Politeknik Cristo Re
Disusun Oleh
MARIA MONIKA
03-2020-006
A. Manfaat Akademis
1. Penelitian ini merupakan pengaplikasian konsep dan teori dalam disiplin ilmu
pengetahuan pariwisata yang didapatkan penulis selama perkulihan dalam
bidang ekowisata.
2. Penelitian ini merupakan literature akademis bidang ekowisata yang berfungsi
untuk referensi penelitian untuk mengkonstruksikan perspektif ekowisata
dengan melihat fenomena yang ada
3. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi bagi para mahasiwa dalam
melakukan penelitian yang sejenis sebagai upaya untuk mengkonstruksi
pemikiran tentang filosofi ekowisata.
B. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya “a
general set of maneuvers cried aut over come a enemyduring combat” yaitu
semacam ilmunya para jenderal untuk memenangkan pertempuran. Sedangkan
dalam kamus Belanda-Indonesia, strategis berasal dari kata majemuk, yang
artinya siasat perang, istilah strategis tersebut digunakan dalam kemiliteran
sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, seingga dalam hal ini diperlukan
taktik serta siasat yang baik dan benar.
Menurut Jauch dan Glueck (2000) menyatakan bahwa strategi adalah
rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan
perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama perusahan dapat dicapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh perusahaan.
Menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip Rangkuti (2002) “Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber
daya”.
Berdasarkan berbagai definisi tentang strategi yang dikemukakan oleh
para ahli maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah rumusan perencanaan,
untuk mencapai tujuan jangka panjang melalui pengintegrasian keunggulan dan
alokasi sumber daya yang ada di perusahaan.
2. Strategi Pengembangan
h. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja
wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara
bagian atau pemerintah daerah setempat.
6. Teori Komponen 4A
1. Attraction (Atraksi)
2. Accessibility (Aksesibilitas)
Akesibilitas merupakan sarana dan infrastruktur yang memberikan
kemudahan kepada wisatawan untuk bergerak dari satu daerah ke daerah
lain. Faktor-faktor yang penting terkait dengan aspek aksesibilitas wisata
meliputi petunjuk arah, bandara, terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya
perjalanan, dan frekuensi transportasi menuju lokasi wisata (Sunaryo,
2013). Individual tourist mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan
travel agent sehingga sangat bergantung kepada kemudahan akses dan
fasilitas publik. Sementara kemudahan komunikasi dikhususkan pada
media social untuk membantu wisatawan menuju ke lokasi yang ingin
dituju.
3. Amenity (Fasilitas)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Egon Buluk, Kecamatan waigete,
Kabupaten Sikka. Penelitian ini mengkaji tentang strategi pengembangan
ekowisata berbasis masyarakat di desa Egon Buluk, untuk melihat komponen
produk pariwisata, peran serta masyarakat serta model strategi pengembangan
ekowisata dalam meningkatkan peran serta masyarakat. Penelitian ini
dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian,
sampai pembuatan laporan penelitian. Penelitian dilkasanakan di bulan
Agustus 2023 sampai dengan selesai. Berikut merupakan lokasi penelitian di
Desa Wisata Egon buluk.Gambar 3.1 Desa wisata Egon Buluk
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Alat
a. Alat tulis
b. Laptop
c. Handphone
d. Gogle maps
e. Gps
f. Angket/ Kuisioner
g. Pedoman Wawancara
2. Bahan
Pemerintah desa, kelompok sadar wisata, pengunjung, dan masyarakat lokal desa
wisata egon buluk .
C. Metode penelitian
a) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah bentuk data naratif, deskriptif dalam kata-kata yang
diteliti, dokumen pribadi, laporan wawancara, catatan lapangan, sertadokumen
resmi dan video (Moleong, 2012). Dalam penelitian ini yang termasuk data
kualitatif adalah :Data profil Desa Wisata Egon buluk, bentuk- bentuk
keterlibatan masyarakat, dan komponen produk pariwisata yang ada di Desa
Wisata Egon buluk. Data-data tersebut dinarasikan menjadi satu kesatuan dalam
menjawab pertanyaan dalam penelitian ini.
b) Data Kuantitatif
Data kuantitaif merupakan Data yang dinyatakan dan dihasilkan dalam
bentuk angka. Data kuantitatif adalah hasil dari perhitungan dan pengukuran
yang pasti ( Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini data kuantitatif yang dipakai
yaitu: data gambaran umum mengulas tentang gambaran umum Desa Wisata
Egon buluk, jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju Desa wisata Egon
buluk. Selain itu, harga kemasan paket wisata yang dijual oleh kelompok sadar
wisata Egon buluk. Data-data tersebut dianggap penting untuk memberikan
informasi mengenai Desa Wisata Egon buluk sebagai sebuah produk wisata yang
sedang dikelolah.
c)Sumber Data
1.Data Primer
Data primer adalah segala informasi, fakta dan realitas yang terkait atau
hubungan dengan penelitian tersebut dimana kaitan atau relevansinya sangat jelas
bahkan secara langsung. Disebut sebagai data utama (data primer) karena data
tersebut akan menjadi penentu utama berhasil atau tidaknya sebuah penelitian.
