Anda di halaman 1dari 27

BAB V

ANALISIS KLHS

6.1 ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP

Alternatif penyempurnaan KRP adalah bagian dari upaya mitigasi terhadap


permasalahan atau kendala yang dihasilkan dari analisis dampak KRP terhadap kondisi
lingkungan hidup. Alternatif penyempurnaan akan menjadi dasar untuk penyusunan
rekomendasi yang menjadi bahan pengambilan keputusan. Alternatif penyempurnaan dapat
ditujukan ke perubahan tujuan dan strategi, dapat juga berupa perubahan dan penundaan serta
pemberian arahan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem dan memenuhi pertimbangan pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan Revisi
RTRW Kabupaten Batu Bara Tahun 2013-2033. Alternatif penyempurnaan KRP dalam
KLHS RTRW Kabupaten Batu Bara ini meliputi alternatif penyempurnaan untuk kebijakan,
alternatif penyempurnaan untuk KRP struktur ruang, dan alternatif penyempurnaan KRP pola
ruang.
Tujuan perumusan alternatif Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program adalah untuk
mengembangkan berbagai alternatif muatan Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian maka dihasilkan beberapa
alternatif muatan suatu Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program untuk dapat mengatasi isu
strategis pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah. Selain itu altenatif juga disusun
setelah disepaktai bahwa Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang dikaji berpotensial
memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan
pengembangan satu atau beberapa alternatif baru untuk menyempurnakan rancangan atau
merubah Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang ada.
Berbagai kemungkinan pengembangan alternatif (opsi alternatif) dapat dilakukan
melalui metode diskusi kelompok dan/atau memanfaatkan pandangan para ahli dengan
berdasarkan hasil kajian telaah pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program. Dalam
pengembangan alternatif perlu mempertimbangkan :
1. Mandat/ kepentingan/ kebijakan nasional yang harus diamankan;
2. Situasi sosial – politik yang berpotensi;
3. Kapasitas kelembagaan pemerintah;
4. Kapasitas dan kesadaran masyarakat;
5. Kesadaran, ketaatan dan keterlibatan dunia; dan
6. Kondisi pasar dan potensi investasi.
Tujuan dari perumusan rekomendasi adalah untuk menyepakati perbaikan muatan
kebijakan, rencana, dan/ atau program berdasarkan hasil perumusan alternatif, serta
memformulasikan tindak lanjut pendukung sebagai konsekuensi dilaksanakannya kebijakan,
rencana, dan/ atau program

6.1.1 Alternatif Penyempurnaan Kebijakan RTRW


Penyusunan alternatif untuk penyempurnaan kebijakan RTRW diawali dari isu
pembangunan berkelanjutan prioritas yang diperkirakan tetap akan muncul atau ada
kecenderungan meningkat pada masa yang akan datang akibat pelaksanaan dari RTRW
Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan penilaian keterkaitan isu pembangunan berkelanjutan
dengan muatan KRP sesuai dengan hasil analisa isu prioritas, berikut adalah masing-masing
isu PB yang diperkirakan terus meningkat dan pengaruh RTRW terhadap isu tersebut serta
alternatif perbaikan kebijakan dalam RTRW.
Tabel 6. 1 Alternatif Perbaikan Kebijakan RTRW
ISU PB
Ancaman dari KRP RTRW Alternatif Penyempurnaan
PRIORITAS
 Pembebasan lahan perkebunan,  Perbaikan dan Penambahan
tegalan/ladang serta permukiman Daya Tampung pada Saluran
Mempersiapkan  Ancaman terhadap bencana banjir, Drainase
lahan cuaca ekstrim, gempa bumi,  Penyusunan Rencana Detail
pengembangan Tata Ruang (RDTR) Kawasan
kekeringan
kawasan industri Strategis Kuala Tanjung
dan pelabuhan  Penyusunan DED untuk
Kuala Tanjung seluruh fasilitas dan utilitas
yang dipersiapkan yang harus di bangun
sebagai Kawasan  Pembebasan lahan sesuai
Ekonomi Khusus masterplan yang sudah
(KEK) Kuala dibuat
Tanjung  Penyiapan pembangunan
fisik Pembangunan fisik
secara bertahap
Pembangunan jalan  Pembebasan lahan perkotaan 
lokal primer baru 
dalam rangka
meningkatkan
aksesibilitas antar
pusat-pusat
permukiman
perkotaan
diwilayah
Kabupaten Batu
Bara
ISU PB
Ancaman dari KRP RTRW Alternatif Penyempurnaan
PRIORITAS
Meningkatkan Drainase di sekitar pesisir pantai hampir  Penyusunan Rencana Detail Tata
kondisi Pelabuhan tidak dapat berfungsi dengan baik Ruang (RDTR) Kawasan
Pangkalan Dodek pada saat terjadi pasang-surut air laut Strategis Pangkalan Dodek dan
yang difungsikan Pengalihfungsian lahan bakau dan Sekitarnya
sebagai pelabuhan tanaman bakau  Penyusunan DED untuk seluruh
rakyat dan fasilitas dan utilitas yang harus di
pelabuhan bangun
perikanan  Pengamanan dan pelestarian
tanaman bakau
 Melakukan penanaman kembali
(reboisasi tanaman bakau)
 Melakukan sosialisasi secara
berkala terkait pelestarian
tanaman bakau
 Mempersiapkan bangunan
pemecah gelombang yang
ditempatkan diperairan dan
pesisir yang memiliki potensi
gelombang tinggi
Mempersiapkan  meningkatnya kebutuhan air baku  Meningkatkan Kapasitas Daya
prasarana energi, sebagai akibat dari pertumbuhan serta Penambahan Jaringan air
air bersih, drainase, penduduk yang semakin tinggi yang baku Baru seperti Pengembangan
limbah, tidak disertai dengan meningkatnya Sistem Jaringan Prasarana
pengelolaan pasokan air baku sehingga tingkat Sumber Daya Air dan
sampah dan layanan air baku rendah Pengembangan Instalasi
telekomunikasi  menurunnya cadangan air tanah Pengolahan Air Minum
yang cukup  Peningkatan timbulan sampah dari  Pengembangan TPA dengan
rumah tangga akibat peningkatan teknologi yang dapat mereduksi
penduduk dan juga dari residu timbulan sampah (pengomposan,
kegiatan produksi industri PLTSa)
 Tingkat layanan sampah pada  Pengembangan sistem sanitasi
kawasan perkotaan, masih banyak rumah tangga dan sanitasi
yang belum terlayani berbasis masyarakat
 Masih rendahnya kemampuan
sanitasi mandiri masyarakat dapat
menurunkan kualitas kesehatan
lingkungan dan badan air
Mempersiapkan  
area terminal
regional tipe B
Penyiapan lahan 
pengembangan
kegiatan industri
pengolahan
perikanan dan
ISU PB
Ancaman dari KRP RTRW Alternatif Penyempurnaan
PRIORITAS
tempat pelelangan
ikan
Sumber : Analisis, 2019

6.1.2 Alternatif Penyempurnaan KRP Struktur Ruang


Alternatif penyempurnaan KRP struktur ruang didasarkan dari permasalahan atau kendala
yang dihasilkan dari analisis muatan KRP struktur ruang yang berpotensi berdampak dengan
kondisi lingkungan hidup. Beberapa alternatif dalam struktur ruang berdasarkan karakteristik
permasalahan dan KRP-nya dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 6. 2 Alternatif Perbaikan KRP Struktur Ruang


