Anda di halaman 1dari 27

Tahapan Merintis dan Mengembangkan Desa Wisata (Sapta Pesona)

Model pengembangan desa wisata dianggap menjadi salah satu agenda pembangunan
nasional yang cukup efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa.
Program pengembangan desa wisata juga dianggap berhasil untuk menekan urbanisasi
(perpindahan) orang desa ke kota. Ke depan, kami pun melihat bahwa pengembangan
desa wisata akan menjadi tren dalam pembangunan wilayah. Tren ini merupakan respon
terhadap motivasi baru dalam berwisata, terutama masyarakat Barat.

Selain itu, dengan adanya pengembangan desa wisata di suatu wilayah, diharapkan agar
tumbuh klaster desa-desa yang menjadi basis pokok berbagai kebutuhan desa wisata
yang bersangkutan. Misalnya, Desa A memasok produk pendukung seperti kerajinan
dan kesenian lokal untuk Desa Wisata B.

Dalam proses merintis desa wisata, masyarakat lokal berperan penting dalam
pengembangan desa wisata karena sumberdaya, keunikan tradisi dan budaya yang
melekat pada komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan di desa
wisata. Di lain pihak, komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan
suatu objek wisata menjadi bagian dari sistem ekologi yang berhubungan. Namun pada
kenyataannya, sering terjadi pengabaian partisipasi masyarakat sehingga mereka hanya
menjadi objek (penonton) dalam pembangunan saja.

Keberhasilan pengembangan desa wisata tergantung pada tingkat penerimaan dan


dukungan masyarakat lokal. Masyarakat lokal nantinya akan berperan sebagai tuan
rumah dan menjadi pelaku penting dalam pengembangan desa wisata dalam keseluruhan
tahapan, mulai dari perencanaan, pengawasan, dan implementasi.

Model pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata atau lebih familier dikenal dengan
konsep Community Based Tourism (CBT) sampai saat ini masih hangat untuk
diperbincangkan dalam rangka pembangunan pariwisata suatu wilayah. Model
pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata ini pernah diwujudkan melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata oleh Pemerintah
Indonesia Kabinet Indonesia Bersatu (2009-2014).

Apa itu CBT? Community Based Tourism merupakan sebuah konsep pengembangan
suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal di mana masyarakat turut
andil dalam proses perencanaan, pengelolaan, dan penyampaian pendapat. (Goodwin
dan Santili, 2009)

Sementara Suansri (2003), menyebutkan bahwa Community Based Tourism (CBT)


adalah pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlajutan lingkungan, sosial, dan
budaya. CBT juga merupakan alat bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Melalui penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Community Based
Tourism adalah konsep pengembangan destinasi wisata berkelanjutan yang turut
melibatkan masyarakat lokal dalam melakukan perencanaan, pengambilan keputusan,
pelaksanaan kegiatan, hingga penerima manfaat dari pembangunan.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan telah menjadi agenda global setiap negara.
Oleh karena itu, setiap dari kita yang akan dan terlibat dalam pengembangan destinasi
wisata haruslah menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Secara sederhana, adapun konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan
pada 3 (tiga) prinsip. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Layak secara ekonomi.

Artinya, prinsip pembangunan harus memberikan nilai manfaat ekonomi yang


berarti bagi pembangunan wilayah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat
lokal.

2. Berwawasan lingkungan

Menekankan proses pembangunan yang tanggap dan memperhatikan upaya-upaya


pelestarian lingkungan, baik alam maupun budaya. Pembangunan pariwisata juga
harus seminimal mungkin menekan dampak negatif yang menurunkan kualitas
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekologi.

3. Dapat diterima secara sosial

Menekankan bahwa proses pembangunan pariwisata harus dapat diterima secara


sosial, di mana upaya-upaya pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan
nilai-nilai/norma-norma yang ada di lingkungan masyarakat.

Apa itu desa wisata?

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara aktraksi, akomodasi, dan fasilitas
pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, Wiendu, 1993:2)

Inskeep (1991) menjelaskan bahwa desa wisata merupakan bentuk pariwisata, di mana
sekelompok kecil wisatawan tinggal di dalam atau di dekat kehidupan tradisional atau di
desa-desa terpencil dan mempelajari kehidupan desa dan lingkungan setempat.

Terkait dengan konsep pengembangan desa wisata, Pearce (1995) mengartikan


pengembangan desa wisata sebagai suatu proses yang menekankan cara untuk
mengembangkan atau memajukan desa wisata. Secara lebih spesifik, pengembangan
desa wisata dapat diartikan sebagai usaha-usaha untuk melengkapi dan meningkatkan
fasilitas wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan (baik domestik maupun
mancanegara).

Dalam pandangan kami, adapun pendekatan dalam pengembangan desa wisata yang
ideal digunakan adalah pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism), pariwisata
berbasis ekowisata (ecotourism), dan pariwisata berbasis komunitas (community based).

Tahapan merintis desa wisata

Melalui artikel ini, kami akan menjelaskan langkah-langkah dalam merintis


pengembangan desa wisata. Konsep ini dirangkum berdasarkan pengalaman kami
selama mendampingi masyarakat di lapangan.

1. Komitmen bersama.

Sebelum merintis dan mengembangkan desa wisata, hal pertama yang harus
diperhatikan oleh masyarakat adalah mengenai komitmen. Pengembangan desa wisata
tidak boleh berangkat dari keinginan pribadi atau kelompok tertentu, seperti misalnya
bantuan proyek dari pemerintah atau investor. Pengembangan desa wisata haruslah
berangkat dari keinginan masyarakat luas, baik itu pemerintah desa maupun komunitas
masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan serta memajukan desa supaya lebih
mandiri.

Memang butuh proses panjang untuk meyakinkan masyarakat luas mengenai


pengembangan potensi melalui desa wisata. Untuk itu, diperlukan suara local champion
maupun tokoh masyarakat yang berpengaruh serta memiliki rekam jejak yang bersih dan
mulia.

2. Memetakan potensi dan permasalahan wilayah melalui proses partisipasi.

Tidak ada desa yang tanpa potensi. Setiap desa pastinya memiliki potensi untuk
dikembangkan lebih lanjut. Potensi terbesar dalam pengembangan desa wisata adalah
kreativitas manusia. Untuk itu, tahapan kedua dalam pengembangan desa wisata adalah
melakukan identifikasi potensi.

Proses memetakan potensi wilayah dilakukan melalui rembug warga/musyawarah


seluruh komponen desa dari berbagai kalangan, baik itu perangkat desa, kelompok
perempuan, kelompok pemuda, maupun kelompok lainnya.

Adapun potensi yang harus dipetakan pun harus mencakup aspek budaya, sejarah, dan
alam. Budaya dan sejarah yang dimaksud bukan hanya yang dapat dilihat saja.
Melainkan juga yang sifatnya tradisi, legenda, dongeng, cerita, filosofi, kuliner khas,
maupun lainnya.  

