Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN AKHIR

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN


PARIWISATA DAERAH (RIPPDA)
KABUPATEN MANGGARAI

DINAS PARIWISATA
PEMERINTAH KABUPATEN MANGGARAI
BEKERJASAMA DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2004
KATA PENGANTAR

Puji syukur sepatutnya kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh
karena proses penyusunan Buku Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah
(RIPPDA) Kabupaten Manggarai Tahun Anggaran 2004 dapat terselesaikan.
Penyusunan Buku RIPPDA Kabupaten Manggarai pada hakekatnya dimaksudkan
agar pengelolaan dan pengembangan potensi kepariwisataan di Kabupaten
Manggarai dapat diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi komunitas lokal
(local community) serta tidak meninggalkan nilai-nilai budaya yang telah berurat akar
dalam masyarakat (contextual setting).
Di samping itu, dalam wacana otonomi daerah, penyusunan RIPPDA
Kabupaten Manggarai merupakan salah satu agenda strategis dalam dimensi
pemberdayaan daerah yang senantiasa berupaya mengembangkan secara optimal
segenap potensi yang dimilikinya, khususnya potensi dan keragaman Obyek & Daya
Tarik Wisata (ODTW) di wilayah Kabupaten Manggarai.
Buku RIPPDA Kabupaten Manggarai ini merupakan sebuah dokumen yang
tersusun secara terpadu dan sistematis yang berisikan tentang arah dan kebijakan
programpengembangan pariwisata Kabupaten Manggarai dalam tempo 5 - 10 tahun
ke depan.
Dalarn proses penyusunan Buku RIPPDA tersebut berbagai pihak telah kami
libatkan dengan harapan agar dapat menampung beragam masukan (input) serta
menghasilkan produk (output) dan atau Buku RIPPDA yang comprehensive. Untuk
itu dalam kesempatan ini, perkenankan kami menyampaikan rasa terima kasih yang
setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada (i) Bapak Bupati
dan seluruh jajaran pimpinan serta dinas / instansi Pemerintah Kabupaten
Manggarai terkait, (ii) DPRD Kabupaten Manggarai, (iii) Lembaga Penelitian
Universitas Airlangga Surabaya, sebagai Pelaksana Kegiatan Penyusunan Buku
RIPPDA Kab. Manggarai Tahun Anggaran 2004, dan (iv) seluruh warga masyarakat
serta para pelaku wisata yang terlibat baik secara langsung maupun tidak dalam
proses penyusunan Buku RIPPDA ini.
Akhir kata, semoga Buku RIPPDA ini benar-benar dapat dimanfaatkan dan
bermanfaat bagi pengembangan program-program kepariwisataan Kabupaten
Manggarai di masa-masa mendatang serta dapat menjadi stimulant bagi tumbuh
dan berkembangnya kegiatan usaha dan jasa pariwisata di masyarakat tanpa harus
meninggalkan karakter dan nilai budyaa Manggarai.

Manggarai, 31 Desember 2004


Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai
Kepala,

Drs. Timbul Marselinus, M.Si


Pembina Tk. I
NIP. 050 021 244
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Ruang Lingkup
1.5 Tahapan Studi
1.6 Produk Studi

BAB II KEBIJAKAN KEPARIWISATAAN NASIONAL,


NUSA TENGGARA TIMUR DAN KABUPATEN MANGGARAI
2.1 Konsepsi Kepariwisataan Nasional
2.2 Paradigma Pengembangan Tata Ruang Propinsi
Nusa Tenggara Timur
2.4 Strategi Pengembangan Pariwisata Propinsi NTT
2.5 Kebijakan Pariwisata di Nusa Tenggara Timur
2.6 Kebijakan Pembangunan Sektor Pariwisata Kabupaten Manggarai

BAB III KONDISI UMUM KABUPATEN MANGGARAI


3.1 Kondisi dan Potensi Sumber Daya Alam
3.1.1 Kondisi Geografis
3.1.2 Kependudukan
3.1.3 Keadaan Geologi, Topografi dan Tanah
3.1.4 Hidrologi dan Klimatologi
3.1.5 Pertanian Tanaman Pangan
3.1.6 Perkebunan
3.1.7 Kehutanan
3.1.8 Peternakan
3.2. Kondisi dan Potensi Sosio Ekonomi
3.2.1. Sosio Ekonomi
3.2.2. Tingkat Pendidikan
3.2.3. Ketenagakerjaan dan Daya Beli Masyarakat Kabupaten Manggarai
3.2.4. Sosio Kultural
3.2.5. Potensi Sektor Industri
3.2.6 Potensi Perdagangan
BAB IV KONDISI SARANA DAN FASILITAS PENUNJANG SEKTOR PARIWISATA DI
KABUPATEN MANGGARAI
4.1 Usaha Sarana Pariwisata
4.1.1 Akomodasi
4.1.2 Restoran/Rumah Makan
4.1.3 Transportasi Wisata
4.1.4 Sarana Jalan
4.1.5 Sarana Komunikasi
4.1.6 Kebudayaan dan Kesenian Daerah
4.2. Usaha Jasa Pariwisata
4.2.1 Biro Perjalanan
4.2.2 Jasa Agen Perjalanan Wisata
4.2.3 Pramuwisata
4.2.4 Konvensi, Perjalanan, Insentif dan Pameran
4.2.5 Jasa Konsultan Pariwisata
4.2.6 Jasa Informasi Pariwisata
4.2.7 Jasa Impresariat

BAB V POTENSI SENI DAN BUDAYA SERTA OBYEK WISATA DI KABUPATEN


MANGGARAI
5.1 Kebudayaan Manggarai
5.1.1. Sub Sistem Ilmu Pengetahuan
5.1.2. Sub Sistem Teknologi
5.1.3. Sub Sistem Sosial atau Organisasi Sosial
5.1.4 Sub Sistem Bahasa
5.1.5 Sub SIstem Religi
5.1.6. Sub Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian
5.1.7 Sub Sistem Kesenian
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang penting dalam perekonomian sebagai

sumber ekonomi negara/daerah dan masyarakat, pengembangan sosial-budaya dan

mempromosikan citra tentang suatu wilayah/daerah. Sektor pariwisata meliputi

beberapa bidang usaha seperti: hotel dan restauran, biro perjalanan wisata,

kawasan wisata dll. Karena itu pariwisata merupakan sektor yang melibatkan sektor-

sektor lain, sehingga koordinasi menjadi sangat penting.

Peranan pariwisata dalam pembangunan secara garis besar berintikan tiga

segi, yakni. segi ekonomi (sumber pendapatan, pajak-pajak dll), segi sosial

(penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan,

membangun citra). Sebagaimana sektor ekonomi lainnya misalnya industri, dagang

dan transpor, perkembangan sektor pariv'risatajuga mempunyai pengaruh dalam

bidang sosial dan budaya. Dalam arti seluas-luasnya, pariwisata mampu mendorong

terjadinya "pengertian" antar kedudayaan, memiliki kesempatan besar dalam

pertukaran budaya, ekonomi dan bahkan "politik".

Kejahatan, kemiskinan, perusakan lingkungan dll adalah bertentangan

dengan pariwisata. Melalui pengembangan pariwisata kesempatan kerja menjadi

terbuka, taraf kehidupan (juga pendapatan/ devisa) dapat meningkat dan juga

kualitas lingkungan dan keseimbangan ekologis dapat terjaga. Pariwisata juga

menyangkut kepentingan segala lapisan masyarakat baik langsung maupun tidak

langsung. Karena itu bisa dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu sector

yang sangat strategis sifatnya bagi pembangunan.

Dewasa ini dua perubahan penting yang akan sangat mempengaruhi

perkembangan sektor pariwisata, yaitu globalisasi dan otonomi daerah. lndonesia

sebagai negara yang telah meratifikasi penjanjian GATT/WTO Putaran Uruguay


pada tahun 1994 memiliki komitmen untuk menjalan kesepakatan- kesepakatan

yang telah dicapai, termasuk didalamnya menyangkut pariwisata. Komitmen sektor

pariwisata lndonesia dalam rangka globalisasi telah diberikan dalam kerangka AFTA

Tahun 2002 (Asean Framework Agreement on Services), dan GATT/WTO tahun

2020. Dalam rangka desentralisasi, lndonesia telah mengeluarkan UU nomor 22

tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diganti dengan UU nomor 32 tahun

2004 tentang pemerintahan daerah dan UU nomor 25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah sebagai landasan pelaksanaan otonomi di

daerah.

Kecenderungan serta implikasi dari globalisasi dan otonomi daerah tersebut

sudah selayaknya dicermati, dianalisis dan disikapi secara positif oleh sektor

pariwisata, sehingga sector pariwisata dapat berkembang secara optimal. Dalam

menyikapi pelaksanaan otonomi daerah, dituntut adanya perubahan persiapan dan

kebijakan di masing-masing sektor termasuk sector pariwisata serta dituntut

kesiapan baik sikap, kapasitas, serta kapabilitas pemerintah daerah dalam

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Otonomi daerah pada

dasarnya mengandung makna beralihnya sebagian besar proses pengambilan

keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan

pemerintahan dari pusat ke daerah. Pemerintah daerah bertanggung jawab secara

lebih penuh terhadap kebijakan-kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan

daerah. Dalam kaitannya dengan kemampuan daerah daram "mernicu"

perkembangan ekonomi daerah akan sangat tergantung pada:

Kemampuan berafiliasi, yaitu kemampuan bekerjasama, negosiasi dan

networking dengan pihak swasta (dalam negeri dan asing), pemerintah daerah

lain, pemerintah pusat, dil.


Kemampuan berpikir strategik, yaitu kemampuan melihat dan mengidentifikasi

faktor-faktor dominan dari suatu daerah, yang akan mempengaruhi dan

menentukan pembangunan daerah.

Secara geografis Kabupaten Manggarai tidak jauh berbeda dengan Bali

maupun Lombok, yaitu penuh dengan potensi wisata. Baik vrisata alam yang berupa

wisata laut, gunung, perkebunan, pedesaan, maLrpun wisata budaya. Namun

potensi ini masih belum banyak yang dikembangkan. Demikian juga sarana dan

prasarana penunjang seperti transportasi baik darat, laut dan udara, komunikasi,

dan industri penunjang pariwisata seperti jasa biro perjalanan, hotel restoran serta

kerajinan masih sangat terbatas.

Karena itu di tingkat pemerintah daeiah sangat diperlukan adanya sikap

kreatif dan inovatif, yaitu kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan dan

pemikiran-pemikiran baru yang berdampak pada kemajuan ekonomi daerah.

Masing-masing sektor pembangunan mestilah mengembangkan sikap tersebut,

termasuk dalam hal ini sektor pariwisata. Kebijakan pengembangan pariwisata

dalam era otonomi daerah (dan globalisasi) sudah tidak dapat lagi menggantungkan

pada kebijakan dan pemerintah pusat saja, melainkan diperlukan peran aktif

pemerintah daerah. Pemerintah Daerah harus memiliki kemampuan

untuk.mengidentifikasi dan menganalisis potensi pariwisata di daerahnya, serta

mengkaji fakfor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pengembangan

pariwisata daerah.

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan pariwisata

serta dalam upaya untuk mengembangkan pembangunan kepariwisataan

khususnya di Kabupaten Manggarai, maka perlu suatu pedoman rencana

pengernbangan yang terarah dan terpadu dalam bentuk Rencana lnduk

PengembanEan Pariwisata Daerah (RIPPDA), sehingga dapat dilaksanakan


pembangunan kepariwisataan daerah sesuai dengan kernampuan daerah untuk

menerima wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.

Dengan adanya potensi-potensi sumber daya kepariwisataan yang ada dan

peninggalan sejarah serta kekayaan budaya merupakan potensi yang kuat untuk

pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Manggarai. Untuk mencapai daya

guna dan hasil guna dan dalam rangka otonomi daerah, pengembangan pariwisata

di Kabupaten Manggarai perlu mempertimbangkan kesesuaian antara rencana

pengembangan obyek dengan kernampuan daerah untdk melaksanakannya. Melihat

kondisi kepariwisataan dan kemampuan daerah pada saat ini, masih banyak

diperlukan arahan prioritas pengembangan pariwisata atas dasar kemampuan

daerah sendiri.

1.2. Tujuan

1. Menyiapkan suatu Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA)

Kabupaten Manggarai yang dapat berfungsi sebagai wadah keterpaduan dalam

penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan baik yang dilaksanakan oleh

pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat.

2. Mewujudkan pemerataan, keterkaitan dan keseimbangan program

kepariwisataan yang dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat.

3. Mendorong pengembangan program kepariwisataan secara lebih terarah dan

terpadu.

1.3. Manfaat

Manfaat dari penyusunan Rencana lnduk Pengembangan PariwisataDaerah

(RIPPDA) Kabupaten Manggarai adalah :

1. Tersedianya suatu pedornan/arahan bagi Pemerintah dan masyarakat dan

swasta untuk mencapai pembangunan dan pengembangan pariwisata di


Kabupaten Manggarai dalam jangka panjang dan rencana pengembangan

jangka menengah serta jangka pendek yang terkendali dan terarah serta

mengikat semua pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta.

2. Tersedianya pedoman rencana pengembangan pariwisata yang sesuai dengan

prinsip pembangunan berwawasan lingkungan alam dan budaya, sebagai akibat

pelaksanaan aktivitas pariwisata tersebut maupun sektor penunjangnya,

khususnya yang berkaitan dengan sektor atau bidang-bidang pembangunan

berikut:

a. Ekonomi

Peningkatan pendapatan daerah dari kegiatan pariwisata; peningkatan

keterpaduan pembangunan dengan sektor lain yang terkait dengan bidang

kepariwisataan; peningkatan penerimaan devisa; peningkatan kualitas

sumber daya manusia dalam kegiatan pembangunan kepariwisataan.

b. Lingkungan

Peningkatan kesadaran pembangunan yang berwawasan lingkungan;

peningkatan usaha pelestarian komponen-komponen lingkungan;

peningkatan usaha penanggulangan dampak negatif kegiatan pembangunan

di bidang kepariwisataan seperti pencemaran dan benturan tata ruang;

peningkatan usaha pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

c. Sosial Budaya

Peningkatan penanganan potensi sosial budaya dan kesadaran

budaya melalui pembangunan kepariwisataaan; pendalaman perjalanan

sejarah bangsa melalui penelusuran potensi kepariwisataan yang terdiri dari

berbagai peninggalan sejarah yang ada; pendalaman rasa cinta tanah air

melalui pembangunan wisata sejarah. Beberapa aspek yang termasuk dalam

bidang ini, adalah:

Keragaman budaya/adat istiadat obyek wisata.


Potensi flora dan fauna.

Jenis dan tampilan/atraksi (kesenian).

Nilai-nilai historis (mitos, legenda, peninggalan bersejarah).

Potensi alam lainnya (gunung, pantai, hutan, laut).

Dampak social budaya (masyarakat sekitar obyek wisata).

1.4. Ruang Lingkup

1. Lingkup Wilayah:

Tingkat kedalaman studi adalah pada lingkup Kabupaten Manggarai, namun

demikian pada beberapa kawasan tertentu akan ditinjau pada tingkat

operasional yang lebih rinci.

2. Lingkup Materi:

a. Review terhadap kebijaksanaan dan peraturan yang ada sehingga

dapat mengetahui arah pembangunan daerah. Review terhadap

rencana dan program yang telah ada sehingga dapat diketahui

permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam proses

pembangunan di Kabupaten Manggarai.

b. Studi umum wilayah perencanaan yang meliputi:

Kedudukan wilayah perencanaan terhadap potensi pariwisata;

Kedudukan wilayah perencanaan dalam kaitan dengan Strategi

Pengembangan Pariwisate Nusa Tenggara Timur;

Kondisi Fisik (geologi, hidrologi, flora dll.); Kependudukan sosial dan

budaya;

c. ldentifikasi potensi pariwisata secara lengkap yang meliputi obyek dan

daya tarik wisata alam, budaya dan peninggalan sejarah. Disamping itu

juga dibahas keberadaan masyarakat di sekitar obyek dan daya tarik


wisata, serta identifikasi terhadap program sektoral yang berkaitan dengan

program kepariwisataan.

1.5. Tahapan Studi

Kegiatan studi Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah di

Kabupaten Manggarai dilakukan dalam 6 (enam) tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Tahap Review Program Kepariwisataan Daerah

Melakukan review dan atau pengkajian terhadap berbagai program

kepariwisataan daearah yang telah direncanakan dan dilaksanakan

sebagaimana dirumuskan dalam Kebijaksanaan sektor kepariwisataan dan

Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Nusa Tenggara Timur.

2. Survey Lokasi/Obyek Wisata

Kegiatan penelitian dengan menggunakan metode survey lapangan dalam

rangka pengumpulan data (primer) berkaitan dengan aspek atau faktor-faktor

pendukung dan kendala pengernbangan potensi obyek wisata yang disesuaikan

dengan lingkup materi studi.

3. Pengumpulan Data Penunjang

Kegiatan pengumpulan data (sekunder) di beberapa dinas/instansi terkait yang

berkompeten secara langsung dengan pembinaan dan pengelolaan obyek

wisata, seperti Bappeda, Perhutani, Dipparda dll.

4. Verifikasi dan Analisis Data

Tahapan verifikasi dan analisis data dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif dan SWOT Analysis (Strenght, Weakness, Opportunity and Threat).

5. Diskusi Ahli dan Praktisi


Kegiatan diskusi dalam rangka menjaring berbagai masukan untuk perbaikan

dan penyempurnaan hasil analisis data dengan melibatkan beberapa ahli dan

praktisi yang berkompeten dengan pembangunan dan pengembangan

pariwisata.

6. Penyusunan Laporan Hasil Studi

Merupakan tahap akhir studi yang didasarkan atas hasil analisis data dan hasil-

hasil dlskusi ahli/praktisi yang dikemas dalam sebuah dokumen dengan standar

RIPPDA.

1.6. Produk Studi

Studi ini menghasilkan buku Rencana lnduk Pengembangan Fariwisata

Daerah di Kabupaten Manggarai.

Secara substantif, materi-materi yang terkandung dalam buku Rencana lnduk

Pengembangan Pariwisata Daerah dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Gambaran umum mengenai karakteristik potensi pariwisata di Kabupaten

Manggarai yang meliputi Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) (termasuk lokasi

yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisaia), akomodasi, restoran, biro

perjalanan, jalur/paket wisata dan lain-lain. Obyek dan daya tarik wisata vang

dirnaksud meliputi alam, budaya, sejarah, minat khusus dan atraksi lainnya yang

disusun baik dalam bentuk deskripsi, tabel (matrik) maupun pada peta sehingga

dapat diketahui penyebarannya.

b. Strategi pengembangan pariwisata daerah dikaitkan dengan dukungan

pengembangan sektor terkait, sehingga dapat memberikan gambaran langkah-

langkah maupun urutan-urutan prioritas pengembangannya

c. Gambaran rencana struktur pengembangan pariwisata di Kabupaten Manggarai

yang dikaitkan dengan struktur pengembangan wilayah dengan pusat-pusat


pengembangannya. Rencana struktur pengembangan pariwisata tersebut harus

dapat memberikan gambaran terhadap:

Peranan dan fungsi pengembangan potensi pariwisata

hirarki pengembangan potensi pariwisata

dukungan perhubungan/sarana transportasi

d. Rencana arah pengembangan obyek dan daya tarik wisata termasuk

kawasan/resorf pariwisata sesuai dengan kondisi lokasi (daya dukung dan daya

tampung) serta berdasarkan permintaan pasar atau pasar potensial. Dalam

kaitannya dengan penyusunan rencana tersebut disusun pula rencana

pengembangan akomodasi dan faislitas lainnya serta pemasarannya.

e. Program pengembangan pariwisata daerah yang dikaitkan dengan tahapan

pelaksanaannya (angka pendek, menengah dan panjang) serta sumber

pendanaannya.

f. Program pemasaran, sistem pemasaran, sasaran pasar wisatawan dan tema

pemasarannya sehingga dapat menjadi image atau citra pariwisata bagi daerah

tersebut.
GAMBAR 1.1

KERANGKA KONSEP MODEL PENYUSUNAN


RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH
(RIPPDA)
DI KABUPATEN MANGGARAI

VISI DAN MISI


SEKTOR PARIWISATA

FAKTOR PENDUKUNG OBYEK WISATA KENDALA/MASALAH

STUDI PENGEMBANGAN
SWOT ANALYSIS

ASPEK EKONOMI ASPEK SOSBUD LINGKUNGAN ASPEK ORG/LEMB

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN


PARIWISATA DAERAH (RIPPDA) KAB. MANGGARAI

PAKET PROGRAM KEPARIWISATAAN DAERAH

PENINGKATAN KUNJUNGAN WISATAWAN

PENINGKATAN KONTRIBUSI P A D
PELUANG BERUSAHA & KESEMPATAN KERJA
Keterangan :
1. SOSBUD : Sosial Budaya
2. SAR/PRA : Sarana Prasarana
3. ORG/LEMB : Organisasi/Lembaga

BAB II
KEBIJAKAN KEPARIWISATAAN NASIONAL,
NUSA TENGGARA TIMUR DAN KABUPATEN MANGGARAI

2.1. Konsepsi Kepariwisataan Nasional

Agar diperoleh titik tolak yang sama dalam menyikapi strategi pengembangan

pariwisata di Kabupaten Manggarai, perlu terlebih dahulu dipahami visi dan misi

serta konsep pengembangan pariwisata nasional. Visi pembangunan pariwisata

nasional merupakan pandangan terhadap upaya pengembangan pariwisata, yang

dapat menumbuh-bina-kernbangkan kesejahteraan masyarakat/ bangsa lndonesia

serta perdamaian antar kelompok-kelompok masyarakat lndonesia maupun antara

bangsa lndonesia dengan dunia/global pada umumnya.

Berdasarkan visi tersebut ditemukan 2 (dua) substansi pengembangan

pariwisata yang hakiki, yakni kesejahteraan dapat tumbuh melalui peningkatan

pertumbuhan ekonomi, sedangkan perdarnaian dapat berwujud pemantapan

kerukunan, persatuan dan kesatuan.