Kajian KRP Terhadap
KRP & Lokasi Alternatif Penyempurnaan
LH
Lahan Pengembangan  Merupakan lahan kelas I  Pembebasan lahan permukiman, kebun dan
kawasan industri dan  Pembebasan lahan ladang dengan memperhatikan lingkungan
pelabuhan Kuala permukiman, kebun dan dengan cara bertahap
Tanjung sebagai KEK ladang  Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan
Kuala Tanjung  Ancaman dari bencana  Pembebasan lahan sesuai masterplan yang
banjir, cuaca ekstrim dan sudah dibuat
abrasi, gempa bumi,  Penyiapan pembangunan fisik
kekeringan sebesar Pembangunan fisik secara bertahap
176,08 Ha  Pelaksanaan pembangunan fisik secara
bertahap
Kawasan Perkotaan  Merupakan lahan kelas I  Pembebasan lahan permukiman, kebun dan
Perupuk  Pembebasan lahan ladang dengan memperhatikan lingkungan
permukiman, kebun dan dengan cara bertahap
ladang  Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan
 Ancaman dari bencana  Menyusun Master Plan dan Rencana
banjir, cuaca ekstrim dan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan
abrasi, gempa bumi, Perupuk
kekeringan 10,08 Ha  Mempersiapkan prasara energi,
sumberdaya air, dan telekomunikasi yang
cukup
Pelabuhan Pangkalan  Merupakan lahan kelas I  Mempersiapkan bangunan pemecah
Dodek yang  Ancaman dari bencana gelombang yang ditempatkan diperairan
difungsikan sebagai banjir, cuaca ekstrim dan dan pesisir yang memiliki potensi
pelabuhan rakyat dan abrasi, gempa bumi, gelombang tinggi
pelabuhan perikanan kekeringan 2,40 Ha  Pentaan ruang zonasi kawasan pesisir
Sumber : Analisis, 2019
6.1.3 Alternatif Penyempurnaan KRP Pola Ruang
Alternatif penyempurnaan KRP pola ruang didasarkan dari permasalahan atau kendala yang
dihasilkan dari analisis KRP yang berpotensi berdampak dengan kondisi lingkungan hidup.
Beberapa alternatif dalam pola ruang berdasarkan karakteristik permasalahan dan KRP-nya
dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 6. 3 Alternatif Perbaikan KRP Pola Ruang


KRP & Lokasi Kajian KRP Terhadap LH Alternatif Penyempurnaan
Kawasan Rawan rawan abrasi sehingga  penanaman bakau sebagai salah satu alternatif
Bencana dikhawatirkan dapat solusi untuk menanggulangi abrasi
Banjir/Gelombang menimbulkan bencana yang  Membatasi kawasan pinggir pantai seluas
Pasang Sei Suka, berdampak pada kehidupan minimal 500 meter sebagai daerah yang bebas
Medang Deras masyarakat di kawasan dari aktivitas sosial ekonomi
pesisir.  Melakukan ketentuan sesuai mitigasi bencana
seperti peredam gelombang tinggi, vegetasi
pantau, penyediaan bangunan pelindung pantai
Penurunan Akan terjadi erosi  Penetapan lahan khusus pertanian
Pengembangan (terasering)  Peningkatan hasil produksi pertanian
kawasan pertanian  Pengembangan pertanian tanaman pangan
tanaman di Desa Sei difokuskan pada komoditi unggulan
Suka dan Medang
Deras

Kawasan industri  Pengelolaan limbah


pengolahan produk industri yaitu:: limbah
lokal dialokasikan di dibuang ke perairan atau  Mempersiapkan instalasi pengolahan limbah
Kawasan Kuala dipendam di dalam tanah  Mempersiapkan masterplan/RDTR dan RTBL
Tanjung yang masuk secara langsung tanpa Kawasan, studi kelayakan, kajian Amdal dan
wilayah Kecamatan melalui proses DED
Sei Suka. pengolahan

Kawasan industri  Pengelolaan limbah


Kuala Tanjung pada industri yaitu:: limbah
masa mendatang dibuang ke perairan atau
dipersiapkan sebagai dipendam di dalam tanah
Kawasan Ekonomi secara langsung tanpa  Mempersiapkan instalasi pengolahan limbah
Khusus (KEK). melalui proses  Mempersiapkan masterplan/RDTR dan RTBL
Pengembangan pengolahan Kawasan, studi kelayakan, kajian Amdal dan
kawasan tersebut DED
menyatu dengan
kegiatan industri
eksisting dan
pelabuhan
Kawasan permukiman  meningkatnya kebutuhan  Meningkatkan Kapasitas Daya serta
perkotaan Pangkalan air baku sebagai akibat Penambahan Jaringan air baku Baru seperti
Dodek, merupakan dari pertumbuhan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana
kawasan permukiman
penduduk yang semakin Sumber Daya Air dan Pengembangan Instalasi
pesisir dengan
kegiatan ekonomi tinggi yang tidak disertai Pengolahan Air Minum
berbasis perikanan dengan meningkatnya  Pengembangan TPA dengan teknologi yang
yang akan pasokan air baku dapat mereduksi timbulan sampah
KRP & Lokasi Kajian KRP Terhadap LH Alternatif Penyempurnaan
dikembangan kawasan sehingga tingkat layanan
permukiman air baku rendah
Pangkalan dodek  menurunnya cadangan air
seluas ±1.474,63
tanah
hektar
 Peningkatan timbulan
sampah dari rumah
tangga akibat
peningkatan penduduk
dan juga dari residu (pengomposan, PLTSa)
kegiatan produksi  Pengembangan sistem sanitasi rumah tangga
industri dan sanitasi berbasis masyarakat
 Tingkat layanan sampah
pada kawasan perkotaan,
masih banyak yang
belum terlayani
 Masih rendahnya
kemampuan sanitasi
mandiri masyarakat dapat
menurunkan kualitas
kesehatan lingkungan dan
badan air
Sumber : Analisis, 2019

6.1.4 Alternatif Penyempurnaan Keseluruhan KRP RTRW


Alternatif penyempurnaan KRP RTRW didasarkan dari perubahan daya dukung dan tampung
lingkungan hidup yang secara akumulatif terjadi perubahan sampai dengan tahun 2033
Perubahan tersebut didasarkan dengan melihat perubahan seluruh pola ruang dari tutupan
lahan eksisting dengan rencana pola ruang pada tahun 2033. Perubahan guna lahan eksisting
dengan rencana ini menjadi dasar dari perubahan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dan dengan ditambahkan pertimbangan bertambahnya jumlah penduduk pada masa yang
akan datang. Beberapa alternatif dalam keseluruhan rencana penggunaan lahan pada 2033
dan berdasarkan karakteristik permasalahannya dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 6. 4 Alternatif Perbaikan KRP RTRW

KRP & Lokasi Perubahan Daya Dukung Alternatif Penyempurnaan


Seluruh KRP berdampak Penurunan daya dukung  Daya dukung lahan terbangun memiliki
menimbulkan risiko kecenderungan menurun meski masih dalam
lingkungan hidup di kategori baik terutama pada kawasan
struktur ruang dan pola perkotaan Kuala Tanjung, Perupuk,
ruang Pangkalan Dodek
 Pembangunan permukiman vertikal pada
kecamatan tersebut perlu dikembangkan
KRP & Lokasi Perubahan Daya Dukung Alternatif Penyempurnaan
sebagai bagian efisiensi lahan terutama untuk
memenuhi kebutuhan permukiman di
kawasan industri.
 Menerapkan KDB yang rendah agar ruang
terbuka pada kawasan permukiman pedesaan
masih tersedia
 Meningkatkan intensitas bangunan pada
kawasan terbangun perkotaan terutama di
sepanjang jalan utama, meningkatkan
koefisien dasar hijau kawasan.
 Menurunnya luas Menurunnya daya dukung  Perlindungan kawasan pertanian yang dalam
pertanian lahan basah dan pangan KP2B
lahan kering  Penguatan dan pengembangan sistem irigasi
 Penurunan produksi padi untuk memastikan produksi pertanian yang
akibat luasan yang turun berkelanjutan
 Meningkatnya kebutuhan  Optimalisasi lahan pertanian tanaman
pangan karena pangan untuk meningkatkan produktivitas
pertambahan penduduk melalui penerapan teknologi ramah
lingkungan dan peningkatan indeks
penanaman
 Menurunnya lahan Daya dukung lindung  Memastikan bahwa tutupan lahan sesuai
pertanian dan perkebunan menurun dengan rencana pola ruang
untuk pemenuhan  Peningkatan rehabilitasi lahan pada kawasan
kebutuhan lahan hutan agar sesuai antara fungsi dan tutupan
terbangun lahannya.
 Meningkatkan tutupan lahan pada kawasan
perlindungan setempat yang telah ditetapkan
(sempadan sungai, pantai, embung dan
irigasi)
 Memastikan RTH perkotaan di kawasan
terbangun terwujud, termasuk meningkatkan
RTH pada kawasan industri dan
permukiman.
  Pembuatan waduk dan embung untuk
meningkatkan cadangan air dan
mengendalikan banjir.
 Memastikan bahwa rencana kawasan resapan
dalam RTRW memiliki fungsi yang
diharapkan melalui peningkatan tutupan
lahannya.
 Pembuatan sistem resapan dan penahan air
atau tampungan air hujan pada kawasan
terbangun untuk dimanfaatkan sebagai
sumber air permukaan dan meminimalisir air
limpasan.
KRP & Lokasi Perubahan Daya Dukung Alternatif Penyempurnaan
 Mengembangkan jaringan air bersih yang
bersumber dari air permukaan untuk
mengantisipasi perkembangan kawasan
industri dan permukiman serta
meminimalkan penggunaan air bawah tanah.
 Peningkatan kapasitas daya tampung air
sungai melalui normalisasi dan
pembangunan cek dam penahan sedimen
Sumber : Analisis, 2019

