Anda di halaman 1dari 7

SNT2BKL - 2018

STUDI KELAYAKAN POTENSI PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KAWASAN


PULAU SAPONDA DALAM KABUPATEN KONAWE
Arief Saleh Sjamsu, I Made Krisna Adhi Dahrma
Jurusan Arsitektur, FakultasTeknik, Universitas HaluOleo
Jl. HEA Mokodompit, Anduonohu, Kendari–Sulawesi Tenggara
Email: Ariefslhsjamsu@yahoo.com, krz.vista@gmail.com

ABSTRAKSI
Pulau Saponda Dalam yang terdapat di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah yang
memiliki potensi wisata kepulauan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Keindahan pulau dengan panorama
pesisir pantai pasir putih dan kehidupan sosial budaya masyarakatnya menjadi potensi dan karakteristik untuk dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan Pulau Saponda Dalam untuk dikembangkan menjadi desa wisata berdasarkan
potensi dan kekhasan yang dimiliki. Metode yang digunakan yakni metode kualitatif secara deskriptif untuk melihat sejauh
mana kelayakan potensi pengembangan desa wisata di Pulau Saponda Dalam baik karakteristik keindahan alam maupun kondisi
sosial budaya masyarakat. Analisis SWOT digunakan untuk memperlihatkan kelebihan dan kekurangan secara objektif
berdasarkan keberadaan dan kelayakan potensi kepariwisataan pesisir. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pulau
Saponda Darat memiliki karakteristik dan keunikan yang dapat dijadikan modal pengembangan kawasan wisata kepulauan, hal
ini ditunjang dari ketersediaan sarana dan prasarana serta komoditi hasil laut yang dapat dikembangkan menjadi home industri
sebagai oleh-oleh khas daerah, diketahui pula kekurangan yang dimiliki yaitu adanya kondisi gelombang laut yang tinggi pada
musim tertentu dapat mengurangi minat wisatawan.

Kata Kunci: Pulau Saponda Dalam, Studi Kelayakan, Desa Wisata

Pendahuluan
Pembangunan bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat karena sektor pariwisata
merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor
non-migas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara. Sejalan
dengan hal tersebut Pulau Saponda yang berada di Kabupaten Konawe berusaha mengembangkan diri menjadi
kawasan desa wisata dengan mengandalkan potensi wisata baik potensi alam maupun sosial budaya dan
kelengkapan sarana dan prasarana kepariwisataan. Usaha mengembangkan dunia pariwisata ini didukung pula oleh
Undang-undang No. 10 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan
sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf hidup
masyarakat, memperluas kesempatan kerja mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan
rasa cinta lingkungan, serta melestarikan alam dan budaya setempat. Untuk menjadi sebuah desa wisata harus
memiliki antara lain aksesibilitas baik, memiliki objek-objek alam, seni budaya, legenda, makanan local, dan
beberapa potensi lain. Yang paling penting yaitu dukungan yang tinggi dari masyarakat dan aparat desa terhadap
desa wisata. Potensi-potensi wisata Pulau Saponda Dalam yang dimiliki seperti wilayah yang luas, perikanan, dan
hasil laut lainnya yang dikelola dengan baik, memiliki kearifan lokal yang masih tetap dijaga khususnya oleh
masyarakan Bajo yang bermukim di Pulau tersebut, dan tingginya partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan mempermudah terwujudnya pembangunan desa wisata tersebut. Sedangkan kurangnya keberadaan
sarana dan prasarana tidak menjadi hambatan yang berarti bagi desa Saponda dalam untuk tetap melaksanakan
perencanaan pembangunan desa wisata. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana kelayakan
(Feasibilty Study) Desa Wisata Pulau Saponda Dalam di Kabupaten Konawe dengan cara mengadakan penilaian
terhadap perencanaan desa wisata berdasarkan RIPPARDA Kabupaten Konawe. Penilaian tersebut kemudian
dianalisa dan dievaluasi atau dibandingkan dengan yang baik atau dengan yang ideal termasuk dibandingkan dengan
tujuan yang hendak dicapai, persyaratan yang baik serta standar yang seharusnya.

Tinjauan Pustaka
SNT2BKL - 2018

Metodologi Penelitian

Metode Feasibility Study Kepariwisataan Desa Wisata Amonggedo Dan Pulau Saponda
Dalam melaksanakan kegiatan penyusunan dokumen Feasibilitu Study perlu dilakukan strategi pentahapan kegiatan
yang berfungsi untuk memberikan arahan pelaksanaan agar lebih terarah dan efisien.

