Anda di halaman 1dari 14

Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota

Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

METODE KAJIAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG

Bab 2 Metode Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung berisi mengenai metode, jenis dan teknik
pengumpulan data, dan metode analisa data dalam Penyusunan Kajian Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan
di Kota Malang

2.1. METODE
Dalam kajian ini digunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan teknik analisis
deskriptif dan spasial. Untuk variable yang menjadi pembahasan dalam kajian daya
dukung dan daya tampung lingkungan Kota Mlang dan penyusunan draft keputusan
Walikota ini adalah :
1. Kesesuaian lahan berdasar pada kemampuan daya dukung dan fungsi lindung
2. Kemampuan air tanah dalam menyediakan air bersih
3. Kemampuan badan air terhadap beban pencemar dan fungsi penyediaan air baku
4. Kemampuan ruang terbuka hijau atas vegetasi diwilayah untuk menetralisasi beban
pencemar gas buang

Kemampuan ambang daya dukung atau daya tampung menggunakan peraturan yang
berlaku dengan hirarki; UU, Peraturan, SNI, dan Standar Ilmiah.

2.2. JENIS DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


2.2.1. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data dilakukan berbagai kegiatan seperti :

Laporan Akhir |2- 1


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

1. Pengelompokan data
Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan menurut beberapa kategori tertentu
(Kusmayadi, 2000: 79) :
a. Menurut sifatnya, data dikelompokkan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif adalah data yang tidak bernilai numerik atau nilainya bukan angka.
Sedangkan data kuantitatif adalah data yang nulainya berbentuk angka
b. Menurut cara perolehanya, data dikelompokkan menjadi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari objek
yang diteliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi
maupun telaah dari dokumen perencanaan dan kebijakan yang ada di Kota Malang
c. Menurut waktu pengumpulanya, terdiri dari data cross section dan time series
(berkala). Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada waktu tertentu,
berguna untuk mengambarkan kondisi pada waktu tersebut. Data time series adalah
data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk mengetahui keadaan pada
periode tertentu

2. Cara memperoleh data


Tiap-tiap kelompok data di atas memiliki cara/ metode yang berbeda dalam
memperolehnya. Data sekunder diperoleh dengan cara memperoleh dari instansi dan
mengkaji bahan pustaka, atau memperolehnya dari pihak pengumpul data.
Sedangkan data primer diperoleh dengan cara pengamatan atau observasi dan ujian
atau tes (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000: 82). Dalam penyusunan kajian ini,
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survey observasi lapangan untuk
mengetahui kondisi eksisting secara visual serta potensi dan kelemahan kawasan
secara visual

3. Instrumen pengumpulan data


Penggunaan instrumen pengumpulan data sangat berhubungan erat dengan jenis
metode yang digunakan, berikut ini adalah pasangan metode dan instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data (Arikunto dalam Kusmayadi dan Endar Sugiarto,
2000: 85) yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2.1. Pasangan Metode dengan Instrumen Pengumpulan Data


NO Jenis Metode Jenis Instrumen
1 Dokumentasi Lembar Survey, panduan survey, inventori pedoman
2 FGD dan wawancara dan perundangan, telaah kajian kebijakan dan data
3 Observasi/ pengamatan serta sistematika FGD,
Sumber: Penyusun, 2015.

Laporan Akhir |2- 2


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

2.2.2. Jenis Data


Untuk jenis kebutuhan disini terdiri dari data sekunder serta data primer, dimana data primer
adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari objek yang diteliti, sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi maupun telaah dari dokumen
perencanaan dan kebijakan yang ada di Kota Malang.
1. Data Sekunder
Data sekunder mencakup data instansional terkait dengan data produk kebijakan
dalam perencanaan ruang wilayah di Kota Malang baik skala nasional, regional dan
lokal.
2. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil pengujian laboratorium
yang telah dilakukan instansi terkait dengan data inputan terfokus dan terstruktur dari
dialog ilmiah yang mengacu pada nara sumber dalam forum Focus Group Discussion
(FGD).

2.2.3. Kebutuhan Data dan Sumbernya


Data yang dibutuhkan dalam penyusunan Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Draft Keputusun Walikota Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut.