Bungin (2013) dalam Ibrahim (2015) mendefinisikan data primer sebagai data
yang diambil dari sumber primer atau sumber pertama di lapangan. Data primer
dalam penelitian ini adalah data yang berupa hasil observasi untuk mengetahui
analisis SWOT, atraksi wisata, aksessibilitas, amenitas, kelembagaan, peran serta
masyarakat di Desa Wisata Egon buluk.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya lewat orang lain maupun
lewatdokumen serta dari laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian(Sugiyono, 2012). Data sekunder dari penelitian ini diperolehi dari
buku maupun tujuan yang terkait dalam penelitian, dokumen, tinjauan pustaka
serta dokumentasi terkait dengan kegiatan penelitian. Data terkait dengan data
sekunder yaitu: data profil Desa Wisata Egon buluk serta konsep dan teori yang
digunakan dalam penelitian ini.
d)Teknik pengumpulan Data
1. Wawancara
Menurut dalam Lexy J. Moleong (2012) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: wawancara tak terstruktur. Menurut
Estenberg dalam Sugiyono (2010) Wawancara tidak berstruktur (unstructured
interview) merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam teknik pengumpulan data
wawancara tak terstruktur ini memiliki pedoman wawancara yakni dilampirkan
dalam daftar lampiran pedoman wawancara.
2. Observasi
Observasi adalah kegiatan keseharian seseorang dalam mengamati dengan
kemampuannya dan menggunakan panca indera mata serta dibantu dengan panca
indera lainnya (Bungin, 2007). Dalam penelitian ini, yang menggunakan teknik
observasi yaitu meninjau tentang komponen analisis SWOT, produk pariwisata
dan peran serta masyarakat. Penelitian ini akan dilakukan selama bulan agustus.
3. Studi kepustakaan
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data.
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada, (Sugiyono,2011).
Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat memengaruhi kredibilitas hasil
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini,menggunakan literature atau dokumen-
dokumen seperti: landasan konsep tentang ekowisata, desa wisata, konsep
pengembangan, konsep strategi, teori komponen produk pariwisata, teori analisis
SWOT dan teori partisipasi untuk membangun cara berpikir dalam mengkaji
tentang strategi pengembangan ekowisata di Desa Wisata Egon buluk, kecamatan
Waigete, Kabupaten Sikka.
Dinas pariwisata
kabupaten sikka
Daya tarik desa wisata Egon Desa wisata Egon Buluk Pengembangan desa wisata
buluk Egon buluk
Matriks SWOT
Hasil penelitian
Rekomendasi
h) Prosedur Pengumpulan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
4. Studi Pustaka
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
1. Kondisi Geografis
Letak geografis Desa Egon Buluk sebagai berikut:
Fasilitas Pendidikan
b. Tingkat pendidikan
4 Buta huruf -
5 SLTP/ sederajat 93
6 SLTA/ sederajat 97
7 Diploma D2 4
8 Diploma IV/ strata 1 18
9 Akademi D3 -
10 Strata 2/3 -
No
Jenis sarana& prasarana Jumlah
1 Pemerintah
2 Pendidikan
Paud -
Tk 1
SD 1
SLTP -
-
SLTA
3 Kesehatan Jumlah
Puskesmas - unit
Pustu - unit
Poskesdes - unit
Polindes 1 unit
3 unit
Posyandu
4 Keagamaan
Kapela 1 Unit
Masjid - Unit
Jalan negara - Km
Jalan kabupaten 5 km
Jalan desa 4 km
B. Hasil Pembahasan
Adapun komponen produk ekowisata yang dimiliki desa Egon buluk, baik secara
alam maupun buatan manusia, diantaranya Gunung api Egon, Hutan lindung,
pemandian air panas, air terjun meang miak, dan juga bendungan. Namun ada
beberapa objek wisata yang belum dikembangkan secara semaksimal, seperti
akses menuju objek wisata, sarana dan prasarana serta belum adanya partisipasi
dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan objek daya tarik wisata tersebut.
