Anda di halaman 1dari 132

Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Jember

(Studi Kasus Strategi Pengembangan Wisata Pantai Puger Dalam


Meningkatkan Kunjungan Wisatawan)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akademik
dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata-1
Program Studi Administrasi Negara

OLEH :
IMROATU CHOIROH MASULA
NPM : 111308472

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA
2017

i
ii
iii
iv
MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu


dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
(Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11)

“Tidak ada yang lebih beruntung dari kita, ketika kita ingin lebih,
maka lihatlah di sekitarmu yang lebih banyak kurangnya”
(Mbaim)

“Stay Focused, Stay Positive, Stay Strong, Work Hard, Believe and Stay Cool gengss”
(gangbuntu)

v
PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta “Ibu Rukanah dan Bapak Paiso” yang telah

mendoakan dan memberikan kasih sayang serta pengorbananya selama ini.

2. Diri Saya Sendiri yang sudah berjuang selama bertahun – tahun untuk

mendapatkan Gelar S-1.

3. Almamater yang aku banggakan Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

vi
ABSTRAK

Objek wisata Pantai Puger berlokasi di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa


Timur. Pantai Puger 35 km arah barat laut Kota Jember dikenal sebagai tempat
pelelangan ikan, akan tetapi Pantai Puger ini mempunyai keindahan yang sangat
menarik dengan deburan ombak yang besar dapat pula digunakan untuk
berselancar. Potensi lain yang dapat dikembangkan yaitu Pulau Nusa Barong yang
letaknya tidak jauh dari Pantai Puger, Pengembangan objek wisata harus dilakukan
dengan lebih fokus dan berkelanjutan.
Rumusan dalam penelitian ini yaitu bagaimana strategi pengembangan wisata
pantai puger dalam meningkatkan wisatawan di Pemerintah Kabupaten Jember?
Sehingga tujuan penelitian adalah untuk menganalisis strategi pengembangan
wisata Pantai puger dalam meningkatkan wisatawan. Sumber data dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan
wawancara kepada pengelola wisata, masyarakat. Dinas terkait dan pengunjung
yang sedang berada di lokasi penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh dari
BPS, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Jember, perpustakaan dan internet,
Teknik analisis data yang digunakan menggunakan metode Analisis Deskriptif
sedangkan untuk memperoleh strategi pengembangan kepariwisataan
menggunakan analisis SWOT.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa objek wisata Pantai Puger dapat dikembangkan dengan
menggunakan aspek daya tarik, aspek aksesbilitas, aspek aktivitas dan fasilitas,
aspek sosial, ekonomi dan budaya dan aspek fisik. Selain itu output dari penelitian
ini yaitu menghasilkan kebijakan dan program yang dapat digunakan dalam
pengembangan destinasi wisata Pantai Puger.

Kata Kunci : Strategi Pengembangan, Analisis SWOT, Kebijakan

vii
ABSTRACT

Attractions Puger Beach in Jember District, East Java Province. Puger Beach
35 km northwest of the city of Jember known as a fish auction, will Puger Beach
has a very interesting beauty with a large waves also can be used for surfing.
Another potential that can be developed is the island of Nusa Barong is located not
far from Puger Beach, Development of attractions that must be done with more
focused and sustainable.
The formulation of this research is how is the strategy of puger beach tourism
development in increasing the tourists in Jember District Government? So the
purpose of the research is to analyze the strategy of puger beach tourism
development in increasing the tourists. Sources of data in this study are primary
data and secondary data. Primary data was obtained by conducting interviews to
tourism managers, the public. Related offices and visitors who are in the location
of research, while secondary data obtained from BPS, Department of Culture and
Tourism Kab. Jember, libraries and internet, data analysis techniques used using
Descriptive Analysis method while to obtain tourism development strategy using
SWOT analysis.
Based on the results of data analysis and discussion that has been done, it can
be concluded tourism object. Puger Beach can be developed using aspects of
attractiveness, accessibility aspects, aspects of activities and facilities, social,
economic and cultural aspects. In addition, the output of this research is the making
of policies and programs that can be used in the development of Puger Beach
tourism destination.
Keywords: Development Strategy, SWOT Analysis, Policy

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas

berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, akhirnya peneliti bisa menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Jember (Study Kasus Strategi Pengembangan Wisata Pantai Puger dalam

Meningkatkan Wisatawan)”. Skripsi yang peneliti ajukan ini merupakan salah

satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara Universitas 17

Agustus 1945 Surabaya.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut

dapat diatasi. Pada kesempatan ini pula, peneliti ingin menyampaikan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu, Ibu, Ibu dan Bapak tercinta terima kasih atas semangat, motivasi,

kasih sayang dan doa yang senantiasa diberikan yang sudah menginjinkan

untuk kuliah hingga kini dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Prof. Dr. drg. Hj. Ida Ayu Brahmasari, Dipl. DHE, MPA., selaku

Rektor Universitas 17 Agustus 1945

3. Bapak Prof. Dr. H. Agus Sukristyanto, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945

ix
4. Ibu Dr. Ayun Maduwinarti, MP., selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945

5. Bapak Dr. Joko Widodo, MS. selaku Dosen Pembimbing pertama yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya dan

memberikan arahan maupun saran serta semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Dr. Achludin Ibnu R.SH.MSi. selaku dosen pembimbing kedua saya yang

telah meluangkan waktu juga memberikan masukan-masukan dan

referensi dengan begitu sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Dosen-dosen pengajar Prodi Administrasi Negara Universitas 17 Agustus

1945 Surabaya, atas referensi tentang materi penelitian dan motivasinya

untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik atas

referensi tentang materi penelitian

9. Seluruh staff Tata Usaha yang telah membantu dalam administrasi dari

awal kuliah sampai akhir.

10. Kakak dan adek tersayang yang sudah memberikan dukungannya,

semangat dan doanya.

11. Keluargaku baik yang dekat maupun yang jauh yang telah mendukung

baik materi maupun non materi yang telah menemani dan mendukung

serta memberikan arahan dan saran .

12. Gengs Kos yang merupakan teman seperjuangan selama kuliah yang

selalu menemani, memberikan semangat dan pengertian.

x
13. Gang Buntu dan UKM KOPMA yang sudah menemani selama masa –

masa kuliah.

14. Kakak dan adek ku di Universitas 17 Agustus 1945 yang banyak

memberikan pengalaman, semangat dan dorongan hingga saat ini.

15. Dan semua teman-temanku yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu,

terimakasih dukungan dan semangatnya kawan.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari berbagai pihak guna menyempurnakan skripsi

ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi almamater

tercinta, serta bagi setiap pembaca pada umumnya.

Surabaya, 19 Juni 2017

Imroatu Choiroh Masula

xi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i
Tanda Persetujuan Skripsi ii
Tanda Pengesahan Skripsi iii
Surat Pernyataan Keaslian iv
Motto v
Persembahan vi
Abstrak vii
Kata Pengantar ix
Daftar Isi xii
Daftar Tabel xiv
Daftar Gambar xv
Daftar Grafik xvi
Daftar Lampiran xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Perumusan Masalah 13
1.3 Tujuan Penelitian 13
1.4 Manfaat Penelitian 13
1.5 Sistematika Penelitian 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Hasil Penelitian Terdahulu 16
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kebijakan Publik 21
2.2.2 Pembangunan 30
2.2.3 Konsep Strategi Pengembangan 34
2.2.4 Pariwisata dan Pengembangan Pariwisata 35
2.3 Kerangka Dasar Pemikiran 45

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Tipe Penelitian 46
3.2 Peran Peneliti 47
3.3 Fokus dan Lokus Penelitian 47
3.4 Sumber Data dan Tehnis Pengumpulan Data 47
3.5 Teknik Analisis Data 50
3.6 Keabsahan Data 53

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Profile Objek Penelitian 55
4.2 Visi dan Misi 64
4.3 Destinasi Wisata Pantai Puger 65
4.4 Kinerja Pengelolaan Wisata Pantai Puger 79
xii
4.5 Permasalahan Pengembangan Destinasi Wisata Pantai Puger 81
4.6 Strategi Pengembangan Destinasi Wisata Pantai puger 84
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 100
5.2 Saran 101

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel
2.1 Penelitian Terdahulu 20
3.1 Matriks Analisis SWOT 51
4.1 Data Pengunjung Di Wisata Pantai Puger 78
4.2 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 87
4.3 KAFI (kesimpulan Analisis Faktor Internal) 88
4.4 KAFE (Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal) 89
4.5 Faktor Kunci Strategi Pengembangan Wisata 96
4.6 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan 97

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.1 Logo Wonderful Indonesia 7
2.1 Tahap – Tahapa Perumusan Kebijakan 27
2.2 Analisis SWOT 35
2.3 Kerangka Pemikiran 45
4.1 Peta Kabupaten Jember 57
4.2 Mercusuar Pantai Puger 66
4.3 Pagar Beton Pemcah Ombak 68
4.4 Puger International Surf Exhibition 77

xv
DAFTAR GRAFIK

1.1 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang datang ke Jawa Timur 6


1.2 Data Pertumbuhan Kunjungan Wisata Di Kab. Jember Thn. 2010 10
4.1 Data Pengunjung Destinasi Wisata Pantai Puger 78

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara


Lampiran 2 : Potret Objek Penelitian
Lampiran 3 : Media Informasi

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pariwisata mempunyai peranan penting dalam upaya

pembangunan dan pengembangan suatu daerah. Bahkan pada beberapa

daerah menunjukkan bahwa industri pariwisata mampu mendongkrak daerah

tersebut dari keterbelakangan dan menjadikannya sebagai sumber pendapatan

utama. Pentingnya industri pariwisata dalam pembangunan dan

pengembangan suatu daerah, tidak terlepas dari kenyataan bahwa :

a. Pariwisata merupakan sektor jasa yang inheren dengan kehidupan

masyarakat modern. Semakin tinggi pendidikan dan ekonomi seseorang

atau masyarakat, maka kebutuhan terhadap pariwisata akan semakin besar

pula.

b. Pariwisata mempunyai kekuatan sinergetik karena keterkaitan yang erat

sekali dengan berbagai bidang dan sektor lainnya. Pariwisata akan

berkembang seiring dengan perkembangan transportasi, telekomunikasi,

sumberdaya manusia, lingkungan hidup dan lain sebagainya.

c. Tumpuan pariwisata sebagai kekuatan daya saing terletak pada sumber

daya yang terolah dengan baik.

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi untuk maju dan

berkembang di sektor pariwisata. Pariwisata memiliki peran penting dalam

peningkatan pendapatan suatu daerah atau negara. Selain itu, pariwisata juga

menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah ke

1
2

daerah lainnya. Industri pariwisata juga memberi andil dalam pembangunan

sosial dan ekonomi, baik itu di Negara maju maupun berkembang. Pariwisata

merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu yang didukung

berbagai fasilitas untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau

mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu

sementara (Ismayanti, 2010:3).

Pada tahun 2011, pariwisata di Indonesia menempati urutan kelima

dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi,

batubara, minyak kelapa sawit, serta karet olahan. Kekayaan alam dan budaya

merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Tempat-tempat

wisata di Indonesia didukung dengan warisan budaya yang mencerminkan

sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa

daerah. Sektor pariwisata dewasa ini yang merupakan salah satu sektor

industri terbesar di dunia yang merupakan andalan penghasil devisa di

berbagai negara. Sektor ini mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang

cepat dalam kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan mampu

mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan,

misalnya indutsri kerajinan tangan dan industri cinderamata,

penginapan/perhotelan, transportasi dan sebagainya (Wahab,1992:5). Negara

- negara seperti Thailand, Singapore, Filipina, Fiji, Maladewa, Hawai,

Kepulauan Karibia, dan lain-lain sangat tergantung pada devisa yang

didapatkan dari kedatangan wisatawan. Dengan pentingnya peranan


3

pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara, maka pariwisata

sering disebut sebagai akses pembangunan (passport to development). Data

dari World Trade Organization (WTO tahun 2004), kedatangan turis lokal

dan mancanegara memberi sumbangan pada GDP (Gross Domestic Product)

lebih dari 15% dan angka ini lebih besar lagi pada negara-negara yang

mencanangkan negara kunjungan wisata seperti Negara Malaysia dengan

slogan `Malaysia–Truly of Asia`. Pada tahun 2000 Indonesia pernah

mencanangkan Visit Indonesian Year yang menjadikan pariwisata sebagai

tulang punggung perekonomian negara, dan pada saat itu industri pariwisata

dapat memberi sumbangan sebesar 19.84% terhadap GDP (Gross Domestic

Product) negara tahun 2001 (Biro Pusat Statistik 2002). WTO melukiskan

bahwa salah satu dari delapan pekerja di dunia, kehidupannya tergantung

langsung atau tidak langsung dari pariwisata. Pada tahun 2001, pariwisata

telah menciptakan kesempatan kerja bagi 207 juta orang atau lebih dari 8

persen kesempatan kerja di seluruh dunia, dan diprediksikan menjadi mesin

penggerak dalam penciptaan lapangan kerja pada abad ke 21 (UNEP, 2002

dalam Pitana et al, 2005:2).

Perkembangan pariwisata yang pesat selama dasa warsa terakhir

ternyata tidak lepas dari efek negatif yang ditimbulkannnya. Disamping

kemampuannya dalam memberikan sumbangan yang berarti dari segi

ekonomi, pembangunan pariwisata yang hanya berorientasi pada segi eknomi

dan mengabaikan segi non ekonomi berupa lingkungan hidup dan budaya

masyarakat telah mengakibatkan terjadinya banyak kerusakan berupa


4

pencemaran lingkungan, budaya masyarakat, penggusuran, prostitusi dan

terpinggirkannya masyarakat disekitar obyek wisata. Pariwisata (ecotourism)

merupakan salah satu bentuk industry pariwisata yang belakangan ini menjadi

tujuan dari sebagian besar masyarakat. Pariwisata memberikan “suguhan”

kepada wisatawan berupa keindahan alam seperti air terjun, lembah, sungai,

panorama pegunungan,danau,keanekaragaman hayati dan pesona alami

lainnya seperti terumbu karang, pantai yang indah dan lain sebagainya.

Komponen utama dalam aktivitas pariwisata adalah obyek dan daya tarik

wisata.

Dalam upaya pengembangan pariwisata di Indonesia, pemerintah

membuat beberapa kebijakan tentang pariwisata, yaitu:

a. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

b. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan,

c. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan,

d. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata

Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan

Taman Wisata Alam,

e. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025,

f. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi

dan Sertifikasi Usaha Di Bidang Pariwisata,

g. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan,


5

h. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2000 tentang Badan Pengembangan

Pariwisata dan Kesenian,

i. Instruksi Presiden Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan pembangunan

Kebudayaan dan Pariwisata,

j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 tentang

Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat.

Dalam Undang – Undang nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan,

obyek dan daya tarik wisata meliputi keadaan alam, flora, fauna, serta hasil

karya manusia. Oleh karena itu, aktivitas pariwisata juga merupakan usaha

pemanfaatan berbagai bentuk sumber daya lingkungan, baik yang bersifat

fisik biotis maupun budaya. Pembangunan pariwisata bahari merupakan salah

satu sektor yang dapat diandalkan untuk meningkatkan Produk Domestik

Bruto (PDB). Tahun 2000 sektor pariwisata mampu memberikan kontribusi

sebesar Rp. 128,31 triliun atau sebesar 9,38% dari total PDB Indonesia yang

sebesar Rp. 1.368 triliun (Dimjati, 2003:68). Hal menarik yang patut

dikemukakan adalah bahwa pencapaian sebesar itu diperoleh melalui peranan

investasi kepariwisataan yang hanya mencapai 5,24% dari total investasi

nasional. Sementara itu, peranan dalam penyediaan lapangan kerja mencapai

7,36 juta orang atau 8,11% dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,8

juta.
6

Grafik 1.1 Jumlah Wisatawan Mancanegara yang datang ke Jawa Timur


Melalui Pintu Masuk Juanda tahun 2015 – 2017

Sumber: www.bps.go.id (diakses 25 Maret 2017)

Selama bulan Januari 2017 jumlah wisman di Jawa Timur dari pintu

masuk Juanda turun sebesar 19,88. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)

yang datang ke Jawa Timur melalui pintu masuk Juanda pada bulan Januari

2017 mencapai 17.157 kunjungan atau turun sebesar 19,88 persen dibanding

jumlah wisman bulan Desember 2016 yang sebanyak 21.415 kunjungan.

Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah

kunjungan wisman bulan Januari 2017 naik sebesar 46,97 persen. Pada bulan

Januari 2017 wisman terbesar berkebangsaan Malaysia, jumlahnya mencapai

3.129 kunjungan atau turun sebesar 42,42 persen, diikuti kebangsaan

Singapura 1.439 kunjungan atau turun 38,77 persen, dan kebangsaan

Tiongkok sebanyak 958 kunjungan atau turun 15,52 persen dibanding bulan

Desember 2016.

Dalam mendukung pariwisata nasional, pada tahun 2011 diluncurkan

slogan Wonderful Indonesia. Slogan ini merupakan, strategi baru dari


7

program Visit Indonesia yang telah diselenggarakan sejak tahun 2008.

Adapun, kata “wonderful” digunakan untuk mengkomunikasikan alam yang

luar biasa, budaya yang luar biasa, manusia yang luar biasa, makanan yang

luar biasa, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, Indonesia adalah sebuah

destinasi wisata yang luar biasa. Sedangkan konsep dari logo tersebut adalah:

Gambar 1.1 Logo Wonderful Indonesia

Sumber : www.kemenpar.go.id (diakses 25 Maret 2017)

Bentuk Logo yang mengambil konsep Garuda Pancasila sebagai dasar

Negara, dibalut dalam pengolahan yang modern,

1. Lima sila digambarkan dengan lima garis warna yang berbeda dan merupakan

simbol keberagaman Indonesia,

2. Logo yang diolah menjadi bentuk dan warna yang dinamis sebagai

perwujudan dari dinamika Indonesia yang sedang berkembang,

3. Jenis huruf dari Logo mengambil elemen - elemen otentik khas Indonesia

yang diberi sentuhan modern

Seiring dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah yang secara tegas menyatakan adanya


8

pengembangan otonomi daerah yang luas dari pemerintah pusat ke

pemerintah propinsi dan kabupaten/kota menyebabkan terjadinya

pengalokasian tugas, fungsi wewenang dan tanggung jawab pengelolaan

lingkungan yang selama ini terkonsentrasi di pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah, dimana peran dan keterlibatan masyarakat akan semakin

dominan.

Dalam upaya mengantisipasi peluang dan tantangan global, pemerintah

mengharapkan Indonesia ke depan dapat menjadi salah satu destinasi

pariwisata terbaik di dunia mengingat keunikan dan keragaman potensi

sumber daya alam dan budaya yang dimiliki. Hingga saat ini, upaya

pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dilakukan oleh para pelaku

(pemerintah, industri dan masyarakat) belum mencapai hasil maksimal.

