Anda di halaman 1dari 51

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA

DI DESA EGON BULUK, KECAMATAN WAIGETE,


KABUPATEN SIKKA
Disusun sebagai syarat untuk Mengikuti Tugas Akhir

Politeknik Cristo Re

Disusun Oleh

MARIA MONIKA

03-2020-006

PROGRAM STUDI D3 EKOWISATA


POLITEKNIK CRISTO RE
2023
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI
DESA WISATA EGON BULUK, KECAMATAN WAIGETE,
KABUPATEN SIKKA
Maria Monika
ABSTRAK
Desa Wisata Egon Buluk merupakan salah satu desa wisata yang memilik iproduk
wisata yang kaya baik alam dan juga budaya. Penelitian ini menggunakan metodelogi
kualitatif dan kuantitatif sehingga peneliti sebagai instrument dalam mengumpulkan
data. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi, wawancara
dengan 3 orang informan kunci dan studi pustaka. Aspek yang dianalisis adalah
komponen produk destinasi, partisipasi masyarakat dan strategi pengembangan
ekowisata. Temuan dari penelitian tersebut adalah minim keterlibatan masyarakat
local dikarenakan sumber daya manusia pariwisata sehingga harus diberdayakan oleh
pemerintah. Hal ini bertujuan agar startegi pengembangan ekowisata mampu
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal dalam melestarikan alam dan
budaya yang dimiliki. Pengembangan ekowisata harus menjadi alat untuk
memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal. Oleh karena itu, pemerintah harus
gencar dalam memberdayakan masyarakat lokal sehingga kapasitas masyarakat local
meningkat. Peneliti berpendapat bahwa dengan metode seperti itu maka partisipasi
masyarakat juga akan meningkat. Penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat lokal serta sebagai referensi dalam filosofi
ekowisata,khususnya di desa wisata Egon Buluk. Kata Kunci : Komponen Produk
Pariwisata, Partisipasi masyarakat lokal, strategi pengembangan Ekowisata.
COMMUNITY BASED ECTOURISM DEVELOPMENT STRATEGY IN EGON
BULUK TOURISM VILLAGE, WAIGETE DISTRICT, SIKKA REGENCY
Maria Monika
ABSTRACT
Egon Buluk Tourism Village is one of the tourist villages that has tourism products
that are rich in both nature and culture. This study uses qualitative and quantitative
methods so that researchers as instruments in collecting data. The data collection
carried out by the researcher was observation, interviews with 3 key informants and
literature study. The aspects analyzed are the components of destination products,
community participation and ecotourism development strategies. The findings from
this study are the lack of local community involvement due to tourism human
resources, so the government must empower them. It is intended that the ecotourism
development strategy is able to provide economic benefits to local communities in
their natural and cultural atmosphere. Ecotourism development must be a tool to
provide welfare for local communities. Therefore, the government must be aggressive
in empowering local communities so that the capacity of local communities increases.
Researchers argue that with such a method, community participation will also
increase. This research is expected to increase the participation of local communities
as well as a reference in the philosophy of ecotourism, especially in the tourist village
of Egon Buluk. Keywords: Components of Tourism Products, Participation of local
communities, ecotourism development strateg
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekowisata adalah pariwisata yang berwawasan lingkungan tetapi
berbeda dengan pariwisata pada umumnya. Ekowisata adalah pariwisata yang
bertanggung jawab baik dengan lingkungan alam ataupun dengan sosial
budaya masyarakatnya. Ekowisata memiliki peran penting dalam menjaga dan
mengembangkan potensi alam dengan mengutamakan konservasi ekologis dan
sosial budaya. Ekowisata ini merupakan bentuk atau konsep wisata minat
khusus karena dapat dikatakan sebagai lawan dari wisata massal atau
konvensional (Aliman, 2017). Dalam pengelolaan ekowisata ini alam dan
lingkungannya menjadi sumber daya utama yang harus diatur dengan hati-hati
(tidak bersifat konsumtif dan terkontrol) agar kebermanfaatannnya tetap
terjaga (Suryajaya & Adikampana, 2019).
Elemen atau karakteristik yang membangun ekowisata yang telah
banyak dipakai dan disetujui yaitu nature (daya tarik wisata berbasis alam
yang berfokus pada ekosistem yang masih asli), education (adanya hal yang
bisa diambil atau dipelajari) dan sustainable (adanya perencanaan dan
manajemen untuk mewujudkan keberlanjutan) (Jamil & Waluya, 2016).
Dimensi dari ekowisata ini adalah ekologi (partisipasi aktif dari komponen
utama dalam menjaga kelestarian sumber daya alam), ekonomi (keuntungan
yang dirasakan oleh masyarakat karena adanya aktifitas ekowisata yang
dilakukan utamanya bagi kelestarian sumber daya itu sendiri) serta dimensi
sosial (selain berperan aktif, masyarakat memiliki wewenang untuk ikut
mengelola dan mengawasi).
Pada umumnya produk dari ekowisata ini meliputi adanya potensi,
daya tarik, fasilitas dan aksesibilitas (Suryajaya & Adikampana, 2019).
Penerapan konsep ekowisata ini biasanya dilakukan pada daerah dengan
sumber daya alam melimpah atau lanskap yang kaya seperti desa-desa atau
daerah pinggiran. Pengimplementasian konsep ekowisata berfokus pada
bagaimana pengelolaan sebuah objek sebaik mungkin dan pemberian edukasi
atau pemahaman agar tidak terjadinya kerusakan atau pencemaran baik itu
pada aspek lingkungan, sosial maupun budaya setempat. Pada
pengembangannya pelibatan dan partisipasi masyarakat merupakan salah satu
kunci dari keberhasilan kegiatan ekowisata ini (Ziku, 2015).
Desa wisata Egon buluk merupakan salah satu desa wisata yang ada di
kecamatan Waigete, kabupaten Sikka, provinsi Nusa Tenggara Timur,
Indonesia. Beberapa potensi wisata yang dimiliki antara lain, hutan lindung
Egon Ili medo, air terjun meang miak, gunung api Egon yang masi aktiv dan
beberapa potensi lainya. Namun ada beberapa potensi wisata yang belum
dikembangkan secara seoptimal mungkin. Wilayah administrative desa ini
berada dalam kawasan konservasi sehingga wewenang penuh terletak pada
Dinas Kehutanan Kabupaten Sikka. Desa ini selain kurang adanya keterlibatan
pihak pemerintah akan pengembangan potensi wisata, penduduk yang berada
di desa ini juga masi minim akan pengetahuan terkait sadar wisata.
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang
menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada
kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya
yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga
pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat
mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan
yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola. Ekowisata berbasis
masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat
dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-
jasa wisata untuk turis; fee pemandu; ongkos transportasi; homestay; menjual
kerajinan, dll.
Tataran implementasi ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari
perencanaan pembangunan terpadu yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu,
pelibatan para pihak terkait mulai dari level komunitas, masyarakat,
pemerintah, dunia usaha dan organisasi non pemerintah diharapkan
membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu kemitraan yang baik sesuai
peran dan keahlian masing-masing (Caballos-luscurain:1996). Untuk
mengembangkan sebuah desa dengan memiliki banyak potensi wisata maka
pengembangan ekowisata dengan berbasis masyarakat perlu dilakukan dengan
menerapkan komponen 4A pariwisata. Komponen 4A pariwisata yang harus
diterapkan diantaranya ; Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, dan Ansilari
(sugiama: 2014).
Permasalahan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa
Wisata Egon Buluk adalah minim partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan
masyarakat lokal tidak memiliki motivasi dan kemampuan dalam hal
pengelolaan. Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator sangat jarang
memberikan pemberdayaan bagi masyarakat lokal. Penulis berpendapat bahwa
diperlukan peningkatan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Oleh
sebab itu, penting untuk dikaji tentang "strategi pengembangan pariwisata
berbasis masyarakat di desa wisata Egon buluk, kecamatan waigete,
Kabupaten Sikka". Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi komponen
produk ekowisata, Partisipasi masyarakat dan strategi pengembangan. Penulis
berharap bahwa ekowisata berbasis masyarakat dapat berketahan dan
berkelanjutan apabila diterapkan strategi yg efisien dan efektif.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana komponen produk pariwisata di desa wisata Egon buluk,


kecamatan wiagete, kabupaten Sikka ?
2. Bagaimana partispasi masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat di desa wisata Egon buluk, kecamatan Waigete,
kabupaten Sikka ?
3. Bagaimana strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa
Egon buluk, kecamatan Waigete, kabupaten Sikka ?
1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian tidak menyimpang dari fokus permasalahan, perlu adanya


batasan penelitian sebagai berikut.
1. Penelitian hanya dilakukan di desa wisata Egon Buluk, kecamatan Waigete,
kabupaten Sikka.

