PENDAHULUAN
(Global Code of Ethics for Tourism). Sekjen UNWTO Dr. Taleb Rifai dalam
1
merupakan bagian dari cita-cita luhur bangsa Indonesia sesuai Alinea Kedua
bangsa dan wilayah; memupuk rasa cinta tanah air, persatuan, kebhinekaan,
perdamaian.
kepariwisataan, yaitu:
2
Salah satu implementasi dari pembangunan berkelanjutan dibidang
adalah pembangunan desa wisata karena mengandung tiga prinsip yang telah
dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana
pedesaan dan lingkungan setempat. Faktor utama desa wisata terwujud dalam
gaya hidup dan kualitas hidup masyarakat lokal. Kehidupan dan keaslian desa
wisata yang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah
bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman yang
unik khas daerah setempat. Dengan demikian, suatu desa wisata harus terus
sekitarnya. Saat ini, desa wisata di Indonesia berjumlah kurang lebih 980 desa
dari suatu daerah dalam mempromosikan budaya, alam, sejarah dan atraksi
seni. Dampak yang akan terjadi adalah wisatawan terus mengalir datang dan
3
saat ini terdapat 42 Desa Wisata yang tersebar di sembilan Kabupaten dan
Kota. Melihat segala dampak positif yang ditimbulkan dari adanya desa
wisata, Dinas Pariwisata Bali menargetkan 100 Desa Wisata di Tahun 2018.
Salah satu desa wisata yang baru dikembangkan adalah Desa Nyambu,
Kediri, Tabanan. Pada tanggal 29 April 2016, Bupati Tabanan Ni Putu Eka
(LKJ), British Council, dan Yayasan Wisnu. Tujuan dari program ini adalah
pengenalan potensi desa, kekayaan alam, potensi budaya, dan seni yang bisa
Saat ini, Desa nyambu memiliki 67 pura yang menyebar di area seluas
desa tersebut juga masih menyimpan 22 mata air. Letaknya yang dekat dengan
4
dialihfungsikan sebagai pelengkap infrastruktur hotel dan tempat hiburan,
maka dari itu dengan dijadikan desa wisata diharapkan dapat meminimalkan
sudah siap, maka semua kegiatan ecotourism ini akan dikelola oleh warga
antara lain adalah kegiatan susur sawah, susur sungai, susur budaya, dan
2016).
Langgeng Kreasi Jaya Prima, British Council, serta Yayasan Wisnu. Pelatihan
masing lima orang perwakilan untuk pelatihan manajemen desa wiata, namun
sampai desa tersebut diresmikan, hanya tersisa tujuh orang yang bersedia
5
antusiasme masyarakat lokal dalam membangun desanya. Rendahnya
mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa mereka pun mempunyai hak untuk
masih dalam jumlah kecil, hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk
bertambahnya masyarakat yang ingin aktif terlibat dalam kegiatan usaha DWE
Nyambu.
6
Desa Nyambu bercita-cita menjadi Desa Wisata Percontohan nantinya.
Hal tersebut akan terwujud jika seluruh masyarakat yang ada di dalamnya ikut
dianggap sebagai salah satu produk pariwisata dan masukan mereka dalam
fokus (Choi & Sirikaya, 2005). Hal tersebut juga tentunya berlaku di Desa
Wisata Ekologis Nyambu. Saat ini sebagian kecil dari seluruh mayarakat di
Wisata. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa
masyarakat lokal yang ada di dalamnya dapat merasakan dampak dari ada nya
7
Dari latar belakang di atas, maka masalah pokok yang akan diteliti dalam
penilitian ini adalah jenis hambatan apa yang dialami masyarakat lokal dalam
hambatan budaya.
1. Bagi Mahasiswa
Nusa Dua Bali. Selain itu, penelitian ini merupakan wadah aplikasi teori
2. Bagi Masyarakat
8
dalam menunjang dan mempertahankan keberlangsungan pariwisata di
Desa tersebut.
Kabupaten Tabanan.
BAB II
STUDI PUSTAKA
9
2.1 Penelitian Terdahulu
yang ditulis oleh Ravinder Dogra dan Anil gupta pada Tahun 2012.
kuesioner. Yang menjadi pembeda hanya skala likert yang digunakan oleh
Island, Malaysia” pada tahun 2013 yang ditulis oleh Noor Azah Mustapha
10
Kuesioner yang disebarkan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama
teori Tosun (2000), kuesioner juga menggunakan lima nilai dari skala
dan kuesioner tersebut dinyatakan valid. Hasil dari penelitian ini adalah
ada pada penelitian ini yaitu adanya hubungan antara faktor dan hambatan
11
Penelitian ketiga berjudul “An examination of the barriers to local
yang ditulis oleh Helen Klimmek pada tahun 2013 sebagai disertasi.
dilakukan dalam durasi 30-90 menit per responden dengan instrument alat
peluang kerja dan bisnis. Dampak sosial yang ada selain adanya peluang
12
membawa dampak positif seperti dive center yang lebih focus untuk
Laos” oleh Sangkyum Kim dkk pada tahun 2014. Penelitian ini
membuat indeks baru, yang kedua adalah memberi label pada data, lalu
yang ketiga adalah menyortir data sesuai tema dan konsep yang
hambatan partisipasi yang disebakan oleh empat hal. Yang pertama adalah
13
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tentang pariwisata, tingginya
ditemukan hal yang sama dengan hasil kuantitatif yaitu hambatan terbesar
14
2.2 Landasan Teori
partisipasi. Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari
modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -
Djalal dan Dedi (2001: 201-202) dimana partisipasi dapat juga berarti
15
masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan
wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak
16
partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya
sosialnya.