Gambar 1. Bagan alur Feasibility study kepariwisataan Desa Wisata Amonggedo dan Pulau Saponda

Adapun metode yang dilakukan dalam penyusunan dokumen tersebut yakni :


a) Melakukan Kajian Rencana Pembuatan Desa Wisata.
b) Untuk memperoleh data dan informasi terkait kajian kebijakan rencana pembuatan desa wisata merujuk pada
kegiatan survey dan pengamatan terhadap aspek potensi pembentuk desa wisata di masing-masing lokasi dan
melakukan identifikasi terhadap produk pariwisata yang ada. Setelah melakukan survey dan identifikasi tahap
berikutnya adalah menyusun strategi pengembangan produk kepariwisataan sesuai potensi masing-masing desa
yang kemudian akan menjadi informasi dalam melakukan analisis kelayakan.
c) Memahami aspek teoritis terkait Pembuatan dan pengembangan desa wisata.
d) Pemahaman tentang aspek teori desa wisata diperlukan sebagai landasan keilmuan dan aspek pembanding terkait
informasi dan literatur yang terkait dengan dasar teori desa wisata yang kemudian dapat dijadikan dasar dan
arahan penyusunan strategi pengelolaan kawasan wisata untuk bahan analisis kelayakan (feasibility study)
e) Melakukan review terhadap kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Konawe.
 Review terhadap kebijakan pengembangan pariwisata dilakukan terhadap dokumen-dokumen terkait rencana
kepariwisataan seperti Dokumen Rencana Induk Kepariwisataan Daerah (RIPARDA) dan dokumen profil
kepariwisataan di Kabupaten Konawe serta dokumen lain yang terkait. Hal ini dilakukan untuk sinkronisasi
rencana pengembangan ke depan dan kesesuaian terhadap target arahan kepariwisataan di masa yang akan
datang.
 Melakukan review terhadap daya tarik wisata unggulan dan aspek pasar pariwisata pada masing-masing cikal
bakal desa wisata.
 Melakukan analisis SWOT untuk melihat Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan dan Ancaman bagi objek
rencana desa wisata.
 Menyusun rencana pengembangan ke depan dan menyusun strategi implementasi desa wisata yang bertujuan
untuk menguatkan strategi pengelolan kawasan wisata.
SNT2BKL - 2018

Aspek Indikator Dan Parameter Feasibility Study Desa Wisata Amonggedo Dan Pulau Saponda Darat

a) Atraksi dan Potensi Daya Tarik Wisata, yaituSemua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia.
b) Jarak tempuh, yaitu jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh
dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten.
c) Besaran Desa, yaitu menyangkut masalah-masalah karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkiatan
dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa
d) Sarana dan Prasarana, yaitu ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan seperti akomodasi,
rumah makan, penginapan warga (homestay), dan lain-lain.
e) Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan, yaitu menyangkut kegiatan ritual keagamaan dan kebudayan yang
secara rutin dilaksanakan.
f) Ketersediaan infrastruktur, yaitu meliputi fasilitas pelayanan dan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase,
telepon dan sebagainya
g) Keberadaaan Masyarakat lokal sebagai Penggerak utama, yaitu pengelolaan desa wisata secara langsung dikelola
oleh masyarakat desa
h) Aspek Sosial, Budaya dan Keamanan, yaitu menyangkut kondisi sosial dan budaya setempat termasuk kondisi
keamanan.

Metode SWOT dalam Analysis Feasibility Study

Gambar 2 Pulau Saponda Darat dari Arah Laut


Sumber : Observasi 2017

Secara umum SWOT analisis akan menggunakan parameter sebagai berikut :


a) Atraksi dan Potensi Daya Tarik Wisata
b) Jarak tempuh
c) Besaran Desa
d) Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan
e) Ketersediaan infrastruktur
f) Keberadaaan Masyarakat lokal sebagai Penggerak utama
g) Aspek Sosial, Budaya dan Keamanan

