Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari
masyarakat maupun pihak pemerintah. Hal ini menjadi dasar sebagaimana
telah kita ketahui bahwa pembangunan dalam sektor pariwisata menghasilkan
devisa yang tinggi bagi negara.
Perkembangan dunia wisata tentu saja akan berdampak pada peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan, hal ini perlu didukung dengan tersedianya
fasilitas-fasilitas umum pendukung industri pariwisata, di samping dengan
terus memperbaiki outlook dari daya tarik wisata yang ditawarkan. Untuk
itulah dukungan dari pemerintah sangat diperlukan dalam pembangunan
wilayah yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata dengan melakukan
perbaikan dan pengelolaan.
Pengelolaan berarti memperhitungkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
di masa yang akan datang. Perencanaan dan pengelolaan pariwisata berarti
untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat dimasa mendatang. Oleh karena
itu kecenderungan pertumbuhan penduduk, persediaan lahan cadangan,
pertumbuhan fasilitas, dan kemajuan teknologi dengan penerapannya harus
dimasukan dalam perencanaan tersebut. pengembangan pariwisata yang lebih
lanjut demi meningkatkan kemakmuran secara serasi dan seimbang bisa
tercapai seoptimal mungkin apabila pemerintah ikut berperan. Sebab peranan
pemerintah dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata sangat menentukan
berkembang tidaknya suatu objek wisata.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran pemerintah dalam pembangunan sektor pariwisata?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam sektor pariwisata dari perspektif
ekonomi?
3. Bagaimana peran pemerintah sebagai penyedia dan atau fasilitator kegiatan
kepariwisataan?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pembangunan sektor
pariwisata.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam sektor pariwisata dari
prespektif ekonomi.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah sebagia penyedia dan atau fasilitator
kegiatan kepariwisataan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterlibatan Pemerintah Dalam Pembangunan Sektor Pariwisata


Pengembangan pembangunan fasilitas atau sarana dan prasarana
penunjang pariwisata adalah salah satu program yang sangat penting dan
melibatkan sektor pemerintahan dengan dibutuhkanya upaya kenyamanan dan
pelayanan. Menurut Hang (2011:82) bahwa untuk mengatasi kelemahan dan
mengoptimalkan peluang yang ada layaknya, membuat suatu program strategi
pembangunan infrastruktur yang lebih baik untuk memenuhi dan
meningkatnya wisatawan dengan peningkatan daerah wisata. Dengan hal ini,
yang layak dilakukan dalam pendukung program pembangunan pariwisata ini
antara lain seperti penambahan akomodasi, restoran, penyediaan souvenirshop
(cenderamata). Cenderamata merupakan satu salah unsur untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan sebagai suatu kenangan.
Pengembangan pariwisata Indonesia dengan melibatkan sektor
pemerintahan telah tercermin dalam rencana strategi yang dirumuskan oleh
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni:
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan
berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang
pariwisata.
2. Mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan sehingga
memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi masyarakat dan
daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup.
3. Meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsapasar.
4. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwi-sata
Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN
untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam institusi
yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan (accountable).

Demikianlah pandangan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI,


bahwa pengembangan pariwisata Indonesia harus didahului dengan
pemahaman mengenai berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi

3
dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata di
Indonesia.

Adapun beberapa faktor yang menjadi alasan kuat mengapa pemerintah


terlibat untuk meningkatkan pariwisata antara lain:

a. Semakin menurunnya peranan minyak dan gas bumi sebagai penghasil


devisa dibanding yang lalu
b. Merosotnya nilai ekspor di sektor non minyak
c. Prospek pariwisata memperlihatkan kecenderungan meningkat secara
konsisten
d. Potensi alam maupun budaya yang dimiliki kaitannya sebagai modal dasar
dalam perkembangan pariwisata.

Kondisi ini secara faktual memposisikan sektor pariwisata menjadi penting


peranannya dalam pembangunan nasional. Dimana tidak ada kegiatan
ekonomi yang berdimensi luas ke semua sektor, tingkatan dan kepentingan
seperti Pariwisata. Oleh karena itu adalah sangat vital untuk mengintegrasikan
rencana pengembangan pariwisata dengan pembangunan nasional. Dengan
semangat otonomi daerah yang pada dasarnya memberikan wewenang kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus setiap kepentingan masyarakat
setempat, maka dalam rangka percepatan proses pembangunan. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata harus benar-benar menangkap pelimpahan tugas
dan wewenang itu sebagai salah satu peluang yang menjadi andalan untuk
memperoleh PAD dan memajukan masyarakat di daerah. Sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor pembangunan daerah dan mempunyai peranan
cukup penting dalam perekonomian baik sebagai sumber devisa atau
pendapatan. Beberapa acuan normatif yang telah disusun untuk menunjang
pengembangankegiatan pariwisata daerah, antara lain: PP No. 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah
Otonom. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah.
Secara umum pengelolaan pada Obyek dan Daya Tarik Wisata (DTW) telah
diatur di dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 9 tahun 1999, yang
menyatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata terdiri dari : Obyek dan daya

4
tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yangberwujud keadaan alam, serta
flora dan fauna, Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang
berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,
wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi
dan tempat hiburan. Pada pasal lainnya disebutkan bahwa pemerintah
menetapkan obyek dan daya tarik wisata selain butir pertama tersebut.
Pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan :
kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan
dan nilai-nilai dalam masyarakat, kelestarian budaya dan mutu lingkungan
hidup, kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. Dalam pelaksanaan
pengelolaan usaha obyek wisata, melalui Keputusan Menteri No. KM. 98/PW.
102/MPPT-89 tentang “ketentuan usaha obyek wisata” telah ditetapkan
ketentuan tentang : 1) bentuk usaha dan perusahaan, 2) pengusahaan, 3)
penggolongan obyek wisata, 4) bentuk usaha dan pengusahaan, 5) pimpinan
obyek wisata, 6) tata cara perijinan.