6.2 REKOMENDASI PENYEMPURNAAN KRP


Rekomendasi untuk pengambilan keputusan dalam penyempurnaan Muatan KRP Revisi
RTRW Kabupaten Batu Bara 2013-2033 didasarkan pada alternatif penyempurnaan KRP
yang telah disusun sebelumnya. Rekomendasi terdiri dari (1) kebijakan tata ruang yang
menyangkut tujuan dan strategi penataan ruang; (2) pengembangan struktur ruang yang
meliputi KRP rencana jaringan transportasi darat; (3) rekomendasi terkait dengan KRP Pola
Ruang yang meliputi rencana pengembangan kawasan hutan bakau, kawasan rawan bencana,
kawasan pertanian, kawasan industri dan kawasan permukiman

Tabel 6. 5 Pertimbangan Pemilihan Alternatif untuk Rekomendasi


Muatan KRP
Pertimbangan Prinsip Pemilihan Alternatif
Berpengaruh
A.Kebijakan Reaktivasi rel kereta api Reaktivasi rel kereta api merupakan bagian
Nasional yang dari program strategis nasional, prinsip
harus diamankan pemilihan alternatifnya :
 tidak dilakukan pemindahan lokasi karena
telah ada kesepakatan untuk dikembangkan
 meminimalkan dampak lingkungan yang
ditimbulkan dari segi kebisingan yang
mungkin ditimbulkan.
 meminimal dampak sosial dari masyarakat
terutama dari aspek kehilangan mata
pencaharian para petani dan kehilangan
tempat tinggal
 perlu adanya rekayasa teknis untuk
Muatan KRP
Pertimbangan Prinsip Pemilihan Alternatif
Berpengaruh
meminimalkan potensi kecelakaan pada
persimpangan jalan dengan rel kereta api
B.Situasi Sosial Pengembangan industri Kebutuhan pengembangan lahan industri
Politik menjadi kompetitor bagi sebagian besar menggunakan lahan
lahan dan tenaga kerja perkebunan dan pertanian. Prinsip pemilihan
sektor pertanian dan alternatif:
perkebunan  Mengarahkan jenis industri yang
berdekatan dengan kawasan pertanian dan
perkebunan pada industri pengolahan hasil
pertanian dan perkebunan sehingga terjadi
saling keterkaitan dan sinergi ekonomi
 Peningkatan keuntungan dari proses
produksi serta nilai tambah produk
pertanian dan perkebunan sehingga
meningkatkan ekonomi masyarakat
terutama petani dan tenaga kerjanya tidak
berpindah ke sektor industri.
 Perlu harmonisasi dengan penggunaan
lahan perkebunan yang dikelola oleh negara
 Pengembangan industri pada kawasan
pertanian dan perkebunan harus
memberikan manfaat ekonomi yang lebih
besar dibandingkan kegiatan ekonomi
sebelumnya
C.Kapasitas Perizinan tambang bahan Bahan galian dibutuhkan dalam mendukung
kelembagaan galian berada di provinsi pembangunan tetapi kegiatan penambangan
pemerintah dan rekomendasi ruangnya menimbulkan dampak lingkungan dan
dari kabupaten perubahan bentang lahan dan sering ditentang
masyarakat. Prinsip pemilihan alternatif:
 penetapan prioritas kawasan bahan galian
yang akan dimanfaatkan semaksimal
menghindari konflik sosial berdasarkan
tutupan lahan yang ada.
 kegiatan pemanfaatan bahan galian harus
memberikan manfaat yang lebih besar dari
dampak yang ditimbulkan
 pengawasan dan reklamasi kawasan bekas
tambang harus segera dilakukan dan
mengembalikan fungsi asal
 penertiban kegiatan pemanfaatan bahan
galian yang tidak berizin dan tidak
menerapkan prinsip-prinsip lingkungan.
D.Kapasitas dan Peningkatan kawasan Pengelolaan limbah selama ini masih dipahami
kesadaran permukiman dan industri diarahkan untuk kegiatan industri, sedangkan
masyarakat meningkatkan limbah baik pengelolaan limbah cair rumah tangga masih
yang dapat dikelola belum menjadi keharusan dan juga limbah
Muatan KRP
Pertimbangan Prinsip Pemilihan Alternatif
Berpengaruh
langsung maupun B3 yang padat (sampah) di kawasan pedesaan. Prinsip
mengancam daya dukung pemilihan alternatif:
lingkungan terutama air  Pengelolaan limbah rumah tangga didorong
sebagai percontohan pada kawasan
permukiman baru
 Pengelolaan persampahan pada kawasan
perkotaan harus mencapai 100% layanan
 Perlu adanya tempat pengelolaan limbah B3
minimal untuk pengumpulan sesuai dengan
jenis limbahnya. Untuk jumlah limbah yang
besar dapat terintegrasi pada kawasan
industri yang dibangun, sedangkan untuk
industri yang produksinya kecil dan rumah
sakit dapat dikembangkan pada kawasan
peruntukan industri yang ditentukan.
E. Kesadaran, Seluruh KRP Pembangunan berkelanjutan secara prinsip
ketaatan dan berkontribusi dan tidak adalah adanya keseimbangan ekonomi, sosial
keterlibatan bertentangan dengan isu dan lingkungan agar keberlanjutan dapat
dunia dunia dimana Indonesia tercapai di semua sektor kehidupan penting
berkomitmen menjadi manusia. Prinsip pemilihan alternatif:
bagian dari Tujuan  Berkontribusi pada tujuan pembangunan
Pembangunan berkelanjutan penting seperti kemiskinan,
Berkelanjutan (SDGs) dan kesehatan, menghilangkan kelaparan
Pengurangan emisi GRK melalui pertanian berkelanjutan,
(Protokol Kyoto dan Paris ketersediaan air, pertumbuhan ekonomi
Agreement) inklusif dan berkelanjutan, infrastruktur
yang tangguh, permukiman berkelanjutan,
mengatasi perubahan iklim, restorasi
ekosistem.
 Berkontribusi terhadap penurunan emisi
GRK melalui energi, industri, lahan
termasuk pertanian dan limbah
 Penempatan industri berdasarkan jenis
limbahnya agar memudahkan untuk
pengintegrasian pengelolaan limbah
F. Kondisi pasar Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan industri dibutuhkan
dan potensi Industri Banjarnegara untuk pengembangan ekonomi provinsi dan
investasi merupakan bagian dari nasional. Banjarnegara salah satu yang
target peningkatan didorong mewujudkan investasi melalui
investasi di Jawa Tengah kawasan industri. Prinsip pemilihan alternatif:
 Pengembangan industri dalam skala
kawasan dengan minimal luasan 50 hektar
yang dilengkapi dengan prasarana
pendukung seperti akses transportasi,
pengelolaan limbah dan ketersediaan air
baku.
Muatan KRP
Pertimbangan Prinsip Pemilihan Alternatif
Berpengaruh
 Kawasan industri harus dapat menyerap
tenaga kerja besar sehingga dapat
mengurangi pengangguran dan kemiskinan
 Mendorong industri untuk menerapkan
produksi bersih dan mengikuti standar yang
berlaku.
Sumber : Analisis, 2019

