi sebab perkembangan
ekowisata menjadi sangat diminati pada beberapa waktu belakangan ini,
karena setiap daerah kawasan ekowisata mempunyai karakteristik
tersendiri dan berbeda dengan kawasan ekowisata lainnya.

Salah satu daerah pengembangan ekowisata yaitu Kelurahan Kabonga


Besar, Kabupaten Donggala. Kelurahan Kabonga Besar memiliki
karakteristik daerah pesisir yang memiliki kawasan ekosistem tanaman
bakau yang cukup luas, sangat alami dan bercirikan kawasan pedesaan
menjadi nilai jual utama dalam produk ekowisata. Tetapi dibalik itu
kawasan tersebut masih memiliki banyak permasalahan, baik aspek
lingkungan, aspek manusia dan aspek pengelolaannya sehingga aktivitas di
kawasan tersebut belum berkembang secara baik dan masyarakat di sekitar
kawasan tersebut belum sepenuhnya mendapatkan keuntungan dari
aktivitas ekowisata tersebut. Permasalahan tersebut menyebabkan
terhambatnya perkembangan ekowisata di Kelurahan Kabonga Besar.
Dalam pengembangan ekowisata pada prinsipnya selain memberikan
dampak ekonomis bagi masyarakat di kawasan tersebut juga dilarang
menimbulkan gangguan terhadap ekosistem dan menghilangkan nilai
konservasi pada lingkungan lainnya. Gangguan ekosistem bukan hanya
ditimbulkan oleh para wisatawan tetapi juga oleh masyarakat yang berada
di kawasan ekowisata tersebut. Oleh karenanya pengembangan ekowisata
diharapkan mampu memberikan Multiplier Effect positif dan peluang
peningkatan kondisi ekonomis masayarakat dan peningkatan kualitas
lingkungan hidup di kawasan tersebut.
Pengaplikasian ekowisata selayaknya berlandaskan konsep pembangunan
berkelanjutan dan politik hijau. Karena itu, konsep ekowisata seharusnya
berlandaskan konsep etika lingkungan berparadigma ekosentrisme (Deep
Ecology). Konsep ekosentrisme (Deep Ecology) tidak pernah membedakan
antara manusia dengan alam, namun secara mendasar bagaimana hubungan
timbal balik dan saling ketergantungan manusia dengan alam, sehingga
tidak adanya dominasi antara dua unsur pokok tersebut. Dalam hal ini
konsep ekowisata bisa menjadi sebuah gerakan penyelamatan kualiatas
lingkungan hidup dan menjadi sebuah akses dalam peningkatan pendapatan
masyarakat di kawasan tersebut. Analisis praktik, peluang dan tantangan
ekowisata dengan konsep etika lingkungan yang berparadigma
ekosentrisme (Deep Ecology) seharusnya dianalisis secara tepat, karena
nilai ukur keberhasilan bukan hanya dalam periode pendek saja tetapi
perkembangan pembangunan yang berkelanjutan. Sehingga politik hijau
dan sistem sosial dalam masyarakat bisa berjalan dengan kompleks. Oleh
karenanya berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah
penelitian tersebut yang menjadi fokus kajian penelitian.

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini memfokuskan masalah pada prinsip peluang dan
tantangan pengelolaan ekowisata mangrove di kelurahan Kabonga Besar.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik suatu permasalahan, yaitu :

1. Apa saja peluang ekowisata mangrove di Kelurahan Kabonga


Besar?

2. Apa saja tantangan ekowisata mangrove di Kelurahan Kabonga?

C. Tujuan Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis apa saja peluang ekowisata mangrove di Kelurahan
Kabonga Besar.
2. Menganalisis apa saja tantangan ekowisata mangrove di Kelurahan
Kabonga Besar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekowisata Mangrove

Ekowisata pada dasarnya berasal dari Bahasa Inggris ecotourism/ekoturisme. Yang


secara sederhana diartikan sebagai wisata ekologi atau wisata lingkungan.

Namun yang pastinya, pengertian ekowisata adalah wisata yang dipergunakan oleh
masyarakat dengan berbasis pada keindahan yang tersedia pada alam, menikmati
keindahan lingkungan, serta memberikan nilai pendidikan merupakan salah satu
tujuan ekowisata di dirikan

Sedangkan definisi ekowisata menurut para ahli, antara lain;

1. Qomariah (2009)

Pengertian ekowisata adalah pariwisata yang dipergunakan oleh masyarakat dalam


menikmati berbagai jenis keanekaragaman hayati tanpa merusaknya. Wisata ini
identik dengan berbagai akrifitas pendidikan, seperti penelitian, dan lain
sebaginya.