Tabel 2.2 Kebutuhan Data


SASARAN JENIS DATA SUMBER INSTANSI
1 2 3 4
1.Analisis  RTRW  Data Sekunder  BAPPEKO
kemampuan  KDA  Data Primer  BPS
lahan untuk  Iklim dan curah hujan  Dinas
alokasi  Topografi Pertanian
pemanfaatan  Kemiringan lereng  BPBD
ruang  Kondisi Hidrologi  Dinas
 Geologi pertanian
 Peta tanah  BMKG
 Peta Erosi
 Peta drainase/genangan
 Peta Penggunaan Lahan

2.Analisis  Data curah hujan  Data Sekunder  BMKG


kemampuan air  Aliran permukaan  Data Primer  Dinas
tanah dalam  Daerah limpasan pengairan
menyediakan  Jumlah penduduk  PSDA
air bersih  Data kebutuhan air bersih  BPS
Kota Malang
 Data sumber air bersih

3.Analisis  Data nama sungai yang  Data Sekunder  Dinas


kemampuan masuk wilayah Kota Malang  Data Primer Pengairan

Laporan Akhir |2- 3


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

SASARAN JENIS DATA SUMBER INSTANSI


1 2 3 4
badan air  Data luas sungai yang  PSDA
terhadap beban masuk wilayah penanganan  BLH
pencemar Kota Malang  Dinas PU
 Jumlah debit air sungai yang
masuk wilayah penanganan
Kota Malang
 Jumlah pabrik di Kota
Malang
 Lokasi pabrik Kota Malang
 Jumlah limbah pabrik yang
dihasilkan
 Jumlah limbah pabrik yang
terbuang ke sungai
 Kualitas air sungai Kota
Malang  Data Sekunder  DKP
 Data Primer  BLH
4.Analisis  Jumlah/luas vegetasi Kota  DLLAJR
kemampuan Malang  BAPPEKO
ruang terbuka  Jumlah kendaraan di Kota  Dinas PU
hijau atau Malang berdasarkan
vegetasi untuk jenisnya
menetralisasi  Jumlah rumah sakit
beban  Jumlah mall  Data Sekunder
pencemar gas  Jumlah KK  BAPPEKO
buang  PU CIPTA
KARYA
 RTRW  Bagian
 RPJM Hukum
5.Penyusunan  RENSTRA SKPD
Draft  Perundangan pembuatan
Keputusan. keputusan Walikota
Sumber: Penyusun, 2015.

2.3. METODE ANALISIS DATA


Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif dengan teknik
analisis deskriptif dan spasial. Metode ini dapat diartikan sebagai usaha
mendeskripsikan berbagai fakta dan mengemukakan gejala yang ada untuk kemudian
pada tahap berikutnya dapat dilakukan suatu analisis berdasarkan berbagai penilaian
yang telah diidentifikasi sebelumnya (Labouitz & Hagedorn, 1990:49-54).

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas
lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang
menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut disuatu
tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan
ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi
faktor pembahas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.

Laporan Akhir |2- 4


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas
penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Telaahan daya dukung lingkungan hidup disini terbatas pada kapasitas penyediaan
sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan
dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas
sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan
lahan dan air penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan berdasarkan 4 (empat)
pendekatan, yaitu :
1. Daya dukung lahan sebagai analisis penentuan kemampuan lahan untuk alokasi
pemanfaatan ruang
2. Daya dukung air tanah
3. Daya tampung sungai terhadap pembuangan limbah cair
4. Daya tampung ruang terbuka hijau terhadap emisi gas buang

Agar pemanfaatan ruang di Kota Malang sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan
sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan.
Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan, air dan vegetasi di Kota
Malang, menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan, air serta vegetasi untuk
mendukung kegiatan pemanfaatan ruang.

2.3.1. Daya Dukung Lahan sebagai analisis penentuan kemampuan lahan untuk
alokasi pemanfaatan ruang
Untuk menghitung daya dukung lahan dapat didekati dari dua hal, Pertama dengan
melihat kemampuan lahan / kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan beberapa
parameter geofisik lahan. Kedua daya dukung lahan atau dengan melihat perbandingan
ketersediaan lahan dengan penduduk yang hidup di suatu wilayah beserta semua
kebutuhan dasarnya.

2.3.1.1. Kemampuan lahan / Kesesuaian penggunaan lahan


Kemampuan lahan (land capability) adalah penilaian lahan secara sistematik dan
pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan
potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Kemampuan lahan didasarkan
pada pertimbangan faktor biofisik lahan dalam pengelolaannya sehingga tidak terjadi
degradasi lahan selama digunakan. Makin rumit pengelolaan yang diperlukan, makin rendah
kemampuan lahan untuk jenis penggunaan yang direncanakan.