Sektor pariwisata mempertemukan dua atau lebih budaya yang berbeda.


Wisatawan memperoleh pengalaman dari budaya local, sementara penduduk
lokal memainkan proses edukasi perihal lingkungan spesifik lokal dan
mendapatkan penghasilan. Sinergi tersebut harus dapat dipelihara dengan
dukungan kebijakan pemerintah yang kondusif bagi beroperasinya sektor
swasta dan bantuan dari kelompok masyarakat nirlaba. Oleh karena itu,
penduduk lokal harus ramah, terbuka, toleransi, dan memiliki motivasi tinggi
untuk belajar memahami karakter wisatawan khususnya dari mancan Negara.
Iwan Nugroho, (2011:241) Pembangunan dan pembinaan hukum Indonesia
didasarkan pada pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Pembangunan dan
pembinaan hukum diarahkan agar dapat :

a) Memantapkan hasil pembangunan yang telah dicapai.


b) Menciptakan kondisi yang lebih mantap, sehingga setiap anggota
masyarakat dapat menikmati suasana serta iklim ketertiban dan kepastian
hukum yang berintikan keadilan sosial.

5
c) Lebih memberi dukungan dan pengamanan untuk mencapai kemakmuran,
(Mulyana W. Kusumah 1986 :43).

Kegiatan pariwisata tidak terlepas dari peran serta pemerintah baik


pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah bertanggung jawab
atas empat hal utama yaitu :

1) Perencanaan (planning) daerah atau kawasan pariwisata.


2) Pembangunan (development) fasilitas utama dan pendukung pariwisata.
3) Pengeluaran kebijakan (policy) pariwisata, dan pembuatan dan penegakan
peraturan (regulation).

Perencanaan, Pengembangan dan Pemasaran suatu destinasi memerlukan


kerjasama erat dari pejabat pemerintah, perencana fisik, arsitek, analis
finansial dan inversitor. Destinasi merupakan suatu kawasan spesifik yang
dipilih oleh seorang pengunjung ia dapat tinggal selama waktu tertentu. Peran
pemerintah yang sangat penting terutama dalam melindungi wisatawan,
memperkaya atau mempertinggi pengalaman perjalanannya dan pemerintah
juga bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya alam. Oleh karena itu,
penerapan semua peraturan pemerintah dan undang – undang yang berlaku
mutlak dilaksanakan oleh pemerintah. Didalam pengembangan pariwisata
harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga
dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat

Pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam


detinasi pariwisata. Terlibatnya pemerintah adalah sebagai berikut:

1. Penggerak Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata


2. Alasan Politis
3. Pengelolaan Sumber Daya
4. Alasan Ekonomi

Karena dalam pengembangannya terdapat kemungkinan untuk


menciptakan lapangan kerja serta menghasilkan pendapatan. Oleh sebab itu,
pariwisata berpotensi untuk memberikan kontribusi dan meningkatkan

6
perekonomian nasional dan daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka
pemerintah dapat mengintervensi agar pengembangan pariwisata dapat
menghasilkan manfaat bagi masyarakat (social) dan lingkungan
(environment).

Salah satu upaya pemerintah untuk mendapatkan devisa dalam era


pembangunan ini adalah dengan menggalakkan sektor pariwisata. Untuk itu
perlu kesiapan dan pembenahan di berbagai bidang, termasuk pengelolaan dan
pengembangannya. Pemerintah telah menetapkan daerah-daerah tujuan wisata
di Indonesia, namun masih banyak lagi daerah kunjungan yang potensial.
Untuk itu dibutuhkan keterampilan khusus dan kreativitas agar perencanan
dan kajian mengenai daerah tujuan wisata benar-benar mencapai sasaran.

Tujuan Pembangunan Destinasi Pariwisata adalah untuk meningkatkan


kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata. Direktorat Jenderal Pariwisata
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sasaran nasional dan pelaksanaan
kebijaksanaan umum kepariwisataan. Di antara tujuan dan sasaran tersebut,
berikut sasaran-sasaran tersirat dalam UU No.5/1992 tentang kepariwisataan.

Sasaran Internasional:

a) Penerimaan devisa yang meningkat.


b) Pengembangan ekonomi yang lebih banyak memberi kesempatan kerja
c) Pendapatan nasional meningkat, lebih banyak penerimaan pajak, perluasan
prasarana.
d) Pendapat umum di luar negeri menguntungkan dan peningkatan
pengertian di Negara-negara lain mengenai kebujaksanaan Indonesia.
e) Apresiasi meningkat di luar negeri mengenai hasil dan konstribusi budaya
Indonesia.
f) Hubungan diplomatik dengan Negara lain terbina baik.

Sasaran Dalam Negeri:

a. Persatuan dan kesatuan identitas nasional Indonesia.


b. Pengertian umum, kelembagaan nasional dan dari kewajiban penduduk.

7
c. Kesehatan dan kesejahteraan umum.
d. Pertumbuhan ekonomi dan redistribusi pendapatan nasional yang
seimbang.
e. Perhatian umum terhadap lingkungan.
f. Preservasi tradisi/ adat-istiadat daerah serta minoritas.
g. Perlindungan dari hak perseorang untuk berlibur.