2. Penelitian difokuskan pada komponen produk ekowisata di desa Egon

Buluk, kecamatan Wiagete, kabupaten Sikka.

3. Penelitian difokuskan pada partisipasi masyarakat lokal dalam "strategi


pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa wisata Egon Buluk,
kecamatan Waigete, kabupaten Sikka.

4. Penelitian difokuskan pada model pengembangan ekowisata berbasis


masyarakat di desa wisata Egon Buluk, Kecamatan Waigete, kabupaten
Sikka.

1.4 Tujuan Penelitian


1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen produk ekowisata
di desa Wisata Egon buluk, kecamatan waigete, Kabupaten Sikka
2. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat partisipasi masyarkat lokal dalam
pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa Wisata Egon buluk,
kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka.
3. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan partisipai masyarakat lokal yang
baik dalam strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa
Egon buluk, kecamatan Waigete, kabupaten sikka.

1.4 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Akademis

1. Penelitian ini merupakan pengaplikasian konsep dan teori dalam disiplin ilmu
pengetahuan pariwisata yang didapatkan penulis selama perkulihan dalam
bidang ekowisata.
2. Penelitian ini merupakan literature akademis bidang ekowisata yang berfungsi
untuk referensi penelitian untuk mengkonstruksikan perspektif ekowisata
dengan melihat fenomena yang ada
3. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi bagi para mahasiwa dalam
melakukan penelitian yang sejenis sebagai upaya untuk mengkonstruksi
pemikiran tentang filosofi ekowisata.

B. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan untuk bisa mengkontribusikan inovasi- inovasi


dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa Wisata Egon
buluk, kecamatan Waigete, kabupaten Sikka dalam pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat.
2. Penelitian ini diharapkan sebagai sumber referensi bagi pengembangan
ekowiata berbasis masyarakat di desa Wisata Egon buluk, kecamatan
Waigete, kabupaten Sikka dalam pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat yang berfokus pada keterlibatan masyarakat lokal.
3. Penelitian ini diharapkan sebagai modal dasar dalam mengimplementasikan
filosofi ekowisata di desa Wisata Egon buluk, kecamatan Waigete, kabupaten
sikka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Peneliti Terdahulu


Penelitian sebelumnya berjudul “A review of ecotourism in Tanzania:
magnitude, challenges, and prospects for sustainability”. Sumber penelitian ini
dikaji oleh Mgonja, J.T. et al, 2015 dalam JOURNAL of ECOTOURISM, 14(2-
3), pp.264-277. Penelitian ini mempunyai temuan diantaranya adalah
permasalahan aksessibilitas ke daerah terlindung, infrastruktur yang tidak cukup,
dan pemasaran dan promosi yang tidak cukup. Penelitian tersebut
mengemukakan bahwa pemegang kekuasaan perlu mengucapkan kebijakan
dengan jelas, regulasi, dan panduan untuk membawa strategi untuk diterapkan
dalam aktivitas ekowisata di Tanzania.

Berdasarkan pembahasan dari penelitian tesebut maka terdapat perbedaan


dengan penelitian yang sedang dilakukan. Penelitian sebelumnya menegaskan
peran dari pemegang kekuasaan dalam manajemen ekowisata. Sedangkan,
penelitian yang sementara dilakukan merujuk pada permasalahan minim
partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat. Oleh karena itu, terdapat perbedaan yang signifikan dalam aspek
kajian kedua penelitian tersebut. Penelitian yang sedang dilakukan mengkaji
aspek yang lebih spesifik sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji aspek yang
lebih luas.

Penelitian selanjutnya berjudul “Ecotourism’s contributions to


conservation: analysing patterns in published studies”. Sumber penelitian ini
dikaji oleh Wardle, C. et al, 2018 dalam JOURNAL OF ECOTOURISM pp.1-31.
Penelitian ini mempunyai temuan diantaranya: praktik konservasi suda diuji lebih
sering dari pada pendapatan konservasi, ada fokus yang sangat kuat terhadap
pendekatan yang tidak langsung terhadap konservasi seperti pendidikan
pengunjung dan praktik berbasis masyarakat, kelemahan kajian yang mengukur
dampak secara langsung pada populasi keanekaragaman hayati atau komponen
lingkungan alam bio-fisika serta pusat studi utamayang lokasinya terletak di
negara berkembang sementara peneliti berasal dari negara maju. Identifikasi
kesenjangan dan pola yang ada saat ini dalam temuan literatur akademis maka
hasil pra-tinjau ini membantu secara langsung dan mendukung agenda penelitian
di masa depan.
Berdasarkan pembahasan dari penelitian tesebut maka terdapat perbedaan
dengan penelitian yang sedang dilakukan. Penelitian sebelumnya melihat
kontribusi ekowisata untuk melihat kesenjangan antara teori dan praktik untuk
memberikan inovasi bagi penelitian di masa depan. Sedangkan, penelitian yang
sementara dilakukan merujuk pada permasalahan minim partisipasi masyarakat
lokal dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Oleh karena itu,
terdapat perbedaan yang signifikan dalam aspek kajian kedua penelitian tersebut.
Penelitian yang sedang dilakukan mengkaji aspek yang lebih spesifik sedangkan
penelitian sebelumnya mengkaji aspek yang lebih luas.
Penelitian selanjutnya berjudul” Internet based ecotourism marketing:
Evaluating Canadian sensitivity to ecotourism tenets”. Sumber penelitian
dilakukan oleh Donohoe, H.M. et al., 2008 dalam JOURNAL OF
ECOTOURISM, 7(1), pp.15-43. Penelitian ini berupaya untuk melihat
kesesuaian pesan pemasaran ekowisata dan membangun prinsip ekowisata dan
menguji kegunaannya dengan kerangka evaluatif berbasis panduan. Hasilnya
menunjukan bahwa ada ketidaksesuaian antara teori dan praktik ekowisata.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka terlihat jelas perbedaanya dengan
penelitian yang sedang dilakukan. Kedua penelitian mempunyai pemetaan
argumen yang sama “kesenjangan antara teori dan praktik”. Walaupun demikian,
penelitian yang sedang dilakukan membahas pengembangan ekowisata dengan
minim keterlibatan masyarakat lokal di desa wisata Egon Buluk sehingga lebih
spesifik kajiannya. Penelitian sebelumnya melihat kesenjangan antara teori dan
praktik dalam jangkauan yang lebih luas sehingga aspek pembahasan sangat
berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Penelitian selanjutnya berjudul” Strategi pengembangan Ekowisata Hutan
Lindung Gunung Lumut Kabupaten Paser provinsi Kalimantan Timur “. Sumber
penelitian dilakukan oleh Zainun (2009). Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pengembangan ekowisata
dan merumuskan strategi pengembangan ekowisata Hutan Lindung Gunung
Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa yang paling dominan terhadap faktor strategi internal adalah
kelemahan (-2,00); utamanya ketersediaan berbagai fasilitas dan pelayanan
wisata, sedangkan untuk faktor strategi eksternal didominasi oleh peluang (2,15);
utamanya keinginan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dimasa mendatang.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka terlihat jelas perbedaanya dengan


penelitian yang sedang dilakukan. Penelitian sebelumnya mengkaji tentang
identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pengembangan ekowisata
sedangkan penelitian yang sedang dilakukan membahas tentang strategi
pengembangangan ekowisata dengan berbasis masyrakat. Walaupun demikian
penelitian sebelumnya memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang
dilakaukan yaitu pengembangan ekowisata.

B. Deskripsi Landasan Teori dan konsep

1. Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos yang artinya “a
general set of maneuvers cried aut over come a enemyduring combat” yaitu
semacam ilmunya para jenderal untuk memenangkan pertempuran. Sedangkan
dalam kamus Belanda-Indonesia, strategis berasal dari kata majemuk, yang
artinya siasat perang, istilah strategis tersebut digunakan dalam kemiliteran
sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, seingga dalam hal ini diperlukan
taktik serta siasat yang baik dan benar.
Menurut Jauch dan Glueck (2000) menyatakan bahwa strategi adalah
rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan
perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama perusahan dapat dicapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh perusahaan.
Menurut Hamel dan Prahalad yang dikutip Rangkuti (2002) “Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber
daya”.
Berdasarkan berbagai definisi tentang strategi yang dikemukakan oleh
para ahli maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah rumusan perencanaan,
untuk mencapai tujuan jangka panjang melalui pengintegrasian keunggulan dan
alokasi sumber daya yang ada di perusahaan.