Berbagai kendala yang mempengaruhi kondisi tersebut, antara lain

mekanisme operasional pelaksanaan pengembangan pariwisata berkelanjutan

yang multidisiplin dan multisektoral belum berjalan secara optimal dan

terpadu, serta belum adanya instrumen baku dan lengkap yang mendukung

kebijakan pariwisata berkelanjutan yang dapat mengakomodasi kepentingan

berbagai sektor baik dalam skala nasional, propinsi maupun kabupaten/kota.

Pergantian sistem pemerintahan dengan memberikan kewenangan lebih

luas kepada pemerintah daerah untuk mengelola kekayaan alamnya awal dari

perkembangan pariwisata di daerah. Kabupaten Jember merupakan sebuah

wilayah yang berada di ujung timur Pulau Jawa. Secara geografis wilayah ini

dikelilingi oleh pegunungan sehingga pada peta nampak seperti mangkuk.


9

Keadaaan alam yang banyak menyajikan pemandangan alam pegunungan,

pantai, dan perkebunan menjadikan Kabupaten Jember berpotensi besar

menjadi salah satu tempat untuk tujuan wisata. Pariwisata Jember dilihat dari

jenis objek wisatanya menyajikan objek wisata budaya dan objek wisata

alam. Objek wisata budaya antara lain, Petik Laut, Festival Pegon Hias,

Kesenian Reog, Musik Patrol dan Hadrah, serta Jember Fashion Carnaval;

sedangkan objek wisata alam antara lain, wisata perkebunan, wisata agro di

Rembangan, pesona pantai Paseban, Getem, Puger, Papuma, Watu Ulo,

Payangan, Rowo Cangak, Nanggelan dan Bandealit. Potensi wisata yang

begitu besar yang dimiliki daerah ini, menjadikan pemerintah Kabupaten

Jember berinisiatif untuk mengeluarkan Peraturan Daerah yang bisa dijadikan

landasan hukum bagi pengembangan kepariwisataan

Perkembangan pariwisata Kabupaten Jember mulai berkembang ketika

MZA. Djalal menjabat sebagai bupati selama dua periode yaitu 2005-2010

dan 2010-2015. Ketertarikan pemerintah daerah untuk lebih serius dalam

mengelola pariwisata, karena sektor pariwisata memberikan sumbangan

besar bagi pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini yang mendorong

pemerintah Kabupaten Jember lebih serius dalam mengelola pariwisata.

Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Jember dalam

mengelola pariwisata, di antaranya adalah membuat kebijakan yang menjadi

landasan hukum bagi pelaksanaan kegiatan pariwisata, mendirikan Kantor

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember beserta formatur

organisasi, merenovasi alun-alun sebagai simbol identitas Kota Jember,


10

pelebaran jalan administrasi di Kota Jember dan memperbaiki jalan-jalan

yang menuju area wisata di daerah pantai, serta membuka dan

mengoperasikan bandara udara Notohadinagara untuk mempermudah akses

kedatangan wisatawan ke Jember. Pembenahan infrastruktur ini diiringi

dengan strategi pemerintah daerah dalam memasarkan potensi wisata.

Melalui program Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ) pemerintah daerah

mempromosikan tempat- tempat wisata yang dimiliki Kabupaten Jember.

Program BBJ mulai digarap dan dilaksanakan pada 2007 yang berisi

rangkaian kegiatan dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Bangsa

Indonesia menjadi sarana promosi wisata Kabupaten Jember dengan

memperkenalkan potensi-potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Jember.

Kunjungan wisatawan yang mengalami peningkatan sebesar 534.955 orang,

mempengaruhi pertumbuhan perhotelan di Kabupaten Jember sebesar 7,24

%.

Grafik 1.2 Data Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Jember


Pada Tahun 2010 - 2014

Sumber : https://jemberkab.go.id (diakses 26 Maret 2017)


11

Dari data diatas, pertumbuhan kunjungan wisatawan yang datang ke

Kabupaten Jember dari tahun 2010 – 2014 mengalami peningkatan dan

mencapai lebih dari 800.000 pengunjung pada tahun 2014. Hal tersebut salah

satunya dipengaruhi oleh investor yang menanamkan modalnya ke

Kabupaten Jember, sehingga dapat meningkatkan fasilitas dan sarana

prasarana wisata di Jember. Beberapa investor besar antara lain PT Sanyo

Sales, PT Indosat Tbk, PT Semen Puger Jaya Raya Sentosa, PT G’seeds, PT

Indonesia Indah Tobbaco Citra Niaga, PT Carrefour, dan PT Giant Express.

Total jumlah investasi yang ditanam sebesar Rp 217,336 miliar, dengan

penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.523 orang. Sedangkan untuk daerah

pinggiran pembangunan pariwisata di Kabupaten Jember memberikan

pengaruh bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat, terutama masyarakat

di sekitar tempat wisata itu berdiri, yaitu peluang usaha di luar sektor

pertanian dan perikanan. Peluang usaha dari pembangunan pariwisata di

daerah pesisir sangat berpengaruh bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Dengan demikian dampak adanya pembangunan pariwisata

sangat dirasakan oleh masyarakat sebagai bentuk peluang usaha di luar sektor

perikanan

Salah satu yang menjadi dampak yaitu kawasan Kecamatan Puger yang

mempunyai beberapa wisata yang sebenernya tidak kalah menarik dibanding

wisata lainnnya yang ada di Jember. Tapi saat ini pengembangan wisata di

daerah tersebut dirasa belum dilakukan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat

dari wisata yang letaknya disekitar pantai puger yang tidak berkembang dan
12

bahkan terkesan terbengkalai. Pengembangan pariwisata merupakan program

jangka panjang dan tidak lepas dari upaya pelestarian alam dan lingkungan

hidup serta budaya masyarakat setempat. Dengan demikian maka strategi

pengembangan pariwisata harus berorientasi pada upaya melibatkan

masyarakat baik dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan yang pada akhirnya akan dapat diwujudkan pengembangan

pariwisata yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Kurang suksesnya pengembangan Wisata Puger selama ini tidak terlepas dari

kurang tepatnya strategi kebijakan yang diterapkan. Kebijakan pemerintah

Kabupaten Jember selama ini hanya terfokus pada pemberian kemudahan

dalam perijinan, pembangunan sarana dan prasarana masih kurang.

Kebijakan tersebut hanya berpihak pada mereka yang memiliki dana (modal)

tanpa memperhatikan keterlibatan masyarakat setempat. Tidak dilibatkannya

masyarakat setempat sebagai agen-agen pengembangan pariwisata

mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan dan kendala yang mau

atau tidak mau harus dihadapi oleh pemerintah Kabupaten jember.

Berdasarkan observasi sementara yang dilakukan peneliti, terdapat beberapa

masalah yang ada di kawan wisata Pantai Puger, diantaranya adalah:

a. Kurangnya frekuensi dan intensitas sosialisasi yang dilakukan oleh

Pemerintah mengakibatkan program yang telah direncanakan tidak dipahami

dan didukung oleh masyarakat setempat.

b. Adanya perambahan dan perusakan kawasan pesisir pantai.

c. Sampah yang berasal dari laut.


13

d. Adanya kesenjangan antara masyarakat lokal dan pendatang, sebagai akibat

dari kebijakan yang meletakkan masyarakat lokal sebagai obyek dan bukan

sebagai subyek pengembangan pariwisata.

Berawal dari masih kurang optimalnya pengembangan Wisata Puger,

maka penelitian ini akan menganalisis strategi pemerintah kabupaten Jember

dalam mengembangkan Wisata Pantai Puger sehingga dapat meningkatkan

wisatawan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana disebutkan sebelumnya,

Maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana strategi pengembangan

wisata Pantai Puger dalam meningkatkan wisatawan di Pemerintah

Kabupaten Jember?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk menformulasikan dan menganalis strategi

pengembangan wisata Pantai Puger dalam meningkatkan wisatawan di

Pemerintah Kabupaten Jember

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan bahan studi banding

guna meningkatkan wawasan dan pola pikir juga sebagai sarana untuk
14

menerapkan apa yang penulis terima diperkuliahan dengan kenyataan

yang sebenarnya dengan demikian diharapkan dapat berguna bagi peneliti,

masyarakat dan mahasiswa.

2. Bagi Fakultas

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi dokumentasi karya ilmu

pengetahuan terutama pada bidang administrasi negara dalam lingkup

kebijakan publik. Fakultas dapat memperkaya pengetahuan bagaimana

teori yang ada dapat diterapkan secara praktis di lapangan.

3. Bagi Pemerintah Kabupaten Jember

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan oleh para

pembuat kebijakan dalam upaya meningkatkan wisatawan di Kabupatern

Jember, khususnya di Wisata Puger.

1.5 Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN, Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematikan dalam penulisan penelitian.

BAB II : KERANGKA TEORI, Pada bab ini diuraikan tentang penelitian

terdahulu, teori – teori yang digunakan dalam penelitian yaitu kebijakan

publik, pembangunan, strategi pengembangan, dan pengembangan

pariwisata, diuraikan juga kerangka pemikiran yang dibuat peneliti.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, Pada bab ini diuraikan tentang tipe

penelitian, peran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknis pengumpulan

data, teknis analisis data yang digunakan dan keabsahan data.


15

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN, Pada bab ini

diuraikan tentang deskripsi objek penelitian dan pembahasan dari data yang

telah diperoleh.

BAB V : PENUTUP : Pada bab ini diurakan tentang kesimpulan penelitian,

saran, dan rekomendasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Joice Betsy Mahura, Eko Sri Wiyono dan Daniel R. Monintja

melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kebijakan Pengembangan

Wisata Bahari (Kasus Pulau Tagalaya Dan Pulau Kumo Di Kabupaten

Halmahera Utara (Policy Analysis Of Marine Tourism Development Case (Of

Tagalaya And Kumo Islands In North Halmahera District). Penelitan ini

dilaksanakan pada kawasan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di

Kabupaten Halmahera, Provinsi Maluku Utara dan dilaksanakan selama

enam bulan mulai dari Juni–Februari 2010. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kasus, dengan objek kasus adalah kegiatan

pariwisata oleh masyarakat yang berada pada daerah objek wisata Pulau

Tagalaya dan Pulau Kumo di Kabupaten Halmahera Utara. Data yang

dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Jumlah responden

sebanyak 27 orang. Sumber data berasal dari kantor Dinas Perikanan

Kabupaten Halmahera Utara, Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara,

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten dan Kantor Statistik

Kabupaten. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

analisis deskriptif, analisis potensi wisata, analisis SWOT, analisis Hirarki

Proses (AHP). Hasil dari penelitiannya yaitu pengembangan wisata bahari

berdampak positif bagi masyarakat, tetapi kemampuan pengelolaan wisata

bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo oleh masyarakat selama ini masih

16
17

rendah. Sehingga perlu dukungan pemerintah dan stakeholders lainnya dalam

pembagian peran pengelolaan wisata bahari secara proposional dan

profesional diantara masing-masing pihak.

Azarine Hana Bastiyani dan Ira Safitri juga melakukan penelitian pada

tahun 2003 dengan judul Arahan Pengembangan Pariwisata Di Kecamatan

Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah.

Metode pengumpulan data yaitu survey primer dan sekunder. Survey primer

berupa observasi lapangan, penyebaran kuesioner kepada responden dan

wawancara tidak terstruktur kepada pihak yang terlibat dan survey sekunder

yaitu memperoleh data dari instansional terkait, dalam hal ini adalah Dinas

Kepariwisataan dan Kebudayaan Kabupaten Barito Selatan dan studi

kepustakaan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis

proyeksi pengunjung hingga tahun 2033, analisis karakteristik dan minat

wisatawan, kualitas sumberdaya manusia menggunakan software SPSS,

analisis BCG. hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi penawaran dan

permintaan sudah seimbang dan potensial untuk dikembangkan sebagai

kawasan wisata. Setelah dianalisis menggunakan metode di atas, kemudian

dilakukan analisis SWOT untuk mengetahui strategi yang nantinya akan

menjadi arahan pengembangan yang ada di setiap SKP yang ada di SWP

Dusun Selatan.

Muchtar Wisnu Wardoyo dan Bahtarudin melakukan penelitian pada

tahun 2003 dengan judul penelitiannya Kebijakan Pengembangan

Kepariwisataan (Studi Kasus Perumusan Kebijakan Desa Wisata di Desa


18

Ketenger, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas). Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif. pengambilan data diperoleh dari

masyarakat yang tinggal di sekitar daerah teresbut. pengumpulan data

dilakukan dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. dalam pemilihan

sampel yaitu secara purposive sampling dan snow ball. analisis data dengan

model analisis interaktif. dan responden libatkan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 78 responden. hasil penelitian yang didapatkan yaitu Keterlibatan

masyarakat dalam proses perumusan kebijakan Desa Wisata dapat dikatakan

tinggi dan berjalan secara demokratis, Tingkat sumbangan pemikiran

masyarakat yang dapat dijadikan agenda juga cukup tinggi. Prospek

perkembangan Desa Wisata juga sangat menjanjikan, Pejabat pemerintah

tingkat kabupaten sampai desa mempunyai sikap yang sama.

Penelitian selanjutnya diakukan oleh Devi Valeriani pada tahun 2005

dengan judul Kebijakan Pengembangan Pariwisata Di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Analisis SWOT dan Input Output. Hasil penelitian yaitu Kebijakan

Pengembangan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung difokuskan

pada pengembangan kawasan wisata unggulan, perwilayahan pariwisata,

Nilai IDP sektor-sektor pariwisata memiliki daya penyebaran di atas rata-rata,

Nilai IDK sektor pariwisata ternyata sektor hotel dan sektor jasa hiburan dan

rekreasi kemampuannya mendorong sektor hilir masih berada di bawah rata-

rata derajat kepekaan, Berdasarkan IDP dan IDK sektor pariwisata ini
19

memiliki kemampuan menarik dan mendorong pertumbuhan output sektor-

sektor lainnya dalam perekonomian daerah.

Penelitian selanjutnya berjudul Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Berbasis Kemaritiman pada tahun 2015 dilakukan oleh Arfandi dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. responden yaitu bersal dari Sekretariat

Daerah, Kepulauan Anambas, Kepala Dinas Pariwisata Kepulau Anambas,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kepulauan Anambas Pengelola

Pariwisata, Masyarakat Anambas. Teknik pengumpulan data yaitu dengan

observasi, wawancara, kuesioner, dan dukoumenatsi. Analisis Data yang

digunakan yaitu redukasi data, penyajian data dan penyimpulan data. hasil

dari penelitian tersebut yaitu Lemahnya standar kebijakan dalam mencapai

sasaran dari pembangunan pariwisata tersebut berdampak pada tidak

tersedianya SOP dan Kebijakan pengembangan pariwisata di anambas masih

belum mengarah kepada pengembangan pariwisata maritim.


20

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dibuat tabel seperti berikut :


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Penelitian Metode yang digunakan Hasil Penelitian
Peneliti
1 Joice 2010 Analisis Sumber data : Data primer  Pengembangan wisata
Betsy Kebijakan dan sekunder. Responden bahari berdampak
Mahura, Pengembangan sebanyak 27 orang. metode positif
Eko Sri Wisata Bahari analisis data : analisis  Kemampuan
Wiyono (Kasus Pulau deskriptif, analisis potensi pengelolaan wisata
dan Tagalaya Dan wisata, analisis SWOT, bahari masih rendah
Daniel R. Pulau Kumo Di analisis Hirarki Proses
Monintja Kabupaten (AHP).
Halmahera Utara
2 Azarine 2003 Arahan Sumber data : Data primer  kondisi penawaran dan
Hana Pengembangan dan sekunder. permintaan sudah
Bastiyani Pariwisata Di Metode analisis data : seimbang potensial
dan Ira Kecamatan Dusun analisis proyeksi untuk dikembangkan
Safitri Selatan, pengunjung hingga tahun sebagai kawasan
Kabupaten Barito 2033, analisis karakteristik wisata
Selatan Propinsi dan minat wisatawan,
Kalimantan kualitas sumberdaya
Tengah manusia menggunakan
software SPSS, analisis
BCG.
3 Muchtar 2003 Kebijakan Penelitian dengan  Keterlibatan
Wisnu Pengembangan pendekatan kualitatif. masyarakat dalam
Wardoyo Kepariwisataan pengumpulan data : proses perumusan
dan (Studi Kasus observasi, dokumentasi, kebijakan Desa Wisata
Bahtarudi Perumusan dan wawancara. pemilihan dapat dikatakan tinggi
n Kebijakan Desa sampel yaitu secara dan berjalan secara
Wisata di Desa purposive sampling dan demokratis,
Ketenger, snow ball.  Tingkat sumbangan
Kecamatan analisis data : analisis pemikiran masyarakat
Baturraden, interaktif. dan responden yang dapat dijadikan
Kabupaten sebanyak 78 responden agenda juga cukup
Banyumas). tinggi
4 Devi 2005 Kebijakan Metode analisis : Analisis  Kebijakan
Valeriani Pengembangan SWOT dan Input Output. Pengembangan
Pariwisata Di difokuskan pada
Provinsi pengembangan
Kepulauan kawasan wisata
Bangka Belitung unggulan,
perwilayahan
pariwisata
 Berdasarkan IDP dan
IDK sektor pariwisata
ini memiliki
kemampuan menarik
dan mendorong
pertumbuhan output
sektor-sektor lainnya
dalam perekonomian
daerah.
21

5 Arfandi 2015 Kebijakan pendekatan kualitatif.  Lemahnya standar


Pengembangan Teknik pengumpulan data : kebijakan dalam
Pariwisata observasi, wawancara, mencapai sasaran dari
Berbasis kuesioner, dan pembangunan
Kemaritiman dukoumenatsi. Analisis pariwisata tersebut
Data : redukasi data, berdampak pada tidak
penyajian data dan tersedianya SOP dan
penyimpulan data. Kebijakan
pengembangan
pariwisata di anambas
masih belum mengarah
kepada pengembangan
pariwisata maritim.
Sumber : Diolah peneliti, 2017

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Kebijakan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang

pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Carl J Federick

sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008:7) mendefinisikan kebijakan

sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok

atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-

hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap

pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan

tertentu.

Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan beberapa pedoman

sebagai berikut :

a. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi


22

c. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

d. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan

e. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

f. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun

implisit.

g. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

h. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan

yang bersifat intra organisasi

i. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-

lembaga pemerintah

j. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17)

mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a purposive course of action

followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of

concern” (Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti

dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan suatu masalah tertentu). Berdasarkan pendapat berbagai ahli

tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-

tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh

seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur

keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada guna

mencapai maksud dan tujuan tertentu.