6.2.1 Rekomendasi Ke RTRW Kabupaten Banjarnegara 2011 - 2031


Berdasarkan pertimbangan dalam pemilihan alternatif untuk menjadi rekomendasi di atas
maka tidak seluruh alternatif dapat disusun menjadi rekomendasi. Pertimbangan utamanya
tidak hanya lingkungan tetapi juga harus memperhatikan keberlanjutan dari beberapa
kepentingan dan juga kondisi kapasitas masyarakat dan pemerintah saat ini. Rekomendasi
untuk memperkuat tujuan RTRW Kabupaten Banjarnegara adalah didasarkan pada hasil
pengkajian pengaruh KRP baik struktur ruang maupun pola ruang serta pertimbangan
pemilihan alternatif.
Tujuan penataan ruang Kabupaten Banjarnegara diarahkan untuk mewujudkan ruang
Kabupaten berbasis pertanian dan pariwisata yang unggul dalam sistem wilayah terpadu dan
berkelanjutan. Sektor pertanian, kehutanan dan perkebunan merupakan sektor yang berperan
besar dalam perekonomian masyarakat Banjanegara 30,21% dari PDRB) , disusul sektor
perdagangan (15,55% dari PDRB) dan sektor industri pengolahan (14,65 % dari PDRB). Jika
dilihat lebih rinci, sektor pertanian yang memberikan kontribusi besar adalah pertanian
hortikultura. Adapun sektor pariwisata yang dilihat dari penyediaan akomodasi dan makan
minum kontribusinya masih kecil bagi perekonomian Kabupaten Banjarnegara (1,99% dari
PDRB).
Dengan melihat dari potensi tersebut, sektor industri pengolahan menunjukkan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh Banjarnegara yang diikuti perdagangan besar dan eceran yang
mencapai 15,44% dari PDRB. Potensi perdagangan dan jasa memiliki peran penting dalam
mendorong industri, pariwisata dan pertanian secara luas dari pengelolaan hulu sampai hilir.
Ancaman dari aspek keberlanjutan ekonomi Kabupaten Banjarnegara adalah daya dukung air
yang rendah. Kondisi tersebut mendorong penggunaan air bawah tanah terutama untuk
kegiatan industri dan jika tidak dikelola secara berkelanjutan maka akan mengakibatkan
penurunan tanah (land subsidence). Perkiraan sampai dengan 2031 dengan kebutuhan air
untuk rumah tangga, industri dan pertanian maka meskipun memanfaatkan CAT
berkelanjutan diperkirakan Banjarnegara tetap akan mengalami defisit air. Peningkatan
kebutuhan pada masa yang akan datang disebabkan selain pertumbuhan penduduk adalah
peningkatan kegiatan industri sampai dengan 5 kali lipat dari kondisi yang ada sekarang ini.
Selain itu tuntunan produksi tanaman pangan akibat berkurangnya lahan adalah peningkatan
fasilitasi irigasi pengairan bagi lahan pertanian yang akan ditetapkan dalam KP2B.
Kondisi tata kelola air secara wilayah yang belum optimal menyebabkan munculnya problem
kekurangan air ini selain juga ancaman terhadap bencana banjir pada saat musim hujan dan
kekeringan pada musim kering. Pada masa yang akan datang perebutan air antara kebutuhan
pertanian, rumah tangga dan industri akan menjadi problem besar di Kabupaten Banjarnegara
jika tidak dikelola dengan baik.
Ancaman terhadap air juga terlampauinya daya tampung air akibat meningkatnya limbah
industri dan rumah tangga. Meskipun secara individu kegiatan industri telah memenuhi syarat
dalam pengelolaan limbahnya, tetapi kumulatif buangan ke badan air perlu diperhatikan
untuk memastikan daya dukung air tetap terjaga. Adanya waduk, bendungan dan embung di
Kabupaten Banjarnegara belum cukup mampu memenuhi kebutuhan air di Banjarnegara
sehingga perlu ditambah lagi rencana waduk dan embung untuk menjamin tata kelola air
yang lebih baik dalam penyediaan air permukaan dan pengendali banjir.
Ancaman eksternal berupa perubahan iklim yang diindikasikan dengan meningkatnya curah
hujan dan cuaca ekstrem serta pergeseran musim, akan meningkatnya ancaman bagi
keberlanjutan ekonomi Kabupaten Banjarnegara. Ancaman peningkatan cuaca ekstrem akan
mengganggu pasokan pangan dan energi.
Ancaman lainnya adalah ancaman terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Masih
rendahnya tingkat kepemilikan jamban keluarga dimana masih terdapat 63.458 rumah
(25,69%) rumah tidak layak huni tidak berjamban, dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan dan badan air sehingga dapat mengancam kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Selain itu, dengan kemampuan dinas kebersihan dan pertamanan yang melayani 88,25%
kawasan perkotaan dan masih adanya penumpukan sampah terutama di kawasan tepi sungai,
juga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan badan sungai. Dampaknya, upaya
peningkatan kegiatan pariwisata menjadi kurang optimal.
Oleh sebab itu maka keseimbangan antara kegiatan ekonomi dalam hal ini pertanian, industri,
perdagangan jasa dan pariwisata dan perbaikan kondisi sanitasi masyarakat harus menjadi
bagian terintegrasi dari tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten
Banjarnegara agar perwujudan pembangunan berkelanjutan dalam penataan ruang dapat
tercapai. Selain itu juga perlu mengedepankan wawasan lingkungan dalam kegiatannya serta
memperhatikan daya dukung dan tampung lingkungan perlu diintegrasikan dalam tujuan
penataan ruang agar setiap implementasi seluruh muatan KRP dalam RTRW memiliki prinsip
berkelanjutan.
Untuk memastikan aspek pembangunan berkelanjutan terwujud dalam penataan ruang
Banjarnegara maka beberapa hal yang perlu menjadi dasar rekomendasi ke RTRW
Kabupaten Banjarnegara 2011 - 2031 adalah:
1. Pengembangan industri perlu diarahkan pada kegiatan yang mendukung atau memiliki
keterkaitan dengan pariwisata, pertanian, kehutanan dan perikanan. Industri yang telah
berkembang selama ini dan memberikan kontribusi ekonomi bisa tetap diandalkan,
sedangkan industri baru yang dikembangkan harus secara selektif dipilih untuk
mendukung potensi ekonomi lokal yang ada dan bukan semata-mata hanya ketersediaan
tenaga kerja yang lebih murah dan lahan. Pengembangan industri yang inklusif perlu
diintegrasikan dalam tujuan penataan ruang yang artinya bahwa kriteria industri yang
dikembangkan harus dapat menurunkan kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan
kesejahteraan dan tidak merusak lingkungan. Selain itu industri inklusif juga harus
berbasis pada input produksi dari lokal.
2. Dalam perwujudannya industri yang inklusif maka beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan pada proses pengembangan adalah jenis kegiatan industri harus terkait
dengan potensi lokal, menyerap tenaga kerja lokal lebih besar dari tenaga dari luar, serta
dampak limbahnya wajib dikelola. Kondisi itu berlaku baik untuk industri besar,
menengah dan kecil. Dalam hal mendukung pelaksanaan industri yang ramah lingkungan
maka penyediaan fasilitas pada industri kecil dan menengah dapat difasilitasi oleh
pemerintah daerah. Selain itu perlu mendorong pengelolaan kawasan peruntukan industri
dalam bentuk kawasan industri yang selama ini telah banyak dikembangkan di Indonesia
yang memudahkan dalam pengelolaan limbahnya dan infrastruktur penting lainnya.
Sedangkan untuk industri kecil dan menengah perlu dibuat dalam bentuk cluster-cluster
industri untuk memudahkan pemerintah dalam memfasilitasi pengelolaan limbahnya.
3. Industri pada kawasan yang berdekatan dengan wilayah pertanian diarahkan pada industri
yang menggunakan bahan baku dari hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah
produk pertanian dan mengeliminasi persaingan industri dan pertanian menjadi sinergi
ekonomi. Oleh sebab itu dalam pengembangan kawasan industri dalam tata ruang perlu
diarahkan kawasan untuk agroindustri pada kawasan yang memiliki potensi ekonomi
pertanian dan industri.
4. Pertimbangan tata kelola air secara wilayah harus menjadi kebijakan penting untuk
mengantisipasi menurunnya daya dukung air dan meningkatnya ancaman bencana erosi
dan longsor. Strategi dalam tata kelola air ini dapat dalam bentuk infrastruktur seperti
waduk, embung, pengelolaan drainase serta kolam tampungan. Pilihannya disesuaikan
dengan karakteristik fisik alam setiap kawasan. Selain infrastruktur tata kelola air juga
dapat dilakukan melalui peningkatan kawasan resapan bukan hanya secara fungsinya
tetapi juga harus dipastikan bahwa tutupan lahannya sesuai dengan fungsi yang telah
ditetapkan seperti kawasan hutan, ruang terbuka hijau pada kawasan terbangun dan
kawasan perlindungan bawahnya.
5. Keberlanjutan tata kelola air penting untuk memastikan kegiatan pertanian, perikanan
industri dan jasa serta pariwisata yang menjadi basis ekonomi Banjarnegara agar dapat
menghasilkan produksi yang unggul dan berkelanjutan. Kegiatan ekonomi tidak hanya
membutuhkan air baku yang berkelanjutan tetapi juga terhindar dari ancaman bencana
erosi, longsor, dan ancaman vulkanik Dieng yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi
dan ancaman keberlanjutan.
6. Keberlanjutan tata kelola air termasuk di dalamnya adalah menjaga kualitas sumber air
baku dan daya tampung sungai yang dapat dimonitor dari kualitas sungai, penampungan
air termasuk waduk serta sumur yang menjadi sumber air baku. Hal utama yang perlu
dihindari adalah meningkatnya pencemaran baik dari limbah industri maupun limbah
domestik rumah tangga. Daya tampung sebagian besar badan air di Banjarnegara dalam
kondisi sedang dan dapat menjadi buruk pada masa yang akan datang. Beban pencemaran
akan terus meningkat akibat pertumbuhan industri dan pertanian serta meningkatnya
penduduk yang menghasilkan limbah.
7. Pertimbangan keberlanjutan pertanian tanaman pangan yang menjadi salah satu basis
ekonomi utama Kabupaten Banjarnegara. Ancaman keberlanjutan ekonomi ini selain
aspek lingkungan terutama keberlanjutan sumber air irigasi juga ancaman ekonomi yang
biasanya terjadi persaingan dengan industri. Persaingan bisa dalam perebutan lahan,
sumber daya alam dan sumber daya manusia atau tenaga kerja.
8. Perlunya pengembangan pusat pelayanan yang kompak dan tidak menyebar linier
mengikuti jalan untuk mengantisipasi degradasi lahan pada sepanjang koridor
penghubung antara pusat pelayanan dan penghubung perkotaan dan pedesaan. Salah satu
yang harus direncanakan adalah pengembangan permukiman vertikal pada kawasan
perkotaan dan membatasi perkembangan bangunan pada sepanjang jalan penghubung
antar pusat kegiatan.
Di samping isu utama di atas yang menjadi pertimbangan rekomendasi KLHS RTRW
Kabupaten Banjarnegara juga mempertimbangkan isu-isu lain yang penting seperti:
1. Sektor pariwisata Banjarnegara dengan potensi besar pada kawasan pegunungan dan
perbukitan diarahkan pada pariwisata alam yang ekologis dan memperhatikan daya
dukung dan daya tampung kawasan. Dengan demikian harus ada pembatasan
pemanfataan kawasan pegunungan dan perbukitan untuk mendukung kegiatan pariwisata
yang diikuti dengan rehabilitasi ekosistem hutan dan kawasan lereng gunung/bukit. Jika
pariwisata hanya didorong pada peningkatan pendapatan melalui pembangunan fasilitas
wisata seperti hotel dan kawasan terbangun lainnya maka pada akhirnya akan merusakan
potensi alam yang menjadi obyek wisata utama. Pada masa yang akan datang potensi
wisata akan hilang dan kegiatan pariwisata juga tidak akan berkembang. Oleh sebab itu
keberlanjutan ekonomi wisata harus direncanakan tanpa melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup.
2. Pengelolaan sumber daya mineral yang dimiliki oleh Kabupaten Banjarnegara berpotensi
untuk terjadi kegiatan penambangan liar yang tidak ramah lingkungan akibat kepentingan
ekonomi, oleh sebab itu proses perizinan dan pengawasan harus bekerja sama dengan
Provinsi Jawa Tengah sesuai kewenangan dan kapasitasnya perlu diperketat. Pengelolaan
sumber daya mineral harus diprioritaskan untuk kepentingan pembangunan daerah
maupun program strategis nasional yang berada di Kabupaten Banjarnegara dengan tetap
merencanakan pencadangan sumber daya mineral yang ada. Oleh sebab itu perlu adanya
strategi dan rencana yang lebih rinci terkait dengan pemanfataan dan prioritas
penggunaan sumber daya mineral Banjarnegara.
3. Perubahan lahan terutama pertanian untuk pembangunan infrastruktur penting seperti
jalan dan juga pengembangan permukiman serta adanya ancaman peningkatan kawasan
rawan banjir akibat perubahan lahan tersebut. Secara global peningkatan perubahan lahan
ini juga berkontribusi terhadap peningkatan GRK yang menyebabkan pemanasan global
akibat semakin berkurangnya cadangan karbon (carbon stock).
4. Ancaman terhadap jasa ekosistem perlindungan keanekaragaman hayati dan pengatur
iklim. Meskipun berdasarkan hasil analisis nilainya kecil tetapi perlindungan terhadap
keanekaragaman hayati menjadi perhatian karena adanya perubahan pada kawasan hutan
dan mangrove akibat rencana pembangunan. Perlindungan terhadap keanekaragaman
hayati merupakan salah satu prioritas dalam SDGs dan penting untuk keberlanjutan
lingkungan dan sumber daya alam. Pengembangan kawasan konservasi ini bisa
dimanfaatkan untuk pariwisata alam yang juga menjadi ekonomi pendukung di
Kabupaten Banjarnegara.
5. Peningkatan ancaman bencana banjir, intrusi air laut dan longsor akibat perubahan iklim
pada masa yang akan datang dapat meningkatkan status kerentanan wilayah terhadap
perubahan iklim dan juga dapat memperluas daerah rawan bencana.
Dalam rangka menjaga keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan yang
berkelanjutan maka rekomendasi Revisi RTRW Kabupaten Banjarnegara 2011 - 2031
meliputi hal berikut :