2.2 Peran Pemerintah Dalam Sektor Pariwisata Dari Perspektif Ekonomi


Pariwisata adalah salah satu dari industri baru yang mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan
kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi
lain di dalam negara penerima wisatawan. Sehingga pariwisata dapat
dikatakan sebagai salah satu mesin penggerak perekonomian dikarenakan
memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Keberhasilan
pariwisata dapat dilihat dari penerimaan pemerintah dari sektor pariwisata
yang dapat membantu mendorong sektor lainnya untuk berkembang.
Keberhasilan yang paling mudah terlihat adalah dari bertambahnya jumlah
kedatangan wisatawan dari periode ke periode. Pertambahan jumlah
wisatawan dapat secara otomatis terwujud jika wisatawan yang telah
berkunjung merasa puas terhadap destinasi dengan berbagai atribut yang
ditawarkan oleh pengelolanya. Wisatawan yang memiliki kepuasan akan
kunjungan tersebut cenderung akan menjadi loyal untuk mengulang
liburannya diwaktu mendatang, dan memungkinkan mereka
merekomendasikannya kepada teman-teman,kerabat maupun relasi yang
dikenalnya untuk berlibur ke tempat yang sama (Som dan Badarneh, 2011).

Adapun menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang


dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Untuk mengembangkan
sebuah kegiatan wisata, daerah tujuan wisata setidaknya harus memiliki
komponen-komponen sebagai berikut (UNESCO, 2009) :

8
1. Obyek/atraksi dan daya tarik wisata
2. Transportasi dan infrastruktur
3. Akomodasi (tempat menginap)
4. Usaha makanan dan minuman
5. Jasa pendukung lainnya (hal-hal yang mendukung kelancaran berwisata
misalnya biro perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan, penjualan
cindera mata, informasi, kantor pos, bank, sarana penukaran uang,
internet, tempat, dll).

Sebagai industri perdagangan jasa, kegiatan pariwisata tidak terlepas


dari peran serta pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pemerintah bertanggung jawab atas empat hal utama yaitu; perencanaan
(planning) daerah atau kawasan pariwisata, pembangunan (development)
fasilitas utama dan pendukung pariwisata, pengeluaran kebijakan (policy)
pariwisata, dan pembuatan dan penegakan peraturan (regulation).
 Peranan Pemerintah secara umum untuk pariwisata
Berikut ini adalah penjelasan mengenai peran-peran pemerintah
dalam bidang pariwisata tersebut di atas:
a. Perencanaan Pariwisata
Pariwisata merupakan industri yang memiliki kriteria-
kriteria khusus, mengakibatkan dampak positif dan negatif. Untuk
memenuhi kriteria khusus, memaksimalkan dampak positif dan
meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan sehubungan
dengan pengembangan pariwisata maka diperlukan perencanaan
pariwisata yang matang. Dalam pariwisata, perencanaan bertujuan
untuk mencapai cita-cita atau tujuan pengembangan pariwisata.
Secara garis besar perencanaan pariwisata mencakup beberapa hal
penting yaitu:
1. Perencanaan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk
memacu pertumbuhan berbagai jenis industri yang berkaitan
dengan pariwisata,
2. Perencanaan penggunaan lahan,

9
3. Perencanaan infrastruktur yang berhubungan dengan jalan,
bandar udara, dan keperluan lainnya seperti; listrik, air,
pembuangan sampah dan lain-lain,
4. Perencanaan pelayanan sosial yang berhubungan dengan
penyediaan lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan sosial
5. Perencanaan keamanan yang mencakup keamanan internal
untuk daerah tujuan wisata dan para wisatawan.
b. Pembangunan Pariwisata
Pembagunan pariwisata umumnya dilakukan oleh sektor
swasta terutama pembangunan fasilitas dan jasa pariwisata.
Namun, pengadaaan infrastruktur umum seperti jalan, listrik dan
air yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata terutama
untuk proyek-proyek yang berskala besar yang memerlukan dana
yang sangat besar seperti pembangunan bandar udara, jalan untuk
transportasi darat, proyek penyediaan air bersih, dan proyek
pembuangan limbah merupakan tanggung jawab pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga beperan sebagai penjamin dan
pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam
bidang pembangunan pariwisata.
6. Kebijakan Pariwisata
Kebijakan merupakan perencanaan jangka panjang yang mencakup
tujuan pembangunan pariwisata dan prosedur pencapaian tujuan yang
dibuat dalam pernyataan-pernyataan formal seperti hukum dan dokumen-
dokumen resmi lainya. Kebijakan yang dibuat permerintah harus
sepenuhnya dijadikan panduan dan ditaati oleh para stakeholders.
Kebijakan-kebijakan yang harus dibuat dalam pariwisata adalah kebijakan
yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan
kesempatan kerja, dan hubungan politik terutama politik luar negeri bagi
daerah tujuan wisata yang mengandalkan wisatawan manca negara.
Umumnya kebijakan pariwisata dalam kebijakan ekonomi mencakup
struktur dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kebijakan ekonomi

10
yang harus dibuat sehubungan dengan pembangunan pariwisata adalah
kebijakan mengenai ketenagakerjaan, penanaman modal dan keuangan,
industri-industri penting untuk mendukung kegiatan pariwisata, dan
perdagangan barang dan jasa.
7. Peraturan Pariwisata
Peraturan pemerintah memiliki peran yang sangat penting terutama
dalam melindungi wisatawan dan memperkaya atau mempertinggi
pengalaman perjalanannya. Peraturan - peraturan penting yang harus
dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan antara lain:
1. Peraturan perlindungan wisatawan terutama bagi biro perjalanan
wisata yang mengharuskan wisatawan untuk membayar uang muka
(deposit payment) sebagai jaminan pemesanan jasa seperti
akomodasi, tour dan lain-lain.
2. Peraturan keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan mengenai
jumlah minimal lampu yang ada di masing-masing lantai hotel dan
alat-alat pendukung keselamatan lainnya.
3. peraturan keamanan makan dan kesehatan yang mengatur mengenai
standar kesehatan makanan yang disuguhkan kepada wisatawan .
4. peraturan standar kompetensi pekerja-pekerja yang membutuhkan
pengetahuan dan keahlian khusus seperti seperti pilot, sopir, dan
nahkoda.