17
organisasi atau panitia. Berikut adalah penjelasan mengenai
bentuk-bentuk partisipasi:
Tabel 2.1
Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat
Nama Pakar Bentuk Partisipasi Masyarakat
(Hamijoyo, 2007: 21; Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi
18
Chapin, 2002: 43 & Holil, untuk memperlancar usaha-usaha bagi
1980: 81) pencapaian kebutuhan masyarakat yang
memerlukan bantuan.
(Hamijoyo, 2007: 21; Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam
Holil, 1980: 81 & Pasaribu bentuk menyumbang harta benda, biasanya
dan Simanjutak, 2005: 11) berupa alat-alat kerja atau perkakas.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang
Pasaribu dan Simanjutak, diberikan dalam bentuk tenaga untuk
2005: 11) pelaksanaan usaha-usaha yang dapat
menunjang keberhasilan suatu program.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan
Pasaribu dan Simanjutak, dorongan melalui keterampilan yang
2005: 11) dimilikinya kepada anggota masyarakat lain
yang membutuhkannya. Dengan maksud agar
orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan
Pasaribu dan Simanjutak, dorongan melalui keterampilan yang
2005: 11) dimilikinya kepada anggota masyarakat lain
yang membutuhkannya. Dengan maksud agar
orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
(Hamijoyo, 2007: 21 & Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan
Pasaribu dan Simanjutak, oleh partisipan sebagai tanda paguyuban.
2005: 11) Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan
lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian
atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi
orang lain untuk berpartisipasi.
(Chapin, 2002: 43 & Holil, Partisipasi dalam proses pengambilan
1980: 81) keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap
diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil
keputusan yang terkait dengan kepentingan
bersama.
(Chapin, 2002: 43 & Holil, Partisipasi representatif. Partisipasi yang
1980: 81) dilakukan dengan cara memberikan
kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang
duduk dalam organisasi atau panitia.
Sumber: Chapin 2002, Holil 1980, Hamijoyo 2007, Pasaribu &
Simanjuntak 2005
19
Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam
menangani sasaran.
selanjutnya.
20
Tosun (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Limits to
di negara tersebut.
Tabel 2.2
Hambatan Partisipasi Masyarakat Menurut Tosun (2000)
Variabel Indikator
1. Sentralisasi administrasi publik
Hambatan dalam bidang pariwisata
Operasional 2. Kurangnya koordinasi
3. Kurangnya informasi
1. Sikap dari profesionalisme
2. Kurangnya keahlian
3. Dominasi elit
Hambatan 4. Kurangnya sistem hukum yang
Struktural sesuai
5. Kurangnya SDM yang terlatih
6. Biaya yang relative tinggi untuk
partisipasi
7. Kurangnya Sumber Pendanaan
1. Terbatasnya kemampuan
Hambatan masyarakat miskin
Budaya 2. Apatis dan rendahnya kesadaran
masyarakat
Sumber: Tosun (2000)
a. Hambatan Operasional
21
Implementasi dari partisipasi masyarakat dalam
Pariwisata
keseluruhan.
2) Kurangnya Koordinasi
22
Kurangnya koordinasi dan kohesi dalam industri
3) Kurangnya Informasi
23
Di sebagian besar negara berkembang, informasi
b. Hambatan Struktural
24
‘bernilai bebas’ atau netral secara politik. Kesenjangan
2) Kurangnya Keahlian
25
mereka memiliki kualifikasi sebagai perencana kota
dan regional.
3) Dominasi Elit
26
wisata. Dengan demikian, dibutuhkan struktur hukum
27
upah rendah dan keharusan bekerja keras telah
public.
28
waktu dan proses yang kompleks sehingga
29
Dalam banyak masyarakat yang relatif kurang
c. Hambatan budaya
30
menyewa masyarakat miskin untuk menambah anggota
masyarakat.
Setempat
31
mereka. Hasilnya adalah kondisi mereka memburuk
32
menyuarakan pendapat terkait lingkungan hidup mereka karena mereka
(Mustapha, 2013)
Hambatan Operasional
Faktor Eksternal
Hambatan Struktural
Partisipasi
Masyarakat
Keterangan
: Mempengaruhi
: Ada Hubungan
dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara
kawasan pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan
33
Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan
lainnya.
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
34
(1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme, dan saat ini
Jadi Desa Wisata Ekologis adalah desa yang dijadikan lokasi untuk
wisata.
yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang
kedesanya.
35
g. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas.
a. Faktor kelangkaan adalah sifat dari atraksi wisata yang tidak bias
wisata di daerahnya.
yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik
budaya masyarakat, yang dikelola dan dikemas secara menarik dan alami
wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas
yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993).
36
Menurut Julisetiono (2007:11), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a)
pembinaan, (g) adanya motivasi, (h) adanya kemitraan, (i) adanya forum
Masyarakat
Desa
merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada
37
penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi lebih
mereka sehari-hari.
tidak hanya pada lingkungan alam tetapi juga pada kehidupan sosial
38
adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-rumah penduduk
lain-lain.