A. Tujuan Penataan Ruang


Tujuan penataan ruang Kabupaten Banjarnegara diarahkan untuk mewujudkan ruang
Kabupaten berbasis pertanian dan pariwisata yang unggul dalam sistem wilayah terpadu dan
berkelanjutan. Beberapa rekomendasi yang dapat ditambahkan dan menjadi pertimbangan
antara lain adalah:
1. Sektor perdagangan dan jasa sebagai ekonomi basis setelah pertanian harus dapat
memberikan kontribusi positif terhadap potensi Banjarnegara yaitu pariwisata, pertanian,
perkebunan dan kehutanan. Oleh sebab itu dalam tujuan tata ruang perlu ditambahkan
perdagangan dan jasa yang berkelanjutan. Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa sektor
perdagangan yang dikembangkan harus mampu menggerakkan perekonomian lokal,
menurunkan kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan kesejahteraan, memanfaatkan
potensi pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata.
2. Sektor industri sebagai ekonomi basis setelah perdagangan juga harus dapat
memberikan kontribusi positif terhadap potensi Banjarnegara. Oleh sebab itu dalam
tujuan tata ruang perlu ditambahkan industri yang inklusif dan berkelanjutan. Industri
yang dikembangkan juga harus mampu menurunkan kemiskinan dan pengangguran,
meningkatkan kesejahteraan, memanfaatkan potensi pertanian, perkebunan, kehutanan
dan pariwisata dengan pemanfaatan sumberdaya lokal serta menerapkan teknologi dan
proses industri bersih dan ramah lingkungan
3. Perlu mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam
tujuan penataan ruang sehingga perlu ditambahkan dalam penjelasan perwujudan
tujuannya bahwa tujuan penataan ruang berbasis pada daya dukung dan data tampung
lingkungan hidup untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan pada seluruh
tingkat pelayanan. Hal ini mengandung arti bahwa pada pengelolaan lingkungan di
tingkat kegiatan menjadi tanggung jawab masyarakat atau swasta yang melakukan
kegiatan usaha. Sedangkan pengelolaan skala kawasan dan kabupaten seperti pengelolaan
sistem tata kelola air melalui peningkatan resapan maupun tampungan air menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah.