2. Nasikun (1999)

Ahli sosiologi dari UGM ini mempergunakan kata ekowisata untuk


menggambarkan bentuk wisata yang harus dikembangkan untuk menjaga
kesetabilan alam, keindahan alam, dan menjaga sumber daya alam yang notebene
bagian daripada pembangunan berkelanjutan.

3. The Ecotourism Society (1990)

Menurutnya definisi ekowisata adalah perjalanan pariwisata seseorang yang


dilakukan ke dalam area yang masih alami dengan tujuan mengkonservasi,
melestarikanm dan juga mensejahteraan masyarakat yang ada di lingkungan
wilayahnya tersebut.
4. Eplerwood (1999)

Ekowisata adalah bentuk wisata yang dilakukan oleh seseorang dalam


memertanggungjawabkan keadaan area yang alami, seperti kegiatan berpetualang,
kegiatan mengamati pohon-pohon, mengamati burung, bahkan berbagai jenis
iklannya.

5. Black (1999)

Menurutnya, ekowisata adalah perjalanan pariwisata yang dilakukan oleh


seseorang dalam memberikan pendidikan serta interpretasi terhadap lingkungan
yang masih alami, sehingga hal tersebut dapat menjadikan kelestarian yang
ekologis.

Mangrove adalah ekosistem unik yang mendiami wilayah pasang surut, meski
tidak semua kawasan pesisir dapat ditumbuhi mangrove. Mangrove mampu
beradaptasi dengan tingkat penggenangan terbatas melalui sistem perakarannya
yang khas dan dengan kesesuaian kondisi substrat. Durasi penggenangan inilah
yang menentukan sebaran jenis dan zonasi mangrove.

Mangrove jelas memiliki fungsi penting bagi ekosistem pesisir, namun pada
kenyataannya terur menerus mengalami degradasi dan tekanan yang luar biasa,
baik itu oleh dampak reklamasi untuk pemukiman dan pembangunan infrasturutr,
aktivitas warga, maupun untuk alihfungsi untuk berbagai kepentingan ekonomi.
Banyaknya aturan terkait konservasi dan perlindungan mangrove seakan tak
mampu meredam berbagai aktivitas pengganggu tersebut. Gempa dan tsunami
seakan menjadi pengingat dan seharusnya menjadi momentum bersama untuk
untuk mengembalikan kembali mangrove ke tempat sucinya, sebagai benteng
tangguh pesisir, yang secara ekonomi juga memiliki banyak potensi jika dikelola
dengan baik.

Hutan mangrove di Sulawesi Tengah salah satunya di Kelurahan Kabonga Besar


Kabupaten Donggala, merupakan ekosistem hutan mengrove yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
perekonomiannya. Hutan mangrove tersebut harus dilindungi kelestariannya,
karena banyak memiliki fungsi dan manfaat bagi manusia, serta layak untuk
diperhatikan sebagai salah satu penunjang hidup bagi masyarakat sekitar,
(Wikianti et all. 2016)

Masyarakat yang bermukim di sekitar hutan mangrove pada dasarnya merupakan


suatu kelompok masyarakat yang menjadi sumber daya yang berpotensi untuk
mendukung tercapainya suatu pengelolaan hutan yang lestari. Keberadaan
masyarakat yang berada di sekitar hutan mangrove dapat menimbulkan dampak
positif dan negatif terhadap kelestarian hutan. Hal ini tergantung dari presepsi dan
motivasi dari masyarakat setempat (Achmat et all. 2012)

Kesadaran dari diri masyarakat dan tanpa paksaan ataupun dorongan dari orang
lain, untuk ikut serta dalam pengelolaan hutan mangrove, merawat dan menjaga
kelestarian hutan mangrove sehingga dapat dijadikan sebagai tempat wisata yang
dapat dikunjungi oleh masyarakat daerah maupun dari luar daerah juga dapat
berdampak positif terhadap masyarakat yang berada di Kelurahan Kabonga Besar,
(Utomo et all. 2017). Dengan adanya lokasi wisata tersebut, hutan mangrove yang
berada di Kelurahan Kabonga Besar semakin dikenal oleh masyarakat dari luar
daerah. Masyarakat setempat sebagian besar telah memiliki inisiatif yang baik
dalam melakukan perlindungan terhadap hutan mangrove. (Hidayat, 2020)

B. Peluang Ekowisata Mangrove di Kelurahan Kabonga Besar

Beberapa Peluang ekowisata yang ada di mangrove Kelurahan Kabonga Besar


adalah :

