Anda di halaman 1dari 11

“ MAKALAH EKOWISATA ”

OLEH :

YAYAT HIDAYAT
M1B116135

JURUSAN ILMU LINGKUNGAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ekowisata merupakan salah satu konsep wisata yang berwawasan

lingkungan dengan mengedepankan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan

sosial budaya, ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan

pendidikan. Ekowisata menjadi salah satu sektor penting dalam perkembangan

pariwisata di Indonesia. Pengelolaan sektor wisata yang baik akan membantu

perkembangan beberapa sektor krusial untuk pembangunan Indonesia, salah

satunya yakni sektor ekonomi. Pengembangan destinasi ekowisata di Indonesia,

akan semakin membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal ini akan

berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi warga setempat. Dengan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat, taraf hidup masyarakat pun

diharapkan turut mengalami peningkatan.

Indonesia merupakan negara dengan memiliki kekayaan alam yang sangat

luar biasa beragam panorama yang menggoda untuk dikunjungi di negri ini

tersebut. Beragam pesona wisata alam Indonesia menjadi destinasi favorit bagi

wisatawan lokal maupun mancanegara yang haus akan pemandangan alam yang

sangat menakjubkan. Hal ini tentunya menjadi potensi yang begitu besar bagi

perkembangan pariwisata Indonesia. Pembangunan dan pengembangan wisata

alam (ekowisata) memiliki dua tujuan utama, yaitu peningkatan pendapatan

masyarakat setempat serta pemeliharaan lingkungan alam sekitar.


Pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat (EBM) atau community-based

tourism (CBT) diharapkan dapat menjamin kesinambungan dan kesejahteraan

masyarakat lokal. Oleh karena itu, pemahaman dan kesadaran masyarakat sebagai

landasan berpartisipasi merupakan aspek penting terhadap konservasi dan

pemeliharan kawasan wisata berbasis alam, seperti halnya Geopark Ciletuh

Sukabumi. Kesadaran masyarakat lokal yang merupakan ruh dari partisipasi, perlu

terus ditumbuhkan dan dikembangkan secara massif, sistematis dan terencana.

Kemauan, kesempatan dan kemampuan sebagai prasyarat untuk berpartisipasi

harus tumbuh dan berkembang secara mandiri dan berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan ekowisata berbasis masyarakat ?

2. Bagaimana pengembangan ekowisata berbasis masyarakat pada Kawasan

Grafika Cikole sebagai salah satu contoh kasus ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang di maksud dengan ekowisata

berbasis masyarakat.

2. Untuk mengetahui dan memahami pengembangan ekowisata berbasis

masyarakat pada Kawasan Grafika Cikole sebagai salah satu contoh kasus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam konteks ekowisata maka sumberdaya alam dipandang sebagai asset

yang memiliki nilai, baik secara ekologi maupun ekonomi, sehingga

kegiatan-kegiatan yang dilahirkan akan bersifat nonekstraktif. Pendekatan

yang kemudian muncul dan harus digunakan para pengembang adalah yang

bersifat simbiotik, dimana para pelaku berinteraksi positif dengan kawasan

yang dikelolanya dan bukan bersifat parasitik, pengembangan ekowisata secara

terpadu diperlukan untuk membangun ekowisata yang berkelanjutan dan berbasis

masyarakat. Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat, maka perlu

diciptakan suasana kondusif yakni situasi yang menggerakkan masyarakat

untuk menarik perhatian dan kepedulian pada kegiatan ekowisata dan

kesediaan bekerjasama secara aktif dan berkelanjutan (Lubis, 2006).

Pengembangan masyarakat yang diperlukan adalah dengan

memberdayakan masyarakat lokal untuk lebih mengenal dan memahami

permasalahan di wilayahnya, dan menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi

permasalahan tersebut (Phillips, 2009).

Ekowisata berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitik

beratkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa

masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi

potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga pelibatan

masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui


hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka

miliki secara adat ataupun sebagai pengelola (Direktorat Jenderal

Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

dan WWF - Indonesia, 2009).