(Hausler,2005) :
pembangunan pariwisata,
39
lokal di daerah tujuan wisata. Suansri (2003:14) mendefinisikan CBT
berkelanjutan.
40
Pokok Permasalahan
Kurangnya partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan Desa
Wisata Ekologis Nyambu
Rumusan Masalah
Faktor apa yang menghambat partisipasi masyarakat lokal dalam
pengembangan DWE Nyambu?
Konsep Penelitian
Teori Penelitian
Desa Wisata, Partisipasi
Hambatan Partisipasi Masyarakat
Masyarakat, Community Based
(Tosun, 2000)
Tourism
Analisis Deskriptif
Hasil Penelitian
Rekomendasi
BAB III
METODE PENELITIAN
41
3.1 Objek dan Lokasi Penelitian
Tabanan yang sudah dijadikan desa wisata ekologis. Objek penelitian ini
a. Data Kualitatif
b. Data Kuantitatif
wisata Nyambu.
42
a. Sumber Primer
b. Suumber Sekunder
situs internet.
3.3.1 Populasi
dari objek atau subyek yag menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu
kesimpulannya.
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Desa
Wisata Ekologi Nyambu yang berjumlah 3411 jiwa atau 938 KK. Dari
43
populasi disederhanakan dengan mengambil sampel yaitu sejumlah
sedang diteliti dari suatu penelitian. Populasi yang dipilih dalam penelitian
ini adalah 938 KK karena diasumsikan satu rumah terdapat minimal satu
3.3.2 Sampel
(sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Teknik penarikan sampel atau
2010 : 61). Kelompok pada sampling ini dibagi menjadi: Jumlah banjar
yang ada pada desa Nyambu yaitu, Banjar Carik Padang, Banjar Nyambu,
KK.
Keterangan:
n: Jumlah sampel
44
N: Jumlah Populasi
n = 938 / ( 1 + 938.(10%)2)
n = 938 / ( 1 + 938.(0,1)2)
n = 938/ ( 1 + 938.(0,01))
n = 938/ ( 1 + 9.38)
n = 938 / 10.38
n = 90.366 / 90 orang
setiap strata atau wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dalam masing-
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data. Dalam teknik ini responden yang pertama ditemui penulis setelah dilakukan
penduduk lainnya
45
Tabel 3.1 Perolehan Sampel
No Banjar Populasi (KK) Responden
1 Carik Padang 158 15
2 Nyambu 192 19
3 Tohjiwa 141 14
4 Mundeh 168 16
5 Kebayan 120 12
6 Dukuh 159 14
Total 938 KK 90
Sumber: Data diolah, 2016
utama dari penelitian adalah pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik
3.4.1 Wawancara
3.4.2 Survey
46
tertutup dengan skala likert derajat lima dan kuesioner terbuka, yang
mereka.
kalimat pernyataan.
3.4.3 Observasi
47
terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2006: 104).
3.4.5 Dokumentasi
penelitian ini.
48
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan
diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Menurut Mushon (2012) secara garis
besar, teknik analisis data terbagi ke dalam dua bagian, yakni analisis
terletak pada jenis datanya. Untuk data yang bersifat kualitatif (tidak dapat
terjadi pada saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan
sebagaimana adanya.”
tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi.. Sedangkan yang
49
dimaksud dengan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan
menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang
situasi yang hendak diteliti dengan dukungan studi kepustakaan sehingga lebih
pengukuran yaitu Skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
50
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian
atau gejala sosial. Dalam penelitian, gejala sosial ini telah ditetapkan secara
1. Menentukan nilai tertinggi dan terendah yang mungkin dicapai. Dalam hal
daerah nilai dengan jumlah kriteria penilaian yang diperlukan. Dalam hal
ini jumlah kriteria penilaian adalah lima yaitu, sangat setuju, setuju, cukup
setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalam hal ini: Interval Nilai =
3/4 = 0,75
keaslian data itu akan hilang bercampur dengan data lain menurut
51
tengahnya yaitu setengah dari jumlah ujung bawah kelas dan ujung atas
kelas unutk mewakili setiap kelas interval. Hal ini dimaksudkan untuk
nilai yang lebih besar atau yang lebih kecil dari titik tengah (Riduwan dan
dengan rumus:
∑(𝑡𝑖 . 𝑓𝑖)
𝑥̅ =
∑ 𝑓𝑖
Keterangan: 𝑥̅ = Rata-rata
ti = Titik tengah
fi = Frekuensi
1. Uji Validitas
52
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu
skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel (corrected
masing item pertanyaan alid atau tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai
berikut:
a. Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid
sehingga diperoleh nilai r tabel dua sisi sebesar 0,361. Untuk mngetahui
variabel maka akan ditetapkan kriteria statistic, apabila r hitung > r tabel =
2. Uji Reliabilitas
dalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005 : 41). Uji
53
akan memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic
Cronbach’s Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Berawal dari kisah keberadaan dua kerajaan pada saat itu, yaitu
54
Kaba-Kaba di bawah kekuasaan Arya belog. Kedua kerajaan tersebut
bahwa rajanya adalah seorang raja yang tampan, sementara Raja Mengwi
terima atas perkataan tersebut dan melaporkan hal ini kepada Anak Agung
rakyat Kaba-Kaba.