Untuk memudahkan, terdapat beberapa kelompok potensi yang dapat dipetakan. Di


antaranya adalah; apa yang bisa dilihat (something to see), apa yang bisa dilakukan
(something to do), apa yang bisa dimakan (something to eat), dan apa yang bisa dibeli
(something to buy).

Selain memetakan potensi wilayah yang melibatkan masyarakat, selanjutnya adalah


proses identifikasi permasalahan yang dapat menjadi penghambat dalam pengembangan
potensi wisata di desa. Proses ini juga dikenal dengan analisis TOWS (Threat,
Opportunity, Weakness, Strength). Hal ini perlu dilakukan untuk menggali permasalahan
yang akan dan sedang dihadapi kelompok masyarakat dalam pengembangan desa
wisata.

Tak kalah pentingnya juga, dalam merencanakan pengembangan desa wisata dibutuhkan
identifikasi dari dampak kegiatan wisata, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Misalnya menumpuknya sampah yang dibawa wisatawan, terganggungnya lingkungan
masyarakat akibat bisingnya kendaraan yang lalu lalang, maupun permasalahan lainnya.

Paket wisata susur sungai di Desa Wisata Pancoh, Kabupaten Sleman. Konsep dan tema
produk wisata di Desa Wisata Pancoh adalah mengenai ekowisata. Wisatawan akan
diajak untuk menyusuri sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat desa yang
memiliki mata pencaharian sebagai petani maupun budidaya perikanan.

3. Membentuk kelembagaan atau POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata)


Jika proses pemetaan sudah dilakukan, maka tahap ketiga adalah membentuk
kelembagaan yang nantinya bertanggung jawab dalam mengawal perjalanan
pengembangan desa wisata. Proses pembentukan kelembagaan atau yang dikenal dengan
POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) ini haruslah didasari oleh proses rembug
warga yang mempertimbangkan aspek kepemimpinan.

Apa saja fungsi POKDARWIS? Secara umum, fungsi lembaga ini adalah sebagai
penggerak sadar wisata dan Sapta Pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan
kenangan) di kawasan desa wisata. Selain itu, POKDARWIS juga berfungsi sebagai
mitra pemerintah dalam upaya perwujudan dan pengembangan sadar wisata di
daerahnya.

Kelembagaan yang sudah terbentuk ini haruslah dimaksimalkan peran dan fungsinya.
Masyarakat yang ditunjuk sebagai pengurus haruslah memiliki komitmen dalam proses
pengembangan desa wisata. Selain itu, lembaga yang telah dibentuk harus melaporkan
progres kerja, monitoring dan evaluasi, termasuk juga melaporkan keuangan secara
akuntanbel melalui musyawarah rutin agar tidak terjadi konflik sosial antaranggota.

4. Menyusun Visi, Misi, Rencana Kerja, dan Regulasi

Setelah analisis TOWS dan pembentukan organisasi dilakukan, tahap berikutnya adalah
menyusun visi, tujuan, dan implementasi organisasi untuk membawa desa wisata lebih
berkembang. Dalam penulisan visi, terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan.

 Mewakili aspirasi masyarakat


 Dapat dicapai dan realistis
 Fokus pada jangka menengah dan panjang
 Dibuat berdasarkan kekuatan desa wisata saat ini dan diterjemahkan menjadi
peluang untuk terus tumbuh

Sementara itu, rencana kerja yang disusun berdasarkan kesepakatan yang diperoleh dari
masyarakat dan organisasi (baik POKDARWIS dan desa). Rencana kerja harus
disesuaikan dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan, yang meliputi;
lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi.

Hal yang tak boleh terlewat dalam proses pengembangan desa wisata adalah menyusun
regulasi. Regulasi di sini dapat berupa AD/ART, peraturan desa, atau SOP kegiatan dari
Kelompok Sadar Wisata. Penyusunan regulasi ditujukan untuk melindungi seluruh
potensi, baik sumber daya alam, budaya, buatan, maupun manusia. Regulasi yang sudah
dibentuk juga dapat menjadi pedoman masyarakat dalam menjalankan roda organisasi di
desa wisata.

5. Melakukan konsultasi dan peningkatan kapasitas SDM desa wisata

Banyak masyarakat yang berpikir akan sulit mengembangkan desa wisata tanpa dasar
ilmu pariwisata yang baik. Akibatnya, banyak fasilitas wisata yang terlanjur dibangun,
namun berakhir mangkrak. Bahkan, banyak desa wisata yang sudah diresmikan, tetapi
tidak dapat melanjutkan usahanya. Untuk itu, kelembagaan yang telah dibentuk haruslah
menyusun program kerja yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas sumber daya
manusia.
Libatkanlah profesional atau konsultan pariwisata untuk menyusun masterplan,
memberikan pelatihan, maupun melakukan pendampingan. Petakan kampus-kampus
yang potensial di sekitar desa wisata untuk dapat dilibatkan dalam program penelitian
maupun pemberdayaan masyarakat.

Proses konsultasi juga dapat dilakukan dengan melakukan studi banding ke desa wisata
yang sudah berhasil. Misalnya, belajar dan mengunjungi Desa Wisata Pujon Kidul di
Kabupaten Malang untuk studi kasus BUMDES (Badan Usaha Milik Desa), Desa
Wisata Nglanggeran di Kabupaten Gunungkidul untuk studi kasus inovasi dan
pemberdayaan masyarakat lokal, dan Desa Wisata Pentingsari di Kabupaten Sleman
untuk studi kasus pengemasan atraksi.

Program pendampingan dan pelatihan SDM di desa wisata Provinsi Jawa Tengah.
Peserta pelatihan diminta melakukan analisis TOWS sekaligus memetakan potensi di
desanya.

6. Menata wajah desa dengan penyediaan fasilitas umum (akomodasi)

Tahap selanjutnya adalah memetakan dan mengidentifikasi kebutuhan fasilitas umum


untuk desa wisata. Proses penyediaan fasilitas umum dapat dikerjakan dengan
mempertimbangkan skala prioritas. Artinya, penyediaan fasilitas umum haruslah
disesuaikan dengan kemampuan finansial desa wisata dan masyarakat yang akan
mengelolanya.

Penyediaan fasilitas umum dapat dimulai dari fasilitas parkir kendaraan dan toilet untuk
wisatawan. Cobalah untuk melakukan musyawarah dan kerja sama dengan perangkat
desa untuk dapat mengakses penggunaan Dana Desa.

Selain itu, pengembangan desa wisata sebaiknya memenuhi prinsip-prinsip perencanaan


sebagai berikut; a) memperhatikan karakteristik lingkungan setempat, b) menekan
sekecil mungkin dampak negatif pengembangan kepariwisataan, c) materi yang
digunakan sesuai dengan lingkungan setempat, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan
yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang, d) memperhitungkan daya dukung dan
daya tampung lingkungan, sebab desa wisata bukanlah mass tourism, dan e) melibatkan
masyarakat desa dengan menjadikan mereka sebagai pelaku kegiatan kepariwisataan,
yaitu menjadi pemilik langsung/tidak langsung dan kepemilikan atas tanah tidak
dialihkan.