Selain itu, pemerintah juga bertanggung jawab atas pengelolaan


sumber daya alam seperti: flora dan fauna yang langka, air, tanah dan
udara agar tidak terjadi pencemaran yang dapat mengganggu bahkan
merusak suatu ekosistem. Oleh karena itu, penerapan semua peraturan
pemerintah dan undang-undang yang berlaku mutlak dilaksanakan oleh
pemerintah.

 Peranan Pemerintah dalam Ekonomi Pariwisata


Dalam 10 tahun terakhir ini banyak negara berkembang menaruh
perhatian yang khusus terhadap industri pariwisata. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya program pengembangan kepariwisataan di

11
negara tersebut. Untuk menggalakkan pembangunan perekonomian
dengan suatu pertumbuhan yang berimbang kepariwisataan dapat
diharapkan memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan
sebagai katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor-sektor
lain secara bertahap. Seperti terjadi pada sektor lain, kebijakan
pemerintah pada sektor pariwisata ada yang memberikan dampak
langsung dan ada pula yang memberikan dampak tidak langsung.
Selain dari hal diatas ada kemungkinan suatu kebijakan ekonomi
pemerintah memberikan dampak langsung pada sektor lain tetapi dapat
memberikan dampak tidak langsung bagi sektor pariwisata. Tujuan
pokok dari kebijakan ekonomi pemerintah terhadap pariwisata adalah
untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi
nasional. Tujuan kontribusi ini termasuk antara lain :
a. Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran.
b. Menyiapkan perkembangan ekonomi regional dan neraca
pembayaran regional.
c. Menyiapkan tenaga kerja.
d. Peningkatan dan pendistribusian pendapatan.
e. Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial.
f. Memaksimalkan peluang pendapatan fiscal.

Di dalam pengembangan pariwisata harus melakukan perencanaan


secara menyeluruh , sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi
masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial maupun cultural. Perencanaan
tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata kedalam suatu
program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Di
samping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja
kebijakan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan
pengembangan pariwisata. Peranan pemerintah dalam mengembangkan
pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastuktur (tidak
hanya dalam bentuk fisik), memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan
koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan

12
dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir
diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu
diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrasruktur dan sarana-
sarana pariwisata.

 Pengeluaran Pemerintah dalam Pariwisata


Dari satu sisi pemerintah memperoleh pendapatan dari
pariwisata, tetapi disisi lain pemerintah banyak mengeluarkan untuk
pariwisata. Tiga pengeluaran besar pemerintah bagi pariwisata adalah :
a. Investasi dan pemeliharaan infrastruktur
b. Fasilitas pengembangan pariwisata
c. Pemasaran pariwisata

Investasi infrastruktur pada umumnya disiapkan pemerintah


bagi kepentingan ekonomi seluruh sektor tidak hanya sektor
pariwisata saja. Hanya bagian kecil dalam aktivitas pariwisata
infrastrukturnya dibangun oleh sektor pariwisata. Pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah mendukung sepenuhnya pengembangan
pariwisata, karena melihat akan tumbuhnya pendapatan dari kegiatan
pariwisata yang terwujud dari adanya pengembangan tersebut. Untuk
ini pemerintah akan memberi bantuan pengeluaran bagi
pengembangan pariwisata tersebut. Pengeluaran pemerintah dalam
pengembangan pariwisata, antara lain:
a. Pengeluaran langsung: Subsidi/bantuan, Partisipasi pemerintah
dalam menyeimbangkan pembangunan, Bunga Bank, Bantuan
bagi penelitian, Bantuan bagi pendidikan dan pelatihan
b. Reduksi dari reabilitas: Reduksi pajak, Bebas – pajak bagi barang /
jasa tertentu
c. Jaminan / Garansi: Jaminan atas pinjaman komesrsial, Jaminan
ijin atas pekerja asing

13
Deregulasi dalam pariwisata (perjalanan) ini memberikan
dampak yang bermanfaat bagi konsumen dalam hal, antara lain :
a. Foreign Exchange Earnings
Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan
perekonomian masyarakat lokal tumbuh dan menjadi stimulus
berinvestasi serta menyebabkan sektor keuangan berkembang
seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Pengalaman di
beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi
wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk
memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama
mereka berwisata. Pembangunan pariwisata dapat meningkatkan
pendapatan suatu Negara khususnya dari aktifitas perdagangan
valuta asing.
b. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
dibagi menjadi 2, antara lain kontribusi langsung berasal dari pajak
pendapatan yang dipungut dari pekerja pariwisata dan pelaku
bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh
dinas pendapatan suatu destinasi. Dan kontribusi tidak langsung
pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau
bea cukai barang yang di import dan pajak wisatawan yang
berkunjung. Dalam kedua konteks tersebut, WTO memprediksi
bahwa usaha perjalanan wisata dan bisnis pariwisata tersebut
secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak
perorangan.
c. Employment Generation
Tourism employment adalah ukuran yang dipakai untuk
mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung
pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang
terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan
pariwisata. industry pariwisata adalah industri yang mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu

14
menciptakan peluang kerja dari peluang kerja untuk tenaga yang
tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat terdidik.
Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang
pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha
secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi
mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri
pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata; misalnya
pertanian sayur mayor, peternak daging, supplier bahan makanan,
yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan
restoran.
d. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong
pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik,
penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum
dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan
kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan
dan juga masyarakat lokal itu sendiri sebagai tuan rumah. Karena
Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi ‚accesable akhirnya
akan mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang
layak untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung
pariwisata ‚Amenities seperti hotel, penginapan, restoran juga harus
disiapkan.
e. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk
mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara
ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena
tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas
seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir
taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.
WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara tidak
langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran
wisatawan pada suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat

15
local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari sector informal
ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka masyarakat local
akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar.

Selain dampak positif yang ditimbulkan dari sektor pariwisata


untuk konsumen, tentu juga terdapat dampak negatif yang mengikuti,
antara lain :
a. Leakage
Leakage atau kebocoran dalam pembangunan pariwisata
dikategorikan menjadi dua jenis kebocoran yaitu keboran import
dan kebocoran export. Biasanya kebocoran import terjadi ketika
terjadinya permintaan terhadap peralatan-peralatan yang berstandar
internasional yang digunakan dalam industri pariwisata, bahan
makanan dan minuman import yang tidak mampu disediakan oleh
masyarakat lokal atau dalam negeri. Besarnya pendapatan dari
sektor pariwisata juga diiringi oleh besarnya biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk yang
dianggap berstandar internasional. Sedangkan kebocoran export
seringkali terjadi pada pembangunan destinasi wisata khususnya
pada negara miskin atau berkembang yang cenderung memerlukan
modal dan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur dan
fasilitas wisata lainnya. Kondisi seperti ini, akan mengundang
masuknya penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat
untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan infrastruktur
pariwisata, sebagai imbalannya, keuntungan usaha dan investasi
mereka akan mendorong uang mereka kembali ke negara mereka
tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut dengan “leakage”
kebocoran export.
b. Enclave Tourism
Enclave tourism ialah sebuah destinasi wisata dianggap
hanya sebagai tempat persinggahan contohnya, sebuah perjalanan
wisata dari manajemen kapal pesiar dimana mereka singgah pada

16
sebuah destinasi tanpa melewatkan malam di hotel-hotel yang telah
disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan
wisatawan kapal pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah
atau bahkan tidak memberikan manfaat secara ekonomi bagi
masyarakat di sebuah destinasi yang dikunjunginya. Kenyataan lain
yang menyebabkan “enclave” adalah kedatangan wisatawan yang
melakukan perjalan wisata yang dikelola oleh biro perjalanan wisata
asing dari ‚origin country sebagai contohnya, mereka menggunakan
maskapai penerbangan milik perusahaan mereka sendiri, kemudian
mereka menginap di sebuah hotel yang di miliki oleh manajemen
chain negara mereka sendiri, berwisata dengan armada perusahaan
chain milik pengusaha mereka sendiri, dan sebagai akibatnya
masyarakat lokal tidak memperoleh manfaat ekonomi secara
optimal.
c. Infrastructure Cost
Pembangunan sektor pariwisata yang berstandar
internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah
dan akibatnya akan dibebankan pada sektor pajak untuk
membangun infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus
ditingkatkan. Pembangunan pariwisata juga mengharuskan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas bandara, jalan raya, dan
infrastruktur pendukungnya, dan tentunya semua hal tersebut
memerlukan biaya yang tidak sedikit dan sangat dimungkinkan
pemerintah akan melakukan realokasi pada anggaran sektor lainnya.
d. Economic Dependence
Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian
menunjukkan sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang
hanya menggantungkan perekonomiannya pada salah satu sektor
tertentu seperti pariwisata misalnya, akan menjadikan sebuah
negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai
akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi. Di
beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki

17
sumberdaya yang terbatas memang sudah sepantasnya
mengembangkan pariwisata yang dianggap tidak memerlukan
sumberdaya yang besar namun pada negara yang memiliki
sumberdaya yang beranekaragam harusnya dapat juga
mengembangkan sektor lainnya secara proporsional.
e. Seasonal Characteristics
Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim
tertentu, seperti misalnya musim ramai “high season” dimana
kedatangan wisatawan akan mengalami puncaknya, tingkat hunian
kamar akan mendekati tingkat hunian kamar maksimal dan kondisi
ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis pariwisata.
Sementara dikenal juga musim sepi ‚”low season” di mana kondisi
ini rata-rata tingkat hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para
pebisnis sebagai dampaknya pendapatan indutri pariwisata juga
menurun hal ini yang sering disebut ‚problem seasonal. Sementara
ada kenyataan lain yang dihadapi oleh para pekerja, khususnya
para pekerja informal seperti sopir taksi, para pemijat tradisional,
dsb.

2.3 Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator Kegiatan Kepariwisataan


Menurut UN-WTO, peran pemerintah dalam menentukan kebijakan
pariwisata sangat strategis dan bertanggung jawab terhadap beberapa hal
berikut:

1. Membangun kerangka (framework) operasional di mana sektor publik


dan swasta terlibat dalam menggerakkan denyut pariwisata.

2. Menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan legislasi, regulasi, dan


kontrol yang diterapkan dalam pariwisata perlindungan lingkungan
dan pelestarian budaya serta warisan budaya.

3. Menyediakan dan membangun infrastruktur transportasi darat, laut dan


udara dengan kelengkapan prasarana komunikasinya.

18
4. Membangun dan memfasilitasi peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan menjamin pendidikan dan pelatihan yang profesional
untuk menyuplai kebutuhan tenaga kerja di sekior pariwisata.

