Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.

1 Maret 2019

Perilaku Minat Wisatawan Terhadap Ekowisata Hutan Mangrove Baros


Bantul
I Putu Hardani HD
STP AMPTA YOGYAKARTA
E-mail : Iputu.hardani@gmail.com

Abstract - The purpose of this study was to determine the behavioral interest of tourists who visited
the Baros Bantul Mangrove Forest Ecotourism destination. To this end, field surveys have been
carried out on the Baros Bantul Mangrove Ecotourism Center as a center for ecotourism for Mangrove
Forests in Bantul. The survey was received from 100 participants consisting of tourists visiting the
Baros Bantul Mangrove Forest Ecotourism. After the analysis, an assessment of the interest of tourists
in the area was carried out. Research findings The need to develop a program of development
activities that combines the potential of nature and culture to attract more tourist visits Introducing and
promoting the tourism potential of Baros Mangrove, Development of facilities and infrastructure,
Increasing the capacity of human resources in the local community in managerial training and
technical training on welcoming tourists and Improving access to the Mangrove Tourism Baros Bantul

Keywords: Ecotourism Tourist Visits, Interests, Visitors, Baros Bantul Mangrove Ecotourism

Abstrak – Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku minat wisatawan yang mengunjungi
tujuan Ekowisata Hutan Mangrove Baros Bantul. Untuk tujuan ini, survei lapangan telah dilakukan di
Ekowisata Hutan Mangrove Baros Bantul sebagai pusat ekowisata Hutan Mangrove di Bantul . Survei
diterima dari 100 peserta yang terdiri atas wisatawan yang berkunjung ke Ekowisata Hutan Mangrove
Baros Bantul . Setelah analisis, dilakukan penilaian tentang minat wisatawan di daerah tersebut.
Temuan penelitian Perlunya mengembangkan program kegiatan pengembangan yang
menggabungkan potensi alam dan budaya untuk ;lebih menarik minat kunjungan wisatawan.
Mengenalkan dan mempromosikan potensi wisata Mangrove Baros, Pengembangan sarana dan
prasarana, Peningkatan kemampuan SDM masyarakat lokal dalam pelatihan manajerial dan pelatihan
teknis penyambutan wisatawan serta Pebaikan akses menuju ke Wisata Mangrove Baros Bantul

Kata kunci: Perilaku Kunjungan Wisatawan Ekowisata, Minat, Pengunjung, Ekowisata Hutan
Mangrove Baros Bantul

1.1. Latar Belakang dan motivasi untuk eksistensi mendorong


Sektor pariwisata tumbuh dengan pesat masyarakat melakukan perjalanan wisata
seiring dengan tuntutan gaya hidup dan dengan mengunjungi potensi wisata tersebut.
kebutuhan akan rekreasi. Pariwisata menjadi Salah satu pengembangan wisata yang
bagian yang penting dalam kehidupan mampu menarik minat wisatawan untuk
manusia sebagai salah satu kebutuhan hidup berkunjung adalah wisata berbasis Ekologi
sekaligus sebagai gaya hidup. Dengan adanya seperti wisata alam. Ekowisata seperti halnya
perkembangan ini, maka pemerintah berlomba pariwisata mempunyai dua arti penting yaitu
memajukan potensi pariwisata yang ada sebagai perilaku (behavior) dan sebagai
melaluli beberapa program dan kebijakan industri, sebagai perilaku merupakan sikap
yang berpihak pada pemberdayaan dan pelaku pariwisata, bagaimana yang
optimalisasi potensi sumber daya alam dan seharusnya dilakukan dalam pengembangan
sumber daya manusia, dimana sektor pariwisata di kawasan hutan. Sebagai industri
pariwisata ini berperan terhadap pelaku pariwisata baik pemerintah, swasta,
kesejahteraan masyarakat disekitar obyek dan maupun masyarakat, harus bersama-sama
daya tarik wisata. Optimalisasi dan mengembangkan suatu mekanisme dalam
pemberdayaan baik sumber daya alam pengembangan ekowisata, sehingga dapat
maupun sumber daya manusia ini mampu memberikan manfaat secara ekonomi, fisik,
menggerakan geliat perokonomian dan sosial dan budaya serta mampu memberikan
pendapatan asli daerah. Hal ini sebagai salah manfaat bagi masyarakat setempat. Oleh
satu efek perkembangan dari pariwisata, jika karena itu, pengertian ekowisata dengan
suatu daerah berkembang pada sektor dilatar belakangi oleh kesadaran akan
pariwisatanya maka akan menimbulkan minat tanggung jawab atas kawasan yang dikunjungi
dari para wisatawan untuk melakukan dalam melakukan kegiatan di alam, dalam hal
perjalanan dengan mengunjungi obyek dan ini terkandung suatu sikap untuk merubah
daya tarik wisata tersebut. Rasa ingin tahu perilaku dari apa yang selama ini dilakukan
82 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)
Perilaku Minat Wisatawan Terhadap Ekowisata Hutan Mangrove Baros Bantul