2. Strategi Pengembangan

Strategi pengembangan pariwisata kerap dikaitkan pada era otonomi


daerah, dimana daerah memiliki kewenangan dalam melakukan perencanaan
dan penyelenggaraan pembangunan dengan suatu model yang sesuai
kebutuhan. Pembangunan ini disesuaikan dengan kapasitas wilayah masing-
masing sehingga muncul upaya untuk menggali potensi daerah yang
menjadi data awal untuk merumuskan strategi pengembangan. Dengan
demikian pola pembangunan dirumuskan berdasarkan kondisi dan potensi
lingkungan dan manusianya (Tantra:2014).

Pengembangan destinasi wisata dalam kerangka pembangunan


daerah memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi dalam
tataran makro, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam tataran
mikro. Sehingga pengembangan pariwisata daerah haruslah juga
memperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi banyak pihak, terutama
masyarakat lokal. Pengembangan pariwisata yang baik dapat mendorong
terbukanya peluang kerja, pengembangan produk lokal, serta kesempatan
pendidikan dan pelatihan masyarakat (Lesawengen:2016). Perlu dilakukannya
analisis SWOT untuk mengetahui terlebih dahulu kelebihan, kekurangan,
peluang dan tantangan dari destinasi tersebut tidak bisa melakukan perumusan
strategi pengembangan secara tiba-tiba, harus adanya proses identifikasi
potensi terlebih dahulu.

3. Strategi Pengembangan Ekowisata

1. Prinsip Pengembangan Ekowisata

Prinsip pengembangan ekowisata dapat menjamin keutuhan dan kelestarian


ekosistem. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan
ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan
ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka
ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari
pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based). The Ecotourism
Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu:

a. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam


dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan
karakter alam dan budaya setempat.

b. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat


setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat
dilakukan langsung di alam.

c. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan


untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat
menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation
tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan
meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam.

d. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam


merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam
pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

e. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi


masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian kawasan alam.

f. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk


pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan
alam. Apabila ada upaya disharmonis dengan alam akan merusak produk
wisata ekologis. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak,
mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat.

g. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya


dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi.

h. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja
wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara
bagian atau pemerintah daerah setempat.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang


Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, yaitu dalam Prinsip
pengembangan ekowisata dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:

a) Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata.


b) Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara lestari
sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata.

c) Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan


menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan
usaha ekowisata dapat berkelanjutan.

d) Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi


seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap
pelestarian lingkungan dan budaya.

e) Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.

f) Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan


perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati
nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan.

g) Menampung kearifan lokal.

2. Konsep dan Pendekatan Pengembangan Ekowisata

a. Konsep Pengembangan Ekowisata

Menurut Gumelar S. Sastrayuda (2010) konsep pengembangan ekowisata adalah


Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan telah memberikan
implikasi munculnya berbagai tuntutan di semua sektor pembangunan. Tuntutan-
tuntutan tersebut telah dan akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, cara
cara pendekatan baru dalam berbagai kegiatan baik bisnis pariwisata secara
langsung yang dilakukan dunia usaha pariwisata dan usaha-usaha masyarakat
dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan mereka.

Dengan Kondisi tersebut makin meyakinkan bahwa lingkungan bukan lagi


beban, tetapi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan usaha-usaha ekonomi.
Dengan maksud lain, lingkungan mempunyai peran penting dalam usaha
mendorong semua lapisan masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai peluang
bisnis, sehingga diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk dapat
menyelesaikan masalah-masalah dan mampu mendorong keikutsertaan semua
unsur untuk menanggulangi masalah lingkungan secara bersama-sama.

Desa dengan memiliki banyak potensi wisata tentunya harus memiliki


sebuah konsep pengembangan secara berkelanjutan dan lebih utama melibatkan
masyarakat lokal untuk itu konsep pengembangan dengan pendekatan pada
masyarakat terkait pengetahuan akan wisata perlu ditingkatkan.

4. Ekowisata Berbasis Masyarakat

Konsep ekowisata berbasis masyarakat, untuk pendekatan


pengembangannya sudah pasti melibatkan masyarakat, dengan alasan bahwa
sektor pariwisata dapat memunculkan keuntungan bagi masyarakat secara
sosial maupun budaya, juga dapat membantu untuk mencapai sasaran konservsi
lingkungan, dan tidak lupa berprinsip kontrol masyarakat yang tinggi, serta
masyarakat memegang bagian besar dari keuntungan nantinya (Tanaya dan
Rudiarto (2014).

Desa wisata Egon buluk dengan menerapkan pengembangan ekowisata


berbasis masyarakat menjadi salah satu perwujudan dari pariwisata
berkelanjutan(sustunaible tourism). Desa wisata pun sering menjadi wadah dari
sebuah produk ekowisata karena pada dasarnya potensi ekowisata selalu datang
dari daerah terpencil. Desa Wisata Egon buluk mempunyai kedudukan sebagai
salah satu desa wisata di Kabupaten Sikka. Desa wisata ini memiliki potensi
alam dan budaya masyarakat yang sangat kaya. Hal ini dikarenakan masyarakat
lokal desa wisata ini masih menjunjung tinggi kebudayaan lokal dan juga
lokasinya berada dalam kawasan hutan lindung Egon ili medo. Keunikan yang
dimiliki menjadikan desa wisata ini masuk dalam kategori desa wisata rintisan.
Apa yang di sebut pada konsep diatas menjelaskan bahwa Desa wisata
Egon buluk dengan segala potensi wisata yang dimiliki berdasarkan
pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, tidak terlepas dari keterlibatan
masyarakat lokal, karena itu masyarakat memiliki peran penting dalam sektor
pariwisata dan mampu menghasilkan keuntungan serta mampu meningkatkan
kesadaran masyarakat secara mandiri terkait meminimalisir kerusakan
lingkungan.

5.Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban seseorang warga


negara untuk memberikan kontribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok,
sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan
dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya (Rizqina 2010). Pengertian
lain menurut Ars (2013) partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
pembangunan merupakan salah satu wujud kepedulian masyarakat terhadap
pelaksanaan pembangunan. Nasrudin (2009) mengemukakan bahwa masyarakat
desa adalah potensi sumber daya manusia utama dalam suatu pembangunan
desa. Tanpa peran dan partisipasi dari seluruh masyarakat desa, pembangunan
desa mustahil terlaksana dengan baik.

Partisipasi masyarakat desa juga diperlukan, dalam hal ini partisipasi


masyarakat desa Egon buluk. Partisipasi masyarakat desa yang dimaksud
adalah hak dan kewajiban seseorang warga desa untuk memberikan
kontribusi, menyalurkan aspirasi, pemikiran dan kepentingannya dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai salah satu wujud kepedulian
masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan daya tarik wisata sangat dibutuhkan. Sektor pariwisata tidak akan
dapat berjalan dan berkembang bila tidak ada peran serta masyarakat dalam
mengelola sektor pariwisata karena masyarakat merupakan pelaku utama
dalam pengelolaan suatu destinasi wisata. Masyarakat harus selalu ikut aktif
dalam pengelolaan pariwisata agar masyarakat dapat memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya dari sektor pariwisata.

Berikut Jenis-jenis partisipasi menurut Ripai (2013) adalah;


(psychological participation), partisipasi dengan tenaga (physical
participation), partisipasi dengan pikiran dan tenaga atau partisipasi aktif
(active participation), partisipasi dengan keahlian (with skill participation),
partisipasi dengan barang (material participation), partisipasi dengan uang
(money participation).

Selain itu menurut swartono (2004:85) menjelaskan ada dua bentuk


partisipasi masyarakat yaitu :

1. Partisipasi aktif, adalah peran serta yang dilakyukan secara langusng


baik perseorangan maupun secara kelompok yang secara sadar ikut
membantu program pemerintah dengan insiatif dan kreatifitas serta
mau melibatkan diri dalam kegiatan pengembangan pariwisata alam,
pembinaaan, dan rasa ikut memiliki.

2. Pasrtisipasi pasif, adalah peran serta yang bersifat tidak langsung.


Masyarakat cenderung pasif hanya sekedar melakukan perintah dan
mendukung terpeliharanya konservasi sumber daya alam serta adanya
kesadaran untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
menganggu atau merusak lingkungan alam.

Keikutsertaan Masyarakat sekitar Kawasan objek wisata dapat berupa


usaha dagang atau pelayanan jasa, baik di dalam maupun di luar Kawasan
objek wisata, seperti penyediaan usaha warung makanan dan minuman,
penyediaan took souvenir/cibdera mata khas dari daerah tersebut,
penyediaan jasa penginapan, adanya jasa pemandu atau petunjuk jalan,
jasa photografi, dan menjadi pegawai objek wisata tersebut.