23

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup

berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum,

dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat

bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah

daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan

keputusan bupati/walikota. Secara terminologi pengertian kebijakan publik

(public policy) itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita

mengartikannya. Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Budi

Winarno (2002: 17) mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang

mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan.

Kebijakan publik itu harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang

lain misalnya kebijakan swasta. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-

faktor bukan pemerintah. Robert Eyestone sebagaimana dikutip Leo Agustino

(2008:6) mendefinisikan kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit

pemerintah dengan lingkungannya”. Menurut Woll sebagaimana dikutip

Tangkilisan (2003:2) menyebutkan bahwa kebijakan publik ialah sejumlah

aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara

langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan

masyarakat. Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau

tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu.

Sholichin Abdul Wahab sebagaimana dikutip Suharno (2010: 16-19) dengan


24

mengikuti pendapat dari Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan

beberapa alasan mengapa kebijakan publik penting atau urgen untuk

dipelajari, yaitu:

a. Alasan Ilmiah

Kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan

yang luas tentang asal-muasalnya, proses perkembangannya, dan

konsekuensi-konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat

dipandang sebagai variabel terikat (dependent variable) maupun sebagai

variabel independen (independent variable). Kebijakan dipandang sebagai

variabel terikat, maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor politik dan

lingkungan yang membantu menentukan substansi kebijakan atau diduga

mempengaruhi isi kebijakan piblik. Kebijakan dipandang sebagai variabel

independen jika fokus perhatian tertuju pada dampak kebijakan tertuju pada

sistem politik dan lingkungan yang berpengaruh terhadapo kebijakan publik.

b. Alasan professional

Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menetapkan

pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-

masalah sosial sehari-hari.

c. Alasan Politik

Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah

dapat menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula.

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks

karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh
25

karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji

kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik

kedalam beberapa tahap. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William

Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 32-34) adalah sebagai

berikut :

a) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat

masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke

agenda kebijakan para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu

masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan

menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan

tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b) Tahap formulasi kebijakan

Maslaah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian

dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari

berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options)

yang ada. Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing

untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan

masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor akan bersaing dan berusaha

untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.


26

c) Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga

atau putusan peradilan.

d) Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika

program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-

badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.

Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan

yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap

implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa

implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors),

namun beberapa yang lain munkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e) Tahap evaluasi kebijakan

Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,

unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang

diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh

karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar

untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah

mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum.

Secara singkat, tahap – tahap kebijakan adalah seperti gambar dibawah

ini;
27

Gambar 2.1 Tahap – Tahap Perumusan Kebijakan


Penyusunan kebijakan

Formulasi kebijakan

Adopsi kebijakan

Implemantasi kebijakan

Evaluasi kebijakan

Sumber: William Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 32-34)

Hal pemting yang turut diwaspadai dan selanjutnya dapat diantisipasi

adalah dalam pembuatan kebijakan sering terjadi kesalahan umum. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan adalah:

a) Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar

Tidak jarang pembuat kebijakan harus memenuhi tuntutan dari luar atau

membuat kebijakan adanya tekanan-tekanan dari luar.

b) Adanya pengaruh kebiasaan lama

Kebiasaan lama organisasi yang sebagaimana dikutip oleh Nigro disebutkan

dengan istilah sunk cost. Kebiasaan lama tersebut sering secara terus-menerus

pantas untuk diikuti, terlebih kalau suatu kebijakan yang telah ada tersebut

dipandang memuaskan.
28

c) Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi

Berbagai keputusan/kabijakan yang dibuat oleh para pembuat

keputusan/kebijakan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Sifat

pribadi merupakan faktor yang berperan besar dalam penentuan

keputusan/kebijakan.

d) Adanya pengaruh dari kelompok luar

Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan/kebijakan juga berperan

besar.

e) Adanya pengaruh keadaan masa lalu

Maksud dari faktor ini adalah bahwa pengalaman latihan dan pengalaman

sejarah pekerjaan yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan

kebijakan/keputusan. Misalnya,orang mengkhawatirkan pelimpahan

wewenang yang dimilikinya kepada orang lain karena khawatir

disalahgunakan (Suharno: 2010: 52-53).

Menurut Suharno (2010: 22-24), ciri-ciri khusus yang melekat pada

kebijakan publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu dirumuskan.

Ciri-ciri kebijakan publik antara lain:

a) Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan

daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan.

Kebijakan-kebijakan publik dalam system politik modern merupakan suatu

tindakan yang direncanakan.

b) Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkait

dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-
29

pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang berdiri sendiri.

Kebijakan tidak cukupmencakup keputusan untuk membuat undang-undang

dalam bidang tertentu, melainkan diikuti pula dengan keputusan-keputusan

yang bersangkut paut dengan implementasi dan pemaksaan pemberlakuan.

c) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan

pemerintah dalam bidang tertentu.

d) Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, munkin pula negatif,

kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak

bertindak atau tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah

dimana justru campur tangan pemerintah diperlukan.

Banyak pakar yang mengajukan jenis kebijakan publik berdasarkan

sudut pandang masing-masing. James Anderson sebagaimana dikutip

Suharno (2010: 24-25) menyampaikan kategori kebijakan publik sebagai

berikut:

a. Kebijakan substantif versus kebijakan procedural

Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan

dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural adalah

bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan.

b. Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan

redistributive

Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan

pada masyarakat atau individu. Kebijakan regulatori merupakan kebijakan

yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau


30

kelompok masyarakat. Sedangkan, kebijakan redistributif merupakan

kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-

hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat.

c. Kebijakan materal versus kebijakan simbolik

Kebijakan materal adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber

daya komplet pada kelompok sasaran. Sedangkan, kebijakan simbolis adalah

kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran.

d. Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public goods) dan

barang privat (privat goods)

Kebijakan public goods adalah kebijakan yang mengatur pemberian barang

atau pelayanan publik. Sedangkan, kebijakan privat goods adalah kebijakan

yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.

2.2.2 Pembangunan

Sejak tahun 1970 pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Sejak

tahun tersebut muncul pandangan baru yaitu tujuan utama dari usaha-usaha

pembangunan ekonomi tidak lagi menciptakan tingkat pertumbuhan GNP

yang setinggi-tingginya, melainkan penghapusan atau pengurangan tingkat

kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, dan penyediaan

lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang (Todaro

2004: 21). Sesuai dengan tujuan pembangunan tersebut pembangunan suatu

negara boleh dikatakan tidak berhasil apabila tidak dapat mengurangi

kemiskinan, memperkecil ketimpangan pendapatan serta menyediakan

lapangan kerja yang cukup bagi penduduknya. Untuk mengukur keberhasilan


31

pembangunan tidak cukup hanya menggunakan tolok ukur ekonomi saja

melainkan juga harus didukung oleh indikator-indikator sosial (non

ekonomi), antara lain seperti tingkat melek huruf, tingkat pendidikan,

kondisi-kondisi dan kualitas pelayanan kesehatan, kecukupan akan

kebutuhan perumahan Selanjutnya menurut Todaro, ada tiga nilai inti dari

pembangunan yaitu:

1. Kecukupan yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan dasar

(basic needs) yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan

keamanan.

2. Jati diri, menjadi manusia seutuhnya, yaitu diartikan sebagai adanya

dorongan-dorongan dari diri sendiri untuk maju , untuk menghargai diri

sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak melakukan atau mengejar sesuatu.

3. Kebebasan dari sikap menghamba, kemerdekaan atau kebebasan di sini

hendaknya diartikan secara luas sebagai kemampuan untuk berdiri tegak

sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek- aspek materiil dalam

kehidupan

Lebih lanjut Todaro menyatakan bahwa pembangunan harus dipandang

sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan

mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

nasional, di samping mengejar akselarasi pertumbuhan ekonomi, penanganan

ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan.

Menurut Sen dalam Ackerman (1998: 154-155) berpendapat bahwa

kapabilitas untuk dapat berfungsi (capabilities to function) adalah yang paling


32

menentukan status miskin atau tidaknya seseorang. Selanjutnya menurut Sen,

pertumbuhan ekonomi dengan sendirinya tidak dapat dianggap sebagai tujuan

akhir. Pembangunan haruslah lebih memperhatikan peningkatan kualitas

kehidupan yang dijalani dan kebebasan yang dinikmati. Dengan demikian

tingkat kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat pendapatan atau bahkan

dari utilitas seperti pemahaman konvensional; yang paling penting bukanlah

apa yang dimiliki seseorang ataupun kepuasan yang ditimbulkan dari barang-

barang tersebut, melainkan apakah yang dapat dilakukan oleh seseorang

dengan barang- barang tersebut. yang berpengaruh terhadap kesejahteraan

bukan hanya karakteristik komoditi yang dikonsumsi, seperti dalam

pendekatan utilitas, tetapi manfaat apa yang dapat diambil oleh konsumen

dari komoditi-komoditi tersebut. (Todaro, 2004: 22) mengatakan bahwa

keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 nilai pokok, yaitu :

1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya (basic needs),

2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia,

dan

3. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from

servitude).

Sementara itu Swasono (2004:13) dalam bukunya berjudul

Kebersamaan dan Asas Kekeluargaan mengatakan Pembangunan ekonomi

berdasarkan Demokrasi Ekonomi adalah pembangunan yang partisipatori dan

sekaligus emansipatori. Selanjutnya Swasono mengatakan bahwa


33

pembangunan ekonomi bukan saja berarti kenaikan pendapatan, tetapi juga

kenaikan pemilikan (entitlement). Pembangunan ekonomi bukan hanya

koelie yang naik upah / gajinya, tetapi adalah meningkat / meluasnya

pemartabatan, pengingkatan nilai-tambah ekonomi dan sekaligus nilai

tambah sosial-kultural, sang koelie menjadi mitra usaha dalam system triple

co, yaitu co-owwnership (ikut memiliki), codetermination (ikut

menggariskan wisdom) dan co-responsibility (ikut bertanggungjawab).

Dengan demikian: “Development is social progress. Development is growth

and resdistribution., Development is expansion of people’s partici- pation

and emancipation, development is expansion of people’s creativity,

development is people’s entitlement. Development produces economic

added- value and at once socio-cultural added- value as well".

Menurut Human Development Report (2000: 3) menyatakan:

“Development should begin with the fulfillment of the basic material needs of

an individual including food, clothing, and shelter, and gradually reach the

highest level of self-fulfillment. The most critical form of self-fulfillment

include leading a long and healthy life, being educated, and enjoying a decent

standard of living. Human development is a multidimensional concept

comparising four demension, economic, social-psyhological, political and

spiritual”. Oleh karena itu pembangunan manusia tidak hanya mencakup

pemenuhan kebutuhan pokok saja, melainkan merupakan konsep

multidemensi; yaitu gabungan antara 4 demensi; demensi ekonomi, sosial-

psichologi, politik dan spiritual.


34

2.2.3 Konsep Strategi Pengembangan

Menurut Nawawi (2005:147) secara etimologis (asal kata) penggunaan

kata strategi dalam manajemen sebuah organisasi diartikan sebagai kiat, cara,

dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen, yang terarah pada tujuan organisasi. Berbicara

tentang strategi tidak dapat dipisahkan dari pengertian manajemen strategik.

Menurut Siagian (2011:15) manajemen strategik adalah serangkaian

keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan

diimplementasikan oleh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi tersebut. Menurut Fred David (2009:5) manajemen

strategik dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam

merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-

keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai

tujuannya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam proses manajemen strategi terdiri

atas tiga tahap, yaitu:

a. perumusan strategi

b. penerapan strategi

c. penilaian strategi

Tahap dalam proses manajemen strategik meliputi pengembangan visi

dan misi, analisis SWOT, pencarian strategi alternatif, dan pemilihan strategi.

Analisis SWOT adalah indentifikasi secara sistematis untuk merumuskan

strategi perusahaan, termasuk strategi pemasaran. Analisis ini didasarkan


35

logika yang dapat memaksimalkan strengths (kekuatan), opportunities

(peluang), weaknesses (kelemahan), dan threats (ancaman). Proses

pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian strategic

planner (Perencana Strategis) harus menganalisis faktor-faktor strategis

perusahaan (Kekuatan, Peluang, Kelemahan, dan Ancaman) dalam kondisi

aktual saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Berikut merupakan

diagram analisis SWOT:

Gambar 2.2 Analisis SWOT

Sumber:http://4.bp.blogspot.com (diakses 29 Maret 2017)

2.2.4 Pariwisata dan Pengembangan Pariwisata

2.2.4.1 Konsep Pariwisata

Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang

wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain

aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung

melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998:23). Sebagaimana diketahui bahwa


36

sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat

penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan

salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat dan devisa negara.

Definisi wisatawan menurut Norval (Yoeti, 1995:90) adalah setiap

orang yang datang dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap

atau bekerja di situ secara teratur, dan yang di Negara dimana ia tinggal

untuk sementara itu membalanjakan uang yang didapatkannya di lain

tempat. Sedangkan menurut Soekadijo (2000:66), wisatawan adalah

pengunjung di Negara yang dikunjunginya setidak-tidaknya tinggal 24 jam

dan yang datang berdasarkan motivasi:

1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senabg, berlibur, untuk

alas an kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.

2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.

3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau

sebagai utusan (ilmiah, administrative, diplomatik, keagamaan, olahraga

dan sebagainya).

4. Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau ia tinggal kurang dari 24 jam.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 9 tentang

kepariwisataan, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan.

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut

yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

objek dan daya tarik wisata.


37

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan

wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997:100).

a. Foreign Tourist (Wisatawan asing) adalah Orang asing yang melakukan

perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan

merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut

juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

b. Domestic Foreign Tourist adalah Orang asing yang berdiam atau

bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan

wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan

Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda,

tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).

c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara) adalah Seorang warga negara

suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah

negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga

negara Indonesia yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba.

Wisatawan ini disingkat wisnus.

d. Indigenous Foreign Tourist adalah Warga negara suatu negara tertentu,

yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke

negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya

sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan

di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan


38

melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan

kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

e. Transit Touris adalaht Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke

suatu Negara tertentu yang terpaksa singgah pada suatu

pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

f. Business Tourist adalah Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan

bisnis bukan wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah

tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan

sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.

2.2.4.2 Konsep Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk

mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya

pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang

berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan

pengembangan pariwisata. (Swarbrooke 1996;99) Terdapat beberapa jenis

pengembangan, yaitu :

1. Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun atraksi di situs yang tadinya

tidak digunakansebagai atraksi.

2. Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah

digunakan sebagai atraksi.

3. Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang

dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat


39

atraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebihluas, dengan meraih pangsa

pasar yang baru.

4. Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk

meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya

pengeluaran sekunder oleh pengunjung.

5. Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang

berpindah dari satu tempatke tempat lain dimana kegiatan tersebut

memerlukan modifikasi bangunan dan struktur.

Dalam pengembangan pariwisata diperlukan aspek-aspek untuk

mendukung pengembangan tersebut. Adapun aspek-aspek yang

dimaksudkan adalah sebagai berikut:

1. Aspek Fisik

Menurut UU RI No. 23 Tahun 1997 dalam Marsongko (2001),

lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang

mempengaruhi kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia

serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk dalam lingkungan fisik

berdasarkan olahan dari berbagai sumber, yaitu :

a. Geografi meliputi luas kawasan DTW, Luas area terpakai, dan juga batas

administrasiserta batas alam.

b. Topografi merupakan bentuk permukaan suatu daerah khususnya

konfigurasi dan kemiringan lahanseperti dataran berbukit dan area


40

pegunungan yang menyangkut ketinggian rata-rata dari permukaan laut, dan

konfigurasi umum lahan.

c. Geologi yang penting dipertimbangkan termasuk jenis materialtanah,

kestabilan, daya serap, serta erosi dan kesuburan tanah.

d. Klimatologi Termasuk temperatur udara, kelembaban, curah hujan,

kekuatan tiupan angin, penyinaranmatahari rata-rata dan variasi musim.

e. Hidrologi termasuk di dalamnya karakteristik dari daerah aliran sungai,

pantai dan laut seperti arus, sedimentasi, abrasi.

f. Visability Menurut Salim (1985;2239), yang dimaksud dengan visability

adalah pemandangan terutama dari ujung jalan yang kanan-kirinya

berpohon (barisan pepohonan yang panjang).

g. Vegetasi dan Wildlife Daerah habitat perlu dipertimbangkan untuk menjaga

kelangsungan hidup vegetasi dan kehidupan liar untuk masa sekarang dan

akan datang. Secara umum dapat dikategorikansebagai tanaman tinggi,

tanaman rendah (termasuk padang rumput) beserta spesies-spesies flora dan

fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan,

produksi,konservasi maupun komersial.

2. Aspek Daya Tarik Pariwisata

Dapat berkembang di suatu tempat pada dasarnya karena tempat

tersebut memiliki daya tarik, yang mampu mendorong wisatawan untuk

datang mengunjunginya. Gunn (1979;50) menyebutkan“…a thing or

feature which draws people by appealing to their desires, taste, etc.

Especially an interesting or amusing exhibitionwhich ‘draws’ crowds”.


41

Gunn (1979;48) juga berpendapat bahwa “attraction are the on-location

places in region that not only provide the things for tourist to see and do but

also offer the lure to travel”. Menurut Inskeep (1991;77) daya tarik dapat

dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Natural attraction: berdasarkan pada bentukan lingkungan alami.

b. Cultural attraction : berdasarkan pada aktivitas manusia.

c. Special types of attraction: atraksi ini tidak berhubungan dengan kedua

kategori diatas, tetapi merupakan atraksi buatan seperti theme park, circus,

shopping. Yang termasuk dalam natural attraction diantaranya iklim,

pemandangan, flora dan fauna serta keunikan alam lainnya. Sedangkan

cultural attraction mencakup sejarah, arkeologi, religi dan kehidupan

tradisional.

3. Aspek Aksesibilitas

Salah satu komponen infrastruktur yang penting dalam destinasi

adalah aksesibilitas. Aksesibilitas menurut Bovy dan Lawson

(1998;107),“… should be possible by public transport and bicycle trails, by

pedesterian paths (from neighborhoods) and by cars (mainly families,with

an average of three persons/car)”. Akses yang bersifat fisik maupun non

fisik untuk menuju suatu destinasi merupakan hal penting dalam

pengembangan pariwisata. Aspek fisik yang menyangkut jalan,

kelengkapan fasilitas dalam radius tertentu, frekuensi transportasi umum

dari terminal terdekat.Menurut Bovy dan Lawson (1998;202), jaringan jalan

memiliki dua peran penting dalam kegiatan pariwisata, yaitu :


42

a. Sebagai alat akses, transport komunikasi antara pengunjung atau wisatawan

dengan atraksi rekreasi atau fasilitas.

b. Sebagai cara untuk melihat-lihat (sightseeing) dan menemukan suatu tempat

yang membutuhkan perencanaan dalam penentuan pemandangan yang

dapat dilihat selama perjalanan.