7. Menentukan keunikan dan branding (identitas) desa wisata

Desa wisata dilihat sebagai salah satu alat untuk mendapatkan keuntungan secara
ekonomi, juga meningkatkan pendapatan desa. Wajar saja, pengembangan desa menjadi
desa wisata cukup tren belakangan ini. Namun fatalnya, banyak desa wisata yang tidak
memiliki nilai keunikan akibat terlalu menduplikasi atraksi.

Misalnya, pembuatan wahana selfie/swafoto, atraksi outbound, maupun jenis atraksi


lainnya. Akibatnya, banyak usaha desa wisata yang tidak berkelanjutan. Selain karena
wisatawan terlalu jenuh akan tawaran aktraksi yang sama, banyak wisatawan pulang
tanpa pengalaman. Untuk itu, setiap desa wisata harus memiliki USP atau Unique
Selling Point/Proposition.
Adapun definisi branding pada konteks ini adalah bagaimana desa wisata dapat
mengelola image dan reputasi dengan cara memenuhi janji-janji (trust) kepada
wisatawan. Dengan begitu, branding bukan hanya sekadar logo, slogan, maupun tagline.
Namun, menyangkut janji dari desa wisata yang harus ditepati. Pada akhirnya, branding
yang telah ditentukan akan menjadi image maupun reputasi yang akan selalu diingat dan
dikenang oleh konsumen/wisatawan.

Sedangkan USP merupakan faktor pembeda pada suatu produk/layanan yang tidak
dimiliki oleh pesaing/kompetitor. USP juga akan menjadi penentu yang akan membuat
produk/layanan di desa wisata lebih spesial di mata wisatawan.

Langkah dalam menentukan USP di desa wisata salah satunya dapat melalui rumusan
ALUI (Asli, Langka, Unik, dan Indah). Dalam hal ini, tentukan produk atau brand yang
berharga untuk wisatawan. Produk atau brand yang dipilih tidak hanya berbeda, tetapi
juga harus bernilai di mata wisatawan. Produk juga harus langka di antara destinasi
wisata pesaing saat ini. Selain itu, produk atau brand harus unik dan langka. Artinya,
produk desa wisata yang kita rencanakan tidak mudah ditiru, diduplikasi, maupun
diimitasi oleh pesaing baru.

Baca juga: Pengembangan Pariwisata di Daerah Tertinggal

Desa Wisata Tanjung Binga di Kabupaten Belitung sebagai penghasil ikan asin terbesar
di Indonesia. Di sini, wisatawan dapat mengikuti aktivitas nelayan dalam proses
pengeringan ikan asin.

8. Menyusun paket wisata

Sebelum menyusun materi pemasaran dan memasarkan produk desa wisata, tahapan
yang dilakukan selanjutnya adalah menyusun paket wisata.

Adapun yang dimaksud paket wisata adalah rencana kegiatan wisata yang telah disusun
secara tetap dengan harga tertentu yang mencakup atraksi maupun akomodasi/fasilitas
penunjang. Dalam menyusun paket desa wisata, terdapat beberapa pertimbangan yang
harus diperhatikan. Di antaranya adalah jumlah peserta, jumlah pemandu/sumber daya
manusia desa wisata yang tersedia, kemampuan desa wisata (lingkungan) untuk
menampung wisatawan, durasi kegiatan, dan jarak perjalanan.

9. Melakukan pemasaran dan menjalin kemitraan

Jika komponen produk dan harga telah ditetapkan, maka tahapan selanjutnya adalah
membangun saluran pemasaran atau channel. Saluran pemasaran sangatlah dibutuhkan
agar produk dan jasa yang ditawarkan desa wisata dapat sampai ke calon wisatawan.

Saluran pemasaran dapat dibentuk melalui dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung.
Saluran pemasaran langsung dapat dilakukan dengan mendatangkan wisatawan tanpa
melalui perantara. Misalnya, melalui pengiriman proposal ke instansi, menyebar brosur
paket harga desa wisata, dan lainnya. Sementara saluran pemasaran tidak langsung dapat
dilakukan dengan cara melibatkan perantara untuk mendatangkan wisatawan. Misalnya,
melakukan kerja sama dengan biro perjalanan wisata/travel agent, pramuwisata (guide),
antar desa wisata, ASITA, PHRI, atau lainnya.
Dalam merintis dan mengembangkan desa wisata, masyarakat tentu tidak dapat berjalan
dan bekerja sendirian. Untuk itu, diperlukan sinergi dengan lembaga lain yang kemudian
dikenal dengan unsur pentahelix.

Pertama, adalah dengan pemerintah yang dalam hal ini terkait kebijakan-kebijakan yang
mendukung pariwisata. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata juga harus dilibatkan
dalam menerbitkan SK (Surat Keputusan) tentang POKDARWIS di desa wisata. Kedua,
adalah akademisi yang dalam hal ini dapat dilibatkan dalam kegiatan penelitian dan
pengabdian masyarakat. Ketiga, adalah industri/swasta, yang dapat dilibatkan dalam
kerja sama penjualan, akses dana CSR (tanggung jawab sosial perusahaan), maupun
kegiatan lainnya. Keempat, adalah media yang berperan dalam membentuk opini publik
yang positif dan penyeberan informasi. Kelima, adalah komunitas yang berperan untuk
mewujudkan Sapta Pesona.

Saat ini, cukup banyak perusahaan melalui bidang CSR (Corporate Social
Responsibility) yang memiliki program pemberdayaan masyarakat. Contohnya saja di
Desa Wisata Gamol Kabupaten Sleman, yang mendapatkan bantuan dari PT Pertamina
untuk bantuan pengembangan berupa program budidaya jamur, peternakan kambing
Etawa, dan pengolahan susu kambing Etawa. Contoh lain adalah CSR BNI untuk
pembangunan gapura masuk di Desa Wisata Bleberan, Kabupaten Gunungkidul. Dan
juga Desa Wisata Pentingsari, Kabupaten Sleman yang mendapat bantuan dari CSR
BCA untuk pembuatan toilet penyandang disabilitas.  

Baca juga: Mempromosikan Destinasi Wisata di Masa Pandemi COVID-19. Bagaimana


Caranya?

10. Evaluasi dan inovasi untuk keberlanjutan desa wisata

Disadari atau tidak, dibutuhkan proses kerja yang panjang dalam mengembangkan desa
wisata. Contoh saja Desa Wisata Pentingsari, penerima penghargaan Indonesia
Sustainable Tourism Award (ISTA) tahun 2017 dan 100 Top Destinasi Wisata
Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days tahun 2019, yang
membutuhkan setidaknya 10 (sepuluh) tahun untuk bisa sampai ke level mandiri.
Contoh lain adalah Desa Wisata Nglanggeran, yang membutuhkan waktu bertahun-
tahun untuk dapat meyakinkan masyarakat terhadap konsep pengembangan desa wisata.