B. Kebijakan dan Strategi


Rekomendasi ke dalam kebijakan dan strategi dalam Revisi RTRW Kabupaten Banjarnegara
2011 – 2031 meliputi kebijakan dan strategi dalam rencana struktur ruang dan pola ruang.
1. Penyediaan jaringan prasarana utama dan lainnya dilakukan dengan basis kebutuhan
kegiatan terutama untuk kawasan permukiman yang berbasis pada kebutuhan penduduk,
kawasan peruntukan industri yang berbasis jenis industri, kawasan pertanian tanaman
pangan yang berbasis pada kebutuhan irigasi dan kawasan pariwisata yang berbasis pada
jenis kegiatan wisata, potensi waktu dan kunjungan wisatawan.
2. Upaya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya air dilakukan melalui
pengembangan sumber air baku permukaan, pembuatan embung dan waduk serta
meningkatkan konservasi sumber daya air permukaan melalui konservasi daerah
tangkapan untuk mencegah sedimentasi dan pengendalian beban cemaran untuk
mencegah terlampauinya daya tampung badan air.
3. Ancaman penurunan produksi pertanian tanaman pangan yang mengancam daya dukung
pangan pada masa yang akan datang akibat alih fungsi lahan pertanian untuk lahan
terbangun baik industri maupun permukiman harus di atasi melalui penetapan Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) yang didukung dengan peningkatan
cakupan layanan dan ketersediaan sistem irigasi terutama pada lahan pertanian yang
saat ini masih berstatus sebagai lahan tadah hujan dan lahan kering serta penerapan
teknologi pertanian ramah lingkungan.
4. Peningkatan layanan pengelolaan sampah pada permukiman kawasan perkotaan,
perdesaan dan pariwisata melalui peningkatan kapasitas pengelolaan sampah dengan
pengembangan TPA untuk skala kabupaten dan TPST untuk skala kecamatan. Selain
itu juga perlu dilakukan upaya pengurangan sampah pada tingkat sumber melalui upaya
3R dengan penyediaan fasilitas dan sarana persampahan TPS 3R pada tingkat
kelurahan dan desa.
5. Penyediaan fasilitas dan sarana pengelolaan limbah B3 untuk limbah yang dihasilkan
dari industri, rumah sakit dan permukiman yang dapat diintegrasikan pada kawasan
peruntukan industri atau TPA sesuai dengan kewenangan dan peraturan perundang-
undangan.
6. Perlunya relokasi dan pembatasan kegiatan budidaya yang telah ada saat ini pada
kawasan yang diperuntukan sebagai kawasan lindung. Peningkatan daya dukung lindung
dilakukan melalui mewujudkan tutupan lahan yang sesuai dengan fungsi kawasan lindung
yang ditetapkan.
7. Perlu ditingkatkan daya dukung fungsi lindung melalui peningkatan kawasan lindung
yang belum direncanakan seperti RTH pada kawasan sempadan jalan, sempadan TPA,
RTH permukiman dan kawasan peruntukan industri yang berfungsi mereduksi
pencemaran udara dan sebagai penahan air.
8. Strategi untuk mewujudkan daya dukung fungsi lindung, peningkatan cadangan
karbon, resapan air dan peningkatan keanekaragaman hayati maka dengan tetap
mendapatkan manfaat ekonomi dari lahan adalah dengan mengembangkan kegiatan
budidaya yang memiliki fungsi lingkungan dan ekonomi yang tinggi melalui
penerapan agroforestry (wanatani) pada kawasan pertanian lahan kering dan
pengembangan wisata alam pada kawasan lindung terutama di kawasan hutan.
9. Sesuai dengan daya dukung lahan maka pengembangan bangunan pada kawasan
bencana dilakukan melalui kajian teknis untuk mendapatkan teknologi yang tepat
dalam rangka menghindari kerugian (mitigasi) akibat bencana yang terjadi.
10. Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan secara efisien dan kompak melalui
bangunan vertikal dan koefisien dasar hijau yang tinggi sesuai dengan daya dukung
lingkungan hidup pada kawasan perkotaan.
11. Kawasan permukiman perkotaan yang baru dikembangkan oleh pengembang
diwajibkan menyediakan sistem pengolah limbah cair rumah tangga dan pengolah
sampah 3R agar beban cemaran ke badan air dapat dikontrol untuk tidak melampaui
daya tampungnya.
12. Ekonomi yang berkelanjutan perlu diciptakan melalui sinergi antar sektor ekonomi
terutama antara pertanian, kehutanan, perkebunan, pariwisata, perdagangan dan
jasa, serta industri. Strategi yang dapat dikembangkan adalah mengalokasikan
pengembangan industri yang berbasis pada bahan baku lokal pada kawasan industri
yang dekat dengan kawasan pertanian, perkebunan dan kehutanan.
13. Strategi pengembangan kawasan industri yang mempertimbangkan efektivitas
ruang perlu ada pengaturan jenis kegiatan industri pada masing-masing kawasan
peruntukan maupun kawasan industri dengan pendekatan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup. Hal ini untuk memastikan bahwa ketersediaan lahan yang
aman, sumber air baku sebagai bagian daya dukung yang memadai dan kemampuan
badan air menerima beban cemar yang merupakan bagian daya tampung lingkungan
hidup.
14. Strategi pengembangan kawasan industri juga harus dipastikan seluruh limbah yang
dihasilkan harus diolah sesuai baku mutu. Industri besar dan menengah wajib
menyediakan sarana prasarana pengolah limbah sesuai peraturan sedangkan untuk
industri kecil dapat difasilitasi pemerintah dengan pembangunan sarana dan prasarana
pengolah limbah.
15. Strategi pertambangan mineral harus sesuai dengan daya dukung lingkungan, dan
berada di luar kawasan lindung, pertanian pangan berkelanjutan, permukiman dan
kawasan yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan risiko bencana. Pemanfaatan
bahan galian ditunjukkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan
pembangunan di wilayah Banjarnegara serta dilakukan melalui kajian kelayakan
menurut kewenangan dan peraturan yang berlaku.

C. Pengembangan Struktur Ruang


Rekomendasi KLHS untuk penyempurnaan KRP struktur ruang meliputi:
1. Pengembangan jaringan air bersih dan prasarana utama lainnya tidak hanya diarahkan
untuk pemenuhan penduduk yang berbasis kegiatan permukiman tetapi juga harus
direncanakan pada kawasan peruntukan industri yang berbasis jenis industri yang
dikembangkan terutama untuk pemenuhan air bersih.
2. Peningkatan daya dukung air permukaan yang terlampaui perlu diantisipasi melalui
pembuatan waduk dan embung pada lokasi-lokasi yang memiliki potensi dan memenuhi
kriteria teknis.
3. Penanganan sedimentasi pada badan air perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas air baku serta pengendali banjir, tidak hanya melalui normalisasi saluran tetapi
juga pembangunan cek dam pada daerah hulu serta sepanjang badan air yang berpotensi
terjadi sedimentasi. Selain penanganan rekayasa teknis perlu juga diterapkan rekayasa
vegetasi untuk menghambat laju sedimentasi pada waduk dan badan air.
4. Perlunya pengaturan sistem drainase yang terintegrasi dari skala kegiatan, kawasan,
kabupaten dan regional untuk mengantisipasi meningkatnya limpasan air yang
disebabkan dari peningkatan lahan terbangun baik untuk jalan, pelabuhan dan
infrastruktur penting lain.
5. Pengaturan drainase pada skala kegiatan juga diikuti dengan kegiatan penghijauan dengan
tanaman keras dengan memperhatikan skenario terburuk dari ancaman pada masa yang
akan datang terutama pada struktur ruang yang berada di kawasan lereng serta rawan
erosi dan longsor.
6. Pengelolaan sampah dilakukan dari sumber sampai ke hilir melalui upaya penerapan 3R
dengan fasilitas TPS 3R, pada tingkat kecamatan atau lebih luas melalui fasilitas TPST
dan pada tingkat kabupaten melalui TPA yang menerapkan teknologi pengurangan
sampah seperti pengomposan, pemanfataan kembali dan untuk energi (waste to energy)
sesuai karakteristik sampahnya, selain penggunaan sanitary landfill.
7. Potensi meningkatnya limbah B3 industri, rumah sakit dan permukiman membutuhkan
ruang dan fasilitas pengelolaan limbah B3 yang terintegrasi dengan kawasan peruntukan
industri dan TPA yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Pengelolaan limbah cair baik on site maupun off site harus dilakukan pada kegiatan-
kegiatan yang secara kumulatif menghasilkan limbah yang besar seperti industri,
perdagangan jasa termasuk kegiatan pendukung pariwisata, permukiman dan rumah sakit.
9. Potensi peningkatan intensitas bencana terkait dengan perubahan iklim maka pada
penentuan jalur evakuasi harus dilengkapi dengan petunjuk yang jelas serta lokasi tempat
evakuasi yang menjadi tempat berkumpul yang layak dan memadai bagi masyarakat yang
terkena dampak.
10. Perlunya dibuat RTH atau jalur hijau pada seluruh sempadan rencana struktur ruang
dengan luasan minimal untuk mengganti hilangnya tutupan lahan berhutan akibat
pembangunan dengan tetap mengutamakan faktor keselamatan dan kinerja bagi prasarana
yang dilindungi.
11. Rekomendasi teknis dari pertimbangan daya dukung dan daya tampung lahan pada
pembangunan struktur ruang baik jalan, pelabuhan dan bendungan perlu ditindaklanjuti
pada tingkat proyek sebagai rambu-rambu untuk meningkatkan fungsi ekosistem dan
mitigasi dampak dan risiko lingkungan hidup.
12. Emisi GRK akibat dari perubahan tutupan lahan terutama pembukaan lahan berhutan
untuk kegiatan infrastruktur perlu dilakukan mitigasi melalui penyediaan pengembangan
RTH di sempadan jalan dan kawasan terbangun lainnya. Rekomendasi pada indikasi
program dapat dilakukan melalui penambahan kawasan perlindungan setempat atau pada
jaringan sistem transportasi darat sebagai prasyarat dalam peningkatan atau pembangunan
jalan dengan tetap mempertahankan fungsi keamanannya.
13. Dengan penurunan daya dukung pangan beras sebagai akibat penurunan luas pertanian
lahan basah yang terkena pembangunan infrastruktur perlu adanya upaya mitigasi untuk
mempertahankan produksi sesuai dengan strategi ketahanan pangan daerah dan nasional:
a. Penggantian lahan yang digunakan dan mengganti biaya infrastruktur jaringan irigasi
yang terkena untuk dibangun kembali pada pembukaan lahan sawah irigasi baru.
Peningkatan sawah irigasi dialokasikan pada ruang lahan pertanian lahan kering yang
memiliki potensi sumber daya air (sesuai arahan lokasi). Untuk mendukung sistem ini
akan diintegrasikan dalam rencana pengembangan embung dan waduk sesuai arahan
tata ruang.
b. Peningkatan produktivitas lahan pertanian tanaman pangan melalui pengembangan
teknologi budidaya pertanian yang ramah lingkungan dan peningkatan indeks
penanaman minimal 2.
14. Pemenuhan kebutuhan sumber daya mineral untuk pembangunan infrastruktur di
Kabupaten Banjarnegara perlu memetakan kembali potensi yang ada terutama untuk
tanah urug dan sirtu, serta bekerja sama dengan daerah di sekitarnya yang memiliki
potensi bahan galian penting.
15. Pengembangan sistem sanitasi untuk mendukung keberlanjutan kesehatan lingkungan dan
keberlanjutan badan air dengan sistem sanitasi berbasis masyarakat yang juga layak
wisata terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi wisata.