Pada peran kedua, menunjukan aspek non fisik yang juga merupakan

faktor penting dalammendukung aksesibilitas secara keseluruhan, dapat

berupa keamanan sepanjang jalan, danwaktu tempuh dari tempat asal

menuju ke destinasi.Lebih lanjut Bovy dan Lawson (1998;203) membagi

jalan untuk kepentingan wisatawan menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Jalan Utama yang menghubungkan wilayah destinasi utama dengan jaringan

jalan nasional atau jalan utama di luar kawasan.

b. Jalan Pengunjung, yaitu jalan sekunder yang biasanya beraspal (makadam)

ataupun gravel yang menghubungkan dengan fasilitas wisata yang spesifik

seperti resort , hotel yang terpisah,restoran atau atraksi rekreasi lainnya.

c. Sirkuit Pengunjung, untuk kegiatan melihat-lihat dengan pemandangan

yang menarik disepanjang jalannya.

4. Aspek Aktivitas dan Fasilitas

Dalam pengembangan sebuah objek wisata dibutuhkan adanya

fasilitas yang berfungsi sebagai pelengkap dan untuk memenuhi berbagai

kebutuhan wisatawan yang bermacam-macam. Menurut Bukart dan Medlik

(1974;133), fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat

menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi


43

ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi

wisata. Pada intinya, fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan

mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang

dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi. Di samping itu,

fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya disertai

dengan keramahtamahan yang menyenangkan wisatawan, dimana

keramahtamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi

wisata. Bovy dan Lawson (1977;9) menyebutkan bahwa fasilitas adalah

atraksi buatan manusia yang berbeda dari daya tarik wisata yang lebih

cenderung berupa sumber daya.

5. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya

Dalam analisa sosial ekonomi membahas mengenai mata pencaharian

penduduk, komposisi penduduk, angkatan kerja, latar belakang pendidikan

masyarakat sekitar, dan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah. Hal ini

perlu dipertimbangkan karena dapat menjadi suatu tolak ukur mengenai

apakah posisi pariwisata menjadi sektor unggulan dalam suatu wilayah

tertentu ataukah suatu sektor yang kurang menguntungkan dan kurang

selarasdengan kondisi perekonomian yang ada. Selanjutnya adalah

mengenai aspek sosial budaya, dimana aspek kebudayaan dapatdiangkat

sebagai suatu topik pada suatu kawasan. Dennis L. Foster menjelaskan

mengenai Pengaruh Kebudayaan (cultural influences) sebagai berikut :

“Para pelaku perjalanan tidak membuat keputusan hanya berdasarkan pada

informasi pemrosesan dan pengevaluasian.Mereka juga dipengaruhi oleh


44

faktor kebudayaan, masyarakat, dan gaya hidupnya. Kebudayaanitu

cenderung seperti pakaian tradisional dan kepercayaan pada suatu

masyarakat, religi, atau kelompok etnik (ethnic group)”.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan

dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Strategi pengembangan disusun atas dasar analisa lingkungan

serta visi, misi, dan tujuan. Analisa lingkungan meliputi analisa lingkungan

internal dan lingkungan eksternal. Dengan menggabungkan antara analisa

lingkungan serta visi, misi, dan tujuan maka dapat dirumuskan rencana

strategis yang nantinya akan dijadikan pedoman kedepan.

Untuk membuat strategi pengembangan wisata Pantai Puger, yang

perlu dilakukan yaitu menganalisa faktor pendukung dan penghambar

pengembangan wisata Pantai Puger, sehingga akan dapat meningkatkan

wisatawan yang berkunjung. Untuk lebih memperjelas kerangka berfikir ini,

akan peneliti sajikan dalam bentuk gambar, seperti dibawah ini.


45

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Objek Wisata Pantai Puger

Kinerja Pengelolaan
Wisata Pantai Puger

Analisis SWOT

Strategi Pengembangan
Wisata Pantai Puger

Sumber : Dikelola Peneliti (2017)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini, masalah yang terjadi di kawasan Pantai Puger

yaitu belum optimalnya pengembangan wisata, sehingga tujuan peneliti yaitu

untuk menganalisis strategi yang dapat digunakan Pemerintah Kabupaten

Jember dalam mengembangkan wisata Pantai Puger.

Dengan demikian, Tipe Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

mengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada

masalah proses dan makna dengan mendeskripsikan sesuatu masalah.

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau

menggambarkan kenyataan dari kejadian suatu masalah atau keadaan atau

peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk

mengungkapkan fakta dan data.

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yan digunakan pada penelitian ini

dimaksudku untuk memperoleh informasi mengenai kebijakan dan program

– progam yang dijalankan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember dimana yang

tujuannya dalam rangka mengembangkan wisata di Kabupaten Jember,

khususnya di Pantai Puger. Selain itu, pendekatan kualitatif diharapkan dapat

diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan

pengembangan wistaanya.

46
47

3.2 Peran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

penelitian kualitatif. Peran peneliti di lapangan sangat penting dan diperlukan

secara optimal. Peneliti merupakan salah satu instrument kunci yang secara

langsung mengamati, mewawancarai dan mengobservasi obyek yang diteliti.

3.3 Fokus dan Lokus Penelitian

 Fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu menentukan strategi

pengembangan Wisata Pantai Puger Kabupaten Jember dalam meningkatkan

wisatawan yang berkunjung.

 Lokus penelitian dalam penelitian ini yaitu di Wisata Pantai Puger Kabupaten

Jember dan pengambilan data dilakukan pada bulan April 2017 – Mei 2017.

3.4 Sumber Data Dan Tehnis Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah semua data dan informasi yang

diperoleh dari para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci

dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti, yaitu strategi

pengembangan wisata Pantai Puger dalam meningkatkan wisatawan. Selain

itu diperoleh dari hasil dokumentasi yang menunjang terhadap data yang

berbentuk kata-kata tertulis maupun tindakan.

3.4.1 Sumber data

Dalam peneliyian ini, peneliti akan mengeksplorasi jenis data kualitatif

yang berkaitan dengan masing – masing fokus penelitian yang sedang

diamati. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
48

sekunder. Sumber data adala para informan yang memberikan informasi yang

dibutuhkan peneliti.

a. Data Primer

Kata – kata dan tindakan dari orang yang diwawancarai atau yang

diamati merupakan sumber data utama dalam penelitian ini. Jenis penelitian

ini diambil dari data tertulis, rekaman, atau pengambilan foto. Pencatatan

sumber data ini melalui wawancara dan pengamatan serta merupakan hasil

gabungan dari melihat, mendengarkan dan bertanya. Jawaban dari pertanyaan

yang dilontarkan pada subjek penelitian dicatat sebagai data utama ditambah

dengan hasil pengamatan dari tindakan subjek penelitian di kawasan wisata

Pantai Puger.

Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung di Wisata Pantai

Puger, Kabupaten Jember dan melakukan wawancara secara langsung dengan

Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Jember, pengelola wisata Pantai Puger, masyarakat sekitar, pengunjung yang

memahami kondisi pariwisata Wista Pantai Puger. Wawancara ini dilakukan

untuk memperoleh data dan informasi mengenai kondisi Pariwisata di

Kabupaten Jember, khususnya di Pantai Puger.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak yang tidak

berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dalam

penelitian ini adalah dokumen – dokumen yang terkait dengan kebijakan

Pemerintah Kabupaten Jember dalam mengembangkan wisata Pantai Puger.


49

Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Stastistik, Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Jember, perpustakaan, dan internet.

3.4.2 Teknis Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Observasi

Metode observasi yaitu “cara pengumpulan data yang dilakukan

secara sistematis dan sengaja, diawali dengan mengadakan pengamatan

dan pencatatan atas gejala yang sudah diteliti dengan melibatkan diri

dalam latar yang sedang diteliti.

Penelitian menggunakan metode observasi untuk mengetahui secara

langsung apa yang terdapat di lapangan tentang bagaimana strategi

pengembangan wisata Pantai Puger dalam meningkatkan wisatawan.

2. Wawancara

Menurut Siswanto (2011:58) Wawancara adalah cara pengumpulan

data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden secara langsung.

Peneliti mengadakan tanya jawab dengan para informan untuk

memperoleh data mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan masalah

pembahasan skripsi ini dalam hal melakukan wawancara digunakan

pedoman pertanyaan yang disusun berdasarkan kepentingan masalah yang

diteliti.

Metode ini mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk suatu

tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendapat secara


50

lisan langsung dari seseorang atau informan. Sesuai dengan rencana yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus, maka pedoman

wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya

memuat garis besar yang diwawancarai. Teknik wawancara yang

digunakan untuk memcari faktor internal dan eksternal di kawasan wisata

Pantai Puger. wawancara juga digunakan untuk mengetahui kinerja

pengelolaan wisata dan mencari masalah yang terjadi.

3. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:206) Metode dokumentasi

adalah mencari data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dalam

penelitian ini, dokumentasi diperoleh dari arsip kegiatan pada saat

pencarian data di lapangan atau di lokasi penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data yang digunakan yaitu :

1. Analisis deskriptif, digunakan untuk mengkaji potensi wisata, dan persepsi

masyarakat dan kondisi wisata terhadap strategi pengembangan wisata

Pantai Pugerr.

2. Analisis SWOT, digunakan untuk memilih alternatif strategi kebijakan

pengembangan wisata Pantai Puger. Data yang diperoleh kemudian

dianalisa dan dikaji dengan cara menganalis faktor lingkungan internal

(kekuatan, kelemahan) dan faktor lingkungan eksternal (peluang,

ancaman) yang ada, atau dengan menggunakan analisis SWOT.


51

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelmeahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Diagram

SWOT dapat dilihat pada gambar dibawah, yaitu :

Gambar 3.1 Analisis SWOT

Sumber:http://4.bp.blogspot.com (diakses 29 Maret 2017)

Keterangan gambar :

 Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. perusahan

telah mimiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus idterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Grouth oriented

strategy)

 Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahan ini

masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi usaha (produk/pasar)


52

 Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,

akan tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Stategi yang harus diterapkan adalah meminimalkan masalah internal

perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

 Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaam tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal.

Analisa SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi

alternatif (Freddy Rangkuti ( 2001 : 31 ))

1) Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

seluruh peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi ST

Adalah strategi dalam mengunakan kekuatan yang dimiliki oleh

perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3) Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4) Strategi WT

Strategi ini didasarkan kepada kegiatan yang bersifat difensif dan berusaha

menghindari ancaman.
53

Adapun matrik alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1

dibawah, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Matrik SWOT Analisis

IFAS Strength (S) Weakness (W)


Tentukan faktor Tentukan faktor
kekuatan internal kelemahan internal
EFAS
Opportunity (O) Strategi SO Strategi WO
Tentukan faktor Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang
peluang eksternal yang menggunakan meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan untuk
memanfaatkan memanfaatkan peluang
peluang
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Tentukan faktor Ciptakan strategi Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal yang menggunakan meminimalkan
kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman
Sumber : Freddy Rangkuti ( 2001 : 31 )

3.6 Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.

Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting.

Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat

tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan

dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330).

Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi

dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
54

kualitatif (Moleong, 2007:29). Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan

pada penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dengan isi

dokumen yang berkaitan.


BAB IV

DESKRIPSI OBJEK, PENYAJIAN DATA, DAN PEMBAHASAN

4.1 Profile Objek Penelitian

4.1.1 Letak geografis Kabupaten Jember

Jember adalah sebuah wilayah kabupaten yang merupakan bagian dari

wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jember berada di lereng

Pegunungan yang dan Gunung Argopuro membentang ke arah selatan sampai

dengan Samudera Indonesia. Dalam konteks regional, Kabupaten Jember

mempunyai kedudukan dan peran yang strategis sebagai salah satu Pusat

Kegiatan Wilayah (PKW). Provinsi Jawa Timur yang meliputi Wilayah

Hinterland Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten

Situbondo. Secara administratif, wilayah Kabupaten Jember berbatasan

dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo di sebelah utara,

Kabupaten Lumajang di sebelah barat, Kabupaten Banyuwangi di sebelah

timur, dan di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia.

(www.wikipedia.org diakses pada tanggal 06 Mei 2017)

Keberadaan Kabupaten Jember secara geografis memiliki posisi yang

sangat strategis dengan berbagai potensi sumber daya alam yang potensial,

sehingga banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang menarik untuk

digali dan dikaji. Tentang nama Jember sendiri dan kapan wilayah ini diakui

keberadaannya, hingga saat ini memang masih belum diperoleh kepastian

fakta sejarahnya. Hari jadi bagi suatu daerah sangatlah penting dan mendasar,

55
56

karena menandai suatu awal pemerintahan sehingga dapat dijadikan ukuran

waktu bagi daerah kapan mulai berpemerintahan? Sementara ini untuk

menentukan hari jadi Kabupaten Jember berpedoman pada sejarah

pemerintahan kolonial Belanda, yaitu berdasarkan pada Staatsblad nomor 322

tanggal 9 Agustus 1928 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929 sebagai

dasar hukumnya

Jember memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 - 3.330

mdpl. Iklim Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara

23oC - 32oC. Bagian selatan wilayah Kabupaten Jember adalah dataran

rendah dengan titik terluarnya adalah Pulau Barong. Pada kawasan ini

terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah

administratif Kabupaten Banyuwangi. Bagian barat laut (berbatasan dengan

Kabupaten Probolinggo adalah pegunungan, bagian dari Pegunungan Iyang,

dengan puncaknya Gunung Argopuro (3.088 m). Bagian timur merupakan

bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai

antara lain Sungai Bedadung yang bersumber dari Pegunungan Iyang di

bagian Tengah, Sungai Mayang yang persumber dari Pegunungan Raung di

bagian timur, dan Sungai Bondoyudo yang bersumber dari Pegunungan

Semeru di bagian barat.


57

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Jember

Sumber : www.jemberkab.com diakses pada 30 April 2017

4.1.2 Sejarah Kabupaten Jember

Kabupaten Jember Pada tahun 1928 Jember merupakan wilayah

hamparan lahan pertanian dan perkebunan yang amat subur. Kemajuan

perusahaan perkebunan masa itu membuat Belanda banyak mengeruk

keuntungan. Salah seorang pemilik perusahaan perkebunan yang banyak

dikenang dan dikagumi pada saat itu adalah George Bernie. Bernie adalah

merupakan pimpinan perusahaan perkebunaNV.Landbauw Maaschappij Out

Djember yang memulai usahanya sekitar tahun 1850. Perkebunan milik

Bernie mempunyai banyak buruh yang berlokasi di Jember Utara dan lereng

Pegunungan Argopuro. Bernie menikah dengan wanita lokal suku Madura

bernama Djemilah yang makamnya terletak di tengah sawah jalan raya

Jember - Maesan (Kabupaten Bondowoso). Untuk mengenang jasa – jasa


58

maka tempat yang subur tersebut tersebut diberi nama Djember yang

merupakan singkatan dari Djemilah dan Bernie. Kabupaten Jember dibentuk

berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 dan sebagai dasar

hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia Belanda

telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah

desentralisasi di wilayah Provinsi Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk

Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri

sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum

Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21

Agustus 1928. Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi dalam

tujuh Wilayah Distrik, pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya

Staatsblad No. 46/1941 tanggal 1 Maret 1941 Wilayah Distrik dipecah

menjadi 25 Onderdistrik, yaitu:

 Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi, dan Arjasa,

 Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe,

dan Sukowono,

 Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli, dan

Jenggawah,

 Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari, dan

Tempurejo,

 Distrik Tanggul meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru, dan Bangsalsari,


59

 Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong Gumukmas, dan

Umbulsari,Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu, dan

Balung.

4.1.3 Demografi Kabupaten Jember

Mayoritas penduduk Kabupaten Jember terdiri atas suku Jawa dan suku

Madura, dan sebagian besar beragama Islam. Selain itu terdapat warga

Tionghoa dan Suku Osing. Rata rata penduduk Jember adalah masyarakat

pendatang. Suku Madura dominan di daerah utara dan Suku Jawa didaerah

selatan dan pesisir pantai. Bahasa Jawa dan Madura digunakan di banyak

tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Jember menguasai dua bahasa

daerah tersebut dan juga saling pengaruh tersebut memunculkan beberapa

ungkapan khas Jember. Percampuran kedua kebudayaan Jawa dan Madura di

Kabupaten Jember melahirkan satu kebudayaan baru yang bernama budaya

Pendalungan. Masyarakat Pendalungan di Jember mempunyai karakteristik

yang unik sebagai hasil dari penetrasi kedua budaya tersebut. Kesenian Can

Macanan Kaduk merupakan satu hasil budaya masyarakat Pendalungan yang

masih bertahan sampai sekarang di kabupaten Jember. Jember berpenduduk

2.529.967 jiwa dengan kepadatan rata- rata 787,47 jiwa/km2.

(www.jemberkab.bps.go.id diakses pada tanggal 06 Mei 2017)

4.1.4 Potensi Daerah Jember

Jember dengan perkembangan usaha ditunjang potensi daerahnya

memberikan pertumbuhan jenis usaha, terutama dalam peningkatan ekonomi

di dunia perdagangan. Penyebaran usahanya dapat dikategorikan berdasarkan


60

golongan perusahaan, bentuk badan hukum, pola pembinaan dan

persebarannya sendiri merata pada tiap-tiap kecamatan. Kegiatan

perdagangan lainnya yang juga dicakup adalah kegiatan perdagangan non

domestik atau perdagangan ekspor. Volume dan nilai ekspor dirinci menurut

jenis komoditas yang diekspor terdiri dari produksi hortikultura, perkebunan,

batu, dan mebel. Disamping itu pula realisasi nilai ekspor banyak diantaranya

adalah dari sektor khususnya sektor pertanian, pertambangan dan sektor

industri. Diantara potensi daerah Jember yang masih memberi peluang luas

bagi para pengembang perekonomian, diantaranya adalah:

 Potensi Pertambangan

 Serabut Kelapa dari Jember yang telah Mendunia

 Sangkar Burung Sukowono dengan Khas Motifnya

 Batik jember Rambah Mancanegara

 Handycraft Balung yang Mendunia

 Handy Craft Gedebok Pisang

4.1.5 Ekonomi Kabupaten Jember

Perkembangan perekonomian Jember dapat dilihat dari indikator

besaran product domestic regional bruto (PDRB). Kontribusi terbesar dalam

membentuk PDRB Kabupaten Jember pada tahun 2009 – 2010 adalah sektor

pertanian, yang secara meyakinkan menyumbang berturut-turut 43,7% dan

41,4% dari total PDRB. Keberhasilan sektor ini tidak terlepas dari potensi

alam dan lahan yang subur yang telah menjadikan Jember sebagai lumbung

padi di Jawa Timur. Selanjutnya, sektor yang menjadi penyumbang tertinggi


61

terhadap PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor

jasa-jasa. Besarnya kontribusi dari sektor ini didukung dengan peran dan

fungsi Kota Jember sebagai pusat kegiatan wilayah yang melayani Kabupaten

Jember, Bondowoso dan Situbondo. Pertumbuhan ekonomi secara umum di

Kabupaten Jember menunjukkan tren pertumbuhan ekonomi yang terus

menaik, pada kisaran 6,04%, dimana pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh

sektor perdagangan, hotel dan restoran (9,48%) diikuti sektor bangunan

(8,91%) dan sektor industri pengolahan (8,37%).