55
memutuskan hubungan persaudaraan diantara mereka yang berarti mereka
saling bermusuhan.
Raja Mengwi pada waktu itu mempunyai janggut yang panjang seprti
domba.
Tempat ini kemudian di kenal dengan dusun Nyambu, berasal dari kata
wilayah pecahan Tanah Lot. Cerita dimulai ketika Dang Hyang Dwijendra
56
mengirim 15 Peranda dan Pendeta ke daerah itu yang dulu bernama Griya
nyambu, pohon jambu besar yang ada di Pura Pelet. Pura ini merupakan
57
Gambar 4.2 Peta Desa Nyambu
(Sumber: www.maps.google.com)
Tuwung pada bagian utara, lalu pada bagian timur dibatasi dengan
Tukad Yeh Ulun, pada bagian selatan dibatasi oleh Desa Buwit dan
pada bagian barat dibatasi oleh Tukad Yeh Sungi. Desa Nyambu
58
subur. Berdasarkan hasil pemetaan spasial diketahui bahwa Nyambu
158 KK, Banjar Nyambu 192 KK, Banjar Tohjiwa 141 KK, Banjar
Mundeh 168 KK, Banjar Kabayan 120 KK, dan Banjar Dukuh 159
dengan sebanyak 1661 jiwa adalah laki-laki dan sebanyak 1750 jiwa
agama Hindu.
hidup para petani belum bisa tercukupi jika hanya dari hasil pertanian.
berprofesi ganda menjadi petani dan buruh pergi ke sawah jam 6 pagi
dan pulang jam 7 pagi untuk menjadi buruh lalu pulang dari menjadi
59
sebesar 26% penduduk Nyambu berprofesi sebagai pegawai, sebesar
banjar:
Tabel 4.1
Kelompok Adat Desa Nyambu
Sekaa Sekaa Sekaa Kelompok Lainnya
Kelompok Teruna Santi Gong/ Tani/ Ikan
60
Teruni Angklung
Banjar
Carik Padang Kumara Dharma Dwi Darma Ternak
Bumi Gita Kunti Babi
Waraha
Nyambu Putra Sekaa Gong Tari Sari Kelompok
Manggala Kerta Mekar Jimpitan
Buwana, Sumber
Sekaa rejeki
Angklung
Giri Swara
Tohjiwa Citra Widya Putra Tari Sandat Sekaa
Dharma Sabha Winangun Layang-
layang
Kalu
Mundeh Gita Dewasa Sekaa
Suara Merdu Layang-
Swara layang
Anak-anak Baruna
Merdu
Swara
Kebayan Kusuma Gita Suara Ikan Tulus Sekaa
Winangun Winangun Dadi & Layangan
Mina Sari Keber
Dukuh Wira Gita Semara Gita Sekaa
Bhuana Winangun Layangan
Jaya Jatayu
Maruthi
Sumber: Potensi Desa Nyambu Sebagai Desa Wisata, 2016
dengan sumber air yang berasal dari PDAM yang dimana sumbernya
sendiri adalah pancoran dan mata air yang masih jernih. Sungai di Desa
Nyambu saat ini sudah tidak sederas dulu dan sungai kerap dijadikan
61
Kebutuhan masyarakat Desa Nyambu akan listrik sudah dapat
(PLN).
4.1.3.3 Telekomunikasi
ini sudah berada ditengah kota maka dari itu jaringan yang didapat juga
sudah cukup baik. Jaringan telepon seluler juga sudah dapat diakses
dengan baik di Desa Nyambu. Selain bisa menikmati layanan telepon dan
sms dari beberapa provider selular, masyarakat Desa Nyambu juga sudah
akses yang tergolong sedang, karena di Desa ini hanya mecapai 3G belum
kesehatan. Di Desa Nyambu terdapat dua sekolah dasar (SD) yaitu SDN 2
bidan praktek yang tersebar di Desa Carik Padang. Desa Kebayan, dan
62
4.1.4 Pengembangan Desa Nyambu sebagai Desa Wisata Ekologis
Langgeng Kreasi Jaya Prima (Diageo) dengan pemerintah dua tahun lalu
sebelum diresmikan. PT. Langgeng Kreasi Jaya Prima (LKJP) adalah anak
perusahaan dari Diageo yaitu perusahaan minuman asal Inggris yang juga
Nyambu. Melihat keindahan alam di desa ini, PT. LKJP dan British
Desa Nyambu menyambut baik rencana tersebut. Karena memang saat itu
sudah ada kehawatiran dari para tokoh masyarakat desa, karena sudah
dilirik oleh banyak pengembang property dan akan ada terjadinya alih
fungsi lahan. Sebelum hal-hal tersebut terjadi, maka Desa Nyambu setuju
Desa Nyambu memiliki pura-pura sangat tua yang telah ada dari masa Bali
63
Kuno dan periode Kerajaan Gelgel. Tradisi Bali Kuno masih terjaga di
desa ini, salah satunya tradisi Permas dan beberapa tradisi kuno di Desa
Adat Mundeh, Dukuh dan Kebayan yang menjadi wilayah Desa Nyambu.
Dinilai sangat unik dan edukatif. Desa ini juga menyimpan potensi
yang dibangun mulai abad delapan pada zaman Kerajaan Kediri hingga
enam banjar di Desa seluas 380 hektare. Tiga banjar berada di Desa Adat
Selain itu dikatakan juga bahwa 60% wilayah Nyambu adalah sawah.