1. Peluang Bisnis

Peluang bisnis adalah momen terciptanya kesempatan bagi seseorang untuk


menawarkan jasa atau barang untuk mencapai tujuan yang dimilikinya. Dalam hal
ini, sasaran dapat berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk
melancarkan kegiatan usaha.
Sedangkan menurut seorang pakar kewirausahaan, Thomas W. Zimmerer, peluang
bisnis adalah para individu pencipta pemikiran-pemikiran kreatif dan inovasi yang
didapatkan dari suatu kesempatan guna mencapai tujuannya
Besar Pemanfaatan buah bakau(mangrove) tidak sepopuler dibandingkan dengan
pemanfaatan kayu batang pohonnya. Pemanfaatan kayu dari batang pohon
mangrove digunakan untuk bahan baku pembuatan arang, kayu bakar, dan
bahan bangunan. masyarakat sekitar masih memanfaatkan kayu mangrove untuk
ketiga kepentingan tersebut. Hal ini wajar, karena kawasan hutan mangrove
merupakan sumber kayu yang penting bagi masyarakat pesisir
(Wahyuni,2014: 1-12; Wahidin, 2013: 120-127;Saprudin, 2012: 213-
219; Susana, 2011: 29-38; Hiarey, 2009: 23-34; Setyawan danWinarno,
2006: 284-285; Novianty dkk,diunduh 2 Maret 2015). Masyarakat sekitar
masih jarang yang memanfaatkan buah mangrove sebagai bahan
makanan,minuman/sirup, sabun, lulur dan zat perwarna. Hal ini karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat buah mangrove, pola
piker (mindset) masyarakat yang menganggap bahwa satu-satunya sumber
karbohidrat hanya pada beras dan jagung, belum banyak pengetahuan
tentang potensi dan manfaat buah mangrove sebagai sumber pangan (IPB,
diunduh 2 Februari 2015). Oleh karena itu, pemanfaatan buah mangrove yang
demikian perlu dimaksimalkan dan diintensifkan sebagai peluang bisnis
masyarakat sekitar sekaligus sebagai upaya pelestarian hutan mangrove.
Mangrove Kabonga Besar memiliki peluang bisnis yang sangat besar. Ini
merupakan tugas dari pengelola untuk bisa mengambil peluang yang ada.

2. Peluang Pengabdian Masyarakat

Pengabdian Masyarakat adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk


membantu masyarakat dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan
imbalan dalam bentuk apapun.

Dalam pengelolaan mangrove Kabonga Besar, di harapkan masyarakat


terlibat di dalamnya.

Fokus pengabdian masyarakat ini, yaitu pengembangan potensi kawasan


mangrove agar daerah yang berpotensial menjadi daerah wisata dapat
menonjolkan wisata budaya lokal, Di sisi lain, Provinsi Sulawesi Tengah
memiliki kawasan perdesaan yang potensial untuk dijadikan sebagai desa
wisata, tetapi belum dimanfaatkan, padahal potensi budaya ini dapat
menjadi sumber mata pencaharian masyarakat desa

3. Peluang Kemitraan

Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari industri atau usaha pariwisata


yang terlibat dalam memberikan pelayanan jasa kepada wisatawan. Mengingat
aktifitas pariwisata tidak hanya melibatkan satu aspek (misalnya hanya tugas
pemerintah semata), maka pelayanan ke wisatawan ataupun kepuasan
wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi tidak semata-mata tergantung
pada satu peran stakeholder semata. Keterkaitan masyarakat dari berbagai
kelompok menjadi penentu pengembangan pariwisata.

Ini berarti bahwa stakeholder pariwisata memiliki kontribusi yang besar dalam
mencapai tujuan pengembangan pariwisata (Caffyn, 2000; Getz dan Timur,
2005; Tuohino dan Konu, 2014). Peran para stakeholder tersebut tidak dapat
maksimal tanpa ditunjang dengan suatu langkah strategis yang dilakukan oleh
pengelola suatu daya tarik wisata ataupun pihak yang memiliki otoritas
pengelolaan pengembangan pariwisata. Kemitraan (partnership), suatu langkah
atau strategi utama pengembangan suatu destinasi wisata. Dapat dibayangkan
jika pariwisata yang sedang dikembangkan tidak menerapkan upaya atau
langkah kemitraan dengan pihak-pihak terkait.