Laporan Akhir |2- 5


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan lahan menyiratkan daya dukung lahan,


sedangkan kesesuaian lahan menyiratkan kemanfaatan, sehingga yang mempengaruhi
kemampuan lahan secara umum, yaitu :
 Jenis tanah/ geomorfologi
 Curah Hujan / iklim
 Kemiringan Lahan
 Bahaya Areal

Adapun evaluasi kemampuan sumber daya lingkungan di Kota Malang didasarkan pada
sektor-sektor kegiatan yang dikembangkan di wilayah Kota Malang. Adapun sektor yang
berkembang di Kota Malang meliputi permukiman, industry, dan perdagangan.

a. Kawasan Peruntukkan Permukiman


Kemampuan lahan kawasan peruntukkan permukiman didasarkan hasil scoring terhadap
tingkat kelerengan, gerakan tanah, jenis tanah, rawan bencana, produktifitas, dan formasi
geologi. Secara rinci, parameter kemampuan lahan untuk kawasan peruntukkan permukiman
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.3. Parameter Kemampuan Lahan Kawasan Peruntukkan Permukiman


Parameter Kelas Harkat Bobot Nilai
0-8% 50 3 150
>8%-15% 40 3 120
Kelerengan >15-25% 30 3 90
>25-40% 20 3 60
>40% 10 3 30

sangat rendah 50 1 50
rendah 40 1 40
gerakan
sedang 30 1 30
tanah
tinggi 20 1 20
sangat tinggi 10 1 10
Permukiman

alluvial, glay, planosol, latosol 50 1 50


Brown Forest, Non Caltic Brown, Mediterania 40 1 40
Jenis Tanah Andesol, Lateric, Grumosol, Podsol, Podsoltic 30 1 30
Regosol, Litosol 20 1 20
Organosol, Renzina 10 1 10

Rawan tidak rawan 50 1 50


bencana rawan 10 1 10

produktifitas tinggi dengan penyebaran luas 50 1 50


produktivitas sedang dengan penyebaran luas 40 1 40
Produktivitas akifer produktifitas sedang 30 1 30
produktifitas dengan penyebaran luas 20 1 20
non akuifer 10 1 10

formasi Formasi Welang 50 1 50


geologi Tuf Malang 40 1 40

Laporan Akhir |2- 6


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Parameter Kelas Harkat Bobot Nilai


Permukiman Batuan Gunung api Arjuna-Welirang, Batuan
gunung api Kawi-Butak, 30 1 30
Batuan gunung api Kuarter bagian bawah
Batuan lainnya 10 1 10

Total 790 1090


Sumber: Penyusun, 2015.

Adapun kelas kemampuan lahan kawasan peruntukkan permukiman terdiri dari kelas sangat
mampu, mampu, kurang mampu, dan tidak mampu. Secara rinci skor masing-masing kelas
dapat dilihat dalam table berikut ini.

Tabel 2.4. Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Peruntukkan Permukiman


Nilai Maksimum 400
Nilai Minimum 80
range 80

Sangat Berpengaruh 3
Bobot Berpengaruh 2
Kurang berpengaruh 1

Sangat mampu 400 - 321


Klas kemampuan lahan mampu 320 - 241
permukiman kurang mampu 240 - 161
tidak mampu 160 - 80
Sumber: Penyusun, 2015.

b. Kawasan Peruntukkan Industri


Kemampuan lahan kawasan peruntukkan industri didasarkan hasil scoring terhadap tingkat
kelerengan, kerawanan banjir, akses jalan, jenis tanah, gerakan tanah, formasi geologi, dan
produktivitas air. Secara rinci, parameter kemampuan lahan untuk kawasan peruntukkan
industri dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.5. Parameter Kemampuan Lahan Kawasan Peruntukkan Industri


Parameter Kelas Harkat
Kelerengan 0-2% 50
>2%-8% 40
>8-15% 30
>15-25% 20
>25% 10

Kerawanan Banjir tidak banjir 50


banjir 10

akses jalan sangat dekat (0-500m) 50


arteri/kolektor primer Dekat (500-1000 m) 40
Sedang (1000-1500 m) 30
jauh (1500-2000 m) 20

