PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN
BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
Pembina
Ir. Rido Matari Ichwan,MCP
Pengarah
Ir. Agusta Ersada Sinulingga, MT
Tim Penyusun
Melva Eryani Marpaung, ST, MUM (Koordinator)
Dr. Petrus Natalivan, ST, MT
Dr. Ir. Laretna T. Adhisakti, M.Arch
Allien Dyah Lestary, S.ST
Agus, ST, MT
Miko Luhde Sritara Savitri, ST
Asih Dyah Setya Khirana, S.Si
Rosita Arung, ST
Rifano Widhi, ST
I Gusti A.A Arinda Pradandari, ST
Zavira Putri Ismar, ST
ISBN: 978-602-6561-19-0
Penerbit
Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan
BPIW, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
nya sehingga buku “Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka” ini dapat tersusun
dengan baik. Sesuai dengan Surat Keputusan Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordina-
si Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia, menetapkan
bahwa Kepala Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan menjadi Ketua dari Pokja
Kota Pusaka. Tim Pokja ini memiliki tugas dan fungsi koordinasi dalam upaya untuk
melakukan pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam, termasuk kota
pusaka.
Tujuan penyusunan buku ini adalah untuk merangkai secara keseluruhan aspek
yang berkaitan dengan pelestarian dan pengelolaan, sehingga memberi pemaha-
man secara mendalam pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. Buku ini berisi
konsep pedoman teknis pelestarian dan pengelolaan kota pusaka serta profil kota
pusaka di Indonesia. Karakter kota pusaka di Indonesia yang berbeda-beda ten-
tu memerlukan penanganan yang berbeda, sehingga penting bagi kita untuk men-
genali agar bisa lebih memahami.
Terima kasih kami ucapkan pada seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses
penyusunan buku ini. Akhir kata kami berharap semoga buku ini dapat memberi-
kan manfaat dan inspirasi, terutama dalam upaya pelestarian dan pengelolaan kota
pusaka di Indonesia.
1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
07
08
1.2 PENGERTIAN KOTA PUSAKA 10
1.3 PELESTARIAN KOTA PUSAKA 11
Perkembangan Pelestarian Kota Pusaka 12
Pemangku Kepentingan dalam Pelestarian Kota Pusaka 15
Kondisi Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka di Indonesia 25
1.4 PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA 30
Tantangan dan Permasalahan Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka 30
Strategi Pengelolaan Kota Pusaka 32
Metode dan Instrumen Pengelolaan Kota Pusaka 34
4 PENUTUP 195
Sumber: http://www.okulous.com/tesko-da-cete-moci-da-zaboravite-ovih-15-fotografija/
1
PENDAHULUAN
7
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Kota Pusaka dapat diartikan sebagai kota yang di dalamnya terdapat kawasan
cagar budaya dan/atau bangunan cagar budaya yang memiliki nilai-nilai
penting bagi kota sebagai aset pusaka serta mengarusutamakan kegiatan
penataan dan pelestarian pusaka sebagai strategi utama pengembangan
kotanya. Aset pusaka merupakan rekam jejak sejarah bangsa Indonesia,
dari kerajaan nusantara hingga pasca kemerdekaan bangsa. Aset-aset
tersebut memiliki nilai kearifan lokal yang otentik, yang dari segi hukum juga
dilindungi keberadaannya. Dalam perkembangan kota, keberadaan aset
pusaka semakin hilang dan berkurang nilainya karena tekanan perkembangan
ekonomi dan semakin berkurangnya perhatian pemerintah daerah kota
dalam melindungi/melestarikan dan mengelolannya. Oleh karena itu, United
Nations 2030 Sustainable Development Agenda memandang penting upaya-
upaya pelestarian aset pusaka sebagai bagian dari upaya mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan.
Upaya melindungi Warisan Budaya dan Alam Dunia sudah lama dilakukan,
antara lain melalui Konvensi 1972 UNESCO tentang Pelindungan Warisan
Budaya dan Alam Dunia. Sementara khusus untuk warisan budaya dan alam
perkotaan, pada 10 November 2011, Konferensi Umum UNESCO mengadopsi
secara aklamasi Recommendation on the Historic Urban Landscape (rekomendasi
tentang lanskap bersejarah perkotaan). Organization of World Heritage Cities
(OWHC) atau Organisasi Kota-Kota Pusaka Dunia adalah salah satu program
di bahwa Konvensi 1972 UNESCO untuk pelaksanaan Rekomendasi tersebut.
Sumber: http://kitanesia.id/wp-content/uploads/2016/11/Penataan-Kota-Pusaka-
Mengembalikan-Kembali-Karakter-Kota-2.jpg
9
Pada praktiknya, pengelolaan kota pusaka melibatkan berbagai kementerian Little Netherland, Semarang
Sumber: https://wonderfulisland.id/kota-tua-semarang-little-netherland/
teknis seperti Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN. Program- program pada kementerian
tersebut, masih dilaksanakan secara sektoral, sehingga terjadi tumpang tindih
baik pada perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan. Dibutuhkan
upaya-upaya koordinasi, sinkronisasi untuk meminimalkan tumpang tindih
dalam pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) telah
menetapkan Tim Koordinasi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan
Alam Indonesia (SK Menko PMK No 20 Tahun 2016), di mana dalam SK tersebut
(SK Menko PMK No. 20 tahun 2016) Kepala Pusat Pengembangan Kawasan
Perkotaan ditunjuk sebagai Ketua Pokja Kota Pusaka. Tugas tim koordinasi
ini adalah untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian yang
berkaitan dengan kota pusaka.
1.2 PENGERTIAN
KOTA PUSAKA
Kota Pusaka Dunia merupakan kota yang ditetapkan UNESCO yang memiliki
“ Keunggulan Nilai Sejagad (Outstanding Universal Value/OUV) berdasarkan ”the
Convention Concerning the Protection of the World Cultural and Natural Heritage
1972”. Untuk menominasikan dan akhirnya dinyatakan sebagai Kota Pusaka
Dunia oleh UNESCO, kota tersebut perlu menyandang 1 (satu) atau lebih dari
10 kriteria penilaian Keunggulan Nilai Sejagat/KNS yang dikeluarkan UNESCO.