menjadi apa yang seharusnya dilakukan, alam (hijau) menjadi kekuatan penting dalam
sedangkan pengertian ekowisata sebagai melindungi lingkungan. Menurut Budeanu
suatu industri mengembangkan pemahaman (2007) jika wisatawan memilih tinggal dengan
bahwa kegiatan-kegiatan wisata di wilayah fasilitas yang disesuaikan dengan lingkungan,
yang masih alami harus dilakukan dengan dampak negatip selama masa tinggal mereka
membangun kerjasama seluruh pelakunya: secara otomatis akan turun.
Pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta Ecotourist melakukan perjalanan ke
manfaat yang diperoleh kembali selayaknya kawasan wisata alam ini untuk menikmati
tidak hanya kepada para pelakunya namun lingkungan alam dengan dampak minimal.
kepada usaha-usaha untuk melestarikan Ekowisata tumbuh sebagai konsekuensi
wilayah tersebut dan mensejahterakan ketidakpuasan terhadap bentuk pariwisata
masyarakatnya.. konvensional, yang telah mengabaikan ekologi
Salah satu kabupaten di Daerah dan berotientasi pada keuntungan semata.
Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Beberapa variabel kunci dan prinsip
Bantul, mampu mengembangkan potensi ekowisata, yang memisahkan pariwisata alam
ekowisata berupa Hutan Mangrove dan Hutan dari pariwisata konvensional : seperti edukasi
Becici. Kedua obyek wisata ini mampu nilai, menghargai lingkungan alam, kebutuhan
memberikan kontribusi tersendiri dalam hal dan motivasi untuk melindungi dan konservasi
kunjungan wisatawan baik wisatawan lingkungan
nusantara maupun wisatawan mancanegara. Mempromosikan kepuasan pengunjung
Dengan pengelolaan lingkungan yang merupakan tugas penting provider layanan
baik, kawasan ekowisata dapat memberikan pariwisata dan cara untuk memerangi perilaku
kontribusi penting bagi kesejahtraan yang merusak lingkungan. Agar ekowisata itu
masyarakat, sebaliknya jika dikelola dengan berhasil dan pengelolaan kawasan lindung
buruk, akan meninggalkan kerusakan. Oleh yang lestari, dampak pengunjung harus
Karena itu informasi dasar tentang perilaku diidentifikasi dan dihindari atau diminimalisir,
kunjungan ekowisata; kepekaan terhadap pemeliharaan fasilitas pengunjung yang
lingkungan; niat mengunjungi ekowisata dan sesuai dan edukasi pengunjung (Farrell and
persepsi pengunjung ekowisata dapat menjadi Marion, 2001).
basis penataan ekonomi ekowisata, nilai Pengembangan ekowisata di dalam
konservasi, biaya kerusakan lingkungan. dan kawasan wisata dapat menjamin keutuhan
mengaudit dampak kegiatan ekowisata. dan kelestarian ekosistem destinasi tersebut.
Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas
2.1. Kajian Pustaka dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya
Gambar 1.1 memvisualisasikan bahwa terdapat beberapa butir prinsip
kepedulian lingkungan (KL) secara teoritis pengembangan ekowisata yang harus
memiliki pengaruh terhadap niat dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini
mengunjungi ekowisata (NME), persepsi dilaksanakan maka ekowisata menjamin
wisatawan ekowisata (PWE) dan perilaku pembangunan yang ecological friendly dari
kunjungan ekowisata (PKE), efek KL ke pembangunan berbasis kerakyatan
PKE dimediasi oleh NME dan PWE. (commnnity based). The Ecotourism Society
(Eplerwood, 1999) menyebutkan ada delapan
prinsip, yaitu:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak
NME dari aktivitas wisatawan terhadap alam
KL PKE dan budaya, pencegahan dan
penanggulangan disesuaikan dengan sifat
dan karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan.
PWE Mendidik wisatawan dan masyarakat
setempat akan pentingnya arti konservasi.
Gambar 1. 1. Perilaku Kunjungan Ekowisata Proses pendidikan ini dapat dilakukan
langsung di alam.
2.1.1. Konsep Dasar Ekowisata 3. Pendapatan langsung untuk kawasan.
Ekowisata merupakan perwujudan Mengatur agar kawasan yang digunakan
konsep konsumsi produk alam (hijau) yang untuk ekowisata dan manajemen
telah mendapat pengakuan secara pengelola kawasan pelestarian dapat
internasional, meningkatkan pengelolaan menerima langsung penghasilan atau
pariwisata, mendukung pengembangan pendapatan. Retribusi dan conservation
pariwisata berkelanjutan. Konsumsi produk tax dapat dipergunakan secara langsung
ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 83
Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