6. Teori Komponen 4A

Komponen pariwisata adalah komponen kepariwisataan yang harus


dimiliki oleh objek daya tarik wisata. Istilah kepariwisataan merupakan
gabungan dari istilah wisata, pariwisata dan kepariwisataan. Kepariwisataan
ini berarti keseluruhan kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan dengan
dilengkapi oleh fasilitas dan infrastuktur pendukung yang disediakan oleh
para stakeholders pariwisata. Namun unsur yang paling utama dalam suatu
pengembangan kepariwisataan adalah unsur daya tarik wisata.

1. Attraction (Atraksi)

Atraksi merupakan produk utama sebuah destinasi. Suwena (2010),


berpendapat atraksi wisata atau sumber kepariwisataan (tourism
resources) merupakan komponen yang secara signifikan menarik
kedatangan wisatawan dan dapat dikembangkan di tempat atraksi wisata
ditemukan (in situ) atau diluar tempatnya yang asli (ex situ). Atraksi
wisata terbagi menjadi tiga, yaitu; (1) atraksi wisata alam seperti
perbukitan, perkebunan, gunung, danau, sungai dan pantai dan, (2) atraksi
wisata budaya seperti kearifan masyarakat, seni dan kerajinan tangan,
masakan khas, arsitektur rumah tradisional, dan situs arkeologi, (3)
atraksi buatan manusia seperti wisata olahraga, berbelanja, pameran,
taman bermain, festival dan konferensi (Suwena, 2010). Keberadaan
atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk berkunjung
sehingga pengembangannya harus mempunyai nilai diferensiasi yang
tinggi, unik dan berbeda dari daerah atau wilayah lain.

2. Accessibility (Aksesibilitas)
Akesibilitas merupakan sarana dan infrastruktur yang memberikan
kemudahan kepada wisatawan untuk bergerak dari satu daerah ke daerah
lain. Faktor-faktor yang penting terkait dengan aspek aksesibilitas wisata
meliputi petunjuk arah, bandara, terminal, waktu yang dibutuhkan, biaya
perjalanan, dan frekuensi transportasi menuju lokasi wisata (Sunaryo,
2013). Individual tourist mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan
travel agent sehingga sangat bergantung kepada kemudahan akses dan
fasilitas publik. Sementara kemudahan komunikasi dikhususkan pada
media social untuk membantu wisatawan menuju ke lokasi yang ingin
dituju.

3. Amenity (Fasilitas)

Sugiama (2011) menjelaskan bahwa fasilitas adalah segala macam


sarana dan prasarana pendukung selama wisatawan berada di daerah
tujuan wisata, meliputi kebutuhan akomodasi, penyediaan makanan dan
minuman, gedung pertunjukan, tempat hiburan (entertainment), dan
tempat perbelanjaan. Fasilitas bukan merupakan daya tarik bagi
wisatawan, namun menjadi syarat yang menentukan durasi tinggal
wisatawan dan kekurangan fasilitas akan menjadikan wisatawan
menghindari destinasi tertentu.

4. Ancillary (Pelayanan Tambahan)

Sugiama (2011) menerangkan bahwa ancillary atau pelayanan


tambahan merupakan adanya lembaga kepariwisataan yang dapat
memberikan wisatawan rasa aman dan terlindungi (protection of tourism).
Pelayanan tambahan mencakup keberadaan dari berbagai organisasi yang
memfasilitasi dan mendorong pengembangan serta pemasaran dari suatu
destinasi wisata. Organisasi yang terkait dalam hal ini antara lain pihak
pemerintah seperti dinas pariwisata, komunitas pendukung kegiatan
pariwisata, asosiasi kepariwisataan seperti asosiasi pengusaha perhotelan,
biro perjalanan wisata, pemandu wisata, dan stakeholder yang berperan
dalam kepariwisataan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Egon Buluk, Kecamatan waigete,
Kabupaten Sikka. Penelitian ini mengkaji tentang strategi pengembangan
ekowisata berbasis masyarakat di desa Egon Buluk, untuk melihat komponen
produk pariwisata, peran serta masyarakat serta model strategi pengembangan
ekowisata dalam meningkatkan peran serta masyarakat. Penelitian ini
dilaksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian,
sampai pembuatan laporan penelitian. Penelitian dilkasanakan di bulan
Agustus 2023 sampai dengan selesai. Berikut merupakan lokasi penelitian di
Desa Wisata Egon buluk.Gambar 3.1 Desa wisata Egon Buluk

Sumber: Google maps

Jarak desa wisata dari Bandara Franseda Maumere sejauh 27 km atau


ditempuh dengan lama waktu 44 menit. Transportasi yang digunakan bisa
menggunakan mobil dan juga motor. Perjalanan yang dilakukan secara bertahap
dari bandara menuju desa wisata Egon Buluk akan melalui beberapa desa dan akan
melewati pertigaan blidit untuk menuju ke desa wisata Egon buluk. Setelah itu,
perjalanan selanjutnya ditempuh dengan mobil ataupun motor dari pertigaan blidit
dengan jarak kurang lebih 2 km dengan waktu tempuh 10 menit.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Alat

a. Alat tulis

b. Laptop

c. Handphone

d. Gogle maps

e. Gps

f. Angket/ Kuisioner

g. Pedoman Wawancara

2. Bahan

Pemerintah desa, kelompok sadar wisata, pengunjung, dan masyarakat lokal desa
wisata egon buluk .

C. Metode penelitian

a) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah bentuk data naratif, deskriptif dalam kata-kata yang
diteliti, dokumen pribadi, laporan wawancara, catatan lapangan, sertadokumen
resmi dan video (Moleong, 2012). Dalam penelitian ini yang termasuk data
kualitatif adalah :Data profil Desa Wisata Egon buluk, bentuk- bentuk
keterlibatan masyarakat, dan komponen produk pariwisata yang ada di Desa
Wisata Egon buluk. Data-data tersebut dinarasikan menjadi satu kesatuan dalam
menjawab pertanyaan dalam penelitian ini.
b) Data Kuantitatif
Data kuantitaif merupakan Data yang dinyatakan dan dihasilkan dalam
bentuk angka. Data kuantitatif adalah hasil dari perhitungan dan pengukuran
yang pasti ( Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini data kuantitatif yang dipakai
yaitu: data gambaran umum mengulas tentang gambaran umum Desa Wisata
Egon buluk, jarak dan waktu tempuh dari pusat kota menuju Desa wisata Egon
buluk. Selain itu, harga kemasan paket wisata yang dijual oleh kelompok sadar
wisata Egon buluk. Data-data tersebut dianggap penting untuk memberikan
informasi mengenai Desa Wisata Egon buluk sebagai sebuah produk wisata yang
sedang dikelolah.
c)Sumber Data
1.Data Primer
Data primer adalah segala informasi, fakta dan realitas yang terkait atau
hubungan dengan penelitian tersebut dimana kaitan atau relevansinya sangat jelas
bahkan secara langsung. Disebut sebagai data utama (data primer) karena data
tersebut akan menjadi penentu utama berhasil atau tidaknya sebuah penelitian.
Bungin (2013) dalam Ibrahim (2015) mendefinisikan data primer sebagai data
yang diambil dari sumber primer atau sumber pertama di lapangan. Data primer
dalam penelitian ini adalah data yang berupa hasil observasi untuk mengetahui
analisis SWOT, atraksi wisata, aksessibilitas, amenitas, kelembagaan, peran serta
masyarakat di Desa Wisata Egon buluk.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang secara tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya lewat orang lain maupun
lewatdokumen serta dari laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian(Sugiyono, 2012). Data sekunder dari penelitian ini diperolehi dari
buku maupun tujuan yang terkait dalam penelitian, dokumen, tinjauan pustaka
serta dokumentasi terkait dengan kegiatan penelitian. Data terkait dengan data
sekunder yaitu: data profil Desa Wisata Egon buluk serta konsep dan teori yang
digunakan dalam penelitian ini.
d)Teknik pengumpulan Data
1. Wawancara
Menurut dalam Lexy J. Moleong (2012) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: wawancara tak terstruktur. Menurut
Estenberg dalam Sugiyono (2010) Wawancara tidak berstruktur (unstructured
interview) merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-
garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam teknik pengumpulan data
wawancara tak terstruktur ini memiliki pedoman wawancara yakni dilampirkan
dalam daftar lampiran pedoman wawancara.