Sehubungan dengan itu maka misi pembangunan pariwisata nasionaI

mengedepankan konsep sebagai berikut:

a. Sumber Daya Manusia: Kepariwisataan nasional harus mampu menyediakan

SDM yang profesional, mempunyai jiwa kewirausahaan, berorientasi pada

ekonomi rakyat, berdedikasi dan menyadari misinya untuk mewujudkan visi

kepariwisataan nasional.

b. lndustri Pariwisata: lndustri pariwisata yang dikembangkan bukan hanya

berorientasi pada upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya


dan menjadikan pariwisata sebagai sumber devisa utama, akan tetapi juga

menciptakan peluang kerja menuju pemerataan pendapatan.

c. Pemanfaatan Sumberdaya Dalam Negeri: Untuk mengurangi ketergantungan

pada sumber luar negeri serta mewujudkan kemandirian, pembangunan

infrastruktur haruslah memprioritaskan pada pemanfaatan sumber dalam negeri,

khususnya yang dimiliki rakyat.

d. Pembangunan spasial: Untuk mewujudkan keadilan regional, pelaksanaan

pembangunan kepariwisataan di seluruh tanah air dilakukan secara terpadu

melalui pendekatan perwilayahan yang disesuaikan dengan tata ruang rvilayah

nasional, propinsi dan kabupaten/kota sehingga mampu mengoptimalkan

keterkaitan antar sektor dan antar wilayah serta mengoptimalkan potensi dan

aset wisata yang dimiliki generasi ke generasi.

e. Pengernbangan Produk: Perlu keseimbangan antara market-led tourism strategy

dan product-led tourism strategy, yang disamping mempertimbangkan potensi

pasar juga mempertimbangkan penciptaan peluang kerja, pemerataan

pendapatan serta kelestarian lingkungan.

f. Keriasarna antar negara: Pengembangan kerjasama antar negara atas dasar

saling menguntungkan dalam rangka mempercepat kesiapan menghadapi

implementasi penuh era globalisasi.

2.2 Paradigma Baru dalam Pembangunan Pariwisata

a. Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah,

hutan, gunung, sungai, pantai, laut dan beberapa pulau-pulau kecil.

b. Pergeseran pola pemanfaatan SDA yang eksploritatif ke pola konservasi

c. Mempertahankan nilai keaslian budaya, otensitas dan atraksi wisata

d. Pengembangan pariwisata berbasis kemasyarakatan (Community based tourism

development)
e. Pola pengembangan destinasi dari skala besar ke skala kecil

2.2. Strategi Perkembangan Tata Ruang Nusa Tenggara Timur

Pengembangan perencanaan pariwisata daerah diperlukan pedoman atau

arahan bagi perencanaan itu sendiri. Pada tingkat pusat (nasional) arahan

perencanan ditekankan pada kebijaksanaan tata ruang nasional yang berbentuk

RIPPN (Rencana lnduk pengembangan Pariwisata Nasional). Acuan penyusunan

RIPPN adalah konsepsi Tata Ruang Pariwisata dan Strategi Nasional Pola

pengembangan Tata Ruang (SNPPTRN).

Sedangkan pada tingkat propinsi perencanaan pengembangan daerah wisata

didasarkan pada Rencana lnduk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) yang

berisi rencana jangka panjang, menengah, pendek dan tahunan. Dalam RIPPDA

juga disertakan usulan kawasan-kawasan pariwisata yang akan dikembangkan Jika

suatu daerah belum mempunyai RIPPDA namum mempunyai potensi untuk

dikembangkan sebagai kawasan wisata, maka kegiatan perencanaan

kepariwisataan dapat mengacu pada Rencana Detail (RDTR) dan tata ruang dan

RUTRD juga belum dibuat, maka perencanaan kawasan wisata dapat mengacu

pada Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi (RSTRP).

Mengacu pada Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi ( STRP) Nusa

Tenggara Timur, strategi pengembangan tata ruang propinsi dibedakan atas strategi

pengembangan internal dan strategi pengembangan eksternal. Strategi ini

didasarkan pada tujuan dari penyusunan RSTRP itu sendiri yang berupaya

memadukan kegiatan sektoral dan kegiatan daerah agar terintegrasi, serasi dan

tanpa menimbulkan konflik spasial. Pendekatannya menitik beratkan pada

keterkaitan antar berbagai sektor kegiatan (khususnya dalam bidang ekonomi),

dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah propinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT).
a. Strategi Pengembangan lnternal

Strategi ini menitikberatkan pada upaya pemanfaatan lahan sacara optimal

dengan penetapan bagi penggunaan sebagai kawasan lindung dan kawasan

budidaya secara jelas, strategi dengan sistem kota-kota, pengembangan sistem

prasarana wilayah dan strategi pengembangan prioritas.

Strategi pengembangan kawasan lindung; bahwa perlu pemantapan kawasan

lindung yang sesuai dengan fungsinya, dan mengendalikan pemanfaatan ruang

pada kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan.

Strategi pengembangan kawasan budidaya; dengan mengoptimalkan peran

setiap pemanfaatan ruang bagi kegiatan budidaya yang sesuai dengan kemampuan

daya dukung lingkungannya; dan mengendalikan pemanfaatan tata ruang guna

menghindari konflik antar berbagai kepentingan.

Strategi pengembangan kota-kota; dengan memantapkan peran Kota Kupang

sebagai ibukota propinsi; dan meningkatkan dan pengembangkan peran kota-kota

lainnya untuk mengurangi kesenjangan dan juga sebagai pusat pertumbuhan bagi

daerah belakangnya; mengembangkan keterkaitan antar kota secara fungsional dan

mengembangkan desa-desa dengan membentuk desa terpadu sebagai pusat

koleksi dan distribusi dalam skala kecil.

Strategi pengembangan prasarana wilayah; dengan meningkatkan prasarana

transportasi darat, laut dan udara untuk peningkatkan aksebilitas antar daerah;

mengembangkan system prasarana pengairan untuk menunjang pengembangan

kawasan pertanian lahan basah.

Strategi pengembangan kawasan prioritas; dengan mengembangkan wilayah-

wilayah yang memprioritaskan untuk mengakomodasi perkembangan sektor-sektor

strategis; penanggulangi dengan segera kawasan-kawasan prioritas yang memiliki

permasalahan yang cukup mendesak serta; member dukungan penataan ruang

pada setiap kawasan prioritas. Suatu wilayah diprioritaskan bisa karena potensinya
yang tinggi sehingga diharapkan dapat memacu pertumbuhan daerah wisata lainnya

ataupun daerah tersebut secara keseluruhan, maupun memacu pertumbuhan

sektor-sektor lainnya (diluar pariwisata). Kawasan prioritas pariwisata mencakup

kawasan Labuan Bajo dan Pulau

Komodonya, Kelimutu - Ende, Kupang dan sekitarnya (Rote, SOE, Kolbano) serta

Waingapu Waikabubak. Yang dimaksud dengan sektor strategis adalah sektor yang

berperan dalam pertumbuhan suatu daerah, misalnya karena daerah tersebut

memiliki potensi/sumber dayanya yang memadai. Sektor strategis suatu daerah

misalnya sektor pariwisata, perdagangan/jasa, pertanian, kehutanan dan lain-lain.

Dalam RSTRP telah ditentukan bahwa pengembangan kawasan pariwisata di

NTT diprioritaskan untuk menarik wisatawan mancanegara dan nusantara yang

memberikan kontribusi penghasilan terbesar di tingkat propinsi maupun nasional.

Dengan demikian pengembangan utama diprioritaskan bagi : Taman Nasional

Komodo di wilayah perairan laut sekltarnya. Wisata alam Danau Tiga Warna

Kelimutu dan wisata pantai seperti : taman laut 17 Pulau Riung (Ngada), taman laut

Maumere (Sikka), Pantai Lasiana (Kupang), Tablolong, Nernbrala, dan Pulau Semau

(Kupang), Pantai Kuai dan Baing (Sumba Timur), Pantai Rua Wanokaka, Pantai

Newa dan Marosi (Sumba Barat) dan pantai Pede Labuan Bajo), Cagar alam seperti

Taman Wisata Camplong. Taman wIsata Danau Kelimutu.

Kebijaksanaan pemanfaatan ruang pengembangan pariwisata dlprioritaskan

pada :

1. Penentuan dan pemantapan ruang kawasan pariwisata agar lebih memantapkan

wilayah pengembangan pariwisata, baik dalam kawasan lindung dan kawasan

budidaya.

2. Lebih meningkatkan fasilitas pendukung dengan menambah akomodasi dan

atraksi wisata dalam rangka memperluas kesempatan kerja (usaha) dan

penerimaan devisa.
3. Melanjutkan usaha pengembangan obyek-obyek wisata lainnya dan penataan

ruang obyek wisata serta promosi produk-produk wisata dalam menjaring

sebanyak mungkin segmen pasar wisata dalam dan luar negeri baik wisatawan

nusantara di NTT sendiri ataupun dari propinsi lainnya maupun wisatawan

mancanegara dari Australia, Eropa dan lain-lain atau wisatawan yang sedang

berlibur di Bali, NTB dan Sulawesi Selatan.

b. Strategi Pengembangan Eksternal

Strategi pengembangan secara eksternal berorientasi pada pasar, yang harus

didukung oleh kegiatan ekonomi yang mengahasilkan produk ekspor. Dalam

memacu kegiatan ekonomi perlu memanfaatkan potensi yang dimiliki NTT yang

mempunyai daya saing tinggi.

Dengan demikian strategi pengembangannya meliputi :

1. Peningkatan peran kota-kota yang mempunyai hubungan langsung dengan kota-

kota lain yang berada di propinsi lain khususnya yang berada di Pulau Jawa,

Sulawesi Selatan (Sulsel), maupun kota di negara lain. Kota-kota tersebut

diantaranya adalah Kupang, Maumere, dan juga Waingapu serta Labuan Bajo.

Pengertian Peran Kota di sini sangat luas karena termasuk perannya sebagai

ibukota propinsi atau kabupaten, peran ekonomi dan perdagangan dalam

menunjang pembangunan daerahnya, peran sosial bagi pusat informasi,

pelayanan pendidikan dan lain-lain.

2. Peningkatan aksesibilitas perhubungan laut dah peningkatan peran dan aktivitas

pelabuhan laut, terutama di pelabuhan -pelabuhan seperti Kupang, Waingapu,

Ende dan Maumere.

3. Mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh NTT, terutama yang memiliki

daya saing dan peluang yang tinggi di pasaran nasional maupun internasional.

Potensi obyek wisata NTT yang memiliki daya saing tinggi adalah obyek-obyek
wisata berskala internasional ataupun nasional yaitu Kelimutu, Komodo, Upacara

Pasola, dan lain-lain. Termasuk juga kampung / desa tradisional yang masing

asli dan pantai-pantai yang berpasir putih yang tersebar disepanjang Sumba.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menunjang potensi ini antara lain :

- Mengembangkan kawasan di sekitar laut Timor atau celah Timor (Timor Gap)

yang saat sekarang sedang kerjasama eksploitasi minyak dengan Australia.

Diharapkan usaha ini dapat menarik wisatawan dari Australia untuk benruisata di

NTT, khususnya di Kupang dan sekitarnya, dan untuk jangka panjang juga

rnengunjungi daerah NTT lainnya.

- Mengembangkan kawasan pariwisata yang banyak dimiliki Propinsi NTT, dengan

memanfaatkan jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Bali, membentuk paket

wisata dari Bali ke NTT, ataupun promosi langsung terhadap wisatawan-

wisatawan di negara asalnya maupun promosi domestik untuk menyerap

wisatawan nusantara. Kawasan-kawasan pariwisata tersebut antara lain adalah

Labuan Bajo dengan Pulau Komodonya, Kelimutu-Moni dan sekitarnya,

Maumere dan sekitarnya, Kota Kupang dan sekitarnya (termasuk Pulau Rote),

SOE - Mutis - Kolbano, Waingapu dan pantai selatan Sumba Timur serta

Waikubak dan sekitarnya.

2.3. Strategi Pengernbangan Pariwisata Propinsi NTT

Pengembangan kepariwisataan dilakukan sesuai dengan potensi wisata

utama NTT yaitu alam, budaya dan bahari. Pengembangan tersebut dilakukan

dengan memanfaatkan peluang yang ada dari segi transportasi, maupun pasar

wisata yang ada di sekitarnya.

Nusa Tenggara Timur memiliki pintu gerbang yang dekat dengan pasar

Australia dan menawarkan produk yang berbeda dari Bali. Sebagai rangkaian
kepulauan, konsep pengembangannya perlu menganut prinsip "multy gateways" dan

pengelolaan sumber wisata bahari merupakan isi penting bagi prinsip ini.

Untuk mendukung pernbangunan kepariwisataan daerah, pengembangan

program-program pembangunan dilakukan antar sektor dan saling mendukung

sehingga memberi hasil yang berdayaguna. Pariwisata sebagai salah satu program

strategis pembangunan daerah. Ada 7 (tujuh) program pokok pembangunan

strategis Propinsi NTT, yaitu

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang bergerak di sektor pariwisata;

2. Pengentasan kemiskinan;

3. Pengembangan sektor ekonomi;

4. Pengembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK);

5. Penembangan program tata ruang;

6. Peningkatan dan perluasan jaringan perhubungan darat, laut dan udara;

7. Peningkatan dan pengembangan pariwisata.

Dari program-program pokok pembangunan tersebut terlihat bahwa

peningkatan dan pengembangan pariwisata merupakan salah satu program strategis

yang diharapkan dapat meningkatkan hasil pembangunan yang lebih lanjut dapat

meningkatkan taraf hidup masyarakat NTT.

Pengembangan kepariwisataan pada implementasinya memperhatikan

kondisi setempat yang dilakukan lewat pendekatan kultural dan ekosistem. Artinya

menendang penting sosial-budaya yang dianut masyarakat setempat. Sedangkan

ekosistem ekologi merupakan yang mempertimbangankan kondisi lingkungan alam

seperti suhu, cuaca, angin dan endapan.

Pendekatan-pendekatan tersebut diambil untuk tidak mempertentangkan

dengan apa yang sudah dan sedang berkembang dalam masyarakat. Apalagi jika

kebiasaan itu telah berkembang turun temurun.

2.4. Kebijakan Pariwisata Di Nusa Tenggara Timur


a. Menjadikan Pariwisata sebagai penghasil devisa utama

Upaya memperkokoh perekonomian daerah perlu meningkatkan penerimaan

daerah, dimana salah satu sector potensialnya adalah pariwisata. Untuk itu

kebijaksanaan yang ditempuh adalah :

1. Menggencarkan pemasaran dan promosi dengan member peranan yang

dominan bagi usaha wisata.

2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai sector terkait baik

ke tingkat pusat maupun di daerah dalam setiap kegiatan pemasaran dan

promosi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

3. Menganggap lebih intensif pasar Asia Pasifik sehingga akan semakin

meningkatkan pangsa pasar.

4. Menggarap segmen pasar yang berpotensial pembelanjaan tinggi dengan

didukung peningkatan mutu pelayanan dan diversifikasi produk.

5. Memberikan kemudahan wisatawan mancanegara utnuk rnengadakan

perjalanan ke dan dari NTT.

6. Peningkatan promosi terpadu dalam lingkup regional, nasional dan

internasional.

7. Meningkatkan citra Pariwisata NTT dalam even-even pariwisata nasional dan

internasional.

8. Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan promosi melalui penyajian data

informasi yang akurat.

b. Menjadikan Pariwisata Nusa Tenggara Timur sebagai Pendorong

Pembangunan

Sebagai sektor pembangunan yang multi dimensional, pengembangan

pariwisata NTT mempunyai potensi dampak pengganda (multiplier effect) yang


relatif besar, sebagai pendorong pembangunan. Untuk itu kebijaksanaan yang

ditempuh adalah :

1. Meningkatkan sadar wisata masyarakat melalui pemasyarakatan sapta pesona.

2. Mengembangkan promosi dalam negeri untuk menjadikan NTT daerah tujuan

wisata bagi penduduk lndonesia.

3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang kepariwisataan.

4. Memperluas informasi obyek dan data tarik wisata serta sarana pendukungnya

kepada masyarakat.

5. Peningkatan sarana dan prasarana untuk segmen pasar wisatawan nusantara

(wisata remaja, lansia dan penyandang cacat).

c. Meningkatkan Parlwisata Sebagai Sektor andalan dan unggulan daerah

1. Menyusun konsep pengembangan pariwisata daerah

2. Koordinasi berbagai sektor ditingkat daerah

3. Mengembangkan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata.

4. Pengendalian obyek dan daya tarik wisata, sarana wisata, sarana penunjang dan

sarana pelengkap lainnya.

5. Meningkatkan pemasaran dengan pemakaian produksi dalam negeri.

d. Meningkatkan daya saing kepariwisataan Nusa Tenggara Timur

1. Mengembangkan dan meningkatkan pola pembinaan.

2. Memantapkan jaringan pemasaran di dalam dan luar negeri.

3. Meningkatkan koordinasi antar usaha pariwisata dengan industri lainnya.

4. Meningkatkan kemudahan masuknya wisatawan mancanegara.

5. Meningkatkan diversifikasi produk wisata dengan tetap memperhatikan

kelestarian lingkungan hidup.


6. Mengembangkan potensi wisata bahari.

e. Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Manusia

1. Meningkatan pendidikan dan pelatihan bagi semua unsur yang terkait di

bidang kepariwisataan

2. Meningkatkan peran serta asosiasi usaha jasa pariwisata.

3. Kerjasama dengan lembaga pendidikan kepariwisataan baik di dalam negeri

maupun luar negeri.

4. Membentuk unit pelatihan khusus

5. Meningkatkan peran serta kemitraan usaha kecil, menengah, koperasi dan

besar.

f. Kelembagaan

1. Pemantapan/ konsolidasi antar sektor terkait.

2. Pembinaan kelompok usaha di bidang pariwisata.

3. Kerjasama antar lembaga kepariwisataan.

4. Peningkatan Pembinaan Media Masa.

Upaya menyebarluaskan informasi obyek dan daya tarik wisata perlu terus

ditingkatkan dan mengajak serta keterlibatan media masa dalam pemberitaan

secara regional, nasional, dan internasional. Oleh karena

penyampaian data dan informasimengenai pembangunan kepariwisataan

perlu ditingkatkan melalui berbagai forum dan kesempatan dan

dilakukan pembinaan terhadap wartawan.

5. Peningkatan pembinaan terhadap organisasi kemasyarakatan. Penyertaan

masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan dapat ditempuh melalui

organisasi-organisasi kemasyarakatan, khususnya yang berhubungan

dengan penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan seperti: upacara-upacara

adat setempat.
6. Peningkatan pembinaan unit ekonomi setempat.

Penyertaan lembaga-lembaga ekonomi daerah seperti : koperasi, unit usaha

cinderamata dan usaha-usaha lainnya sangat dipertukan untuk lebih

memperbanyak akses ekonomi kepariwisataan. Penyertaan ini dilakukan

secara bersama- sama dengan upaya pembinaan agar penyelenggaraan

kewirausahaan ini mengikuti selera pasar bagi wisatawan nusantara dan

mancanegara.

2.5. Kebijakan Pembangunan Sektor Pariwisata Kabupaten Manggarai

Dikaitkan dengan rencana dan program pembangunan Propinsi NTT,

khususnya pembangunan sektor pariwisata, maka kebijaksanaan dan strategi yang

ditempuh dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Manggarai . pada

dasarnya adalah menjabarkan kebijaksanaan pariwisata nasional, propinsi NTT

serta visi dan misi kabupaten sebagai tolok ukur kinerja, Disamping itu, tanpa perlu

memperhatikan hal-hal yang sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah,

permasalahan yang dihadapi serta peluang-peluang yang ada..

Visi Kabupaten Manggarai saat ini adalah Terwujudnya Kabupaten

Manggarai yang unggul di bidang pemerintahan, pembangunan dan pelayanan

kemasyarakatan ( public service ) "

Guna memwujudkan visi tersebut, Pemerintah Daerah mencanangkan ke

dalam suatu keinginan, tekad dan komitmen bersama dalam lima misi sebagai

berikut :

1. Menerapkan sistem manajemen pemerintahan daerah sesuai UU Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang akuntabel, transparan,

bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).


2. Pelaksanakan sistem pelayanan dasar di bidang kesejahteraan sosial seperti

Kesehatan, Pendidikan, Ketentraman dan ketertiban dijangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat.Mengembangkan sumber daya lokal bagi pengembangan

ekonomi masyarakatmelalui sistem pengelolaan yang profesional, efektif dan

efisien dengan didukung modal dan penyediaan sarana dan prasarana yang

memadai

3. Mengembangkan networking antara pemerintah daerah dengan masyarakat

dan lembaga non formal, baik dalam tatanan lokal, regional, nasional maupun

internasional untuk bersama -embangun masyarakat.

4. Melestarikan dan mengembangkan budaya Manggarai menjadi aset ekonomi

produktif untuk meningkatkan pendapatan domestic daerah dan sekaligus

pendapatan perkapita masyarakat.

Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Manggarai diprioritaskan untuk

menarik wisatawan mancanegara dan nusantara dalam upaya memberikan

kontribusi pendapatan bagi daerah. Dalam arti seluas-luasnya, pariwisata mampu

mendorong terjadinya pengertian" antara kebudayaan dan memiliki kesempatan

besar dalam pertukaran budaya, ekonomi bahkan politik.

Dengan demikian sektor pariwisata di Kabupaten Manggarai diharapkan

mampu menggalakkan kegiatan ekonomi dan sektor-sektor lainnya sehingga

mampu meningkatkan lapangan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan

masyarakat dan devisi negara. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka dilakukan

developing effort dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan yang ada

secara optimal dengan tetap menJaga kelangsungan dan kelestarian budaya, alam

yang menjadi modal dasar dalam pembangunan. Berbagai kegiatan yang dilakukan

dalam rangka pengembangan pariwisata adalah

- Pendataan

- Penataan
- Pemasaran

- Pengembangan Produk

- Kelembagaan

- Sumber daya manusia

- Sarana Prasarana

Adapun kebijakan dan sasaran pembangunan sektor pariwisata di kabupaten

Manggarai adalah sebagai berikut :

a. Kebijakan sektor pariwisata meliputi:

1. Meningkatnya peran kebudayaan sebagai pendorong penguatan persatuan

lndonesia.

2. Mengembangkan citra lndonesia sebagai destinasi wisata yang berkelas

dunia, aman dan nyaman.

3. Mengembangkan mata rantai sistem kepariwisataan nasional.

4. Mengembangkan keunggulan produk dan pelayanan pariwisata.

5. Meningkatkan perjalanan wisata antara daerah dan pulau dalam wilayah

Indonesia

6. Meningkatkan peran Indonesia dalam kerja sama internasional di bidang

kebudayaan dan pariwisata.

b. Sarana pembangunan sector pariwisata meliputi:

1. Terwujudnya kebudayaan dan pariwisata yang maju berwawasan lingkungan

yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meningkatkan

peradaban persatuan dan persahabatan antara bangsa

2. Peningkatanpengembangankebudayaandanpariwisata di daerah dan tetap

mengacu pada bingkai negara kesatuan Republik lndonesia dengan sasaran

terciptanya kebudayaan bangsa.

3. Peningkatan penelitian dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata.


4. Pembudayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam

pengembangan kebudayaan dan peristiwa nasional.

5. Mewujudkan industri budaya dan pariwisata sebagai satu andalan

Penghasilan devisa.