untuk membina, melestarikan dan bentuk pengembangan pariwisata yang lebih


meningkatkan kualitas kawasan tradisional dimana short-term dan freemarket.
pelestarian alam. Prinsip mendominasi dan
memaksimalkan pengembangan pariwisata
dilakukan berdasarkan perbedaan karakter
wisata massal maupun karakter ekowisata
seperti dalam tabel 2.1 berikut ini.
Table 2.1 Distinct characteristics
between mass tourism and ecotourism
Masstourism. Ecotourism
Large groups of visitors Small groups of visitors
Urban Rural
Touristic general marketing Eco-marketing activities.
activities
Gambar 2.1. Diferensiasi Sustainable - Unsustainable
Average prices for High price with purpose
Ecotourism
purposes of market of filtering the market
4. Partisipasi masyarakat dalam penetration
perencanaan. Masyarakat diajak dalam
Impact on natural environment Little impact on the
merencanakan pengembangan ekowisata. natural environment
Demikian pula di dalam pengawasan, Advanced control options Limited possibilities of
peran masyarakat diharapkan ikut secara control
aktif. Management based on Management based on
5. Penghasilan masyarakat. Keuntungan macroeconomic local economic
secara nyata terhadap ekonomi principles principles
masyarakat dari kegiatan ekowisata Anonymous relationship Personalized
mendorong masyarakat menjaga between visitors and relationships between
kelestarian kawasan alam. local community visitors
6. Menjaga keharmonisan dengan alam. and local community
General development goals Local development
Semua upaya pengembangan termasuk objectives
pengembangan fasilitas dan utilitas harus Behavior-oriented Loyalty in the process of
tetap menjaga keharmonisan dengan leisure training and education
alam. activities/entertainment for appropriate conduct
7. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya , opponents to for the natural
education and training environment
lingkungan alam mempunyai daya actions
dukung yang lebih rendah dengan daya Intensive development of Reduced development
dukung kawasan buatan. Meskipun tourism facilities of tourism facilities
mungkin permintaan sangat banyak,
tetapi daya dukunglah yang membatasi. Sumber : Dorobantu & Nıstoreanu, 2012
2.1.2. Ekowisata Berkelanjutan
Ekowisata yang berkembang akan Ekowisata merupakan komponen pendukung
memberikan dampak positif bagi keberlanjutan wisata berkelanjutan, dimana wisata
suatu obyek daya tarik wisata itu sendiri. berkelanjutan fokus dalam tiga bidang kajian,
Sementara ekowisata berkelanjutan memiliki sebagai berikut :
variasi, sebagian besar definisi ekowisata 1. Kualitas - pengalaman berharga bagi
kedalam bentuk yang dikhususkan dengan wisatawan yang mengunjungi obyek
penyesuaian tiga kriteria: ekowisata dan peningkatan kualitas hidup
1. Menyediakan konservasi lingkungan; masyarakat sekitar ekowisata melalui
2. partisipasi masyarakat; identitas budaya, pengentasan
3. menguntungkan dan mandiri kemiskinan, dan kualitas lingkungan
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2, 2. Kontinuitas - Eksploitasi dilakukan pada
menunjukkan diferensiasi antara keberke- tingkat optimal yang memungkinkan
lanjutan ekowisata dengan pariwisata yang pelestarian dan Regenerasi sumber daya
tidak berke-lanjutan, tidak ada batas mutlak alam;
antara pariwisata berkelanjutan dan tidak
3. Keseimbangan antara kebutuhan industri
berkelanjutan (Eriksson, 2003). Menurut
pariwisata, perlindungan lingkungan, dan
Weaver (2001) bahwa ekowisata ada dalam
masyarakat lokal melalui pemerataan
klasifikasi jenis pariwisata yang lebih luas,
manfaat di antara para pemangku
yang pada tingkat awal, yang dapat dibagi kepentingan
menjadi 'pariwisata massal' dan 'wisata
2.1.3. Perilaku Kunjungan Ekowisata
alternatif'. Wisata massal terlihat sebagai
84 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)
Perilaku Minat Wisatawan Terhadap Ekowisata Hutan Mangrove Baros Bantul

Jenis dan kualitas pengetahuan yang kualitas ekowisata. Produk ekowisata dapat
dimiliki pengunjung, mengintroduksi apa yang menjadi power penarik dan pendorong
seharusnya diketahui oleh pengunjung, kunjungan, jika produk ekowisata itu dapat
membangun kesadaran ekowisata dan memenuhi kebutuhan dan keinginan
memahami pentingnya keberlanjutan wisatawan serta fitur lingkungan menambah
ekowisata (Sharma & Sharma, 2013). nilai jual produk.
Pentingnya konsep ekowisata berasal dari NME menunjukkan kepedulian terhadap
tuntutan dan tekanan pelanggan, investor, lingkungan. NME adalah faktor penting untuk
pemerintah dan LSM yang kemudian menentukan perilaku aktual wisatawan. NME
mendorong banyak provider pariwisata dapat memberi pertimbangan dan
mengembangkan inisiatif berkelanjutan usaha mengarahkan perilaku kunjungan wisatawan
mereka dengan strategi, program, operasi dan yang sebenarnya, demikian juga
mitra pasokan perusahaan yang memiliki fungsionalitas produk ekowisata dapat
komitmen untuk meningkatkan kelestarian mempengaruhi perilaku aktual (kunjungan)
lingkungan (Chen et al, 2006). wisatawan (Ramayah, Lee, and Mohamad,
Informasi dan promosi yang benar 2010). Literatur perilaku konsumen
dapat mempropokasi niat kunjungan memperkuat teori ini dan terbukti menjadi
ekowisata untuk mendorong perilaku penentu NME. Asumsi teori berkaitan dengan
kunjungan ekowisata (PKE). PKE kontrol dilakukan dengan sengaja, manusia
didefinisikan sebagai tindakan sadar yang sangat rasional dalam menggunakan informasi
dilakukan seseorang untuk meminimalkan secara teratur dan manusia melihat dampak
dampak negatif dari aktivitas wisatawan setelah tindakannya benar-benar terlibat
terhadap ekowisata atau untuk memperbaiki dalam lingkungan. PKE adalah puncak
ekowisata. Wisatawan yang memiliki determinan dari NME (Mei, Ling, and Piew,
kesadaran tinggi terhadap ekowisata, mereka 2012).
akan mengunjungi dan bersedia membayar
lebih untuk tujuan ekowisata (Sharma &
Sharma, 2013). Kesadaran ekowisata
didefinisikan sebagai PKE yang bersumber
dari indikator psikologis seperti kepercayaan,
nilai, sikap, dan pengetahuan (Lafuente, 2010)
yang mendorong keterlibatannya dalam PKE.
2.1.4. Niat Mengunjungi Ekowisata
Aman, Harun, and Hussein, (2012)
mendefinisikan niat sebagai kekuatan
komparatif konsumen untuk bertindak
berdasarkan perilaku tertentu. Dalam
ekowisata, Niat mengunjungi ekowisata (NME)
disebut sebagai kesempatan dan kemauan
wisatawan yang memprioritaskan untuk
kunjungan pada produk hijau dibanding
produk tradisional. NME didefinisikan sebagai
seberapa kuat keinginan untuk melakukan
perjalanan ke destinasi hijau di wilayah
tertentu. NME adalah diterminasi perilaku
aktual wisatawan, artinya karena niat untuk
mengunjungi produk hijau meningkat, maka
kemungkinan besar wisatawan akan
melakukan kunjungan itu. NME tidak dapat
digeneralisasi secara universal karena
karakteristik perilaku dan budaya masyarakat Gambar 2.2 Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata Lainnya
berbeda demikian juga permintaan terhadap (Hill & Gale, 2009)
produk ekowisata juga tidak akan seragam
(Rahbar dan Wahid, 2011).
Wisatawan yang khawatir apakah
destinasi yang mereka kunjungi benar-benar 2.1.5. Persepsi Pengunjung Ekowisata
ekowisata atau tidak, keraguan mereka tidak Persepsi pengunjung ekowisata
memberi peluang tambahan rupiah untuk (PPE) diperlukan untuk memprediksi dampak
produk yang bukan ekowisata dan mereka tindakan tertentu atau memberikan saran yang
tidak pernah mau berkompromi dengan berguna untuk memperbaiki fasilitas yang ada

ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 85


Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

atau menciptakan yang baru. Bila dipahami, terhadap lingkungan, dia akan lebih memilih
pengalaman wisata bisa didesain untuk untuk membeli produk ekowisata (Rashid,
memenuhi kebutuhan wisatawan harus 2009). Kepedulian terhadap lingkungan
diperhitungkan saat membuat rencana menunjukkan sejauh mana wisatawan
pengelolaan untuk mencapai kesehatan menyadari masalah lingkungan dan
ekologis kepuasan pengunjung dan mendukung upaya yang dilakukan untuk
kesejahteraan masyarakat lokal. mengatasi masalah lingkungan dalam bentuk
Papageorgiou dan Vogiatzakis (2006) kesediaan wisatawan untuk berpartisipasi
berpendapat bahwa manajemen ekowisata dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan
harus menekankan pada peningkatan (Alibeli and Johnson, 2009).
pengetahuan jangka pendek dan perubahan Menurut Yazdanifard and Mercy (2011)
perilaku pengunjung dalam jangka panjang. dengan meningkatnya kesadaran wisatawan
Keterpaduan konsep dan ketersediaan tentang masalah lingkungan, maka marketer
fasilitas harus dibangun untuk menawarkan harus dapat mengintegrasikan kesehatan
pengalaman edukasi yang memuaskan lingkungan dan kesejahteraan wisatawan dan
pengunjung dan ini akan membantu memastikan setiap fase perancangan produk
wisatawan menghargai kawasan lindung. hingga distribusi produk dilakukan dengan
PPE didefinisikan sebagai pengukuran pendekatan ekowisata. Pelanggan suka
keyakinan seseorang atas hasil tindakannya membentuk asosiasi dengan merek yang
sendiri. Ini menyiratkan bahwa penilaian ramah lingkungan.
individu terhadap kriteria ekowisata Isu lingkungan telah menyertai
mempengaruhi perilaku mereka terhadap perkembangan masyarakat global dan
ekowisata. Pengamatan terhadap PPE terkait memberikan dampak yang berbeda pada
kepercayaan pelanggan bahwa tindakannya manusia. Untuk waktu yang lama,
akan berkontribusi terhadap masalah perkembangan masyarakat mengandalkan
kerberlanjutan ekowisata (Vermeir & Verbeke, konsumsi bahan bakar fosil dan sumber daya
2006). alam lainnya (Chang dan Cheng, 2011).
Kajian empiris ekowisata menunjukkan Perhatian masyarakat terhadap isu lingkungan
bahwa, PPE berpengaruh positif terhadap semakin meningkat. Banyak konsumen sadar
masalah ekowisata. Kepercayaan pelanggan bahwa perilaku pembelian mereka dapat
memainkan peran penting dalam memerangi membahayakan lingkungan, mulai mencari
kerusakan ekowisata, wisatawan menjadi dan mengembangkan produk ramah
pendorong perilaku sadar secara ekologis lingkungan, bahkan terkadang membayar
(Sharma & Sharma, 2013). Penelitian Kim and lebih untuk produk semacam itu (Kahn, 2007;
Han (2010); Paco and Rapose (2009) Lee et al., 2010).
menunjukkan bahwa persepsi wisatawan KL dapat berubah menjadi perilaku
dapat memprediksi niat konsumen untuk yang menguntungkan secara ekologis dan
melakukan kunjungan ekowisata, dan menjadi salah keputusan pembelian ramah
pentingnya KL dalam memprediksi perilaku lingkungan (Paco and Rapose, 2009).
berorientasi lingkungan. Ini menunjukkan Konsumen mencoba untuk menjalani gaya
bahwa kepercayaan dan nilai dasar wisatawan hidup yang lebih green, mencari hotel yang
memiliki dampak pada kesadaran perilaku mengikuti praktik ramah lingkungan
eko-wisata. Dalam banyak kasus keyakinan (Manaktola dan Jauhari, 2007).
hijau mempengaruhi perilaku kunjungan hijau. Menurut Bohdanowicz (2006) bahwa
Oleh karena itu, dapat diduga bahwa peraktik perilaku konsumen berdampak serius
wisatawan hijau menunjukkan PPE itu dapat terhadap lingkungan, industri pariwisata hanya
mempengaruhi kemungkinan tujuan tertarik pada perlindungan lingkungan asalkan
kunjungan ekowisata, PPE merupakan salah mengurangi biaya operasi dan aktivitas,
satu kekuatan pendorong perilaku pro- kesempatan untuk mengurangi dampak
ekowisata. PPE melibatkan keyakinan individu terhadap lingkungan dan meningkatkan
bahwa suatu peristiwa dapat terjadi atau keberlanjutan. Inilah alasan mengapa memilih
dihentikan tergantung pada aktivitasnya. industri perhotelan sebagai target penting dan
2.1.6. Kepedulian Lingkungan berharap wisatawan bisa menjadi praktisi
lingkungan. Demikian juga Liu et al. (2012),
Wisatawan yang memiliki kepedulian
mengklaim bahwa preferensi konsumen dalam
terhadap lingkungan (KL) menunjukkan sikap
melakukan perilaku tertentu penting bagi
positif, dan tingkat persepsi perilaku yang
lingkungan dan keputusan mengenai apakah
kuat, akan mendorong niat untuk membeli
membeli produk yang pro-lingkungan akan
produk ekowisata (Albayrak, Aksoy and
berdampak langsung pada perlindungan
Caber, 2013). Kepedulian lingkungan sangat
lingkungan.
terkait dengan PKE. Jika seseorang peduli
86 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)
Perilaku Minat Wisatawan Terhadap Ekowisata Hutan Mangrove Baros Bantul

