PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pembangunan sektor
pariwisata.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam sektor pariwisata dari
prespektif ekonomi.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah sebagia penyedia dan atau fasilitator
kegiatan kepariwisataan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan pariwisata di
Indonesia.
4
tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yangberwujud keadaan alam, serta
flora dan fauna, Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang
berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,
wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi
dan tempat hiburan. Pada pasal lainnya disebutkan bahwa pemerintah
menetapkan obyek dan daya tarik wisata selain butir pertama tersebut.
Pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan :
kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan
dan nilai-nilai dalam masyarakat, kelestarian budaya dan mutu lingkungan
hidup, kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. Dalam pelaksanaan
pengelolaan usaha obyek wisata, melalui Keputusan Menteri No. KM. 98/PW.
102/MPPT-89 tentang “ketentuan usaha obyek wisata” telah ditetapkan
ketentuan tentang : 1) bentuk usaha dan perusahaan, 2) pengusahaan, 3)
penggolongan obyek wisata, 4) bentuk usaha dan pengusahaan, 5) pimpinan
obyek wisata, 6) tata cara perijinan.
5
c) Lebih memberi dukungan dan pengamanan untuk mencapai kemakmuran,
(Mulyana W. Kusumah 1986 :43).
6
perekonomian nasional dan daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka
pemerintah dapat mengintervensi agar pengembangan pariwisata dapat
menghasilkan manfaat bagi masyarakat (social) dan lingkungan
(environment).
Sasaran Internasional:
7
c. Kesehatan dan kesejahteraan umum.
d. Pertumbuhan ekonomi dan redistribusi pendapatan nasional yang
seimbang.
e. Perhatian umum terhadap lingkungan.
f. Preservasi tradisi/ adat-istiadat daerah serta minoritas.
g. Perlindungan dari hak perseorang untuk berlibur.
8
1. Obyek/atraksi dan daya tarik wisata
2. Transportasi dan infrastruktur
3. Akomodasi (tempat menginap)
4. Usaha makanan dan minuman
5. Jasa pendukung lainnya (hal-hal yang mendukung kelancaran berwisata
misalnya biro perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan, penjualan
cindera mata, informasi, kantor pos, bank, sarana penukaran uang,
internet, tempat, dll).
9
3. Perencanaan infrastruktur yang berhubungan dengan jalan,
bandar udara, dan keperluan lainnya seperti; listrik, air,
pembuangan sampah dan lain-lain,
4. Perencanaan pelayanan sosial yang berhubungan dengan
penyediaan lapangan pekerjaan, pelayanan kesehatan,
pendidikan dan kesejahteraan sosial
5. Perencanaan keamanan yang mencakup keamanan internal
untuk daerah tujuan wisata dan para wisatawan.
b. Pembangunan Pariwisata
Pembagunan pariwisata umumnya dilakukan oleh sektor
swasta terutama pembangunan fasilitas dan jasa pariwisata.
Namun, pengadaaan infrastruktur umum seperti jalan, listrik dan
air yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata terutama
untuk proyek-proyek yang berskala besar yang memerlukan dana
yang sangat besar seperti pembangunan bandar udara, jalan untuk
transportasi darat, proyek penyediaan air bersih, dan proyek
pembuangan limbah merupakan tanggung jawab pemerintah.
Selain itu, pemerintah juga beperan sebagai penjamin dan
pengawas para investor yang menanamkan modalnya dalam
bidang pembangunan pariwisata.
6. Kebijakan Pariwisata
Kebijakan merupakan perencanaan jangka panjang yang mencakup
tujuan pembangunan pariwisata dan prosedur pencapaian tujuan yang
dibuat dalam pernyataan-pernyataan formal seperti hukum dan dokumen-
dokumen resmi lainya. Kebijakan yang dibuat permerintah harus
sepenuhnya dijadikan panduan dan ditaati oleh para stakeholders.
Kebijakan-kebijakan yang harus dibuat dalam pariwisata adalah kebijakan
yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan
kesempatan kerja, dan hubungan politik terutama politik luar negeri bagi
daerah tujuan wisata yang mengandalkan wisatawan manca negara.