Dalam merintis dan mengembangkan desa wisata, memang dibutuhkan komitmen yang
tinggi dari masyarakat. Untuk itu, menikmati semua prosesnya adalah cara terbaik agar
kita tidak mudah menyerah. Buatlah inovasi program melalui even seperti yang
dilakukan Desa Wisata Dieng Kulon di Banjarnegara lewat acara Dieng Culture
Festival, atau yang dilakukan Desa Wisata Banjaroya di Kulonprogo lewat acara
Festival Durian Menoreh. Libatkanlah anak muda karena mereka memiliki banyak
energi positif yang kreatif.

Terakhir, tak pernah kami berhenti untuk mengingatkan kita semua, bahwa dalam
membangun pariwisata haruslah disertai rasa cukup. Jadikanlah perputaran uang yang
dibawa masuk wisatawan sebagai bonus pendapatan saja. Dengan begitu, kita dapat
membatasi diri agar tidak terlalu rakus dalam mengeksploitasi alam dan mengejar
keuntungan ekonomi.

Baca juga: Mengukur Keberhasilan Pengembangan Desa Wisata


Referensi:

 Godwin, Harold dan Santili, Rosa. 2009. Community Based Tourism: A Success?.
ICRT Occasional Paper 1
 Inskeep, E. 1991. Tourism Planning, and Integrated and Sustainable
Development Approach. New York: Van Nostrand Reinhold.
 Nuryanti, W. 1993. Concept, Perspective and Challenges. Makalah bagian dari
Laporan Koferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
 Pearce, D. 1995. Tourism a Community Approach. Harlow Longman
 Suansri, Pontjana. 2003. Community Based Tourism Hand Book. Rest Project
World Tourism Organization.
 Yoeti, A, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

https://eticon.co.id/tahap-merintis-desa-wisata/

Bangun Wisata Desa dengan Pokdarwis, Terbukti!

Bagaimana Struktur Pokdarwis?


Struktur Pokdarwis harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi desa. Dipimpin
oleh Ketua, didampingi Sekretaris dan Bendahara, Pokdarwis harus memiliki
Koordinator-koordinator sesuai potensi desa. Seperti ini beberapa model stuktur umum
yang banyak digunakan oleh Pokdarwis:
1. Pelindung
2. Ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara
5. Seksi Seni dan Potensi Wilayah
6. Seksi Pemandu Wisata dan P3K
7. Seksi Homestay
8. Seksi Kuliner
9. Seksi Promosi dan Dokumentasi
10. Seksi Sarana dan Prasarana

Pokdarwis di sebagian besar desa terbukti memiliki peran signifikan dalam


mengembangkan potensi kepariwisataan di desa sekaligus menjadi alat pemberdaya
penguasaan kemampuan kepariwisataan desa. Fakta di lapangan, pariwisata adalah jenis
usaha yang memiliki kemampuan meningkatkan potensi ekonomi desa dengan lingkup
yang sangat luas. Pariwisata membuka banyak peluang kerja, peluang ekonomi dan
akhirnya menjadi sebuah pilihan yang menarik mengentaskan kemiskinan di desa-desa
yang memiliki potensi mengembangkan wisatanya. (adji/berdesa)

https://www.berdesa.com/bangun-wisata-desa-pokdarwis-terbukti/

PEMBENTUKAN DESA WISATA GUNA MENINGKATKAN KUNJUNGAN


WISATA DI KABUPATEN TEGAL

Latar Belakang:

Dalam kaitannya dengan pengembangan konsep pariwisata berbasis masyarakat, target


pembentukan desa wisata yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2014-
2019 yaitu harus terbentuk Kampung Wisata/Desa Wisata sebanyak 4 Desa Wisata
sampai dengan batas waktu RPJM di Tahun 2019. Kendala yang dihadapi dalam
mencapai target yang telah dicanangkan dalam RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2014-
2019 yaitu bahwa sampai saat Ini Kabupaten Tegal belum memiliki Desa Wisata.
Sejalan dengan dinamika perkembangan  pariwisata salah satu pendekatan
pengembangan wisata alternatif adalah  konsep pariwisata yang berbasis masyarakat,
dalam Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat dimana masyarakat di berdayakan untuk
mengelola objek wisatanya sendiri. Salah satu bentuk dari Konsep Pariwisata Berbasis
Masyarakat  adalah pengembangan desa wisata

Manfaat:

·   

1.     MANFAAT PERUBAHAN


        Manfaat dari pelaksanaan proyek perubahan adalah sebagai berikut:

1)     Bagi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga

·      Adanya wujud nyata kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Pemuda
dan Olah Raga  terkait upaya pengembangan destinasi wisata dengan
mengoptimalkan sumber daya dan potensi alam lokal yang ada dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

·      Mendukung pencapaian Visi  OPD Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
2014-2019 yaitu “Terwujudnya Kepariwisataan dan Kebudayaan Yang Maju,
Sejahtera, Mandiri Menjadi Pilihan Utama Tujuan Wisata”.

2)     Bagi Pemerintah Kabupaten Tegal

Mendukung pencapaian Visi  Kabupaten Tegal 2014-2019 yaitu “Terwujudnya


Masyarakat Kabupaten Tegal yang Mandiri, Unggul, Berbudaya, Religius dan
Sejahtera” dan misi Kabupaten Tegal terutama Misi yang kelima yaitu Meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa melalui penguatan kelembagaan dan pemberdayaan
masyarakat.

3)     Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Mendukung Branding Jateng Gayeng yang sudah dicanangkan Bapak Gubernur Jawan
Tengah yaitu mensejahterakan masyarakat dengan mengoptimalkan potensi yang ada
termasuk pariwisata.

4)     Bagi Kementerian Pariwisata

Mendukung Tugas dan Fungsi Kementerian Pariwisata dalam menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang kepariwisataan  terutama pengembangan destinasi dan industri
pariwisata di bidang pembangunan dan perintisan daya tarik wisata dalam rangka
pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan pengembangan daerah serta peningkatan
kualitas dan daya saing pariwisata.

5)     Bagi Masyarakat

Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa wisata serta
memperluas lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat desa sehingga meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.

Milestone:
MILESTONES (Tahapan Kegiatan dan Capaian Jangka Pendek, Menengah, dan
Panjang)
No. TAHAP UTAMA WAKTU
  JANGKA PENDEK 2 (dua) bulan
JANGKA
TAHAPAN OUTPUT TAHAPAN
WAKTU
I.              PERSIAPAN
 

1)       Pembentukan Tim Kerja


 
 
a.   Perumusan dan Pembagian Tugas
Tim Terbentuknya Tim Kerja 2 Hari
Proyek Perubahan dan SK Minggu ke-2
b.   Penyusunan Draft SK Tim Kerja Tim
Bulan Juli 2017
c.   Penyusunan Agenda Kegiatan Tim  
 
d.   Penyusunan Laporan / Resume /
Notulen Pembetukan Tim Efektif
 

2)       Koordinasi dengan


 
Stakeholder Eksternal
2 Minggu
a.  Pematangan konsep ProPer
 
Minggu ke-2 s/d
b.  Persiapan koordinasi Eksternal
Tersosialisasikan dan Minggu ke-4
c.  Penggalangan dukungan matangnya konsep ProPer di Bulan Juli 2017
Stakeholder Pemetaan kegiatan lingkungan Eksternal
 
selanjutnya
 
d.  Penyusunan Laporan / Resume /
Notulen Hasil Koordinasi Stakeholder
Eksternal
II.            PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DESA WISATA
 