KL secara individual adalah sikap Ali et all, (2011) meneliti 400 responden
umum dan determinasi tidak langsung dan hasilnya menunjukkan (1) bahwa NME
terhadap perilaku spesifik. Artinya, KL memberikan pengaruh positif terhadap PKE
seseorang akan berdampak pada perilaku yang sebenarnya (2) wisatawan yang memiliki
tertentu melalui keyakinan dan sikap spesifik niat positif terhadap produk ekowisata dan
terhadap situasi. Oleh karena KL sebagai kesadaran terhadap isu lingkungan
anteseden penting dalam menentukan PKE mempengaruhi preferensi wisatawan terhadap
individual, dan memahami perilaku wisatawan brand ekowisata.
untuk mengunjungi ekowisata dapat Riset yang dilakukan oleh Hasan, et all,
membantu pemerintah dan industri pariwisata (2011) menunjukkan bahwa (1) wisatawan
dan perhotelan memahami pandangan yang sadar lingkungan lebih memilih destinasi
wisatawan tentang green dan memberikan ekowisata dan lebih menyukai praktik
saran konstruktif untuk keberlanjutan ekowisata (2) NME merupakan variabel
ekowisata. penting dalam memprediksi PKE, NME
KL adalah sikap umum terhadap memiliki hubungan positif dengan perilaku,
perlindungan lingkungan, merupakan faktor sikap dan motivasi kunjungan ekowisata
penentu dalam membuat orang mengubah (Sharma & Sharma, 2014)
perilaku mereka menjadi lebih ramah Hasil riset Flamm (2009) menyatakan
lingkungan. Semakin banyak masalah bahwa (1) memahami keputusan pembelian
lingkungan yang terus berlanjut, para ilmuwan pro-lingkungan sangat membantu perusahaan
pariwisata mulai memperhatikan motivasi dalam meningkatkan kinerja lingkungan dan
orang untuk menghasilkan perilaku spesifik pembuatan kebijakan perusahaan. (2) perilaku
yang terkait dengan lingkungan dan pro-lingkungan dan kepemilikan kendaraan
meyakinkan orang agar terlibat dalam perilaku menyarankan agar pembuat kebijakan
pro-lingkungan. KL tidak mempengaruhi PKE mengurangi kepemilikan dan penggunaan
secara langsung, Bamberg's (2003) kendaraan rumah tangga. Kuminoff et all
menemukan korelasi rata-rata antara KL dan (2010) melakukan meta-analisis atas kemauan
perilaku. KL memiliki dampak langsung para wisatawan untuk membayar produk
terhadap persepsi wisatawan ekowisata. ekowisata dan menyarankan agar ada harga
Pengaruh KL terhadap ekowisata. KL premium untuk produk ini.
berkaitan dengan penilaian pengetahuan 2.2. Penelitian Terdahulu
seseorang tentang seberapa baik dapat
Kontr Keterbat
mencapai tujuan. Literatur menunjukkan No Peneliti Tujuan Hasil
ibusi asan
bahwa KL sebagai variabel potensial dalam
1 Lailatul Mengemba Persepsi Progr Tidak
mempengaruhi ekowisata (Gilg et al, 2010) Qomariah, ngkan masyara am dapat
2009 ekowisata kat kegiat digenera
artinya bahwa KL berhubungan dengan NME. berbasis terhadap an lisasi
Produk ekowisata berasal dari konsep masyarakat kawasan ekowi Sample
di Taman TNMB sata Terlalu
perlindungan lingkungan dan mengunjunginya Nasional adalah berba Kecil
Meru Betiri, milik sis
adalah perilaku perlindungan lingkungan yang Jatim negara masy
spesifik. Studi sebelumnya menunjukkan yang arakat
dikelola
bahwa bagi wisatawan yang peduli terhadap oleh
PHPA
lingkungan mereka akan memiliki sikap yang 2 Yulianus, Mengetahu Kualitas Memb Sample
baik terhadap produk atau layanan ramah 2016 i pengaruh informasi erikan terlalu
kualitas manaje hasil sedikit
lingkungan termasuk hotel yang akan informasi men positif karena
kawasan yang dalam obyek
dikunjungi (Aman et al., 2012; Han et al., ekowisata bagus penge wisata
2009). hutan akan mban belum
Mbeliling berperau gan banyak
Studi yang dilakukan oleh Lee (2009) Kabupaten h positif ekowi dikenal
Manggarai terhadap sata masyara
terhadap 6.010 anak muda di Hong Kong Barat loyalitas di kat luas
menyimpulkan bahwa (1) sikap yang berkaitan terhadap wisataw hutan
loyalitas an Mbelili
dengan masalah lingkungan, biasanya wisatawan dalam ng,
berkunju Mang
dianggap sebagai pertimbangan rasional ng di garai
terhadap pelestarian lingkungan. (2) KL hutan
Mbeliling
adalah prediktor NME dan PKE; (3) remaja
perempuan menunjukkan nilai yang lebih
4.1. Implementasi Sistem, Hasil Dan
tinggi daripada laki-laki terhadap kepedulian
Pembahasan
lingkungan serta keseriusan dalam memahami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
masalah ekologi, kewajiban terhadap
nilai besar ditempatkan pada persepsi
lingkungan, niat dan perilaku terhadap produk
pengunjung untuk meningkatkan jumlah
ekowisata.
pengunjung yang datang ke wilayah Bantul.
Dalam mengevaluasi hasil ini, penting untuk
ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 87
Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