2. Observasi
Observasi adalah kegiatan keseharian seseorang dalam mengamati dengan
kemampuannya dan menggunakan panca indera mata serta dibantu dengan panca
indera lainnya (Bungin, 2007). Dalam penelitian ini, yang menggunakan teknik
observasi yaitu meninjau tentang komponen analisis SWOT, produk pariwisata
dan peran serta masyarakat. Penelitian ini akan dilakukan selama bulan agustus.
3. Studi kepustakaan
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data.
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada, (Sugiyono,2011).
Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka dapat memengaruhi kredibilitas hasil
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini,menggunakan literature atau dokumen-
dokumen seperti: landasan konsep tentang ekowisata, desa wisata, konsep
pengembangan, konsep strategi, teori komponen produk pariwisata, teori analisis
SWOT dan teori partisipasi untuk membangun cara berpikir dalam mengkaji
tentang strategi pengembangan ekowisata di Desa Wisata Egon buluk, kecamatan
Waigete, Kabupaten Sikka.

e) Teknik Penentuan Informan

Metode penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah


prosedur purposive. Prosedur purposive adalah salah satu strategi menentukan
informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan
kelompok peserta yang menjadi informan dan sesuai dengan kriteria terpilih yang
relevan dengan masalah penelitian tertentu yang biasanya disebut keyperson
(Bungin, 2007). Dalam penelitian ini terdapat informan yang mendukung dalam
pencarian data di Desa Wisata Egon Buluk yaitu:
1. Kepala Desa Wisata Egon Buluk : Frans Moat Ples
2. Ketua Kelompok Sadar Wisata : Nikolaus susar
3. Masyarakat lokal( 5 orang yang berperan dalam pengembangan
ekowisata /local champion):
 Lukas Lero (Tokoh Masyarakat)
 Emilianus Efaldus ( Kepala Dusun)
 Yosep Sabulon Salen ( Tokoh pemuda)
 Blasius Silik ( Tokoh adat)
 Nikolaus Susar (Ketua BPD)
f) Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satu-satuan yang dikelolah, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan ap ayang penting, apa yang dipelajari dan memutuskan
apa yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2012). Dalam penelitian
ini, aktivitas menganalisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini adalah diperolehi dari hasil
observasi,wawancara, studi literatur dan disesuaikan dengan topik dan
tujuan dalampenelitian ini. Penelitian ini mengkaji tentang " strategi
pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa wisata Egon
Buluk, kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka”. Oleh karena itu, bisa
dikatakan bahwa penelitian ini meliputi banyak aspek yang berkaitan
sehingga perlu direduksi untuk menghasilkan karya yang terstruktur,
sistematis dan masif. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari bila
diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah
penyajian data. Melalui penyajian data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Data-data yang
disajikan adalah data tentang kajian analisis SWOT, komponen produk
ekowisata, sosialisasi masyarakat, pelatihan sumber daya manusia
masyarakat, partisipasi masyarakat. Data-data tersebut disajikan secara
sistematis untukmenjawab pertanyaan dalam penelitian yang
dilakukan.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah data yang telah disajikan
dalam bentuk teks dengan memperolehi poin-poin masing-masing
ruang lingkup pembahasan. Kesimpulan yang diperolehi akan
diverifikasi sesuai topik sehingga mencapai kredibel. Kesimpulan
dalam penelitian ini yakni: Desa Wisata Egon buluk bisa dikatakan
mempunyai pemetaan atraksi wisata destinasi Masi bersifat alami dan
sangat unik tapi penataannya belum bagus. Selain itu, kelemahan
terbesar terletak dalam komponen aksessibilitas di beberapa destinasi
wisata yang ad di desa wisata Egon buluk, amenitas serta
kelembagaan. Aksessibilitas di beberapa destinasi masih sulit untuk
dijangkau, penataan amenitas belum terlihat begitu bagus dan
kelembagaan yang belum berjalan dengan baik. Tinjauan dari sisi
partisipasi masyarakat lokal dalam strategi pengembangan ekowisata
berbasis masyarakat di Desa Wisata Egon Buluk dapat diketahui
bahwa partisipasi masyarakat lokal masi sangat rendah atau bersifat
terdorong. Pendapat ini dibuktikan dengan argumen akademis yang
berlandaskan pada teori partisipasi. Upaya untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat lokal ke tahap berikutnya adalah dengan
membuat program-program untuk meningkatkan sumber daya manusia
lokal. Upaya tersebut bertujuan untuk mengaktifkan partisipasi
masyarakat lokal yang secara autentik. Peneliti menganggap bahwa
hanya dengan metode seperti itu maka akan terlihat jelas manajemen
ekowisata yang pro pada masyarakat lok
g) Diagram Alur Peneliti

Dinas pariwisata
kabupaten sikka

Daya tarik desa wisata Egon Desa wisata Egon Buluk Pengembangan desa wisata
buluk Egon buluk

1. Bagaimana komponen produk wisata di desa a. Teori 4A


a.Konsep strategi wisata Egon buluk, kecamatan wiagete, kabupaten
Sikka ? b. Teori perencanaan
b. Konsep strategi
2. Bagaimana partispasi masyarakat lokal dalam pariwisata
pengembangan
pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di
c. Teori pariwisata berbasis
c. Konsep strategi desa wisata Egon buluk, kecamatan Waigete, masyarakat
pengembangan ekowisata kabupaten Sikka ?
3. Bagaimanastrategi pengembangan ekowisata
d. Konsep ekowisata berbasis
berbasis masyarakat di desa Egon buluk,
masyarakat
kecamatan Waigete, kabupaten Sikka ?
e. Konsep partisipasi

Strategi pengembangan Ekowisata berbasis


masyarakat di Desa Wisata Egon Buluk kecantan
waigete , kabupaten sikka
Lingkungan internal Lingkungan eksternal
Matriks internal-eksternal

Matriks SWOT

Hasil penelitian

Rekomendasi
h) Prosedur Pengumpulan Data
1. Observasi

Metode observasi dilakukan untuk meninjau secara langsung ke


lapangan untuk melihat aktivitas masyarakat dan fenomena
pengembangan ekowisata yang sedang berlangsung. Observasi yang
dilakukan menggunakan pendekatan observasi parstisipasi. Observasi
parstisipasif adalah bentuk pengamatan yang menempatkan posisi peneliti
langsung terlibat sebagai partisipan di lapangan. Penelitian ini
menggubakan observasi partsipasi akan tetapi peneliti terlibat secara
langsung hanya sebagai persial.

Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui pemberdayaan


masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Penelitian ini dilakukan
selama bulan agustus. Hasil observasi di lapangan dijadikan bukti nayata
dalam penelitian ini. Penelitian ini meninjau tentang komponen produk
destinasi wisata, pengembangan ekowisata, dan tingkat partisipasi
masyarakat lokal.

2. Wawancara

Wawancara adalah mengajukan pertanyaan dari penelitian dan


mendapatkan jawaban dari partisipan dalam sebuah penelitian. Penelitian
ini menggunakan metode wawancara semi struktur. Wawancara semi
struktur biasanya sudah disiapkan pertanyaan sebelumnya untuk
menghindari terjadinya biasa dan berfokus pada topik yang sedang
dibicarakan dengan informan. Walaupun struktur dari substansi yang
diwawancarai susunanya tidak berarturan atau acak. Metode ini bertujuan
untuk mendapatkan data primer dengan cara menanyakan langsung terkait
dengan strategi pengembangan ekowisata, dan tingkat partisipasi
masyarakat lokal. Wawancara semi struktur ditunjukan kepada informan
peneliti seperti: pemerintah, masyarakat dan pihak lain yang terkait.
Proses wawancara dilakukan sesuai dengan jadwal dari informan.

Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan kompetensi yang


dimiliki oleh informan sesuai dengan latar blakang yang dimiliki. Sebgai
contoh strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di desa
wisata Egon Buluk, maka yang diwawancarai adalah kelompok sadar
wisata. Tingkat partisipasi masyarakat lokal maka yaang akan
diwawancara adalah masyrakat lokal desa wisata Egon Buluk.

3. Dokumentasi

Teknik dokumnetasi bertujuan untuk mengumpulkan data sebgai


fakat sosial yang berbasis rekam jejak selama penelitian. Dokumntasi
yang dimaksudkan untuk menyesuaikan kegiatan penelitian selama di
lapangan baik observasi, wawancara, dan pelaksanaan focus group
discussion dan dokumen sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Selain itu dokumen lainya berupa aktivitas
pelibatan masyrakat lokal, partisipasi masyrakat lokal, dan kontribusi
pemerintah dalam strategi pengembagan ekowisata di desa wisata Egon
Buluk.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan


data. Studi pustaka merupakan metode pegumpulan data yang diarahkan
kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik
dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang
dapat mendukung dalam poses penelitian. Hasil penelitian juga akan
semkin kredibel apabila didukung foto-foto dan karya tulis akademik yang
telah dilakukan sebelumnya. Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka
dapat mempengaruhi kredibilitas hasil peneltian yang dilakukan.
Penelitian ini, menggunakan literature atau dokumen-dokumen seperti:
konsep ekowisata, konsep strategi, konsep strategi pengembangan, konsep
strategi pengembnagan ekowisata, konsep partisipasi dan teori komponen
produk wisata.

BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Desa Egon Buluk

1. Kondisi Geografis
Letak geografis Desa Egon Buluk sebagai berikut:

Utara : berbatasan dengan desa Egon


Selatan : berbatasan dengan desa Egon Gahar, desa Natakoli dan juga desa Nen Bura
Timur : bebatasan dengan desa Nangatobong
Barat : berbatsan dengan desa persiapan Mahekelan

Keadaan topografi sebagian besar/ lereng/curam diselingi dengan lembah dan


dataran.
2. Potensi Wilayah
Luas wilayah Desa Egon Buluk 10,20km² dengan pemanfaatan dapat dilihat
pada tabe1 berikut :
4.1 Tabel potensi wilayah
No Prmanfaatan Lahan Luas
2.
1 Area pertanian :
 Perkebunan 25,50 ha
 Tanaman pangan 200 ha

2 Area Hutan 1.041 ha

3 Area Pemukiman 320 ha

4 Area persawahan +_ 10 ha dalam beberapa


lokasi

5 Area kantor & fasilitas umum


25x 20 m²
 Kantor kepala Desa
- ha
 Kantor BPD
20 x 15 m²
 Fasilitas Kesehatan
5000 m²

 Fasilitas Keagamaan 5000 m²

 Fasilitas Pendidikan

Potensi Sumber daya Alam


a. Pertambangan dan energi :
Jenis sumber pertambangan dan energi : -
b. Pertanian
Jenis tanaman pangan : padi, jagung, kacang-kacangan, dan ubi-ubian.
Jenis tanan holtikultura : sayuran, tomat, terung, mentimun, bawang, kacang
panjang.
c. Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan : jambu mente, kelapa, asam, coklat, dan tembakau.
d. Peternakan
Jenis peternakan : babi dan ayam
e. Perikanan dan kelautan : - orang
3. Potensi Sumber daya Manusia
Potensi sumber daya manusia pada tahun 2021dapat dilihat pada table
berikut :

4.2 tabel keadaan demografi pada tahun 2021

No Keadaan Demografi L/jiwa P/jiwa

1 Jumlah penduduk 765 861

2 Jumlah kepala kelurga 414 kk

b. Tingkat pendidikan

4.3 tabel tingkat Pendidikan

No Tingkat penddikan Jumlah / Orang

1 Tidak/ belum sekolah 376

2 Tidak tamat SD/sederajat 436

3 Tamat SD/sederajat 581

4 Buta huruf -

5 SLTP/ sederajat 93

6 SLTA/ sederajat 97

7 Diploma D2 4
8 Diploma IV/ strata 1 18

9 Akademi D3 -

10 Strata 2/3 -

4. Potensi Sumber daya Ekonomi


Masyarakat desa Egon buluk mayoritas berprofesi sebagai petani,
sebagian lahan dipergunakan untuk tanaman pertanian holtikultura.
Disamping tanaman holtikultura masyarakat desa Egon buluk juga
mengembangkan tanaman perkebunan misalnya, jabu mente, kakao, serta
asam. Masyarakat desa Egon buluk juga mengembangkan tanaman
musiman seperti jagung, padi, palawija, kacang-kacangan, dan tembakau.
Selain itu masyarakat juga membangun usaha industri rumah tangga
seperti pencetakan batu bata merah. Masyarakat juga memiliki potensi
pariwisata misalnya, Pendakian gunung api Egon, lokasi hutan untuk
outbound, air terjun, tempat pemandian air panas dan bendungan serta
tempat peninggalan sejarah.
 Usaha mikro
4.4 tabel usaha mikro

No Jenis usaha Jumlah

1 Tokoh / kios 25/unit

2 Batu merah 6 orang

3 Penyulingan moke 25 orang


4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana desa Egon Buluk dapat dilihat pada table berikut :
4.5 tabel saran dan prasarana

No
Jenis sarana& prasarana Jumlah

1 Pemerintah

 Tanah kantor desa(swadaya) 500m²


 Bangunan kantor kepala desa 8x6 m²

2 Pendidikan

 Paud -
 Tk 1

 SD 1

 SLTP -
-
 SLTA

3 Kesehatan Jumlah
 Puskesmas - unit
 Pustu - unit

 Poskesdes - unit

 Polindes 1 unit
3 unit
 Posyandu
4 Keagamaan

 Kapela 1 Unit
 Masjid - Unit

5 Perhubungan dan Komunikasi

 Jalan negara - Km
 Jalan kabupaten 5 km

 Jalan desa 4 km

 Jumlah angkutan umum 1 unit


11 unit
 Kendaraan roda empat
139 unit
 Kendaraan pribadi roda dua

B. Hasil Pembahasan

a) Analisis komponen Produk Ekowisata di Desa Egon Buluk

Adapun komponen produk ekowisata yang dimiliki desa Egon buluk, baik secara
alam maupun buatan manusia, diantaranya Gunung api Egon, Hutan lindung,
pemandian air panas, air terjun meang miak, dan juga bendungan. Namun ada
beberapa objek wisata yang belum dikembangkan secara semaksimal, seperti
akses menuju objek wisata, sarana dan prasarana serta belum adanya partisipasi
dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan objek daya tarik wisata tersebut.
Berikut komponen pariwisata 4a yang terdapat di desa Egon buluk :

1. Attraction (Atraksi)
1. Pendakian gunung egon
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa objek wisata ini
memiliki atraksi secara alami yaitu terdapat pendakian yang cukup tinggi
dengan rindangnya pepohonan serta hawa udara yang sejuk. Objek wisata
yang bisa dibilang sebagai wisata minat khusus ini memiliki kandungan
belerang yang masi aktif dikarenakan masi terdapat beberapa kawah di
gunung ini namun wisatawan tidak perlu merasa cemas karena belerang
yang terdapat di kawah ini tidak menimbulkan kerancunan. Selain itu
terdapat banyak lahan yang tersedia di sekitar pendaakian yang bisa
dijadikan tempat berkemah( camping) dengan suasana yang sangat
tenang,nyaman yang hanya ditemani kekacauan burung serta angin sepoi-
sepoi.
2. Hutan lindung (Andalan Egon)
Objek wisata ini selain dibilang Hutan lindung, para wisatawan lokal
lebih mengenalnya dengan sebutan andalan Egon. Mengapa demikian
karena salah satu objek ini terdapat banyak pohon putih yang sangat
langkah dan sangat dilindungi ini sebagai andalan dari desa Egon buluk.
Atraksi yang ditemukan di objek ini adalah objek iniberada di ketinggian
dengan perbukitan dan lereng-lereng yang cukup tinggi serta terdapat
banyak pohon putih yang ditanam dan berada dikawasan hutan lindung.
3. Air Terjun meang miak
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa air terjun ini baru
ditemukan beberapa tahun yang lalu dengan lokasi yang berada di tengah
hutan dan cukup jauh dari pemukiman warga. Air erjuj yang berada di
tengah hutan ini memiliki beberapa mata air terjun selama perjalanan
menuju pusat air terjun meang miak. Air terjun ini memiliki ketinggian air
mencapai 40 meter dengan debit air yang sangat deras terlebih di musim
shujan namun uniknya air terjun ini bukan air terjun musiman yang
sewaktu waktu kering. Selain itu air terjun ini memiliki narasasi yang unik
dan sedikit mistik.
4. Pemandian air panas blidit
Objek wisata alam yang satu ini tidak kalah menarik, selain lokasinya
yang berada di tengah hutan ini juga objek ini memiliki beberapa kekuatan
mistik dan beberapa kebiasaan yang harus dilakukan oleh wisatawan
ketika berkunjung ditempat ini semacam perkenalan singkat dan
penghormatan kepada leluhur meminta restu agar menyatu dengan alam
sekitar.
Objek wisata ini terdapat 3 kolam mata air diantaranya mata air panas,
hangat dan dingin. Beberapa mata air ini dipercayai memiliki khasiat yang
menyembuhkan penyakit kulit seperti kudis kurap dll. Konon katanya
mata air yang panas ini berasal dari belerang gunung Egon yang meletus
di kala itu yang melewati jalur air panas ini sehingga belerang itu menjadi
mata air panas.