D. Pengembangan Pola Ruang

1. Kawasan Peruntukan Industri


a. Industri besar dan menengah didorong dalam suatu kawasan yang dikelola oleh
manajemen (estate management) secara profesional. Dalam kawasan telah disediakan
infrastruktur untuk mendukung perindustrian yang penting seperti air bersih, listrik, jalan,
pengolahan air limbah dan infrastruktur lainnya. Hal ini akan mengefisienkan investasi
infrastruktur dan memudahkan dalam pengawasan dampak lingkungan hidup yang
ditimbulkan dan menghindari konflik dengan masyarakat.
b. Penyediaan prasarana infrastruktur penting untuk mendukung kegiatan industri harus
direncanakan dan disiapkan sebelum berkembangnya kawasan peruntukan industri
tersebut untuk menghindari pemanfataan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan.
c. Industri besar dan menengah yang akan dikembangkan di Kabupaten Banjarnegara harus
menjadi kegiatan ekonomi yang sinergis dengan sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanan yang selama ini menjadi basis ekonomi Banjarnegara. Industri harus dapat
menciptakan nilai tambah terhadap hasil lokal maka pengembangan industri diarahkan
untuk mengembangkan potensi tersebut melalui agroindustri. Industri yang memanfaatkan
hasil pertanian ini akan menciptakan keberlanjutan dan mendorong pelestarian lahan
pertanian sebagai lahan produksi dan menghindari persaingan ekonomi dan tenaga kerja
dengan sektor pertanian.
d. Kawasan industri perlu diatur menyediakan ruang terbuka hijau sebagai lahan untuk
meningkatkan cadangan karbon (carbon stock) dan bagian dari upaya mitigasi akibat
perubahan lahan yang menimbulkan emisi GRK serta pencemaran udara. RTH atau
kawasan hijau yang dibutuhkan secara total pada rencana kawasan industri adalah 101
hektar (30% dari rencana kawasan peruntukan industri) dengan tanaman tegakan sedang
kerapatan tinggi atau 135 hektar (40% dari rencana kawasan peruntukan industri) dengan
tanaman tegakan sedang dan kerapatan yang sedang. Selain itu RTH dapat dijadikan
sebagai media perlindungan keanekaragaman hayati sesuai potensi flora dan fauna yang
ada di sekitarnya.
e. Kawasan peruntukan industri selain mengelola limbah cairnya juga harus menyediakan
tempat pengolahan limbah B3 yang dapat menampung limbah dari kegiatan industri di
kawasan tersebut serta dari rumah sakit dan rumah tangga.
f. Industri kecil yang berpotensi menimbulkan dampak atau pencemaran terhadap
lingkungan hidup perlu dijauhkan lokasinya dari kawasan permukiman dan didorong
dalam bentuk klaster untuk efisiensi pengelolaan lingkungan. Pemerintah perlu
memfasilitasi pengembangan sarana prasarana pengolah limbah pada industri kecil.
g. Perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi kegiatan industri berdasarkan jenis kegiatan
industri terutama untuk mengidentifikasi potensi pencemaran dari kegiatan industri
(indikasi program perwujudan kawasan peruntukan industri). Hal ini penting untuk
mengalokasikan ruang kegiatan industri sesuai dengan potensi pencemarannya, dan
mendorong pemusatan kegiatan industri untuk pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

2. Kawasan Peruntukan Permukiman


a. Peningkatan perubahan lahan yang disebabkan oleh pembangunan permukiman harus
dilakukan upaya mitigasi melalui peningkatan koefisien dasar hijau terutama pada
kawasan perkotaan. Selain itu juga pembangunan perumahan yang kompak dan vertikal di
kawasan perkotaan agar dapat mempertahankan daya dukung lingkungan hidup di
kawasan perkotaan.
b. Kawasan peruntukan permukiman yang berada pada kawasan hutan, perkebunan teh dan
sawah yang telah ada perlu dibatasi dan direlokasi bertahap jika memungkinkan.
Sedangkan rencana pengembangan pada kawasan tersebut perlu dihindari dengan
perubahan rencana pola ruang untuk melindungi masing-masing kepentingan dan
kerusakan lingkungan.
c. Permukiman yang berada pada kawasan dengan fungsi lindung dan rawan bencana harus
dibatasi perkembangannya, sehingga jika masih dalam tingkat rencana sebaiknya dihindari
tetapi jika secara eksisting telah ada maka perlu ada pembatasan dan inventarisasi.
Pembatasan pada kawasan rawan bencana diprioritaskan pada yang memiliki potensi erosi
dan longsor tinggi untuk menghindari korban jiwa dan kerugian.
d. Bangunan pada kawasan lindung dan rawan bencana diizinkan terbatas bagi bangunan
yang berfungsi untuk mendukung pelaksanaan konservasi kawasan lindung dan
pengelolaan bencana.
e. Pengembangan permukiman pada kawasan pedesaan dihindari pada lahan pertanian yang
memiliki sistem irigasi, sehingga perlu diarahkan pada kawasan pertanian lahan kering
atau kebun campur dengan koefisien dasar hijau yang tinggi.
f. Kawasan peruntukan permukiman terutama perkotaan harus mulai dikembangkan sistem
pengelolaan limbah domestik dan pengelolaan persampahan yang baik. Hal ini untuk
meningkatkan daya tampung sungai Kabupaten Banjarnegara yang sudah dalam kondisi
buruk terutama akibat kontribusi kumulatif dari limbah domestik rumah tangga dan
industri.
g. IMB yang dikeluarkan diarahkan untuk diterapkan di seluruh wilayah (tidak hanya
perkotaan) termasuk perdesaan selain untuk melindungi KP2B juga untuk pengendalian
tata ruang. Integrasi dalam indikasi program pada perwujudan kawasan permukiman
dalam bentuk pengendalian pengembangan permukiman melalui perizinan tidak hanya
pada kawasan perkotaan tetapi juga pada kawasan pedesaan yang memiliki potensi besar
terhadap penggunaan lahan pertanian dan kawasan hutan.