melatih penduduk lokal dan faktor pendukung Kepedulian terhadap lingkungan sangat
lainnya seperti fasilitas pariwisata untuk diperhatikan oleh perilaku wisatawan di
membantu wisatawan dalam menikmati Baros ini. Para wisatawan menikmati
keindahan alam dan menikmati waktu yang keindahan alam tanpa melakukan
menyenangkan. Ketika wisatawan pulang perusakan lingkungan, selain itu di Baros
akan membawa memori yang bisa diceritakan ini juga terdapat paket wisata educative
melalui berbagai media. Kondisi ini akan tentang wisata menanam bakau. Disini
berpengaruh terhadap meningkatnya persepsi para wisatawan melakukan eksplorasi dan
wisatawan dengan hal yang positif sehingga memahami betapa pentingnya cinta alam
akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan imbas dari kepedulian lingkungan
dan pariwisata di Kabupaten Bantul itu sendiri tehadap habitat yang ada disekitar
khususnya obyek wisata Mangrove. Beberapa Mangrove Baros.
hal yang perlu dilakukan yaitu dengan 4. Analisis SWOT
pendampingan pengembangan bagi Berdasarkan hasil dilapangan dapat dilihat
masyarakat sekitar obyek Ekowisata Hutan berdasarkan kekuatan, kelemahan,
Mangrove Baros Bantul. Program peluang dan ancaman yang terkait dengan
pendampingan bagi masyarakat sekitar obyek kondisi di lapangan terhadap faktor internal
Ekowisata Hutan Mangrove Baros Bantul dan eksternal tehadap minat wisatawan
merupakan proses pencapaian kemandirian antara lain sebagai berikut :
pengelolaan sehingga program pendampingan a. Perlunya mengembangkan program
ini akan diberhentikan ketika masyarakat kegiatan pengembangan yang
sekitar dirasa sudah siap untuk melanjutkan menggabungkan potensi alam dan
program secara mandiri. budaya untuk ;lebih menarik minat
1. Perilaku Kunjungan Wisatawan kunjungan wisatawan.
Ekowisata b. Mengenalkan dan mempromosikan
Hasil dilapangan menunjukan bahwa potensi wisata Mangrove Baros
wisatawan datang ke Ekowisata Hutan c. Pengembangan sarana dan prasarana
Mangrove Baros, Bantul adalah dengan d. Peningkatan kemampuan SDM
mencari tahu dan melakukan eksplorasi masyarakat lokal dalam pelatihan
terhadap kondisi wisata Baros ini. manajerial dan pelatihan teknis
Wisatawan melakukan edukasi dan penyambutan wisatwan
membagikan hasil eksplorasi kedalam e. Pebaikan akses menuju ke Wisata
media sosial dan bercerita kepada orang Mangrove Baros Bantul
lain akan keindahan Baros. Perilaku yang
wisatawan juga menunjukan keinginan 5.1. Kesimpulan
untuk belajar budaya dan adat istiadat Perilaku wisatawan terhadap mminat
setempat, serta bagaimana berperilaku kunjungan ke Hutan Mangrove Baros sangat
mencintai alam berupa flora dan fauna besar, namun masih perlu diimbangi dengan
yang terdapat dalam Ekowisata Hutan strategi pengambangan obyek wisata ini,
Mangrove Baros Bantul mengingat jenis minat wisata pada ekowisata
2. Minat Wisatawan masih terbatas namun berimbas besar
Hasil pengamatan dilapangan menunjukan terhadap kenajuan suatu daerah. Penelitian
bahwa minat wisatawan untuk berkunjung selanjutnya dapat mengembangakan dengan
ke obyek Ekowisata Hutan Mangrove citra khusus wisata minat khusus ekowisata
Baros , Bantul adalah untuk menikmati terutama Mangrove yang sudah jelas segmen
keindahan alam terbuka berupa hutan pasar dan motivasi perilaku wisatawan yang
mangrove. Selain itu minat para wisatwan datang dan berkunjung.
melakukan kunjungan ke obyek Ekowisata
Hutan Mangrove Baros, Bantul memiliki Daftar Pustaka
alasan untuk wisata educatif, santai, [1] Albayrak, T., Aksoy, S., and Caber,
petualangan dan berekreasi. Minat M. 2013. The effect of environmental
wisatawan untuk mengunjungi obyek concern and scepticism on green visit
Ekowisata Hutan Mangrove Baros , Bantul behaviour. Marketing Intelligence and
adalah sebagai berikut ini Planning, Vol 31 No 1, pp 27 - 39.
Minat Wisatawan Jumlah (%) [2] Ali, A., Khan, A. A., Ahmed, I., and
Melihat Hutan Mangrove 52% Shahzad, W. 2011. Determinants of
Keindahan Alam 30% Pakistani Consumers’ Green Visit
Wisata Educative 18% Behavior: Some Insights. International
3. Kepedulian Lingkungan Journal of Business and Social Science,
Vol 2 No 3, pp 217-226.