.Pengembangan pariwisata alam adalah kegiatan memanfaatkan ruang

melalui serangkaian program kegiatan pembangunan untuk pariwisata alam yang

meliputi pengelolaan pemanfaatan lahan sesuai dengan azas pemanfaatan ruang

dengan mengkamodasi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna, berhasil,

serasi, seimbang, dan berkelanjutan (Departemen Kehutanan, 2007).

Terlihat jelas bahwa perlu adanya keuntungan yang didapatkan oleh masyarakat

lokal, sehingga ekowisata harus dapat menjadi alat yang potensial untuk

memperbaiki perilaku sosial masyarakat untuk tujuan konservasi lingkungan

(Buckley, 2003).
BAB III
PEMBAHASAN

2.1. Ekowisata Berbasis Masyarakat

Ekowisata merupakan tempat melakukanpenyegaran atau menjadi salah

satu media untuk melepas penat setalah sepekan melakukan aktifitas perkantoran

dan lain sebagainya dengan menikmati dan mempelajari mengenai alam. Dalam

refrensi yang saya tampilkan diatas mengemukakan untuk sepakat menekankan

bahwa konsep ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap

linkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi

dan pemahaman bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi.

Konsep ekowisata yang diperuntukan untuk masyarakat masyarakat adalah

pola pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan

penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Pola

ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola

kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai

pengelolaa. Ekowisata berbasis masyarakat dapat menciptakan kesempatan kerja

bagi masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan

ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk turis: fee pemandu; ongkos

transportasi; homestay; menjual kerajinan, dll. Ekowisata membawa dampak

positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada

akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar

penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata.


Dengan adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan berarti bahwa

masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri. Tataran implementasi

ekowisata perlu dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan

terpadu yang dilakukan di suatu daerah. Untuk itu, pelibatan para pihak terkait

mulai dari level komunitas, masyarakat, pemerintah, dunia usaha dan organisasi

non pemerintah diharapkan membangun suatu jaringan dan menjalankan suatu

kemitraan yang baik sesuai peran dan keahlian masing-masing. Beberapa aspek

kunci dalam ekowisata berbasis masyarakat adalah:

1) Masyarakat membentuk panitia atau lembaga untuk pengelolaan kegiatan

ekowisata di daerahnya, dengan dukungan dari pemerintah dan organisasi

masyarakat (nilai partisipasi masyarakat dan edukasi).

2) Prinsip local ownership (=pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat

setempat) diterapkan sedapat mungkin terhadap sarana dan pra-sarana

ekowisata, kawasan ekowisata, dll (nilai partisipasi masyarakat).

3) Homestay menjadi pilihan utama untuk sarana akomodasi di lokasi wisata

(nilai ekonomi dan edukasi).

4) Pemandu adalah orang setempat (nilai partisipasi masyarakat).

5) Perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata menjadi

tanggungjawab masyarakat setempat, termasuk penentuan biaya (=fee)

untuk wisatawan (nilai ekonomi dan wisata).

2.2. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Pada Kawasan Grafika


Cikole Sebagai Salah Satu Contoh Kasus
Terminal Wisata Grafika Cikole atau biasa disebut dengan Grafika Cikole

adalah tempat wisata yang menawarkan outbound, restoran serta penginapan

bernuansa hutan pinus. Terminal Wisata Grafika Cikole terletak di jalan Raya

Tangkupan Perahu km 8 Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Barat. Tempat tersebut berada di kaki gunung dengan ketinggian 1400 meter

diatas permukaan laut, bersuhu 20 derajat celcius. Terminal Wisata Grafika

Cikole memiliki kontur area yang berbukit dan dikelilingi hutan pinus seluas 9

hektar.

