Bab 2 Metode Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung berisi mengenai metode, jenis dan teknik
pengumpulan data, dan metode analisa data dalam Penyusunan Kajian Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Kota Malang dan Penyusunan Keputusun Walikota Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan
di Kota Malang
2.1. METODE
Dalam kajian ini digunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan teknik analisis
deskriptif dan spasial. Untuk variable yang menjadi pembahasan dalam kajian daya
dukung dan daya tampung lingkungan Kota Mlang dan penyusunan draft keputusan
Walikota ini adalah :
1. Kesesuaian lahan berdasar pada kemampuan daya dukung dan fungsi lindung
2. Kemampuan air tanah dalam menyediakan air bersih
3. Kemampuan badan air terhadap beban pencemar dan fungsi penyediaan air baku
4. Kemampuan ruang terbuka hijau atas vegetasi diwilayah untuk menetralisasi beban
pencemar gas buang
Kemampuan ambang daya dukung atau daya tampung menggunakan peraturan yang
berlaku dengan hirarki; UU, Peraturan, SNI, dan Standar Ilmiah.
1. Pengelompokan data
Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan menurut beberapa kategori tertentu
(Kusmayadi, 2000: 79) :
a. Menurut sifatnya, data dikelompokkan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif adalah data yang tidak bernilai numerik atau nilainya bukan angka.
Sedangkan data kuantitatif adalah data yang nulainya berbentuk angka
b. Menurut cara perolehanya, data dikelompokkan menjadi data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari objek
yang diteliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi
maupun telaah dari dokumen perencanaan dan kebijakan yang ada di Kota Malang
c. Menurut waktu pengumpulanya, terdiri dari data cross section dan time series
(berkala). Data cross section adalah data yang dikumpulkan pada waktu tertentu,
berguna untuk mengambarkan kondisi pada waktu tersebut. Data time series adalah
data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk mengetahui keadaan pada
periode tertentu
Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas
lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk yang
menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut disuatu
tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan
ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi
faktor pembahas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas
penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).
Telaahan daya dukung lingkungan hidup disini terbatas pada kapasitas penyediaan
sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan
dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas
sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan
lahan dan air penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan berdasarkan 4 (empat)
pendekatan, yaitu :
1. Daya dukung lahan sebagai analisis penentuan kemampuan lahan untuk alokasi
pemanfaatan ruang
2. Daya dukung air tanah
3. Daya tampung sungai terhadap pembuangan limbah cair
4. Daya tampung ruang terbuka hijau terhadap emisi gas buang
Agar pemanfaatan ruang di Kota Malang sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan
sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan.
Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan, air dan vegetasi di Kota
Malang, menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan, air serta vegetasi untuk
mendukung kegiatan pemanfaatan ruang.
2.3.1. Daya Dukung Lahan sebagai analisis penentuan kemampuan lahan untuk
alokasi pemanfaatan ruang
Untuk menghitung daya dukung lahan dapat didekati dari dua hal, Pertama dengan
melihat kemampuan lahan / kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan beberapa
parameter geofisik lahan. Kedua daya dukung lahan atau dengan melihat perbandingan
ketersediaan lahan dengan penduduk yang hidup di suatu wilayah beserta semua
kebutuhan dasarnya.
Adapun evaluasi kemampuan sumber daya lingkungan di Kota Malang didasarkan pada
sektor-sektor kegiatan yang dikembangkan di wilayah Kota Malang. Adapun sektor yang
berkembang di Kota Malang meliputi permukiman, industry, dan perdagangan.
sangat rendah 50 1 50
rendah 40 1 40
gerakan
sedang 30 1 30
tanah
tinggi 20 1 20
sangat tinggi 10 1 10
Permukiman
Adapun kelas kemampuan lahan kawasan peruntukkan permukiman terdiri dari kelas sangat
mampu, mampu, kurang mampu, dan tidak mampu. Secara rinci skor masing-masing kelas
dapat dilihat dalam table berikut ini.
Sangat Berpengaruh 3
Bobot Berpengaruh 2
Kurang berpengaruh 1
Formasi Welang 50
Formasi Geologi Tuf Malang 40
Batuan Gunung api Arjuna-Welirang, Batuan gunung api
Kawi-Butak, 30
Batuan gunung api Kuarter bagian bawah
Batuan lainnya 10
Adapun kelas kemampuan lahan kawasan peruntukkan industri terdiri dari kelas sangat
mampu, mampu, kurang mampu, dan tidak mampu. Secara rinci skor masing-masing kelas
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
lahan ini dilakukan dengan membandingkan penggunaan lahan eksisting dan hasil analisa
kemampuan lahan yang telah didapat dari analisa sebelumnya. Evaluasi kesesuaian
lahan ini secara teknis dilakukan dengan overlay antara peta kemampuan lahan dan peta
penggunaan lahan eksisting. Selain itu, analisis kesesuaian lahan merupakan analisa
yang menggunakan teknis super impose terhadap data-data sesuai dengan variabel yang
dibutuhkan. Variabel-variabel yang di super impose kan terdiri dari variabel :
Tidak berada pada lokasi rawan bencana, baik yang rutin maupun yang diperkirakan
dapat terjadi, sehat serta mempunyai akses untuk kesempatan berusaha.
Mempunyai kemiringan lahan maksimal 15%
Tidak berupa lahan produktif seperti sawah irigasi teknis,
Tidak mengganggu fungsi lindung serta kelestarian alam sekitarnya
Tidak pada kawasan perlindungan sumber air
Tidak berada pada wilayah sempadan sungai, kereta api, BTS, dll
Rumus :
Keterangan :
SA = ketersediaan air (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
C1 = koefisien limpasan penggunaan lahan
Metode ini digunakan untuk menghitung perkiraan debit air limpasan permukaan.
Biasanya koefisien air limpasan dipengaruhi oleh kepadatan bangunan yang juga oleh
jumlah dan kepadatan penduduk. Pada tabel berikut ini terdapat nilai koefisien aliran air
permukaan.
Daya tampung
air
Gambar 2.2. Diagram penentuan daya tampung Sungai terhadap pembuangan limbah cair
2.3.4. Daya Tampung Ruang Terbuka Hijau terhadap Emisi Gas Buang
Dalam analisis daya tampung ruang terbuka hijau terhadap emisi gas buang ini dilakukan
beberapa langkah yaitu :
1. Menentukan jumlah emisi gas buang yang dihasilkan dari semua kegiatan
2. Menghitung kemampuan RTH/vegetasi dalam menyerap emisi gas buang
3. Membandingkan serapan dan emisi gas buang sudah melampaui atau belum
Untuk lebih jelasnya mengenai diagram alur penentuan daya tampung ruang terbuka
hijau (RTH) terhadap emisi gas buang dapat dilihat dibawah berikut.
Gambar 2.3. Diagram penentuan daya tampung ruang terbuka hijau terhadap emisi gas
buang