Anda di halaman 1dari 91

maret

2 019
ekspose PENDAHULUAN

Pengendalian Pemanfaatan Ruang dalam Rangka


Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi

Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenranae

DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL
1
Src img: fadhilplano07.blogspot.com
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dalam Rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi

Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenranae

OUTLINE
materi
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang, Tujuan & Sasaran, Lingkup & Tahapan Kegiatan, Keluaran

2 TINJAUAN KEBIJAKAN & TEORI


Kebijakan Tata Ruang, Kebijakan Pembangunan, Kebijakan Sektoral, Tinjauan Teori

3 GAMBARAN UMUM KAWASAN PENGENDALIAN


Profil WS Walanae-Cenranae, Profil DAS Walane, Profil Danau Tempe dan Kawasan Sekitarnya

4 METODOLOGI DAN RENCANA KERJA


Kerangka Pikir, Time Line Pelaksanaan, Input-Proses-Output, Teknik & Metode Analisis,
Kebutuhan Data
5 GAGASAN AWAL
Isu Strategis, Konsep Penetapan SDEW Prioritas, Konsep Penetapan Kaw.
Prioritas, Konsep Penataan Kaw. Prioritas
2
1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan & Sasaran
C. Lingkup & Tahapan Kegiatan
D. Keluaran

Pengendalian Pemanfaatan Ruang


dalam Rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi Src img: beritagar.id-Hariandi Hafid

3
Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenrenae
A. LATAR BELAKANG

Pencemaran Sungai-
Tingkat Alih Fungsi Lahan
Banjir Limbah Pertanian dan
Sedimentasi Tinggi industri rumah tangga
pada Kawasan Hulu

Degradasi
Lingkungan dan
Ekosistem

Amanat Tugas dan Fungsi


UU 26/2007 tentang Direktorat Pengendalian
Penataan Ruang Pemanfaatan Ruang
PP No 15/2010 tentang DANAU TEMPE Kementerian ATR/BPN
Penyelenggaraan SEMAKIN KRITIS
Penataan Ruang

Belum Operasionalnya Instrumen


Pengendalian dalam Rangka
Perlindungan Fungsi Danau Tempe, DAS
Walane pada WS Walane-Cenrane

DIBUTUHKAN INSTRUMEN PENGENDALIAN PEMANFAATAN


PERATURAN ZONASI, PERIZINAN, INSENTIF DAN DISINSENTIF, SERTA SANKSI 4
B. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

MAKSUD SASARAN
Mewujudkan tertib tata ruang a. Tersusunnya instrument pengendalian
dalam rangka perlindungan dan pemanfaatan ruang skala mikro dengan
optimalisasi fungsi Danau Tempe ketelitian minimal 1:5000 di Kawasan Sekitar
di DAS Walane pada WS Walanae-Menranae
Danau Tempe
• Peraturan Zonasi : Zoning Text & Zoning MAP
TUJUAN • Perizinan (bentuk, kriteria dan tata cara)
Menyusun instrument lengkap • Insentif dan disinsentif (bentuk, kriteria dan tata cara)
pengendalian pemanfaatan ruang • Pengenaan Sanksi
kawasan dalam rangka perlindungan dan b. Tersusunnya materi teknis dan rancangan
optimalisasi fungsi Danau Tempe di DAS peraturan daerah Kabupaten/Kota tentang
Walane pada WS Walanae-Cenranae instrumen lengkap pengendalian
pemanfaatan ruang
c. Tersusunnya naskah akademis yang dibuat
untuk setiap rancangan peraturan daerah
d. Tersusunnya kajian KLHS, untuk setiap
rancangan peraturan daerah yang telah
divalidasi
e. Tersusunnya album peta dengan ukuran A1
yang telah diverifikasi
f. Visualisasi dan Simulasi 3D lokasi potensial
pariwisata pada kawasan sekitar Danau
5
C. LINGKUP PEKERJAAN

A. TAHAP PERSIAPAN B. TAHAP PELAKSANAAN


a. Melakukan persiapan mobilisasi tenaga ahli a. FGD Daerah 1 : penyepakatan SDEW Prioritas
b. Menyusun rencana kerja dan menyiapkan dan delineasi kaw. IDAP
skenario penyusunan instrumen lengkap b. survei lapangan pertama (14 hari)
pengendalian c. penyusunan kajian instrumen pengendalian
c. Melakukan survei pendahuluan pemanfaatan ruang skala meso
d. Identifikasi isu dan permasalahan d. penyusunan IDAP dan instrumen lengkap
e. Melakukan assessment yang menggambarkan e. FGD Pusat 1 : penjaringan masukan untuk
kebutuhan peraturan zonasi, perizinan, insentif & konsep awal IDAP Instrumen lengkap dan KLHS
disinsentif, dan pengenaan sanksi f. FGD Daerah 2 : Penyepakatan muatan IDAP,
f. Indentifikasi dan pemetaan sumber penyebab INSDAL, dan KLHS
kerusakan WS Walanae-Cenranae hulu – hilir g. Survei lapangan kedua (14 hari)
g. Menyiapkan perangkat survei h. FGD Pusat 2 : penjaringan masukan terkait
h. Melakukan kajian RTR pengendalian pemanfaatan ruang
i. Melakukan studi leteratur terhadap kebijakan i. FGD Pusat 3 : asistensi peta
dan peraturan perudang-undangan j. FGD Daerah 3 : Konsultasi publik
j. Melakukan identifikasi SDEW prioritas pada k. FGD Pusat 4 : asistensi peta
WS Walanae-Cenranae l. FGD Daerah 4 : pembahasan validasi KLHS
m. Visualisasi dan simulasi 3D
n. Workshop (didaerah)

6
C. LOKASI KEGIATAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN

KOTA PARE-PARE

Danau Tempe terletak di Kabupaten


Wajo, Soppeng dan Sidrap, Provinsi
KOTA MAKASSAR
Sulawesi Selatan.
Sumber : BBWS Pompengan Jeneberang

7
D. KELUARAN

a. Kajian instrumen pengendalian pemanfaatan ruang WS


Walanae-Cenranae
b. Materi teknis dan rancangan peraturan daerah tentang INSDAL
Kawasan Sekitar Danau Tempe
c. Naskah Akademis untuk setiap rancangan peraturan daerah
d. Kajian KLHS
e. Album Peta ukuran A1 telah diverifikasi
f. Visualisasi dan simulasi 3D

8
D. KELUARAN

KAJIAN INSTRUMEN MATERI TEKNIS;


VISUALISASI
PENGENDALIAN RANCANGAN PERATURAN ALBUM KAJIAN
DAN
PEMANFAATAN RUANG WS DAERAH & NASKAH PETA A1 KLHS
SIMULASI 3D
WALANE-CENRANAE AKADEMIS INSDAL

Analisis Muatan INSDAL:


Arahan Peraturan Zonasi
Peraturan
Perizinan
Zonasi (APZ):
Skala DAS Insentif dan Disinsentif
Mozaik Pengenaan Sanksi
Rencana Pola
Ruang
Kab/Kota
Skala WS Mozaik Arahan Rencana Kawasan (IDAP):
Peraturan Tujuan Penataan
Zonasi Rencana Struktur Ruang Analisis Kajian
Kab/Kota Rencana Pola Ruang Lingkungan Hidup
Kaw. Prioritas Penanganan Strategis
Ket. Pemanfaatan Ruang

Kajian Kebijakan RTRW Analisis muatan IDAP


Skala Nasional
Sesuai dengan pedoman
Skala Provinsi
Skala Kabupaten/Kota penyusunan RDTR 16/2018

9
2 TINJAUAN
KEBIJAKAN & TEORI
A. Kebijakan Tata Ruang
B. Kebijakan Pembangunan
C. Kebijakan Lainnya
D. Kajian Teori

Pengendalian Pemanfaatan Ruang


dalam Rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi Img src: www.jumardanm.com

10
Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenrenae
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
UU NO. 26 TAHUN 2007 TTG PENATAAN RUANG PP 26/2008 – PP 13/2017 RTRWN
Ps. 8 Ayat 3 Ps. 7 Ayat 2
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi
nasional menjadi wewenang Pemerintah Pusat lingkungan hidup melalui mewujudkan, memelihara, dan
meningkatkan fungsi kawasan lindung dalam rangka
Penjelasan Ps. 5 Ayat 2 meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai
Kawasan perlindungan setempat merupakan salah
Ps. 49 Ayat 3
satu kaw. lindung. Kawasan perlindungan setempat →
sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar Wilayah sungai strategis nasional merupakan :
danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air • melayani KSN, PKN atau kawasan andalan
• Melayani paling sedikit 1 daerah irigasi yang luasnya lebih
Pasal 17 ayat 5 besar atau sama dengan 10.000 Ha
Dalam rangka pelestarian lingkungan, dalam rencana • Memiliki dampat negative akibat daya rusak air terhadap
tata ruang wilayah ditetapkan kawasan hutan paling pertumbuhan ekonomi
sedikit 30 % dari luas DAS
WS Walane-Cenranae merupakan salah satu Wilayah
Sungai Strategis Nasional

PERPRES 88/2011 TENTANG RTR P. SULAWESI

Arahan kebijakan terkait dengan pengembangan dan pengendalian di Kawasan Danau Tempe meliputi:
• Pendayagunaan sumber air berbasis pada WS, sumber air pada WS strategis nasional yaitu WS
Walanae-Cenranae (Provinsi Sulawesi Selatan) yang melayani PKW Pare-pare dan PKW Barru,
serta Kawasan Andalan Kolonedale dan sekitarnya
• Pengendalian pemanfaatan ruang pada sempadan sungai yang berpotensi mengganggu dan/atau merusak
fungsi sempadan sungai di Sungai Walanae dan Cenranae
• Pengembangan jaringan transportasi danau untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah
sekitarnya meliputi pengembangan jaringan transportasi danau di Danau Tempe
• Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi mengganggu
dan/atau merusak kawasan sekitar yaitu kawasan sekitar Danau Tempe
11
A. KEBIJAKAN TATA RUANG

PERPRES 88/2011 TENTANG RTR P. SULAWESI


Strategi pengembangan WS Walanae-Cenranae
• Mendayagunakan sumber air dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan dungsi WS Walanae-Cenranae
• Mengendalikan pemanfaatan ruang pada sempadan sungai yang dapat mengganggu fungsi sungai Walanae,
Sungai Cenranae
• Mempertahankan luasan dan tutupan vegetasi pada kawasan berfungsi lindung di daerah hulu
DAS Walanae, Cenranae, Paremang, Bajo, Awo, Peneki, Keera, Raang, Larompong, Gilirang, Noling, Soli dan Situ
yang memiliki kemampuan tinggi untuk meresapkan air

Strategi pengendalian Kawasan sekitar Danau atau Waduk :


• Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan sekitar danau atau waduk yang berpotensi merusak bentuk,
kondisi fisik, kualitas air dan kelesatarian fungsi danau dan waduk di Danau Tempe (Kabupaten Wajo)
• Mengembangkan RTH
• Mendirikan bangunan yang menunjang fungsi taman rekreasi
• Menetapkan lebar sempadan sesuai karakteristik danau atau waduk dan fungsional kawasan yang dilintasi sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan
• Melarang pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau
pemanfaatan air
• Melarang semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan yang dapat
mengganggu fungsi kawasan sekitar danau atau waduk

12
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA PROV. SULSEL 9/2009 RTRW PROV. SULSEL
• Kota Sengkang (Kab. Wajo) ditetapkan sebagai PKL
• Mengembangkan transportasi danau di Danau Tempe : Dermaga
Limbangan (Kab. Wajo, Sidrap dan Soppeng)
• Danau Tempe ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam (TWA) skala Provinsi
• Sistem jaringan SDA Nasional
a) Wilayah Sungai (WS) Strategis Nasional meliputi WS Walanae –
Cenranae dan WS Jeneberang
b) WS Walanae – Cenranae meliputi DAS Walanae, DAS Cenranae, DAS
Paremang, DAS Bajo, DAS Awo, DAS Peneki, DAS Keera, DAS Ranang,
DAS Larompong, DAS Gilirang, DAS Noling, DAS Suli, dan DAS. Suto (I-
IV/A/1) PWK PARE PARE
Kawasan Strategis yang terdapat disekitar Danau Tempe: PKL SENGKANG
1. KSP sudut pertumbuhan ekonomi : Danau Tempe
• Kawasan lahan pangan berkelanjutan khususnya beras dan jagung :
Wajo, Sidrap.
• Kawasan pengembangan budidaya alternative komoditi perkebunan : PKN MAROS
Wajo, Sidrap, Soppeng PKN MAKASSAR
• Kawasan pengembangan budidaya udang : Wajo PKN GOWA
2. KSP sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan atau
PKN TAKALAR
tekonologi tinggi:
• Kawasan migas Blok Sengkang (Wajo, Sidrap, Soppeng, Bone)
• Pusat pembangkit listrik PLTG Sengkang : Wajo
3. KSP sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan:
• Kawasan lindung sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 50 ditambah
kawasan Danau Tempe (Kabupaten Wajo) dan Danau Sidenreng
(Kabupaten Sidrap)
• Kawasan bendungan Kalola (Wajo)

13
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA KAB WAJO 12/2012 RTRW KAB WAJO
Pasal 6:
PKL : Kawasan Perkotaan Sengkang

Pasal 9 ayat 4
Sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan yaitu Sistem jaringan transportasi sungai dan danau dikembangkan di
Sungai Siwa Kecamatan Pitumpanua, Sungai Walanae, Sungai Cenranae, dan Danau Tempe; Kecamatan Tempe, Kecamatan
Sabbangparu dan Kecamatan Pammana.