3. Kawasan Peruntukan Pertambangan


a. Kabupaten Banjarnegara memiliki potensi pertambangan mineral yang penting untuk
mendukung pembangunan. Pengelolaan kawasan pertambangan penting di Banjarnegara
merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya alam untuk diatur dan dikelola sesuai
dengan daya dukung lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam terutama mineral
ditujukan untuk mendukung pembangunan prioritas yang dibutuhkan untuk mendukung
kemajuan Kabupaten Banjarnegara. Pengelolaan pertambangan harus menyusun rencana
potensi, pemanfaatan dan pencadangan sumber daya mineral untuk pembangunan.
Orientasinya bukan peningkatan ekonomi secara langsung tetapi sebagai bahan pendukung
proses pembangunan terutama akan adanya kebutuhan pembangunan infrastruktur dan
energi di Kabupaten Banjarnegara.
b. Pemanfaatan pertambangan mineral diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan
pembangunan infrastruktur penting di wilayah Kabupaten Banjarnegara baik yang
memiliki fungsi lokal, tingkat provinsi maupun nasional. Pemanfaatannya juga harus
dilakukan dengan menghindari terjadinya konflik penataan ruang terutama pada kawasan
permukiman dan sawah dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan tingkat kewenangan pengelolaan yang berlaku.
c. Kebutuhan bahan tambang mineral untuk pembangunan infrastruktur di Kabupaten
Banjarnegara berdasarkan kebutuhan dan potensinya hanya sirtu yang dapat tercukupi oleh
potensi yang ada di Banjarnegara. Sedangkan untuk tanah urug dan pasir perlu untuk
dikaji kembali potensi untuk meningkatkan cadangan terbukti selain itu juga dapat
dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan wilayah sekitar untuk mendapatkan
sumber daya mineral yang dibutuhkan.
d. Perlu disusun aturan untuk pengaturan pemanfaatan tambang mineral dan alokasi
ruangnya. Salah satu kriteria pemanfaatan tambang mineral hanya bisa dilakukan di luar
kawasan pertanian lahan basah, permukiman, hutan dan kawasan lindung. Arahan ini
berguna untuk mengalokasikan ruang pertambangan sesuai potensi yang telah dipetakan
baik oleh provinsi maupun kabupaten kota. Rekomendasi sebaran bahan tambang yang
berpotensi untuk dimanfaatkan adalah menggunakan kriteria untuk menghindari konflik
pemanfaatan ruangnya.
e. Penanganan kegiatan Pertambangan Tanpa Izin dapat dilakukan langsung oleh masyarakat
dan Pemkab Banjarnegara bekerja sama dengan ESDM Provinsi Jawa Tengah sebagai
pemilik kewenangan pengelolaan tambang.
f. Perizinan pengelolaan pertambangan mineral sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan menjadi kewenangan pemerintah provinsi sedangkan pemerintah kabupaten
memberikan rekomendasi terutama terkait dengan kesesuaian ruangnya. Oleh sebab itu
pengawasan kegiatan pertambangan dan penanganan lahan setelah kegiatan tambang
selesai harus dilaksanakan bekerja sama dengan Provinsi Jawa Tengah.
g. Pemberian rekomendasi usaha pertambangan perlu didasarkan pada kajian trade-off untuk
membandingkan nilai biaya dan manfaat dibandingkan dengan nilai risiko dan manfaat
dengan mempertimbangkan aspek-aspek secara riil. Hal ini penting dalam memberikan
penilaian pada dampak pada masa yang akan datang dan juga membandingkan dengan
kondisi eksisting apakah dapat membuat perubahan lebih baik atau justru lebih buruk.
Arahan ini telah dijelaskan dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Pedoman RTRWN.

6.2.2 Kesimpulan Rekomendasi Revisi RTRW Kabupaten Banjarnegara 2011-2031


Dilihat dari komposisi rencana pola ruang dalam RTRW Kabupaten Banjarnegara,
berdasarkan luasan yang telah dipetakan, komposisi alokasi ruang sampai dengan tahun 2031,
berdasarkan kondisi di atas dan penjelasan dalam KRP terkait dengan pola ruang, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Menurunnya daya dukung bangunan dari 6,50 pada 2017 menjadi 5,36 pada 2031 akibat
peningkatan lahan bangunan dan pembangunan infrastruktur perlu meminimalisir melalui
pembangunan kawasan terbangun di kawasan perkotaan yang kompak dan vertikal. Hal
ini penting untuk efisiensi lahan, sehingga ruang terbuka baik hijau maupun non hijau
tetap tersedia dalam skala kawasan maupun wilayah. Selain itu juga untuk pencadangan
lahan terbangun pada masa yang akan datang setelah 2031. Meskipun penurunan daya
dukung bangunan masih dalam kategori baik pada tahun 2031 tetapi upaya mitigasi tetap
perlu dilakukan terutama pada Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara, Madukara, Wanadadi,
Pagedongan, Bawang, Rakit, Purwanegara, Mandiraja, Purwareja Klampok, dan Susukan
yang menunjukkan peningkatan pesat kawasan terbangun pada masa yang akan datang.
Khusus untuk Kecamatan Batur, Wanayasa, Pejawaran perlu dilakukan pengurangan
rencana terbangun baik untuk kegiatan permukiman maupun pariwisata agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan secara keseluruhan.
2. Daya dukung lindung turun dari 0,38 pada 2017 menjadi 0,36 pada 2031 dalam kondisi
rendah. Penurunan ini karena penurunan kawasan yang berfungsi lindung pada rencana
pola ruang terutama untuk kawasan sawah dan perkebunan. Untuk memastikan bahwa
daya dukung lindung dapat naik maka perlu memastikan bahwa tutupan lahan yang ada
sesuai dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dan peningkatan pengembangan RTH
secara ketat pada kawasan yang dikembangkan. Perhitungan pada tahun 2017 didasarkan
pada tutupan lahan sedangkan perhitungan 2031 didasarkan pada arahan atau fungsi
kawasan yang ditetapkan. Fungsi ruang hutan baik lindung terutama sempadan sungai,
perkebunan dan hutan perlu diwujudkan dalam bentuk tutupan lahan yang rapat agar
peningkatan daya dukung lindung ini dapat tercapai pada tingkat implementasi.
3. Daya dukung pangan dilihat dari neraca sumber pangan pokok yaitu beras, maka sampai
dengan tahun rencana yaitu 2031 Kabupaten Banjarnegara mengalami penurunan
kemampuan penyediaan beras. Dibandingkan dengan daya dukung pangan saat ini, daya
dukung pangan ini turun sebesar 0,13 dari nilai 1,10 di tahun 2017. Penurunan tersebut
dipicu oleh menurunnya lahan pertanian dan meningkatnya kebutuhan pangan akibat
pertambahan penduduk. Untuk meningkatkan daya dukung pangan maka penguatan dan
pengembangan sistem irigasi terutama untuk meningkatkan lahan pertanian tadah hujan
dan lahan kering serta perlu untuk mempertahankan lahan pertanian irigasi. Selain itu
juga perlu dilakukan optimalisasi lahan pertanian terutama tanaman pangan untuk
meningkatkan produktivitasnya melalui pengembangan teknologi budidaya yang ramah
lingkungan dan terintegrasi serta peningkatan indeks penanaman tahunan.
4. Daya dukung air turun dari 0,04 menjadi 0,02 akibat meningkatnya kebutuhan air untuk
industri dan jumlah penduduk yang terus meningkat. Daya dukung air dalam kondisi
buruk atau terlampaui karena nilainya kurang dari atau sama dengan 1. Upaya yang bisa
dilakukan adalah dengan meningkatkan sumber daya air permukaan melalui peningkatan
resapan dan pembuatan waduk atau embung terutama di wilayah yang memiliki potensi
dan sesuai dengan kriteria teknis serta membangun kolam tampungan pada kawasan
terbangun. Hasil penampungan air tersebut harus dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
permukaan untuk memenuhi kekurangan air baku.
5. Komposisi lahan yang direncanakan yaitu terbangun 9,19%, kawasan terbuka hijau 56,14
%, dan badan air Komposisi lahan tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Banjarnegara
telah mempertimbangkan aspek konservasi secara keseluruhan, meskipun secara
distribusi tidak sama semuanya. Keberadaan daerah Dataran Tinggi Dieng dengan lahan
konservasi yang tinggi serta pengelolaan hutan, maka secara keseluruhan komposisi
tutupan lahan relatif seimbang antara terbangun dan tutupan hutan. Secara keseluruhan
harus dapat dipastikan bahwa tutupan lahan yang ada harus sesuai atau melebihi rencana
pola ruang yang telah ditentukan dengan optimalisasi pengembangan RTH agar
perwujudan tutupan lahan hijau atau hutan dapat sesuai dengan kebutuhan wilayah.

Contents
6.1 ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP......................................................................1
6.1.1 Alternatif Penyempurnaan Kebijakan RTRW..........................................................2
6.1.2 Alternatif Penyempurnaan KRP Struktur Ruang....................................................3
6.1.3 Alternatif Penyempurnaan KRP Pola Ruang............................................................4
6.1.4 Alternatif Penyempurnaan Keseluruhan KRP RTRW.............................................5
6.2 REKOMENDASI PENYEMPURNAAN KRP..................................................................7

Anda mungkin juga menyukai