Kota memiliki Kota memiliki sistem perlindungan dan pengelolaan untuk menjamin
sistem perlindungan kelestariannya yang disusun dalam rencana pengelolaan Kota Pusaka.
dan pengelolaan Keunggulan Nilai Sejagad (Outstanding Universal Value) merupakan hal dan
kriteria pokok bagi semua properti/situs untuk pencantuman pada Daftar
untuk menjamin Warisan Dunia. Alasan utama untuk mengajukan nominasi adalah untuk
kelestariannya menjelaskan suatu properti/situs terdiri dari apa, kenapa menunjukkan
potensi Outstanding Universal Value, dan bagaimana nilai tersebut dapat
yang disusun dilanjutkan, dilindungi, dilestarikan, dikelola, dipantau, dan diungkapkan.
dalam rencana Kota Pusaka adalah kota atau kabupaten yang mempunyai aset pusaka yang
pengelolaan unggul berupa rajutan pusaka alam dan pusaka budaya yang lestari yang
mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan, dan kawasan dengan ruang
Kota Pusaka terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, dan sosial- budaya.
peninggalan-zaman-kolonial-di-indonesia/
1.3 PELESTARIAN
KOTA PUSAKA
Pelestarian adalah upaya pengelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian,
perencanaan, perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan,
dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga kesinambungan,
keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk
membangun kehidupan bangsa yang lebih berkualitas. (Indonesian Charter
“ Diharapkan bahwa
seluruh lapisan
Heritage) masyarakat dalam
Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai seluruh kawasan
dan memiliki pusaka alam, budaya baik ragawi dan tak-ragawi serta rajutan
berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/
kota pusaka
kota atau bagian dari wilayah/kota, yang hidup, berkembang, dan dikelola itu mempunyai
secara efektif.
kehidupan budaya
Dilihat dari segi fisiknya, kota pusaka itu dapat seluruhnya atau sebagian saja
terdiri dari bangunan dan kawasan pusaka, tetapi dari segi kehidupan budaya
yang semarak
masyarakatnya diharapkan bahwa seluruh lapisan masyarakat dalam seluruh dan bergairah
kawasan kota pusaka itu mempunyai kehidupan budaya yang semarak dan
bergairah.
Tidak ada gunanya sesuatu kota mempunyai banyak bangunan pusaka atau
bangunan bersejarah jika kota itu tidak mempunyai kehidupan budaya
yang semarak, jika masyarakatnya kurang partisipasi, tidak kreatif, dan tidak
produktif menghasilkan karya-karya yang terus mengalir ke masa kini. Tidak
ada artinya bangunan tua yang suram dan angker, yang tidak mengandung
kehidupan yang dapat menggugah masyarakat berjuang maju ke masa depan.
Kota pusaka bukanlah kota mati yang hanya memeluk abu dari masa lalu. Kota
pusaka adalah kota hidup yang berkelanjutan, yang mempunyai kekuatan
dasar yang diserap dari pengalaman masa lalu yang panjang. Kota pusaka
mengandung dinamika yang kuat dari pusaka masa lalu yang telah diserap
dan diolah menjadi kekuatan masa kini.
PENDAHULUAN
Tanpa kekuatan ini kota pusaka akan cepat redup dan tenggelam, mengeluh
dan meratap, ditinggalkan perkembangan zaman yang sangat pesat. Perlu
selalu diingat sisi sisi pelestarian yang harus terus dipelihara:
1. Pelestarian pusaka alam
bentang alam yang istimewa, keindahan dan keselarasan alam, flora dan
“
Lestarinya saujana,
terhindar dari
fauna yang endemik, jejak struktur dan ruang kota yang berbasis pada kerusakan akibat
karakter alam lokal, lansekap dan vista, keberlanjutan sumberdaya alam.
2. Pelestarian pusaka budaya ragawi kecerobohan
artefak, bangunan dan kawasan bersejarah serta yang berkarakter, suasana dan keserakahan
ruang kota yang khas sesuai dengan sejarahnya, collective memory dan
catatan sejarah yang terpelihara. manusia
3. Pelestarian pusaka budaya tak ragawi
hidup dan berkembangnya ekspresi dan apresiasi seni yang berbasis pada
budaya lokal, lestarinya nilai-nilai tradisi yang positif dalam dinamika yang
kreatif.
4. Menyatunya pusaka alam, pusaka budaya ragawi dan tak ragawi sebagai
kesatuan saujana yang utuh dan harmonis. Lestarinya saujana, terhindar
dari kerusakan akibat kecerobohan dan keserakahan manusia.
5. Penataan dan pelestarian kota pusaka akan merangkum in semua melalui
berbagai mekanismenya dalam kesatuan kota pusaka yang utuh.
Generasi I
Perencanaan Pemugaran/Preservasi
KOTA TUA
Generasi II
Perencanaan Pelestarian/Konservasi
KOTA BERSEJARAH
Generasi III
Perencanaan Pusaka/Heritage Planning
KOTA PUSAKA
Mempertahankan
Keaslian
Meaning
Khas memiliki
identitas kerejarahan Punter, 1991
URBAN
Perencanaan Heritage dalam Perkotaan (Ashworth,1991) CONSERVATION Dimensi
URBAN URBAN Fisik
FORM FUNCTION
Built
Environment Uses Dimensi Dimensi
Heritage
Planning
Spatial Sosial
Orbasli, 2000
Strategies
Area Pelestarian Kota Pusaka dan Pembangunan Kota
URBAN PLANNING
Konsep Perencanaan Heritage dalam Perkotaan
PENDAHULUAN
Bangunan
RTBL, UDGL, PBS,
Standar
Site
Neighborhood
RDTR,
Blok Peraturan Zonasi
Spatial
A-Spatial
HIRARKIS
KOMPLEMENTER
Dokumen
Pembangunan
dan Sektor
“
Dalam upaya mewujudkan pelestarian kota pusaka, terbagi menjadi dua,
yaitu secara spasial dan aspasial. Tiap perwujudan dalam bentuk spasial,
Perencanaan untuk memiliki beberapa ruang lingkup yang ditunjukan melalui gambar di atas.