Masih terdapat banyak sawah terasering yang sangat indah dan masih
64
Akhirnya Desa Nyambu diresmikan menjadi Desa Wisata Ekologis pada
29 April 2016 oleh Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dan dihadiri juga oleh
Kecamatan Kediri, Biro Perjalan Wisata serta undangan lain yang mewakili
akan terus didampingi oleh British Council selama dua setengah tahun, sampai
Adapun produk ekowisata yang dijual oleh DWE Nyambu adalah Susur
Desa Bersepeda, Susur Sawah, dan Susur Budaya. Susur desa bersepeda yaitu
pemukiman dan pura sambl menikmati keindahan Desa Nyambu. Jalur-jalur yang
65
Gambar 4.5 Susur Sepeda
(Sumber: www.jed.or.id)
akhir tur, wisatawan diaja untuk membnuat jaja Bali, panganan olahan dari
66
Gambar 4.6 Susur Sawah
(Sumber: www.jed.or.id)
budaya yang membentuk keunikan Bali saat ini dapat diamati dari
67
Gambar 4.7 Susur Budaya
(Sumber: www.jed.or.id)
termaasuk snack dan makan siang yang dibuat langsung oleh ibu-ibu dari
68
destinasi wisata. Penjabaran kriteria 4A di Desa Wisata Ekologis Nyambu
adalah:
4.1.5.1 Atraksi
a. Keanekaragaman Hayati
lidah buaya, kayu manis, dll. Dan ragam jenis buah-buahan yang
manggis, jambu biji dan jambu mete, dll. Selain padi, banyak juga
69
dan jenis ular lainnya. Selain hewan-hewan tersebut, banyak pula
lain di Bali. Namun ada ritual khusus yang hanya di miliki Desa
Nyambu, yaitu :
bale banjar.
70
Gambar 4.9 Mebanten (Sumber: www.jed.or.id)
yang ditarikan oleh anak-anak yang belum akil balig (saat piodalan),
Barong ket, Rangda, Rejang Rentet, Tari Leko, Sesolahan Pinggel (gelang
kecil), sesolahan ini ditarikan oleh Bajang Daha Sari (remaja perempuan
yang belum akil balig). Selain kesenian yang sacral terdapat juga kesenian
c. Permainan Tradisional
71
1. Megala-galaan
2. Tekong-tekongan
3. Benteng-bentengan
4. Macepet-cepetan:
72
5. Mecingklak
6. Dul-dulan
d. Kuliner Tradisonal
Desa Nyambu.
73
Gambar 4.10 Makanan Tradisonal Nyambu
(Sumber: www.jed.or.id)
1. Jukud Bebiyah
parut.
74
3. Be Lindung Mecakcak
4. Jukut Kakul
5. Pesan Tlengis
75
bungkus dengan daun pisang, bentuk memanjang (bentuk
e. Usada/ Pengobatan
76
f. Usaha dan Produk Masyarakat
yaitu sawah seluas 213.2 Ha, kebun/hutan campuran seluas 51,5 Ha dan
begina, sirat, ayam upacara, dan pandan. Lalu banyak juga masyarakat
yang mempunyai ternak sebagai usaha mereka seperti ternak ayam, bibit
giling-giling, ketan, injin), olahan ikan tuna (pepes dan tum), olahan
daging ayam, babi , dan bebek. Ada juga masyarakat yang bergerak dalam
kerajinan kayu dan interior, serta terdapat pande besi yang menghasilkan
77
4.1.5.2 Aksesibilitas
dengan kondisi baik, namun jalan yang ada di dalam desa masih
4.1.5.3 Amenitas
antara lain adalah Villa Batu Sangging dan Villa Arjuna di Banjar
Nyambu, Villa Lila Cita dan Villa Arsana Estate di Banjar Tohjiwa,
Villa Pondok Damai, Villa Burung Raja dan Villa Uma Sari di Banjar
Banjar Kebayan, lalu Villa Tebing dan Villa Dukuh di Banjar Dukuh.
78
Selain penginapan tersebut, beberapa rumah masyarakat juga disiapkan
4.1.5.4 Ancillaries
Misi:
79
Nyambu
Nyambu
industry pariwisata
lembaga:
a. British Council
80
menyumbangkan 11 unit sepeda yang digunakan untuk
c. Yayasan Wisnu
81
pengelolaan sumber daya masyarakat. Area fokus organisasi
Indonesia.
82
berkelanjutan'.
Selain itu, Wisnu telah menjamu para siswa dan magang dari
pusat di Bali.
desa wisatanya.
83
d. Jaringan Ekowiata Desa (JED)
mereka di Bali dengan pengunjung, dan saat ini Bali mengetahui dan
Bali.
atraksi dan harga serta kontak yang harus dihubungi jika ingin
84
BAB V
PEMBAHASAN
(dua) uji terhadap kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Setiap pertanyaan pada kuesioner
hasil yang lebih besar dibandingkan dengan r tabel yaitu 0,361. Uji reliabilitas
Alpha (α). Bila hasil dari uji reliabilitas melebihi Cronbach’s Alpha (α) yaitu
0,60, maka indikator yang digunakan pada kuesioner dinyatakan handal atau
strukrural, dan hambatan kultural. Setelah diuji terdapat 6 indikator yang tidak
valid karena memiliki r hitung atau item-dikoreksi total korelasi kurang dari
tersebut terbagi menjadi dua jenis kalimat, yaitu pernyataan negative dan
yang didapat. Oleh karena itu dilakukan persamaan untuk seluruh indikator
yaitu seluruh kalimat dibuat dalam bentuk kalimat pernyataan positif agar
85
memudahkan peneliti dalam memasukan dan menganalisis data. Berikut
Tabel 5.1
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Hambatan Operasional
Item Dikoreksi- Nilai Alpha
No Item Pernyataan Total Kolerasi Cronbach
1 Masyarakat dilibatkan secara aktif dalam pengambilan .704 .898
keputusan untuk menjadikan Desa Nyambu sebagai
DWE.