5. Menerjemahkan kebijakan pariwisata yang disusun ke dalam rencana


kongkret yang mungkin termasuk di dalamnya:

a) Evaluasi kekayaan aset pariwisata, alam dan budaya serta


mekanisme perlindungan darn pelestariannya.

b) Identifikasi dan kategorisasi produk pariwissta yang mempunyai


keunggulan kompetitif dan komparatif .

c) Menentukan persyaratan dan ketentuan penyediaan infrastruktur


dan suprastrukrur yang dibutuhkan yang akan berdampak pada
keragaan pariwisata.

d) Mengelaborasi program untuk pembiayaan dalam aktivitas


pariwisata baik untuk sektor publik maupun swasta.

Demi mencapai kesuksesan dalam pembangunan pariwisata


diperlukan pemahaman baik dan sisi pemerintah selaku regulator maupun
dari sisi pengusaha selaku pelaku bisnis. Pemerintah tentu harus
memperhatikan dan memberikan keuntungan sekaligus menekan biaya
sosial ekonomi serta dampak lingkungan sekecil mungkin. Di sisi lain,
pebisnis yang lebih terfokus dan berorientasi keuntungan tentu tidak bisa
seenaknya melakukan segala sesuatu demi mencapai keuntungan, tetapi
menyesuaikan dengan faktor dan regulasi dari pemerintah Misalnya
melalui aturan tata ruang, perijinan, lisensi, akreditasi, dan perundang-
undangan.

A. Pemerintah Sebagai Inisiator Pembangunan Pariwisata

Wajar jika inisiasi pembangunan pariwisata dilakukan oleh


pemerintah. Mengingat industri ini dapat memberikan kontribusi ekonomi
yang dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat di sekitar objek

19
wisata melalui jasa pemandu wisata, fotografer, penyedia makanan dan
minuman, akomodasi, hasil pertanian dan perkebunan, peternakan.
Penvedia suvenir, penyedia jasa transportasi, penyelenggara kegiatan
hiburan dan rekreasi, penyelenggara kegiatan MICE (meeting, incentive
conference, and exhibition), jasa informasi pariwisata, jasa travel agent,
jasa konsultan, dan jasa-jasa lainnya yang terkait secara langsung maupun
tidak seperti perbankan, asuransi, dan keamanan. Boleh dikatakan bahwa
kontribusi sektor pariwisata sangat menguntungkan, baik dari sisi
penerimaan negara (berupa devisa) maupun bagi masyarakat secara
langsung.

B. Peranan Pemerintah Terhadap Infrastruktur Pariwisata

Komitmen pemerintah di dalam membangun pariwisata di


Indonesia masih terus terpusat di Bali. Namun, perlu juga diapresiasi
bahwa upaya gencar yang dilakukan oleh Pemerintahan Presiden Jokowi
dalam membangun infrastruktur. Pemerintah seharusnya lebih difokuskan
untuk membangun infrastruktur dan fasilitas pendukung pariwisata di
samping membenahi tata kelola destinasi lainnya. Secara logika, tata
kelola destinasi baru memang bisa berjalan dengan baik jika didahului
dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Tanpa pemerintah,
kepariwisataan bisa dikatakan sulit untuk berkembang.

C. Peranan Pemerintah Sebagai Entrepreneur

Tidak dipungkiri bahwa memang permeritah berperan sebagai


pembuat kebijakan (pemerintah sebagai pengatur regulator). Di sisi lain
pemerintah juga berperan sebagai pengusaha di bidang pariwisata
(pemerintah sebagai yang diatur entrepreneur). Dua peranan pemerinth
tersebut, dalam konteks pariwisata, tidak bisa dipisahkan satu dan lainnya.
Pemerintah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perkembangan
pariwisata. Itulah sebabnya sering kali, pada masa awal pembangunan
pariwisata, pemerintah terlibat secara aktif baik sebagai pengusaha
maupun sebagai regulator.

20
Sejak 1946 pemerintah Indonesia telah membentuk Badan Pusat
Hotel Negara (BPHN) yang pada waktu itu dinisiasi oleh Bupati
Wonosobo, R. Soemindro (Judiseno, 2015). Kemudian pada 1947 secara
resmi ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 1/H/47 bahwa
keberadaan BPHN diubah menjadi Hotel Negara dan Turisme (HONET)
yang dipimpin oleh R. Tjipto Roeslan (Judisseno, 2015, hlm. 66).
Pembentukan BPHN dan HONET menunjukkan bahwa sejak awal
kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah telah terjun secara aktif
sebagai entrepreneur di bidang pariwisata. Bukti lain keterlibatan
pemerintah sebagai entreprenever adalah dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Republik Indeonesia (PP) Nomor 102 Tahun 1961 tentang
Pendirian Perusahaan Negara Perhubungan Udara "Garuda Indonesia
Airways (GIA).

D. Peranan Pemerintah Menurut Plog

Dalam kurva tersebut Plog menjelaskan hahwa, tourism typology


terbagi dalam 5 (lima) klasifikasi atau tipe wisatawan merupakan suatu
kontinum mulai dani venturer (allocentrict), near venturer, mid-centric,
near dependable, and dependable (psychocentric).

Konsep ini ingin menunjukkan bahwa para alventerer (petualang)


adalah pembuka jalan bagi lahirnya suatu objek wisata yang baru bagi para

21
wisatawan lainnya. Para petualang ini secara sukarela melakukan
perjalanan ke area-area yang belum tersentuh dan menarik, lalu
menceritakan pengalaman mereka kepada para pecinta petualangan yang
lain. Dari situlah kemudian area tersebut menjadi terkenal dan semakin
banyak dikunjungi oleh wisatawan.

Pembangunan hotel, restoran, pusat-pusat pembelanjaan, dan


fasilitas lainnya dengan adanya dana dan semakin maraknya investasi
swasta, maka semakin banyak wisatawan yang datang.

Peran pemerintah dalam pembangunan nasional dikemukakan oleh


Siagian (2000: 142-150) yaitu pemerintah memainkan peranan yang
dominan dalam proses pembangunan. Peran yang disoroti adalah sebagai
stabilisator, innovator, modernisator, pelopor dan pelaksana sendiri
kegiatan pembangunan tertentu.
a) Stabilisator, peran pemerintah adalah mewujudkan perubahan tidak
berubah menjadi suatu gejolak sosial, apalagi yang dapat menjadi
ancaman bagi keutuhan nasional serta kesatuan dan persatuan
bangsa. Peran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan
berbagai cara antara lain: kemampuan selektif yang tinggi, proses
sosialisasi yang elegan tetapi efektif., melalui pendidikan,
pendekatan yang persuasive dan pendekatan yang bertahap tetapi
berkesinambungan.
b) Inovator, dalam memainkan peran selaku innovator pemerintah
sebagai keseluruhan harus menjadi sumber dari hal-hal baru. Jadi
prakondisi yang harus terpenuhi agar efektif memainkan
peranannya pemerintah perlu memiliki tingkat keabsahan
(legitimacy) yang tinggi. Suatu pemerintahan yang tingkat
keabsahannya rendah, misalnya karena “menang” dalam perebutan
kekuasaan atau karena melalui pemilihan umum yang tidak jujur
dan tidak adil, akan sulit menyodorkan inovasinya kepada
masyarakat. Tiga hal yang mutlak mendapatkan perhatian serius
adalah, penerapan inovasi dilakukan dilingkungan birokrasi

22
terlebih dahulu, inovasi yang sifatnya konsepsional, inovasi sistem,
prosedur dan metode kerja.
c) Modernisator, melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi
negara yang kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-
negara lain. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara
lain: penguasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan kemahiran
manajerial, kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki
sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi, sistem pendidikan
nasional yang andal yang menghasilkan sumber daya manusia yang
produktif, landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis,
memiliki visi yang jelas tentang masa depan yang diinginkan
sehingga berorientasi pada masa depan.
d) Pelopor, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role
model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal,
positif seperti kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin,
kepeloporan dalam menegakkan keadilan dan kedisiplinan,
kepeloporan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya dan
sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi kepentingan negara.
e) Pelaksana sendiri, meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai
kegiatan pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan
bukan menjadi beban pemerintah semata, karena berbagai
pertimbangan seperti keselamatan negara, modal terbatas,
kemampuan yang belum memadai, karena tidak diminati oleh
masyarakat dan karena secara konstitusionalmerupakan tugas
pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak
bisa diserahkan kepada pihak swasta melainkan harus dilaksanakan
sendiri oleh pemerintah.

Pitana dan Gayatri (2005:95), mengemukakan pemerintah daerah


memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya
sebagai :

23
a) Motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah
daerah sebagai motivator diperlukan agargeliat usaha pariwisata
terus berjalan. Investor, masyarakat, serta pengusaha di bidang
pariwisata merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus
diberikan motivasi agar perkembangan pariwisata dapat berjalan
dengan baik.
b) Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata
peran pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang
mendukung segala program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Adapun pada prakteknnya
pemerintah bisa mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak,
baik itu swasta maupun masyarakat.
c) Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung
pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan
masyarakat harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah
sebagai salah satu stakeholder pembangunan pariwisata memiliki
peran untuk mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar diantaranya
tercipta suatu simbiosis mutualisme demi perkembangan
pariwisata.

E. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Pengoptimalan Peran


Pemerintah

a) Ketersediaan Anggaran Pemerintah kota memerlukan dukungan


finansial dalam menyelenggarakan perannya sebagai pelayan dan
pelindung masyarakat. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka
waktu (periode) tertentu yang akan datang. (Hadrianus Suharyanto,
Wahyudi Kumorotomo dan Erwan A. Purwanto (ed). 2005:2). Peran
strategis anggaran daerah semakin menonjol karena merupakan alat
untuk menentukan pendapatan dan pengeluaran di masa mendatang,
membantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan,

24
menetapkan otorisasi pengeluaran di masa mendatang, sebagai sarana
pengembangan ukuran standar untuk evaluasi kerja, alat motivasi
pegawai, serta alat koordinasi bagi seluruh aktivitas berbagai unit kerja
dalam birokrasi pemerintah. Maka prinsip pokok yang menekankan
pengelolaan keuangan dan anggaran daerah pada kepentingan publik
menjadi isu penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah
(Kumorotomo, 2005:13).Suharyanto dalam (Kumorotomo, 2005:4)
menyatakan beberapa alasan pentingnya anggaran, antara lain:
1) Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk
mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi, menjamin
kesinambungan dan meningkatkan kualitas hodup masyarakat.
2) Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan
masyarakat yang senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan
sumber daya sangat terbatas, anggaran diperlukan karena adanya
masalah keterbatasan sumber daya, pilihan dan trade off.
3) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggung jawab terhadap masyarakat. Dalam hal ini anggaran
publik merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas. Berkaitan
dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta,
ketersediaan anggaran sangat penting, karena anggaran merupakan
sektor yang krusial bagi pemerintah. Karena itu dalam pengelolaan
anggaran penting menerapkan beberapa prinsip terkait dengan
good governance, antara lain:
 Transparansi, keterbukaan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah kepada masyarakat dan khalayak umum. Maksud
dari transparansi adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban
pemerintah terhadap masyarakat.
 Akuntabilitas Dalam istilah yang ada akuntabilitas sering
diartikan yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility,
yang dapat dipertanyakan (answerability). Dalam peran
kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan
dan adanya pertanggungjawaban terhadap tiap tindakan,