Umumnya kebijakan pariwisata dalam kebijakan ekonomi mencakup
struktur dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kebijakan ekonomi
10
yang harus dibuat sehubungan dengan pembangunan pariwisata adalah
kebijakan mengenai ketenagakerjaan, penanaman modal dan keuangan,
industri-industri penting untuk mendukung kegiatan pariwisata, dan
perdagangan barang dan jasa.
7. Peraturan Pariwisata
Peraturan pemerintah memiliki peran yang sangat penting terutama
dalam melindungi wisatawan dan memperkaya atau mempertinggi
pengalaman perjalanannya. Peraturan - peraturan penting yang harus
dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan antara lain:
1. Peraturan perlindungan wisatawan terutama bagi biro perjalanan
wisata yang mengharuskan wisatawan untuk membayar uang muka
(deposit payment) sebagai jaminan pemesanan jasa seperti
akomodasi, tour dan lain-lain.
2. Peraturan keamanan kebakaran yang mencakup pengaturan mengenai
jumlah minimal lampu yang ada di masing-masing lantai hotel dan
alat-alat pendukung keselamatan lainnya.
3. peraturan keamanan makan dan kesehatan yang mengatur mengenai
standar kesehatan makanan yang disuguhkan kepada wisatawan .
4. peraturan standar kompetensi pekerja-pekerja yang membutuhkan
pengetahuan dan keahlian khusus seperti seperti pilot, sopir, dan
nahkoda.
11
negara tersebut. Untuk menggalakkan pembangunan perekonomian
dengan suatu pertumbuhan yang berimbang kepariwisataan dapat
diharapkan memegang peranan yang menentukan dan dapat dijadikan
sebagai katalisator untuk mengembangkan pembangunan sektor-sektor
lain secara bertahap. Seperti terjadi pada sektor lain, kebijakan
pemerintah pada sektor pariwisata ada yang memberikan dampak
langsung dan ada pula yang memberikan dampak tidak langsung.
Selain dari hal diatas ada kemungkinan suatu kebijakan ekonomi
pemerintah memberikan dampak langsung pada sektor lain tetapi dapat
memberikan dampak tidak langsung bagi sektor pariwisata. Tujuan
pokok dari kebijakan ekonomi pemerintah terhadap pariwisata adalah
untuk memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi
nasional. Tujuan kontribusi ini termasuk antara lain :
a. Optimalisasi kontribusi dalam neraca pembayaran.
b. Menyiapkan perkembangan ekonomi regional dan neraca
pembayaran regional.
c. Menyiapkan tenaga kerja.
d. Peningkatan dan pendistribusian pendapatan.
e. Kontribusi terhadap kesejahteraan sosial.
f. Memaksimalkan peluang pendapatan fiscal.
12
dan promosi umum ke luar negeri. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir
diseluruh daerah Indonesia terdapat potensi pariwisata, maka yang perlu
diperhatikan adalah sarana transportasi, keadaan infrasruktur dan sarana-
sarana pariwisata.
13
Deregulasi dalam pariwisata (perjalanan) ini memberikan
dampak yang bermanfaat bagi konsumen dalam hal, antara lain :
a. Foreign Exchange Earnings
Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan
perekonomian masyarakat lokal tumbuh dan menjadi stimulus
berinvestasi serta menyebabkan sektor keuangan berkembang
seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Pengalaman di
beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi
wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk
memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama
mereka berwisata. Pembangunan pariwisata dapat meningkatkan
pendapatan suatu Negara khususnya dari aktifitas perdagangan
valuta asing.
b. Contributions To Government Revenues
Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah
dibagi menjadi 2, antara lain kontribusi langsung berasal dari pajak
pendapatan yang dipungut dari pekerja pariwisata dan pelaku
bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh
dinas pendapatan suatu destinasi. Dan kontribusi tidak langsung
pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau
bea cukai barang yang di import dan pajak wisatawan yang
berkunjung. Dalam kedua konteks tersebut, WTO memprediksi
bahwa usaha perjalanan wisata dan bisnis pariwisata tersebut
secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak
perorangan.
c. Employment Generation
Tourism employment adalah ukuran yang dipakai untuk
mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung
pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang
terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan
pariwisata. industry pariwisata adalah industri yang mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan mampu
14
menciptakan peluang kerja dari peluang kerja untuk tenaga yang
tidak terdidik sampai dengan tenaga yang sangat terdidik.