2 Masyarakat didengar dan diterima pendapatnya oleh .824 .894
stakeholder pada pertemuan untuk mengambil
keputusan dalam pengembangan DWE Nyambu.
3 Masyarakat dilibatkan secara rutin dalam implementasi .767 .895
program dari kegiatan pengembangan DWE Nyambu
4 Masyarakat memperoleh pembagian hasil atas kegiatan .687 .896
pengembangan DWE Nyambu.
5 Masyarakat didlibatkan dalam kegiatan monitoring .651 .897
(pengawasan) dan evaluasi terhadap pengembangan
DWE Nyambu.
6 Masyarakat tahu dan dilibatkan dalam menjadikan .746 .896
Desa Nyambu sebagai DWE.
7 Pengelola DWE sering berkoordinasi dengan .797 .895
masyarakat dalam kegiatan pengembangan DWE
8 Terdapat pertemuan rutin antara penglola dengan .443 .901
masyarakat untuk membahas permasalahan DWE.
9 Masyarakat kurang memahami (kurang informasi) .151 .906
tentang potensi wisata yang ada di DWE Nyambu.
10 Masyarakat jarang memperoleh informasi tentang .414 .901
program dan kegiatan DWE.
11 Pengelola jarang menginfromasikan kepada masyarakat .626 .897
tentang dampak pengembangan Desa Nyambu sebagai
DWE.
12 Masyarakat memahami dengan baik tentang DWE .615 .898
Nyambu karena sering diinformasikan/
dikomunikasikan oleh pengelola dalam pertemuan-
pertemuan di banjar
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017
Tabel 5.1 merupakan paparan hasil uji validitas dan reliabilitas dari
Seluruh indikator memiliki nilai alpha conbrach >0.60 yang berarti seluruh
valid karena memiliki nilai item dikoreksi total korelasi di bawah 0.361.
86
dihilangkan karena dinyatakan tidak valid.
Tabel 5.2
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Hambatan Struktural
Item Dikoreksi- Nilai Alpha
Item Pernyataan
Total Kolerasi Cronbach
1 Pengelola beranggapan bahwa mereka saja yang mampu .517 ,899
memecahkan persoalan DWE Nyambu sehingga
maasyarakat tidak perlu dilibatkan
2 Masyarakat hanya menjalankan program/kegiatan yang -.346 .914
sepenuhnya disusun oleh stakehoders.
3 Masyarakat sudah biasa berkomunikasi dengan .581 .898
wisatawan yang datang ke DWE Nyambu
4 Masyarakat sudah biasa memberikan pelayanan .401 .901
pariwisata kepada wisatawan yang mengunjungi DWE
Nyambu
5 Aspirasi masyarakat sudah terwakilkan oleh pengelola .116 .905
DWE.
6 Seluruh kegiatan dalam pengembangan DWE Nyambu .543 .899
hanya melibatkan stakeholders
7 Desa Nyambu sudah memiliki lembaga yang mendorong .381 .902
masyarakat agar lebih aktif berpartisipasi dalam
pengembangan DWE
8 Desa Nyambu memiliki peraturan yang mewajibkan .420 .901
masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan DWE
9 Masyarakat diberikan pelatihan terkait program yang .657 .897
akan dilaksanakan di DWE Nyambu.
10 Masyarakat kurang memiliki pengetahuan dibidang .183 .905
kepariwisataan
11 Masyarakat mampu mengatasi masalah yang terkait .368 .903
pariwisata di DWE Nyambu.
12 Waktu dan tenaga yang dimiliki masyarakat sudah habis -.071 .901
untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari
13 Ikut berpartisipasi berarti akan meninggalkan pekerjaan .680 .896
rutin yang membuat masyarakat merasa rugi.
14 Pekerjaan utama Masyarakat lokal lebih memberikan .374 .903
manfaat dibanding ikut berpartisipasi dalam
pengembangan DWE Nyambu.
15 Pengembangan DWE Nyambu saat ini membutuhkan .567 .899
lebih banyak dana
16 Sumber pendanaan untuk pengembangan DWE Nyambu .451 .901
bukan berasal dari masyarakat melainkan organisasi luar
yang terlibat
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017
alpha conbrach lebih dari 0.60 sehingga dinyatakan reliable. Lalu terdapat
empat indikator yang memiliki nilai item dikoreski total kurang dari 0.361,
87
yaitu ‘Masyarakat hanya menjalankan program/kegiatan yang sepenuhnya
Tabel 5.3
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Hambatan Kultural
Item
Nilai Alpha
No Item Pernyataan Dikoreksi-
Cronbach
Total Kolerasi
1 Masyarakat peduli akan keberadaan kegiatan .523 .899
pariwisata di Desa Nyambu
2 Masyarakat sadar bahwa ia bertanggung jawab .656 .897
atas keberlangsungan desanya.