Pada lingkup bangunan maka diatur dalam bentuk Rencana Tata Bangunan
kawasan pusaka bisa dan Lingkungan (RTBL), Urban Design Guidelines, maupun bentuk standar
lainnya. Dalam lingkup yang lebih besar, seperti blok, perencanaan untuk
dimasukkan dalam kawasan pusaka bisa dimasukkan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Rencana Detail maupun Peraturan Zonasi. Begitu pula dengan kawasan yang diatur
dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis, serta dalam lingkup kota
Tata Ruang maupun yang diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Heritage planning
seharusnya mengaitkan lingkungan terbangun, kegunaan, dan area
Peraturan Zonasi strategis.
15
1.3.2 Pemangku Kepentingan dalam Pelestarian Kota Pusaka
Upaya Mewujudkan
Kota Pusaka melibatkan Kota Pusaka sebagai GERAKAN SOSIAL:
berbagai Aktor - Dipelopori oleh kelompok yang ‘sadar’
- Bagaimana meningkatkan kesadaran dan
keterlibatan masyarakat yang lebih luas
Konsep --> Operasional Masyarakat
“
Beberapa aktor yang terlibat dalam mewujudkan kota pusaka yaitu
masyarakat, pemerintah, dan aktor lain ‘lingkungan’. Masing-masing aktor
tersebut memiliki peran. Peran pemerintah adalah melembagakan kota
pusaka dalam rencana tata ruang dan dokumen program. Peran masyarakat
Peran pemerintah
yang mempelopori gerakan sosial yang mampu meningkatkan kesadaran dan adalah melembagakan
keterlibatan masyarakat yang lebih luas. Sedangkan aktor lain ‘lingkungan’
yang memiliki sumberdaya. kota pusaka dalam
rencana tata ruang
dan dokumen program
Sumber: http://indojayaholiday.co.id/wp-content/uploads/2017/07/danau-biru-sawahlunto.jpg
A. UNESCO
Tugas & Fungsi
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO)
merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945. Tujuan organisasi
adalah mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan
kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya
dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan
kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki (Pasal 1
Konstitusi UNESCO).
Peran
UNESCO sebagai organisasi internasional di bawah PBB Alam, serta benda yang berarti bagi umat manusia dan
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan memberikan menjadi sebuah Warisan bagi generasi berikutnya.
penghargaan Warisan Budaya Dunia (world heritage)
kepada kawasan, kota atau kabupaten yang memenuhi Program ini bertujuan untuk mengkatalog, menamakan,
kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan Convention dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting
Concerning the Protection of the World Cultural and agar menjadi warisan manusia dunia. Tempat-tempat
Natural Heritage 1972. Situs Warisan Dunia UNESCO yang didaftarkan dapat memperoleh dana dari Dana
(UNESCO’s World Heritage Sites) adalah sebuah tempat Warisan Dunia di bawah syarat-syarat tertentu. Program ini
khusus (misalnya, Taman Nasional, Hutan, Pegunungan, diciptakan melalui Pertemuani Mengenai Pemeliharaan
Danau, Pulau, Gurun Pasir, Bangunan, Kompleks, Wilayah, Warisan Kebudayaan dan Alamiah Dunia yang diikuti di
Pedesaan, dan Kota) yang telah dinominasikan untuk oleh Konferensi Umum UNESCO pada 16 November 1972.
program Warisan Dunia internasional yang dikelola Indonesia memiliki penghargaan Warisan Budaya yakni
UNESCO World Heritage Committee, terdiri dari 21 untuk Candi Borobudur, Candi Prambanan, Subak, Situs
kelompok (21 state parties) yang dipilih oleh Majelis Manusia purba Sangiran. Adapun Warisan Alam yakni
Umum (General Assembly) dalam kontrak 4 tahun. Sebuah Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lorentz, Taman
Situs Warisan Dunia adalah suatu tempat Budaya dan Nasional Ujung Kulon, Hutan Hujan tropis Sumatera.
PENDAHULUAN
“
mber: https://www.youtube.com/watch?v=oeeT7V3vgX0 mencapai tujuan ini, OWHC menyelenggarakan banyak pertemuan: Kongres
Dunia, konferensi, seminar dan lokakarya yang membahas tantangan yang
harus dipenuhi di ranah pengelolaan dan strategi yang berkaitan dengan
pelestarian dan pembangunan kota-kota bersejarah. Selain itu, OWHC
OWHC menawarkan menawarkan kepada banyak anggota kotanya berbagai program dan proyek
kepada banyak yang bertujuan untuk mempromosikan dan mendukung pemeliharaan,
pengakuan dan pengembangan warisan dunia mereka, yaitu: Youth on the Trail
anggota kotanya of World Heritage, City2City, The Jean-Paul-L’Allier Prize for Heritage, International
Video Production Competition “My city, our World Heritage”, Solidarity day of
berbagai program World Heritage Cities – September 8, Mayors&Heritage, Case Studies, dan masih
dan proyek yang banyak lagi.