Sangat jauh (>2000m) 10

Laporan Akhir |2- 7


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Parameter Kelas Harkat

Jenis Tanah alluvial, glay, planosol, latosol 50


Brown Forest, Non Caltic Brown, Mediterania 40
Andesol, Lateric, Grumosol, Podsol, Podsoltic 30
Regosol, Litosol, 20
Organosol, Renzina 10

gerakan tanah sangat rendah 50


rendah 40
menengah 30
tinggi 20
sangat tinggi 10

Formasi Welang 50
Formasi Geologi Tuf Malang 40
Batuan Gunung api Arjuna-Welirang, Batuan gunung api
Kawi-Butak, 30
Batuan gunung api Kuarter bagian bawah
Batuan lainnya 10

produktifitas tinggi dengan penyebaran luas 50


produktivitas sedang dengan penyebaran luas 40
akifer produktifitas sedang 30
produktifitas dengan penyebaran luas 20
Produktivitas non akuifer 10
Sumber: Penyusun, 2015.

Adapun kelas kemampuan lahan kawasan peruntukkan industri terdiri dari kelas sangat
mampu, mampu, kurang mampu, dan tidak mampu. Secara rinci skor masing-masing kelas
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.6. Kelas Kemampuan Lahan Kawasan Peruntukkan Industri


Sangat mampu 350 - 281
Klas Kemampuan mampu 280 - 211
lahan industri kurang mampu 210 - 141
tidak mampu 140 - 70
Sumber: Penyusun, 2015.

2.3.1.2. Daya dukung lahan


Untuk daya dukung lahan disini diuraikan dan dianalisis berdasarkan 3 metode yang ada
yaitu merujuk pada peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 dan
pedoman penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup Deputi Bidang
Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup 2014.
A. Analisis kesesuaian lahan  PERMEN PU no. 20/PRT/M/2007
Analisis Kesesuaian Lahan adalah penilaian mengenai kesesuaian peruntukan lahan
terhadap penggunaan tertentu pada tingkat pengelolaan dan hasil yang wajar dengan
tetap mempertimbangkan aspek kelestarian dan produktifitas lingkungan. Kesesuaian

Laporan Akhir |2- 8


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

lahan ini dilakukan dengan membandingkan penggunaan lahan eksisting dan hasil analisa
kemampuan lahan yang telah didapat dari analisa sebelumnya. Evaluasi kesesuaian
lahan ini secara teknis dilakukan dengan overlay antara peta kemampuan lahan dan peta
penggunaan lahan eksisting. Selain itu, analisis kesesuaian lahan merupakan analisa
yang menggunakan teknis super impose terhadap data-data sesuai dengan variabel yang
dibutuhkan. Variabel-variabel yang di super impose kan terdiri dari variabel :
 Tidak berada pada lokasi rawan bencana, baik yang rutin maupun yang diperkirakan
dapat terjadi, sehat serta mempunyai akses untuk kesempatan berusaha.
 Mempunyai kemiringan lahan maksimal 15%
 Tidak berupa lahan produktif seperti sawah irigasi teknis,
 Tidak mengganggu fungsi lindung serta kelestarian alam sekitarnya
 Tidak pada kawasan perlindungan sumber air
 Tidak berada pada wilayah sempadan sungai, kereta api, BTS, dll

B. Alokasi permukiman  pedoman penentuan daya dukung dan daya tampung


lingkungan hidup Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup
2014
1. Daya dukung untuk bermukim
Pada tahapan ini secara khusus menganalisis secara khusus untuk alokasi
permukiman yang ada di Kota Malang. Diharapkan dari hasil analisis ini dapat
diketahui apakah daya dukung lahan terhadap permukiman sudah melampaui
batas atau belum. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah engan mengacu
pada pedoman penentuan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Deputi Bidang Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup 2014 seperti tabel
2.20 dibawah berikut.