3 Masyarakat menyadari adanya manfaat dari .743 .896
kegiatan pariwisata di desa ini.
4 Banyak masyarakat yang terbatas dalam segi -.025 .910
finansial, sehingga kurang berpartisipasi dalam
pengembangan DWE
Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2017
karena memiliki nilai alpha conbrach lebih dari 0.60. Namun terdapat satu
indikator yang tidak valid yaitu ‘Banyak masyarakat yang terbatas dalam
kultural.
88
5.2 Karakteristik Responden
menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 5.4 berikut:
89
Tabel 5.4
Karakteristik Responden
No Keterangan Responden Persentase
(Orang) (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 56 62.2
Wanita 34 37.8
2 Status Perkawinan
Lajang 28 31.1
Menikah 61 67.8
Bercerai 1 1.1
3 Usia
<20 Tahun 4 4.4
21 – 30 Tahun 31 34.4
31 - 40 Tahun 27 30
41 – 50 Tahun 22 24.4
> 50 Tahun 6 6.7
4 Pendidikan Terakhir
SD 6 6.7
SMP 14 15.6
SMA/ SMK 54 60
Sarjana 10 11.1
Lainnya 6 6.7
5 Pekerjaan
Pelajar 5 5.6
PNS 5 5.6
Petani 13 14.4
Pengrajin 5 5.6
Pedagang 12 13.3
Wiraswasta 10 11.1
Buruh 10 11.1
Pegawai 19 21.1
Ibu Rumah Tangga 10 11.1
Lainnya 1 1.1
6 Pendapatan Perbulan (ribu)
< Rp 1.000 15 16.7
Rp 1.100 – 2.000 46 51.1
Rp 2.100 – 3.000 13 14.4
Rp 3.100 – 4.000 7 7.8
Rp 4.100 – 5.000 7 7.8
> Rp 5.000 2 2.2
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
90
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam
berusia 21-30 tahun yaitu berjumlah 31 orang atau 34.4%, lalu responden
orang, kemudian terdapat 6 orang yang berusia lebih dari 50 tahun atau
setara dengan 6.7%, dan haya 4.4% responden yang berusia dibawah 20
91
pendidikan terakhir lainnya berjumlah 10 orang atau 11.1%, dengan
pada Table 5.4 dapat dilihat keberagaman profesi responden, yang paling
berprofesi menjadi wiraswasta, buruh, dan ibu rumah tangga. Lalu untuk
berjumlah 5 orang atau 5.6%. Dan terdapat satu orang atau 1% yang
berpartisipasi aktif.
bahwa setengah dari total responden yaitu 46 orang atau 51.1% memiliki
92
pendapatan diatas lima juta rupiah perbulannya. Dari paparan data di atas,
Tabel 5.5
Pertanyaan Bebas Tentang Partisipasi Masyarakat
NO Pertanyaan Jawaban
Responden (%)
Ya Tidak
1 Apakah anda mengetahui pengelolaan 98 2
pariwisata Desa Nyambu sebagai DWE?
2 Apakah anda mengetahui yang dimaksud 86 14
dengan Desa Wisata?
3 Apakah anda mengetahui yang dimaksud 67 33
dengan Ekowisata?
4 Apakah anda aktif dalam berpartisipasi? 96 4
5 Apakah anda menemui hambatan dalam 63 37
berpartisipasi?
Sumber: Hasil Penelitian, 2017 (Data Diolah)
93
Dari Tabel 5.5 dapat dilihat sebanyak 98% responden
94
yang berkaitan dengan ekonomi, dan banyak jawaban lainnya, yang
berpartisipasi.
95
5.3 Hambatan Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan DWE
Nyambu
apa yang terjadi, responden memberi nilai pada setiap indikator pernyataan
positif, sehingga pernyataan yang memiliki nilai rata-rata paling rendah adalah
96
5.3.1 Hambatan Operasional
Tabel 5.6
Hasil Hambatan Operasional
Indikator Pernyataan Rata-rata
HO 1 Masyarakat dilibatkan dalam memutuskan 3.55
Desa Nyambu sebagai DWE
HO 2 Masyarakat didengar dan diterima 3.55
pendapatnya oleh stakeholder pada
pengambilan keputusan dalam
pengembangan DWE Nyambu.
HO 3 Masyarakat dilibatkan secara rutin dalam 3.48
implementasi program dari kegiatan
pengembangan DWE Nyambu
HO 4 Masyarakat memperoleh pembagian hasil 3.13
atas kegiatan pengembangan DWE Nyambu
HO 5 Masyarakat dilibatkan dalam kegiatan 2.80
monitoring dan evaluasi pengembangan
DWE Nyambu
HO 6 Masyarakat tahu dan dilibatkan langsung 3.55
dalam menjadikan Nyambu sebagai DWE
HO 7 Pengelola DWE sering berkoordinasi dengan 3.52
masyarakat dalam kegiatan pengembangan
DWE
HO 8 Terdapat pertemuan rutin antara masyarakat 3.53
dengan msyarakat untuk membahas
permasalahan DWE Nyambu
HO 9 Masyarakat memperoleh infromasi 3.13
mengenai program dan kegiatan DWE
HO 10 Pengelola menginformasikan kepada 3.25
masyarakat tentang dampak pengembangan
Desa Nyambu sebagai DWE
HO 11 Masyarakat memahami dengan baik tentang 3.26
DWE Nyambu karena sering
diinformasikan/ dikomunikasikan oleh
pengelola dalam pertemuan-pertemuan di
banjar
Rata-rata 3.34
Sumber: Hasil Penelitian, 2017
97
rata yang paling tinggi dibanding dua hambatan lainnya yaitu dengan nilai
yaitu dengan rata-rata 2.80. Hal tersebut berarti banyak masyarakat yang
masyarakat.