Pembahasan

Lokasi Perencanaan Obyek Desa Wisata Saponda Darat


Pulau Saponda adalah pulau kecil yang terletak di Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Dengan Letak Geografis 03° 58′ 46” LS 122° 45′ 44” BT. Secara Geografis berbatasan dengan: Sebelah
utaraberbatasan dengan Pulau Campedak (Konawe Selatan);sebelah selatan berbatasan dengan Pulau
Wawonii;sebelah barat berbatasan dengan wilayah laut Kota Kendari;sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda.
Luas daratan Pulau Saponda sekitar 7,5 ha. Waktu yang bisa di tempuh untuk sampai ke pulau tersebut sekitar 2 jam
dari Kota Kendari Ibukota Provinsi dan sekitar 1 jam dari Toronipa, Ibukota kecamatan dengan menggunakan kapal
SNT2BKL - 2018

laut. Tidak ada sarana transportasi umum yang digunakan untuk ke pulau tersebut dari daratan selain menumpang
atau ikut ke perahu ikan nelayan yang akan menjual hasil tangkapannya atau membeli kebutuhan di daratan atau di
Kota Kendari.
Pulau ini berpasir putih dan ditumbuhi oleh banyak pohon kelapa. Dari sisi perumahan, penduduk membuat rumah
panggung di bibir pantai dengan atap rumbia atau sebagian menggunakan seng. Sedangkan di tengah Pulau sudah
banyak yang membuat rumah dengan dinding semen. Pulau Saponda dihuni oleh mayoritas suku Bajo. Jumlah
Penduduk sebanyak 1.613 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 486. Dulunya hanya ada satu desa di Pulau
Saponda, namun karena banyaknya penduduk, maka sejak tanggal 28 Mei 2010, Pulau Saponda dimekarkan menjadi
2 (dua) desa dengan nama Desa Saponda Darat dan Saponda Laut. Mata pencaharian masyarakatnya pun mayoritas
sebagai nelayan.
Pulau Saponda terletak di desa SapondaKecamatan Soropia dan hanya dapat dijangkau dengan menggunakan
transportasi air, seperti perahu dan kapal. Saat ini, lokasi hanya dapat diakses melalui dermaga yang berada di Kota
Kendari dengan lama tempuh perjalanan sekitar 1-1.5 jam. Lokasi ini sangat cocok untuk wisata bahari dan
pemancingan karena kaya akan berbagai jenis ikan dan terumbu karang. Untuk memaksimalkan potensi wisata
tersebut, perlu dilakukan berbagai pengembangan. Hal yang paling mendesak adalah penataan kembali kawasan
yang saat ini terlihat kumuh dan meningkatkan akses transportasi yang nyaman.

Gambar 3 Pulau Saponda Darat dari Arah Laut


Sumber : Observasi 2017

Prasarana dan Sarana


Dermaga
Dermaga merupakan tempat bersandar perahu atau kapal yang juga berfungsi sebagai jalan menghubungkan daratan
dengan perahu. Di Pulau Saponda Darat, tersedia dermaga bagi masyarakat yang digunakan untuk menghubungkan
pulau Saponda Darat dengan pulau-pulau lain khususnya Kota Kendari.

Gambar 4. Kondisi Dermaga di Pulau Saponda Darat


Sumber : Observasi, 2017

Jaringan Jalan
Prasarana jalan yang di desa Saponda Darat berupa jalan setapak diatas tanah berpasir dengan lebar 2 m, jalan
setapak tersebut berupa jalan paving blok. Namun, area di desa Saponda Darat mempunyai akses yang bagus dengan
dunia luar, dan tingkat pencapaian ke lokasi relatif mudah.
SNT2BKL - 2018

Gambar 5 Kondisi Jalan di Desa Saponda Laut


Sumber Observasi, 2017

Jaringan Air Bersih


Untuk persediaan air bersih di Desa Saponda Darat mengalami kendala, air bersih digunakan oleh masyarakat
berasal dari sumur.

Gambar 6. Air Bersih dari Sumur


Sumber Observasi, 2017

Tahap Identifikasi
Berdasarkan dokumen profil kepariwisataan di Kabupaten Konawe diketahui bahwa Pulau Saponda Darat (dalam)
merupakan pulau yang lebih dekat dengan Kota Kendari bila di bandingkan dengan Pulau Saponda laut (luar).
Terletak Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe,Pulau Saponda Darat menjadik salah satu pulau berpenghuni yang
dimiliki Kabupaten Konawe. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan mengembangbiakan
beberapa jenis ikan melalui keramba yang tersebar di beberapa titik.