2. Accesbility (aksesibilitas)
1. Pendakian Gunung Egon
Berdasarkan hasil penelitian, objek wisata alam satu ini atau bisa
dibilang wisata minat khusus ini berada di ketinggian sehingga akses
jalan menuju objek ini cukup susah untuk dilalui oleh wisatawan. Akses
jalan menuju objek ini berupa jalan setapak yang tidak bisa dilalui oleh
kendaraan.
Selain itu akses jalan berupa plan-plan arah jalan sejauh ini kurang
begitu baik sehingga mempersulit wisatawan juga. Akses jalan ini juga
harus dirancang sebagaimana mungkin agar cukup satu jalan utama
menuju objek wisata tersebut karena berdasarkan hasil penelitian terdapat
banyak jalan menuju objek wisata tersebut. Untuk itu perlu adanya
keterlibatan masyarakat dan pemerintah agar segera mungkin untuk
benahi akses jalan ini. Sangat disayangi apa bila ases jalan menuju objek
yang indah ini masih belum dibenahi.
2. Hutan lindung (andalan Egon)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa akses menuju objek
wisata alam ini sangat memadai sehingga dapat mempermudah wisatawan
untuk berkunjung. Selain itu objek ini juga dapat dijangkau dengan
menggunakan akses internet seperti maps dan lainnya.
Objek ini berada di lokasi yang strategis yakni berada di ruas jalan
egon-mapitara. Perjalanan dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 20
menit dari pertigaan blidit dan dapat dijangkau menggunakan kendaraan
bermotor ataupun mobil. Untuk itu wisatawan tidak perlu merasa cemas
untuk berkunjung dan wisatawan akan merasa puas dengan akses menuju
tempat ini selain udaranya yang segar tempat ini juga memiliki keindahan
alam untuk berpose.

3. Aur terjun meang miak


Objek wisata ini berada di tengah hutan dan lokasinya cukup jauh
dari mata jalan. Objek wisata ini juga bisa dikatakan sebagai potensi
ekowisata, karena objek ini sangat menyatu dengan alam seperti akses
jalan setapak, dan terdapat beberapa jembatan bambu yang
menghubungkan akses jalan karena harus melewati beberapa sungai yang
deras.
Akses menuju objek ini sejauh ini sudah dibuka jalan setapak oleh
pihak pemerintah dan masyarakat, namun perlu di benahi beberapa
jembatan gantung dan perlu dibuatkan plan-plan arah juga agar terhindar
dari kesesatan ataupun kesasar yang akan dialami oleh wisatawan.

4. Pemandian air panas blidit


Berdasarkan hasil penelitian, objek ini berada di tengah hutan dan
masi dalam area hutan lindung. Perjalanan dapat ditempuh kurang lebih 30
mnit dari pertigaan blidit menuju parkiran objek wisata, kemudian
perjalanan dilanjutkan dari parkiran menuju objek wisata pemandian air
panas kurang lebih 30 menit juga tergantung dari kecepatan wisatawan
berjalan kaki.
Objek ini berada di kedalaman sehingga wisatawan harus berjalan
kaki dari parkiran dan akan melewati beberapa anak tangga yang cukup
berbahaya, menyusuri sungai dan melewati hutan yang cukup luas.

3. Aminities (fasilitas)
1. Pendakian Gunung Egon
Berdasarkan hasil penelitian objek wisata alam ini berada di
pegunungan sehingga fasilitas seperti tolilet, tempat parkir ataupun
warung makan belum tersedia. Sehingga besar harapan partisipasi
masyarakat lokal dan pihak pemerintah mengembangkan fasilitas umum
sebagai penunjang di objek tersebut.
Dengan keterbatasan fasilitas di objek wisata ini dapat memberikan
dampak bagi wisatawan ketika berkunjung. Walaupun dengan
keterbatasan fasilitas umum di objek wisata ini, perlu diketahui bahwa di
sekitar objek wisata ini terdapat banyak lahan kosong dengan
pemandangan indah ke laut lepas dari pegunungan , sehingga dapat
dijadikan tempat berkemah bagi wisatawan yang memiliki hobi berkemah.
2. Hutan lindung (andalan Egon)
Berdasarkan hasil penelitian, fasilitas penunjang di objek wisata
hutan lindung ini belum begitu memadai. Fasilitas yang tersedia baru
terdapat pos jaga, dan beberapa spot foto yang dibangun oleh pemerintah
dan masyarakat lokal Egon buluk. Selain beberapa spot foto yang sudah
di bangun, terdapat pula beberapa tempat sampah namun belum adanya
kesadaran dari wisatawan sehingga perlu adanya partisipasi masyarakat
dalam hal pengelolaan.
Selain itu juga terdapat gerbang dengan tulisan Kawasan hutan
lindung yang dibangun oleh pemerintah. Sedangkan untuk fasilitas umum
seperti toilet,warung makan, ataupun tempat parkir belum tersedia
sehingga perlu adanya keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam
mengembangkan objek wisata ini. Selain itu juga perlu adanya pihak
penjaga mengenai keamanan dan kebersihan.

3. Air terjun meang miak


Berdasarkan hasil penelitian, objek wisata ini berada di tengah hutan dan
fasilitas penunjang di tempat ini belum tersedia. Baik fasilitas umum
maupun fasilitas penunjang.fasilitas seperti kamar mandi dan toilet pun
belum tersedia, dan perlu juga adanya pihak penjaga, seperti keamanan
dan kebersihan di tempat ini.

4. Pemandian air panas blidit


Berdasarkan hasil penelitian, objek wisata alam ini sudah terdapat
fasilitas umum dan fasilitas penunjang yang sudah di bangun oleh
pemerintah setempat namun karena kurangnya perhatian dan partisipasi
lebih lanjut sehingga fasilitas yang sudah dibangun menjadi tidak terurus.
Fasilitas yang sudah dibangun seperti parkiran, tempat bersantai, dan
juga toilet menjadi rusak dan tidak terurus. Sehingga harapan kedepannya
perlu adanya keterlibatan pemerintah dan masyarakat harus lebih aktif
untuk menjaga dan membenahi kembali fasilitas di tempat ini. Selain itu
juga belum adanya pihak penjaga, seperti keamanan dan kebersihan.

4. Anciliary (layanan tambahan)


1. Pendakian Gunung Egon
Objek wisata alam ini sudah ada keterlibatan pihak pemerintah desa
Egon buluk namun belum begitu maksimal. Wujud dari keterlibatan
pemerintah dengan masyarakat yaitu sudah membuat plan tulisan larangan
kepada wisatawan untuk tidak merusak lingkungan. Selain itu juga yang
menjadi menarik yaitu sudah tersedia pemandu lokal yang disediakan oleh
kelompok sadar wisata walaupun program tersebut baru saja di jalankan.
1. Hutan lindung (andalan Egon)
Berdasarkan hasil penelitian, objek wisata alam ini sudah ada
keterlibatan pihak pemerintah dinas perlindungan hutan(PLH) bersama
desa Egon buluk namun belum begitu maksimal. Wujud dari keterlibatan
pemerintah dengan masyarakat yaitu sudah membuat plan tulisan larangan
kepada wisatawan untuk tidak merusak lingkungan. Selain itu juga yang
menjadi menarik yaitu sudah tersedia pemandu lokal yang disediakan oleh
kelompok sadar wisata walaupun program tersebut baru saja di jalankan.
2. Air terjun meang miak
Keterlibatan masyarakat dan pemerintah di objek wisata tersebut,
sejauh ini sudah ada namun perlu ditingkatkan atau dibenahi sehingga
terkesan lebih baik. Keterlibatan pemerintah dinas pariwisata dan
pemerintah desa Egon buluk bersama masyarakat sejauh ini sudah
membangun jembatan gantung yang terbuat dari bambu untuk
mempermudah akses jalan bagi wisatawan menuju objek tersebut dengan
menyusuri beberapa sungai.
3. Pemandian air panas blidit
Berdasarkan hasil penelitian, objek wisata alam ini sudah ada
keterlibatan pihak pemerintah desa Egon buluk namun belum begitu
maksimal. Wujud dari keterlibatan pemerintah dengan masyarakat yaitu
sudah membuat plan tulisan larangan kepada wisatawan untuk tidak
merusak lingkungan. Selain itu juga yang menjadi menarik yaitu sudah
tersedia pemandu lokal yang disediakan oleh kelompok sadar wisata
walaupun program tersebut baru saja di jalankan.

b) Analisis partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata


berbasis masyarakat

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, partisipasi masyarakat di desa


Egon buluk sejauh ini belum begitu aktif dalam hal pengembangan objek wisata
yang ada di desa ini. Bentuk partisipasi yang ditemukan adalah; (psychological
participation), partisipasi dengan tenaga (physical participation), partisipasi
dengan pikiran dan tenaga atau partisipasi aktif (active participation), partisipasi
dengan keahlian (with skill participation), partisipasi dengan barang (material
participation), partisipasi dengan uang (money participation).