Berikut komponen pariwisata 4a yang terdapat di desa Egon buluk :
1. Attraction (Atraksi)
1. Pendakian gunung egon
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa objek wisata ini
memiliki atraksi secara alami yaitu terdapat pendakian yang cukup tinggi
dengan rindangnya pepohonan serta hawa udara yang sejuk. Objek wisata
yang bisa dibilang sebagai wisata minat khusus ini memiliki kandungan
belerang yang masi aktif dikarenakan masi terdapat beberapa kawah di
gunung ini namun wisatawan tidak perlu merasa cemas karena belerang
yang terdapat di kawah ini tidak menimbulkan kerancunan. Selain itu
terdapat banyak lahan yang tersedia di sekitar pendaakian yang bisa
dijadikan tempat berkemah( camping) dengan suasana yang sangat
tenang,nyaman yang hanya ditemani kekacauan burung serta angin sepoi-
sepoi.
2. Hutan lindung (Andalan Egon)
Objek wisata ini selain dibilang Hutan lindung, para wisatawan lokal
lebih mengenalnya dengan sebutan andalan Egon. Mengapa demikian
karena salah satu objek ini terdapat banyak pohon putih yang sangat
langkah dan sangat dilindungi ini sebagai andalan dari desa Egon buluk.
Atraksi yang ditemukan di objek ini adalah objek iniberada di ketinggian
dengan perbukitan dan lereng-lereng yang cukup tinggi serta terdapat
banyak pohon putih yang ditanam dan berada dikawasan hutan lindung.
3. Air Terjun meang miak
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa air terjun ini baru
ditemukan beberapa tahun yang lalu dengan lokasi yang berada di tengah
hutan dan cukup jauh dari pemukiman warga. Air erjuj yang berada di
tengah hutan ini memiliki beberapa mata air terjun selama perjalanan
menuju pusat air terjun meang miak. Air terjun ini memiliki ketinggian air
mencapai 40 meter dengan debit air yang sangat deras terlebih di musim
shujan namun uniknya air terjun ini bukan air terjun musiman yang
sewaktu waktu kering. Selain itu air terjun ini memiliki narasasi yang unik
dan sedikit mistik.
4. Pemandian air panas blidit
Objek wisata alam yang satu ini tidak kalah menarik, selain lokasinya
yang berada di tengah hutan ini juga objek ini memiliki beberapa kekuatan
mistik dan beberapa kebiasaan yang harus dilakukan oleh wisatawan
ketika berkunjung ditempat ini semacam perkenalan singkat dan
penghormatan kepada leluhur meminta restu agar menyatu dengan alam
sekitar.
Objek wisata ini terdapat 3 kolam mata air diantaranya mata air panas,
hangat dan dingin. Beberapa mata air ini dipercayai memiliki khasiat yang
menyembuhkan penyakit kulit seperti kudis kurap dll. Konon katanya
mata air yang panas ini berasal dari belerang gunung Egon yang meletus
di kala itu yang melewati jalur air panas ini sehingga belerang itu menjadi
mata air panas.
2. Accesbility (aksesibilitas)
1. Pendakian Gunung Egon
Berdasarkan hasil penelitian, objek wisata alam satu ini atau bisa
dibilang wisata minat khusus ini berada di ketinggian sehingga akses
jalan menuju objek ini cukup susah untuk dilalui oleh wisatawan. Akses
jalan menuju objek ini berupa jalan setapak yang tidak bisa dilalui oleh
kendaraan.
Selain itu akses jalan berupa plan-plan arah jalan sejauh ini kurang
begitu baik sehingga mempersulit wisatawan juga. Akses jalan ini juga
harus dirancang sebagaimana mungkin agar cukup satu jalan utama
menuju objek wisata tersebut karena berdasarkan hasil penelitian terdapat
banyak jalan menuju objek wisata tersebut. Untuk itu perlu adanya
keterlibatan masyarakat dan pemerintah agar segera mungkin untuk
benahi akses jalan ini. Sangat disayangi apa bila ases jalan menuju objek
yang indah ini masih belum dibenahi.
2. Hutan lindung (andalan Egon)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa akses menuju objek
wisata alam ini sangat memadai sehingga dapat mempermudah wisatawan
untuk berkunjung. Selain itu objek ini juga dapat dijangkau dengan
menggunakan akses internet seperti maps dan lainnya.
Objek ini berada di lokasi yang strategis yakni berada di ruas jalan
egon-mapitara. Perjalanan dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 20
menit dari pertigaan blidit dan dapat dijangkau menggunakan kendaraan
bermotor ataupun mobil. Untuk itu wisatawan tidak perlu merasa cemas
untuk berkunjung dan wisatawan akan merasa puas dengan akses menuju
tempat ini selain udaranya yang segar tempat ini juga memiliki keindahan
alam untuk berpose.