88 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)


Perilaku Minat Wisatawan Terhadap Ekowisata Hutan Mangrove Baros Bantul

[3] Alibeli, M., and Johnson, C. 2009. Belize. Environmental Conservation. Vol
Environmental Concern: A Cross National 28 No 3, pp 215–225.
Analysis. Journal ofInternational and [15] Flamm, B., 2009. The impacts of
cross-cultural studies, Vol 3 No 1, 1-10. environmental knowledge and attitudes on
[4] Aman, L., Harun, A., and Hussein, Z. vehicle ownership and use. Transportation
2012. The Influence of Environmental Research Part D: Transport and
Knowledge and Concern on Green Visit Environment Vol 14 No 4, pp 272–279.
Intention the Role of Attitude as a [16] Gilg A, Barr S, Ford N. 2005. Green
Mediating Variable. British Journal of Arts consumption or sustainable lifestyles?
and Social Sciences, Vol 7 No 2, pp145- Identifying the sustainable consumer.
167. Futures. Vol 37 No 6 pp 481–504.
[5] Arnau, R. C., and Thompson, B. 2000. [17] Hair, J. F., Black, W.C., Babin, B. J.,
Second order confirmatory factor analysis Anderson, R. E., and Tatham, R. L. 2005.
th
of the WAIS- III. Assessment. Vol 7 No 3, Multivariate data analysis 6 . Upper
pp 237-246. Saddle River, New Jersey: Pearson
[6] Anderson, J. C. and Gerbing, D. W. 1988. Prentice Hall.
Structural equation modeling in practice: a [18] Hair, J. F., Sarstedt, M., Hopkins, L., and
review and recommended two-step Kuppelwieser, G.V. 2014. Partial least
approach. Psychological Bulletin. Vol 103 squares structural equation modeling: An
No 3, pp 411-423. emerging tool in business research.
[7] Bamberg, S., 2003. How does European Business Review. Vol 26 No 2,
environmental concern influence specific pp 106-121.
environmentally related behaviors? A new [19] Han, H., Hsu, L.-T., Lee, J.S., 2009.
answer to an old question. Journal of Empirical investigation of the roles of
Environmental Psychology. Vol 23 No1, pp attitudes towards green behaviors, overall
21–32. image, gender, and age in hotel
[8] Bandalos, D. L. 2002. The effects of item customers’ eco-friendly decision-making
parceling on goodness-of-fit and process. International Journal of
parameter estimate bias in structural Hospitality Management. Vol 28, pp 519–
equation modeling. Structural Equation 528.
Modeling. Vol 9 No 1, pp 78-102 [20] Hasan, A., Subhani, Imtiaz, M., Osman,
[9] Becker, J. M., Rai, A., Ringle, C. M., and and Amber. 2011. The crux of green
Völckner, F. 2013. Discovering marketing: an empirical effusive study.
unobserved heterogeneity in structural European Journal of Social Science, Vol
equation models to avert validity threats. 27 No 3, 425-435.
Mis Quarterly. Vol 37 No 3, pp 665-694. [21] Hox, J.J and Bechger, T.M. 1998, An
[10] Budeanu, A., 2007. Sustainable tourist Introduction to Structural Equation
behaviour – a discussion of opportunities Modeling. Family Science Review. Vol 11,
for change. International Journal of pp 354-373.
Consumer Studies Vol 31 No 5, pp 499– [22] Hu, L., and Bentler, P. M. 1999. Cutoff
508. criteria for fit indexes in covariance
[11] Chang, J.E., Cheng, L., 2011. Evolution structure analysis: conventional criteria
and prospect of environmental technology. versus new alternative. Structural
Science Development Vol 45 No 7, 103– Equation Modeling. Vol 6 No 1, pp 1-55.
108. [23] Kahn, M.E., 2007. Do greens drive
[12] Chen YS, Lai SB, Wen CT. 2006. The hummers or hybrids? Environmental
influence of green innovation performance ideology as a determinant of consumer
on corporate advantage in Taiwan. Journal choice. Journal of Environmental
of Business Ethics. Vol 67 No 4, pp 331- Economics and Management. Vol 54 No
339. 2, pp 129–145.
[13] Chin, C., Moore, S. and Wallington, T. [24] Kim Y, Choi SM. 2005. Antecedents of
2000. National Eco-tourism: Visitors’ green purchase behavior: An examination
Perspectives on Environmental Impacts of collectivism, eco-tourism concern, and
and their Management. Journal perception consumer. Advances in
Sustainability Tourism. Vol 8 No 1, pp 20- Consumer Research. Vol 32, pp 592 -
35. 607.
[14] Farrell, T. and Marion, J. 2001. Identifying [25] Kim, Y., Han, H., 2010. Intention to pay
and assessing ecotourism visitor impacts conventional-hotel prices at a green hotel-
at eight protected areas in Costa Rica and a modification of the theory of planned

ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online) 89


Jurnal Khasanah Ilmu Vol.10 No.1 Maret 2019

behavior. Journal of Sustainable Tourism of the factors shaping integrative


Vol 18 No 8, pp 997–1014. conservation and policy effectiveness.
[26] Klein, A. and Moosbrugger, H. 2000. Environment Science. Policy, Vol 9 No 5,
Maximum likelihood estimation of latent pp 476–486.
interaction effects with the LMS method. [38] Rahbar, E., and Wahid, N. A. 2011.
Psychometrica. Vol 65 No 4, pp 457-474. Investigation of green marketing tools'
[27] Kuminoff, N.V., Zhang, C., Rudi, J., 2010. effect on consumers' visit behavior.
Are travelers willing to pay a premium to Business Strategy Series, Vol 12 No 2, 73
stay at a “green” hotel? Evidence from an - 83.
internal meta-analysis of hedonic price [39] Ramayah, Lee, J. W., and Mohamad, O.
premia. Agricultural and Resource 2010. Green product visit intention: Some
Economics Review Vol 39 No 3, pp 468– insights from a developing country.
484. Resources, Conservation and Recycling,
[28] Lafuente R. 2010. Defining and measuring Vol 54 No 12, pp 1419–1427.
eco-tourism consciousness. International [40] Rashid, N. R. 2009. Awareness of Eco-
Journal of the Sociological Science. Vol 68 label in Malaysia’s Green Marketing
No 3, pp 731–755. Initiative. International Journal of Business
[29] Lee, J.-S., Hsu, Jane, L.-T., Han, H., Kim, and Management, Vol 4 No 8, pp 132-141.
Y., 2010. Understanding how consumers [41] Schermelleh-Engel, K., Moosbrugger, H.,
view green: how a green image can and Müller, H. 2003. Evaluating the fit of
influence behavioural intentions. Journal of structural equation models: Tests of
Sustainable Tourism Vol 18 No 7, pp 901– significance and descriptive goodness-of-
914. fit measures. Methods of Psychological
[30] Lee, K. 2009. Gender differences in Hong Research Online. Vol 8 No 2, pp 23–74.
Kong adolescent consumers' green [42] Sharma N, Sharma CS. 2014. Studying
intention behavior. Journal of Consumer green purchasing intentions through eco-
Marketing, Vol 26 No 2, pp 87-96. tourism motivation. Proceeding of
[31] Liu, X., Wang, C., Shishime, T., Fujitsuka, Contemporary Management Practices
T., 2012. Sustainable consumption: green Opportunities and Challenges. 323–328.
purchasing behaviours of urban residents [43] Sharma N, Sharma CS. 2013.
in China. Sustainable Development. Vol Encouraging green purchasing behavior
20 No 4, pp 293–308. through green branding. Business Analyst.
[32] Manaktola, K., Jauhari, V., 2007. Exploring Vol 34 No 2 pp 65–76.
consumer attitude and behaviour towards [44] Sihar Tambun, 2014. Metode SEM dan
green practices in the hotel Interpretasi Hasil Penelitian Dengan
accommodation industry in India. Menggunakan AMOS. Pelatihan SEM
International Journal of Contemporary dengan AMOS.
Hospitality Management Vol 19 No 5, pp http://dosen.uta45jakarta.ac.id. Akses 15
364–377. April 2017
[33] Marion, J.L. and Leung, Y. 2001. Trail [45] Spanou, S. Tsegenidi, K. and Georgiadis, T.
resource impacts and an examination of 2012. Perception of Visitors’ Environmental
alternative assessment techniques. Impacts of Ecotourism, Intrternational
Journal of park and Recreation Journal Environment Responsibility., Vol 6
Administration, Vol 19 No 3, pp 17– 37. No 1, pp 245-258.
[34] Mei, O. J., Ling, K. C., and Piew, T. H. [46] Soemarno, 2011. Metode Penelitian :
2012. The Antecedents of Green Visit Structural Equation Modelling http://marno.
Intention among Malaysian Consumers. lecture.ub.ac.id. Akses 15 April 2017
Asian Social Science, Vol 8 No 13, pp [47] Vermeir I, Verbeke W. 2006. Sustainable
248-263. food consumption: Exploring the consumer
[35] Noar, S. M. 2003. The role of structural attitude–behavioral intention gap. Journal
equation modeling in scale development. of Agricultural and Environmental Ethics.
Structural Equation Modeling. Vol 10 No 4, Vol 19 No 2, pp 169–94.
pp 622-647. [48] Yazdanifard, R., and Mercy, I. E. 2011.
[36] Paco, A., Rapose, M., 2009. “Green” The impact of Green Marketing on
segmentation: an application to the Customer satisfaction and Environmental
Portuguese consumer market. Marketing safety. International Computer
Intelligence and Planning Vol 27 No 3, pp Communication and Management, Vol 5,
364–379. pp 637-64
[37] Papageorgiou, K. and Vogiatzakis, I. 2006.
Nature protection in Greece: an appraisal

90 ISSN : 2087-0086 (print), 2655-5433 (online)

Anda mungkin juga menyukai