3)       Sosialisasi Pembentukan Desa


Wisata Guna Meningkatkan  
Kunjungan Wisata di Kabupaten
Tegal kepada masyarakat. Terselenggaranya Sosialisasi  
Pembentukan Desa Wisata
a.     penyiapan bahan / materi Guna 3 Hari
Meningkatkan
Sosialisasi Kunjungan Wisata di Minggu ke-2
Kabupaten Tegal. Bulan Juli 2017
b.    Penyiapan akomodasi Sosialisasi
 
c.     Pelaksanaan Sosialisasi

d.    Penyusunan Laporan Analisa dan


tindak lanjut hasil Sosialisasi
     
4)       Pembentukan Desa Wisata
Cempaka

a.     Rapat Koordinasi


Terbentuknya Desa Wisata
Cempaka 1 Minggu
b.    Penyusunan profil Desa Wisata
Minggu ke-3
c.  Penyusunan Draft SK  
Bulan Juli 2017
Pembentukan Desa Wisata
 
d.  Penyusunan Laporan / Resume /
Notulen Pembentukan Desa Wisata
Cempaka
 

5)       Pengajuan Proposal


Permohonan Bantuan Partisipasi
Pelaksanaan Proper kepada Pihak
ke-3  

a.     Rapat Koordinasi Tersampaikannya proposal  


permohonan/ bantuan 4 hari
b.    Penyusunan Draft Proposal kegiatan Proyek Perubahan
kepada Pihak ke-3 Minggu ke-3 s/d
c.  Penyampaian Proposal kepada
ke-4 Bulan Juli
Pihak ke-3   2017
d.  Realisasi Bantuan dari Pihak ke-  
3

e.  Penyusunan Laporan / Resume /


Notulen Pengajuan Proposal Bantuan
kepada pihak ke-3
III.           PENINGKATAN KUALITAS SDM
     

6)       Penataan/Pemberdayaan Tersusunnya Tata Tertib dan 10 hari


Organisasi Kelompok Sadar Wisata Sanksi dalam pengelolaan
desa wisata serta tertib Minggu ke-4
a. Mempersiapkan bahan/ materi administrasi dan keuangan. Bulan Juli 2017

b. Penyusunan Tata Tertib dan sanksi  


dalam kegiatan pengelolaan desa
wisata  

c. Penguatan Kelembagaan dengan


peningkatan  motivasi kerja dan jiwa
wirausaha dengan pengarahan
pimpinan (Lurah/Kepala Desa, Camat
atau Disparpora)
d. Penyusunan Laporan / Resume /
Notulen penataan organisasi
Pokdarwis
 

7)       Pembuatan Buku Saku/Buku


Pintar untuk Pokdarwis

a.  Mempersiapkan bahan/ materi


terkait Rumusan pembuatan Buku
 
Pintar
 
Tersusunnya dan
b.  Merumuskan Isi dan Desain Buku
terdisbusikannya buku pintar. 3 (tiga) minggu
Pintar
  Minggu 1-2
c.  Validasi buku pintar
Bulan Agustus
 
d.  Pencetakan dan Penggandaan 2017
Buku Pintar  
e.  Pendistribusian Buku Pintar

f.   Penyusunan Laporan / Resume /


Notulen pembuatan buku pintar

 
 

8)       Bintek Inovasi Pariwisata


kepada pokdarwis dan masyarakat
(fokus Ibu2 PKK), (pembuatan
kerajinan tangan untuk  
souvenir/Pembuatan Jajanan Khas
Oleh2) Terlaksananya kegiatan  
pelatihan pembuatan suvenir
a.     Mempersiapkan bahan/ materi wisata / pembuatan jajanan 3 hari
pelatihan khas oleh2. Minggu ke-3
b.    Persiapan akomodasi pelatihan Bulan Agustus
  2017
c.     Pelaksanaan pelatihan pembuatan  
souvenir/Pembuatan Jajanan Khas
Oleh2

d.    Tindak lanjut hasil pelatihan

 
IV.           PUBLIKASI DESA WISATA
9)       Promosi Pariwisata    
a.     Mempersiapkan bahan/ materi
Promosi pariwisata

b.    Membuat rancangan desain awal


(visualisasi), isi/materi media promosi
Website/Blog,

c.     Membuat rancangan desain awal


(visualisasi), isi/materi media promosi
leaflet

d.    Membuat rancangan desain awal Terselenggaranya Promosi


(visualisasi), isi/materi media promosi Pariwisata melalui leaflet dan
Media Sosial (Facebook, Twitter, media sosial (Facebook, 1 (satu) bulan,
Instagram dll) Twitter, Instagram dll) serta Bulan Agustus
visitasi ke sekolah-sekolah 2017
e.     Mengaktifkan Website/Blog
 
f.     Mencetak leaflet

g.    Mengaktifkan Layanan Media


Sosial (Facebook, Twitter, Instagram
dll)

h.     Visitasi / kunjungan Promosi


Pariwisata ke Sekolah-Sekolah

i.      Penyusunan Laporan / Resume /


Notulen hasil kegiatan promosi
pariwisata
     

10)    Mengintegrasikan potensi Website Potensi Pariwisata di 1 Bulan


pariwisata Desa Wisata ke Website Desa Wisata.
Pemkab Tegal Bulan Agustus
  2017
a.     Koordinasi dengan Diskominfo
Kab. Tegal  

b.    Merancang isi/materi dan  


mengumpulkan bahan-bahan potensi
pariwisata  

c.     Merancang desain awal


(visualisasi) web site

d.    Mengaktifkan Website Potensi


Pariwisata di Desa Wisata

e.     Penyusunan Laporan / Resume /


Notulen integrasi potensi wisata ke
Website Pemkab Tegal
V.            IMPLEMENTASI
11)    Pencanangan Desa Wisata
Cempaka
 
a.  Rapat Persiapan Pelaksanaan
Pencanangan Desa Wisata.   5 (lima) hari
b.  Menyiapkan Akomodasi Terlaksananya Pencangan Bulan Agustus
Pencanangan Desa Wisata. Desa Wisata. Minggu ke-4
2017
c.  Pencanangan Desa Wisata oleh  
Bupati Tegal atau yang mewakili.  
d.  Penyusunan Laporan / Resume /
Notulen Pencanangan Desa Wisata
VI.           MONEV
12)    Monitoring dan Evaluasi

a.  Persiapan materi hasil monitoring


kegiatan proyek perubahan.    

b.  Rapat koordinasi evaluasi hasil Tersusunnya laporan hasil 5 (lima) hari
pelaksanaan kegiatan proyek monitoring dan evaluasi
perubahan. pelaksanaan kegiatan proyek Minggu ke-1
perubahan. Bulan Sept 2017
c.  Menyusun laporan hasil
pelaksanaan kegiatan proyek    
perubahan.