6. Menjadikan kebudayaan dan pariwisata sebagai wahana

pemberdayaanekonomirakyat,menciptakankesempatan berusaha dan

lapangan kerja, khususnya bagi industri kecil dan menengah

7. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata

8. Meningkatkan segmen sektor pariwisata.

BAB III
KONDISI UMUM
KABUPATEN MANGGARAI

3.1. Kondisi dan Potensi Sumber Daya Alam

3.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Manggarai merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara

Timur (NTT), dimana pasca pemekaran kabupaten luas wilayahnya menjadi

4.188,90 kilometer persegi lebih mengecil dari awalnya. Dengan batas-batas wilayah

sebagai berikut; wilayah timur berbatasan dengan Kabupaten Ngada, wilayah utara

berbatasan dengan Laut Flores, wilayah barat berbatasan dengan Kabupaten

Manggarai Barat, dan wilayah selatan berbatasan dengan Laut Sawu. Yang secara

geografis terletak diantara 08.14' LS - 09.00 LS dan 120.20. BT - 120.55 BT.

Dengan beriklim tropis, curah hujan rata-rata per bulan pada tahun 2003 adalah

1745,8 milimeter. Rata-rata kelembaban udara adalah 81 persen pada tahun 2002

dan 85 persen pada tahun 2003.


Kabupaten Manggarai terdiri dari 12 kecamatan yang terbagi dalam 277 desa dan

27 kelurahan. Kecamatan yang memiliki desa/kelurahan terbanyak adalah

Kecamatan Satar Mese (38 desa), diikuti Kecamatan Poco Ranaka, dan Kecamatan

Ruteng yang masing masing memiliki 28 desa serta kecamatan Cibal (26 desa).

Sedangkan kecamatan yang jumlah desanya paling sedikit adalah Kecamatan

Sambi Rampas dan Kecamatan Langke Rembong yang masing-masing memiliki 11

desa (Tabel 3.1.)

Tabel 3.1.
Banyaknya Desa / Kelurahan
di Kabupaten Manggarai Menurut Kecamatan Tahun 2003

Kecamatan Ibukota Desa Kelurahan Jumlah


Kecamatan
1. Satar Mese Iteng 38 - 38
2. Borong Borong 19 2 21
3. Kota Komba Wae Lengga 16 1 17
4. Elar Lengko Elar 19 2 21
5. Sambi Rmpas Pota 8 3 11
6. Lamba Leda Benteng Jawa 16 - 16
7. Poco Ranaka Mano 26 2 28
8. Langke Rembong Ruteng - 11 11
9. Ruteng Cancar 27 1 28
10. Wae Rii Watu Alo 17 - 17
11. Cibal Pagal 25 1 26
12. Reok Reok 16 4 20
Jumlah 227 27 254
Sumber: Kantor PMD Kabupaten Manggarai

3.1.2. Kependudukan

Dalam buku "Manggarai Dalam Angka 2003", dilaporkan jumlah penduduk

Kabupaten Manggarai pada tahun 2003 adalah s:ranyak 481.679 jiwa yang tersebar

di 12 wilayah kecamatan. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah

Kecamatan Ruteng (63.748 jiwa atau 14,Q9%) diikuti berturut-turut oleh Kecamatan

Satar Mese (54.457 jiwa atau 11,92%) dan Kecamatan Poco Ranaka (52.622jiwa

atau 11,19%).

Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Langke Rembong

(905,58/Km2), diikuti berturut-turut oleh Kecamatan Ruteng (360,97/Km2), Wae 'Rii


(297/Km2) dan Kecamatan Poco Ranaka (251,54/Km2). Data tersebut dapat dilihat

pada tabel 3.2.

Tabel 3.2.
Jumlah Penduduk, Luas Daerah Dan
Kepadatan Penduduk per Kecamatan Tahun 2003
Kecamatan Jumlah Luas Kepadatan Presentase
Penduduk Daerah Penduduk Penduduk
Per Km2 Kecamatan terhadap
Penduduk
Manggarai
1. Satar Mese 54.457 572,00 95,20 11,92
2. Borong 51 533 490,26 105,11 11,07
3. Kota Komba 40 670 491,90 82,68 9,16
4. Elar 26 666 567,60 46,98 5,54
5. Sambi Rmpas 23 362 400,10 58,39 5,34
6. Lamba Leda 28 076 360,40 77,90 6,41
7. Poco Ranaka 56 622 209,20 251,54 11,19
8. Langke Rembong 54 824 60,54 905,58 10,98
9. Ruteng 63 748 176,60 360,97 14,09
10. Wae Rii 22 769 76,60 297,25 4,92
11. Cibal 35 712 188,30 189,65 8,64
12. Reok 27 240 595,40 45,75 6,27
Manggarai 481679 4 189,00 114,99 100,00
Sumber: Registrasi Penduduk 2003

Jumlah penduduk laki laki lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk

perempuan. Sex-ratio atau perbandingan penduduk laki-"ri dan perempuan di

Kabupaten Manggarai adalah 97,47, artinya b,ahwa untuk setiap 100 penduduk

perempuan terdapat sekitar 97 penduduk laki-laki.

Hampir seluruh kecamatan (10 kecamatan), penduduk perempuan lebih

besar jumlahnya dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Kecamatan dimana

penduduk perempuan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan jumlah penduduk laki-

laki adalah Kecamatan Elar dan Kecamatan Sambi Rampas.

Jumlah rumah tangga di Kabupaten Manggarai adalah 94.295 rumah tangga,

yang tersebar di 12 kecamatan. Kecamatan dengan jumlah rumah tangga terbesar

berturut-turut adalah: Kematan Ruteng (12.481), Kecamatan Satar Mese (10.557),

Poco Ranaka (9.913) dan Kecamatan Borong (9.806). Sementara kecamatan


dengan jumlah rumah tangga paling sedikit adalah Kecamatan Wae Rii (4.360)

(Tabel 3.3)

Tabel 3.3.
Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2003
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rumah
Tanggal
1. Satar Mese 26 555 27 902 54 457 10.557
2. Borong 25 052 26 451 51 533 9.806
3. Kota Komba 20 155 20 515 40 670 8.118
4. Elar 13 442 13 224 26 666 5.709
5. Sambi Rmpas 11 782 11 580 23 362 4.732
6. Lamba Leda 14 010 14 066 28 076 5.677
7. Poco Ranaka 25 904 26 718 52 622 9.913
8. Langke Rembong 27 176 27 648 54 824 9.728
9. Ruteng 31 356 32 392 63 748 12.481
10. Wae Rii 11 187 11 582 22 769 4.360
11. Cibal 17 506 18 206 35 712 7.657
12. Reok 13 609 13 631 27 240 5.557
Manggarai 237 734 243 915 481 679 94.295
Sumber: Registrasi Penduduk 2003

Dari struktur umur, penduduk Kabupaten Manggarai pada tahun 2003

masih berciri penduduk usia muda. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.4.

Penduduk dibawah umur 10 tahun berjumlah 188.483 atau 28,85% dari

seluruh penduduk dan penduduk dibawah umur 15 tahun berjumlah 261.660

jiwa atau sebesar 40.05% dari seluruh penduduk. Sementara itu menurut

jenis kelamin penduduk laki-laki yang berumur dibawah 10 tahun berjumlah

96.489 jiwa atau 29,41% dari seluruh penduduk laki-laki, sedangkan

penduduk perempuan berumur dibawah 10 tahun berjumlah 91.994 atau

28,29% dari seluruh penduduk perempuan.

Tabel 3.4.
Penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin

Golongan Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Persentase


Umur Perempuan
04 50.294 46.950 97.244 14.88
59 46.195 45.044 91.239 13.97
10 14 37.547 35.630 73.177 11.20
15 19 33.074 29.128 62.202 9.52
20 24 25.881 25.245 51.126 7.83
25 29 18.600 28.585 47.185 7.22
30 34 20.461 24.966 45.427 6.95
35 39 23.536 23.224 46.760 7.16
40 44 18.809 20.342 39.151 5.99
45 -49 15.696 11.889 27.585 4.22
50 54 9.991 12.886 22.877 3.50
55 -59 10.674 8.333 19.007 2.91
60 64 6.598 4.636 11.234 1.72
65 69 5.495 4.639 10.134 1.55
70 74 3.698 1.297 4.995 0.76
75 + 1.547 2.429 3.976 0.61
Jumlah 328.096 325.223 653.319 100.00
Sumber: Survey social Ekonomi (SUSENAS ) 2003

Jumlah penduduk merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi

pembangunan daerah apabila kualitasnya ditingkatkan. Sebaliknya, penduduk akan

menjadi beban bagi pembangunan apabila aspek kualitas ini tidak dimiliki karena

jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan (sekalipun tidak terlalu besar di

Kabupaten Manggarai). Kepadatan penduduk di wilayah pusat kota relatif lebih tinggi

dibanding penduduk di daerah pedesaan.

3.1.3. Keadaan Geologi, Topografi dan Tanah

Struktur tanah yang ada di kabupaten Manggarai pada umumnya mempuyai

tekstur datar sampai bergunung-gunung dan tanah yang bervariasi. Dan pada

umumnya terdiri dari jenis tanah Mediteran, Litosol, Latosol. Tanah berjenis

Mediteran seluas 150.7M Ha (35,99%), tanah berjenis Litosol seluas 150.412 Ha

(35,99%) dan berjenis Latosol seluas 117 .721 Ha (28,10%). Sedangkan

berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, maka tanah Latosol dan 'Litosol' dengan jenis

coklat-merah dan jenis merah-kuning kemampuan untuk dipergunakan sebagai

lahan pertanian sangat kecil, karena terdapat indikasi kekurangan sulfur. Untuk jenis

'Mediteran',sifat-sifat fisik dan kimianya baik sehingga nilai produksinya cukup tinggi

dan apabila persediaan air cukup maka jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk

persawahan (Data: Lernbaga Penelitian Tanah; Bogor).

3.1.4, Hidrologl dan Klimatologi


Kondisi hidrologis di Kabupaten Manggarai terdiri atas surnber-sumber air

yang berasal dari air tanah, air permukaan, dan curah hujan serta sungai-sungai

yang ada di wilayah kabupaten Manggarai.Berkaitan dengan iklim atau curah hujan

erat kaitannya dengan pengadaan air terutama pada penentuan musim tanam dan

pemilihan usaha tani. Pada umumnya Kabupaten Manggarai memiliki iklim dan

curah huian yang tidak merata. Curah huian tertinggi terdapat di dataran yang

mempunyai ketinggian di atas 1000 meter diatas permukaan laut dan

di'daerahlainnya relatif rendah. Berdasarkan data tahun 2003, menurut waktunya

curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari, dan terendah pada bulan Juli-

Agustus. Disamping itu Kabupaten Manggarai tergolong daerah yang beriklim tropis

dengan kelembaban suhu udara rata-rata 24-32C, sementara di kawasan dataran

tinggi berkisar antara 20-28C.

3.1.5. Pertanian Tanaman Pangan

Masyarakat Manggarai sebagian besar bekerja di sector oertanian, yang

mencapai 89.39% terutama pertanian bahan makanan. Dalam pemenuhan

kebutuhan, sektor pertanian harus diperkuat dalam bidang kelembagaan pertanian,

produktivitas, kualitas sumber daya manusia, maupun efisiensi produksi dalam

aengembangan agrobisnis. Yang termasuk dalam pertanian tanaman pangan adalah

padi, palawija seperti jagung, ubi dan kacang-kacangan. Seiring dengan kebljakan

pemerintah daerah untuk mengupayakan swasembada beras maka produksi padi

akan terus didorong. Peningkatan itu diringi dengan membangun irigasi-irigasi

pertanian yang lebih baik dan merata.

Berdasarkan data Dinas Pertanian tahun 2003 produksi padi baik padi sawah

maupun padi ladang mencapai 84.533 ton per tahun dan 3,47 ton per ha, dimana

produksi padi terbanyak dihasilkan oleh kecamatan Satarmese (22266 ton) dan

Poco Ranaka (14.250 ton).


3.1.6. Perkebunan

Di seluruh wilayah Propinsi NTT, terutama kabupaten Manggarai merupakan

penghasil terbesar kopi. Sektor perkebunan kopi ini juga yang bisa menyerap

tenaga kerja yang relatif tinggi juga. Dengan pola penanaman perkebunan yang

masih tradisional tanpa menggunakan teknologi tinggi dan pola perkebunan kopi ini

para petani tidak secara khusus terkonsentrasi waktunya tiap hari dalam perawatan

kopi, sehinhgga sangat menguntungkan. Data yang tercatat di Manggarai Dalam

Angka tahun 2003 menunjukkan bahwa jumlah produksi kopi pada tahun 2003

rnencapai 8.012 ton belum ditambah tanaman perkebunan lain seperti kelapa,

kakao, cengkeh, dan kemiri.

3.1.7. Kehutanan

Luas seluruh kawasan hutan di kecamatan kabupaten Manggarai sebelum

adanya pemekaran sebesar 176.930 hektar yang terdiri dari jenis hutan lindung,

hutan produksi, cagar alam suaka marga satwa, taman wisata, dan taman nasional.

Meskipun terjadi pemekaran wilayah, areal hutan ini masih cukup dominan. Ini

terlihat dari sumber data Manggarai dalam Angka 2003, bahwa wilayah areal hutan

terluas berada di Ruteng yaitu 32.119 hektar.

3.1.8. Peternakan

Tujuan utama dalam pembangunan sub sektor peternakan ini adalah

peningkatan tingkat konsumsi protein hewani. Sub sektor ini juga sangat potensial

dikembangkan, mengingat luas area tanaman pangan dan perkebunan. Daya

dukung limbah pertanian diharapkan akan mampu menampung ribuan ternak serta

areal perkebunan yang mampu menyediakan makanan temak. Meskipun selama ini

sumbangan sektor peternakan ini tidak pernah berada diatas 10%. Selama ini yang
banyak dikembangkan dalam peternakan adalah kerbau dan babi. Namun hal ini

tidak menutup kemungkinan jenis hewan ternak yang lain.

3.2. Kondisi dan Potensi Sosio-Ekonomi

3.2.1 Sosio Ekonomi

Di Kabupaten Manggarai, pertanian masih merupakan mata pencaharian

utama. Sektor pertanian ini meliputi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan

perikanan. Khusus untuk pertanian dan perkebunan, tidak semua wilayah

menggunakan sistem irigasi yang sifatnya menetap karena karena lokasi pertanian

yang tidak semuanya datar. Biasanya menggunakan sistem ladang dengan

membuka atau merambah hutan.

3.2.2.Tingkat Pendidikan

Berdasarkan temuan data sekunder yang dipelajari bahwa penduduk usia 10

tahun ke atas di Kabupaten Manggarai yang tidak atau belum pernah sekolah

jumlahnya meningkat, yaitu 10,50% pada tahun 2000 menjadi 10,81% pada tahun

2001. Sementara jumlah penduduk umur 10 keatas yang masih duduk di bangku SD

menunjukan persentase yang menurun yaitu dari 13,7% pada tahun 2000 turun

menjadi 12,35% pada tahun 2001(Data: sebelum pemekaran kabupaten baru

Manggarai Barat). Sementara itu jumlah penduduk yang masih duduk di bangku

SLTP dan SLTA meningkat, yaitu untuk SLTP meningkat dari 3,37% pada tahun

2000 meningkat menjadi 3,80% pada tahun 2001 dan SLTA naik dari 1,53% pada

tahun 2000 menjadi 2,06% pada tahun 2001. Penduduk yang berpendidikan

akademi atau perguruan tinggi jumlahnya masih sangat kecil yaitu sebanyak 171

pada tahun 2001 atau sebanyak 0,04% dari seluruh jumlah penduduk berumur 10

tahun ke atas. Kondisi kependidikan ini dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5.
Penduduk 10 tahun ke atas menurut status pendidikan
Di Kaupaten Manggarai Tahun 2000 2001

Pendidikan Tahun 2000 Tahun 2001


Jumlah % Jumlah %
Ttdak / Belum pernah 45.690 10.59 46.800 10,81
sekolah
SD 59.080 13.70 53.466 12.35
SLTP 14.538 3.37 16.443 3.80
SLTA 6.554 1.53 8.934 2.06
Dioloma / Universitas 171 0.04
Trdak bersekolah 305.3s9 70.81 307.188 70,94
100.0
Jumlah 431.221 100.00 433.042 0
Sumber: Manggarai Dalam Angka 2001

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan antara lain tujuan

pendidikan, murid/ mahasiswa, tenaga pengajar, manajemen, struktur dan jadwal

waktu, materi, alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, kendali mutu, penelitian dan

biaya pendidikan.

Tersedianya fasilitas pendidikan seperti jumlah sekolah, rasio terhadap murid,

kualitas (pendidikan guru), kondisi gedung sekolah merupakan indikator

terkecukupinya fasilitas pendidikan yang dapat menunjang keberhasilan proses

belajar mengajar.

3.2.3. Ketenagakerjaan dan Daya Beli Masyarakat Kabupaten Manggarai

Untuk melihat daya beli masyarakat Kabupaten Manggarai sangat kesulitan

jika mengambil data yang berkaitan dengan pajak. Sehingga observasi data

menggunakan analisis tentang pengetuaran dianggap lebih mendekati kenyataan

yaitu lebih rnencerminkan nilai pendapatan sebenarnya dengan alasan 1)

Fengeluaran merupakan aktifitas sehari-hari penduduk, sehingga pertanyaan

tentang berapa uang yang dikeluarkan untuk makanan, minuman, perumahan, biaya

anak, dan lain-lain menjadi lebih dimengerti oleh penduduk dan 2) Pengeluaran

sebetulnya rnerupakan gambaran nyata ekonomi rumah tangga.

Berdasarkan data sekunder tahun 2003 ditemukan bahwa golongan terbesar

pengeluaran perkapita perbulan terdapat di kelompok pengeluaran Rp 100.000-

149.999 yaitu sebesar 36,22%, disusul kelompok pengeluaran Rp. 80.000-99.999


yaitu sebesar 28,29% dan kelompok pengeluaran Rp.60.000-79.999 sebesar

19,42%.

Tabel 3.6
Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Pen Kapita sebulan
Di Kabupaten Manggarai + Manggarai Barat Tahun 2003

Kelompok Pengeluaran Banyaknya Persentase


< 40.000 - -
40.000 59.999 14.128 2,16
60.000 79.999 126.899 19.42
80.000 99.999 184.826 28,29
100.000 149.999 236.618 36,22
150.000 199.999 67.415 10,32
200.000 299.999 18,980 2,91
300.000 499.999 4,453 0,68
Sumber : Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) 2003

Makanan merupakan kebutuhan dasar yang paling utama bagi penduduk

dibanding kebutuhan dasar lain seperti sandang dan papan. Pada kelompok rumah

tangga berpendapatan sangat rendah, bisa terjadi pendapatan tersebut'habis hanya

untuk memenuhi kebutuhan makanan. Semakin tinggi pendapatan, semakin kecil

porsi pengeluaran untuk makanan.

Persentase pengeluaran penduduk untuk kebutuhan makanan mencapai

73,10% dan non makanan 26,90%. Pengeluaran makanan terbesar adalah untuk

kelompok padi-padian sebesar 31,29%, disusul telur dan susu (6,65%), kemudian

tembakau dan sirih (6,60%) dan bahan minuman (5,76%). Sedangkan pengeluaran

terbesar untuk non makanan adalah kelompok perumahan, bahan bakar,


penerangan dan air (12,43%), disusul untuk kelompok pakaian, alas kaki dan tutup

kepala (3,44%). Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan relative sedikit, yaitu

1,74% untuk kesehatan dan 1,12% untuk pendidikan.

Penduduk merupakan sumber daya yang dapat menyumbang dalam proses

produksi. Struktur ekonomi di suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya

kontribusi sektor-sektor dalam perekonomian. Apabila dalam suatu daerah (region)

sector primer merupakan penyumbang terbesar dari pendapatan daerahnya, maka

perekonomian di daerah tersebut masih merupakan daerah yang sedang

berkembang. Apabila penyumbang terbesar pada pendapatan daerah adalah sector

sekunder, maka daerah tersebut termasuk daerah yang mulai maju. Sedangkan

apabila penyumbang terbesar pada pendapatan iaerah adalah sektor tersier, maka

perekonomian daerah tersebut boleh dikatakan sudah maju. Oleh karena itu struktur

perekonomian dapat dideteksi dari seberapa besar tenaga kerja yang terserap di

ketiga sektor tersebut.

Tabel 3.7.
Penduduk Berusia 10 Tahun Ke atas yang Bekerja menurut
Lapangan Pekeriaan Utama tahun 2003
Lapangan Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4
1. Pertanian, kehutanan, 157077 128A87 28516/.
perkebunan, Perikanan (88,72%) (90,23%) (89,39%)
2. Pertambangan dan Penggalian 192 192
(0,11%) (0,06%)
3. lndustri pengolahan 3592 7677 11269
{2,A3%) (5,41%)_ (3,53%)
4. Listrik, Gas, dan Air 384 384
(0,22%) {0,12%)
5. Bangunan 2670 2670
6. Perdagangan besar dan (1,51%) (0,84%)
eceran, 4985 2949 7934
Rumah makan (2,82%) (2,08%)_ (2,49%)
7. Angkutan, Pergudangan, 1815 1815
Komunikasi (1,03%) (0,57%)
8. Keuangan, Asuransi, Usaha 766 766
persewaan dan Bangunan (0,43%) (a,24%)
9. Jasa kemasyarakatan 5560 3246 8806
(2,76%)
(3,14%) (2,29%) _
10. Lainnya/ tidak teriawab
Jumlah 177041 141 959 31 9000
(100,00%) (100 00%) (100,00%)
Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) 2003

Gambaran kasar dari struktur perekonomian di Kabupaten Manggarai dapat

dilihat dari Lapangan Kerja Utama dari pduduknya. Menurut jenis kelamin tenaga

kerja baik laki-laki aupun perempuan sebagian besar (88,72% laki-laki dan 90,23%

perempuan) bekerja di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan. Jenis

pekerjaan yang sebagian besar tenaga.kerjanya laki - laki adalah bangunan.

sementara jenis pekerjaan lainnya seperti perdagangan (baik besar maupun kecil),

rumah makan, angkutan, pergudangan, komunikasi, keuangan, usaha persewaan,

asuransi serta jasa jasa kemasyarakatan persentase pekerja laki-laki yang bekerja

dibidang ini lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan. Dengan kata

lain tenaga kerja perempuan lebih banyak terserap di sektor primer dibandingkan di

sektor sekunder maupun tersier. Hal demikian ini dipandang dari segi gender kurang

menguntungkan, karena menyebabkan pendapatan per kapita perempuan akan

lebih rendah disbanding pendapatan laki-laki (pada umumnya pendapatan di sektor

primer lebih rendah dibanding pendapatan di sektor sekunder dan tersier). Kondisi

ini akan menjadi lebih buruk bila pertumbuhan penduduk mengarah pada jumlah
penduduk perempuan lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki, akan

mengakibatkan ketimpangan gender dalam bidang ekonomi.

Table 3.8 menjelaskan bahwa terdapat sekitar 70% penduduk Manggarai

termasuk angkatan kerja, baik yang bekerja maupun yang sedang mencari

pekerjaan, sisanya 30% bukan termasuk angkatan kerja, yaitu sedang sekolah,

mengurus rumah tangga dan lainnya.