Pasal 14 ayat 4
Sistem jaringan sumber daya air terdiri dari :
Sumber Air
• Wilayah Sungai (WS) Walanae Cenranae sebagai sungai strategis nasional yang meliputi DAS Walanae, DAS Cenranae, DAS
Awo, DAS Peneki, dan DAS Keera
• Danau yaitu Danau Tempe yang meliputi Kecamatan Tempe, Kecamatan Belawa, Kecamatan Tanasitolo, dan Kecamatan
Sabbanngparu

Pasal 24 ayat 2
Kawasan resapan air ditetapkan di Kawasan Danau Tempe Kecamatan Tempe, Kawasan Rawa Labuaja Kecamatan
Sabbangparu, Kawasan Rawa Lampullung Kecamatan Tempe, dan Kawasan Rawa Tosora Kecamatan Majauleng, dengan luasan
kurang lebih 18.543 (delapan belas ribu lima ratus empat puluh tiga) hektar.

Pasal 26
Kawasan wisata alam, ditetapkan di Kawasan Danau Tempe Kecamatan Tempe, kawasan
permandian Kalola Kecamatan Maniangpajo dan awo Kecamatan Gilireng

Pasal 27
Kawasan rawan banjir, ditetapkan di sebagian DAS Walanae dan Danau Tempe di Kecamatan Tempe, sebagian
Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan Sabbangparu, muara sungai Siwa dan sepanjang WAS
Cenranae di Kecamatan Bola, Kecamatan Majauleng, Kecamatan Pammana

14
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA KAB WAJO 12/2012 RTRW KAB WAJO
Pasal 38 :
Kawasan peruntukan pariwisata alam, salah satunya Taman Wisata Danau Tempe di Kecamatan Tempe

KSP Sudut Kepentingan fungsi


dan daya dukung lingkungan
(Kawasan Danau Tempe di
Kecamatan Tempe)
Pasal 43

KSK Sudut Kepentingan


Lingkungan Hidup
(Kawasan Sempadan Danau
DANAU Tempe dan Kawasan WS Walanae-
KSK Sudut Kepentingan TEMPE Cenranae di sebagian Kecamatan,
Sosial Budaya Kawasan WS Bila di sebagaian
(Kawasan Pengembangan Kecamatan, kawasan WS Siwa di
Wisata Danau Tempe di sebagian Kecamatan, Kawasan WS
Kecamatan Tempe) Gilireng di sebagian Kecamatan
Pasal 44 Gilireng, dan kawasan WS Keera di
sebagian Kecamatan Keera)
Pasal 44

15
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA KAB WAJO 12/2012 RTRW KAB WAJO
Pasal 58:
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan sempadan sungai untuk RTH, pemasangan
bentangan jaringan transmisi tenaga listrik, kabel telepon, pipa air minum, pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan
pengambilan, dan pembuangan air, bangunan penunjang sistem prasarana kota, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi
bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi daya pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi
kekuatan struktur tanah dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sempadan
sungai sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pemasangan reklame dan papan pengumuman, pendirian
bangunan yang dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan transportasi sungai, kegiatan rekreasi air, serta jalan inspeksi
dan bangunan pengawas ketinggian air sungai; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup, kegiatan
pemanfaatan hasil tegakan, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang dan jalur evakuasi bencana, kegiatan
pembuangan sampah, dan kegiatan lain yang mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat.

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan danau dan/atau waduk meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air, taman
rekreasi beserta kegiatan penunjangnya, RTH, dan kegiatan sosial budaya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak
mengganggu fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pendirian
bangunan yang dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi air, jalan inspeksi, bangunan pengawas ketinggian air
danau atau waduk, dan bangunan pengolahan air baku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan
tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kegiatan pemanfaatan hasil tegakan,
serta kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagai kawasan
perlindungan setempat.

16
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA KAB SOPPENG 8/2012 RTRW KAB SOPPENG
Pasal 15:
Sistem jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan di Kabupaten Soppeng dikembangkan di Danau Tempe
Kecamatan Marioriawa;

Pasal 28 ayat 4
Kawasan resapan air ditetapkan di kawasan sekitar Danau Tempe Kecamatan Marioriawa.

Pasal 41 ayat 3
Kawasan peruntukan pariwisata alam antara lain Kawasan TWA Lejja, dan kawasan TWA Danau Tempe di Kecamatan
Marioriawa;

Pasal 48 ayat 4
Kawasan Strategis Provinsi dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, salah satunya Kawasan
Danau Tempe ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Marioriawa

Pasal 49 ayat 3
Kawasan Stratgeis Kabupaten dengan sudut kepentingan lingkungan hidup, salah satunya kawasan Danau Tempe di
Kecamatan Marioriawa

17
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA KAB SOPPENG 8/2012 RTRW KAB SOPPENG

Pasal 61:
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan sempadan sungai untuk ruang terbuka hijau (RTH),
pemasangan bentangan jaringan transmisi tenaga listrik, kabel telepon, pipa air minum, pembangunan prasarana lalu lintas air,
bangunan pengambilan, dan pembuangan air, bangunan penunjang sistem prasarana kota, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur
evakuasi bencana, serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi daya pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi
kekuatan struktur tanah dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sempadan sungai
sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pemasangan reklame dan papan pengumuman, pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan transportasi sungai, kegiatan rekreasi air, serta jalan inspeksi dan bangunan
pengawas ketinggian air sungai; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup, kegiatan pemanfaatan
hasil tegakan, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang dan jalur evakuasi bencana, kegiatan pembuangan sampah, dan
kegiatan lain yang mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat.

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau dan/atau waduk meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air, taman rekreasi
beserta kegiatan penunjangnya, ruang terbuka hijau (RTH), dan kegiatan sosial budaya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu
fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi air, jalan inspeksi, bangunan pengawas ketinggian air danau atau waduk,
dan bangunan pengolahan air baku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah,
fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kegiatan pemanfaatan hasil tegakan, serta
kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagai kawasan perlindungan
setempat

18
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA KAB SINDERENG RAPANG 5/2012 RTRW KAB SINDERENG RAPANG
Pasal 37 ayat 3:
Kawasan peruntukan pariwisata alam yaitu kawasan Danau Sidenreng di sebagian wilayah Kecamatan Watang
Sidenreng, sebagian wilayah Kecamatan Tellu Limpoe dan sebagian wilayah Kecamatan Panca Lautang

Pasal 42 ayat 3
KSP dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yaitu kawasan Danau Sidenreng di
sebagian wilayah Kecamatan Watang Sidenreng, sebagian wilayah Kecamatan Panca Lautang, dan sebagian wilayah
Kecamatan Tellu Limpoe

Pasal 43 ayat 3
KSK sudut kepentingan lingkungan hidup yaitu kawasan Danau Sidenreng ditetapkan di Kecamatan Tellu Limpoe dan
Kecamatan Watang Sidenreng;

19
A. KEBIJAKAN TATA RUANG
PERDA KAB SINDERENG RAPANG 5/2012 RTRW KAB SINDERENG RAPANG
Pasal 55

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai meliputi:


a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pemanfaatan sempadan sungai untuk RTH, pemasangan
bentangan jaringan transmisi tenaga listrik, kabel telepon, pipa air minum, pembangunan prasarana lalu lintas air, bangunan
pengambilan, dan pembuangan air, bangunan penunjang sistem prasarana kota, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana,
serta pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan budi daya pertanian dengan jenis tanaman yang tidak mengurangi
kekuatan struktur tanah dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi sempadan sungai
sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pemasangan reklame dan papan pengumuman, pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan transportasi sungai, kegiatan rekreasi air, serta jalan inspeksi dan bangunan
pengawas ketinggian air sungai; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam, kegiatan yang mengganggu kesuburan dan
keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup, kegiatan pemanfaatan
hasil tegakan, kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang dan jalur evakuasi bencana, kegiatan pembuangan sampah, dan
kegiatan lain yang mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan perlindungan setempat.

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar danau atau waduk meliputi:
a. kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air, taman rekreasi
beserta kegiatan penunjangnya, RTH, dan kegiatan sosial budaya;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu
fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagai kawasan perlindungan setempat antara lain kegiatan pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi air, jalan inspeksi, bangunan pengawas ketinggian air danau atau waduk,
dan bangunan pengolahan air baku; dan
c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang mengubah bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah,
fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kegiatan pemanfaatan hasil tegakan, serta
kegiatan yang mengganggu dan/atau merusak kelestarian fungsi kawasan sekitar danau atau waduk sebagai kawasan perlindungan
setempat.

20
B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
RPJPN 2005-2025
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi rencana jangka
Panjang untuk upaya perlindungan fungsi sumber daya air secara
berkelanjutan, berkeadilan, dan berkeseimbangan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat

RPJMN 2015-2019-PP 2/2015

Kebijakan strategis jangka menengah nasional yang terdapat di


WS Walane-Cenranae meliputi :
• Pengendalian Banjir dan Daya Rusak Air Sungai Walanae
Soppeng
• Pembangunan Perkuatan Tebing Bagian Hulu Bendung Gerak
Tempe Wajo
• Pemeliharaan dan penataan lingkungan di sekitar daerah
aliran sungai (DAS) Mamasa, Tondano, Limboto, Tempe
maupun daerah rawan bencana alam lainnya
• Pengendalian Banjir Sungai Cenranae Wajo-Bone

RPJMD PROV. SULSEL 2013-2018

• Terkait dengan kegiatan perlindungan dan penyelamatan


fungsi DAS tertuang dalam misi II yaitu meningkatkan kualitas
kemakmuran ekonomi, kesejahteraan sosial dan kelestarian
Ekosistem.
• Sasarannya meningkatnya konservasi dan rehabilitasi hutan
dan lahan kritis serta pemeliharaan keanekaragaman Hayati
dengan program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung Daerah
Aliran Sungai (DAS) Berbasis pemberdayaan masyarakat.
21
C. KEBIJAKAN LAINNYA
PERDA KAB. WAJO 14/2016 PENGE. DANAU TEMPE
• Dalam peraturan ini pengelolaan danau dilakukan dengan terlebih
dahulu menetapkan zonasi danau, dimana zonasi danau terbagi
menjadi 3 (tiga) yaitu : zona perikanan, zona penyangga dan zona
perlindungan → Zonasi akan diatur dalam peraturan Bupati
memperhatikan kearifan lokal
• Pemanfaatan danau meliputi upaya memanfaatkan wadah air danau
dan sempadan danau untuk pengembangan perikanan,
pariwisata, transportasi, penelitian, irigasi pertanian,
air baku PDAM dan kegiatan lainnya yang ramah lingkungan

• Danau Tempe terletak di Propinsi Sualwesi Selatan, ada sebesar 70


% wilayah danau tempe berada di Kabupaten Wajo dan selebihnya
berada di Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Soppeng.
• Danau Tempe memiliki luas 47.800 ha pada ketinggian 10 m dpl
dengan luas daerah tangkapan air (catchment area) Danau Tempe
seluas 4. 587 km2.
• Dalam pengelolaan Danau Tempe meliputi 6 Kabupaten yaitu antara
lain Kabupaten Maros, Bone Soppeng, Wajo, Sidrap dan Enrekang.
Empat diantaranya (Bone, Wajo, Sidrap, Soppeng) merupakan
kawasan produksi tanaman pangan yang memberikan kontribusi
sebagai lumbung padi nasional, sedangkan dua kabupaten lagi
(Maros dan Enrekang ) merupakan hulu dari DAS Walanae dan DAS
Bila.
• Pengembangan Danau Tempe ini diarahkan untuk kegiatan seperti :
✓ kawasan pendukung penghasil tanaman pangan sentra produksi
perikanan air tawar.
✓ sumber cadangan air baku yang juga dapat dimanfaatkan untuk
keperluan irigasi dan perkebunan disekitar danau.
✓ kawasan potensial untuk pengembangan wisata air dan wisata
budaya di Sulawesi Selatan.
22
D. KAJIAN TEORI
DEFINISI DANAU
Danau adalah suatu badan air alami yang
Danau adalah bagian dari sungai yang selalu tergenang sepanjang tahun dan
lebar dan kedalamannya secara alamiah jauh mempunyai mutu air tertentu yang beragam
melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang dari satu danau ke danau yang lain serta
bersangkutan mempunyai produktivitas biologi yang tinggi
(Permen PUPR No 28/2015) Ruttner (1977) dan Satari (2001) .