Pariwisata juga menyediakan peluang kerja diluar bidang
pariwisata khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha
secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk juga bagi
mereka yang bekerja secara tidak langsung terkait industri
pariwisata seperti usaha-usaha pendukung pariwisata; misalnya
pertanian sayur mayor, peternak daging, supplier bahan makanan,
yang akan mendukung operasional industri perhotelan dan
restoran.
d. Infrastructure Development
Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong
pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik,
penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum
dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan
kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan
dan juga masyarakat lokal itu sendiri sebagai tuan rumah. Karena
Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi ‚accesable akhirnya
akan mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang
layak untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung
pariwisata ‚Amenities seperti hotel, penginapan, restoran juga harus
disiapkan.
e. Development of Local Economies
Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk
mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara
ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena
tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas
seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir
taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya.
WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara tidak
langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran
wisatawan pada suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat
15
local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari sector informal
ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka masyarakat local
akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar.
16
sebuah destinasi tanpa melewatkan malam di hotel-hotel yang telah
disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam kedatangan
wisatawan kapal pesiar tersebut manfaatnya dianggap sangat rendah
atau bahkan tidak memberikan manfaat secara ekonomi bagi
masyarakat di sebuah destinasi yang dikunjunginya. Kenyataan lain
yang menyebabkan “enclave” adalah kedatangan wisatawan yang
melakukan perjalan wisata yang dikelola oleh biro perjalanan wisata
asing dari ‚origin country sebagai contohnya, mereka menggunakan
maskapai penerbangan milik perusahaan mereka sendiri, kemudian
mereka menginap di sebuah hotel yang di miliki oleh manajemen
chain negara mereka sendiri, berwisata dengan armada perusahaan
chain milik pengusaha mereka sendiri, dan sebagai akibatnya
masyarakat lokal tidak memperoleh manfaat ekonomi secara
optimal.
c. Infrastructure Cost
Pembangunan sektor pariwisata yang berstandar
internasional dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah
dan akibatnya akan dibebankan pada sektor pajak untuk
membangun infratruktur tersebut, pendapatan sektor pajak harus
ditingkatkan. Pembangunan pariwisata juga mengharuskan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas bandara, jalan raya, dan
infrastruktur pendukungnya, dan tentunya semua hal tersebut
memerlukan biaya yang tidak sedikit dan sangat dimungkinkan
pemerintah akan melakukan realokasi pada anggaran sektor lainnya.
d. Economic Dependence
Keanekaragaman industri dalam sebuah perekonomian
menunjukkan sehatnya sebuah negara, jika ada sebuah negara yang
hanya menggantungkan perekonomiannya pada salah satu sektor
tertentu seperti pariwisata misalnya, akan menjadikan sebuah
negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata sebagai
akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat beresiko tinggi. Di
beberapa negara, khususnya negara berkembang yang memiliki
17
sumberdaya yang terbatas memang sudah sepantasnya
mengembangkan pariwisata yang dianggap tidak memerlukan
sumberdaya yang besar namun pada negara yang memiliki
sumberdaya yang beranekaragam harusnya dapat juga
mengembangkan sektor lainnya secara proporsional.
e. Seasonal Characteristics
Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya musim-musim
tertentu, seperti misalnya musim ramai “high season” dimana
kedatangan wisatawan akan mengalami puncaknya, tingkat hunian
kamar akan mendekati tingkat hunian kamar maksimal dan kondisi
ini akan berdampak meningkatnya pendapatan bisnis pariwisata.