Table 3.8
Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang bekerja
selama seminggu yang lalu di Kabupaten Manggarai
menurut Jenis Kegiatan

Laki-laki Perempuan Total


Kegiatan
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
I. Angkatan Kerja
Bekerja 177041 98,56 141959 96,39 319000 97,58

Mencari Pekerjaan 2594 1,44 5322 3,61 7916 2,42


179635 100,00 147281 100,00 326916 100,00
II.Bukan angkatan kerja
Sekolah 39837 76,65 37344 43,45 77181 55,96

Mengurus rmh tanga 1543 2,97 38431 44,71 39974 28,98

Lainnya 10592 20,38 10173 11,84 20765 15,05

51972 100,00 85948 100,00 137920 100,00

Keterangan : *) Bekerja min 1 jam seminggu yg lalu atau sementara tidak bekerja
**) Angka sangat sementara
Sumber : Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2003

3.2.4. Sosio Kultural


Etnis Manggarai menempati jumlah yang signifikan di Kabupaten Manggarai.

Di samping terdapat kelompok-kelompok pendudukyang berasal dari berbagai etnis

dan suku dari berbagai wilayah di lndonesia dengan nilai budaya yang beragam,

seperti Jawa, Bajo, Tionghoa, dan etnis lainnya. Dengan demikian, terdapat nilai

budaya yang beragam di kabupaten Manggarai sehingga merupakan suatu

kekayaan budaya yang dapat menjadi dinamisator perkembangan masyarakat.

Adat istiadat Manggarai di kabupaten Manggarai merupakan bagian dari

budaya masyarakat yang masih di yakini dan dijalankan. Sesungguhnya juga

merupakan bagian dari budaya bangsa yang merupakan produk dari perwujudan

cipta, karsa, dan karya masyarakat kabupaten Manggarai. Adat istiadat dan daerah

merupakan nilai-nilai budaya masyarakat kebudayaan daerah yang luhur yang

mempertinggi derajad kemanusiaan dan merupakan nilai-nilai yang menuju ke arah

kemanusiaan yang beradab.

Nilai-nilai tradisi yang mempengaruhi kondisi obyektif adat istiadat

masyarakat menyangkut beberapa aspek. Aspek-aspek kehidupan tersebut

diantaranya adalah:

Aspek lingkungan budaya yang dipengaruhi pula oleh lingkungan budaya,

perubahan lingkungan budaya dan hubungan antar budaya.

Aspek sistem budaya yang dipengaruhi oleh sistem ekonomi tradisional,

sistem teknotogi nasional, system kemasyarakatan tradisional, serta sistem

religi dan pengetahuan.

Aspek nilai budaya yang dipengaruhi oleh cerita rakyat, permainan rakyat,

upacara tradisional, dan nilai kemasyarakatan.

Aspek kesejarahan yang dipengaruhi oleh monument sejarah, bangunan

bersejarah, pahlawan nasional, dan tokoh daerah.

Kepercayaan dan Keyakinan terhadap Tuhan.


3.2.5. Potensi Sektor lndustri

Program industrialisasi pada hakikatnya adalah merupakan pembangunan

suatu sistem yang mempunyai daya hidup dan mampu berkembang secara mandiri

serta mengakar kepada struktur ekonomi dan struktur masyarakat. Pertumbuhan

dan pembangan industri di wilayah kabupaten Manggarai untuk saat ini kemajuan

hanyalah industri di bidang pertanian, tanaman perkebunan, dan perikanan. Untuk

industri pertambangan dan sejenisnya masih belum bisa berkembang.

lndustri pertanian tanaman pangan merupakan sector andalan sebagai salah

satu tulang punggung sumber APBD kabupaten. Sebagai penghasil beras terbesar

di NTT, Kabupaten NTT, kabupaten Manggarai dengan luas tanam sebesar 37.025

hektar telah menghasilkan beras seberat 84.533 ton. Sektor pertanian, industry

pengelolahan hasil-hasil pertanian, maupun sarana produksi pertanian adalah

kekuatan sekaligus merupakan pilihan paling tepat untuk perekonomian.

Karena sebagian besar juga wilayah kabupaten Manggarai adalah kawasan

hutan yang meliputi 39,80% dari luas daratan wilayah, maka tanaman perkebunan

merupakan salah satu kelebihan tersendiri. Sejak dari zaman kolonial Belanda,

Kabupaten Manggarai terkenal akan tanaman kopi. Saat ini areal tanaman kopi

seluas 21,879 hektar. Selain itu tanaman seperti kepala, cengkeh, kakao, dan kemiri

juga sangat dominan di seluruh wilayah kabupaten.

Sektor perikanan juga merupakan peluang besar yang belum optimal digarap baik

perikanan laut dan perikanan darat. Selama tahun 2002 daerah kecamatan Sambi

Rampas dan Reok merupakan daerah penghasil terbesar perikanan laut yang

masing-masing mampu menghasilkan 5.378 ton di Kecamatan Sambi Rampas dan

4.035 ton di Kecamatan Reok. Kendala hingga sekarang, bahwa sektor perikanan

masih dalam skala kecil dan belum dikembangkan dalam skala besar.
3 2.6. Potensi Perdagangan

Sebagaimana bidang industri di atas, dalam bidang perdagangan kabupaten

Manggarai lebih banyak didominasi oleh perusahaan-perusahaan menengah dan

kecil atau perorangan, daripada perusahaan yang berbentuk persercan atau CV

(menurut catatan Kantor Dinas Perindag Kabupaten Manggarai tahun 2003).

Dengan demikian kemungkinan Kabupaten Manggarai lebih berkembang

ialah industri kecil kerakyatan, sebagaimana table 3.9. berikut ini.

Table 3.9
Jumlah Golongan dan Bidang Usaha
Di Kabupaten Manggarai Tahun 2003
Kecamatan Perdagangan Perdagangan Perdagangan Jumlah
Besar Menengah Kecil
1. Satar Mese - - - -
2. Borong - 2 19 21
3. Kota Komba - - 16 16
4. Elar - - 1 1
5. Samba Rampas - - 3 3
6. Lamba Leda - - 5 5
7. Poco Ranaka - - 4 4
8. Langke Rembong 1 18 56 77
9. Ruteng - 1 105 11
10. Wae Rii - - 1 1
11. Cibal - - 1 1
12. Reok - - 19 20
Jumlah 1 22 230 160
Sumber: Manggarai Dalam Angka 2003
BAB IV
KONDISI SARANA DAN FASILITAS PENUNJANG SEKTOR PARIWISATA
KABUPATEN MANGGARAI

Dalam pengembangan dan pembangunan kepariwisataan, peran pengunjung

baik itu wisatawan nusantara maupun mancanegara sangat menentukan.

Keberhasilan dalam menarik wisatawan ke obyek-obyek wisata yang ada secara

langsung mempengaruhi pendapatan pengelola obyek wisata, peningkatan

pendapatan Asli Daerah (PAD) dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar

obyek wisata.

Untuk dapat menjaring dan menarik minat wisatawan datang dan meginap atau

tinggal lebih lama di obyek-obyek wisata yang dikunjungi dibutuhkan sarana dan

fasilitas penunjang lainnya. Sarana dan fasilitas penunjang yang terkait dengan sector

kepariwisataan antara lain adalah akomodasi, transportasi, telekomunikasi, biro

perjalanan, jasa informasi pariwisata dan jasa-lasa lain yang mendukung

perkembangan kepariwisataan di Kabupaten Manggarai.

4.1. Usaha Sarana Pariwisata

4.1.1. Akomodasi
Sarana akomodasi dalam industri pariwisata merupakan sarana yang sangat

dibutuhkan keberadaannya, mengingat bahwa dalam usaha menjaring wisatawan

baik nusantara maupun mancanegara tidak hanya obyek wisatanya yang menarik

tetapi diharapkan wisatawan dapat lebih lama tinggat di daerah tersebut. Hal ini

berkaitan langsung dengan keberlangsungan hidup dari pelaku-pelaku bisnis bidang

pariwisata khususnya pengusaha hotel, home stay, wisma, pondok wisata dan lain-

lain. Disamping itu, semakin lama wisatawan tinggal maka akan semakin besar pula

pendapatan yang diperoleh pihak pengusaha. Tentunya hal tersebut diharapkan

dapat memberikan kontribusi yang besar pula pada Pendapatan Asli Daerah (PAD)

setempat yang dapat digunakan untuk mendukung usaha-usaha Pemda dalam

mengembangkan sektor pariwisata. Pada tabel berikut dapat dilihat jumlah hotel

yang ada di Kabupaten Manggarai.

Tabel 4.1
Banyaknya Hotel / Losmen, Jumlah Kamar dan Tempat Tidur
Dl Kabupaten Manggarai Tahun 2002-2003
Kecamatan Tahun 2002 Tahun 2003
Tempat Tempat
Kamar Kamar
Tidur Tidur
Borong 6 12 4 7
Sama Jaya
Langke
Rembong
Agung I 25 50 32 64
Agung II 15 30 16 30
Ranaka 14 30 9 29
Karya 5 12 5 12
Dahlia 27 54 33 66
Sindha 26 52 26 52
Manggarai 11 22 11 22
Indah 8 24 13 38
Rima 12 27 11 22
Reok
Nisang Nai 9 18 10 18
Teluk Bayur 12 20 12 17
Jumlah 170 351 182 377

Sumber : Manggarai Dalam Angka 2003

4.1.2. Restoran / Rumah Makan

Salah satu sarana penunjang yang penting dalam pengembangan pariwisata

di suatu daerah adalah tersedianya sarana restoran/ rumah makan, depot, warung,

jasa katering dan :enagainya. Di Kabupaten Manggarai sarana restoran/ rumah

makan hanya terdapat di pusat kota, hal ini dianggap kurang menguntungkan jika

melihat potensi wisata yang ada dan tersebar di berbagai wilayah kabupaten.

4.1.3. Transportasi Wisata

Transportasi Wisata di sini yang dimaksud adalah alat transportasi/angkutan

yang khusus melayani perjalanan wisata, yang berupa sedan/ taksi, bus pariwisata,

colt, maupun angkutan lainnya. Saat ini di Kabupaten Manggarai belum terdapat

angkutan yang khusus melayani wisatawan. Untuk keperluan wisata, biasanya

dilayani oleh angkutan umum baik yang berupa angkutan pedesaan dan angkutan

kota. Untuk angkutan antar daerah yang beroperasi di Kabupaten Manggarai dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:


Table 4.2
Data Kendaraan Umum Yang Beroperasi di
Kabupaten Manggarai Tahun 2003
No Kendaraan Angkutan Umum/Swasta Jumlah (Unit)
1 Station Wagon 565
2 Minicab 296
3 Bus biasa 143
4 Mini bus (micro bus) 169
5 Truk Barang 1224
6 Pick up 180

JUMLAH 2577

Sumber: DLLAJD Kabupaten Manggarai, 2003.

Dari data di atas, menunjukkan bahwa hingga tahun 2001 belum secara

khusus ada angkutan untuk menunjang pariwisata. Hanya angkutan umum biasa

yang beroperasi untuk kebutuhan antar kota atau dan antar propinsi. Dan jika ada

wisatawan yang membutuhkan secara khusus untuk berkeliling terkadang

menggunakan angkutan umum tersebut disewa secara pribadi.

4.1.4. Sarana Jalan

Kondisi sarana jalan yang baik merupakan salah satu unsur penunjang di

bidang pariwisata. Dalam sebuah perjalanan wisata kondisi jalan yang baik dapat

menciptakan suatu rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan. Selain itu, akses

jalan yang baik menuju obyek-obyek wisata berkaitan dengan kemudahan sebuah

obyek wisata untuk dikunjungi. Tentunya dengan semakin banyak kunjungan wisata

semakin banyak pula manfaat yang dapat diambil dan dirasakan baik oleh

pengusaha, masyarakat dan Pemda setempat. Berkaitan dengan kondisi sarana

jalan yang baik tersebut,

Hal lain yang mendukung adalah perluasan jaringan jalan baik jalan raya

maupun jalan arteri menuju lokasi obyek wisata.

Pada tabel berikut dapat kita lihat kondisi jaringan jalan di Kabupaten

Manggarai dalam rangka pengembangan pariwisata.

Table 4.3
Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten di Kabupaten Manggarai
Tahun 2003 (km)
KECAMATAN BAIK SEDANG RUSAK RUSAK
BERAT
Satarmese 10.000 24.000 6.570 57.030
Borong 12.000 9.000 24.500 37.900
Kota Komba 20.000 48.900 68.400 68.860
Elar - 30.500 19.500 150.300
Samba Rampas 12.000 24.500 2.580 12.920
Lamba Leda 23.000 37.700 16.800 43.500
Poco Ranaka 23.650 36.300 28.793 36.757
Langke Rembong 29.600 48.100 61.500 61.080
Ruteng 15.000 27.950 2.050 73.200
Wae Rii 11.300 13.700 0.900 15.100
Cibal - 8.700 63.100 38.700
Reok - 24.000 15.000 125.200
156.550 333.350 309.693 720.547

Sumber : Manggarai Dalam Angka 2003

Dari data diatas menunjukkan bahwa kondisi jaringan jalan perlu untuk

ditingkatkan dalam penunjang sarana dan prasarana pembangunan

kepariwisataan.

4.1.5. Sarana Komunikasi

Fasilitas umum yang penting di kawasan obyek wisata alalah sarana

telekomunikasi, baik tingkat local, maupun internasional. Keberadaannya dibutuhkan

wisatawan untuk berhubungan dengan relasi atau keluarga bahkan untuk

kepentingan bisnis, apalagi tingkat mobilitas dari wisatawan yang cukup tinggi

seiring dengan perkembangan teknologi yang ada di masyarakat.

Saat ini, di kabupaten Manggarai terdapat 1.673 pelanggan sambungan

telekomunikasi yang tersebar di berbagai instansi pernerintahan, pemakaian rumah

tangga, industri, dan warung-warung telekomunikasi.

4.1.6. Kebudayaan dan Kesenian Daerah

Salah satu aset wisata yang penting bagi pariwisata adalah seni budaya yang

ada di masyarakat dimana senibudaya itu hidup dan lestari di masyarakat daerah.

Oleh karena itu, masyarakat merniliki peran yang besar dan penting bagi

keberadaan seni budaya tersebut sehingga perlu diberikan pengertian pentingnya

pelestarian tersebut sehingga mampu menarik wisatawan.


4.2 Usaha Jasa Pariwisata

4.2.1. Biro Perjalanan

Biro perjalanan merupakan salah satu bagian terjadinya perpindahan dari satu

daerah ke daerah lainnya. Dalam hal ini biro perjalanan wisata dapat memungkinkan

terjadinya sebuah perjalanan wisata menuju obyek-obyek wisata yang ada di

Kabupaten Manggarai, yang membantu para wisatawan untuk mengunjungi obyek

wisata yang diinginkannya. Apabila biro perjalanan dari Kabupaten Manggarai ke

daerah lain dan sebaliknya cukup banyak maka akan membantu wisatawan

mempermudah untuk melakukan perjalanan wisata, dengan demikian akan terjadi

arus wisatawan yang datang ke Kabupaten Manggarai akan makin banyak. Akan

tetapi sampai saat ini, secara formal belum ada biro perjalanan wisata di Kabupaten

Manggarai, yang mengakibatkan potensi wisatanya banyak yang belum dapat

dinikmati oleh wisatawan nusantara pada umumnya dan iwsatawan mancanegara

pada khususnya.

Karena keberadaan biro perjalanan wisata ini sangat langka di Manggarai,

maka berdampak informasi mengenai Manggarai sebagai daerah tujuan wisata

belum maksimal.

4.2.2. Jasa Agen Perjalanan Wisata

Peran jasa agen perjalanan sebagai perantara wisatawan dengna obyek yang

akan dikunjungi tidak dapat dianggap ringan karena agen perjalanan menyediakan

kebutuhan wisatawan terutama dalam hal yang berkaitan dengan informasi obyek

wisata secara lebih mendetail dan lebih baru, selain itu agen perjalanan sebagai tour

leader dalam melayani wisatawan diharapkan rnampu mengemban misi untuk

memberikan citra yang baik dalam pelayanan wisata, hanya saja jasa agen

perjalanan wisata ini belum terdapat di Manggarai.


4.2.3. Pramuwisata

Di lapangan, pramuwisata adalah orang yang menguasai obyek wisata yang

akan dikunjungi wisatawan baik dari segi fisik maupun nonfisik yang berkaitan

dengan obyek wisata dan sekitarnya, karena wisatawan terutama mancanegara

cenderung memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

perkembangan obyek wisata yang dikunjungi, baik sejarah dan sebagainya.

Penguasaan materi obyek wisata oleh pramuwisata tidak hanya dari sejarah

dan perkembangannya, tetapi juga berkaitan dengan penguasaan bahasa asing

terutama Bahasa lnggris sebagai bahasa internasional.

4.2.4. Konvensi, Perjalanan, lnsentif dan Pameran

Kegiatan konvensi merupakan kegiatan yang mencakup adanya pertemuan

yang melibatkan banyak pihak baik dari peserta yang datang dari berbagai daerah

dan negara, maupun materi yang dibahas sangat beragam dan pada umumnya

bersifat internasional. Fungsi kegiatan ini dapat digunakan untuk menginformasikan

dan mengenalkan obyek dan daya tarik wisata dengan begitu dapat diharapkan

peserta acara tersebut tertarik dan menyisihkan waktu untuk mengunjungi obyek

wisata yang ditawarkan. Dari kegiatan tersebut, mencakup kegiatan pameran yang

berkaitan dengan acara tersebut. Acara-acara tersebut diatas memerlukan

koordinasi yang baik , antara swasta dan pemerintah hanya saja jasa dari pihak

swasta belum tertarik menjadi pengelola jasa ini di Manggarai.

4.2.5. Jasa Konsultan Pariwisata

Pengembangan pariwisata yang serius memerlukan penataan dan

pembenahan yang mana harus dilibatkan jasa konsultasi yang terampil dan

profesional dibidang kepariwisataan. Hal-hal yang bersifat teknis yang berkaitan

dengan pengernbangan fisik dan non fisik yang memerlukan arahan dan saran dari

jasa konsultan dapat digunakan dalam perencanaan pengembangan kawasan

wisata tersebut lebih lanjut. Keberadaan Jasa konsultan cukup penting bagi

kepariwisataan Manggarai hanya saja belum ada.


4.2.6.Jasa lnformasi Pariwisata

Wisatawan pada umumnya memerlukan informasi obyek wisata yang akan

dikunjungi baik ditempat wisata itu sendiri rnaupun didaerah asal wisatawan,

sehingga wisatawan dapat rnemperkirakan lama tinggal, biaya dan keperluan

lainnya sebelum ke tempat tujuan . Selama ini jasa informasi ini hanya bisa didapat

di Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai.

4.2.7. Jasa lmpresariat

Usaha jasa impresariat merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan

hiburan, baik yang berupa mendatangkan, mengirim serta menentukan tempat,

waktu dan jenis hiburan. Kegiatan tersebut meliputi bidang seni dan budaya atau

yang bersifat perayaan dan turnamen. Di Kabupaten Manggarai sendiri belum

memiliki jasa tersebut.


BAB V
POTENSI SENI DAN BUDAYA SERTA OBYEK WISATA
DI KABUPATEN MANGGARAI

4.1 Kebudayaan Manggarai

4.1.1 Sub Sistem llm u Pengetahuan

Orang Manggarai sejak dahulu memiliki pengetahuan seputar alam fauna dan

flora; Masyarakat Manggarai adalah masyarakat agraris. Oleh karena itu orang

Manggarai tidak dapat menghindari diri dari pengetahuan tentang alam sekitarnya

baik flora rnaupun fauna dengan seluruh ekonominya.

Sekarang banyak areal tandus, setandus hati perambahnya. Benyak air mata

menjadi kering, sekering otak perambahnya; akibat lebih lanjut kehidupan ulayat

terancam punah sehingga :tikus mulai merajalela dan memusnahkan tanaman

padi/jagung (hama tikus).

Orang Manggarai juga mengenal pengetahuan tentang ruang dan waktu :

a. Menghitung jumlah bilangan : ca, sua, telu dan seterusnya (1, 2, 3 dan

seterusnya).

b. Menimbang berat / jumlah : ce dako, ce mampang, ce tongka dan seterusnya

(satu genggam dan seterusnya).

c. Ukuran jarak/panjang : ce depa, ce pagat (satu depa, satu langkah dan

seterusnya)

d. Ukuran waktu : ce repa mata, ce liwa (sekelumit dan seterusnya).

5.1.2. Sub Sistem Teknolog

Berbicara mengenai teknologi berarti berbicara tentang memproduksi,

memakai dan memelihara peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Yang

hendak dibahas adalah teknologi tradisional. ltu berarti hal-hal nampak dalam bentuk

fisik: rumah, pakaian, perhiasan, bahan makanan dan minuman, obat-obat


tradisional, alat pertanian, alat pertukangan, alat masak, senjata atau peralatan

perburuan, alat pembuat api, wadah.

Konon di Manggarai banyak peralatan dibuat dari batu, narnun sekarang,

hampir tak ada lagi peninggalan kecuali yang masih ditemukan adalah

'Watupenang" (alat dari batu untuk menumbuk jagung atau kemiri) dan alat pengulek

ramuan (bumbu dapur), seperti : lombok, halia, dsb yang disebut Watu Nggeso". Di

bekas Hamente Rajong, Kecamatan Elar, masih ada alat perangkap hewan liar dari

batu, yang disebut "Penggo Lenang" dan batu alas menempah parang disebut

"watu pesa"'

5.1.3. Sub Sistem Sosial atau Organisasi Sosial

1. Jenis Lembaga Adat dan Tugasnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa tokoh adat dan mantan Dalu

Welak periode 1942 - 1969 dan juga mantan Kepala Desa Pong Welak Lembor

periode 1969 - 1976, serta hasil wawancara staff. Dinas Pariwisata Kabupaten

Manggarai di 12 kecamatan dalam Kabupaten Manggarai diketahui bahwa jenis

lembaga adat pada setlap kampung terdiri dari:

a. Tua Golo : Yang menjadi Tua Golo berdasarkan musyawarah adalah dari

keturunan yang tertua (Rang kae) dari suku itu (Ata Ngara Tana) dan

berlaku turun temurun. Tugas dari Tua Golo adalah mengatur tata

kehidupan masyarakat dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Dalam urusan pemerintah Tua Golo membantu untuk menyelesaikan

sengketa antar warga kampung.

b. Tua Gendang (Tua Tembong)

Yang mengepalai rumah adat dan berhak atas gendang atau gong sebagai

perangkat upacara adat. Jika ada musyawarah maka musyawarah senantiasa

dilaksanakan dirumah adat atau rumah gendang dan yang bertanggung

jawab atas pelaksanaan dan kelancarannya, termasuk yang boleh mengatur


boleh tidaknya gong /gendang dibunyikan. Yang menjadi Tua Gendang

adalah Tua anggota klen (Tua Panga) yang dipandang bijaksana Tetua

semua atribut adat disimpan di rumah adat yang disebut Mbaru Gendang.

c. Tua Teno atau Lebok

Untuk melaksanakan secara teknis acara pembukaan kebun lingko adalah

Tua Teno yang ditunjuk dari anggota klen (Tua Panga), yang dipandang

mampu dan bijak untuk mengatur kepentingan bersama dalam pembukaan

kebun (lingko) serta semua urusan adat. Di wilayah Rajong, Manggarai Timur,

"Tua Teno" disebut "Lebok". Tua Teno melaksanakan tugasnya setelah

mendapat restu dari Tua Tembong yang dimusyawarahkan di Rumah

Gendang. Apabila disetujui oleh Tua Tembong maka Tua Tembong

memerintah seorang anggota untuk memukul gong, memanggil sernua warga

kampung memusyawarahkan penentuan tempat pembukaan kebun (Lingko).