Dari beberapa bentuk partisipasi yang belum begitu aktif ini disebabkan
oleh beberapa hal diantaranya, 1) minimnya pengetahuan masyarakat terkait
pariwisata, 2) sebagain masyarakat memiliki sistem diperintah, 3) masyarakat
akan berpartisipasi bila adanya upah. Dari ketiga hal ini yang menjadi kendala
yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat lokal.
Untuk itu perlu adanya perahatian khusus dari pemerintah agar dapat
meningkatkan partisipasi Masyarakat dalam pengembangan ekowisata dengan
berbasis masyarakat.

c) Analisis strategi Pengembangan Ekowisata Desa Egon Buluk

1. Analisis SWOT Untuk Menentukan Strategi pengembangan Ekowisata berbasis


masyarakat

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat) adalah salah satu
metode analisis yang digunakan dalam mengkaji dan menentukan strategi
pengembangan potensi desa secara menyeluruh (The Total Tourism System),
dimana penekanan bertumpu pada aspek yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dimana data dari ke 4 aspek tesebut diambil dan diperkuat dari hasil
pembahasan,analisis dan survey lapangan yang di lakukan sebelumnya. Sesuai
data dan informasi yang telah digambarkan pada pembahasan sebelumnya, maka
faktor-faktor analisis sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strength)

Beberapa faktor pendukung dalam pengelolaan potensi yang dimiliki Desa Egon
buluk dapat dilihat dari berbagai aspek kekuatan (strength) yang dimiliki, adapun
faktor pendukung atau kekuatan yang dimaksud ialah sebagai berikut :

1. Tersedia lahan yang cukup mendukung


2. Akses jalan menuju desa Egon buluk yang cukup memadai
3. Adanya sumberdaya alam yang berpotensi untuk dikelolah, seperti pendakian
gunung Egon, pemandian air panas Blidit, hutan lindung, air terjun meang
miak dan wisata buatan sperti bendungan, serta tanaman holtikultura. Potensi
yang dimiliki Desa Egon buluk memang patut untuk dikelolah karena
sumberdaya alam yang sudah mampu di ekspor kedaerah lain.
b.Kelemahan (Weakness)

1. Belum ada pengelolaan yang baik terhadap potensi desa


2. Tingkat pendapatan masyarakat yang masih rendah
3. Koordinasi dan Perhatian pemerintah masih kurag
4. Sarana dan prasarana yang masih kurang
5. Akses yang jauh dan kondisi jalan yang belum memadai menuju objek wisata
6. Pengetahuan serta keterampilan Sumberdaya manusia yang masih rendah
7. Kurangnya partisipasi masyarakat lokal dalam mengelola objek wisata

c. Peluang (Opportunity)

1. Kemajuan teknologi yang dapat menunjang pengembangan potensi desa


2. Pengelolaan potensi yang ada berpeluang meningkatkan ekonomi wilayah
Desa Egon buluk
3. Bidang Pertanian, tanaman holtikultura merupakan mata pencaharian sebagian
besar penduduk
4. Adanya hasil panen yang diperoleh dari pertanian tanaman yang memiliki
peluang pasar dan harga jual yang tinggi dan menjadi peluang usaha
eduwisata.

d. Ancaman (Threat)

1. Upaya pengembangan dan pengelolaan potensi desa yang masih kurang tidak
mampu mempercepat pengembangan wilayah Desa Egon buluk
2. Tinginya tingkat pengangguran dapat memicu tingginya angka kriminal yang
terjadi.Dengan mengetahui semua informasi yang berpengaruh terhadap
pengembangan potensi Desa Egon Buluk, maka dapat kita rumuskan empat
alternatif strategi (TOWS) yaitu sebagai berikut:

a. Matriks SWOT strategi pengembangan Potensi Desa Egon Buluk


Kecamatan Waigete, kabupaten sikka.
Berdarkan hasil observasi secara langsung, pengembangan potensi
desa Egon Buluk akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat sekitar, apa bila segala sarana dan prasarana terkait kepuasan
wisatawan dibenahi seperti komponen 4a pariwisata, dan partisipasi
Masyarakat lokal dalam mengembangakan ekowisata yang ada. sehingga
perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak, untuk itu
perlu dirumuskan beberapa strategi agar dapat memacu pengembangan
Potensi Desa Egon buluk dengan baik dimasa yang akan datang.

Berikut ini adalah matriks análisis SWOT untuk pengembangan Potensi


Desa Egon buluk sebagai desa ekowisata berbasis masyarakat pada tabel
berikut ini

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah peneliti jabarkan, dapat disimpulkan bahwa; di


desa Egon Buluk memiliki banyak potensi ekowisata baik potensi wisata alam
maupun potensi wisata buatan manusia sehingga peneliti mengidentifikasi bahwa
perlu adanya pembenahan terkait pengembangan potensi objek daya tarik wisata.
Seperti yang dilihat dari aspek 4A yang pertama yaitu Atraksi (alam, budaya dan
buatan). Berdasarkan hasil identifikasi bahwa desa ini baru memiliki atraksi
alam, sedangkan budaya ataupun atraksi buatan belum dibentuk sehingga tidak
ditemukan dalam proses penelitian ini. Aksesibilitas menuju setiap objek wisata
melalui jalan setapak juga kurang baik, dan belum adanya rambu penunjuk arah
jalan sehingga sulit dilalui dan dapat menyebabkan wisatawan kehilangan arah.
Amenity seperti hotel, villa, homestay, cottage, ataupun restoran tidak ada
satupun yang berdiri di desa ini, yang ada hanyalah pemukiman para warga Desa
Egon Buluk dan beberapa warung milik warga. Pelayanan tambahan seperti
Tourist Information Center(TIC), jasa pemandu, atau lembaga kepariwisataan
lainnya juga tidak tersediadi Desa ini. Kendala yang dihadapi oleh Desa Egon
bulul ialah selain belum adanya pengembangan komponen 4a di setiap objek
wisata disana juga Sumber Daya Manusianya (SDM) masih sangat minim
karena rata-rata tingkat pendidikan mereka SD sampai SMP dan ratarata
pekerjaan mereka adalah petani. Masyarakat disana juga tidak terlalu peduli
dengan adanya kegiatan pariwisata.

B. Saran

1. Pemerintah dinas pariwisata kabupaten sikka harus lebih memperhatikan


pengembangan desa Egon Buluk yang memiliki sumber daya alam dan
ekowisata yang potensial dan juga lebih memperhatikan masalah Pendidikan
dan keterampilan sumber daya manusia serta membangun dan meningkatkan
prasarana dan saran pendukung yang ada di desa egon buluk terlebih khusus
di setiap objek wisata.

2. Pengelolaan dan pengembangan potensi desa yang dilakukan dalam rangka


pengembangan Ekowisata desa egon buluk harus diimbangi atau diikuti
dengan peningkatan perekonomian dan kesejahteraan Masyarakat desa.
Pembentukan organisasi kelembagaan dan penunjang perekembnagan potensi
desa mengasah keterampilan Masyarakat untuk bekerjasama dan
berorganisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aliman, Muhammad. 2017. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Ekowisata Air Terjun
di Sumatera Barat (Sebuah Tinjauan Teoritis). Jurnal Spasial. Volume 4,
Nomor 2.

Awaluddin, Iyan. 2010. Analisis Potensi Pengembangan Pariwisata Kecamatan


Tombolopao Sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Gowa. Skripsi
Perencanaan Wilayah Kota Uin Alauddin Makassar

Donohoe, Holly M., and Roger D. Needham. "Internet-based ecotourism marketing:


Evaluating Canadian sensitivity to ecotourismtenets." JOURNAL OF
ECOTOURISM 7.1 (2008): 15-43.

Mgonja, John T., Agnes Sirima, and Peter J. Mkumbo. "A review of ecotourism in
Tanzania: Magnitude, challenges, and prospects for sustainability."
JOURNAL OF ECOTOURISM 14.2-3 (2015): 264-277.
Ripai, A. (2013), Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di Kecamatan
Bontomene Kabupaten Kepulauan Selayar, Skripsi., Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Wardle, C., Buckley, R., Shakeela, A. and Castley, J.G. "Ecotourism’s contributions
to conservation: analysing patterns in published studies." JOURNAL OF
ECOTOURISM, 1-31.

Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. 2006. Buku Perencanaan Ekowisata, dari
teori ke aplikasi. Pusat studi pariwisata UGM Yogyakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2009 Tentang Pedoman


Pengembangan Ekowisata di Daerah.

Anda mungkin juga menyukai