“
dengan isu di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan;
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Kementerian
4. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Koordinator Bidang
5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; dan
Pembangunan
6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden. Manusia dan
Peran Kebudayaan
Sebagaimana tercantum dalam SK Menko Kesra Nomor 64 tahun 2013 berperan sebagai
tentang Peranan Kemenko Kesra dalam Pokjanas Warisan Dunia, Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan berperan Ketua Kelompok
sebagai Ketua Kelompok Kerja Warisan Dunia yang memiliki tugas sebagai
berikut:
Kerja Warisan
1. Melakukan koordinasi pengumpulan data dan bahan-bahan lain, yang Dunia
diperoleh dari instansi pemerintah, swasta dan masyarakat guna
penyusunan kebijakan pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan
Warisan Budaya dan Alam Indonesia;
2. Melakukan koordinasi pemetaan potensi Warisan Budaya dan Alam
Indonesia di tingkat pusat dan daerah;
3. Melakukan koordinasi penyusunan pedoman dan penetapan Warisan
Budaya dan Alam Indonesia sebagai Warisan Nasional.
4. Melakukan koordinasi monitoring, evaluasi dan kajian terhadap usulan
Warisan Budaya dan Alam Nasional sebagai Warisan Budaya dan Warisan
Alam Dunia/UNESCO/FAO;
5. Melakukan koordinasi pengendalian, monitoring dan evaluasi serta kajian
dampak politik, sosial, ekonomi, budaya dan masalah yang timbul terhadap
penetapan pelestarian Warisan Budaya dan Alam Indonesia sebagai
Warisan Nasional dan Warisan Dunia;
PENDAHULUAN
Sumber: https://hello-pet.com/assets/uploads/2016/06/Blenduk.jpg
NATIONAL
FOCAL POINT PENGARAH
(MENKO KESRA) - MENDIKBUD
- MENHUT
- MEN KP
- MEN LH
- MENDAGRI
KOORDINATOR - MEN PU
POKJANAS - BAPPENAS
WARDUN
SEKRETARIAT
POKJA V
POKJA I POKJA I POKJA III POKJA IV BUDAYA & ALAM
BUDAYA BENDA BUDAYA TAK BENDA ALAM HUTAN ALAM LAUT
(LANDSCAPE)
Ketua : Kemendikbud Ketua : Kemendikbud Ketua : Kemen KL & Ketua : Kemen KP
Ketua : Kemen PU
Kehutanan
& Pera)
“
dan perumahan rakyat;
h. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pekerjaan
umum dan perumahan rakyat; dan
i. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh Pusat
unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Pengembangan
Peran
Kawasan
Sesuai dengan SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi Perkotaan, Badan
Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia, menetapkan
Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Pengembangan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW) sebagai Ketua Pokja Kota Pusaka. Sebagai Tim
Koordinsi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia
Infrastruktur
mempunyai tugas untuk: Wilayah (BPIW)
a. melakukan koordinasi pengumpulan data dan informasi, yang diperoleh
dari instansi pemerintah, swasta dan masyarakat guna penyusunan sebagai ketua
kebijakan pelestarian dan pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia
b. melakukan koordinasi pemetaan potensi Warisan Budaya dan Alam
Pokja Kota Pusaka
Indonesia di tingkat pusat dan daerah
PENDAHULUAN
Sumber: http://vr-tmii.com/assets/gambar/Anjungan_KalSel.jpg
“
c. melakukan koordinasi penyusunan pedoman umum dan penetapan
warisan budaya dan alam Indonesia sebagai Warisan Nasional
d. melakukan koordinasi monitoring, evaluasi dan kajian terhadap usulan
Warisan Budaya dan Alam Indonesia sebagai Warisan Budaya dan Warisan Salah satu tugas Tim
Dunia/UNESCO/FAO
e. melakukan koordinasi pengendalian, monitoring dan evaluasi serta
Koordinasi Pelestarian
kajian dampak politik, sosial, ekonomi, budaya, dan masalah yang timbul dan Pengelolaan
terhadap penetapan pelestarian warisan budaya dan alam Indonesia
sebagai warisan nasional dan dunia/UNESCO/FAO Warisan Budaya dan
f. melakukan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi Alam Indonesia yaitu
maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pengusulan nominasi
warisan budaya dan alam Indonesia, serta pengesahan pengusulan kepada melakukan koordinasi
UNESCO Paris dan FAO Roma
g. melakukan koordinasi penyusunan peta jalan dan masterplan perlindungan,
penyusunan pedoman
pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya dan alam Indonesia umum dan penetapan
h. melakukan koordinasi penyusunan laporan hasil kegiatan dan pengelolaan
warisan budaya dan alam Indonesia warisan budaya
i. melakukan koordinasi pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan
alam Indonesia
dan alam Indonesia
j. melakukan koordinasi pelaksanaan peninjauan berkala, penyusunan state sebagai Warisan
of conservation
k. melakukan koordinasi upaya penyelamatan warisan budaya dan Indonesia Nasional
yang berada dalam keadaan terancam
l. melakukan koordinasi peningkatan kesadaran publik akan pentingnya
pelestarian warisan budaya dan alam Indonesia
m. melakukan koordinasi mendorong keikutsertaan penduduk lokal dalam
upaya pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia di
wilayahnya masing-masing
n. melakukan koordinasi skema pendanaan terhadap program dan kebijakan
terhadap pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia
III. MASYARAKAT DAN SWASTA
23
1. Kota Ambon 16. Kota Langsa 31. Kota Sibolga 46. Kab.Buleleng
2. Kota Banda Aceh 17. Kota Lubuk Linggau 32. Kota Singkawang 47. Kab. Brebes
3. Kota Banjarmasin 18. Kota Madiun 33. Kota SungaiPenuh 48. Kab. Cilacap
4. Kota Bau-Bau 19. Kota Malang 34. Kota Surabaya 49. Kab. Gianyar
5. Kota Bengkulu 20. Kota Medan 35. Kota Surakarta 50. Kab. Halmahera Barat
6. Kota Blitar 21. Kota Padang 36. Kota Tangerang 51. Kab. Karangasem
7. Kota Bogor 22. Kota Palembang 37. Kota Tegal 52. Kab. Kepulauan Seribu
8. Kota Bontang 23. Kota Palopo 38. Kota Ternate 53. Kab. Ngawi
9. Kota Bukittinggi 24. Kota Pangkal Pinang 39. Kota Tidore 54. Kab. Pesawaran
10. Kota Cirebon 25. Kota Pekalong 40. Kota Yogyakarta 55. Kab. Purbalingga
11. Kota Denpasar 26. Kota Pontianak 41. Kab. Bangka Barat 56. Kab. Siak
12. Kota Jakarta Barat 27. Kota Sabang 42. Kab. Bangli 57. Kab. Tegal
13. Kota Jakarta Pusat 28. Kota Salatiga 43. Kab. Banjarnegara 58. Kab. Temanggung
14. Kota Jakarta Utara 29. Kota Sawahlunto 44. Kab. Banyumas
15. Kota Kupang 30. Kota Semarang 45. Kab. Batang
Kota-kota anggota JKPI
PENDAHULUAN
“
Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-E8TpKxBi6pE/VPVZH7I4wTI/AAAAAAAABTY/iEnlP7qHyvg/s1600/walikota%2Bkantor.jpg
Saat ini BPPI bermitra dengan lebih dari 50 mitra lokal yang tersebar di berbagai
daerah di Indonesia serta mitra internasional dari Australia, Belanda, Lebanon,
dll. BPPI merupakan anggota dari International National Trust Organisation
(INTO) yaitu wadah jaringan organisasi pelestarian sedunia yang berpusat di
London. Anggota Badan Pelestarian Pusaka Indonesia berasal dari beragam
disiplin ilmu, seperti antropologi, arkeologi, arsitektur, ekonomi, hukum,
lingkungan hidup, musik, perencanaan wilayah, sosiologi, ilmu sejarah, sastra,
teater, dan lain-lain.
25
“
Heritage) dan Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia
Berbagai Kota dan Kabupaten di Indonesia banyak menyimpan aset yang sangat
berharga, yang berupa pusaka alam, pusaka budaya ragawi dan tak ragawi,
rekaman karya serta pusaka saujana yang terajut sebagai suatu kesatuan yang membentuk
dan kejadian dari karakter kota atau kabupaten, yang akan terus dibawa dalam perjalanan
sejarahnya.
masa lalu beserta Berbagai rekaman karya dan kejadian dari masa lalu beserta perkembangannya
perkembangannya mengandung banyak pelajaran yang sangat bermanfaat untuk modal
mengandung membangun ke depan. Kota atau kabupaten juga mengandung pemikiran,
cara membangun, pemecahan masalah, kehidupan bermasyarakat pada
banyak pelajaran masanya yang sangat bernilai, maupun sebab-akibat dari kejadian alam yang
luar biasa.
yang sangat
bermanfaat untuk Pada tahun 2003, Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia bekerjasama dengan
International Council on Monuments and Sites (ICOMOS) Indonesia dan
modal membangun Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata meluncurkan Piagam Pelestarian
Pusaka Indonesia 2003. Piagam ini mendefinisikan jenis pusaka yang terdapat
kedepan di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
PENDAHULUAN
“
• Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana
yang merupakan kesatuan antara pusaka alam dan budaya.
• Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa.
• Pusaka budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa dan karya yang istimewa Piagam Pelestarian
dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri,
sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan
Kota Pusaka adalah
budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup kesepakatan
pusaka “tangible” (berwujud) dan pusaka “intangible” (tidak berwujud).
• Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam masyarakat pendukung
kesatuan ruang dan waktu yang luas. pelestarian pusaka
Sepuluh tahun setelah lahirnya Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia pada yang akan mengawal
tahun 2003, Piagam Pelestarian Kota Pusaka Indonesia perlu disusun
dengan menyerap pengalaman dan pelajaran dari berbagai upaya lembaga
dan terus mendorong
pelestari pusaka maupun pemerintah dalam mendorong upaya penataan penataan dan
dan pelestarian kota pusaka, serta mengakui prinsip-prinsip pelestarian
kota pusaka yang telah tercantum dalam berbagai piagam pelestarian yang pelestarian Kota Pusaka
diadopsi oleh UNESCO, ICOMOS serta organisasi pelestarian pusaka dunia
lainnya. Piagam Pelestarian Kota Pusaka adalah kesepakatan masyarakat
pendukung pelestarian pusaka yang akan mengawal dan terus mendorong
penataan dan pelestarian Kota Pusaka.
2. Pembentukan BPPI
Pada tahun 2004 berbagai organisasi pelestarian
yang bergabung dalam JPPI membentuk Badan
Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dimana peresmian
pembentukannya disaksikan oleh Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata, berbagai lembaga, perguruan tinggi, dan
organisasi masyarakat. BPPI bertujuan (i) menyiapkan
masukan tentang kebijakan, strategi, program dan panduan
peletarian, (ii) membantu dan memperkuat gerakan
masyarakat untuk pelestarian, dan (iii) membangun sistem
pendanaan pelestarian. BPPI dalam Acara Pameran Foto Indonesian Heritage
3. Pembentukan JKPI
Langkah maju selanjutnya adalah terbentuknya Jaringan
Kota Pusaka Indonesia (JKPI) pada tahun 2008 dimana
para Walikota dan Bupati yang peduli pada pelestarian dan
ingin memperkuat pengelolaan Kota Pusaka bersama-sama
membentuk organisasi. Pembentukan JKPI diprakarsai oleh
Bapak Joko Widodo, Walikota Solo, dan sekarang Ketua JKPI
pertama dijabat oleh Bapak
“
anggotanya sudah meningkat menjadi 48 kota/kabupaten.
Hal ini menunjukkan berkembangnya perhatian Pemerintah
Daerah pada upaya penataan dan pelestarian kota pusaka.
Tujuan JKPI adalah bersama- Pendirian JKPI tertuang dalam Deklarasi Surakarta di
sama melestarikan pusaka bidang pusaka (warisan budaya) yang dilangsungkan di
joglo belakang rumah dinas walikota Solo. Para founding
alam dan pusaka budaya fathers JKPI bersepakat mendeklarasikan organisasi ini.
Pada awal kelahirannya, JKPI hanya beranggotakan 12 kota
sebagai modal dasar untuk se-Indonesia. Seiring perjalanan waktu dan diskusi resmi
membangun ke masa depan pada forum-forum prakongres, kongres, dan Rakernas
JKPI berjalan; akhirnya disepakati daerah yang berstatus
kabupaten diperkenankan menjadi anggota JKPI sepanjang
memenuhi kriteria dan berkomitmen dalam pelestarian
pusaka (tangible and intangible heritage).
Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka (P3KP) merupakan salah satu
wujud komitmen pemerintah dalam menjalankan amanat ketiga undang-
undang tersebut. P3KP telah dirintis sejak tahun 2012 berkolaborasi dengan
Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat
Bina Penataan Bangunan selain memberikan pendampingan dan fasilitasi
dalam bentuk dana stimulan penataan kawasan pusaka, juga dilakukan
pendampingan penguatan kelembagaan terhadap para pihak terkait,
khususnya kepada Tim Kota Pusaka Daerah (TKPD).
petunjuk teknis tersebut pemilik bangunan cagar budaya dan para pihak
terkait mendapat panduan yang jelas dalam setiap tahapan penyelenggaraan
bangunan gedung cagar budaya.
“
kota/kabupaten yang memiliki komitmen dan kepedulian dalam melindungi
kekayaan pusaka alam, budaya, dan saujana yang dimilikinya. Komitmen dan
kepedulian tersebut dituangkan oleh Kabupaten/Kota dalam Rencana Aksi
P3KP merupakan Kota Pusaka (RAKP). Kabupaten/Kota anggota P3KP secara bersama-sama
berupaya mencari jalan dan langkah-langkah nyata dalam mendayaupayakan
insentif kekayaan pusaka bangsa menjadi aset yang bernilai tinggi, baik di mata
program kepada bangsa Indonesia sendiri maupun di mata bangsa-bangsa lain di dunia.
Pusaka alam dan budaya selalu terancam oleh unsur atau pengembangan
yang membawa keuntungan ekonomi jangka pendek. Pada masa dimana
perhatian sangat difokuskan pada pembangunan prasarana fisik dan
pembangunan ekonomi, sisi pembangunan manusia dan nilai- nilai budaya
kurang berkembang. Pengembangan kepribadian, penyelamatan aset sejarah
dan budaya kurang mendapat prioritas. Dalam situasi demikian banyak
yang berpikiran bahwa hilang atau rusaknya pusaka alam dan budaya serta
melemahnya modal sosial dan modal budaya itu bukan merupakan masalah
penting yang perlu segera ditanggulangi. Kecenderungan ini perlu segera
diubah, dan dikembalikan kepada konsep pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya yang mencakup keseimbangan dan keserasian pembangunan fisik,
ekonomi, dan sosial-budaya. Oleh karena itu, pelestarian dan pengelolaan
kota pusaka perlu dilakukan sebagai bentuk upaya mengamankan dan
menyelamatkan pusaka di kota atau kabupaten di seluruh Indonesia.
“
4. Akulturasi Budaya Modern
Majunya teknologi dan informasi membawa dampak
perubahan terhadap kebudayaan, diantaranya adalah
Akulturasi budaya tidak
akulturasi budaya lokal dengan budaya modern atau hanya terjadi dalam
berasal dari luar akibat derasnya informasi. Akulturasi
budaya tidak hanya terjadi dalam bentuk budaya non bentuk budaya non
ragawi seperti budaya bertutur, bahasa, sastra, seni ragawi seperti budaya
musik, olah vokal dan sebagainya, namun juga budaya
ragawi seperti arsitektur ragam minimalis dan pola bertutur, bahasa, sastra,
konstruksi yang modern dan murah. Sedangkan ulah
manusia juga membawa beberapa dampak dan menjadi
seni musik, oleh vokal dan
permasalahan serius seperti vandalisme, meskipun sudah sebagainya.
terdapat pemahaman yang cukup tinggi di masyarakat
akan pentingnya aset pusaka.
Sumber: https://www.vebma.com/media/uploads/5044/235cd4a332f16cd4bf034dd5fffa1f79.jpg
PENDAHULUAN
“
g. Dilakukan dokumentasi kondisi area yang ada secara
lengkap sebelum dilakukan intervensi apapun;
h. Didukung oleh penduduk kawasan pusaka.. Terdapat beberapa
metoda dan instrumen
2) Menyusun strategi pemanfaatan dan olah desain
arsitektur/kawasan pusaka
yang perlu diperhatikan
a. Merupakan instrumen disain yang dalam melaksanakan
mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan
melalui pengelolaan dan pengendalian pengelolaan dan
pertumbuhannya;
b. Fungsi dan kegiatan baru harus sesuai dengan
perencanaan pelestarian
karakter kota atau kawasan perkotaan pusaka. Kota Pusaka
Olah disain kawasan yang diperuntukan bagi
kehidupan kontemporer mensyaratkan instalasi
atau perbaikan fasilitas pelayanan publik
35
5) Aksesibilitas.
a. Lalu-lintas di dalam kota atau kawasan perkotaan
pusaka harus dikontrol dan area parkir perlu
direncanakan sehingga tidak merusak unsur-unsur
bersejarah atau lingkungannya.
b. Ketika perencanaan perkotaan atau perwilayahan
menyediakan konstruksi jalan raya, hendaknya
hal ini tidak masuk ke dalam kota atau kawasan
perkotaan pusaka, namun mereka perlu
meningkatkan akses ke sana.