Gambaran Grafika Cikole adalah seperti tampak di bawah ini:

Produk yang ditawarkan oleh Terminal Wisata Grafika Cikole adalah

produk jasa wisata berupa outbound, restoran serta penginapan bernuansa hutan

pinus. Fasilitas outbound berupa flying fox, paint ball, turun tebing, rumah pohon,

wisata berkuda, permainan tradisional (angklung), outbound training sekolah,

outbound training Dewasa dan outbound training anak-anak.

Penginapan berupa camping dibuat secara petak-petak menggunakan alas

papan yang dipasang pada lantai (semen) sehingga tenda bisa diikat kuat dan tidak

perlu khawatir terbawa angin. Alas papan ini juga berguna untuk menghindari

kontak langsung dengan tanah sehingga bahan dasar tenda camping tidak basah

oleh embun atau ketika hujan.


Dengan demikian, upaya peningkatkan kapasitas dan pendapatan

masyarakat menjadi sebuah keharusan, karena bagaimanapun kegiatan pariwisata

tidak terlepas dari interaksi masyarakat sekitar dengan para wisatawan. Melihat

bahwa pembangunan pariwisata berbasis masyarakat dan berkelanjutan dapat

dilakukan melalui pengembangan desa-desa wisata. Sebab melalui pengembangan

desa wisata diharapkan pemerataan dapat tercapai yang sesuai dengan konsep

pembangunan pariwisata yang berkesinambungan. Kehadiran dan pengelolaan

desa wisata menjadikan produk wisata lebih menunjukkan identitas budaya

pedesaan.

Berdasarkan kajian yang dilakukan, terdapat beberapa poin penting yang

masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam

upaya pembangunan kawasan geopark agar dapat sejalan dengan upaya

pembangunan daerah di sekitarnya, yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan kapasitas infrastruktur guna memudahkan para wisatawan

untuk menuju objek wisata serta mengembangkan potensi-potensi objek

wisata yang dibutuhkan oleh para wisatwan.

2) Pemerintah perlu melakukan kerjasama dengan pihak swasta dan

masyarakat, terutama untuk pendanaan dan pengelolaan lingkungan objek

wisata.

3) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia di lokasi objek wisata

agar dapat menciptakan karya-karya kreatif, sebagai daya tarik bagi para

wisatawan untuk berkunjung dan mau membelanjakan uang mereka atas

hasil karya masyarakat setempat.


4) Dalam upaya mengantisipasi terjadinya bencana yang tidak dapat

diperkirakan, dapat disiasati dengan upaya memberikan penyuluhan dan

pelatihan terhadap masyarakat lokal ketika terjadi bencana dan juga

meningkatkan kualitas fasilitas yang berbasiskan mitigasi bencana, agar

wisatawan tetap merasa aman.

Peran serta masyarakat lokal dalam pembangunan dan pengembangan

wisata Grafika Cikole menjadi bagian penting. Partisipasi hakiki masyarakat lokal

dengan melibatkan masyarakat dalam keseluruhan tahapan pengembangan, mulai

dari proses perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengawasan program

pengembangan desa wisata. Keikutsertaan aktif masyarakat lokal dalam setiap

tahapan kegiatan, diharapkan dapat pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian

masyarakat lokal. Lebih jauh lagi, impact kesejahteraan masyarakat lokal dapat

terwujud secara berkesinambungan (sustainable).


DAFTAR PUSTAKA

Buckley, Ralf. 2003. Case Studies in Ecotourism. Cambridge: CABI.

Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut


II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman
Nasional. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan


Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan, dan Pariwisata dan WWF-
Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat.

Lubis, H. S. 2006. Perencanaan Pengembangan Ekowista Berbasis Komunitas di


Kawasan Wisata tangkahan Kabupaten langkat Sumatera Utara.Sekolah
Pasca Sarjana USU.

Phillips, Rhonda dan Pittman, Robert H. (Eds.). 2009. An Introduction to


Community Development. New York: Routledge.

Qomariah, L. 2009. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman


Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN 1 Sarongan).
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas
Kehutanan IPB.

Anda mungkin juga menyukai