Tabel 2.7 daya dukung lahan terhadap alokasi permukiman


Konsep/Tujuan Formulasi Keterangan
Permukiman DDPm = LPm/JP  DDP >1, mampu
ᾳ menampung penduduk
Keterangan : untuk bermukim
DDPm = Daya Dukung  DPP=1, terjadi
Permukiman keseimbangan antara
JP = Jumlah Penduduk penduduk yang bermukim
(membangun rumah)
ᾳ = Koefisien luas dengan luas wilayah yang
kebutuhan (m2/kapita)
Ruang/kapita ada
Menurut SNI 03-1733-2004  DPP<1, tidak mampu
sebesar 26 m2, sedangkan menampung penduduk
menurut peraturan menteri untuk bermukim
Negara Perumahan Rakyat No. (membangun rumah)

Laporan Akhir |2- 9


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Konsep/Tujuan Formulasi Keterangan


11/PERMEN/M/2008, kebutuhan dalam wilayah tersebut
bervariasi menurut kawasan.
LPm = Luas Lahan layak untuk
permukiman (m2), dapat
menggunakan beberapa
batasan diantaranya :
1. Areal yang layak untuk lahan
permukiman adalah diluar
kawasan lindung dan
kawasan rawan bencana
(banjir dan longsor),
sehingga :
LP = LW- (LKL+LKRB)
LP = Luas Wilayah
LKL = Luas Kawasan
Lindung
LKRB = Luas Kawasan
Rawan Bencana
2. Menggunakan batasan kelas
kemampuan lahan dimana
dapat diasumsikan kelas
kemampuan lahan I-IV dapat
dan layak digunakan untuk
permukiman

2. Daya dukung untuk alokasi rumah besar, sedang dan kecil


Berdasarkan luas kapling perumahan dapat dikatakan bahwa penyediaan
perumahan ini semakin banyak dilakukan akan tetapi harganya semakin sulit
untuk dijangkau. Dengan adanya kondisi seperti ini, maka untuk penyediaan
perumahan diarahkan untuk memperbanyak rumah tipe kecil. Berdasarkan tipe
rumah maka yang diperlukan saat ini adalah pembangunan rumah sederhana dan
sangat sederhana dalam jumlah yang besar. Menurut komposisinya maka
perbandingan luas kapling yang akan dikembangkan antara kapling besar ,
sedang dan kecil adalah 1 : 2 : 3.  RTRW Kota Malang
Sesuai dengan komposisi tersebut, maka pengembangan rumah untuk
masyarakat berpendapatan menengah ke bawah lebih diprioritaskan untuk
penyediaan perumahan kapling kecil.
Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di kota Malang ditentukan
berdasarkan atas luasan kapling rumah dibawah ini:
a. Rumah kapling kecil, setidaknya seluas ≥ 36 meter persegi.
b. Rumah kapling menengah, luas lahan antara > 54 meter persegi.
c. Rumah kapling besar, luas lahan > 120 meter persegi.
Luas wilayah Kota Malang berdasarkan Kota dalam angka Tahun 2014 terkecil
ada di Lowokwaru dan terbesar ada di Kecamatan Kedungkandang

Laporan Akhir |2- 10


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

2.3.2. Daya Dukung Air Tanah


Metode ini menunjukkan cara perhitungn daya dukung air tanah, dengan pertimbangan
ketersediaan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi penduduk. Dengan
metode ini, dapat diketahui secara umum apakah sumber daya air tanah di Kota Malang
dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan
air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa Kota
Malang tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih. Guna memenuhi kebutuhan air fungsi
lingkungan yang terkait dengan sistem tata air harus dilestarikan. Hasil perhitungan
dengan metode ini dapat dijadikan bahan masukan/pertimbangan dalam penyusunan
rencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan ruang dalam rangka penyediaan sumber
daya air yang berkelanjutan.
A. Pendekatan perhitungan
Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan
kebutuhan air seperti pada gambar sebagai berikut

Gambar 2.1. Diagram penentuan daya dukung air

Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan


berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan. Sementara
itu, kebutuhan air dihitung dari hasil konversi terhadap kebutuhan hidup layak.
B. Cara perhitungan
Penghitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Perhitungan ketersediaan (supply) air permukaan
Perhitungan dengan menggunakan metode koefisien limpasan yang dimodifikasi
dari metode rasional

Rumus :

Laporan Akhir |2- 11


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Keterangan :
SA = ketersediaan air (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
C1 = koefisien limpasan penggunaan lahan