Ada 2 jenis Lingko : Lingko Ela dan Lingko Randang. Disebut Lingko Ela

karena jenis korban persembahan yang tertinggi hanyalah babi, sedangkan

Lingko Randang karena lingko itu menghasilkan panenan baik dan dalam

pesta di Lingko Randang disertai tarian mengiringi penyembelihan hewan

"kerbau" dan dalam upacara syukuran itu diundang juga warga kampung

tetangga, yang sekaligua sebagai saksi pemilik lingko tersebut.

Lingko Ela adalah lingko biasa yang tidak diadakan pesta randang karena

berbagai pertimbangan.

2. Jenis Lembaga Pemerintah

Struktur lembaga pemerintah sebelum Orde Baru berlaku miliam Negara

Kesatuan Republik lndonesia, khusunya sebelum diberlakukan Undang-undang

nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah dan Undang-

undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, banyak dipengaruhi

oleh Kerajaan Bima, sehingga struktur lembaga pemerintahan di Manggarai saat

itu adalah:
a. Tingkat Kampung : Ada kepala kampung ; Kepala kampung mengatur hal-hal

pemerintahan sesuai perintah "Dalu".

b. Tingkat wilayah (di Manggarai): sejak tahun 1936 terbentuk 38 Kedaluan atau

Hamente, dikepalai oleh seorang Pemimpin disebut Dalu atau Kepala

Hamente.

Kedaluan itu adalah : Ruteng, Rahong, Ndoso, Kolang, Welak, Wontong.

Lelak, Todo, Pongkor, poco Leok, Sita, Torok Galo, Rongga Koe, Kepo,

Rajong, Manus, Riwu, Ndehes, Cibal, Lambaleda, Vongkar, Biting, Rembong,

Pota, Reok, Ruis, Porat, Nggalak, Bari, Rego, pacar, Boleng, Kempo, Mburak,

Ngorang, penggawa bajo, Mata wae, Bajo.

c. Tingkat daerah (Kabupaten Manggarai) dikepalai oleh seorang Raja. Bila

terjadi perselisihan ditingkat ',Beo" (Kampung) maka Tua Beo (Kepala

Kampung) atau Tua Golo (penguasa tanah) yang menyelesaikan konflik itu

dan bila tidak ada kata sepakat persoalan itu dinaikkan ke tingkat kepala

kampung dan jika pada tingkat kepala kampung tidak ada kata sepakat dalam

penyelesaian, maka dinaikkan pada tingkat Dalu dan seterusnya sampai pada

Raja.

5.1.4. Sub Sistem Bahasa

Jilis A. J. Verheijen, SVD dalam bukunya berjudul "Manggarai dan Wujud

Tertinggi", (hal: 15-16) membagi kelompok-kelompok bahasa di Manggarai

sebagai berikut :

1. Bahasa Komodo di Pulau Komodo

2. Bahasa Waerana di Manggarai Tenggara

3. Bahasa Rembong di Rembong sampai ke Ngada Utara

4. Bahasa Kepo di wilayah Kepo

5. Bahasa Ra1ong cii wilayah Ralong'


6. Bahasa Manggarai khusus yang terdiri atas 5 kelompok dialek termasuk

Manggarai Timur

5.1.5. Sub Sistem Religi

Dalam fakta sejarah, aktivitas retigi di Manggarai sampai masuknya agama-

agama di Manggarai, telah terjadi kesalahan pemberian nama "Animis" terhadap

orang Manggarai yang menganut religi asli, untuk tidak disebut "kafir'.Kesalahan

pemberian nama "animis" ini sungguh menyesatkan, karena religi asli orang

Manggarai yang dahulu disebut "kafir tidak sama konsteelasinya dengan animisme.

Religi asli orang Manggarai adalah "Monoteis lmpiisit" sebab dasar religinya

menyembah Tuhan Maha Pencipta (Mori Jari Dedek, Ema Pu'un Kuasa).

Teriakan spontan secara bersama dalam lagu "Renggas" : bentuk sikap

waspada atas perintah Mori Kraeng dari langit dalam bentuk "Genggus" (Guntur).

Genggus bagi orang Manggarai dahulu identik dengan komando dari langit untuk

segera menyiapkan bibit pertanian karena guntur menandakan sebentar lagi hujan

akan turun. Guntur yang peka ditanggapi dahulu adalah Guntur pada masa

menjelang musim hujan atau awal musim hujan. Dalam "Renggas" mereka

mewujudkan sbb:

Solo (Cako oleh Pemimpin) :

U . . sampai raja wela... (Siapkanlah semua bibit).

Jawaban bersama : U.....

Solo : sama-sama (sama-sama, semua dalam keadaan siap)

Dijawab : ya.....

Solo : Sama ita (Siapkan sungguh, liat kesiapan orang iain) ..

Ada beberapa jenis upacara adat yang sudah menjadi tradisi orang

(masyarakat Manggarai) :

1. Upacara kehamilan

Masa kehamilan + 2 bulan, seorang wanita yang telah menikah pada bulan-bulan

awal pernikahan terjadi perubahan-perubahan tertentu dalam diriya :


Senang tidur

Kadang-kadang mengidam

Terasa mual dan kadang-kadang muntah

Tanda-tanda itu menjadi bahan penilaian bagi mereka bahwa : Kepet / dei" atau

Hemong wulan"; oleh karena itu, ibu-ibu lain yang lebih berpengalaman

menyuruh ibu yang bersangkutan mengadakan upacara "lamba wakas"'

(Lamba = Palang)

(Wakas = Gelagah)

Ada beberapa larangan untuk ibu yang baru hamil :

Tidak berjalan sore-sore

Tidak lupa mencuci kaki bila gempa bumi terjadi : supaya bayi anak dalam

kandungan tidak terkena bisu/cacat

Jangan mengangkat barang berat

Adapun larangan terhadap suaminya :

Jangan memburu binatang : supaya anak didalam kandungan tidak sengsara.

Jangan melakukan : "Tapang tidek gogong teong" (membuat tali pada bannbu

tempat timba air dengan menggunakan besi pemanas, supaya bayi dalam

kandungan tidak cacat badan.

2. Upacara "jambat" waktu hamil 7 bulan

Upacara ini dibuat menyambut anak pertama (wingrana) pada saat si ibu berusia

kehamilan beberapa bulan. Yang harus hadir dalam upacara ini : anak rona (klen

asal isteri). Mereka menyiapkan seekor babi persembahan.

Dalam upacara tersebut, ibu yang hamil pertama duduk diatas tikar dan kaki

terlentang lurus kedepan dan rambut dilepas tanpa ikatan. Supaya rambutnya

rapi maka ibu tua yang menyisir rambut dari ibu hamil tersebut kearah belakang.
Upacara ini merupakan lambang "harapan" agar pada saat bersalin (setelah

sembilan bulan) : tidak ada ari-ari yang tertahan di dalam kandungan. Hewan

disembelih setelah selesai upacara do'a.

3. Upacara "Simo Le'as/ ciko le'as (upacara pemulihan akibat keguguran)

Upacara ini dilakukan setelah keguguran yang tidak sengaja. Hewan sembelihan

: seekor babi dari anak rona (keluarga perempuan) dan seekor kambing dari

keluarga suami; hal ini dilakukan agar kesehatan jasmani dari ibu yang

bersangkutan cepat pulih dan kejadian yang sama tidak terulang.

4. Upacara bersalin (loas, lada meka weru, ciang tana)

Beberapa hari menjelang bersalin, si ibu hamil minum obat ramuan tradisional

(pucuk waru atau kulit kayu lodong (tunas lodong) yang direndam air dalam

mangkuk atau piring sayur yang besar). yang diminum setiao oagi h'arisampai

pada hari bersalin.

5. Upacara "Cear Cumpeng" (Pemberian nama bayi)

Upacara tersebut menggunakan ayam jantan putih sebagai hewan

persembahan, selain sebagai upacara syukur juga sebagai upacara pemberian

nama untuk bayi itu, serta bermaksud untuk mendoakan agar bayi itu sehat dan

tidak cacat.

6. Upacara Potong Gigi

Upacara ini sebagai pertanda bahwa yang bersangkutan telah remaja dan dapat

dipinang / meminang untuk membentuk keluarga / kawin.

7. Upacara Meminang (Weda Rewa Tuke Mbaru)

Pertemuan resmi antara keluarga laki-laki dengan keluarga perempuan melalui

dialog dan sebagai juru bicaranya (tongka) dari masing-masing keluarga ke dua

belah pihak.
Ada 3 (tiga) pernyataan untuk menyatakan kemampuan / tidak mampu :

a. Kalau keluarga mampu

Pernyataan : Mai Dami one pa'ang lemai, ombeng iko, jenggu tungga :

(kami datang lewat pintu depan secara berwibawa dan lapang dada);

ombing iko jenggu tungga (ekor berbulu lebat juga bermahkota di leher)

ibarat kuda jantan, hadir dengan penuh pesona dan kejantanan.

b. Keluarga tidak mampu

Ungkapan yang sering digunakan adalah : "Mai dami one radi ngaung,

cihir ri'i wuka wanjang" artinya, (kami datang lewat kolong rumah, masuk

melalui cela-cela atap alang- alang dan cela-cela gedek kolong rumah).

c. Keluarga miskin

Ucapannya adalah mai tutung sulu, "mai ngguang wai'i" (kami datang

untuk berpasrah diri karena harta tak punya, biarlah anak kami menjadi

pesuruh keluarga wanita).

8. Upacara Nempung

Dalam upacara ini, semua keputusan sejak meminang harus dibawa waktu

"nempung" atau 'Wagal",dengan mata acara pentingnya sebagai berikut :

Tuak curu (bahan minum / tuak jemput).

Keti riket (tanggaljatuh tempo).

Kengko (membangun ibu keluarga wanita).

Kintil (membongkar pagar halaman kampung, uangnya untuk tua Golo di

kampung itu).

Pembayaran belis (uang dan hewan).

Pembayaran hewan sembelihan.

Sompo / wela hendeng oleh anak rona (pengantaran)

Kope atis karot agu karong tuntul pacak (parang : kejantanan Pria)
Wida dan wali tuak (permintaan belis dan imbalan pemberian orang tua

Pihak wanita)

Karong lo'ang (penunjukan tempat pelaminan)

9. Upacara "Podo" (menghantar pengantin perempuan)

Ada dua acara inti dalam upacara ini :

1. Upacara menjemput: Acara menginjak telur ayam yang beraskan

dedaunan berlapis dengan kaki kanan tanpa alas kaki.

Maksudnya:

- Sebagai lambang resmi masuk keluarga suami.

- Air yang mengalir dari telur yang pecah melambangkan kelahiran anak

banyak seperti dedaunan.

2. Upacara "Pentang Pitak" (bersihkan kotoran / lumpur)

Dalam upacara tersebut hewan yang dipakai adalah babi. Babi : dipakai

sebagai hewan penyilihan agar semua penyakit dijauhkan/dibuang.

"Tempak pitak atau pentang pitak adalah upacara pembersihan diri baik

dari keturunan mempelai laki-laki, maupun mempelai perempuan, berkat

dara babi itu. Dan tradisi pantang dari keluarga perempuan dibuang dan

segera mengikuti ceki (imbalan) keluarga laki-laki. Makna lain dari upacara

itu adalah doa permohonan untuk menghapus semua kelemahan baik

kelemahan laki-laki maupun kelemahan perempuan.

10. Upacara Perkawinan

Ada beberapa upacara perkawinan, yaitu :

a. Tungku : anak laki-laki dari saudari memperistri anak perempuan dari

saudara; istilahnya "Tungku Cu" (kawin lurus).

b. Cangkang : Perkawinan yang tidak ada hubungan darah perkawinan

sebelumnya.
c. Wendo . seorang perjaka membawa lari seorang gadis atas

kemauan bersama tanpa sepengetahuan orang tua baik orang tua pria

mauoun wanita.

d. Roko : istri orang dibawa lari atas persetujan oleh seorang laki-laki

(perjaka)

e. Lili : janda yang diambil istri oleh laki-laki lain.

f. Tinu Lalo : duda yang memperistrikan adik dari istrinya karena istrinya

meninggal dunia'

g. Upacara Ela Tinu : merupakan keharusan dari anak cucu untuk

member makan kepada orangtua yang tidak ada harapan hidup lagi

sebagai kasih sayang pemeliharaan terakhir dalam sisa hidup dari

orang tua mereka.

h. UpacaraCui sa'a: pembunuhan hewan (babi, sapi atau kerbau) untuk

memohon penyambungan umur dan penyembuhan sakit sebagai silih

atau perpindahan sakit ke hewan sembelihan'

11. Upacara Kematian

Rangkaian upacara kematian

a. Upacara "haeng nai" (tanda kehadiran dalam hembusan nafas terakhir).

Anak rona (pihak istri) yang datang menghadiri kematian itu membawa

seekor babi (ElaHaeng nai) dan wuwus (kain pembungkus mayat) serta

uang duka (seng wae lu'u)dan iika yang datang "anak wina" (pihak pria)

maka mereka membawa seekor ayam dan wuwus (kain pembungkus

mayat serta uang duka).

b. Upacara "Cingke Tahang" : upacara bagi orang yang meninggal dunia

karena dibunuh. Mayatnya tidak dibaring di dalam rumah, tetapi di adalam

tenda kedukaan di luar rumah, karena itu merupakan kasus dara ta'a (dara

yang mengalir karena Pembunuhan);


c. Upacara Tokong Mbakung (Tokong Bakong Rajong)

Upacara menjaga mayat yang belum dikubur. Jika mampu, maka hewan yang

disembelih adalah sapi atau kerbau. lnti doanya adalah agar yang meninggal itu

menghadap Tuhan secar baik-baik (wajar).

d. Upacara "po'e woja agu latung" (menahan padi dan jagung); mencegah kelaparan.

Hewan yang disembelih dalam persembahan ini adalah seekor ayam untuk

mengimbangi semua hasil jerih payah seumur hidup (padi, jagung dan hasil-hasil

lainnya)

e. Upacara "lci Mu'u (isi mulut)

Sebagai aying kasih aying ditandai dengan memasukkan uang logam ke

dalam mulut mayat oleh anak sulungnya; juga mengandung harapan agar ia tidak

memanggil keluarga yang hidup untuk mengikuti dia.

f. Upacara Ancem Peti" (menutup peti mayat) Persembahannya adalah seekor

ayam disertai doa khusus

g. Upacara "Pu'i" (upacara pembersihan)

Upacara ini dilakukan dengan maksud agar ia berangkat dengan bersih tiada lagi

hutang yang tertinggalpada orang yang masih hidup.

h. Upacara "Wakas Wada" (Gelagah penghalau)

Sebelum kubur digali seorang mengambil sebatang gelagah yang panjang sama

dengan panjang peti mayat dan memukul di atas tanah pekuburan yang hendak

digali, dengan ucapan : "Lengka wa ... (disebut reba (pria) .. atau moias (

utrid ...) neka watu keoe, neka lipang lewes" : menghindari batu-batu atau akar

penghambat atau penghalang pemuda atau pemudi mau turun bersemayam.

Sesuai dengan kepercayaan tradisional, bila dalam menggali itu dijumpai batu

yang tak terungkit berarti dalam waktu dekat ada lagi kematian keluarganya.
i. Upacara "oke Api" (menghindari api) Upacara ini dilakukan oleh seorang tua dan

tidak takut setan. Pelaksanaannya, biasanya pada sore hari (pukul 18.30).

j. Upacara "lonto Walu" (berkabung)

Tujuan upacara ini adalah menghibur keluarga berduka dan akhir-akhir ini terjadi

pergeseran maksud : yakni menjadi sasaran perjudian.

k. Upacara "Saung Ta'a"(Upacara boleh bebas dari kesedihan (bebas bekerja)

Upacara penutupan perkabungan sesuai kesepakatan lama waktu perkabungan : 3

s/d 5 hari.

l. Upacara "Kelas" (kenduri).

Kenduri orang yang mati karena musibah : hewan sembeliannya seekor babi dan

babi itu dibunuh dan harus dihabiskan di luar rumah. Setelah itu selesai,

dilanjutkan dengan acara "keti manuk miteng" yang inti doanya : bahwa

malapetaka itu diputuskan hubungannya oleh ayam jantan sehingga terhapus dan

tidak terwaris.

Setelah itu ayam hitam dibunuh dan dibuang sebagai lambang membuang sial /

malapetaka itu. Kenduri untuk orang mati karena sakit. Yang hadir dalam upacara

ini adalah orang yang banyak, maka hewan sembelihannya adalah babi/kerbau.

Doanya sama seoerti upacara "saung ta'a,tetapi dalam upacara ini ada tuntutan

adat pembayaran kepada "anak rona" oleh anak "wina" dan keterlibatan keluarga

yang berduka.

m. Upacara Ela Pangga (Babi penolakan bala / penyangga).

Tujuan upacara ini adalah bahwa anak rona membentengi / menahan semua

keluarga yang masih hidup agar tidak mengikuti nasib orang yang meninggal.

12. Rangkaian Upacara Adat Lingko

Adapun urutan upacara yang dimaksud di atas antara lain

1. Musyawarah dengan Tu'aTembong.


2. Musyawarah dengan rapat pleno warga kampung.

3. Berangkat ke lokasi yang disetujui.

Bila telah disepakati maka acara di wilayah lodok dapat dimulai :

1. Upacara pemberian sirih pinang dan tuak kepada arwah nenek moyang .

2. Upacara pemancangan teno oleh tua teno yang diawali dengan tudak ela (doa

persembahan dengan hewan penyembelihan seekor babi).

3. Upacara banco raci : pada hari yang disepakati banco raci, maka sama warga

berkumpul di rumah gendang untuk berangkat ramai-ramai diiringi ronda , gong dan

gendang menuju lokasi.

4. Upacara kalok (menanam) : upacara ini dilakukan bila kebun seluruhnya siap

ditanami. Tujuannya adalah agar semua bibit berkembang dengan baik.

5. Upacara Nanga Banta : dilakukan secara bersama-sama pacia masa jagung sudah

berisi.

6. Upacara sega latung : upacara ini dilakukan masing-masing minimal seekor ayam

sesajian untuk memohon pada nenek moyang (empo tana) agar tidak dimarah kalau

sudah dapat dimulai memakan jagung muda.

7. Upacara nderes : maksud dari upacara ini adalah agar memperoleh hasil yang

melimpah.

8. Upacara Kesep Lalap : Upacara pada permulaan mengetam, membuat sesajian

untuk arwah tuan tanah, agar hasil panen padi melimpah ruah.

9. Upacara Tabar Cicing : upacara ini dilakukan oleh masing-masing pemilik ladang,

dua hari sebelum mengetam. Tunjuannya untuk memohon kepada arwah tuan tanah

agar hasil tidak lari keluar dari pagar kebun.

10. Upacara Randang : upacara ini dilakukan untuk kebun yang disepakati sebagai

lingko randang. Randang : pesta syukur kebun yang telah memberi hasil yang

reklatif melimpah.
13. Upacara Penti (pesta syukuran)

Penti dilakukan sebagai tanda syukur kepada Mori Jari Dedek (Tuhan pencipta

langit dan bumi) dan kepada arwah nenek moyang atas semua hasiljerih payah yang

teleh diperoleh dan dinikmati, juga sebagai tanda celung cekeng wali ntaung (musim

berganti tahun beralih)'Acaranya adalah :

a. Barong wae teku : sebelum berangkat ke air, maka semua pemuka adat serta

kepala keluarga yang memiliki keluarga berkumpul di rumah gendang sebagai

tanda syukur serta memohon hasil yang berlimpah dan memperoleh kehidupan

yang baik dalam tahun baru serta tahun-tahun selanjutnya.

b. Barong Compang : upacara megalithik, yang terletak di tengah-tengah kampung.

Bahan persembahan :

1. Siri pinang

2. Telur mentah / sebagai tuak

3. Ayam

c. Upacara Libur Kilo : Syukuran keluarga.

5.1.6. Sub Sistem Ekonomi / Mata Pencaharian

Dalam uraian tentang sub sistem religi di depan, telah disinggung bahwa aktivitas

orang Manggarai dalam sub system budaya senantiasa memiliki nuansa religi, termasuk

dalam kegiatan ekonomi.

Kerusakan dalam lingkungan di Manggarai karena system ladang berpindah-pindah.

Melepaskan kebun yang lama (yang baru dipakai 3 tahun) berarti membuka kebun baru

dengan merambah hutan pada areal baru / perkebunan; pembukaan sawah dengan sistem

irigasi yangt sifatnya menetap, baru mulai tahun 1938.

Awal sistem irigasi sistem persawahan kurang diminati karena terasa asing setelah

melihat hasil usaha orang lain yang mengerjakan sawah lebih baik dibandingkan dengan
system ladang yang berpindah maka sistem irigasipun ramai-ramai ditiru dan lambat laun

menjadi kegiatan primadona. Setelah komoditi ramai ditanami.

Penanaman kopi inipun merupakan faktor pendorong untuk meninggalkan ladang

berpindah. Padi, jagung, kopi sebagai komoditi yang berharga, telah akrab dengan orang

Manggarai, karena sudah puluhan tahun bersahabat dengan petani di Manggarai.

Pesta kebun adalah syukuran atas hasil padi dan jagung. Upacara penanaman beni,

upacara silih terhadap gangguan tanaman petani, justru primadona perhatian ritus religinya

pada padi dan jagung.

5.1.7. Sub Sistem Kesenian

Ekspresi keindahan, pergaulan, suka cita, maupun duka cita manusia, dapat

didengar dan dilihat dalam tiga pola yaitu :

a. Yang dinikmati dengan mendengar, yaitu seni sastra baik sastra daerah maupun sastra

tradisional.

b. Yang dinikmati dengan melihat yaitu seni rupa seperti lukis, patung, grafis, desain

maupun kriya.

c. Yang dapat dinikmati sekaligus mendengar dan melihat adalah seni pertunjukan, seni

tari dan teater.