Kemitraan ini bukanlah merupakan strategi baru ataupun pendekatan baru bagi
mereka yang berkecimpung dalam dunia pariwisata. Kemitraan justru telah
menjadi perhatian pemerintah, industri pariwisata ataupun praktisi pariwisata
sejak pariwisata dikembangkan di Indonesia. Kemitraan menjadi kata kunci
jika suatu destinasi atau daya tarik wisata diperhadapkan pada persaingan
menarik wisatawan untuk datang ke suatu destinasi. Fyall dan Garrod (2003)
berpendapat bahwa persaingan dalam dunia usaha pariwisata serta pemberian
pelayanan ke customer menjadi alasan pentingnya kemitraan untuk diterapkan.
Selain itu, multiplier effect dari pariwisata yang di dalamnya melibatkan
individu ataupun kelompok menjadikan strategi kemitraan penting untuk
dipahami dan diimplementasikan.
Meskipun kemitraan disadari sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
pengembangan pariwisata, konsep kemitraan masih memerlukan penjabaran.
Secara aplikatif, suatu organisasi ataupun kelompok telah melakukan upaya
kemitraan. Namun, kajian pustaka dalam literatur Bahasa Indonesia yang
mengeksplorasi kemitraan dan kaitannya dengan pariwisata dan hospitaliti
masih terbatas.

Wisata Mangrove Kabonga Besar mempunyai prospek besar sehingga dalam


pengembangan ekowisata mempunyai peluang yang besar dalam hal kerjasama
atau bermitra dengan instansi terkait dan juga swasta.

C. Tantangan Ekowisata Mangrove di Kelurahan Kabonga Besar

Beberapa tantangan yang ada di Mangrove Kabonga Besar adalah :

1. Status Lahan

Status lahan mangrove yang banyak di klaim oleh warga sekitar pesisir
menjadi salah satu kendala atau tantangan utama dalam pengembangan
ekowisata mangrove.

Maka dalam ini, pihak pengelola wisata Mangrove Kabonga perlu


diperjelas terkait status lahan sehingga dalam pengelolaan ekowisata
tersebut kedepan bisa lebih berkembang.

2. Investasi

Investasi adalah aktivitas menempatkan modal baik berupa uang atau aset
berharga lainnya ke dalam suatu benda, lembaga, atau suatu pihak dengan
harapan pemodal atau investor kelak akan mendapatkan keuntungan setelah
kurun waktu tertentu. Karena harapan mendapatkan keuntungan di
kemudian hari inilah investasi disebut juga sebagai penanaman modal.
Istilah investasi sendiri berasal dari kata Bahasa Italia, investire yang
berarti memakai atau menggunakan. Umumnya, dana atau aset yang
ditanamkan oleh seorang investor akan dikembangkan oleh badan atau
pihak yang mengelola. Keuntungan dari hasil pengembangan tersebut
nantinya akan dibagikan kepada investor sebagai imbal balik sesuai dengan
ketentuan antara kedua pihak

Dalam upaya pengembangan usaha ekowisata perlu adanya kolaborasi


antara pihak pemerintah, Pemda/Dinas Pariwisata, swasta, pihak lain yang
terkait termasuk masyarakat sekitar hutan secara aktif. Pengembangan
ekowisata mutlak harus ditunjang oleh ketersediaan dana dalam
menunjang pengelolaan ekowisata agar lebih baik lagi.

3. Manajemen Pengelolaan

Pengelolaan meruapakan sebuah manajemen yang harus di miliki ketika


kita melakukan dan merencanakan segala sesuatu dalam jangka yang
panjang dan berkelanjutan.Pengelolaan dan perencanaan Ekowisata berarti
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan mendatang dikarenakan
Ekowisata lama kelamaan juga menjadi sebuah kebutuhan tambahan yang
sangat di perlukan oleh masyarakat pada umumnya.Dengan
mempertimbangkan perkembangan teknologi dan pertumbuhan penduduk
merupakan hal yang utama untuk menjawab keberlangsungan dalam
pengelolahan tersebut

Manajemen pengelolaan ekowisata sangat berpengaruh terhadap kelanjutan


dan perkembangan wisata tersebut. Pihak pengelola harus lebih aktif lagi
dalam hal pengelolaan terkhusus di bidang promosi wisata mengingat
lokasi ini tidak berada di dalam kota sehingga perlu meningkatkan
promosi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek peluang dalam pengelolaan pengembangan ekowisata mangrove


sangat besar. Dibalik bisnis pengembangan ekowisata yang menjanjikan
peluang kemitraan dan pengabdian dengan pemerintah daerah dan
masyarakat juga terjalin atas kerjasama yang disusun dalam pengembangan
ekowisata mangrove ini. Masyarakat yang sebelumnya hanya memanfaatkan
kayu pada kawasan tersebut kini telah menjadi sebuah daya dukung
kemitraan untuk mengembangkan ekowisata mangrove tersebut. Oleh karena
itu peluang yang dihasilkan oleh pengembangan ekowisata mangrove
tersebut membentuk sebuah kerjasama dan pengabdian yang baru.