Proses terjadinya danau dapat


dikelompokkan menjadi dua yaitu
(Odum, 1993):
a) danau alami : bencana alam, vulkanik,
tektonik
b) danau buatan : dibentuk oleh manusia
untuk tujuan tertentu

Kualitas perairan danau sangat


tergantung pada pengelolaan atau
pengendalian daerah aliran sungai
(DAS) yang berada di atasnya.
Konsentrasi zat-zat yang terdapat di danau
merupakan resultante dari zat-zat yang berasal
dari aliran air yang masuk (Payne, 1986).

23
D. KAJIAN TEORI
PENGELOLAAN DANAU

Pengelolaan danau/situ terdiri dari tiga komponen


utama yaitu konservasi, pemanfaatan, dan
pengendalian daya rusak air.
(UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air)

Menurut Manik (2003) pengelolaan


dilakukan dengan pendekatan sosial,
ekonomi, kelembagaan, dan teknologi.
“Pengelolaan dilakukan dengan
Pendekatan sosial ekonomi pendekatan sosial, ekonomi,
menjelaskan aspek sosial ekonomi. kelembagaan, dan teknologi”
Pendekatan kelembagaan menentukan
Manik, 2003
lembaga terkait. Pendekatan teknologi
menguraikan pilihan teknologi terkait
sumber daya air. Ketiga pendekatan
ini digunakan dalam upaya
pengendalian dampak.
Susmianto (2004), penyelenggaraan
pengelolaan berdasarkan kesepakatan
semua pihak yang dilakukan secara
transparan, saling tanggung jawab,
tanggung gugat, risiko, melalui
Collaborative Management.

24
D. KAJIAN TEORI
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di
laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
PP NO 37/2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Pengembangan DAS menurut Sudarmaji dkk (1995) sebaiknya lebih menekankan


pada pentingnya pendekatan terhadap faktor biofisik DAS dalam perencanaan
pemanfaatan lahan.
Pendekatan ini didasarkan pada tujuan untuk meningkatakan kualitas dan
produktifitas lahan di DAS yang berorientsi pada kelestarian lingkungan

Karakteristik Bentuk DAS

1. Bulu Burung 2. Radial 3. Paralel 4. Kompleks


Jalur anak sungai di Bentuk DAS Bentuk ini
menyerupai kipas mempunyai Memiliki
kiri‐kanan sungai
atau lingkaran, corak dimana beberapa buah
utama mengalir
anak‐anak sungai dua jalur aliran bentuk dari
menuju sungai
berkonsentrasi ke sungai yang ketiga bentuk
utama, debit banjir
suatu titik secara sejajar bersatu di di atas.
kecil karena waktu
tiba banjir dari radial, banjir besar bagian hilir,
anak‐anak sungai terjadi di titik banjir terjadi di
berbeda‐beda pertemuan titik pertemuan
anak‐anak sungai anak sungai
25Hikmat. 2004
Ramdan,

Merupakan bentuk
DAS Walanae
D. KAJIAN TEORI
KETERKAITAN SUMBER DAYA AIR DENGAN PENATAAN RUANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


Undang-Undang SDA 11/1974
• Zona resapan dan tangkapan air
• Zona pemanfaatan sumber air
PERENCANAAN
PENGELOLAAN SDA
• Zona perlindungan terhadap
(LINGKUP WS) infrastruktur SDA
• Zona perlindungan kualitas air
• Zona erosi
Input dari Tata Ruang
terhadap Rencana PSDA • Zona untuk paparan banjir
• Zona lahan pangan
berkelanjutan/ketahanan pangan
PROYEKSI
PENDUDUK, PERHITUNGAN
PERUBAHAN GUNA ZONA SDA
LAHAN, STRATEGIS
KEBUTUHAN AIR

Input rencana PSDA


• Zona hutan lindung
terhadap Tata Ruang • Zona perlindungan terhadap
kawasan bawahnya
• Zona Perlindungan setempat
RENCANA TATA • Zona ruang terbuka hijau
RUANG WILAYAH
NASIONAL
• Zona konservasi
• Zona Pertanian
• Zona rawan bencana alam
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Undang-Undang Penataan Ruang 26/2007
D. KAJIAN TEORI
KONSEP PENGENDALIAN KAWASAN SEKITAR DANAU
Dane County
Shoreland
Zoning
Ordinance

Zona Buffer Vegetasi bertujuan untuk melindungi 1. Vegetative Buffer Zone


kualitas air, habitat ikan dan satwa liar dan keindahan Jarak 35 kaki (+ 10 m) dari tepi danau; tidak ada
pemandangan alam, dan untuk mempromosikan bangunan yang diizinkan kecuali dermaga, jalan setapak;
pelestarian dan pemulihan vegetasi asli perizinan (zona mitigasi) terkait vegetasi atau
penggunaan lahan.
2. Setback Area
Berjarak antara 35 – 75 kaki → + 10,1 – 23 m dari tepi
danau; perizinan (zona mitigasi)
3. General Shoreland Zone
Berjarak sampai 300 kaki → + 23,1 - 91 m dari tepi danau;
pengembangan baru persil sesuai standar; perizinan
(erosi, zona, mitigasi);
4. Extended Shoreland Zona:
Berjarak + 1.000 kaki →305 m dari tepi danau;
pengembangan persil baru harus sesuai dengan ukuran
minimum dan standar luasan
27
D. KAJIAN TEORI
KONSEP PENGENDALIAN KAWASAN SEKITAR DANAU

Bristol Shoreland Zoning Ordinance


Resouce Protection District: merupakan
area yang akan berdampak negatif jika
terjadi pembangunan terhadap kualitas air,
habitat dan ekosistem. Kecuali
pembangunan yang memenuhi kriteria
perlindungan sumber daya. → area dapat
mencakup 250 kaki : 76,2 m
Stream Protection District : semua lahan
yang mencakup 75 kaki (22,86 m) pada
sepanjang aliran sungai atau 250 kaki (76,2
m) untuk kolam atau sungai besar.

Village District: merupakan area yang


dimaksudkan untuk pembangunan
perumahan, komersial dan rekreasi

Public Recreation District: merupakan


area yang dimaksudkan untuk penyediaan
fasilitas rekreasi namun sudah memiliki izin
dari badan pemerintah setempat
Residental District: merupakan area yang
dimaksudkan untuk kegiatan
pembangunan perumahan

28
D. KAJIAN TEORI
BATAS SEMPADAN DANAU

Beberapa literatur menunjukkan bawah untuk mendukung konservasi danau, maka lebar sempadan yang
disarankan untuk tujuan konservasi adalah sebagai berikut:

Publikasi Lokasi Lebar Sempadan


CRJC, 2000 Connecticut river 30,48 m (kemiringan ≤ 15˚)
SCSRP, 2004 South Carolina (12,19 – 24,38) m (tergantung kemiringan)
Fischer & Fischenich, 2000 (5 – 30) m
Schueler, 1995 Urban rivers 30,48 m
Sintesa Jarak sempadan untuk konservasi danau
adalah ± 5 – 30 m

29
3 GAMBARAN UMUM
KAWASAN PENGENDALIAN

A. Profil WS Walanae-Cenranae
B. Profil DAS Walane
C. Profil Danau Tempe dan
Kawasan Sekitarnya

Pengendalian Pemanfaatan Ruang


dalam Rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi Img src: www.jumardanm.com

30
Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenrenae
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE

WS Walanae Cenranae merupakan WS Strategis Nasional


yang meliputi 9 Kabupaten : Kab. Bone, Kab. Enrekang, Kab. Sebaran DAS di
Luwu, Kab. Maros, Kab. Pinrang, Kab. Sidrap, Kab. Soppeng, WS Walanae-
Kab. Tana Toraja dan Kab. Wajo.
Cenranae
WS Walanae-Cenranae terletak ditengah-tengah Sulawesi
Selatan, Memanjang dari Utara-selatan dengan luas
11.923,66 Km2 dengan total panjang sungai 864 km.

WS Walanae-Cenranae terdiri
dari 39 DAS, dimana DAS
Utamanya yaitu DAS Bila Walanae (7.770 Km²).
Potensi air yang ada sebesar 9.418 Juta m3/tahun.

Sumber : Kepmen PUPR Nomor 90/KPTS/M/2018 tentang


Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Walanae Cenranae

31
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE
Kondisi topografi disekitar Danau Tempe merupakan
daerah dataran rendah serta memiliki kemiringan
lereng yang relatif datar (0-8%).
RPSDA Wilayah Sungai Walanae Cenranae, 2018

Hal ini menjadikan kawasan sekitar Danau Tempe


menjadi daerah tangkapan banjir yang berasal dari
hulu bagian utara dan selatan dari WS Walanae-
Cenranae

32
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE
Cekungan Air Tanah (CAT) yang terdapat di sekitar
Danau Tempe adalah CAT Pinrang-Sidenreng.

Luas CAT Pinrang-Sidenreng : 2.270 Km2


(Permen ESDM No. 2/2017 tentang Cekungan Air Tanah di Indonesia)

CAT Pinrang-Sidenreng merupakan salah satu CAT


potensial dengan debit imbuhan tanah bebas
mencapai 1.345 juta m3/Tahun
(Pratiknyo, 2008)

Penggunaan lahan pada CAT harus memperhatikan


daerah imbuhan dan daerah lepasan.

33
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE
Kondisi lahan kritis dapat menimbulkan berbagai
masalah seperti erosi lahan, sedimentasi di badan
sungai, daya resap air rendah.

Pada kawasan hulu dari WS Walanae-Cenranae


mengalami kondisi didominasi oleh kondisi lahan
Sangat kritis, kritis dan agak kritis.
Hal ini menyebabkan meningkatnya erosi dan
sedimentasi ke sungai dan Danau Tempe.

34
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE
Tingkat bahaya erosi di WS Walanae Cenranae :
• Rendah : 74,56%
• Sedang : 14,58%
• Tinggi : 10,86%

Tingkat bahaya erosi dengan klasifikasi sedang dan


tinggi terdapat di daerah hulu bagian utara dan
selatan.

Erosi lahan di WS Walanae-Cenranae


mencapai : 704,12 ton/Ha/Th

Jumlah Sedimentasi di WS Walanae-Cenranae


mencapai 1.116,92 ton/ha/th

Sumber : Kepmen PUPR Nomor 90/KPTS/M/2018 tentang Rencana


Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Walanae Cenranae

35
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE
Banjir menjadi masalah tahunan di Wilayah Sungai
Walanae-Cenranae.

Area banjir terletak di sekitar Danau Tempe dan


sepanjang sungai Cenranae.

Daerah sekitar Danau Tempe menjadi rawan banjir,


karena karakteristik sungai-sungai khususnya yang
berada di DAS Walanae bersatu di sekitar Danau
Tempe

36
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE
Penggunaan Lahan di Wilayah
Sungai Walanae-Cenranae

Sumber : Kepmen PUPR Nomor 90/KPTS/M/2018 tentang Rencana


Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Walanae Cenranae

Penggunaan lahan di WS Walanae-Cenranae


didominasi oleh Pertanian Lahan Kering
Bercampur Semak (45,3%) dan Sawah (24,41%)

37
A. PROFIL WS WALANAE-CENRANAE
Sebaran SDEW

Pada lingkup WS
Walanae-Cenranae Daftar SDEW pada lingkup
Danau
WS Walanae-Cenranae:
terdapat 3 Danau dan Embung
DANAU :
16 Embung. 1. Danau Tempe
2. Danau Sindereng
*Jumlah danau dan embung akan di
konfirmasi/update pada instansi 3. Danau Lapompaka/Buaya
terkait
EMBUNG :
1. Embung Bingkulu
2. Embung Alabong
3. Embung Datae
4. Embung Bapangi
5. Embung Calie
6. Embung Tocule
7. Embung Palaguna
8. Embung Salojampu
9. Embung Sakkoli
10. Embung Lamalatadua
11. Embung Allopereng Bandengen
12. Embung Lapince
13. Embung Jampu
14. Embung Linre
15. Embung Tellongen
16. Embung Batu Gading
Sumber : Kepmen PUPR Nomor 90/KPTS/M/2018 tentang Rencana 38
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Walanae-Cenranae
B. PROFIL DAS WALANAE

DAS Bila Walanae memiliki luas 7.777 km2


yang meliputi 7 kabupaten (Bone, Soppeng,
Maros, Pinrang, Sidenreng Rapang, Enrekang,
Wajo)
Luas DAS berdasarkan Administrasi Wilayah
Administrasi DAS Luas (Ha)
Kab. Bone 253.180,95
Kab. Enrekang 68.649,80
Kab. Maros 50.866,03
Kab. Pangkep 297,97
Kab. Pinrang 9.970,25
Kab. Sidrap 138.854,94
Kab. Soppeng 136.412,24
Kab. Wajo 119.432,11
Jumlah 777.667,72

Kab. Bone
15% Kab. Enrekang
33% Kab. Maros
18%
Kab. Pangkep
18%
9% Kab. Pinrang
0%6%
1%
Kab. Sidrap
Kab. Soppeng
Kab. Wajo
Sumber : Kepmen PUPR Nomor 90/KPTS/M/2018 tentang Rencana 39
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Walanae Cenranae
B. PROFIL DAS WALANAE

Kawasan DAS Walanae didominasi oleh kawasan


dengan tingkat kelerengan landai 0-8% dengan
proporsi 63,59% dari luas DAS
Kemiringan di Kaw. DAS Walanae
Kemiringan Lereng Luas (Ha)
0-8% 494.509,31
8-15% 66.888,88
15-25% 88.581,22
25-40% 92.658,99
>40% 35.028,62
Jumlah 777.667,72

Ketinggian di Kaw. DAS Walanae


Ketinggian Luas (Ha) Kawasan DAS Walanae didominasi
0 - 500 mdpl 617.905,57 oleh kawasan dataran rendah. Hal ini
500 - 1.000 mdpl 111.763,23 dapat dilihat lebih dari 79,46%
1.000 - 1.5000 mdpl 32.009,44
kawasan DAS memiliki ketinggian 0-
1.500 - 2.000 mdpl 7.392,96
2.000 - 2.500 mdpl 5.402,70
500 mdpl.
2.500 - 3.000 mdpl 2.849,82
3.000 - 3.338 mdpl 344
Jumlah 777.667,72
Sumber : Kepmen PUPR Nomor 90/KPTS/M/2018 tentang Rencana
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Walanae Cenranae

40
B. PROFIL DAS WALANAE

Bila dilihat dari kekritisan lahan, Kawasan DAS


Walanae memiliki tingkat potesial kritis dengan
proporsi 55,37% dari luas Kawasan DAS
Tingkat Keritisan di Kaw. Agak Kritis
17% 6% 8%
DAS Walanae Kritis
Tingkat Kekritisan 14% Potensial Kritis
Luas (Ha)
Lahan
Agak Kritis 48.805,26 Sangat Kritis
55%
Kritis 57.718,45 Tidak Kritis
Potensial Kritis 430.579,45
Sangat Kritis 110.058
Tidak Kritis 130.575,02
Jumlah 777.667,72

Tingkat kekritisan lahan erat kaitannya dengan tingkat erosi.


Peningkatan terjadi karena alih fungsi lahan.
Banyak hutan produksi terbatas, hutan produksi, hutan lindung
dan taman nasional/cagar alam telah beralih fungsi, terutama
menjadi kebun ataupun perkebunan, lahan sawah, padang rumput,
perladangan dan pemukiman. (RPSDA WS Walanae-Cenranae, 2018)

DAS WALANE Tingkat Erosi : 91,46 ton/Ha/Th

2015 Tingkat Sedimentasi : 661,04 ton/Ha/Th


Sumber: Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang, Tahun 2015

41
B. PROFIL DAS WALANAE
MOZAIK RENCANA POLA RUANG KAB
DI DAS WALANAE
Pola Ruang Luas (Ha) %
Kawasan Hutan Lindung 88.520,25 17,59
Kawasan Hutan Konservasi 14.343,52 2,85
Kawasan Konservasi Perairan 2.611,75 0,52
Kawasan Hutan Produksi 5.975,71 1,19
Kawasan Hutan Produksi Terbatas 32.956,38 6,55
Kawasan Hutan Rakyat 501,74 0,10
Kawasan Perkebunan 43.752,63 8,70
Kawasan Permukiman 5.515,44 1,10
Kawasan Pertanian Lahan Kering 115.763,43 23,01
Kawasan Pertanian Lahan Basah 142.338,35 28,29
Kawasan Pertambangan 209,44 0,04
Kawasan Lahan Yang Dapat Di Konversi 12.969,86 2,58
Kawasan Taman Wisata Alam 1.572,50 0,31
Kawasan Tidak Sesuai Unggulan Provinsi 35.607,98 7,08
Perairan 469,55 0,09
Jumlah 503.108,53* 100
Sumber : diolah dari peta shp rencana pola ruang tiap kabupaten
*Luasan belum termasuk rencana pola ruang DAS di Kabupaten Bone

Luas kawasan hutan yang harus


dipertahankan minimal 30 % (tiga puluh persen)
dari luas daerah aliran sungai dengan
sebaran yang proporsional
UU 41/1999 tentang Kehutanan (psl 18 ayat 2)

Kawasan lindung pada Daerah Aliran Sungai


harus mencapai 40% untuk memenuhi
keseimbangan siklus hidrologi ideal.
(Kodoatie, 2018)
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA

Danau Tempe merupakan satu dari lima belas


Danau yang merupakan Danau Prioritas Nasional.
(KLHK; RPJMN 2015-2019)

Danau Tempe merupakan danau yang terletak di


bagian Barat Kabupaten Wajo tepatnya di Kec.
Tempe, Belewa, Tanah Sitolo, Maniangpajo dan
Sabbangparu letaknya sekitar 7 km dari Kota
Sengkang menuju tepi Sungai Walanae. Img src: travel.detik.com

Elevasi permukaan air danau bervariasi antara 3 m pada


musim kemarau sampai 10 m dpl saat banjir. GERMADAN Tempe, 2014

Danau Tempe merupakan danau dataran banjir. Danau ini


menjadi pusat dari sistem sungai yang ada di Wilayah
Sungai Walanae-Cenranae

“Danau Tempe merupakan danau penghasil


ikan tawar paling besar di dunia”
travel.detik.com-Putri Rizqi Hernasari-06 Mar 2012
43
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA
FUNGSI DANAU TEMPE

SUMBER AIR PERTANIAN


BAKU

PERIKANAN

PEREDAMAN DANAU TEMPE


BANJIR BAG. PARIWISATA
HILIR

PENELITIAN
TRANSPORTASI

perda Prov. Sulsel 9/2009 perda Kab. Wajo 14/2016


tentang RTRW Prov. Sulsel 2009-2029 tentang Pengelolaan Danau Tempe
Danau Tempe untuk pengembangan sistem Danau Tempe dimanfaatkan untuk
transportasi danau dan taman wisata pengembangan perikanan, pariwisata
alam skala Provinsi transportasi, penelitian, irigasi
pertanian, dan air baku.
perda Kab. Wajo 12/2012
perda Kab. Soppeng 8/2012
tentang RTRW Kab. Wajo 2012-2032
tentang RTRW Kab. Soppeng 2012-2032
Danau Tempe untuk sumber daya air,
Danau Tempe untuk transportasi dan
resapan air, dan pariwisata
pariwisata 44
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA
INLET DAN OUTLET DANAU TEMPE
Sungai besar yang masuk (inflow) ke Danau Tempe diantaranya :
• S. Bila (1.410 km2 dengan lebar ± 60 m) S. Cenranae
• S. Sidenreng (277 km2 dengan lebar ± 30 m) - Outlet
• S. Biloka (257 km2 dengan lebar ± 35 m)
• S. Batu-batu (139 km2 dengan lebar ± 25 m)
S. Bila
• S. Paddangeng (422 km2 dengan lebar ± 40 m)
• S. Walanae (3.170 km2 dengan lebar ± 70 m)*
Sumber : BBWS Pompengan Jeneberang, 2018

Teluk Bone
S. Sidenreng

S. Bilokka
S. Batu-Batu
S. Paddangeng
S. Walanae

45
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA
Danau Tempe mengalami kekritisan dengan pendangkalan dan penyusutan luas badan air
Landsat 2* (1981): 28.213,44 Ha
Landsat 4 (1989) : 17.611,87 Ha
Landsat 7 (2000) : 15.945,13 Ha
Landsat 8 (2015) : 8.240,76 Ha
Sumber:
Bramantiyo Marjuki, 2016 - Citra Satelit

Img src: Bramantiyo Marjuki, 2016

“Laju penurunan luasan


danau mencapai 1,48 km2 per
tahun dan diperkirakan pada
musim kemarau tahun 2093
Danau Tempe akan hilang”
(Pance et al 2014 dalam Marjuki, 2016)

46
Vid src: www.youtube.com – DitjenSDA
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA

Masyarakat di sekitar Danau Tempe sangat


bergantung dengan keberadaan danau ini, karena
merupakan sumber penghidupan masyarakat

Bukannya hanya sebagai tempat mencari nafkah,


Danau Tempe juga merupakan bagian dari budaya
& adat istiadat masyarakat di sekitar Danau Tempe

Penggunaan lahan di sekitar Danau Tempe


berupa ladang/huma/tegalan, sawah,
perkebunan, permukiman

Zona Keramat
Img src: fadhilplano07.blogspot.com
47
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA
Keanekaragaman Hayati
Danau Tempe memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi. Merupakan habitat dari berbagai jenis satwa.

Danau Tempe sangat terkenal di dekade 1940-1960an,


dijuluki Fish Bowl-nya Indonesia, dengan produksi
ikan 55.000 ton per tahun.

Terdapat sekitar 20 jenis ikan, 40 spesies burung air dan


22 spesies burung terrestrial.
Dari 40 spesien burung air, 12 spesies merupakan burung
yang dilindungi.

Danau Tempe juga merupakan tempat persinggahan burung


migran dari wilayah Asia Utara → Australia
Sumber: Danau-Danau Alami Nusantara; Nontji, 2016

Burung air di Danau Tempe a)


belibis air putih; b) senip biasa

48
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA

KONDISI DANAU TEMPE DI KAB. WAJO (2016)


Sumber : BBWS Pompengan Jeneberang, 2018

49
C. PROFIL DANAU TEMPE DAN KAWASAN SEKITARNYA
Danau Tempe, saat ini sedang dilakukan kegiatan revitalisasi
danau oleh Kementerian PUPR (2016-2019)

Lokasi Revitalisasi di Kab. Wajo :


Desa Pakanna, dan Assorajang, Kecamatan Tanasitolo; serta Kelurahan
Mattiro Tappareng, dan Tempe, Kecamatan Tempe, KabupatenWajo,
Provinsi Sulawesi Selatan
Manfaat Revitalisasi Danau :
1. Pemanfaatan pulau-pulau artifisial : sebagai wisata
dan habitat burung
2. Pemenuhan air baku
3. Sumber air irigasi pompa (disekitar danau)
4. Peningkatan produksi ikan

Sumber: Revitalisasi
Danau Tempe; BBWS
Pompengan Jeneberang,
2018
4 METODOLOGI
DAN RENCANA KERJA

A. Kerangka Pikir
B. Time Line Pelaksanaan
C. Input Proses Output
D. Kebutuhan Data
E. Rencana Kerja

Pengendalian Pemanfaatan Ruang


dalam Rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi Src img: gema.id-reisbijbel

51
Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenrenae
A. KERANGKA PIKIR &
TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN

BULAN 1 BULAN 2 - 4 BULAN 5 - 7 52


B. TIME LINE KEGIATAN
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
dalam Rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi

Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenrenae

53
C. MATRIKS INPUT-PROSES OUTPUT

54
D. KEBUTUHAN DATA
DATA SEKUNDER
No Kebutuhan Data Format Data Tahun Instansi Tujuan Data
Pemerintah Pusat

Kajian/Rencana revitalisasi Danau Tempe Laporan, Peta terbaru Dirjen Sumber Daya Air, PUPR Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana/Program Pengelolaan WS Walanae-Cenranae Laporan, Peta (shp) terbaru Dirjen Sumber Daya Air, PUPR Analisis Skala WS dan DAS
Kajian pengembangan kawasan sekitar Danau Tempe Laporan, Peta terbaru Dirjen Cipta Karya, PUPR Analisis IDAP dan INSDAL
Perencanaan infrastruktur di Kawasan Danau Tempe Laporan, Peta terbaru Dirjen Cipta Karya, PUPR Analisis IDAP dan INSDAL
Perencanaan jaringan jalan Laporan, Peta terbaru Dirjen Bina Marga, PUPR Analisis IDAP dan INSDAL
Kajian DAS Walane Laporan, Peta terbaru Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung, KLHK Analisis Kaw. DAS
Data Bidang Tanah Peta terbaru ATR/BPN Analisis IDAP dan INSDAL
Pemerintah Provinsi Selatan

Data WS Walanae-Cenranae (profil, karakteristik, dst) Laporan, Peta terbaru BBWS Pompengan Jeneberang Analisis Skala WS dan DAS
Data DAS Walane (profil, karakteristik, dst) Laporan, Peta terbaru BBWS Pompengan Jeneberang Analisis Kaw. DAS
Data sebaran Situ, Danau, Embung, dan Waduk (profil, tingkat kekritisan) Laporan, Peta terbaru BBWS Pompengan Jeneberang Analisis IDAP dan INSDAL
Kajian tingkat kekritisan DAS Walane Laporan, Peta terbaru BBWS Pompengan Jeneberang Analisis Kaw. DAS
Kajian revitalisasi Danau Tempe Laporan, Peta terbaru BBWS Pompengan Jeneberang Analisis IDAP dan INSDAL
RTRW Provinsi Sulawesi Selatan Laporan, Peta (shp) 2009-2029/ terbaru Bappeda Analisis WS, DAS dan IDAP
RPJMD, RIPARDA Provinsi Sulawesi Selatan Laporan terbaru Bappeda Analisis WS, DAS dan IDAP
Rencana pengembangan Danau Tempe sebagai KSP Laporan terbaru Bappeda Analisis IDAP dan INSDAL
Peta penetapan kawasan hutan, peta kawasan lindung & konservasi Laporan, Peta (shp) terbaru Dinas LH Analisis Skala WS dan DAS
Rencana pengembangan jaringan jalan dan infrastruktur di kawasan Danau Tempe Laporan, Peta (shp) terbaru Dinas Bina Marga dan Konstruksi Analisis IDAP dan INSDAL
Peta Status Bidang Tanah di Sekitar Kawasan Danau Tempe peta terbaru Kantor Wilayah BPN, Provinsi Sulawesi Selatan Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana jaringan transportasi penyeberangan (danau) di Danau Tempe Laporan, Peta terbaru Dinas Perhubungan Analisis IDAP dan INSDAL
Kajian/Rencana pengembangan kawasan permukiman di sekitar Danau Tempe Laporan, Peta terbaru Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana pengelolaan sumber daya air di Danau Tempe laporan terbaru Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana pengembangan destinasi wisata di Danau Tempe laporan terbaru Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Analisis IDAP dan INSDAL
Pemerintah Kabupaten Wajo; Soppeng; Sidrap

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Laporan, Peta (shp) 2012-2032 Bappelitbangda Analisis IDAP dan INSDAL
RPJMD, RIPARDA Kabupaten Laporan, Peta terbaru Bappelitbangda Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana jaringan jalan dan infrastruktur Laporan, Peta terbaru Dinas Bina Marga Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana pengembangan pariwisata kabupaten Laporan, Peta terbaru Dinas Pariwisata Analisis IDAP dan INSDAL
Kajian lingkungan hidup, peta lahan kritis Laporan, Peta terbaru Dinas Lingkungan Hidup Analisis DAS, IDAP dan INSDAL
Rencana Detail Tata Ruang Kec, disekitar Danau Tempe Laporan, Peta (shp) terbaru Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana sistem jaringan transportasi (danau dan darat) Laporan, Peta terbaru Dinas Perhubungan Analisis IDAP dan INSDAL
Rencana pengelolaan sumber daya air di Danau Tempe laporan terbaru Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Analisis IDAP dan INSDAL
Data Pertanahan peta terbaru Kantor Pertanahan BPN Kabupaten Analisis IDAP dan INSDAL
Data prosedur dan kriteria perizinan di Kabupaten laporan terbaru Dinas Penanaman Modan dan PTSP Analisis INSDAL
Kebiajakan insentif dan disinsentif di Kabupaten laporan terbaru Bappelitbangda Analisis INSDAL

55
D. KEBUTUHAN DATA

KEBUTUHAN DATA PRIMER


Jenis Data Teknik Pengumpulan
Jenis kegiatan di kawasan prioritas Observasi
Gambaran intensitas bangunan Observasi
Gambaran Tata Bangunan Observasi
Ploting bangunan Observasi
Aktivitas kegiatan masyarakat terkait dengan Danau Tempe Observasi, Wawancara
Kondisi prasarana dan sarana eksisting Observasi
Kondisi sistem transportasi darat dan danau Observasi
Gambaran kondisi Danau Tempe Observasi
Penggunaan lahan disekitar Danau Tempe Observasi

PEROLEHAN DATA SEMENTARA


Jenis Data Bentuk Data Keterangan
Kebijakan
Data kebijakan terkait tata ruang RTRWN softcopy
sudah terinvetarisasi, perlu RPJMN 2015-2019 softcopy
dilengkapi peta (shp) RTR Pulau Sulawesi softcopy
RTRW Provinsi Sulawesi Selatan softcopy Peta Rencana (.shp)
RTRW Kabupaten Wajo (Perda) softcopy Peta Rencana (.shp)
RTRW Kabupaten Sidrap (Perda) softcopy Peta Rencana (.shp)
Data terkait profil wilayah sebagian RTRW Kabupaten Soppeng (Perda) softcopy Peta Rencana (.shp)
sudah terinventarisasi, khususnya Pengelolaan Danau Tempe softcopy
administrasi, fisik dasar, sosial Statistik
budaya, dan kependudukan Kabupaten Wajo dalam Angka softcopy 2011-2018
Kabupaten Soppeng dalam Angka softcopy 2011-2018
Kabupaten Sidrap dalam Angka softcopy 2011-2018
Kecamatan Tempe dalam angka softcopy 2011-2018
Kecamatan Sabbangparu dalam angka softcopy 2013, 2016, 2018
Data berupa statistik sudah Kecamatan Tanasitolo dalam angka softcopy 2011-2018
terinventarisasi dari BPS Data Lainnya
RPSDA WS Walanae-Cenranae softcopy 56 shp
Perlu dilengkapi peta format
D. KEBUTUHAN DATA
KEBUTUHAN PERPETAAN
No Kebutuhan Data Lingkup Format Data Tahun
Peta Dasar :
1 Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) Spot 7/Pleiades Kawasan Sekitar Danau Tempe Soft File Terbaru
2 Delineasi Badan Air Danau Tempe (Menurut BBWS/Perda) Danau Tempe Soft File (SHP/JPEG)
3 Peta Dasar RDTR dan RTRW : Kawasan Sekitar Danau Tempe, Kab. Soft File (SHP)
- Batas Administrasi Wajo, Kab. Soppeng, Kab. Sidrap dan
- Transportasi dan Utilitas Provinsi Sulawesi Selatan
- Hidrografi
- Hipsografi
- Toponimi
- Tutupan dan Penggunaan Lahan
Peta Tematik
1 Peta Delineasi DAS dan WS Soft File (SHP) Terbaru
2 Peta Curah Hujan Soft File (SHP)
3 Peta Jenis Tanah Soft File (SHP)
4 Peta Hidrogeologi/Cekungan Air Tanah/Daerah Tangkapan Air DAS Walanae dan WS Walanae- Soft File (SHP)
5 Peta Rawan Bencana Cenranae Soft File (SHP)
6 Peta Kawasan Kehutanan Soft File (SHP)
7 Peta Bidang Tanah Soft File (SHP)
8 Peta Zona Pemanfaatan Sumber Daya Air (ZPSA) Soft File (SHP)
Peta Rencana
1 Peta Rencana Struktur dan Pola Ruang RTRW Kab. Wajo, Kab. Soppeng, Kab. Sidrap Soft File (SHP) Terbaru
dan Provinsi Sulawesi Selatan
2 Peta Rencana Pola Ruang RDTR Kawasan Sekitar Danau Tempe Soft File (SHP)

PEROLEHAN DATA SEMENTARA


No Kebutuhan Data Lingkup Format Data Tahun Sumber
Peta Dasar :
1 Citra Satelit Earth Kawasan Sekitar Danau Tempe Soft File 2018 Google
2 Citra Satelit Landsat 8 DAS Walanae Soft File 2019 USGS
3 Digital Elevation Model Nasional (DEMNAS) DAS Walanae Soft File - Website BIG
2 Delineasi Badan Air Danau Tempe Danau Tempe Soft File (SHP) - 1991 - Peta RBI Versi Cetak
- 2019 - Citra Landsat
3 Peta Dasar RBI Skala 50.000 : Batas Administrasi; Transportasi dan Utilitas; Kab. Wajo, Kab. Soppeng, Kab. Sidrap Soft File (SHP) - - Website BIG
Hidrografi; Hipsografi; Toponimi; Tutupan dan Penggunaan Lahan dan Provinsi Sulawesi Selatan - Digitasi Peta RTRW
Provinsi Sulsel
Peta Tematik
1 Peta Delineasi DAS dan WS Soft File (SHP dan JPEG) 2018 - RPSDA WS Walanae-
Cenranae
- Ditjen Planologi
Kehutanan
2 Peta Tutupan Lahan Skala 250.000 Soft File (lyr) 2006-2017 Website KLHK
DAS Walanae dan WS Walanae-
3 Peta Lahan Kritis Soft File (SHP dan KML) - Ditjen Planologi Kehutanan
Cenranae
4 Peta Geologi Lembar Sulawesi (Pangkajene, Majene, dan Ujung Pandang) Soft File (SHP dan JPEG) 1986 Geologi
5 Peta Topografi dan Morfologi Soft File (SHP) - Interpretasi DEMNAS
6 Peta Jenis Tanah Soft File (JPEG) 2018 57
RPSDA WS Walanae-
7 Peta Curah Hujan Cenranae
8 Peta Sebaran SDEW
E. RENCANA KERJA
Bulan
Maret April Mei Juni Juli Agustus September
No. Tahapan Kegiatan
I II III IV V VI VII
1-7 8-14 15-21 22-28 29-4Ap 5-11 12-18 19-25 26-2Mei 3-9 10-16 17-23 24-30 31-6Jun 7-13 14-20 21-27 28-4jul 5-11 12-18 19-25 26-1Ag 2-8 9-15 16-23 24-30 31-6 7-13 14-20 21-27 28-1 Okt
A Tahapan Persiapan
1 Mobilisasi tenaga ahli dan koordinasi awal
2 Penajaman Metodologi dan Rencana Kerja
3 Studi literatur NSPK, Kebijakan, UU dan Peraturan
Indentifikasi awal isu dan permasalahan kondisi D.
4 Tempe di DAS Walane pada WS Walane-Cenranae
5 Survei Pendahuluan
Perumusan konsep awal delineasi SDEW & kawasan
6 prioritas
7 Penyusunan daftar kebutuhan data
8 Penyusunan desain survei
B Tahap Antara
1 Survei Lapangan dan Pengumpulan Data Tahap I
2 Inventarisasi dan tabulasi data primer dan sekunder
3 Analisis lingkup Makro (Fisik dasar, kependudukan,
kebencanaan, pengaruh kawasan, guna lahan, daya
dukung dan daya tampung)
4
Analisis lingkup Makro (Perumusan tujuan, analisis
lingkungan, kebutuhan lahan, intensitas pemanfaatan
ruang, tata bangunan, prasarana dan sarana, potensi
dan permasalahan, perpetaan)
5 Analisis Perpetaan (Tematik)
Perumusan konsep Struktur dan Pola (IDAP) Kaw.
6 Prioritas
7 Penyusunan Dokumen IDAP
8 Perumusan dan analisis KLHS
9 Perumusan Konsep INSDAL (Peraturan Zonasi)
C Tahap Akhir
1 Survei Lapangan dan Pengumpulan Data Tahap II
Penyusunan muatan Peraturan Zonasi (lingkup APZ
2 dan PZ)
Penyusunan muatan Perizinan (bentuk, kriteria dan
3 prosedur)
4 Penyusunan muatan Insentif dan Disinsentif (bentuk,
kriteria dan prosedur)
5 Penyusunan muatan Sanksi
6 Visualisasi 3D Kaw. Prioritas
7 Finalisasi Dokumen IDAP, KLHS dan INSDAL
Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-
8 undangan
9 Penyusunan Naskah Akademis
10 Penyusunan Album Peta
D Kegiatan Pembahasan
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir
4 FGD Pusat ((4x)
5 FGD Daerah (4x)
6 Workshop
E Penyerahan Dokumen
1 Rencana Mutu Kontrak
2 Laporan Pendahuluan
3 Lapora Antara
4 Laporan Akhir
5 Buku Prosiding
6 Buku Materi Teknis
7 Rancangan Peraturan Daerah
8 Buku KLHS
9 Buku Naskah Akademi
10 Album Peta Ukuran A1
11 Laporan Bulanan
12 Ringkasan Eksekutif
13 Eksternal Hardisk
Ket:
Bulan Puasa 6 mei - 4 juni 58
Pemilu 17 April
OUTLINE LAPORAN PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan
 Latar Belakang
 Maksud, Tujuan dan Sasaran
 Keluaran dan Manfaat
 Sistematika Penulisan
Bab II Tinjauan Kebijakan dan Teori
 Kebijakan Tata Ruang
 Kebijakan Pembangunan Nasional dan Daerah
 Kebijakan Sektoral
 Tinjauan Teori
Bab III Gambaran Umum Kawasan Pengendalian
 Profil WS Walanae-Cenranae
 Profil DAS Wanale
 Profil Danau Tempe dan Kawasan Sekitarnya
Bab IV Metofologi dan Rencana Kerja
 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
 Rencana Kerja
Bab V Gagasan Awal
 Kajian isu strategis (lingkup WS, DAS, dan Danau)
 Konsep Penetapan SDEW Prioritas
 Konsep Penetapan Kawasan Prioritas
 Konsep Penataaan Kawasan Prioritas
 Rancangan Desain Survei

59
5 GAGASAN AWAL
A. Isu Strategis
B. Analisis Kawasan
Mempengaruhi/Dipengaruhi
C. Konsep Penetapan SDEW Prioritas
D. Konsep Penetapan Batas Badan Air
E. Konsep Penetapan Kaw. Prioritas

Pengendalian Pemanfaatan Ruang


dalam Rangka Optimalisasi dan Penyelamatan Fungsi Src img: beritagar.id-Hariandi Hafid

60
Di DAS Walane pada WS Walanae-Cenrenae
A. ISU STRATEGIS
POTENSI PERMASALAHAN
a. Sumber Air Baku a. Pelestarian Danau Tempe
• Danau tempe merupakan sumber air baku • Peningkatan sedimen tahunan rata-rata di danau
potensial, dengan volume tampung mencapai 207,66 diperkirakan sekitar 500.000 m3 atau kurang lebih 0,3 cm
juta m3. Sumber air danau tempe saat ini tiap tahunnya.
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti irigasi b. Lahan kritis
pertanian, sumber air PDAM, perikanan. • Penebangan hutan secara liar dan perladangan berpindah
b. Pariwisata Alam dan Budaya • Alih fungsi lahan atau konversi areal hutan
• Bentang alam Danau Tempe yang dipadukan dengan • Lahan kritis yang ada di Wilayah Sungai Walanae-Cenranae
budaya/ adat istiadat masyarakat lokal dapat menjadi di perkirakan seluas 315.111,25 Ha
objek wisata potensial untuk pengembangan wisata c. Erosi dan sedimentasi
alam dan budaya. • berkurangnya kedalaman sungai dalam jangka panjang
c. Sosial Masyarakat karena penumpukan sedimen dan erosi
• Kearifan lokal masyarakat di sekitar Danau Tempe • Terjadinya kerusakan ekosistem danau seperti punahnya
turut serta menjaga kelestarian Danau Tempe, berbagai jenis ikan
misalnya adanya area-area terlarang (sebagai area • sungai yang masuk ke Danau Tempe juga digunakan sebagai
pelestarian ikan) tempat pembuangan limbah padat dan sampah baku
d. Keanekaragaman hayati d. Banjir dan kekeringan
• Danau tempe memiliki keanekaragaman hayati • Bencana banjir yang selalu terjadi di sepanjang aliran
yang tinggi. Setidaknya terdapat 17 jenis ikan sungai mulai dari Danau Tempe hingga Sungai Cenranae
termasuk udang air tawar yang bernilai di bagian hilir
ekonomis. Selain itu terdapat beberapa jenis burung e. Ketersediaan, Kualitas, dan Pencemaran
dan tempat persinggahan burung migran dari Asia • ketersediaan air yang sangat terbatas pada musim
Utara - Australia kemarau terutama untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan
pemeliharaan ekologi sungai dan danau
• terjadinya distribusi air yang kurang merata diantara wilayah
kabupaten. Wilayah hulu lebih banyak mendapat air daripada
wilayah hilir
• Pencemaran pada sumber air di Wilayah Sungai Walanae-
Cenranae (terutama di Danau Tempe) disebabkan oleh
pembuangan limbah domestik dan limbah padat lainnya serta
penggunaan pestisida untuk pertanian terutama61di daerah
hulu sungai-sungai yang bermuara di Danau Tempe
B. ANALISIS KAWASAN MEMPENGARUH DAN DIPENGARUHI
Kawasan yang mempengaruhi MEMPENGARUHI
sistem danau Tempe adalah Daerah SELATAN
Aliran Sungai (DAS) Walanae di MEMPENGARUHI
Ke Teluk Bone Hulu
bagian Selatan, DAS Bila di Bagian
Utara, dan Tempe Depression/ Batu- Tengah
Batu di bagian Barat
ppesumapapua.menlh.go.id

DAS merupakan satu kesatuan Hilir Danau


DIPENGARUHI
ekosistem hulu-tengah-hilir.
MEMPENGARUHI Tengah MEMPENGARUHI
MEMPENGARUHI

UTARA Tengah
MEMPENGARUHI
Hulu

Hulu

Kekritisan Danau Tempe disebabkan oleh Perubahan


Guna Lahan di kawasan hulu (Lindung → Budidaya) dan
pencemaran limbah pertanian, domestik dan industri
rumah tangga di kawasan tengah DAS Walane
Bramantiyo Marjuki, 2016 ; GERMADAN Tempe, 2014

DANAU TEMPE
62
B. ANALISIS KAWASAN MEMPENGARUH DAN DIPENGARUHI

Kawasan perkotaan,
Alih fungsi lahan di kaw. permukiman dekat
Alih fungsi lahan di kaw.
Hulu bagian selatan, dengan sungai →
Limbah pertanian yang Hulu bagian utara menjadi
dimanfaatkan sebagai buangan limbah domestik
masuk ke sungai dan lahan pertanian
lahan pertanian/perkebunan dan industri rumah tangga
Danau Tempe

SELATAN
Hulu
Hulu UTARA
DANAU TEMPE Hulu
Hilir

63
B. ANALISIS KAWASAN MEMPENGARUH DAN DIPENGARUHI

Alih fungsi kawasan hutan menjadi kawasan budidaya


pertanian, perkebunan menyebabkan tingginya limpasan air
→ erosi tanah meningkat → memicu sedimentasi tinggi.
Hulu Pertanian dan Perkebunan tidak ramah lingkungan
MEMPENGARUHI

menyebabkan limbah pertanian mencemari sungai → danau

Pertanian lahan kering dan sawah merupakan


penggunaan lahan dominan. Terjadi pencemaran sungai
dan danau oleh limbah pertanian (pestisida berlebihan)
Limbah domestik & industri rumah tangga juga
Tengah mencemari sungai dan Danau Tempe
Status mutu air Danau Tempe berdasarkan
Metode Storet adalah tercemar berat
GERMADAN Tempe, 2014

Sedimentasi menyebabkan penyusutan


luasan dan kedalaman Danau Tempe
DIPENGARUHI

Limbah pertanian memicu masifnya


Hilir pertumbuhan enceng gondok
DANAU TEMPE menyebabkan percepatan evaporasi dan
pendangkalan (enceng gondok mati/kering)
Laju sedimentasi di Danau Tempe
: 1 – 3 cm/tahun
GERMADAN Tempe, 2014 64
C. KONSEP PENETAPAN SDEW PRIORITAS

Penetapan SDEW Prioritas menggunakan teknik analisis pembobotan


terhadap beberapa aspek yang ditetapkan terkait dengan tingkat urgensi
penanganan SDEW.

Aspek-aspek yang menjadi pertimbangan penetapan SDEW Prioritas meliputi:

Aspek Deskripsi
1 LUASAN Luas area badan air dari SDEW
2 PERMASALAHAN Konflik delineasi badan air/ sertifikasi badan air
BADAN AIR
3 TINGKAT KEKRITISAN Kekritisan SDEW ditinjau dari tingkat sedimentasi
& pemanfaatan SDEW berdampak negatif
4 POTENSI BENCANA SDEW yang berpotensi menimbulkan bencana
pada kaw. sekitarnya
5 TINGKAT SDEW yang dimanfaatkan untuk berbagai
KEBERMANFAATAN kegiatan baik untuk kehidupan dan penghidupan

6 POTENSI SDEW yang dapat dikembangkan untuk berbagai


PENGEMBANGAN aktivitas lingkungan, ekonomi, dan sosial

7 TATA GUNA LAHAN Penggunaan lahan di sekitar badan air yang dapat
SEKITAR mengancam kelestarian dan fungsi SDEW
8 NILAI STRATEGIS SDEW yang masuk dalam kebijakan/program
NASIONAL/PROV/KAB strategis pada lingkup nasional-provinsi-kabupaten
65
C. KONSEP PENETAPAN SDEW PRIORITAS
SDEW PRIORITAS
Penilaian SDEW prioritas :
PENETAPAN SDEW
DAFTAR PRIORITAS PRIORITAS
Daftar Situ ASPEK PERTIMBANGAN
1. Luasan Situ :
2. Permasalahan Badan Urutan 1, Urutan 2,..dst
Daftar Danau Air Danau :
3. Tingkat Kekritisan Urutan 1, urutan 2..dst Danau
4. Potensi Bencana Embung : urutan 1
Daftar Embung 5. Tingkat kebermanfaatan Urutan 1, urutan 2..dst
6. Potensi pengembangan Waduk :
7. Tata guna lahan sekitar Urutan 1, urutan 2..dst
Daftar Waduk

8. Nilai strategis Nasional/Prov/Kab


Skema Penetapan SDEW Prioritas

Nilai Pembobotan :
Luasan (10)
Permasalahan Badan Air (10)
Penilaian SDEW Tingkat Kekritisan (10)
Prioritas Potensi Bencana (10)
100% Tingkat Kebermanfaatan (15)
Potensi Pengembangan (15)
Tata Guna Lahan Sekitar (10)
Nilai Strategis Nasional/Prov/Kab (20)
66
C. KONSEP PENETAPAN SDEW PRIORITAS
Nilai Pembobotan :

Luasan (10) Tingkat Kebermanfaatan (15)


Permasalahan Badan Air (10) Potensi Pengembangan (15)
Tingkat Kekritisan (10) Tata Guna Lahan Sekitar (10)
Potensi Bencana (10) Nilai Strategis Nasional/Prov/Kab (20)
Aspek Bobot Kriteria
3 Luas lebih dari 10.000 Ha
Luasan 2 Luas antara 5.000 - 10.000 Ha
1 Luas kurang dari 5.000 Ha
3 Tinggi (perubahan badan air, invasi tanah timbul untuk pertanian, permukiman di badan air)
Permasalahan Badan Air 2 Sedang (perubahan badan air, invasai tanah timbul untuk pertanian)
1 Rendah (perubahan badan air)
3 Tinggi (Terjadi pendangkalan, sedimentasi tinggi, pencemaran air)
Tingkat Kekritisan 2 Sedang (Sedimentasi dan pendangkatan)
1 Rendah (sedimentasi rendah)
3 Tinggi (Terdampak pada kaw. Permukiman, potensi korban jiwa)
Potensi Bencana 2 Sedang (terdampak pada kaw. Pertanian dan permukiman)
1 Rendah (terdampak pada kaw. Pertanian)
3 Tinggi (memiliki fungsi lebih dari 3)
Tingkat Kebermanfaatan 2 Sedang (memiliki 2-3 fungsi)
1 Rendah (hanya 1 fungsi)
3 Tinggi (lebih dari 3 aspek pengembangan)
Potensi Pengembangan 2 Sedang ( 2 - 3 aspek pengembangan)
1 Rendah (1 aspek pengembangan)
3 Kawasan Perkotaan
Tata Guna Lahan Sekitar 2 Kawasan Perdesaan
1 Kawasan Pertanian
3 Nasional, Provinsi, Kabupaten
Nilai Strategis 2 Provinsi, Kabupaten 67
1 Kabupaten
C. KONSEP PENETAPAN SDEW PRIORITAS
1. Embung Bingkulu 2. Embung Alabong 3. Embung Datae 4. Embung Bapangi
▪ Luas : 183.128 m3 (kapasitas) ▪ Luas : 19.392 m3 (kapasitas) ▪ Luas : 42.274 m3 (kapasitas) ▪ Luas : - m3 (kapasitas)
▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : -
▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi Baik ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi Rusak ▪ Tingkat Kekritisan : rusak ringan
▪ Potensi Bencana : - Rusak Ringan Ringan ▪ Potensi Bencana : -
▪ Tingkat kebermanfaatan : Air ▪ Potensi Bencana : - ▪ Potensi Bencana : - ▪ Tingkat kebermanfaatan : air baku
baku ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air baku ▪ Potensi Pengembangan : air baku
▪ Potensi Pengembangan : Air baku baku ▪ Potensi Pengembangan : air baku ▪ Tata Guna Lahan sekitar :
▪ Tata Guna Lahan sekitar : ▪ Potensi Pengembangan : air baku ▪ Tata Guna Lahan sekitar : Pertanian
Pertanian ▪ Tata Guna Lahan sekitar : pertanian
▪ Strategis Nasional : -
▪ Strategis Nasional : - pertanian ▪ Strategis Nasional : -
▪ Strategis Nasional : -

5. Embung Calie 6. Embung Tocule 7. Embung Palaguna 8. Embung Salojampu


▪ Luas : - m3 (kapasitas) ▪ Luas : 33.600 m3 (kapasitas) ▪ Luas : 1.040 m3 (kapasitas) ▪ Luas : - m3 (kapasitas)
▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : -
▪ Tingkat Kekritisan : - ▪ Tingkat Kekritisan : - ▪ Tingkat Kekritisan : - ▪ Tingkat Kekritisan : Rusak
▪ Potensi Bencana : - ▪ Potensi Bencana : - ▪ Potensi Bencana : - ▪ Potensi Bencana : -
▪ Tingkat kebermanfaatan : ▪ Tingkat kebermanfaatan : Irigasi ▪ Tingkat kebermanfaatan : Irigasi ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air Baku
Irigasi, air baku dan Air Baku dan Air Baku ▪ Potensi Pengembangan : air baku
▪ Potensi Pengembangan : ▪ Potensi Pengembangan : Irigasi, ▪ Potensi Pengembangan : Irigasi, ▪ Tata Guna Lahan sekitar : pertanian
irigasi, air baku air baku air baku ▪ Strategis Nasional : -
▪ Tata Guna Lahan sekitar : ▪ Tata Guna Lahan sekitar :
▪ Tata Guna Lahan sekitar :
Pertanian Pertanian
pertanian
▪ Strategis Nasional : - ▪ Strategis Nasional : -
▪ Strategis Nasional : -
9. Embung Sakkoli 10. Embung Lamalatudua 11. Embung Allopereng 12. Embung Lapince
▪ Luas : 283.200 m3 (kapasitas) ▪ Luas : 27.512 m3 (kapasitas) Bandengan ▪ Luas : 297.978 m3 (kapasitas)
▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Luas : 320.000 m3 (kapasitas) ▪ Permasalahan Badan Air : -
▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi Baik ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi Baik ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi Baik
▪ Potensi Bencana : - ▪ Potensi Bencana : - ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi ▪ Potensi Bencana : -
▪ Tingkat kebermanfaatan : Air ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air Baku Rusak Ringan ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air
Baku ▪ Potensi Pengembangan : Air Baku ▪ Potensi Bencana : - Baku
▪ Potensi Pengembangan : Air ▪ Tata Guna Lahan sekitar : ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air ▪ Potensi Pengembangan : air
baku Pertanian Baku dan Irigasi baku, irigasi
▪ Tata Guna Lahan sekitar : ▪ Strategis Nasional : - ▪ Potensi Pengembangan : air ▪ Tata Guna Lahan sekitar :
Pertanian baku dan irigasi pertanian
▪ Strategis Nasional : - ▪ Tata Guna Lahan sekitar : - ▪ Strategis Nasional : -
▪ Strategis Nasional : - 68
C. KONSEP PENETAPAN SDEW PRIORITAS
13. Embung Jampu 14. Embung Linre 15. Embung Tellongeng 16. Embung Batu Gading
▪ Luas : 1.000 m3 (kapasitas) ▪ Luas : - m3 (kapasitas) ▪ Luas : 360.00 m3 (kapasitas) ▪ Luas : 75.607 m3 (kapasitas)
▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : - ▪ Permasalahan Badan Air : -
▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi baik- ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi Baik ▪ Tingkat Kekritisan : Kondisi Rusak
Rusak Ringan ▪ Potensi Bencana : - ▪ Potensi Bencana : - ▪ Potensi Bencana : -
▪ Potensi Bencana : - ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air Baku ▪ Tingkat kebermanfaatan : Air ▪ Tingkat kebermanfaatan : Irigasi
▪ Tingkat kebermanfaatan : Air ▪ Potensi Pengembangan : Air baku baku ▪ Potensi Pengembangan : Irigasi
baku ▪ Tata Guna Lahan sekitar : ▪ Potensi Pengembangan : Air pertanian
▪ Potensi Pengembangan : Air baku Pertanian baku, irigasi. ▪ Tata Guna Lahan sekitar : pertanian
▪ Tata Guna Lahan sekitar : ▪ Strategis Nasional : - ▪ Tata Guna Lahan sekitar : ▪ Strategis Nasional : -
Pertanian Pertanian
▪ Strategis Nasional : - ▪ Strategis Nasional : -

Aspek Bingkulu Alabong Datae Bapangi Calie Tocule Palaguna Salojampu


Kategori Bobot Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor
Luasan 10 3 30 1 10 1 10 1 30 1 10 1 10 1 10 1 10
Permasalahan Badan Air 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tingkat Kekritisan 10 1 10 2 20 2 20 1 10 1 10 1 10 2 20 3 30
Potensi Bencana 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tingkat Kebermanfaatan 15 1 15 1 15 1 15 1 15 2 30 2 20 1 15 1 10
Potensi Pengembangan 15 1 15 1 15 1 15 1 15 2 30 2 20 1 15 1 10
Tata Guna Lahan Sekitar 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10
Nilai Strategis 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 80 70 70 80 90 70 70 70

Aspek Sakkoli Lamalatadua Allopereng Lapince Jampu Linre Tellongeng Batu Gading
Kategori Bobot Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor
Luasan 10 3 30 1 10 3 30 3 30 1 10 1 10 3 30 2 20
Permasalahan Badan Air 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tingkat Kekritisan 10 1 10 1 10 2 20 1 10 2 20 1 10 1 10 3 30
Potensi Bencana 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tingkat Kebermanfaatan 15 1 15 1 15 2 30 1 15 1 15 1 15 1 15 1 10
Potensi Pengembangan 15 1 20 1 15 2 30 2 30 1 15 0 0 2 30 1 10
Tata Guna Lahan Sekitar 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10 1 10
Nilai Strategis 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 85 60 120 95 70 45 95 80
C. KONSEP PENETAPAN SDEW PRIORITAS
1. Danau Tempe 2. Danau Sindereng 3. Danau Buaya
▪ Luas : 14.081,16 Ha ▪ Luas : 4.800 Ha ▪ Luas : 1.868 Ha
▪ Permasalahan Badan Air : Terjadi ▪ Permasalahan Badan Air : Terjadi ▪ Permasalahan Badan Air : Terjadi
pendangkalan dan penyusutan badan air pendangkalan dan penyusutan badan air pendangkalan dan penyusutan badan air
(tinggi) (cukup tinggi) (sedang)
▪ Tingkat Kekritisan : sangat kritis, ▪ Tingkat Kekritisan : kritis, terjadi ▪ Tingkat Kekritisan : Cukup kritis, terjadi
sedimentasi tinggi, air tercemar, sedimentasi dan pencemaran air sedimentasi dan pencemaran
terancam hilang. ▪ Potensi Bencana : Tinggi (bencana banjir ▪ Potensi Bencana : Sedang berpotensi bajir
▪ Potensi Bencana : Tinggi (bencana banjir sering terjadi) akibat pendangkalan ▪ Tingkat kebermanfaatan : bermanfaat
sering terjadi) akibat pendangkalan ▪ Tingkat kebermanfaatan : sangat (dimanfaatkan untuk perikanan, sumber
▪ Tingkat kebermanfaatan : sangat bermanfaat (dimanfaatkan untuk air, pertanian)
bermanfaat (dimanfaatkan untuk perikanan, sumber air, pertanian) ▪ Potensi Pengembangan : sebagai sumber
perikanan, sumber air, pertanian, ▪ Potensi Pengembangan : Cukup tinggi air baku dan perikanan
transportasi) (sumber daya air dan bentang alam ▪ Tata Guna Lahan sekitar : Ancaman
▪ Potensi Pengembangan : Tinggi (sumber menjadi potensi air baku dan pariwisata) sangat rendah, kawasan sekitar didominasi
daya air dan bentang alam menjadi ▪ Tata Guna Lahan sekitar : Ancaman oleh lahan pertanian.
potensi air baku dan pariwisata) rendah, kawasan sekitar didominasi oleh ▪ Strategis : -
▪ Tata Guna Lahan sekitar : Ancaman lahan pertanian.
tinggi, perkembangan permukiman ke ▪ Strategis : Kawasan strategis provinsi,
arah danau-dekat kawasan perkotaan. kabupaten
▪ Strategis Nasional : salah satu dari 15
danau prioritas nasional; merupakan Aspek Danau Tempe Danau Sidenreng Danau Buaya
Kawasan Strategis Provinsi; kabupaten
Kategori Bobot Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor
Luasan 10 3 30 1 10 1 10
Danau Tempe ditetapkan Permasalahan Badan Air 10 2 20 2 20 1 10
sebagai SDEW Prioritas Tingkat Kekritisan 10 3 30 3 30 1 10
berdasarkan hasil pembobotan
Potensi Bencana 10 3 30 2 20 1 10
dan juga merupakan Danau
Tingkat Kebermanfaatan 15 3 45 3 45 2 30
Prioritas Nasional sehingga
Potensi Pengembangan 15 3 45 2 30 1 15
menjadi prioritas kegiatan
Tata Guna Lahan Sekitar 10 3 30 2 20 1 10
pengendalian guna
Nilai Strategis 20 3 60 2 40 0 0
optimalisasi dan
Total 290 Total 215 Total 95
penyelamatan fungsi
Rank I II III
D. KONSEP PENETAPAN DELINEASI BADAN AIR
Luas Danau Tempe :
Perda Kab Wajo No 14/2016 tentang
Pengelolaan Danau Tempe
Danau Tempe memiliki luas 47.800 ha pada
ketinggian 10 mdpl dengan luas daerah tangkapan
air (catchment area) Danau Tempe seluas 4. 587 km2. Luasan berdasarkan Peta RBI 1991
14.081,16 Ha
Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN)
Danau Tempe, 2014
Kementerian Lingkungan Hidup

Luas Danau Tempe mencapai 47.800 ha pada Luasan berdasarkan Peta SHP
saat tinggi muka air (TMA) mencapai elevasi RTRW Provinsi dan Kabupaten
10 mdpl.
Pada musim kemarau Danau Tempe hanya
RTRW Provinsi Sulsel : 14.270,14 Ha
memiliki luas 10.000 ha dengan RTRW Kab. Wajo, Kab. Soppeng dan Kab
kedalaman air antara 0,50 – 2,00 mdpl Sidrap : 13.046,34 ha

pada musim hujan luasnya mencapai


28.000- 43.000 ha dengan rata-rata
TMA pada kisaran 6,0–9,0 m dpl
Berdasarkan Bendung Gerak Tempe
normal TMA 5,0 mdpl dengan luas rata-
rata genangan air adalah 13.290 ha

71
D. KONSEP PENETAPAN DELINEASI BADAN AIR

72
D. KONSEP PENETAPAN DELINEASI BADAN AIR

Batas delineasi
badan air di
Danau Tempe
ditetapkan
berdasarkan :
• Less Konflik
• Kesepakatan
Stakeholder 73
terkait
D. KONSEP PENETAPAN DELINEASI BADAN AIR

74
D. KONSEP PENETAPAN DELINEASI BADAN AIR

75
E. KONSEP PENETAPAN KAW. PRIORITAS
Batas delineasi kawasan
Kawasan yang ditetapkan harus memiliki kriteria (Protap RKA): perencanaan dapat dilakukan
• Kawasan yang memiliki sudut kepentingan strategis yang berdasarkan:
harus dilindungi fungsinya A. Batas Administrasi →
• Kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan Perwilayahan
• Kawasan cepat tumbuh yang harus dikendalikan. B. Batas Fungsional → batas
fisik, infrastruktur, dominasi
kegiatan dan interaksi kawasan
Identifikasi kawasan prioritas (buatan/alami)
mempertimbangkan (Protap RKA):
• Jangkauan pengaruh dari dampak
pembangunan atau keberadaan objek
strategis
• Kawasan yang dipengaruhi dan Pada penetapan delineasi
Meninjau:
berdampak langsung kawasan yang akan diatur muatan
• Karakteristik Danau
• Jarak radius dari batas terluar objek INSDAL di sekitar Kawasan
Tempe
strategis Danau Tempe, dilakukan
• Fungsi Danau
• Keserasian dan keterpaduan fungsi berdasarkan Batas Fungsional,
• Tujuan penyusunan
objek strategis dan sekitar dengan pertimbangan kritera:
INSDAL
• Morfologi kawasan 1. Area sempadan danau
• Permasalahan aktual butuh penanganan 2. Kawasan terdampak banjir
• Prasarana dan sarana eksisting 3. Ancaman urban area
• Prioritas kawasan yang membutuhkan 4. Interaksi sosial ekonomi
penanganan pengendalian terhadap D. Tempe
• Tingkat laju pertumbuhan dan 5. Batasan fisik (jalan/irigasi, dll)
perubahan guna lahan kawasan
Sumber :
Pedoman Penyusunan RDTR & PZ (Permen ATR/BPN 16/2018)
Tata Cara Penyusunan Rencana Teknis Antara di Kawasan Objek Strategis (Protap Dirjen 76
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah no 57/2019)
E. KONSEP PENETAPAN KAW. PRIORITAS

1. Area Sempadan Danau


Batas sempadan danau
berdasarkan Permen PU
28/2015 (psl 12 ayt 1)
50 meter
adalah 50 meter.
→ disesuaikan dengan
karakterisitik area sekitar
(misal jalan, dll)

Perlu diatur INSDAL →


upaya perlindungan badan
danau
Sengkang

2. Area Terdampak Banjir

3. Ancaman Urban Area

4. Interaksi sosial ekonomi

77
5. Batas Fisik
E. KONSEP PENETAPAN KAW. PRIORITAS

1. Area Sempadan Danau

2. Area Terdampak Banjir


Kawasan sekitar Danau
Tempe merupakan daerah
rawan banjir khususnya
pada musim hujan, meliputi :
Kec. Tempe, Tana Sitolu,
Sabbang Paru Pammana,
dan Belawa.

Perlu diatur INSDAL → Sengkang

meminimalkan dampak
bencana banjir

3. Ancaman Urban Area

4. Interaksi sosial ekonomi

78
5. Batas Fisik
Pada saat intensitas hujan tinggi, Sungai
Walanae dan Danau Tempe meluap
E. KONSEP PENETAPAN KAW. PRIORITAS

1. Area Sempadan Danau

2. Area Terdampak Banjir

3. Ancaman Urban Area


Terdapat kawasan permukiman
yang berkembang dan
memberikan tekanan ke arah
danau. Sengkang merupakan
ibukota Kab. Wajo dan
berfungsi sebagai PKL
(Perda Kab. Wajo 12/2012)

Sengkang
Perlu diatur INSDAL →
mengendalikan arah
perkembangan kawasan
budidaya serta mendukung
pelestarian danau

4. Interaksi sosial ekonomi

79
5. Batas Fisik
E. KONSEP PENETAPAN KAW. PRIORITAS

1. Area Sempadan Danau

2. Area Terdampak Banjir

3. Ancaman Urban Area

4. Interaksi sosial ekonomi


Masyarakat disekitar D. Tempe
sangat bergantung pada
keberadaan sumber daya alam
di Danau Tempe (Surur dkk, 2014)
Sektor perikanan dan pertanian Sengkang
merupakan sektor utama untuk
lapangan pekerjaan masyarakat.

Perlu diatur INSDAL →


mengendalikan kegiatan
budidaya yang berbasis
lingkungan dan pelestarian
danau
80
5. Batas Fisik
E. KONSEP PENETAPAN KAW. PRIORITAS

1. Area Sempadan Danau

2. Area Terdampak Banjir

3. Ancaman Urban Area

4. Interaksi sosial ekonomi

5. Batas Fisik
Delineasi kaw. Prioritas
menggunakan batas fisik Sengkang
berupa jaringan jalan dan
sungai/saluran air.

Batasan fisik → jelas


pembatasanya, sehingga
mudah diatur INSDALnya

81
Delineasi Alternatif 1 Kawasan Prioritas
Kawasan Delineasi meliputi kawasan Perkotaan
Sengkan dan sempadan danau bagian timur
Prioritas
(IDAP)
Luas Delineasi :
5.510,71 Ha

Meliputi :
Kec. Tempe
1.814 Ha
Kec. Sabangparu
2.420 Ha
Kec. Tanasitolo
1.275 Ha
Kec. Pammana
PETA DELINEASI KAWASAN PRIORITAS
1,7 Ha Sengkang

82
Delineasi Alternatif 2 Kawasan Prioritas
Kawasan
Delineasi meliputi kawasan Perkotaan
Prioritas Sengkan dan seluruh sempadan danau
(IDAP)
Luas Delineasi :
5.908,99 Ha

Meliputi :
Kab. Wajo
• Kec. Tempe
• Kec. Tanasiolo
• Kec. Sabangparu
• Kec. Pammana

Kab. Soppeng
• Kec. Riorawa
• Kec. Donri-Donri

Kab. Sidrap
• Kec. Panca Lauta

83
Delineasi Kawasan
Prioritas (IDAP)

ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2

Luas Delineasi : 5.510,71 Ha Luas Delineasi : 5.908,99 Ha

+ Kemudahan pelaksanaan, hanya 1 administrasi Kab + Mencakup seluruh kawasan sempadan Danau Tempe
+ Mencakup kawasan perkotaan sengkang + Mencakup kawasan perkotaan singkang
+ Merupakan kawasan dengan aktivitas tinggi - danau
- Tidak mencakup seluruh kawasan sekitar (sempadan)Danau
- Tidak mencakup seluruh kawasan sekitar (sempadan)Danau - Kawasan delineasi arah barat, utara dan selatan di dominasi
oleh pertanian
- Meliputi 3 Kabupaten (Wajo, Soppeng, Sidrap)

Delineasi Kawasan Prioritas terpilih


84
8. KONSEP PENATAAN KAWASAN
KO N S E P
D A S A R P E N ATA A N
K AWA SA N S E K I TA R DA N AU T E M P E

FUNGSI DANAU TEMPE Kearifan Lokal


• Permukiman
Sumber Air Baku • Pengelolaan Lahan
Peredaman Banjir Bag. Hilir • Sosial Ekonomi

Penelitian
Perikanan
PRINSIP PENATAAN
Pertanian
DESIGN
Pariwisata
Transportasi Pelestarian Ekosistem & KAWASAN
Peningkatan Fungsi Danau

Berbasis
lingkungan dan ISU STRATEGIS
berkelanjutan
• Berbasis POTENSI

• Berbasis MASALAH
85
8. KONSEP PENATAAN KAWASAN
P E N ATA A N
K AWA SA N P E R M U K I M A N T E P I S U N G A I

Normalisasi sungai dengan penghijauan di tepian sungai dan GSS, penataan


dengan pendekatan ekologi arsitektur, tidak menggunakan tanggul beton.

Menyediakan area wisata


tepi sungai (public space).

Perumahan eksisting yang “terkena” zona


sempadan sungai dapat atur dalam Peraturan
Zonasi (aturan dasar &Teknik pengaturan
zonasi)

86
Sumber gambar: desain taman kali malang
8. KONSEP PENATAAN KAWASAN
P E N ATA A N
K A W A S A N W I S ATA D A N A U T E M P E
Karakteristik budaya lokal dapat menjadi destinasi wisata di Danau Tempe.

Nelayan Trandisional – Rumah Apung – dan wisata kuliner


pemancingan ikan

Tiap tanggal 23 Agustus,


diadakan ritual ada Maccera
Tappareng

Selain itu terdapat tradisi


pemotongan sapi, lomba balap
perahu trandisional, menghias
perahu, pegelaran musik
tradisional, serta pemilihan
ana’ dara dan kallolona Wajo

87
8. KONSEP PENATAAN KAWASAN
P E N ATA A N
K A W A S A N W I S ATA D A N A U T E M P E
1. FOOD COURT
2. PARKIR
3. PLAZA
4. TOKO SOUVENIR
5. CAFE
6. AMPHITEATER
7. R.SERBAGUNA
8. GUEST HOUSE
9. DERMAGA
10. MUSHOLA

Pengembangan plaza berupa taman yang dapat


digunakan sebagai pelestarian tanaman-
tanaman khas Wajo dan sekitarnya

PLAZA
88
8. KONSEP PENATAAN KAWASAN
P E N ATA A N
K A W A S A N W I S ATA D A N A U T E M P E

Amphiteater berfungsi sebagai tempat


pentas seni pertunjukan, dan tempat
menonton lomba balap perahu tradisional.

AMPHITEATER
Dermaga untuk
wisatawan menuju
rumah apung /
restoran apung

Rumah apung dengan


konsep bangunan
tradisional bugis

89
DERMAGA
8. KONSEP PENATAAN KAWASAN
P E N ATA A N
K AWA SA N P E R M U K I M A N T E P I DA N AU

3 lt Pengaturan tinggi dan lantai


2 lt bangunan sehingga view danau
1 lt tidak terhalangi
DANAU TEMPE Selain itu juga upaya
konservasi sumber daya air

Arahan pengembangan
permukiman di kawasan tepi danau
juga mempertimbangkan unsur
mitigasi bencana (banjir)
Menggunakan arsitektur lokal →
90
rumah panggung
References
BBWS Pompengan Jeneberang. 2018. Revitalisasi Danau Tempe di Kabupaten Wajo,
Soppeng dan Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan. Bahan Paparan. Makassar,
Republik Indonesia. Peraturan Menteri ATR/BPN No 16 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan PZ Kab/Kota
Republik Indonesia. Prosedur Tetap Dirjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah No 57/SOP-700/11/2019
Republik Indonesia. Keputuran Menteri PUPR No 90/KPTS/M/2018 tentang Rencana
Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Walanae Cenranae
Kabupaten Wajo. Peraturan Daerah No 14 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Danau
Tempe
Kabupaten Wajo. Peraturan Daerah No 12 Tahun 2012 tentang RTRW Kab. Wajo
Surur, Fadhil & Sitorus, Santun & Agusta, Ivanovich. 2014. Pertimbangan Aspek Sosial
Budaya dan Kearifan Lokal dalam Pengembangan Kawasan Danau Tempe
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Tataloka. 16. 168. 10.14710/tataloka.16.3.168-
180.

Thank
You
91
Img src: www.jumardanm.com

Anda mungkin juga menyukai