lakukan kepada pengelola hal tersebut terjadi karena hasil atas DWE
nyambu belum terlalu terlihat karena masih sangat baru dirintis, selain itu
habsil dari DWE Nyambu dibagi rata ke seluruh banjar, dan dikelola oleh
98
banjar, lalu dana itu digunakan untuk kebutuhan upacara-upacara adat di
masing-masing banjar.
yang sangat lengkap dan rutin mengenai program dan kegiatan apa saja
disampaikan pengelola.
dengan dibentuknya Desa Nyambu sebagai Desa Wisata Ekologis dan setuju
untuk menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga eksternal yang dalam
99
5.3.2 Hambatan Struktural
Tabel 5.7
Hasil Hambatan Struktural
Indikator Pernyataan Rata-rata
HS 1 Pengelola mengajak masyarakat untuk 3.12
membicarakan dan menyelesaikan persoalan
yang ada di DWE Nyambu.
HS 2 Masyarakat diberikan pelatihan terkait 3.13
program yang akan dilakukan di DWE
Nyambu
HS 3 Masyarakat mampu mengatasi masalah yang 3.27
terkait pariwisata di Desa Nyambu
HS 4 Masyarakat terbiasa berkomunikasi dengan 2.86
wisatawan yang ada di DWE Nyambu
HS 5 Masyarakat terbiasa memberikan pelayanan 2.55
pariwisata kepada wisatawan yang
mengunjungi DWE Nyambu
HS 6 Seluruh kegiatan dalam pengembangan 3.13
DWE nyambu tidak hanya melibatkan
stakeholders, namun juga msayarakat
dilibatkan.
HS 7 Desa Nyambu sudah memiliki lembaga yang 3.53
mendorong masyarakat agar lebih aktif
berpartisipasi dalam pengembangan DWE
HS 8 Desa Nyambu sudah memiliki peraturan 2.40
yang mewajibkan masyarakat berpartisipasi
dalam pengembangan DWE Nyambu
HS 9 Ikut berpartisipasi tidak membuat 1.87
masyarakat rugi, walaupun akan
meninggalkan pekerjaan rutin
HS 10 Ikut berpartisipasi akan lebih memberikan 1.73
manfaat dibanding pekerjaan utama
masyarakat
HS 11 Pendanaan untuk pengembangan DWE 1.47
sudah cukup terpenuhi
HS 12 Sumber pendanaan pengembangan DWE 3.34
Nyambu bukan berasal dari masyarakat
melainkan dari organisasi luar yang terlibat
Rata-rata 2.70
Sumber: Hasil Penelitian, 2017
100
5.7 rata-rata hambatan structural adalah 2.70 yang berarti hambatan
wilayah yang dilalui wisatawan, dan masih banyak lagi lainnya yang
101
besar dan merupakan tanggung jawab dari pemerintah kabupaten
Tabanan.
rata-rata dari indikator ini adalah 1.73, yang berarti hampir seluruh
102
berpartisipasi. Karena masyarakat juga memiliki tanggung jawab
hingga akhirnya hanya ada satu orang yang mewakili dari masing-
103
5.3.3 Hambatan Kultural
Tabel 5.8
Hasil Hambatan Kultural
Indikator Pernyataan Rata-rata
HK 1 Masyarakat peduli akan keberadaan kegiatan 3.40
pariwisata di Desa Nyambu
HK 2 Masyarakat sadar bahwa ia bertanggung 3.25
jawab atas keberlangsungan desanya
HK 3 Masyarakat menyadari adanya manfaat dari 2.90
kegiatan pariwisata di desa ini
Rata-rata 3.18
Sumber: Hasil Penelitian, 2017
Dari tabel 5.8 dapat dilihat bahwa rata-rata dari ketiga indikator yang
mewakili hambatan kultural adalah 3.18. Indikator yang memiliki nilai rata-rata
nilai rata-rata 2.90, yang berarti masih terdapat beberapa masyarakat yang
indikator ini, hal tersebut wajar karena memang pariwisata merupakan hal
kecil, dan umur satu tahun untuk Desa Wisata masih terbilang sangat
manfaat, dan semakin banyak pula masyarakat yang sadar akan besarnya
Ekologis Nyambu.
104
Indikator yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi adalah HK 1
Nyambu.
105
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
dialami oleh masyarakat karena nilai rata-rata 2.70 masih masuk dalam
Nyambu.
6.2 Saran
106
Masyarakat adalah elemen paling penting dalam sebuah Desa
atraksi dari sebuah Desa Wisata, yang juga berlaku untuk DWE
berpartisipasi.
107
andil yang besar dalam pengembangan DWE Nyambu sampai saat
Tabanan
108
dibangun, dan masyarakat sendiri merasa pengembangan DWE
109