(www.jemberkab.go.id/ekonomi-daerah diakses pada tanggal 06 Mei 2017)

Di Jember terdapat banyak area perkebunan, sebagian besar

peninggalan Belanda. Perkebunan yang ada dikelola oleh Perusahaan

nasional PTP Nusantara, Tarutama Nusantara (TTN), dan Perusahaan daerah

yaitu PDP (Perusahaan Daerah Perkebunan). Jember terkenal sebagai salah

satu daerah penghasil tembakau utama di Indonesia. Tembakau Jember

adalah tembakau yang digunakan sebagai lapisan luar/kulit cerutu. Di pasaran

dunia tembakau Jember sangat dikenal di Brehmen, Jerman dan Belanda.

4.1.6 Perdagangan dan Industri

Sektor perdagangan diarahkan kepada penciptaan iklim usaha yang

kondusif, terbukanya peluang usaha, perlindungan konsumen, ketersediaan

dan terjangkaunya kebutuhan pokok masyarakat. Keberhasilan pembangunan

urusan perdagangan dicerminkan oleh indikator-indikator diantaranya adalah

penerbitan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan

(TDP) dan Tanda Daftar Gudang (TDG). Pembangunan industri


62

berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi serta mampu

memberikan nilai tambah, utamanya pada bahan baku, penyerapan tenaga

kerja dan memperluas kesempatan berusaha, menambah devisa serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4.1.7 Kelautan dan Perikanan

Dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas dan pelestarian

sumberdaya kelautan dan perikanan telah dirumuskan beberapa program dan

kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan yang mengarah pada upaya

meningkatkan produksi dan produktivitas, kelayakan dalam pengembangan

unit produksi yang berskala ekonomi, efisiensi meningkatkan nilai tambah

serta mendukung pembangunan pedesaan dan perekonomian daerah.

Terdapat 4 (empat) sentra pendaratan ikan yang ada di Kab. Jember yaitu

Puger, Ambulu, Gumukmas dan Kencong. Kondisi produksi perikanan

tangkap di Kab. Jember pada umumnya masih rendah. Kalau dilihat dengan

potensi sumberdaya laut yang ada masih dapat digali dan ditingkatkan jauh

lebih besar.

4.1.8 Perkebunan

Pembangunan bidang perkebunan diarahkan pada pengembangan

perkebunan yang berbasis komoditas unggulan. Hal ini dimaksudkan agar

harga jual dari produk perkebunan yang dihasilkan petani tetap memiliki nilai

jual yang tinggi sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan

petani.
63

4.1.9 Produksi Perusahaan

Perkembangan produk usaha di Jember tidak bisa dilepaskan begitu

saja dengan keberadaan Industri Pengolahan yang turut bertumbuh. Industri

ini bersama-sama dalam olah kerjasama menjadi mitra Pemerintah Jember

untuk menjadikan Jember lebih maju. Dalam hal perkembangan produk yang

dihasilkannya, industri ini dikelompokkan berdasarkan klasifikasinya.

Diantara produk yang dihasilkan diantaranya adalah:

 Industri makanan, minuman, dan tembakau.

 Tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki.

 Barang dari kayu dan hasil hutan lainnya.

 Kertas dan barang cetakan.

 Pupuk kimia dan barang dari karet.

 Semen dan barang galian non logam..

 Alat angkutan, mesin, dan peralatannya.

 Barang Lainnya.

4.1.10 Kehutanan

Pembangunan sektor kehutanan difokuskan pada pemanfaatan sumber

daya hutan secara optimal guna penyelamatan hutan, tanah dan air yang

diarahkan pada kebijakan pengembangan hutan rakyat serta peningkatan daya

saing produksi kehutanan sehingga diharapkan dapat mereduksi terjadinya

degradasi hutan dan menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. Kegiatan Gerakan

Penghijauan dan Gerakan Menanam Pohon menarik minat masyarakat untuk


64

membudidayakan tanaman kayu-kayuan. Hal ini terlihat dari jumlah tegakan

kayu rakyat dan luas areal tanaman hutan rakyat.

4.1.11 Pertanian

Pertanian sebagai salah satu urusan prioritas, pada saat ini masih

memiliki peran yang strategis dan memberikan kontribusi yang dominan bagi

pembangunan baik sebagai penghasil bahan pangan, bahan baku industri,

bahan baku ekspor, devisa negara, sumber pendapatan masyarakat,

pendapatan asli daerah serta penyerap tenaga kerja. Peningkatan produksi

pertanian yang dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Jember dapat dilihat dari

produksi pertanian tanaman pangan, tanaman sayuran dan holtikultura.

4.2 Visi dan Misi Kabupaten Jember

Kabupaten Jember dalam meningkatkan kinerja daeranya, mempunyai

visi “Terbentuknya masyarakat Jember yang kreatif, sejahtera, agamis

dan bersahabat.” Dalam mencapai visi tersebut, Pemerintah merumuskan

misi sebagai berikut :

1) Mewujudkan peningkatan aksesibilitas pelayanan pendidikan dan kesehatan

yang berkualitas dan terjangkau,

2) Mengedepankan partisipasi dan menumbuh kembangkan kreatifitas

masyarakat dalam pembangunan,

3) Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang mengarah pada peningkatan

kualitas hidup masyarakat.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember tahun periode

2014 – 2019, mempunyai visi “Terwujudnya Kabupaten Jember sebagai


65

daerah tujuan wisata yang bertumpu pada nilai agama, budaya dan

berwawasan lingkungan demi peningkatan ekonomi masyarakat” dan

Misinya yaitu :

1) Merencanakan, mengembangkan, memasarkan dan memperkenalkan potensi

kepariwisataan jember di tingkatlokal, nasional dan internasional.

2) Mempersiapkan, mengembangkan dan meningkatkan sarana prasarana dan

infrastuktur untuk mendukung keberadaan potensi dan daya tarik wisata di

kabupaten jember.

3) Meningkatkan kualitas SDM baik internal maupun eksternal dalam bidang

kepariwisataan untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dan stake holder

4.3 Destinasi Wisata Pantai Puger

4.3.1 Daya Tarik Wisata Pantai Puger

1. Panorama alam yang indah

Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Pantai Puger yang berlokasi

di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur. Pantai Puger 35 km arah barat

laut Kota Jember dikenal sebagai tempat pelelangan ikan, akan tetapi Pantai

Puger juga mempunyai keindahan yang sangat menarik dengan deburan

ombak yang besar dapat pula digunakan untuk berselancar. Potensi alam yang

dimiliki kawasan wisata Pantai Puger sangat mendukung sebagai salah satu

tempat wisata di Kabupaten Jember. Wisata Pantai Puger juga bersebelahan

dengan Pantai kucur. Wisatawan dapat melihat segerombolan Kera Merah

yang suka bercanda dengan wisatawan apalagi melihat membawa buah-

buahan atau makanan, konon ada cerita Kera Merah tersebut tidak boleh
66

disakiti apalagi dibunuh karena akan mendatangkan malapetaka. Wisatawan

yang ingin mengunjungi Pantai Kucur dapat menggunakan sampan yang

disediakan oleh masyarakat setempat dengan waktu tempuh 10 menit.

Sebelum memasuki Pantai Puger , terdapat mercusuar yang baru dibangun

tahun 2017 ini.

Gambar 4.2 Mercusuar Pantai Puger

Sumber : diambil peneliti, pada tanggal 06 Mei 2017

Mercusuar ini menjadi salah satu sport foto di Pantai Puger,

disekitarnya biasa digunakan oleh para pengunjung yang kebanyakan muda-

mudi untuk sekedar melepas lelah sambil menikmati pemandangan pantai

dan pegunungan. Di lokasi wisata dapat digunakan sebagai area camping

bagi para wisatawan, karena tempatnya yang luas. Pada area itupun banyak

berdiri warung-warung yang menyediakan makanan atau sekedar cemilan

bagi para pengunjung yang kebetulan beristirahat disitu.


67

Yang menarik di Wisata Pantai Puger yaitu lokasinya berdekatan

dengan Pulau Nusa Barong yang hanya bisa dijangkau dengan menggunakan

kapal, jika dari Puger sekitar 2-3 jam. Pulau Nusa Barong yang memiliki

keanekaragaman hayati (biodiversity) yang lengkap sebagai cagar alam

memiliki pesona wisata yang unik dan khas. Pantai ini merupakan satu

deretan dengan laut kidul/ Samudra Indonesia sehingga sumber pangan yang

banyak tersedia yaitu jenis ikan dan sumber daya laut lainnya. tidak heran jika

Desa puger sendiri terkenal dengan kampung nelayan. disekitar pantai

dikelilingi pegunungan watangan, dan gunung sadeng yang terkenal sebagai

penghasil baru kapur berkualitas utama sehingga menambah daya tarik

sendiri untuk dikunjungi. Pulau Nusa Barong cocok buat yang punya hobby

mancing karena perairan di sisi sebelah dalam airnya cukup tenang untuk

bersantai sambil menunggu umpan disantap ikan, pengunjung juga bisa

menyewa perahu Nelayan berlayar ke pulau Nusa Barong untuk sensasi

memancing yang lebih menantang.

Wilayah daratan Puger merupakan lahan subur yang sebelumnya adalah

hutan yang menjadi lahan pertanian dan perkebunan yang produktif dari masa

ke masa. berkaitan dengan tempat wisata, Bapak Lihin selaku pengelola

Tempat WIsata mengatakan bahwa:

“Masyarakat lokal yang akan membangun, memiliki dan mengelola


langsung fasilitas wisata dan pelayanannya, sehingga masyarakat
diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan ekonomi.
Ketika pada saat musim paceklek nelayan dapat memanfaatkan
perahunya untuk di gunakan pariwisata ke pantai Kucur, disana
potensi wisatanya bagus wisatawan dapat menikmati keindahan pesisir
68

laut selatan di pantai itu," (diwawancarai di Lokasi Pintu Masuk


Pantai Puger pada tanggal 07 Mei 2017)
Di sekitar Pantai Puger terdapat Pelawangan (pintu). Di namakan

pelawangan karena tempat keluar masuknya para nelayan yang mencari ikan

, dan di pelawangan inilah tempat bertemunya air tawar dan air asin , selain

itu di pelawangan ini juga terkenal berbahaya karena besarnya ombak banyak

memakan korban di sini , di pelawangan ini pagar beton di gunakan untuk

memecah ombak. Perjuangan para nelayan memasuki laut di area

“pelawangan” saat ombak sedang meninggi kadangkala juga menyajikan

pemandangan yang mendebarkan – melihat betapa sulitnya perahu

bermanuver mengambil timing yang tepat supaya dapat melewati ganasnya

ombak yang sewaktu-waktu bisa menghempaskan kapal ke arah karang –

karang tajam yang sangat berbahaya.

Gambar 4.3 Pagar beton Pemecah Ombak

Sumber : diambil peneliti, pada tanggal 06 Mei 2017

2. Kondisi Keamanan yang Baik

Kondisi keamanan yang baik di lokasi obyek wisata merupakana factor

penting dalam pengembangannya. Keamanan Obyek Wisata Pantai Puger


69

cukup baik karena melibatkan warga sekitar dan polsek terdekat untuk

menjaga obyek tersebut. Keamanan diperlukan untuk menjaga barang-barang

pengunjung yang ditinggal bermain ataupun berjalan-jalan di sekitar pantai

dari tindakan pencurian yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung

jawab. Dengan kondisi keamanan yang baik membuat nyaman pengunjung

yang ingin berekreasi di obyek wisata tersebut.

3. Jarak Tempuh Obyek Wisata yang Dekat dengan Kota

Lokasi pantai sangat mudah dijangkau dari Kota Jember, jika

menggunakan kendaraan sekitar 30 – 45 menit sampai di lokasi wisata.

Dengan banyaknya alat transportasi angkutan kota yang tersedia sampai sore

hari, dengan satu kali naik angkutan (Jurusan Jember – Puger). Juga bagi yang

membawa kendaraan pribadi akan mudah karena tidak banyak persimpangan

yang harus di lalui dan hanya mengkuti satu jalan utama yang akan mengantar

kita sampai ke lokasi.

Selain itu penunjuk jalan juga sudah disediakan di sepanjang jalan.

Perjalanan ke Pantai juga memiliki pemandangan yang indah. Selain

persawahan hijau membentang ada pula pemandangan, dapat dilihat juga

tempat pengumpulan tembakau dan penambang batu kapur.

Kawasan pantai laut selatan tepatnya pantai Puger tersebut sebenarnya

sudah lama menjadi tempat wisata alam, akan tetapi pemerintah daerah tidak

serius menggarapnya, selain itu diindikasi adanya sejumlah pungutan bagi

wisata yang ingin menikmati indahnya alam namun tidak jelas peruntukanya
70

dalam mengelola dana retribusi. Akan tetapi saat ini pemerintah mulai sadar

akan arti pentingnya objek wisata tersebut untuk menjadi icon Kota Jember

terlebih didukung dengan pemerintah pusat yang melakukan formula baru

dalam membuka akses jalan yakni jalur lintas selatan meskipun juga perlu

pengawalan ekstra dari berbagai elemen mengingat masih terkesan asal-

asalan dalam pengelolaan dibuktikan dengan masih banyaknya sampah yang

berserakan di sekitar pantai dan disekitar area breakwater, selain itu juga

pengunjung ketika akan masuk kawasan tersebut akan disuguhi pemandangan

awal yakni mangkraknya bangunan perumahan untuk nelayan.

Jalur Lintas Selatan atau disingkat JLS merupakan jalur yang

menghubungkan 8 kabupaten di pesisir selatan Jawa Timur yakni Pacitan,

Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, dan

Banyuwangi. Megaproyek Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat ini merupakan upaya untuk dapat menghubungkan antarkabupaten

melalui jalur darat supaya lebih dekat dan lebih mudah untuk ditempuh.

Selain itu, niatan baik pemerintah ini juga merupakan upaya untuk dapat

mengangkat perekonomian masyarakat. Provinsi Jawa Timur mempunyai

jaringan jalan di utara dan selatan. Keberadaan jaringan jalan di antara

keduanya tidak sama baik dalam volume lalu lintas maupun kapasitas

jalannya. Perbedaan paling nyata adalah pergerakan lalu lintas barang dan

manusia di wilayah utara lebih cepat jika dibandingkan dengan wilayah

selatan. Untuk menghubungkan antarkabupaten/kota di wilayah selatan tidak

akseleratif, sehingga konsentrasi kegiatan perekonomian hanya berada di


71

wilayah utara dan sekitarnya. Kondisi yang demikian akan menimbulkan

pengaruh (dampak) yang kurang baik bagi pertumbuhan wilayah.

Padahal apabila dilihat dari potensinya, wilayah selatan lebih potensial

dan kelestarian lingkungannya masih terjaga baik. Jalan yang membentang

Banyuwangi-Pacitan ini diperkirakan memiliki panjang 673,872, dan sudah

menelan biaya sebesar Rp 2,423 triliun masa pengerjaan mulai tahun 2002

s/d 2015 (versi Tribun-newsonline). Dan kini, di tahun 2017 proyek yang

diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian Provinsi

Jawa Timur sudah hampir mendekati finish.

4. Keadaan Masyarakat

Masyarakat Puger yang beranekaragam (multikultur dan hibrid) menjadi

ciri kehidupan masyarakat dan budaya kota pesisir. Puger yang berada di

pesisir selatan bagian timur pulau Jawa pernah menjadi ibukota Kabupaten

Puger yang jauh sebelum adanya Kabupaten Jember. Ciri multikultur dan

hibrid dari masyarakat Puger terlihat dari penghuni wilayah Puger yang

banyak etnis. Etnis-etnis tersebut di antaranya: masyarakat Osing, suku

Mandar dan beberapa suku dari Sulawesi, Suku Jawa, suku Madura, etnis

China, Arab dan Hindustan.

Pola perekonomian masyarakat nelayan dapat dikatakan masih berada

pada ambang tradisional, mereka masih menggunakan cara cara tradisional

dalam melaut. Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, nelayan puger

sangat tergantung pada alam dan pendanaan dari pengambek. Secara praktis
72

belum ada pemberdayaan masyarakat untuk program budidaya ikan yang

bertujuan meminimalisir krisis ekonomi nelayan pada masa paceklik.

5. Produk

Produk yang dihasilkan dari interaksi manusia (masyarakat) dengan

lingkungan alam di Puger sangat beranekaragam. Produk tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Hasil Laut berupa berbagai jenis ikan. Potensi perikan laut di Puger sekitar

14.691,5 ton pertahun yang terdiri berbagai jenis ikan seperti tongkol, tuna,

cakalang, tengiri, cucut, cumi-cumi, berbagai macam udang, dan sebagainya.

Pemasaran ikan Puger dibagi dalam dua bentuk, yaitu:

 Ikan segar dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menjadi

pengatur pemasaran ikan yang biasa dipasarkan di Jember, Lumajang

dan wilayah Jawa lainnya;

 Ikan olahan berupa ikan asin, ikan kering, ikan pindang, terase /

belacang, petis, krupuk ikan, dan sebagainya.