 
JANGKA MENENGAH 1 (Satu) Tahun
JANGKA
TAHAPAN OUTPUT TAHAPAN
WAKTU
     

1)       Laporan Tindak Lanjut   2 (dua) minggu


Hasil Kegiatan Proyek
Perubahan    

a.  Laporan kepada Dinas  


Pariwisata Pemuda dan Olah Raga
a.     Koordinasi dan dukungan
b.  Laporan kepada Badan/ Dinas Kepala Dinas Pariwisata
Terkait di Kabupaten Tegal Pemuda dan Olah Raga dan
Stakeholder terkait dalam upaya
  menjadikan Pembentukan Desa
Wisata sebagai destinasi wisata 
 
unggulan di Kabupaten Tegal
 
 
c.  Mengusulkan anggaran kegiatan
b.    Ketersediaan anggaran
pengembangan Desa Wisata di
kegiatan pengembangan Desa
Renja dan RKA Dinas Pariwisata
Wisata.
Pemuda dan Olah Raga.
 

2)       Sosialisasi dan


Pembentukan Desa Wisata Baru
(Sigedong)  
 
a.  Mempersiapkan bahan/ materi Terbentuknya Pokdarwis dan
terkait Desa Wisata Desa Wisata baru di Kabupaten 1 (satu) minggu
Tegal.
b.  Melaksanakan sosialisasi dalam  
rangka pembentukan Desa Wisata  

c.  Pembentukan Pokdarwis

d.  Pembentukan Desa Wisata


 

3)       Penandatangan MoU


antara Desa Wisata, Pokdarwis  
dan Dinas Bidang Pariwisata
serta Penandatangan Pakta Terwujudnya Memorandum of
Integritas understanding (MoU) antara
Pihak Desa Wisata, Pokdarwis
a.   Rapat koordinasi penyusunan dan Bidang Pariwisata terkait  
draft MoU dan Pakta Integritas pelaksanaan kegiatan
1 (satu) minggu
pemberdayaan masyarakat
b.   Penandatanganan/ Persetujuan
khususnya bagi pengembangan  
MoU
desa wisata dalam rangka
c.   Penandatanganan Pakta meningkatkan kunjungan
Integritas wisata.

d.   Penyusunan Laporan / 


Resume / Notulen
penandatanganan MoU dan Pakta
Integritas
     

4)       Penguatan Pokdarwis Pokdarwis sudah berbadan 1 bulan


dengan berbadan hukum hukum sebagai upaya penguatan
Pokdarwis dan sebagai syarat
a. Persiapan Badan Hukum utama dalam meminta bantuan
hibah dari Pemerintah
b. Pembuatan Akta Pendirian dari
Notaris

c. Proses Pendaftaran di
Kemenkumham dan Akta Badan
Hukum
 

5)       Perekrutan Petugas


Keamanan 

a.   Mempersiapkan bahan/ materi  


terkait Rumusan Kriteria Anggota  
dan Petugas Keamanan Terbentuknya SK
Pembentukan / Perekrutan 2 (dua) minggu
b.   Perekrutan Petugas Keamanan Petugas Keamanan.
 
c.   Pembagian tugas Petugas  
Keamanan

d.   Penyusunan Laporan /


Resume / Notulen hasil perekrutan
petugas keamanan
 

6)       Penyusunan Paket Wisata


 
a. Rapat Koordinasi
 
Tersusunnya paket wisata
b. Penyusunan Kegiatan Wisata
sebagai bagian dari pelayanan 1 bulan
c. Penentuan Nominal harga per kepada wisatawan
kegiatan wisata

d. Penyusunan Paket Wisata


 

7)       Kerja sama dengan Biro


Travel (Agen Travel) guna
mempromosikan dan  
memfasilitasi wisatawan luar
daerah Terwujudnya Kerja sama  
dengan Biro/Agen Travel
a. Rapat Koordinasi Persiapan Pariwisata untuk memfasilitasi 6 bulan
Kerja sama dan mempromosikan kepada
b. Penandatanganan Perjanjian pihak luar
Kerja sama dengan Biro Travel

c. Pelaksanaan kerja sama dengan


Biro Travel
 
 
8)       Study Banding
Meningkatnya pengetahuan  
a.     Persiapan Study Banding Pokdarwis dalam mengelola
potensi pariwisata untuk 1 tahun
b.    Pelaksanaan Study Banding
meningkatkan pelayanan
c.     Evaluasi dan penerapan hasil pariwisata
study banding
 
   
Mengetahui hasil pelaksanaan
9)       Evaluasi kegiatan proyek perubahan 1 bulan
jangka menengah
JANGKA PANJANG 2 (Dua) Tahun
JANGKA
TAHAPAN OUTPUT TAHAPAN
WAKTU
 
 
1)     Laporan Tindak Lanjut
Hasil Kegiatan Proyek Koordinasi dan dukungan
Perubahan Kepala Dinas Pariwisata  
Pemuda dan Olah Raga  dan
a.     Laporan kepada Kepala Dinas Badan/ Dinas terkait di 2 (dua) bulan
Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tegal serta dalam
upaya Menjadikan Kabupaten  
b.    Laporan kepada Badan/ Dinas Tegal sebagai destinasi wisata
Terkait di Kabupaten Tegal unggulan di Jawa Tengah
bahkan nasional
c.     Laporan kepada Bupati Tegal
   
 
2)     Pembangunan sarana dan Terpenuhinya sarana dan
seterusnya
prasarana penunjang prasarana penunjang

http://bpsdmd.jatengprov.go.id/eproper/inovasi.php?id=670

Tahapan Membangun Desa Wisata


Di tahun 2020 ini banyak sekali desa yang berbondong membangun Desa Wisata,
dengan tujuan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan perekonomian warga desa.
Dengan dana desa yang dipunyai Desa berusaha mengembangkan sesuai dengan potensi
yang dipunyai.

Sesuai dengan tujuan tersebut, maka program kegiatan Pemerintahan Desa dibantu oleh
Badan Perwakilan Desa (BPD)  bersama masyarakat terkait pula dengan pengawasan di
bawah pembinaan Dinas Pariwisata daerah setempat.

Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan pembangunan desa wisata, antara lain adalah :

1. PERENCANAAN, meliputi :

1. Survey Lapangan

Desa melakukan identifikasi potensi yang dimiliki, yang mana nantinya akan
dikembangkan oleh Desa bersama masyarakat secara gotong royong. Semisal
mempunyai alam yang bagus bisa membangun Camping Ground, juga edukasi
pertanian masyarakat desa setempat.

2. Penyusunan Rencana Teknis

Menyusun dan menggambar peta destinasi wisata desa oleh Pemerintah Desa bisa
dibagi masing-masing dusun atau fokus pengembangan di salah satu dusun

3. Penyusunan Anggaran dan Sumber Anggaran

Pemerintah Desa menyusun anggaran untuk pembangunan sebuah destinasi wisata


desa, dengan mengajak pihak-pihak terkati semisal Pendamping Lokal Desa
(PLD) atau Dinas Terkati supaya anggaran yang akan dikeluarkan tidak terhambat

4. Perencanaan SDM

Pemerintah Desa memetakan masyarakat yang mau bekerja sama


mengembangkan destinasi wisata desa dan nantinya akan membentuk Pokdarwis
(Kelompok Sadar Wisata), ditekankan diawal kegiatan masih sukarela gotong
royong.

2. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, meliputi :

1. Pembangunan prasarana

Penyusunan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, agama, kelompok-kelompok


masyarakat yang ada di desa. Bisa digabungkan agende Musrebangdes
(Musyawarah Rencanan Pembangunan Desa) . Membangun Pusat Informasi Desa
Wisata, pusat oleh-oleh khas desa dan lainnya

2. Pelaksanaan pembangunan
Pemerintah Desa wajib melibatkan masyarakat sekitar, kelompok-kelompok
masyarakat yang ada di desa, dengan tujuan keterbukaan publik pembangunan
desa

3. PENGELOLAAN, meliputi :

1. Rekrutmen Sumber Daya Manusia

Kaitannya dengan kelompok yang akan mengelola sebuah destinasi wisata desa,
Pokdarwis merupakan salah satu organisasi yang dianjurkan oleh Pemerintah
untuk mengelola sebuah destinasi wisata yang ada di desa. Pemerintah Desa
memetakan masyarakat yang mau membantu pengembangan wisata, kebanyakan
pemuda pemudi yang masih banyak waktu luangnya.

2. Pengorganisasian

Yang dilakukan ketika Pemerintah Desa sudah membentuk Pokdarwis, pengelolaa


organisasi didalamnya ada AD ART, SOP (Standar Operation Prosedur)
Organisasi, Visi Misi dan lainnya

3. Promosi

Ini menjadi tugas Pokdarwis untuk mempromosikan desa wisatanya, marketing


online menjadi salah satu prioritas atau bekerja sama dengan pihak-pihak terkait
semisal travel tour wisata

4. EVALUASI

1. Penelitian dan pengembangan

Pemerintah Desa bisa menggandeng para akademisi dari Perguruan Tinggi


dibidang pariwisata dengan tujuan memberikan masukan kepada desa dan
masyarakatnya. Apa yang perlu diperbaiki dan dikembangkan kedepan.

2. Pelaporan

Pemerintah Desa membuat laporan dari semua yang sudah di susun dan di
anggarkan kepada masyarakat sebagai salah satu wujud keterbukaan informasi

Diatas merupakan langkah-langkah dalam menyusun desa wisata, tidak baku untuk
dilaksanakan desa, Bisa menyesuaikan kondisi desa dan potensi yang ada, khusunya
bagi desa-desa yang sedang, mengembangkan Desa Wisata.

Semoga Bermanfaat.

https://www.desabisa.com/tahapan-membangun-desa-wisata/
Aturan Pembentukan Pokdarwis

Kelompok Sadar Wisata atau yang lazim disingkat Pokdarwis merupakan kelompok
masyarakat yang bertugas menjaga dan mengembangkan wisata. Pada pembentukannya,
Pokdarwis tidak lepas dari aturan yang dibuat oleh pemerintah. Artinya dari sini dapat
dilihat bahwa keberadaan Pokdarwis memiliki dasar hukum yang kuat.

Beberapa Dasar Hukum yang menjadi payung dalam Penyusunan Pedoman Kelompok
Sadar Wisata ini adalah sebagai berikut:

 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4966)
 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata
 Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM. 07/HK.001/MKP-
2007 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor PM. 17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi Pedoman Kelompok Sadar
Wisata | 9 dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
 Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.04/UM.001/MKP/08
tentang Sadar Wisata
  Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata no. 11 PM 17/PR.001/MKP/2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010-
2014

Sedangkan, tujuan dan sasaran penyusunan pedoman tujuan penyusunan pedoman


Pokdarwis adalah:

 Menyediakan pedoman dalam rangka pembentukan dan pembinaan Kelompok


Sadar Wisata yang dapat digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah maupun
masyarakat serta pihak-pihak terkait.
 Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kepariwisataan di daerahnya masing-masing.

Adapun sasaran yang hendak dicapai:

 Meningkatnya kualitas peran dan kontribusi Pokdarwis dalam mendukung


pembangunan kepariwisataan di daerahnya masing-masing.
 Meningkatnya kualitas pembinaan dan pemberdayaan Pokdarwis oleh pihak-pihak
terkait dalam mendukung pengembangan kepariwisataan di daerah

Maka dari itu, bagi desa wisata yang sedang mengembangkan destinasi, produk hukum
diatas menjadi pedoman yang akan dilakukan oleh Pemerintah Desa bersama Pokdarwis.

https://www.desabisa.com/aturan-pembentukan-pokdarwis/
Pembentukan POKDARWIS Desa Ngino

Sabtu (9/9/2017) bertempat di Pendopo Graha Widya Kirana Balai Desa Ngino diadakan
kegiatan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (PokDarWis) Desa Ngino. Kegiatan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Ngino ini dihadiri oleh segenap aparatur
pemerintah Desa Ngino, BPD, LPMD, Karang Taruna dan PKK serta alumni peserta
KKN PM Tahun 2017 Unirow Tuban.

Pada acara yang dilaksanakan pada malam hari ini Kepala Desa Ngino Wawan Hariyadi,
dalam sambutan menyampaikan bahwa ngino bisa menjadi destinasi wisata baru dengan
ikon andalan sumber air ngino yang menarik. Namun kepala desa juga menjelaskan,
meskipun pokdarwis dibentuk tetapi pembangunan destinasi wisata dengan ikon sumber
air Ngino masih belum sempurna dikarenakan keterbatasan dana. “Pembangunan
destinasi wisata sendang ngino masih dalam proses, sudah ada beberapa penambahan
fasilitas seperti pagar warna warni, spot selfi yang dibantu dari mahasiswa KKN dan
penambahan tempat duduk”, terang kepala desa visioner ini.

Diakhir acara dilaksanakan musyawarah pemilihan pengurus kelompok sadar wisata


Desa Ngino. Adapun susunan pengurus yang disepakati dalam rapat sebagai berikut :

Penasehat : Kepala Desa Ngino

Ketua : Hartomo

Wakil Ketua : Sumardi

Sekretaris : Zainal Masyhadi

Bendahara : Widarto

Seksi Keamanan dan Ketertiban : Sugeng, Salam, Winarko

Seksi Kebersihan : Dartik, Kasiyatun, Sumarti, Nurkayatin, Sumiati

Seksi Daya Tarik Wisata dan Keuangan : Nurhasim, Agib, Jilono

Humas  Pengembangan SDM : Ari Iswahyudi, Suliswanto, Bafi

https://ngino-semanding.desa.id/first/artikel/126
Program Kerja dan Struktur Pokdarwis Desa Wisata Beserta Dasar Hukumnya

Petunjuk Pokdarwis Wonderful Indonesia

Butonislandtarvelling.com - Kelompok sadar wisata yang selanjutnya disebut


Pokdarwis adalah lembaga ditingkat masyarakat desa yang anggotanya terdiri dari para
pelaku pariwisata yang memiliki kesadaran dan tanggungjawab serta berperan sebagai
penggerak dalam mendukung terciptanya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya sapta pesona dalam meningkatkan
pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan manfaatnya bagi kesejahteraan
masyarakat sekitar daerah wisata.