3. Aminities (fasilitas)
1. Pendakian Gunung Egon
Berdasarkan hasil penelitian objek wisata alam ini berada di
pegunungan sehingga fasilitas seperti tolilet, tempat parkir ataupun
warung makan belum tersedia. Sehingga besar harapan partisipasi
masyarakat lokal dan pihak pemerintah mengembangkan fasilitas umum
sebagai penunjang di objek tersebut.
Dengan keterbatasan fasilitas di objek wisata ini dapat memberikan
dampak bagi wisatawan ketika berkunjung. Walaupun dengan
keterbatasan fasilitas umum di objek wisata ini, perlu diketahui bahwa di
sekitar objek wisata ini terdapat banyak lahan kosong dengan
pemandangan indah ke laut lepas dari pegunungan , sehingga dapat
dijadikan tempat berkemah bagi wisatawan yang memiliki hobi berkemah.
2. Hutan lindung (andalan Egon)
Berdasarkan hasil penelitian, fasilitas penunjang di objek wisata
hutan lindung ini belum begitu memadai. Fasilitas yang tersedia baru
terdapat pos jaga, dan beberapa spot foto yang dibangun oleh pemerintah
dan masyarakat lokal Egon buluk. Selain beberapa spot foto yang sudah
di bangun, terdapat pula beberapa tempat sampah namun belum adanya
kesadaran dari wisatawan sehingga perlu adanya partisipasi masyarakat
dalam hal pengelolaan.
Selain itu juga terdapat gerbang dengan tulisan Kawasan hutan
lindung yang dibangun oleh pemerintah. Sedangkan untuk fasilitas umum
seperti toilet,warung makan, ataupun tempat parkir belum tersedia
sehingga perlu adanya keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam
mengembangkan objek wisata ini. Selain itu juga perlu adanya pihak
penjaga mengenai keamanan dan kebersihan.
Dari beberapa bentuk partisipasi yang belum begitu aktif ini disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya, 1) minimnya pengetahuan masyarakat terkait
pariwisata, 2) sebagain masyarakat memiliki sistem diperintah, 3) masyarakat
akan berpartisipasi bila adanya upah. Dari ketiga hal ini yang menjadi kendala
yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat lokal.
Untuk itu perlu adanya perahatian khusus dari pemerintah agar dapat
meningkatkan partisipasi Masyarakat dalam pengembangan ekowisata dengan
berbasis masyarakat.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) adalah salah satu
metode analisis yang digunakan dalam mengkaji dan menentukan strategi
pengembangan potensi desa secara menyeluruh (The Total Tourism System),
dimana penekanan bertumpu pada aspek yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dimana data dari ke 4 aspek tesebut diambil dan diperkuat dari hasil
pembahasan,analisis dan survey lapangan yang di lakukan sebelumnya. Sesuai
data dan informasi yang telah digambarkan pada pembahasan sebelumnya, maka
faktor-faktor analisis sebagai berikut:
a. Kekuatan (Strength)
Beberapa faktor pendukung dalam pengelolaan potensi yang dimiliki Desa Egon
buluk dapat dilihat dari berbagai aspek kekuatan (strength) yang dimiliki, adapun
faktor pendukung atau kekuatan yang dimaksud ialah sebagai berikut :
c. Peluang (Opportunity)
d. Ancaman (Threat)
1. Upaya pengembangan dan pengelolaan potensi desa yang masih kurang tidak
mampu mempercepat pengembangan wilayah Desa Egon buluk
2. Tinginya tingkat pengangguran dapat memicu tingginya angka kriminal yang
terjadi.Dengan mengetahui semua informasi yang berpengaruh terhadap
pengembangan potensi Desa Egon Buluk, maka dapat kita rumuskan empat
alternatif strategi (TOWS) yaitu sebagai berikut:
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
Aliman, Muhammad. 2017. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Ekowisata Air Terjun
di Sumatera Barat (Sebuah Tinjauan Teoritis). Jurnal Spasial. Volume 4,
Nomor 2.
Mgonja, John T., Agnes Sirima, and Peter J. Mkumbo. "A review of ecotourism in
Tanzania: Magnitude, challenges, and prospects for sustainability."
JOURNAL OF ECOTOURISM 14.2-3 (2015): 264-277.
Ripai, A. (2013), Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Kecamatan
Bontomene Kabupaten Kepulauan Selayar, Skripsi., Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Wardle, C., Buckley, R., Shakeela, A. and Castley, J.G. "Ecotourism’s contributions
to conservation: analysing patterns in published studies." JOURNAL OF
ECOTOURISM, 1-31.
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. 2006. Buku Perencanaan Ekowisata, dari
teori ke aplikasi. Pusat studi pariwisata UGM Yogyakarta.