Camat Puger Roni Herman Basa saat diwawancara di kantornya

mengatakan, bahwa

“Wilayah Puger yang sebagian besar penduduknya adalah nelayan,


pengolah ikan, dan pedagang ikan, terdiri dari Desa Puger Wetan dan
Puger Kulon. Kampung Nelayan Desa Puger Wetan berada di kawasan
tepi Sungai Bedadung, sedangkan Kampung Nelayan Desa Puger
Kulon berada di kawasan tepi Sungai Besini. Kedua kampung nelayan
tersebut dibatasi oleh kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Puger yang tertetak di tepi muara kedua sungai tersebut menuju
Samudera Indonesia, Menurutnya, pengembangan pengelolahan ikan
kata dia, masih proses tradisonal hal ini kedepan sangatlah potensi jika
ada investor menanamkan modalnnya untuk pegembangan ikan di
Kecamatan Puger. Dengan kajian yang jelas, kami akan membuka
pintu lebar untuk para investor menanamkan modalnya disektor
73

perikanan maupun sektor wisata," (diwawancarai di Kantor


Kecamatan Puger pada tanggal 08 Mei 2017)

b. Hasil bumi berupa tambang yang terdapat di Puger terutama batu kapur di

Gunung Sadeng dan Watangan. Saat diwawancarai, Bapak Lihin selaku

pengelola tempat wisata pantai Puger mengatakan bahwa :

“Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam jenis mangan


adalah Puger, Wuluhan, Silo, dan Tempurejo. Kawasan peruntukan
pertambangan pasir besi adalah Kecamatan Kencong, Ambulu, dan
Puger. Puger menjadi kecamatan yang paling kaya potensi
pertambangan, yakni minyak dan gas bumi, mineral logam jenis
mangan, dan pertambangan pasir besi. Pihaknya bersama pemerintah
jika memang benar ditemukan hasil tambang tersebut, tidak serta-
merta bisa dieksplorasi dan dieksploitasi” (diwawancarai di Lokasi
Pintu Masuk Pantai Puger pada tanggal 07 Mei 2017)
c. Hasil bumi yang berupa keanekaragaman hayati (biodiversity), pertanian,

perkebunan dan kehutanan. Lahan daratan Puger sangat subur untuk pertanian

(padi, kedele, jagung), perkebunan (tembakau, tebu) serta kehutan (jati,

sengon, dan sebagainya).

d. Kreasi dan inovasi anak manusia yang terdapat di wilayah Puger yang

berbasiskan masyarakat antara lain pembuatan (galangan) kapal/ perahu serta

handicraft (kerajinan tangan).

e. Produk interaksi manusia dengan lingkungan alam yang bisa diklasifikasikan

dalam dua belas (12) unsur kebudayaan secara utuh terdapat di wilayah Puger.

Klasifikasi unsur kebudayaan tersebut adalah:

 Bahasa  Makanan dan kebiasaan

 Masyarakat makan

 Kerajinan Tangan  Musik dan Kesenian

 Sejarah suatu tempat


74

 Cara dan Teknologi  Tata Cara berpakaian penduduk

 Agama  Sistem Pendidikan

 Karakteristik Arsitektur di suatu  Aktifitas pada waktu senggang

wilayah

6. Adat Istiadat

Jember yang berada di sisi selatan Pulau Jawa juga memiliki daerah

pesisir yang konon juga termasuk daerah peradaban tertua. Salah satu

keunikan di pantai ini sebagai tempat terselengggaranya acara ritual yaitu

“Larung Sesaji “ acara tradisi pelarungan sesaji oleh masyarakat setempat

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki yang

diberikan Petik Laut adalah sebuah bentuk ritual yang didasari dari kearifan

lokal masyarakat. Hampir setiap kawasan berpesisir di Indonesia memiliki

ritual Petik Laut dengan nama yang berbeda-beda. Tujuan Petik Laut

dilakukan adalah sebagai bentuk rasa syukur dari masyarakat Nelayan atas

berkah ikan yang didapat selama setahun kemarin. Setahun ini bukan

menggunakan tahunan dalam kalender Masehi melainkan kalender Jawa.

Maka Petik Laut selalu dilaksanakan di Bulan Suro dalam Kalender Jawa.

Petik Laut itu juga merupakan pengharapan dari Masyarakat Nelayan

agar ditahun depan mereka mendapatkan Ikan yang jauh lebih banyak lagi

dari tahun kemarin. Maksud dan tujuan dari berbagai upacara sedekah laut

tersebut biasanya sama, yaitu memohon pada Tuhan agar para nelayan

dianugerahi hasil laut yang melimpah pada tahun yang akan datang dan

dihindarkan pula dari malapetaka selama melaut. Kebanyakan masyarakat


75

nelayan tersebut meyakini bahwa laut memiliki penunggu (penjaga berupa

makhluk ghaib). Karena itu, di setiap penyelenggaraan ritual slametan laut,

mereka selalu memberikan sesaji yang dipersembahkan untuk makhluk-

makhluk ghaib penunggu laut. Sesaji dilarungkan dengan cara melepasnya ke

laut. Sesaji dalam upacara petik laut ini bermacam-macam, ada nasi enam

warna, kepala kambing, tiga ekor ayam, telor rebus yang jumlahnya ratusan

dan dicat berwarna-warni serta digunakan menghiasi perahu saji dengan cara

ditusuk atau digantung, tiga jenis bubur (bubur putih, bubur merah dan bubur

campuran merah putih), aneka buah-buahan, berbagai hasil pertanian, emas,

sejumlah perhiasan lainnya, dan uang.

Di dasar bitek diberi pemberat agar bitek bisa cepat tenggelam ketika

dilepas ke laut. Pada saat bitek dilepas ke laut, secepat mungkin para nelayan

melompat ke laut untuk mengambil aneka sesaji. Para nelayan itu percaya

bahwa berbagai sesaji tadi bisa mendatangkan berkah berupa rezeki dan

keselamatan bagi keluarga mereka.

4.3.2 Sarana dan Prasarana

Objek wisata Pantai Puger memiliki beberapa fasilitas yang mendukung

aktivitasnya, antara lain :

1) Hutan lindung

Salah satu bentuk keindahan objek wisata pantai puger adalah berdekatan

dengan hutan lindung, sehingga pengeunjung bisa menikmati keindahan alam

dan berbagai jenis flora dan fauna di kawasan hutan lindung yang menghadap

pantai.
76

2) Kolam renang

Selain keindahan pantainya, Puger juga memiliki sarana olahraga air yaitu

kolam renang yang bisa dimanfaatkan oleh pengunjung terutama pengunjung

remaja dan anak-anak. kolam pemandiaan ini terletak diantara rindangnya

hutan lindung yang ada didekat pantai.

3) Pasar ikan tradisional

Pasar ikan ini merupakan salah satu keunikan objek wisata pantai puger

karena wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam yang ada diobjek

wisata aja tetapi dapat berbelanja ikan dan hasil laut lainnya .

4) Keadaan Jalan yang Kurang Baik

Meskipun Jalur Lintas Selatan sedang dibangun, namun kondisi jalan dari

Wisata Puger menuju Kota Jember kondisinya rusak dan berlubang yang

diakibatkan banyaknya truk bermuatan berat yang melintasinya. Truk – truk

tersebut berisi batu kapur yang diambil dari gunung kapur kemudian di kirim

ke PT. Semen Gresik, PT. Holcim, dll karena menurut warga setempat saat di

wawancarai mengatakan bahwa kualitas batu kapur ini adalah bagus.

Keadaan jalan yang kurang baik dan sempit akan menjadi hambatan yang

besar jika tidak ditangani karena dapat mengurangi jumlah pengunjung yang

ingin berkunjung ke obyek Pantai Puger karena jalan yang dilalui untuk

menuju ke obyek wisata kurang begitu nyaman.

Disaat tertentu, Pantai Puger menyelenggarakan acara-acara yang

menarik, khususnya saat perayaan Hari raya dan Tahun Baru. Bahkan pada
77

2008 yang lalu di puger pernah dihelat acara bertaraf Internasional yaitu

Puger International Surf Exhibition.

Gambar 4.4 Puger International Surf Exhibition

Sumber : www.kotawisataku.com diakses pada tanggal 07 Juni 2017

Puger dikenal sebagai muara hasil laut yang cukup dominan – baik yang

masih segar atau produk olahan seperti ikan asin dan terasi. Perekonomian

masyarakat nelayan di Puger dapat di ibaratkan sebagai sebuah lingkaran

yang tak berujung. Pada saat musim panen ikan mereka akan melakukan

invesatasi seperti membeli tanah atau emas, namun tak lama kemudian pada

saat paceklik investasi dan barang berharga lainnya akan digadaikan. Pada

saat musim sepi sebagian besar para nelayan puger ini tidak memiliki

alternative pekerjaan lain, sehingga selama musim sepi tersebut mereka

menganggur atau hanya berbenah kapal sehingga dapat dipastikan mereka

tidak memiliki pemasukan pendapatan.


78

4.3.3 Kunjungan Wisatawan

Pantai Puger merupakan pantai yang masih tergolong minim pengunjung,

menurut data yang didapatkan peneliti yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data pengunjung di Wisata Pantai Puger

Bulan 2014 2015 2016


Jan 4.300 5.400 5.800
Feb 4.400 5.500 5.980
Mar 4.700 5.600 6.050
Apr 4.500 5.890 6.200
Mei 4.600 5.630 6.300
Jun 4.550 5.670 5.500
Jul 4.770 5.600 5.400
Ags 4.750 5.300 5.500
Sept 4.300 5.400 5.900
Okt 4.550 5.450 6.100
Nov 4.560 5.500 6.250
Des 4.800 5.600 6.450
Jumlah 54.780 66.540 71.430
Sumber : https://jemberkab.go.id (diakses pada tanggal 13 Juni 2017)

Berdasarkan tabel diatas, maka peneliti membuatnya dalam bentuk grafik

seperti dibawah ini :

Grafik 4.1 Data pengunjung di Wisata Pantai Puger

Data pengunjung di Wisata Pantai Puger


7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
-
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

2014 Pengunjung 2015 Pengunjung 2016 Pengunjung

Sumber : Diolah peneliti pada tahun 2017.


79

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah pengunjung

dialami setiap bulan, dan jumlah penurunnya pun tidak terlalu banyak. Pada

tahun 2014, pengunjung yang datang di wisata Pantai Puger sebanyak 54.780.

pada tahun 2015, pengunjung naik menjadi 66.540 dan pada tahun 2017

kunjungan wisata juga naik sebanyak 71.430. Namun kenaikan ini tidak

sebanding dengan wisatawan di pantai papuma, watu ulo juga tempat wisata

lainnya diKabupaten Jember. Dapat dikatakan bahwa jumlah pengunjung di

Pantai Pantai Puger masih dua kali lipat dibandingkan di Pantai Papuma dan

Pantai Watu Ulo. Padahal letak dari ketiga pantai ini tidak terlalu jauh dan

jalurnya pun sangat mudah.

4.4 Kinerja Pengelolaan Wisata Pantai Puger

Setelah berjalan dua tahun, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Sandi Suwardi Hasan, S.Ag, M.SI menyatakan mengundurkan diri dari

jabatannya, dikarenakan beliau ingin melanjutkan S-3 dan mengajar di

kampus. Saat diwawancarai, Kepala Seksi Pemasaran Dinas Pariwisata

Kabupaten Jember mengatakan bahwa :

“Selama menjadi kepala Kantor Pariwisata,Bapak Sandi berhasil


membawa prestasi dan capaian kreatif. Terakhir sebelum
mengundurkan diri, 28 Mei kemarin, Bapak Sandi membawa Kantor
Pariwisata dalam Selling Mission Tourism and Investment 2016, di
Jakarta Convention Center. saya bersama teman – teman juga yang
menggagas Festival Pandalungan dan Festival Batik Jember,
menciptakan embrio pengembangan pariwisata hingga 2021. Kantor
Pariwisata juga sudah punya kalender kegiatan pakem yang tinggal
disempurnakan pada 2017 dan kami juga punya pemetaan destinasi
wisata dan bagaimana visi ke depannya," (diwawancarai melalui
telpon pada tanggal 10 Mei 2017)
80

Setelah resmi mengundurkan diri, Bupati Faida menunjuk Kepala

Bidang Teknik Sarana Prasarana Dishub Jember M. Satuki sebagai pelaksana

tugas (Plt) yang melanjutkan program kerja Sandi Suwardi.

Kinerja pengelolaan objek wisata Pantai Puger yang berlokasi di Desa

Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember dinilai kurang

memuaskan. Pengelolaan objek wisata dengan andalan utamanya pantai dan

ombak yang besar sampai dengan tahun ini belum banyak mendapatkan

investor untuk pengembangan wisata. Berdasarkan program kerja yang telah

disusun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember yang tujuannya

yaitu memperbaiki infastruktus, penataan kawasan,dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat dirasa belum dilakukan secara maksimal. Sampai

sekarang pengembangan Wisata Pantai Puger masih stagnan, belum ada hasil

yang baik. pengembangan ini dapat dilihat dari aspek fasilitas yang ada,

aksesbilitas dalam menjangkau lokasi Pantai, juga dilihat dari aspek

pengelola pantainya.

Menurut peneliti, upaya pengembangan tidak berjalan baik, karena

disebabkan oleh masyarakat dan pemerintah. Dikatakan oleh masyarakat

karena mereka kurang mampu dalam memanfaatkan potensi alam yang belum

digarap, diantaranya pantai, tempat rekreasi, kolam kucur, dll. Yang diketahui

masyarakat yaitu mencari ikan ke laut lepas untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya. dikatakan oleh pemerintah, karena pemerintah kurang

mendukung masyarakat untuk berkembang. dan program – program yang

direncanakan lebih banyak berpusat di wisata yang sudah terkenal. padahal


81

ketika Pantai Puger terkenal yang dapat dilakukan disini yaitu menyebrangi

laut untuk berkunjung di Pulau Nusa Barong.

Ditambahkan oleh peneliti, bahwa kinerja pengelolaan dilihat kurang

baik dan kurang maksimal karena pengelola tiket masuk tidak ada tanda

pengenal yang jelas dan pengunjung tidak diberi karcis. Saat memasuki

kawasan Pantai, dapat dilihat bahwa warung makan jumlahnya minim, tempat

parkir motor tidak ada, toilet jumlahnya juga terbatas. tidak disediakannya

tempat – tempat yang dapat digunakan pengunjung untuk bersantai. selain itu,

kondisi lingkungan yang kotro karena sampah dari laut dibawa ke Pantai, dan

pengelola wisata juga jarang untuk melakukan pembersihan.

4.5 Permasalahan Pengembangan Destinasi Wisata Pantai Puger

1. Promosi yang kurang maksimal

Promosi pariwisata di Kabupaten jember masih tergolong kurang

optimal. Sistem promosi yang dijalankan pada kepariwisataan Kabupaten

Jember ini sekarang memang sudah menggunakan web sendiri yang bisa

diakses di www.jembertourism.com, Namun untuk isi didalamnya masih

kurang diupdate lagi, dan fitur – fitur penunjang lainnya juga belum

ditambahakan.

Menurut Kepala Seksi Pemasaran Dinas Pariwisata Jember Deta Irama Kasih,

saat di telpon pada tanggal 10 Mei 2017, mengatakan bahwa :

“Promosi sudah kami lakukan secara gencar – gencaran, mulai dari


online dan offline, kami rutin mengikut pameran pariwisata, event –
event pariwisata, dan dengan mengadakan event sendiri seperti Jember
Festival Carnaval (JFC) dan kegiatan bulan berkunjung ke Jember
(BBJ) di Kabupaten Jember, namun event tersebut hanya setiap tahun
dilakukan. tapi kendala yang kami rasakan yaitu masyarakat Jember
82

khususnya Puger sendiri kurang ikut serta membantu mempromosikan


wisatanya, hal itu disebabkan karena kondisi maskyarakat yang masih
tradisional.” (diwawancarai melalui telpon pada tanggal 10 Mei 2017)

Kelemahan dalam proses pengelolaan dan pengembangan dalam

meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan pada objek wisata Pantai Puger

adalah kurangnya peran aktif dari pihak pengelola objek dalam

mempromosikan dan mengenalkan objek tersebut kepada travel agent,

seperti brosur maupun media internet seperti yang terdapat pada objek wisata

yang lain.

2. Program Pengembangan Obyek Wisata yang Masih Sederhana

Pengembangan yang dilakukan pada Obyek Wisata Pantai Puger pada

umumnya masih sederhana. Menurut hasil wawancara yang dilakukan

dengan Kepala Seksi Pemasaran Dinas Pariwisata Jember Deta Irama Kasih,

saat di telpon pada tanggal 10 Mei 2017 bahwa

“Tahun ini ada program untuk pengembangan Wisata Pantai Puger


yaitu pengembangan destinasi wisata, termasuk peningkatan sarana
prasarana dan peningkatan kualitas SDM pengelola wisata.”
(diwawancarai melalui telpon pada tanggal 10 Mei 2017)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, program

pengembangan wisata termasuk satan dan prasarana masih terbilang jauh dari

pengembangan yang dilakukan di daerah lain. dan program yang telah

ditentukan tidak digarap secara cepat di Wisata Pantai Puger.

3. Keterbatasan Anggaran

Keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana obyek wisata

ini juga merupakan akibat dari status Kantor Pariwisata yang belum menjadi

Dinas Pariwisata, sehigga dalam mennetukan anggaran biaya masih harus


83

mneyesuaikan dengan anggaran daerah. Keterbatasan dana ini yang

mengakibatkan tersendatnya pengembangan obyek wisata di daerah pesisir

Kabupaten Jember.

Menurut Kepala Seksi Pemasaran Dinas Pariwisata Jember Deta Irama

Kasih, saat di telpon pada tanggal 10 Mei 2017, mengatakan bahwa:

“Anggaran yang kami ajukan untuk pengembangan wisata Jember


tidak sedikit, maka dari itu, kami juga terus mengupayakan untuk
menarik investor – investor untuk menanamkan modalnya dalam upaya
pengembangan wista, salah satu akibat dari keterbatasan anggaran
yaitu perumahan yang telah dibangun disekitar Pantai Puger,namun
saat ini masih terbengkalai” (diwawancarai melalui telpon pada
tanggal 10 Mei 2017)

Dalam upaya peningkatan sarana – prasarana, dana yang dibutuhkan

tidaklah sedikit. Jika dilihat Kabupaten Jember yang tidak hanya mempunyai

satu wisata yang perlu dikembangkan, menjadikan salah satu faktor

penghambat pengembangan. hal ini juga terkait dengan program

pengembangan yang telah ditentukan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember,

dimana jika program tidak segera dilakukan, maka dapat mengurangi jumlah

investor penanam modal untuk beralih ke daerah lain.

4. Pengelola yang kurang professional

Manajerial merupakan komponen yang dibutuhkan untuk semua

kegiatan usaha. Manajemen yang baik dalam promosi, perencanaan,

pemasaran maupun pengembangan produk wisata sangat mempengaruhi

keberhasilan upaya peningkatan arus pengunjung. Namun, pengelolaan

Obyek Wisata Pantai Puger masih terlihat kurang profesional. Hal ini
84

mungkin disebabkan karena kurangnya kuantitas maupun kualitas dari tenaga

kerja yang ada sehingga mereka kurang menguasai permasalahan.