Sebagai lembaga yang bergerak di bidang usaha pariwisata, Pokdarwis memiliki


beberapa program kerja yang menjadi kegiatan selama satu periode kepengurusan.
Secara umum program kerja Pokdarwis yaitu :

1.  Mengembangkan dan melaksanakan kegiatan dalam rangka peningkatan


pengetahuan dan wawasan para anggota pokdarwis dalam bidang kepariwisataan.
2. Mengembangkan dan melaksanakan kegiatan dalam rangka peningkatan
kemampuan dan keterampilan para anggota dalam mengelola bidang usaha
pariwisata dan usaha terkait lainnya.
3. Mengbangkan dan melaksanakan kegiatan untuk mendorong dan memotivasi
masyarakat desa agar menjadi tuan rumah yang baik dalam mendukung kegiatan
kepariwisataan di daerahnya.
4. Mendorong dan memotivasi masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas
lingkungan dan daya tarik pariwisata di desa melalui upaya-upaya perwujudan
Sapta Pesona.
5. Mengumpulkan, mengolah dan memberikan pelayanan informasi kepariwisataan
kepada wisatawan dan masyarakat desa setempat.
6. Memberikan masukan-masukan kepada pemerinta desa, pemerinta daerah dan
pemerintah dalam mengembangkan kepariwisataan di desa setempat.

Saat ini salah satu Pokdarwis yang dinilai berhasil adalah Pokdarwis Dieng Pandawa,
yang dianggap berhasil dan menjadi contoh pemberdayaan masyarakat pariwisata yang
menghasilkan terbentuknya pokdarwis-pokdarwis lain di kawasan dieng.

Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kepariwisataan memiliki struktrur


organisasi. Struktur Pokdarwis terdiri dari dari : Pembina, Penasehat, Pimpinan dan
seksi-seksi dan anggota. Besarnya struktur organisasi Pokdaris biasanya juga ditentukan
oleh jumlah anggotanya yang disesuikan dengan acuan dan peraturan kelompok dalam
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Struktur pengurus Pokdarwis
dapat kita jabarkan sebaga berikut :

1. Pembina, unsur pembina ini dapat berasal dari Pemerintah Daerah atas nama Dinas
Pariwisata Kabupaten/Kota.

2. Penasehat, biasanya penasehat dipili dari tokoh masyarakat setempat yang dianggap
mampu dan dapat menjadi teladan. Karena ini di desa maka penasehat bisa Kepala
Desa atau unsur perangkat desa.

3. Pimpinan, unsur pimpinan ini terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekteraris dan
Bendahara

4. Seksi-Seksi. Masing-masing seksi Pokdarwis terdiri dari satu orang koordinator


dengan beberapa orang anggota. Seksi-seksi yang dapat dibentuk meliputi :

a. Keamanan dan Ketertiban

b. Kebersihan

c. Daya Tarik Wisata dan Kenangan

d. Hubungan Masyarakat dan Pengembangan SDM

e. Pengembangan Usaha       

Hubungan dan koordinasi kepengurusan Pokdarwis dilaksanakan secara intensif dan


diterjemahkan dalam suatu struktur organisasi yang sistematis, sehingga setiap pihak
dapat mengetahui jabaran tugas dan wewenang masing-masing dengan baik. Struktur
organisasi Pokdarwis tersebut dapat kita gambarkan sebagai  berikut :
Gambar Struktur Pokdarwis Desa Wisata
Adapun dasar hukum Pokdarwis yang menjadi payung dalam dalam penyusanan dan
pedoman Pokdarwis Desa Wisata di antaranya adalah :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4966.
3. Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata.
4. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM. 07/HK.001/MKP-
2007 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor PM. 17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
5. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.04/UM.01/MKP/08
tentang Sadar Wisata
6. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. 11 PM.17/PR.001/MKP/2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010-
2014.
7. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangkah Mengah Nasioanl (RJMN) tahun 2015-2019.

Adapun tujuan pembentukasn Pokdarwin Desa yang menjadi tujuan wisata ini adalah
sebagai berikut :

1. Meningkatkan posisi dan peran masyarakat sebagai subjek atau pelaku penting
dalam pembangunan pariwisata, serta dapat bersinergi dan bermitra dengan
pemangku kepentingan terkait dalam pembangunan keperiwisataan di daerah dan
desa.
2. Membangun dan menumbuhkkan sikap dan dukungan positif masyarakat sebagai
tuan rumah yang baik melalui perwujudan nilai-nilai Sapta Pesona bagi tumbuh
dan berkembangnya pariwisata di desa dan manfaatnya bagi pembangunan daerah
dan desa maupun kesejahteraan masyarakat.
3. Memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan potensi daya tarik wisata yang
ada di masing-masing daerah, atau desa.
BACA JUGA : Peran Pemandu wisata Dalam Pengelolaan Objek Wisata di Desa

Demikian info mengenai program kerja, struktur organisasi Pokdarwis dan dasar hukum
pembentukan dan pedomannya sertar tujuan pembentukan Pokdarwis di desa wisata.
Semoga bermanfaat dan dapat diaplikasikan di desanya masing-masing.

https://www.butonislandtravelling.com/2020/01/program-kerja-dan-struktur-pokdarwis-
beserta-dasar-hukumnya.html

Pembuatan SK Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)

Persyaratan

 SK Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) oleh Kepala Desa


 Proposal tentang gambaran umum dan potensi-potensi wisata serta seni budaya di
desa setempat disertai dengan foto
 Stempel Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
 Surat Permohonan Pengukuhan dari Ketua Pokdarwis mengetahui Kepala Dinas
Pariwisata

Sistem, Mekanisme dan Prosedur

 Bentuklah susunan organisasi dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang


ingin dibentuk.
 Tentukan destinasi wisata yang ada desa setempat.
 Mintalah / Buatlah Surat Keputusan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang
ditandatangani oleh Kepala Desa .
 Susunlah Proposal yang berisi tentang gambaran umum dan potensi-potensi
wisata dan seni budaya desa yang disertai foto
 Siapkan stempel Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
 Siapkan Surat Permohonan Pengukuhan yang ditandatangani Ketua Pokdarwis
dan dilengkapi dengan stempel Pokdarwis. Lampirkan Proposal yang sudah
dibentuk tadi untuk selanjutnya diserahkan kepada Kepala Dinas Pariwisata
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga melalui bidang Pariwisata untuk selanjutnya
ditandatangani.
 Berkas tersebut diserahkan kepada Bidang Pariwisata kemudian tunggu hingga
selesai dibuatkan SK Pengukuhan. Waktu pembuatan paling cepat yakni 1 hari
kerja, tergantung pada ada atau tidaknya Kepala Dinas di OPD yang
bersangkutan.

https://sipp.menpan.go.id/pelayanan-publik/jawa-timur/kabupaten-sumenep/pembuatan-
sk-pengukuhan-kelompok-sadar-wisata-pokdarwis

Anda mungkin juga menyukai