Dibalik menjanjikannya pengembangan ekowisata mangrove Kelurahan


Kabonga Besar terdapat juga tantangan dalam pengembangannya yakni
manajemen pengelolaan yang harus bisa dikerjakan oleh seluruh elemen yang
menjadi stakeholder pengembangan ekowisata mangrove ini. Manajemen
pengelolaan seharusnya bisa mengelolah dengan baik, merencanakan apa yang
harus dikembangkan dan tujuan dari ekowisata itu sendiri. Sehingga
manajemen pengelolaan berdampak besar terhadap berhasil atau tidaknya
pengembangan ekowisata mangrove tersebut. Disamping itu investasi juga
menjadi sebuah tantangan yang bisa diselesaikan oleh seluruh stakeholder
pengelola ekowisata mangrove. Investasi menjadi daya dukung yang besar
dalam pengembangan ekowisata mangrove ini. Strategi untuk menarik
investor untuk menanamkan modal di kawasan ekowisata tersebut harus bisa
dilaksanakan. Tantangan tersebut sangat berpengaruh besar dalam
pengembangan ekowisata di Keluarahan Kabonga Besar. Oleh karena itu
seharusnya seluruh stakeholder yang tergabung dalam pengembangan
ekowisata harus bisa menyelesaikan tantangan tersebut. Pada akhirnya
pengembangan ekowisata mangrove Kelurahan Kabonga Besar merupakan
gerakan penyelamatan lingkungan, strategi pembangunan berkelanjutan dan
politik hijau yang berjalan di Kelurahan Kabonga Besar. Masyarakat dan
ekosistem harus benar-benar siap untuk menghadapi perkembangan dari
ekowisata mangrove tersebut agar tidak mengalami degradasi dari upaya yang
telah dilakukan sebelumnya.

B. Saran

Krisis lingkungan merupakan masalah yang sedang dihadapi saat

ini bahwa lingkungan menjadi peran utama dalam keberlangsungan makhluk

hidup dan manusia. Sehingga keberadaan lingkungan menjadi pusat perhatian

siapapun untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada dimana lahan

menjadi faktor untuk terciptanya pembangunan di suatu daerah. Untuk itu

diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan etika lingkungan

yang baik dalam permasalahan lingkungan hidup. Adapun saran untuk

menangani permasalahan penelitian ini menjadi relevan :

1. Kepada pihak pemerintah untuk tetap tegas dan bijaksana dalam

menanggapi krisis kualitas lingkungan dan mempertahankan kebijakan

pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan aturan yang semestinya agar

tercipta kesejahteraan masyarakat dan lingkungan. Pemerintah dapat

memberikan sikap yang tegas bagi masyarakat yang melakukan kegiatan

eksploitasi lingkungan untuk dilakukan secara bijaksana dalam

memanfaatkan dan mendukungan keberhasilan ekonomi pembangunan

daerah.

2. Kepada masyarakat sekitar harus tetap menjaga keseimbangan lingkungan

dan mendukungan adanya ekowisata mangrove yang ada disekitar

lingkungan Kelurahan Kabonga Besar agar terciptanya lingkungan yang

lestari dan menghindari dari krisis lingkungan yang akan merusak bumi.

Pihak yang terlibat dalam kegiatan pengembangan ekowisata mangrove

juga dapat mematuhi aturan kebijakan pemerintah dalam mendukung


peningkatan ekowisata dalam menjamin pembangunan berbasis lingkungan

yang berkelanjutan.

3. Adanya peran dari akademisi untuk memperhatikan kawasan-kawasan

ekosistem dilindungi yang rentan terhadap eksploitasi dari pihak yang

tidak bertanggung jawab. Juga sebagai wadah penelitian dalam

mendukungan kepedulian lingkungan. Peneliti mengharapkan akan adanya

penelitian yang berkelanjutan dalam penelitian tentang lingkungan beserta

habitat mangrove untuk melengkapi banyaknya kekurangan yang belum

tersampaikan. Peranan masyarakat dan juga bagaimana mengatasi

permasalahan lingkungan dalam pengelolaan hutan mangrove bila di

analisa dengan menggunakan teori lain dan tema lain yang berkaitan

dengan etika lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai