Anda di halaman 1dari 198

PELESTARIAN &

PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA

Pembina
Ir. Rido Matari Ichwan,MCP

Pengarah
Ir. Agusta Ersada Sinulingga, MT

Tim Penyusun
Melva Eryani Marpaung, ST, MUM (Koordinator)
Dr. Petrus Natalivan, ST, MT
Dr. Ir. Laretna T. Adhisakti, M.Arch
Allien Dyah Lestary, S.ST
Agus, ST, MT
Miko Luhde Sritara Savitri, ST
Asih Dyah Setya Khirana, S.Si
Rosita Arung, ST
Rifano Widhi, ST
I Gusti A.A Arinda Pradandari, ST
Zavira Putri Ismar, ST

ISBN: 978-602-6561-19-0

Penerbit
Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan
BPIW, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
nya sehingga buku “Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka” ini dapat tersusun
dengan baik. Sesuai dengan Surat Keputusan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordina-
si Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia, menetapkan
bahwa Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan menjadi Ketua dari Pokja
Kota Pusaka. Tim Pokja ini memiliki tugas dan fungsi koordinasi dalam upaya untuk
melakukan pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam, termasuk kota
pusaka.

Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk merangkai secara keseluruhan aspek
yang berkaitan dengan pelestarian dan pengelolaan, sehingga memberi pemaha-
man secara mendalam pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. Buku ini berisi
konsep pedoman teknis pelestarian dan pengelolaan kota pusaka serta profil kota
pusaka di Indonesia. Karakter kota pusaka di Indonesia yang berbeda-beda ten-
tu memerlukan penanganan yang berbeda, sehingga penting bagi kita untuk men-
genali agar bisa lebih memahami.

Terima kasih kami ucapkan pada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses
penyusunan buku ini. Akhir kata kami berharap semoga buku ini dapat memberi-
kan manfaat dan inspirasi, terutama dalam upaya pelestarian dan pengelolaan kota
pusaka di Indonesia.

Jakarta, Desember 2017


Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan

Ir. Agusta Ersada Sinulingga, M


DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
07
08
1.2 PENGERTIAN KOTA PUSAKA 10
1.3 PELESTARIAN KOTA PUSAKA 11
Perkembangan Pelestarian Kota Pusaka 12
Pemangku Kepentingan dalam Pelestarian Kota Pusaka 15
Kondisi Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka di Indonesia 25
1.4 PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA 30
Tantangan dan Permasalahan Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka 30
Strategi Pengelolaan Kota Pusaka 32
Metode dan Instrumen Pengelolaan Kota Pusaka 34

2 PELESTARIAN & PENGELOLAAN


KOTA PUSAKA
2.1 PENDAHULUAN
37
38
Maksud dan Tujuan 39
Ruang Lingkup 39
Acuan Normatif 39
Definisi dan Istilah 41
Kedudukan dan Fungsi 41
Fungsi & Manfaat 41

2.2 PRINSIP PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA 42


Arah Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka 42
Prinsip Pelestarian Kota Pusaka 43

2.3 TATA CARA PENETAPAN KOTA PUSAKA 44


Pertimbangan 44
Kriteria Kota Pusaka 46
Prosedur Penetapan 48
Kelengkapan Pengusulan Kota Pusaka 50

2.4 PERANGKAT PELESTARIAN


& PENGELOLAAN KOTA PUSAKA 51
Perangkat Penataan dan Pengendalian 51
Kelembagaan 52
2.5 KOORDINASI, SINKRONISASI DAN PENGENDALIAN 53
Koordinasi 53
Sinkronisasi 56
Pengendalian 57
3
3.1
PROFIL KOTA PUSAKA

KOTA SAWAHLUNTO 64 3.16 KOTA PANGKAL PINANG


63
149

3.2 KOTA MALANG 77 3.17 KOTA CIREBON 153

3.3 KOTA TERNATE 95 3.18 KOTA BOGOR 156

3.4 KOTA BANDA ACEH 106 3.19 KOTA TANGERANG 159

3.5 KOTA LANGSA 110 3.20 KOTA PEKALONGAN 162

3.6 KOTA SABANG 113 3.21 KOTA SALATIGA 166

3.7 KOTA MEDAN 116 3.22 KOTA SURAKARTA 169

3.8 KOTA SIBOLGA 122 3.23 KOTA TEGAL 172

3.9 KOTA BUKITTINGGI 125 3.24 KOTA BLITAR 176

3.10 KOTA PADANG 130 3.25 KOTA KUPANG 179

3.11 KOTA LUBUKLINGGAU 134 3.26 KOTA PONTIANAK 182

3.12 KOTA PALEMBANG 136 3.27 KOTA BONTANG 185

3.13 KABUPATEN SIAK 140 3.28 KOTA BAU BAU 187

3.14 KOTA SUNGAI PENUH 142 3.29 KOTA DENPASAR 191

3.15 KOTA BENGKULU 144 3.30 KOTA SINGKAWANG 193

4 PENUTUP 195
Sumber: http://www.okulous.com/tesko-da-cete-moci-da-zaboravite-ovih-15-fotografija/
1
PENDAHULUAN
7
PENDAHULUAN

1.1 LATAR
BELAKANG
Kota Pusaka dapat diartikan sebagai kota yang di dalamnya terdapat kawasan
cagar budaya dan/atau bangunan cagar budaya yang memiliki nilai-nilai
penting bagi kota sebagai aset pusaka serta mengarusutamakan kegiatan
penataan dan pelestarian pusaka sebagai strategi utama pengembangan
kotanya. Aset pusaka merupakan rekam jejak sejarah bangsa Indonesia,
dari kerajaan nusantara hingga pasca kemerdekaan bangsa. Aset-aset
tersebut memiliki nilai kearifan lokal yang otentik, yang dari segi hukum juga
dilindungi keberadaannya. Dalam perkembangan kota, keberadaan aset
pusaka semakin hilang dan berkurang nilainya karena tekanan perkembangan
ekonomi dan semakin berkurangnya perhatian pemerintah daerah kota
dalam melindungi/melestarikan dan mengelolannya. Oleh karena itu, United
Nations 2030 Sustainable Development Agenda memandang penting upaya-
upaya pelestarian aset pusaka sebagai bagian dari upaya mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.

Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 Perserikatan Bangsa-Bangsa


yang diadopsi pada 24 September 2015 pada United Nations Sustainable
Development Summit menyatakan bahwa salah satu tujuan (tujuan no. 11)
pembagunan berkelanjutan adalah menjadikan kota dan permukiman
manusia yang lebih inklusif, selamat, mempunyai ketahanan dan berkelanjutan
(make cities and human settlements inclusive, safe, resilient and sustainable).
Target (Target 11.4) untuk mencapai tujuan ini adalah memperkuat upaya-
upaya untuk melestarikan dan melindungi warisan budaya dan alam dunia
(strengthen efforts to protect and safeguard the world’s cultural and natural
heritage). Sebagian warisan budaya dan alam Indonesia maupun dunia berada
di kota-kota.

Upaya melindungi Warisan Budaya dan Alam Dunia sudah lama dilakukan,
antara lain melalui Konvensi 1972 UNESCO tentang Pelindungan Warisan
Budaya dan Alam Dunia. Sementara khusus untuk warisan budaya dan alam
perkotaan, pada 10 November 2011, Konferensi Umum UNESCO mengadopsi
secara aklamasi Recommendation on the Historic Urban Landscape (rekomendasi
tentang lanskap bersejarah perkotaan). Organization of World Heritage Cities
(OWHC) atau Organisasi Kota-Kota Pusaka Dunia adalah salah satu program
di bahwa Konvensi 1972 UNESCO untuk pelaksanaan Rekomendasi tersebut.
Sumber: http://kitanesia.id/wp-content/uploads/2016/11/Penataan-Kota-Pusaka-
Mengembalikan-Kembali-Karakter-Kota-2.jpg
9

“ Upaya pelestarian kota pusaka perlu


memperhatikan berbagai aspek
danjuga sinergi antar berbagai
pemangku kepentingan

Di Indonesia, terbentuk Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia pada tahun 2003,


dengan menyerap pengalaman dan pelajaran dari berbagai upaya lembaga
pelestari pusaka maupun pemerintah dalam mendorong upaya penataan
dan pelestarian kota pusaka, serta mengakui prinsip-prinsip pelestarian
kota pusaka yang telah tercantum dalam berbagai piagam pelestarian yang
diadopsi oleh UNESCO, ICOMOS serta organisasi pelestarian pusaka dunia
lainnya. Sepuluh tahun setelah lahirnya Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia,
dilakukan penyusunan Piagam Pelestarian Kota Pusaka yang merupakan
kesepakatan masyarakat pendukung pelestarian pusaka yang akan mengawal
dan terus mendorong penataan dan pelestarian Kota Pusaka.

Pada praktiknya, pengelolaan kota pusaka melibatkan berbagai kementerian Little Netherland, Semarang
Sumber: https://wonderfulisland.id/kota-tua-semarang-little-netherland/
teknis seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN. Program- program pada kementerian
tersebut, masih dilaksanakan secara sektoral, sehingga terjadi tumpang tindih
baik pada perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan. Dibutuhkan
upaya-upaya koordinasi, sinkronisasi untuk meminimalkan tumpang tindih
dalam pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) telah
menetapkan Tim Koordinasi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan
Alam Indonesia (SK Menko PMK No 20 Tahun 2016), di mana dalam SK tersebut
(SK Menko PMK No. 20 tahun 2016) Kepala Pusat Pengembangan Kawasan
Perkotaan ditunjuk sebagai Ketua Pokja Kota Pusaka. Tugas tim koordinasi
ini adalah untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian yang
berkaitan dengan kota pusaka.

Upaya pelestarian kota pusaka perlu memperhatikan berbagai aspek,


seperti lingkungan, fisik, ekonomi, dan sosial budaya selain itu diperlukan
juga sinergi antar berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah,
swasta, dan komunitas. Pemerintah kabupaten/kota sebagai penyelenggara
pembangunan di daerah dan pengambil keputusan memegang peranan
kunci dalam pelestarian kota pusaka. Untuk mewujudkan upaya pelestarian
dan pengelolaan kota pusaka dapat dicapai secara optimal, dibutuhkan
pedoman pelestarian dan pengelolaan kota pusaka di Indonesia terkait
koordinasi, sinkronisasi serta pengendalian pelestarian dan pengelolaannya.
PENDAHULUAN

1.2 PENGERTIAN
KOTA PUSAKA
Kota Pusaka Dunia merupakan kota yang ditetapkan UNESCO yang memiliki
“ Keunggulan Nilai Sejagad (Outstanding Universal Value/OUV) berdasarkan ”the
Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage
1972”. Untuk menominasikan dan akhirnya dinyatakan sebagai Kota Pusaka
Dunia oleh UNESCO, kota tersebut perlu menyandang 1 (satu) atau lebih dari
10 kriteria penilaian Keunggulan Nilai Sejagat/KNS yang dikeluarkan UNESCO.
Kota memiliki Kota memiliki sistem perlindungan dan pengelolaan untuk menjamin
sistem perlindungan kelestariannya yang disusun dalam rencana pengelolaan Kota Pusaka.

dan pengelolaan Keunggulan Nilai Sejagad (Outstanding Universal Value) merupakan hal dan
kriteria pokok bagi semua properti/situs untuk pencantuman pada Daftar
untuk menjamin Warisan Dunia. Alasan utama untuk mengajukan nominasi adalah untuk
kelestariannya menjelaskan suatu properti/situs terdiri dari apa, kenapa menunjukkan
potensi Outstanding Universal Value, dan bagaimana nilai tersebut dapat
yang disusun dilanjutkan, dilindungi, dilestarikan, dikelola, dipantau, dan diungkapkan.

dalam rencana Kota Pusaka adalah kota atau kabupaten yang mempunyai aset pusaka yang
pengelolaan unggul berupa rajutan pusaka alam dan pusaka budaya yang lestari yang
mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan, dan kawasan dengan ruang
Kota Pusaka terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, dan sosial- budaya.

Kota Singkawang, salah satu kota pusaka di Indonesia


Sumber: https://www.kodesingkatan.com/singkatan-kota-singkawang/
Sumber: https://www.kitamuda.id/travel/2017/05/23/unik-dan-megah-7-bangunan-
11

Gedung London Sumatera, Medan

peninggalan-zaman-kolonial-di-indonesia/
1.3 PELESTARIAN
KOTA PUSAKA
Pelestarian adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian,
perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan,
dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan,
keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk
membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas. (Indonesian Charter
“ Diharapkan bahwa
seluruh lapisan
Heritage) masyarakat dalam
Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai seluruh kawasan
dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan
berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/
kota pusaka
kota atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola itu mempunyai
secara efektif.
kehidupan budaya
Dilihat dari segi fisiknya, kota pusaka itu dapat seluruhnya atau sebagian saja
terdiri dari bangunan dan kawasan pusaka, tetapi dari segi kehidupan budaya
yang semarak
masyarakatnya diharapkan bahwa seluruh lapisan masyarakat dalam seluruh dan bergairah
kawasan kota pusaka itu mempunyai kehidupan budaya yang semarak dan
bergairah.

Tidak ada gunanya sesuatu kota mempunyai banyak bangunan pusaka atau
bangunan bersejarah jika kota itu tidak mempunyai kehidupan budaya
yang semarak, jika masyarakatnya kurang partisipasi, tidak kreatif, dan tidak
produktif menghasilkan karya-karya yang terus mengalir ke masa kini. Tidak
ada artinya bangunan tua yang suram dan angker, yang tidak mengandung
kehidupan yang dapat menggugah masyarakat berjuang maju ke masa depan.

Kota pusaka bukanlah kota mati yang hanya memeluk abu dari masa lalu. Kota
pusaka adalah kota hidup yang berkelanjutan, yang mempunyai kekuatan
dasar yang diserap dari pengalaman masa lalu yang panjang. Kota pusaka
mengandung dinamika yang kuat dari pusaka masa lalu yang telah diserap
dan diolah menjadi kekuatan masa kini.
PENDAHULUAN

Tanpa kekuatan ini kota pusaka akan cepat redup dan tenggelam, mengeluh
dan meratap, ditinggalkan perkembangan zaman yang sangat pesat. Perlu
selalu diingat sisi sisi pelestarian yang harus terus dipelihara:
1. Pelestarian pusaka alam
bentang alam yang istimewa, keindahan dan keselarasan alam, flora dan

Lestarinya saujana,
terhindar dari
fauna yang endemik, jejak struktur dan ruang kota yang berbasis pada kerusakan akibat
karakter alam lokal, lansekap dan vista, keberlanjutan sumberdaya alam.
2. Pelestarian pusaka budaya ragawi kecerobohan
artefak, bangunan dan kawasan bersejarah serta yang berkarakter, suasana dan keserakahan
ruang kota yang khas sesuai dengan sejarahnya, collective memory dan
catatan sejarah yang terpelihara. manusia
3. Pelestarian pusaka budaya tak ragawi
hidup dan berkembangnya ekspresi dan apresiasi seni yang berbasis pada
budaya lokal, lestarinya nilai-nilai tradisi yang positif dalam dinamika yang
kreatif.
4. Menyatunya pusaka alam, pusaka budaya ragawi dan tak ragawi sebagai
kesatuan saujana yang utuh dan harmonis. Lestarinya saujana, terhindar
dari kerusakan akibat kecerobohan dan keserakahan manusia.
5. Penataan dan pelestarian kota pusaka akan merangkum in semua melalui
berbagai mekanismenya dalam kesatuan kota pusaka yang utuh.

1.3.1 Perkembangan Pelestarian Kota Pusaka


Gerakan-gerakan sosial kemudian memunculkan pendekatan-pendekatan
dalam pelestarian sebuah kota. Dulu pelestarian fokus pada rencana
pemugaran/preservasi (generasi I kota tua), kemudian generasi II kota
bersejarah fokus pada perencanaan pelestarian/konservasi, dan generasi III
kota pusaka fokus pada perencanaan pusaka/heritage planning.

Perkembangan Pelestarian Kota Pusaka (Laretna, 2016)

Generasi I
Perencanaan Pemugaran/Preservasi
KOTA TUA

Generasi II
Perencanaan Pelestarian/Konservasi
KOTA BERSEJARAH

Generasi III
Perencanaan Pusaka/Heritage Planning
KOTA PUSAKA

Perkembangan Pelestarian Kota Pusaka


Perspektif Pelestarian Kota Pusaka
Dari perspektif pelestarian kota pusaka tidak lagi dibatasi upaya 13
mempertahankan keaslian (authenticity), namun lebih pada penciptaan
pengalaman urban (urban experience) yang khas dan memiliki nilai sejarah
sehingga pentingnya kelestarian semangat zaman (spirit of the past) yang di
dalamnya sense of place menjadi penting.

Upaya pelestarian kota pusaka berevolusi. Mulai dari generasi 1 yang


fokus pada obyek dan monumen. Pada generasi 2 fokus pada obyek, situs,
dan kawasan. Generasi 3 lebih kompleks lagi yaitu fokus pada obyek, situs,
kawasan, kota sebagai satu kesatuan pelestarian, juga termasuk elemen-
elemen perencanaan/rancang kota seperti infrastruktur, jalur pedestrian, RTH,
struktur, badan air, dan material.

Pelestarian Kota Pusaka dan Pembangunan Kota


Pelestarian dalam kota konteks kota pusaka seharusnya selain
mempertahankan keaslian juga dapat menciptakan urban experience (khas
memiliki identitas kesejarahan) sehingga sense of place menjadi sangat
penting. Sense of place terdiri dari meaning, physical setting, dan activity.
Sehingga pelestarian kota pusaka ini seharusnya memikirkan dimensi fisik,
dimensi spasial, dan dimensi sosial.

Pelestarian Kota Pusaka dan Pembangunan Kota

Mempertahankan
Keaslian
Meaning

Pelestarian Sense of Place


dalam Konteks Urban Experience menjadi sangat Physical Activity
Kota Pusaka penting Setting

Khas memiliki
identitas kerejarahan Punter, 1991

URBAN
Perencanaan Heritage dalam Perkotaan (Ashworth,1991) CONSERVATION Dimensi
URBAN URBAN Fisik
FORM FUNCTION

Built
Environment Uses Dimensi Dimensi
Heritage
Planning
Spatial Sosial

Orbasli, 2000
Strategies
Area Pelestarian Kota Pusaka dan Pembangunan Kota

URBAN PLANNING
Konsep Perencanaan Heritage dalam Perkotaan
PENDAHULUAN

LINGKUP DAN DIMENSI UNTUK MEWUJUDKAN KOTA PUSAKA

Bangunan
RTBL, UDGL, PBS,
Standar
Site
Neighborhood

RDTR,
Blok Peraturan Zonasi

Spatial

Kawasan Rencana Tata Ruang


Kawasan Strategis
Pelestarian
Kota Pusaka
Kota Rencana Tata Ruang
Metropolitan Wilayah

A-Spatial

HIRARKIS
KOMPLEMENTER
Dokumen
Pembangunan
dan Sektor

Rencana-Rencana Sektor Terkait

Lingkup dan dimensi mewujudkan kota pusaka


Dalam upaya mewujudkan pelestarian kota pusaka, terbagi menjadi dua,
yaitu secara spasial dan aspasial. Tiap perwujudan dalam bentuk spasial,
Perencanaan untuk memiliki beberapa ruang lingkup yang ditunjukan melalui gambar di atas.
Pada lingkup bangunan maka diatur dalam bentuk Rencana Tata Bangunan
kawasan pusaka bisa dan Lingkungan (RTBL), Urban Design Guidelines, maupun bentuk standar
lainnya. Dalam lingkup yang lebih besar, seperti blok, perencanaan untuk
dimasukkan dalam kawasan pusaka bisa dimasukkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Rencana Detail maupun Peraturan Zonasi. Begitu pula dengan kawasan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis, serta dalam lingkup kota
Tata Ruang maupun yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Heritage planning
seharusnya mengaitkan lingkungan terbangun, kegunaan, dan area
Peraturan Zonasi strategis.
15
1.3.2 Pemangku Kepentingan dalam Pelestarian Kota Pusaka
Upaya Mewujudkan
Kota Pusaka melibatkan Kota Pusaka sebagai GERAKAN SOSIAL:
berbagai Aktor - Dipelopori oleh kelompok yang ‘sadar’
- Bagaimana meningkatkan kesadaran dan
keterlibatan masyarakat yang lebih luas
Konsep --> Operasional Masyarakat

Pemerintah Aktor lain


‘Lingkungan’

- Bagaimana melibatkan aktor lain


yang mempunyai sumberdaya
- Tekanan Ekonomi -> Perubahan guna
PERAN PEMERINTAH: lahan. pragmatis jangka pendek
- Dipelopori oleh kelompok yang ‘sadar’
- Bagaimana melembagakan Kota
Pusaka dalam rencana tata ruang dan
dokumen program
Peran masing-masing sektor dalam pelestarian kota pusaka


Beberapa aktor yang terlibat dalam mewujudkan kota pusaka yaitu
masyarakat, pemerintah, dan aktor lain ‘lingkungan’. Masing-masing aktor
tersebut memiliki peran. Peran pemerintah adalah melembagakan kota
pusaka dalam rencana tata ruang dan dokumen program. Peran masyarakat
Peran pemerintah
yang mempelopori gerakan sosial yang mampu meningkatkan kesadaran dan adalah melembagakan
keterlibatan masyarakat yang lebih luas. Sedangkan aktor lain ‘lingkungan’
yang memiliki sumberdaya. kota pusaka dalam
rencana tata ruang
dan dokumen program

Taman Sukasada Ujung Karangasem


Sumber: http://thebalidestiny.com/kabupaten-bangli/
PENDAHULUAN

Sumber: http://indojayaholiday.co.id/wp-content/uploads/2017/07/danau-biru-sawahlunto.jpg

Potensi dan Permasalahan Kota dalam Mewujudkan Kota Pusaka


Berdasarkan penjelasan di atas di mana ketiga aktor dapat mewujudkan
kota pusaka melalui keterpaduan, pelembagaan, program dan keberlanjutan
program, serta anggaran dari aktor pemerintah. Kemudian tokoh/leader dan
keaktifan kelompok masyarakat dari aktor masyarakat, dan yang terakhir
peran dan keterlibatan lembaga dari aktor lain.

AKTOR KRITERIA INDIKATOR


• Keterlibatan sektor lain selain perwujudan Kota Hijau
• Ada program bersama antar sektor untuk mewujudkan Kota
Pemerintah Keterpaduan
Pusaka dan komponen pembentuknya
• Kerjasama dan koordinasi secara vertikal maupun horisontal
Terdapat kebijakan, strategis, program Kota Pusaka dalam
Kelembagaan
rencana tata ruang maupun dokumen pembangunan
• Kejelasan kebijakan hingga program untuk mewujudkan Kota
Program dan
Pusaka (tidak hanya jangka pendek, tetapi jangka panjang)
Keberlanjutan Program
• Adanya komitmen kepala daerah
• Adanya alokasi anggaran yang menerus
Anggaran • Adanya keterpaduan pembiayaan antar sektor di daerah
maupun tingkatan pemerintah
Adanya tokoh yang berinisiatif dan berpengaruh dalam
Masyarakat Tokoh, Leader
mewujudkan
Adanya masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat mandiri
Keaktifan Kelompok
yang mengupayakan salah satu atau beberapa komponen Kota
Masyarakat
Pusaka terwujud
• Peran aktif lembaga dalam membantu masyarakat
Peran dan Keterlibatan
Lain-lain • Adanya kerjasama dengan masyarakat atau
Lembaga
pemerintah
Kriteria dan indikator tiap aktor dalam mewujudkan kota pusaka
17
I. LEMBAGA INTERNASIONAL

A. UNESCO
Tugas & Fungsi
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO)
merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945. Tujuan organisasi
adalah mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan
kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya
dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan
kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki (Pasal 1
Konstitusi UNESCO).

UNESCO memiliki anggota 191 negara. Organisasi ini bermarkas di Paris,


Perancis, dengan 50 kantor wilayah serta beberapa lembaga, dan institut di Kegiatan UNESCO mendokumentasikan aset pusaka di Cambodia
seluruh dunia. UNESCO memiliki lima program utama yang disebarluaskan
melalui: pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial, dan manusia, budaya, serta
komunikasi, dan informasi. Proyek yang disponsori oleh UNESCO termasuk
program baca-tulis, teknis, dan pelatihan guru; program ilmu internasional;
proyek sejarah regional, dan budaya, promosi keragaman budaya; kerja sama
persetujuan internasional untuk mengamankan warisan budaya, dan alam
serta memelihara HAM; dan mencoba untuk memperbaiki perbedaan digital
dunia.

Peran
UNESCO sebagai organisasi internasional di bawah PBB Alam, serta benda yang berarti bagi umat manusia dan
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan memberikan menjadi sebuah Warisan bagi generasi berikutnya.
penghargaan Warisan Budaya Dunia (world heritage)
kepada kawasan, kota atau kabupaten yang memenuhi Program ini bertujuan untuk mengkatalog, menamakan,
kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan Convention dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting
Concerning the Protection of the World Cultural and agar menjadi warisan manusia dunia. Tempat-tempat
Natural Heritage 1972. Situs Warisan Dunia UNESCO yang didaftarkan dapat memperoleh dana dari Dana
(UNESCO’s World Heritage Sites) adalah sebuah tempat Warisan Dunia di bawah syarat-syarat tertentu. Program ini
khusus (misalnya, Taman Nasional, Hutan, Pegunungan, diciptakan melalui Pertemuani Mengenai Pemeliharaan
Danau, Pulau, Gurun Pasir, Bangunan, Kompleks, Wilayah, Warisan Kebudayaan dan Alamiah Dunia yang diikuti di
Pedesaan, dan Kota) yang telah dinominasikan untuk oleh Konferensi Umum UNESCO pada 16 November 1972.
program Warisan Dunia internasional yang dikelola Indonesia memiliki penghargaan Warisan Budaya yakni
UNESCO World Heritage Committee, terdiri dari 21 untuk Candi Borobudur, Candi Prambanan, Subak, Situs
kelompok (21 state parties) yang dipilih oleh Majelis Manusia purba Sangiran. Adapun Warisan Alam yakni
Umum (General Assembly) dalam kontrak 4 tahun. Sebuah Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lorentz, Taman
Situs Warisan Dunia adalah suatu tempat Budaya dan Nasional Ujung Kulon, Hutan Hujan tropis Sumatera.
PENDAHULUAN

B. The Organization of World Heritage Cities (OWHC)


The Organization of World Heritage Cities (OWHC) berdiri pada tanggal 8
September 1993 di Fez, Morocco. Organisasi ini beranggotakan 280 kota yang
tergabung di dalamnya, yang termasuk ke dalam UNESCO World Heritage List.
Kantor pusat OWHC sendiri berlokasi di Kota Quebec, Kanada.

Tujuan utama organisasi ini adalah untuk mendukung pelaksanaan Konvensi


Warisan Dunia, untuk mendorong kerjasama dan pertukaran informasi
dan keahlian mengenai hal-hal konservasi dan pengelolaan serta untuk
WHC Youth Forum di Gyeonju mengembangkan rasa solidaritas di antara kota-kota anggotanya. Untuk


mber: https://www.youtube.com/watch?v=oeeT7V3vgX0 mencapai tujuan ini, OWHC menyelenggarakan banyak pertemuan: Kongres
Dunia, konferensi, seminar dan lokakarya yang membahas tantangan yang
harus dipenuhi di ranah pengelolaan dan strategi yang berkaitan dengan
pelestarian dan pembangunan kota-kota bersejarah. Selain itu, OWHC
OWHC menawarkan menawarkan kepada banyak anggota kotanya berbagai program dan proyek
kepada banyak yang bertujuan untuk mempromosikan dan mendukung pemeliharaan,
pengakuan dan pengembangan warisan dunia mereka, yaitu: Youth on the Trail
anggota kotanya of World Heritage, City2City, The Jean-Paul-L’Allier Prize for Heritage, International
Video Production Competition “My city, our World Heritage”, Solidarity day of
berbagai program World Heritage Cities – September 8, Mayors&Heritage, Case Studies, dan masih
dan proyek yang banyak lagi.

bertujuan untuk Organisasi non-pemerintah nirlaba internasional, Organization of World


mempromosikan Heritage Cities (OWHC) diciptakan untuk membantu kota-kota anggota
menyesuaikan dan memperbaiki metode pengelolaan mereka sehubungan
dan mendukung dengan persyaratan spesifik untuk memiliki sebuah situs yang tertulis dalam
Daftar Warisan Dunia UNESCO.
pemeliharaan,
pengakuran dan Sesuai dengan Jenderal menurut Undang-undang, OWHC memiliki tujuan
sebagai berikut:
pengembangan • Berkontribusi pada pelaksanaan Konvensi tentang Perlindungan Warisan
Budaya dan Alam Dunia dan Piagam Internasional untuk Perlindungan Kota
warisan dunia mereka Bersejarah;
• Mendorong, baik di tingkat regional maupun internasional, kerja sama dan
pertukaran informasi dan keahlian di antara kota-kota bersejarah di seluruh
dunia dalam kerjasama erat dengan organisasi lain yang mengejar tujuan
serupa sambil mempromosikan tindakan yang mungkin mendukung usaha
kota-kota yang berada di negara-negara berkembang;
• Bekerjasama dengan organisasi khusus, memastikan hubungan yang lebih
baik antara penelitian yang dilakukan oleh spesialis atau ahli dan kebutuhan
manajemen lokal;
• Sensitivitas populasi terhadap nilai warisan dan perlindungannya
• OWHC memiliki lima bahasa resmi, Perancis, Inggris, Spanyol, Arab dan
Portugis. Tiga yang pertama disebutkan adalah bahasa kerja OWHC.
II. PEMERINTAH
19

A. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan


Tugas & Fungsi
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di
bidang pembangunan manusia dan kebudayaan. Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan
kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang
pembangunan manusia dan kebudayaan;
2. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait


dengan isu di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan;
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Kementerian
4. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Koordinator Bidang
5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; dan
Pembangunan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden. Manusia dan
Peran Kebudayaan
Sebagaimana tercantum dalam SK Menko Kesra Nomor 64 tahun 2013 berperan sebagai
tentang Peranan Kemenko Kesra dalam Pokjanas Warisan Dunia, Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan berperan Ketua Kelompok
sebagai Ketua Kelompok Kerja Warisan Dunia yang memiliki tugas sebagai
berikut:
Kerja Warisan
1. Melakukan koordinasi pengumpulan data dan bahan-bahan lain, yang Dunia
diperoleh dari instansi pemerintah, swasta dan masyarakat guna
penyusunan kebijakan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan
Warisan Budaya dan Alam Indonesia;
2. Melakukan koordinasi pemetaan potensi Warisan Budaya dan Alam
Indonesia di tingkat pusat dan daerah;
3. Melakukan koordinasi penyusunan pedoman dan penetapan Warisan
Budaya dan Alam Indonesia sebagai Warisan Nasional.
4. Melakukan koordinasi monitoring, evaluasi dan kajian terhadap usulan
Warisan Budaya dan Alam Nasional sebagai Warisan Budaya dan Warisan
Alam Dunia/UNESCO/FAO;
5. Melakukan koordinasi pengendalian, monitoring dan evaluasi serta kajian
dampak politik, sosial, ekonomi, budaya dan masalah yang timbul terhadap
penetapan pelestarian Warisan Budaya dan Alam Indonesia sebagai
Warisan Nasional dan Warisan Dunia;
PENDAHULUAN

6. Melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi


maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pengusulan nominasi
Warisan Budaya dan Alam Indonesia, serta pengesahan pengusulan
kepada UNESCO Paris dan FAO Roma;
7. Melakukan koordinasi penyusunan Peta Jalan dan Masterplan pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan Warisan Budaya dan Alam Indonesia;
8. Melakukan koordinasi penyusunan laporan hasil kegiatan pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan Warisan Budaya dan Alam Indonesia;
9. Melakukan Koordinasi pengelolaan, pengendalian dan pengembangan
Warisan Budaya dan Alam Indonesia;
10. Melakukan Koordinasi pelaksanaan peninjauan berkala, penyusunan state
of conservation;
11. Melakukan Koordinasi skema pendanaan terhadap program dan kebijakan
Warisan Budaya dan Alam Indonesia.

Sumber: https://hello-pet.com/assets/uploads/2016/06/Blenduk.jpg

NATIONAL
FOCAL POINT PENGARAH
(MENKO KESRA) - MENDIKBUD
- MENHUT
- MEN KP
- MEN LH
- MENDAGRI
KOORDINATOR - MEN PU
POKJANAS - BAPPENAS
WARDUN

SEKRETARIAT

POKJA V
POKJA I POKJA I POKJA III POKJA IV BUDAYA & ALAM
BUDAYA BENDA BUDAYA TAK BENDA ALAM HUTAN ALAM LAUT
(LANDSCAPE)
Ketua : Kemendikbud Ketua : Kemendikbud Ketua : Kemen KL & Ketua : Kemen KP
Ketua : Kemen PU
Kehutanan
& Pera)

Bagan Struktur Pokjanas Warisan Dunia


21

B. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Tugas & Fungsi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kementerian


Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan sumber daya air, penyelenggaraan jalan, penyediaan
perumahan dan pengembangan kawasan permukiman, pembiayaan
perumahan, penataan bangunan gedung, sistem penyediaan air
minum, sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan, dan pembinaan jasa konstruksi;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di daerah;
f. pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis dan strategi keterpaduan
pengembangan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
g. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan umum


dan perumahan rakyat;
h. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat; dan
i. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh Pusat
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Pengembangan
Peran
Kawasan
Sesuai dengan SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi Perkotaan, Badan
Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia, menetapkan
Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Pengembangan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW) sebagai Ketua Pokja Kota Pusaka. Sebagai Tim
Koordinsi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia
Infrastruktur
mempunyai tugas untuk: Wilayah (BPIW)
a. melakukan koordinasi pengumpulan data dan informasi, yang diperoleh
dari instansi pemerintah, swasta dan masyarakat guna penyusunan sebagai ketua
kebijakan pelestarian dan pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia
b. melakukan koordinasi pemetaan potensi Warisan Budaya dan Alam
Pokja Kota Pusaka
Indonesia di tingkat pusat dan daerah
PENDAHULUAN

Sumber: http://vr-tmii.com/assets/gambar/Anjungan_KalSel.jpg


c. melakukan koordinasi penyusunan pedoman umum dan penetapan
warisan budaya dan alam Indonesia sebagai Warisan Nasional
d. melakukan koordinasi monitoring, evaluasi dan kajian terhadap usulan
Warisan Budaya dan Alam Indonesia sebagai Warisan Budaya dan Warisan Salah satu tugas Tim
Dunia/UNESCO/FAO
e. melakukan koordinasi pengendalian, monitoring dan evaluasi serta
Koordinasi Pelestarian
kajian dampak politik, sosial, ekonomi, budaya, dan masalah yang timbul dan Pengelolaan
terhadap penetapan pelestarian warisan budaya dan alam Indonesia
sebagai warisan nasional dan dunia/UNESCO/FAO Warisan Budaya dan
f. melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi Alam Indonesia yaitu
maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pengusulan nominasi
warisan budaya dan alam Indonesia, serta pengesahan pengusulan kepada melakukan koordinasi
UNESCO Paris dan FAO Roma
g. melakukan koordinasi penyusunan peta jalan dan masterplan perlindungan,
penyusunan pedoman
pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya dan alam Indonesia umum dan penetapan
h. melakukan koordinasi penyusunan laporan hasil kegiatan dan pengelolaan
warisan budaya dan alam Indonesia warisan budaya
i. melakukan koordinasi pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan
alam Indonesia
dan alam Indonesia
j. melakukan koordinasi pelaksanaan peninjauan berkala, penyusunan state sebagai Warisan
of conservation
k. melakukan koordinasi upaya penyelamatan warisan budaya dan Indonesia Nasional
yang berada dalam keadaan terancam
l. melakukan koordinasi peningkatan kesadaran publik akan pentingnya
pelestarian warisan budaya dan alam Indonesia
m. melakukan koordinasi mendorong keikutsertaan penduduk lokal dalam
upaya pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia di
wilayahnya masing-masing
n. melakukan koordinasi skema pendanaan terhadap program dan kebijakan
terhadap pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia
III. MASYARAKAT DAN SWASTA
23

A. Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI)


Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) merupakan sebuah jaringan antarkota di
Indonesia yang didirikan di Kota Surakarta, 25 Oktober 2008 dengan deklarasi
oleh 12 kota di Indonesia. Jaringan ini didirikan dengan tujuan menjaga
kelestarian benda cagar budaya peninggalan sejarah di Indonesia. Selain
itu, JKPI memiliki peran sangat penting dalam upaya sosialisasi peraturan
perundang-undangan tentang perlindungan benda cagar budaya.

JKPI merupakan organisasi pembina pemerintah kota dan kabupaten yang


mempunyai keanekaragaman pusaka alam dan atau pusaka budaya (tangible
dan intangible). Tujuan utama dari organisasi ini adalah untuk bersama-
sama melestarikan pusaka alam dan pusaka budaya sebagai modal dasar Sumber: https://www.jomjalan.com/wp-content/uploads/2016/12/Thean-Hou-
Temple2.jpg
pembangunan masa depan. Adapun tujuan didirikan JKPI adalah:
1) Mengembangkan kerjasama diantara kota-kota yang mempunyai pusaka
alam dan pusaka budaya;
2) Mengembangkan kerjasama untuk melestarikan pusaka bersama para
pemangku kepentingan;
3) Mendorong peran aktif masyarakat dalam pelestarian pusaka dan
pengembangannya yang positif dalam kehidupan bermasyarakat;
4) Inventarisasi kekayaan warisan pusaka dari anggota JKPI;
5) Mengembangkan pemahaman keberagaman alam dan budaya untuk
memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6) Wadah promosi Pusaka yang ada bagi anggota JKPI.

Saat ini anggota JKPI berjumlah 58 kota/kabupaten yakni:

1. Kota Ambon 16. Kota Langsa 31. Kota Sibolga 46. Kab.Buleleng
2. Kota Banda Aceh 17. Kota Lubuk Linggau 32. Kota Singkawang 47. Kab. Brebes
3. Kota Banjarmasin 18. Kota Madiun 33. Kota SungaiPenuh 48. Kab. Cilacap
4. Kota Bau-Bau 19. Kota Malang 34. Kota Surabaya 49. Kab. Gianyar
5. Kota Bengkulu 20. Kota Medan 35. Kota Surakarta 50. Kab. Halmahera Barat
6. Kota Blitar 21. Kota Padang 36. Kota Tangerang 51. Kab. Karangasem
7. Kota Bogor 22. Kota Palembang 37. Kota Tegal 52. Kab. Kepulauan Seribu
8. Kota Bontang 23. Kota Palopo 38. Kota Ternate 53. Kab. Ngawi
9. Kota Bukittinggi 24. Kota Pangkal Pinang 39. Kota Tidore 54. Kab. Pesawaran
10. Kota Cirebon 25. Kota Pekalong 40. Kota Yogyakarta 55. Kab. Purbalingga
11. Kota Denpasar 26. Kota Pontianak 41. Kab. Bangka Barat 56. Kab. Siak
12. Kota Jakarta Barat 27. Kota Sabang 42. Kab. Bangli 57. Kab. Tegal
13. Kota Jakarta Pusat 28. Kota Salatiga 43. Kab. Banjarnegara 58. Kab. Temanggung
14. Kota Jakarta Utara 29. Kota Sawahlunto 44. Kab. Banyumas
15. Kota Kupang 30. Kota Semarang 45. Kab. Batang
Kota-kota anggota JKPI
PENDAHULUAN


Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-E8TpKxBi6pE/VPVZH7I4wTI/AAAAAAAABTY/iEnlP7qHyvg/s1600/walikota%2Bkantor.jpg

B. Badan Pelestarian Pusaka Indonesia


BPPI didirikan BPPI adalah sebuah organisasi nirlaba berbentuk perkumpulan yang didirikan
oleh Jaringan oleh Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) yang terdiri dari berbagai
organisasi pelestarian daerah, akademisi, dan individu praktisi serta pemerhati
Pelestarian pelestarian pada 17 Agustus 2004 di Jakarta. Pembentukannya dihadiri dan
didukung oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI.
Pusaka Indonesia
yang terdiri dari Visi BPPI adalah “Mengawal Kelestarian Pusaka Indonesia” yang dilaksanakan
agar terwujud rekam jejak sejarah, budaya dan peradaban bangsa Indonesia
berbagai organisasi sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat. Untuk mewujudkan visi
tersebut, BPPI memiliki 3 misi utama yaitu:
pelestarian daerah, 1. Menyampaikan masukan untuk pengembangan kebijakan, strategi,
akademisi, dan program, panduan dan mekanisme pelestarian;
2. Menyelenggarakan pelestarian dan membantu pengembangan kapasitas
individu praktisi pelestarian pusaka serta membangun gerakan pelestarian bersama
serta pemerhati pemerintah, komunitas, dunia usaha dan berbagai lembaga lainnya;
3. Mengembangkan sistem pendanaan pelestarian melalui kerjasama
pelestarian nasional dan internasional.

Saat ini BPPI bermitra dengan lebih dari 50 mitra lokal yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia serta mitra internasional dari Australia, Belanda, Lebanon,
dll. BPPI merupakan anggota dari International National Trust Organisation
(INTO) yaitu wadah jaringan organisasi pelestarian sedunia yang berpusat di
London. Anggota Badan Pelestarian Pusaka Indonesia berasal dari beragam
disiplin ilmu, seperti antropologi, arkeologi, arsitektur, ekonomi, hukum,
lingkungan hidup, musik, perencanaan wilayah, sosiologi, ilmu sejarah, sastra,
teater, dan lain-lain.
25

1.3.3 Kondisi Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka di Indonesia


Lembaga-lembaga pemerintah dan non-pemerintah, organisasi, dan
kelompok masyarakat telah melakukan upaya untuk mengamankan dan
melestarikan pusaka alam dan budaya. Selain itu, dilakukan pula upaya untuk
mengingatkan dan mendorong berbagai pihak untuk memperkuat upaya
pelestariannya.

Monoementen Ordonantie 1931 yang dilanjutkan dengan Undang-Undang No.


5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan UU No. 12 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya meletakkan dasar pengamanan Benda Cagar Budaya. UU No.
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menegaskan bahwa penataan ruang Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d8/Skewed_
Front_View%2C_Tjong_A_Fie_Mansion%2C_Medan.jpg
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi ekonomi, sosial, budaya,
politik, hukum, pertahanan, keamanan, lingkungan hidup, serta iptek sebagai
satu kesatuan. Ada UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup.

Pada tahun 2000 berbagai organisasi pelestarian di berbagai daerah


berkumpul dan bersepakat membangun suatu Jaringan Pelestarian Pusaka
Indonesia. JPPI mengadakan banyak dialog dan pembahasan, kemudian
meluncurkan Tahun Pusaka Indonesia 2003, dan bersama dengan berbagai
lembaga, perguruan tinggi serta organisasi masyarakat mencanangkan
“Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia”.

1. Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia (Indonesian Charter


Heritage) dan Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia
Berbagai Kota dan Kabupaten di Indonesia banyak menyimpan aset yang sangat
berharga, yang berupa pusaka alam, pusaka budaya ragawi dan tak ragawi,
rekaman karya serta pusaka saujana yang terajut sebagai suatu kesatuan yang membentuk
dan kejadian dari karakter kota atau kabupaten, yang akan terus dibawa dalam perjalanan
sejarahnya.
masa lalu beserta Berbagai rekaman karya dan kejadian dari masa lalu beserta perkembangannya
perkembangannya mengandung banyak pelajaran yang sangat bermanfaat untuk modal
mengandung membangun ke depan. Kota atau kabupaten juga mengandung pemikiran,
cara membangun, pemecahan masalah, kehidupan bermasyarakat pada
banyak pelajaran masanya yang sangat bernilai, maupun sebab-akibat dari kejadian alam yang
luar biasa.
yang sangat
bermanfaat untuk Pada tahun 2003, Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia bekerjasama dengan
International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan
modal membangun Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata meluncurkan Piagam Pelestarian
Pusaka Indonesia 2003. Piagam ini mendefinisikan jenis pusaka yang terdapat
kedepan di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
PENDAHULUAN


• Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana
yang merupakan kesatuan antara pusaka alam dan budaya.
• Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa.
• Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa dan karya yang istimewa Piagam Pelestarian
dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri,
sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan
Kota Pusaka adalah
budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup kesepakatan
pusaka “tangible” (berwujud) dan pusaka “intangible” (tidak berwujud).
• Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam masyarakat pendukung
kesatuan ruang dan waktu yang luas. pelestarian pusaka
Sepuluh tahun setelah lahirnya Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia pada yang akan mengawal
tahun 2003, Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia perlu disusun
dengan menyerap pengalaman dan pelajaran dari berbagai upaya lembaga
dan terus mendorong
pelestari pusaka maupun pemerintah dalam mendorong upaya penataan penataan dan
dan pelestarian kota pusaka, serta mengakui prinsip-prinsip pelestarian
kota pusaka yang telah tercantum dalam berbagai piagam pelestarian yang pelestarian Kota Pusaka
diadopsi oleh UNESCO, ICOMOS serta organisasi pelestarian pusaka dunia
lainnya. Piagam Pelestarian Kota Pusaka adalah kesepakatan masyarakat
pendukung pelestarian pusaka yang akan mengawal dan terus mendorong
penataan dan pelestarian Kota Pusaka.

Dokumen Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia


27

2. Pembentukan BPPI
Pada tahun 2004 berbagai organisasi pelestarian
yang bergabung dalam JPPI membentuk Badan
Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dimana peresmian
pembentukannya disaksikan oleh Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata, berbagai lembaga, perguruan tinggi, dan
organisasi masyarakat. BPPI bertujuan (i) menyiapkan
masukan tentang kebijakan, strategi, program dan panduan
peletarian, (ii) membantu dan memperkuat gerakan
masyarakat untuk pelestarian, dan (iii) membangun sistem
pendanaan pelestarian. BPPI dalam Acara Pameran Foto Indonesian Heritage

3. Pembentukan JKPI
Langkah maju selanjutnya adalah terbentuknya Jaringan
Kota Pusaka Indonesia (JKPI) pada tahun 2008 dimana
para Walikota dan Bupati yang peduli pada pelestarian dan
ingin memperkuat pengelolaan Kota Pusaka bersama-sama
membentuk organisasi. Pembentukan JKPI diprakarsai oleh
Bapak Joko Widodo, Walikota Solo, dan sekarang Ketua JKPI
pertama dijabat oleh Bapak

Amran Nur, Walikota Sawahlunto. Pada saat didirikan


JKPI beranggotakan 11 Walikota/Bupati dan sekarang
Rakernas JKPI di Gianyar


anggotanya sudah meningkat menjadi 48 kota/kabupaten.
Hal ini menunjukkan berkembangnya perhatian Pemerintah
Daerah pada upaya penataan dan pelestarian kota pusaka.

Tujuan JKPI adalah bersama- Pendirian JKPI tertuang dalam Deklarasi Surakarta di
sama melestarikan pusaka bidang pusaka (warisan budaya) yang dilangsungkan di
joglo belakang rumah dinas walikota Solo. Para founding
alam dan pusaka budaya fathers JKPI bersepakat mendeklarasikan organisasi ini.
Pada awal kelahirannya, JKPI hanya beranggotakan 12 kota
sebagai modal dasar untuk se-Indonesia. Seiring perjalanan waktu dan diskusi resmi
membangun ke masa depan pada forum-forum prakongres, kongres, dan Rakernas
JKPI berjalan; akhirnya disepakati daerah yang berstatus
kabupaten diperkenankan menjadi anggota JKPI sepanjang
memenuhi kriteria dan berkomitmen dalam pelestarian
pusaka (tangible and intangible heritage).

JKPI sendiri adalah suatu organisasi di antara pemerintah


kota dan atau pemerintah kota/kabupaten yang
mempunyai keanekaragaman pusaka alam dan atau
pusaka budaya (tangible dan intangible), yang bertujuan
untuk bersama-sama melestarikan pusaka alam dan pusaka
budaya sebagai modal dasar untuk membangun ke masa
depan. Adapun tujuan didirikan JKPI adalah:
PENDAHULUAN

1. Mengembangkan kerja sama di antara kota-kota yang


mempunyai pusaka alam dan pusaka budaya yang
penting
2. Mengembangkan kerja sama untuk melestarikan
pusaka bersama para pemangku kepentingan
3. Mendorong peran aktif masyarakat dalam pelestarian
pusaka dan pengembangannya yang positif dalam
kehidupan bermasyarakat
4. Menginventarisasi kekayaan warisan pusaka dari
anggota JKPI
5. Mengembangkan pemahaman keberagaman alam
dan budaya untuk memperkuat Negara Kesatuan
Republik Indonesia
6. Sebagai wadah promosi pusaka yang ada bagi
anggota JKPI
Organisasi ini merupakan organisasi yang bersifat nirlaba,
mandiri, dan tidak dimaksudkan untuk memajukan
kepentingan, atau terikat dengan, suatu golongan atau
aliran politik tertentu.
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-2_QDlkSdLkc/U1FO2IaBMxI/AAAAAAAAAAk/5VrPbIZA-DI/s1600/IMG_2823.jpg

4. Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP)


Pada tahun 2012 Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Direktorat
Jendral Penataan Ruang mengembangkan Program Penataan dan Pelestarian
Kota Pusaka (P3KP). Diharapkan melalui program P3KP ini kota dan
kabupaten dapat memperkuat upaya penataan dan pelestarian kota pusaka,
membangun kota yang berkarakter, berbasis pada alam, sejarah, dan budaya
masyarakatnya. Masyarakat diajak untuk menemukenali seluruh pusaka alam
dan budaya di daerahnya, menganalisis dan menghimpunya dalam suatu
daftar pusaka dan peta pusaka yang komprehensif, menetapkan perlindungan
Sumber: http://anekatempatwisata.com/wp-content/uploads/2014/11/ pusaka, membangun menkanisme pengamanan, pengembangannya, dan
Pantai-Sanur.jpg
pemanfaatannya, serta mengembangkan kehidupan budaya yang kreatif,
bergairah, dan berkelanjutan.

Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) merupakan salah satu
wujud komitmen pemerintah dalam menjalankan amanat ketiga undang-
undang tersebut. P3KP telah dirintis sejak tahun 2012 berkolaborasi dengan
Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat
Bina Penataan Bangunan selain memberikan pendampingan dan fasilitasi
dalam bentuk dana stimulan penataan kawasan pusaka, juga dilakukan
pendampingan penguatan kelembagaan terhadap para pihak terkait,
khususnya kepada Tim Kota Pusaka Daerah (TKPD).

Di tahun 2015 juga, untuk melengkapi peraturan menteri tersebut dengan


panduan yang lebih opersional, disusun Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Bangunan Gedung Cagar Budaya yang dilestarikan yang sampai saat ini
masih berupa rancangan peraturan menteri, diharapkan dengan adanya
29

petunjuk teknis tersebut pemilik bangunan cagar budaya dan para pihak
terkait mendapat panduan yang jelas dalam setiap tahapan penyelenggaraan
bangunan gedung cagar budaya.

Sejalan dengan Undang-Undang Cagar Budaya, yang menyebutkan bahwa


pelestarian adalah pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan benda-
benda cagar budaya, termasuk bangunan gedung cagar budaya, petunjuk
teknis dirancang sebagai panduan bagi para pihak dalam melakukan
pelindungan yang berupa pemeliharaan dan perawatan; pemugaraan yang
berupa rekonstruksi, konsolidasi, rehabilitasi dan restorasi; pengembangan
yang berupa adaptasi dan revitalisasi; pemanfaatan Bangunan Gedung Cagar
Budaya dan bahkan pembongkaran yang dalam kondisi tertentu bangunan
cagar budaya terpaksa dibongkar.

P3KP merupakan insentif program kepada Kabupaten/Kota peserta P3KP yang


telah menetapkan Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Selain itu P3KP
juga merupakan platform untuk mensinergikan program lintas sektor baik
di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka mewujudkan pembangunan
kota berkelanjutan berbasis pusaka. Sampai saat ini P3KP telah diikuti oleh 52


kota/kabupaten yang memiliki komitmen dan kepedulian dalam melindungi
kekayaan pusaka alam, budaya, dan saujana yang dimilikinya. Komitmen dan
kepedulian tersebut dituangkan oleh Kabupaten/Kota dalam Rencana Aksi
P3KP merupakan Kota Pusaka (RAKP). Kabupaten/Kota anggota P3KP secara bersama-sama
berupaya mencari jalan dan langkah-langkah nyata dalam mendayaupayakan
insentif kekayaan pusaka bangsa menjadi aset yang bernilai tinggi, baik di mata
program kepada bangsa Indonesia sendiri maupun di mata bangsa-bangsa lain di dunia.

Kabupaten/Kota Pelestarian cagar budaya perlu didukung dengan pengembangan kota


peserta P3KP yang yang menghargai keberadaan cagar budaya dan menjadikannya sebagai
bagian penting dalam pengambilan keputusan. Pemerintah Kabupaten/kota
telah menetapkan sebagai penyelenggara pembangunan di daerah dan pengambil keputusan
memegang peranan kunci dalam pelestarian kawasan cagar budaya.
Perda RTRW dan
Perda Bangunan
Gedung

Tahapan Pelaksanaan P3KP


PENDAHULUAN

1.4 PELESTARIAN &


PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
Indonesia memiliki lebih dari 500 kelompok etnis yang tersebar di lebih dari
17.000 pulau. Hal ini menandakan kayanya pusaka alam dan pusaka budaya
di Indonesia. Berbagai nilai dan tradisi yang tersebar di seluruh wilayah
nusantara, haruslah dijaga. Persoalan saat ini, banyak kabupaten dan kota di
Indonesia yang kehilangan karakter yang terjadi akibat dari kemajuan dan
arus globalisasi. Dalam arus globalisasi yang sedang berlangsung, banyak
kota/kabupaten yang hanyut dalam keseragaman, sekedar tumbuh seperti
yang lain, tanpa identitas yang akrab dan melekat pada masyarakatnya.

Pusaka alam dan budaya selalu terancam oleh unsur atau pengembangan
yang membawa keuntungan ekonomi jangka pendek. Pada masa dimana
perhatian sangat difokuskan pada pembangunan prasarana fisik dan
pembangunan ekonomi, sisi pembangunan manusia dan nilai- nilai budaya
kurang berkembang. Pengembangan kepribadian, penyelamatan aset sejarah
dan budaya kurang mendapat prioritas. Dalam situasi demikian banyak
yang berpikiran bahwa hilang atau rusaknya pusaka alam dan budaya serta
melemahnya modal sosial dan modal budaya itu bukan merupakan masalah
penting yang perlu segera ditanggulangi. Kecenderungan ini perlu segera
diubah, dan dikembalikan kepada konsep pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya yang mencakup keseimbangan dan keserasian pembangunan fisik,
ekonomi, dan sosial-budaya. Oleh karena itu, pelestarian dan pengelolaan
kota pusaka perlu dilakukan sebagai bentuk upaya mengamankan dan
menyelamatkan pusaka di kota atau kabupaten di seluruh Indonesia.

1.4.1 Tantangan dan Permasalahan Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka


1. Desakan Pembangunan Kota/Urbanisasi
Desakan urbanisasi di perkotaan merupakan permasalahan karena dorongan perubahan guna lahan menjadi
dan tantangan serius di semua daerah urban di Indonesia. ancaman bagi keberadaan pusaka. Sebagai contoh
Kebutuhan akan perbaikan penghidupan (livelihood) pertumbuhan perumahan dan permukiman mengambil
menjadi daya dorong urbanisasi baik itu berupa migrasi porsi lahan yang sangat besar yang kemudian akhirnya
penduduk atau proses pengkotaan sebuah wilayah. menjadi tidak berjarak dengan pusaka sehingga aktivitas
Proses pengkotaan sebuah wilayah adalah permasalahan manusia yang berdekatan dengan pusaka tersebut dapat
utama terkait dengan upaya pelestarian kota pusaka merusaknya.
2. Tata Kelola Pemerintahan
31
a. Politik
Politik menjadi sebuah tantangan besar di suatu daerah
karena menyebabkan adanya suatu dinamika yang besar
dalam proses tata kelola pemerintahan. Adanya faktor
pemilihan kepala daerah secara langsung mendorong
adanya dinamika visi dan misi pembangunan suatu
daerah, dimana visi dan misi ini dapat berubah sesuai
dengan prakondisi sosial masyarakat. Penerapan visi
misi ini akan sangat berpengaruh dalam jalannya
pembangunan minimal dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun. Demikian pula dengan semakin besarnya peran
DPRD juga menyebabkan adanya dinamika politik
terutama dalam membangun kesepakatan antara
pemerintah sebagai eksekutif dan dewan sebagai legislatif 3. Bencana Alam
dalam program pembangunan dan pendanaannya. Kondisi alam sering kali menjadi tantangan tersendiri
Keberpihakan kepada pelestarian pusaka adalah sebuah dalam upaya pelestarian dan pengelolaan kota pusaka.
keniscayaan yang harus dibangun pada tataran politik Dari segi kebencanaan sendiri, jenis bencana alam
baik oleh kepala daerah maupun legislatif. Dengan perlu diperhatikan dengan seksama. Secara geografis
adanya kesepakatan keberpihakan akan mendorong Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
proses pelestarian berjalan dengan baik. pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng
Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia
b. Pendanaan Pembangunan dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur
Pendanaan pembangunan adalah sebuah tantangan dan Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang
bisa menjadi permasalahan serius bagi pembangunan memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa - Nusa Tenggara,
sebuah daerah yang minim sumber daya. Otonomi yang Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua
diberikan kepada daerah dalam mengelola sumber dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-
keuangannya sendiri menjadi sebuah keuntungan bagi rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan
daerah dengan sumber pendanaan yang cukup, namun bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi,
bisa jadi sebaliknya untuk daerah dengan sumber tsunami, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan
pendanaan yang minim. Sumber pendanaan daerah bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
yang didapat secara otonom baik berasal dari pajak memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih
daerah –termasuk sekarang PBB serta BBHTB, retribusi dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat.
serta Pendapatan Asli Daerah lain seringkali tidak cukup
untuk menyelenggarakan pembangunan secara ideal. Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis
Diperlukan adanya prioritasi program pembangunan dengan dua musim yaitu panas dan hujan dengan
dan penganggarannya sehingga alokasi dana harus ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah
benar-benar dipersiapkan secara cermat. Pelestarian angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini
pusaka seringkali dianggap bukan prioritas karena harus digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan
mengalokasikan untuk kebutuhan dasar lain yang apabila batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun
dihitung membutuhkan anggaran cukup tinggi. kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur.
Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa
akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya
waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan
lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu
meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana
hidrometeorologi (banjir, tanah longsor dan kekeringan)
yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di
Indonesia.
PENDAHULUAN


4. Akulturasi Budaya Modern
Majunya teknologi dan informasi membawa dampak
perubahan terhadap kebudayaan, diantaranya adalah
Akulturasi budaya tidak
akulturasi budaya lokal dengan budaya modern atau hanya terjadi dalam
berasal dari luar akibat derasnya informasi. Akulturasi
budaya tidak hanya terjadi dalam bentuk budaya non bentuk budaya non
ragawi seperti budaya bertutur, bahasa, sastra, seni ragawi seperti budaya
musik, olah vokal dan sebagainya, namun juga budaya
ragawi seperti arsitektur ragam minimalis dan pola bertutur, bahasa, sastra,
konstruksi yang modern dan murah. Sedangkan ulah
manusia juga membawa beberapa dampak dan menjadi
seni musik, oleh vokal dan
permasalahan serius seperti vandalisme, meskipun sudah sebagainya.
terdapat pemahaman yang cukup tinggi di masyarakat
akan pentingnya aset pusaka.

1.4.2 Strategi Pengelolaan Kota Pusaka


Kunci strategi pengelolaan Kota Pusaka agar dapat berjalan dengan baik
adalah sebagai berikut (Pedoman OWHC, 2003):
a. Menjunjung dinamika kota. Upaya pelestarian untuk peningkatan kualitas
kota pusaka tidak hanya tertuju pada bentuk fisik lingkungan tetapi juga
kehidupan yang hidup di dalam kota. Kehidupan yang ada perlu dijaga.
Fokus pada karakteristik kota atau kawasan perkotaan secara menyeluruh
(kegiatan, fungsi dan hubungan antara keduanya). Hal ini akan membantu
mengarahkan strategi jangka panjang dengan arah yang tepat.
b. Menjunjung nilai partisipasi publik. Kesuksesan jangka panjang dalam
strategi pelestarian sangat tergantung pada seberapa jauh masyarakat
dapat berperan serta dalam indentifikasi dan perlindungan kualitas pusaka
masyarakat itu. Di banyak kota, pelestari professional, yang sudah mumpuni
di bidang inipun tetap mencari cara yang paling jitu yaitu bekerja bersama
masyarakat dalam memahami dan menjaga pusaka-pusaka mereka.
c. Integrasi dengan tujuan pembangunan kota yang lain. Strategi pengelolaan
yang berhasil juga karena integrasi dengan berbagai tujuan pembangunan
yang lain baik di sektor public maupun swasta.
d. Pendekatan positif pada pengelolaan konflik. Dalam kegiatan pelestarian
sering kali menghadapi keadaan yang tidak sejalan. Di satu pihak akan
melestarikan namun di pihak lain berusaha untuk menggantikan dengan
struktur baru. Konflik-konflik seperti ini hanya dapat diatasi bila ada minat
yang sama dari kedua belah pihak. Bila konflik sulit diatasi oleh dedua belah
pihak, untuk melaukan resolusi konflik perlu mengundang profesional di
bidang ini.
e. Penguatan Budaya. Salah satu tantangan adalah bagaimana berbagai budaya
yang tumbuh berkembang tetap menjunjung tradisi yang ada. Sementara
budaya tradisi itu sendiri mampu tetap hidup menembus jaman.
33

Sumber: https://www.vebma.com/media/uploads/5044/235cd4a332f16cd4bf034dd5fffa1f79.jpg
PENDAHULUAN

1.4.3 Metode dan Instrumen Pengelolaan Kota Pusaka


Dalam melaksanakan pengelolaan dan perencanaan c. Ketika perlu mendirikan bangunan baru atau
pelestarian Kota Pusaka perlu memperhatikan metoda olah disain bangunan pusaka, tata letak spasial
dan instrument sebagai berikut (Piagam Washington, yang ada harus dijunjung tinggi, terutama
1987; Pedoman OWHC, 2003): dalam konteks skala dan ukuran lot tanah.
Mencangkokan elemen kontemporer yang
1) Perencanaan pelestarian kota dan kawasan perkotaan memiliki harmoni dengan lingkungan hendaknya
pusaka perlu dilakukan melalui studi-studi multi jangan dibatasi mengingat elemen-elemen
disiplin dan holistik. Oleh karena itu perencanaan tersebut dapat pula menambah citra dan
pelestarian kota dan kawasan perkotaan pusaka perlu: keelokan terhadap kawasannya.
a. Memperhitungan berbagai faktor termasuk
pembangunan berkelanjutan, arkeologi, sejarah, 3) Memposisikan pelestarian pusaka sebagai
arsitektur, teknik, sosiologi dan ekonomi. bentuk pembangunan berkelanjutan melalui 3
b. Pemahaman tentang sejarah kota atau kawasan tahap pendekatan yaitu advokasi, integrasi, dan
perkotaan pusaka perlu ditingkatkan melalui keberlanjutan.
investigasi arkeologi dan pemugaran temuan a. Advokasi menunjukkan pandangan pelestarian;
arkeologi dengan tepat. mengupayakan pandangan tentang pelestarian
c. Dinyatakan dengan jelas prinsip tujuan rencana ini sederajat dengan berbagai persoalan yang
pelestarian serta hal-hal yang terkait dengan aspek lain. Tujuannya untuk peningkatan kepedulian.
legal, perhitungan administrasi dan keuangan Bila kepedulian sudah meningkat kembangkan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan. karakteristik lembaga pengelolaan, serta
d. Bertujuan agar diperoleh hubungan harmonis memulai masuk dalam kebijakan pembangunan
antara kawasan perkotaan pusaka dan kota secara dan strategi pelaksanannya;
keseluruhan. b. Integrasi promosikan pandangan pelestarian
e. Perbaikan perumahan hendaknya menjadi salah ini menjadi satu kesatuan dengan berbagai
satu dari tujuan-tujuan pelestarian. pandangan sektor-sektor yang lain; membangun
f. Menunjukkan bangunan-bangunan mana saja kapasitas teknis terkait dengan isu ini;
yang harus dipugar, mana yang dilestarikan c. Keberlanjutan mengawasi tingkat efektifitas
dengan kondisi tertentu, dan mana dengan kondisi pelestarian dalam kelembagaan pemerintah
perkecualian yang mungkin dapat dilakukan olah yang ada; meningkatkan terus kapasitas teknis di
disain. bidang ini.


g. Dilakukan dokumentasi kondisi area yang ada secara
lengkap sebelum dilakukan intervensi apapun;
h. Didukung oleh penduduk kawasan pusaka.. Terdapat beberapa
metoda dan instrumen
2) Menyusun strategi pemanfaatan dan olah desain
arsitektur/kawasan pusaka
yang perlu diperhatikan
a. Merupakan instrumen disain yang dalam melaksanakan
mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan
melalui pengelolaan dan pengendalian pengelolaan dan
pertumbuhannya;
b. Fungsi dan kegiatan baru harus sesuai dengan
perencanaan pelestarian
karakter kota atau kawasan perkotaan pusaka. Kota Pusaka
Olah disain kawasan yang diperuntukan bagi
kehidupan kontemporer mensyaratkan instalasi
atau perbaikan fasilitas pelayanan publik
35

4) Pemeliharaan yang terus-menerus walau merupakan


hal yang rumit namun harus dilaksanakan demi
mencapai pelestarian kota atau area perkotaan pusaka
yang effektif.

5) Aksesibilitas.
a. Lalu-lintas di dalam kota atau kawasan perkotaan
pusaka harus dikontrol dan area parkir perlu
direncanakan sehingga tidak merusak unsur-unsur
bersejarah atau lingkungannya.
b. Ketika perencanaan perkotaan atau perwilayahan
menyediakan konstruksi jalan raya, hendaknya
hal ini tidak masuk ke dalam kota atau kawasan
perkotaan pusaka, namun mereka perlu
meningkatkan akses ke sana.

6) Kota-kota pusaka perlu dilindungi dari bencana alam


dan gangguan seperti polusi dan getaran-getaran
agar pusaka terselamatkan dan demi keamanan dan
kenyamanan penghuni. Meskipun bencana belum
menerjang kota atau kawasan perkotaan pusaka,
kesiapan dan perangkat perbaikan perlu disesuaikan
dengan karakter spesifik pusaka yang terkena
bencana.

7) Peningkatan Sumber Daya Manusia


a. Dalam rangka meningkatkan partisipasi dan
keterlibatan masyarakat, program informasi umum
perlu dipersiapkan bagi para penduduk kota, mulai
dari anak usia sekolah.
b. Pelatihan khusus perlu disediakan untuk semua
profesi yang terkait dengan pelestarian.

8) Selama pelaksanaan aksi pelestarian, semua kegiatan


perlu sejalan dengan prinsip piagam Washington dan
Piagam Venice, serta berbagai pedoman yang relevan.

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-vRCiRqYhqgQ/VUHVa8BfQ3I/AAAAAAAABrw/NAUWOcFs8bs/s1600/air-terjun-samparona-3.jpg
Sumber: https://78.media.tumblr.com/b00e5bbaaccf979d2ef41bfb2123604a/tumblr_nud0b9TjDQ1sl0t59o1_1280.jpg
2
PELESTARIAN &
PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
37
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.1 PENDAHU-
LUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki banyak warisan budaya dan
alam yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Hampir seluruh kota atau
kabupaten di Indonesia berpotensi untuk menjadi kota pusaka, namun
sayangnya belum satupun yang mendapat pengakuan sebagai kota pusaka
dari UNESCO.

Kota-kota yang berpotensi menjadi kota pusaka perlu ditetapkan menjadi kota
pusaka nasional, dimana dengan adanya pengakuan ini, diharapkan seluruh
pihak terkait memberikan perhatian dalam upaya penataan dan pengelolaan
kota pusaka. Selain itu, diharapkan kota pusaka nasional ini nantinya bisa
diajukan untuk menjadi kota pusaka dunia.

Dalam SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi Pelestarian
dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia, disebutkan bahwa salah
satu tugas dari Tim Koordinasi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya
dan Alam Indonesia adalah melakukan koordinasi penyusunan pedoman
umum dan penetapan warisan budaya dan alam Indonesia sebagai Warisan
Nasional. Oleh karena itu, sebagai Ketua Tim Pokja Kota Pusaka Indonesia,
maka Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
melakukan penyusunan Pedoman Teknis Pelestarian dan Pengelolaan Kota
Pusaka.

“ Dengan adanya pengakuan


sebagai kota pusaka nasional,
diharapkan pihak terkait
memberikan perhatian
dalam upaya penataan dan
pengelolaan kota pusaka
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-oQEXVnCs-Hg/VD8nW56HYyI/AAAAAAAAGhk/XCCedA3ycs4/s1600/
IMG_9285.JPG
39
2.1.1 Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Pedoman Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka ini dimaksudkan sebagai
bahan acuan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam koordinasi,
sinkronisasi serta pengendalian, pelestarian, dan pengelolaan kota pusaka. Pedoman
b. Tujuan Pelestarian dan
Pedoman ini bertujuan untuk:
1. Memberikan acuan untuk mensinergikan pelestarian dan pengelolaan
Pengelolaan
kota pusaka secara terintegrasi dan berkelanjutan; Kota Pusaka
2. Mempermudah bagi kementerian/lembaga dalam mengkaji dan
mempertimbangkan setiap program dan kegiatan pelestarian dan dimaksudkan
pengelolaan kota pusaka;
3. Memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk terlibat dalam
sebagai bahan
pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka; acuan bagi
4. Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait (kementerian/lembaga,
akademisi, pemerintah daerah, komunitas, dan dunia usaha) tentang Pemerintah Pusat
pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. dan Pemerintah
Daerah
2.1.2 Ruang Lingkup
Pedoman ini merupakan pedoman pelestarian dan pengelolaan kota pusaka
yang meliputi:
1. Arahan kebijakan pelestarian dan pengelolaan kota pusaka;
2. Kriteria penetapan dan prosedur penetapan kota pusaka;
3. Koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian dalam upaya pelestarian dan
pengelolaan kota pusaka.

2.1.3 Acuan Normatif


Pedoman ini disusun dengan memperhatikan antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
b. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444);
c. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 201O tentang Cagar Budaya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

f. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
g. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
h. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4352);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
j. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4594);
k. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
l. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Sumber: https://lh3.googleusercontent.com/-0TB4PN61y1M/WW6qUhwi1II/
AAAAAAAAUYk/tiI8AdGUM6sI5wyvK9Sc6obOOPRuPQe8ACHMYCw/s1600/ Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
SAM_8922-01.jpeg
21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5103);
m. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
n. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 320, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5615);
41


2.1.4 Definisi dan Istilah
Dalam pedoman ini ini yang dimaksud dengan:
a. Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pedoman ini
Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka budaya adalah
hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa
merupakan
di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa pedoman untuk
Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah
keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka budaya ragawi dan operasionalisasi
pusaka tidak ragawi. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan
pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu.
upaya-upaya
b. Kota Pusaka adalah kota atau kabupaten yang mempunyai aset pusaka pelestarian dan
yang unggul berupa rajutan pusaka alam dan pusaka budaya yang lestari
yang mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan, dan kawasan dengan pengelolaan
ruang terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, dan sosial-budaya. kota pusaka oleh
pemerintah dan
2.1.5 Kedudukan dan Fungsi
pemerintah daerah
Pedoman ini merupakan pedoman untuk operasionalisasi upaya-upaya
pelestarian dan pengelolaan kota pusaka oleh pemerintah dan pemerintah
daerah. Berfungsi untuk memberikan arahan kebijakan pelestarian dan
pengelolaan kota pusaka; penetapan dan prosedur penetapan kota pusaka;
koordinasi dan sinkronisisasi serta pengendalian pelestarian dan pengelolaan
kota pusaka.

2.1.6 Fungsi dan Manfaat


a. Fungsi a. memberikan kemudahan dalam menilai dan
Fungsi pedoman ini yaitu sebagai: menetapkan kabupaten/kota sebagai kota pusaka;
1) acuan dalam penentuan serta penetapan kota pusaka; b. memberikan panduan untuk melakukan koordinasi,
dan, sinkronisasi serta pengendalian pelestarian dan
2) sebagai kerangka umum koordinasi, sinkronisasi pengelolaan kota pusaka, untuk:
dan pengendalian pelestarian dan pengelolaan kota c. Melestarikan situs-situs cagar budaya atau alam
pusaka oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. setempat;
d. Memberikan ruang ekspresi untuk budaya tak benda;
b. Manfaat e. Meningkatkan daya saing global sektor pariwisata di
Penetapan suatu kabupaten atau kota sebagai kota kabupaten/kota;
pusaka merupakan upaya untuk menata, melestarikan f. Memberikan wadah bagi pelajar, akademisi, dan
dan mengelola warisan budaya dan alam kabupaten atau peneliti untuk mengeksplorasi nilai-nilai sejarah;
kota secara optimal dan berkelanjutan. Hal ini dilakukan g. Memberikan peluang untuk menjalin kerjasama
untuk memberikan nilai tambah dan kontribusi terhadap dengan badan-badan lokal, nasional, dan
peningkatan kesejahteraan rakyat guna menjamin internasional;
manfaat bagi generasi sekarang dan mendatang. Manfaat h. Meningkatkan tanggung jawab bersama untuk
pedoman ini yaitu untuk: melindungi kreasi budaya, habitat/ekosistem
dan keanekaragaman budaya dan hayati di kota/
kabupaten yang bersangkutan
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.2 PRINSIP
PELESTARIAN &
PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
2.2.1 Arah Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka
Pelestarian kota pusaka bukan sebagai pembekuan kehidupan dan budaya,
melainkan upaya memahami dan menyerap kearifan, nilai, dan semangat
masa lalu untuk dikembangkan sebagai bekal ke masa depan. Pengelolaan
kota pusaka merupakan upaya untuk terus-menerus mengintegrasikan dan
mengorientasikan pusaka dalam pembangunan kota. Pelestarian pusaka
diikuti dengan pemanfaatan pusaka yang sesuai dengan kaidah pelestarian.
Pemanfaatan pusaka harus dapat membawa kesejahteraan masyarakat dan
peningkatan kehidupan yang berkualitas. Penguatan fisik, ekonomi, dan
sosial budaya harus berjalan selaras. Penataan dan pelestarian kota pusaka
merupakan upaya yang utuh dan komprehensif untuk pengelolaan kota
pusaka agar masyarakat mencintai pusaka dan mengembangkan kehidupan
budaya dan ekonomi yang semarak berbasis pada kearifan budaya lokal dan
kaidah pelestarian kota pusaka.

Selaras dengan kebijakan internasional, arah pelestarian dan pengelolaan kota


pusaka di Indonesia ditujukan untuk memperkuat upaya-upaya melestarikan
dan melindungi warisan budaya dan alam dunia untuk mewujudkan kota dan
permukiman perkotaan yang lebih inklusif, selamat, mempunyai ketahanan
dan berkelanjutan guna tercapainya pembangunan yang berkelanjutan.

“Pelestarian pusaka diikuti dengan


pemanfaatan pusaka yang sesuai
dengan kaidah pelestarian
Sumber: https://services.gardanasional.id/fileload/rumah-gadang-3jpg_VMFJC.jpg
43


Salah satu prinsip pelestarian dan pengelolaan kota pusaka
diarahkan pada upaya terbentuknya sistem pengelolaan
yang handal, holistik, sistematik dan komprehensif.

2.2.2 Prinsip Pelestarian Kota Pusaka


Prinsip pelestarian dan pengelolaan kota pusaka di Indonesia diarahkan pada
upaya:
1. Mendorong kemitraan antara pemerintah kota/kabupaten, masyarakat
dan perguruan tinggi, serta dunia usaha;
2. Mendorong motivasi, membantu penggalian solusi, memperluas perspektif
serta menginformasikan pengalaman dan pelajaran dari kegiatan di
berbagai kota;
3. Mendorong pemerintah daerah untuk memiliki Rencana Pengelolaan Kota
Pusaka sebagai panduan dalam melindungi, memelihara, mengembangkan
dan memanfaatkan keunggulan nilai pusakanya yang terintegrasi dengan
sistem penataan ruang dan pembangunan yang sudah ada di daerah
yang memuat visi, misi, strategi, program, implementasi, serta mekanisme
monitoring dan evaluasi;
4. Terbentuknya sistem pengelolaan yang handal, holistik, sistematik, dan
komprehensif serta pengolahan pusaka alam, budaya dan saujana secara
paralel, harmonis dan berkelanjutan melalui pengembangan instrumen-
instrumen penataan dan pelestarian kota pusaka.

Prinsip Penentuan dan Penetapan Kota Pusaka


Penetapan kabupaten/kota sebagai kota pusaka ditentukan berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Memiliki karakter atau citra Indonesia yang mereprentasikan keontetikan,
meliputi:
a. ciri khas Indonesia (segala sesuatu yang dimiliki oleh Indonesia dan
tidak dimiliki oleh negara lain);
b. dikenal atau menjadi identitas skala nasional;
c. perlindungan internasional dan/atau nasional.
2. Memiliki rajutan berbagai Pusaka yang merepresentasikan integritas, yaitu
keterkaitan antar pusaka.
3. Memliki nilai strategis dari sudut pandang nasional yang merepresentasikan
sistem perlindungan dan pengelolaan, meliputi:
a. tingkat urgensi yang tinggi untuk ditangani;
b. keberlanjutan program pembangunan dan perlindungan lingkungan.
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.3 TATA CARA


PENETAPAN
KOTA PUSAKA
2.3.1 Pertimbangan
Pertimbangan penetapan kota pusaka adalah sebagai berikut:
1. Kriteria dari United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) selaku organisasi yang berwenang untuk
menetapkan Kota Pusaka Dunia beserta beberapa kriteria yang
telah disusun oleh Kementerian/Lembaga terkait.
UNESCO memiliki kriteria yang disebut dengan Keunggulan Nilai Sejagat
(KNS) atau Outstanding Universal Value (OUV). Untuk menominasikan dan
akhirnya dinyatakan sebagai Kota Pusaka Dunia oleh UNESCO, kota tersebut
perlu menyandang 1 (satu) atau lebih dari 10 kriteria penilaian Keunggulan
Nilai Sejagat (KNS) yang dikeluarkan UNESCO. Agar menyandang KNS suatu
pusaka harus memenuhi syarat integritas dan/atau keontetikan serta sistem
perlindungan dan pengelolaan untuk menjamin kelestariannya. KSN memiliki
10 kriteria penilaian, yaitu:
a) merupakan mahakarya kecerdasan kreatif manusia;
b) menampilkan pertukaran nilai-nilai luhur manusia, dalam rentang waktu
atau dalam lingkup budaya dunia, dalam arsitektur, teknologi, seni
monumental, perencanaan kota atau rancangan lansekap;
c) menyandang peran sebagai jejak yang unik atau istimewa dari suatu tradisi
budaya atau peradaban baik yang sudah lenyap maupun yang masih ada;
d) menjadi contoh utama suatu tipe bangunan, gubahan arsitektur atau
teknologi, atau lansekap yang menggambarkan babakan yang penting
dalam sejarah manusia
e) menjadi contoh utama suatu tipe bangunan, gubahan arsitektur atau
teknologi, atau lansekap yang menggambarkan babakan yang penting
dalam sejarah manusia;
f ) berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan peristiwa
atau tradisi yang hidup, dengan gagasan, dengan kepercayaan, dengan
karya seni dan sastra yang memiliki nilai penting universal yang menonjol;
g) merupakan fenomena alam yang luar biasa atau kawasan dengan
keindahan alam serta estetika yang luar biasa dan penting;
h) merupakan contoh yang luar biasa yang mewakili tahapan utama sejarah
perkembangan bumi, termasuk catatan kehidupan, proses geologi
signifikan yang sedang berlangsung dalam pengembangan bentang alam,
atau geomorfik yang signifikan atau fitur fisiografi lainnya; Sumber: http://wisatadirektori.com/wp-content/uploads/2015/09/air-terjun-pria-laot.jpg
45


Untuk dapat disebut
memiliki nilai sejagad
i) merupakan contoh yang luar biasa mewakili proses ekologis dan
biologis yang signifikan yang sedang berlangsung dalam evolusi dan
pengembangan darat, air tawar, ekosistem pesisir dan laut dan komunitas
tumbuhan dan hewan;
j) mengandung habitat alam yang paling penting dan signifikan untuk
yang unggul atau konservasi in-situ keanekaragaman hayati, termasuk spesies terancam
yang mengandung nilai universal luar biasa dari sudut pandang ilmu
menonjol, suatu pengetahuan atau pelestarian.
objek pusaka harus Untuk dapat disebut memiliki nilai sejagad yang unggul atau menonjol,
memenuhi syarat suatu objek pusaka harus memenuhi syarat integritas dan /atau keaslian atau
keotentikan dan harus memiliki sistem perlindungan dan pengelolaan untuk
integritas dan/atau menjamin kelestariannya di masa datang.
a) Integritas yang dimaksud, ditunjukkan melalui:
keaslian dan harus - memiliki semua elemen yang diperlukan untuk mengungkapkan nilai
memiliki sistem universal yang unggul;
- memiliki ukuran yang memadai untuk menjamin tampilnya secara utuh
perlindungan dan ciri-ciri dan proses yang menunjukkan nilai pentingnya;
pengelolaan - memiliki pelindungan terhadap efek negatif pembangunan atau pengabaian.
b) Keaslian atau keontetikan yang dimaksud, ditunjukkan melalui:
- bentuk dan rancangan;
- bahan dan substansi, guna dan fungsi;
- tradisi, teknik dan sistem pengelolaan;
- lokasi dan setting;
- bahasa dan bentuk warisan budaya tak bendawi lainnya;
- semangat dan perasaan;
- faktor internal dan eksternal lainnya.
c) Perlindungan dan pengelolaan ditunjukkan melalui:
- kondisi pusaka yang baik;
- dampak penurunan kondisi terkendali;
- proporsi tertentu pusaka menampilkan totalitas nilai yang terungkap;
- hubungan dengan fungsi lingkungan yang dinamis yang penting bagi
karakter utama objek tersebut haruslah terjaga.

2. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait cagar budaya.


Kota Pusaka tidak akan terlepas dari aset nilai dan budaya yang terdapat
di dalam wilayah tersebut. Aset dan nilai budaya tentu berkaitan dengan
cagar budaya yang merupakan kekayaan budaya bangsa. Cagar budaya
didefinisikan sebagai warisan budaya yang bersifat kebendaan. Cagar Budaya
berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya
dan Kawasan Cagar Budaya.

Kriteria Cagar Budaya sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010,


terdiri dari:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
d. pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan
e. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

Sementara untuk masing-masing cagar budaya, memiliki kriteria masing-


masing yang dijabarkan sebagai berikut.
1) Benda Cagar Budaya, dapat berupa:
- berupa benda alam dan/atau benda buatan manusia yang dimanfaatkan
oleh manusia, serta sisa-sisa biota yang dapat dihubungkan dengan
“Kota Pusaka
(Nasional)
kegiatan manusia dan/atau dapat dihubungkan dengan sejarah
manusia;
ditetapkan
- bersifat bergerak atau tidak bergerak; dan berdasarkan
- merupakan kesatuan atau kelompok
2) Bangunan Cagar Budaya, dapat berupa:
keunggulan Nilai
- berunsur tunggal atau banyak; dan/atau Nasional
- berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam
3) Struktur Cagar Budaya, dapat berupa:
- berunsur tunggal atau banyak; dan/atau
- sebagian atau seluruhnya menyatu dengan formasi alam
Persyaratan tersebut dijabarkan dengan jelas dalam Undang-undang Nomor
11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

3. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait pariwisata.

2.3.2 Kriteria Kota Pusaka


Kota Pusaka (Nasional) ditetapkan berdasarkan Keunggulan Nilai Nasional,
meliputi kriteria:
1. Karakter atau citra Indonesia, yang mereprentasikan keontetikan.
2. Rajutan berbagai Pusaka yang merepresentasikan integritas.
3. Nilai strategis dari sudut pandang nasional yang merepresentasikan sistem
perlindungan dan pengelolaan.

Kriteria dan indikator penetapan kabupaten/kota sebagai kota pusaka


nasional dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kriteria Sub Kriteria Indikator Tolak Ukur


A. Karakter atau Citra Indonesia
Memiliki ciri khas Ciri khas Indonesia yang Keberadaan ciri khas yang Adanya ciri khas yang mewakili karakter
Indonesia (segala memiliki sifat positif yang mewakili karakter (budaya, budaya Indonesia atau mewakili ‘zaman’ atau
sesuatu yang dimiliki istimewa (outstanding) alam, saujana) Indonesia era tertentu dalam sejarah bangsa
oleh Indonesia dan tidak Adanya ciri khas alam yang spektakuler di
dimiliki oleh negara lain) Indonesia
Satu-satunya di Indonesia
Keberadaan ancaman Adanya ancaman pengembangan
pengembangan atas (pengakuan) atau pendaftaran ciri khas oleh
pendaftaran ciri khas oleh negara lain
negara lain
47

Kriteria Sub Kriteria Indikator Tolak Ukur


Dikenal atau menjadi Menjadi perhatian Keberadaan dalam jurnal, Termuat dalam jurnal-jurnal akademik
identitas skala nasional media, penelitian laboratorium internasional
nasional/internasional Menjadi laboratorium pendidikan, penelitian
nasional maupun internasional
Keberadaan promosi publikasi Adanya tulisan/lukisan/fotografi dll dalam
wisata berbagai publikasi nasional/internasional
Termuat dalam web pariwisata nasional/
internasional
Termuat dalam publikasi pariwisata nasional/
internasional. Menjadi tempat tujuan
internasional (contoh:lonely planet)
Identitas atau landmark Adanya promosi di luar negeri
Perlindungan internasional Pengakuan oleh Keberadaan penetapan dan Masuk dalam UNESCO World Heritage,
dan/atau nasional organisasi internasional pegakuan oleh organisasi UNESCO Global Geopark
internasional
Di bawah perlindungan Keberadaan peraturan Masuk dalam daftar taman nasional, taman
peraturan perundangan perundangan tentang nasional laut, daftar cagar budaya nasional,
Indonesia penetapan aset nasional dll
B. Rajutan Berbagai Pusaka
Memiliki keterkaitan antar Keterkaitan antar obyek, Memiliki lebih dari dua Keterkaitan budaya-alam, budaya-alam, alam-
pusaka kawasan cagar budaya warisan cagar budaya dan/ alam
atau dua kawasan cagar
budaya yang mempunyai
keterkaitan/jalinan sejarah
Keterkaitan antar warisan Keterkaitan waktu dan cerita sejarah
cagar budaya Rajutan sejarah (aktivitas sosial, ekonomi,
politik)
Memiliki lebih dari satu cagar Adanya ancaman pengembangan
budaya (pengakuan) atau pendaftaran ciri khas oleh
negara lain
C. Nilai Strategis dari Sudut Pandang Nasional
Memiliki tingkat urgensi Tingkat kelangkaan dan Tingkat kelangkaan Keberadaannya langka atau jarang terjadi
yang tinggi untuk tingkat kepunahan Keberadaan indikasi Keberadaannya tidak lebih dari 10 di
ditangani kepunahan Indonesia
Perencanaan Adanya rencana pelestarian
Keberlanjutan program Komitmen daerah Keberlanjutan penganggaran Adanya program pemerintah daerah yang
pembangunan dan program dikembangkan untuk pelestarian
perlindungan lingkungan
Adanya penganggaran kegiatan yang
berkelanjutan
Peran/keterlibatan Keterlibatan masyarakat Peningkatan keterlibatan dan peran
masyarakat dalam dalam pelestarian masyarakat
pelestarian
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.3.3 Prosedur Penetapan


Prosedur pengusulan dan penetapan bisa dilakukan dengan pendekatan top-
down, yang usulannya diajukan oleh Pemerintah Pusat maupun bottom-up,
yang diajukan oleh Pemerintah Daerah melalui Kementerian/Lembaga yang
berwenang.
1. Proses Penetapan Kota Pusaka Nasional
Proses penetapan terbagi ke dalam dua tahap yang terdiri dari:
a. tahap penilaian
Pada tahap ini, daftar kota-kota yang berpotensi untuk menjadi Kota
Pusaka Nasional dimasukkan ke dalam proses penilaian. Proses penilaian
ini akan menghasilkan daftar calon Kota Pusaka Nasional.
b. tahap penetapan.
Daftar calon Kota Pusaka Nasional diproses ke tahapan penetapan lintas
sektor untuk selanjutnya menghasilkan daftar Kota Pusaka yang ditetapkan.

Dua tahapan proses penetapan kota pusaka nasional tersebut di atas dapat
dilihat pada gambar berikut.

Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-0kr4_NDrcfs/Uw4uFrTP_ZI/AAAAAAAAA0Q/CwSXrdf09xo/s1600/
Tari+Gending+Sriwijaya+foto+palembang+foto+pernikahan+palembang+palembang+foto.jpg

Tahapan Proses Penetapan Kota Pusaka Nasional

2. Proses Penetapan oleh Pemerintah Pusat


Proses penetapan Kota Pusaka Nasional berikut dilakukan oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat selaku kementerian teknis yang
memiliki wewenang dalam mengusulkan Kota Pusaka Nasional.
Secara lebih jelas, proses penetapan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat
ditunjukkan melalui diagram berikuy.

Tahapan penetapan oleh pemerintah pusat adalah sebagai berikut:


a. Selaku Ketua Pokja Pelestarian dan Pengendalian Kota Pusaka (SK Menko
PMK No. 20 tahun 2016), Keterlibatan Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah (BPIW) adalah dalam proses penilaian, dimana daftar kota-kota
yang berpotensi untuk menjadi Kota Pusaka Nasional diseleksi berdasarkan
kriteria penilaian yang akan menghasilkan daftar calon Kota Pusaka
Nasional. Selanjutnya, BPIW melakukan pengajuan daftar tersebut untuk
proses penetapan lintas sektor yang melibatkan Kementerian/Lembaga
terkait yang berwenang.
49
b. Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan selaku
koordinator dalam proses penetapan lintas sektor, yang berwenang untuk


mengatur proses penetapan hingga menghasilkan daftar kota pusaka
yang ditetapkan.
c. Selanjutnya, BPIW bersama dengan Ditjen Cipta melakukan penyusunan
Rencana Pelestarian dan Evaluasi Kinerja Kota Pusaka terhadap kota yang
telah ditetapkan, sementara proses dilanjutkan dengan sosialisasi ke Proses penetapan
daerah yang dilanjutkan dengan penyusunan proposal pelestarian.
Kota Pusaka
Nasional dilakukan
oleh Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat selaku
kementerian teknis
yang memiliki
wewenang

Diagram Proses Penetapan oleh Pemerintah

3. Proses Penetapan oleh Pemerintah atas Usulan Daerah


Proses penetapan tidak hanya dilakukan berdasarkan usulan dari Pemerintah
Pusat, namun bisa juga melalui usulan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah
memiliki dokumen inventarisasi yang lengkap, bisa melakukan usulan untuk
penetapan menjadi Kota Pusaka Nasional. Usulan bisa disampaikan kepada
kementerian teknis yang berwenang, yaitu Kementerian PUPR. Proses ini bisa
dilakukan secara dua arah, dimana Kementerian PUPR dapat memberikan
kriteria dan indikator bagi Pemda setempat sebagai usulan proses penilaian.
Proses penetapan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah ditunjukkan
melpada gamber berikut ini
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA


Sumber: http://media1.trover.com/T/55aa5e02198e442c7600092b/fixedw_large_4x.jpg

Proses penetapan
tidak hanya dilakukan
berdasarkan usulan
dari Pemerintah Pusat,
namun bisa juga melalui
Diagram Proses Penetapan oleh Pemerintah
usulan Pemerintah
Daerah
2.3.4 Kelengkapan Pengusulan dan Penetapan
Kelengkapan untuk pengusulan dan penetapan kota 2. Proses Penetapan Lintas Sektor
pusaka adalah sebagai berikut: Proses penetapan dilakukan dengan melibatkan
1. Perangkat Proses Penilaian seluruh Kementerian/Lembaga serta pemangku
Dalam tahapan penilaian diperlukan beberapa kepentingan lain yang terkait, dengan memperhatikan:
dokumen yang terdiri dari: a) Penetapan Kota Pusaka selaras dengan Kebijakan
a) Profil/Data Kota Pusaka Sektor Lain
Profil Kota Pusaka merupakan dokumen yang Dalam penetapan Kota Pusaka Nasional,
menjabarkan dengan rinci aset-aset pusaka yang sebaiknya sesuai dengan kebijakan-kebijakan
dapat dijadikan sebagai bahan dalam melakukan seluruh Kementerian/ Lembaga serta pemangku
penilaian kriteria. kepentingan lain yang terkait.
b) Form Penilaian Kriteria/Sub Kriteria b) Komitmen Lintas Sektor dalam Pelestarian Kota
Form penilaian ini digunakan untuk mempermudah Pusaka
bagi penilai dalam melakukan proses penilaian. Diperlukan komitmen seluruh Kementerian/
c) Verifikasi Lembaga serta pemangku kepentingan terkait
Verifikasi merupakan tahapan setelah persyaratan dalam upaya penetapan dan pelestarian Kota
dokumen dilengkapi. Pusaka Nasional.
51

2.4 PERANGKAT
PELESTARIAN DAN
PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA

2.4.1 Perangkat Penataan dan Pengendalian


Perangkat penataan dan pengendalian pelestarian dan 4) Pengelolaan Resiko Bencana untuk Kota Pusaka
pengelolaan kawasan pusaka Kota pusaka mengenali ancaman bencana terhadap
1) Inventarisasi dan Dokumentasi Pusaka aset pusakanya dengan mengembangkan dan
Kota pusaka mengenali aset pusakanya melalui sistem mengintegrasikan kegiatan penanggulangan bencana
inventarisasi yang handal, holistik dan sistematik. yang mencakup tahapan kesiapsiagaan, tanggap
Inventarisasi aset pusaka perlu diikuti dengan analisis darurat dan pemulihan dalam kebijakan penataan dan
signifikansi, penetapan serta panduan pengamanan pelestarian kota pusaka.
dan pelestariannya. Hasilnya disusun dalam 5) Pengembangan Kehidupan Budaya Masyarakat
dokumentasi yang mudah diakses bagi semua. Kota pusaka memahami basis penting pelestarian
2) Informasi, Edukasi dan Promosi Kota Pusaka pusaka adalah pemahaman, kecintaan, dan apresiasi
Kota pusaka perlu memiliki sistem informasi pusaka pada nilai budaya, serta peran aktif dalam kegiatan
baik secara digital maupun diwujudkan dalam bentuk budaya. Kota pusaka mengembangkan kehidupan
Galeri Pusaka yang dinamis dan mudah dijangkau budaya dan kreatif yang menghasilkan karya-karya
oleh masyarakat, memiliki pendidikan pusaka secara baru yang menyerap nilai-nilai serta kearifan pusaka.
formal dan non-formal dan mengembangkan promosi 6) Perencanaan Ruang Kota Pusaka dan Sarana Prasarana
yang mendorong orang untuk terus mempelajari, Kota Pusaka perlu memiliki kebijakan penataan ruang,
mencintai dan melestarikan pusaka. seperti RTRW, RDTR, PZ, RTBL dan dukungan sarana-
3) Ekonomi Kota Pusaka prasarana yang mengamankan pusaka dari ancaman
Kota pusaka mengembangkan pusaka sebagai dan gangguan, serta menyediakan ruang kehidupan
sumberdaya yang dilestarikan secara dinamis, yang mendukung penguatan keunggulan nilai pusaka
sehingga dapat dikembangkan dan dimanfaatkan yang dimiliki.
serta dipasarkan untuk kesejahteraan masyarakat. 7) Olah Desain Bentuk Kota Pusaka
Strategi kerja sama antara pemerintah dan swasta serta Kota Pusaka perlu memiliki strategi kreatif dan
masyarakat akan memberikan sinergi pengelolaan inovatif melakukan kesinambungan fisik elemen
dan pemanfaatan yang optimal. bentuk kota pusaka yang menerima perubahan
secara selektif tanpa merusak nilai-nilai pusakanya.
Olah desain berjalan sejajar dengan olah fungsi dan
pengembangan kehidupan budaya masyarakat
untuk meningkatkan vitalitas kawasan dan menjaga
keserasiannya.
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.4.2 Kelembagaan
Kota pusaka memiliki kelembagaan dan tata kelola kota Museum memiliki peran yang penting dalam upaya
terdiri dari unsur masyarakat, swasta dan pemerintah pelestarian aset pusaka di suatu wilayah kota dan
dengan berbagai kelengkapannya. Kelembagaan kabupaten.
didukung oleh upaya peningkatan kualitas sumber Kegiatan di museum meliputi aspek pengadaan koleksi,
daya manusia, serta perangkat hukum dan mekanisme pengelolaan koleksi, perawatan koleksi, pameran,
penerapannya. bimbingan edukasi dan sebagainya, sehingga museum
memiliki peranan besar dalam upaya pelestarian aset
1. Kelembagaan di tingkat internasional: UNESCO (The pusaka.
United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organizations), ICCROM (The International Centre for Dalam upaya pelestarian dan pengelolaan kota pusaka,
the Study of Preservations and Restioration of Cultural diharapkan bahwa setiap wilayah kota/kabupaten yang
Property), ICOMOS telah ditetapkan sebagai Kota Pusaka Nasional memiliki
2. Kelembagaan di tingkat nasional: Kementerian/ museum.
Lembaga terkait, BPIW sebagai Ketua Pokja, JKPI
(Jaringan Kota Pusaka Indonesia), BPPI (Badan Di Indonesia sendiri, museum dapat didirikan oleh
Pelestarian Pusaka Indonesia) Instansi Pemerintah, Yayasan, atau Badan Usaha yang
3. Kelembagaan di tingkat daerah : pemerintah kota/ dibentuk berdasarkan ketentuan hukum. Pendirian
kabupaten (sekretaris daerah, dinas pariwisata, dinas museum memiliki dasar hukum seperti Surat Keputusan
pendidikan dan kebudayaan) bagi museum pemerintah dan akte notaris bagi museum
yang diselenggarakan oleh swasta. Sementara untuk
Kelembagaan yang diberi wewenang untuk perorangan yang berkeinginan mendirikan museum,
merencanakan, melaksanakan pemanfaatan, melakukan harus membentuk suatu yayasan terlebih dahulu.
pengawasan dan melakukan penegakan hukum adalah :
a. Lembaga perencanaan harus diserahkan pada institusi Di Indonesia, terdapat dua jenis museum, yaitu:
yang sifat tugasnya melakukan perencanaan umum t .VTFVN 1FNFSJOUBI  ZBJUV NVTFVN ZBOH EJEJSJLBO
pembangunan di kota. Proses perencanaan harus oleh pemerintah pusat, daerah atau badan/instansi
dilakukan dengan melibatkan semua komponen pemerintah
masyarakat yang berkepentingan terhadap t .VTFVN 4XBTUB  ZBJUV QSJWBUF
 NVTFVN ZBOH
pemafaatan ruang. Proses perencanaan harus didirikan oleh organisasi swasta, ada yang untuk
transparan dan demokratis agar dapat menampung LFQFOUJOHBONFODBSJQSPöUt
aspirasi dalam masyarakat. Untuk menjaga konsistensi
substansi perencanaan, maka baik RTRW, RDTRK, Kelembagaan pengelolaan museum di Indonesia yang
maupun RTRK penyusunannya harus diserahkan pada biasa diterapkan adalah yayasan, UPT (Unit Pelaksana
satu institusi/Lembaga. Teknis), BLU (Badan Layanan Umum), dan Badan Usaha
b. Lembaga pelaksana pemanfaatan adalah dinas/ tertentu (swasta, perusahan,PT). Dalam pendirian
instansi teknis yang bidang tugasnya terkait dengan museum, secara lebih lanjut diatur dalam PP No. 66 Tahun
pemanfaatan ruang. Bagi lembaga pelaksana, 2015 tentang Museum.
harus diberikan batasan atas prosedur penggunaan
kewenangan atas ruang. Batasan penggunaan Untuk wilayah kota/kabupaten yang telah ditetapkan
wewenang tersebut dapat bersifat koordinasi sebagai Kota Pusaka Nasional dan belum memiliki
yang bentuknya rekomendasi. Batasan prosedur museum, bisa dilakukan koordinasi pendirian museum
penggunaan kewenangan ini juga dapat dalam yang mengacu pada PP No. 66 Tahun 2015 tentang
bentuk pembatasan waktu perijinan. Museum. Pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan
pengajuan ke Gubernur, sementara untuk pemerintah
provinsi melakukan pengajuan ke Menteri.
2.5 KOORDINASI, 53

SINKRONISASI DAN
PENGENDALIAN
Berdasarkan SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi
Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia menetapkan
bahwa masing-masing kelompok kerja dapat melakukan koordinasi dan
sinkronisasi program dan kegiatan sesuai kebutuhan.

2.5.1 Koordinasi
Koordinasi sebagaimana dimaksud, dilaksanakan dalam upaya:
a. Koordinasi pengumpulan data dan informasi, yang diperoleh dari
instansi pemerintah, swasta dan masyarakat guna penyusunan kebijakan
pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia
b. Koordinasi pemetaan potensi Warisan Budaya dan Alam Indonesia di
tingkat pusat dan daerah
c. Koordinasi penyusunan pedoman umum dan penetapan warisan budaya
dan alam Indonesia sebagai Warisan Nasional
d. Koordinasi monitoring, evaluasi dan kajian terhadap usulan Warisan
Budaya dan Alam Indonesia sebagai Warisan Budaya dan Warisan Dunia/
UNESCO/FAO
e. Koordinasi pengendalian, monitoring dan evaluasi serta kajian dampak
politik, sosial, ekonomi dan budaya dan masalah yang timbul terhadap
penetapan pelestarian warisan budaya dan alam Indonesia sebagai
warisan nasional dan warisan dunia/UNESCO/FAO
f. Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi maupun
Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pengusulan nominasi warisan
budaya dan alam Indonesia, serta pengesahan pengusulan kepada
UNESCO Paris dan FAO Roma
g. Koordinasi penyusunan peta jalan dan masterplan pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya dan alam Indonesia
h. Koordinasi penyusunan laporan hasil kegiatan pelestarian dan pengelolaan
warisan budaya dan alam Indonesia
i. Koordinasi pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-OlG5Akrs9h8/Tt5JbFgdzMI/AAAAAAAAAmI/dP15awZFBDo/s1600/ Indonesia
night+of+tabot+besanding+.jpg
j. Koordinasi pelaksanaan peninjauan berkala, penyusunan state of
conservation
k. Koordinasi upaya penyelamatan warisan budaya dan alam Indonesia yang
berada dalam keadaan terancam
l. Koordinasi peningkatan kesadaran publik akan pentingnya pelestarian
warisan budaya dan alam Indonesia
m. Koordinasi mendorong keikutsertaan penduduk lokal dalam upaya
pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia di
wilayahnya masing-masing
n. Koordinasi skema pendanaan terhadap program dan kebijakan terhadap
pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

Berdasarkan SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi


Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia menetapkan
bahwa masing-masing kelompok kerja dapat melakukan koordinasi dan
sinkronisasi program dan kegiatan sesuai kebutuhan.

Koordinasi dilaksanakan berdasarkan SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016


tentang Tim Koordinasi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan
Alam Indonesia. Susunan anggota Kelompok Kerja Kota Pusaka terdiri dari:

Ketua : Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan


Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat
Wakil Ketua : Asisten Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Budaya,
Kementerian Pariwisata
Sekretaris : Kepala Bidang Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Anggota : • Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman,
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan
• Asisten Deputi Nilai dan Kreativitas Budaya, Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
55

Koordinasi dimaksudkan sebagai upaya untuk sinkronisasi perumusan


kebijakan dalam upaya pengelolaan dan pelestarian kota pusaka. Koordinasi
dapat dilaksanakan dalam bentuk
a. Rapat Koordinasi
Pelaksanaan rapat koordinasi dilaksanakan untuk membahas pelaksanaan
kegiatan ataupun pembahasan substansi terkait dengan pelestarian dan
pengelolaan kota pusaka
b. Permintaan dan penyampaian data dan informasi

Koordinasi sebagaimana dimaksud dilakukan oleh Kementerian secara lintas


sektoral dengan lembaga terkait. Lembaga terkait sebagaimana dimaksud
meliputi:
a. Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
b. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
c. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
d. Kementerian Pariwisata
e. Pemerintah Daerah setempat
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/uploads/_images_gallery/tari_soya-soya_1200.jpg


Koordinasi
dimaksudkan
sebagai upaya
untuk sinkronisasi
perumusan kebijakan
dalam upaya
pengelolaan dan
Wakil Ketua bertugas membantu Ketua Pokja dalam pelestarian kota
melaksanakan koordinasi. Sekretaris bertugas melakukan arsip
dalam pelaksanaan seluruh koordinasi, baik dalam bentuk rapat
pusaka
koordinasi maupun permintaan data dan lain sebagainya.

Ketua Pokja bisa memberikan perintah langsung kepada Anggota


Tim Pokja.

Anggota tim Pokja melakukan koordinasi dengan Kementerian/


Lembaga terkait.

Anggota tim Pokja bisa memberikan perintah langsung kepada


Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah
Kabupaten/Kota.
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.5.2 Sinkronisasi
Sinkronisasi program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang memiliki fungsi, jadwal, lokasi dan besaran biaya pembangunan
yang berkesesuaian.

Berdasarkan SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi


Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia menetapkan
bahwa masing-masing kelompok kerja dapat melakukan koordinasi dan
sinkronisasi program dan kegiatan sesuai kebutuhan.

Sinkronisasi dilaksanakan dalam rangka upaya untuk mensinergikan


penyusunan rencana kerja di wilayah Kementerian/Lembaga terkait, prioritas
program atau kegiatan pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka Indonesia
beserta alokasi penganggarannya serta untuk mensinkronkan kegiatan
sekaligus menyerasikan tujuan dan sasaran pelestarian dan pengelolaan
Kota Pusaka Indonesia. Pelaksanaan sinkronisasi program perlu dilaksanakan
sebagai upaya dalam pengelolaan dan pelestarian kota pusaka.

Sinkronisasi perumusan kebijakan sebagaimana dimaksud yakni mengenai


langkah: Sumber: https://fakhrianindita.com/images/pages/journal/2016/11/air_terjun_8.jpg
a. Pelaksanaan program antar kementerian
b. Pelaksanaan program antar pemerintah pusat dan daerah


Sinkronisasi Program Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka
Alur sinkronisasi ditunjukkan melalui bagan berikut

Pelaksanaan
sinkronisasi perlu
dilaksanakan
sebagai upaya
dalam pengelolaan
dan pelestarian
kota pusaka
57

Sinkronisasi program pelestarian dan pengelolaan pusaka dilakukan oleh


Kelompok Kerja Kota Pusaka bersama dengan Kementerian Koordinator
bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Kementerian PUPR, Kemendikbud, Kementerian Pariwisata dan kementerian


terkait lainnya memberi masukan berupa peraturan, kebijakan maupun
usulan yang berkaitan dengan pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. BPPI
dan JKPI dapat memberikan usulan yang dapat disampaikan langsung kepada
Kelompok Kerja Kota Pusaka.

Tahapan selanjutnya, Pokja Kota Pusaka melakukan koordinasi, bersama


dengan Kemenko PMK melaksanakan Fasilitasi Koordinasi Program Pelestarian
dan Pengelolaan Kota Pusaka. Koordinasi dilakukan dalam rangka melakukan
analisis kelayakan program. Hasil koordinasi selanjutnya masuk ke tahapan
sinkronisasi berdasarkan data yang telah tersedia.

2.5.3 Pengendalian
Pemantauan, pelaporan, dan evaluasi mengurai konsistensi penetapan
keunggulan nilai nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka, dan
pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka yang mampu
melestarikan bahkan meningkatkan keunggulan nilai nasional.

Sinkronisasi program
pelestarian dan
pengelolaan pusaka
1. Tingkat Nasional
Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi dilakukan oleh
pengendalian pengelolaan suatu Kota Pusaka sesuai dengan Prioritas Nasional
atau usulan dari Daerah yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator
Kelompok Kerja Kota
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Pusaka bersama
2. Tingkat Provinsi dengan Kementerian
Pemerintah Provinsi melakukan pengendalian pengelolaan Kota Pusaka
sesuai dengan prioritas pembangunan di Provinsi atau usulan dari Pemerintah
Koordinator bidang
Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh Unit kerja yang menangani Pembangunan
Perencanaan atau yang ditunjuk oleh Gubernur.
Manusia dan
3. Tingkat Kabupaten/Kota Kebudayaan
Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengendalian pengelolaan Kota
Pusaka sesuai dengan prioritas pembangunan di Kabupaten/Kota yang
dikoordinasikan oleh Unit kerja yang menangani Perencanaan atau yang
ditunjuk oleh Bupati/Walikota.
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.5.3.1 Pemantauan
Pemantauan merupakan proses, cara, perbuatan memantau, pengamatan,
pencatatan dan permonitoran. Upaya pemantauan untuk kota pusaka,
meliputi:
a. Pemerintah Pusat melakukan pemantauan secara nasional kepada
Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota dan para
penyelenggara terhadap penetapan keunggulan nilai nasional, penetapan
batas-batas Kota Pusaka, dan pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan
Kota Pusaka
b. Pemerintah Provinsi melakukan pemantauan pada tingkat provinsi
trehadap penyusunan peraturan terkait di Kabupaten/Kota dan
penerapannya
c. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pemantauan kepada para
penyelenggara Kota Pusaka di daerah terhadap penetapan keunggulan
nilai nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka, dan pelaksanaan
pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka
d. Masyarakat akademis dapat mengkritisi program dan kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah, dan memberi masukan agar kebijakan dan
program pemerintah dapat mencapai tujuan akhir yang ingin diraih dalam Sumber: http://www.wisataku.id/wp-content/uploads/2017/12/0-17.jpg
pelestarian aset pusaka.

2.5.3.2 Pelaporan
Pelaporan merupakan catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya diberikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tertentu. Dalam pelaksanaan pengendalian penetapan
keunggulan nilai nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka, dan
pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka, pelaksana pemantauan
di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi yang terdiri dari Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi, melaksanakan pelaporan terkait
temuan tertentu kepada Pemerintah Pusat, dalam hal ini melalui Kementerian
yang terlibat dalam Pokja Kota Pusaka.

Masyarakat setempat bisa melakukan pelaporan secara lisan maupun


tertulis kepada Pemerintah Kabupaten/Kota bisa melalui Dinas Pendidikan,
Kebudayaan dan Pariwisata maupun kelembagaan terkait lainnya yang
berwenang dalam pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka.

Pemerintah Kabupaten/Kota melaporkan secara tertulis setiap tahun kepada


Pemerintah Provinsi, dalam hal ini kelembagaan yang berwenang dalam
pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka di Provinsi tersebut.

Pelaporan memuat temuan-temuan terkait dengan pelaksanaan pengendalian


penetapan keunggulan nilai nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka,
dan pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka.
59

2.5.3.3 Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai
secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya.
Evaluasi yang dilaksanakan merupakan suatu penilaian untuk mengetahui
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
upaya pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka.

Evaluasi dilaksanakan guna meninjau konsistensi penetapan keunggulan nilai


nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka dan pelaksanaan pelestarian
dan pengelolaan Kota Pusaka. Evaluasi untuk penetapan batas-batas Kota
Pusaka dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat berkoordinasi
dengan Pemerintah Provinsi. Evaluasi untuk meninjau konsistensi penetapan
keunggulan nilai nasional dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat selaku kementerian teknis yang berwenang dalam
pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka.

Evaluasi pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka dilaksanakan


oleh Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan
Kebudayaan berdasarkan laporan yang telah diberikan dari Kementerian/
Lembaga terkait di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota.


1. Pelaksanaan Evaluasi Konsistensi Penetapan Keunggulan Nilai Nasional
2. Pelaksanaan Evaluasi Penetapan Batas-batas Kota Pusaka
3. Pelaksanaan Evaluasi Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka
Evaluasi dilaksanakan
Langkah dan tahapan pelaksanaan evaluasi
guna meninjau 1. Menetapkan standar dan indikator untuk menilai proses pelaksanaan
konsistensi penetapan program/ kegiatan. Standar biasa mencakup semua input yang digunakan.
2. Mengumpulkan data dan melakukan investigasi kinerja (pengamatan) dari
keunggulan pelaksanaan kegiatan/ proses kegiatan yang dipilih untuk dibandingkan
nilai nasional, dengan standar/indikator (baik kualitatif maupun kuantitatif ) yang telah
ditentukan.
penetapan batas- 3. Mengamati perubahan lingkungan dan mengumpulkan data untuk
pengkajian pengaruh lingkungan tersebut terhadap kegiatan yang sedang
batas Kota Pusaka dilaksanakan.
dan pelaksanaan 4. Pengolahan, analisis data dan sintesis hasil. Data yang dikumpulkan
(termasuk perubahan lingkungan) diolah dan dianalisis untuk membuat
pelestarian dan penilaian dan kesimpulan tentang proses pelaksanaan kegiatan. Hasil
analisis dan kesimpulan akan digunakan lebih lanjut untuk perumusan
pengelolaan Kota rekomendasi tindak lanjut.
Pusaka 5. Pengambil keputusan melakukan tindakan (termasuk koreksi dn
penyesesuai kegiatan, maupun perencanaan ulang).
6. Menyampaikan semua hasil monitoring, pengendalian dan tindak lanjut
kepada pihak yang berkepentingan sebagai wujud akuntabilitas dan
proses pengambilan keputusan lebih lanjut.
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA

2.5.3.4 Sanksi
Sanksi adalah suatu tindakan yang diberikan kepada perorangan atau
kelompok pelaksana kegiatan, karena terbukti melakukan pelanggaran
terhadap aturan yang berlaku. Sanksi dikenakan terhadap suatu pelanggaran
dengan tujuan untuk memberikan pengertian mengenai adanya aturan yang
harus diikuti serta memberi peringatan terhadap tindakan yang salah.

Sanksi menjadi peringatan untuk mendidik dan tidak hanya berlaku bagi
pelaksana kegiatan yang melanggar, melainkan manajemen pusat dan lokal
yang memilki hak dan kewajiban yang sama terhadap peraturan yang berlaku.
Dalam upaya pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka, sanksi yang
diberlakukan terhadap ketidaksesuaian dalam pelaksanaan pelestarian dan
pengelolaan Kota Pusaka. Sedangkan, untuk penetapan keunggulan nilai
nasional dan penetapan batas-batas kota pusaka tidak diberlakukan sanksi
khusus, hanya sebatas himbauan.

Sanksi dikenakan terhadap suatu


pelanggaran dengan tujuan untuk

memberikan pengertian mengenai adanya
aturan yang harus diikuti serta memberi
peringatan terhadap tindakan yang salah

Sumber: https://media.travelingyuk.com/wp-content/uploads/2017/11/Airnya-yang-biru-
Sumber: http://beritadaerah.co.id/wp-content/uploads/2015/04/Pembangunan-Pusat-Kebudayaan-230415-Ief-1.jpg menjadi-daya-tarik-tersendiri-image-source-1024x1024.jpg
61


Sanksi tidak hanya berlaku bagi
pelaksana kegiatan yang melanggar,
melainkan manajemen pusat dan lokal
yang memiliki hak dan kewajiban yang
sama terhadap peraturan yang berlaku

1. Sanksi untuk penyimpangan pelaksanaan pelestarian dan


pengelolaan Kota Pusaka
Penetapan sanksi diberikan untuk penyimpangan pelaksanaan pelestarian
dan pengelolaan Kota Pusaka. Jenis sanksi yang diberikan dalam bentuk
sanksi administratif berupat teguran. Pemberian sanksi dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Evaluasi yang dimaksud
adalah evaluasi pada tingkat nasional yang dilakukan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

2. Sanksi untuk Kota Pusaka Nasional yang tidak menjalankan upaya


pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka
Penetapan sanksi diberikan pula kepada kota-kota yang telah mendapat
pengakuran sebagai Kota Pusaka Nasional setelah ditetapkan melalui
kriteria keunggulan nilai nasional. Penetapan sanksi diberlakukan
berdasarkan pada tingkat pelanggaran yang dilakukan. Untuk kabupaten/
kota yang tidak melakukan tindakan pelestarian dan pengelolaan pusaka,
maka sanksi yang diberikan adalah sebagai berikut:
t 1FSJOHBUBOEBOUFHVSBO MJTBO

Peringatan secara lisan diberikan oleh Pemerintah Provinsi kepada


Pemerintah Kabupaten/Kota jika tidak melaksanakan program
pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. Peringatan secara
lisan diberikan oleh Kemenko PMK jika Pemerintah Provinsi tidak
melakukan upaya pelestarian dan pengelolaan kota pusaka pada
tingkat Kabupaten/Kota.
t 1FSJOHBUBOUFSUVMJT
Peringatan diberikan kepada tingkatan provinsi, kepada Pemerintah
Provinsi terkait oleh kementerian teknis yang bertanggung jawab
kepada aset pusaka di dalam kawasan tersebut dengan pemantauan
dari Kemenko PMK selaku koordinator Pokja Kota Pusaka.
t 1FODBCVUBOTUBUVT,PUB1VTBLB/BTJPOBM
Pencabutan status Kota Pusaka Nasional dilakukan oleh Kemenko PMK
dengan sepengetahuan dari Kementerian PUPR selaku Ketua Pokja
Kota Pusaka.
Sumber: http://media7.trover.com/T/5565d642198e44718a001962/fixedw_large_4x.jpg
3
63

Saat ini sudah terdapat 55 kota/


kabupaten telah menjadi anggota JKPI
yang tersebar di seluruh Indonesia. Kota/

KOTA PUSAKA
kabupaten tersebut yaitu Kota Banda
Aceh, Kota Langsa, Kota Sabang, Kota
Medan, Kota Sibolga, Kota Bukittinggi,
Kota Padang, Kota Sawahlunto, Kota
Lubuklinggau, Kota Palembang,
Kabupaten Siak, Kota Sungai Penuh,
Kota Bengkulu, Kota Pangkal Pinang,
Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten
Pesawaran, Kota Jakarta Barat, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Utara,
Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota
Bogor, Kota Cirebon, Kota Tangerang,
Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Kota
Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal,
PROFIL

Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten


Banyumas, Kabupaten Batang,
Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap,
Kabupaten Purbalingga, Kabupaten
Tegal, Kabupaten Temanggung,
Kota Blitar, Kota Yogyakarta, Kota
Madiun, Kota Malang, Kota Surabaya,
Kabupaten Ngawi, Kota Pontianak,
Kota Singkawang, Kota Banjarmasin,
Kota Bontang, Kabupaten Buleleng,
Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar,
Kabupaten Karangasem, Kota Kupang,
Kota Baubau, dan Kota Palopo. Berikut
akan dijabarkan profil masing-masing
kota pusaka tersebut.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.1 KOTA
SAWAHLUNTO
Pada masa pemerintah Hindia Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai kota
tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara
dihentikan. Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua
yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.
Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-
bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian telah ditetapkan sebagai cagar
budaya oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan
mencanangkan Sawahlunto menjadi “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”.
Jumlah penduduk Kota Sawahlunto pada tahun 2015 adalah 60.186 jiwa
atau meningkat 0,97 persen dibandingkan jumlah penduduk pada tahun
2015. Jika dilihat menurut kecamatan, jumlah penduduk Kecamatan Talawi
merupakan yang terbesar dibandingkan kecamatan lainnya dengan populasi
mencapai 18.920 jiwa, atau mencapai 31,423 persen dari total penduduk
Kota Sawahlunto. Kecamatan dengan populasi penduduk terkecil adalah
Kecamatan Silungkang dengan jumlah penduduk 10.962 jiwa.

Secara umum tingkat kepadatan penduduk Kota Sawahlunto pada tahun


2015 dalah 220,1 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan
cukup bervariasi. Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi
adalah Kecamatan Siungkang dengan kepadatan 332,9 jiwa/km2. Sedangkan
kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan
Talawi dengan kepadatan 190,3 jiwa/km2.

PDRB Kota Sawahlunto tahun 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menurut
lapangan usaha berjumlah 2.739,82 milyar rupiah, menigkat dari tahun 2014
dengan jumlah 2.543,14 milyar rupiah. Sedangkan PDRB Kota Sawahlunto
Atas Harga Konstan tahun 2015 adalah sebesar 2.251,1 milyar rupiah
sedangkan tahun 2014 sebesar 2.123,04 milyar rupiah. Sampai keadaan tahun
2015, lapanan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan
sepeda motor masih menjadi kategori yang mempunyai peranan penting
bagi struktur perekonomian Sawahlunto dengan kontribusinya sebesar
15,43%. Kontribusinya sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya
yang sebesar 15,11%. Selanjutnya kategori yang memberi andil cukup besar
dalam pembentukan PDRB Sawahlunto adalah kategori industri pengolahan
yang memberikan kontribusi sebesar 12,42%, juga mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya (12,3%). Sementara itu, lapangan usaha
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib menjadi
penyumbang ketiga terbesar dalam pembentukan PDRB Sawahlunto. Pada
tahun 2014 kontribusi kategori ini adalah 12,52%, kemudian pada tahun 2015
turun menjadi 11,74%.
Sumber: https://minangtourism.com/puncak-polan/
65

Peta Administrasi Sawahlunto


Sumber: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2016/05/administrasi-kota-sawahlunto-a1.jpg

Saat ini Kota


Sawahlunto
“ 3.1.1 Kinerja Infrastruktur
Panjang jalan di Kota Sawahlunto tercatat sepanjang 454,52 km; terdiri dari
30,95 km jalan negara dan 454,52 km jalan kota. Apabila dirinci menurut
kondisi; sepanjang 324,15 km berkondisi baik, 84,99 km berkondisi sedang,
30,35 km rusak, serta 15,03 km kondisinya rusak berat. Berdasarkan jenis
berkembang permukaan, sebagian besar jalan kota sudah diaspal di tahun 2015 yaitu
sebanyak 56,43%. Namun jalan Kota Sawahlunto masih ada berupa tanah yaitu
menjadi kota sebanyak 11,02%. Kemudian jalan yang jenis permukaannya beton semen ada
sebanyak 21,77%, dan terakhir jenis permukaan kerikil ada sebanyak 10,79%.
wisata tua yang Unit SPAM di Kota Sawahlunto yaitu Su Unit Sawahlunto dan Unit Sawahlunto.
multi etnik, So Unit Sawahlunto memiliki cakupan pelayanan 1,46%, terdapat 131
unit sambungan rumah, 3 unit hidran umum, dan penduduk yang telayani
sehingga menjadi sebanyak 830 jiwa. Sedangkan Unit Sawahlunto memiliki cakupan pelayanan
salah satu kota tua 56,89%, 6.509 unit sambungan rumah, 60 unit hidran umum dan penduduk
yang terlayani sebanyak 32.334 jiwa. PDAM Sawahlunto pada tahun 2013
terbaik di Indonesia memiliki kinerja dengan jumlah pelanggan 7.147 jiwa, kapasitas terpasang
dan produksi masing-masing 44 liter/detik dan 90 liter/detik. Cakupan
pelayanan PDAM Sawahlunto sebanyak 52.241 jiwa dan penduduk yang
terlayani sebanyak 48.370 jiwa. Di Kota Sawahlunto terdapat satu TPA yaitu
TPA Kayu Gadang yang berlokasi di Kecamatan Barangin. Luas TPA tersebut
2,5 Ha dengan kapasitas 34,28 m3/hari. Teknologi yang digunakan pada
TPA ini adalah controlled landfill dan jumlah penduduk yang terlayani yaitu
sebanyak 66.000 jiwa.
PROFIL KOTA PUSAKA n
-a
50
- 18 0
nto 188
3.1.2 Sejarah wa
hlu 0 -an
-
8 67-1
86
8

Terbentuknya sebuah kota dapat Sa 185 185 1 8


dilihat dari berbagai faktor
pembentuknya. Ada kota yang Sawahlunto diketahui hanyalah daerah Eksplorasi Penyelidikan Penyelidikan detail oleh
agraris sebagai lahan pertanian sawah awal batubara awal oleh de de Greve membuahkan
lahir dari aktivitas perdagangan, ladang. Aktivitas hanya tampak siang Ombilin- Groot hasil dengan perkiraan
pelayaran/pelabuhan, perlintasan hari. Sore hari penduduk meninggalkan deposit 200 juta ton
Sawahlunto
daerah ini kembali ke daerah Kubang, lebih deposit batubara
atau persimpangan bahkan dari Lunto dan Silungkang, Kolok, Tidak dan persiapan. Ombilin- Sawahlunto.
sebuah kegiatan industri, seperti berlebihan kiranya kalua Sawahlunto Tersebar di Lembah
masa ini berwajah belantara hutan. Segar, Parambahan,
halnya kota Sawahlunto. Sawahlunto Segi ekonomi pada awalnya tidaklah Sigalut, Sawah Rasau,
telah menarik perhatian Pemerintah begitu diperhitungkan Pemerintah Tanah Hitam, Durian.
Hindia Belanda.
Hindia Belanda sejak eksplorasi
1858 oleh de Groot. Kemudian de
Greve 1868 yang berhasil menguak
potensi cadangan batubara dibumi 1 Januari 1894 1 Oktober 1892
Sawahlunto. Peta geo-politik dan Untuk menghubungkan Muarokalaban- Secara bersamaan
Sawahlunto pembangunan rel selesai jalur 23 km
ekonomi Belanda pun berubah dihadang perbukitan. Diperlukan Solo- Muarokalaban
di Sumatera Barat. Seiring itu, sebuah terowongan bawah tanah dan Padang-Teluk
persiapan infrastruktur utama dengan menembus bukit berbatu Bayur 7 km.
cadas sepanjang hampir 1 km (875 m).
tambang dan berbagai sarana Kemudian dari masyarakat menyebut
dan prasarana pendukung hingga terowongan ini sebagai Lubang Kalam.

ekploitasi tambang. Membawa


1 2 2 4
konsekwensi logis terhadap 189 189 189 189
perubahan dan perkembangan
fisik, sosial, ekonomi dan budaya
Usaha Produksi Sawahlunto tercatat Dibangun power
Sawahlunto. Daerah pedalaman penambangan Perdana dalam Regeering plan (sentra listrik
ini seiring waktu dan aktivitas dimulai di Sei penambangan. Almanaak Lembaran tenaga uap) di
Durian. Negara Pemerintah Kubang Sirakuak.
pertambangan menunjukkan Hindia Belanda.
keheterogenan sebagai ciri kota.
Beberapa periodesasi untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan
Sawahlunto hingga disebut sebagai
kota adalah:

1970-1980 Periode
- Penurunan kualitas kota 1951-
- Surat Keputusan Gubernur Sumater Barat No. 145/ 1980
GSB/1970 tanggal 18 September 1970, yang merujuk Dinamika Kota
kepada Undang-Undang No. 8/156 yang termaktub Sawahlunto
dalam Lembaran Negara No. 19 Tahun 1959. Luas Kota
Sawahlunto itu mengacu kepada Ketetapan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagaimana
yang tertuang dalam Staadblad van Nederlandsch Indie
No. 400 Tahun 1929.
- Migrasi sebagian penduduk terutama etnis Tionghoa ke
Kota Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh, Pekanbaru.

Periode 1982 1990


1981- Pembangunan Perluasan Kota Sawahlunto mengacu
2020 Pasar Bagonjong pada Peraturan Pemerintah No.
44 Tahun 1990 dan tercatat dalam
Lembaran Negara No. 99 Tahun 1990
dan Tambahan Nomor 3423 dari 779,6
Ha menjadi 27.347,7 Ha.
00 67
1-19
e 188
0 1 5 ri od
187 187 187 Pe

De Greve Laporan itu dipublikasi R.D.M Verbeek Persiapan, Sawahloento tercatat 8


88
secara resmi Bersama W.A. Henny, menindaklanjuti Pembangunan dalam 1887-1896 oleh
87-1
melaporkan hasil dengan judul: ‘Het dan menegaskan Infrastruktur Biro Topografi Batavia 18
penelitianya yang Ombilien-kolenveld laporan de Greve yang dikeluarkan pada Penanaman
dan Eksploitasi
membanggakan it in de Padangsche dalam usaha semester 1 tahun 1899. modal dimulai
uke pemerinahan Bovenlanden eh het merancang Batubara
dalam bentuk
Hindia Belanda di Transportstelsel op penambangan. konsensi lahan
Batavia. Sumatra’s Weskust’s penambangan.
(Gravenhage: Algemeene
Landsdrukkrij).

93
8 -18
188
Pembangunan
November 1891 Juli 1891 1887-1894 pelabuhan
Rampungnya jalur Selesainya jalur Pembangunan Emmahaven
Padangpanjang- rel kereta api jalan kereta api (Teluk Bayur
Bukittinggi dari Pulau Air- transportasi Padang)
sepanjang 19 km. Padangpanjang batubara dari
1 Juli 1892 sejauh 71 km. Pulau Air-
Dirampungkannya 53 km bentangan Muarokalaban
secara bertahap
jalur rel Padangpanjang-Solok. 20
1-19
berjalan.

e 190
5 riod 1 4 5 6
189 Pe 190 190 190 190
0
191 - Pembangunan los
Menjadi pusat afdeling Pertumbuhan Dibangun Dibangun Batas-batas Pembangunan (pasar loods) tradisional
koto VII dan buruh berbagai lapangan lapangan administrasi toko oleh Fak - Dibangun Societiet
semakin banyak infrastruktur bola kaki. bola kaki. Sawahlunto Sin Kek. - Koperasi Ons Belang
didatangkan dari ditetapkan. - Rumah asisten residen
perwujudan kearah
berbagai penjuru Hindia - Dibangun kantor polisi
Belanda bahkan etnis kota tahap I.
Tionghoa dari Singapura.
1912
Dibangunnya
stasiun kereta api
Sawahlunto.

1916
Dibangun kantor
1929-1942 1923-1925 Periode 1918 1917 pertambangan
Perkembangan tahap II, sampai Dibangun 1921- - Dibangun Dibangun Ombilin.
ditetapkan sebagai staadsgemeente penjara 1950 Rumah Ransum Gedung
(kotapraja/1936) dan berakhir seiring Sawahlunto. Perkembangan - Dibangun Hotel Komedi
berakhirnya pemerintah kolonial Kota Ombilin
Belanda. Pada masa pendudukan Sawahlunto - Pengembangan
Jepang tambang batubara tidak rumah sakit yang
dikelola secara baik dan produksi sudah ada pada
tambang batubara tidak berjalan akhir abad ke-19
secara lancar

2000 2001-2002 2003-2010 2011-2020


Ancaman keberlangsungan Pencetusan Visi dan Misi Pelaksanaan program pembangunan - Keberlanjutan program
kehidupan kota dengan Sawahlunto Menuju dalam upaya perwujudan Visi dan pembangunan sebagai kota wisata
merosotnya secara tajam Kota Wisata Tambang Misi baru Sawahlunto dari Kota tambang.
produktivitas industry Berbudaya 2020. Industri Tambang kemudian menjadi - Tinggal landas sebagai destinasi
batubara. Kota Wisata Tambang Berbudaya. wisata di Sumatera Barat.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.1.3 Rajutan Berbagai Pusaka


Sejarah Tambang Batubara di Sawahlunto
Ada empat warisan Belanda yang sangat berpengaruh pada perkembangan
ekonomi Sumatera Barat. Keempat warisan itu adalah, PT Semen Padang,
Pelabuhan Teluk Bayur (dulu bernama Emmahaven), Tambang batubara
di Ombilin (Sawalunto), dan jalur kereta api. Keempatnya, menjadi pilar
transformasi sosiologis dan kultural yang dialami masyarakat sekitar satu abad
silam.

Sejarah kereta api di Sumatera Barat tak lepas dari penemuan tambang


batubara berkalori tinggi di daerah Ombilin, Sawahlunto, dengan perkiraan
cadangan mencapai 200 juta ton. Untuk mempermudah pengangkutan,
Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api sepanjang 155
kilometer dari Sawahlunto hingga Pelabuhan Teluk Bayur yang dahulu Ada empat warisan
bernama Emmahaven melalui Padang Panjang. ma 109 tahun, jalur tersebut
digunakan secara rutin untuk mengangkut batubara dan penumpang. Seiring Belanda yang hingga
dengan berhentinya pasokan batubara dari Sawahlunto yang dikelola PT Bukit
Asam, terhenti pula operasi rutin kereta api di jalur tersebut pada tahun 2003.
saat ini menjadi
Selain jalur Teluk Bayur-Sawahlunto, Belanda juga membangun jalur Padang pilar transformasi
Panjang–Bukittinggi-Payakumbuh-Limbangan sepanjang 72 km. Jalur ini
dioperasikan untuk mengangkut hasil bumi dari pedalaman Sumatera Barat. sosiologis dan
Seiring dengan berkembangnya transportasi darat, kereta api mulai tersisih
dan tidak beroperasi sejak tahun 1973.
kultural yang dialami
masyarakat sekitar
Lubang Tambang Mbah Suro merupakan salah satu situs tambang batubara
yang sejak tahun 2007 dibuka untuk umum sebagai tempat wisata.
satu abad silam
Terowongan tambang ini dibuka pemerintah Hindia Belanda pada 1898.
Pembuatan terowongan ini mengerahkan pekerja paksa yang berasal
dari berbagai penjara seperti Jawa, Sulawesi, Medan, dan Padang. Pekerja
paksa yang berasal dari luar Sumbar, diangkut menggunakan kapal menuju
pelabuhan Teluk Bayur kemudian dilanjutkan perjalanan menggunakan
kereta api menuju Sawahlunto. Sebagai fasilitas pendukung, stasiun kereta api
Sawahlunto dengan fasilitas memadai baru dibangun pada 1918. Kini stasiun
kereta api tersebut dijadikan sebagai museum kereta api.

Di Sawahlunto inilah para narapidana tersebut dipekerjakan untuk membuat


terowongan tambang. Pekerja paksa ini dikenal juga dengan sebutan orang
rantai karena dalam kegiatan penambangannya kaki mereka dirantai. Siksaan
berupa cambukan seringkali mereka terima dari mandor, makanan yang
diberikanpun terbatas, karena itu banyak orang rantai yang meninggal selama
berlangsungnya kerja paksa itu.

Untuk memasok kebutuhan makanan pekerja tambang, dibuatlah dapur


umum yang dibangun pada 1918. Dapur umum itu juga bertanggungjawab
pada ketersediaan makanan pasien rumah sakit di Sawahlunto. Setiap harinya,
dapur umum tersebut mampu menyediakan makanan untuk sekitar 6000
orang. Dapur umum tersebut kini telah berubah fungsi menjadi Museum
Sumber: http://lifestyle.liputan6.com/read/2253610/sawahlunto-wisata-sejarah-tambang-batu-bara-zaman-penjajah
69
Goedang Ransum. Banyak orang dipekerjakan di dapur umum ini termasuk
juga anak-anak. Bangunan dapur umum itu terbilang luas dengan alat
masak raksasa. Maklum saja keterisian perut ribuan orang bergantung pada
tempat ini. Untuk mendukung proses penyediaan makanan, dapur umum
ini dilengkapi dengan peralatan masak paling modern di masa itu. Bahkan
di awal abad 20, perlengkapan dapur modern di Sawahlunto menjadi yang
pertama ada di Indonesia.

Ditemukannya pertambangan batubara di Sawahlunto juga menjadi salah


satu unsur berkembangnya pabrik semen Padang di mana pabrik tersebut
merupakan pabrik semen pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Pada
tahun 1911, pabrik ini selesai dibangun dengan kapasitas produksi 76,5 ton
sehari. Sumber energi listrik yang digunakan untuk mengoperasikan pabrik
ini, berasal dari pembangkit listrik Rasak Bungo yang memanfaatkan air
Sungai Lubuk Paraku. Sementara bahan bakar pabrik, menggunakan batubara
Ombilin. Batu bara didatangkan dengan kereta api dari Sawahlunto ke Bukit
Putus, tak jauh dai Teluk Bayur.

Aset Pusaka Budaya Aset Pusaka Bertema Kolonial


Makam M. Yamin PLTU Salak
M. Yamin merupakan pahlawan PLTU Salak dibangun pada tahun
pencetus sumpah pemuda. 1924 oleh Pemerintah Kolonial
Makam M. Yamin berada di Belanda yang digunakan sebagai
sebuah bangunan kayu dengan pengganti PLTU Kubang Serakuk
arsitektur adat Minangkabau di yang terletak di pusat kota. PLTU
tengah sebuah kompleks luas di ini berhenti beroperasi pada
tepi jalan besar. Makam M. Yamin tahun 1974. Kemudian PLTU Salak
berada di dalam bangunan terbuka digantikan fungsinya oleh PLTU
berbentuk gonjong beratap ijuk Sijantang.
yang disangga dua belas buah
Santa Lucia
tiang kayu kokoh, beralaskan bilah-
Dibangun pada tahun 1920 yang
bilah papan.
berfungsi sebagai tempat menuntut
ilmu anak-anak kolonial Belanda.
Pek Sin Kek
Bangunan ini pernah digunakan
Pada zaman kolonial Belanda, sebagai asrama tentara, sekolah
daerah di sekutar rumah Pek Sin islam dan kantor agama. Hingga saat
Kek ini dulu dikenal dengan nama ini, bangunan ini kembali kepada
Kampung Tionghoa. Rumah Pek Sin fungsi awalnya yaitu sebagai sekolah
Kek dibangun pada tahun 1906 dan Santa Lucia.
pernah digunakan sebagai Gedung
Teater, Tempat Perhimpunan Kantor PTBA
Masyarakat Melayu, dan sebagai Kantor PTBA Sawahlunto merupakan
Pabrik Es. bangunan tua lainnya di kota ini.
Kantor PTBA Sawahlunto berlantau
dua dan memiliki menara tinggi
di tengahnya. Halaman depan
kantor ini luas dan berlatar kawasan
perbukitan yang mengelilingi Kota
Sawahlunto. Jendela berbentuk kota
menghias dinding depan Kantor
PTBA Sawahlunto dengan ornament
lengkung di dua bagian. Sebuah
jam dinding tampak menempel di
menara gedung.

han
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Festival dan Kebudayaan


Marunguih
Marunguih atau Ratok Silungkang Tuo merupakan tradisi yang
pada masa dahulu menjadi media penyampaian pesan ataus
sekedar mengenang nasib bagi masyarakat setempat. Namun pada
mulanya tradisi marunguih bukanlah sekedar media penyampai
pesan mengenai untung perasaian nasib di kamung atau dirantau,
melainkan memiliki keterkaitan dengan cerita rakyat yang sudah
sangat melegenda di seluruh Alam Minangkabau yakni Inyiak atau
Legenda Harimau Jadi-jadian.

Bakaru/Tolak Bala (Kajai BLBS)


Karu atau Bakaru merupakan upacara adat yang telah mentradisi
di Nagari Kajai Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto. Prosesi
Karu diawali dengan musyawarah jelang Ramadhan (puasa) untuk
mufakat dalam sidang KAN Kajai oleh; ninik mamak pemangku
adat, bundo kanduang, pemerintahan desa dan perangkatnya,
anak kemenakan. Masing- masing unsur berpakaian kebesaran.

Upacara Minta Hujan (Taratak Boncah)


Sebuah ritual masyarakat yang berkembang di Tak Boncah dalam
menghadapi alam. Ketika kemarau panjang. Ancaman kekeringan
yang mengancam kebutuhan air dan pengairan lahan pertanian.
Diatasi dengan sebuah ritual dan do’a minta diturunkan hujan oleh
sang pencipta dan penguasa alam.

Batobo
Budaya begotong royong dalam mengolah lahan pertanian yang
diiringi berbagai kesenian tradisi.

Makan Bajamba
Sebuah tradisi makan secara adat dengan serangkaian aturan adat
istiadat. Biasanya makan bajamba dimulai dengan pepatah petitih,
makan dengan jamba (wadah besar), makan secara bersama
dengan aturan-aturan cara makannya.

Perkawinan Adat (Minang, Jawa, Sunda,


Batak, Tionghoa, Bugis, dll)
Sebagai kota yang multi etnik, adat perkawinan di Sawahlunto
diselenggarakan menurut adat masing- masing etnik. Tujuh Bulanan
Adat tujuh bulanan atau nujuh bulan, biasanya berkembang bagi
Tunggal/Sedulur Sekapal etnik Jawa Sawahlunto.
Sebuah kekerabatan yang lahir dari akar mobilisasi buruh tambang
di era kolonial. Rasa senasib sepenanggungan selama dalam Turun Mandi
perjalanan dengan kapal laut dari pulau Jawa ke Sawahlunto telah
Hampir semua etnik di Sawahlunto memiliki adat dan tradisi turun
melahirkan rasa persaudaraan.
mandi bagi kelahiran anak dengan cara yang beragam sesuai
budaya masing-masing
Pengangkatan Datuk /Batagak Gala
Merupakan sebuah prosesi adat budaya Minangkabau untuk
menetapkan seorang pemimpin tradisional dalam kaum Prosesi Maantakan Kain
suku. Untuk itu sebuah upacara adat diselenggarakan dengan Sebuah prosesi adat Silungkang berkaitan dengan kematian anak
batagak gala. muda di rantau orang.
71
Aset Pusaka Alam

Puncak Polan
Puncak Polan merupakan salah satu dinding alam yang menghiasi Kota
Sawahlunto. Puncak Polan berada di Kecamatan Lembah Segar. Selain
melihat keindahan kota sawahlunto dari puncak bukit ini, ada juga salah
satu kegiatan olahraga yang sering dilakukan di puncak bukit ini yaitu
kegiatan Paralayang. Selain kegiatan paralayang, “Puncak Polan” ini pun
sering dijadikan sebagai tempat favorit para pecinta fotografi.

Puncak Pari
Puncak Pari pun memberi andil membentuk wajah Sawahlunto seperti Panorama Kajai & Lumindai
‘wajan’. Bukit yang berada di bagian Utara ini, menjadi langganan berbagai Keindahan alam Kajai di Desa Lumindai tidak kalah menarik. Berada
sarana teknologi informasi dan komunikasi dengan terdapatnya berbagai dilingkungan perbukitan yang hijau. Panorama Kajai berada dalam
tower. kawasan agro wisata perkebunan dan pengolahan minyak serei (atsiri),
nilam, jarak dan lainnya.

Panorama Cemara Panorama Kayu Gadang


Berada tidak jauh dibawah puncak Pari, Puncak Cemara menjadi sisi lain
menikmati alam dan wajah kota Sawahlunto. Hingga titik terdalam lembah. Dari Kayu Gadang ini dapat disaksikan bekas lahan maupun aktivitas
Melalui Progam Pengembangan Destinasi Pariwisata pada tahun 2009- penambangan dan dampak lingkungannya. Kayu Gadang juga merupakan
2011. Puncak Cemara dibenahi dengan dibangunnya gazebo dan amphi, latar sejarah pertambangan yang cukup signifikan. Air Batang Ombilin
kios dan pemasangan instalasi listrik untuk kebutuhan listrik berbagai yang dipompa dengan mesin yang ditempat di Rantih.kayu Gadang untuk
aktivitas kepariwisataan di Puncak Cemara. diolah. Sejak masa kolonial Belanda hingga sekarang Pompa Rantih dan
Pengolahan air di Kayu Gadang terus menjalankan tugasnya mengalirkan
air bagi kebutuhan kota dan masyarakatnya. Di Kayu Gadang ini pula pusat
Goa dan Ngalau penambangan pasir untuk menutup lobanglobang pasca tambang dalam.

Kontur daerah Sawahlunto yang berbukit dan bergelombang, bukit-


bukit batu. Kondisi alam yang demikian memberikan potensi dan pusaka Air Terjun Rantih
alam Sawahlunto berupa goa dan ngalau. Berdasarkan data survey dan Pusaka alam air terjun Rantih saat ini merupakan bagian objek wisata alam
inventarisasi ditahun 2003. Terdapat goa dan ngalau dalam jumlah yang di Desa Wisata Rantih. Mulai dikembangkan sejak tahun 2009. Desa Wisata
tidak sedikit. Setidak-tidaknya catatan laporan dilengkapi dokumentasi foto Rantih dengan kehidupan pedesaan yang kental telah menjadi daya tarik
dan video terinventarisir 24 goa dan ngalau yang tersebar diberbagai lokasi kunjungan wisata.
tempat di Sawahlunto.

Air Terjun Muaro Kalaban


Panorama Kelok 16 Air terjuan Muaro Kalaban berjarak lebih kurang 2 km dari objek
Jejak masalalu berupa dokumentasi foto Sawahlunto. Kelok 16 merupakan wisata Water Boom di Muaro Kalaban kota Sawahlunto. Pusaka alm ini
salah satu tempat yang strategis yang sejak era kolonial Belanda telah memberikan andil besar sebgai sumber air bagi objek wisata tersebut.
dimanfaatkan, diantaranya:
a. View dari selatan untuk melihat wajah kota lama Sawahlunto, ke arah
Panorama Cemara Lubuk Sampik
b. Pos dan sudut pantau situasi kota era kolonial Belanda Berada dekat dengan salah satu mulut pintu terowongan Kereta Api,
c. Tempat berwisata atau bersantai para pejabat tambang era Kolonial. Lubang Kalam (875 Meter). Pusaka alam Lubuk sampik terbentuk pada
d. Pusaka alam dengan latarbelakang fungsinya masa kolonial aliran batang Lunto.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.1.4 Studi Kota Pusaka


3.1.4.1 Kondisi Pelestarian Pusaka
Sawahlunto pernah Berjaya hampir 100 tahun dari tambang batubara sejak
1888. Namun, kota ini juga pernah kehilangan harapan saat tambang yang
menopang kehidupan kota terus merosot, puncaknya pada 1988. Kondisi itu
membuat kemiskinan melonjak 20%, pertumbuhan ekonominya terpuruk
hingga minus 6,7%. Kondisi itu membuat kota ini pernah dijuluki kota mati.
Hingga akhirnya, muncul harapan ketika sejumlah pihak menawarkan ide untuk
memanfaatkan apa yang tersisa dari kegiatan tambang, terutama bangunan-
bangunan tua peninggalan Belanda. Dari serangkaian proses, lahirlah
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Visi Misi Kota Sawahlunto,
yakni menjadikan Sawahlunto sebagai Kota Wisata Tambang yang Berbudaya
Tahun 2020. Kawasan kota tua dibenahi, sisa kegiatan tambang dikemas jadi
tujuan wisata. Bangunan cagar budaya dijaga sedemikian rupa untuk tetap
menghadirkan kesan kota tambang.

3.1.4.2 Tantangan dan Permasalahan dalam Pelestarian Kota Pusaka


Sumber: http://farm4.staticflickr.com/3732/12518645705_4c2f7cf9a0_b.jpg

1. Bencana Alam
Tantangan dan permasalahan bagi Kota Sawahlunto untuk melestarikan
benda cagar budaya adalah bahaya longsor, karena Sawahlunto dilihat dari
bentang alamnya terbentuk oleh perbukitan terjal, landai dan pendataran.
Pusat kota lama Sawahlunto terletak pada bentang alam landai sempit dan
memanjang sehingga berbentuk kuali , deretan rumah penduduk di lereng
bukit yang tersusun dengan baik dan Benda Cagar Budaya yang terletak di
kawasan ini terancam rusak terkena longsor.

2. Ulah Manusia
Tantangan dan permasalahan bagi Kota Sawahlunto c. Tak ragawi;
untuk melestarikan Pusaka yang ada sebagai berikut : • Adanya pengaruh modrenisasi dan globalisasi
a. Pusaka Alam; yang berdampak negatif sehingga menghilangkan
Dengan kurangnya kesadaran lingkungan dan adanya nilai – nilai budaya dan adat istiadat Sawahlunto.
aktivitas penambangan dan pembukaan lahan • Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
perkebunan dapat mempengaruhi perubahan wajah kesenian – kesenian yang ada sehingga tidak
pusaka alam pada Kota sawahlunto. berjalan dengan baik.
b. Pusaka Ragawi; • Kurangnya minat masyarakat untuk ambil bagian
• Dengan adanya konservasi/revitalisasi bangunan dalam kegiatan adat istiadat dan kesenian –
cagar budaya yang ada di Kota Sawahlunto, susah kesenian yang ada.
untuk mengembalikan ke bentuk semula, secara • Terbatasnya dan tidak adanya tempat yang baik
utuh dengan mengunakan bahan-bahan yang asli, untuk dijadikan sanggar atau pusat kegiatan
jika sudah tidak di produksi sehingga konservasi kesenian.
menyesuaikan dengan pasar. d. Pusaka saujana.
• Kepemilikan bangunan cagar budaya oleh badan Kurangnya kesadaran lingkungan, pengaruh
usaha, dan masyarakat, yang kurang peduli, karena modrenisasi dan globalisasi yang mengakibatkan
ketidak tahuan akan pelestarian benda cagar hilangnya pusaka alam dan budaya Kota Sawahlunto.
budaya sehingga badan usaha dan masyarakat
melakukan konservasi tanpa adanya panduan dari
pihak pemerintah daerah.
73

3.1.4.3 Potensi Pengembangan Kota Pusaka


Kota Sawahlunto memiliki banyak bangunan-bangunan tua peninggalan
Belanda. Sebagian bangunan telah ditetapkan oleh pemerintah setempat
sebagai cagar budaya dan objek wisata, salah satunya adalah Gedung Pusat
Kebudayaan Sawahlunto. Bangunan tua lainnya adalah Kantor PT Bukit Asam
Unit Pertambangan Ombilin yang dibangun pada tahun 1916. Bangunan
ini memiliki Menara pada bagian tengah dan di sekitarnya terdapat taman
yang dikenal sebagai Taman Segitiga. Selain itu Sawahlunto juga terkenal
sebagai kota bekas tambang yang menjadi salah satu atraksi wisata di Kota
Sawahlunto, di mana pengunjung dapat melakukan napak tilas pada areal
bekas penambangan yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia
Belanda. Banyaknya aset-aset cagar budaya di Kota Sawahlunto merupakan
potensi untuk pengembangan kota pusaka. Aset-aset cagar budaya tersebut
bisa menjadi atraksi wisata di Kota Sawahlunto, dengan menyediakan paket-
paket wisata maka akan lebih memudahkan wisatawan.

3.1.5 Pengelolaan Kota Pusaka


3.1.5.1 Kelembagaan

1. Kelembagaan Pemerintah
Dalam penataan dan pelestarian kota pusaka di Kota Sawahlunto
membutuhkan kerjasama dari semua lembaga. Hanya saja hingga saat ini,
“Dalam penataan
dan pelestarian
kelembagaan pemerintah yang berfungsi dan bertugas dalam penataan
ruang dan pelestarian kota pusaka adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
kota pusaka di
Pariwisata dan Kebudayaan, serta Kecamatan dan Kelurahan yang berada Kota Sawahlunto
di Kota Sawahlunto. Maka untuk untuk kedepannya, dalam penataan
dan pelestarian kota pusaka di Kota Sawahlunto diharapkan melibatkan diharapkan
semua kelembagaan pemerintah yang berada di Kota Sawahlunto. Adapun
Kelembagaan pemerintah tersebut adalah:
melibatkan semua
• Dinas Pekerjaan Umum; kelembagaan
• Dinas Pariwisata dan Kebudayaan;
• Dinas Kesehatan dan Sosial; pemerintah yang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Tenaga
Kerja;
berada di Kota
• Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; Sawahlunto
• Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah;
• Dinas Pertanian dan Kehutanan;
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
• Badan Lingkungan Hidup;
• Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Daerah; dan
• Kecamatan serta kelurahan di Kota Sawahlunto.

Dalam penataan dan pelestarian kota pusaka, kelembagaan pemerintah yang


berfungsi dan bertugas dalam penataan ruang dan pelestarian kota pusaka
di Sawahlunto sampai tahun 2012 adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan, Kecamatan dan Kelurahan. Masing-masing SKPD
sudah memiliki tupoksi masing-masing.
PROFIL KOTA PUSAKA


Peran serta
masyarakat hingga
2. Kelembagaan Masyarakat
Peran serta masyarakat hingga saat ini baru terdiri dari komunitas etnik dan
Lembaga Group serta Sanggar Seni Budaya di Kota Sawahlunto. Kelembagaan
group serta sanggar seni budaya tersebut berada di bawah binaan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto. Diharapkan untuk ke depannya
saat ini baru terdiri muncul komunitas-komunitas baru yang tumbuh dan berkembang dari
dari komunitas kelembagaan masyarakat untuk melestarikan aset pusaka alam, aset pusaka
budaya ragawi, aset pusaka budaya tak ragawi, dan aset pusaka saujana yang
etnik dan Lembaga ada di Kota Sawahlunto. Untuk itu seluruh lapisan masyarakat mulai dari
tingkat pelajar hingga pemangku jabatan, swasta, organisasi masyarakat,
Group serta perlu kiranya memahami dan peka terhadap apa itu pusaka dan kota pusaka
Sanggar Seni serta bagaimana melihat keunggulan-keunggulan aset pusaka ini dapat
wdikelola secara maksimal dan konfrehensif.
Budaya di Kota
Sawahlunto Peran serta masyarakat khusunya pecinta heritage belum ada namun
komunitas etnik sudah ada seperti: Paguyuban Jawa, Komunitas LUAS (Luhak
Agam Sekitar), Komunitas Pariaman, Komunitas Padang Gantiang, Lintau, dan
Batusangkar, Komunitas Pesisir Selatan, serta Paguyuban Sunda. Komunitas
ini lebih focus kepada kegiatan-kegiatan kesenian dan silahturahmi.

3.1.5.2 Kebijakan

1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sawahlunto


Di dalam RTRW Kota Sawahlunto tercantum beberapa strategi untuk
pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya (heritage) yang akan
dilakukan dengan:
a. Memberikan insentif bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau
bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang
memiliki nilai sejarah; dan
b. Meningkatkan fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau
bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang
memiliki nilai sejarah sebagai objek wisata budaya.

Penentuan kawasan cagar budaya bertujuan untuk melestarikan dan


melindungi situs-situs purbakala sebagai peninggalan budaya di Kota
Sawahlunto. Selain itu kawasan cagar budaya merupakan kawasan pelestarian
bangunan fisik serta pelestarian lingkungan alami yang memiliki nilai historis
dan budaya Kota Sawahlunto yang terletak di Kota Lama dan sebagian
tersebar di 4 kecamatan.

Kawasan strategis sosial budaya, ditetapkan:


a. Kawasan Kota Pusako/Kota Lama di Kecamatan Lembah Segar sebagai
kawasan pelestarian budaya atau cagar budaya.
b. Kawasan rencana pusat pemerintahan di Kolok guna peningkatan
pelayanan pemerintahan kota dan identitas kota.
2. Lain-lain
Dari berita yang didapat di media popular diketahui sebanyak 45 bangunan 75
cagar budaya di Kota Sawahlunto diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya. Hal
tersebut dikatakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Peninggalan Sejarah dan
Permuseuman Kota Sawahlunto, saat ini seluruh bangunan tinggal menunggu
penetapan oleh wali kota. Sebelumnya Tim Ahli Cagar Budaya Bersama Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Batusangkar telah melakukan pendataan
serta penelitian terhadap bangunan-bangunan tersebut. Seluruh bangunan
tersebut merupakan tinggalan kolonial pada zaman Sawahlunto masih
aktif dengan kegiatan tambang batu bara. Penetapan beberapa bangunan
bersejarah yang ada di Sawahlunto merupakan salah satu unsur pendukung
bagi daerah tersebut dalam pengusulannya sebagai warisan dunia. Dari
berita tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kota Sawahlunto sudah
berkomitmen untuk melestarikan peninggalan aset pusaka di Sawahlunto
dan memiliki visi untuk mendukung aset pusaka di Kota Sawahlunto menjadi
warisan dunia.
3.1.5.3 Upaya Perlindungan yang Perlu Dilakukan

Kawasan cagar budaya merupakan kawasan pelestarian bangunan serta


kelestarian lingkungan alami yang memiliki nilai historis dan budaya yang
terletak pada Kota Lama Kecamatan lembah Segar dan sebagian tersebar
di tiga kecamatan lainnya. Kawasan cagar budaya merupakan kawasan
pelestarian bangunan fisik serta pelestarian lingkungan alami yang memiliki
nilai historis dan budaya Kota Sawahlunto. Kriteria pengelolaan Kawasan
Cagar Budaya Kota Sawahlunto adalah:
a. Kriteria kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu lokasi/site bangunan
bernilai budaya/sejarah tinggi beserta ruang di sekitarnya, dan situs/
insitus yang mempunyai manfaat tinggi untuk kepentingan sejarah dan
pengembangan ilmu pengetahuan;
b. Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan
benda-benda cagar budaya;
c. Benda cagar budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya;
d. Pengelolaan dan perawatan Benda Cagar Budaya dan situs adalah
tanggung jawab pemerintah/pemerintah daerah;
e. Perubahan fungsi bangunan pada kawasan yang dilindungi harus dengan
izin pemerintah setempat guna mengontrol aktivitas kawasan tersebut.

Kawasan cagar budaya di Kota Sawahlunto dapat dibagi dengan beberapa


kategori, yaitu:
a. Kawasan Kota Lama, pada kawasan ini terdapat beberapa zonasi kawasan
yang memiliki karakter yang berbeda dari segi fungsi ruang dan letak
kawasan. Beberapa kawasan tersebut adalah:
1. Urban heritage; Kota Lama Sawahlunto yang di desain sebagai sebuah
kota industri tambang batubara yang terbagi menjadi 5 peruntukan
ruang/lahan seperti:
a. Kawasan bekas pabrik pemroesan;
b. Kawasan perkantoran;
c. Kawasan permukiman;
Sumber: https://4.bp.blogspot.com/-joedqSjdryY/V2jHf0EcEhI/AAAAAAAAAec/25FWOe-BffAztl6- d. Pusat kota; dan
umUXlJSn8U6M1bosACLcB/w1200-h630-p-k-no-nu/Danau-Tamosu-768x509.jpg
e. Kawasan rumah sakit.
PROFIL KOTA PUSAKA

Sumber: http://suryapost.co/wp-content/uploads/2016/01/1503040mak-itam2780x390.jpg


2. Cultural heritage area; beberapa etnis, hidup berdampingan dengan
melakukan kebiasaan mereka sehari-hari, seperti area beribadah, area
untuk melakukan tradisi budaya masing- masing, berinteraksi di pasar
tradisional dan tempat-tempat perkumpulan warga. Situs/insitu
3. Landscape heritage; yang disebut juga Pusaka Saujana (vistas), dimana
sebenarnya kota lama Sawahlunto memiliki pemandangan yang
Heritage di
menarik apabila Pemerintah mampu mengembalikan penataan Sawahlunto
landscape kota kepada beberapa puluh tahun yang lalu. Kehadiran
landscape kota ini akan sangat mendukung roh daripada pelestarian dikategorikan
alam Kota Sawahlunto. menjadi situs
b. Situs/insitu Heritage, situs/insitu yang terpisahkan dari kawasan kota peninggalan
lama dimana keberadaan lokasi tersebut memiliki nilai-nilai sejarah dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa tersebar di seluruh pelosok
sejarah & situs
Kota Sawahlunto. Situs/insitu bisa di kategorikan menjadi 2 kategori yaitu: peninggalan
1) Situs Peninggalan Sejarah
2) Situs peninggalan Kolonial kolonial
Perlindungan terhadap kawasan/bangunan cagar budaya dilakukan
untuk melindungi kekayaan budaya bangsa. Perlindungan kawasan/
bangunan cagar budaya diarahkan pada:
• Menyusun skala prioritas penanganan kawasan/bangunan
bersejarah atau budaya yang potensial dengan program revitalisasi
jangka panjang dan tahunan;
• Mensosialisasikan peraturan teknis dan petunjuk penanganan
revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah kepada masyarakat.
• Menjalin kerjasama secara instansional dengan institusi terkait,
asosiasi-asosiasi dan perguruan tinggi dalam rangka penanganannya.
• Mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan kawasan bersejarah
yang sedang atau kawasan yang akan tumbuh secara tidak terkontrol
dengan cara memberi dengan cara memberi atau menolak izin
rencana pembangunan baru termasuk merubah keaslian bentuk
dan fungsinya.
77

3.2 KOTA
MALANG


Karena lokasi alam yang dingin serta
banyak lahan yang masih hijau, kota
Malang pantas dijuluki sebagai Kota Bunga

Malang, adalah salah satu kabupaten dan kota di Jawa Timur yang terletak
di dataran tinggi, berjarak 90 Km dari Kota Surabaya. Karena letaknya yang
tinggi, kota ini memiliki udara yang sejuk dan nyaman untuk dikunjungi.

Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan
dikenal dengan julukan kota pelajar, atau banyak juga yang menjuluki sebagai
Kota Bunga. Tidak bisa dipungkiri, karena lokasi alam yang dingin serta banyak
lahan yang masih hijau, kota Malang pantas pula di juluki sebagai Kota Bunga.
Disamping itu, beberapa obyek dengan tema agrowisata banyak dijumpai di
Malang.

Dari struktur penduduk Kota Malang perbandingan antara penduduk laki-laki


dengan perempuan sebesar 97,25%, artinya dari 97-98 penduduk laki-laki
dari 100 penduduk perempuan. Struktur penduduk Kota Malang jika dilihat
dari bentuk piramida penduduk maka penduduk Kota Malang dikategorikan
sebagai penduduk intermediate (umur median sebesar 29,03, umur tersebut
masuk kelompok 20-29 tahun yang dikategorikan sebagai penduduk
intermediate).

Besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2015 mencapai Rp. 51.827.980,3
juta, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp. 41.951.560,2 juta.
Pertumbuhan ekonomi Kota Malang Tahun 2015 mencapai 5,61 persen.
Pertumbuhan sektoral tercepat terjadi di lapangan usaha Jasa Kesehatan dan
Sosial mencapai 9,83 persen. Pertumbuhan tersebut dipicu berdirinya RSUD
Kota Malang. Perekonomian Kota Malang didukung oleh kegiatan lapangan
usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
(28,90%), Industri Pengolahan (26,50%) dan Konstruksi (12,53%).
Sumber: https://gkdi.org/wp-content/uploads/2017/10/malang.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA

3.2.1 Kinerja Infrastruktur


1. Air Bersih
Sumber air baku Kota Malang berasal dari 5 mata air dan 4 sumur bor.
Adapun lokasi dari tiap sumber mata air meliputi Mata Air Wendit, Binangun,
Banyuning, Karangan, dan Sumbersari. Sedangkan sumber air baku yang
berasal dari sumur bor antara lain Badut, Istana Dieng, TPA Supiturang, dan
Sumbersari.Masalah terkait dengan penyediaan air bersih di Kota Malang
adalah masih terdapat wilayah yang belum terlayani jaringan air bersih PDAM.

Prospek pengembangan bagi penyediaan prasarana air bersih yaitu


pemanfaatkan sumber mata air di Kota Malang dalam penyediaan air bersih
sehingga kebutuhan masyarakat yang tinggi dapat diatasi, serta melakukan
pengembangan pelayanan air bersih ke daerah yang belum terlayani air
bersih PDAM.

2. Drainase
Sistem drainase di Kota Malang terdiri dari saluran drainase primer, saluran
drainase sekunder, dan drainase tersier. Terdapat 5 saluran drainase primer di
Kota Malang meliputi DPS Bango, DPS, Brantas, DPS Sukun, DPS Metro, dan
DPS Amprong. Saluran sekunder berupa saluran di kiri kanan jalan utama Kota
Malang. Sedangkan Saluran tersier tersebar di kanan kiri Jalan Lingkungan/
perumahan. Sebagian besar ruas jalan di Kota Malang telah memiliki saluran
drainase sekunder atau tersier.

Masalah terkait dengan prasarana drainase adalah sering terjadi genangan di


beberapa ruas jalan di Kota Malang terutama pada waktu hujan, serta kondisi Sumber: https://q-ec.bstatic.com/images/hotel/max1024x768/846/84627452.jpg
saluran yang tidak memadai/rusak, banyak sampah, tumbuhan liar, dan
sedimentasi.

Prospek pengembangan dari sistem drainase selanjutnya adalah dengan


pelestarian dan pengoptimalan fungsi dari keberadaan drainase primer
yang ada, meminimalisasi terjadinya perubahan fungsi lahan terutama
pada kawasan rawan genangan akibat alih fungsi lahan yang tidak sesuai,
merencanakan sistem drainase yang sesuai dengan penggunaaan lahan Kota
Malang dalam mengatasi permasalahan drainase yang terjadi seperti adanya
genangan pada waktu hujan, serta memperbaiki saluran drainase yang rusak.

3. Sampah
Sistem pengumpulan sampah di Kota Malang baik sampah domestik maupun
sampah non domestik dilakukan dengan pola individual yaitu sistem
pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan alat angkut gerobak yang
kemudian dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). Radius layanan
TPS sejauh ± 1000 meter dari TPS. Hal ini didukung dengan ketersediaan TPS di
setiap kecamatan Kota Malang. Sistem pengumpulan sampah di Kota Malang
telah terorganisir dengan baik yaitu disesuaikan dengan tiap jenis guna lahan
permukiman, perdagangan, industri, ataupun kesehatan.
79

Permasalahan yang terkait dengan sistem persampahan di Kota Malang antara


lain: terdapat 4 TPA di Kota Malang, namun yang masih berfungsi hanya 1 yaitu
TPA Supiturang, sebagian besar kondisi sel di TPA Supiturang sudah tidak aktif/
penuh dan kondisi lahan yang terbatas, TPS yang ada belum menjangkau
semua wilayah di Kota Malang, kurangnya transportasi pengangkut sampah,
serta kurangnya kesadaran masyarakat akan penanganan sampah.

Adapun prospek pengembangan dari sistem persampahan ini adalah dengan


memanfaatkan ketersediaan TPS dalam sistem pengumpulan sampah menurut
jenis aktivitas guna lahan, dan peningkatan pelayanan sampah khususnya di
wilayah-wilayah yang belum terlayani persampahan, menyediakan sarana
TPS dan prasarana persampahan pada daerah yang tidak terjangkau kedua
hal tersebut, melakukan pengoptimalan dan pengembangan TPA eksisting
dengan alternative pengelolaan sampah dengan system sanitary landfill/
pendaur-ulangan bukan open dumping, dan Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan penanganan sampah.

4. Sanitasi
Terdapat dua sistem pengolahan air limbah di Kota Malang yaitu pengolahan
secara individu di masing-masing rumah (on-site system) dan secara kolektif
atau komunal (off-site system). Pengolahan air limbah dengan on-site system
yang dipakai adalah jamban yang biasanya dibangun di masing-masing rumah
atau di tempat-tempat tertentu dan dipakai secara bersama atau kolektif
untuk beberpa rumah tangga. Sedangkan pengolahan air limbah Off-Site


System sering disebut juga Istalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik.
IPAL di Kota Malang ini hampir seluruhnya menggunakan sistem pengolahan
secara hayati yaitu memanfaatkan mikroorganisme dalan menguraikan bahan
pencemar. Beberapa IPAL di Kota Malang yang masih berfungsi dengan baik
Masalah terkait antara lain IPAL Modular Sewerage System (MSS) Ciptomulyo di Kelurahan
dengan sistem Ciptomulyo, IPAL MSS Mergosono di Kelurahan Mergosono, IPAL hasil
kerjasama antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Perum
sanitasi Kota Jasa Tirta I (PJT I) di Kelurahan Tlogomas, dan MCK Tangki AG di Kelurahan
Tlogomas.
Malang adalah
masih banyak Masalah terkait dengan sistem sanitasi Kota Malang adalah masih banyak
penduduk di daerah bantaran sungai pada umumnya belum memiliki sarana
penduduk di daerah sanitasi dan tingkat kesadaran masnyarakat akan pentingnya sarana sanitasi
bantaran sungai masih kurang.

pada umumnya Prospek pengembangan bagi sistem sanitasi Kota Malang yaitu pemanfaatan
prasarana IPAL di beberapa wilayah dalam Sistem Pengelolaan Limbah
belum memiliki Kota Malang, melakukan penanganan sanitasi pada Kel. Jodipan, Kotalama,
sarana sanitasi Lesanpuro, Wonokoyo dan membangun IPAL di Kel. Sawojajar yang ditetapkan
sebagai kawasan prioritas penanganan sanitasi.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.2.2 Sejarah
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi
kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat
ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan
Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah. Selanjutnya,
berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-
arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai
gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan
ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.

Nama “Malang” sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah.
Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh
jawaban yang tepat atas asal usul nama “Malang”. Sampai saat ini telah
diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal usul nama Malang tersebut.

Malangkuçeçwara (baca: Malangkusheshwara) yang tertulis di dalam lambang


kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan
suci. Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja
Balitung dari Jawa Tengah yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908
yakni diketemukan di satu tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian
dimana letak sesungguhnya bangunan suci Malangkuçeçwara itu, para ahli
sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak
bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang
membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak
gunung yang bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih
terus dilakukan karena ternyata, di sebelah barat kota Malang juga terdapat
sebuah gunung yang bernama Malang.

Timbulnya Kerajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang


sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat
ini, setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.

Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singasari (1000


tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan
yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat
subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih
Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/_XyvCefLwhDc/SwoVD1_O0mI/AAAAAAAAAAw/ZJOjh9_aa0Q/
s1600/daerahmalang.jpg
81


Kota Malang
modern tumbuh
kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi
dan berkembang
satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai setelah hadirnya
saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama
Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang pemerintah
akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat
perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
kolonial Belanda
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota
Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi
kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar
memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas
hingga sekarang, misalnya ‘’Ijen Boullevard’’ dan kawasan sekitarnya. Pada
mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa
lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di
pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan
itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh
keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.

Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan


wilayah “Gemente” (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang
terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang
nominor, sursum moveor”. Ketika kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang
ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi :
“Malangkuçeçwara”. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R.
Ng. Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan
asal usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau
telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama
Malangkuçeçwara.

Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah


kolonial Belanda, terutama ketika mulai dioperasikannya jalur kereta api
pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin meningkat
terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah
perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa
terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat,
seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan dan industri.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.2.3 Rajutan Berbagai Pusaka


Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan
Sejarah Kota Malang dimulai sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan yaitu
berkembang dari sebuah kerajaan yang berpusat di kawasan Dinoyo. Kerajaan
Kanjuruhan berdiri pada abad ke VI Masehi di antara Sungai Brantas dan
Sungai Metro, di lereng sebelah timur Gunung Kawi. Bukti tertulis mengenai
kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo yang ditulis pada tahun 682 saka atau
tahun 760 Masehi.

Prasasti Dinoyo 1 Prasasti Dinoyo 2


Pada zaman penjajahan Belanda di Prasasti yang juga ditemukan di Kelurahan
Kelurahan Dinoyo pernah ditemukan Dinoyo Kota Malang saat ini tersimpan di
sebuah prasasti tentang Kerajaan Museum Mpu Purwa Kota Malang. Prasasti
Kanjuruhan bertarikh 760 Masehi ini ditemukan dengan tanpa sengaja
yang berisi tentang kejayaan Kerajaan pada saat penggalian pipa PDAM disekitar
Kanjuruhan saat dipimpin oleh rajanya Kelurahan Dinoyo Kota Malang tepatnya tidak
Prabu Liswa yang bergelar Gajayana dan jauh dari (timur) pertigaan Jl. MT. Haryono – Jl.
cerita tentang penggantian patung atau Gajayana pada tahun 1984 silam.
arca agistya yang sebelumnya dibuat oleh
nenek moyangnya dari kayu dengan batu. Oleh karena prasasti ini ditemukan jauh
Prasasti ini sangat tua karena menurut setelah Prasasti Dinoyo, maka prasasti ini juga disebut Prasasti Dinoyo 2
para ahli sejarah prasasti ini merupakan prasasti dari kerajaan tertua atau ada yang menyebut Prasastu Dang Hwan Hiwil.
yang ditemukan di Jawa Timur jauh sebelum Singosari dan Majapahit.
Saat ditemukan, prasasti ini hampir hancur total, prasasti ini dianggap
Prasasti ini juga sangat unik, karena penggunaan bahasa dan huruf batu besar yang mengganggu saat penggalian tanah guna proyek
dalam prasasti, yaitu bahasa dan huruf Kawi atau Jawa Kuna bukan pipanisasi PDAM tahun 1984, karena dianggap mengganggu maka
huruf dan bahasa Sansekerta yang biasa ditemukan pada sebagian batu besar tersebut dicongkel menggunakan linggis dan kemungkinan
besar prasasti yang ditemukan. Karena ditemukan di daerah Kelurahan di pukul dengan palu besat, saat di hancurkan terlihat adanya tulisan
Dinoyo maka disebut dengan Prasasti Dinoyo, saat ini Prasasti Dinoyo pada batu tersebut, maka penggalian dihentikan dan dilaporkan
disimpan di Museum Nasional di Jakarta. kepada dinas purbakala saat itu.

Prasasti Dinoyo menceritakan kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan Prasasti Dinoyo 2 berisi tentang penyerahan tanah sawah yang
dengan rajanya yang bernama Dewa Simha. Ia mempuyai seorang diberikan oleh Dang Hwan Sang Hiwil kepada Dang Hyang Guru
putra yang bernama Liswa, setelah naik tahta dan melalui upacara Candik. Akan tetapi, belum dapat dipahami dengan jelas siapa Dang
abhiseka Liswa bernama Gajayana. Hwan Hiwil. Dilihat dari tahun pembuatannya, diperkirakan tahun 898
Masehi, berarti pembuatan prasasti tersebut setelah lebih dari 100
Selama pemerintahan Gajayana, dikatakan beliau beragama Hindu tahun dari Prasasti Dinoyo (760 Masehi) dibuat, saat kekuasaan Kerajaan
Siwa.Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. apa dan siapa rajanya sayangnya tidak disebutkan dalam Prasasti
Bangunan tersebut sekarang bernama candi Badhut. Disebutkan pula, Dinoyo 2 tersebut.
semula arca yang terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan
batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun 760.


Sejarah Kota Malang dimulai sejak zaman Kerajaan
Kanjuruhan yaitu berkembang dari sebuah kerajaan
yang berpusat di kawasan Dinoyo

83

Jejak peninggalan kerajaan


Kanjuruhan lainnya yaitu
situs Karuman. Situs Karuman
Jejak peninggalan Kerajaan
Kanjuruhan lainnya yang
terdapat di Kelurahan Tlogomas
adalah Situs Karuman.
Situs Karuman merupakan
sebuah punden desa yang di
Situs Watu Gong dalamnya terdapat fragmen
Di tempat ini terdapat 12 batu arca yaitu Yoni, lembu Nandi
bulat yang bentuknya mirip serta beberapa lingga semu
gong. Ketika ditemukan di yang sekarang digunakan oleh nisan. Situs Karuman diduga sudah
pekarangan rumah penduduk difungsikan oleh masyarakat pendukungnya sejak abad ke VIII M zaman
jumlah watu gong 13 buah. Kerajaan Kanjuruhan. Wilayah Karuman sendiri merupakan daerah
Ditemukan pula bejana batu, permukiman yang merupakan daerah yang kaya akan air. Sumber air di
lumpang, lesung, dan bata sekitar wilayah Karuman diduga berasal dari wilayah Telogomas.
merah yang tebal. Diameter
watu gong sekitar 80 Telogo mas berarti telaga emas yang menyiratkan gambaran peleo-
centimeter dan tebalnya sekitar 30 centimeter. Batu-batu itu disusun ekologinya sebagai areal yang memiliki genanganan air cukup besar,
berjajar mengelilingi pendopo yang dibangun oleh Pemerintah menyerupai telaga. Telaga purba ini adalah sisa dari Danau Purba
Kabupaten Malang. Pendopo diresmikan oleh pada tanggal 18 Juli Malang, yang menggenangi suatu bentang geografis dengan topografi
1985 oleh Eddy Slamet, Bupati Malang pada waktu itu, sebab Tlogomas bergelombang. Selain itu, daerah ini dilintasi oleh sejumlah sungai,
semula menjadi bagian dari Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Para seperti Kali Metro, Brahala, Brantas beserta anak- anak sungainya. Untuk
sejarawan memperkirakan fungsi watu gong untuk umpak (alas tiang keperluan agraris dan kebutuhan rumah tangga, air dari kali dan telaga
rumah/ batu sendi) sebuah bangunan rumah yang besar karena di ini amat dibutuhkan. Permukiman kuno di pusat watak Kanjuruhan
sekitar temuan watu gong banyak ditemukan bata merah tebal yang oleh karenanya cenderung berada di sekeliling telaga purba Tlogomas,
membentuk struktur lantai. Bejana batu diduga sebagai tempat untuk sehingga kehidupan masyarakat di pusat watak Kanyuruhan ini cukup
menampung air. alasan untuk disebut “hydrolic society”.

Situs Ketawanggede Candi Badut


Selain situs Watu Gong, Candi Badhut atau Candi
ditemukan pula batu- Liswa yang terletak di Desa
batu yang serupa di Dau, Malang, diduga sebagai
wilayah Kota Malang yang candi tertua di Jawa Timur.
disebut dengan Situs Candi ini diyakini sebagai
Ketawanggede. Menurut candi Syiwa yang dibangun
cerita penduduk sekitar, atas perintah Raja Gajayana
pada awalnya batu-batu ini dari Kerajaan Kanjuruhan.
tersebar di sekitaran rumah Konon Raja Gajayana sangat
penduduk, kemudian salah senang melucu (bahasa Jawa: mbadhut) sehingga candi yang dibangun
satu penduduk berinisiatif atas perintahnya dinamakan Candi Badhut. Walaupun terdapat
untuk mengumpulkannya. dugaan semacam itu, sampai saat ini belum ditemukan bukti kuat
Seiring dengan perkembangan wilayah Kota Malang, rumah penduduk keterkaitan Candi Badhut dengan Raja Gajayana.Bangunan utama yang
tersebut beralih fungsi menjadi restoran cepat saji. Situs Ketawanggede menghadap ke barat ini marupakan satu-satunya bangunan yang masih
terletak di halaman parkir restoran cepat saji di Jalan MT Haryono. tersisa. Bangunan tersebut terletak di sisi timur
terdiri dari beberapa batu andesit yang berbentuk seperti batu
gong, potongan miniatur candi, dan dua buah Yoni yang terbuat dari atau sisi dalam kompleks candi. Bangunan lain, yang terletak di sisi
batu andesit yang sudah rusak. Yoni yang berbentuk kotak itu oleh selatan di depan bangunan utama, saat ini hanya tinggal fondasinya.
masyarakat setempat lebih sering disebut sebagai lumpang kotak. Prasasti Dinoyo juga menyebutkan adanya pembangunan rumah besar
Situs Ketawanggede adalah peninggalan agama Hindu, Batu Gong untuk para brahmana yang ditunjukkan dengan peninggalan situs Watu
yang kemudian menjadi nama kampung Watu Gong tersebut lebih Gong di Kelurahan Tlogomas. Jejak peninggalan Kerajaan Kanjuruhan
berbentuk umpak yang digunakan untuk menahan tiang bangunan banyak ditemukan di wilayah Kelurahan Tlogomas, ykni berupa Situs
yang biasanya terbuat dari kayu. Watu Gong dan Situs Karuman.
PROFIL KOTA PUSAKA

“Di wilayah Kota


Malang, tepatnya
Desa Panawijen,
masih terdapat
jejak peninggalan
Peninggalan Kerajaan Singosari sejarah berupa
Sejarah Kerajaan Singosari tidak terlepas dari Ken Arok, yang merupakan
pendiri Kerajaan Singosari. Jejak peninggalan Ken Arok terkait dengan Desa
situs Ken Dedes,
Tlogomas, dimana diyakini Ken Arok menghabiskan masa kecilnya di wilayah sumur windu.
desa tersebut. Situs Karuman di wilayah Desa Tlogomas yang diyakini sebagai
tempat tinggal dari penjudi bernama Bango Samparan yakni ayah angkat ke-2
dari Ken Arok setelah pencuri bernama Lembong.

Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang


sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika
pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama
Kutaraja. Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang
bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi
Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru
lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal
pula dengan nama Kerajaan Singhasari.

Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi
akuwu (setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul
Ametung. Tunggul Ametung memiliki istri yang bernama Ken Dedes, yang
merupakan putri dari seorang pendeta yaitu Mpu Purwa. Di wilayah Kota
Malang sendiri, tepatnya Desa Panawijen, masih terdapat jejak peninggalan
sejarah berupa situs Ken Dedes, sumur windu.

Situs Ken Dedes Petirtaan Watu Gede


Kisah Ken Dedes dimulai Kisah berlanjut pada Ken Arok
saat Tunggul Ametung yang menjadi salah satu abdi
Akuwu Tumapel jatuh hati dalem Tunggul Ametung, atas
padanya dan segera ingin bantuan dari Lohgawe yang
mempersunting gadis itu. Lalu merupakan guru dari Ken Arok.
Tunggul Ametung mendatangi Ken Arok tertarik dengan Ken
kediaman Ken Dedes. Karena Dedes yang diyakini sebagai
saat itu ayahnya sedang berada wanita Nareswari. Nareswari
di hutan, Ken Dedes meminta berarti wanita utama. Kitab
Tunggul Ametung supaya sabar menunggu. Namun Tunggul Ametung Pararaton menjelaskan bahwa ada bagian tubuh istimewa dari Ken
tidak kuasa menahan diri. Ken Dedes pun dibawanya pulang dengan Dedes yang memancarkan cahaya saat terlihat oleh Ken Arok, itulah
paksa ke Tumapel untuk dinikahi. Ketika Mpu Purwa pulang ke rumah, yang menandakan Nareswari. Jika seorang laki-laki memperistri wanita
dia marah mendapati putrinya telah diculik. Dia pun mengutuk “Hai seperti itu, maka dia akan menjadi maharaja. Peristiwa ini terjadi di
orang yang melarikan anakku, semoga engkau tidak mengenyam Petirtaan Watu Gede, dimana pada saat itu Ken Dedes yang sedang
kenikmatan, matilah engkau dibunuh dengan keris. Demikian juga hamil muda datang bersama Tunggul Ametung. Petirtaan Watu Gede
orang-orang Panawijen, keringlah sumurnya, semoga tidak keluar air merupakan tempat pemandian Ken Dedes yang hingga saat ini masih
dari kolamnya,” terdapat di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Peninggalan lain dari Kerajaan Singosari berupa candi, yang terdiri dari:
85
Candi Jago Candi Kidal
Candi Jago terletak di Candi Kidal terletak di desa
Dusun Jago, Desa Tumpang, Kidalrejo. Nama Kidal sendiri
Kecamatan Tumpang, disebut-sebut dalam kitab
Kabupaten Malang. Sekitar Pararaton sebagai pendarmaan
22 km dari pusat kota Malang Raja Anusapati. Menurut
ke arah timur. Candi ini kamus Jawa kuno, nama “Kidal”
berada di tengah pemukiman mempunyai sebuah arti “Kiri”
penduduk, 200 M dari jalan dan istilah keduanya berarti
raya Tumpang ke arah timur. “Selatan” dari kata “Kidul”.
Candi ini dibangun untuk mendarmakan Raja Wisnuwardhana yang Namun, hal tersebut dapat dibuktikan bahwa letak candi tersebut
merupakan raja Singosari yang ke-4. Pada tahun 1268 masehi. Jadi berada di sebelah selatan – kiri (tenggara) dari kerajaan Singosari yang
dapat disimpulkan bahwa Candi Jago merupakan candi peninggalan terletak di sebelah Utara.
kerajaan Singosari.
Candi yang selesai dibangun pada tahun 1260 mempunyai struktur
Candi Jago memiliki susunan bentuk yang unik dibandingkan dengan bangunan berundak yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : Bagian kaki
candi-candi yang lainnya. Kaki candi terdiri dari tiga tingkatan. (Upapitha) disebut Bhurloka yang menggambarkan alam atau dunia
Tingkatan pertama terdapat delapan anak tangga. Tingkatan kedua manusia. Bagian badan (Vimana) disebut Bwahloka yang menggambarkan
terdapat empat belas anak tangga dan tingkatan ketiga ada tujuh anak alam antara atau langit. Bagian puncak (Cikhara) disebut Swahloka yang
tangga. Berudak-undak mirip dangan susunan bangunan “Punden merupakan gambaran alam sorgawi atau kahyangan para dewa.
berundak” pada jaman “Megalitikum”. Candi yang terbuat dari susunan
batu andesit ini, sekarang memiliki tinggi sekitar 10,5 meter, karena
sudah banyak bagian dari atas candi yang mulai hilang dan runtuh.
Candi Singosari
Candi Singosari merupakan sebuah
candi peninggalan kerajaan
Candi Singosari. Candi ini terletak di Desa
Sumberawan Candirejo kecamatan Singosari
kabupaten Malang. Candi yang
Menurut cerita dari sang juru
memiliki tinggi sekitar 15 meter
kunci, candi Sumberawan
ini, merupakan sebuah tempat
merupakan sebuah tempat
pendarmaan Raja Singasari yang
persinggahan Raja Hayam
terakhir, Raja Kertanegara. Pada tahun 1292 istana diserang oleh tentara
Wuruk ketika berburu atau
Gelang-gelang yang dipimpin oleh Jayakatwang.
ketika mengunjungi Singosari.
Selain sebuah telaga, di sekitar
Sebuah bangunan bersejarah ini menyimpan banyak sekali cerita rakyat di
candi tersebut juga terdapat
dalamnya. Cerita tentang kejayaan kerajaan Singosari kala itu. Perpaduan
sebuah mata air suci. Konon, barang siapa yang mempergunakan air
agama Hindu – Buddha menjadi tonggak pembangunan candi ini. Hindu
tersebut untuk mencuci muka, dipercayai dapat membuat awet muda.
– Budha merupakan agama yang dianut pada masa Kerajaan Singosari.

Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singasari (1000


tahun setelah Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan
yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat
subur. Ketika Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih
Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah
kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi
satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai
saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama
Kutobedah di desa Kutobedah.

Bukti arkeologis Kuto Bedah merupakan pusat Kerajaan Singosari adalah


adanya parit buatan dengan panjang galian 785 m dan lebar 12 meter. Ada
dua buah parit yang menghubungkan Sungai Brantas di sisi barat dengan Kali
Bango di sisi timur. Parit di sisi bagian utara sekarang digunakan untuk akses
jalan menuju Kali Bango sekarang digunakan untuk akses jalan menuju Kali
Bango dan tempat pembuangan sampah. Sedangkan parit yang mengarah ke
Kali Brantas kini sudah dipadati permukiman penduduk.
PROFIL KOTA PUSAKA

Peninggalan Zaman Belanda


Pada tahun 1900 Malang masih merupakan kota kabupaten kecil di
pedalaman. Sampai tahun 1900-an Malang adalah ibukota Kabupaten Malang
yang merupakan bagian dari Karisidenan Pasuruan. Pada tahun 1800 jumlah
penduduknya hanya 12.040 jiwa, dan pada tahun 1905 baru 29.541 jiwa
(Karsten, 1935: 66). Selama 105 tahun jumlah penduduknya hanya bertambah
2,45 kali lipat. Bandingkan selama 10 tahun (1920-1930) penduduk kota
Malang bertambah lebih dari 2 kali lipat, yaitu pada tahun 1920 sebesar
42.981 jiwa, dan pada tahun 1930 berjumlah 86.645 jiwa (Karsten, 1935:66) .
Luas wilayahnya pada tahun 1914 baru mencapai 1503 Ha (Staadsgemeente
Malang, 1939).

Berdasarkan Algemeen jaarlijsch verslang 1823, dapat diketahui bahwa Kota


Malang saat itu merupakan bagian dari Karisidenan Pasuruan yang meliputi
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Bangil dan Kabupaten Malang berdasarkan
Staadsblad 1819 nomor 16 (Widomoko, 1987: 49).

Pemerintahan Kolonial pada tahun 1882 membuat alun-alun sebagai pusat


kekuasaan administrasi kolonial. Selain itu, juga untuk kepentingan ekonomi
kolonial, yaitu sebagai tujuan produksi dan kontrol perkembangan ekonomi
masa itu. Alun-alun kota Malang secara tipologi sama dengan kota-kota
kabupaten di Jawa pada umumnya.

Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota


Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi
kolonial Hindia Belanda. Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda,
daerah Malang dijadikan wilayah “Gemente” (Kota) pada tahun 1914. Walikota
Ir. EA Voonerman dengan dibantu Ir. Herman Thomas Karsten membangun
Kota Malang dengan cepat.Voonerman membuat boulevard menjadi
bangunan mewah.

Kota ini diaplikasikan dari konsep Totalbeeld. Karsten ingin membuat Kota
Malang menunjukkan wajah yang bisa menyerasikan banyak golongan.
Pembuatan rumah warga didasarkan pada bentuk villa, rumah kecil dan
kampung. Salah satu yang dibangun adalah Villa Ijen Boulevard. PPerencanaan
pembangunan Kota Malang yang ditangani oleh Karsten diorentasikan untuk
25 tahun ke depan (sejak tahun 1935- 1960). Daerah elit saat itu disebut
sebagai Bergenbuurt (daerah gunung-gunung) karena jalannya memakai
nama gunung seperti Bromostraat (Jalan Bromo) dan Jalan Smeroestraat
(Jalan Semeru).

Antara tahun 1914-1916, pihak kotamadya lebih meningkatkan prasarana,


antara lain air bersih dan listrik. Perluasan pembangunan kota selanjutnya
terbagi menjadi delapan tahap:
Sumber: https://c1.staticflickr.com/1/752/22242918830_27e2e8925f_b.jpg
87

t #PVXQMBO* LBSFOBUJEBLNFODVLVQJQFLFNCBOHBOCBHJHPMPOHBO&SPQB 
maka perkembangannya diarahkan ke sepanjang jalan Tjelaket-Lowokwaru.

Kota Malang
semakin luas,
Saat ini bisa dilihat pada Jl. Dr. Cipto, RA. Kartini, DR. Soetomo, Diponegoro,
MH. Thamrin, Cokroaminoto.
yang akhirnya
t #PVXQMBO ** EJUBOEBJ EFOHBO EJQVUVTLBOOZB NFNCVBU EBFSBI QVTBU memunculkan
pemerintah baru, karena yang lama terlalu berbau Indisch, dan terealisasi
pada tahun 1922 yang dinamakan Gouvener-Generaalbuurt (alun-alun rencana perluasan
Bunder).
t #PVXQMBO ***  QFSMVBTBO JOJ CFSVQB QFNCBOHVOBO LPNQMFL QFNBLBNBO
Kotamadya Malang
bagi orang Eropa yang terletak di daerah Sukun dan di Klonjenlor. pada tahun 1935.
t #PVXQMBO *7 EJQFSVOUVLLBO CBHJ LBMBOHBO NFOFOHBI LF CBXBI ZBOH
dilengkapi prasarana sendiri, antara lain makam, sekolah dan lapangan
olahraga. Yang dilaksanakan di daerah antara sungai Brantas dan jalan ke
Surabaya yaitu pada daerah antara Kampung Celaket dan Lowokwaru.
t #PVXQMBO7 HVOBNFODFHBICFOUVLLPUBZBOHNFNBOKBOHLFBSBIVUBSB
selatan, dilakukan pembangunan daerah perumahan bagi golongan Eropa
di sebelah barat Kota Malang. Sekarang dikenal dengan Jl. Kawi, Ijen, Semeru
atau dikenal sebagai daerah Bergenbuurt (daerah gunung-gunung).
t #PVXQMBO 7* EJBSBILBO QBEB CBHJBO UFOHHBSB LPUB ZBJUV EBSJ BMVOBMVO
ke selatan dari sawahan ke timur dan barat yang bertujuan untuk tidak
meninggalkan daerah Pecinan. Jalan- jalan yang ada, antara lain Jl. Lombok,
Sumba, Flores, Madura, Bali, Kangean, Bawean, Sapudi dan Seram.
t #PVXQMBO7**EJBSBILBOVOUVLQFSVNBIBOFMJU WJMMB
EBOTFCVBIQBDVBOLVEB
Sekarang dikenal dengan sekitar Lapangan Malabar dan simpang Balapan.
t #PVXQMBO 7*** CFSVQB QFNCBOHVOBO EBFSBI JOEVTUSJ EJ EBFSBI EFLBU
emplasemen kereta api dan trem di selatan kota. Sekarang jalan Perusahaan
dan sekitarnya.

Kota Malang semakin luas, yang akhirnya memunculkan rencana perluasan


Kotamadya Malang pada tahun 1935 (rencana tambahan global Kotamadya
Malang tahun 1935 oleh Karsten). Maksud utama tambahan global oleh
lr. Herman Thomas Karsten, secara umum adalah untuk memberikan arah
pertumbuhan kota dimasa mendatang (kurang lebih 25 tahun).

Karsten dalam rencana tersebut membagi kotamadya menjadi lingkungan-


lingkungan dengan tujuan/peruntukkan tertentu, yaitu daerah untuk
bangunan dan gedung, daerah untuk jalan lintas kota, daerah untuk
penghijauan, daerah untuk industri serta daerah untuk agraris.

Pembangunan villa dan perumahan kecil oleh Karsten dibiarkan berkembang


ke arah barat kota, sedangkan komplek kampung baru ditempatkan di bagian
selatan utara tanah kotamadya. Perbaikan kampung baru ini pada dasarnya
untuk kepentingan Belanda agar keamanan dan keselamatan mereka tidak
terganggu.
PROFIL KOTA PUSAKA

Stasiun Kereta Api Kota GPIB Imanuel Malang


Lama Malang GPIB Immanuel Malang
Stasiun Kereta Api Kota Lama diresmikan dengan nama
Malang merupakan stasiun Protestanche Gemente te
kereta api tertua di kota Malang. Malang pada tanggal 30 Juli
Stasiun Kereta Api Kota Lama 1861. GPIB Immanuel Malang
Malang dibangun pada tahun awalnya digunakan sebagai
1879. tempat peribadatan orang-
orang Belanda dan Eropa yang
Stasiun Kereta Api Kota Lama ini beragama Kristen Protestan.
dibangun sebagai bagian dari rute kereta api jalur Surabaya-Pasuruan- GPIB Immanuel Malang juga berfungsi sebagai tempat perkumpulan
Malang. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda, melalui perusahaan kerohanian Kristen ketika pecah Perang Dunia II. Sedangkan pada
Staats Spoorwegen, membangun Stasiun Kereta Api Kota Lama ini masa pemerintahan Jepang, GPIB Immanuel Malang dijadikan sebagai
untuk mengangkut hasil bumi dari Malang ke Pelabuhan Tanjung Perak gudang beras. Para Jemaat pun sempat kocar-kacir kala itu, namun
Surabaya melalui Pasuruan. Stasiun Kereta Api Kota Lama Malang ini pada 3 Desember 1948, semua hak milik Jemaat Belanda diserahkan
berada pada ketinggian 429 m di atas permukaan air laut di mana jalur kepada GPIB Jemaat malang, termasuk Panti Asuhan Kristen yang
rel menuju stasiun ini cukup terjal. Tak heran jika setiap kereta dari arah kini disebut PAK Kampar. Meskipun pada tahun 1912, GPIB Immanuel
Utara menuju ke Malang yang melalui jalur ini harus memperlambat Malang pernah dibongkar akan tetapi dibangun kembali dengan
lajunya demi mengurangi resiko anjloknya gerbong kereta bentuk yang sama seperti yang berdiri kokoh hingga saat ini.

Wisma Tumapel
Pada tahun 1928, Wisma Tumapel mulai dibangun sebagai Hotel Splendid milik Belanda yang pada saat itu
dianggap sebagai hotel yang mewah dan modern. Kemudian pada tahun 1944, ketika Belanda digantikan
oleh Jepang, Hotel ini tak lagi menjadi penginapan akan tetapi menjadi sebuah kantor pemerintahan
Jepang. Ketika Indonesia sudah merdeka, pada tahun 1950, Wisma Tumapel berganti kepemilikan dan
digunakan sebagai wisma dosen dan ruang kelas oleh FKIP Universitas Airlangga Surabaya. Hingga pada
akhirnya Wisma Tumapel menjadi milik Universitas Negeri Malang pada tahun 1968. Sejak tahun 2009,
Wisma Tumapel memang sengaja dikosongkan untuk dijadikan sebuah hotel. Akan tetapi rencana tersebut
belum terealisasi hingga saat ini karena status kepemilikannya yang tidak jelas menyebabkan para investor
mundur secara perlahan.

Aset Pusaka Festival & Kebudayaan


Tari Topeng Malangan Macapat Malang
Tari topeng Malangan adalah Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait
pertunjukkan kesenian tari di mana macapat mempunyai baris kalimat yang disebut gatra, dan setiap
semua pemerannya menggunakan gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu,
topeng. Secara umum, cerita yang dan berakhir pada bunyi sajak akhir yang disebut guru lagu.
diangkat sebagai konsep tarian Biasanya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca
adalah cerita panji. Cerita panji empat-empat), yaitu maksudnya cara membaca terjalin tiap empat
adalah kumpulan cerita yang suku kata. Sebuah karya sastra macapat biasanya dibagi menjadi
berasal dari tanah Jawa periode beberapa pupuh, sementara setiap pupuh dibagi menjadi beberapa
klasik. pada. Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama. Metrum ini
biasanya tergantung kepada watak isi teks yang diceritakan.
89

Aset Pusaka Alam


Gunung Bromo Pantai Balekambang
Gunung Bromo memiliki ketinggian Pulau Sempu adalah
2.392 Meter dari atas permukaan laut dan sebuah pulau kecil
berada dalam empat lingkup kabupaten, yang terletak di sebelah
yaitu Probolinggo, Pasuruan, Lumajang selatan Pulau Jawa.
dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo Pulau yang ditumbuhi
juga termasuk dalam satu kawasan pepohonan tropis seluas
Bromo Tengger Semeru National Park, 877 hektar ini adalah
dimana terdapat beberapa obyek wisata cagar alam yang di kelola
yang bisa dikunjungi seperti, Gunung oleh Balai Konservasi
Semeru, Gunung Tengger, Gunung Batok, Sumber Daya Alam Jawa
beberapa danau dan Gunung Bromo Timur (BBKSDA) dan Departemen Kehutanan Indonesia. Secara
sendiri. resmi tempat ini diakui sebagai cagar alam sejak 1928 pada masa
pemerintahan Hindia Belanda.
Pulau Sempu
Pulau Sempu adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau yang ditumbuhi
pepohonan tropis seluas 877 hektar ini adalah cagar alam yang di kelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Jawa Timur (BBKSDA) dan Departemen Kehutanan Indonesia. Secara resmi tempat ini diakui sebagai cagar
alam sejak 1928 pada masa pemerintahan Hindia Belanda.


3.2.4 Studi Kota Pusaka
3.2.4.1 Kondisi Pelestarian Pusaka
Kondisi pelestarian pusaka di Kota Malang secara keseluruhan bisa dikatakan
Kondisi pelestarian
masih kurang. Banyak kondisi aset pusaka yang penting yang rusak. Sebagai pusaka di kota
contoh, beberapa arca peninggalan yang terdapat di Desa Tlogomas dalam
kondisi pecah dan tidak lagi utuh. Aset-aset pusaka ini hanya dibiarkan di
Malang secara
suatu area di sekitaran rumah penduduk di Desa Tlogomas, dengan perawatan keseluruhan bisa
yang minim atau bisa dikatakan tidak ada. Arca-arca ini dibiarkan di luar, tanpa
atap, sehingga tentu saja kondisinya mudah rusak. dikatakan masih
Upaya pemerintah dalam menjaga aset penting pusaka di Kota Malang masih
kurang
sangat minim. Contoh lain, beberapa situs peninggalan pada zaman Kerajaan
Kanjuruhan dibiarkan begitu saja di belakang lapangan parkir salah satu
restoran cepat saji di Kota Malang. Kondisi situs tersebut tergeletak di dalam
tembok yang disediakan oleh pihak restoran. Akses untuk masuk dan melihat
ke dalam situs tersebut sulit, dikarenakan tembok dikunci oleh pihak restoran.

Menurut cerita penduduk setempat, situs tersebut awalnya ditemukan di sekitar


rumah penduduk. Masyarakat setempat berisiniatif untuk mengumpulkannya
dan meletakkannya di salah satu rumah penduduk. Akan tetapi, rumah
penduduk tersebut beralih fungsi dan lahannya dijual ke restoran cepat saji.
Pemerintah Kota Malang belum melakukan tindakan terhadap situs-situs
tersebut, hingga saat ini masih dibiarkan di lapangan parkir, tanpa perawatan
khusus.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.2.4.2 Tantangan dan Permasalahan dalam Pelestarian Kota Pusaka


Kota Malang memiliki beberapa permasalahan dalam melestarikan
keunggulan-keunggulan terhadap asset-aset pusaka. Secara garis besar
permasalahan dalam melestarikan keunggulan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor sperti, bencana alam, ulah manusia, desakan pembangunan
kota, tata kelola pemerintah, serta keterbatasan pendidikan dan sumber daya
manusia (SDM) pelestarian.

1. Bencana alam
Kota Malang yang diapit oleh beberapa gunung-gunung aktif seperti, Gunung
Bromo, Semeru serta Gunung Arjuno mengakibatkan terdapatnya resiko
bencana yang akan terjadi di Kota Malang. Lokasi Kota Malang yang diapit
oleh pegunungan tersebut dapat menjadikan resiko untuk kehilangan asset-
aset pusaka Kota Malang. Hal ini tentunya akan berdam[ak sangat besar
nantinya terhadap asset-aset tesebut, tidak hanya rusak namun juga asset-aset
pusaka Kota Malang dapat musnah dan hancur oleh aktivitas gunung-gunung
tersebut.

2. Ulah manusia
Majunya teknologi dan informasi membawa dampak perubahan terhadap
kebudayaan, diantaranya adalah akulturasi budaya lokal dengan budaya
modern atau berasal dari luar akibat derasnya informasi. Akulturasi budaya
tidak hanya terjadi dalam bentuk budaya non ragawi seperti budaya bertutur,
bahasa, sastra, seni musik, olah vokal dan sebagainya, namun juga budaya
ragawi seperti arsitektur ragam minimalis dan pola konstruksi yang modern
dan murah. Sedangkan ulah manusia juga membawa beberapa dampak dan
menjadi permasalahan serius seperti vandalisme, meskipun sudah terdapat
pemahaman yang cukup tinggi di masyarakat akan pentingnya aset pusaka

3. Desakan Pembangunan Kota


Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ac/GerejaKathedralKuno_WEB.jpg
Desakan urbanisasi di perkotaan merupakan permasalahan dan tantangan
serius di semua daerah urban di Indonesia. Kebutuhan akan perbaikan
penghidupan (livelihood) menjadi daya dorong urbanisasi baik itu berupa
migrasi penduduk atau proses pengkotaan sebuah wilayah. Proses pengkotaan
sebuah wilayah adalah permasalahan utama terkait dengan upaya pelestarian
kota pusaka karena dorongan perubahan guna lahan menjadi ancaman
bagi keberadaan pusaka. Sebagai contoh pertumbuhan perumahan dan
permukiman mengambil porsi lahan yang sangat besar yang kemudian
akhirnya menjadi tidak berjarak dengan pusaka sehingga aktivitas manusia
yang berdekatan dengan pusaka tersebut dapat merusaknya.

Kota Malang yang dimana terdapat beberapa banyak universitas-universitas


baik universitas negeri maupun swasta. Dengan adanya hal ini tentunya
mengakibatkan tarikan yang besar bagi pembangunan Kota Malang. Hal
ini dikarenakan terdapatnya penduduk bukan Kota Malang atau pendatang
untuk tinggal di Kota Malang. Mahasiswa-mahasiswa dari luar Kota Malang
pun dapat menjadikan ancaman bagi asset-aset pusaka di Kota Malang.
91

Dengan adanya tarikan yang kuat dari universitas-universitas di Kota Malang


tentunya mengakibatkan desakan pembangunan kota yang menjadikan
Kota Malang sebagai kota yang cepat tumbuh sehingga terdapat desakan
pembangunan-pembangunan yang berada di Kota Malang. Desakan
pembangunan tersebut tentunya mengakibatkan ancaman-ancaman bagi
asset-aset pusaka Kota Malang. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa
desakan tersebut dapat mengakibatkan hilangnya asset-aset pusaka Kota
Malang.

4. Tata Kelola Pemerintah


Tata kelola pemerintah merupakan sebuah tantangan yang cukup besar
bagi suatu daerah untuk mempertahankan asset-aset pusaka yang ada di
Kota tersebut. Beberapa permasalahan yang disebabkan oleh tata kelola
pemerintah adalah sebagai berikut :

a. Politik
Politik tentunya menjadi tantangan yang besar di suatu daerah karena
menyebabkan suatu dinamika yang besar dalam proses tata kelola
pemerintahannya. Adanya faktor pemilihan kepada daerah secara langsung
mendorong terjadinya pergeseran visi dan misi yang terdapat pada kota
tersebut. Penerapan visi dan misi ini akan sangat berpengaruh pada
jalannya pembangunan yang dalam jangka 5 tahun. Program-program yang
telah dicanangkan selama 5 tahun sebelunya oleh pemerintah terdahulu,
seringkali diubah atau diganti sama sekali untuk menunjang program lima

tahun dari kepala daerah yang akan mengisi jabatan tersebut. Hal-hal
seperti ini tentunya mengakibatkan dinamika yang sangat besar dalam
menciptakan suatu konsep pembangunan dan pelestarian asset pusaka


kota yang berkelanjutan agar tidak terjadi tumpang tindih ataupun terjadi
hal yang kontinuitas sehingga dapat dijadikan sebagai patokan program
yang berhasil di tidak hanya lima tahun saja, emalinkan dapat dilakukan di
tahun-tahaun selanjutnya. Desakan
b. Pendanaan Pembangunan pembangunan
Pendanaan pembangunan merupakan sebuah tantangan yang bisa
menjadi permasalahan serius bagi pembangunan sebuah daerah yang tersebut tentunya
minim sumber daya. Otonomi yang diberikan kepada daerah dalam mengakibatkan
mengelola sumber keuangannya sendiri menjadi sebuah keuntungan bagi
daerah dengan sumber pendanaan yang cukup, namun bisa jadi sebaliknya ancaman-ancaman
untuk daerah dengan sumber pendanaan yang minim. Sumber pendanaan
daerah yang didapat secara otonom baik berasal dari pajak daerah –
bagi asset-aset
termasuk sekarang PBB serta BBHTB, retribusi serta Pendapatan Asli Daerah pusaka Kota
lain seringkali tidak cukup untuk menyelenggarakan pembangunan
secara ideal. Diperlukan adanya prioritasi program pembangunan dan Malang.
penganggarannya sehingga alokasi dana harus benar-benar dipersiapkan
secara cermat. Pelestarian pusaka seringkali dianggap bukan prioritas
karena harus mengalokasikan untuk kebutuhan dasar lain yang apabila
dihitung membutuhkan anggaran cukup tinggi.
PROFIL KOTA PUSAKA

5. Keterbatasan Pendidikan Dan Sumber Daya Manusia


Pengelolaan asset-aset pusaka kota sering kali terbentur dengan kemampuan
sumberdaya manusia yang dimiliki oleh suatu daerah. Sumber daya tersebut,
terkadang memberikan masalah yang besar dalam pengelolaan asset-
aset pusaka. Karena, tidak semua orang memahami tentang sejarah dan
pelestarian suatu asset kota sehingga terkadang beberapa asset-aset pusaka
kota tidak bisa dilestarikan karena kekurangan sumber daya manusia yang
dapat memahami dalam melestarikan asset-aset pusaka tersebut.

Proses
perencanaan harus
“ 3.2.5 Pengelolaan Kota Pusaka
3.2.5.1 Kelembagaan
Kelembagaan yang diberi wewenang untuk merencanakan, melaksanakan
pemanfaatan, melakukan pengawasan dan melakukan penegakan hukum
adalah :
transparan dan a. Lembaga perencanaan harus diserahkan pada institusi yang sifat tugasnya
demokratis agar melakukan perencanaan umum pembangunan di kota. Proses perencanaan
harus dilakukan dengan melibatkan semua komponen masyarakat yang
dapat menampung berkepentingan terhadap pemanfaatan ruang. Proses perencanaan
harus transparan dan demokratis agar dapat menampung aspirasi dalam
aspirasi dalam masyarakat. Dalam struktur organisasi pemerintah Kota Malang, tugas
masyarakat perencanaan ini dapat dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Malang (BAPEDA) dengan anggota tim dinas dan instansi yang terkait.
Untuk menjaga konsistensi substansi perencanaan, maka baik RTRW,
RDTRK, maupun RTRK penyusunannya harus diserahkan pada satu institusi/
Lembaga.
b. Lembaga pelaksana pemanfaatan adalah dinas/instansi teknis yang bidang
tugasnya terkait dengan pemanfaatan ruang. Bagi lembaga pelaksana,
harus diberikan batasan atas prosedur penggunaan kewenangan atas
ruang. Batasan penggunaan wewenang tersebut dapat bersifat koordinasi
yang bentuknya rekomendasi. Batasan prosedur penggunaan kewenangan
ini juga dapat dalam bentuk pembatasan waktu perijinan.

Dalam struktur organisasi pemerintah Kota Malang, Kelembagaan tersebut


meliputi :
a. Badan Perencanaan Pembangunan (instansi penanggungjawab), Dinas
Pekerjaan Umum, dan Badan Lingkungan Hidup (pemberi rekomendasi)
-> untuk semua jenis kegiatan pembangunan yang memerlukan ijin Dinas
Perijinan. Rekomendasi tambahan diperlukan hanya untuk bangunan
selain rumah tinggal dan diklasifikasikan sesui dengan peruntukan masing-
masing, dapat diberikan oleh :
• Dinas Pemadam Kebakaran ; untuk bangunan yang sifatnya Fasilitas
Umum (misalnya: Hotel, Rumah Sakit, Gedung Hiburan, Industri, Ruko
dan Pasar, Kompleks Perkantoran).
• Dinas Kebersihan dan Pertamanan ; untuk bangunan yang didirikan di
kawasan pertamanan Kota.
• Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah ; pembangunan yang dilakukan
di atas tanah pengelolaan Pemerintah kota dan rumah yang dikelola
oleh Pemerintah Kota.
Sumber: https://explorewisata.com/wp-content/uploads/2017/04/Wisata-Malang-768x512.jpg

93

3.2.5.2 Kebijakan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang
Di dalam RTRW Kota Malang dijabarkan mengenai kebijakan dan strategi
penetapan kawasan strategis wilayah kota, yaitu kebijakan penetapan kawasan
strategis wilayah kota diarahkan pada aspek pertumbuhan ekonomi (kawasan
perdagangan dan jasa, pariwisata, industri), dan sosial budaya (kawasan cagar
budaya dan bangunan bersejarah).

Strategi penetapan kawasan strategis wilayah kota, meliputi:


a. menetapkan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi, sosial budaya, dan dari sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup;
b. mengembangkan sentra-sentra industri rumah tangga dan industri kecil
non polutan sebagai kawasan strategis ekonomi;
c. menetapkan kawasan strategis sosial budaya yang menunjukkan jati diri
maupun penanda budaya kota;


d. menetapkan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan kriteria
benda cagar budaya yang menunjukkan penanda kota dan aset wisata
budaya.
e. mempertahankan dan mengembangkan lingkungan dan bangunan cagar
budaya untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
Kawasan cagar
kepariwisataan; budaya meliputi
f. mempercepat revitalisasi kawasan kota yang terjadi penurunan fungsi
sehingga menjadi pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya; lingkungan cagar
g. membangun prasarana pariwisata. budaya dan
Kawasan cagar budaya meliputi lingkungan cagar budaya dan bangunan cagar bangunan cagar
budaya yang memiliki nilai sejarah dan penanda atau jati diri pembentukan
kota. Lingkungan cagar budaya meliputi lingkungan Candi Badut, lingkungan
budaya yang
Candi Tidar, lingkungan Gunung Buring, Situs Tlogomas, dan lingkungan memiliki nilai
Polowijen. Bangunan cagar budaya meliputi bangunan-bangunan yang
memiliki nilai sejarah dan penanda kota, yaitu: Balai Kota Malang, Stasiun sejarah dan penanda
Kereta Api, Bank Indonesia, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, Gereja
Kathedral Hati Kudus, Sekolah Cor- Jessu, Gedung PLN, serta perumahan yang
atau jati diri
ada di sepanjang Jalan Besar Ijen, Toko Oen, dan Masjid Agung Jami’. pembentukan kota
PROFIL KOTA PUSAKA

Sumber: https://cdn.brilio.net/news/2016/10/12/100857/479357-malang.jpg
5.2.5.3 Manajemen Kota Pusaka
Manajemen kota pusaka yang berada di Kota Malang
mmerupakan upaya untuk menjaga pelestarian karakter
dan kandungan makna cultural yang dimiliki oleh
lingkungan dan bangunan- bangunan lama/kuno bagi
pengembangan/pembangunan di sekitar aset-aset
pusaka Kota Malang. Konsep dari manajemen kota pusaka
terdiri dari berbagai upaya pelestarian. Uapaya- upaya
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Upaya pelestarian-pengembangan yang akan dilakukan
perlu lebih dahulu didasari oleh asumsi bahwa para
pengamat memiliki kesamaan motivasi dan persepsi,
bahwa Kota Malang, khususnya kawasan studi, benar-
benar memiliki aset bangunan dan lingkungan lama/
kuno atau bersejarah yang menjadi karakter khasnya;
sehingga, perlu untuk dilestarikan.
b. Upaya pelestarian-pengembangan diarahkan bukan
menuju ke arah tindakan proteksi, melainkan lebih
kepada konsep simultan antara preservasi dan d. Hal ini berarti bahwa pengembangan pelestarian
pengembangan yang terintegrasi. Oleh sebab itu, kemudian hendaknya ditindaklanjuti dengan
selain meletakkan pada latar belakang historis masa rencana kawasan yang komprehensif, disertai
lampau, juga meletakkan pada tuntutan kehidupan konsep pengendalian dan perlindungan hukumnya.
masa kinidan masa mendatang. Sasarannya adalah pengembangan/penataan
c. Upaya pelestarian-pengembangan dijabarkan dalarn kawasan studi yang berkualitas (fungsional, visual dan
konsep pelestarian engembangan yang integratif. lingkungan), dengan kekhasan pada :
Dalam hal ini, dilakukan upaya-upaya perlindungan 1. Penciptaan salah satu daya tarik utama kota
bangunan-lingkungan lama/kuno atau bersejarah ke dengan memanfaatkan andalan lingkungan
arah terpeliharanya kualitas fisik dan kesinambungan artifisial/terbangun berupa tatanan bangunan
nilai sejarah-sosial-budaya ekonomi, yang didasari dan lingkungan lama/kuno atau bersejarah yang
pada: pemberian vitalitas baru, peningkatan vitalitas berkarakter dan bernilai makna kultural.
yang ada, dan atau penghidupan kembali vitalitas lama 2. Penciptaan komunitas-rvisata kota, sebagai bagian
yang telah pudar. Upaya pelestarian-pengembangan yang integral dari kawasan yang menarik tersebut.
lebih didasarkan pada masalah fisik konsepsual, dalam e. Upaya pelestarian-pengembangan bangunan dapat
bentuk rekomendasi penetapan kriteria karakter dlsain dilakukan melalui berbagain macam pendekatan yang
bangunan berarsitektur lama/kuno atau bersejarah bertumpang tindih dan sebagai suatu ekspresi luas
bagi implementasi kebijaksanaan pengembangan- yang mencakup berbagai macam strategi pelestarian,
pembangunan kawasan dengan berlandaskan pada yaitu: preservasi, konservasi, restorasi, rehabilitasi,
prinsip-prinsip pelestarian. renovasi, rekonstruksi, adaptasi, addisi, gentrifikasi,


dan atau demolisi.

Upaya-upaya tersebut, dimaksudkan agar dapat


Pengkajian dimaksudkan menjadi garis besar dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh Kota Malang dalam
agar pelaksanaan yang akan melestarikan aset-aset Pusaka Kota Malang. Untuk
dilakukan dapat mencapai penjabaran dari upaya-upaya yang akan dilakukan,
diperlukan pengkajian lebih dalam mengenai sasaran
sasaran yang diinginkan yang akan dicapai. Pengkajian tersebut dimaksudkan
agar pelaksanaan yang akan dilakukan dapat mencapai
sasaran yang diinginkan.
95

3.3 KOTA
TERNATE
Ternate sebagai simpul transportasi antar pulau serta pusat aktivitas
perekonomian di Maluku Utara Halmahera barat/Jailolo, Kota Tidore,
Kepulauan Sula/Sanana, Halmahera Utara Tobelo, Halmahera Selatan/Bacan,
Halmahera tengah, Halmahera Timur dan Morotai. Kota Ternate memiliki 15
Pelabuhan publik yang menghubungkan transportasi antar pulau di Provinsi
Maluku Utara. Kota ternate pernah berperan sebagai pusat perdangangan
rempah cengkeh.

Jumlah Penduduk untuk Kota Ternate berdasarkan proyeksi penduduk tahun


2015 sebanyak 212.997 jiwa yang terdiri dari 108.189 jiwa penduduk laki-
laki dan 104.808 jjiwa penduduk perempuan. Perbandingan pertumbuhan
penduduk dari tahun 2014, penduduk Ternate mengalami pertumbuhan
sebesar 2,51 persen. Kepadatan penduduk di Kota Ternate tahun 2015
mencapai 1315 jiwa/km2, dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak
di kecamatan Ternate Tengah dengan kepadatan sebesar 559 jiwa/km2 dan
terendah di kecamatan Pulau Batang Dua sebesar 95 jiwa/km2.

Di bidang ekonomi, terdapat tiga potensi unggulan yaitu potensi perikanan,


pertanian, dan pariwisata. Berikut merupakan potensi di Kota Ternate:

Potensi Perikanan
• Sebagai salah satu pengembangan Kawasan Minapolitan yang berbasis
Infrastruktur, dengan ketersediaan beberapa fasilitas penting untuk
menunjang aktivitas sentra perikanan seperti Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI Dufa- Dufa) dan juga terdapat PPN (Pangkalan Pendaratan Nusantara)
di Bastiong dan dapat difungsikan sebagai pintu ekspor Perikanan di
Maluku Utara.
• Sarana dan prasarana perikanan yang juga mendukung pengambangan
kawasanMinapolitan antara lain BBI (Balai Benih Ikan) yang berlokasi
diGambesi dengan komoditas unggulannya Ikan Hias, Nila & Patindengan
produksi pada tahun 2014 sebanyak 75.000 ton,Pabrik Rumput laut berlokas
di Kastela dengan produksi 7 ton / bulan dan pabrik Es yang berlokasi di
Dufa- Dufa dengan produksi 400balok / hari.

Potensi Pertanian
- Pengembangan kawasan agribisnis tanaman perkebunan yang menjadi
komoditi unggulan dibidang pertanian terdiri dari tanaman Pala, Kelapa dan
Cengkih yang tersebar di semua Kecamatan di Kota Ternate. Khusus untuk
jenis komoditi Cokelat hanya terdapat di kecamatan Pulau Moti dengan luas Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/data/gallery/b54a40db8b0d89ec14d9a37171bef9c5.jpg
areal tanam ± 24,3 Ha dan produksi pada tahun 2014 sebanyak 8,2 ton / Ha.
PROFIL KOTA PUSAKA

Potensi Wisata
- Kota Ternate merupakan salah satu kota tertua di Indonesia, namanya
tercatat dalam Kitab Negarakertagama yang di tulis Mpu Tantular.
- Ternate masih menyimpan cerita sejarah dan budaya yang menjadi bukti
kejayaan masa lalu, bukti-bukti kejayaan itu kini menjadi objek wisata
sejarah yang mengundang rasa penasaran. Diantaranya ada Kedaton Sultan
Ternate, dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada 24 Nopember 1810,
lokasinya di atas bukit Limau Santosa dan di dalamnya menyimpan benda-
benda yang bernilai sejarah cukup tinggi. Dan Masjid Sultan Ternate, di
bangun oleh Sultan Hamzah pada tahun 1633 dengan kombinasi arsitektur
Cina dan Jawa kuno, dan juga adanya potensi daya Tarik alam sebagai
potensi ekonomi: pantai Sulamadaha, Danau Tolire, dll.


Kota Ternate
merupakan salah
3.3.1 Kinerja Infrastruktur
Jalan
Pada tahun 2005 wilayah kota Ternate tersedia jalan sepanjang 246.813 km,
yang terdiri dari jalan tanah sepanjang 58.079 km, jalan lapen sepanjang 114.455
satu kota tertua km dan jalan hotmix sepanjang 74.279 km. Pembangunan jalan di Kota Ternate
lebih banyak di dominasi jenis Jalan Lapen. Masalah tentang infrastruktur jalan
di Indonesia, di Kota Ternate yaitu masih rendahnya infrastruktur yang menghubungkan
namanya tercatat antar pulau terutama Kecamatan Pulau Batang Dua, Kecamatan Moti, dan
Kecamatan Hiri dan belum terselesaikannya pembangunan dan peningkatan
dalam Kitab jalan akses menuju ke aktivitas perekonomian pada wilayah strategis dan
kawasan cepat tumbuh.
Negarakertagama
yang di tulis Penyediaan Air Bersih
Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih di Kota Ternate
Mpu Tantular. mencapai 54,98%. Berdasarkan data statisik air minum Kota Ternate 2009,
pelanggan rumah tangga merupakan pengguna air PAM yang terbesar
jumlahnya mencapai 89,88% dari pelanggan lainnya. Sistem penyediaan air
minum terpasang di perkotaan sebesar 326 l/det yang berarti mampu melayani
107.231 jiwa, namun jumlah penduduk yang terlayani baru mencapai 99.264
jiwa. Hal ini dapat diartikan juga bahwa sistem yang tersedia mampu melayani
66,31% penduduk Kota Ternate, namun yang terpakai baru 59,39% sehingga
masih terdapat sisa kemampuan pelayanan sebesar 6,92%. Upaya yang
dilakukan oleh Kota Ternate adalah melaksanakan Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan Air Minum dengan upaya peningkatan pelayanan berupa
penambahan kapasitas sumber, jaringan pipa distribusi, sambungan rumah,
terminal air, hidran umum serta peralatan dan bangunan pelengkap lainya.

Drainase
Pada saat hujan datang sering terjadi banjir di Kota Ternate, hal tersebut
diakibatkan oleh drainase yang ada di Kota Ternate tidak begitu baik. Keadaan
itu terjadi akibat menumpuknya sampah yang ada di selokan, mengakibatkan
luapan air dari drainase saat hujan. Rata-rata drainase di Kota Ternate adalah
drainase yang umurnya sudah tua, untuk itu diperlukan kesadaran dari semua
pihak agar tidak membuang sampah sembarangan.
Perumahan 97
Pembangunan perumahan yang dilakukan di Kota Ternate oleh masyarakat
mengakibatkan berkurangnya jumlah areal lahan terbuka yang pada giliranya
akan membawa akibat pada lingkungan. Pembangunan permukiman
tidak memperdulikan kondisi lokasi. Kawsan lereng gunung yang dulunya
adalah kawasan hutan dijadikan sebagai permukiman warga yang tidak
memperhatikan konstruksi bangunan dan daya dukung lingkungan, sehingga
rawan terjadi longsor saat curah hujan tinggi. Pemkot Kota Ternate menyiapkan
berbagai program untuk mengatas hal tersebut melalui pengembangan
sejumlah kawasan yang dinilai layak sebagai lokasi permukiman.

Persampahan
Untuk prasarana persampahan, tercatat volume sampah yang diproduksi
tahun 2005 sebesar 136.875 m3 dan baru diolah secara memadai sebesar
78.110 m3 . Secara fenomenal, Dinas Kebersihan menunjukkan kinerjanya
secara maksimal sepanjang tahun 2006-2008 dengan volume sampah 139.065
m3 (tahun 2006), 144.175 m3 (tahun 2007), 155.490 m3 (tahun 2008) dan
159.870 (tahun 2009), yang rata-rata sebesar 86.943 m3 tiap tahun. Tingkat
pelayanan persampahan yang dilakukan Dinas Kebersihan mencapai 78,43%
(tahun 2005), 80,24% (tahun 2006), 81,77% 78,43% (tahun 2005), 80,24%
(tahun 2006), 81,77% (tahun 2007), 82,00% (tahun 2008) dan 82,02% (tahun
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/uploads/_images_gallery/coverkotaternate11.jpg
2009).

3.3.2 Sejarah
257
0 0-1
125 125
1257-1304
Ternate masih belum mengenal kerajaan, jumlah penduduk masih Periode ini merupakan
sedikit. Pada saat itu Pemimpin desa/permukiman dikenal dengan nama periode awal Sejak diangkatnya
momole, momole Guna di Tobona, momole Mole Ma-titi di Foramadiahi, terbentuknya kerajaan Momole Cico sebagai
momole Tabanga di Tabanga dan momole Cico di Sampalo.Masa Ternate, melalui Kolano, dinamika
kerajaan di Kabupaten Karangasem terjadi hingga 1908. Catatan kesepakatan para perkembangan kerajaan
sejarah menyebutkan raja terakhir yang menguasai Karangasem hingga momole mengangkat terus berlanjut, namun
tahun 1908 adalah Ida Anak Agung Gde Djelantik yang membawahi Cico sebagai pemimpin masih terbatas pada
21 Punggawa, yaitu Karangasem, Seraya, Bugbug, Ababi, Abang, Culik, seluruh momole dan penguatan eksistensi
Kubu, Tianyar, Pesedehan, Manggis, Antiga, Ulakan, Bebandem, Sibetan, di beri gelar Kolano kerajaan di pulau Ternate
Pesangkan, Selat, Muncan, Rendang, Besakih, Sideman dan Talibeng. atau Raja. dengan terus terjadi
pergantian para Kolano.

1304-1465
Hanya beberapa dasawarsa sejak
1500-an 1486-1500 1465-1486 berdirinya kerajaan Ternate,
Periode ini merupakan Masa awal Setelah Kolano Kaicil Marhum wafat digantikan Periode ini
Kolano ke-4 Ngara Malamo mulai
Kerajaan Ternate berhubungan oleh anaknya Zainal Abidin, pada masa adalah awal
menjalankan ekspansi teritoral
dengan negara-negara eropa inipengaruh Islam semakin berkembang pesat, dimana kerajaan
dengan menyerbu desa kecil milik
terutama Portugis, Spanyol, pengaruh paling mendasar adalah pergantian Ternate mulai
kerajaan Jailolo. Politik ekspansi
Belanda dan Inggris. Sejarah predikat Kolano (Raja) dengan Sultan. Sultan mengenal Islam
semakin kuat pengaruhnya
mencatat telah tiba di Ternate De Zainal Abidin juga merupakan murid Sunan oleh Kolano
hingga ke wilayah jailolo, tidore,
Bartomo dari Portugis (± 1506), Ampel, Ia adalah Sultan Ternate Pertama yang Kaicil Marhum.
makian, bacan dan sampai ke
sisa-sisa ekspedisi Magellan membentuk intitusi Islam dalam struktur dan Ia merupakan
wilayah sula. Pada masa itu pula
(1521), Cornelis de Houtman dari perangkat kerajaan, yaitu Qadi dan Kalem, raja Ternate
kerajaan Ternate mulai membuka
Belanda(1588) dan Francis Drake yang merupakan pemimpin tertinggi agama pertama yang
hubungan dengan wilayah lain di
dari Inggris (1579), mereka ini Islam dibawah sultan serta membentuk masuk Islam, tapi
Indonesia sehingga banyak orang
dipandang sebagai petualang- kelembagaan baru dalam struktur kerajaan yaitu belum seluruh
Jawa, Melayu dan Cina datang ke
petualang bangsa Eropa yang Hukum, Bobato dengan tugas Hakim sekaligus penduduk
Ternate.
pertama tiba di Ternate. Magistraat, yang menjadi pembantu sultan. masuk Islam.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.3.3 Rajutan Berbagai Pusaka


3.3.3.1 Aset Pusaka Budaya
Pusaka Budaya Ragawi adalah semua pusaka yang berupa benda buatan
manusia bergerak dan tidak bergerak yang berumur sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) tahun serta dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Pusaka budaya berdasarkan sifat bentuknya
“Tahun 1250-1304
merupakan awal
dapat dikelompokkan menjadi pusaka budaya materi/tangible dan pusaka
budaya non- materi/intangible.
terbentuknya
kerajaan Ternate
Pusaka Budaya Tangible
Pusaka budaya tangible adalah pusaka budaya benda atau pusaka budaya fisik ditandai dengan
yang berwujud, diwujudkan dalam bentuk yang nyata, terutama bangunan
dan situs bersejarah.
berdirinya Keraton
Kesultanan Ternate
Pada tahun 1250-1304 yang merupakan awal terbentuknya kerajaan Ternate
ditandai dengan berdirinya Keraton Kesultanan ternate. Sejak awal berdirinya
kerajaan Ternante masyarakat Ternate telah mengenal Islam yaitu pada saat
pemerintahan Kolano Kaicil Marhum yang merupakan Raja pertama Ternate
yang memeluk agama Islam.

Keraton Kesultanan Ternate Masjid kesultanan Ternate


Kesultanan Ternate merupakan salah Masjid Sultan dibangun dengan komposisi bahan terbuat dari batu
satu kerajaan islam tertua di nusantara. dengan bahan perekat dari campuran kulit kayu pohon kalumpang.
Menurut naskah kuno, Kesultanan Ternate Arsitekturnya bentuk segi empat dengan atap berbentuk tumpang
didirikan oleh Baab Mashur Malamo limas dan tiap tumpang dipenuhi dengan terali berukir. Keunikan
pada tahun 1257, sekitar abad ke-13 dari mesjid ini adalah aturan-aturan adat yang tegas seperti larangan
hingga abad ke-17, Kesultanan Ternate menggunakan sarung, kewajiban memakai tutup kepala (kopiah) dan
memiliki peranan penting diwilayah timur perempuan dilarang beribadah di mesjid ini.
nusantara yaitu sebagai salah satu titik
penting dimasa itu. Kesultanan Ternate Beberapa dasawarsa sejak berdirinya kerajaan ternate, Kerajaan Ternate
hingga kini masih eksis, dimana Keraton Kesultanan Ternate masih berdiri mulai membuka hubungan dengan wilayah selain wilayah Indonesia,
kokoh di Kelurahan Salero Kecamatan Ternate Tengah. seperti Cina. Kedatangan orang Cina ke ternate untuk melakukan
perdagangan Barter antara rempah-rempah yang dimiliki oleh Ternate
Kedaton Kesultanan Ternate dibangun pada Tanggal 24 November 1813 dengan porselin, keramik dan sutera milik Cina. Proses tersebut
oleh Sultan Mahmud Ali atas dasar kesepakatan pada suatu pertemuan lambat laun menjadikan proses pembauran antara rakyat ternate
besar antara Sultan Muhammad Ali Ibnu Sultan Sirajulrahman beserta dengan orang Cina, sehingga berdirilah perkampungan Cina yang
menteri-menteri dan pemangku adat lainnya pada tahun 1800. meninggalkan bangunan sejarah berupa Klenteng Thian Hou King.
Hasil kesepakatan tersebut dituangkan dalam sebuah prasasti yang
terpampang diatas pintu masuk (Ngara Lamo), bagian depan kedaton,
yang berbunyi “Bismillahirrahmanirrahim. Gedung ini adalah tempat
orang-orang tertinggi dan termulia yaitu tempat bersemayamnya sultan- Klenteng Thian Hou King
sultan yang digelarkan diatas pundaknya beliau-beliau itu sirajul Qulub Merupakan klenteng tertua di Indonesia bagian Timur. Didirikan
(Pelita Hati)”. tahun 1657. Klenteng ini berdiri berkat hubungan baik rakyat Ternate
dengan saudagar China. Klenteng ini terletak di Kelurahan Gamalama
Kedaton Kesultanan Ternate dibangun dengan bentuk segi delapan dan Kecamatan Ternate Tengah.
terdiri dari 2 (dua) buah tangga utama pada sisi kiri (Kore mie) dan sisi
kanan (Kore Sara) pada bagian depannya. Bangunan ini menggambarkan
seekor singa yang sedang duduk dengan dua kaki depan menopang
kepalanya yang sedang menelan buah delima. Kemudian pada tahun
1468-1500 diikuti dengan pembangunan Masjid Kesultanan Ternate yang
semakin memperkuat masuknya islam ke Ternate pada masa awal Kerajaan
Ternate. Masjid kesultana Ternate sendiri dibangun oleh Zainal Abidin yang
merupakan anak dari Kolano Kaicil Marhum. Pada masa ini pengaruh islam
semakin berkembang pesat di Ternate.
99
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-fczDJAhcrjo/VnP6YRbgxtI/AAAAAAAAACg/rfC1a0UdQyE/s1600/2%2B%25281%2529.jpg

Pada masa 1500an bangsa portugal mulai masuk ke ternate, pada saat itu
pemerintahan Sultan Bayanullah. Pada saat bangsa Portugis berada di Ternate,
mereka mendirikan beberpa benteng untuk mengamankan perdagangan
rempah-rempah. Beberapa benteng peninggalan portugis tersebut antara lain:

Benteng Kastela/ Benteng Toloko/


Santa Paulo/ Nostra Tolucco of Hollandia
Senora Del Rosario Didirikan oleh Gubernur
Masjid Sultan dibangun Portugis yaitu Francisco Serao
dengan komposisi bahan pada tahun 1540 kemudian
terbuat dari batu dengan direstorasi oleh Gubernur
bahan perekat dari Belanda Pieter Both tahun
campuran kulit kayu pohon 1610. Berdiri diatas sebuah
kalumpang. Arsitekturnya bukit batu dengan Arsitektur
bentuk segi empat dengan bangunan (dilihat dari atas)
atap berbentuk tumpang menyerupai bentuk kelamin
limas dan tiap tumpang dipenuhi dengan terali berukir. Keunikan laki-laki.
dari mesjid ini adalah aturan-aturan adat yang tegas seperti larangan
menggunakan sarung, kewajiban memakai tutup kepala (kopiah) dan Bangsa Portugis tidak hanya meninggalkan beberapa benteng sebagai
perempuan dilarang beribadah di mesjid ini. bangunan bersejarah di Kota ternate, tetapi bangunan peninggalan
lainya berupa bangunan tempat peribadatan bagi umat Kristen yang
dinamai Gereja St. Willibrodus
Benteng Kalamata/
Santa Lucia
Dibangun oleh bangsa
Portugis Tahun 1540 untuk
menghadapi serangan Spanyol
dari Rum, Tidore. Terletak Di
Kelurahan Kalumata Sebelah
Selatan Kota Ternate. Dengan
Lokasi Benteng Yang Sangat
Gereja St. Willibrodus Strategis Bila Dipandang Dari
Merupakan salah satu gereja Katolik tertua di Indonesia yang dibangun Arah Laut Dan Kondisi Fisik
bangsa Portugis pada tahun 1523 oleh kapten Antonio Galvao Bangunannya Yang Cukup Baik
kemudian kedatangan Fransiscus Xaverius sebagai tonggak sejarah Menjadikan Benteng Tersebut Sebagai Salah Satu Obyek Wisata Sejarah
penyebaran agama Katolik di Maluku Utara. Di Kota Ternate Yang Cukup Menarik Untuk Dikunjungi
PROFIL KOTA PUSAKA

Setelah peperangan selama 5 tahun dengan rakyat Maluku, akhirnya Portugal


meninggalkan Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. Tetapi kemudian pada
tahun 1580 Portugal untuk mencoba menguasai Maluku lagi dengan menyerang
Ternate. Kekalahan demi kekalahan di alami ternate memaksa Ternate meminta
bantuan kepada Belanda pada tahun 1603. Sama Halnya dengan Portugis,
Belanda juga membangun beberapa Benteng, yang kini menjadi peniggalan
sejarah di Kota Ternate. Benteng peninggalan dari Belanda antara lain:

Makam Sultan Mahmud Badaruddin II


Sultan Mahmud Badaruddin II adalah seorang Pahlawan Nasional.
Merupakan Sultan Palembang selama dua periode (1803-1813 & 1818-
1821). Diasingkan Belanda ke Ternate beserta keluarganya, sb etelah
berupaya memerdekakan daerahnya dari penjajahan asing. Penyerangan
Sultan Mahmud Badaruddin II pada tahun 1811, menewaskan 87 tentara
Belanda. Tahun 1819 Belanda menggempur Palembang dan 2 tahun
kemudian beliau ditangkap dan diasingkan ke Ternate tahun 1822.
Nama sultan Mahmud Badaruddin II diabadikan sebagai nama Bandara
Internasional di Palembang dan gambarnya pada mata uang pecahan
Rp.1.000 keluaran Bank Indonesia tahun 2005.

Benteng Kota Moti/Nassau


Benteng ini dibangun pada tahun 1609 – 1625, terletak di Kelurahan
Moti Kota Kecamatan Moti Menurut catatan sejarah, pertengahan
abad ke-17, Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) mengalami Benteng Oranje
kegalauan akibat terjadi kelebihan produksi cengkeh, yang Merupakan markas pemerintah Belanda yang didirikan oleh seorang
menyebabkan harganya menjadi turun di pasar Eropa. VOC kemudian laksamana VOC yaitu Cornellis Matelieff de Jonge pada tahun 1607.
menerapkan kebijakan extirpatie, yakni pemusnahan pohon pala dan Selama masa jabatan tiga gubernur jenderal pertama yaitu Pieter Both
cengkeh milik rakyat Maluku Utara. Untuk mengawasi pelaksanaan (1610- 1614), Gerard Reynst (1614-1615) dan Dr.Laurens Reael (1615-
kebijakan tersebut, maka dilakukanlah pelayaran bersama antara 1619), Ternate merupakan pusat kegiatan VOC pertama di Nusantara
VOC dan Kesultanan Ternate, yang kemudian dikenal dengan nama dan markas besarnya di Benteng Oranje. Selanjutnya baru pada tahun
hongitotchen. 1620, Jan Pieterzoon Coen gubernur jenderal ke 4 memindahkan pusat
VOC ke Batavia

Benteng Sentosa/Kota Naka


Benteng Kotanaka atau Benteng Sentosa dibangun oleh pemerintah
Hindia Belanda pada abad 18 M. Benteng yang didirikan di dalam
kompleks Kedaton Kesultanan Ternate ini berfungsi sebagai tempat
pemerintahan Belanda memonitor aktivitas Sultan Ternate. Benteng ini
diberi nama Naka karena berkaitan dengan aroma buah nangka yang
tercium dari kejauhan. Pemilik benteng adalah Keluarga Sultan Ternate.

Benteng kota Janji/Santo Pedro


Dibangun oleh bangsa Portugis kemudian diduduki Spanyol tahun


1606 dan dikuasai Belanda tahun 1612. Terletak diatas bukit Ngade
(bukit Seribu Rupiah) dengan panorama pulau Tidore dan Maitara

Kekalahan dari Portugal Rumah Alfred Russel Wallace


Alfred Russel Wallace seorang ilmuwan peneliti dan naturalis
memaksa Ternate meminta berkebangsaan Inggris. Tiba di Ternate tahun 1858 dalam misi penelitian
zoologi selama 4 tahun.
bantuan kepada Belanda pada A.R.Wallace juga menemukan sebuah garis imajiner “Wallace” yang
tahun 1603 membagi flora dan fauna di Indonesia menjadi dua bagian besar, dimana
satu bagian flora & fauna memiliki kesamaan dengan benua Australia
dan bagian lain memiliki kesamaan dengan benua Asia. Di Ternate dapat
dijumpai rumah tinggalnya di kelurahan Santiong.
101
Pusaka Budaya Intangible
Pusaka budaya intangible atau pusaka budaya takbenda diwariskan dari
generasi ke genrasi dan terus-menerus, diciptakan kembali oleh masyarakat
dan kelompok-kelompok, dalam menanggapi lingkungan mereka, interaksi
mereka dengan alam, dan sejarah mereka.

Legu Gam Pusaka Tarian


Legu Gam diselenggarakan setiap tahun merupakan pesta rakyat - Baramasuweng (Bambu Gila)
sebagai manifestasi kecintaan rakyat (Bala kusu se kano-kano) terhadap Merupakan permainan rakyat yang dilakukan dengan peserta kurang
Paduka Yang Mulia Sultan Ternate dengan menampilkan pesta seni lebih 7 orang dan menggunakan bambu, bara api dan kemenyan.
budaya berupa tari-tarian tradisional, pembacaan puisi, pameran Bambu dimasuki kekuatan gaib sehingga peserta/ pemain yang
kerajinan local, seminar nasional dengan pembicara dari akedemisi, memeluk bamboo akan terhempas kesana-kemari. Permainan ini
politikus dan budayawan nasional. mencerminkan sifat gotong-royong dan ciri khas keseharian rakyat
ternate.
- Tarian Soya – Soya
Kolo Kie Tarian yang bertemakan patriotisme, Tarian soya-soya ini, diartikan
Tradisi ritual adat dengan mengelilingi Pulau Ternate dengan perahu sebagai tarian penjemputan. Sebab, biasanya tarian ini kerap
sambil berziarah di beberapa makam. Kegiatan ini dilaksanakan diperagakan saat akan melakukan penjemputan tamu penting atau
berupa keliling gunung/pulau Ternate melalui lautan yang tidak tamu kebesaran oleh pihak Keslutanan yang datang.
lain merupakan sebuah ritual yang dilaksanakan untuk memohon - Tarian Gala
perlindungan dari Tuhan agar negeri ini senantiasa terlindung dari Sejenis tarian tradisional masyarakat Ternate, dengan alat music yang
marabahaya. Kololi kie Mote Ngolo Bahari Berkesan ini menggunakan terdiri dari tifa rebana, maruas (sejenis alat tabuh dengan kedua sisi
perahu dan di iringi dengan musik-musik tradisional. Event ini juga ditutup kulit), suling, gong serta fiol (sejenis biola dengan bentuk yang
untuk melihat keinda han alam pantai Kota Ternate. khas) sehingga menghasilkan harmoni bunyi yang sangat indah untuk
mengiringi tarian.
Badabus (Debus) - Tarian Cakalele
Ritual kebal senjata tajam dilakukan dalam suatu hajatan berupa Tarian Cakaleleatau tarian kebesaran adalah tarian perang yang saat
upacara ritual untuk menebus kaul seseorang yang pernah ini lebih sering dipertunjukan untuk menyambut tamu agung maupun
mengucapkan hajat akan pertunjukkan dabus, apabila ia selamat dari untuk acara yang bersifat adat.
musibah atau penyakit berat yang dideritanya.

3.3.3.2 Aset Pusaka Saujana


Gunung Gamalama
Kota Ternate tidak bisa dipisahkan
dari Gunung Gamalama, begitu pula
sebaiknya. Semua kehidupan kota
terpusat di tubuh gunung Gamalama.
Beberapa bentukan alam yang terjadi
seperti terbentuknya Danau Tolire dan
hamparan lava Batu Angus merupakan
efek dari keberadaan gunung Gamalama.

3.3.3.3 Aset Pusaka Alam


Batu Angus Danau Laguna
Batu Angus adalah Letaknya di Kelurahan Fitu
sebuah hamparan lahan Kecamatan Kota Ternate
yang dipenuhi bebatuan Selatan. Danau dengan air
berwarna hitam, batuan ini yang tenang dikelilingi bukit
berasal dari lava/lahar yang hijau serta laut dan gunung.
telah membeku akibat dari Saat ini dikawasan danau
letusan Gunung Gamalama telah dikembangkan menjadi
pada tahun 1673. Terletak objek wisata memancing dan
memanjang luas dari puncak pengembangan budidaya ikan
Gunung Gamala sampai ke air tawar.
Pantai Kulaba. Batu Angus ini juga merupakan tugu peringatan dan
makam tentara Jepang yang gugus dalam pertempuran melawan
tentara sekutu pada perang dunia ke-II.
PROFIL KOTA PUSAKA

Pantai Tobololo
Pantai ini merupakan satu-satunya pantai dipulau Ternate yang
memiliki pasir putih yang terhampar sepanjang 2 KM diantara 2
kelurahan (Tobololo-Sulamadaha). Terletak ± 12,5 KM dari pusat Kota
Ternate. Di pantai ini terdapat juga sumber mata air panas yang berasal
dari Gunung Gamalama, Banyak titik - titik yang bisa kita temukan letak
air panas itu sendiri, seperti disumur, didalam pasir dan juga balik batu
karang. Uniknya dari air panas dipantai Tobololo ini adalah airnya tetap
berasa tawar walaupun berjarak 1 meter dari air laut itu sendiri, hal
ini dikarenakan air panas itu sendiri mengalir langsung dari gunung
gamalama kepantai Tobololo.

Cengkeh Afo
(Rempah-rempah)
Menurut penelitian cengkeh
Afo 1 masih ada yang
hidup dihutan gunung
Gamalama hinga saat ini.
Pantai Sulamadaha Turunan dari cengkeh Afo
Pantai ini terletak ± 1 adalah cengkeh Afo II,
14 KM dari pusat Kota yang populasinya banyak
Ternate, sehingga mudah ditemukan dilereng Gunung
dijangkau oleh angkutan Gamalama yaitu disebelah timur mulai dari ketinggian 100-800 m dpl.
umum.Kegiatan yang dapat Monumen Afo II ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku Utara
dilakukan di pantai ini adalah yang terdapat pada ketinggian 400 m dpl dan berumur 100 tahun.
snorkeling dan diving. Cengkeh Afo telah terdaftar dikantor Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman dengan Sertifikat no. 48/PVL/2010 tanggal 20 Agustus 2010.
Cengkeh Afo I ditetapkan pada tahun 1987 dengan umur 370 Tahun,
Cengkeh Afo II pada Tahun 2009 berumur 80-100 Tahun dan Cengkeh
Afo III pada Tahun 2010 dengan umur 60-75 Tahun.Cengkeh (Zyzigium
aromaticum) termasuk dalam family Myrtaceae.

3.3.4 Studi Kota Pusaka


3.3.4.1 Kondisi Pelestarian Kota Pusaka
Fisik
Upaya pelestarian terhadap aset pusaka yang dilakukan di Kota Maluku
belum terlalu maksimal, terbukti dengan banyaknya pusaka-pusaka tersebut
yang hilang, ada yang rusak oleh alam dan manusia dan, ada juga yang kini
terancam hancur.

Non Fisik
Kepedulian untuk menjaga pusaka di Kota Ternate masih sangat minim
baik dari pemerintah maupun dari masyarakat setempat sebagai contoh
manajemen pengelolaan Kedaton, yaitu melalui pendirian museum di samping
Kedaton kesultanan ternate yang didirikan oleh Pemerintah Kota ternate yang
menuai banyak kontroversi dari berbagai kalangan dimana akan mengganggu
situs pusaka di dekatnya. Contoh lainya banyak penduduk yang mendirikan
bangunan maupun tinggal di dalam bangunan benteng Oranje, sampah di
buang berserakan menjadikan lokasi benteng tersebut terlihat kumuh.
103
3.3.4.2 Tantangan dan Permasalahan dalam Melestarikan Keunggulan


Beberapa tantangan yang berpengaruh dalam melestarikan keunggulan
pusaka antara lain:

1. Bencana Alam Ada beberapa


Tantangan dan permasalahan bagi Kota Ternate untuk melestarikan benda
cagar budaya adalah bahaya Gunung Berapi. Tanah longsor dan Abrasi Pantai. tantangan yang
a. Gunung Api
berpengaruh dalam
Pulau Ternate adalah sebuah pulau dengan luas 49.466 KM2, yang melestarikan
ditengahnya terdapat sebuah gunung api aktif yaitu gunung Gamalama.
Aktivitas gunung ini, dengan debu, banjir lahar dingin dan gempa vulkanik, keunggulan
berpotensi mengancam kerusakan/keberadaan benda cagar budaya yang
ada di Pulau Ternate.
pusaka, antara
lain bencana alam,
b. Longsor
Dilihat dari kondisi Georafis Kota Ternate yang sebagian besarnya merupakan
ulah manusia, dan
daerah perbukitan dengan kemiringan lereng ≥ 25 %, dimana pada daerah sebagainya
kemiringan ≤ 25 % telah berkembang kawasan pemukiman yang sangat
pesat, sehingga dikhawatirkan terjadi longsor yang mengancam benda
cagar budaya di daerah ini.

c. Abrasi Pantai
Sebagaimana pada umumnya wilayah kepulauan, sebagian besar
pemukiman berada pada wilayah pesisir pantai. Begitu juga sebagian besar
keberadaan benda cagar budaya Kota Ternate, terutama benteng-benteng
berada juga pada daerah pesisir. Gelombang laut yang menghantam
bibir pantai, Global Warming, dan aktivitas galian-C di daerah pantai yang
mengakibatkan abrasi pantai, sangat berpotensi merusak benda cagar
budaya di daerah pesisir Ternate.

2. Ulah Manusia
Tantangan dan permasalahan bagi Kota Ternate untuk melestarikan Pusaka
yang ada sebagai berikut :

- Pusaka Alam;
a) Dengan kurangnya kesadaran lingkungan dan adanya aktivitas
penambangan dan pembukaan lahan perkebunan dapat mempengaruhi
perubahan wajah pusaka alam pada Kota Ternate.

- Pusaka Benda;
a) Dengan adanya konservasi/revitalisasi bangunan cagar budaya yang
ada di Kota Ternate, susah untuk mengembalikan ke bentuk semula,
secara utuh dengan mengunakan bahan- bahan yang asli, jika sudah
tidak di produksi sehingga konservasi menyesuaikan dengan pasar.
b) Kepemilikan bangunan cagar budaya oleh badan usaha, dan
masyarakat, yang kurang peduli, karena ketidak tahuan akan pelestarian
benda cagar budaya sehingga badan usaha dan masyarakat melakukan
konservasi tanpa adanya panduan dari pihak pemerintah daerah.
PROFIL KOTA PUSAKA
- Pusaka Tak Benda;
a) Adanya pengaruh modrenisasi dan globalisasi yang berdampak negatif
sehingga menghilangkan nilai – nilai budaya dan adat istiadat Ternate.
b) Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kesenian – kesenian yang
ada sehingga tidak terpelihara dengan baik.
c) Kurangnya minat masyarakat untuk ambil bagian dalam kegiatan adat
istiadat dan kesenian – kesenian yang dilakukan.
d) Terbatasnya dan tidak adanya tempat yang baik untuk dijadikan sanggar
atau pusat kegiatan kesenian.

- Pusaka Saujana.
Kurangnya kesadaran lingkungan, pengaruh modernisasi dan globalisasi
yang mengakibatkan hilangnya pusaka alam dan budaya Kota Ternate.

3. Desakan Pembangunan Kota


- Dengan adanya desakan pembangunan kota akan berakibat berubahnya
wajah daerah kawasan benda cagar budaya.
- Peningkatan jumlah penduduk di kawasan kota mendorong pemukiman
baru yang mengarah tersingkirkannya kawasan benda cagar budaya yang
telah ada.

4. Tata Kelola Pemerintah


- Kaitannya dengan visi dan misi kota dan kebijakan pemda kota Ternate dan
Kewenangan instansi tidak sesuai dengan pengelolaan.
- Belum Optimalnya pelaksanaan sanksi pemerintah, apabila terjadi
pelanggaran terhadap pusaka –pusaka yang telah di inventaris.
- Status dan Penguasaan Aset pusaka yang ada, belum berada pada
pemerintah daerah.
- Aturan Teknis Pengelolaan Kota Pusaka belum ada.

5. Keterbatasan Pendidikan dan SDM Pelestarian


- Belum banyaknya lembaga masyarakat yang resmi, peduli dengan


pelestarian pusaka yang ada.
- Masih minimnya pengenalan pusaka-pusaka kota Ternate di sekolah –
sekolah melalui bacaan–bacaan.
Potensi - Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pusaka yang dimiliki
Kota Ternate
pengembangan
3.3.4.3 Potensi Pengembangan
aset-aset pusaka Potensi pengembangan aset-aset pusaka, baik budaya tangible maupun
di Kota Ternate budaya non tangible di Kota Ternate sebagai Kota Pusaka Dunia, meliputi:
1. Gunung Gamalama, sebagai pusat dari semua aktifitas kota dari masa dulu
yaitu Gunung sampai sekarang. Gamalama menjadi jantung kota sekaligus induk bagi
Gamalama, kehidupan kota Ternate.
2. Rempah-rempah, khususnya Pala dan Cengkeh, sempat menjadi komoditi
rempah-rempah, rempah yang cukup banyak dan terbaik di dunia, sehingga mendatangkan
banyak pedagang dari Eropa dan Negara lainnya.
bentang alam, 3. Bentang alam, kondisi alam pulau Ternate yang memberikan berbagai
dan peninggalan fenomena alam yang lain daripada yang lain.
4. Peninggalan bangunan historis lainnya seperti kesultanan dan bangunan
bangunan historis kolonial lainnya, merupakan implikasi dari adanya ekspansi asing yang
sempat mendiami Kota Ternate.

Aset Pusaka Kota Ternate harus dilindungi agar
tidak hilang atau rusak, sehingga diperlukan
105

konsep perlindungan aset-aset pusaka.

3.3.5 Pengelolaan Kota Pusaka


3.3.5.1 Kelembagaan
Lembaga pengelola dilingkungan pemerintah yaitu:
1. Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate
2. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Ternate dengan wilayah kerja
Provinsi Papua Barat, Papua, Maluku dan Maluku Utara

3.3.5.2 Kebijakan
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah mengenai perlindungan terhadap
aset pusaka yang ada di Kota Ternate melalui:
1. Pelestarian alamnya itu salah satunya pelestarian terhadap kawasan suaka
alam cengkeh Afo yang terdapat di lereng gunung Gamalama Kelurahan
Marikurubu
2. Pelestarian cagar budaya meliputi, pelestarian Benteng Kota Janji, Kedaton
Kesultanan Ternate, Masjid Sultan Ternate, Makam Sultan Babullah Ternate
di Foramadiahi, Makam Sultan Badaruddin ,Gereja Katolik Santo Willbrordus,
Klenteng Thian Hou King, Rumah Alfred Russel Wallace, Jembatan Residen,
Kawasan Dodoku Ali.

3.3.5.3 Upaya Yang Dilakukan Untuk Pelestarian


Aset-aset pusaka Kota Ternate harus dilindungi agar tidak hilang atau rusak.
Kerusakan dapat terjadi apabila perawatan aset pusaka tidak diperhatikan,
ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama sehingga membuatnya lembab
dan lapuk, atau karena kesengajaan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.
Untuk itu diperlukan konsep perlindungan aset-aset pusaka tersebut yang
meliputi :
a. Restorasi bangunan pusaka
Bangunan-bangunan pusaka yang masih ada diperbaiki dan dikembalikan
bentuknya seperti awal.
b. Pembuatan Panduan penggunaan bangunan pusaka
Perlu sebuah panduan yang komprehensif dalam penggunaan bangunan
pusaka agar kegiatan yang ada di dalam bangunan pusaka tersebut tidak
berdampak pada kerusakan pada sebagian atau keseluruhan bangunan.
c. Pembuatan Panduan adaptive reuse pada bangunan pusaka
Penggunaan bangunan pusaka untuk fungsi yang berbeda dari asalnya
dapat dibenarkan sepanjang fungsi tersebut tidak membahayakan
keselamatan bangunan tersebut. Penggunaan bangunan dengan fungsi
yang baru seperti contoh yang dulunya rumah menjadi museum, galeri
seni dan kerajinan, kantor yayasan budaya, tidak boleh sedikitpun merubah
bangunan.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.4 KOTA
BANDA ACEH
Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi,
politik, sosial, dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota yang
berlandaskan Islam yang paling tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda
Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh yang dibangun pada tanggal
22 April 1205.

Penduduk Kota Banda Aceh pada tahun 2015 sebanyak 250.303 jiwa yang
terdiri dari 128.982 jiwa penduduk laki-laki dan 121.321 jiwa penduduk
perempuan. Dari sisi pengeluaran, penyumbang terbesar atas pertumbuhan
ekonomi Kota Banda Aceh berasal dari komponen Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB). Sumbangan tersebut berasal dari PMTB konstruksi, selaras
dengan sumbangan besar kategori konstruksi dari sisi lapangan usaha. Pada
tahun 2015, komponen PMTB menyumbang 4,47 poin atas laju pertumbuhan
Kota Banda Aceh.

3.4.1 Sejarah
Tentang Kota Lamuri ada yang mengatakan ia adalah Lam Urik sekarang
terletak di Aceh Besar. Menurut Dr. N.A. Baloch dan Dr. Lance Castle yang
dimaksud dengan Lamuri adalah Lamreh di Pelabuhan Malahayati (Krueng
Raya sekarang). Sedangkan Istananya dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian
menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande sekarang ini dengan nama Kandang
Aceh. Dan pada masa pemerintahan cucunya Sultan Alaidin Mahmud Syah,
dibangun istana baru di seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama
Kuta Dalam Darud Dunia (dalam kawasan Meligoe Aceh atau Pendopo
Gubernur sekarang) dan beliau juga mendirikan Mesjid Djami Baiturrahman
pada tahun 691 H.

Banda Aceh Darussalam sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan


sekarang ini merupakan ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah
berusia 808 tahun (tahun 2013 M) merupakan salah satu Kota Islam Tertua
di Asia Tenggara. Seiring dengan perkembangan zaman Kerajaan Aceh
Darussalam dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami zaman gemilang
dan pernah pula mengalami masa-masa suram yang menggentirkan.

Adapun Masa gemilang Kerajaan Aceh Darussalam yaitu pada masa


pemerintahan Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah, Sultan Alaidin Abdul Qahhar
(Al Qahhar), Sultan Alaidin Iskandar Muda Meukuta Alam dan Sultanah Tajul
Alam Safiatuddin. Sedangkan masa percobaan berat, pada masa Pemerintahan
Sumber: http://hantupedia.com/wp-content/uploads/2017/12/tempat-angker-Aceh-dengan-
sejuta-wisata-misteri-dan-penampakan-hantu-serta-fenomena-seram.jpg

107

Masa yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam


pada saat terjadi Perang Dijalan Allah selama 70 tahun yang
dilakukan oleh Sultan dan Rakyat Aceh sebagai jawaban atas
ultimatum Kerajaan Belanda yang bertanggal 26 Maret 1837.
Ratu yaitu ketika golongan oposisi Kaum Wujudiyah menjadi kalap karena
berusaha merebut kekuasaan menjadi gagal, maka mereka bertindak liar
dengan membakar Kuta Dalam Darud Dunia, Mesjid DJami Baiturrahman
dan bangunan-bangunan lainnya dalam wilayah kota. Kemudian Banda Aceh
Darussalam menderita penghancuran pada waktu pecah Perang Saudara
antara Sultan yang berkuasa dengan adik-adiknya, peristiwa ini dilukiskan
oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut Muhammad.

Masa yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam pada saat terjadi
Perang Dijalan Allah selama 70 tahun yang dilakukan oleh Sultan dan Rakyat
Aceh sebagai jawaban atas ultimatum Kerajaan Belanda yang bertanggal 26
Maret 1837. Dan yang lebih luka lagi setelah Banda Aceh Darussalam menjadi
puing dan diatas puing Kota Islam yang tertua di Nusantara ini Belanda
mendirikan Kutaraja sebagai langkah awal Belanda dari usaha penghapusan
dan penghancuran kegemilangan Kerajaaan Aceh Darussalam dan ibukotanya
Banda Aceh Darussalam.

Sejak itu ibukota Banda Aceh Darussalam diganti namanya oleh Gubernur Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-SUGyqugccOg/UTzPAKPnt-I/AAAAAAAAAQk/zdyWLGAP-Jc/s160
Van Swieten ketika penyerangan Agresi ke-2 Belanda pada Kerajaan Aceh Gunongan+banda+aceh.jpg

Darussalam tanggal 24 Januari 1874 setelah berhasil menduduki Istana/


Keraton yang telah menjadi puing-puing dengan sebuah proklamasi. Bahwa
Kerajaan Belanda dan Banda Aceh dinamainya dengan Kutaraja, yang
kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal di Batavia dengan beslit yang
bertanggal 16 Maret 1874, semenjak saat itu resmilah Banda Aceh Darussalam
dikebumikan dan diatas pusaranya ditegaskan Kutaraja sebagai lambang dari
Kolonialisme. Pergantian nama ini banyak terjadi pertentangan di kalangan
para tentara Kolonial Belanda yang pernah bertugas dan mereka beranggapan
bahwa Van Swieten hanya mencari muka pada Kerajaan Belanda karena telah
berhasil menaklukkan para pejuang Aceh dan mereka meragukannya.

3.4.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Budaya


Gunongan Makam Kandang XII
Gunongan alias gunung buatan Sesuai dengan namanya, di dalam
berada di Jalan Teuku Umar. Awal komplek makam ini terdapat dua
berdirinya Gunongan bermula dari belas makam sultan dan sultanah
Sultan Iskandar Muda yang kasihan Aceh Darussalam. Makam tersusun
melihat permaisurinya Putri Kamaliah menyerupai saf dengan tiang-
alias Putroe Phang yang rindu tiang untuk penomoran makam
kampung halaman, terutama saat ia sibuk dengan tugas negara. yang semuanya ada dua belas. Atap yang menutupi makam juga
Kamaliah adalah putri mahkota Kerajaan Pahan, Malaysia yang membuat suasana menjadi semakin teduh dan nyaman, hingga
berhasil direbut Iskandar Muda lewat perang. bisa membuat para pengunjung berlama-lama di sini.

Gunongan dibangun dengan bentuk menyerupai miniatur Makam Syiah Kuala


pegunungan yang mengelilingi Istana Kerajaan Pahang. Bangunan Makam ini merupakan makam
ini dibuat bermaterial batu gamping, pasir, dan kapur perekat seorang kharismatik Aceh, bernama
dengan tingginya mencapai 9,5 meter. Pintu masuknya rendah Syiah Kuala. Kemudian pengunjung
seperti terowonfan, sedangkan untuk menuju ke puncak Gunongan langsung menuju ke sebuah
harus juga menaiki tangga-tangga rendah. gedung yang terbuat dari beton, di
Museum Tsunami Aceh bagian depan dipasang besi jeruji
terlihat jelas makam Syiah Kuala dan beberapa makam lainnya. Di
Museum Tsunami Aceh adalah
depan gedung ini terdapat sebuah pamflet dituliskan kisah dan
sebuah museum di Banda Aceh
sejarah makam ini. Termasuk tertera tanggal lahir, wafat bahkan
yang dirancang sebagai monumen
jabatannya semasa Kerjaan Aceh Darussalam pada pemerintahan
simbolis untuk bencana gempa bumi
para Ratu. Ada 4 ratu Syiah Kuala menjabat sebagai Kadhi Malikul
dan tsunami Samudra Hindia 2004
Adil masa itu.
sekaligus pusat pendidikan dan
tempat perlindungan darurat andai tsunami terjadi lagi. Masjid Raya Baiturahman
Masjid Raya Baiturrahman adalah
Pintu Khop Putroe Phang sebuah masjid Kesultanan Aceh
Pada masa kerajaan dulu, Pinto yang dibangun oleh Sultan Iskandar
Khop atau gerbang ini berada dalam Muda Mahkota Alam pada tahun
satu kompleks dengan Taman Sari 1022 H/1612 M. Bangunan indah dan
Gunongan, sehingga bentuk dan pola megah yang mirip dengan Taj Mahal
hias yang ada di Pinto Khop seirama di India ini terletak tepat di jantung Kota Banda Aceh dan menjadi
dengan relif yang ada di gunongan. titik pusat dari segala kegiatan di Aceh Darussalam.
Area lokasi Pinto Khop ini yang memiliki luas sekitar 4.760 m2 ini,
saat ini dijadikan sebagai taman rekreasi wisata yang dikelola oleh
Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh.

Aset Pusaka Bertema Kolonial


Kerkhoff
Kerkhoff adalah kuburan prajurit Belanda yang tewas dalam Perang Aceh. Buktis ejarah ini dapat
ditemukan di perkburan Belanda Kerkhoff ini. Di sini dikuburkan kurang lebih 2000 orang serdadu
Belanda, dan termasuk di antaranya serdadu Jawa, Batak, Ambon, Madura, dan beberapa serdadu
suku lainnya yang tergabung dalam Angkatan Bersenjata Hindia Belanda.
109

Aset Pusaka Festival & Kebudayaan


Tari Rapa’I Geleng Tradisi Hari Meugang
Permainan Rapa’i Geleng juga (Makmeugang)
disertakan gerakan tarian yang Makmeugang atau Meugang adalah
melambangkan sikap keseragaman salah satu tradisi yang ada dalam
dalam hal kerjasama, kebersamaan, masyarakat Aceh yang telah ada
dan penuh kekompakan dalam sejak berabad yang lalu yaitu acara
lingkungan masyarakat. Tarian membeli daging, memasak daging
ini mengekspresikan dinamisasi masyarakat dalam syair yang dan menikmatinya bersama-sama baik dengan keluarga bahkan
dinyanyikan, kostum dan gerak dasar dari unsur Tari Meuseukat. ada yang mengundang anak yatim untuk menikmati kebersamaan
hari meugang ini. Tradisi ini dilakukan tiga kali dalam setahun,
yakni: Menjelang/menyambut bulan Puasa atau bulan Ramadhan,
Tari Seudati Menjelang Hari Raya Idul Fitri, dan; Menjelang Hari Raya Idul Adha.
Seudati berasal dari kata Syahadat,
yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan Rencong
terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Rencong atau Rincong
Nabi Muhammad utusan Allah. Tarian atau Rintjoeng adalah
ini juga termasuk kategori Tribal War senjata pusaka
Dance atau Tari Perang, yang mana bagi rakyat Aceh
syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk dan merupakan
bangkit dan melawan penjajahan. simbol keberanian,
keperkasaan, pertahanan diri dan kepahlawanan aceh dari
abad ke abad. Rencong mempunyai tingkatan yang menjadi ciri
Tari Rateb Meuseukat
khas strata masyarakat, untuk seorang Raja/Sulthan dan Ratu/
Nama Ratéb Meuseukat berasal dari
Sulthanah sarungnya terbuat dari gading sedangkan untuk
bahasa Arab yaitu ratéb asal kata ratib
belatinya terbuat dari emas hingga sampai ke strata masyarakat
artinya ibadat dan meuseukat asal
bawah untuk sarung terbuat dari dari tanduk kerbau ataupun kayu
kata sakat yang berarti diam. Pada
dan untuk belati terbuat dari kuningan atau besi putih tergantung
mulanya Ratéb Meuseukat dimainkan
kemampuan ekonomi masing-masing.
sesudah selesai mengaji pelajaran
agama malam hari, dan juga hal ini tidak terlepas sebagai media
dakwah. Permainannya dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri.
Pada akhirnya juga permainan Ratéb Meuseukat itu dipertunjukkan
juga pada upacara agama dan hari-hari besar, upacara perkawinan
dan lain-lainnya yang tidak bertentangan dengan agama.

Aset Pusaka Alam


Pantai Gampong Jawa &
Pantai Gampong Pande
Pantai Ulee Lheue di Gampong Jawa
di Gampong Ulele Lheue, & Gampong Pande
Kec. Meuraxa, Kota Banda Aceh. Kec. Kutaraja, Kota Banda Aceh.
Dikelola oleh Pemko Banda Aceh. Dikelola oleh Pemko Banda Aceh.

Pantai Alue Naga Krueng Aceh


di Gampong Alue Naga, di Gampong Kampung Baru,
Kec. Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh.
Dikelola oleh Pemko Banda Aceh. Dikelola oleh Pemko Banda Aceh.

Pantai Syiah Naga


di Gampong Deah Raya,
Kec. Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
Dikelola oleh Pemko Banda Aceh.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.5 KOTA
LANGSA
Kota Langsa berada kurang lebih 400 km dari kota Banda Aceh. Kota Langsa
sebelumnya berstatus Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 64 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa. Kota
Administratif Langsa diangkat statusnya menjadi Kota Langsa berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 tanggal 21 Juni 2001. Hari jadi Kota Langsa
ditetapkan pada tanggal 17 Oktober 2001. Kota Langsa terkenal sebagai kota
pendidikan, kota perdagangan, kota kuliner/makanan, dan kota wisata.

Jumlah penduduk di Kota Langsa tahun 2015 sebanyak 165.890 jiwa, terdiri
atas 82.303 jiwa laki- laki, dan 83587 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk di
Kota Langsa tahun 2015 mencapai 692 orang/km2. Kategori yang memegang
peranan paling besar dalam pembentukan PDRB Kota Langsa pada tahun 2015
adalah kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor
sebesar 29,84% dari total PDRB Kota Langsa. Selanjutnya adalah kategori
industry pengolahan yang berperan sebesar 9,87%. Kategori dengan peranan
terbesar ketiga adalah kategori konstruksi sebesar 9,11% pada tahun 2015.

3.5.1 Sejarah
Sebelum ditetapkan menjadi kota, Langsa adalah bagian dari Kabupaten
Aceh Timur yang Ibukota kabupatennya adalah Langsa dan merupakan Kota
Administratif yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64
Tahun 1991 Tanggal 22 Oktober 1991, dan diresmikan oleh Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia pada tanggal 2 April 1992. Kemudian, sesuai dengan
perkembangan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam baik dari segi budaya,
politik dan ekonomi,provinsi ini semakin dituntut mengembangkan diri,
khususnya dari segi pemerintahan sehingga pada tahun 2001 terbentuklah
Kota Langsa yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur.

Pada awal terbentuknya Kota Langsa terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Langsa Barat, Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Timur dengan
jumlah desa sebanyak 45 desa (gampong) dan 6 Kelurahan. Kemudian
dimekarkan menjadi 5 kecamatan berdasarkan Qanun Kota Langsa No 5 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kecamatan Langsa Lama dan Langsa Baro. Mulai
tahun 2011 gampong di Kota Langsa kini bertambah sebanyak 15 gampong
hasil pemekaran gampong yang telah ada berdasarkan Qanun Kota Langsa
No. 4 Tahun 2010, sehingga jumlah gampong di Kota Langsa kini berjumlah
66. Qanun Kota Langsa No.4 tahun 2010 merupakan pengganti Qanun Kota
Langsa Tahun 2008, dalam Qanun tersebut dijabarkan bahwa dari lima
kecamatan yang ada di Kota Langsa hanya gampong-gampong di Kecamatan
Sumber: https://steemit-production-imageproxy-upload.s3.amazonaws.com/
DQmeQzmx1E3hrFABkK5BuvDrCv5xJbCNz53R4BqaFH9Lb82
Langsa Kota yang tidak mengalami pemekaran. Sedangkan di kecamatan
lainnya terdapat gampong yang mengalami pemekaran.
3.5.2 Rajutan Berbagai Pusaka 111

Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Budaya


Pelabuhan Kota Langsa Masjid Besar Kota Langsa
Pelabuhan ini adalah satu-satunya Darul Falah
pelabuhan yang menghubungkan Pelabuhan ini adalah satu-satunya
Kota Langsa dengan luar negeri. pelabuhan yang menghubungkan Kota
Dahulu pelabuhan ini ramai akan Langsa dengan luar negeri. Dahulu
aktivitas kapal transportasi dari pelabuhan ini ramai akan aktivitas kapal
Kota Langsa menuju ke luar negeri transportasi dari Kota Langsa menuju
dan sebaliknya. Aktivitas di pelabuhan ini sehari-hari adalah kapal ke luar negeri dan sebaliknya. Aktivitas di pelabuhan ini sehari-hari
bongkar muat barang antara Kota Langsa dengan daerah-daerah adalah kapal bongkar muat barang antara Kota Langsa dengan
lain di Indonesia. Serta aktivitas kapal bongkar muat barang di daerah-daerah lain di Indonesia. Serta aktivitas kapal bongkar muat
antaranya dengan negara Malaysia, Penang, Thailand, India, dan barang di antaranya dengan negara Malaysia, Penang, Thailand,
Singapura. India, dan Singapura.

Kawasan Toko Belakang Vihara Buddha Langsa


Merupakan kawasan Pecinan atau biasa disebut dalam bahasa Vihara Buddha Kota Langsa, berlokasi di pusat pasar tradisional Kota
Inggris, China Town. Kawasan ini dulunya merupakan kawasan Langsa. Vihara ini sangat indah dengan balutan cat warna merah
komunitas warga Tionghoa yang besar. Sampai sekarang beberapa yang mencirikan warna khas komunitas Tionghoa.
bangunan asli milik warga Tionghoa masih bisa dilihat, namun
seiring perkembangan zaman, sebagian bangunan ini dihancurkan
dan dibangun bangunan yang lebih modern. Ada beberapa
makanan khas China di tempat ini, seperti kwetiau, pangsit, cap cay,
dan lain-lain. Terdapat juga satu bangunan pabrik kecap asin tertua
di tempat ini.

Aset Pusaka Bertema Perjuangan Kemerdekaan Aset Pusaka Bertema Kolonial

Taman Bambu Gedung Balee Juang


Runcing Rencananya gedung ini akan
Taman ini dibangun diubah menjadi museum.
pada 17 Agustus Pemerintah setempat telah
1948 menjadi simbol mendaftarkan bangunan klasik
perjuangan masyarakat ini sebagai situs cagar budaya
dalam melawan agar diakui oleh kementrian terkait. Seperti pada bangunan
penjajah. Taman dengan peninggalan Belanda lainnya, Gedung Balee Juang memiliki
konsep central park atau arsitektur khas Belanda yang menarik. Dinding berwarna putih
“taman di tengah kota” ini ramai dikunjungi karena ada nilai mendominasi pada sebagian besar bangunan, yang hingga
sejarah kemerdekaan di sini. Salah satu karakteristik taman ini kini masih dipertahankan. Bentuk asli bangunan pun masih
adalah, adanya Tugu Bambu Runcing yang berdiri megah di terjaga, dan tak diubah demi mempertahankan nuansa klasik
tengah taman. dari gedung.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Festival & Kebudayaan Aset Pusaka Alam

Tari Rampoe Aceh Ujung Pusong/


Rampoe yang berarti Ujong Blang
campuran atau rangkaian, Desa Teulaga Tujoh
sedangkan Aceh adalah (Pusong) adalah pedesaan
suatu daerah. Maka tari unik dan langka di mana
rampoe Aceh adalah penduduk sehari-hari
campuran atau rangkaian berpencaharian mayoritas
gerak tari. Tari rampoe Aceh merupakan sebuah tarian yang nelayan. Nuansa desa pusong sangat unik mengingat
sangat unik karena tari rampoe Aceh merupakan gabungan Pusong ini terletak di tengah laut yang berbentuk daratan
antara tari liko, tari saman dan tari seudati. pantai membentuk jalan melintang ke pulau lain. Ujong
Pusong adalah salah satu tempat kunjungan wisata yang
akan dikembangkan, melihat penduduknya yang relejius
Tari Peumulla Jamee dan bersahabat didukung oleh adanya beberapa sarana dan
Tari Peumulia Jamee prasarana seperti mesjid, air bersih dan tempat mandi
berarti memuliakan atau
menghormati tamu. Tarian
ini mempunyai fungsi
Pulau Teulaga Tujoh
yang sama seperti tari Teulaga Tujoh merupakan
Ranub Lampuan. Tarian sebuah pulau yang padat
ini ditarikan oleh 5 atau 7 orang penari putri. Semua penari penduduknya dibanding
masing- masing memegang kereukai (sejenis cerana) dan pulau lain di sebelahnya.
semua berisi kue-kue khas Aceh. Diakhir tarian ini semua Sepanjang perjalanan,
penari turun dan datang ke tempat duduk tamu untuk pengunjung disuguhkan
memberikan kue yang ada dalam masing-masing kereukai pemandangan laut yang membentang luas serta tumbuhan
mereka. bakau yang memang dilestarikan. Karena, kawasan pesisir Kota
Langsa terkenal dengan habibat bakau terlengkap spesiesnya
Tari Seudati di Indonesia. Setiba di perkampungan Teulaga Tujuh,
pengunjung bisa menikmati panorama alam.
Seudati berasal dari kata
Syahadat, yang berarti
saksi/bersaksi/pengakuan
terhadap Tiada Tuhan selain
Allah, dan Nabi Muhammad
utusan Allah. Tarian ini juga
termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang
mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh
untuk bangkit dan melawan penjajahan.

“ Kawasan pesisir Kota


Langsa terkenal dengan
habitat bakau terlengkap
spesiesnya di Indonesia Pantai Pasir Putih
Pantai Pasir Putih merupakan hamparan pantai yang luas
dan pasir yang bersih adalah salah satu daya tarik wisatawan.
Hamparan pantai yang luas dan pasir yang bersih, tampak
dalam gambar beberapa pohon bakau yang memperindah
pantai dan dapat menahan erosi dari ombak air laut.
113

3.6 KOTA
SABANG
Kota Sabang adalah salah satu kota di Aceh, Indonesia. Kota ini berupa
kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai
pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia yang
sering disebut sebagai titik paling utara Indonesia, tepatnya di Pulau Rondo.
Jumlah penduduk Kota Sabang terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2015 jumlah penduduk Kota Sabang sebanyak 33.215 jiwa, mengalami
pertumbuhan penduduk sebesar 1,45 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2015, kategori konstruksi memberikan kontribusi
terbesar bagi perekonomian Kota Sabang. Terbukti dengan kontribusinya
yang mencapai 29,02% dalam pembentukan PDRB. Kategori kedua dan
ketiga yang memberikan kontribusi terbesar adalah kategori administrasi
pemerintahan dan kategori perdagangan yang masing-masing menyumbang
16,44% dan 14,79% PDRB Kota Sabang. Sedangkan kategori yang paling kecil
kontribusinya adalah pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur
ulang sebesar 0,16%.

3.6.1 Sejarah
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station
oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma
Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah,
membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas
di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan
dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal
dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut memengaruhi
kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang,
kemudian dibom pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga
kemudian terpaksa ditutup.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat pertahanan


Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh
dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50.
Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia.
Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang
berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka
kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.

Sumber: https://cabinbag.files.wordpress.com/2014/06/2014_06_21_15_06_17_proshot.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA

“Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi


Pencanangan Sabang sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas

Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU


No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang
ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan
berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama
Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang
membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan
Asia Selatan.

Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan fokus
kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun
1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya,
diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tahun 1998 pada
tanggal 28 September 1998.
Sumber: https://www.timlo.net/wp-content/uploads/2016/12/Aceh-Bakal-Jadi-Tuan-
Rumah-Sail-Sabang-2017-595x340.jpg
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang
sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH.
Abdurrahman Wahid di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun
2000 pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya Peraturan
Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000 tanggal 1 September
2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000
tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.

Aktivitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002
mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke kawasan
Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan
sebagai Daerah Darurat Militer.

3.6.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.
115
Aset Pusaka Budaya
Benteng Anoi Itam Komplek Makam Kolonial
Benteng Anoi Itam merupakan Komplek makam masa colonial
banteng peninggalan Jepang yang Belanda ini berlokasi di bagian
dibangun antara tahun 1942 – 1945. timur perkampungan dalam
Benteng ini dulunya digunakan wilayah Desa Kota Atas, Kecamatan
sebagai tempat penyimpanan Suka Karya, tepatnya berada di
untuk berbagai jenis senjata bagi Jalan R. Suprapto. Areal ini memiliki
para armada Jepang. Benteng ini berada di dalam tanah atau luas 55 meter x 47 meter dengan jumlah makam 114 makam, dan
tertimbun di tanah dan pada bagian atas berbentuk seperti tapal dibangun dari bata serta semen. Makam tersebut memiliki bentuk
kuda. Dari posisi tersebut bangunan ini difungsikan sebagai yang bervariasi, seperti makam papan batu, makam salib, dan
banteng pertahanan untuk memantau musuh saat terjadi Perang makam tugu
Dunia II. Benteng ini terletak berdampingan dengan Pantai Anoi
Itam, karena itulah banteng ini diberi nama dengan Benteng
Anoi Itam. Sebuah banteng kecil yang terletak di kaki bukit dan
dikelilingi dengan anak tangga.
Aset Pusaka Alam
Terowongan Jepang
Dari sumber Balai Pelestarian Cagar
Budaya Banda Aceh, terowongan itu
berjumlah tiga buah dengan letak
yang saling berdekatan jaraknya
antara 50 meter. Pintu masuk
menghadap timur dan berbentuk
setengah busur, selain itu di ujung lorong setiap terowongan
Pantai Iboih
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Terowongan ini bisa menembus perut bumi sepanjang 27 meter
dan bagian lorongnya yang berukuran 2 meter dan tinggi 2 meter
dibangun dari bahan bata dan semen, sedangkan bagian atapnya
berupa beton cor.

Komplek Benteng Baterai A Danau


Di dalam banteng tersebut terdapat
Aneuk Laot
banteng dengan beberapa elemen
berupa bangunan induk, bangunan
pengintaian, tangga, bak air, dan
meriam-meriam sebagai alat untuk
siaga persenjataan saat perang.
Benteng ini dulunya berfungsi sebagai penjara bagi tawanan
perang dan posisi Komplek Benteng Baterai A tersebut sangat Pulau
strategis dan terlindung di bawah tanah. Rubiah

Rumah Teuku Abbas


Sebuah bangunan yang cukup
lawas, Rumah Teuku Abbas, menjadi
saksi sejarah kependudukan Jepang
tahun 1942-1944. Rumah tersebut Pantai
dijadikan kediaman Teuku Abbas, Sumur Tiga
seorang Ulee Balang (districtshoofd),
yaitu pemimpin masyarakat lokal untuk kawasan Sabang dan
sekitarnya periode 1904-1942. Pada masa pendudukan Jepang,
Teuku Abbas dipercaya sebagai Gaucho, yang memimpin
penduduk lokal Sabang. Gedung yang dibangun sekitar 1910 itu,
awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal. Dengan tipe berkolong,
bangunan ini mirip beberapa rumah bergaya vernakular, namun
secara khusus berbeda dari rumah-rumah tradisional kebanyakan. Air Terjun
Pria
PROFIL KOTA PUSAKA

3.7 KOTA
MEDAN
Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat
dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional
Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses
dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan
kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan
bandara dengan kereta api.

Pada tahun 2015, penduduk Kota Medan mencapai 2.210.624 jiwa. Jumlah
penduduk Medan selalu meningkat tiap tahunnya, namun tidak diikuti
sebaran penduduk yang cukup merata. Seperti kebanyakan kota lainnya,
Medan sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera juga bergantung pada
sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
yang dapat dilihat kontribusi sektor tersebut pada PDRB Medan pada tahun
2015 mecapai 24,77%, disusul sektor konstruksi sebesar 18,59%, dan sektor
industry pengolahan sebesar 15,54%. Ketiga sektor tersebut merupakan
sektor dominan yang berkontribusi terhadap PDRB Kota Medan.

3.7.1 Sejarah
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan
keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai
melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-
sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Putih, Sei Badra, Sei
Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama


“Medan Putri”. Perkembangan Kampung “Medan Putri” tidak terlepas dari
posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai
Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada
zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai,
sehingga dengan demikian Kampung “Medan Putri” yang merupakan cikal
bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat
penting.

Kota Medan adalah contoh kota yang tumbuh pada masa kolonial di akhir abad
kesembilan belas oleh kekuatan perdagangan non pemerintah Hindia Belanda
( ‘Urban Development by Planters and Entrepreneurs‘ oleh Cor Passchier dalam
Peter J.M. Nas, Issues in Urban Development, 1995 hal 47). Awal perkembangan
kota Medan merupakan dampak dari keberhasilan usaha perkebunan yang
dilakukan oleh perusahaan perkebunan Belanda seperti Deli Maatschappij.
Sumber: http://www.sumut24.co/wp-content/uploads/2016/10/IOM.jpg
117
Pada seperempat akhir abad ke-19, pembangunan dan perluasan wilayah
berkembang semakin pesat. Tanah dengan kontrak yang lebih longgar
semakin banyak dibelikan oleh Sultan Deli untuk ditempati oleh perusahaan-
perusahaan barat yang berkantor pusat di Eropa dan Amerika Serikat.
Perusahaan Belanda, Deli Maatschappij, menjadi yang terbesar dan paling
kokoh dalam dunia bisnis. Tata letak kota Medan yang sekarang ini pada masa
itu dibangun diatas tanah dengan kontrak yang longgar Deli Maatschappij.

1. Tahun 1867
Terusan suez, lalu lintas Hindia Belanda dan negeri Belanda belum seramai
pada awal abad ke 20. Dengan di bukanya Terusan suez ini menyebabkan
orang-orang Eropa lebihcepat untuk datang ke Indonesia membawa bentuk
budaya dan arsitektur dari negeri mereka.

2. Tahun 1879
Pemerintah Hindia Belanda mengakui pembangunan pesisir timur laut
sumatera dengan pendirian sebuah Asisten Residen di medan, tahun1879.
Sebuah bangunan monumental yang bergaya Victoria Renaisance di bangun
sebelah barat sungai Deli sebagai tempat penginapan Residen. Kecuali
beberapa detil bangunan tersebut mengingatkan pada kantor pos Singapura
yang di bangun pada tahun 1874.

3. Tahun 1879
Didirikan Club Kolonial De Witte, bata dan plesterannya selesai pada tahun
1887, dengan kantor pos yang terbentuk di sisi utara Esplanade. Lingkungan
kota tidak berubah selam 20 tahun berikutnya, namum di akhir decade pertama
abab ke 20 kapling di sisi barat dengan bangunan permanen. Sementara itu
kampung kesawan berubah bentuk secara dratis menjadi daerah komersial.
Gejala utama kesawan telah di didirikan sepuluh toko, yang kebanyakan
di kelola oleh orang cina. Rumah-rumah toko ini hanya memiliki 1 tingkat
dengan ruang tamu di belakang dan ruang komersial di depan. Teknik-teknik
rekontrusi ruko dan gudang-gudang di dasari bahan kayu dan atap dari local
di gabung dengan arsitektur cina.

4. Tahun 1890


Sekitar tahun 1890, sebelas tahun setelah pendirian Deli Maatschappij,
cikal bakal gerit kota telah di kenal meskipun keadaan lingkungan tidak
mempengaruhi morfologi kota.Luas daerah ± 175 x 275 m, yang kemudian
dikenal sebagai Esplanade sebelumnya bagian dari kebun tembakau dan Pada seperempat
kemudian menjadi rawa. Di sebelah timur laut berdiri sebuah rumah milik Deli
Maatschappij dan barak-barak garnisun sebelum 1880 tidak ada fasilitas hotel akhir abad ke-19,
di medan dan rumah Deli Maatschappij difungsikan sebagai pesangrahan atau
ruang tamu, rumah sakit, gereja dan auditorium.
pembangunan dan
perluasan wilayah
5. Tahun 1883
Perusahaan Deli Maatschappij memdirikan sebuah perusahaan kereta api Deli kota Medan
Spoorwerg Maatschappij membuka rel antara labuhan Deli, stasiunnya yang
terletak di sisi barat Esplanade.
berkembang
semakin pesat.
PROFIL KOTA PUSAKA

6. Tahun 1884
Sebuah hotel kecil di didirikan di bagian selatan Esplanade, di lokasi Grand
Hotel Medan (sekarang di fungsikan sebagai Bank), dikenal dengan De
Pijpenla (kotak pipa). Hotel ini merupakan Club Kolonial Gezellingheid in Deli,
yang mendorong pertunjukan theater dan musik.

7. Tahun 1900
Saat masyarakat berubah demikian halnya arsitektur, pada pengembangan
baru kota dalam konsep dan ekpresi arsitektur menjadi produk orang Eropa.
Pada saat itu konsep arsitektur berubah dari rumah kayu menjadi tipe rumah
pondok Inggris, dengan ruang bawah kolong yang di lapisi dengan batu. Saat
perluasan kota pada tahun 20-30 an, arsitektur rumah-rumah orang Eropa
berhubungan dengan sebuah konsep arsitekturan yang dapat ditemukan di
seluruh kepulauan Indonesia. Sebuah bentuk rumah yang universal dengan
atap genteng, kadang- kadang bangunan terdiri dari dua tingkat, sebuah
garasi dan beberapa bangunan lainnya.

8. Tahun 1906
Dari arah bagian barat laut istana sultan, di bangun mesjid raya dengan gaya
Maroko dengan kaca yang disain oleh arsitek yang bernama Dingemans.

9. Tahun 1907
Sebuah pengendalian di luncurkan memperbaharui mata uang di timur laut
pesisir laut sumatera. Mata uang jajahan Inggris dilarang menggunakan dan
Gulden Hindia Belanda di perbolehkan. Ini di ikuti dengan pendirian Javasche
Bank di Medan.

10. Tahun 1909


Arsitek C. Boon ketika bekerja pada Deli Maatschappij dari tahun 1891-1911,
merancang bangunan Javasce Bank di sebelah barat Esplande, tetapi dewan
pusat menolak rancangan bangunan ini. Javasche Bank memberikan suatu
komisi untuk merancang suatu bangunan Bank pada seorang arsitek Belanda
yang bernama Edward Cuypers memulai membuat kantor di Batavia yang
kolaborasi dengan M.J Hulswit dan arsitek A.A Fermond yang bergabung
pada tahun 1910. Tim Hulswit-Fermont, Batavia dan Cuypers, Amsteradam,
mungkin dalam ruang lingkup produksi arsitektural merupakan kombinasi
arsitek yang paling berhasil pada masa sebelum perang Indonesia. Hasil karya
pertama Edward Cuypers yang penting adalah Javashce Bank dei pusat kota
Medan. Hingga tahun 1929 Edward Cuypers bertanggung jawab terhadap
14 bangunan Bank di beberapa kota. Selama bertahun-tahun keberadaannya
di Jakarta sampai tahun 1954, ia dapat mempekerjakan di kantor-kantor.
Dalam mempertimbangkan keaneka ragaman produksi arsitektural, kita
dapat menyimpulkan bahwa setiap arsitektural adalah ispirasi dari arsitek
sebelumnya. Hal ini bisa kita kenali pada bangunan Javasche Bank karya Edward
Cuypers. Ia membawa konsep standar bersamanya dari Belanda ke Indonesia,
ini merupakan visi arsitertur yang dipengaruhi gaya empire yang digunakan
Inggris di India dan daerah koloni lainnya. Tahun 1909 merupakan tahun yang
119

produktif, seorang arsitek yang bernama B.O.W.J Snuyrf mendesain sebuah


kantor pos baru, pengganti kantor pos lama yang dirancang pada tahun 1879
di Esplanade. Bangunan ini merupakan contoh perusahaan pertama di Medan
untuk mencapai sebuah inovasi arsitektural. Counter-counter pos diletakkan
dilingkaran pada hall di lantai satu. Hall tersebut ditutupi dengan kubah
bentuk tegas, bentuk luar mendominasi volum arsitektural. Tampakdari depan
yang diinspirasikan dari bentuk Gable Belanda.

11. Tahun 1913


Afdeelingsraad van Deli membeli bangunan tersebut maka dewan kota raja
Medan memiliki balai kota yang siap digunakan. Kapten Cina Tjong A Fie,
memberi bantuan Town Hall dengan satu menara jam.

12. Tahun 1914


Firma Inggris Harrison dan Crossfield sebuah perusahaan karet dan eksport
membangun sebuah bangunan kantor di bagian barak kesawan.

13. Tahun 1923


Berlaku mengkualifikasikan bangunan-bangunan ini sebagai desain di dalam
sebuah moderenisasi dan renaissance lemah.

14. Tahun 1927


Bagian utara ruang terbuka yang lebar ditengah esplanade yang berfungsi
sebagai areal olah raga. Fil pertama dipertunjukkan di barak esplanade, hal
ini atas inisiatif seorang juragan perkebunan yang memiliki tiga bioskop
modern pada tahun 1930 an. Setelah tahun 1927, jantung esplanade akhirnya
digunakan sebagai taman.


15. Tahun 1928
Sebagai hasil dari transaksi tanah pada tahun 1919, kawasan kota praja
memperoleh perkebunan tembakau terdahulu polonia ke barak laut Deli
Tahun 1909 B.O.W.J Maatshappij. Saat perluasan Polonia mereka membangun kebun Kota Medan
batas kawasan Polonia terbentuk dari arah barat sungai Deli dan arah timur
Snuyrf mendesain Sungai Babura. Di arah selatan Bandar Udara Polonia dibuka secara resmi
sebuah kantor pos pada tahun 1928 dana seadanya untuk pembangunan bandara didapati dari
inisiatif pribadi dengan cara tradisi kuno Medan, yaitu joint venture masyarakat
baru, pengganti tembakau dengan pemilik kebun karet (D.P.V. dan A.V.R.O.S.). Jalan penting
kantor pos lama utara selatan poloniaweg / Jl. Imam Bonjol, sudah digunakan sejak tahun
1870 sebagai transportasi antara perkebunan tembakau polonia dan kantor
yang dirancang pusat Deli Maattschappij untuk pengangkutan tembakau pelabuhan Deli.
Selain sebagai transportasi sejarah ini desain grid kota dilengkapi sebuah jalan
pada tahun 1879 di arteri utara selatan penting, Manggalaan / Jl. Dipenogoro yang berhubungan
Esplanade. dengan arah selatan dengan jalan timur barat Sultaswe / Jl. Jenderal Sudirman
dan pada arah utara dengan lapangan terbuka di depan komplek Mahkamah
Peradilan yang digunakan pada tahun 30 an sebagai lapangan olah raga
untuk bola kaki dan tennis. Kecuali untuk beberapa jalan sekunder lingkungan
berlokasi di timur barat rencana jalan.
PROFIL KOTA PUSAKA


Akibat depresi ekonomi
pada tahun 30-an, aktivitas
bangunan menjadi lambat.

16. Tahun 1930


Aktivitas baru dimulai ke Sultansweg / Jl. Jend. Sudirman. Akibat depresi
ekonomi pada tahun 30- an, aktivitas bangunan menjadi lambat. Disebutkan
untuk menjaga tata letak kota Polonia Utara, seseorang dapat mengenali
sebuah sambungan daerah yang di utara. Bagian selatan polonia mungkin
didesain oleh perancang kota Thomas Karsten sebagai penasehat bagi lebih
kurang 19 pemerintah kotapraja.

17. Tahun 1950


Hingga tahun 1950-an, seluruh kawasan polonia difungsikan sebagai tipikal
lingkungan perumahan orang Eropa. Beberapa arsitek dari Belanda yang
datang ke Indonesia banyak berperan dalam membentuk kawasan Polonia,
salah satunya diantaranya adalah J.M. Groenewegen. Ia membangun banyak
rumah, rumah sakit Elisabet, sekolah, dan sebuah kolam renang. Pada tahun
1950-an, J.M.Gronewegen menjadi warganegara Indonesia dan bergabung
dengan arsitek Silaban, mereka memiliki kantor di Jakarta (Pasier, 1997).

3.7.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Festival dan Kebudayaan


Pekan Raya Sumatera Utara Ramadhan Fair
Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) Ramadhan Fair adalah acara penting
adalah miniatur Sumatera Utara yang tahunan kota Medan yang dilaksanakan
merupakan Event reguler tahunan setiap bulan puasa dan sudah
terbesar di Sumatera Utara. Event berlangsung sejak 2003 di Taman Sri
ini merupakan ajang promosi seni, Deli Masjid Raya. Acara yang senantiasa
budaya, industri dan bisnis yang ditunggu-tunggu oleh warga kota ini
diikuti oleh kepesertaan dari 33 Kabupaten/Kota (ajungan/paviliun), melibatkan ratusan stand makanan, pameran UMKM, berbagai
BUMN / BUMD, serta pihak swasta / brand. hiburan dan lomba selama satu bulan. Ramadhan Fair ini juga
banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara.
121

Aset Pusaka Budaya


Masjid Raya Al-Mashun Istana Maimun
Masjid ini merupakan peninggalan Istana ini dibangun pada tahun 1888
kerajaan Islam Melayu Deli dan hingga oleh Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa
kini masih menjadi kebanggaan umat Alamsyah yang memerintah dari tahun
Islam Medan. Masjid yang menjadi 1873-1924. Dahulu, Istana Maimun tidak
identitas Kota Medan ini, memang hanya menjadi pusat pemerintahan
bukan sekedar bangunan antik Kesultanan Deli, namun juga sebagai
bersejarah biasa, tetapi juga menyimpan keunikan tersendiri mulai pusat adat dan budaya Melayu, tempat bermusyawarah antar
dari gaya arsitektur, bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama masyarakat dan pusat dakwah Islam. Istana Maimun berarsitektur
hingga ornamen-ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian Melayu, dan bercorak Eropa serta menjadi simbol kemajuan
bangunan tua ini. dan kemakmuran ekonomi, dan pluralisme budaya pada masa
pemerintahan Kesultanan Deli.
Rumah Tjong A Fie
Tjong A Fie merupakan sejarah yang
tak bisa dipisahkan dari Kota Medan. Vihara Gunung Timur
Tokoh multikulturisme yang banyak Vihara Gunung Timur adalah kelenteng
berjasa membangun Medan. Dia Tionghoa (Taoisme) yang terbesar dan
adalah jutawan pertama di Sumatera tertua di Kota Medan. Umumnya umat
yang namanya sangat terkenal sampai Budha bersembahyang ke vihara ini
sekarang walaupun ia sudah wafat pada tahun 1921. Kesuksesannya setiap hari. Vihara ini juga untuk acara
berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para ritual lainnya dalam Agama Budha
pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga saat ini rumah seperti memperingati hari Ulang Tahun SIDHARTA GAUTAMA,
tersebut masih ditempati keluarga Tjong A Fie. Perayaan Imlek dan sebagainya.

Kuil Shri Mariamman


Kuil Shri Mariamman adalah kuil
Hindu tertua di Kota Medan. Kuil
ini dibangun pada tahun 1884
(ada pula yang menyebut 1881)
Aset Pusaka Bertema Kolonial
untuk memuja dewi Kali. Kuil ini
terletak di kawasan yang dikenal Masjid Raya Al-Mashun
sebagai Kampung Keling. Kuil yang menstanakan lima dewa, Masjid ini merupakan
masing-masing Dewa Siwa, Wisnu, Ganesha, Dewi Durga (Kali), peninggalan kerajaan Islam
dan Dewi Aman itu dikelola salah seorang keluarga pemilik Melayu Deli dan hingga kini
perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. masih menjadi kebanggaan
umat Islam Medan. Masjid yang
menjadi identitas Kota Medan ini,
memang bukan sekedar bangunan antik bersejarah biasa, tetapi
juga menyimpan keunikan tersendiri mulai dari gaya arsitektur,
Gereja Katedral Santa Maria bentuk bangunan, kubah, menara, pilar utama hingga ornamen-
ornamen kaligrafi yang menghiasi tiap bagian bangunan tua ini.
Pada awal berdirinya tahun 1879,
Gereja Katedral Medan adalah sebuah
gubuk beratap daun rumbia dan ijuk Gedung Kantor Pos
tempat beribadat puluhan umat Katolik Bangunan ini dibangun pada
(yang mayoritas suku India-Tamil dan tahun 1909-1911 oleh seorang
Belanda). Mulai 30 Januari 1928, Gereja diperluas dengan menambah arsitek bernama Snuyf yang dulu
bagian panti imam, ruang pengakuan dosa serta dengan pelataran merupakan Direktur Jawatan
depan dan menara. Perluasan dan pembangunan permanent pada Pekerjaan Umum Belanda untuk
tahun 1928 tersebut dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Indonesia pada masa Pemerintahan
Mr. Han Groenewegen dan dilaksanakan oleh Mr. Langereis. Hasil dari Belanda. Bangunan ini memiliki nilai sejarah, nilai estetis, nilai
rancangan arsitek dan pelaksanakan tersebut yang dapat dilihat saat sosial, nilai fungsional, dan juga nilai struktural yang tinggi. Itu
ini, yang menjadikan Gereja Katedral di Jl Pemuda No 1 Medan (dikenal sebabnya bangunan ini termasuk bangunan cagar budaya yang
dengan sebutan Gereja Katedral) sebagai salah satu bangunan tua dilindungi oleh Pemerintah Kota Medan dalam bentuk PERDA.
bersejarah dan bernilai arsitek yang tinggi di kota Medan ini.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.8 KOTA
SIBOLGA
Kota Sibolga adalah salah satu kotamadya di provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur
sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan Teluk Tapian
Nauli. Jaraknya ±350 km dari kota Medan (8 jam perjalanan). Pada masa Hindia
Belanda, kota ini merupakan ibukota dari Karesidenan Tapanuli. Setelah masa
kemerdekaan hingga tahun 1998, Sibolga menjadi kotamadya Sibolga.

Penduduk Kota Sibolga berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak


86.519 jiwa yang terdiri atas 43.394 jiwa penduduk laki-laki dan 43.125 jiwa
penduduk perempuan. Kepadatan penduduk Kota Sibolgs tahun 2015
mencapai 8.033 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah
tangga 5 orang. Jika dilihat peranan arikan PDRB pada tahun 2015, terlihat
bahwa sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
motor, pertanian, kehutanan dan perikanan, serta konstruksi menjadi
contributor terbesar yang masing-masing berkontribusi sebesar 23,07%,
22,64%, dan 12,2%.

3.8.1 Sejarah
Kota Sibolga dahulunya merupakan Bandar kecil di Teluk Tapian Nauli dan
terletak di Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari kota Sibolga
yang sekarang ini. Diperkirakan Bandar tersebut berdiri sekitar abad delapan
belas dan sebagai penguasa adalah “Datuk Bandar”.

Kemudian pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, pada abad arikan


belas didirikan Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang, karena Bandar
di Pulau Poncan Ketek dianggap tidak akan dapat berkembang. Disamping
pulaunya terlalu kecil juga tidak memungkinkan menjadi Kota Pelabuhan yang
fungsinya bukan saja sebagai tempat bongkar muat barang tetapi juga akan
berkembang sebagai Kota Perdagangan. Akhirnya Bandar Pulau Poncan Ketek
mati bahkan bekas-bekasnya pun tidak terlihat saat ini. Sebaliknya Bandar Baru
yaitu Kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat menjadi Kota Pelabuhan
dan Perdagangan.

Pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia Kota Sibolga menjadi


ibukota Keresidenan Tapanuli di bawah pimpinan seorang Residen dan
membawahi beberapa “Luka atau Bupati”. Pada zaman revolusi fisik Sibolga
juga menjadi tempat kedudukan Gubernur Militer Wilayah Tapanuli dan
Sumatera Timur Bagian Selatan, kemudian dengan dikeluarkannya surat
keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 102 Tanggal 17 Mei 1946, Sibolga
menjadi Daerah Otonom tingkat “D” yang luas wilayahnya ditetapkan dengan
Sumber: http://kedaipena.com/sibolga-butuh-perluasan-sitahuis-dinilai-cocok/
Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November 1946
123


yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Sedang desa-desa sekitarnya yang
sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Landen menjadi atau masuk
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 Sibolga Dengan


ditetapkan menjadi Daerah Swatantra Tingkat II dengan nama Kotapraja
Sibolga yang dipimpin oleh seorang Walikota dan daerah wilayahnya sama
dikeluarkannya
dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November Peraturan
1946.
Pemerintah Nomor:
Selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor: 18 tahun 1956 Daerah Swatantra 19 Tahun 1979
Tingkat II Kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi Daerah Tingkat II Kota
Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh Undang-Undang tentang pola dasar
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah yang
dipimpin oleh Walikota sebagai Kepala Daerah. Kemudian hingga sekarang
Pembangunan
Sibolga merupakan Daerah Otonom Tingkat II yang dipimpin oleh Walikota Daerah Sumatera
Kepala Daerah.
Utara, Sibolga
Kemudian dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tahun
1979 tentang pola dasar Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Sibolga
ditetapkan Pusat
ditetapkan Pusat Pembangunan Wilayah I Pantai Barat Sumatera Utara. Pembangunan
Perkembangan terakhir yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Daerah Nomor: 4 Tahun 2001, tentang Pembentukan Organisasi Kantor Wilayah I Pantai
Kecamatan, Sibolga dibagi menjadi 4 (empat) Kecamatan, yaitu: Kecamatan
Sibolga Utara, Kecamatan Sibolga Kota, Kecamatan Sibolga Selatan, dan
Barat Sumatera
Kecamatan Sibolga Sambas. Utara.

3.8.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Alam

Pantai Ujung Pantai Pantai Pasir Pantai


Sibolga Poncan Putih Pandan
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Budaya


Tangga Seratus Benteng Ketapang
Tangga Seratus terletak di Jalan Terletak di Kelurahan Sibolga Ilir dan
Sutoyo Siswomiharjo, Kelurahan Pasar terdiri dari enam banteng dan sebuah
Baru. Tangga Seratus ini merupakan lubang yang diduga lubang angin dari
situs yang paling menonjol pada banteng tersebut, Dua terletak di bukit,
peninggalan sejarah dari masa dan tiga lagi di atas bukit ditambah
penjajahan Belanda. Objek ini dikenal sebuah fondasi yang merupakan bekas
dengan nama Tangga Seratus walaupun pada kenyataannya jumlah banteng.
tangga yang ada berjumlah 293 anak tangga. Juga terdapa gua di
lereng bukit di bawah Tangga Seratus. Berbentuk terowongan dan
mempunyai dua pintu yang menghadap kea rah selatan. Dinding Gua Sikaje-kaje
gua terbuat dari batu andesit muda dan selalu lembab karena Gua Sikaje-kaje terletak di lereng Bukit
tetesan air yang berasal dari dinding atas. SIkaje-kaje, Kelurahan Aek Manis. Gua
ini berbentuk terowongan setengah
lingkaran dan mempunyai dua pintu.
Di dalam gua terdapat empat rongga,
Benteng Sihopoh-hopo yang diperkirakan sebagai tempat
Terletak di Kelurahan Aek Manis, banteng ini berbentuk segi empat menginterograsi tawanan pada masa
dan terbuat dari beton cor. Terdapat dua buah pintu masuk ke penjajahan.
dalam Benteng Sihopo-hopo yang terletak di sisi barat dan sisi
timur. DI bagian atas kedua pintu terdapat lubang yang diperkirakan Benteng Simare-mare
sebagai bekas daun pintu. Ruangan dalam terdiri dari dua ruangan Benteng ini terletak di Kelurahan Sibolga Simare-mare. Terdapat dua
dan banteng berbentuk segi empat, masing-masing memiliki tiga banteng dan sebuah lubang angina. Benteng ini terdapat di bawah
buah lubang angin. bukit dan berbentuk persegi panjang yang terbuat dari beton cor.

Aset Pusaka Festival dan Kebudayaan


Pemilihan Ogek Uning Tari Sikambang Saputangan
Disebut Pemilihan Ogek dan Kesenian Sikambang secara umum
Uning karena Kota Sibolga yang mewakili seluruh kesenian yang
merupakan daerah pesisir sehingga berlaku bagi masyarakat Pesisir Pantai
identik dengan adat dan budayanya. Barat Sumatera, mulai dari Meulaboh
Sebutan ogek uning sendiri di Banda Aceh, terus ke Tapanuli,
merupakan sebutan untuk laki-laki Minangkabau dan Bengkulu. Selain di
dan perempuan dalam budaya pesisir. Ajang pemilihan putra-putri Pantai Barat, Sikambang juga berlaku di Pantai Timur kepuluan Nias
pariwisata Kota Sibolga. Dilaksanakan sekitar bulan oktober setiap dan Pulau Telo. Kesenian Sikambang yang bagian pokoknya terdiri
tahunnnya. Ajang ini memilih 12 orang (6 pasang) terbaik dan dari “tari” dan “nyanyi” (seni-tari), mengemban unsur kebudayaan
dibina dalam sanggar seni Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda bernafaskan seni budaya.
Dan Olahraga dengan mendapat fasilitas honoraarium setiap


bulannya.

Mangune Lawik
Mangure Lawik, merupakan tradisi budaya nelayan di Tapanuli
Tengah. Sibolga dan sekitarnya yang dilaksanakan sebagai wujud
rasa syukur sekaligus memanjatkan doa untuk meningkatkan
Tangga Seratus ini
hasil tangkapan, menolak bala, kelestarian laut, dll. Kegiatan
ini juga menjadi sarana untuk menjalin kebersamaan sesama
merupakan situs yang
nelayan. Tradisi Mangure Lawik biasanya dilaksanakan ketika
nelayan akan memulai musim penangkapan ikan. Di Sibolga
paling menonjol pada
dilaksanakan disekitar April, biasanya sekaligus dengan perayaan
hari jadi Kota Sibolga. Kegiatan ini juga dikenal dengan jamu laut
peninggalan sejarah dari
atau Kenduri laut yang dilaksanakan di kawasan Jalan Mojopahit
Aek Habil Kota Sibolga.
masa penjajahan Belanda
3.9 KOTA
125

BUKITTINGGI
Kota ini pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan
mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra. Bukittinggi dikenal sebagai
kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh
pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat
yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik
Indonesia.

Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di


Pulau Sumatera. Pusat perdagangan utamanya terdapat di Pasar Ateh, Pasar
Bawah, dan Pasar Aur Kuning. Bukittinggi juga dikenal sebagai kota wisata
terkemuka dan bersaudara (sister city) dengan Seremban di Negeri Sembilan,
Malaysia. Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah Jam Gadang, yaitu
sebuah menara jam yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol
bagi Bukittinggi.

Jumlah penduduk Kota Bukittinggi tahun 2015 adalah 122.621 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,77 persen per tahun. Kepadatan penduduk
Kota Bukittinggi pada tahun 2015 sebesar 4.858 jiwa/km2. Sektor-sektor yang
sangat dominan sumbangannya terhadap total PDRB Kota Bukittinggi, yaitu
sektor tersier (sektor perdagangan hotel, dan restoran, keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor jasa-jasa.

3.9.1 Sejarah
Secara ringkas perkembangan Kota Bukittinggi dapat dilihat sebagai berikut :
A. Pada Masa Penjajahan Belanda
Semula sebagai Geemente Fort De Kock dan kemudian menjadi
Staadgemente Fort De Kock, sebagaimana diatur dalam Staadblad No. 358
tahun 1938 yang luas wilayahnya sama dengan wilayah Kota Bukittinggi
sekarang.

B. Pada Masa Penjajahan Jepang


Pada masa ini Bukittinggi bernama Shi Yaku Sho yang wilayahnya lebih luas
dari Kota Bukittingggi sekarang ditambah dengan nagari-nagari Sianok,
Gadut, Ampang Gadang, BAtu taba dan Bukit Batabuah.

C. Pada Masa Kemerdekaan Sampai Sekarang


1. Pada masa permulaan proklamasi, luas wilayah Bukittinggi sama seperti
sekarang ini dengan Walikotanya yang pertama yaitu Bermawi Sutan
Rajo Ameh .
2. Kota Bukittinggi dengan ketetapan Gubernur Propinsi Sumatera No.
391 tanggal 9 Juni 1947 tentang pembentukan Kota Bukittinggi sebagai
Kota yang berhak mengatur dirinya sendiri.
Sumber: https://4.bp.blogspot.com/-MYaCnmoH-oI/V3ktAgJS--I/AAAAAAAAAUc/
zYAD53h6e3kRzMxprtPa0JzffEl4N09OACLcB/s1600/JamGadang-Bukittinggi.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA

3. Kota Besar Bukittinggi sebagaimana yang diatur Undang-undang No.


9 tahun 1956 tentang Pembentukan Otonom Kota Besar Bukittinggi
dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah jo Undang-undang Pokok
tentang Pemerintah Daerah No. 22 tahun1960.
4. Kotapraja Bukittinggi, sebagaimana diatur dalam Undang-undang
“Fort de Kock
adalah benteng
Pemerintah Daerah No. 1 tahun 1957 jo. Pen. Prs. No. 6 tahun 1959 jo. peninggalan
Pen. prs. No. 5 tahun 1960.
5. Kotamadya Bukittinggi sebagai mana diatur dalam Undang-undang No.
Belanda yang
5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah Daerah berdiri di Kota
3.9.2 Rajutan Berbagai Pusaka Bukittinggi.
Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya arik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Budaya


Rumah Gadang Jembatan Limpapeh
Rumah Gadang atau Rumah Godang Jembatan Limpapeh merupakan
adalah nama utuk rumah adat sebuah jembatan gantung yang
Minangkabau yang merupakan melintas di atas Jl. Ahmad Yani
rumah tradisional, dan ada juga yang Bukittinggi, yang menghubungkan
menyebutnya Rumah Bagonjong, kawasan Benteng Fort de Kock
Rumah Baanjuang. Rumah dengan dan Taman Margasatwa dan
model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Budaya Kinantan. Jembatan Limpapeh yangdibuat 16 tahun
Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) boleh lalu ini ditopang ditengahnya oleh bangunan beton beratap
didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki gonjong khas Minangkabau, serta oleh empat kabel baja tempat
setatus nagari Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun bergelantungnya kawat-kawat baja yang memegang jembatan.
diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum Bentangan Limpapeh yang memiliki panjang 90 meter dan lebar
tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari 3,8 meter, Jembatan dengan kawat-kawat baja yang memegangi
dan kepada perempuan pada kaum tersebut. batang jembatan, serta pelat-pelat alumunium pada permukaan
jembatan yang masih terlihat baru dan rapi.
Jam Gadang
Jam Gadang adalah nama untuk Benteng Fort de Kock
menara jam yang terletak di pusat Fort de Kock adalah benteng
kota Bukittinggi. Menara jam ini peninggalan Belanda yang berdiri
memiliki jam dengan ukuran besar di di Kota Bukittinggi. Benteng ini
empat sisinya sehingga dinamakan didirikan oleh Kapten Bouer pada
Jam Gadang, sebutan bahasa tahun 1825. Benteng yang terletak
Minangkabau yang berarti “jam di atas Bukit Jirek ini digunakan
besar”. Selain sebagai pusat penanda oleh Tentara Belanda sebagai kubu
kota Bukittinggi, Jam Gadang juga pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak
telah dijadikan sebagai objek wisata dengan diperluasnya taman meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Di sekitar
di sekitar menara jam ini. Taman tersebut menjadi ruang interaksi benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke
masyarakat baik di hari kerja maupun dihari libur. Acara-acara yang 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh
sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.
menara jam ini.
127

Aset Pusaka Bertema Kolonial


Bangunan Sekolah Rajo Kompleks Kantor Kodim
(SMU/SMAN 2 Bukittinggi) 03/04 Agam
Kompleks bangunan Kodim umumnya
Sekolah Rajo didirikan oleh
dulu merupakan tangsi dan barak
Pemerintah Kolonial Belanda pada
militer Belanda dengan tahun
tanggal 1 Maret 1873 dengan tujuan
pembangunan yang bervariasi (1862-
untuk menghasilkan guru yang
1889). Sedangkan Kantor Kodim sendiri
bermutu. Pada tahun 1878, Sekolah Rajo dipindahkan ke gedung
dibangun tahun 1889 dan pernah dipakai sebagai kantor KNIL
baru, yaitu gedung yang sekarang menjadi SMA 2 Bukittinggi.
Belanda. Pada masa perjuangan (1945-1947) pernah difungsikan
Direktur pertama Sekolah Rajo bernama G. Van der Wijk yang
sebagai Sekolah Opsir/kadet Divisi IX Banteng. Selanjutnya,
kemudian diganti oleh J. Van der Toorn hingga tahun 1895.
berturut-turut berfungsi sebagai markas Batalyon B/132, Kantor
Eks Bangunan Kantor Korem 032, dan terakhir sebagai Kantor Kodim 0304/Agam.
Depdikbud Kompleks bangunan Kodim terdiri atas Kantor Kodim, gudang
(logistik dan amunisi), asrama Kodim, dan rumah dinas perwira.
Pertama kali didirikan gedung ini
digunakan sebagai tempat tinggal Bangunan SMP 1
Kepala Sekolah Kweekshcool. Pasca
kemerdekaan, sebelum menjadi Tidak ada keterangan yang jelas
Kantor Dikbud, bangunan ini berturut-turut menjadi kantor mengenai riwayat bangunan ini, tetapi
DPRD, Kantor Pajak, dan IKIP Bahasa Inggris dan Arab (sebelum dilihat dari bentuk arsitekturnya tampak
dipindahkan ke Padang). Secara umum bangunan tersebut bahwa bangunan ini mewakili gaya
belum banyak berubah, hanya beberapa bagian yang mengalami yang khas pada masa kolonial yang
penambahan bangunan. ditunjukkan pada bangunan tembok yang kokoh dan balok-balok
kayu yang besar serta ukuran pintu dan jendela yang relatif besar
Kompleks Kantor Polres pula. Sampai sekarang bangunan ini masih berfungsi sebagai
Agam (Polres Bukittinggi) sekolah (SMP 1). Bangunan yang berada di kompleks ini terdiri dari 3
Kompleks Polres Bukittinggi dibangun blok bangunan. Bangunan utamanya berada di tengah-tengah yang
pada tahun 1872 ini dulunya dipakai dipergunakan sebagai ruang belajar mengajar. Dua buah bangunan
sebagai sekolah dan tempat tinggal lain merupakan bangunan tambahan yang dibuat tahun 1985 yang
guru-guru Belanda dan asrama siswa difungsikan sebagai ruang majelis guru dan ruang tata usaha.
pada masa berdirinya Kweekschool. Pasca kemerdekaan, fungsinya
beralih menjadi kantor Mobile Brigade (Mobrig), setelah itu Mobile
Gereja Katolik
Brigade(Brimob). Setelah Brimob pindah ke Padang, selanjutnya
bangunan ini dipakai sebagai Kantor Polres Agam yang membawahi Pada tahun 1926 ketika Kota Bukittinggi
Kab. Agam dan Kota Bukittinggi. terkena bencana gempa tektonik
yang mengakibatkan beberapa
Enzibang 5/1 Bukit Barisan bangunan hancur, termasuk Gereja
Bangunan ini diperkiran awalnya berfungsi sebagai asrama perwira Katholik ini. Pada tahun 1928, gereja
Tentara Kolonial Belanda. Bangunan dengan arsitektural kolonial ini dibangun kembali dan diresmikan
sangat jelas dari bagian façade. Bangunan ini terdiri dari 5 unit pada tanggal 4 April 1929. Pada masa
bangunan, tiap ruangan dipisahkan oleh sebuah pintu yang pendudukan Jepang gereja ini pernah
berukuran cukup besar. Arsitektur yang terdapat pada bangunan beralih fungsi sebagai gedung DPRD
ini yaitu perpaduan kolonial- tradisional antara lain, jendela dan bentukan Jepang. Bangunan yang ada sekarang ini merupakan hasil
pintu merupakan ciri khas arsitektur kolonial, besar dan lebar serta pembangunan yang ketiga tersebut, yaitu pada tahun 1928. Sampai
ventilasi banyak. Jendela dan pintu terbuat dari bahan kayu, atap sekarang bangunan ini masih berfungsi sebagai gereja Katholik.
seng, dinding beton, lesplang bermotif tradisonal. Denah bangunan
empat persegi panjang.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Bertema Kolonial


Rumah Bekas Kepala Stasiun Villa Cepang-Cepang
Riwayat bangunan ini tidak diketahui Rumah ini tidak diketahui masa pembangunannya. Akan tetapi, dari
dengan pasti, tapi Bangunan namanya dapat diketahui bahwa rumah ini dulunya dipakai sebagai
ini pernah difungsikan sebagai tempat peristirahatan orang Belanda. Rumah ini pernah juga dipakai
penginapan (Hotel Neo Dharma) sebagai kantor Veteran. Bangunan rumah ini terdiri dari 4 buah
sesuai dengan inskripsi yang terdapat kamar dan satu ruang tamu. Di bagian belakang bangunan rumah
di bagian gable. Sesudah dijadikan terdapat bangunan berupa sekat-sekat kamar. Kondisi bangunan
sebagai Hotel Neo Dharma, bangunan ini dijadikan sebagai Rumah kurang terawat, kerusakan banyak terjadi di bagian lantai, plafon,
Dinas Kepala Stasiun Kereta Api Bukittinggi. Pasca penutupan jalur dan tembok.
kereta Api Padang Panjang-Bukittinggi, bangunan ini ditempati oleh
Keluarga Ali Amran. Sejak tahun 2000-an bangunan ini digunakan
sebagai mess bagi karyawan sebuah perusahaan perdagangan.

Gereja Protestan Studio Foto Agam


Gereja ini dibangun sekitar tahun Rumah merupakan bekas
1901 oleh bangsa Belanda. Dengan rumah orang Belanda dan
demikian, dapat disimpulkan sekarang ini ditempati oleh
bahwa sejak kedatangan Belanda di keluarga Hajjah Raji’ah
Bukittinggi mereka telah menganut untuk keperluan Studio
dua agama, yaitu Kristen Katholik Foto “Agam”. Riwayat
dan Kristen Protestan. Bangunan ini mempunyai dua buah menara pembangunan toko ini
yang terletak di kanan dan kiri bangunan. Gereja Protestan ini tidak diketahui dengan
bentuknya tidak mengalami perubahan yang berarti, hanya pasti. Rumah ini merupakan
pergantian komponen bangunan, seperti penambahan lapisan rumah tembok yang beratapkan seng yang mencirikan bangunan
porselen pada bagian depan yang semula hanya berupa tembok awal abad ke 20-an. Pada bagian muka bangunan terdapat satu
biasa tahun 1989- 1993. buah pintu dan dua jendela berbentuk lengkung.

Aset Pusaka Bertema Perjuangan Kemerdekaan Aset Pusaka Bertema Penjajahan Jepang

Hotel Centrum (Pos dan Giro) Cerobong Asap


Riwayat pembangunannya tidak Bangunan ini dibangun pada
diketahui dengan pasti, namun tahun 1928 dan berfungsi sebagai
pernah digunakan sebagai Hotel tempat pembakaran sampah.
Centrum sekitar tahun 1900-an, Pada saat pemerintahan kolonial
kemudian sebagai kantor sementara Jepang (Take-koshi) digunakan
Pos dan Giro Bukittinggi. Dalam untuk pembakaran bata. Bangunan
catatan sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, hotel ini ini terbuat dari semen berdenah empat persegi panjang dan
dihubungkan dengan peristiwa insiden tiga orang anggota bentuknya seperti tugu dengan tinggi ± 16 m dan ber-ukuran
NICA dari Pekanbaru yang mengatasnamakan Sekutu mencoba 2,10 x 2,10 meter. Bangunan ini terdiri dari 4 bagian/tingkat
menaikkan bendera Belanda di Stasiun Kereta Api Bukittinggi. (seperti bangu-nan Jam Gadang) dan di bagian atasnya
Akan tetapi, tindakan itu dapat dihalangi oleh para pemuda terdapat cerobong yang berfungsi untuk mengeluarkan asap di
(pejuang) sehingga bendera Merah Putih tetap berkibar. saat terjadi proses pembakaran sampah.

Istana Bung Hatta Lubang Jepang


Riwayat pembangunan gedung Lubang Jepang merupakan
ini tidak diketahui dengan pasti. sebuah terowongan (bunker)
Sebelum diubah menjadi Istana perlindungan yang dibangun
Kepresidenan (Bung Hatta), tentara pendudukan Jepang
bangunan ini bernama Gedung sekitar tahun 1942 untuk
Negara Triarga. Sekarang gedung kepentingan pertahanan.
ini berfungsi sebagai rumah tamu negara bila berkunjung ke Sebelumnya, Lubang Jepang dibangun sebagai tempat
Bukittinggi. Pertamakali dilakukan rehabilitasi pada tahun 1961. penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang,
Sekitar 1980-an terjadi penggantian plafon, ruang dalam yang dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan
semula ada bagian yang terbuka berfungsi sebagai taman berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah
kemudian ditutup dengan membuatkan atap berbentuk joglo, ruangan khusus terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah
sedangkan taman yang terdapat dibawahnya tidak ada lagi ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang
karena sudah menyatu dengan lantai ruangan-ruangan lain. senjata.
129
Aset Pusaka Festival Kebudayaan

Tari Piring Tari Payung


Tarian ini dimainkan dengan T ari Payung tarian yang melambangkan
menggunakan piring sebagai kasih sayang biasanya dilakukan 3-4 orang
media utama. Piring-piring penari, dilakukan secara berpasangan antara
tersebut kemudian diayun pria dan wanita. Tarian ini mencerminkan
dengan gerakan-gerakan cepat pergaulan muda-mudi, sehingga
yang teratur, tanpa terlepas penggunaan payung itu bertujuan untuk
dari genggaman tangan. Tari melindungi mereka dari hal-hal negatif wujud perlindungan dan kasih
Piring merupakan sebuah simbol masyarakat Minangkabau. sayang seorang kekasih kepada pasangannya atau suami kepada istrinya
Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri daripada langkah- dalam membina kehidupan rumah tangga agar selalu bahagia sentosa.
langkah Silat Minangkabau atau Silek. Tarian ini dilambangkan dengan property berupa payung untuk pria dan
selendang untuk wanita.

Aset Pusaka Alam


Bentukan alam yang istimewa. Bentukan bentukan alami tersebut mempunyai
karakter yang khas saling berhubungan dan terus berkembang. Pusaka alam
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia
sehingga sudah selayaknya apabila pelestarian alam terus dilakukan.
“Pusaka alam
mempengaruhi
kehidupan manusia
secara langsung
maupun tidak
langsung, sehingga
butuh pelestarian
alam yang terus
menerus

Lembah Ngarai Sianok


Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal)—yang dialiri Batang
perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang
Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok airnya jernih. Di zamankolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai
karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang
sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke hidup bebas di dasar ngarai ini.
nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh. Ngarai
Sianok memiliki pemandangan yang sangat indah dan juga menjadi Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak
salah satu objek wisata andalan provinsi. yang disaranai oleh suatu organisasi olahraga air “Qurays”. Rute yang
ditempuh adalah dari nagari Lambah sampai jorong Sitingkai nagari
Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai
sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna
dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa,
memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding babi hutan, macan tutul, dan juga tapir.
yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—
PROFIL KOTA PUSAKA

3.10 KOTA
PADANG
Kota ini merupakan pintu gerbang barat Indonesia dari Samudra Hindia.
Padang merupakan pusat pendidikan dan kesehatan di wilayah Sumatera
bagian tengah, ditopang dengan keberadaan sejumlah perguruan tinggi
dan fasilitas kesehatan. Sebagai kota seni dan budaya, Padang dikenal
dengan legenda Malin Kundang dan Sitti Nurbaya, dan setiap tahunnya
menyelenggarakan berbagai festival untuk menunjang sektor kepariwisataan.
Di kalangan masyarakat Indonesia, nama kota ini umumnya diasosiasikan
dengan etnis Minangkabau dan masakan khas mereka yang umumnya dikenal
sebagai masakan Padang.

Pada tahun 2015, penduduk Kota Padang mencapai 902.413 jiwa, naik
sejumlah 12.767 jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya
pun bertambah dari 1.280 jiwa/km2 menjadi 1.299 jiwa/km2. Struktur
perekonomian Kota Padang pada tahun 2015 ini didominasi oleh sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dengan sumbangannya sebesar
16,86 persen kemudian diikuti oleh sektor Transportasi dan Pergudangan
dengan konstribusi sebesar 16,10 persen.

3.10.1 Sejarah
Kota Padang merupakan salah satu kota tertua di pantai barat Lautan Hindia.
Hari jadi Kota Padang telah ditetapkan oleh Pemerintah pada tanggal 7
Agustus 1669. Penetapan ini sesuai dengan Momen penyerbuan yang heroik
oleh para pejuang ke Loji Belanda di Muara Padang ketika itu hingga loji
tersebut hangus terbakar.

Sesuai sejarah pada awal nya (sebelum abad ke-17) Kota Padang dihuni oleh
para nelayan, petani garam, dan pedagang. Ketika itu Padang belum begitu
penting karena arus perdagangan orang Minangkabau lebih mengarah ke
pantai timur, melalui sungai-sungai besar yang berpangkal dari Gunung
Merapi, tempat pemukiman mereka. Namun sejak Selat Malaka tidak lagi
aman dari persaingan dagang yang keras oleh bangsa asing seperti Portugis,
Spanyol, Inggris, Belanda, Malaka, Kerajaan Aceh, serta banyaknya peperangan
dan pembajakan, maka arus perdagangan berpindah ke pantai barat Pulau
Sumatera.

Suku Aceh adalah kelompok pertama yang datang setelah Malaka ditaklukkan
oleh Portugis akhir abad ke XVI. Sejak saat itu Pantai Tiku, Pariaman, dan
Indrapura yang dikuasai oleh raja-raja muda wakil Kerajaan Pagarruyung
berubah menjadi pelabuhan-pelabuhan penting karena posisinya dekat
dengan sumber-sumber komoditi seperti lada, cengkeh, buah pala, dan emas.

131

Pada tanggal 20 Mei 1784 Belanda menetapkan


Padang sebagai pusat kedudukan dan
perdagangannya di Sumatera Barat
Kemudian Belanda datang mengincar Padang karena mempunyai Muara yang
bagus dan cukup besar serta udara yang nyaman. Pada tahun 1660 Belanda
berhasil secara halus memaksakan kehendaknya lewat perjanjian dengan raja-
raja muda tersebut untuk mengusir Aceh dari Muara Padang yang mulai lemah
sejak kematian Sultan Iskandar Muda. Belanda bahkan diizinkan membuat
kantor dagangnya di Padang. Mata uang Belanda digunakan pula sebagai alat
tukar yang sah. Dilain pihak, orang Aceh yang mulai terdesak menyingkir ke
pedalaman. Pada tahun 1667 Belanda membuat loji yang berfungsi sebagai
gudang sekaligus tangsi, kemudian daerah sekitarnya dikuasai pula demi
alasan keamanan. Daerah pinggir utara Batang Arau kian lama kian ramai
oleh kantor, gudang, dan pemukiman. Selanjutnya Belanda membuat daerah
pemisah antara pemukiman mereka dengan rakyat. Belanda menempati
Muara bertetangga dengan suku China, kemudian Keling, baru terakhir
penduduk asli.

Dalam rentetan sejarah selanjutnya walaupun tidak mudah, Belanda berhasil


menguasai daerah ini melalui politik devide et impera–nya (adu domba)
terhadap raja raja muda tersebut. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1784 Belanda
menetapkan Padang sebagai pusat kedudukan dan perdagangannya di
Sumatera Barat. Kemudian Kota Padang semakin ramai saja setelah adanya
Pelabuhan Teluk Bayur, pabrik Semen ( Padang), Tambang Batu Bara (
Sumber: https://i.ytimg.com/vi/wQzJEgoN0f8/maxresdefault.jpg
Sawahlunto), dan dibangunnya jaringan kereta api.

Berbeda dengan Belanda yang meninggalkan bekas penjajahan dalam bentuk


bangunan kolonial, kehadiran Aceh di Kota Padang justru melahirkan budaya
Urang Padang yang agak khas di tengah Masyarakat Minangkabau lainnya.
Bentuk rumah adat tradisi Padang lebih mirip dengan rumah tradisional Aceh
sehingga disebut dengan nama Rumah Gadang Serambi Aceh. Pengaruhnya
lainnya terlihat pula pada atribut pakaian pengantin, gelar adat seperti Marah,
Sutan yang nyaris tidak dikenal di pedalaman Minangkabau. Namun akibat
urbanisasi orang Minangkabau dari segala pelosok ke Kota Padang, nuansa
ke Minangkabauannya tetap dapat dirasakannya meskipun bentuknya lebih
modern.

3.10.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya arik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Budaya


Batu Malin Kundang Rumah Gadang
Batu Malin Kundang adalah relief Rumah Gadang atau Rumah Godang
batu berupa pecahan kapal dan adalah nama utuk rumah adat
seseorang yang disebutkan sebagai Minangkabau yang merupakan
Malin Kundang tertelungkup di rumah tradisional, dan ada juga yang
pesisir Pantai Air Manis, Kota Padang. menyebutnya Rumah Bagonjong,
Keberadaan Batu Malin Kundang telah Rumah Baanjuang. Rumah dengan
mempopulerkan Pantai Air Manis, tempat latar legenda sebagai model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia.
salah satu daya tarik wisata di Padang. Relief pada Batu Malin Namun tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) boleh
Kundang sendiri dikerjakan pada 1980-an, hasil karya Dasril Bayras didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah
bersama Ibenzani Usman. memiliki setatus nagari Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya
dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/
Museum Adityawarman kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan
Sebagai museum budaya, Museum diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut.
Adityawarman menyimpan
dan melestarikan benda-benda
Masjid Raya Ganting
Mulai dibangun pada tahun1805,
bersejarah, seperti cagar budaya
masjid ini tercatat sebagai masjid
Minangkabau dan sekitarnya beserta
tertua di Padang dan salah satu
beberapa cagar budaya nasional.
yang tertua di Indonesia serta telah
Salah satu di antaranya adalah
menjadi cagar budaya. Masjid yang
bangunan yang berarsitektur Minang,
pembangunannya melibatkan
bernama Rumah Bagonjong atau
beragam bangsa ini menjadi pusat
Baanjuang. Koleksi utama yang terdapat di Museum Adityawarman
pergerakan reformasi Islam di daerah tersebut pada abad ke-19,
dikelompokkan ke dalam sepuluh macam jenis koleksi, meliputi
dan presiden pertama Indonesia, Soekarno, pernah mengungsi
geologika/geografika, biologika, etnografika, arkeologika, historika,
ke masjid ini pada masa perjuangan kemerdekaan. Masjid ini
numismatika / heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan
termasuk bangunan yang tetap utuh setelah gelombang tsunami
teknalogika. Koleksi lain yang dimiliki oleh museum ini adalah
menerjang kota Padang dan sekitarnya akibat gempa bumi tahun
benda purbakala peninggalan Kerajaan Dharmasraya, yaitu berupa
1833, walaupun mengalami kerusakan cukup berarti akibat gempa
duplikat patung Bhairawa dan patung Amoghapasa.
tahun 2005 dan 2009.

Aset Pusaka Alam Aset Pusaka Festival dan Kebudayaan


Tari Piring
Tarian ini dimainkan dengan
menggunakan piring sebagai
media utama. Piring-piring
tersebut kemudian diayun
dengan gerakan-gerakan cepat
yang teratur, tanpa terlepas
dari genggaman tangan. Tari
Piring merupakan sebuah simbol masyarakat Minangkabau.
Pantai Air Air Terjun Lembah Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri daripada langkah-
Manis Anai langkah Silat Minangkabau atau Silek.

Kesenian Randai
Randai adalah kesenian (teater)
khas masyarakat Minangkabau
yang dimainkan oleh beberapa
orang (berkelompok atau
beregu). Cerita dalam randai
selalu mengangkat cerita
rakyat Minangkabau. Biasanya
Pantai Pulau randai dimainkan pada perayaan pesta, seperti: pernikahan,
Muara Pisang pengangkatan penghulu atau pada hari besar tertentu.
133

Aset Pusaka Bertema Kolonial


Gedung Kantor Detasemen Gedung Geo Wehry and Co
TNI AD Gedung ini berdiri sekitar tahun 1926
Gedung ini merupakan peninggalan yang dirancang oleh Ir. FJL Ghijsels
zaman kolonial Hindia Belanda yang (AIA Bureau). Geo Wehry and Co
digunakan sebagai kantor, rumah sebagai perusahaan terkenal, juga
tinggal dan gudang. Terdiri dari 3 memiliki beberapa kantor-kantor
bangunan. Dua bangunan persis di lainnya untuk mengurusi keuangan,
tepi jalan dan satunya berada di belakang gedung kantor ini. Saat ini perdagangan, distribusi dan administrasi perusahaan. Gedungnya
gedung ini berada di Detasemen Pembekalan dan Angkatan 1-44-05 yang di Padang merupakan cabang perusahaan yang berpusat
TNI AD. Namun, sayangnya gedung yang digunakan sebagai kantor di Batavia. Sayangnya gedung ini kurang terawat dan saat ini
ini mengalami kerusakan parah akibat gempa tahun 2009 lalu. digunakan sebagai gudang oleh PT. Panca Niaga. Di depan gedung
ini juga terdapat pedagang kki lima yang menambah kesan kumuh
Gedung Eks PT. Surya Sakti di bangunan ini.
Bersebalahan dengan gedung Kantor
Detasemen TNI AD terdapat satu
bangunan yang merupakan salah Gedung Bank
satu gedung yang memiliki arsitektur Mandiri Muaro
kolonial bergaya art deco. Terlihat Gedung ini dulu bernama
jelas dari bentuk pintu, jendela, Gedung Nederlandsch
dan dinding depannya. Gedung ini sudah ditetapkan sebagai Indische Escompto
cagar budaya Kota Padang. Kemungkinan gedung ini dibangun Maatschappij atau
sekitar akhir abad ke-19 yang memiliki panjang 18 meter dan disingkat NIEM adalah
lebar 12 meter. Dahulu digunakan sebagai kantor dan gudang saat salah satu bank yang
pemerintahan HIndia Belanda. Sekitar tahun 1950-an bangunan ini beroperasi pada zaman
dimiliki oleh PT. Surya Sakti kemudian dibeli oleh Dr. T. D. Pardede. penjajahan Kolonial Hindia
Belanda. NIEM ini didirikan tahun 1857- 1958 di Batavia. Pada 1949
berubah nama menjadi Escomptobank NV. Escomptobank NV
Kerambia Café
Gedung ini dulunya merupakan menjadi bank terbesar kedua setelah Java Bank (1857) di Batavia.
gudang milik PT. Pataka KArya S Ban ini diambil alih oleh Pemerintah RI. Tahun 1960 nama bank
dan PT Amindo Corp namun saat ini ini diganti menjadi Bank Dagang Negara (BDN) yang kemudian
digunakan menjadi tempat hangout melebur Bersama Bank Eksim (Nederlandsche Handel Maatschapij)
dan kafe. . Pada dindind pintu depan dan Bank Bumi Daya (Nederlandse Handels Bank) menjadi Bank
kiri kanan terdapat inskripsi yang Mandiri KCP Padang Muaro hingga saat ini.
menerangkan bangunan ini dibangun oleh Bouwk Bureau (biro)
bernama sitsen en Lauzada. Dibangun tahun 1933 seperti tulisan
inskripsi, De Eeerste Steen Geleid op 14 Agustus 1933 door Tilly Gedung Pa-
Hazevoet. Yang menarik dari bangunan ini yaitu di bagian depan kiri dangsche
kanan, terdapat beberapa cerukan yang berfungsi sebagai parkirnya Spaarbank
sepeda atau kereta angina. Gedung ini menjadi
salah satu dari 74
Gedung Bank Indonesia bangunan yang
dijadikan Pemerintah
Muaro Padang Kota Padang sebagai
Dulu gedung ini bernama De Javasche benda bersejarah
Bank dan eks Gedung Bank Indonesia yang dilindungi
Pada yang didirikan pada tahun berdasarkan SK No. 6/
1830 dan telah ditetapkan sebagai BCB- TB/A/01/2007.
bangunan cagar budaya. Gedung ini merupakan gedung perbankan Gedung ini dibangun pada tahun 1908. Dulu pernah digunakan
cabang yang ketiga setelah Surabaya dan Semarang dan pertama di sebagai Kantor Bank Tabungan Sumatera Barat sebelum direnovasi
luar Jawa. Sekarang bangunan ini oleh pihak Bank Indonesia Cabang pada tahun 1992. Sempat juga difungsikan menjadi homestay. Saat
Padang dijadikan sebagai museum dan kantor Bank Indonesia ini keadaan gedung tersebut sebagian besar terbengkalai, kumuh
Cabang pindah ke Jalan Sudirman, Padang. dan banyak yang rusak pasca gemoa tahun 2009 silam.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.11 KOTA
LUBUKLINGGAU
Secara geografi, Kota Lubuklinggau memiliki posisi strategis pada jalur
transportasi lintas Sumatera. Jumlah penduduk Kota Lubuklinggau tahun
2014 sebanyak 216.270 jiwa. Adapun jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak
219.471 jiwa atau meningkat 1,48 persen dari tahun 2014. Struktur ekonomi
Kota Lubuklinggau, sesuai dengan ciri perekonomian daerah urban/perkotaan,
didominasi oleh sektor tersier. Sektor tersier tahun 2015 memberikan
kontribusi 60,83 persen terhadap pembentukan PDRB daerah ini. Kontribusi
tersebut berasal dari kategori perdagangan , transportasi dan pergudangan
sebesar 24,42 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum serta
informasi dan komunikasi sebesar 4,98 persen, real estate sebesar 8,15 persen,
administrasi pemerintah sebesar 3,49 persen, serta jasa perusahaan sebesar
1,14 persen dan jasa-jasa lainnya sebesar 12,96 persen.

3.11.1 Sejarah
Tahun 1929 status Lubuklinggau adalah sebagai Ibu Kota Marga Sindang
Kelingi Ilir, dibawah Onder District Musi Ulu. Onder District Musi Ulu sendiri
ibu kotanya adalah Muara Beliti.Tahun 1933 Ibukota Onder District Musi Ulu
dipindah dari Muara Beliti ke Lubuklinggau. Tahun 1942- 1945 Lubuklinggau
menjadi Ibukota Kewedanaan Musi Ulu dan dilanjutkan setelah kemerdekaan.
Pada waktu Clash I tahun 1947, Lubuklinggau dijadikan Ibukota Pemerintahan
Provinsi Sumatera Bagian Selatan. Tahun 1948 Lubuklinggau menjadi Ibukota
Kabupaten Musi Ulu Rawas dan tetap sebagai Ibukota Keresidenan Palembang.
Pada tahun 1956 Lubuklinggau menjadi Ibukota Daerah Swatantra Tingkat II
Musi Rawas. Tahun 1981 dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 tanggal 30 Oktober 1981 Lubuklinggau ditetapkan statusnya
sebagai Kota Administratif. Tahun 2001 dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 Lubuklinggau statusnya
ditingkatkan menjadi Kota. Pada tanggal 17 Oktober 2001 Kota Lubuklinggau
diresmikan menjadi Daerah Otonom.

Pembangunan Kota Lubuklinggau telah berjalan dengan pesat seiring


dengan segala permasalahan yang dihadapinya dan menuntut ditetapkannya
langkah-langkah yang dapat mengantisipasi perkembangan Kota, sekaligus
memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Untuk itu
diperlukan Manajemen Strategis yang diharapkan dapat mengelola dan
mengembangkan Kota Lubuklinggau sebagai kota transit ke arah yang
lebih maju menuju Kota Metropolitan. Kota Lubuklinggau terletak pada
posisi geografis yang sangat strategis yaitu di antara provinsi Jambi, Provinsi
Bengkulu serta ibu kota provinsi Sumatera Selatan (Palembang) dan
merupakan jalur penghubung antara Pulau Jawa dengan kota-kota bagian
utara Pulau Sumatera.
Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcReX5C7LmKulDD_
sqfSXFyR1HTzrO9A1KH_hDlc70T0_VRVfRXMKA
135
3.11.2 Rajutan Berbagai Pusaka
Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya arik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Budaya


Museum Subkoss Garuda Situs Ulak Lebar
Sriwijaya Di situs yang berada di kaki Bukit
Museum ini berlokasi di Jalan Subkoss Sulap ini terdapat sebuah benteng
NO. 1 – 2. Di dalam bangunan tanah yang letaknya di antara Sungai
museum ini dapat ditemui berbagai Kelingi dan Sungai Ketue. Benteng
macam koleksi sejarah yang terkait ini berupa gundukan tanah yang
dengan masa peperangan. Terdapat membentang di sisi barat dan
sekitar 184 benda-benda bersejarah, di antaranya berupa senjata- timurnya, sedangkan pada sisi utara dan selatannya berbatasan
senjata perang, namun ada juga sarana transportasinya seperti langsung dengan Sungai Kelingi dan Ketue yang bertebing curam.
mobil jeep dan lokomotif kereta api bahkan senjata tradisional Tinggalan kepurbakalaan disitus ini yang ditemukan dari hasil
berupa tombak. observasi, ada tiga macam yaitu tradisi megalitik berupa menhir,
benteng alam (bangunan pertahanan dari tanah), dan pecahan-
Rumah Adat Kota pecahan gerabah dan keramik asing.
Lubuklinggau
Rumah Limas merupakan rumah
tradisional khas Provinsi Sumatera
Selatan, termasuk di Lubuklinggau. Aset Pusaka Festival & Kebudayaan
Rumah adat di Lubuklingau ini Upacara Adat Mandi Kasai
berbentuk limas. angunannya Tradisi menjelang pernikahan yang
bertingkat- tingkat dengan filosofi budaya tersendiri untuk dilakukan oleh masyarakat Lubuk
setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai Linggau adalah Mandi Kasai. Tradisi
bengkilas. Rumah Limas sangat luas dan seringkali digunakan Mandi Kasai dilakukan dengan
sebagai tempat berlangsungnya hajatan atau acara adat. memandikan sepasang kekasih di
sungai yang disaksikan oleh teman
dan kerabat mereka. Tradisi ini mempunyai dua makna, pertama
adalah sebagai pertanda sepasang kekasih calon pengantin akan
meninggalkan masa remaja dan memasuki kehidupan berumah
tangga. Makna kedua, Mandi Kasai akan membersihkan jiwa dan
raga sepasang kekasih yang akan menikah.

Aset Pusaka Alam


Air Terjun Watervang
Air Terjun Temam Air Terjun Watervang yang merupakan
Air Terjun Temam memiliki ketinggian salah satu bangunan berupa
sekitar 12 m dan lebar 25 m. Lokasinya bendungan peninggalan Belanda. Air
dikelilingi batu-batuan alam serta terjun atau bendungan Watervang
pepohonan yang hijau dengan kondisi ini di bangun pada masa penjajahan
lingkungan alam yang masih alami. Belanda tepatnya pada tahun 1941 di
Air terjun ini berada di aliran Sungai lahan seluas kurang lebih 8.000 hektar. Aliran air yang ada di air terjun
Temam. Di atas air terjun ini terdapat jembatan gantung yang Watervang, merupakan aliran dari sungai kelingi yang kemudian akan
melintang sepanjang 100 m sehingga pengunjung dapat melihat air mengairi beberapa sektor pertanian di kecamatan Tugu Mulyo hingga
terjun dari atas hanya dalam jarak sekitar 50 m. ke Megang Sakti yang ada di Kabupaten Musi Rawas.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.12 KOTA
PALEMBANG
Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan kota perdagangan. Posisi
geografis Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi dan tidak jauh dari
Selat Bangka. Hal ini menjadi anugerah alam yang sangat menguntungkan.
Walaupun tidak berada di tepi laut, Kota Palembang mampu dijangkau oleh
kapal-kapal dari luar negeri. Terutama dengan adanya Dermaga Tangga
Buntung dan Dermaga Sei Lais. Selain itu, Kota Palembang terkenal sebagai
kota tua, yang pernah menjadi pusat pendidikan agama Budha. Dahulunya,
sebuah kerajaan jaya bernama ‘Sriwijaya’ berada di kota ini. Masih banyak
peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersebar di seluruh kota dan sekitarnya,
dan situs-situs ini masih belum terurus, seperti Beteng Kuto Besak yang
bahkan menjadi polemik karena dijadikan tempat perniagaan.

Penduduk Kota Palembang berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015


sebanyak 1.580.517 jiwa yang terdiri atas 791.943 jiwa penduduk laki-laki dan
788.574 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kota Palembang
tahun 2015 mencapai 3.945 jiwa/km2. Berdasarkan harga berlaku dengan
migas, terdapat tiga sektor yang memberikan sumbangan terbesar adalah
sektor industri pengolahan, diikuti oleh sektor konstruksi perdagangan besar
dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor meningkat sebesar 1,26%.
Sedengakan sektor industri pengolahan dan konstruksi menurun masing-
masing 0,31% dan 1,13%.

3.12.1 Sejarah
Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya
1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti
Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat
itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal
sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air,
bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun
rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 %
tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan
karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan
kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata
tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya
tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam
air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang,
lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu
tempat yang digenangi oleh air.

Sumber: https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/sumatera-selatan/jembatan-
ampera-kemegahan-simbol-kota-palembang.html
137

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal
mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat
vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang
tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu
jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:
t 5BOBIUJOHHJ4VNBUFSBCBHJBO#BSBU ZBJUV1FHVOVOHBO#VLJU#BSJTBO
t %BFSBI LBLJ CVLJU BUBV QJFENPOU EBO QFSUFNVBO BOBLBOBL TVOHBJ
sewaktu memasuki dataran rendah.
t %BFSBIQFTJTJSUJNVSMBVU

Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat


mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban.
Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi
sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat
menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan.
Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya,
yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah
Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang
Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan
Nusantara.
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-seY1AMhVs7E/UKNYvuwZTmI/AAAAAAAAAzE/350_
Sriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya ef67Q8w/s1600/2004_0630Image0010.JPG


pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-
polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara
perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang
terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity
adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-
Palembang menjadi
kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. ibukota Sriwijaya,
(dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan
basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia yang merupakan
Tenggara. kekuatan politik
Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju- dan ekonomi di
Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara
ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat.
zaman klasik
Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan pada wilayah Asia
bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang,
rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Tenggara.
Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-
perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani
mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.
PROFIL KOTA PUSAKA


Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-
pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa
Pelaut-pelaut Cina kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengar. Jika pelaut-pelaut
Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang
asing seperti Cina, terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan
mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut,
Arab dan Parsi kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang
mencatat seluruh ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh
dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis
peristiwa kapanpun tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan
penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan
kisah-kisah yang bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang.
mereka lihat Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka.
Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang
(berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan
9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-
lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di
Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan
ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian
kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang
ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.

3.11.2 Rajutan Berbagai Pusaka

Aset Pusaka Prasejarah


Situs Gedingsuro Makam Lemabang
Situs Gedingsuro terletak di Kampung Pada awal masa pemerintahannya
1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, di wilayah Sultan Mahmud Badaruddin I
sebelah timur kota Palembang. memerintahkan pem-bangunan
Wilayah ini dikenal dengan nama makam. Bangunan ini merupakan
Palembang Lamo (Kuta Gawang), bangunan batu pertama yang
karena wilayah itu dulunya merupakan dibuatnya, sebelum memerintahkan
pusat pemerintahan awal Kesultanan Palembang sebelum pindah pembangunan Kuto Tengkuruk dan Masjid Sultan. Mengenai tahun
ke Beringin Janggut, Kuta Lama (Kuta Tengkuruk), dan terakhir Kuta pembuatannya diperkirakan pada sekitar tahun 1728, jauh sebelum
Besak di pusat kota Palembang sekarang. Di situs ini (Gedingsuro) Sultan Mahmud Badaruddin I yang wafat pada tahun 1756. Lokasi
terdapat kompleks makam Islam. Menurut ceritera rakyat setempat, kompleks makam ini di Lemabang, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir
kompleks makam Gede ing Suro dulu bekas runtuhan istana Arya Timur II, di sebelah timur pelabuhan Boom Baru.
Damar, salah seorang raja muda dari Majapahit yang mendirikan
kerajaan yang bercorak Islam di Palembang pada tahun 1445. Dekat Kompleks makam ini dikelilingi pagar tembok bata dengan gapura
kompleks makam Gede ing Suro juga terdapat makam Panembahan gerbang masuknya terletak di sisi selatan, menghadap ke arah
dari abad ke-16 Masehi. Sungai Musi. Di dalam lingkungan kompleks terdapat empat buah
bangunan cungkub, masing-masing adalah bangunan Kawah
Tengkurap tempat jasad Sultan Mahmud Badaruddin I dimakamkan,
bangunan cungkub Pangeran Ratu Kamuk yang wafat pada tahun
1755, bangunan cungkub Susuhunan Ahmad Najamuddin yang
wafat tahun 1776.
139

Aset Pusaka Peninggalan Kolonial


Gedung Kantor Walikota Benteng Kuto Besak
Kantor Wali Kota Palembang, kadang Benteng Kuto Besak adalah bangunan
disebut Kantor Ledeng, adalah keraton yang pada abad XVIII menjadi
bangunan bersejarah di Palembang. pusat Kesultanan Palembang. Gagasan
Bangunan ini awalnya merupakan mendirikan Benteng Kuto Besak
menara air Belanda yang dilengkapi diprakarsai oleh Sultan Mahmud
kantor di lantai bawahnya. Bangunan Badaruddin I yang memerintah pada
ini kemudian dijadikan kantor residen oleh Kekaisaran Jepang. tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan
Fungsinya berubah menjadi balai kota pada tahun 1956 dan kantor oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah
wali kota tahun 1963. Gedung ini dibangun tahun 1929 mengikuti pada tahun 1776-1803. Sultan Mahmud Bahauddin ini adalah
rancangan Ir. S. Snuijf dan rampung tahun 1930. Bangunan ini seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan
memiliki tinggi 250 meter. praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan
yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di
Nusantara. Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari
Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak
sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.

Aset Pusaka Kebudayaan


Gending Sriwijaya
Tarian ini digelar untuk menyambut
para tamu istimewa yang bekunjung
ke daerah tersebut, seperti kepala
negara Republik Indonesia, menteri
kabinet, kepala negara / pemerintahan
negara sahabat, duta-duta besar
atau yang dianggap setara dengan itu. Untuk menyambut para
tamu agung itu digelar suatu tarian tradisional yang salah satunya
adalah Gending Sriwijaya, tarian ini berasal dari masa kejayaan
kemaharajaan Sriwijaya di Kota Palembang yang mencerminkan
sikap tuan rumah yang ramah, gembira dan bahagia, tulus dan
terbuka terhadap tamu yang istimewa itu.

Tari Tenun Songket


Tari Tenun Songket adalah tarian daerah
masyarakat palembang Sumatera Selatan Tari Tanggai
yang ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
Tari tanggai adalah sebuah tarian yang disajikan untuk
Tari ini terinspirasi dari kegiatan menenun
menyambut tamu yang telah memenuhi undangan. Tari tanggai
yang merupakan sebuah tradisi turun
biasanya dipertontonkan dalam acara pernikahan adat daerah
temurun yang kerap dilakukan oleh
Palembang. Tari tanggai menggambarkan keramahan, dan rasa
perempuan Palembang. Kegiatan menenun oleh para seniman
hormat masyarakat Palembang atas kehadiran sang tamu dan
diolah menjadi sebuah garapan tari berjudul tari rampak kipas
dalam tari ini tersirat sebuah makna ucapan selamat datang dari
songket berada.
orang yang mempunyai acara kepada para tamu.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.13 KABUPATEN
SIAK
Kabupaten Siak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Riau. Jumlah penduduk Siak terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2015, jumlah penduduk pertengahan tahun
Kabupaten Siak mencapai 440.841 jiwa mengalami peningkatan 2,88 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan kepadatan penduduk
rata – rata Kabupaten Siak di tahun 2015 sebesar 51,52 jiwa/km2. Secara
umum pertumbuhan ekonomi Siak menunjukkan kecenderungan moderat.
Di tahun 2015 dominasi kategori pertambangan dan penggalian sebesar
38,85% menjadi ciri khas perekonomian SIak disusul oleh kategori industry
pengolahan yang memberikan sumbangan pada kisaran 34,78%, kategori
pertanian, kehutanan dan perikanan sejumlah 17,25% dan sektor-sektor
lainnya hanya menyumbang total PDRB Siak sekitar 9%.

3.13.1 Sejarah
Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kesultanan Siak Sri Inderapura.
Di awal kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan
Siak terakhir menyatakan kerajaannya bergabung dengan negara Republik
Indonesia. Kemudian wilayah ini menjadi wilayah Kewedanan Siak di bawah
Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak.
Pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, meningkat statusnya
menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura.

3.13.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.


Secara umum pertumbuhan ekonomi Siak
menunjukkan kecenderungan moderat
yang didominasi kategori pertambangan
Sumber: http://www.tripriau.com/Upload/20160209213359.JPG
dan penggalian
Aset Pusaka Budaya
Istana Kerajaan Siak 141
Istana Siak Sri Inderapura atau Istana
Asserayah Hasyimiah atau Istana
Matahari Timur merupakan kediaman
Aset Pusaka Zaman Kolonial
resmi Sultan Siak yang mulai dibangun Tangsi Belanda
pada tahun 1889, yaitu pada masa Dari catatan sejarah tangsi Belanda
pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. ini di bangun pada tahun 1830
Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura tetapi tidak langsung selesai
yang selesai dibangun pada tahun 1893. kemudian 30 tahun berikutnya
tepatnya tahun 1860 baru
Masjid Raya Syahabudin disiapkan, dan pada masanya
Masjid Syahabuddin merupakan itu tangsi tersebut difungsikan sebagai pusat kesehatan bagi
masjid tertua di kota Siak Sri Indrapura. pemerintahan Belanda. Dari sumber lain menyebutkan bahwa
Masjid ini merupakan warisan dari Tangsi Belanda ini dahulunya digunakan sebagai kantor residen,
Kesultanan Siak yang dibangun rumah tahanan, gudang peluru, serta barak pasukan Belanda dan
semasa kekuasaan Sultan Siak ke-12, dahulunya anak Sultan ditahan di Tangsi Belanda ini.
Sultan Syarif Kasim II. Sehingga masjid
ini sering dikenal masyarakat dengan sebutan Masjid Sultan Siak.
Pasa masa kejayaan kesultanan Siak Sri Indrapura Masjid ini menjadi
salah satu pusat pengkajian Islam terbesar di Asia Tenggara. Selain Aset Pusaka Alam
menjadi tempat beribadah, masjid tersebut juga dijadikan lokasi Bentukan alam yang istimewa. Bentukan bentukan
wisata riligi.
alami tersebut mempunyai karakter yang khas
Makam Sultan Syarif Kasim II saling berhubungan dan terus berkembang. Pusaka
Makam Sultan Syarif Kasim II berada
alam secara langsung maupun tidak lansung
di dalam pekarangan Masjid Raya
Syahabuddin. Makam Syarif Kasim II mempengaruhi kehidupan manusia sehingga sudah
(Sultan Siak XII, 1892-1968) berada di selayaknya apabila pelestarian alam terus dilakukan.
tengah makam-makam lain. Makam
Syarif Kasim II ditutup kain kuning
yang menggantung dari langit-langit hingga menutup sebagian
makam, menyisakan 10-15 cm saja dari dasar.

Gedung Balai Kerapatan Tinggi


Gedung Balai Kerapatan Tinggi (Balai
Rung Sri)dengan arsitek khas yaitu
dua arah pintu masuk yaitu dari
sungai dan dari darat (jalan raya).
Gedung ini dibangun pada tahun
1886 dan dipergunakan untuk sidang Danau Zamrud Siak
perkara dan juga berfungsi sebagai tempat pertabalan Sultan. Danau Zamrud tersebut berada di Desa Zamrud, Kecamatan
Gedung ini memiliki tiga tangga untuk naik ke lantai atas (lantai Siak Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang berjarak
2), dimana sidang selalu dilaksanakan. Tangga utama menghadap sekitar 180 kilometer dari ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru.
ke sungai sedangkan yang lain ke timur, gedung terbuat dari besi Danau itu dapat dijangkau dalam hitungan tiga jam melalui
berbentuk spiral dan yang satunya lagi terbuat dari kayu dan perjalanan darat dari Kota Pekanbaru dengan menggunakan
terletak di sebelah barat gedung. kendaraan pribadi karena tidak ada rute angkutan reguler ke
kawasan tersebut. Danau zamrud berada di hamparan ladang
Kelenteng Hock Siu Klong minyak bumi milik Coastal Plan Pekanbaru (CPP) Block yang
Kelenteng ini Hock Siu Kiong berdiri oprasionalnya dikelola oleh pemerintah Kabupaten Siak. Danau
tahun 1898. Alkisah pada zaman yang jauh dari pemukiman penduduk dan kebisingan kota ini
Sultan Syarif Kasim II memerintah memiliki banyak pemandangan alam dan panorama alam yang
Kesultanan Siak Sri Indrapura, ia eksotik, serta memiliki cadangan udara yang bersih dan sejuk
mengundang masyarakat asal memikat para petualang untuk berkunjung.
China untuk bermukim di Siak.
Sultan mengundang masyarakat Kawasan Zamrud masih ditemukan berbagai jenis satwa langka
China dengan tujuan mengajarkan seperti ikan arwana emas (Schleropages formasus), ikan Balido,
masyarakat Siak cara berdagang. harimau sumatera (Pantheratigris sumatrensis), beruang merah
Sebagai apresiasinya, Sultan kemudian mengizinkan para (Helarctos malayanus), serta beraneka jenis ular. Bahkan kicauan
pendatang China untuk mendirikan sebuah bangunan untuk burung Serindit (Loriculus galgulus), yang menjadi ikon Provinsi
beribadah sesuai kepercayaan mereka. Sampai saat ini Kelenteng Riau juga dapat ditemukan di kawasan ini. Uniknya lagi, pada
Hock Siu Kong masih menjadi tempat ibadah masyarakat saat sore hari ketika matahari mulai terbenam para penghuni
keturunan China di Siak. kawasan Zamrud seperti burung elang, kera, dan harimau mulai
menampakkan diri satu persatu.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.14 KOTA SUNGAI


PENUH
Kota Sungai Penuh merupakan kota dengan luas terkecil dibandingkan
dengan kabupaten atau kota di Provinsi Jambi. Dengan luas sekitar 0,78 persen
dari luas Provinsi Jambi. Kota Sungai Penuh merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Kerinci pada tahun 2008. Penduduk Kota Sungai Penuh berdasarkan
proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak 87.132 jiwa yang terdiri atas 43.226
jiwa penduduk laki-laki dan 43.906 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan
penduduk di Kota Sungai Penuh tahun 2015 mencapai 545 jiwa/km2 dengan
rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 orang. Sektor perekonomian
Kota Sungai Penuh pada thun 2015 didominasi oleh sekor perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan motor yaitu sebesar 26,89% dan diikuti oleh
sektor informasi dan komunikasi sebesar 13,42%. Sedangkan sektor yang
memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor pengadaan listrik dan gas.

3.14.1 Sejarah
Kronologis Pembentukan Kota Sungai Penuh
1. Keputusan Pemerintah Kerajaan Belanda (Government Besluit) Nomor 13
tanggal 3 Nopember 1909, Sungai Penuh ditunjuk sebagai Ibukota
2. Aspirasi masyarakat membentuk Kota Sungai Penuh sejak tahun 1970-an
3. Perkembangan Kota Sungai Penuh tidak efektif dikelola hanya oleh
Pemerintah Kecamatan
4. Kota Sungai Penuh merupakan kota terpadat kedua di Propinsi Jambi
setelah Kota Jambi
5. PP Nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria
pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah
6. Untuk peningkatan pelayanan publik dan percepatan pembangunan
7. Hasil penelitian oleh Prof. Dr. Sadu Wasistiono,MS (Pasca Sarjana IPDN) tahun
2005 yang menyatakan bahwa Kabupaten Kerinci layak untuk dimekarkan

3.14.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya arik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Alam

Sumber: http://3.bp.blogspot.com/_yM0SSxq90q4/TKXZN114MmI/ Panorama Bukit Taman Bunga Panorama


AAAAAAAAAKI/6rf8e6mi1Cw/s1600/DSCN6538.JPG Khayangan Puti Senang Bukit Sen Tiong
143
Aset Pusaka Budaya
Masjid Agung Pondok Tinggi Batu Gong
Mesjid ini pertama kali dibangun Batu Gong Nenek Betung terletak
tahun 1874 oleh penduduk Pondok di desa Koto Beringin kecamatan
Tinggi dengan cara bergotong- Kumun Debai. Batu Gong ini adalah
royong. Pada masa itu bangunannya peninggalan sejarah di zaman Budha,
berdinding bambu dan beratap ijuk. diperkirakan pada abad ke-3 atau
Pada tahun 1890 oleh masyarakat ke-4 masehi. Pada dinding batu
setempat dilakukan renovasi dengan mengganti dindingnya ini terdapat motif yang bergambar / berbentuk gong, Gambar
dengan kayu berukir. Keunikan mesjid ini adalah dibangun tanpa binatang, jari tangan dan gambar manusia, hal ini memberikan
menggunakan paku besi tetapi dengan cara memadukan antara makna bahwa di tempat ini telah ada manusia dalam kegiatan ritual
kayu yang satu dengan yang lainnya dan memakai pasak yang dari pemeluk kepercayaan animism.
dari kayu hingga dapat berdiri dengan megah. Ornamen yang
digunakan didalam maupun diluar bangunan merupakan kombinasi Kuburan Nenek Siak Lengih
antara seni ukir Persia, Roma, Mesir dan Indonesia. Makam Nenek Siak Lengih terletak
di Desa Pelayang Raya dengan jarak
Tabuh Larangan kurang lebih 600 meter dari pusat
Mesjid Agung Pondok Tinggi kota. Objek ini memiliki luas kurang
mempunyai dua beduk besar, yang lebih 300 meter. T ambo Kerinci kuno
besar disebut “Tabuh Larangan”. menguraikan sekelumit sejarah Nenek
Beduk ini dibunyikan apabila ada Siak Lengih, Beliau bisa dikatakan sesosok wali yang mempunyai
kejadian seperti kebakaran, banjir dan (gelar) yang cukup banyak yaitu : Syekh Samilullah, Makhmudin
dan lain-lain. Beduk besar ini memilik Sati, Tuanku Siak Belindung, Malin Sabiyatullah, Beliua maupun
ukuran panjang 7,5 meter, garis tengah bagian yang dipukul 1,15 keturunannya banyak menyebarkan agama Islam ke seluruh Pulau
meter dan bagian belakang 1,10 meter. Sedangkan beduk yang Sumatera. Akan tetapi tempat ini sekarang dianggap keramat oleh
kecil berada diluar mesjid dengan ukuran panjang 4,25 meter, garis sebagian orang, Tidak sedikit orang yang datang ke tempat ini untuk
tengah yang dipukul (bagian depan 75 cm dan bagian belakang 69 berbagai maksud dengan membawa sesajian, seperti : ada segelintir
cm). Beduk ini dibuat dari kayu yang sangat besar, ditarik beramai- orang yang berharap mendapat ilham dan rezeki dari arwah para
ramai dari hutan rimba dan dilubangi dengan bergotong-royong. leluhur (Nenek)
Masjid Raya Rawang
Rawang pada mulanya merupakan
Batu Sorban
Batu Sorban yang ada di kecamatan
tempat berkumpulnya Alim Ulama
pesisir bukit, Batu Sorban ini
yang ada disekitar daerah tersebut,
berbentuk persegi dengan panjang
untuk mempelajari dan merumuskan
5 meter dengan bentuk yang sangat
masalah Agama (Agama Islam).
menarik dan unik. Batu megalitik ini
Tempat yang digunakan untuk
terletak di desa Sungai Liuk dengan
menuntut ilmu agama khususnya, yaitu Mesjid Rawang atas
jarak 4 Km dari pusat Sungai Penuh. Pada abad ke-4 Suku Kerinci
kesepakatan unsur empat jenis. Tepat pada tanggal 22 februari
masih menganut kepercayaan (Animisme), Pada saat tertentu
1938, Mesjid kuno rawang pada akhirnya diganti dengan mesjid
masyarakat mengadakan ritual atau pertapaan, Konon ditempat
yang kuat dan megah, yang dikerjakan oleh arsitek dari luar daerah
inilah mereka melaksanakan ritual seperti meletakkan syarat-syarat
yang bernama Angku Lunak. Mesjid ini memiliki konstruksi dengan
atau sesaji untuk menghormati arwah leluhur
gaya paduan Eropa dan Persia, bagian dalam dengan 8 tiang utama
sebagai lambang Depati IV delapan helai kain Alam Kerinci.

Rumah Larik Aset Pusaka Festival dan Kebudayaan


Rumah Larik (Laheik) atau rumah Tari Rentak Kudo
panjang yang merupakan tempat Tari Rantak Kudo atau Rentak Kudo
tinggal orang Kerinci pada zaman adalah tarian tradisional yang berasal
dahulu. Salah satunya yang masih dari Hamparan Besar Tanah Rawang
ada sampai sekarang yaitu Rumah (Hamparan Rawang), Sungaipenuh,
Larik Iun Rio Jayo, yang terletak di provinsi Jambi. Tari ini adalah budaya asli
Kecamata Sungai Penuh, berjarak kurang lebih 600 meter dari masyarakat Kerinci yang pada awalnya
pusat kota. Dinding depan dan tiang rumah berukiran berelief menjadi bagian dari suatu perayaan sakral untuk merayakan hasil
flora berbentuk Selampit Simpai Pilih Berganda. panen padi. Disebut dengan Rantak Kudo karena gerakan kaki dari
penari rentak kudo berhentak-hentak dan hentakan kaki penari itu
seakan- akan senada dengan bunyi hentakan kaki Kuda. Sebagai bagian
dari upacara yang sakral, Rentak Kudo biasanya difungsikan sebagai
sarana memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketika Masyarakat
Kerinci dilanda musim kemarau yang panjang.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.15 KOTA
BENGKULU
Kota ini merupakan kota terbesar kedua di pantai barat Pulau Sumatera, setelah
Kota Padang. Sebelumnya kawasan ini berada dalam pengaruh kerajaan
Inderapura dan kesultanan Banten. Kemudian dikuasai Inggris sebelum
diserahkan kepada Belanda. Kota ini juga menjadi tempat pengasingan
Bung Karno dalam kurun tahun 1939 - 1942 pada masa pemerintahan Hindia
Belanda.

Penduduk Kota Bengkulu pada tahun 2015 mencapai 351,3 ribu jiwa. Peranan
sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor dalam
perekonomian Kota Bengkulu hingga tahun 2015 masih sangat dominan.
Kedudukan sektor perdagangan sebagai leading sector dalam perekonomian
Kota Bengkulu masih sulit digeser oleh sektor-sektor lainnya. Fenomena
itu terlihat dari relatif besarnya peranan sektor pertanian dalam PDRB Kota
Bengkulu.

3.15.1 Sejarah
Zaman Penjajahan
Pada pertengahan abad ke 13 sampai dengan abad ke 16 di Daerah Bengkulu
terdapat 2 kerajaan yaitu: Kerajaan Sungai Serut dan Kerajaan Selebar. Pada
tahun 1685 Inggris masuk ke Bengkulu yang dipimpin oleh Kapten J. Andiew
dengan menggunakan 3 Kapal yang bemama The Caesar, The Resolution dan
The Defence dan menjajah Bengkulu selama kurang lebih 139 tahun (1685-
1824). Dalam masa ini ratusan prajurit Inggris meninggal karena kolera, malaria
dan disenteri. Kehidupan di Bengkulu sangat susah bagi orang Inggris. Saat itu
perjalanan pelayaran dari Inggris ke Bengkulu memakan waktu 8 bulan. Terjadi
juga pertempuran dengan penduduk setempat.

Pada tahun 1714 — 1719 Inggris mendirikan Benteng Marlborough di


bawah pimpinan wakil Gubernur England Mdische Company (EIC) yaitu
Joseph Collet. Namun karena kesombongan dan keangkuhan Joseph Collet,
begitu Benteng Marlborough selesai dibangun pada tahun 1719 rakyat
Bengkulu di bawah pimpinan Pangeran Jenggalu menyerang pasukan
Inggris di Ujung Karang dan Benteng Marlborough berhasil mereka kuasai
serta Inggris dipaksa meninggalkan Bengkulu. Peristiwa heroik ini sampai
sekarang diperingati sebagai hari jadi Kota Bengkulu. Namun pasukan Inggris
kembali lagi ke Bengkulu dan perlawanan rakyat Bengkulu terhadap Inggris
tetap berlanjut. Pada tahun 1807 resident Inggris Thomas Parr dibunuh
dalam suatu pertempuran melawan rakyat Bengkulu. Parr diganti Thomas
Stamford Raffles, yang berusaha menjalin hubungan yang damai antara pihak
Inggris dan penguasa setempat. Di bawah perjanjian Inggris-Belanda yang
ditandatangani tahun 1824, Inggris menyerahkan Bengkulu ke Belanda, dan
Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSvXc9_
TAA1F2FA8DimiB9BAHdSvk-xX_lfByWkKfaa8_N95yBE
Belanda menyerahkan Singapura ke Inggris.
145


Sejak 1824-1942 Daerah Bengkulu sepenuhnya berada di bawah kekuasaan
Pemerintahan Hindia Belanda. Namun, Belanda baru sungguh-sungguh
mendirikan Administrasi kolonialnya di Bengkulu tahun 1868. Karena produksi
rempah-rempah sudah lama menurun, Belanda berusaha membangkitkannya Belanda baru
kembali. Ekonomi Bengkulu membaik dan kota Bengkulu berkembang.
Tahun 1878 Belanda menjadikan Bengkulu residentie terpisah dari Sumatera
sungguh-sungguh
Selatan dan kota kecil Bengkulu dijadikan sebagai pusat Pemerintahan Gewes mendirikan
Bencoolen.
Administrasi
Setelah Belanda kalah dari Jepang pada tahun 1942 dimulailah masa
penjajahan Jepang selama kurang lebih 3 tahun. Pada masa Pemerintahan
kolonialnya di
Jepang dan revolusi fisik Kota Bengkulu ini menjadi ajang pertempuran Bengkulu tahun 1868
untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, karenanya tidak sedikit
putera terbaik Bengkulu yang gugur. Pada masa revolusi fisik Kota Bengkulu
menjadi tempat kedudukan Gubernur Militer Sumatera Selatan yang kala itu
Gubernurnya adalah DR. AK. Gani.

Zaman Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka Bengkulu ditetapkan sebagai Kota kecil di bawah
Pemerintahan Sumatera Bagian Selatan dengan luas 17,6 Km2 berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kota Kecil
Bengkulu. Pada tahun 1957 Kota Kecil Bengkulu berubah menjadi Kotapraja
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, yang meliputi 4 Wilayah
Kedatukan dengan membawahi 28 Kepemangkuan yaitu : Kedatukan wilayah I
terdiri dari 7 Kepemangkuan, Kedatukan wilayah II terdiri dari 7 Kepemangkuan,
Kedatukan wilayah III terdiri dari 7 Kepemangkuan, Kedatukan wilayah IV
terdiri dari 7 Kepemangkuan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 jo Peraturan Pemerintah


Nomor 20 Tahun 1968 tentang Pembentukan Propinsi Bengkulu, menetapkan
Kota Bengkulu sebagai Ibu Kota Provinsi Bengkulu. Dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Pemerintahan
Di Daerah, merubah sebutan Kotapraja menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II
Bengkulu. Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu selanjutnya dibagi dalam 2
wilayah seTingkat Kecamatan berdasarkan Surat Keputusan Gubemur Kepala
Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor: 821.27-039 tanggal 22 Januari 1981, yaitu:
Wilayah Kecamatan Teluk Segara. Dan Wilayah Kecamatan Gading Cempaka.

Dengan ditetapkannya Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah


Tingkat II Bengkulu Nomor: 440/1981 dan Nomor: 444/1981 dan dikuatkan
denan Surat Keputusan Gubemur Kepala Daerah Tingkat I Bengkulu Nomor;
141/1982 tanggal 1 Oktober 1982, menghapus wilayah Kedatukan dan
Kepemangkuan menjadi Kelurahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-tmqbXJPjNOg/VcxpJamhVtI/AAAAAAAAEcI/OzmEKk_
zeFU/s1600/IMG_4817.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA


Nomor: 42/1982 wiIayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu, terbagi 2
Wilayah Kecamatan definitif yang membawahi 38 Kelurahan, yaitu: Kecamatan
Teluk Segara membawahi 17 Kelurahan dan Kecamatan Gading Cempaka
membawahi 21 Kelurahan. Rumah Bubungan
Pada tahun 1986 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 46/1986 tentang
Lima adalah rumah
Perubahan Batas dan Perluasan Wilayah Kotamadya Dati II Bengkulu, luas adat dari provinsi
Wilayah Kotamadya Bengkulu berubah dan 17,6 Km2 menjadi 144,52 Km2
dan terdiri dan 4 Wilayah Kecamatan, 38 Kelurahan serta 17 Desa yaitu: Bengkulu, berupa
Kecamatan Teluk Segara membawahi 17 Kelurahan dan 4 Desa, Kecamatan
Gading Cempaka membawahi 21 Kelurahan dan 2 Desa, Kecamatan Selebar
rumah panggung
membawahi 6 Desa, dan Kecamatan Muara Bangkahulu membawahi 5 Desa. yang ditopang oleh
3.15.2 Rajutan Berbagai Pusaka beberapa tiang
Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan penopang.
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya arik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Budaya


Masjid Jamik
Bangunan masjid jamik yang berlokasi
di Jalan Soeprapto ini, di rancang oleh
Rumah Bung Karno pada waktu pengasingan
Bubungan di Bengkulu (1938-1942) termasuk
Lima dalam kategori benda cagar budaya
dilindungi undang-undang no 5 tahun
Rumah Bubungan
1992. Bangunan mesjid yang masih aktif dipergunakan ini, memiliki
Lima adalah rumah
atap berbentuk Limas dan menggambarkan perkawinan budaya
adat dari provinsi
lokal, budaya thionghoa dan budaya islam.
Bengkulu, berupa
rumah panggung
yang ditopang oleh Limeak Potong Jang
beberapa tiang penopang. Rumah ini bukanlah rumah tinggal Rumah tradisional Rejang asli disebut
seperti pada umumnya melainkan dipakai untuk acara adat dengan istilah Umeak Potong Jang.
masyarakat. Rumah Bubungan Lima terbagi atas tiga bagian yaitu Umeak berarti rumah, Potong berarti
rumah bagian atas, rumah bagian tengah, dan rumah bagian bawah. buatan, dan Jang maksudnya Rejang.
Rumah Bubungan Lima dibangun tinggi agar menghindari pemilik Jadi, Umeak Potong Jang = rumah
rumah beserta keluarga dari serangan binatang liar dan juga dari buatan rejang. Rumah ini juga biasa
bencana alam seperti banjir. Tangga yang digunakan untuk masuk disebut Umeak- An, dimana An berarti kuno/lama. Umeak-an =
ke dalam rumah umumnya mempunyai jumlah anak tangga yang rumah lama. Keberadaan rumah asli rejang ini boleh dikatakan
ganjil sesuai dengan kepercaaan masyarakat Bengkulu. sudah musnah.
147
Aset Pusaka Bertema Kolonial
Benteng Marlborough Tugu Thomas Parr
Benteng Marlborough (Inggris:Fort Tugu Thomas Parr adalah sebuah
Marlborough) adalah benteng monumen yang didedikasikan
peninggalan Inggris di kota Bengkulu. kepada Thomas Parr, Residen Inggris
Benteng ini didirikan oleh East India di Bengkulu yang terbunuh pada
Company (EIC) tahun 1713- 1719 di 1807. Dibangun setahun setelah
bawah pimpinan gubernur Joseph kematiannya, bangunan tersebut
Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Benteng ini didirikan dianggap sebagai cagar budaya. Tugu Thomas Parr berbentuk
di atas bukit buatan, menghadap ke arah kota Bengkulu dan oktagonal, dengan luas 70 m2. Tugu tersebut memiliki tinggi
memunggungi samudera Hindia. dengan ukuran 13.5 meter dengan sebuah kubah diatasnya.

Tugu Hamilton Istana Sir Thomas Stanford


Tugu Robert Hamilton terletak di Raffles
Kelurahan Pasar Melintang Kecamatan Thomas Stamford Raffles adalah
Teluk Segara Kota Bengkulu. Robert Gubernur terakhir Inggris di Bengkulu
Hamilton adalah seorang Kapten sebelum akhirnya penguasaan
Angkatan Laut Inggris yang mati terhadap Bengkulu ditukar oleh
dibunuh oleh rakyat Bengkulu pada Pemerintah Kolonial Belanda dengan
tanggal 15 Desember 1793. Pulau Kecil di ujung Semenanjung Malaka, ‘Singapura’. Dalam masa
kekuasaannya Raffles tinggal di rumah ini yang selain digunakan
Benteng York sebagai tempat tinggal, juga dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas
Awalnya, Inggris mendirikan benteng dalam pemerintahannya. Setelah kemerdekaan dan setelah
pertahanan pada tahun 1865 dengan ditetapkannya Provinsi Bengkulu, kediaman Thomas Stamford
posisi di antara laut dan sungai Serut Raffles dipugar dan dimanfaatkan sebagai kediaman Gubernur
sebagai tempat pertahanan utama EIC Bengkulu dan tempat melakukan berbagai aktifitas pemerintahan
dalam melindungi daerah penghasil daerah.
rempah-rempahnya dari serangan
Belanda dan Perancis. Namun lokasi di dekat sungai rawa kemudian
menyebabkan wabah malaria, maka benteng dipindahkan ke daerah
tepi pantai barat yang strategis yang kemudian terkenal sebagai
Benteng Marlborough..

Aset Pusaka Bertema Perjuangan Kemerdekaan


Tugu Perjuangan Rakyat Rumah Ibu Fatmawati
Tugu ini terletak di Kelurahan Pasar Soekarno
Bengkulu, Kecamatan Teluk Segara Fatmawati merupakan istri dari
Kota Bengkulu. Tugu Perjuangan Ir. Soekarno yang berasal dari
Rakyat Bengkulu dibangun tahun Bengkulu. Rumah Ibu Fatmawati
1999. Pendirian tugu ini untuk terletak di pusat kota Bengkulu.
mengenang perjuangan Pasukan Rumah tersebut dibangun oleh
Keamanan Rakyat (PKR) Bengkulu pada tanggal 5 Nopember 1945. Hassan Din ayah dari Fatmawati yang membangun rumah pada
tahun 1920 yang beralamat di Jalan Fatmawati Penurunan
Rumah Pengasingan Bengkulu. Rumah yang didirikan sejak tahun 1920 itu terdiri dari 2
Bung Karno kamar tidur dan 1 ruang tamu.
Rumah ini terletak di tengah
Kota Bengkulu, tepatnya di jalan
Sukarno Hatta Kelurahan Anggut
Atas kecamatan Gading Cempaka.
Awalnya, rumah tersebut adalah milik
seorang pedagang Tionghoa yang bernama Lion Bwe Seng yang
disewa oleh orang Belanda untuk menempatkan Soekarno selama
diasingkan di Bengkulu. Soekarno menempati rumah itu pada 1938-
1942. Di rumah ini terdapat barang-barang peninggalan Soekarno
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Festival dan Kebudayaan


Perayaan Kebudayaan Bidadari Teminang Anak
Tabot Tarian Bidadari Teminang Anak
Untuk mengenang gugurnya Hasan berasal dari Rejang Lebong. Tarian
dan Husen cucu Nabi Muhammad ini diibaratkan seorang bidadari
S.A.W di adakan perayaan upacara yang sedang meminang anak. Tarian
ritual Tabot setiap tanggal 1 sampai yang berasal dari Rejang Lebong.
dengan tanggal 10 Muharram. Festival Dari namanya sudah memberikan
Tabot diselenggarakan berdasarkan Pesta Budaya Tabot yang pengertian kalau Tarian ini di ibaratkan seorang bidadari yang
dilaksanakan oleh masyarakat Kota Bengkulu. Perayaan ini telah sedang meminang anak. Yang jelas diberi nama yang unik pasti
diselenggarakan secara tetap oleh masyarakat kota Bengkulu sejak memiliki maksud yang baik oleh pembuatnya dahulu. Kita sebagai
abad 14. generasi penerus harus bisa melestarikannya.

Pengrajin Batik Besurek


Tari Andun Batik Besurek adalah Batik khas
Tarian Andun biasanya di pentaskan Bengkulu yang bermotif kaligrafi
untuk menyambut tamu penting Arab. Pada umumnya, Batik ini
atau pada acara kemanten. Dalam berciri khas kaligrafi dengan
pementasan biasanya diwakili oleh perpaduan rafflesia sebagai motifnya
pasangan muda mudi pada malam yang merupakan simbol khas
hari dan di iringin oleh alat musik Bengkulu. sal usul dinamakan Batik Besurek dikarenakan Batik
tradisional kolintang. Pada jaman dahulu tarian andun di pentaskan ini menggunakan motif-motif bertuliskan kaligrafi Arab. Besurek
setelah masa panen yang berfungsi untuk mencari jodoh. merupakan bahasa Melayu dialek Bengkulu yang artinya bersurat
atau tulisan.

Aset Pusaka Alam


Pulau Tikus
Pulau Tikus merupakan pulau karang
kecil yang terletak di sebelah barat
kota Bengkulu. Dahulu pulau ini
merupakan tempat kapal-kapal
berlabuh untuk berlindung dari
hantaman badai ombak laut Samudra
Indonesia. Ukuran pulau ini sekitar 60 x 100 meter dengan sebuah
menara mercusuar. Di sekitar pulau ini terdapat batu-batu karang
yang dihuni oleh berbagai jenis ikan dan berpotensi sebagai wisata
laut dengan aktivitas memancing dan menyelam.

Pantai Panjang
Pantai Panjang memiliki garis pantai
yang sangat panjang yakni mencapai
7 km, dengan keunikan yaitu garis Pantai Tapak Paderi
pasang dan garis surut pantai Pantai ini terhubung dengan Pantai Panjang dan Pantai Jakat di
sekitar 500 meter. Pantai terdiri atas Bengkulu, sebuah pantai yang pada awal mulanya adalah pusat
hamparan pasir putih berbulir halus pelabuhan laut pertama di Bengkulu serta menjadi penunjang
yang luas dan landai. Letak Pantai Panjang sangat strategis dengan transporasi laut pemerintah Inggris di Bengkulu pada masa
fasilitas hotel, restoran dan pusat perbelanjaan. kolonial.
3.16 KOTA
149

PANGKAL PINANG
Kota Pangkal Pinang merupakan pusat pemerintahan, pusat pemerintahan
kota di Kelurahan Bukit Intan, dan pusat pemerintahan provinsi dan instansi
vertikal di Kelurahan Air Itam. Kantor pusat PT. Timah Tbk. juga berada di sini.
Pangkal Pinang juga merupakan pusat aktivitas bisnis/perdagangan dan
industri di Bangka Belitung.

Jumlah penduduk Kota Pangkal Pinang pada tahun 2015 adalah 196.202
orang dengan komposisi 100.617 jiwa laki-laki dan 95.585 jiwa perempuan.
Secara umum, kepadatan penduduk di Kota Pangkal Pinang adalah 1.657
jiwa per km2. Dari sisi PDRB dengan pendekatan produksi, lapangan usaha,
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor memberikan
kontribusi te rbesar bagi ekonomi Kota Pangkal Pinang yaitu 26,05%, diikuti
industri pengolahan 19,03% dan konstruksi 10,83%.

3.16.1 Sejarah
Secara etimologis Pangkalpinang berasal dari kata pangkal atau pengkal dan
Pinang (areca chatecu). Pangkal atau pengkal yang dalam bahasa Melayu
Bangka berarti, pusat atau awal, atau dapat diartikan pada awal mulanya
sebagai pusat pengumpulan Timah yang kemudian berkembang artinya
sebagai pusat distrik, kota tempat pasar, tempat berlabuh kapal atau perahu
(wangkang) dan pusat segala aktivitas dan kegiatan dimulai. Sebagai pusat
segala aktivitas, sebutan Pangkal atau Pengkal juga digunakan oleh orang
Bangka masa lalu untuk penyebutan daerah-daerah seperti Pangkal Bulo,
Pangkal Raya, Pangkal Menduk, Pangkal Mangas, Pangkal Lihat yang kemudian
menjadi Sungai Lihat atau Sungailiat sekarang. Sedangkan Pinang (areca
chatecu) adalah nama sejenis tumbuhan Palm yang multi fungsi dan banyak
tumbuh di Pulau Bangka. Pusat pemukiman awal Pangkalpinang dibangun
ditepi Sungai yang membelah Kota Pangkalpinang. Proses pembentukan
Pangkalpinang menjadi sebuah kota seperti sekarang sangatlah panjang
dan berakar, dimulai dari ditemukannya biji timah yang terkandung hampir
di seluruh pelosok Pulau Bangka, sampai upaya eksploitasi timah dan hasil
bumi Pulau Bangka seperti Lada Putih, Karet dan Damar oleh berbagai bangsa.
Pembentukan Pangkalpinang dimulai sejak adanya perintah Sultan Susuhunan
Ahmad Najamuddin I.

Dari tinjauan sejarah dengan dasar kajian yang jelas dan literatur dari Tim
Perumus hari Jadi Kota Pangkalpinang, berdirinya Pangkalpinang diprediksi
jatuh pada 17 September 1757 yakni di masa pemerintahan Sultan Susuhunan
Ahmad Najamuddin I Adi Kusumo. Di masa pemerintahannya, Beliau sudah
membentuk 14 Pangkal di Pulau Bangka termasuk di dalamnya Pangkalpinang. Sumber: https://corlena.files.wordpress.com/2015/04/dsc00855.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA

3.16.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya arik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.

Aset Pusaka Budaya


Masjid Jamik Masjid Raya Tuatunu
Masjid dibangun oleh masyarakat Masjid Raya Tuatunu
Kampung Dalam Pangkalpinang merupakan masjid terbesar di
yang merupakan masyarakat asli Bangka Belitung. Diresmikan
Kampung Tuatanu yang pindah karena pada tanggal 20 Maret 2008
perbedaan paham dan khilafiah. Salah oleh Menteri Pendayagunaan
satu keunikan masjid ini adalah antara Aparatur Negara, Bapak
tangga depan (berbentuk setengah lingkaran) dengan atapnya Taufik Effendi. Masjid Raya
dihiasi oleh tiang penyangga (ukuran kecil) berjumlah 5 tiang, bisa Tuatunu merupakan masjid
diartikan sebagai Rukun Islam dan antara tembok depan dengan berarsitektur modern dan tradisional yang dilengkapi dengan
atapnya dihiasi oleh tiang penyangga kecil sebanyak 6 buah (3 fasilitas canggih seperti beduk elektronik, fasilitas internet dan
sebelah kanan dan 3 sebelah kiri), dapat diartikan sebagai Rukun lain-lain. Selain sebagai tempat beribadah, masjid ini diharapkan
Iman. Memiliki empat tiang utama sesuai jumlah Khalifaturrasyidin, menjadi pusat studi Islam dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
lima pintu masuk 3 di depan dan 1 di samping kiri dan 1 di kanan bernuansa islami
serta terdiri atas 3 undakan atau tingkatan dengan satu kubah dan
empat menara. Masjid Jamik adalah salah satu Benda cagar Budaya
Kota Pangkalpinang.
Makam Akek Bandeng
Akek dalam sebutan orang Bangka
Kuburan Cina Sentosa berarti kakek dan Bandeng dalam
Kuburan Cina Sentosa dibangun pada bahasa Daerah Tuatunu berarti orang
tahun 1935. Luas kompleks sekitar yang selama hidupnya tidak menikah.
27 ha dan sampai saat ini terdapat ± Nama sebenarnya dari Akek Bandeng
12.000 makam, yang tertua adalah adalah Akek Malik, beliau lahir sekitar
makam keluarga Boen Pit Liem yang tahun 1850 dan wafat tahun 1920. makam tersebut sering diziarahi
dipugar pada tahun ke-4 setelah masyarakat karena Akek Bandeng adalah seorang ahli ibadah dan
pemerintahan Sun Yat Sen, jadi diperkirakan pada tahun 1915. shaleh serta dikaruniai oleh Allah SWT dengan bermacam karomah.
Makam makam Cina ini dibangun dalam bentuk dan arsitektur yang Asal-usul Akek Badeng sendiri di masyarakat Kampung Melayu
unik dan menarik serta dihiasi dengan tulisan aksara Cina yang Tuatunu tidak begitu jelas sehingga informasi hanya berkembang
indah dan sangat jelas sekali menunjukkan status sosial ekonomi dari mulut ke mulut.
orang yang dimakamkan.
Masjid Al Mukarrom
Masjid Al Mukarrom, terletak di Desa
Kelenteng Kwan Tie Miaw melayu Tuatunu. Posisi awalnya berada
Kelenteng Kwan Tie Miaw merupakan
di tengah Kampung Tua atau Kampung
salah satu kelenteng tertua yang ada
Lama Tuatunu, sekarang terletak persis
di Pulau Bangka. Kelenteng ini terletak
di ujung kampung Tuatunu. Sekarang
di jalan Mayor Syafrie Rachman.
terletak persis di ujung Kampung
Dulunya bernama kelenteng Kwan Tie
Tuatunu. Masjid ini didirikan pada tahun 1928 dan merupakan salah
Bio. Kelenteng ini diperkirakan dibuat
satu masjid tertua yang ada di Pulau Bangka. Menurut informasi
pada tahun 1841 Masehi (dari aksara cina pada sebuah Lonceng besi
merupakan masjid tempat sholat Jum’at pertama sekali didirikan di
di kelenteng). Pembangunannya sendiri dilakukan secara gotong
Pangkalpinang.
royong oleh berbagai kelompok Kongsi penambangan timah yang
ada di Pangkalpinang, dan diresmikan pada tahun 1846.
151

Aset Pusaka Festival dan Kebudayaan


Mandi Belimau Nganggung
Secara harfiah, balimau berarti Nganggung, merupakan tradisi
mandi dengan menggunakan gotong royong masyarakat Kota
limau (jeruk nipis). Zaman dahulu, Pangkalpinang dengan membawa
warga Minangkabau mandi dengan makanan lengkap di atas dulang
menggunakan jeruk nipis sebagai kuningan yang ditutup dengan tudung
pengganti fungsi sabun. Balimau saji. Tiap pintu rumah (keluarga)
berarti penekanan makna bahwa ia mandi benar-benar bersih. membawa satu dulang yang terbuat dari Kuningan, berisi makanan
Itulah yang kemudian dikaitkan dengan ajaran agama Islam, yakni sesuai dengan status dan kemampuan keluarga tersebut. Tradisi
sebagai simbol benar-benar membersihkan diri lahir dan batin Nganggung sering juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang.
menjelang melaksanakan ibadah puasa. Tradisi ini biasanya dilakukan pada upacara upacara keagamaan,
seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Mauludan, Nisfu Sya’ban,
dan pada kegiatan Muharam.
Ruwah Barongsai
Tradisi Ruwahan di Kota Pangkalpinang diperingati dan
Permainan Barongsai biasanya
diselenggarakan oleh seluruh masyarakat muslim yang ada di Kota
dilakukan pada saat upacara dan
Pangkalpinang. Tradisi ruwahan diadaptasi dari tradisi kebudayaan
biasanya digelar saat bulan purnama
Jawa. Tradisi ruwahan merupakan tradisi untuk mendoakan orang
atau pada acara acara khusus
yang telah meninggal dunia, seperti oran tua, kakek, nenek, tokoh
masyarakat keturunan Tionghoa
masyarakat dan lainnya. Tradisi ini dilakukan mulai pertengahan
seperti peringatan Imlek, Cap Go Meh,
bulan Ruwah (bulan ke-8 dalam kalender Jawa atau bersamaan
Sembahyang Rebut (Ghost Hungry), Sembahyang Kubur (Ceng
dengan Sya’ban dalam kalender Hijriah). Oleh karena itu disebut
Beng), Pot Ngin Bun, Peh Cun dan upacara kemasyarakatan lainnya.
ruwahan.
Pada acara keagamaan biasanya pertunjukan Barongsai diadakan
di Kelenteng kelenteng besar Kota Pangkalpinang. Pertunjukan
Barongsai juga sering dilombakan baik dalam rangka memperingati
Ceng Beng hari-hari besar umat Kong Hu Cu atau event kebudayaan dan
Ceng Beng atau Qing Ming adalah kepariwisataan.
sembahyang kubur dalam tradisi
Tionghoa. Mereka yang mengikuti
tradisi ini berziarah ke makam
leluhur, bias orang tua, kakek, Aset Pusaka Bertema Perjuangan Kemerdekaan
buyut atau siapapun yang dituakan.
Tujuannya adalah menghormati mereka yang sudah tiada Tugu Perjuangan
memperoleh ke lapangan di alam kubur.
Kemerdekaan
Bentuk tugu dengan arsitek menarik


dan unik terdiri atas lingga di atas
punden berundak-undak dan
yoninya berada di atas lingga dengan
bentuk simetris mencerminkan perjuangan yang dilakukan
Tugu Pergerakan Kemerdekaan oleh berbagai suku dan lapisan masyarakat. Pada tugu prasasti
tertulis “Surat kuasa kembalinya Ibukota Republik Indonesia ke
saat ini merupakan salah satu Yogyakarta, diserahterimakan oleh Ir. Soekarno kepada Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Medio Juni 1949. Tugu ini ditopang oleh

Benda cagar Budaya Kota bangunan balok segi enam mirip kelopak bunga, terbuat dari
semen dan pasir dilapisi pasir kuarsa. Lantai dasar tugu berbentuk

Pangkalpinang. segi enam berundak setinggi ± 1,5 meter. Tugu Pergerakan


Kemerdekaan saat ini merupakan salah satu Benda cagar Budaya
Kota Pangkalpinang.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Bertema Kolonial


Katedral Santo Yosef Kompleks Pemakaman Belanda
Sejarah Katedral ini tidak terlepas (Kerkhoff)
dari perkembangan dan penyebaran Di sini terdapat sekitar 100 makam
agama Katolik di Bangka dan Belitung, dengan nisan bertuliskan bahasa
Kepualauan Riau serta Kalimantan Indonesia, Jepang dan Belanda.
sejak tahun 1830 oleh Tsen On Ngie Kerkhoff adalah salah satu bukti
(Zeng Aner). Peristiwa penting di bahwa Pangkalpinang memiliki nilai
gereja ini adalah pada 25 April 1935 ketika ditasbihkan sebagai strategis bagi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu, yang
imam seorang Putra Bangka bernama Johannes Boen Thiam tertua berasal dari tahun 1902 dan termuda sekitar tahun 1950-an.
Kiat sebagai Pastor Projo pertama di Indonesia. Nama Pastor Kompleks makam memiliki keunikan karena merupakan kompleks
Boen kemudian diabadikan menjadi Balai Pertemuan Paroki pemakaman umum orang Belanda, salah satu makam tertua adalah
Pangkalpinang dengan nama Balai Mario Jhon Boen. Gereja makam Nyonya Irene Mathilde Ehrencron yang wafat pada tanggal
Kathedral Santo Yoseph saat ini merupakan salah satu Benda Cagar 10 Maret 1928. Di sini juga terdapatt makam tentara Belanda korban
Budaya Kota Pangkalpinang yang dilindungi negara. Perang Dunia Kedua.
Perigi Pakasem
Perigi atau sumur ini dijadikan tempat
untuk membuang mayat orang-orang
yang terbunuh TKR (Tentara Keamanan Gedung Gereja Maranatha
Rakyat), karena dianggap musuh Gereja ini awalnya bernama Kerkeraad
atau sebagai mata-mata Belanda atau der Protestansche Gemeente to
sekutu. Tuatunu sendiri pada waktu itu Pangkalpinang, dibangun pada masa
merupakan kampung yang dijadikan salah satu markas TKR yang pemerintahan Residen J.E. Eddie
terletak di Hutan Titi Rengas, Kampung Cekong Abang Air Duren pada tahun 1927, bersamaan dengan
dan Hutan Arang, Air Kelapa Tujuh, terletak antara bukit, bulur air pembangunan menara air di Bukit
dan Air Kelapa Tujuh Tuatunu. TKR sendiri dibentuk oleh pemerintah Mangkol. Setelah masa kemerdekaan, melalui Indische Kerk (GPI),
berdasarkan Maklumat tanggal 5 Oktober 1945 dikarenakan situasi nama gereja diubah menjadi Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB)
Nagara Kesatuan Republik Indonesia yang baru terbentuk dalam Maranatha Pangkalpinang. Pemerintah Belanda menempatkan
keadaan genting dan berbahaya karena kedatangan tentara Belanda seorang pendeta pertama kali bernama J.N. Beiger untuk melayani
(NICA) karena ingin kembali berkuasa di Indonesia. dan mengurus jemaat GPIB Maranatha Pangkalpinang.

Aset Pusaka Alam


Pantai Tanjung Bunga Pantai Pasir Padi
Pantai ini merupakan pantai landau Salah satu keunikan pantai ini
dan berbatuan yang memiliki adalah struktur pantainya yang
karakteristik unik. Kawasan pantai landau, kontur pasir yang padat.
ini telah memiliki siteplan sebagai Guna pengembangan kota dan
kawasan wisata Tanjung Bunga dan kepariwisataan, kawasan Pantai Pasir
sirkuit kawasan terpadu TAC TOS (Tanjung Bunga Circuit and Town Padi direncanakan akan dibangun megaproyek Pasir Padi Waterfront
Square) dan Exhibition Hall. City atau kota baru di atas air terbesar se-Asia Tenggara.
3.17 KOTA
153

CIREBON
Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur
pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban, Cirebon adalah sebuah
dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon
berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama
Caruban (carub dalam bahasa Cirebon artinya bersatu padu). Diberi nama
demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa
diantaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab),
agama, bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah
lagi menjadi carbon dan kemudian cerbon.

3.17.1 Sejarah
Asal kota Cirebon ialah pada abad ke 14 di pantai utara Jawa Barat ada desa
nelayan kecil yang bernama Muara Jati yang terletak di lereng bukit Amparan
Jati. Muara Jati adalah pelabuhan nelayan kecil. Penguasa kerajaan Galuh yang
ibu kotanya Rajagaluh menempatkan seorang sebagai pengurus pelabuhan
atau syahbandar Ki Gedeng Tapa. Pelabuhan Muara Jati banyak di singgahi
kapal-kapal dagang dari luar di antaranya kapal Cina yang datang untuk
berniaga dengan penduduk setempat, yang di perdagangkannya adalah
garam, hasil pertanian dan terasi.

Kemudian Ki Gendeng Alang-alang mendirikan sebuah pemukiman di


lemahwungkuk yang letaknya kurang lebih 5 km, ke arah Selatan dari Muara
Jati. Karena banyak saudagar dan pedangan asing juga dari daerah-daer5ah
lain yang bermukim dan menetap maka daerah itu di namakan Caruban yang
berarti campuran kemudian berganti Cerbon kemudian menjadi Cirebon
hingga sekarang.

Raja Pajajaran Prabu Siliwanggi mengangkat Ki Gede Alang-alang sebagai


kepala pemukiman baru ini dengan gelar Kuwu Cerbon. Daerahnya yang ada
di bawah pengawasan Kuwu itu dibatasi oleh Kali Cipamali di sebelah Timur,
Cigugur (Kuningan) di sebelah Selatan, pengunungan Kromong di sebelah
Barat dan Junti (Indramayu) di sebelah Utara.

Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat kemudian digantikan oleh menantunya


yang bernama Walangsungsang putra Prabu Siliwanggi dari Pajajaran.
Walangsungsang ditunjuk dan diangkat sebagai Adipati Carbon dengan
gelar Cakrabumi. Kewajibannya adalah membawa upeti kepada Raja di
ibukota Rajagaluh yang berbentuk hasil bumi, akan tetapi setelah merasa kuat
meniadakan pengiriman upeti, akibatnya Raja mengirim bala tentara, tetapi
Cakrabumi berhasil mempertahankannya.
PROFIL KOTA PUSAKA

Kemudian Cakrabumi memproklamasikan kemerdekaannya dan mendirikan


kerajaan Cirebon dengan mamakai gelar Cakrabuana. Karena Cakrabuana
telah memeluk agama Islam dan pemerintahannya telah menandai mulainya
kerajaan kerajaan Islam Cirebon, tetapi masih tetap ada hubungan dengan
kerajaan Hindu Pajajaran.

Semenjak itu pelabuhan kecil Muara Jati menjadi besar, karena bertambahnya
lalu lintas dari dan ke arah pedalaman, menjual hasil setempat sejauh daerah
pedalaman Asia Tengara. Dari sinilah awal berangkat nama Cirebon hingga
menjadi kota besar sampai sekarang ini. Pangeran Cakra Buana kemudian
membangun Keraton Pakungwati sekitar Tahun 1430 M, yang letaknya
sekarang di dalam Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon.

3.17.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Peninggalan Masa Perkembangan Islam
Bangunan Keraton dan Bangunan Masjid atau Tajug
Pangguron Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Tajug
meliputi Keraton Dalem Agung Pajlagrahan, Masjid Jagabayan,
Pakungwati, Keraton Kasepuhan, Masjid Kramat Benda, Tajug Pangeran
Kanoman, Kacirebonan dan Kejaksan, Masjid Baitul Karim
Kaprabonan serta Pengguron sebagai (Pesambangan) dll.
tempat para murid belajar ilmu agama
Bangunan Makam & Petilasan
Petilasan Kalijaga, Kramat Kejawanan,
Bangunan Taman atau Makam Pangeran Suryanegara,
Tempat Peristirahatan Makam Suci Manah (Pangeran Sapu
yaitu Situs Taman Air Gua Sunyaragi Jagat), Makam Pangeran Drajat,
Makam Astana Gharib (Syekh Maulana
Maghribi), Petilasan Pangeran
Cakrabuana di Lemah Wungkuk,
Makam Kyai Kriyan, Makam Syekh
Birawa, dll

Aset Pusaka Peninggalan Tionghoa


Tempat Kawasan Pertokoan (Pecinan)
Peribadatan meliputi kawasan Jl. Lemah wungkuk,
Klenteng Thiao Kak Sie Jl. Pasuketan,Jl. Pekiringan dan Jl.
(Vihara Dewi Welas Asih- Karanggetas dan sebagian ruas
1658), Klenteng Kong Cu Bio Jl. Panjunan. Kawasan ini dahulu
( Klenteng Talang-1577) dan merupakan kawasan perdagangan
Klenteng Bun Sang Tong ( yang cukup ramai dengan deretan
Vihara Pemancar Keselamatan ruko-ruko berarsitektur Cina.
1680) di Winaon. Di halaman
belakang Klenteng Thiao Rumah Pejabat Cina
Kak Sie juga terdapat sebuah Masa Lampau
jangkar besar yang diyakini Ex Rumah Mayor Tan Tjin Kie ( Jl.
adalah milik salah satu Pasuketan, Sekolah Santa Maria, Huize
armada kapal Cheng Ho yang Karang Anom) dan Rumah Kapiten
sempat singgah di Cirebon. Kwee Zan Hong Jl. Kebon Pring
155

Aset Pusaka Peninggalan Masa Kolonial


Kantor Perdagangan Kantor Pemerintahan
Kantor-kantor perdagangan Kantor Gemeentee ( Gedung
banyak terdapat di sepanjang Balaikota), Kantor Karesidenan
sekitar Pelabuhan dan Jl. (Gedung Negara)
Yos Sudarso (Cangkol)
diantaranya Kantor Ex
Escompto (Bank Mandiri),
Kantor EX Hagemeier (PT.
Kerta Niaga), Kantor Ex Ned.
Indie Handelsbank (Kantor Prasarana Transportasi
LANAL), Post Kantoor ( Stasiun Kejaksan, Stasiun Parujakan,
Kantor Pos), Ex Javasche Bank Kawasan Pelabuhan
(Gedung BI), Ex Borsumij (
ITC-Cangkol), Kantor Ex Avon,
Ex Agentschap Rotterdam
Lloyd ( PT. Cipta Niaga), dll

Aset Pusaka Festival & Kebudayaan


Tarling Kesenian Gembyung
Tarling adalah salah satu jenis musik Seni Gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para
yang populer di wilayah pesisir pantai wali di Cirebon. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian
utara (pantura) Jawa Barat, terutama Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Konon seperti halnya
wilayah Indramayu dan Cirebon. kesenian terbang, gembyung digunakan oleh para wali yang dalam
Nama tarling diidentikkan dengan hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk
nama instrumen itar (gitar) dan suling menyebarkan agama Islam di Cirebon. Kesenian Gembyung ini biasa
(seruling) serta istilah Yen wis mlatar dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti
gage eling (Andai banyak berdosa segera bertaubat). Asal-usul peringatan Maulid Nabi, Rajaban dan Kegiatan 1 Syuro yang digelar
tarling mulai muncul sekitar tahun 1931 di Desa Kepandean, di sekitar tempat ibadah.
Kecamatan/Kabupaten Indramayu.[butuh rujukan] Alunan gitar dan
suling bambu yang menyajikan musik Dermayonan dan Cerbonan
itu pun mulai mewabah sekitar dekade 1930-an. Kala itu, anak-
anak muda di berbagai pelosok desa di Indramayu dan Cirebon,
menerimanya sebagai suatu gaya hidup.

Tari Topeng Cirebon


Tari topeng Cirebon adalah salah satu tarian di wilayah kesultanan
Cirebon. Kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon,
termasuk Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari,
dan Brebes. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan
topeng di saat menari. Pada pementasan tari Topeng Cirebon,
penarinya disebut sebagai dalang, dikarenakan mereka memainkan
karakter topeng-topeng tersebut.

Sintren Sandiwara Cirebonan


Sintren (atau juga dikenal dengan Lais) adalan kesenian tari Sandiwara Cirebon dikenal oleh masyarakat Jawa Barat dengan
tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Kesenian ini sebutan “masres” pada tahun 1940-an, ketika Cirebon diduduki
terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain oleh kolonialis Jepang. Berdasarkan keterangan yang dihimpun
di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, para tokoh sandiwara Cirebon saat ini, disebutkan bahwa pada
Tegal, Banyumas, Kuningan, dan Pekalongan. Kesenian Sintren masa pendudukan Jepang di Indonesia, di daerah Cirebon muncul
dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber kesenian yang digemari oleh masyarakat yaitu reog Cirebonan, yang
dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono. terkenal dengan nama reog sepat.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.18 KOTA
BOGOR
Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak 59 km
sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km², namun kini telah berkembang
menjadi 118,50 km² dan jumlah penduduknya 1.030.720 jiwa (2014). Bogor
dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat
tinggi.

3.18.1 Sejarah
Hampir secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota
Bogor mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran.
Asal-usul dan arti Pakuan terdapat dalam berbagai sumber. Di bawah ini adalah
hasil penelusuran dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan waktu:
Naskah Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna
ini diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi
tersebut banyak terdapat pohon Pakujajar.

K.F. Holle (1869). Dalam tulisan berjudul De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis
di Bogor), Holle menyebutkan bahwa di dekat Kota Bogor terdapat kampung
bernama Cipaku, beserta sungai yang memiliki nama yang sama. Di sana
banyak ditemukan pohon paku. Jadi menurut Holle, nama Pakuan ada
kaitannya dengan kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran berarti
pohon paku yang berjajar (“op rijen staande pakoe bomen”).

G.P. Rouffaer (1919) dalam Encyclopedie van Niederlandsch Indie edisi Stibbe
tahun 1919. Pakuan mengandung pengertian “paku”, akan tetapi harus
diartikan “paku jagat” (spijker der wereld) yang melambangkan pribadi raja
seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. “Pakuan” menurut Fouffaer
setara dengan “Maharaja”. Kata “Pajajaran” diartikan sebagai “berdiri sejajar”
atau “imbangan” (evenknie). Yang dimaksudkan Rouffaer adalah berdiri sejajar
atau seimbang dengan Majapahit. Sekalipun Rouffaer tidak merangkumkan
arti Pakuan Pajajaran, namun dari uraiannya dapat disimpulkan bahwa Pakuan
Pajajaran menurut pendapatnya berarti “Maharaja yang berdiri sejajar atau
seimbang dengan (Maharaja) Majapahit”. Ia sependapat dengan Hoesein
Djajaningrat (1913) bahwa Pakuan Pajajaran didirikan tahun 1433.

Sumber: https://services.sportourism.id/fileload/visit-bogor-cityjpg-ZabM.jpg?q=75
3.18.2 Rajutan Berbagai Pusaka
157
Aset Peninggalan Zaman Belanda
Fragemen Keramik Asing Nodul Kaligrafi
Fragmen ini ditemukan oleh Nodul atau cetakan barang tertentu
masyarakat Lawang Gintung, yang terbentuk dari sedimentasi
Kecamatan Bogor Selatan. Terdapat material isian pada benda berongga di
beberapa jenis fragmen yang masa lalu, Nodul tersebut merupakan
dikumpulkan, berupa bentuk piring, bentukan Yang terjadi karena
mangkuk, botol, kap lampu, dan pipa melapuknya cangkang dari material
rokok (gouda). Fragmen-fragmen yang telah tersedimentasi tersebut.
keramik tersebut umumnya didominasi oleh keramik Eropa abad Salah satu bentuk nodul yang sering dijumpai adalah nodul
XVII-XIX dan fragmen keramik China dari kelompok dinasti Ching berbentuk kerang.
abad XVII- awal abad XX. Umumnya warna glasir didominasi warna
putih dan biru dan sebagian coklat dan abu- abu.

Nisan Eropa
Temuan nisan Eropa di kawasan pembangunan Gedung Serba Guna
Gumati pada saat kegiatan galian fondasi menggunakan alat berat,
dapat disimpulkan sebagai bagian dari jejak hunian kolonial. Batu
nisan Eropa ditemukan dalam bentuk fragmen berukuran panjang
42 cm, lebar 37 cm, tebal 3 cm. Pada permukaan batu terdapat
beberapa huruf yang masih dapat dibaca yang merupakan bagian
dari satu kalimat yang bisa mengacu pada nama, dan juga bisa
mengacu pada pangkat, karena huruf yang terbaca hanya KOM
yang ditulis dengan huruf kapital

Aset Peninggalan Zaman Kerajaan


Prasasti Pasir Jambu
Kampung Adat Urug Prasasti Jambu terletak di Pasir
Kampung adat Urug yang berlokasi Sikoleangkak (Gunung Batutulis ±367m
di Desa Urug Kecamatan Sukajaya dpl) di wilayah kampung Pasir Gintung,
Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Desa Parakanmuncang, Kecamatan
menjadi destinasi wisata budaya bagi Nanggung, Kabupaten Bogor. Dahulu
pelancong yang ingin menemukan pada masa kolonial Belanda lokasi ini
alternatif rekreasi unik di Sukajaya. termasuk Perkebunan Karet Sadeng-
Tatanan masyarakat yang bertahan Djamboe tetapi sekarang disebut PT.Perkebunan XI Cikasungka-
dengan tradisi dengan keramah tamahan masyarakatnya menjadi daya Cigudeg- Bogor. Prasasti ini menyebutkan nama raja Purnawarman
tarik tersendiri saat kita menginjakkan kaki di kampung adat Urug yang memerintah di negara Taruma. Prasasti ini tanpa angka tahun
dan berdasarkan bentuk aksara Pallawa yang dipahatkannya
Pura Parahyangan Agung (analisis Palaeographis) diperkirakan berasal dari pertengahan abad
Jagatkartha ke-5 Masehi.
Pura Parahyangan Agung Jagatkarta
(“alam dewata suci sempurna”) atau Situs Ciaruteun
sering disebut hanya Pura Jagatkarta Prasasti Ciaruteun terletak di Desa
adalah pura agama Hindu Nusantara Ciaruteun Ilir, kecamatan Cibungbulang,
yang terletak di Bogor, Jawa Barat, Kabupaten Bogor; Lokasi ini terletak
Indonesia. Setelah dibangun, Pura sekitar 19 kilometer sebelah Barat Laut
Jagatkarta adalah pura terbesar di Jawa Barat dan terbesar ke-2 di dari pusat kota Bogor.
Indonesia setelah Pura Besakih di Bali, dianggap sebagai tempat Tempat ditemukannya prasasti ini
persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan para merupakan bukit (bahasa Sunda:
hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri di wilayah pasir) yang diapit oleh tiga sungai: Ci Sadane, Ci Anten dan Ci
Parahyangan. Aruteun. Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa 2,
sarga 3, halaman 161 disebutkan bahwa Tarumanagara mempunya
rajamandala (wilayah bawahan) yang dinamai “Pasir Muhara”.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Kebudayaan Aset Kesenian


Rampak Kendang Wayang Golek
Rampak Kendang adalah salah Wayang adalah bentuk teater rakyat
satu kreasi musik tradional yang yang sangat popular. Orang sering
dimainkan bersama-sama oleh menghubungkan kata “wayang”
sekitar dua sampai puluhan pemain. dengan ”bayang”, karena dilihat
Ditabuh secara bersamaan sesuai dari pertunjukan wayang kulit yang
musik yang dilantunkan. Tabuhannya memakai layar, dimana muncul
memiliki efek suara yang keras bayangan-bayangan. Di Jawa Barat,
sehingga menimbulkan perhatian para penonton. Dalam Rampak selain wayang kulit, yang paling
Kendang, instrumennya tidak hanya kendang saja, tapi dapat populer adalah wayang golek.
divariasikan dengan alat-alat lainnya, seperti : alat gamelan, Rebab, Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam diantaranya
gitar, dsb. Dalam memainkannya, dapat berdiri sendiri, artinya dari wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang ada di
rampak kendang itulah membentuk lantunan lagu sendiri, atau daerah Sunda.
sebagai pengiring dari suatu tari Jaipongan.
Lodong Bogoran Kesenian Blantek
Alat musik Lodong Bogoran Kesenian yang terbentuk dari
berbahan dasar bambu, seperti sebuah gagasan dari bakat seni.
alat penyadap enau yang dahulu Sejarah kesenian topeng memiliki
dipakai untuk membuat nira. Cara sumber yang berbeda salah satunya
memainkannya dengan cara dipukul, kesenian topeng blantek muncul
sehingga suaranya cukup keras. karena bunyi dari rebana biang
Alat ini mempunyai ukuran panjang atau besar yaitu “blank” dan bunyi
sekitar 118 cm dan diameter 13 cm. Lodong Bogoran ini seperti kayu yang dipukul yaitu “tek”. Jika
perkusi, jadi dipadukan dengan alat musik lainnya seperti angklung, digabungkan kata tersebut menjadi
seruling, kecapi rakit dan angklok, sejenis saron atau gambang. blantek. Seni topeng blantek
Lodong Bogoran ini biasanya diiringi tari Sunda Kaulinan, sehingga merupakan seni budaya Betawi yang berbeda dengan kesenian
ketukan musiknya pas dengan gerakan tariannya. yang lain seperti lenong

Aset Pusaka Alam


Kebun Raya Bogor Goa Langkop
Kebun Raya Bogor pada mulanya Goa langkop terletak di
merupakan bagian dari ‘samida’ (hutan Kampung Tapos Desa Sukaharja
buatan atau taman buatan) yang paling Kec.Cijeruk Kab.Bogor. Situs Goa
tidak telah ada pada pemerintahan Sri Langkop merupakan temuan
Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474- arkeologi yang sudah tercatat
1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana pada Suaka Peninggalan Sejarah
tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan dan Purbakala Serang, sehingga
buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan situs ini telah dilindungi,
sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di dipelihara dan dibina menurut
samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan ketentuan Undang-Undang No.
Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian 5 Tahun 1963 dan sekarang telah
dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga masuk dalam daftar Inventaris
Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan dari Berbagai Benda Cagar
di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18. Budaya yang di lindungi.
3.19 KOTA
159

TANGERANG
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi
Banten. Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia,
Jakarta. Kota Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah
utara dan barat, Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan, serta Daerah
Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur. Tangerang merupakan kota terbesar
di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah
Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat dan termasuk Jalan Nasional Rute.

3.19.1 Sejarah
Sejarah Kota Tangerang sendiri memang berawal dari kelompok permukiman
etnis Tionghoa. Di Kota Tangerang kelompok etnis Tionghoa di kota ini
lebih dikenal dengan nama Cina Benteng. Penduduk Cina Benteng memang
selalu diidentifikasi dengan stereotip orang Tionghoa berkulit hitam atau
gelap, dan hidupnya pas-pasan atau malah miskin. Meski ada beberapa yang
sudah berhasil sebagai pedagang, sebagian besar Cina Benteng hidup sebagai
petani, peternak, nelayan, bahkan, ada juga pengayuh becak Mengenai
asal-usul kata Cina Benteng, menurut sinolog dari Universitas Indonesia, Eddy
Prabowo Witanto MA, tidak terlepas dari kehadiran Benteng Makassar. Benteng
yang dibangun pada zaman kolonial Belanda itu sekarang sudah rata dengan
tanah terletak di tepi Sungai Cisadane, di pusat Kota Tangerang. Pada saat itu,
kata Eddy, banyak orang Tionghoa Tangerang yang kurang mampu tinggal
di luar Benteng Makassar. Mereka terkonsentrasi di daerah sebelah utara,
yaitu di Sewan dan Kampung Melayu. Mereka berdiam di sana sejak tahun
1700-an. Dari sanalah muncul, istilah “Cina Benteng”.

Menurut Kitab Sejarah Sunda Tina Layang Parahyang kedatangan orang


Tionghoa untuk pertama kali ke Tangerang pada tahun 1407. Pada waktu
itu pusat pemerintahan berada di sekitar pusat Kota Tangerang saat ini.
Rombongan orang Tionghoa tersebut kemudian diberi sebidang tanah di
pantai Utara Jawa, sebelah Timur Sungai Cisadane, yang sekarang disebut
Kampung Teluk Naga. Gelombang kedua kedatangan orang Tionghoa ke
Tangerang diperkirakan terjadi setelah peristiwa pembantaian orang Tionghoa
di Batavia tahun 1740. VOC yang berhasil memadamkan pemberontakan
tersebut mengirimkan orang-orang Tionghoa ke daerah Tangerang
untuk bertani. Belanda mendirikan pemukiman bagi orang Cina berupa
pondok-pondok yang sampai sekarang masih dikenal dengan nama Pondok
Cabe, Pondok Jagung, Pondok Aren, dan sebagainya. Di sekitar Tegal Pasir (Kali
Pasir) Belanda mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal dengan
nama Petak Sembilan. Perkampungan ini kemudian berkembang menjadi
pusat perdagangan dan telah menjadi bagian dari Kota Tangerang. Daerah ini
terletak di sebelah Timur Sungai Cisadane, daerah Pasar Lama sekarang. Sumber: http://jakarta.panduanwisata.id/files/2013/11/53-masjid-al-azhom.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA

3.19.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Peninggalan Tionghoa
Kelenteng Boen Tek Bio Pabrik Kecap Teng Giok Seng
Klenteng Boen Tek Bio diperkirakan Pabrik Kecap Teng Giok Seng yang
berdiri sekitar tahun 1684 oleh masih tetap setia dengan usaha
para penduduk Kampung Petak rumahan serta menempati rumah yang
Sembilan secara bersama-sama. sama sejak pertama kali pabrik kecap
Pertama berdirinya bentuk bangunan ini dibuat pada tahun 1882. Karena
sederhana dari bangunan semi ukuran bangunan untuk memproduksi
permanen.Ketika awal abad ke 17 kecap tidak luas, maka ada satu
mengalami perubahan terhadap bangunan kelenteng karena jalur bangunan lagi yang berada di seberang pabrik ini yang fungsinya
perdagangan sekitar wilayah Sungai Cisadane mulai ramai. sebagai tempat penyimpanan stock kecap dan kantor administrasi.
Dan ternyata baru tersadar kecap ini menggunakan dua label
dengan dua lambang: istana dan burung dengan nama merk istana
Rumah Arsitektur Cina dan disertai Klaim Kecap Bentang Tulen.
Bangunan Benteng Heritage dibangun
sekitar abad 18 dengan arsitektur Perahu Keramat
bangungan cina yang sangat terlihat. Malam sebelum puncak perayaan Peh
Bangunan tersebut merupakan dua Cun, warga keturunan Tionghoa akan
bangunan kembar yang dijadikan satu. memandikan perahu keramat berupa
Hal tersebut terlihat bila dilihat dari perahu naga (liong) dan perahu pak-
luar bangunan. Sebenarnya bangunan pak. Pemandian perahu keramat ini
tersebut kembar tiga karena salah satu bangunannya yang masih dilakukan di Kongco atau kelenteng
milik orang lain maka belum bisa digunakan. Dua bangunan kembar kecil di Jalan Iman Bonjol, Karawaci,
ini masih mempertahankan bentuk aslinya baik secara eksterior dan Tangerang. Ritual ini sangat dinanti-nanti warga. Mereka akan
interior.Interior bangunan sangat didominasi oleh warna merah dengan berdesak-desakan untuk mendapatkan air bekas pemandian perahu
hiasan cina seperti medalion, hewan mitologi dan sebagainya. itu karena dipercaya membawa berkah.

Aset Peninggalan Islam Aset Kuliner


Makam Ki Buyut Tunggal Es Selendang
Makam ini dipercayai masyarakat Mayang
kampung Pekojan Kecamatan adalah salah satu
Cipete sebagai seorang ulama minuman tradisonal
yang berperan penting dalam indonesia yang berasal
penyemaran agama Islam di dari Jakarta dan sekitarnya.
kampung Pekojan dan wilayah Minuman ini sekarang
Tangerang sekitarnya.Bersadarkan jarang ditemukan karena
cerita turun menurun dari warga kampung pekojan Sumur ini dikalangan masyarakat
pada masa lalu digunakan untuk keperluan warga sehari-hari Betawi sendiri minuman
seperti mandi, mencuci, dan minum. Pada saat ini fungsi dan ini dianggap minuman
kegiatan sumur dan makam menjadi tempat jiarah masyarakat kuno.Di acara-acara
dari luar Kampung Pekojan. tertentu seperti lebaran
betawi, minuman ini disajikan dan sering disertai dengan label
Masjid dan Makam Jami’ “minuman Betawi jadul“.
Kalipasir
Pengelolaan mesjid dari sejak
berdiri hingga tahun 1918 dikelola Kue Dogo
Kue khas Kota Tangerang yang
secara turun temurun.Mesjid
terbuat dari tepung ketan yang
dibangun pada tahun 1700 oleh
berisi kelapa ini memiliki rasa yang
Tumenggung Pamitrwidjaja dari
manis gurih nikmat yang pastinya
Kahuripan.Sekitar tahun 1712
sangat enak untuk dinikmati dengan
mesjid kemudian dikelola oleh putranya yang bernama Raden
teh, kue ini banyak di jumpai di
Bagus Uning Wiradilaga.Pada tahun 1740 pengelolaan mesjid
pedagang kue pasar lama Kota
diserahkan kepa da Tumenggung Aria Ramdon (putera dari
Tangerang
Raden Bagus Uning Wiradilaga).
161
Aset Kebudayaan
Perayaan Pe Chun
Kapitan Oey Khe Tay membuat Perahu
Papak Hijau pada tahun 1900 dan dua
tahun kemudian yaitu tahun 1902,
hartawan dan para dermawan dari
tiga gang (jalan) di depan Kelenteng
Boen Tek Bio, yaitu Gang Kalipasir,
Gang Tengah (Cilangkap) dan Gang
Gula (Cirarab) membuat Perahu Papak Merah untuk disumbangkan
kepada Kelenteng Boen Tek Bio.

Cio Tao Gotong Toapekong


Ritual puncak upacara perkawinan
Cina Benteng.Tradisi peranakan Gotong Toapekong, sebuah prosesi yang digelar setiap 12 tahun
Cina yang bertahan sampai saat sekali berlangsung meriah pada Sabtu, 6 Oktober 2012. Ritual
ini.Pernikahan, dalam tradisi Cina yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini dilaksanakan di
Benteng, sudah resmi jika kedua pihak Klenteng Boen Tek Bio, Jalan Bhakti No.14, Pasar Lama, SukaSari,
sepakat untuk menjadi suami istri. Tangerang. Sebagai bagian dari prosesi acara, ribuan masyarakat
Tidak diperlukan pihak ketiga, pemuka Tionghoa dan masyarakat umum mengarak patung Dewi Kwan
agama ataupun anggota keluarga lain untuk mengesahkan. Tapi Im Hud Couw, dimulai dari Klenteng Boen Tek Bio di Pasar Lama,
hukum di Indonesia mengharuskan pengesahan oleh pihak ketiga, Jl. Bhakti Sukasari menuju Klenteng Boen San Bio di Jl. Moch Toha.
itupun hanya terbatas untuk penganut “agama resmi”. Karena itu Arak-arakan Gotong Toapekong juga dimeriahkan pertunjukkan
meski sudah menjadi suami istri, biasanya dilakukan lagi ritual liongsay sebagai pembuka jalan diramaikan berikutnya dengan
pernikahan versi “resmi”.Oen Tjoan Yan adalah satu dari sedikit orang barongsay, kilinsay, angklung gubrak, perahu pecun, barisan
yang berusaha melestarikan adat istiadat Cina Benteng. berkuda, barong bali, dan rombongan pembawa petaka.

Aset Kesenian
Tari Lenggang Cisadane Tari Cokek
Tari Lenggang Cisadane sendiri Tari cokek namanya, tarian tradisional
merupakan perpaduan unsur budaya dari daerah Tangerang provinsi Banten
yang ada di Kota Tangerang seperti ini, orang tangerang mengenal Cokek
budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab sebuah tarian tradisional dari daerah
dan budaya Lainnya.Selain alat musik Tangerang yang dimainkan pertama
gamelan, didalamnya juga terdapat kali sekitar abad ke-19, di mana
alat musik yang digunakan pada musik penari perempuan dengan segala
marawis, lengkap dengan lagu-lagu marawisnya. gerakan dan kibasan selendang yang begitu indah dan elok bila
Tari Lenggang Cisadane ini merupakan proses pembentukan memandangnya diiring mencak silat penari laki-laki dengan gerakan
harmonisasi musik, tata busana dan gerak yang dipadukan menjadi kaki yang menggejik lantai begitu keras, bergantian berputar dan
suatu tarian yang indah dan mencirikan budaya Kota Tangerang. berpandangan, iringan musik khas tradisional terdengar sontar.
Tarian ini dibawakan 13 orang yang mencirikan jumlah kecamatan Ketika itu, tarian cokek ini diperkenalkan oleh Tan Sio Kek, seorang
di Kota Tangerang. Seniman dan budayawan kota Tangerang ini tuan tanah Tionghoa di Tangerang yang sedang merayakan pesta.
menghasilkan sebuah seni tradisional khas Kota Tangerang dengan Dalam perayaan pesta itu, Tan Sio Kek mengundang beberapa orang
memadukan unsur musik, kostum dan tarian. ternama yang tinggal di Tangerang. Tan Sio Kek mengundang juga
tiga orang musisi yang berasal dari daratan Cina.saat itu, para musisi
Cina hadir sambil membawa beberapa buah alat musik dari negara
asalnya.
Alat Musik Tehyan
Alat Musik tehyan adalah alat musik gesek yang mempuyai karakter suara yang agak keras dan
ngebas, dan gunakan juga sebagai melodi didalam suatu lagu-lagu gambang kromong, tetapi di
dalam satu grup musik gambang kromong ada yang menggunakan tehyan dan adapula yang tidak
menggunakan tehyan tergantung dari kebutuhan, tokoh pemusik dan pelestari alat musik tehyan di
kota Tangerang adalah kong Goyong yang tinggal di kecamatan Neglasari Kota Tangerang
PROFIL KOTA PUSAKA

3.20 KOTA
PEKALONGAN
Kota Pekalongan adalah salah satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di
timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat. Pekalongan
terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara,
Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan. Kota Pekalongan mendapat
julukan kota batik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan dan
ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik

3.20.1 Sejarah
Nama Pekalongan sampai saat ini belum jelas asal-usulnya, belum ada prasasti
atau dokumen lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan, yang ada hanya
berupa cerita rakyat atau legenda. Dokumen tertua yang menyebut nama
Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvernements
Besluit) Nomer 40 tahun 1931:nama Pekalongan diambil dari kata ‘Halong‘
(dapat banyak) dan dibawah simbul kota tertulis ‘Pek-Alongan‘.

Kemudian berdasarkan keputusan DPRD Kota Besar Pekalongan tanggal


29 januari 1957 dan Tambahan Lembaran daerah Swatantra Tingkat I Jawa
Tengah tanggal 15 Desember 1958, Serta persetujuan Pepekupeda Teritorium
4 dengan SK Nomer KTPS-PPD/00351/II/1958:nama Pekalongan berasal dari
kata ‘A-Pek-Halong-An‘ yang berarti pengangsalan (Pendapatan).

Pada masa VOC (abad XVII) dan pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem
Pemerintahan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini Belanda
menentukan kebijakan dan prioritas, sedangkan penguasa pribumi ini oleh
VOC diberi gelar Regant (Bupati). Pada masa ini, Jawa Tengah dan jawa Timur
dibagi menjadi 36 kabupaten Dengan sistem Pemerintahan Sentralistis

Pada abad XIX dilakukan pembaharuan pemerintahan dengan dikeluarkannya


Undang-Undang tahun 1954 yang membagi Jawa menjadi beberapa Gewest/
Residensi. Setiap Gewest mencakup beberapa afdelling (setingkat kabupaten)
yang dipimpin oleh asisten Residen, Distrik (Kawadenan) yang dipimpin oleh
Controleur, dan Onderdistrict (Setingkat kecamatan) yang dipimpin Aspiran
Controleur.

Pada pertengahan abad XIX dikalangan kaum liberal Belanda muncul


pemikiran etis-selanjutnya dikenal sebagai Politik Etis‘ yang menyerukan
Program Desentralisasi Kekuasaan Administratif yang memberikan hak
otonomi kepada setiap Karesidenan (Gewest) dan Kota Besar (Gumentee)
serta pemmbentukan dewan-dewan daerah di wilayah administratif tersebut.
163


Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda
dengan dikeluarkannya Staatbland Nomer 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar
hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi (gewest); dan untuk
Kota Pekalongan, hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomer 124 tahun Perjuangan
1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen
voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse merebut markas
yang berlaku sejak tanggal ditetapkan. tentara Jepang
Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menandatangani berhasil, sehingga
penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang menghapus
keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan Kabupaten dan Kotamadya
pada tanggal 7
diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan dekonsentrasi. Oktober 1945
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal Pekalongan bebas
17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hata di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat
Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara
dari tentara
Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada Jepang
tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara Jepang.

Secara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-Undang


Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah
Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat/Jawa Tengah/Jawa Timur dan Daerah
Istimewa Jogjakarta. Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor
18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan
berubah sebutannya menjadi Kotamadya Dati II Pekalongan.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.20.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Pusaka Tangible
Museum Batik Pekalongan Kelenteng Po An Thian
adalah museum batik yang beralamat Po An Thian adalah tempat ibadah
di Jalan Jetayu No.1 Pekalongan, Jawa (klenteng) yang bersifat umum (bukan
Tengah.Museum ini memiliki luas milik perorangan), dan didirikan pada
tanah dan bangunan 40 meter persegi tahun 1882. Menurut catatan, hari
dan memiliki 1149 koleksi batik, antara ulang tahun klenteng ini jatuh pada
lain wayang beber dari kain batik tanggal 15 bulan 5 Imlek. Nama Po
yang berusia ratusan tahun dan alat An Thian (Hokkian) atau Bao An Dian
tenun tradisional atau dikenal sebagai alat tenun bukan mesin. (Mandarin) secara harafiah berarti ‘istana mustika keselamatan’ dan
Museum Batik Pekalongan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah bila dijabarkan akan mengandung makna ‘Tempat Ibadah yang
(UPTD). Gedung museum ini sebelumnya adalah bekas kantor balai memberikan perlindungan dan keselamatan bagi umatnya’.
kota Pekalongan, pada masa penjajahan kolonial Belanda gedung
tersebut merupakan kantor keuangan yang membawahi tujuh
pabrik gula di karesidenan Pekalongan.

Aset Ritual & Tradisi


Tradisi Nyadran Tradisi Pak Chun
Tradisi Sedekah Laut/ Nyadran Tradisi Pek Chun pada
banyak dilakukan di berbagai daerah hakekatnya hampir sama
di Indonesia, salah satunya di Kota dengan tradisi sedekah laut
Pekalongan yang biasa disebut Tradisi atau Nyadran hanya saja,
Nyadran. Tradisi ini dilaksanakan oleh tradisi ini diselenggarakan
masyarakat nelayan Kota Pekalongan oleh warga Tionghoa di
setiap bulan Syuro sebagai ungkapan Kota Pekalongan. Pada
rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil laut yang melimpah. Pada prinsipnya acaranya sama,
tradisi ini para nelayan bersama masyarakat mengadakan Ritual hanya penyelenggara, isi
Sadranan dengan menghias kapal-kapal nelayan yang berisi sesaji perahu dan waktunya yang
antara lain Kepala Kerbau, aneka jajan pasar, wayang Dewi Sri dan berbeda. Tradisi Pek Chun dilaksanakan oleh masyarakat Tionghoa
Pandawa Lima, aneka mainan anak-anak, serta setelah melalui menurut kalender China pada perayaan tahun baru China atau
beberapa prosesi dan doa selamatan kemudian dibawa ketengah Imlek. Acara yang mengiringi tradisi Pek Chun adalah Pentas seni
laut untuk dilarung yang diawali pelarungan Kepala Kerbau oleh Barongsai dan kesenian masyarakat china lainnya serta makan
seorang Tokoh Spiritual. bersama dan pelaksanaan berbagai lomba.

Aset Kesenian
Seni Sintren Seni Hadroh
Kesenian ini sangat dikenal dan Tari Hadroh merupakan tari yang
populer di daerah Pantura terutama di bernafaskan Islami. Tarian ini
daerah eks Penari Sintren Karesidenan menggambarkan sekelompok
Pekalongan. Sintren menggambarkan santriwati yang beribadah terhadap
perjalanan hidup dan kesucian Sang Pencipta lewat tembang
seorang gadis yang dilatarbelakangi sholawat yang digarap melalui
dari legenda Bahurekso. Tumenggung Bahurekso merupakan salah perpaduan gerak yang dinamis. Hal ini
satu tokoh dalam legenda yang hidup di daerah Pekalongan dan juga menggambarkan masyarakat Kota Pekalongan yang sebagian
sekitarnya. Kisah mengenai Tumenggung Bahurekso ini bertemakan besar penduduknya beragama Islam dalam mensyukuri berkat dari
cerita kepahlawanan dan disebut juga dengan Babad Pekalongan. Yang Maha Kuasa.
165


Kawasan cagar budaya sekitar
Lapangan Jetayu di Kelurahan
Panjang Wetan Kecamatan
Pekalongan Utara sebagai
kawasan heritage

Aset Pusaka Alam


Pantai Pasir Kencana Kali Kupang
Pantai Pasir Kencana berada Sungai pada masa Hindu Jawa (sekitar
di Kelurahan Panjang abad 8 M) merupakan urat nadi
Wetan. Pantai ini adalah bagi penduduk Pekalongan, hal ini
aset Pemerintah Kota berlangsung hingga masa Mataram
Pekalongan yang dikelola Islam hingga dan era kolonial. Pada masa
oleh Dinas Perhubungan, kolonial Hindia Belanda, Sungai Kupang
Pariwisata dan Kebudayaan masih digunakan sebagai sarana lalu
dan dijadikan sebagai daya lintas yang menghubungkan daerah pedalaman dan daerah pesisir.
tarik wisata unggulan.
Kondisi pantai ini sangat
menarik karena disamping
keindahan alamnya,
juga sudah disediakan berbagai fasilitas untuk pengunjung serta Aset Pusaka Saujana
wahana wisata yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rekreasi.
Selain itu, kawasan pantai ini selalu menjadi tenpat pelaksanaan Kawasan Legenda
tradisi masyarakat untuk upacara sedekah laut Nyadran dan Dewi Lanjar
Pekchun. Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan secara Dewi Lanjar adalah
rutin mengadakan berbagai event menarik untuk meningkatkan sebutan dari
jumlah pengunjungnya. Keberadaan pantai Pasir Kencana juga masyarakat Pekalongan
berhubungan dengan kawasan Pantai Slamaran sehingga tidak lepas bagi makhluk abstral
dari legenda Dewi Lanjar sang penunggu Pantai Utara. yang dipercaya sebagai
penguasa laut utara
pulau Jawa.Kata lanjar
berasal dari bahasa
jawa rondho lanjar
Kawasan Jetayu (janda kembang) yang
Kawasan cagar budaya sekitar berarti seorang janda
Lapangan Jetayu di Kelurahan yang belum memiliki anak.
Panjang Wetan Kecamatan Kawasan yang menjadi gerbang masuk wilayah kekuasaan Dewi
Pekalongan Utara sebagai Lanjar adalah kawasan Pantai Panjang Wetan dan Pantai Slamaran.
kawasan heritage, dimana Seperti masyarakat Pekalongan yang memiliki mata pencaharian
terdapat aset bangunan dari pembatikan, masyarakat Pekalongan dan sekitarnya banyak
bersejarah yang harus dilindungi yang beranggapan bahwa Dewi Lanjar memiliki usaha pembatikan
dan dilestarikan. yang mempekerjakan manusia biasa.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.21 KOTA
SALATIGA
Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan
sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah
selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan berada
di jalan negara yang menghubungkan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri
atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota
ini berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini
berudara cukup sejuk.

3.21.1 Sejarah
Banyak nama daerah di Indonesia yang erat hubungannya dengan cerita rakyat
yang dituturkan secara turun-temurun. Kota Salatiga juga mempunyai cerita
rakyat yang berhubungan dengan asal usul namanya. Kota kecil yang berada
di Jawa Tengah (Jateng) ini ternyata mempunyai cerita yang berhubungan
dengan salah satu wali sanga atau wali sembilan yang kerap pula dieja sebagai
wali songo, yakni Sunan Kalijaga.

Sebagaimana dikutip Dongeng.web.id, pada abad XIV, kawasan Semarang


dan sekitarnya dikuasai oleh seorang adipati bernama Ki Ageng Pandanaran.
Menurut sejarah, ia dikenal sebagai adipati yang sering mengambil harta
rakyat Salatiga yang tidak mampu membayar pajak. Ia juga sering membeli
hasil pertanian rakyatnya dengan harga yang sangat murah.

Pada suatu ketika, Ki Ageng Pandanaran bertemu seorang pencari rumput


yang sudah tua. Ia pun membeli rumput dari orang tua itu dengan harga
murah. Namun, tanpa disadari sang adipati, si pencari rumput itu menyelipkan
uang yang dibayarkan ke dalam keranjang rumput yang dibawa ke kediaman
Ki Ageng Pandanaran.

Sesampainya di kediamannya, sang adipati menerima laporan bahwa terdapat


uang di dalam keranjang rumput tersebut. Sang adipati yang menyadari bahwa
uang itu adalah miliknya yang dibayarkan ke pencari rumput pun geram dan
memanggil pencari rumput untuk datang ke kediamannya.

Ki Ageng Pandanaran yang sedang marah besar lantas meluapkan emosinya


ke pencari rumput tersebut. “Dasar pencari rumput miskin sombong! Kau
menolak pemberianku sama saja kau menghinaku,” bentak sang adipati.

Tak lama kemudian, si pencari rumput itu meminta maaf dan mengungkapkan
jati diri aslinya kepada sang adipati. Tak disangka, pencari rumput tua itu ialah
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-0ajw9ZVjwCQ/VPAGiKzXc6I/AAAAAAAAAE4/
Sunan Kalijaga yang sedang menyamar. Ki Ageng Pandanaran pun lantas
iAXCTVqjK7g/s1600/P_20150227_0801012-picsay.jpg memohon ampun kepada sang sunan atas perbuatannya.
167
Sang sunan bersedia memaafkan dengan syarat Ki Ageng Pandanaran harus
mengembara dan meninggalkan semua harta yang dimiliki. Sang adipati pun
bersedia dan akan mengembara mengikuti Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga pun berangkat terlebih dahului sebelum disusul sang


adipati. Ketika Ki Ageng Pandanaran hendak berangkat, istrinya, Nyi Ageng
Pandanaran, ingin ikut mengembara. Namun lstrinya menyatakan bahwa ia
tak rela meninggalkan harta bendanya. la meminta suaminya berangkat Iebih
dulu. Lalu, Nyi Ageng Pandanaran menyimpan emas dan permata di dalam
tongkatnya yang terbuat dari bambu.


Nyi Ageng Pandanaran pun akhirnya menyusul suaminya. Dalam perjalanan,
Sunan Kalijaga diadang oleh tiga orang penyamun. “Jika kau ingin barang
berharga, tunggulah! Sebentar lagi, akan lewat seorang perempuan tua. Cegat
dia. Kau akan mendapatkan emas permata dalam tongkat bambunya,” kata
Sunan Kalijaga kepada tiga penyamun itu.
Salatiga yang
sejarah asal usul
Muncullah Nyi Ageng Pandanaran yang berjalan tertatih dengan tongkat
bambu. Ketiga penyamun tersebut menghadang dan merampas tongkat namanya menurut
bambu yang ia pegang. Nyi Ageng Pandanaran tidak dapat berbuat apa-apa
selain merelakan hartanya yang dirampas. Ketika berhasil bertemu dengan
cerita rakyat
suaminya dan Sunan Kalijaga, ia menceritakan kejadian perampokan yang terkait Nyi Ageng
dialaminya sambil menangis.
Pandanaran itu
Untuk mengingat kejadian tersebut, Sunan Kalijaga menamakan daerah menjadi kota yang
yang dilewati Nyi Ageng Pandanaran saat dirampok itu dengan nama Salah
Tiga karena perampokan itu terjadi karena ada tiga pihak yang melakukan ramai seperti yang
kesalahan, yakni Ki Ageng Pandanaran, istrinya, dan para penyamun. Seiring
perkembangan zaman, nama Salah Tiga bergeser ucapannya menjadi Salatiga.
pernah diprediksi
Kini Salatiga yang sejarah asal usul namanya menurut cerita rakyat terkait Nyi oleh Sunan
Ageng Pandanaran itu menjadi kota yang ramai seperti yang pernah diprediksi
oleh Sunan Kalijaga. Kalijaga.
3.21.2 Rajutan Berbagai Pusaka
Aset Kuliner
Sambal Tumpang Koyor Grubi
Sambal Tumpang Koyor dibuat dengan Grubi adalah makanan salah satu
bumbu-bumbu sederhana seperti makanan tradisional yang juga sering
bawang merah, bawang putih, kencur, di cari orang untuk dijadikan oleh -
daun jeruk, salam, lengkuas, dan cabai. oleh bagi para wisatawan.Makanan
Kemudian dicampur dengan santan yang terbuat dari ubi ini memiliki rasa
dan jika ingin kuahnya lebih memerah, manis, legit. Karena tidak terlalu manis,
tambah cabai merah besar yang sudah makanan ini banyak digemari oleh para
dihilangkan bijinya. Kemudian, untuk isian Sambal Tumpang Koyor penikmat makanan. Grubi juga sudah menjadi salah satu makanan
adalah koyor itu sendiri atau urat sapi di bagian dengkul, pipi, serta khas Salatiga, di Salatiga penyebaran grubi sudah hampir di seluru kota.
mulut. Bisa ditambahkan pula tulang muda sapi dan krecek. Selain itu, Jadi bagi wisatawan yang menyukai makanan ini tidak akan kesulitan
yang tak bisa ditinggalkan adalah tahu yang sebagian sengaja dibuat untuk mencari grubi karena hampir di setiap toko oleh - oleh atau toko
hancur. makanan kecil pasti lah ada makanan ini.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Budaya Tangible


Prasasti Plumpungan Desa Wisata Tingkir Lor
Prasasti Plumpungan (juga Salah satu tempat wisata yang
disebut Prasasti Hampran) berada di desa tingkir, kabupaten
adalah prasasti yang tertulis salatiga, provinsi jawa tengah, negara
dalam batu besar berjenis indonesia. Wisata Desa Wisata Tingkir
andesit berukuran panjang di Salatiga Jawa Tengah adalah tempat
170 cm, lebar 160 cm dengan wisata yang ramai dengan wisatawan
garis lingkar 5 meter. Prasasti pada hari biasa maupun hari liburan.
ini ditemukan di Dukuh Tempat ini sangat indah dan bisa memberikan sensasi yang berbeda
Plumpungan, Desa Kauman dengan aktivitas kita sehari hari.
Kidul, Kecamatan Sidorejo,
berangka tahun 750 Masehi.
Prasasti ini dipercaya sebagai Klenteng Amurvabhumi
asal mula kota Salatiga. Vihara Amurva Bhumi Jakarta, atau
Hok Tek Tjeng Sin, adalah wihara dan
Dengan demikian, pemberian tanah perdikan (daerah bebas pajak) kelenteng yang terletak di Jl. Prof.
merupakan peristiwa yang sangat istimewa dan langka, karena Dr.Satrio No.2 (lebih dikenal sebagai Jl.
hanya diberikan kepada desa-desa yang benar-benar berjasa Casablanca), Setiabudi, Jakarta Selatan.
kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itu maka raja menulis Saya lewat wihara ini hampir setiap
dalam Prasasti Plumpungan Srir Astu Swasti Prajabhyah, yang hari selama sekitar tujuh tahun ketika
artinya: “Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian”. Ditulis pada saya masih bekerja di sebuah perusahaan yang berkantor di Menara
hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi. Danamon, sekarang Sampoerna Strategic Square

Aset Kebudayaan/Adat
Saparan Kirab Budaya Hari Jadi
Saparan berasal dari kata Kirab berarti perjalanan
Sapar, yang berarti nama bersama-sama atau beriringan-
bulan dalam kalender Jawa. iringan secara teratur dan
Pada bulan ini, masyarakat berurutan, dari depan ke
melakukan syukuran Dusun belakang pada suatu rangkaian
dan momen silaturahmi upacara (adat, keagamaan,
keluarga. Tradisi ini masih dsb) atau dapat juga disebut
rutin dilakukan masyarakat di dengan pawai. Kirab budaya selalu diselengarakan di kota-
Desa Kopeng, Salatiga. kota besar di Indonesia, termasuk Kota Salatiga. Selain sebagai
Setiap rumah akan pengenalan budaya-budaya yang ada di Indonesia, kirab budaya
menyiapkan masakan untuk tamu yang datang. Makna Saparan dapat membentuk karakter masyarakat agar mempunyai potensi
sendiri adalah syukuran dusun dan silaturami dengan keluarga serta seni dan kreativitas dalam mempertahankan sejarah maupun
tetangga satu Dusun dan berlangsung selama sehari di bulan Sapar. budayanya. Kirab Budaya di Kota Salatiga rutin dilakukan dalam
rangka memperingati Hari Jadi Kota Salatiga.
3.22 KOTA
169

SURAKARTA
Kota Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah wilayah otonom dengan
status kota di bawah Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk
503.421 jiwa (2010) dan kepadatan 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2,
ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di
sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah
timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Kota ini juga
merupakan kota terbesar ketiga di pulau Jawa bagian selatan setelah Bandung
dan Malang menurut jumlah penduduk. Sisi timur kota ini dilewati sungai
yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama
dengan Yogyakarta, Surakarta merupakan pewaris Kesultanan Mataram yang
dipecah melalui Perjanjian Giyanti, pada tahun 1755.

3.22.1 Sejarah
Cerita bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung
Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta Komandan pasukan
Belanda J.A.B Van Hohenndorff untuk mencari lokasi ibukota kerajaan
Mataram Islam yang baru. Setelah mempertimbangkan faktor fisik dan non-
fisik akhirnya terpilihlah suatu desa di tepi Sungai Bengawan yang bernama
desa Sala ( 1746 Masehi atau 1671 Jawa ). Sejak saat itu desa Sala berubah
menjadi Surakarta Hadiningrat dan terus berkembang pesat.

Kota Surakarta pada mulanya adalah wilayah kerajaan Mataram. Kota ini
bahkan pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram. Karena adanya
Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Mataram Islam terpecah
karena propaganda kolonialisme Belanda. Kemudian terjadi pemecahan
pusat pemerintahan menjadi dua yaitu pusat pemerintahan di Surakarta dan
Yogyakarta. Pemerintahan di Surakarta terpecah lagi karena Perjanjian Salatiga
(1767) menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.

Pada tahun 1742, orang-orang Tionghoa memberontak dan melawan


kekuasaan Pakubuwana II yang bertahta di Kartasura sehingga Keraton
Kartasura hancur dan Pakubuwana II menyingkir ke Ponorogo, Jawa Timur.
Dengan Bantuan VOC pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dan
Kartasura berhasil direbut kembali. Sebagai ganti ibukota kerajaan yang telah
hancur maka didirikanlah Keraton Baru di Surakarta 20 km ke arah selatan
timur dari Kartasura pada 18 Februari 1745. Peristiwa ini kemudian dianggap
sebagai titik awal didirikannya kraton Kasunanan Surakarta.

Pemberian nama Surakarta Hadiningrat mengikuti naluri leluhur, bahwa


Kerajaan Mataram yang berpusat di Karta, kemudian ke Pleret, lalu pindah Sumber: https://ksmtour.com/media/images/articles24/keraton-surakarta-solo-jawa-tengah.jpg

ke Wanakarta, yang kemudian diubah namanya menjadi Kartasura. Surakarta


PROFIL KOTA PUSAKA

Hadiningrat berarti harapan akan terciptanya negara yang tata tentrem karta
raharja (teratur tertib aman dan damai), serta harus disertai dengan tekad dan
keberanian menghadapi segala rintangan yang menghadang (sura) untuk
mewujudkan kehidupan dunia yang indah (Hadiningrat). Dengan demikian,
kata “Karta” dimunculkan kembali sebagai wujud permohonan berkah dari
para leluhur pendahulu dan pendirian kerajaan Mataram.

Sejarah nama kota Solo sendiri dikarenakan daerah ini dahulu banyak
ditumbuhi tanaman pohon Sala ( sejenis pohon pinus) seperti yang tertulis
dalam serat Babad Sengkala yang disimpan di Sana Budaya Yogyakarta. Sala
berasal dari bahasa Jawa asli ( lafal bahasa jawa : Solo ) Pada akhirnya orang-
orang mengenalnya dengan nama Kota Solo.

3.22.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Pusaka Budaya Tangible
Kawasan Keraton Kasunanan Kawasan Loji Wetan
Kawasan Keraton Kasunanan menjadi Kawasan Loji Wetan Secara Administratif
bangunan cagar budaya karena sejarah terletak di Kelurahan Kedung Lumbu,
perkembangan Kota Surakarta salah Kecamatan Pasar Kliwon. Toponim Lodji
satunya berawal dari Keraton Kasunanan Wetan berasal dari kata bahasa Jawa Loji
ini. Bangunan bersejarah ini berdiri yang berarti lumbung dan Wetan yang
megah di pusat kota Solo, tepatnya di berarti Barat. Pada masa pendudukan
tepi lapangan Alun-Alun Utara kota Belanda di Indonesia, daerah ini pada
Solo, Kelurahan Baluwarti Kecamatan Pasar Kliwon. Memiliki arsitektur khususnya menjadi lumbung padi atau makanan yang lain bagi daerah
bangunan dengan setiap jenis pengembangan bangunan selalu di sekitarnya.
diupayakan mengikuti pola keraton lama. Disebelahnya berdiri pusat
ekonomi Pasar Klewer, berdampingan dengannya adalah Masjid Agung Bank Indonesia
Surakarta. Ketiganya menghadap tanah lapang yang luas sebagai salah De Javasche Bank (DJB) atau cikal
satu simbol kebesaran kerajaan Mataram Islam. bakal BI merupakan saksi sejarah
sosial ekonomi Kota Solo. Gagasan
Kawasan Permukiman Baluwarti pembentukan bank sirkulasi untuk
Kawasan Permukiman Baluwarti Hindia Belanda ini dicetuskan,
merupakan kompleks bangunan Yang mengingat kondisi keuangan di
dihuni oleh para pangeran, bangsawan, tanah jajahan dianggap memerlukan
kerabat, abdi dalem Keraton, juga penertiban dan pengaturan sistem pembayaran dalam bentuk
orang-orang yang berprofesi selain lembaga bank.
itu, seperti pedagang. Permukiman
baluwarti sebennarnya berada di dalam Pertama kali DJB dibangun di Batavia. Selanjutnya, DJB mulai membuka
kompleks Keraton Kasunanan di lingkaran kedua setelah tembok kantor cabang di luar Batavia, yaitu Semarang dan Surabaya. Presiden
kedhaton, dan terletak diantara dua buah tembok besar dengan tebal DJB, CFW Wiggers van Kerchem, lalu menyatakan pendirian Kantor
2 m dan tinggi 6 m. Wilayah ini mempunyai dua buah pintu, yaitu Kori Cabang Solo adalah suatu kebutuhan. Kondisi sosial ekonomi
Brajanala (Gapit) utara dan Kori Brajanala (Gapit) selatan, satu dengan kota amat dinamis, berkat perdagangan lintas etnis. Dengan Surat
lainnya dihubungkan oleh dua jalur jalan yang sejajar dengan tembok Keputusan No 15 tanggal 23 Oktober 1867, maka disetujuilah pendirian
Kedhaton. Kantor Cabang Solo dan diresmikan pada 25 Nopember 1867.

Benteng Vastenburg
Kota Surakarta dalam periode 17-19, terkenal dengan nuansa kekuasaan tradisionalistik Kerajaan Kasunanan
Surakarta. Tetapi eksistensi kutaraja ini dipotong oleh Belanda dengan menghadirkan konsep kutanegara yang
ditandai dengan dibangunnya Benteng Vastenburg oleh Baron Van Imhoff.
Benteng ini dibangun setelah keraton dipindahkan dari Kartasura ke Surakarta, dengan izin Paku Buwana II.
Belanda sengaja membangun benteng di dekat keraton dengan tujuan agar pasukan Belanda dapat mengamati
aktivitas Pasukan Keraton.
Aset Pusaka Budaya/Adat 171
Mahesa Lawung
Salah satu ritual adat yang
diselenggarakan dan dilestarikan
Kota Surakarta adalah Mahesa
Lawung. Mahesa Lawung
Merupakan upacara yang digelar
setahun sekali setiap tanggal 3
Rabiul Akhir oleh Keraton Surakarta
di Alas Krendawahana. Ritual ini biasanya digelar sekitar 40 hari
pasca upacara Garebeg Mulud atau puncak perayaan sekaten.

Malam Selikuran
Merupakan upacara yang
diselenggarakan setiap tanggal
Aset Pusaka Kerajinan
21 pada bulan Ramadhan untuk
memperingati turunnya Al-Qur’an
Batik
Batik merupakan salah satu
dan malam lailatul Qodar. Upacara
kerajinan kain dengan corak
ini diadakan di dalam Masjid
tertentu yang dihasilkan
keraton dan Masjid Agung.
dari bahan malam. Pada
Adat Grebeg perkembangannya, kerajinan
Merupakan upacara adat keraton batik berkembang dengan lebih
Surakarta berupa padare gunungan modern dengan proses cetak
yang terbuat dari makanan, sayuran, atau printing. Jenis batik yang
serta jajan pasar yang dibentuk terkenal dari Kota Surakata. Batik
menyerupai gunung. Terdapat beberapa telah ditetapkan oleh UNESCO
grebeg yang digelar oleh Keraton sebagai warisan kemanusiaan
Surakarta meliputi, Grebeg Maulud, untuk budaya lisan dan non-
Grebeg Besar, dan Grebeg Poso. ragawi (masterpieces of the
oral and intangible heritage of
Festival Keraton humanity) sejak tahun 2009.
Terdapat Beberapa festival Budaya membatik di Kota
pernah diselenggarakan oleh Surakarta telah sudah ada seja
keraton Kasunanan dan Pura zaman kerajaan Pajang dan
Mangkunegaran. Kegiatan yang menjadi komoditi perdagangan
pernah diselenggarakan meliputi seni dan digunakan sebagai komoditi
ketoprak,seni tari, wayang orang, perdagangan. hampir seluruh
wayang kulit, seni tari, dan karawitan. kelurahan di Kota Surakarta
memiliki potensi industri
kerajinan batik yaitu Kelurahan Danukusuman, Kelurahan
Jayengan, Kelurahan Laweyan, Kelurahan Sondakan, Kelurahan


Sudiroprajan, Kelurahan Kauman, Kelurahan Semanggi, Kelurahan
Pasar Kliwon, Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Manahan,
serta Kelurahan Nusukan, Namun, kelurahan yang paling dominan
memproduksi batik adalah kelurahan Laweyan sejak abad 15 dan
Kelurahan Kauman yang ada seja abad 19 ( Najma, 2012).
Batik telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai warisan Gamelan
Gamelan merupakan instrumen

kemanusiaan untuk budaya musik yang biasanya menonjolkan


metalofon, gambang, gendang,

lisan dan non-ragawi sejak dan gong. Gamelan sendiri berasal


dari bahasa Jawagamel yang

tahun 2009 berarti memukul / menabuh, diikuti


akhiran an yang menjadikannya
kata benda. Seni musik gamelan banya di temukan di Pulau
Jawa, Madura, Bali dan Lombok. Kerajinan Gamelan di Kota
Surakarta dapat ditemukan di Loji Wetan, Balai Agung, Jebres
dan Semanggi.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.23 KOTA
TEGAL
Kota Tegal adalah salah satu wilayah otonom di provinsi Jawa Tengah. Kota
ini pernah menjadi cikal-bakal berdirinya Korps Marinir seperti tercatat dalam
Pangkalan IV ALRI Tegal dengan nama Corps Mariniers, pada 15 November
1945. Kota Tegal berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut
Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur. Hari
jadi Kota Tegal adalah 12 April 1580.

3.23.1 Sejarah
Kota Tegal merupakan penjelmaan dari sebuah desa yang bernama “Teteguall”
yang pada tahun 1530 telah nampak kemajuannya dan termasuk wilayah
Kabupaten Pemalang yang mengakui Trah (Kerajaan) Pajang. Ada beberapa
sumber mengatakan sebutan teteguall diberikan seorang pedagang asal
Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500 –
an (Suputro, 1955) yang memiliki arti tanah subur yang mampu menghasilkan
tanaman pertanian (Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984).

Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi sejarah tlatah Kota Tegal tidak lepas
dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit,
karena sang ayah Ki Gede Tepus Rumput (kelak bernama Pangeran Onje) ialah
keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo yang masih punya kaitan dengan
keturunan dinasti Majapahit .

Penekanan pada bidang pertanian, tak dapat dilepaskan dari kondisi wilayah
dan akar kesejarahan tlatah Kabupaten Tegal yang mengembangkan
kapasitasnya selaku wilayah agraris. Tradisi keagrarisan dimulai dari ketokoan
Ki Gede Sebayu juru demung trah Pajang. Bangsawan ini (Ki Gede Sebayu)
adalah saudara dari Raden Benowo. Bahkan kalau dirunut keagrarisan itu
dimulai semenjak Mataram Kuno. Selain berhasil memajukan pertanian, beliau
juga merupakan ahli agama yang telah membimbing warga masyarakat dalam
menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas keberhasilan
usahanya memajukan pertanian dan membimbing warga masyarakat dalam
menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, beliau diangkat
menjadi pemimpin dan panutan warga masyarakat.

Ki Gede Sebayu, yang masih keturunan trah Majapahit. Beliau memilih diam
cegah dhahar lawan guling, karena prihatin. Bahkan pada saat suasana makin
kacau karena perang saudara, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak
Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang. Namun, Sebayu menolak.
Sumber: http://ajaib.us/wp-content/uploads/2016/06/tegal-768x514.jpg
173
Karena tidak merasa tega melihat penderitaan manusia akibat perebutan
kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda. Beliau melepas atribut
kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup. Sampailah dia
di sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai yang
dialiri air yang bening sampai muara laut. Sungai itu adalah sungai Gung (Kali
Gung). Sungai ini dinamakan Kali Gung sebab bersinggungan dengan mata
air yang berasal dari Gunung Agung yakni sebuah nama kuno dari Gunung
Slamet dan bermuara ke utara hingga laut jawa.

Beliau terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak
berpenghuni itu. Ditengah- tengah hamparan padang rumput luas itu, ki
gede Sebayu temukan Persinggahan disana hanya ada beberapa bangunan
semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat.

Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung
dikebumikan (sekarang bernama Desa Panggung). Mbah Panggung yang
bernama asli As sayid al habib Abdurrohman as segaf putra dari Sunan Drajat
dan Dewi Condrowati yang merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim
(Sunan Bonang).

Terbersitlah di benak Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok


tanam. Dia merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga
menghentikan pengembaraannya. Diajaknya warga setempat membabat
alang-alang agar jadi tegalan. Selain itu, dia juga membuat bendungan di
hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi. Kesaksian ini
diperkuat denga ditemukannya artefak kuno dan candi di desa Pedagangan.
Ditambah tlatah Tegal kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan


Mataram Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pada agraris ( De
Graaf, 1986).

Sementara itu, setelah perang panjang antar saudara mulai dingin Pangeran Hari, tanggal dan
Benowo diangkat menjadi raja Pajang. Dia membutuhkan sepupunya. Sebayu,
untuk menjadi patih. Dia pun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari
tahun Ki Gede
Sebayu. Di Desa Teteguall, tempat Sebayu bermukim, sepupu Benowo itu Sebayu diangkat
ditemukan. Namun, karena Sebayu tidak mungkin meninggalkan rakyat
Teteguall, karena alasan tersebut Pangeran Benowo melantik dia menjadi menjadi Juru
juru demang atau sesepuh Desa Teteguall. Anugerah sebagai sesepuh desa
diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun
Demung (Bupati)
588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi. itu ditetapkan
Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Pemimpin pertama Tegal dilaksanakan sebagai hari jadi
pada perayaan tradisional setelah menikmati hasil panen padi dan hasil
pertanian lainnya. Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran dan budaya
Kota Tegal dengan
agama islam yang hingga sekarang masih berpengaruh pada kehidupan peraturan Daerah
masyarakat. Hari, tanggal dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Juru
Demung (Bupati) itu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Tegal dengan peraturan No.5 tahun 1988
Daerah No.5 tahun 1988 tanggal 28 Juli 1988. tanggal 28 Juli 1988.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.23.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Pusaka Budaya Tangible
Pendopo Balaikota Tegal Gedung DPRD
Pendopo Ki Gede Sebayu Berdiri Gedung DPRD Bangunan peninggalan
tahun 1825 bersamaan dengan Belanda yang berdiri tahun 1750an oleh
pembangunan masjid agung kota tegal Mathijs Willem de Man (1720-1763)
. setelah sebelumnya Pendopo berada semula menjadi rumah pribadi Residen
di kompleks kaloran. Pada masa awal Tegal masa itu. Pada tahun 1950 setelah
Kemerdekaan Gedung ini Digunakan pembentukan Kabupaten dan kota Oleh
oleh Pemerintah Kabupaten Tegal Pemerintah Republik Indonesia, yang
Pada Masa kepemimpinan Sjamsuri Mastur Gedung ini di tempati menyatakan Exs Gemeente Tegal adalah Kota Kecil. Fungsi bangunan
Pemerintah Kota Tegal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 ini berubah menjadi Balai Kota Tegal. Pada tahun 1987 Setelah Balaikota
tahun 1984 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat Tegal pindah dari Jl Pemuda Ke Jl Kigede sebayu. Gedung ini resmi
II Tegal Dari Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Ke Kota Slawi menjadi kantor DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)
Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal. Resmilah Gedung
Kabupaten (Jl Ki Gede Sebayu ) menjadi Balaikota Tegal Kantor Pos Besar
Dibangun sekitar tahun 1930
Stasiun Kota Tegal an, Dahulu digunakan sebagai
Stasiun Tegal dibangun pada tahun Markas Angkatan Laut, kemudian
1885 sebagai stasiun trem JSM (Java pada tahun 1954 diserahkan
Spoorweg Maatschappij). Pada tahun kepada PTT (Posts Telegraafend
1897, Stasiun Tegal dibeli oleh maskapai Telefoon Diensts) pad tahun 1961
perkeretaapian SCS (Semarang-Cheribon Jawatan PTT berubah menjadi
Stoomtram Maatschappij), stasiun Perusahaan Negara (PN) Pos dan
dengan atap besar berbahan kayu yang Telekomunikasi, hingga sekarang bernama Gedung Kantor Pos
mengatapi tiga sepur (jalur). Pada tahun 1918, sebagian dari bangunan
direnovasi berdasarkan karya arsitek Henri Maclaine Pont (1885-1971) Masjid Agung Kota Tengah
tetapi atap buatan tahun 1897 tidak diubah banyak Mesjid Agung Kota Tegal yang
terletak di sebelah barat Alun-
Gedung Birao alun Kota Tegal, Kelurahan
Berdasarkan rancangan Henri Maclaine Mangkusuman Kecamatan Tegal
port (1885 - 1971) pada tahun 1910 Timur. Awalnya hanya digunakan
di belanda Gedung SCS (Samarang- untuk melaksanakan ibadah sholat,
Cheribon Stoomtram Maatschappij) namun seiring dengan berjalannya
Kantor Birao dibangun Belanda pada waktu mulai ikut berperan dalam
tahun 1913. Dengan acuan konsep kegiatan-kegiatan lainnya. Di antaranya adalah menyelenggarakan
arsitektur eropa pada negara jajahan seminar, dialog, pelatihan-baik dilaksanakan oleh lembaga-lembaga
(Euroeesche Stoomtram Maatschappij) yang merespon lintasan internal mesjid maupun dari pihak-pihak luar.
matahari tropik degan pola massa bangunan diletakkan memanjang
dari timur ke barat. Bioskop Dewa-dewi
Umur bioskop ini hampir seumuran
dengan Bioskop Roxi. Ada yang
menyebutkan dahulunya bernama
bioskop rex kemudian berganti nama
menjadi bioskop dewa. Seiring dengan
pergantian nama bioskop dewi.
Kedua bioskop ini mengalami masa
keemasannya diawal awal industri perfilman muncul. Hingga tahun
90an bioskop ini masih ramai dikunjungi para pecinta film baik film
mancanegara maupun film nasional.
175

Aset Pusaka Budaya Intangible


Sedekah Laut
Perayaan upacara Sedekah Laut
merupakan tradisi masyarakat Kota Tegal
terutama para nelayan yang tinggal di
pesisir pantai utara. Perayaan upacara
Sedekah Laut yaitu sebagai ungkapan
rasa syukur, berkah dan rezeki dari hasil
laut yang selama ini menjadi sumber
pengasilan nelayan.
Serangkaian acara menyambut acara sedekah laut, setiap tahun,
sebelumnya diawali acara kirab ancak. Pawai kirab dimeriahkan
serangkaian acara kesenian. Selain itu ikut dikirab sejumlah kepala
kerbau dan kambing. Setelah diinapkan satu malam, sejumlah kepala
kerbau dan kambing esoknya dilarung. Prosesi larung sesaji diikuti
puluhan kapal ikan, dan biasanya dalam acara larung sesaji ratusan
warga ikut mengantar sampai ke tengah laut, tempat di mana seluruh
sesajian diceburkan ke tengah laut.

Wayang Golek Tegal


Kebanyakan dari kita sudah mengenal wayang golek seperti si cepot
dan unyil yang berasal dari Jawa Barat. Tapi siapa sangka, jika wayang
golek juga berkembang di daerah lain. Kota Tegal yang berada di
Provinsi Jawa Tengah pun, memiliki kebudayaan wayang golek, yakni
wayang golek cepak tegalan.

Wayang golek cepak tegalan terbuat dari kayu kedondong jaran. Jenis
kayu ini dipilih karena kualitasnya yang bagus dan memiliki ketahanan
prima. Untuk mewarnai wayang ini, pengrajin menggunakan cat
semprot kendaraan roda empat.

Tari Endel
Indonesia punya banyak ragam budaya
tari. Dan Tegal punya salah satu tarian
khas. Tari Topeng Endel. Tari Topeng
Endel merupakan salah satu jenis tari
topeng. Topeng gaya Tegal punya
banyak ragam bentuk, paling tidak ada
6 raga gaya Tegal yakni Topeng Endel,
Kresna, Panji, Patihan, Lanyapan, Alus dan Kelana. Pawai Taaruf
Topeng Endel Adalah bentuk topeng wanita dengan kostum endel Pawai Ta’aruf, adalah pawai tradisional yang diikuti semua lapisan
yang mirip penari Gambyong. Tariannya diiringi gending lancaran masyarakat dan diadakan dalam menyambut hari-hari besar Islam,
ombak banyu laras slendro manyuro. Topeng Kresna bermuka yang mana sebagian besar mayarakat melakukan pawai keliling kota
merah jambu dan berambut. Gending pengiringnya adalah lancaran dengan menggunakan baju muslim yang beraneka ragam.
lelenderan naik lancaran praliman. Topeng Panji bermuka menunduk Sambil melantunkan salawat dan lagu-lagu Islami, mengusung
(luruh). Mukanya berwarna putih, berambut mirip tokoh Arjuna. replika Alquran dan poster berisi pesan menjauhi maksiat. Upacara ini
Gending pengiringnya adalah lancaran gunung sari laras slendro patet diadakan dalam Pawai Ta’aruf ini menjadi tontonan yang menarik bagi
nem. wisatawan.
PROFIL KOTA PUSAKA

3.24 KOTA
BLITAR
Kota Blitar adalah kota terkecil kedua di Jawa Timur yang berjarak sekitar 197
km arah barat daya dari ibu kota provinsi. Meskipun kecil, nama Kota Blitar
sangat terkenal karena tokoh besar Sang Proklamator Republik Indonesia
dilahirkan dari kota ini. Bahkan makam Sang Proklamator yang terletak
di jantung Kota Blitar hingga detik ini masih menjadi magnet bagi kaum
wisatawan untuk datang dan berkunjung ke Kota Blitar.

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kota Blitar dari tahun
ke tahun terus meningkat. Tahun 2015 jumlah penduduk sebesar 137.908 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,73 persen. Laju pertumbuhan
penduduk tahun ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai
0,89 persen.

3.24.1 Sejarah
Berdasarkan legenda, dahulu bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menguasai
daerah Blitar yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa
perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya tersebut kemudian mengutus
Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar. Keberuntungan berpihak
pada Nilasuwarna, ia dapat mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya,
ia dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar I untuk kemudian memimpin
daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil
ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali pulangnya bangsa
Tartar. Akan tetapi, pada perkembangannya terjadi konflik antara Aryo Blitar
I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Konflik
ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri
Aryo Blitar I.

Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih tahta dengan gelar
Adipati Aryo Blitar II. Akan tetapi, pemberontakan kembali terjadi. Aryo Blitar
II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan
Joko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda. Sebenarnya,
rakyat Blitar yang multietnis saat itu telah melakukan perlawanan, tetapi dapat
diredam oleh Belanda.

Kota Blitar mulai berstatus gemeente (kotapraja) pada tanggal 1 April 1906
berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 150/1906.
Pada tahun itu, juga dibentuk beberapa kota lain di Pulau Jawa, antara lain
Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Kota Magelang, Samarang, Salatiga,
Madioen, Soerabaja, dan Pasoeroean.
Sumber: http://belitar.com/wp-content/uploads/2017/07/gerbang-makam-bung-karno.jpg
177
Dengan statusnya sebagai gemeente, selanjutnya di Blitar juga dibentuk
Dewan Kotapradja Blitar yang beranggotakan 13 orang dan mendapatkan
subsidi sebesar 11.850 gulden dari Pemerintah Hindia Belanda. Untuk
sementara, jabatan burgemeester (wali kota) dirangkap oleh Residen Kediri.

Pada zaman pendudukan Jepang, berdasarkan Osamu Seirei tahun 1942, kota
ini disebut sebagai Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan dipimpin oleh
seorang shi-chō. Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
No. 17/1950, Kota Blitar ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas
wilayah 16,1 km². Dalam perkembangannya, nama kota ini kemudian diubah
lagi menjadi Kotamadya Blitar berdasarkan Undang-Undang No. 18/1965.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48/1982, luas wilayah Kotamadya
Blitar ditambah menjadi 32,58 km² serta dikembangkan dari satu menjadi
tiga kecamatan dengan dua puluh kelurahan. Terakhir, berdasarkan Undang-
Undang No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah menjadi Kota Blitar.

3.24.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Peninggalan Soekarno
Perpustakaan dan Museum Hotel Centrum
Bung Karno Ketika Bung Karno berkunjung ke Blitar
Perpustakaan dan Museum Bung Karno biasa menginap di hotel yang terletak di
Perpustakaan Bung Karno diresmikan jalan Merdeka ini, ada satu kamar favorit
3 Juli 2004 oleh Presiden Megawati yang selalu ditempati Bung Karno yang
Soekarno Putri, yang dimaksudkan agar hingga saat ini masih terpelihara seperti
ide, gagasan konsep, dan pemikiran aslinya dan dinamai kamar Putra Sang
Bung Karno yang merupakan kekayaan Fajar. Setiap keluarga besar bung Karno
intelektual menjadi aset negara yang disejajarkan dengan pemikiran ataupun pejabat negara menginap di Blitar selalu menggunakan kamar
ahli & ideologi yang berkembang di dunia sehingga bisa dipahami tersebut untuk menginap.
segala lapisan masyarakat untuk melanjutkan perjuangan bangsa
dalam mewujudkan cita – cita. Perpustakaan ini terletak tepat sebelah
selatan Makam Bung Karno, di jalan Kalasan kelurahan Bendogerit.
Aset Peninggalan Zaman Kemerdekaan
Istana Gebang
Pemikiran revolusioner dan jiwa Monumen Trisula
nasionalis serta patriotis Bung Karno Monumen Tugu Trisula dibentuk
tentu saja tidak lahir begitu saja, dan diresmikan pada tanggal
karena telah melalui proses dan 18 Desember 1972 oleh Deputy
tempaan yang panjang dimulai pada Kasad Bapak Letjen TNI Mochamad
saat masih masa anak-anak, remaja Jasin di daerah Blitar, Jawa Timur
sampai menjadi tokoh nasional tepatnya di Desa Bakung Kecamatan
bahkan dunia seperti dikenal saat ini. Bakung Kabupaten Blitar Selatan.
Monumen Trisula dibangun untuk memperingati dan mengenang
Pemikiran besar Bung Karno pastilah sangat dipengaruhi oleh tragedi pembantaian PKI didaerah Blitar di mana satuan jajaran
perjalanan hidupnya kketika masih anak-anak, ketika masih tinggal Brigade Infanteri Lintas Udara 18/Trisula melaksanakan Operasi
di rumah keluarga bu Wardoyo yang saat ini dikenal dengan Istana pembantaian PKI dipimpin langsung oleh Danbrigif Linud 18
Gebang. Setiap sudut dan ornamen serta perabot yang ada di Istana pertama Kolonel Inf Witarmin.
Gebang tentu telah memberi kesan tersendiri bagi Soekarno Kecil Pada tahun 1968 di Blitar tepatnya di Desa Bakung terjadi aksi
yang turut membangun karakter dan jiwa Bung Karno. Ditempat pembantaian sisa-sisa PKI yang melarikan diri ke daerah Blitar
ini pula rencana pemberontakan PETA yang dipimpin Sudancho selatan. Pasukan Brigif linud 18/Trisula yang dipimpin oleh Kolonel
Supriyadi dimatangkan. Inf Witarmin bersama sama rakyat Blitar bekerjasama untuk
menumpas PKI di Blitar Selatan.
PROFIL KOTA PUSAKA
Aset Peninggalan Zaman Kolonial
Alun-alun Masjid Jami’
Kota Blitar Masjid Jami’ kota Blitar berada di
sebelah barat Alun-alun dan dibangun
Sama seperti
pada masa awal perpindahan pusat
daerah-daerah lain
pemerintahan Blitar yang pada
di pulau Jawa, kota
awalnya berada di desa Blitar. Sejak
Blitar memiliki alun-
dibangun pertama kali, masjid Jami’
alun. Keberadaan
kota Blitar telah melewati berbagai
alun-alun dalam
perkembangan berupa penambahan bangunan dan perluasan area
konsep tata
yang tujuannya untuk menambah kapasitas Jemaah yang semakin
kota sebenarnya
hari semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk
sudah ada sejak
kota Blitar.
zaman dulu dimana alun-alun selalu dipersepsikan sebagai pusat
kota, dan sebelah utara adalah rumah kediaman bupati (pendopo),
sebelah barat alun-alun adalah masjid Jami’ yang melambangkan
Gedung Bekas Sekolah
kebaikan serta disebelah timur atau sisi kiri dari pendopo adalah
Musloovia
penjara yang melambangkan perbuatan yang tidak baik, dan Di kompleks bangunan ini pada tangal
dipojok sebelah utara terdapat sebuah paseban tempat masyarakat 14 Pebruari 1945 Sudanco Supriyadi
menunggu untuk diberi kesempatan menghadap bupati. Sehingga melakukan pepemberontakan
alun-alun berpotensi untuk menjadi salah satu identitas bagi kota. bersenjata terhadap tentara Jepang
Keberadaan alun-alun tersebut tidak bisa lepas dari eksistensi kota yang selanjutnya dikenal dengan
Blitar sendiri, alun-alun sejak dulu dapat dikatakan sebagai pusat Pemberontakan Peta Blitar. Didepan
kemasyarakatan (civic centre), di antaranya sebagai tempat upacara gedung ini terdapat seada sebuah monument yang dikenal dengan
kegiatan pemerintahan, rekreasi, hiburan, pasar malam, kegiatan monument Potelot tempat pengibaran bendera merah putih
ekonomi, dan sebagainya. pertama kali yang berlangsung bersamaan dengan pemberontakan
tersebut.

Aset Kebudayaan Aset Kesenian


Grebeg Pancasila Kesenian Jaranan
Grebeg Pancasila adalah suatu upacara hari lahirnya Pancasila pada Kesenian jaranan merupakan
tanggal 1 Juni yang didesain sebagai peristiwa budaya. Upacara ini kesenian tradisional yang
berbeda dengan upacara lainnya. Ritual upacara ini berisi 3 (tiga) sampai saat ini masih tetap
mata acara pokok yaitu: Upacara Budaya, Kirap Gunungan Limo eksis ditengah-tengah
dan Kenduri. Upacara ini selalu diadakan sekali dalam setahun masyarakat. Diberbagai
di kabupaten Blitar. Hal ini ditujukan untuk mengenang proses hajatan dan acara seremonial
pembuatan Pancasila yang menjadi landasan hukum Indonesia. kesenian jaranan masih sering
Upacara ini juga diikuti oleh semua masyarakat Blitar dan sering dipentaskan. Dan setiap malam minggu dengan fasilitasi dari
dihadiri oleh pejabat-pejabat Indonesia. Sebelum upacara pada Pemkot Blitar, kesenian jaranan selalu ditampilkan di anjungan PIPP
tanggal 1 Juni, pada malam harinya diadakan upacara Bedol Pusaka Kota Blitar. Saat ini ada lebih dari 20 grup kesenian jaranan yang
yang dilanjutkan dengan arak-arakan pusaka yang diikuti barisan masih eksis di kota Blitar yang anggotanya terdiri dari berbagai
obor dan festival lampion yang menempuh jarak kurang lebih kalangan dan usia, sehingga kelestariannya relative terjaga dengan
2 Km dari Istana Gebang dan berakhir di halaman Pemkot Blitar. baik. Dan untuk mengapresiasi sekaligus meningkatkan kualitas
Setelah pusaka disemayamkan di kantor Pemda dilajutkan dengan tampilan mereka, sering diadakan festival dan parade jaranan.
pembacaan tembang mocopat semalam suntuk.

Seruling Purnama Penataran


Festival Blitar Jadoel Purnama Seruling Penataran (PSP) adalah sebuah pagelaran
Pada setiap memperingati hari jadi kesenian yang diselenggarakan di area Candi Penataran saat malam
Kota Blitar selalu digelar berbagai purnama. Event ini digagas oleh Dewan Kesenian Kabupaten Blitar
acara dan sebagai puncaknya adalah (DKKB) dan mulai diselenggarakan pada tahun 2011. Awalnya event
Upacara yang digelar di alun-alun ini diadakan setiap bulan namun sejak tahun 2012 hanya diadakan
pada tanggal 1 April. Dalam upacara empat kali dalam setahun. Pagelaran Purnama Seruling Penataran
tersebut seluruh peserta dan petugas bukanlah pagelaran seni semata. Penyelenggaraan event ini lebih
upacara berpakaian tradisional/djaman doeloe, selesai upacara ditekankan untuk menghidupkan kembali kearifan lokal Nusantara.
diadakan kirab budaya. Sementara even yang menjadi maskot Karena dalam setiap penyelenggaraan PSP selalu dipentaskan
adalah pameran/festival Blitar Djadoel, dimana pada acara ini sendratari maupun kesenian lain yang mangisahkan relief-relief dari
ditampilkan berbagai ragam kesenian dan kuliner tradisional yang Candi Penataran seperti cerita Sritanjung, Bukbuksah Gagangaking,
pernah mewarnai perjalanan Blitar sebagai sebuah kota Panji, Ramayana, dan masih banyak lainnya.
3.25 KOTA
179

KUPANG
Kota Kupang secara astronomis terletak pada posisi 10°36’14” - 10°39’58”
Lintang Selatan dan 123°32’23” - 123°37’01” Bujur Timur dengan luas wilayah
180,27 km2 terdiri dari 6 Kecamatan. Dengan batas wilayah yang meliputi,
Kecamatan Kupang Tengah dan Tabenu Kabupaten Kupang di Timur,
Kecamatan Kupang Barat dan Selat Semau di Barat, Teluk Kupang di Utara, dan
Kecamatan Kupang Barat dan Nekamese di Selatan

3.25.1 Sejarah
Pada abad ke-16 datang dua kekuasaan asing di NTT dengan pusat kegiatannya
di pulau Solor dan membangun benteng pertahanan yang dikenal dengan
nama Benteng Lohayong. Dari Pulau Solor bangsa Portugis mulai memperluas
kekuasaannya ke seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur.

Pada tahun 1613 VOC yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) mulai


berdagang dengan mengirim 3 kapal yag dipimpin oleh Apolonius Scotte
menuju pulau Timor dan mendarat di Teluk Kupang dan diterima oleh Raja
Helong yang sekaligus menawarkan sebidang tanah untuk keperluan markas
VOC. VOC belum mempunyai kedudukan yang tetap di pulau Timor. Pada
tanggal 29 Desember 1645 seorang Padri Portugis yang bernama Antonio de
Sao Jasinto mendarat di Kupang. Beliau mendapat tawaran yang sama dari
Raja Helong dan tawaran tersebut disambut baik oleh Antonio de Sao Jasinto
dengan mendirikan sebuah benteng kecil di tempat tersebut. Namun benteng
tersebut ditinggalkan karena terjadi perselisihan diantara mereka.

VOC semakin menyadari pentingnya wilayah Nusa Tenggara Timur bagi


kepentingan perdagangannya. Sehingga pada tahun 1625 sampai pada tahun
1663 VOC melakukan perlawanan ke daerah kedudukan Portugis di pulau
Solor, dan dengan bantuan orang-orang Islam di Solor, benteng Portugis Ford
Henricus berhasil direbut dan jatuh ke tangan VOC. Pada tahun itu juga terjadi
gempa bumi yang hebat di pulau Solor, sehingga benteng tersebut roboh.

Pada tahun 1653 VOC melakukan pendaratan di Kupang dan berhasil merebut
bekas benteng Portugis Ford Henrricus Concordia yang terletak di muara
sungai Teluk Kupang, tepatnya di Keluarahan Fatufeto (sekarang) dibawah
pimpinan Kapten Johan Burger. Kedudukan VOC di Kupang pada waktu itu
langsung dipimpin oleh Openhofd J. Van Der Heiden. Selama VOC menguasai
Kupang, dari tahun 1653 hingga tahun 1810 telah menempatkan 38 orang
Openhofd di Kupang, dan yang terakhir adalah Stoopkert yang berkuasa dari
tahun 1808 hingga tahun 1810.

Sumber: http://www.seputar-ntt.com/wp-content/uploads/2013/11/IMG_2836.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA


Di masa inilah, nama Lai Kopan oleh Belanda disebut Koepan, dan dalam
bahasa sehari-hari berkembang menjadi Kupang. Pada tahun 1810 di
Kupang ditempatkan seorang residen bernama J. A. Hazaart. Untuk lebih
meningkatkan pengamanan kota, maka pada tanggal 23 April 1886 oleh Kedudukan Kota
Residen Creeve telah ditetapkan batas-batas kota Kupang yang diumumkan
dalam Lembaran Negara Nomor 171 tahun 1886 dengan luas wilayah kurang Administratif
lebih 2 km² Oleh karena itu pada tanggal 23 April 1886 ditetapkan sebagai hari
lahir Kota Kupang.
Kupang
sebagai ibukota
Setelah Indonesia merdeka melalui Surat Keputusan Gubernemen 1946,
tertanggal 6 Februari 1956 Kota Kupang diserahkan kepada Swapraja Kupang,
Propinsi Nusa
yang kemudian dialihkan lagi statusnya pada tanggal 21 Oktober 1946 dengan Tenggara Timur
bentuk Timor Elland Federate atau Dewan Raja-Raja Timor dengan Ketua H. A.
A. Koroh yang juga sebagai Raja Amarasi. merupakan pusat
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Swapraja Kupang Nomor 3 tahun 1946
pengembangan
tertanggal 31 Mei 1946 dibentuk Road sementara Kupang dengan 30 anggota wilayah Nusa
dewan. Selanjutnya pada tahun 1949 Kota Kupang memperoleh status
Haminte dengan walikota pertama Th. J. Messakh. Tenggara Timur
Pada tahun 1955 ketika menjelang Pemilu, dengan Surat Keputusan Mendagri
Nomor PUD 5/16/46 tertanggal 22 Oktober 1955 Kota Kupang disamakan
statusnya dengan wilayah Kecamatan. Pada tahun 1958 ditetapkan UU Nomor
69 tahun 1958 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II (Kabupaten)
yang antara lain Kabupaten Kupang. Dengan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 tahun 1969
tanggal 12 Mei 1969 dibentuk sebuah wilayah kecamatan yakni Kecamatan
Kota Kupang.

Kecamatan Kota Kupang mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke


tahun. Pada tahun 1978 status Kecamatan Kota Kupang ditingkatkan menjadi
Kota Administratif Kupang yang berdasarkan PP Nomor 22 tahun 1978, yang
peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1978. Perkembangan
Kota Administratif Kupang sangat pesat selama kurang lebih 18 tahun, baik
dibidang fisik maupun non fisik.

Kedudukan Kota Administratif Kupang sebagai ibukota Propinsi Nusa


Tenggara Timur merupakan pusat pengembangan wilayah Nusa Tenggara
Timur. Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat,
maka rakyat dan pemerintah Kota Administratif Kupang mengusulkan Kota
Administratif menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang, dan ternyata
disetujui oleh DPR.

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang diresmikan oleh Mendagri


RI. Moh.Yogi SM pada tanggal 25 April 1996. Dengan diberlakukannya Undang-
Undang No. 22 tahun 1999, maka Kotamadya Kupang berubah menjadi Kota
Kupang.
3.25.2 Rajutan Berbagai Pusaka 181
Aset Pusaka Budaya Tangible
Tugu Jepang
Tugu Jepang ini dibangun pada tahun 1943.Tugu ini berbentuk
persegi empat berundak-undak dengan 17 anak tangga. Undakan
pertama paling bawah terdapat lima tangga, undakan kedua enam
tangga dan undakan ketiga juga enam tangga. Pada undak anyang
ke III terdapat sebuah ruangan ukuran 1 x 1 meter dengan pintu ke
arah Utara. Sementara tampak depan yang menghadap ke selatan
sebenarnya terpampang dua marmer yang bertuliskan nama-nama
tentara Jepang yang Jenazahnya di bakar di lokasi tersebut

Pekuburan Peninggalan
Kerkhof
Pekuburan tersebut berisi kubur
dari pegawai dan tentara VOC yang
bentengnya dekat dengan area
pekuburan ini. Hanya tersisia sekitar
dua puluhan makam Belanda yang

Aset Pusaka Alam ditandai denga nisan marmer dalam


bahasa Belanda

Gereja Kota Kupang


Gereja Tua Kota Kupang adalah
Gereja Pertama di Kota Kupang yang
berdiri bersama dengan berdirinya
Benteng VOC di Kupang. Sampai saat
ini masih tetap berfungsi bagi tempat
peribadatan umat Kristen di Kupang

Pantai Pasir Panjang

Pantai Lasiana Air Terjun Oenesu


PROFIL KOTA PUSAKA

3.26 KOTA
PONTIANAK
Secara astronomis, kota Pontianak terletak antara 0°02’24” Lintang Utara dan
0°05’37” Lintang Selatan dan antara 109°16’25” Bujur Timur sampai dengan
109°23’01” Bujur Timur. Dengan batas wilayah yang meliputi, Kecamatan
Siantan Kabupaten Mempawah di Utara, Kecamatan Sungai Raya dan
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya di Selatan, Kecamatan Sungai
Kakap kabupaten Kubu Raya di Barat, Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan
Sungai Ambawang Kabupaten Raya di Timur. Kota Pontianak yang merupakan
ibu kota Propinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah mencapai 107,82
km2yang terdiri dari 6 kecamatan dan 29 kelurahan

3.26.1 Sejarah
Masa Kolonial Belanda dan Jepang
Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan
dipimpin oleh Willem Ardinpola. Belanda saat itu menempati daerah di
seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu
atau Verkendepaal.

Pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan


mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan
bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident
het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat)
dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asisten Residen
Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya menjadi Controleur
het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van
Pontianak.

Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati
Pontianak) mendirikan Plaatselijk Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau
kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk Fonds kemudian
berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepang di Pontianak.

Masa Stadsgemeente
Berdasarkan besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus
1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan menetapkan status Pontianak sebagai
stadsgemeente. Kemudian, pusat PPD ini dipindahkan ke Pontianak yang
awalnya berasal dari Sanggau pada 1 November1945] dan menjadi suatu
wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
183


Masa Pemerintahan Kota
Pembentukan stadsgerneente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah
Kerajaan Pontianak diubah dan digantikan dengan Undang-undang
Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No. 40/1949/ Berdasarkan
KP. Dalam undang-undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak
dan membentuk Pemerintah kota Pontianak, sedangkan perwakilan rakyat Undang-undang
disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak.
Nomor 22 Tahun
Masa Kota Praja 1999 tentang
Sesuai dengan perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-
undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953, bentuk Pemerintahan Landschap Pemerintah di
Gemeente, ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pada masa ini Daerah mengubah
urusan pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan
Pemerintahan Daerah. sebutan Kotamadya
Masa Kotamadya dan Kota
Potianak diubah
Nama Kota Praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya Pontianak, kemudian kemudian menjadi
dengan Undang-undang No.5 Tahun 1974, nama Kotamadya Pontianak
berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak. Berdasarkan Kota Pontianak.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah
mengubah sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan
Pemerintah Kota Pontianak, sebutan Kotamadya Potianak diubah kemudian
menjadi Kota Pontianak.

3.26.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Pusaka Alam

Pantai Pasir Panjang Hutan kota Untan


Terletak di Kecamatan Tujuh belas Pontianak Terletak di dekat jalan ahmad Yani Pontianak
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Budaya Tangible

Tugu Khatulistiwa
Tugu Khatulistiwa dibangun pada tanggal 1928 oleh tim ekspedisi Makam Batu Layang
Geografi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi Makam Batu Layang merupakan
berkebangsaan Belanda, yang dilakukan secara astronomi. Bentuk makam raja pertama di kerajaan
awal dari Tugu Khatulistiwa pada saat dibangun berbentuk Pontianak yang bernama Sultan
seperti tonggak dengan anak panah yang kemudian mengalami Syarif Abdurrahman Alqadrie beserta
penyempurnaan di tahun-tahun berikutnya. Tugu Khatulistiwa dengan raja terakhir bernama Sultan
berada di sekitar 3 km dari pusat kota Pontianak ke arah kota Hamid II, serta beberapa keluarga raja
Mempawah

Keraton Kadriah
Keraton Kadriah Pontianak
adalah pusat pemerintahan
Pontianak tempo dulu
yang didirikan oleh Sultan
Syarief Abdurrahman
Alqadrie pada tahun 1771.
Di dalam keraton terdapat
artefak dan benda-benda
bersejarah tentang perkembangan Kota Pontianak. Letak keraton
berada di daerah kapung Bugis Kecamatan Pontianak Timur

Kawasan Kampung Beting


Kampung Beting adalah kampung
pertama yang dibangun setelah di
bangunnya istana Kadariah di Kota
Pontianak. Kampung ini memiliki
elemen-elemen dan tatanannya
menjadi artefak dari cerminan
Masjid Jami’
karakter wujud kebudayaan Masjid Jami merupakan masjid besar peninggalan kesultanan
dalam permukiman tersebut. Elemen arsitekturnya berupa Pontianak yang telah mengalami rekonstruksi. Hingga saat ini
tempat peribadatan, dermaga, tempat bermusyawarah, elemen masjid ini masih digunakan untuk tempat ibadah bagi masyarakat
pemerintah dan makam Pontianak yang beragama Islam
3.27 KOTA 185

BONTANG
Kota Bontang secara astronomis terletak di antara 117°23’ - 117°38’ Bujur
Timur dan antara 0°01’ - 0°12’ Lintang Utara dengan luas wilayah 495,57km2.
Dengan batas wilayah yang meliputi, Kabupaten Kutai Timur di sebelah Utara
dan Barat, dan Kabupaten Kutai Kertanegara di sebelah Selatan.

Kota Bontang merupakan bagian dari Kabupaten Kutai dan menjadi daerah
otonom berdasarkan Undang-Undang No. 47/1999 tentang Pemekaran
Provinsi dan Kabupaten. Kota Bontang merupakan daerah otonomi dengan
luas wilayah terkecil di Kalimantan Timur

3.27.1 Sejarah
Pada awanya Bontang merupakan kawasan permukiman yang memiliki tata
pemerintahan yang sangat sederhana. Bontang yang terus berkembang
sehingga pada tahun 1952 ditetapkan menjadi sebuah kampung yang
dipimpin oleh tetua adat. Kepemimpinannya di bagi menjadi dua bagian yaitu,
yang berhubungan dengan pemerintahan ditangani oleh kepala kampung
dan yang berhubungan dengan adat istiadat diatur oleh tetua adat.

Sebelum menjadi sebuah kota, status Bontang menjadi Kecamatan dibawah


pimpinan seorang asisten wedana dalam pemerintahan Sultan Aji Muhammad
Parikesit, Sultan Kutai Kartanegara XIX (1921-1960), setelah dittapkan
Undang-Undang No. 27 Tahun 1959 tentang pembentukan Darah Tingkat II di Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-hhbtaKUShf8/VkSwjbm6AfI/AAAAAAAAAF8/04RkNYdTCVA/s1600/
Kalimantan Timur dengan menghapus status Pemerintahan Swapraja pintugerbang.jpg

3.27.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Pusaka Alam
Pulau Beras Basah Teluk Kaba
Bontang Teluk Kaba ini merupakan
Pesona Bahari yang memiliki bagian dari Taman Nasional
pantai pasir putih, dengan Kutai. Di Teluk Kaba ini
ciri khas memiliki mercusuar berbagai kegiatan outdoor
putih.Asal mula nama pulau menarik sering dilaksanakan
ini berasal dari cerita bahwa seperti camping, snorkeling,
dahulunya ada kapal yang membawa beras berlabuh di pulau ini, mancing, dan juga trekking, serta juga ada kegiatan menjelajah
dan kemudian beras-beras yang diturunkan tersebut menjadi basah hutan.
karena terkena ombak

Bontang Kuala
Bontang Kuala merupakan kampung air yang sering juga
disebut desa nelayan. Selain menyugukan pemandangan yang
indah, tempat ini juga menyajikan kuliner khas Bontang yang
kebanyakan merupakan hasil olahan dari laut
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Budaya Tangible


Monumen Pengabdian Rumah Adat Kutai
Monumen Pengabdian, Gantung
dengan luas sekitar 1 Ha, Rumah adat ini dibangun di
memiliki 2 pasang patung tanah seluas 2 hektar yang
yang bergandengan, yang kedepanya bangunan ini akan
diantaranya memiliki ciri dipergunakan untuk acara
khas, sepasang masyarakat ritual adat Eraus Pelas Benua.
berbusana suku Dayak, dan sepasang lagi berbusana Pekerja Bangunan ini berbentuk panggung, terdiri dari beberapa ruang
Industri. Hal ini mengisyaratkan bagaimana pekerja Industri yang digunakan untuk acara ritual adat Kutai dan untuk kantor dan
dan masyarakat asli Kota Bontang, bersatu untuk mengabdi gudang.
memajukkan Kota Bontang.

Taman Nasional Kutai


Taman nasional Kutai adalah
Masjid Tua Kota Bontang
sebuah hutan hujan tropis Masjid Al-Wahab merupakan
dataran rendah di Provinsi masjid tertua yang ada di
Kalimantan Selatan. Taman Kota Bontang yang dididrikan
Nasional Kutai memiliki luas pada masa pemerinthan
198.629 hektar. Taman Nasional kejayaan Kesultanan Kutai Ing
Kutai merupakan satu diantara Martadipura, dari masjid ini
objek andalan Kabupaten Kutai menjadi tonggak sejarah masuk dan berkembangnya agama Islan
Timur. Di Taman Nasional Kutai di Kota Bontang. Masjid ini sempat tak terurus sejak tahun 1960
terdapat hewan dan tumbuhan bahkan nyaris roboh. Pada tahun 2002 warga bersama pemerintah
langka yang dilindungi seperti Kota Bontang akhirnya merenovsi bangunan mesjid ini dengan
orang utan, bekantan, dan beragam anggrek rimba tetap memepertahankan bentuk asli masjid. Bentuk Masjid ini
mengadopsi perpaduan arsitektur dari beberapa daerah, seperti
bugis, Demak, Banjar, dan Kutai

Aset Budaya Intangible


Pesta Laut Bontang
Kuala
Upacara Pesta laut Bontang
merupakan suatu upacara yang
menggambarkan perwujudan
rasa syukur dan doa kepada
Tuhan, agar dalam usaha
di lindungi dan dilimpahkan hasil laut untuk menyejahterakan
keluarga nelayan. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun diantara bulan
November-Desembar yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat

Bontang City Carnaval


Bontang City Carnaval
merupakan puncak dari
rangkaian acara lahir Kota
Bontang, diadakan setiap bulan
Earau Pelas Benua
Oktober yang menampilkan Earau Pelas Benua adalah sebuah tradisi budaya masyarakat
berbagai etnis dan budaya di Bontang yang bertujuan untuk membersihkan dan memohon
Kota Bontang dan melibatkan perlindungan agar Kota Bontang bersih dan terhindar dari segala
semua lapisan masyarakat macam marabahaya. Acara ini digelar tiap tahun sekali
3.28 KOTA
187

BAU BAU
Kota Baubau secara geografis terletak di bagian Selatan Propinsi Sulawesi
Tenggara tepatnya berada di Pulau Buton, yang terletak pada 05˚15’ - 05˚32’
Lintang Selatan dan di antara 122˚30’ - 122˚46’ Bujur Timur dengan luas
wilayah sekitar 221 Km². Adapun batas aministrasi wilayah Kota Baubau
adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton

3.28.1 Sejarah
Periode kesultanan yang meliputi tiga fase merupakan fase perkembangan
yang menunjukkan fase pembaharuan kota Baubau sebagai pusat peradaban
yang meliputi:
- Fase peletakan dasar Islam/kesultanan yang dimulai/dilakukan sultan
Murhum.
Raja Murhum dinobatkan sebagai Sultan Buton pada hari Senin, tanggal
1 Ramadhan 948 H., bertepatan dengan tanggal 19 Desember 1541 M.
Pengukuhan Sultan Murhum mendapat pengesahan dari kekhalifahan
Islam di Rum Turki sebagai khalifatul khamis yang kemudian melembaga
menjadi gelar bagi setiap Sultan Buton. Secara harfiah berarti khalifah yang
ke-5 setelah empat Khulafaur Rasyidun sebagai pengganti Nabi dalam
menegakkan dan menyebarkan Syiar Islam. Pada masa inilah Kesultanan
Butuuni memegang hegemoni di Jazirah tenggara sulawesi
- Fase Kebangkitan Islam/Kesultanan yang dimulai oleh Sultan ke VI
Dayanu Ikhsanuddin
hal yang menonjol pada fase ini adalah pemberlakuan UUD kesultanan
Martabat Tujuh yang sarat dengan ajaran tasawuf, pembukaan sejumlah
pesantren, mata uang kampua sebagai alat tukar resmi di seluruh wilayah
Kesultanan dan dalam interaksi perniagaan dengan bangsa-bangsa Eropa
- Fase Keemasan Kesultanan Buton adalah pada masa Sultan ke-29 La ode
Muhammad Aydrus Qaimuddin (1824-1851)
Beberapa hal yang menonjol pada periode pemerintahan sultan yaitu;
pembangunan Masjid Quba Baadia yang berfungsi sebagai tempat
pendidikan Islam, penegakkan syariat Islam secara totalitas, penggunaan
bahasa arab sebagai bahasa resmi pemerintahan disamping bahasa
Wolio, pembangunan Benteng Baada sebagai kawasan bermukim sultan,
Berkembangnya khasanah kesusastraan melalui penulisan kabanti yang
sarat dengan nilai-nilai Islam, beberapa putera daerah sempat di kirim ke
Mesir untuk memperdalam pengetahuan Islam

Sumber: https://1.bp.blogspot.com/-U2mwQJm6XJA/WB10fdeggcI/AAAAAAAAOmc/
KZX3Dg9YjA80zHdCqdb-MA7I0CXykTMTgCLcB/s1600/DSC_0554%255B1%255D.JPG
PROFIL KOTA PUSAKA

Proses integrasi ke NKRI terjadi pada masa Sultan ke-38 Muhammad Falihi
(1938-1960). Pada tahun 1952 terbentuk Kabupaten Sulawesi Tenggara
yang beribukota di Baubau menjadi salah satu dari tujuh wilayah kabupaten
Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara.

Kabupaten Sulawesi Tenggara melalui Undang-Undang No. 29 tahun 1959


dimekarkan menjadi empat kabupaten yakni Kabupaten Buton, Muna, Kendari
dan Kolaka. Selama menjadi bagian Kabupaten Buton (1959-2001) Kota Baubau
berperan sebagai ibukota Kabupaten Buton. Sejak tanggal 3 November 1981
Kota Baubau ditetapkan sebagai Kota Administratif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 40 tahun 1981. Pada tanggal 17 Oktober tahun 2001
melalui Undang-Undang No 13 tahun 2001 Baubau menjadi Daerah otonom.

Sebagai Daerah otonom secara administratif hari ini Kota Baubau telah terdiri
atas 7 Kecamatan dan 43 kelurahan dengan infrastruktur perkotaan yang
terus dilengkapi bersiap mewujudkan Kota Bau-Bau sebagai Kota Budaya
yang Produktif dan Nyaman, melalui Optimalisasi Sumberdaya Lokal secara
Profesional dan Amanah menuju Masyarakat Sejahtera, Bermartabat, dan
Religi.

3.28.2 Rajutan Berbagai Pusaka


Aset Pusaka Alam
Pantai Nirwana Air Terjun Samparona
Pantai Nirwana sebuah kawasan Merupakan obyek wisata minat
obyek wisata bahari yang terletak di khusus dengan suasana hutan
bibir pantai barat Kota Baubau yang yang masih terjaga yang terletak di
dengan kekayaan dan keunikannya Kecamatan Sorawolio 13 Km arah
sebagai satu pantai yang memiliki timur Kota Baubau. Air terjun yang
berbagai keunggulan dalam dunia bentuknya berundak disebut La
wisata bahari. Lokasi wisata alam pantai Nirwana yang berada di Mogawuna. Ini sebenarnya nama asli yang berasal dari masyarakat
kelurahan Sula kecamatan Betoambari Kota Baubau selain memiliki Kaisabu, penduduk asli masyarakat sekitar lokasi air terjun. Namun,
panorama alam yang indah juga dapat dimanfaatkan untuk ajang banyak warga Baubau menyebutnya Wa Kantongara. Nama ini
olah raga diving dan therapy untuk penyembuhan beberapa jenis berasal dari komunitas Wa Kaisua. Sedangkan air terjun yang kedua
penyakit dan telah dimanfaatkan sejak zaman dahulu. Selain pantai (yang nampak lebih tinggi) disebut Wa Samparona.
nirwana, masih ada beberapa pantai yang tidak kalah menariknya
dengan berbagai keunikan sehingga dapat dijadikan sebagai
pusaka alam seperti, pantai lakeba, pantai lakorapu dan pantai Goa Moko
kokalukuna Gua Moko itu adalah salah
satu gua dengan permandian
Air Terjun Tirta Rimba air payau memanjang sekitar
Obyek wisata Tirta Rimba 50 meter. Dalam Goa tersebut
berjarak 6 km sebelah barat telah ditemukan puluhan
pusat Kota Baubau, tepatnya jenis keramik beragam motif
terletak di Kelurahan Kadolomoko keramik kuno yang ada
Kecamatan Wolio. Air terjun yang di bawah laut tepatnya di
tidak terlalu tinggi namun berada dasar sebuah goa tersebut.
dalam kawasan Hutan Lindung merupakan daya tarik tersendiri Dari motif yang tertera
pada kawasan wisata alam yang cukup natural ini. Di tempat ini pada keramik, ada kemiripan dengan benda benda keramik asal
wisatawan dapat berenang sambil mendengarkan suara burung negeri China. Penemuan benda benda keramik kuno ini ada pada
dan deru angin di sela pepohonan dan dapat melakukan kegiatan kedalaman antara 25 hingga 30 meter.”Beberapa diantaranya
jelajah sungai dan jelajah hutan terdapat di bagian dinding gua dalam telaga.
189


Kawasan Benteng Keraton adalah sebuah kawasan
bersejarah yang memiliki berbagai peninggalan
sejarah yang saling terkait satu sama lainya.

Aset Pusaka Budaya Tangible


Kawasan Benteng Keraton Baruga
Kawasan Benteng Keraton adalah Baruga biasa disebut “Galampa
sebuah kawasan bersejarah yang Syara” atau “Balai Musyawarah”.
memiliki berbagai peninggalan Tempat ini digunakan untuk
sejarah yang saling terkait satu pertemuan maupun pesta- pesta
sama lainya. Dimulai dengan adat yang dilakukan oleh
Benteng Keraton sebagai benteng masyarakat Benteng Keraton
pertahanan yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Buton maupun Pemerintah Kota Baubau.
III yang bernama Lang Sangaji Yang bergelar Sultan Kaimuddin
yang merupakan Sultan Buton Ketiga (1591-1598). Benteng Keraton Batu Popaua
pada akhir tahun 2006 Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat Bhatu Popaua atau juga disebut
benteng ini sebagai benteng terluas di Indonesia dengan luas 22 Bhatu Ponu yang diatapi berada
ha dan 12 pintu gerbang (lawa) serta 16 buah bastion (baluara). dihalaman sebelah Timur laut
Kemudian pada tahun 2009 benteng keraton Buton ditetapkan Masjid Agung Keraton adalah
sebagai benteng terluas di dunia. tempat pelantikan Ratu/Raja
dan Sultan Buton sejak masa
pemerintahan Ratu/Raja WA KAA
Jangkar/ Samparaja KAA sampai pada masa pemerintahan Sultan BUTON XXXVIII
Jangkar ini sebelumnya berada MUHAMMAD FALIHI QAIMUDDIN KHALIFATUL KHAMIS. Seorang
diluar benteng keraton. Tidak jelas Raja/ Sultan yang akan dilantik meletakkan kaki kirinya kedalam
sejak kapan jangkar ini diangkat lubang Bhatu Ponu, kemudian disumpah dan diputarkan payung
masuk kedalam Benteng Keraton. kebesaran diatas kepalanya
Menurut cerita yang berkembang
di masyarakat. Jangkar ini berasal
dari Kapal VOC yang karam disekitar Pulau Muna.
Masjid Quba Baadia
Kuba dalam bahasa Buton artinya
kolam. Kolam ini terletak di depan
Batu Wolio mesjid yang berfungsi sebagai
Batu ini selalu menampung dan tempat mengambil air wudhu.
berair sekalipun di musim kemarau, Mesjid dan kolam ini didirikan
tetapi bila orang tidak beruntung di masa pemerintahan Sultan
dan tidak diperkenankannya maka Muhammad Idrus pada tahun 1826
cawannya tidak berair sekalipun Masehi. Di mesjid ini tidak terdapat bedug sebagaimana mesjid
dimusim hujan. Bhatu Wolio pada umumnya, karena mengikuti mesjid yang ada di Madinah.
ini dikenal juga dengan Batu Yi Letaknya kurang lebih satu kilometer dari Benteng Keraton yaitu di
Gandangi karena untuk melanggengkan SD-Air yang dikandungnya Kelurahan Baadia.
melalui dengan penabuhan gendang dan tari galangi/mangaru
pada hari–hari sakral tertentu, seperti menghadapi pelantikan Raja/
Sultan, malam 1 (satu) Bulan Ramadhan (Tembaana Bula), malam
Idul Fitri, Malam Idul Adha, dan lain-lain
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Budaya Intangible


Prosesi Kakande-Kandea
Pekakande-Kandea adalah salah
satu acara tradisional warisan
leluhur masyarakat Buton yang
hingga saat ini tetap dilestarikan.
Saat ini Pekakande-Kandea juga
dilakukan pada acara-acara untuk
menyambut tamu-tamu penting yang berkunjung ke Daerah ini.
Saat ini Pekakande-Kandea juga merupakan arena kebersamaan
untuk memupuk rasa persatuan melalui Adat dan hubungan
kekeluargaan serta Silaturahmi yang penuh keakraban.
Tamu yang datang lalu duduk berhadapan dengan sang remaja
putri yang dibatasi talam berisikan hidangan tradisional Buton
yang beraneka ragam bentuk dan rasanya. Sang pemuda atau
tamu yang ikut aktif dalam acara ini sebelum tompa atau disuapi Pesta Adat Mata’a
terlebih dahulu menyanyikan lagu Kadandio bagi yang mengetahui Ma’taa merupakan warisan budaya peninggalan masyarakat
lagunya. Setelah lagu berakhir maka terdengarlah suara sebagai Laporo yang rutin diadakan dua kali setahun. Ma’taa mengandung
komando untuk tompa atau disuapi oleh para gadis pendamping makna bersenang-senang setelah berhasil dalam suatu usaha
talam dan sebagai balasan dari sang tamu diberinya sedikit uang yang diwujudkan dalam bentuk makan bersama. Prosesi Ma’taa
sebagai tanda hubungan kemanusiaan yang sangat baik. dilakukan di sebuah Galampa (tempat musyawarah adat) pada
setiap musim barat dan timur. Pesta adat Ma’taa dilakukan secara
turun-temurun dan sudah berlangsung ratusan tahun setelah
mendapat restu dari sultan Buton. Dengan izin sultan beberapa
buah tombak dan gong diserahkan kepada parabela (pejabat yang
merupakan perpanjangan tangan Sultan diluar ibukota kesultanan)

Ritual Gorana Oputa


Ritual ini merupakan akulturasi
tradisi adat dengan ajaran
Islam yang mengandung arti
tentang permohonan Paduka
Sri Sultan kepada sang Maha
Pencipta. Peristiwa Gorana Oputa
dilaksanakan pada pukul 00.00 tengah malam tanggal 12 Rabiul
Awal. Gorana Oputa juga merupakan gambaran tentang tanggung
jawab pemimpin saat ini yang disimbolkan sebagai sultan,yang
mana tugas utamanya adalah sebagai kepala pemerintahan
sekaligus sebagai pemimpin bidang keagamaan. Gorana Oputa
pada masa kesultanan merupakan salah satu bentuk pengorbanan
untuk menegakkan Islam seiring dengan falsafah perjuangan hidup
masyarakat Buton saat itu

Tari Mangaru
Tuturangiana Andala atau Pakandeana Tari Mangaru berasal dari kisah
Andala berarti pemberian sesaji kepada penguasa laut. Ritual ini seorang ksatria dari Pulau Muna
dilakukan oleh penduduk Pulau Makasar sebelum melakukan yang bergelar Rajawali. Karena
aktivitas keseharian mereka di laut. Tujuan ritual ini adalah merasa sudah tidak ada yang bisa
memanjatkan do’a kepada yang Mahakuasa agar senantiasa mengalahkan dia, akhirnya dia
diberi perlindungan dan keselamatan serta hasil tangkapan pun menantang para anggota Sara
yang melimpah selama mereka berada di laut mencari ikan. Juga Wolio (anggota Dewan Legislatif Kesultanan Buton) untuk adu
merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada tuhan atas segala kekuatan dan kesaktian. Secara diam-diam, tiba-tiba ada seorang
karunia yang telah diberikan. Ritual tersebut selalu di rangkaikan pincang yang ingin menantang duel Rajawali. Sang jawara pun
dengan pegelaran Festival Pulau Makasar yang telah ditetapkan melayani. Setelah berduel akhirnya si pincang ini jatuh tersungkur.
sebagai kalender nasional yang pergelarannya setiap tahun di Rajawali tertawa terkekeh-kekeh melihat lawannya sudah tidak
Bulan Juni. berdaya.
3.29 KOTA
191

DENPASAR
Kota Denpasar secara astronomis terletak pada posisi 08 35’ 31” – 08 44’ 49”
Lintang Selatan dan 115 10’ 23” – 115 16’ 27” Bujur Timur dengan luas wilayah
12.778 Ha. Kota Denpasar berbatasan berbatasan dengan Kabupaten Badung
di sebelah Utara, Barat, dan Selatan, sedangkan disebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Gianyar dan Lombok

Denpasar secara administratif memiliki 4 wilayah Kecamatan, 43 Desa/


Kelurahan. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari 10 Desa, Denpasar Timur
11 Desa/Kelurahan, Denpasar Barat 11 Desa/Kelurahan dan Denpasar Utara 11
Desa/Kelurahan

3.29.1 Sejarah
Nama Denpasar berasal dari kata ‘den’ (selatan) dan ‘pasar’ sehingga secara
keseluruhan bermakna “Selatan Pasar”, sebelumnya kawasan ini merupakan
bagian dari Kerajaan Badung, sebuah kerajaan yang pernah berdiri sejak abad
ke-19, sebelum kerajaan tersebut ditundukan oleh Belanda pada tanggal
20 September 1906, dalam sebuah peristiwa heroik yang dikenal dengan
Perang Puputan Badung. Denpasar pada mulanya merupakan pusat kerajaan
di Badung, akhirnya pula tetap menjadi pusat pemerintahan Kabupaten
Tingkat II Badung dan bahkan mulai tahun1958 Denpasar diajdikan pula
pusat pemerintahan bagi tingkat II Badung maupun tingkat I Bali mengalai
pertumbuhan yang angat cepat baik dalam artian fisik, ekonomi, maupun
sosial budaya. Keadaan fisik kota Denpasar dan sekitarnya telah sedemiakian
maju serta pula kehidupan masyarakatnya telah banyak menunjukan ciri-
ciri dan sifat perkotaan. Denpasar menjadi pusat pemerintahan, pusat
perdagangan, pusat pendidikan, pusat industri dan pusat pariwisata yang
terdiri dari 4 Kecamatan.

Melihat perkembangan kota administratif Denpasar ini dari berbagai sektor


sangat pesat, maka tidak mungkin hanya ditangani oleh pemerintah yang
berstatus kota administratif. Oleh karena itu sudah waktunya dibentuk
pemerintah kota yang mempunyai wewenang otonomi untuk mengatur dan
mengurus daerah perkotaan sehingga permasalahan kota dapt ditangani lebih
cepat dan tepat serta pelayanan pada masyarakat perkotaan semakin cepat.

Untuk memenuhi kebutuhan maupun tuntutan masyarakat perkotaan yang


demikian terus meningkat dan dari berbagai pertimbangan antara tingkat I
dan Tingkat II Badung telah dicapai kesepakatan untuk meningkatkan status
kota administrasif Denpasar menjadi Kota Denpasar. Dan akhirnya pada
tanggal 15 Januari 1992 berdasarkan undang-undang Nomor 1 tahun 1992
tentang pembetukan Kota Denpasar lahir dan diresmikan oleh Menteri Dalam
Negeri pada tanggal 27 Februari 1992.
Sumber: http://herikyaerial.blogspot.co.id/2015/06/ikon-kota-denpasar.html
PROFIL KOTA PUSAKA
3.29.2 Rajutan Berbagai Pusaka
Aset Pusaka Tangible
Puri Satria
Pura Pemecutan Puri Satria berdiri pada tahun
Puri Pemecutan berada dijalan 1906 dan berada di jalan Veteran
Thamrin Denpasar. Puri tersebut 62 Denpasar. Dahulunya puri ini
berbahan dasar bangunan batu adalah sebuah keraton peninggalan
merah bercampur dengan batu raja-raja di Bali selatan, sejak
paras dan beratap ijuk. Tembok pemerintahan Belanda Puri Satria
puri setinggi 3 ½ meter, tebalnya dikuasai oleh Belanda dn digunakan sebagai rumah jabatan Asisten
mencapai 50 cm mempunyai kesan. Luas area Puri secara Residen Belanda. Setelah republik Indonesia Merdeka maka puri
keseluruhan di pusatnya saja, panjang 250 m lebar 175 m atau tersebut pindah ketangan Pemerintah Republik Indonesia dan
seluas kurang lebih 4,2 Hektar belum termasuk perluasan ke Barat, dijadikan sebagai rumah jabatan gubernur Bali hingga sekarang.
ke Utara, ke Timur dan Selatan Puri Tanjung Pemecutan. Puri ini Puri tersebut sudah mengalami beberapa kali renovasi serta
terbakar pada tanggal 20 September 1906 pada perang puputan dilestarika juga keberadaanya oleh para keturunan keluarga besar
badung, tetapi yang keberadaanyan masih ada adalah Bale Kukul puri Satria

Pura Maospahit Masjid As’shuhada


Pura berada di Kelurahan Tonja, Masjid As’shuhada berada di
Pura Maosphit adalah salah kampung Bugis kelurahan
satu peninggalan Patih Kebo Serangan. Menurut cerita
dari Kerajaan Bali pada masa masyarakat setempat masjid ini
pemerintahan Prabu Sri Asta Sura merupakan bentuk hadiah dari Raja
Ratna Bumi Banten. Arkeologi yang Badung kepada Saehaji Mu’min
terdapat di Pura Maosphit terdiri dari Meja Btu, Palung Batu, Candi yang sukses membantunya memenangkan perang pada masa
(Prasada) dan Candi Kurung. Luas Pura ini sekitar 70 Are. Bahan peperangan zaman dahulu. Berdiri pada abad 17 dan kondisinya
yang digunakan untuk membuat Pura ini adalah batu bata masih dlam keadaan baik.

Pura Maospahit Grenceng


Pura Maosphit Grenceng adalah
Aset Pusaka Saujana
pura yang digunakan tidak
semata-mata untuk memuja Desa Budaya Kertalangu
Ista Dewata, tetapi juga untuk Desa budaya kertalangu adalah
memuliakan leluhur khususnya sebuah desa yang terletak di
leluhur raja. Lokasi Pura berada Denpasar yang menyugukan
di jalan Sutomo. Pura ini pernah di pugar pada tahun 1965. pemandangan sawah serta
Kondisinya sekarang masih dalam keadaan baik kebun yang hijau alami, selain
panorama yang menakjubkan
desa dengan luas 80 hektar ini juga di dalamnya terdapat

Aset Pusaka Alam sebuah monumen yang disebut sebagai tugu perdamaian.
Berbagai aktivitas dapat dilakukan ditempat ini seperti
jogging, memancing, melukis, dan kegiatan outbond. Desa
Budaya Kertalangu menjadi objek wisata dengan pelayanan
internasional

Tukad Badung
Tukad Badung merupakan salah
satu sungai yang melintasi
Kota Denpasar, sebagian
Pantai Sanur masyarakat yang kurang
memiliki disiplin lingkungan
yang bermukim dekat tukad
Badung menjadikan tukad tersebut sebagai tempat sampah
yang artinya Tukad Badung menjadi salah satu sumber masalah
kota. Berbagaiupaya telah dilakukan pemerintah kota untuk
menata kondisi lingkungan di sepanjang Tukad Badung untuk
mempertahankan kebersihan sungai, kelancaran pergerakan
air sungai, menata kawasan bantaran sungai termasuk menata
Bunga Jempiring masyarakat yang ada di sekitar bantaran sungai
3.30 KOTA
193

SINGKAWANG
3.30.1 Sejarah
Singkawang pada awalnya merupakan bagian dari kerajaan Sambas, yang
dijadikan tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari negeri
China sebelum menuju Desa Monterado, Kab. Bengkayang. Pada saat itu,
Singkawang juga dijadikan sebagai tempat transit pengangkutan hasil
tambang emas (serbuk emas). Para penambang tersebut beralih profesi
menjadi petani dan pedagang sehingga akhirnya menetap di Singkawang.

Kota Singkawang semula merupakan bagian dan ibukota dari wilayah


Kabupaten Sambas dengan status Kecamatan Singkawang, kemudian pada
tahun 1981 menjadi Kota Administratif Singkawang. Kota Singkawang juga
pernah diusulkan menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II yaitu melalui usul
pemekaran Kabupaten Sambas menjadi 3 (tiga) daerah Otonom. Namun
Kotamadya Daerah Tingkat II Singkawang belum direalisasi sehingga wilayah
Kota Administratif Singkawang menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Bengkayang, sekaligus menetapkan Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Sambas beribukota di Sambas. Kondisi tersebut tidaklah
membuat surut masyarakat Singkawang untuk memperjuangkan Singkawang
menjadi Derah otonom, aspirasi masyarakat terus berlanjut dengan dukungan
Pemerintah Kabupaten Sambas dan seluruh elemen masyarakat.

Kajian oleh Gubernur Kalimantan Barat maupun Tim Pemekaran Kabupaten


sambas serta pengakajian dari Tim CRAIS, Badan Petimbangan Otonomi
Daerah, akhirnya Singkawang ditetapkan sebagai Daerah Otonom
berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Singkawang, diresmikan pada tanggal 17 Oktober 2001 di Jakarta oleh
Menteri Dalam Negeri dan otonomi Daerah atas nama Presiden Republik
Indonesia.
Sumber: https://i.ytimg.com/vi/gPigaYE9IA8/maxresdefault.jpg

Aset Pusaka Alam


Pantai Batu Payung Rindu Alam
Dari bibir pantai di Mimi Land, dapat Rindu Alam merupakan sebuah
dilihat satu pulau batu dengan bukit yang berlokasi tidak jauh dari
pepohonan yang membentuk bibir pantai. Dari atas bukit ini kita
seperti payung sehingga dinamakan dapat melihat pantai Pasir Panjang
Batu Payung. Di area wisata ini dan pantai Pasir Pendek, Tanjung
terdapat beberapa permainan yang Bajau dan juga pantai Sinka Island
dapat menghibur anak-anak bila bosan bermain di pantai seperti dengan jelas. Pulau-pulau seperti Pulau Simping, Pulau Randayan,
komedi putar (Pesawat Terbang, Kuda dan Ayunan) Pulau Kabung menjadi penghias keindahan pemandangan dari atas
bukit ini. Bila melihat kearah bagian kanan pantai, kita juga dapat
menikmati keindahan kota Singkawang.
PROFIL KOTA PUSAKA

Aset Pusaka Tangible


Patung Naga Rumah Tua Marga Xie
Patung batu itu, terletak di sudut Bangunan ala Tiongkok kuno yang
kiri dan kanan pintu masuk vihara. khas ini terletak di belakang deretan
Singa batu adalah patung batu bangunan ruko baru JI. Budi Utomo,
berbentuk mirip singa yang Singkawang. Tepatnya rumah
merupakan hiasan bagi bangunan No.36 ini di ujung jalan menuju tepi
dengan arsitektur tradisional China. sungai. Bangunan nuansa antik
Sepasang singa batu biasanya diletakkan di depan pintu gerbang yang didirikan Xie Shou (alias Xie Zhong Shou, Xie Shou, Xie Feng
istana kaisar, kuil Buddha, vihara, pagoda, makam kaisar, kantor Chen), sang leluhur perintis pertama marga Xie sudah berumur 105
dan kediaman pejabat tinggi, hingga sebagai penghias jembatan, tahun namun masih berdiri kokoh hingga kini sudah menjelang
taman, hotel, dan rumah makan. Patung singa batu dibuat dalam tujuh generasi masih menetap di situ dan meneruskan dari generasi
berbagai ukuran, bisa dipahat dari marmer atau granit, dibuat dari ke generasi.
keramik, atau teknik cor menggunakan besi atau perunggu. Singa
batu jantan diletakkan di sebelah kiri, sedangkan singa batu betina Gereja Katedral Paroki
diletakkan di sebelah kanan. Bentuknya sering tidak mirip dengan Gereja ini terletak ditengah kota
singa, melainkan lebih menyerupai hewan legenda China. Singkawang tepatnya pada Jalan
Pangeran Diponegoro Singkawang.
Vihara Tri Dharma Bumi Raya Gereja Katedral Paroki merupakan
Vihara Tri Dharma Bumi Raya adalah gereja peninggalan dari jaman
vihara tertua di kota Singkawang Belanda, bangunan ini memiliki
yang diperkirakan telah berusia gaya arsitektur yang khas.Sebagai salah satu bangunan tertua di
200 tahun. Penduduk setempat kota Singkawang yang dibangun pada masa penjajahan Belanda di
menyebut vihara Tri Dharma Bumi awal abad ke 20.
Raya dengan sebuta Tai Pak Kung
(Toa Pekong). Vihara yang terletak di Bioskop Singkawang
pusat kota Singkawang ini merupakan salah satu ciri khas dan cikal Bangunan ini merupakan sebuah
bakal berdirinya kota Singkawang. Usia vihara diperkirakan lebih bisokop di kota Singkawang pada
dari 2000 tahun. Pada tahun 1933, vihara ini diperluas dan renovasi. masa lampau. Dimasa sekarang
Namun pada tahun 1936, vihara ini sempat terbakar sehingga d bangunan ini masih dapat dilihat,
lakukan renovasi ulang dimana lokasi bangunan bioskop kota
indah ini berada di Jalan Diponegoro


Aset Pusaka Intangible
Pawai Tatung
Tatung merupakan atraksi menusuk- Vihara Tri Dharma Bumi
nusuk anggota tubuh dengan
benda tajam, semacam debus. Raya adalah vihara tertua
Tradisi Tatung sudah menjadi ciri
khas Singkawang sejak lama. Tatung di kota Singkawang yang
biasanya digelar dalam wujud pawai
tahunan guna menyambut perayaan diperkirakan telah berusia
Cap Go Meh.
200 tahun.
4
195

PENUTUP

Sumber: http://traveltodayindonesia.com/wp-content/uploads/2017/10/Bukit-khayangan-1.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA

“Keunggulan nilai nasional bisa digunakan dalam


memetakan kota-kota yang berpotensi sehingga
bisa dilakukan upaya untuk mendukung kota pusaka
Indonesia diajukan ke kota pusaka dunia

Upaya pelestarian dan pengelolaan kota pusaka bisa terlaksana apabila ada
keterlibatan seluruh pihak, yaitu pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dan masyarakat, termasuk di dalamnya lembaga-lembaga
di dalam masyarakat. Indonesia yang kaya akan warisan budaya dan alam
yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan, dengan berbagai ciri khas dan
karakteristik wilayah yang berbeda, tentu memiliki potensi kota-kota yang
layak untuk menjadi kota pusaka dunia. Keunggulan nilai nasional bisa
digunakan dalam memetakan kota-kota yang berpotensi tersebut sehingga
bisa dilakukan upaya untuk mendukung kota pusaka Indonesia diajukan ke
kota pusaka dunia. Kriteria yang termasuk dalam Keunggulan Nilai Nasional
yang telah disusun oleh Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, bisa
digunakan dalam mengkategorikan dan memetakan kota-kota pusaka di
Indonesia.

Sebagai Ketua Pokja Kota Pusaka, Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan


memiliki tugas dan fungsi sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia No. 20 Tahun 2016
tentang Tim Koordinasi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan
Alam Indonesia, dimana bertugas melakukan koordinasi dalam seluruh upaya
melaksanakan pelestarian dan pengelolaan kota pusaka Indonesia. Upaya yang
telah dilakukan dalam mendukung pelestarian dan pengelolaan kota pusaka
Indonesia adalah penyusunan Pedoman Umum Pelestarian dan Pengelolaan
Kota Pusaka bersama dengan Kemenko PMK, dimana Pusat Pengembangan
Kawasan Perkotaan telah melakukan penyusunan kriteria Keunggulan Nilai
Nasional yang diharapkan bisa digunakan dalam menetapkan Kota Pusaka
Nasional. Selain itu, dilakukan pula penyusunan Profil Kota Pusaka Indonesia,
sebagai tindak lanjut dari penyusunan Kriteria Keunggulan Nilai Nasional.
Untuk selanjutnya, akan dilakukan penyusunan Road Map Kota Pusaka
Indonesia, berkoordinasi dengan seluruh kementerian/lembaga terkait.
Sumber: http://travellie.com/wp-content/uploads/2014/06/PicsArt_1399109930318.jpg
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

Anda mungkin juga menyukai