Menurut Kepala Seksi Pemasaran Dinas Pariwisata Jember Deta Irama Kasih,

saat di telpon pada tanggal 10 Mei 2017, mengatakan bahwa:

“SDMnya masih rendah karena tidak sesuai dengan spesialisasi


bidang pariwisata. Sehingga, perlu tenaga pengelola khusus dari
pariwisata agar dapat mengelola obyek wisata dengan baik,
Masyarakat Puger umumnya bekerja sebagai nelayan dan tidak
memiliki latar belakang pendidikan pariwisata.” (diwawancarai
melalui telpon pada tanggal 10 Mei 2017)

Saat bertemu dengan pengelola wisata setempat, peneliti dapat

menjelaskan bahwa sistem dari pengelolaannya masih belum jelas. terlihat

dari strukturnya yang tidak berjalan dengan baik, tidak adanya Kantor

Pengelola Wisata Pantai Puger. Dan SDM nya masih sangat tradisional

dalam mengelola pantai.

5. Kondisi Pantai Puger

Masih kurangnya kesadaran akan kebersihan disekitar kawasan pantai

dan juga di areal tempat parkir. Sampah – sampah yang berserakan ditepi

pantai umumnya sampah yang berasal dari laut, ditambah juga sampah –

sampah dari masyarkaat yang dibuang sembarangan ke sungai dan laut.

Kondisi ini juga disebabkan fasilitas toilet, parkir yang kurang memadai,

sehingga untuk berkunjung wisatawan harus memikir dua kali.

4.6 Strategi Pengmbangan Destinasi Wisata Pantai Puger

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan

demikian perencanaan strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor


85

– faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)

dalam kondisi yang ada saat ini. Dalam penyusunan strategi pengembangan

Wisata Pantai Puger dalam meningkatkan wisatawan peneliti menggunakan

analisis SWOT.

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan suatu strategi perusahaan, menurut Freddy

Rangkuti 2006 : 19. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal

strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) serta lingkungan eksternal

opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) yang dihadapi di dunia bisnis.

Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

Dalam penyusunan strategi pengembangan Obyek Wisata Pantai Puger

peneliti melakukan analisis SWOT dengan terlebih dahulu memaparkan visi,

misi dan tujuan Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember,

Dalam mengembangakan Wisata Pantai Puger, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Kabupaten Jember tahun periode 2014 – 2019, mempunyai visi

“Terwujudnya Kabupaten Jember sebagai daerah tujuan wisata yang

bertumpu pada nilai agama, budaya dan berwawasan lingkungan demi

peningkatan ekonomi masyarakat” dan Misinya antara lain :

1. Merencanakan, mengembangkan, memasarkan dan memperkenalkan potensi

kepariwisataan jember di tingkatlokal, nasional dan internasional.


86

2. Mempersiapkan, mengembangkan dan meningkatkan sarana prasarana dan

infrastuktur untuk mendukung keberadaan potensi dan daya tarik wisata di

kabupaten jember.

3. Meningkatkan kualitas SDM baik internal maupun eksternal dalam bidang

kepariwisataan untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dan stake

holder.

Nilai yang terkandung yaitu :

1. Estetika / Keindahan

2. Profesionalitas dan berintegritas

3. Kerjasama

4. Ekonomis

Selanjutnya analisis SWOT yang harus dilakukan yaitu peneliti harus

mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemhan, peluang dan ancaman. Dalam

istilah managemen strategi langkah ini dinamakan pencermatan faktor

internal dan eksternal. Pencermatan dalam penelitian ini dijelaskan pada table

dibawah ini :
87

Tabel 4.2 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal


Internal Eksternal
Kekuatan Peluang
1. Bukit eksotik yang menjorok ke arah muara 1. Minat investor untuk berusaha di bidang
sungai-laut pariwisata
2. Kekhasan budaya seperti adanya upacara petik 2. Potensi pendapatan dan keuntungan
laut 3. Pasar pariwisata domestik dan internasional
3. Objek wisata yang belum dikembangkan yang cukup tinggi
4. Masyarakat Kampung Nelayan Puger masih 4. Dukungan masyarakat dunia (penelitian,
memiliki nuansa dan dinamika masyarakat event,pameran, dll)
tradisional yang nampak dalam gaya hidup, pola 5. Tipikal masyarakat kampung atau masyarakat
bermasyarakat, model bangunan tempat tinggal desa yang hangat, ramah dan bersahabat
serta penataan tapak bangunan. 6. Kondisi alami perkampungan dengan alam
5. Akses Jalur Mudah dijangkau yang mendukung
6. Penghasil Ikan laut dan Pangkalan Pendaratan 7. Kawasan Pantai Puger merupakan kawasan
Ikan (PPI) yang besar sehingga cocok untuk unggulan dari program Pemerintah Kabupaten
wahana pembelajaran Jember dalam rencana pengembangan pariwisata
7. Adanya bahan Tambang daerah di masa mendatang
8. Tempat bersandar
9. Akses ke Pulau Nusa Barong
Kelemahan Ancaman
1. Potensi SDA belum dimanfaatkan maksimal 1. Kebijakan politik luar negri dan dalam negeri
2. Kualitas SDM belum memadai yang berpengaruh terhadap kunjungan
3. pengawasan kawasan belum intensif wisatawan mancanegara maupun domestic.
4. Investor masih sedikit 2. Stabilitas nilai tukar rupiah yang labil
5. Tarif masuk masih rendah 3. Masuknya budaya asing atau budaya dari luar
6. Promosi Belum efektif 4. Ancaman bencana alam
7. Banyak sampah yang berserakan di tepi pantai 5. Produk sejenis yang lebih unggul
8. Partisipasi anggota rendah 6. Usaha penataan kawasan permukiman di
9. Sarana prasana wisata kurang optimal Kampung Nelayan Puger yang pada saat ini
10. Fasilitas permukiman yang belum tertata secara optimal sudah berkembang dengan pesat, sehingga terkesan
11. SDM masyarakat kampung yang masih kumuh dan sumpek.
tergolong rendah 7. Masyarakat kampung nelayan cenderung
rawan terkena modernisasi
8. danya kebiasaan-kebiasaan masyarakat
kampung nelayan yang kurang sehatdan
menyebabkan adanya degradasi lingkungan
Sumber : Diolah Penelti Pada Tahun 2017

Tahapan selanjutnya dalam analisis SWOT dalam perumusam strategi

dan berfungsi untuk mencocokan antara kekuatan dan kelemahan dari faktor

internal dengan peluang dan ancaman dari faktor eksternal. Alat analisis yang

digunakan adalah dengan KAFI (Kesimpulan Analisis Faktor Internal) dan

KAFE (Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal). Hasil analsisi KAFI dan

KAFE dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


88

Tabel 4.3 KAFI (Kesimpulan Analisis Faktor Internal)

No Faktor Internal Bobot Rating Skor Prioritas


Kekuatan
1 Bukit eksotik yang menjorok ke arah
5 2 10
muara sungai-laut
2 Kekhasan budaya seperti adanya
upacara petik laut 5 2 10
3 Objek wisata yang belum
5 3 15
dikembangkan
4 Masyarakat Kampung Nelayan Puger
masih memiliki nuansa dan dinamika 5 3 15
masyarakat tradisional
5 Akses Jalur Mudah dijangkau 5 4 20 III
6 Penghasil Ikan laut dan Pangkalan
8 4 32 II
Pendaratan Ikan (PPI) yang besar
7 Adanya bahan tambang 5 3 15
8 Tempat bersandar kapal 6 3 18 IV
9 Akses terdekat Pulau Nusa Barong 9 4 36 I
Kelemahan
1 Potensi SDA belum dimanfaatkan
3 3 9
maksimal
2 Kualitas SDM belum memadai 2 3 6
3 Pengawasan kawasan belum intensif 4 2 8
4 Investor masih sedikit 6 3 18 II
5 Tarif masuk masih rendah 5 2 10
6 Promosi belum efektif 4 2 8
7 Banyak sampah di Lokasi Pantai 6 4 24 I
8 Partisipasi anggota rendah 3 2 6
9 Sarana prasana wisata kurang optimal 4 3 12 IV
10 Fasilitas permukiman yang belum tertata secara
5 2 10
optimal
11 SDM masyarakat kampung yang masih
5 3 15 III
tergolong rendah
100

Sumber : Diolah Penelti Pada Tahun 2017


89

Tabel 4.4 KAFE (Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal)


No Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Prioritas
Peluang
1 Minat investor untuk berusaha di bidang
8 4 32 I
pariwisata
2 Potensi pendapatan dan keuntungan 7 4 21 II
3 Pasar pariwisata domestik dan internasional
7 2 14
yang cukup tinggi
4 Dukungan masyarakat dunia (penelitian,
6 3 18 IV
event,pameran, dll)
5 Tipikal masyarakat kampung atau
masyarakat desa yang hangat, ramah dan 5 2 10
bersahabat
6 Kondisi alami perkampungan dengan alam
5 2 10
yang mendukung
7 Kawasan Pantai Puger merupakan kawasan
unggulan dari program Pemerintah
Kabupaten Jember dalam rencana 7 3 21 III
pengembangan pariwisata daerah di masa
mendatang
Ancaman
1 Kebijakan politik luar negri dan dalam
negeri yang berpengaruh terhadap
6 5 30 II
kunjungan wisatawan mancanegara maupun
domestic
2 Stabilitas nilai tukar rupiah yang labil 5 4 20
3 Masuknya budaya asing atau budaya dari
7 3 21
luar
4 Ancaman bencana alam 8 2 16
5 Produk sejenis yang lebih unggul 7 4 28 III
6 Usaha penataan kawasan permukiman di
Kampung Nelayan Puger yang pada saat ini
8 4 32 I
sudah berkembang dengan pesat, sehingga terkesan
kumuh dan sumpek.
7 Masyarakat kampung nelayan cenderung
6 4 24 IV
rawan terkena modernisasi
8 Adanya kebiasaan-kebiasaan masyarakat
kampung nelayan yang kurang sehat dan 8 2 16
menyebabkan adanya degradasi lingkungan
100

Sumber : Diolah Penelti Pada Tahun 2017


90

Pada matriks SWOT dilakukan pencocokan antara kekuatan dan

kelemahan dengan peluang dan ancaman perusahaan. Dari penggabungan

matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi yaitu strategi S-O

(Strengths-Opportunities), strategi S-T (Strengths-Threats) strategi W-O

(Weakness-Opportunities), dan strategi W-T (Weakness-Threats). Hasil

analisis matriks SWOT Pariwisata Pantai Puger dapat dilihat dari tabel

dibawah ini :
91

Tabel 4.5 Matriks Analisis SWOT


Kekuatan: Kelemahan:
1) Bukit eksotik yang menjorok ke arah 1) Potensi SDA belum dimanfaatkan
muara sungai-laut maksimal
2) Kekhasan budaya seperti adanya upacara 2) Kualitas SDM belum memadai
petik laut 3) pengawasan kawasan belum intensif
3) Objek wisata yang belum dikembangkan 4) Investor masih sedikit
4) Masyarakat Kampung Nelayan Puger 5) Tarif masuk masih rendah
masih memiliki nuansa dan dinamika 6) Promosi Belum efektif
masyarakat tradisional yang nampak 7) Banyak sampah yang berserakan di tepi
dalam gaya hidup, pola bermasyarakat, pantai
model bangunan tempat tinggal serta 8) Partisipasi anggota rendah
penataan tapak bangunan. 9) Sarana prasana wisata kurang optimal
5) Akses Jalur Mudah dijangkau 10) Fasilitas permukiman yang belum tertata secara
6) Penghasil Ikan laut dan Pangkalan optimal
Pendaratan Ikan (PPI) yang besar sehingga 11) SDM masyarakat kampung yang masih
cocok untuk wahana pembelajaran tergolong rendah.
7) Adanya bahan Tambang
8) Tempat bersandar Akses ke Pulau Nusa
Barong
Peluang: Strategi S-O Strategi S-T
1. Minat investor untuk berusaha di bidang 1. Menarik investor untuk mengembangkan 1. Peningkatan kualitas pengelola wisata,
pariwisata fasilitas pariwisata seperti hotel, rumah 2. Peningkatan SDM masyarakat yang
2. Potensi pendapatan dan keuntungan makan, dsb. menjaga lingkungan dan kawasan tempat
3. Pasar pariwisata domestik dan 2. Pengembangan pariwisata dimulai dari tinggalnya.
internasional yang cukup tinggi SDM, fasilitas, sarana, prasarana, dengan 3. Pemanfaatan limbah/ sampah untuk dapat
4. Dukungan masyarakat dunia (penelitian, tujuan menarik wisataawan asing dan didaur ulang sehingga mempunyai nilai
event,pameran, dll) domestik jual.
5. Tipikal masyarakat kampung atau 3. Membuka Pulau Nusa Barung sebagai 4. Peningkatan promosi melalui kerjasama
masyarakat desa yang hangat, ramah dan tempat wistaa dan belajar, dengan dengan pihak travel dan event organizer
bersahabat memanfaatkan kapal – kapal yang berada juga dengan pihak luar negeri.
6. Kondisi alami perkampungan dengan di Pantai Puger. 5. Membuat paket wisata yang menarik.
alam yang mendukung
7. Kawasan Pantai Puger merupakan
kawasan unggulan dari program
Pemerintah Kabupaten Jember dalam
rencana pengembangan pariwisata daerah di masa
mendatang

Ancaman: Strategi W-O Strategi W-T


1. Kebijakan politik luar negri dan dalam 1. Menjaga adat dan budaya masyarakat 1. Menjalin kerjasama dengan investor guna
negeri yang berpengaruh terhadap Puger. pengembangan wilayah, salah satunya
kunjungan wisatawan mancanegara 2. Penataan kampung dan membersihkan dengan membangun tempat rekreasi.
maupun domestic. kawasan rumah warga dilakukan rutin. 2. Pembenahan akses jalan dan pelebaran
2. Stabilitas nilai tukar rupiah yang labil 3. Menjalin kerjasama dengan pihak jalan, juga termasuk kondisi jalan di
3. Masuknya budaya asing atau budaya kepariwisataan terkait. samping kanan dan kiri.
dari luar 4. Selektifitas pengaruh globalisasi. 3. Menciptakan inovasi dan atraksi wisata
4. Ancaman bencana alam yang tidak sama dengan produk wisata
5. Produk sejenis yang lebih unggul lainnya.
6. Usaha penataan kawasan permukiman di 4. Melakukan pembinaan kepada pengusaha
Kampung Nelayan Puger yang pada saat dan masyarakay.
ini sudah berkembang dengan pesat, sehingga
terkesan kumuh dan sumpek.
7. Masyarakat kampung nelayan
cenderung rawan terkena modernisasi
8. Adanya kebiasaan - kebiasaan
masyarakat kampung nelayan yang
kurang sehat dan menyebabkan adanya
degradasi lingkungan
Sumber : Diolah Peneliti pada tahun 2017
92

Dari data – data yang telah didapatkan pada matriks diatas, maka dapat

ditemukan strategi yang dipakai dalam meningkatkan wisatawan di Pantai

Puger, Kabupaten Jember, antara lain :

1. SO (Strengths-Opportunities) :

1) Menarik investor untuk mengembangkan fasilitas pariwisata seperti hotel,

rumah makan, dsb.

2) Pengembangan pariwisata dimulai dari SDM, fasilitas, sarana, prasarana,

dengan tujuan menarik wisataawan asing dan domestic

3) Membuka Pulau Nusa Barung sebagai tempat wistaa dan belajar, dengan

memanfaatkan kapal –kapal yang berada di Pantai Puger.

Berdasarkan SO diatas maka yang perlu dilakukan pemerintah yaitu

lebih menekankan pada aspek daya tarik wisata. Strategi yang dilakukan

dalam pengembangan wisata yaitu dengan menjadikan Pulau Nusa Barong

sebagai tujuan utama di kawasan Puger, sehingga pengunjung yang akan

berkunjung ke Pulau Nusa Barong harus mendatangi Pantai Puger untuk

mencari kapal. Stretegi lain yang dapat digunakan yaitu dengan menciptakan

tempat rekreasi di tempat puger, mekembangkan wisata mangrove yang saat

ini belum ada perawatan rutin dari Dinas Pariwisata. tidak lupa juga

mengembangkan wisata pantai puger sendiri yang nyaman, aman, dan

menarik. Kegiatan promosi juga merupakan strategi pnegembangan untuk

menarik wisatawan. promosi harus dilakukan secara besar – besara, tidak

hanya di Indonesia tapi juga diluar negeri. jalan lain yang dapat digunakan

yaitu dengan menjalin kerjasama dengan pihak travel.


93

Tidak hanya pada aspek daya tarik wisata, namun juga pada aspek

aktivitas dan fasilitas, karena aspek ini akan secara otomatis mempengaruhi

daya tarik wisata. Fasilitas bukanlah merupakan faktor utama yang dapat

menstimulasi kedatangan wisatawan ke suatu destinasi wisata, tetapi

ketiadaan fasilitas dapat menghalangi wisatawan dalam menikmati atraksi

wisata. Dalam strategi pengembangan wisata Pantai Puger, maka yang perlu

dilakukan yaitu :

b. Pembenahan fasilitas toilet, parkir, dan warung – warung makan.

c. Penyedian fasilitas hotel, homestay, rumah makan dimana dengan menarik

investor masuk ke kawasan Puger.

d. Penyediaan kapal pengunjung untuk mengantar pengunjung mengelilingi

pantai.

2. WO (Weakness-Opportunities) :

1) Menjaga adat dan budaya masyarakat Puger.

2) Penataan kampung dan membersihkan kawasan rumah warga dilakukan rutin.

3) Menjalin kerjasama dengan pihak kepariwisataan terkait.

4) Selektifitas pengaruh globalisasi.

Berdasarkan WO diatas maka yang perlu dilakukan pemerintah yaitu

lebih menekankan pada aspek aksesbilitas. Aspek ini sangat diperlukan dalam

pengembangan wisata, karena mencakup akses yang dilalui untuk sampai di

tempat tujuan. Dalam hal ini, peneliti menjelaskan bahwa strategi

pengembangan jika dikaitkan dengan aspek aksesbilitas yaitu dengan

membenahi kondisi jalan yang berlubang, melakukan pelebaran jalan di


94

sekitar pantai, dan juga menyediakan transportasi menuju pantai puger, baik

dari stasiun maupun terminal. Kapal – kapal warga yang digunakan untuk

mencari ikan, dan juga mengantar pengunjung juga perlu diberikan

standarisasi, untuk memaksimalkan terjadinya kecelakaan di laut lepas.

3. ST (Strengths-Threats) :

1) Peningkatan kualitas pengelola wisata,

2) Peningkatan SDM masyarakat yang menjaga lingkungan dan kawasan tempat

tinggalnya.

3) Pemanfaatan limbah/ sampah untuk dapat didaur ulang sehingga mempunyai

nilai jual.

4) Peningkatan promosi melalui kerjasama dengan pihak travel dan event

organizer juga dengan pihak luar negeri.

5) Membuat paket wisata yang menarik.

Berdasarkan WT diatas maka yang perlu dilakukan pemerintah yaitu

lebih menekankan pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Masyarakat

Puger adalah masyarakat yang masih belum modern. disamping itu,

kehidupannya juga masih sederhana, dengan menggunakan aspek ini, maka

didapatkan bahwa strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan :

a. Mencipatkan inovasi produk baru dengan memanfaatkan sampah.

b. Memberikan pembinaan kepada masyarakat dalam menjaga lingkungan.

c. Mengembangkan kualitas SDM, baik untuk pengelola wisata, nelayan

maupun warga lainnya.


95

d. Memperkenalkan teknologi kepada masyarakat khususnya remaja – remaja

yang ada.

e. Menjaga adat dan budaya yang sudah ada.

4. WT (Weakness-Threats) :

1) Menjalin kerjasama dengan investor guna pengembangan wilayah, salah

satunya dengan membangun tempat rekreasi.

2) Pembenahan akses jalan dan pelebaran jalan, juga termasuk kondisi jalan di

samping kanan dan kiri.

3) Menciptakan inovasi dan atraksi wisata yang tidak sama dengan produk

wisata lainnya.

4) Melakukan pembinaan kepada pengusaha dan masyarakat.

Berdasarkan WT diatas maka yang perlu dilakukan pemerintah yaitu

lebih menekankan pada aspek fisik. Strategi yang dilakukan dalam

pengembangan wisata yaitu dengan tetap mempertahankan kandungan yang

berada di dalamnya seperti hasil tambang. Aspek fisik lainnya yang dapat

digunakan sebagai pengembangan yaitu dengan menata lingkungan

perumahan dan kampung yang bersih dari sampah.

Selanjutnya dalam tahapan analisis SWOT yaitu merumusakan asumsi

strategis yang digunakan untuk menentukan urutan pilihan strategi yang telah

dihasilkan dalam matriks diatas. Asumsi strategi dapat dijelaskan melalui

tabel dibawah ini :


96

Tabel 4.5 Faktor Kunci Strategi Pengembangan Wisata ( ASAP)


Keterkaitan
Total Urutan
No Asumsi Misi Nilai Pilihan
Visi Score
1 2 3 1 2 3 4 Strategi
1 SO (Stregths – Opportunities)
1. Menarik investor untuk
mengembangkan fasilitas pariwisata 3 3 4 2 3 2 4 3 24 III
seperti hotel, rumah makan, dsb.
2. Pengembangan pariwisata dimulai dari
SDM, fasilitas, sarana, prasarana,
4 4 4 3 2 2 2 4 25 I
dengan tujuan menarik wisataawan
asing dan domestik
3. Membuka Pulau Nusa Barung sebagai
tempat wistaa dan belajar, dengan
4 3 2 3 2 2 3 3 22
memanfaatkan kapal – kapal yang
berada di Pantai Puger.
2 ST (Strengths – Threats)
1. Peningkatan kualitas pengelola wisata 3 2 1 4 2 4 3 4 23 III
2. Peningkatan SDM masyarakat yang
menjaga lingkungan dan kawasan 3 2 1 4 1 4 2 2 19
tempat tinggalnya.
3. Pemanfaatan limbah/ sampah untuk
dapat didaur ulang sehingga 3 2 2 3 3 3 2 3 21
mempunyai nilai jual.
4. Peningkatan promosi melalui
kerjasama dengan pihak travel dan
3 3 2 2 2 2 4 3 21
event organizer juga dengan pihak luar
negeri.
5. Membuat paket wisata yang menarik. 3 4 3 2 2 2 1 4 21
3 WO
1 Menjaga adat dan budaya masyarakat
3 3 2 3 2 3 1 2 19
. Puger.
2 Penataan kampung dan membersihkan
3 2 3 2 2 2 2 2 18
. kawasan rumah warga dilakukan rutin.
3 Menjalin kerjasama dengan pihak
3 2 2 2 1 1 3 2 16
. kepariwisataan terkait.
4 Selektifitas pengaruh globalisasi.
2 2 2 2 1 1 2 2 14
.
4 WT
Menjalin kerjasama dengan4. investor
1
1. guna pengembangan wilayah, salah 3 3 3 2 2 1 3 3 20
satunya dengan membangun tempat
rekreasi.
2. Pembenahan akses jalan dan pelebaran
jalan, juga termasuk kondisi jalan di 4 2 4 2 2 1 1 2 18
samping kanan dan kiri.
3. Menciptakan inovasi dan atraksi
wisata yang tidak sama dengan produk 2 3 2 2 3 2 3 3 20
wisata lainnya.
4 Melakukan pembinaan kepada 3 2 1 4 2 3 2 3 20
pengusaha dan masyarakat.

Sumber : Diolah Peneliti pada tahun 2017


97

Dari pembahasan asumsi strategi pilihan diatas, maka peneliti mendapatkan

3 faktor kunci keberhasilan yang digunakan dalam penentuan strategi dan sasaran.

selanjutnya peneliti menentukan stratehi kebijakan seperti dibawah ini :

Tabel 4.6 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan


No Tujan Sasaran Strategi

Uraian Indikator Kebijakan program


1. Mampu Meningkatkan 1. Jumlah Pembangunan a) Kegiatan analisa pasar untuk
merencanakan, jumlah kunjungan Kawasan Pariwisata promosi dan pemasaran
mengembangkan, wisatawan yang wisata untuk memperkuat objek pariwisata.
memasarkan, dan berkunjung di 2. Jumlah potensi wistaa. b) Kegiatan pemanfaatan
memperkenalkan Kabupaten kunjungan (Mengaktualisasikan teknologi infomrasi dalam
potensi pariwisata Jember wisatawan Potensi Wisata pemasaran pariwisata.
Jember di tingkat domestic . Pantai Puger,
lokal, nasional, dan local Jember)
c) kegiatan pengembangan
jaringan kerjasama antar
internasional. 3. Jumlah
daerah satu dnegan daerah
wisatawan
lain.
asing
4. Jumlah d) kegiatan koordinasi dengan
pergerakan sektor pendukung pariwisata
wisatwan dari baik swasta dan Negara.
tahun ke tahun e) Ikut serta dalam kegiatan
promosi baik di dalam dan
luar negeri.
f) Kegiatan pengembangan
objek wisata unggulan di
Jember
g) Kegiatan pengembangan
jenis dan paket wisata yang
khusus di Kabupaten jember
2 Mampu Menciptakan 1. Kepuasan Pengendalian dan a. Peningkatan sarana dan
menyediakan sarana tempat wisata wisatawan peletarian wisata prasarana pariwisata Jember.
dan prasarana yang yang nyaman, yang Pantai Puger, b. Kegiatan membuka investor
mendukung aman bagi berkunjung ke Jember. dalam menanamkan
pengembangan pengunjung tempat wisata. modalnya di kegiatan
wisata di 2. Sarana dan wisata.
Kabupaten Jember. prasarana c. Kegiatan membuat standart
memadai kapal bagi wisatawan.
d. Peningkatan fasilitas wisata.
3 Mewujudkan Menciptakan 1. Jumlah tenaga Pengembangan a. kegiatan pelatihan pemandu
kualitas SDM yang SDM yang kerja SDM yang Kreatif, wisata khusus dalam area
inovatif, integritas, inovatif, kreatif, 2. Jumlah produk berwawasan Kabupaten Jember.
profesional dan professional, unggulan yang lingkungan, dan b. Kegiatan pelatihan dan
berdaya saing. berintegritas baru handal dalam sosialisasi dalam
dan berdaya diciptakan. memanfaatkan meningkatkan professional
saing. 3. Kualitas SDM peluang. pengelola wisata
yang berubah c. Kegiatan mendaur ulang
menjadi lebih sampah
baik d. Membentuk forum
komunikasi antar pengelola
wisata.
e. Peningkatan peran serta
masyarakat dalam
pengembangan wisata.
Sumber : Diolah Peneliti Pada Tahun 2017
98

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan

destinasi wisata Pantai Puger yang dihasilkan dalam bentuk kebijkaan dan program

antara lain sebagai berikut :

1. Kebijakan Mengaktualisasikan Potensi Wisata Pantai Puger

Dalam rangka pengembangan destinasi Wisata Pantai Puger, Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jember dapat mmembuat program

sebagai berikut :

a. Kegiatan analisa pasar untuk promosi dan pemasaran objek pariwisata.

b. Kegiatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pemasaran

pariwisata.

c. Kegiatan pengembangan jaringan kerjasama antar daerah satu dengan

daerah lain.

d. Kegiatan koordinasi dengan sektor pendukung pariwisata baik swasta

dan Negara.

e. Ikut serta dalam kegiatan promosi baik di dalam dan luar negeri.

f. Kegiatan pengembangan objek wisata unggulan di Jember.

g. Kegiatan pengembangan jenis dan paket wisata yang khusus di

Kecamatan Puger dan umum di Kabupaten Jember.

2. Kebijakan Pengendalian dan Pelestarian Wisata Pantai Puger

Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, maka Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Jember perlu melakukan program sebagai berikut :

a. Peningkatan sarana dan prasarana pariwisata Kabupaten Jember.


99

b. Kegiatan membuka pintu investor dalam menananmkan modal di

kegiatan wisata.

c. Kegiatan membuat standat kapal penumpang bagi wisatawan.

d. Peningkatan fasilitas wisata, termasuk diantaranya parkir, toilet, kantor

pengaduan, rumah makan, dan tempat penjual oleh – oleh.

3. Kebijakan Pengembangan SDM yang kreatif, Berwawasan lingkungan, dan

handal dalam memanfaatkan peluang

Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, maka Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Jember dapat melakukan program sebagai berikut :

a. Kegiatan pelatiahan pemandu wisata khusus dalam area Kabupaten

Jember (SOP Pengelola Wisata)

b. Kegiatan Pelatihan dan sosialisasi dalam meningkatkan professional

pengelola wisata.

c. Kegiatan mendaur ulang sampah menjadi barang yang layak jual.

d. Membentuk forum komunikasi antar pengelola wisata.

e. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis data sebagaimana dikemukakan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan beberapa kesimpulan penting antara

lain sebagai berikut :

1. Strategi pengembangan destinasi wisata Pantai Puger dari hasil Analisis

SWOT diperoleh strategi yang diwujudkan dalam kebijakan dan program

antara lain :

Pertama :Kebijakan Pembangunan Kawasan Pariwisata untuk memperkuat

potensi wistaa. (Mengembangkan Daya Tarik Wisata Jember)

Program yang dapat dijalankan yaitu kegiatan analisa pasar untuk promosi

dan pemasaran objek wisata, kegiatan pemanfaatan teknologi informasi

dalam pemsaran wisata, kegiatan pengembangan jaringan kerjasama antar

daerah satu dengan daerah lain, kegiatan kordinasi dengan sektor pendukung

pariwisata baik didalam dan luar negeri, kegiatan pengembangan objek wisata

unggulan di Jember, kegiatan pengembangan jenis dan paket wisata yang

khusus di Kabupaten Jember.

Kedua` :Kebijakan Pengendalian dan pelestarian wisata Pantai Puger

Program yang bisa dilakukan yaitu dnegan peningkatan sarana dan prasarana

Pariwisata Jember, Kegiatan membuka pintu

100
101

investor dalam menanamkan modal dikegiatan wisata, kegiatan membuat

standart kapal bagi wisatawan, dan peningkatan fasilitas wisata.

Ketiga :Kebijakan mewujudkan Kualitas SDM yang inovatif, integritas,

professional, dan berdaya saing.

Program yang bisa dilakukan yaitu dengan kegiatan pelatihan pemandu

wisata khusus dalam area Kabupaten Jember, Kegiatan pelatihan dan

sosialisasi dalam meningkatkan professional pengelola wisata, kegiatan

mendaur ulang sampah, membentuk forum komunikasi antar pengelola

wisata, peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata.

2. Permasalahan dalam pengembangan wisata antara lain : keadaan jalan yang

kurang baik, promosi wisata yang belum dilakukan dengan maksimal,

program pengembangan objek wisata yang masih sederhana, keterbatasan

anggaran, pengelola yang kurang professional, kondisi pantai puger yang

kotor.

3. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti dapat memberikan pilihan strategi

yang terdiri dari aspek daya tarik, aspek aksesbilitas dan fasilitas, aspek

sosial, ekonomi dan budaya, dan aspek fisik.

5.2 Rekomendasi

Bertumpu pada kesimpulan di atas, yang dapat menjadi rekomendasi dari

peneliti natara lain sebagai berikut :

1. Kebijakan yang didapatkan peneliti, dan menjadi rekomendasi kepada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu ;


102

a. Pembangunan Kawasan Pariwisata untuk memperkuat potensi wistaa.

(Mengembangkan Daya Tarik Wisata Jember)

b. Pengembangan dalam pengelolaan dan peletarian wisata.

c. Pengembangan SDM yang Kreatif, berwawasan lingkungan, dan handal

dalam memanfaatkan peluang.

2. Kebijakan dan program yang telah ditentukan Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Jember, harus dilakukan secara maksimal. maka dari

itu, peneliti merekomendasikan sesuai dengan hasil 3 faktor keberhasilan

yaitu menarik investor dalam mengupayakan dana pengembangan,

pengembangan wisata dalam bidang fasilitas, sarana, tujuan dan peningkatan

kualitas pengelola wisata.

3. Pilihan strategi dari aspek daya tarik wisata yaitu dengan menstrategikan

Pulau Nusa Barong sebagai tujuan utama dan icon dari Puger. Aspek aktivitas

dan fasilitas yaitu dengan pembenahan fasilitas, sarana dan prasarana

termasuk di dalamnya standart kapal. Aspek aksesbilitas yaitu dengan

membenahi kondisi jalan termasuk pelebaran jalan, sehingga mempermudah

akses ke Pantai Puger. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya yaitu dengan

meningkatkan kualitas SDM masyarakatnya juga dengan adanya SOP

pengelola Pantai Puger. Aspek fisik yaitu dengan mempertahankan

kandungan di dalam daerah puger itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin (2008). Analisis Kebijaksaan Dari Formulasi Ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Ackerman, Susan Rose. (1998). Corruption : Catalyst and Constraints, dalam


Annual Bank Conference Development Economics 1997, The World Bank,
Washington DC.

Agustino Leo. (2008). Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Bovy B. dan Lawson F. (1977). Tourism Recreation Development. Handbook of


Physical Planning. Boston: CBI Publishing Company.

Burkart and Medlik, (1974),Tourism Past, Present, and Future,2 nd edition,


London,. Heinemann.

Dimjati, A. (2003). Usaha Pariwisata. Jakarta: Pusat Pendidikan Dan Latihan


Kebudayaan Dan Pariwisata.

Fred R. David, (2009), Manajemen Strategis. Salemba Empat Jakarta

Hadari, Nawawi. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah


Mada. University Press

Hadi, Sutrisno. (1998). Metodologi Research.Yogyakarta: Yayasan Penerbitan


Fakultas Psikologi UGM.

Hari Karyono. (1997). Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo.

Gunn, Clare A. (1979). Tourism Planning. New York : Crane Russak & Company,.

Irfan Islamy. (2009). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta:


Bumi Aksara.

Inskeep Edward. (1991). Tourism Planning An Integrated and Sustainable.


Development Approach.

Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widisarana.

Lawson, Fred and Baud-Bovy, Manuel. (1997). Tourism and Recreation


Development. CBI Publishing Company, Inc.: Boston

Pitana, I Gde. (2005). Sosiologi Pariwisata, Kajian Sosiologis Terhadap Struktur,


Sistem, Dan Dampak-Dampak Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.

Siagian, Sondang. (2008). Manajemen SDM. Cet 16. Jakarta : Bumi Aksara.

Soekadijo. R. G. (2000), Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai


Sistematic Linkage, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Suharno. (2010). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta: UNY Press.

______. (2010). Marketing in Practice. edisi pertama, penerbit Graha Ilmu,.


Yogyakarta.

Swarbrooke. (1996). Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Gramedia.

Swasono, Sri-Edi. (2004). Kebersamaan dan Asas Kekeluargaan. Jakarta: UNJ


Press.

Tangkilisan, Hessel Nogi. S. (2003).Kebijakan Publik Yang Membumi. Jakarta:


Lukman Offset.

Todaro, Michael dan Smith, Stephen. (2004). Pembangunan Ekonomi Dunia.


Ketiga. Erlangga: Jakarta.

United Nations Development Program. (2000). Human Development Report 2000.


United Nations Development Program, New York.

Wahab, s.(1992).Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prosfeknya.Kanisius,


Yogyakarta.

Winarno, Budi,(2007), Kebijakan Publik Teori & Prsoses, PT Buku Kita, Jakarta.

____________.(2002). Teori Dan proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Media


press.

Yoeti.Oka.A.(1995).Pengantar Ilmu Pariwisata.jakarta:Angkasa


.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA PANTAI PUGER DALAM


MENIGKATKAN WISATAWAN

A. Identitas Narasumber

Nama :

Alamat :

Pekerjaan/Jabatan :

Hari/Tanggal :

Tempat :

B. Pertanyaan
1. Sarana / Prasarana
a. Sarana dan Sarana dan prasarana apakah yang telah diberikan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember untuk Obyek Wisata
Pantai Puger dan Bagaimana kondisinya?
b. Fasilitas-fasilitas apa yang akan diberikan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Jember untuk kedepannya?
2. Promosi
a. Promosi apa saja yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Jember untuk Obyek Wisata Pantai Puger?
b. Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Jember dalam mempromosikan dan
memasarkan agar lebih dikenal oleh masyarakat?
3. Program Pengembangan
a. Program pengembangan apa saja yang dilakukan pemerintah Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember untuk Obyek Wisata
Pantai Puger? Dan apa saja hambatannya?
b. Bagaimana kualitas tenaga kerja yang dimiliki pengelola Obyek Wisata
Pantai Puger? Dan apakah ada pelatihan untuk pengelola?
c. Adakah kerjasama dengan pihak swasta dalam pengembangan Obyek
Wisata Pantai Puger?
4. Faktor-faktor yang mendorong dan penghambat pengembangan Obyek
Wisata Pantai Puger
a. Faktor-faktor apa yang mendorong pengembangan Obyek Wisata pantai
Puger?
b. Apa saja faktor penghambat dalam mengembangkan Obyek Wisata
pantai Puger? Dan bagaiman solusi mengatasinya?
Lampiran 2 Potret Objek Penelitian

Pulau Nusa Barong dilihat dari


Pantai Puger
Pulau Nusa
Barong

Akses Jalan
Puger

Pintu Masuk
Menuju Pantai
Puger

Tempat duduk
sekitar pantai
Lampiran 3 Media Informasi

www.jembertourism.com www.jemberkab.bps.go.id
.com

www.jember.info.com

Rekomendasi Strategi yang dapat dilakukan

Anda mungkin juga menyukai