Sementara dikenal juga musim sepi ‚”low season” di mana kondisi
ini rata-rata tingkat hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para
pebisnis sebagai dampaknya pendapatan indutri pariwisata juga
menurun hal ini yang sering disebut ‚problem seasonal. Sementara
ada kenyataan lain yang dihadapi oleh para pekerja, khususnya
para pekerja informal seperti sopir taksi, para pemijat tradisional,
dsb.
18
4. Membangun dan memfasilitasi peningkatan kualitas sumber daya
manusia dengan menjamin pendidikan dan pelatihan yang profesional
untuk menyuplai kebutuhan tenaga kerja di sekior pariwisata.
19
wisata melalui jasa pemandu wisata, fotografer, penyedia makanan dan
minuman, akomodasi, hasil pertanian dan perkebunan, peternakan.
Penvedia suvenir, penyedia jasa transportasi, penyelenggara kegiatan
hiburan dan rekreasi, penyelenggara kegiatan MICE (meeting, incentive
conference, and exhibition), jasa informasi pariwisata, jasa travel agent,
jasa konsultan, dan jasa-jasa lainnya yang terkait secara langsung maupun
tidak seperti perbankan, asuransi, dan keamanan. Boleh dikatakan bahwa
kontribusi sektor pariwisata sangat menguntungkan, baik dari sisi
penerimaan negara (berupa devisa) maupun bagi masyarakat secara
langsung.
20
Sejak 1946 pemerintah Indonesia telah membentuk Badan Pusat
Hotel Negara (BPHN) yang pada waktu itu dinisiasi oleh Bupati
Wonosobo, R. Soemindro (Judiseno, 2015). Kemudian pada 1947 secara
resmi ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 1/H/47 bahwa
keberadaan BPHN diubah menjadi Hotel Negara dan Turisme (HONET)
yang dipimpin oleh R. Tjipto Roeslan (Judisseno, 2015, hlm. 66).
Pembentukan BPHN dan HONET menunjukkan bahwa sejak awal
kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah telah terjun secara aktif
sebagai entrepreneur di bidang pariwisata. Bukti lain keterlibatan
pemerintah sebagai entreprenever adalah dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Republik Indeonesia (PP) Nomor 102 Tahun 1961 tentang
Pendirian Perusahaan Negara Perhubungan Udara "Garuda Indonesia
Airways (GIA).
21
wisatawan lainnya. Para petualang ini secara sukarela melakukan
perjalanan ke area-area yang belum tersentuh dan menarik, lalu
menceritakan pengalaman mereka kepada para pecinta petualangan yang
lain. Dari situlah kemudian area tersebut menjadi terkenal dan semakin
banyak dikunjungi oleh wisatawan.
22
terlebih dahulu, inovasi yang sifatnya konsepsional, inovasi sistem,
prosedur dan metode kerja.
c) Modernisator, melalui pembangunan, setiap negara ingin menjadi
negara yang kuat, mandiri, diperlakukan sederajat oleh negara-
negara lain. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan antara
lain: penguasan ilmu pengetahuan, kemampuan dan kemahiran
manajerial, kemampuan mengolah kekayaan alam yang dimiliki
sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi, sistem pendidikan
nasional yang andal yang menghasilkan sumber daya manusia yang
produktif, landasan kehidupan politik yang kukuh dan demokratis,
memiliki visi yang jelas tentang masa depan yang diinginkan
sehingga berorientasi pada masa depan.
d) Pelopor, selaku pelopor pemerintah harus menjadi panutan (role
model) bagi seluruh masyarakat. Pelopor dalam bentuk hal-hal,
positif seperti kepeloporan dalam bekerja seproduktif mungkin,
kepeloporan dalam menegakkan keadilan dan kedisiplinan,
kepeloporan dalam kepedulian terhadap lingkungan, budaya dan
sosial, dan kepeloporan dalam berkorban demi kepentingan negara.
e) Pelaksana sendiri, meskipun benar bahwa pelaksanaan berbagai
kegiatan pembangunan merupakan tanggung jawab nasional dan
bukan menjadi beban pemerintah semata, karena berbagai
pertimbangan seperti keselamatan negara, modal terbatas,
kemampuan yang belum memadai, karena tidak diminati oleh
masyarakat dan karena secara konstitusionalmerupakan tugas
pemerintah, sangat mungkin terdapat berbagai kegiatan yang tidak
bisa diserahkan kepada pihak swasta melainkan harus dilaksanakan
sendiri oleh pemerintah.