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-vRCiRqYhqgQ/VUHVa8BfQ3I/AAAAAAAABrw/NAUWOcFs8bs/s1600/air-terjun-samparona-3.jpg
Sumber: https://78.media.tumblr.com/b00e5bbaaccf979d2ef41bfb2123604a/tumblr_nud0b9TjDQ1sl0t59o1_1280.jpg
2
PELESTARIAN &
PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
37
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA
2.1 PENDAHU-
LUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki banyak warisan budaya dan
alam yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Hampir seluruh kota atau
kabupaten di Indonesia berpotensi untuk menjadi kota pusaka, namun
sayangnya belum satupun yang mendapat pengakuan sebagai kota pusaka
dari UNESCO.
Kota-kota yang berpotensi menjadi kota pusaka perlu ditetapkan menjadi kota
pusaka nasional, dimana dengan adanya pengakuan ini, diharapkan seluruh
pihak terkait memberikan perhatian dalam upaya penataan dan pengelolaan
kota pusaka. Selain itu, diharapkan kota pusaka nasional ini nantinya bisa
diajukan untuk menjadi kota pusaka dunia.
Dalam SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi Pelestarian
dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia, disebutkan bahwa salah
satu tugas dari Tim Koordinasi Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya
dan Alam Indonesia adalah melakukan koordinasi penyusunan pedoman
umum dan penetapan warisan budaya dan alam Indonesia sebagai Warisan
Nasional. Oleh karena itu, sebagai Ketua Tim Pokja Kota Pusaka Indonesia,
maka Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
melakukan penyusunan Pedoman Teknis Pelestarian dan Pengelolaan Kota
Pusaka.
“
a. Maksud
Pedoman Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka ini dimaksudkan sebagai
bahan acuan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam koordinasi,
sinkronisasi serta pengendalian, pelestarian, dan pengelolaan kota pusaka. Pedoman
b. Tujuan Pelestarian dan
Pedoman ini bertujuan untuk:
1. Memberikan acuan untuk mensinergikan pelestarian dan pengelolaan
Pengelolaan
kota pusaka secara terintegrasi dan berkelanjutan; Kota Pusaka
2. Mempermudah bagi kementerian/lembaga dalam mengkaji dan
mempertimbangkan setiap program dan kegiatan pelestarian dan dimaksudkan
pengelolaan kota pusaka;
3. Memberikan ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk terlibat dalam
sebagai bahan
pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka; acuan bagi
4. Memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait (kementerian/lembaga,
akademisi, pemerintah daerah, komunitas, dan dunia usaha) tentang Pemerintah Pusat
pelestarian dan pengelolaan kota pusaka. dan Pemerintah
Daerah
2.1.2 Ruang Lingkup
Pedoman ini merupakan pedoman pelestarian dan pengelolaan kota pusaka
yang meliputi:
1. Arahan kebijakan pelestarian dan pengelolaan kota pusaka;
2. Kriteria penetapan dan prosedur penetapan kota pusaka;
3. Koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian dalam upaya pelestarian dan
pengelolaan kota pusaka.
“
2.1.4 Definisi dan Istilah
Dalam pedoman ini ini yang dimaksud dengan:
a. Pusaka Indonesia adalah pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana. Pedoman ini
Pusaka alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka budaya adalah
hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa
merupakan
di Tanah Air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa pedoman untuk
Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah
keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka budaya ragawi dan operasionalisasi
pusaka tidak ragawi. Pusaka saujana adalah gabungan pusaka alam dan
pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu.
upaya-upaya
b. Kota Pusaka adalah kota atau kabupaten yang mempunyai aset pusaka pelestarian dan
yang unggul berupa rajutan pusaka alam dan pusaka budaya yang lestari
yang mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan, dan kawasan dengan pengelolaan
ruang terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, dan sosial-budaya. kota pusaka oleh
pemerintah dan
2.1.5 Kedudukan dan Fungsi
pemerintah daerah
Pedoman ini merupakan pedoman untuk operasionalisasi upaya-upaya
pelestarian dan pengelolaan kota pusaka oleh pemerintah dan pemerintah
daerah. Berfungsi untuk memberikan arahan kebijakan pelestarian dan
pengelolaan kota pusaka; penetapan dan prosedur penetapan kota pusaka;
koordinasi dan sinkronisisasi serta pengendalian pelestarian dan pengelolaan
kota pusaka.
2.2 PRINSIP
PELESTARIAN &
PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
2.2.1 Arah Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka
Pelestarian kota pusaka bukan sebagai pembekuan kehidupan dan budaya,
melainkan upaya memahami dan menyerap kearifan, nilai, dan semangat
masa lalu untuk dikembangkan sebagai bekal ke masa depan. Pengelolaan
kota pusaka merupakan upaya untuk terus-menerus mengintegrasikan dan
mengorientasikan pusaka dalam pembangunan kota. Pelestarian pusaka
diikuti dengan pemanfaatan pusaka yang sesuai dengan kaidah pelestarian.
Pemanfaatan pusaka harus dapat membawa kesejahteraan masyarakat dan
peningkatan kehidupan yang berkualitas. Penguatan fisik, ekonomi, dan
sosial budaya harus berjalan selaras. Penataan dan pelestarian kota pusaka
merupakan upaya yang utuh dan komprehensif untuk pengelolaan kota
pusaka agar masyarakat mencintai pusaka dan mengembangkan kehidupan
budaya dan ekonomi yang semarak berbasis pada kearifan budaya lokal dan
kaidah pelestarian kota pusaka.
“
Salah satu prinsip pelestarian dan pengelolaan kota pusaka
diarahkan pada upaya terbentuknya sistem pengelolaan
yang handal, holistik, sistematik dan komprehensif.