Gambar 7. Gerbang Identitas Pulau Saponda Dalam


Sumber Observasi, 2017

Kawasan Pulau Saponda dicanangkan menjadi salah satu destinasi wisata pulau khususnya wisata bahari untuk
dalam hal meneliti kehidupan masyarakat yang berada di pulau Saponda dengan latar belakang suku adalah Suku
Bajo yang terkenal sebagai suku yang menggantungkan matapencahariannya melalui sumberdaya hasil laut. Pulau
Saponda dalam hanya dapat diakses melalui jalur transportasi laut dengan waktu tempuh 30-45 menit dari Kota
Kendari. Tarif penyeberangan berkisar antara Rp.25.000 – Rp.50.000 per orang tergantung jarak pengambilan kapal
sewa. Selain itu dapat pula menggunakan kapal yang secara khusus disewakan perkapal dengan tarif antara
Rp.300.000 – Rp.500.000 dengan kapasitas daya tampung penumpang mencapai 20 orang.
SNT2BKL - 2018

Gambar 8. Sarana penyeberangan dan kondisi dermaga


Sumber Observasi, 2017

Sebagaimana lazimnya kehidupan bermasyarakat, di Pulau Saponda sudah memiliki sarana peribadatan seperti
mesjid yang dapat dengan mudah diakses yang ditengah perkampungan nelayan. Akses masyarakat di dalam pulau
sebagian besar adalah berjalan kaki. Fasilitas infrastruktur kampung nelayan terwadahi dengan adanya jalur akses
yang terbuat dari paving block sehingga terlihat lebih rapi dan kokoh.

Gambar 9. Jalur Pejalan Kaki Di Dalam Kawasan


Sumber Observasi, 2017

Sebagian besar permukaan pulau masih ditutupi pasir sehingga hanya beberapa jenis tanaman saja yang dapat
tumbuh. Masyarakat Pulau Saponda memanfaatkan polibag sebagai media tanam untuk beberapa jenis sayuran
dalam rangka memenuhi kebutuhan sayur-mayur.

Gambar 10. Pengembangan tanaman sayuran di lingkup rumah warga


Sumber Observasi, 2017

Prasarana pendukung kepariwisataan belum banyak ditemukan baik sarana akomodasi yang secara khusus didesain
oleh pemerintah maupun warga lokal.Pengunjung yang datang daningin menginap di dalam pulau Saponda harus
menggunakan fasilitas rumah penduduk dengan sistem sewa seperti layaknya home stay dengan tarif umumnya
berkisar antara Rp.50.000 per malam. Akses telekomunikasi masih terbatas sehingga di area Pulau Saponda dalam
tidak dapat menggunakan telepon seluler 4G namun dapat menggunakan telepon satelit.
Kendala utama yang dijumpai di Pulau Saponda Darat adalah kurangnya fasilitas air bersih sehingga masyarakat di
pulau tersebut masih kesulitan terhadap akses air bersih (tawar). Terdapat beberapa usaha masyarakat untuk
SNT2BKL - 2018

mendapatkan air bersih seperti membuat sumur galian untuk mendapatkan sumber air tawar yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Secara umum kondisi air laut yang jernih di sekitar pulau dimanfaatkan masyarakat untuk sekedar
mencuci dan membersihkan perlengkapan rumah tangga. Sebagian besar kondisi air laut di sekitar pulau relatif
bersih dan terjaga dengan baik.

Gambar 11. Sumber air bersih yang masih terbatas di Pualu Saponda Darat
Sumber Observasi, 2017

Adapun faktor penunjang dan potensi pendukung kepariwisataan di Saponda Darat yakni :
 Adanya potensi wisata bahari yang dapat dikembangkan menjadi atraksi olahraga air.
 Kondisi alam bawah laut yang terjaga membuka peluang wisata bawah air melalui diving dan snorkeling.
 Kondisi karakteristik masyarakat suku Bajo dengan keseharian hidupnya menggantungkan diri dari kondisi
lingkungan dan laut menarik untuk dijadikan wisata edukasi penelitian.
 Pemandangan pantai dan hamparan pasir putih pada tepi pantai dapat dimanfaatkan sebagai objek fotografi dan
foto preweeding.
 Komoditi hasil laut (perikanan) yang melimpah membuka peluang usaha produk olahan dari ikan seperti abon
ikan, kerupuk ikan dan lain-lain.
 Kondisi lingkungan yang asri dan masih jauh dari kesan berpolusi membuat udara di Pulau Saponda sejuk dan
bersih.
 Peluang terbukanya transportasi laut menjadi lebih intensif.

KESIMPULAN

PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai