Revisi Tata Ruang Kabupaten Simalungun Periode 20112031
BAB
RENCANA STRUKTUR
RUANG 3
Struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran sistem perkotaan wilayah
kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten
yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem
jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah
hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai.
Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten digambarkan sistem pusat
kegiatan wilayah kabupaten dan perletakan jaringan prasarana wilayah yang menurut
ketentuan peraturan perundang‐undangan pengembangan dan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten juga memuat rencana struktur ruang yang
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah
provinsi.
3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN WILAYAH KABUPATEN
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, rencana struktur
ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang
tersusun atas konstelasi pusat‐pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang
dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi.
Rencana struktur ruang bertujuan untuk pemerataan pembangunan diseluruh
wilayah dan sekaligus menghindari terjadinya pemusatan kegiatan yang berlebihan
agar terjamin keserasian agar tercapai pemanfaatan ruang yang sesuai dan
seimbang dengan pola pemanfaatan tata ruang seoptimal mungkin dengan
GAMBAR 3.1 DIAGRAM TATA JENJANG SISTEM PUSAT‐PUSAT PERMUKIMAN
PPL PPK
PPL
PPL
PKL/PKLp PKW/PKWp PKN
PPL PPK
3.1.1 Pusat Kegiatan Nasiona (PKN)
Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau
beberapa provinsi.
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor‐impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional.
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi.
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
Berdasarkan kriteria diatas di Kabupaten Simalungun belum ada kawasan Pusat
Kegiatan Nasional sebagaimana dimaksud.
3.1.2 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW/PKWp)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKWp) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKWp ditetapkan dengan kriteria:
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor‐impor yang mendukung PKN;
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan kabupaten, kecamatan yang
merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PKWp) di kabupaten Simalungun adalah:
a. Kota Pamatang Raya
b. Kota Pardagangan
c. Kota Parapat
3.1.3 Pusat Kegiatan Lokal (PKL/PKLp)
Pusat Kegiatan Lokal (PKL/PKLp) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL/PKLp) ditetapkan dengan kriteria:
1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri, perdagangan dan jasa yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan.
2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan kabupaten, kecamatan yang
merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL/PKLp) di kabupaten Simalungun adalah:
a. Kota Saribu Dolog
b. Kota Pamatang Simalungun
c. Kota Serbelawan
d. Kota Tanah Jawa
3.1.4 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala Kecamatan atau beberapa desa.
Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan kabupaten, kecamatan yang
merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di kabupaten Simalungun adalah:
a. Kota Purbasari
b. Kota Pamatang Bandar
c. Kota Tiga Dolog
d. Kota Panei Tongah
e. Kota Sarimatondang
3.1.5 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Berdasarkan hasil analisis pusat pelayanan kabupaten, Kecamatan yang termasuk
dalam Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di kabupaten Simalungun adalah :
1 Pamatang Silimakuta
2 Purba
3 Haranggaol Horison
4 Dolog Pardamean
5 Pamatang Sidamanik
6 Hatonduhan
7 Dolog Panribuan
8 Panombeian Panei
9 Dolog Silau
10 Silau Kahean
11 Raya Kahean
12 Siantar
13 Gunung Malela
14 Gunung Maligas
15 Hutabayu Raja
16 Jawa Maraja Bah Jambi
17 Bandar Huluan
18 Bandar Masilam
19 Bosar Maligas
Selengkapnya pusat pelayanan di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pembagian Fungsi Kota di Kabupaten Simalungun
Sistem Cakupan
No Kota Kecamatan Fungsi Prioritas yang Diarahkan
perkotaan Pelayanan
- Pusat Pemerintahan Kabupaten
1. PKWp Pamatang Raya Kecamatan Raya Simalungun
- Pendidikan
- Pendukung Kawasan Industri Sei
2. PKWp Perdagangan Kecamatan Bandar Mangkei
- Perdagangan dan Jasa
Kecamatan Girsang - Pelayanan Pariwisata
3. PKWp Parapat
Sipangan Bolon - Perdagangan dan Jasa
Kecamatan - Pusat pelayanan hortikultura
4. PKL Saribu Dolog
Silimakuta - Perdagangan dan Jasa
- Industri menengah
5. PKLp Dolog Marlawan Kecamatan Siantar
- Perdagangan dan Jasa
Sistem Cakupan
No Kota Kecamatan Fungsi Prioritas yang Diarahkan
perkotaan Pelayanan
Kecamatan Dolog
6. PKLp Serbelawan - Perdagangan dan Jasa
Batu Nanggar
Kecamatan Tanah
7. PKLp Tanah Jawa - Perdagangan dan Jasa
Jawa
Kecamatan Tapian - Industri menengah dan besar
8. PPK Purbasari
Dolog - Perdagangan dan Jasa
Kecamatan
9. PPK Pamatang Bandar - Perdagangan dan Jasa
Pamatang Bandar
Kecamatan Dolog
10 PPK Tiga Dolog - Perdagangan dan Jasa
Panribuan
11 PPK Panei Tongah Kecamatan Panei - Perdagangan dan Jasa
Kecamatan - Perdagangan dan Jasa
12 PPK Sarimantondang
Sidamanik - Pariwisata
Kecamatan
- Pertanian
13 PPL Tiga Raja Pamatang
- Perdagangan dan Jasa
Silimahuta
- Pertanian
14 PPL Tiga Runggu Kecamatan Purba - Perdagangan dan Jasa
- Industri
Kecamatan - Pertanian
Haranggaol
15 PPL Haranggaol - Pariwisata
Horison
Horison - Perdagangan dan Jasa
- Pertanian
Sipintu Angin ‐ Kecamatan Dolog
16 PPL - Perdagangan dan Jasa
Tigaras Pardamean
- Pariwisata
Kecamatan
- Pertanian
17 PPL Sait Buttu Pamatang
- Pariwisata
Sidamanik
Kecamatan
18 PPL Buttu Bayu - Pertanian
Hatonduhan
Kecamatan Jorlang - Pertanian
19 PPL Tiga Balata
Hataran - Perdagangan dan Jasa
Pamatang Kecamatan
20 PPL - Pertanian
Panombeian Panombeian Panei
- Pertanian
Kecamatan Dolog
21 PPL Saran Padang - Perdagangan dan Jasa
Silou
- Industri
- Pertanian
Kecamatan Silou
22 PPL Nagori Dolog - Perdagangan dan Jasa
Kahean
- Pariwisata
Kecamatan Raya - Pertanian
23 PPL Sindar Raya
Kahean - Perdagangan dan Jasa
Kecamatan Gunung - Pertanian
24 PPL Dolog Malela
Malela - Perdagangan dan Jasa
- Pertanian
Kecamatan Gunung
25 PPL Silou Bayu - Perdagangan dan Jasa
Maligas
- Pariwisata
26 PPL Hutabayu Raja Kecamatan - Pertanian
Sistem Cakupan
No Kota Kecamatan Fungsi Prioritas yang Diarahkan
perkotaan Pelayanan
Hutabayu Raja - Perdagangan dan Jasa
Jawa Maraja ‐ Kecamatan Jawa - Pertanian
27 PPL
Nagojor Maraja Bah Jambi - Industri
- Pertanian
Kecamatan Bandar
28 PPL Laras - Perdagangan dan Jasa
Huluan
- Industri
- Pertanian
Kecamatan Bandar
29 PPL Sei Langgei - Perdagangan dan Jasa
Masilam
- Industri
- Pertanian
Kecamatan Bosar
30 PPL Pasar Baru - Perdagangan dan Jasa
Maligas
- Industri
- Pertanian
Kecamatan Ujung
31 PPL Ujung Padang - Perdagangan dan Jasa
Pandang
- Industri
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2010
Peta Struktur Ruang
Penyusunan Revisi Tata Ruang Kabupaten Simalungun Periode 20112031
3.2 RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH
3.2.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
A. Jaringan Jalan
Adapun rencana pengembangan jaringan jalan Kabupaten Simalungun sampai
dengan tahun 2031 adalah terdiri dari rencana jaringan jalan berdasarkan
kewenangan dan berdasarkan fungsi.
1. Rencana pengembangan jaringan jalan berdasarkan kewenangan meliputi :
a. Jalan Nasional
Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan nasional yang ada di
Kabupaten Simalungun meliputi ruas;
1. Dolog Merangir – Purbasari – Sinaksak – P. Siantar – Tiga Balata – Tiga
Dolog – Tanjung Dolog.
2. Merek – Seribudolog – Tigarungu – Tanjung Dolog – Lumban Julu.
b. Jalan Provinsi
Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi. Jalan provinsi meliputi ruas :
1. Perdagangan – Pagok – Indrapura;
2. Perdagangan – Sei Langgei – Tanjung Kasau;
3. Perdagangan – Lima Puluh;
4. Pematang Siantar – Pamatang Tanah Jawa – Hatonduan – Bandar
Pasar Mandoge;
5. Pematang Siantar – Tiga Runggu;
6. Seribu Dolog – Sarang Padang – Marubun Lokkung – Gunung Meriah
– Tanah Abang.
c. Jalan kabupaten
Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk pada jalan nasional dan jalan provinsi, yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota Kecamatan, antar
ibukota Kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar
pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan
sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Jalan
Kabupaten meliputi ruas:
• Perdagangan – Simp. Mayang – Boluk – Hutta Bayu.
• Perdagangan – Simp. Mayang – Simp. Pasar Baru – Pasar Baru.
• Simpang Haranggaol – Haranggaol.
• Simpang Nagojor – Nagojor – Hutta Bayu.
• Simpang Simarimbun – Sarimatondang – Sait Buttu – Gorbus.
• Pasar Baru – Ujung Padang – ke arah Sei Bejangkar Kabupaten Batu
Bara.
• Pamatang Tanah Jawa – Hutta Bayu.
• Simpang Dolog Merangir – Serbelawan – Simpang Mangga – Nagori
Jaya – Tugu Sujono – Pamatang Bandar – ke Pajak Nagori.
• Panombeian – Parbagotan – Simpang Panei.
2. Rencana pengembangan jaringan jalan berdasarkan fungsi meliputi :
Kabupaten Simalungun dilalui oleh jalan arteri primer yang menghubungkan
Sumatera Utara bagian timur dengan dataran tinggi (bagian tengah
Sumatera Utara). Rencana jaringan jalan di Kabupaten Simalungun adalah
sebagai berikut:
a. Jalan Arteri
Jalan arteri menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah. Direncanakan pada ruas jalan:
Dari arah Tebing Tinggi – Purbasari – ke arah Kota Pematang Siantar – Tiga
Balata – Tiga Dolog – Parapat – ke arah Balige Kabupaten Toba Samosir.
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 11 (sebelas) meter. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang
lebih besar dari volume lalu lintas rata‐rata. Pada jalan arteri primer lalu
lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas
lokal, dan kegiatan lokal. Jumlah jalan masuk kejalan arteri primer dibatasi
sedemikian rupa, sehingga dapat dugunakan sesuai dengan fungsinya.
Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan
tertentu harus tetap memenuhi ketentuan. Jalan arteri primer yang
memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan
perkotaan tidak boleh terputus. Perlu ditetapkan dan disediakan rest
area.
b. Jalan Kolektor Primer (PKW‐PKL)
Jalan kolektor primer menghubungkan secara berdaya guna antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
Direncanakan pada ruas jalan:
• Dari arah Tebing Tinggi – Sei Langgei – Perdagangan – ke arah
Limapuluh Kabupaten Batu Bara.
• Dari arah Kota Pematang Siantar – Pamatang Tanah Jawa – Buttu
Bayu – ke arah Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan.
• Dari arah Lubuk Pakam – Saran Padang – Saribu Dolog – Tiga Runggu
– Dolog Sabungan – Tj. Dolog.
• Dari arah Kota Pamatang Siantar – Panei Tongah – Pamatang Raya –
Tiga Runggu.
• Saribu Dolog – Silimakuta Barat – ke arah Merek Kabupaten Karo.
• Pamatang Raya – Bandar Raya – ke arah Kota Tebing Tinggi.
• Pamatang Raya – Nagori Dolog – ke arah Dolog Masihul.
• Dari arah Kota Pematang Siantar – Dolog Marlawan – Perdagangan.
Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 9 (sembilan) meter, mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata‐rata.
Pada jalan kolektor primer jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan.
Dimana persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan
pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan. Jalan kolektor
primer yang memasuki kawasan perkotaan atau kawasan pengembangan
perkotaan tidak boleh terputus.
c. Jalan Lokal Primer I (PKL‐PPK)
Jalan Lokal Primer I menghubungkan kawasan primer (pusat wilayah
pengembangan) dengan kawasan sekunder kesatu (ibukota kecamatan),
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Direncanakan
pada ruas jalan :
• Perdagangan – Simp. Mayang – Boluk – Hutta Bayu.
• Perdagangan – Simp. Mayang – Simp. Pasar Baru – Pasar Baru.
• Simpang Haranggaol – Haranggaol.
Pada jalan Lokal Primer I didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling
sedikit 11 (sebelas) meter, mempunyai kapasitas yang lebih besar
daripada volume lalu lintas rata‐rata. Pada jalan ini lalu lintas cepat tidak
boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
d. Jalan Lokal Primer II (PPK‐PPL)
Jalan Lokal Primer II menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga. Jalan kolektor sekunder direncanakan pada ruas jalan:
• Simpang Nagojor – Nagojor – Hutta Bayu.
• Simpang Simarimbun – Sarimatondang – Sait Buttu – Gorbus.
• Pasar Baru – Ujung Padang – ke arah Sei Bejangkar Kabupaten Batu
Bara.
• Pamatang Tanah Jawa – Hutta Bayu.
• Tiga Raja – Girsang II – Porti – Sidahapitu.
• Silau Utu – Repa – Sipolha – Huta Mula – Tambun Rea.
• Sirube‐rube – Gunung Purba – Simpang Panglong – Kp. Tempel.
• Simpang Raja Nihuta – Raja Nihuta – Partambuan – Huta Dipar –
Parjalangan – Sibuntoan – Sinemu.
• Silatong – Sipalakka – Sumbul – Baringin Raya – Merek – Buru Bartang
– Pd. Bulan – Simboukehen.
• Merek – Limag – Jumapalia – Ht. Dolog.
• Gulping – Tondang – Siporkas – Mappu.
• Marjanji Dolog – Lokung – Damak Ranu – Tumbukan Dalik.
• Sipolin – Saribu Janji – Simpang Gaja Pokki – Simpang Banua – Banua
– Bandar Purba.
• Situri‐turi – Hate Tinggir – Hate Tanu – Simpang Hinalang – Hinalang.
• Tiga Raja – Sippan – Janji Mariah – Simpang Purba Tua Rambah –
Purba Tua Rambah – Ht. Baru – Sigarantung.
• Nangga Raja – Rakut Besi – Naga Bosar.
• Barung – Janji Saribu – Saribu Janji.
• Parmonangan Siboro – Sinar Baru – Purba Sinombah – Mariah Dolog
– Bosi Sinambah.
• Saran Padang – Barubai – Pagar Dolog – Mariah Dolog.
• Simpang Tambak Bawang – Tambak Bawang – Ujung Bawang.
• Afd. III Tonduhan – Aek Bontar – Simpang Aek Bontar – Tonduhan –
Simpang Pos Polisi – Simpang Perumahan PIR – Perumahan PIR.
• Bah Gunung – Simpang Pasar Lama – Maligas Bayu – Bosar Bayu –
Simpang Sigaol.
• Maligas Bayu – Simpang Dolog Sinumbah.
• Pamatang Kerasan – Palo Sarana.
• Simpang Gunung Bayu – Pasar Bayu – Dolog Estate – Talun Saragih –
Empl. Dolog Ulu – Pengkolan.
• Simpang Afd. Bukit V – Sidua‐dua.
• Afd. Bukit V – Afd. III Bukit V – Afd. Bukit V – Afd. Bukit I Tugu – Empl.
Tinjoan.
• Afd. Bukit I Tugu – Sei Torop.
• Afd. Bukit V – Afd. III Bukit V – Penampungan – Simpang
Penampungan.
• Sordang Bolon – Rian Madea – Jawa Baru.
• Empl. Tinjoan – Ds. Ulu.
• Naga Dolog – Sukatani – Boh Sulung – Sikora‐kora.
• Bah Bulian – Panduman – Pane Raya
• Panduman – Bandar Raya – Sinarsih – Pagar Janji – Damak Kitang –
Bandar Maruhur – Silau Panribuan – Silau Dunia – Dolog Marsihul.
• Damak Kitang – Negeri Dolog – Hutari – Kariahan – Tumbukan Dalik –
Dalik Raya.
• Negeri Dolog – Marawa – Dolog Marawa.
• Marawa – Tinggi Raja.
• Bah Bulian – Pane Raya – Sinda Raya – Bangun Raja – Sambosa Raya –
Sorba Dolog – Bah Tonang – GMI – Parlobahan – Sordang Raya –
Sikora‐kora – Silapa‐lapa – Bah Sulung – Sinaksak.
• Simp. Raya Tongah – Raya Tongah – Baringin Raya – Bintang Mariah –
Sigodang – Simp. Sigodang.
• Bintang Mariah – Tj. Mariah – Simp. Raya Huluan – Bah Bolon –
Partuakan – Simantin – Sipoldas – Simp. SMU Pemda.
• Partuakan – Sinaman Gambiri – Sibuntuon – Simp. Raja Nihuta –
Sipintu Angin – Simp. Salbe – Tiga Ras.
• Simp. Salbe – Salbe – Haranggaol – Ng. Sihalpe – Ng. Purba – Kuta
Lima Baru – Soping – Bage – WTS Karo.
• Bage – Simp. Bage.
• Kuta Lima Baru – Janji Maria – Bangun Saribu – Situri‐turi – Saribu
Dolog – Barubai – Simp. Purba Tua Rambah – Sinar Baru – Bosi
Sinombah – Huta Sai – Sindar Dolog – Saran Ganjang – Saran Padang.
• Simp. Cingkes – Simp. Saribu Janji – Cingkes – Simp. Tj. Purba –
Bawang.
• Simp. Saribu Janji – Saribu Janji – Rakut Besi – Tiga Raja.
• Simp. Palang Indorayon – Kehutanan – Simp. Paras Girsang III.
• Kehutanan – Rondang – Simp. Rondang – Saribu Laksa – Tangga Batu
– Maligas Tonga – Balimbingan.
• Simp. Naga Jor – Naga Jor – Simp. Bah Jambi.
• Naga Jor – Huta Bayu.
• Pamatang Tanah Jawa – Huta Bayu – Boluk – Simp. Mayang .
• Simp. Pasar Baru – Pasar Baru – Simp. Penampungan – Pengkolan –
Ujung Padang – Sei Bejangkar.
• Boluk – Mpl. Mayang – Penampungan – Simp. Petai ‐ Serdang Bolon
– Sei Torop ‐ Bukit V – Simp. Afd. Bukit V – Parbutaran – Simp.
Reninggol – Huta Bayu.
• Bukit V – Afd. Bukit V – Mpl Mayang – Saur Matinggi.
• Serbelawan – Bandar Slamat – Silou Bayu – Silinduk – Simp. Sigagak.
• Simp. Karang Sari – Karang Sari – Maligas Bayu – Bandar Malela –
Ram Bukit – Ng. Jaya – Tugu Sujono – Pamatang Bandar – Bandar
Tonga – Batas Laras – Bah Gunung – Bandar Siantar – Dolog malela –
Serapuh – Simp. Serapuh.
• Batas Laras ‐ Bandar Tengah – Pamatang Bandar – Simp. Habatu –
Pajak Nagori.
• Pamatang Bandar – Titi Besi – Pardomuan Nauli – Simp. Kalvin.
• Titi Besi – Bah Gunung.
• Pardomuan Nauli – Pamatang Kerasaan.
Jalan lokal primer III didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5
(tujuh koma lima) meter.
Rute pergerakan di Kabupaten Simalungun terdiri dari rute pergerakan
regional dan rute pergerakan lokal, pergerakan regional yakni : Kabupaten
Simalungun – Medan dan Kabupaten Simalungun – Kabupaten Tapanuli
Utara, sedangkan rute lokal adalah pergerakan di dalam Kabupaten
Simalungun itu sendiri. Saat ini jalan utama yang dilalui oleh rute lalu lintas
regional dan lalu lintas lokal adalah jalan yang sama dimana pada masa
yang akan datang diperkirakan beban lalu lintas di jalan tersebut akan
sangat tinggi.
3. Rencana pengembangan jalan berdasarkan peran strategis keruangan
Jalan Poros / Penguhubung / Feeder / Strategis Provinsi meliputi: Tebing
Tinggi – Pematangsiantar – Parapat – Balige – Tarutung – Sibolga.
4. Jalan bebas hambatan baru dilakukan untuk mendukung perkembangan
PKN Mebidangro terdiri dari: Tebing Tinggi – Pematangsiantar – Parapat –
Taruntung – Sibolga.
B. Terminal
Untuk menunjang pergerakan manusia, serta barang dan jasa maka diperlukan
terminal sebagai pengumpul sebelum bergerak ke tujuan masing‐masing.
Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang
dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Terminal yang berada di
Kabupaten Simalungun Rencana pengembangan terminal di Kabupaten
Simalungun mencakup :
1. Terminal Tipe B.
Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam provinsi;
b. Terletak di jalan arteri atau kolektor
c. Jarak antara dua terminal penumpang tipe B atau dengan terminal
penumpang tipe A, sekurang‐kurangnya 30 km;
d. Tersedia lahan sekurang‐kurangnya 2 ha;
e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal
dengan jarak sekurang‐kurangnya 30 m, dihitung dari jalan ke pintu keluar
atau masuk terminal.
Adapun rencana penetapan lokasi terminal tipe B di Kabupaten Simalungun
adalah sebagai berikut :
C. Jaringan Rel Kereta Api
Jaringan rel kereta api yang direncanakan di Kabupaten Simalungun merupakan
jaringan rel kereta api eksisting (yang sudah ada saat ini), yaitu sebagai berikut :
• Dari arah Kota Tebing Tinggi – Dolog Merangir – ke arah Kota Pematang
Siantar.
• Dari arah Kota Tebing Tinggi – Bandar Tinggi – Parlanaan – ke arah Lima Puluh
Kabupaten Batu Bara.
• Dari Bandar Tinggi – Indrapura – Kuala Tanjung (pelabuhan).
• Dari Perlanaan – Sei Mangkei.
• Dari Kota Tebing Tinggi – Kota P. Siantar – Pamatang Raya – Saribu Dolok –
Merek (Rencana pembuatan jaringan baru provinsi)
D. Stasiun Antar Kota
Berada di daerah Parlanaan, Kecamatan Bandar yang melayani rute Parlanaan ‐
Tebing Tinggi – Asahan – Medan.
E. Dermaga
Rencana pengembangan transportasi laut hanya berupa pengembangan dermaga
yang sudah ada saat ini di Kabupaten Simalungun, yaitu :
1. Dermaga Tigaraja, berada di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dengan
tujuan Tigaraja – Tomok – Tuktuk, Tigaraja – Balige, Tigaraja ‐ Nainggolan;
2. Dermaga Haranggaol , berada di Haranggaol Horison dengan status sebagai
tempat sandar kapal (kapal motor) dan ferri dengan tujuan Haranggaol –
Simanindo, Haranggaol – Bage – Tongging; dan
3. Dermaga Tigaras, berada di Kecamatan Dolog Perdamaian ditingkatkan
statusnya menjadi pelabuhan fery dengan fungsi utama untuk menunjang
kawasan pariwisata yang berorentasi ke Danau Toba. Dermaga ini
mempunyai tujuan Tigaras – Simanindo (4 trip/hari).
Selain pengembangan dermaga yang sudah ada saat ini, Pemerintah Kabupaten
Simaluungun juga akan mengembangkan jalur penyeberangan lintas provinsi yaitu
Simanindo – Tigaras.
F. Bandara
Pengembangan bandara yang berada di Kabupaten Simalungun telah dimulai
pada awal tahun 2011 yaitu Bandara Perintis Pamatang Raya yang mempunyai
panjang landasan sekitar 750 m (lahan milik Pemerintah Kabupaten) dan akan
menambah panjang landasan sekitar 200‐250 m (lahan milik masyarakat).
Bandara ini mempunyai lebar sekitar 80 m. adapun fasilitas yang akan dibangun
adalah ruang tunggu dan kantor.
Selain pengembangan Bandara Perintis, Kabupaten Simalungun juga akan
melakukan pemeliharaan Bandara Perintis Bah Jambi di Kecamatan Jawa Maraja
Bah Jambi.
Selengkapnya rencana sistem prasarana transportasi di Kabupaten Simalungun
dapat dilihat pada Peta 3.2
Penyusunan Revisi Tata Ruang Kabupaten Simalungun Periode 20112031
3.2.2 Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Energi
Kebutuhan energi listrik Kabupaten Simalungun bersumber dari sistem jaringan
listrik dari GI Jangkauan pelayanan listrik di seluruh wilayah kabupaten. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dapat dikembangkan pembangkit listrik secara
parsial dengan memanfaatkan potensi yang ada di wilayah ini, seperti
pembangkit listrik tenaga mini/mikro hidro, biogas, pembangkit listrik tenaga
bayu (angin) dan pembangkit tenaga skala besar yang akan dikembangkan oleh
PLN. Jaringan listrik yang akan dikembangkan mengikuti 2 sistem jaringan yaitu
jaringan kluster dan jaringan interkoneksi.
Beberapa ketentuan yang digunakan untuk memproyeksikan kebutuhan listrik di
Kabupaten Simalungun adalah:
• Kebutuhan listrik untuk domestik adalah 180 VA/org.
• Kebutuhan listrik untuk fasilitas umum/sosial adalah 9 VA/orang.
• Kebutuhan listrik untuk komersial dan lain‐lain adalah 45 VA/orang.
Rencana pengembangan Pembangkit listrik di Kabupaten Simalungun meliputi ;
a. Pembangkit listrik tenaga mini/mikro hidro (PLTMH), dikembangkan di
wilayah yang mempunyai banyak sungai dan topografi wilayahnya tinggi
antara lain di Kecamatan Tanah Jawa;
b. Pembangkit biogas.
c. Pembangkit listrik tenaga bayu (angin), dikembangkan di wilayah yang
memiliki potensi angin kontinu.
d. Pembangkit skala besar yang dilakukan oleh PLN.
Dengan demikian diharapkan sampai tahun 2031 seluruh wilayah Kabupaten
Simalungun terutama desa‐desa terpencil sudah terlayani listrik. Pemenuhan
kebutuhan listrik terutama diarahkan kepada kawasan pemukiman ibukota
kabupaten dan ibukota Kecamatan. Konsentrasi lainnya dapat diarahkan kepada
pemenuhan kebutuhan listrik untuk menunjang kegiatan industri dan pariwisata.
Untuk itu kawasan‐kawasan pariwisata yang memiliki kegiatan industri
diprioritaskan dalam penyediaan listrik.
3.2.3 Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Daerah irigasi di Kabupaten Simalungun tersebar di 31 Kecamatan terdiri dari:
a. Irigasi PU
• Irigasi teknis : 111 DI = 47.527 Ha
• Irigasi semi teknis : 30 DI = 5.276 Ha
• Irigasi sederhana : 37 DI = 8.135 Ha
• Irigasi Desa : 86 DI = 7.712 Ha
264 DI = 68.652 Ha
b. Bangunan Prasarana
• Irigasi PU
1. Bangunan Utama:
¾ Bendung tetap : 232 bh
¾ Free Intake (pengambilan bebas) : 37 bh
2. Saluran Pembawa:
¾ Saluran induk : 1.076.622 m
¾ Saluran suplesi : 12.100 m
¾ Saluran sekunder : 298.942 m
3. Saluran pembuang : 31.098 m
4. Jalan speksi : 318.970 m
5. Bangunan bagi/sadap dan sadap : 1.882 bh
6. Bangunan Pelengkap : 8.543 bh
• Irigasi Desa
1. Bangunan Utama:
¾ Bendung tetap : 232 bh
¾ Free Intake (pengambilan bebas) : 37 bh
2. Saluran Pembawa:
¾ Saluran induk : 179.663 m
¾ Saluran suplesi : 700 m
¾ Saluran sekunder : 5.708 m
3. Bangunan bagi/sadap dan sadap : 132 bh
4. Bangunan Pelengkap : 140 bh
c. Sungai
Sumber air irigasi pada umumnya berasal dari sungai besar yaitu: Bah bolon,
Bah Tongguran, Bah Hapal dan Bah Pamujian serta sungai‐sungai kecil/mata
air. Untuk lebih jelasnya daftar sungai/sumber air di Kabupaten Simalungun
dapat dilihat pada Tabel 3.3
Adapun kondisi umum jaringan irigasi simalungun sampai akhir tahun 2009
adalah sebagai berikut:
• Kondisi baik dan sedang = 64,50%
• Rusak ringan dan rusak berat = 35,50%
Tabel 3.3
Daftar Sungai/Sumber Air di Kabuapten Simalungun
Panjang Aliran
Tergolong Sungai
Sungai
No
Peluapan M. A.
Kecil Sedang Besar
Banjir Besar
(1) (2) (3) (4) (5)
A ‐ 1. Bah Issir A. Bah Bolon/ 130.00
1. Bah Sibual‐bual 2. Bah Kata Bah Binoman 3.25
‐ 3. Bah Dalahi/ 2.50
Da Boru 8.20
B 1. Bah Korah 4. Bah Biak 92.00
2. Bah Sikkam
3. Bah Motung
4. Bah Sawah 6.00
5. Bah Sitanggang 40.00
6. Bah Tabasan 7.00
7. Bah Silimbat/Simata
Huting 5.50
8. Bah Butong 12.00
9. Bah Situnggaling 4.50
10. Bah Siboras 4.75
11. Bah Silopak 5.25
12. Bah Sagala 2.40
C 1. Bah Kapuran 5. Bah Hilang
2. Bah Maningkring
3. Bah Bunian
4. Bah Birong
5. Bah Marung
6. Bah Garbus
7. Bah Sinuan
8. Bah Lisang
9. Bah Pelanduk
10. Bah Kurabi
11. Bah Mandohu
12. Bah Simata‐mata
13. Bah Bintoran
14. Bah Damatok
15. Bah Bangun
Sumber : Dinas PU Pengairan Kabupaten Simalungun
Kabupaten Simalungun juga memiliki potensi energi dari beberapa air terjun
yang terdapat di kabupaten ini. Air terjun yang digunakan untuk menghasilkan
energi adalah Air Terjun Karai 1 – 17 yang terdapat di Kecamatan Silau kahean,
Air Terjun Silau 1 dan 2 di Kecamatan Hatonduhan, Air Terjun Siporkas di
Kecamatan Raya dan Air Terjun Tarak Nionggang di Kecamatan Raya. Selain
energi air terjun, juga terdapat potensi panas bumi Dolog Merawan sebesar 225
Mwe yang terdapat di Kecamatan Silau Kahean. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Potensi Energi Air Terjun Kabupaten Simalungun
No Air Terjun Potensi MW Kecamatan
3.2.4 Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Telekomunkasi
3.2.4.1 Pola Jaringan
Dalam menunjang kegiatan wilayah terutama kegiatan perdagangan dan
perkantoran maka akan semakin menuntut kebutuhan sarana jaringan
komunikasi. Sarana telekomunikasi di Kabupaten Simalungun telah dilayani oleh
P.T Telkom.
Saat ini, pelayanan jaringan telekomunikasi hanya melayani sebagian kawasan,
terutama yang letaknya dekat dengan ibukota Kecamatan (IKK). Dimana selain
disediakan oleh Pemerintah, swasta juga sudah berperan besar dalam
penyediaan jaringan telekomunikasi (selular).
Sarana yang sangat membantu masyarakat pedesaan di Kabupaten Simalungun
adalah berupa warung telepon (wartel) yang ada di desa‐desa yang belum
terjangkau jaringan telepon selular.
3.2.4.2 Kapasitas dan Volume Pelayanan
Kapasitas sambungan telepon dan sistem jaringan distribusi telepon belum
seluruhnya dapat melayani kebutuhan penduduk yang ada saat ini, walaupun
ada, hanya untuk melayani kebutuhan yang vital, seperti pada kantor
pemerintahan, perdagangan dan sebagian perumahan.
Sistem distribusi jaringan telepon di Kabupaten Simalungun yang digunakan
dengan jaringan primer dan jaringan skunder. Jaringan primer menghubungkan
sentral dengan daerah‐daerah lokasi, sedangkan jaringan sekunder
menghubungkan jaringan primer dengan rumah‐rumah penduduk.
Sistem distribusi jaringan telepon di Kabupaten Simalungun yang digunakan
dengan jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan primer menghubungkan
sentral dengan daerah‐daerah lokasi, sedangkan jaringan sekunder
menghubungkan jaringan primer dengan rumah‐rumah penduduk.
Dengan menggunakan standar proporsi sambung langsung yaitu untuk Rumah
Tangga (RT) sebesar 1/50 SST/orang, sarana umum sebesar 1/250 SST/orang,
komersial dan lain‐lain sebesar 1/150 SST/orang dan telepon umum sebesar
1/1000 SSt/orang. Maka diketahui rencana kebutuhan sambungan telepon di
Kabupaten Simalungun pada Tahun 2021 sebesar 29.714vSST dan untuk tahun
2031 sebesar 332.823 SST.
Tabel 3.5
Proyeksi Kebutuhan Sambungan Telepon
Tahun 2011 – 2031
Jenis Jumlah Penduduk Standar Kebutuhan
No
Penggunaan 2011 2016 2021 2026 2031 (SST/Org) 2011 2016 2021 2026 2031
1 Sambungan 1/50 org
877.163 921.907 968.933 1.018.359 1.070,305 17,543 18,438 19,379 20,367 21,406
Langsung (RT)
2 Sarana 1/250 org
877.163 921.907 968.933 1.018.359 1.070,305 3,509 3,688 3,876 4,073 4,281
Umum/social
3 Komersial/lain‐ 1/150 org
877.163 921.907 968.933 1.018.359 1.070,305 5,848 6,146 6,460 6,789 7,135
lain
4 Telepon umum 1/1000
877.163 921.907 968.933 1.018.359 1.070,305 877 922 969 1,018 1,070
org
Jumlah 26,900 28,272 29,714 31,230 32,823
Sumber : Hasil Analisis 2010
3.2.5 Rencana Pengembangan Jaringan Sarana Lainnya
a. Sampah
Permasalahan utama persampahan adalah untuk kawasan perkotaan saja.
Sementara di kawasan pedesaan, pengolahan sampah masih dengan sistem
individual dengan cara dibakar maupun ditimbun.
Sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Simalungun sampai saat ini
masih melayani masyarakat di sepanjang jalan negara saja terutama di sekitar
pasar dan terminal oleh Pemerintah Kabupaten Simalungun. Dimana sampah
dibuang ke TPA yang terdapat di Kecamatan Bandar dengan pengolahan yang
masih manual (ditumpuk dan dibakar).
Upaya penanggulangan masalah sampah di Kabupaten Simalungun adalah :
‐ Menganjurkan membuat Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah untuk
melayani Kawasan Perkotaan Pamatang Raya.
‐ Pengadaan sepeda motor roda tiga lengkap dengan bak, yang bertujuan
untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Pengadaan sepeda motor
tersebut bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK), tahun 2007
sebanyak 1 unit dan telah diserahkan ke Kecamatan Jawa Maraja Bah
Jambi, tahun 2008 direncanakan sebanyak 6 unit.
‐ Pengadaan mesin alat pengolahan sampah dari dana DAK TA. 2008,
rencana alat tersebut akan diserahkan ke Kecamatan Bandar untuk
mengolah sampah menjadi kompos.
‐ Pengendalian tumbuhan enceng gondok di perairan Danau Toba, seperti
yang terdapat di Pantai Tiga Raja Parapat dan Pantai Haranggaol. Upaya
yang dilakukan adalah dengan cara membersihkan tumbuhan tersebut
setiap tahunnya, yang sumber dananya berasal dari annual fee.
Berdasarkan hasil proyeksi, dibuat proyeksi yang baru sampai tahun rencana
yaitu tahun 2021 dan tahun 2031 jumlah penduduk Kabupaten Simalungun
masing‐masing adalah sebanyak 968.933 jiwa dan 1.070.305 jiwa. Sesuai
dengan standar persampahan (Departemen PU), kuantitas sampah yang
dihasilkan oleh setiap orang adalah sekitar 2,5 – 3 liter/orang/hari. Dengan
demikian sampai tahun 2021, sampah yang dihasilkan oleh penduduk di
kawasan ini adalah sebesar 2.665 m3/hari dan tahun 2031 sebesar 2.943
m3/hari. Dengan volume yang sedemikian besar, diperlukan perluasan
pelayanan persampahan, terutama sarana pengumpul dan pengangkut
sampah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7
b. Air Limbah
Penanganan air limbah juga masih terpusat di kawasan perkotaan dan jalan‐
jalan utama saja. Dari kondisi eksisting dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
utama saat ini adalah berupa penyediaan IPLT di kawasan perkotaan, serta
penyediaan MCK umum di pedesaan.
Untuk penanggulangan masalah air limbah pabrik, upaya yang dilakukan
adalah :
‐ Menganjurkan kepada seluruh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk
melaksanakan pembangunan bersih (Clean Development
Mecanism/CDM). Dimana CDM bisa mengurangi 27 kali Gas Methane
CH4 menjadi CO2. PKS PT. Eastern Sumatera Indonesia (SIPEF) dalam
proses pelaksanaan CDM.
‐ Menganjurkan ke seluruh Pabrik Kelapa Sawit dan Pabrik Karet agar
membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengurangi
emisi CO2 ke udara dan mengatasi konsentrasi kandungan parameter
BOD dan COD dalam air.
Tabel 3.6
Proyeksi Produksi Timbunan Sampah Di Kabupaten Simalungun
Tahun 2011‐2031
Total Timbulan Sampah
Standard
No Keterangan 2011 2016 2021 2026 2031
(L/Org/Hr
L/Hari m3/Hari L/Hari m3/Hari L/Hari m3/Hari L/Hari m3/Hari L/Hari m3/Hari
Jenis Sampah:
1 Domestik 2 1,754,326 1,754 1,843,814 1,844 1,937,866 1,938 2,036,718 2,037 2,140,610 2,141
Sarana
2 0.5
Umum/Sosial 438,582 439 460,954 461 484,467 484 509,180 509 535,153 535
3 Komersial 0.25 219,291 219 230,477 230 242,233 242 254,590 255 267,576 268
Total Timbulan
Sampah 2,412,198 2,412 2,535,244 2,535 2,664,566 2,665 2,800,487 2,800 2,943,339 2,943
Sumber : Rencana
Tabel 3.7
Proyeksi Kebutuhan Sarana Sampah Di
Kabupaten Simalungun dari Tahun 2011 sampai Tahun 2031
Standard
Kebutuhan Sarana Persampahan (Unit)
No Keterangan
2011 2016 (l/org/hari)
2021 2026 2031
Kebutuhan Sarana:
1 Kebutuhan Bak/Tong Sampah 1 unit/50 L 48,244 50,705 53,291 56,010 58.867
2 Kebutuhan Gerobak Sampah 1 unit/2m3 1,206 1,268 1,332 1,400 1,472
3 Kebutuhan TPS 1 unit /6 m3 402 423 444 467 491
4 Kebutuhan Truk Sampah 1 unit/18 m3 134 141 148 156 164
Keterangan: Asumsi bahwa 1 unit truk sampah mengangkut sampah 3 trip per hari
Sumber : Rencana