23
a) Motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah
daerah sebagai motivator diperlukan agargeliat usaha pariwisata
terus berjalan. Investor, masyarakat, serta pengusaha di bidang
pariwisata merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus
diberikan motivasi agar perkembangan pariwisata dapat berjalan
dengan baik.
b) Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata
peran pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang
mendukung segala program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Adapun pada prakteknnya
pemerintah bisa mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak,
baik itu swasta maupun masyarakat.
c) Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung
pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan
masyarakat harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah
sebagai salah satu stakeholder pembangunan pariwisata memiliki
peran untuk mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar diantaranya
tercipta suatu simbiosis mutualisme demi perkembangan
pariwisata.
24
menetapkan otorisasi pengeluaran di masa mendatang, sebagai sarana
pengembangan ukuran standar untuk evaluasi kerja, alat motivasi
pegawai, serta alat koordinasi bagi seluruh aktivitas berbagai unit kerja
dalam birokrasi pemerintah. Maka prinsip pokok yang menekankan
pengelolaan keuangan dan anggaran daerah pada kepentingan publik
menjadi isu penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah
(Kumorotomo, 2005:13).Suharyanto dalam (Kumorotomo, 2005:4)
menyatakan beberapa alasan pentingnya anggaran, antara lain:
1) Anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk
mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi, menjamin
kesinambungan dan meningkatkan kualitas hodup masyarakat.
2) Anggaran diperlukan karena adanya tuntutan dan kebutuhan
masyarakat yang senantiasa berkembang sedangkan ketersediaan
sumber daya sangat terbatas, anggaran diperlukan karena adanya
masalah keterbatasan sumber daya, pilihan dan trade off.
3) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggung jawab terhadap masyarakat. Dalam hal ini anggaran
publik merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas. Berkaitan
dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta,
ketersediaan anggaran sangat penting, karena anggaran merupakan
sektor yang krusial bagi pemerintah. Karena itu dalam pengelolaan
anggaran penting menerapkan beberapa prinsip terkait dengan
good governance, antara lain:
Transparansi, keterbukaan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah kepada masyarakat dan khalayak umum. Maksud
dari transparansi adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban
pemerintah terhadap masyarakat.
Akuntabilitas Dalam istilah yang ada akuntabilitas sering
diartikan yang dapat dipertanggungjawabkan (responsibility,
yang dapat dipertanyakan (answerability). Dalam peran
kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan
dan adanya pertanggungjawaban terhadap tiap tindakan,
25
produk, keputusan dan kebijakan. Secara teknis adalah suatu
kemampuan untuk menjelaskan dan melaporkan sesuatu yang
sudah dilaksanakan sebagai bentuk pertanggung jawaban.
Value For money Implementasi anggaran yang menerapkan
prinsip dapat memberikan manfaat; efektivitas pelayanan
publik yang tepat sasaran, meningkatkan mutu pelayanan
publik, penghematan biaya pelayanan karena berkurangnya
inefisiensi dan penghematan sumber daya, alokasi pembiayaan
berorientasi pada kepentingan publik dan meningkatkan
kesadaran penghargaan terhadap publik.
Ketersediaan sarana dan prasarana. Kesuksesan dan
kelangsungan hidup organisasi dalam menyiasati pengaruh
lingkungan sangat tergantung pada kapasitas dalam
merencanakan, menggali, menggerakkan, dan mengelola
sumber daya manusia maupun mengelola sarana dan prasarana
yang dimiliki. Ketersediaan sarana dan prasarana merupakan
modal pemerintah untuk merealisasikan suatu program. Sarana
dan prasarana yang memadai lebih memudahkan pemerintah
untuk mengimplementasikan program yang sudah
direncanakan. Ketersediaan sarana dan prasarana adalah
kepemilikan aset yang menunjang kegiatan untuk mewujudkan
pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism).
Kemitraan (Partnership) Prinsip good governanceyang telah
disebutkan sebelumnya merupakan suatu gagasan dan nilai
untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah, dunia usaha
swasta dan masyarakat. Kemitraan antara pemerintah daerah
dengan swasta merupakan suatu langkah yang biasa dilakukan
dalam rangka menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik dan
pembangunan daerah. Kemitraan (partnership) membangun
hubungan penting antara semua tingkat pemerintahan dan
masyarakat sipil untuk meningkatkan tata pemerintahan yang
26
baik di Indonesia secara berkelanjutan. Yang dimaksud dengan
kemitraan atau partnership dalam hal ini adalah kerjasama yang
telah atau sedang dilakukan dengan pihak lain yang berguna
untuk memberikan kemudahan dalam proses pelaksanaan
(operasional) terbentuknya pariwisata berbasis masyarakat
community based tourism.
Peran serta masyarakat (Participation) Partisipasi berasal dari
bahasa Inggris yaitu “participation” yang berarti pengambilan
keputusan dan pengikutsertaan (John M. Echols Hasan Shadily
1995: 419). Peran serta masyarakat merupakan kesadaran dan
keinginan masyarakat untuk andil dalam setiap kegiatan
pemerintah yang mengundang keikusertaan masyarakat sebagai
warga negara. Dalam rangka mengoptimalkan peran dari
pemerintah, maka peran serta masyarakat perlu menjadi sorotan
utama, karena masyarakat merupakan subjek dan objek dari
kebijakan.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Prospek pariwisata setiap tahun mengalami kecenderungan peningkatan
secara konsisten. Hal ini menjadi tolak ukur bagaimana pemerintah
memiliki peluang besar untuk mengembangkan potensi alam maupun
budaya yang dimiliki sebagai modal dasar dalam perkembangan
kepariwisataan dengan melibatkan perencanaan, pengembangan dan
pemasaran suatu destinasi serta kerjasama erat dari pejabat pemerintah,
perencana fisik, arsitek, analis finansial dan inversitor.
2. Pariwisata dapat dikatakan sebagai salah satu mesin penggerak
perekonomian dikarenakan memberikan kontribusi terhadap
kemakmuran sebuah negara. Tujuan pokok dari kebijakan ekonomi
pemerintah terhadap pariwisata adalah untuk memaksimalkan
kontribusi pariwisata terhadap ekonomi nasional. Seperti optimalisasi
kontribusi dalam neraca pembayaran, menyiapkan perkembangan
ekonomi regional dan neraca pembayaran regional, menyiapkan tenaga
kerja, peningkatan dan pendistribusian pendapatan, kontribusi terhadap
kesejahteraan sosial, dan memaksimalkan peluang pendapatan fiscal.
3. Pemerintah dalam menentukan kebijakan pariwisata sangat strategis
dan bertanggung jawab terhadap penyediaan kepariwisataan. Seperti
membangun kerangka operasional, memfasilitasi kebutuhan legislasi,
membangun infrastruktur transportasi, memfasilitasi peningkatan
kualitas sumber daya manusia, dan membuat kebijakan pariwisata
3.2 Saran
1. Pemerintah setelah mengetahui potensi-potensi yang dimilik oleh sektor
kepariwisataan bagi pembangunan hendaknya mengoptimalkan peluang
yang ada layaknya, membuat suatu program strategi pembangunan
infrastruktur yang lebih baik untuk memenuhi dan meningkatnya
wisatawan dengan peningkatan daerah wisata.
28
2. Sebagai warga negara yang baik hendaknya masyarakat juga turut
melaksanakan program kepariwisataan dimulai dari hal kecil seperti
dengan menjaga kelestarian lingkungan. Semakin baik kualitas suatu
lingkungan akan semakin besar pula potensinya untuk bisa menjadi
objek pariwisata sehingga pariwisata dapat terus berkembang.
29
DAFTAR PUSTAKA
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
30