2. Perhitungan kebutuhan (demand) air


Rumus :
DA = N x KHLA
Keterangan :
DA = Total kebutuhan air (m3/tahun)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLA = Kebutuhan air untuk hidup layak
= 1600 m3 air/kapita/tahun
= 2x800 m3 air/kapita/tahun, dimana ;
800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air untuk keperluan
domestik dan untuk menghasilkan pangan.
3. Penentuan status daya dukung air
Status daya dukung air diperoleh dari perbandingan antara ketersediaan air (SA)
dan kebutuhan air (DA)
Bila SA > DA, daya dukung air dinyatakan surplus
Bila SA < DA, daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui

Debit aliran limpasan maksimum Q = 1/3,6 (f x r x A) (Rumus Rasionil : Buku Hidrologi


untuk pengairan, Ir. Suyono Sosrodarsono)
Dimana : Q = volume air maksimum (m3/detik)
f = koefisien air limpasan (0 – 1)
r = intensitas air hujan rata-rata pada periode
tertentu (mm/jam)
A = luas permukaan yang dilayani saluran drainase (Km2)

Laporan Akhir |2- 12


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Metode ini digunakan untuk menghitung perkiraan debit air limpasan permukaan.
Biasanya koefisien air limpasan dipengaruhi oleh kepadatan bangunan yang juga oleh
jumlah dan kepadatan penduduk. Pada tabel berikut ini terdapat nilai koefisien aliran air
permukaan.

Tabel 2.8 Koefisien Aliran Permukaan

Jenis Penggunaan Lahan Koefisien Aliran Permukaan


Daerah Permukiman :
 Kepadatan rendah (< 100 jiwa/Ha) 0,25 – 0,40
 Kepadatan sedang (< 100-200 jiwa/Ha) 0,40 – 0,70
 Kepadatan tinggi (> 200 jiwa/Ha) 0,70 – 0,80
Perumahan, jasa dan pelayanan umum 0,70
Sumber : P3KT/PJM Kota Malang

2.3.3. Daya Tampung Sungai terhadap Pembuangan Limbah Cair


Untuk mengetahui daya tampung sungai terhadap pembuangan limbah cair
menggunakan analisa daya tampung beban pencemaran terhadap parameter air sungai.
Analisis kualitas air dilakukan dengan menguji dan membandingkan parameter baku mutu
air dan hasil uji lab air yang ada disungai dengan parameter yang digunakan yaitu BOD,
COD, DO, TSS, pH, suhu, nitrat, dan fosfat. Pengambilan sampel dilakukan pada sungai
yang menjadi wilayah Kota Malang pada hilir yang akan memasuki DAS Brantas.
Perhitungan besarnya daya tampung didapat dari selisih antara baku mutu air sungai
dengan pengambilan air yang diuji lab yang didapat dari metode neraca massa.
Penentuan kualitas air dan daya tampung dilakukan dengan mendeskripsikan kondisi
Sungai yang diuji. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan hasil uji lab
dengan standart kulitas air berdasarkan penentuan dari PSDA, dimana PSDA selaku
pihak yang memonitoring Sungai di Malang telah menetapkan bahwa berada pada
Kualitas air kelas berapa yang peruntukkanya digunakan sebagai air baku air minum.

Laporan Akhir |2- 13


Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan di Kota Malang - 2015

Kualitas air Baku mutu air


yang diuji sungai

Daya tampung
air

Gambar 2.2. Diagram penentuan daya tampung Sungai terhadap pembuangan limbah cair

2.3.4. Daya Tampung Ruang Terbuka Hijau terhadap Emisi Gas Buang
Dalam analisis daya tampung ruang terbuka hijau terhadap emisi gas buang ini dilakukan
beberapa langkah yaitu :
1. Menentukan jumlah emisi gas buang yang dihasilkan dari semua kegiatan
2. Menghitung kemampuan RTH/vegetasi dalam menyerap emisi gas buang
3. Membandingkan serapan dan emisi gas buang sudah melampaui atau belum

Untuk lebih jelasnya mengenai diagram alur penentuan daya tampung ruang terbuka
hijau (RTH) terhadap emisi gas buang dapat dilihat dibawah berikut.

Koefisien Emisi Koefisien jenis


Gas setiap tanaman
kegiatan
Jumlah Kemampuan
emisi gas serapan gas
buang buang
Jumlah dan Luas RTH
besaran jenis Publik dan
kegiatan Privat
Daya tampung RTH
terhadap emisi gas
buang

Gambar 2.3. Diagram penentuan daya tampung ruang terbuka hijau terhadap emisi gas
buang

Laporan Akhir |2- 14

Anda mungkin juga menyukai