Tingkat peradaban seni setiap daerah tentu saja berbeda, hal tersebut amat tergantung

pada kematangan budaya. Di Manggarai umumnya, kematangan dibidang kesenian belum

sampai pada tingkat "peradaban" (hal seni tergolong indah, halus dan bermakna tinggi),

namun ada seni tertentu yang sudah dinilai sampai pada tingkat peradaban, yaitu :

a. Seni pertunjukkan di bidang permainan "caci". Caci merupakan puncak kebudayaan

Manggarai yang unik dan syarat makna / nilai antara lain seni gerak (lomes). Nilai etika

(sopan santun), nilai estetika, muatan nilai persatuan, ekspresi suka cita yang makin

dalam, nilai kesportifan, penanaman rasa percaya diri karena diuji ketangkasannya.

Selain caci juga yang dipandang cukup maju . "Mbata" dan danding/tandak, rawa, dll.

b. Seni kriya dalam bentuk tenunan ikat yang syarat nilai dan simbol.
Contoh : tenunan kain songke dan topi Manggarai.

1. Warna dasar hitam : warna kebesaran orang Manggarai.

2. Warna dasar hitam : kepasrahan karena kesadaran bahwa semua manusia akhirnya

meninggal (simbol sikap tanatos : bahwa kehidupan adalah prosesi dari Allah

menuju Allah).

3. Aneka motif bunga pada kain songke, mengandung banyak makna sesuai motif itu

sendiri, misalnya :

a. Jok : Motif dasar yang unik sebagai salah satu jati diri budaya Manggarai,

melambangkan persatuan baik persatuan dengan Allah (Mori Jari Dedek),

sebagai penguasa alam semesta maupun persatuan dengan sesama manusia

dan dengan alam sekitarnya.

b. Motif wela kaweng" : bermakna interdependensi antan manusia dengan alam

sekitarnya.

c. Bunga songke bermotif "Ranggong" (laba-laba).

d. Motif "Sui" (garis-garis batas) : melambangkan keberakhiran segala sesuatu;

bahwa segala sesuatu ada akhirnya; ada batasnya

e. Motif "'Ntala'' (bintang) : motif ini bermaksud supaya senantiasa sehat, umur

panjang dan memiliki ketinggian berpengaruh lebih dari orang lain dalam hal

membawa terang perubahan.

f. Motif "wela runus" melambangkan sikap ethos, bahwa orang Manggarai sebagi

bunga kecil tetapi indah dan memberi hidup dan ia hidup di tengah kefanaan.

c. Seni Sastra : Seni sastra meliputi hal-hal :

- Berupa mantra : biasa digunakan oleh pawang I ata mbeko (dukun).

- Berupa Bidal : (bahasa berkias) bahasa ini hanya bisa dimengerti oleh orang

yang berperasaan halus. Contoh : Mbangi leleng ular : wujud prilaku yang

sama saja jeleknya.

- Berupa pepatah / kiasan tepat


Contoh : Na'awaen pake, na'arukun rukus : Buah jatuh tidak jauh dari

pohonnya,

- Berupa peribahasa (ungkapan)

Kiasan terungkap dalam kalimat pendek.

Contoh : Lait markani hang perkakas : Kapok biar mampus, tidak punya apa-

apa lagi dalam dirinya.

- Berupa perurnpamaan :

Contoh : Laki pangga rami : orang yang hebat; sang jago ; laki-laki dunia.

b. Berupa Tamsil yang meliputi : pantun

Pantun kilat : - "tara tee neho muku; tara lando neho teu" maksudnya

segala sesuatu aqa akibatnya atau akan berakhir.

Berupa keterangan :

"Curu sala iku " maksudnya kurang enak karena terkena pada diri sendiri

atau keluarga sendiri.

h. Berupa ibarat . "Kope harat bali" : parang bermata dua.

i. Berupa Pemeo : "Olon saja, diang pio saja kole" : Maju terus / hadapi saja,

jangan takut resiko.

j. Berupa pantun;

Sering dibawakan dalarn bentuk lagu yang diiringi tari (tandak, danding) atau

musik "Mbata" (berpantun sambil bergung dan bergendang).

5.2. Benda-Benda Budaya / Obyek Wisata Potensial

5.2.1 Kecamatan Cibal

Desa/Kelurahan Obyek Wisata Jarak dari Atraksi


Ibu Kota
Kab (Km)
Ds. Compang Compang 30 Sebuah kampung
Cibal Cabal tua/kampung sejarah
dimana terdapat compang
dan Like (batu pelataran
yang tersusun rapi)
Ds. Barang Liang Woja 40 Sebuah goa dimana
terdapat stalagtit dan
stalagmite
Kel. Pagal Watu Hemping 25 Sebuah batu besar yang
berada di puncak bukit.
Panorama alam indah di
sekitarnya. Cocok untuk
perkemahan pramuka atau
camping ground.
Ds. Wudi Watu Lanur 20 Sebuah batu berlobang
tempat manusia/nenek
moyang pertama orang
Wudi tiba

5.2.2 Kecamatan Ruteng

Desa/Kelurahan Obyek Wisata Jarak dari Atraksi


Ibu Kota
Kab (Km)
Ds. Liang Bua Liang Bua 14 Gua besar dimana terdapat:
Fosil Manusia purba (Homo
Floresiensis)
Fosil Binatang purba (fosil
gajah + stegodon)
Fosil Komodo; artefak
Ds. Golo Kubur Motang 22 Kubur pahlawan Manggarai
Langkok Rua bernama Motang Rua di
Kampung Beo Kina.
Ds. Tengku Lese Tengku Lese 14 Air terjun bertingkat dengan
ketinggian 25 m.
Ds. Beo Rahong Benteng Kuwu 10 Kampung tradisional
dengan rumah adat terdapat
compang (batu tempat
persembahan pada
halaman kampung).
Ds. Wae Belang Weol 17 Terdapat sawah berbentuk
sarang laba-laba (lodok)
Cara 18 Terdapat sawah berbentuk
sarang laba-laba (lodok)
Ds. Cumbi Poco Likang 15 Gunung dengan ketinggian
2300 m dari permukaan
laut, terdapat panorama
alam indah. Terdapat
tungku api dan bekas kolam
air.
Compang 12 Batu tempat persembahan
Cumbi di tengah kampung Cumbi
(Compang).
Ds. Bangka Compang 22 Batu tempat persembahan
Ajang Bangka Ajang di tengah kampung

5.2.3 Kecamatan Satarmese


Desa/Kelurahan Obyek Wisata Jarak dari Atraksi
Ibu Kota
Kab (Km)
Ds. Langgo Watu Lajar 42 Sebuah batu berbentuk
perahu layar di pinggir
pantai. Panorama alam
pantai kea rah Laut Sabu,
Pulau Sumba dan Pulau
Mules
Ds. Todo Niang Todo 35 Tempat Pusat Kerajaan Tdo
(Manggarai). Terdapat
rumah adat tradisional
(Niang) dan namanya
NIANG WOWANG.
Terdapat Tambur kecil yang
terbuat dari kulit perut
manusia (Loke Nggerang)
dan meriam-kuno
Ds. Pongkor Boa Waja Rae 40 Sebuah kubur tua yang
Ciber terletak di kampung
Rua/Pongkor
Benteng 40 Sebuah benteng tanah.
Pongkor Terdapat juga meriam kuno
di tengah Kampung
Pongkor.
Ds. Nucamolas Pulau Mules 60 Terdapat bentangan pasir
putih sepanjang pantai utara
dan selatan pulau, terumbu
karang, ikan hias dan air
laut yang jernih, cocok untuk
sunbath, olahraga air dan
camping ground. Terdapat
rantai besi (jangkar) di
puncak gunung.
Ds Wewo Ulumbu 27 Sumber mata air panas
terbesar di kawasan
propinsi NTT bahkan Nusa
Tenggara, sebagai sumber
pembangkit tenaga listri
(tenaga gas
bumi/geothermal) cocok
untuk mandi/obat penyakit
kulit dan camping ground.

Ds Paka Inembele 36 Sebuah hutan tua di pinggir


pantai 8 ha. Terdapat
berjenis-jenis satwa liar
(Kalong, jenis burung,
madu, kera, ular, dll).
Ds Kole Golo Lawis 34 Sebuah bukit tandus dan
panorama alam ke segala
jurusan. Cocok untuk
camping ground, widya
wisata, dll.
Ds Ling Beo Ling 34 Kampung tradisional
dengan pelataran megalitik
Ds. Hilihintir Niang Narang 40 Rumah adat di kampung
Narang. Terdapat
Compang (batu
persembahan) di pelataran
kampung
Beo Pulang 45 Kampung tua di atas
gunung (enclave/kawasan
hutan)
Ds. Terong Benteng 68 Sebuah benteng kuno
Tureng (tanah) yang terletak
Kampung Ramut
Ds Satar Lenda Wae Rebo 70 Sebuah kampung tua di
tengah pegunungan tinggi
(kawasan enclave
kehutanan). Memiliki 4
(empat) rumah adat
(tembong) yang dibangun
ratusan tahun lalu. Di sekitar
terdapat panorama alam
indah dan udara yang sejuk
cocok untuk trecking, hiking.
Ds Cekaluju Inedamba 70 Sebuah priuk tanah (kuno)
yang besar masih tersimpan
di Kampung Kende
Ds. Borik Gua Walet 80 Sebuah gua di pinggir
pantai terdapat sarang
burung wallet. Pasir putih
dengan air laut jernih

5.2.4 Kecamatan Wae Rii

Desa/Kelurahan Obyek Wisata Jarak dari Atraksi


Ibu Kota
Kab (Km)
Ds Ranaka Poco Ranaka 15 Sebuah gunung tertinggi di
Flores da Propinsi Nusa
Tenggara Timur 2400 m
ketinggian dari muka laut.
Terdapat keanekaragaman
hayati (biodiversity) pohon-
pohon dan satwa liar yang
bermacam-macam.
Terdapat salib tertinggi di
dunia (50 meter). Tempat
ziarah dan doa umat katolik.
Panorama alam indah di
sekitarnya.
Anaka 15 Sebuah anak gunung berapi
yang baru muncul pada saat
terjadi letusan pada tahun
1987. Setiap saat
mengeluarkan asap
Ds Satar Watu Roga 17 Tempat bebatuan dimana
Ngkeling ada terowongan air
dibawahnya. Terdapat
sawah dan panoramaalam
disekitarnya. Cocok untuk
tempat rekreasi/piknik.
Tempat ini dipersiapkan
untuk mendirikan salib dan
gua Bunda Maria.
Ds Compang Tengku Rona 14 Terdapat jurang baru
Ndehes berbentuk seperti kelamin
laki-laki

5.2.5 Kecamatan Reok

Desa/Kelurahan Obyek Wisata Jarak dari Atraksi


Ibu Kota
Kab (Km)
Ds Robek Nanga 75 Terdapat taman laut yang
Ketebe/Robek indah dengan bambu laut
yang berwarna merah
jingga. Terdapat juga
bentangan pasir dan mata
air di pantai
Kel. Wangkung Torong Besi 68 Terdapat Gua Patung
Bunda Maria, sebagai
tempat ziarah dan doa umat
katolik. Panorama alam
pantai yang indah ke arah
laut Flores.
Sengari 65 Tempat rekreasi pantai yang
indah dengan pasir putih
yang halus. Tempat doa dan
ziarah umat katolik. Tempat
peristirahatan dari para
Misionaris (Pastor-pastor
tua).
Kel. Mata Air Tengku Romot 60 Terdapat 2 (dua) buah
meriam kuno sebagai alat
perang zaman kerajaan Goa

5.2.6 Kecamatan Langke Rembong

Desa/Kelurahan Obyek Wisata Jarak dari Atraksi


Ibu Kota
Kab (Km)
Kel. Karot Mbeang Ledas 9 Sebuah danau kecil dan
panorama alam yang
menarik
Golo Curu 4 Bukit kecil terdapat Gua
Bunda Maria. Tempat
ziarah dan doa umat
Kristiani.
Kel. Golodukal Wae Kolang 6 Sumber mata air panas,
terletak di kampung Taga
Ruteng Puu 5 Kampung tua dengan rumah
adat tradisional (Mbaru
Tembong) serta Like (batu
pada halaman yang
tersusun rapi).
Kel. Watu Mbaru Wunut 0 Rumah adat Kerajaan Todo
(Manggarai), tempat
tinggalnya Raja Baruk.
(Raja Wunut). Terletak di
pusat kota Ruteng
Gereja 0 Terdapat 2 katedral (lama
Katedral dan baru) sebagai gereja
paling besar dalam
lingkungan/wilayah Diosis
(Keuskupan) Manggarai.
Tempat diselenggarakan
upacara besar keagamaan
(Natal, Paskah, Pentekosta,
upacara tahbisan, dll. Gaya
bangunan yang eksotis dan
artistic terletak di kota
Ruteng.
Kel. Waso Golo Lusang 8 Sebuah bukit indah dengan
panorama alam indah kea
rah selatan (Laut Sabu dan
Pulau Mules) 2100 m dari
permukaan laut.
Kel. Wali Bangka Tuke 4 Kampung Tua dengan
halaman yang dikelilingi
batu tersusun rapi dan
terdapat kuburan nenek
moyang
BAB VI
ANALISA OBYEK DAN DAYA TARTK WTSATA (ODTW)
DAN STRENGHT, WEAKNESS, OPPORTUNIW AND THREAT
(SWOT)

6.1. ANALTSA OBYEK DAN DAYA TARTK WTSATA (ODTW)

6.1.1. Obyek Wisata Alam

Cukup banyak sebenarnya obyek wisata alam di daerah ini. Keindahan alam di ulumbu,

wilayah Satar Mese, yang merupakan sumber air panas dan tenaga uap; panorama alam

Golo Lawis, batu berbentuk perahu di Watu Lajar; hutan lnambele dengan beragam jenis

burung seraya menikmati gemericik kesejukan sumber mata air.

Di Poco Ranaka dengan ketinggian 2140 meter di atas permukaan laut merupakan puncak

tertinggi kedua dalam rantai pegunungan disekitar Ruteng. Gunung ini masih aktif

mengeluarkan lava hitam yang sudah mengeras dan sulfur kuning


menyala dengan upa yang keluar dari bawah Anak Ranaka, yang merupakan

rangkaian -panorama indah nan menakjubkan. Wisatawan juga dapat menikmati

keindahan air terjun Cunca Lelo, puncak Golo curu di Langke Rembong. Selain

terkenal akan panorama alamnya yang menawan, daerah ini juga terkenal karena

terdapat Gua Maria, yakni tempat wisata Ziarah yang banyak dikunjungi umat

Katolik daerah ini'

Namun,puncak dari keajaiban panorama alam itu sebenarnya bisa ditemukan

didalam kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng, yang ditetapkan sebagai

hutan konservasi oleh Departermen Pertanian Rl pada Tahun 1993. TWA Ruteng

meliputi kawasan seluas 32 ribu hektar. Di dalamnya terdapat wisata yang menarik,

diantaranya Danau Rana Mese dengan berbagai jenis ikan dan burung belibis

,beragam spesies hutan tropis, air terjun Cunca rede,, Puncak Gunung Ranaka dan

Gunung Nampar Nos.

Secara umum obyek wisata alam di Kabupaten Manggarai memiliki daya tarik

sebagai suatu obyek wisata. Keindahan dan unsure keaslian obyek menjadi daya

tarik tersendiri. Memang pada obyek wisata di Kabupaten Manggarai merupakan

obyek-obyek alam yang masih asli.Ditambah lagi, adanya pengelompokkan obyek

wisata akan menambah daya tariknya dibandingkan jika obyek wisata tersebut

hanya "sendiri" pada lokasi tertentu saja.

Mencermati kondisi daya tarik obyek wisata alam di Kabupaten Manggarai tersebut

beberapa langkah pengembanga;l mtegis untuk dilakukan dalam mengembangkan

ODTW ini antara lain adalah:

a. Penetapan wilayah-wilayah / kawasan sebagai area wisata, serta penyusunan

rencana detail obyek wisata.

3. Penetapkan ikon obyek wisata yang prioritas untuk dikembangkan secara serius.

4. Meningkatkan aksesibilitas menuju lokasi obyek wisata yakni dengan

memperbaiki dan meningkatkan kelayakan prasarana jalan. Selain itu perlu juga
disediakan alat transportasi umum yang "memadai dan nyaman" yang dapat

melayani wisatawan untuk menuju dan meninggalkan obyek wisata.

5. Perlu ditingkatkan kelayakan sarana dan prasarana penunjang di lokasi ODTW

seperti MCK dan ketersediaan air bersih, tempat berjualan makanan dan

souvenir yang representatif, ketersediaan sarana komunikasi seperti telepon

umum, dan lain-lain.

6. Ditingkatkannya keanekaragaman even di obyek wisata, seperti misalnya

diadakan pementasan hiburan untuk pengunjung.

7. Diadakannya sarana akomodasi seperti tempat peristirahatan, penginapan atau

hotel yang cukup representatif di sekitar lokasi pantai.

8. Diadakan pembinaan secara intensif untuk masyarakat lokal melalui

POKDARWIS (Kelompok sadar wisata) khususnya dengan faktor keamanan dan

pelestarlan lingkungan obyek wisata.

6.1.2. Obyek Wisata Budaya

Caci

Caci adalah sejenis tarian atau permainan ketangkasan khas dari Bumi

Manggarai. caci merupakan seni ketangkasan yang hanya dilakukan oleh kaum pria.

Lazimnya, kedua pemain bersikap sebagai "lawan" dan menggunakan cemeti satu

lawan satu untuk menunjukkan ketangkasan.

Kini, caci sudah demikian populer karena telah diangkat dalam bentuk sebuah

festival, sehingga setiap orang bisa berparisipasi di dalamnya. wisatawan dapat

dengan mudah menyaksikan permainan ini karena seringkali ditampilkan pada

berbagai event perayaan, seperti perayaan paki kaba, perayaan syukur ( Penti ),

usai pesta perkawinan yang sering disebut Nempung, menghormati tamu tamu

penting, serta pada peringatan Kemerdekaan Rl 17 Agustus setiap tahun.

Liang Bua
Liang Bua termasuk dalam wilayah Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng,

dengan jarak sekitar 14 kilometer arah utara-barat kota Ruteng. Angkutan umum

yang dapat digunakan untuk mencapai wilayah ini adalah truk dan bemo jurusan

Ruteng- Karot. Liang bua merupakan situs purbakala di zaman pra sejarah yang kini

masih jadi obyek penelitian kalangan arkeolog dari Australia, Amerika serikat dan

lnggris. Liang Bua adalah sejenis gua terbesar di daerah ini selain juga ada Liang

Galung dan Liang tanah. Gua ini berdiameter sekitar 50 X 40 meter dimuiut guanya.

Di dalam gua tersebut tersimpan dengan rapi tilang belulang nenek moyang

penduduk setempat. Juga ditemukan serpihan tulang gajah dan lain-lain, yang

diperkirakan berumur lebih dari 18 -a-r tahun dan menjadi bukti adanya

perkampungan tertua zaman prasejarah di Manggarai. Ditemukan pula peralatan

seperti kapak, perimbas, kapak penetak, alat serpih, beliung persegi, gerabah,

fragmen logam serta keramik. Secara kronologis, Liang Bua sudah dijadikan tempat

hunian manusia purba sejak lebih dari 70 ribu tahun lalu ( Zaman paleotik) dan terus

berlanjut hingga 300 masehi (zaman Perundagian/ Perunggu-Besi). Liang Bua

adalah tempat penemuan" Homo Floresiensis ".

Kampung wae Rebo

Wae Rebo adalah sebuah perkampungan tradisional tua yang tetap

mempertahankan nilai-nilai keasliannya, seperti pola hidup penduduk, adat istiadat,

dan sebagainya. Disini dijumpai rumah Niang, yakni sejenis rumah adat khas daerah

setempat dan tetap terpelihara keasliannya. Wae Rebo terdapat di kecamatan Satar

Mese, arah selatan Manggarai-

Lingko

Lingko adalah semacam sistem tradisi pembagian tanah adat atau areal

persawahan yang paling bergengsi di wilayah Manggarai dan dianggap unik di

dunia. Bentuk dasarnya bulat dan dibagi menjadi beberapa bagian laiknya seperti

potongan kue, dengan luas antara enam hingga delapan hektar. Dari kejauhan,
Lingko ini akan tampak indah laksana sarang laba-laba raksasa. Para wisatawan

dapai menikmati keunikan lingko inl darl udara atau dari jalur jalan raya yang

melewati lokasi tersebut. Lingko ini berada di Cara dalam wirayah Kecamatan

Ruteng, sekitar 15 -17 kilometer arah barat Kota Ruteng.

Kampung Ruteng Pu'u

Perkampungan Ruteng pu'umerupakan rangkaian kompleks bangunan

megalitik nan menakjubkan. wujud bangunan ini terdiri rlari susunan batu datar, batu

tegak dan batu takung, yang digunakan sebagai tempat Mesbah (pemujaan) dan

makam. Di kampung ini juga terdapat rumah adat yang dihuni oleh keturunan dari

Ruteng Runtu. Letak kampung ini di Kelurahan Golodukal Kecamatan Langke

Rembong, sekitar 3 kilometer ke arah barat-selatan kota Ruteng.

Kampung Todo

Kampung Todo merupakan pusat kerajaan masa lalu yang berlokasi di desa

Todo kecamatan Satarmese, sekitar 48 kilometer arah barat-selatan Kota Ruteng.

Disini terdapat rumah adat, sekaligus tempat kediamam resmi keluarga kerajaan.

Uniknya, di rumah adat ini tersimpan dengan rapi sebuah gendang yang terbuat dari

kulit perut seorang gadis ( Loke Nggerang ).

Kampung Cibal

Di dalam Kampung Cibal terdapat tempat penguburan nenek-moyang yang

terbuat dari struktur batu-batu besar (compang) dan satu rumah adat (niang)

berbentuk rumah masa kini yaitu persegi panjang beratap bentuk limas.Di kampung

Cibal terdapat pula benteng pertahanan orang Pongkor dan Todo.


Danding atau Nggejang

Danding atau Nggejang adalah sejenis tarian tradisional diiringi lagu-lagu

daerah setempat yang dipertunjukkan pada malam hari, khususnya ketika bulan

purnama. Peserta tariannya adalah kawula muda, dengan menggunakan giring-

giring yang tetap dan nggiring Wai yang diikatkan pada bagian kaki atau "Nggiring

Lime" yang dipegang di tangan (wilayah tertentu).

Tuak Curu Manuk Kapu


Tuak Curu Manuk Kapu merupakan upacara yang dilakukan untuk

menjemput tamu lazimnya para pejabat maupun pembesar. Para penjemput seraya

membawa ayam jantan putih dan tuak putih. Warna putih di sini diartikan sebagai

simbol ketulusan hati.

Sanda

Sanda adalah sejenis lagu rakyat yang dimaksudkan sebagaii ungkapan rasa

syukur kepada Tuhan Yang maha Esa atas karunia dan belaskkasihan-Nya.

Songke

Songke adalah sejenis karya seni tenun ikat khas masyarakat setempat. Motif

dasarnya warna hitam,yang berarti melambangkan tanda kebesaran sekaligus

kepasrahan orang Manggarai. Songke biasanya dijadikan sebagai sarung atau

busana formal, termasuk dibuat dalam bentuk cinderamata seperti topi, dompet, dasi

dan lain-lain.

Penti

Penti adalah upacara syukur pasca panen kepada Tuhan yang lazim dilakukan

penduduk setempat. Penti juga sekaligus menandai pergantian musim, dari musim
penghujan berganti ke musim kemarau, biasanya diselenggarakan antara bulan Juni

September.

Mbata

Mbata adalah sejenis musik yang khas, dilengkapi beragam peralatan gong,

gendang, serta berbagai jenis lagu rakyat dinyanyikan oleh sekelompok kaum pria

(Manggarai Tengah), pria dan wanita ( Manggarai Timur).

Disamping itu juga terdapat artefak religius di Tuwit, Ngujul dan Nanga : desa

Langgsai dan desa Nanga Meje, Kecamatan Elar. Obyek wisata budaya (dan juga

sejarah) yang tersebar di wilayah Kabupaten Manggarai secara umum memiliki

keunikan dan daya tarik khas yang tidak banyak dimiliki oleh obyek-obyek wisata di

tempat lain. Warisan adiluhung sejarah dan budaya itu memberikan personifikasi

khas akan keanekaragaman serta tingginya kemampuan cipta, rasa dan karsa para

leluhur masa lalu. Hasil budaya masa lalu itu bernilai sosial, kemasyarakatan,

pendidikan serta religi sangat tinggi.

Persoalannya, kalangan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara

masih banyak yang belum mengetahui akan hal ini. Di samping agak jauh dari

pasar wisatawan dan relative sulit transportasinya, juga disebabkan masih minimnya

promosi pariwisata yang telah dilakukan. Karena itu, dalam rangka pengembangan

pariwisata di Kabupaten Manggarai, aspek promosi pariwisata harus menjadi

prioritas. Hal ini bisa dilakukan dengan "menggandeng" atau kerjasama dengan biro-

biro perjalanan, hotel, restoran dan lain-lain, baik yang berada di wilayah NTT

maupun diluarnya.

Sebelum promosi pada obyek wisata ini digencarkan, telebih dahulu kegiatan

pendaftaran, pendataan dan penataan obyek harus dilakukan secara ilmiah,

sistematis dan professional, tidak bertentangan dengan hokum adat dan hokum

nasional.
Lebih lanjut, sampai saat ini Kabupaten Manggarai masih belum memiliki ikon

obyek wisata budaya yang prioritas untuk kembangkan secara serius. Disamping itu,

juga belum dimilikinya kesepakatan tentang souvenir yang khas Kabupaten

Manggarai dan dapat menarik kenangan wisatawan. Untuk hal tersebut, dirasa perlu

diadakan lomba untuk memilih souvenir yang menjadi rqon wisata Kabupaten

Manggarai.

6.1.3. Obyek Wisata Religi / Rohani

Torong Besi

Torong Besi : gua Patung Bunda Perawan Maria; panorama pantai yang

fantastis dengan laut Flores di depannya.

Sengari

Sengari . pantai pasir putih dengan bentangannya yang panjang. cocok untuk

mandi, jemur, dan rekreasi pantai. Terdapat tempat peristirahatan para Misionaris

terletak di Reo, Kecamatan Reok.

Mengingat masyarakat NTT pada umumnya merupakan masyarakat yang

religius, maka keberadaan obyek wisata religi / rohani ini perlu dikembangkan dan

dikelola secara lebih terencana. Untuk pengembangan lebih lanjut, beberapa hal

yang perlu mendapat sentuhan pengembangan di ODTW ini antara lain adalah :

a. Penyediaan sarana penunjang seperti tempat peristirahatan atau tempat

menginap di lokasi terutama bagi mereka yang datang darijauh.

b. Mengembangkan paket- paket wisata religi / rohani yang ada di wilayah NTT,

dengan menggabungkan dengan paket-paket wisata yang lainnya.

6.1.4. Objek Wisata Tirta / Bahari

Pulau Mules ( Mules lsland )


Mules lsland merupakan pasir putih : airnya jernih, memancing, menikmati

matahari terbenam, mandi jemur, snorkling dan selam. Terletak di desa Nuca Molas,

Kecamatan Satar Mese.

Pantai Ketebe

Pantai Ketebe adalah pantai pasir putih yang indah, snorkling, menyelam,

memancing, mandi,jemur dan taman laut. Terletak di desa Robek Kecamatan Reok.

Secara umum obyek wisata tirta / bahari di Kabupaten Manggarai memiliki

daya tarik sebagai suatu obyek wisata. keindahan dan unsur keaslian obyek menjadi

daya tarik tersendiri. Untuk itu, beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan

dalam pengembangan ODTW ini antara lain sebagai berikut :

a. Penetapan wilayah-wilayah / kawasan sebagai area wisata, serta penyusunan

rencana detail obyek wisata

b. Penyediaan sarana wisata air seperti perahu ataupun selancar yang khusus

disediakan bagi wisatawan. Selain itu juga perlu disediakan area

pemancingan yang mudah diakses oleh wisatawan.

c. Perlu dibangun sarana akomodasi seperti penginapan atau hotel yang ada di

sekitar kawasan pantai

d. Perlu ditingkatkan kelayakan sarana dan prasarana penunjang di lokasi

ODTW seperti MCK dan ketersediaan air bersih, tempat berjualan makanan

dan souvenir yang representatif, ketersediaan sarana komunikasi seperti

telepon umum, dan lain-lain.

e. Perlu dilakukan koordinasi dengan dinas dan instansi terkait guna

memberikan rasa nyaman dan aman kepada wisatawan, khususnya untuk

menjamin keselamatan Wisatawan, khususnya untuk menjamin keselamatan

wisatawan selama mereka berada di lokasi perairan/laut.


6.2. Analisis Deskriptif ( Berbasis Analisis SWOT ) Terhadap Obyek dan Daya

Tarik Wisata

Analisis SWOT digunakan untuk memahami kondisi internal (kekuatan dan

kelemahan) dan situasi eksternal (peluang dan hambatan) terhadap obyek dan daya

tarik wisata (ODTW) di Kabupaten Manggarai, sehingga dapat diperoleh posisi suatu

ODTW atau isu dalam konteks dan konten yang diemban. Melalui analisis ini

selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk mengembangkan strategi pengembangan

pariwisata di Kabupaten Manggarai.

Elemen-elemen (dalam hal pengembangan pariwisata lebih umum disebut sebagai

komponen pariwisata ) yang dimiliki oleh Kabupaten Manggarai akan dianalisis

kekuatan ( strength ) dan kelemahannya (weakness berdasarkan tolak ukur yang

menurunkan dari misi yang harus dilaksanakan oleh pariwisata. Dengan demikian

komponen yang akan dianalisis dan sekaligus sebagai indikator dalam analisis ini

antara lain atraksi obyek dan daya tarik wisata yang meliputi : kegiatan (act),

keindahan, keunikan dan keanekaragaman ODTW, manajemen pengelolaan,

kelembagaan, sumberdaya manusia, promosi, potensi pasar (pemasaran),

aksesibilitas serta dampak dan daya dukung, lingkungna lingkungan. Faktor internal

merupakan faktor yang dikelola oleh yang memilikinya, yaitu dalam hal ini

Kabupaten Manggarai.

Factor eksternal adalah factor yang tidak dimiliki oleh kabupaten (pariwisata).

Analisis ini juga didasarkan atas tolak ukur yang diturunkan dari misi yang di emban

oleh Pariwisata.Peluang (Opportunities) dan hambatan (Threats) merupakan

keluaran dari analisis faktor eksternal. Yang menjadi indicator dalam dalarn analisis

faktor eksternal ini antara lain : perkembangan kebijakan pembangunan,

perkembangan ekonomi regional, nasional maupun internasional, kecenderungan

global dalam perubahan di bidang kepariwisataan, peranan sektor swasta dalam

bidang pariwisata dan sebagainya.


6.2.1. Kekuatan / Keunggulan ( Strength)

Sebenarnya potensi wisata alam dan bahari (perairan) Kabupaten Manggarai

memiliki banyak keunggulan, karena wilayah Kabupaten Manggarai memiliki pesona

alam yang kuat (pemandangan alam, gunung maupun pantai ), justru karena belum

terjamah dan belum banyak dikunjungi. Rata-rata obyek dan daya tarik wisata alam

dan bahari di Kabupaten Manggarai masih alami (terjaga keasliannya), termasuk

alam lingkungan sekitarnya. Disamping itu, daerah ini kaya akan keanekaragaman

hayati yang sangat mendukung program pariwisata daerah. Aspek keindahan,

keaslian dan kekayaan akan keanekaragaman hayati inilah yang pada dasarnya

merupakan keunggulan dari factor intemal yang dimiliki oleh Kabupaten Manggarai

dalam mengembangkan dunia kepariwisataan. Modal dan potensi alam di

Kabupaten Manggarai mampu menarik minat wisatawan lebih dari serkedar

menikmati pemandangan atau suasana pedesaan atau kehidupan di luar kota, tetapi

juga sebagai sarana mencari ketenangan ditengah alam yang iklimnya nyaman,

suasananya tenteram, pemandangannya bagus dan terbuka luas. Potensi alam ini

juga bisa dijadikan bahan studi untuk wisatawan budaya ( juga alam ), khususnya

dalam widya wisata. Kabupaten Manggarai memiliki aneka jenis flora bahkan

beberapa ada yang khas dan langka, serta Liang Bua yang banyak didatangi para

ilmuwan (wisatawan) mancanegara. Yang harus diperhatikan, ketertarikan

wisatawan pada obyek dan daya tarik wisata amat ditentukan oleh citra ( image ) dan

suasana alam yang melekat pada obyek wisata tersebut.

Sedangkan yang menjadi keunggulan/kekuatan dari factor intemal dari obyek dan

daya tarik wisata budaya dan religi (keagamaan) yang dimiliki Kabupaten Manggarai

adalah kekayaannya akan obyek-obyek wisata budaya dan religi yang pada

umumnya memiliki keunikan dan daya tarik khas sebagai obyek wisata dan "tidak"

terdapat atau dimiliki oleh daerah-daerah lain seperti tari Caci, Liang Bua, Kampung
Todo, peristiwa dan upacara-upacara adat yang masih kuat berlangsung, kerajinan

tenun tradisional, maupun kehidupan masyarakat yang masih tradisional dan

sebagainya. Selain atraksi dari obyek dan daya pdk wisatanya masih berlangsung

dan terjaga dengan baik, sehingga mampu menjadi atraksi penahan dan atraksi

penangkap wisatawan ( tourist catcher ), juga obyek dan daya tarik wisata budaya

dan keagamaan Kabupaten Manggarai memiliki keunikan dalam kategori keunikan

internasional, keunikan nasional, keunikan regional maupun keunikan lokal.

Sehingga, keunggulan-keunggulan dari keunikan obyek dan daya tarik wisata

tersebut dapat menjadi keunggulan komparatif maupun kompetitif dalam

pengembangan pariwisata. Kabupaten wlanggarai memiliki adat dan potensi

kebudayaan yang boleh dikatakan lengkap dalam klasifikasi kebudayaan, yaitu

kebudayaan warisan ( tourist heritage ) dan kebudayaan hidup. Kebudayaan warisan

meliputi semua yang berwujud artifact. Ada yang terdapat in situ di situs arkeologi

peninggalan zaman prasejarah seperti, Liang Bua. Sedangkan kebudayaan hidup

meliputi kebudayaan tradisional yang berupa adat kebiasaan, kesenian dan

kerajinan tradisional, maupun tata cara kehidupan masyarakat tradisional.

Aspek lain yang merupakan faktor kekuatan / keunggulan dalam pengembangan

pariwisata di Kabupaten Manggarai adalah telah dibentuknya Dinas Pariwisata,

sehingga diharapkan sebagai institusi yang dapat menentukan kebijakan program

dan penentuan prioritas kegiatan dalam rangka pengembangan pariwisata daerah di

masa mendatang.
6.2.2. Kelemahan / kekurangan ( Weaknesses )

Kekuatan / keunggulan yang dimiliki Kabupaten Manggarai pada obyek-obyek

wisatanya tersebut juga mengandung kelemahan / kekurangan karena obyek-obyek

wisata alam dan bahari (perairan) yang amat potensial tersebut masih belum

tergarap dengan baik, dalam arti belum dikembangkan sebagaimana layaknya

sebagai obyek wisata. Hal yang mencolok adalah belum tergarapnya secara optimal

sarana dan prasarana pendukung /penunjang kepariwisataan, seperti sarana

transportasi, sarana informasi dan komunikasi, sarana akomodasi, MCK, rumah

makan dan lain lain. Bagi para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara

untuk mendapatkan informasi penjelasan dan juga mencapai obyek-obyek wisata

tersebut terkadang masih sulit dilakukan.

Disisi lain instrumen kekhasan daerah setempat seperti, souvenir, kerajinan,

makanan khas dan lain-lain masih sulit didapatkan oleh wisatawan di lokasi wisata

tersebut. Disamping masih minimnya atraksi kesenian / budaya pada lokasi ODTW.

Dari segi sumber daya terlihat bahwa sumber daya manusia maupun sumber

daya keuangan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata masih sangat

kurang. Jumlah pramuwisata (baik formal maupun informal) yang bergerak dan

mengerti tentang pariwisata masih sangat sedikit. ltupun tidak mesti ada di setiap

lokasi wisata. Padahal keberadaan pramuwisata merupakan ujung tombak

pariwisata, karena berhubungan langsung dengan wisatawan dalam melayani dan

membantu wisatawan memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Sumber keuangan

yang semestinya dapat dikembangkan dari retribusi obyek wisata masih belum

tergali dengan baik.

Kelemahan lain yang perlu mendapat perhatian adalah dari segi legal,

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata si Kabupaten

Manggarai masih sangat lemah atau bahkan belum ada. Salah satu contoh adalah

peraturan mengenai wewenang mengelola obyek wisata.


Dari sisi kebudayaan kelemahan tergambar bahwa kebudayaan Manggarai

terlihat rentan terhadap pengaruh luar. Jika pengembangan pariwisata telah terjadi

secara masal dikhawatirkan akan terjadi perubahan kebudayaan di masyarakat

secara cepat dan apabiia tidak diirencanakan secara cermat berikut "kontrol" atas

perubahan tersebut, maka akan berdampak negatif teruitama bagi generasi muda.

6.2.3. Peluang / kesempatan (Opportunity)

Pada awal dekade delapan puluhan, bersamaan dengan adanya Rio Summit,

mulai terjadi pergeseran pada pariwisata global. Pergesaeran ini terjadi seiring

dengan adanya kekhawatiran penduduk planet bumi ini akan kerusakan sumber

daya alarn dan lingkungan. Keingintahuan penduduk di negara-.negara industri

terhadap bangsa-bangsa di selatan yang kaya akan bahan baku industri serta

kekayaan dan keragaman hayati telah mendorong mereka untuk melakukan

perjalanan ke benua Afrika, Asia, dan Amerika Latin. lndonesia yang merupakan

salah satu di antara banyak negara yang memiliki kekayaan budaya dan sumber

daya alam memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sebagai daerah tujuan

wisata utama di Asia tenggara dan Asia Pasifik.

Kecenderungan semacam ini juga mulai melanda masyarakat kota-kota besar

di lndonesia yang memerlukan pelepasan suasana rekreatif akibat tekanan

pekerjaan dan suasana lingkungan kehidupan sehari-hari. Kecenderungan

berkembangnya minat wisatawan untuk menikmati keindahan dan keaslian alam

dan budaya, serta rasyarakat merupakan peluang yang baik bagi pengembangan

wisata di Kabupaten Manggarai, terutama dengan adanya wisata alam (bahari) dan

wisata budayanya.

Peluang lain adalah makin banyaknya informasi tentang Flores (yang di

dalamnya ter'dapat Kabupaten Manggarai) yang dikeluarkan penerbit-penerbit di

Eropa maupun Asia dalam Tourist Guide (beberapa versi yang telah ada : lnggris,

Perancis, Jerman, Spanyol diterbitkan oleh penerbit yang berbeda). Walaupun ada
segi negatif informasi yang diberikan :dak akurat (terutama sangat tergantung

dengan tahun penerbitan), namun secara umum Tourist Guide tersebut rerupakan

informasi utama yang memberikan peluang bagi pengembangan wisata di

Kabupaten Manggarai. Lebih-lebih jika Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai "pro-

aktif untuk memberikan lebih banyak informasi ( promosi ) yang akurat pada

penerbit - penerbit buku tersebut.

Secara kelembagaan, dengan telah dibentuknya Dinas Pariwisata Kabupaten

Manggarai merupakan peluang yang baik untuk pengembangan pariwisata. Dengan

demikian pengurusan kepariwisataan bisa lebih terencana dan terarah. Peluang lain

yang sangat menjajikan adalah makin berkembangnya system transportasi baik

darat, laut, udara dan penyeberangan untuk menuju Kabupaten Manggarai. Pada

saat ini hampir seluruh obyek wisata di Kabupaten Manggarai dapat dikunjungi

dengan kendaraan bermotor maupun perahu motor. Keadaan ini telah

menyebabkan secara alami terbentuk rute-rute dan pusat-pusat wisata yang dapat

dikatakan sudah mapan. Kawasan-kawasan drun rute yang terbentuk ini merupakan

peluang yang baik untuk lebih dikembangkan dan dimantapkan.

6.2.4 Ancaman (Threats)


Ancaman paling besar dalann pengembangan periwisata di kapupaten

Manggarai adalah (kekhawatiran) akan rusaknya keaslian alam maupun

kebudayaan Manggarai akibat masuknya wisatawan dan penetrasi kebiasaan /

budaya asing yang "kurang baik" terhadap nilai-nilai lokal. Sebenarnya kekayaan

dan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang dimiliki oleh Kabupaten

Manggarai merupakan potensi luar biasa untuk mengbangkan sebagai ODTW.

Pemanfaatan secara arif dan bijaksana, mampu menjadikan pariwisata sebagai

green industry yang dapat mengerem laju pengrusakan sumber daya alam dan

ligkungan. Namun demikian apabila tidak direncanakan dengan konsep


pembanguan pariwisata berwawasan lingkungan, kerusakan lingkungan akan

terjadi.

Kebijakan, strategi, dan program pembangunan pariwisata alam haruslah

ditetapkan dengan rambu-rambu konservasi. Sernentara itu kegagalan dalam

pengembangan kepariwisataan alam dapat terjadi bila tidak memperhatikan daya

dukung dan pergeseran paradigma. Paradigma baru di bidang pariwisata akan dapat

meningkatkan daya guna dan hasil guna bagi masyarakat dan pemerintah daerah

setempat.

6.3. Ketetapan Lokasi Obyek Wisata

Dari sejumlah potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di

Kabupaten Manggarai, berdasarkan Keputusan Bupati Manggarai Nomor4 Tahun

2004 tentang Penetapan Lokasi Obyek Wisata di Kabupaten Manggarai, ditetapkan

sebanyak 20 obyek dan daya tarik wisata sebagai "starting point " dalam

pembangunan dan pengembangan pariwisata di Kabupaten Manggarai, yang

meliputi obyek dan daya tarik wisata alam, bahari (perairan), budaya dan wisata

keagamaan. Keduapuluh obyek wisata tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pantai Cepi Watu di Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong

2. Pantai Sengari di Desa Baru Kecamatan Reok

3. Pulau Mules di Desa Nuca Molas Kecamatan Satarmese

4. Hutan lnembele di Desa Paka Kecamatan Satarmese

5. Rana Mese di Desa Golo Loni Kecamatan Borong

6. Rana Tonjong di Desa Nanga Mbaling Kecamatan Sambi Rampas

7. Rana Kulan di Desa Rana Kulan Kecamatan Elar

8. Cunca Rede Ntaur Kecamatan Borong

9. Pantai Wae Wole di Desa Watu Nggene Kecamatan Kota Komba

10. Pantai Ketebe di Desa Robek Kecamatan Reok


11. Ulumbu di Desa Wewo Kecamatan Satarmese

12. Liang Cingcoleng - Werwitu di Desa Tengkuleda Kecamatan Lamba Leda

13. Ruteng Pu'u di Kelurahan Golo Dukal Kecamatan Langke Rembong

14. Kampung Todo di Desa Todo Kecamatan Satarmese

15. Kampung Wae Rebo di Desa Satar Lenda Kecamatan Satarmese

16. Compang Cibal di Desa Compang Cibal Kecamatan Cibal

17. Liang Toge di Desa Lempang Paji Kecamatan Elar

18. Liang Bua di Desa liang Bua Kecamatan Ruteng.

BAB VII
STRATEGI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA
KABUPATEN MANGGARAI

7.1 Strategi Penyiapan Pengembangan Obyek Wisata

Salah satu syarat suatu obyek dan daya tarik wisata menarik bagi wisatawan

adalah dimilikinya atraksi wisata yang mampu menahan wisatawan di tempat atraksi

dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang

datang berkunjung. Untuk lmencapai hal tersebut beberapa syarat yang harus

diperhatikan, yaitu : kegiatan ( act ) dan obyek ( artifact ) yang ada harus dalam

keadaan baik, persentasinya harus tepat, memiliki kesan yang baik serta didukung

oleh semua determinan mobilitas spasial. Karena itu sebelum pengembangan

pariwisata dilakukan, harus dipikirkan terlebih dahulu wilayah-wilayah yang menjadi


area ( block area ) wisata agar jelas batas-batas kepemilikan dan asal-usul lahan,

sehingga dikemudian hari tidak menimbulkan permasalahan.

Disamping itu, harus telah disiapkan tentang narasi dan sejarah tentang suatu obyek

wisata dalam rangka memberikan informasi singkat kepada wisatawan. Selanjutnya,

yang perlu diperhatikan adalah perencanaan atau penataan detail obyek wisata

dengan merencanakan pengembangan sarana dan prasarana,

pengadaan/pelayanan air bersih, listrik dan telekomunikasi serta relokasi dan

rekonstruksi bangunan-bangunan di sekitar obyek wisata. Dalam tahap ini, perlu

dipilih suatu ikon obyek wisata yang prioritas untuk dikembangkan secara serius.

Perlu juga disepakati tentang souvenir yang khas dan dapat menarik kenangan

wisatawan.

7.2. Strategi dan Pengembangan Pasar

Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan memasarkan aset sehingga tidak

dapat dihindari adanya saingan dari pihak pihak lain baik dari skala regional

maupun nasional. Kompetisi menjadi hal yang wajar dalam pemasaran aset

wisata. Untuk menjadi kompetitor yang unggul atau dengan kata lain

mempunyai "competitive advantage" yang tinggi maka suatu aset wisata harus

mempunyai kelebihan atau keuinggulan dibanding dengan asset wisata yang

lain Dengan kata lain suatu asset wisata harus mempunyai keunggulan

komparative untuk dapat terus bertahan dalam menghadapai kompetitor atau

saingan dengan asset yang lain. Untuk itu perlu dikembangkan kombinasi

antara pengembangan wisata yang bersifat melihat ke dalam ( inward looking)

dan keluar (outward looking) .


7.2.1. Pengembangan Pasar Wisatawan Mancanegara

Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Kabupaten Manggarai masih memerlukan

peningkatan yang optimal. Hal ini membutuhkan adanya upaya yang lebih terencana

dan perhatian

lebih serius, dari para pelaku pariwisata : pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Aliansi strategis haruslah dibangun dengan daerah-daerah lain yang pangsa pasar

mancanegaranya relative besar seperti misalnya Bali. Di samping itu, juga

diperlukan adanya aktivitas promosi pariwisata secara lebih luas tentang obyek-

obyek pariwisata yang memiliki atraksi unik, khas dan menarik.

7.2.2 PengembanganPasarWisatawanNusantara
Kunjungan wisatawan nusantara yang sudah ada saat ini harus diikuti dengan
peningkatan rasa aman dan rasa nyaman serta harga harga yang lebih terjangkau.
Dalam strategi pengernbangan pasar ini mengharapkan ada keterpaduan baik antar
aktifitas, antar lembaga yang terkait dengan industri wisata bahkan juga antar
daerah.
Keterkaitan antar aktifitas dan instansi ini, misalnya :

Untuk meningkatkan aktifitas pariwisata harus disertai dengan usaha usaha

penyebarluasan atau pengenalan oleh pemerintah daerah melalui

pemasangan gambar gambar atau poster-poster di tempattempat strategis

seperti pelabuhan, kantor pos, pasar, atau tempat-tempat keramaian lainnya .

Kegiatan periklanan atau promosi harus didukung dengan penyediaan sarana

dan prasarana transportasi, keamanan, akomodasi dan komunikasi, sehingga

kenaikan jumlah wisatawan tidak menimbulkan permasalahan dan sudah

dipersiapkan sebelumnya'

Hal-hal Yang harus diPerhatikan sejalan dengan rencana pengembangan

restoran/rumah makan atau peningkatan kualitas yang sudah ada, adalah:

Kebersihan lokasi, alat, tempat dan lingkungan

a. Ragam masakan dari masakan local sampal internastonal

b. Profesionalisme serta keramah-tamahan dalam pelayanan


c. Fasilitas

tempat parkir yang memadai

toilet yang bersih

telepon umum atau wartel

brosur dan peta

medical counter

souvenir counter

d. informasi yang tepat dan layak dipercaya, dengan penerbitan brosur dan
leaflet dengan memuat calender of event sepanjang tahun dan pada acara
tertentu.

Keterkaitan antar daerah misalnya:

Jalinan kerjasama dengan Kabupaten sekitar

Manggarai harus dilaksanakan untuk menyatukan paket wisata.

Kerjasama antar daerah tersebut juga diharapkan terdapat kerjasama dalam


promosi obyek wisata.

Selain kegiatan kegiatan tersebut diatas yang perlu dilakukan untuk

mengembangkan pasar wisata di Kabupaten Manggarai antara lain sebagai berikut :

1) Peningkatan Penyebarluasan lnformasi Wisata

Pada saat ini informasi wisata di Kabupaten Manggarai sudah tersebar di

dalam maupun di luar daerah, bahkan sudah sampai ke tingkat nasional dan

internasional. Penyebarluasan informasi ini perlu ditingkatkan sebab masih

banyak anggota tetapi belum dapat terjaring, untuk itu mereka harus dibuat

tertarik dan membutuhkan. Keinginan mereka harus dijemput agar menjadi

kebutuhan dan terjadi transaksi pariwisata. Penyebarluasan informasi dapat

dilakukan dengan :

Penyebarluasan informasi wisata melarui media massa, misalnya melalui

media cetak maupun media erektronik.


Penyebaran brosur tentang daya tarik wisata yang ada di Kabupaten

Manggarai untuk dibagikan kepada wisatawan, orang dalam perjalanan

dan pengunjung tempat-tempat hiburan.

Pemasangan papan reklame di pusat pusat keramaian, baik di dalam

maupun luar daerah.

9. Pemeliharaan Keamanan

Keamanan dan ketenangan merupakan faktor yang sangat penting bagi

para wisatawan. Mereka datang ke suatu obyek wisata dan daya tarik

wisata akan menikmati keindahan atau menyaksikan kelebihan suatu

obyek atau daya tarik wisata. Untuk dapat menikmatinya diperlukan

ketenangan dan keamanan. Keamanan misalnya mengenai keselamatan

dari pencurian, sedangkan ketenangan adalah pengaruh dari lingkungan

dan gangguan orang lain.

4. Peningkatan Peran Aktif Masyarakat

Kegiatan peran aktif masyarakat dapat diwujudkan melalui Kelompok

Sadar Wisata baik dari kalangan pemerintah, lembaga masyarakat,

pengusaha, pelajar ataupun tokoh tokoh masyarakat.

7.3. Strategi dan Pengembangan Produk

Untuk memperbesar jumlah wisatawan, baik wisatawan asing maupun

wisatawan nusantara, maka perlu dilakukan usaha-usaha pengembangan

yang ditujukan untuk mengembangkan kegiatan usaha pariwisata antara

lain usaha jasa pariwisata , pengusahaan obyek dan daya tarik wisata

serta usaha sarana wisata.

7,3.1. Usaha Jasa Pariwisata


7.3.1.1. Jasa Biro Perjalanan Wisata

Dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Manggarai amat dibutuhkan

tumbuhnya Biro-biro perjalanan wisata . Karena itu, pemerintah daerah perlu

mendorong dan memfasilitasi munculnya biro-biro tersebut. Apabila belum

memungkinkan, maka harus dijalin kerjasama dengan Biro-biro Perjalanan

Wisata daerah lain untuk mendukung kegiatan pariwisata di Kabupaten

Manggarai. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan jasa Biro

Perjalanan Wisata antara lain:

a. Kualitas sumber daya manusia dalam Biro Perjalanan Umum

b. Performance Biro Perialanan Umum dengan tambahan peralatan seperti

telepon, telex dan facsimile

c. Diversifikasi pelayanan

d. Perluasan jaringan usaha dengan membangun kerjasama dengan biro-biro

lainnya.

7.3.1.2. Jasa Pramuwisata

Pramuwisata merupakan ujung tombak pariwisata, karena pramuwisata

berhubungan langsung secara aktif dengan wisatawan dalam melayani dan

membantu wisatawan memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Untuk pramuwisata

di Kabupaten Manggarai, sampai sejauh ini belum dapat diketahui jumlahnya secara

pasti. Tetapi yang jelas, kuantitas maupun kualitas pramuwisata yang ada di wilayah

Kabupaten Manggarai perlu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Bahkan bilamana

memungkinkan dikembangkan sesuai dengan bidang bidang yang ditawarkan oleh

masing-masing obyek wisata (wisata budaya, wisata alam ataupun wisata minat

khusus).

Untuk mengantisipasi makin datangnya jumlah wisatawan mancanegara,

penguasaan bahasa menjadi sangat penting dengan mengikutsertakan lembaga


lembaga kursus bahasa asing dalam mencetak kader pramuwisata yang trampil

berbahasa asing.

7.3.1.3. Jasa Konvensi, Perjalanan, lnsentif dan Pameran

Untuk mendorong tumbuhnya biro-biro perjalanan wisata serta mempercepat

perkembangan wisata di Kabupaten Manggarai, maka sebaiknya Pemerintah

menjalin kerjasama dengan biro perjalanan luar daerah yang sudah mapan serta

mempunyai reputasi yang memadai.

Pameran wisata baik tingkat regional maupun nasional perlu terus

ditingkatkan agar lebih dapat menjaring wisatawan yang berbeda baik wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara.

7.3.1.4. Jasa lmpresariat

Usaha impresariat merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan, baik

yang berupa mendatangkan, mengirim serta menentukan tempat, waktu dan jenis

hiburan. Kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan di Kabupaten Manggarai perlu

ditingkatkan profesionalismenya sehingga terdapat kesesuaian dengan keinginan

wisatawan.

7.3.1.5. Jasa Konsultan Pariwisata

Jasa konsultan pariwisata jika dipandang perlu dapat "di sewa" dalam rangka

mengembangkan kepariwisataan di Kabupaten Manggarai. Disini perlu dilibatkan

orang daerah, agar terjadi proses pembelajaran dan transfer pengetahuan dan

pengataman, disamping memang orang daerah adalah yang paling banyak tahu

tentang seluk beluk potensi wisata di daerahnya.

7.3.1.6. Jasa lnformasi Wisata

Perlu ditingkatkan kemudahan orang untuk lebih tahu tentang keunggulan obyek

wisata di Manggarai yakni dengan mendekatkan jangkauan penyebaran brosur di


tempat tempat strategis umpamanya pelabuhan, bandara ataupun ternpat-tempat

strategis lainnya.

7.3.2. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata meliputi kegiatan membangun serta

mengelola obyek dan daya tarik wisata beserta sarana dan prasarana yang

diperlukan atau kegiatan mengelola obyek wisata yang telah ada, diantaranya

adalah:

1) Tata Ruang Yang Tepat

Pembuatan rencana tata ruang yang dibuat dengan memperhatikan secara

cermat kondisi yang ada agar pembangunan toko, pedagang kaki

lima/restoran dan hotel yang menyediakan fasilitas bagi wisatawan tidak

merusak keaslian daya tarik wisata yang ada. Tata ruang sangat menentukan

daya tarik wisata di suatu daerah dan akan memberikan kepuasan wisatawan

yang berkunjung. Wisatawan yang merasa puas terhadap obyek wisata yang

dikunjungi akan menyebarluaskan informasi kepada calon wisatawan lainnya.

Dalam pembuatan tata ruang yang tepat ini terkait erat dengan terpadunya

tata ruang dengan harapan harapan yang diinginkan oleh wisatawan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain;

a. Tempat yang dikunjungi adalah tempat yang aman, mudah dicapai,

ramah, bersih, indah, sejuk dan mempunyai ketenangan

b. Profesional dalam pelayanan

c. Fasilitas yang memadai

2. Meningkatkan Kualitas Obyek dan Daya Tarik Wisata Yang Belum

Mendapatkan Perhatian

Di Kabupaten Manggarai sebagian besar obyek obyeknya wisata yang masih

perlu dikembangkan. Pengembangan obyek wisata ini merupakan langkah


yang sangat strategis untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan (baik lokal

maupun asing) untuk datang berkunjung ke ODTW-ODTW yang ada.

3. Penampilan Budaya dan Adat lstiadat di Obyek Wisata

Untuk menambah daya tarik suatu obyek wisata perlu digali dan "dihidupkan"

kembali adat istiadat masyarakat sekitar obyek wisata. Budaya dimaksud

dapat ditampilkan setiap saat bilamana dikehendaki wisatawan dengan tidak

melanggar ketentuan ketentuan yang berlaku di masyarakat setempat.

4. Penyediaan Makanan, Hasil Bumi dan Kerajinan Khas Masyarakat setempat.

Makanan, hasil bumi dan kerajinan khas suatu daerah biasanya menjadi daya

tarik yang cukup kuat bagi wisatawan. Penyediaan barang-barang khas ini

mempunyai fungsi ganda, yakni selain sebagai daya tarik wisata juga sebagai

penambah penghasilan bagi masyarakat sekitar obyek wisata.

Pembuatan cinderamata harus dibuat dan disiapkan sedemikian rupa

sehingga senang dan mudah bagi wisatawan untuk membawanya. Beberapa

syarat pembuatan cinderamata:

khas dan unik

Portable (mudah dibawa)

Berkualitas tinggi tetapi murah harganya

Tersedia pada kios-kios souvenir dan hotel.

Usaha peningkatan kualitas cinderamata ini dapat dilakukan dengan

meningkatkan kemampuan SDM yang terlibat dalam kegiatan cinderamata

ini, mulai dari bahan, desain, pembuatan dan pemasarannya.

7.4. Strategi dan Pengembangan Pemasaran

Pemasaran kepariwisataan merupakan unsur penting untuk menjaring

wisatawan sebanyak mungkin. Beberapa strategi pengembangan pemasaran yang

perlu ditingkatkan antara lain :


a. Penyebarluasan leaflet, pamflet atau foulder baik dilakukan oleh pemerintah

daerah atau swasta

b. Pembuatan kalender yang bergambar obyek obyek wisata di Manggarai baik

oleh pemerintah, lembaga sosial atau kalangan swasta.

c. Penampilan beberapa obyek wisata dan daya tarik wisata di layar televise

d. Penerbitan buku panduan pariwisata di Kabupaten Manggarai

e. Kerjasama dengan biro perjalanan baik tingkat regional maupun nasional

7.5. Strategi dan Pengembangan lnvestasi

Dalam pengembangan pariwisata terdapat empat unsure utama yaitu Obyek

dan Daya Tarik Wisata (ODTW); sarana pelayanan wisata; aksesibilitas yang

menghubungkan wisatawan dengan obyek wisata serta pengorganisasian

pemanfaatan unsur-unsur tersebut dalam promosi dan penyediaan perjalanan

wisata. Dua unsur yang pertama yakni obyek wisata dan fasilitas wisata terbuka luas

untuk ditangani investor atau swasta. Namun pengembangan dalam bidang ini harus

rnemperhitungkan skala prioritas. Prioritas pertama diberikan pada obyek wisata

yang memilki lingkup pemasaran secara regional ataupun nasional yang sudah

berfungsi dan akan dijadikan sebagai obyek inti. Sedangkan obyek wisata yang

belum berfungsi dan masih mempunyai lingkup lokal dan regional

pengembangannya sedapat mungkin dikaitkan dengan obyek inti, sehingga sera

keseluruhan diharapkan dapat terbentuk wilayah wisata terpadu yang terdiri dari

sejumlah obyek wisata yang satu dengan yang lainnya saling menunjang.

Berbeda dengan proyek investasi biasa, penanaman modal di sektor wisata lebih

berorientasi pasar daripada berorientasi produk. Dengan kata lain produk wisata

harus mengikuti selera atau motivasi wisatawan yang berkunjung. Pendekatan

investasi pariwisata hendaknya menekankan pada aspek ekonomi maupun sosial.

Pendekatan ekonomi diartikan sebagai menganut azas keuntungan dan kesempatan

kerja. Sedangkan pendekatan social adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan


penyediaan kebutuhan rekreasi serta penggunaan waktu luang bagi masyarakat

umumnya.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka kegiatan investasi sektor pariwisata di

Kabupaten Manggarai seyogyanya diarahkan menurut pola kebijaksanaan sebagai

berikut:

1. Penanaman modal diarahkan untuk meningkatkan pendapatan asli Daerah,

sekaligus menyerap banyak tenaga kerja.

2. Penanaman modal diarahkan ikut mendorong tumbuh dan berkembangnya

industri kecil yang ada di dalam masyarakat.

3. Penanaman modal di bidang pariwisata dapat membuka aktifitas

perekonomian baru bagi masyarakat di sekitar obyek wisata.

4. Penanam modal pariwisata dapat menunjang pengembangan daerah

Manggarai.

5. Penanaman modal dibidang pariwisata tidak sampai merusak lingkungan

alam dan budaya masyarakat setempat.

6. Pengusaha lokal diharapkan lebih berperan serta dalam pengembangan

industri wisata.

7.6. Rekomendasi Dukungan Sektoral

Telah berulang kali disebutkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan yang

saling melengkapi dari berbagai sektor. Oleh karena itu dalam melihat kemungkinan

kontribusi masing masing sector pembanqunan dalam kegiatan pariwisata. perlu

kiranya dilihat komponen-komponen aktifitas pariwisata sebagaimana table dibawah

ini.
Table 7.1
Dukungan Sektoral Kegiatan Pariwisata

NO KOMPONEN SEKTOR YANG MENDUKUNG


1 Daya tarik wisata Pariwisata
Kehutanan
Kelautan
Bapedalda
Pendidikan Nasional

2 Akomodasi Pariwisata
Pekerjaan Umum
Swasta
3 Fasilitas Jasa Lainnya Parpostel
Perindustrian
Perbankan
Kesehatan
Pendidikan
Pertanahan (BPN)
Kepolisian
Perdagangan
Imigrasi

4 Transportasi Pekerjaan Umum (Kimpraswil)


Perhubungan
Kepolisian

5 Infrastruktur PDAM
PLN
Pekerjaan Umum
TELKOM

6 Institusi Tenaga Kerja


Pendidikan Nasional
Bagian Hukum

7.7. Rekomendasi Lingkungan

Pengembangan kepariwisataan yang meliputi berbagai pembangunan fisik

yang besar akan menimbulkan dampak yang besar pula terhadap lingkungannya .

Disamping dampak positif seperti peningkatan kondisi ekonomi penduduk,

peningkatan devisa negara, berkembangnya kegiatan kesenian, tidak sedikit pula

dampak negatifnya diantaranya ;

10. Rusaknya lingkungan hidup atau Hilangnya flora dan fauna setempat akibat

dikembangkannya suatu kawasan wisata


11. Terjadinya penyimpangan sosial dan perilaku masyarakat akibat pengaruh

negatif aktifitas pariwisata.

Pengembangan kepartiwisataan diharapkan dapat mengurangi dampakdampak

yang bersifat negatif tersebut dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Hal ini dapat dicapai dengan cara melaksanakan pembangunan yang berwawasan

pada pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumber sumber daya alam dan manusia.

Dengan demikian sumber sumber daya tersebut akan dapat dinikmati tidak hanya

oleh generasi sekarang tetapijuga dinikmati oleh generasi yang akan datang. Untuk

mencapai hal tersebut perlu kebijaksanaan yang bertumpu pada :

a. lntegritas lingkungan fisik dan biotis

Baik lingkungan fisik seperti tanah, air dan udara maupun lingkungan biotis

yang berupa flor:a dan fauna perlu dianggap sebagai satu kesatuan dalam

pembangunan. Hal ini mensyaratkan suatu proses pembangunan yang tidak

sekedar memanfaatkan sumber daya alam semata, tetapi juga tetap

berkomitmen untuk tetap menjaga kelestarian serta kualitasnya.

b. lntegritas budaya

Lingkungan budaya sebagaimana lingkungan fisik dan biotis harus dipandang

secara integratif sebagai satu kesatuan dalam pelaksanaan pembangunan.

Kualitas lingkungan budaya harus tetap dipertahankan dalam membendung

benturan budaya yang mungkin terjadi. Dengan kata lain perubahan budaya

tetap mendapatkan tempat tanpa menghilangkan budaya itu sendiri.

Pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup.

Dalam mengembangkan industri pariwisata diarahkan untuk dapat

menimbulkan dampak bagi kesejahteraan seluruh masyarakat, tidak hanya

terfokus pada kepentingan ekonomi semata namun lebih dititikberatkan pada

peningkatan kualitas hidup. Beberapa kebijaksanaan yang berdimensi

peningkatan kualitas hidup dapat berupa :

1. Tidak terkonsentrasinya pembangunan pada suatu wilayah


2. Memberikan dorongan kepada masyarakat untuk aktif berpartisipasi

3. Membuka daerah-daerah terpencil yang masih terisolasi

7.8. Rekomendasi Operasional

7.8.1. Promosi

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan promosi dalam rangka

mengembangkan sector kepariwisataan :

a. Kegiatan Kampanye sadar wisata melalui program Bimbingan Masyarakat Sadar

Wisata

b. Peningkatan Masyarakat sadar wisata dan sadar wisata Masyarakat

c. Penyebarluasan informasi tentang potensi dan daya tarik obyek Daerah rujuan

wisata (ODTW) dalam spektrum regional, nasional maupun lnternasional melalui

sarana dan media yang dirasa paling komunikatif dan efektif,

7.8.2. Pemasaran

Salah satu hal yang bisa diterapkan dari konsep paduan pemasaran adalah

pengembangan paket-paket wisata, baik dengan cara meningkatkan paket wisata

yang ada maupun menciptakan paket wisata baru. penciptaan paket wisata tidak

harus dalam satu wilayah Kabupaten Manggarai namun bisa dilakukan melalui

kerjasama dengan Kabupaten di sekitar Manggarai .

7.8.3. Pengembangan lnvestasi

Kegiatan pariwisata memerlukan pengembangan investasi yang bertahap ciengan

gambaran sebagai berikut :

a. Jangka Pendek

Melakukan kegiatan studi kelayakan (Feasibility Study) untuk setiap obyek

wisata

Melakukan pembenahan obyek obyek wisata yang sudah berfungsi

Peningkatan kualitas obyek wisata yang belum berkembang


b. Jangka Menengah

Pembenahan wilayah sekitar obyek wisata sehingga mampu mendukung

keberadaan obyek wisata, serta pembenahan jalur antar obyek wisata,

sehingga secara keseluruhan terbentuk suatu sistem lintasan dan roda wisata

yang terpadu dengan daya tarik dan daya dukung lebih tinggi.

Penggarapan wisata remaja sebagai sasaran wisata potensial dalam

pengembangan wisata domestik.

Pengembangan kawasan wisata tirta / bahari dengan pembenahan serta

penambahan berbagai sarana prasarana yang secara langsung atau tidak

menunjang eksistensi serta marketebility (nilai jual) obyek wisata.

c. Jangka panjang

Penggarapan wilayah-wilayah dengan lingkungan yang menarik sebagai

jalur lintasan perjalanan yang mampu menarik sekaligus memperpanjang

lama tinggal wisatawan yang melakukan "overland tour.

Mengembangran pusat wisata konvensi

Pembenahan pusat-pusat produksi kerajinan dan seni budaya sebagai

pendukung kegiatan wisata.

Perluasan aksesibilitas eksternal melalui kerjasama antar wilayah, seperti

misalnya dikembangkan kerjasama antar Kabupaten yang ada di Nusa

Tenggara Timur sendiri maupun dengan Kabupaten-Kabupaten di Nusa

Tenggara Timur.
RIPPDA Kabupaten Manggarai

.
7.8.4. TIC (Tourism lnformation Centre)

Pariwisata tidaklah terlepas dari upaya-upaya promosi untuk lebih

memperkenalkan potensi-potensi obyek pariwisata di Kabupaten

Manggarai. oleh karena itu perlu dibentuk TIC (Tourism lnformation Centre

= Pusat lnformasi Pariwisata) di suatu lokasi yang strategis serta mudah

dijangkau dari mana saja. Secara umum lembaga ini diposisikan sebagai

Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang mempunyai fungsi dan tugas pokok

sebagai :

1. Pusat lnformasi tentang Kepariwisataan dengan segara aspek

pendukungnya untuk kawasan Manggarai dan sekitarnya.

2. Penyedia tenaga pemandu wisata / pramuwisata / guide

Kerjasama Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Dengan Lembaga Penelitian Unair

Anda mungkin juga menyukai