25
produk, keputusan dan kebijakan. Secara teknis adalah suatu
kemampuan untuk menjelaskan dan melaporkan sesuatu yang
sudah dilaksanakan sebagai bentuk pertanggung jawaban.
 Value For money Implementasi anggaran yang menerapkan
prinsip dapat memberikan manfaat; efektivitas pelayanan
publik yang tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan
publik, penghematan biaya pelayanan karena berkurangnya
inefisiensi dan penghematan sumber daya, alokasi pembiayaan
berorientasi pada kepentingan publik dan meningkatkan
kesadaran penghargaan terhadap publik.
 Ketersediaan sarana dan prasarana. Kesuksesan dan
kelangsungan hidup organisasi dalam menyiasati pengaruh
lingkungan sangat tergantung pada kapasitas dalam
merencanakan, menggali, menggerakkan, dan mengelola
sumber daya manusia maupun mengelola sarana dan prasarana
yang dimiliki. Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan
modal pemerintah untuk merealisasikan suatu program. Sarana
dan prasarana yang memadai lebih memudahkan pemerintah
untuk mengimplementasikan program yang sudah
direncanakan. Ketersediaan sarana dan prasarana adalah
kepemilikan aset yang menunjang kegiatan untuk mewujudkan
pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism).
 Kemitraan (Partnership) Prinsip good governanceyang telah
disebutkan sebelumnya merupakan suatu gagasan dan nilai
untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah, dunia usaha
swasta dan masyarakat. Kemitraan antara pemerintah daerah
dengan swasta merupakan suatu langkah yang biasa dilakukan
dalam rangka menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik dan
pembangunan daerah. Kemitraan (partnership) membangun
hubungan penting antara semua tingkat pemerintahan dan
masyarakat sipil untuk meningkatkan tata pemerintahan yang

26
baik di Indonesia secara berkelanjutan. Yang dimaksud dengan
kemitraan atau partnership dalam hal ini adalah kerjasama yang
telah atau sedang dilakukan dengan pihak lain yang berguna
untuk memberikan kemudahan dalam proses pelaksanaan
(operasional) terbentuknya pariwisata berbasis masyarakat
community based tourism.
 Peran serta masyarakat (Participation) Partisipasi berasal dari
bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan
keputusan dan pengikutsertaan (John M. Echols Hasan Shadily
1995: 419). Peran serta masyarakat merupakan kesadaran dan
keinginan masyarakat untuk andil dalam setiap kegiatan
pemerintah yang mengundang keikusertaan masyarakat sebagai
warga negara. Dalam rangka mengoptimalkan peran dari
pemerintah, maka peran serta masyarakat perlu menjadi sorotan
utama, karena masyarakat merupakan subjek dan objek dari
kebijakan.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Prospek pariwisata setiap tahun mengalami kecenderungan peningkatan
secara konsisten. Hal ini menjadi tolak ukur bagaimana pemerintah
memiliki peluang besar untuk mengembangkan potensi alam maupun
budaya yang dimiliki sebagai modal dasar dalam perkembangan
kepariwisataan dengan melibatkan perencanaan, pengembangan dan
pemasaran suatu destinasi serta kerjasama erat dari pejabat pemerintah,
perencana fisik, arsitek, analis finansial dan inversitor.
2. Pariwisata dapat dikatakan sebagai salah satu mesin penggerak
perekonomian dikarenakan memberikan kontribusi terhadap
kemakmuran sebuah negara. Tujuan pokok dari kebijakan ekonomi
pemerintah terhadap pariwisata adalah untuk memaksimalkan
kontribusi pariwisata terhadap ekonomi nasional. Seperti optimalisasi
kontribusi dalam neraca pembayaran, menyiapkan perkembangan
ekonomi regional dan neraca pembayaran regional, menyiapkan tenaga
kerja, peningkatan dan pendistribusian pendapatan, kontribusi terhadap
kesejahteraan sosial, dan memaksimalkan peluang pendapatan fiscal.
3. Pemerintah dalam menentukan kebijakan pariwisata sangat strategis
dan bertanggung jawab terhadap penyediaan kepariwisataan. Seperti
membangun kerangka operasional, memfasilitasi kebutuhan legislasi,
membangun infrastruktur transportasi, memfasilitasi peningkatan
kualitas sumber daya manusia, dan membuat kebijakan pariwisata

3.2 Saran
1. Pemerintah setelah mengetahui potensi-potensi yang dimilik oleh sektor
kepariwisataan bagi pembangunan hendaknya mengoptimalkan peluang
yang ada layaknya, membuat suatu program strategi pembangunan
infrastruktur yang lebih baik untuk memenuhi dan meningkatnya
wisatawan dengan peningkatan daerah wisata.

28
2. Sebagai warga negara yang baik hendaknya masyarakat juga turut
melaksanakan program kepariwisataan dimulai dari hal kecil seperti
dengan menjaga kelestarian lingkungan. Semakin baik kualitas suatu
lingkungan akan semakin besar pula potensinya untuk bisa menjadi
objek pariwisata sehingga pariwisata dapat terus berkembang.

29
DAFTAR PUSTAKA

Judisseno, Rimsky K. 2017. Aktivitas Dan Kompleksitas Kepariwisataan.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Wahab, Saleh. 1988. Manajemen Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya


Paramita

Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata


Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media

Hadinoto, Kusudianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi


Pariwisata. Jakarta: Universitas Indonesia

Rai Utama, I Gusti Bagus. 2016. Pengantar Industri Pariwisata: Peluang


dan tantangan bisnis kreatif. Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA.

30

Anda mungkin juga menyukai