“
Untuk dapat disebut
memiliki nilai sejagad
i) merupakan contoh yang luar biasa mewakili proses ekologis dan
biologis yang signifikan yang sedang berlangsung dalam evolusi dan
pengembangan darat, air tawar, ekosistem pesisir dan laut dan komunitas
tumbuhan dan hewan;
j) mengandung habitat alam yang paling penting dan signifikan untuk
yang unggul atau konservasi in-situ keanekaragaman hayati, termasuk spesies terancam
yang mengandung nilai universal luar biasa dari sudut pandang ilmu
menonjol, suatu pengetahuan atau pelestarian.
objek pusaka harus Untuk dapat disebut memiliki nilai sejagad yang unggul atau menonjol,
memenuhi syarat suatu objek pusaka harus memenuhi syarat integritas dan /atau keaslian atau
keotentikan dan harus memiliki sistem perlindungan dan pengelolaan untuk
integritas dan/atau menjamin kelestariannya di masa datang.
a) Integritas yang dimaksud, ditunjukkan melalui:
keaslian dan harus - memiliki semua elemen yang diperlukan untuk mengungkapkan nilai
memiliki sistem universal yang unggul;
- memiliki ukuran yang memadai untuk menjamin tampilnya secara utuh
perlindungan dan ciri-ciri dan proses yang menunjukkan nilai pentingnya;
pengelolaan - memiliki pelindungan terhadap efek negatif pembangunan atau pengabaian.
b) Keaslian atau keontetikan yang dimaksud, ditunjukkan melalui:
- bentuk dan rancangan;
- bahan dan substansi, guna dan fungsi;
- tradisi, teknik dan sistem pengelolaan;
- lokasi dan setting;
- bahasa dan bentuk warisan budaya tak bendawi lainnya;
- semangat dan perasaan;
- faktor internal dan eksternal lainnya.
c) Perlindungan dan pengelolaan ditunjukkan melalui:
- kondisi pusaka yang baik;
- dampak penurunan kondisi terkendali;
- proporsi tertentu pusaka menampilkan totalitas nilai yang terungkap;
- hubungan dengan fungsi lingkungan yang dinamis yang penting bagi
karakter utama objek tersebut haruslah terjaga.
Dua tahapan proses penetapan kota pusaka nasional tersebut di atas dapat
dilihat pada gambar berikut.
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-0kr4_NDrcfs/Uw4uFrTP_ZI/AAAAAAAAA0Q/CwSXrdf09xo/s1600/
Tari+Gending+Sriwijaya+foto+palembang+foto+pernikahan+palembang+palembang+foto.jpg
“
mengatur proses penetapan hingga menghasilkan daftar kota pusaka
yang ditetapkan.
c. Selanjutnya, BPIW bersama dengan Ditjen Cipta melakukan penyusunan
Rencana Pelestarian dan Evaluasi Kinerja Kota Pusaka terhadap kota yang
telah ditetapkan, sementara proses dilanjutkan dengan sosialisasi ke Proses penetapan
daerah yang dilanjutkan dengan penyusunan proposal pelestarian.
Kota Pusaka
Nasional dilakukan
oleh Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat selaku
kementerian teknis
yang memiliki
wewenang
“
Sumber: http://media1.trover.com/T/55aa5e02198e442c7600092b/fixedw_large_4x.jpg
Proses penetapan
tidak hanya dilakukan
berdasarkan usulan
dari Pemerintah Pusat,
namun bisa juga melalui
Diagram Proses Penetapan oleh Pemerintah
usulan Pemerintah
Daerah
2.3.4 Kelengkapan Pengusulan dan Penetapan
Kelengkapan untuk pengusulan dan penetapan kota 2. Proses Penetapan Lintas Sektor
pusaka adalah sebagai berikut: Proses penetapan dilakukan dengan melibatkan
1. Perangkat Proses Penilaian seluruh Kementerian/Lembaga serta pemangku
Dalam tahapan penilaian diperlukan beberapa kepentingan lain yang terkait, dengan memperhatikan:
dokumen yang terdiri dari: a) Penetapan Kota Pusaka selaras dengan Kebijakan
a) Profil/Data Kota Pusaka Sektor Lain
Profil Kota Pusaka merupakan dokumen yang Dalam penetapan Kota Pusaka Nasional,
menjabarkan dengan rinci aset-aset pusaka yang sebaiknya sesuai dengan kebijakan-kebijakan
dapat dijadikan sebagai bahan dalam melakukan seluruh Kementerian/ Lembaga serta pemangku
penilaian kriteria. kepentingan lain yang terkait.
b) Form Penilaian Kriteria/Sub Kriteria b) Komitmen Lintas Sektor dalam Pelestarian Kota
Form penilaian ini digunakan untuk mempermudah Pusaka
bagi penilai dalam melakukan proses penilaian. Diperlukan komitmen seluruh Kementerian/
c) Verifikasi Lembaga serta pemangku kepentingan terkait
Verifikasi merupakan tahapan setelah persyaratan dalam upaya penetapan dan pelestarian Kota
dokumen dilengkapi. Pusaka Nasional.
51
2.4 PERANGKAT
PELESTARIAN DAN
PENGELOLAAN
KOTA PUSAKA
2.4.2 Kelembagaan
Kota pusaka memiliki kelembagaan dan tata kelola kota Museum memiliki peran yang penting dalam upaya
terdiri dari unsur masyarakat, swasta dan pemerintah pelestarian aset pusaka di suatu wilayah kota dan
dengan berbagai kelengkapannya. Kelembagaan kabupaten.
didukung oleh upaya peningkatan kualitas sumber Kegiatan di museum meliputi aspek pengadaan koleksi,
daya manusia, serta perangkat hukum dan mekanisme pengelolaan koleksi, perawatan koleksi, pameran,
penerapannya. bimbingan edukasi dan sebagainya, sehingga museum
memiliki peranan besar dalam upaya pelestarian aset
1. Kelembagaan di tingkat internasional: UNESCO (The pusaka.
United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organizations), ICCROM (The International Centre for Dalam upaya pelestarian dan pengelolaan kota pusaka,
the Study of Preservations and Restioration of Cultural diharapkan bahwa setiap wilayah kota/kabupaten yang
Property), ICOMOS telah ditetapkan sebagai Kota Pusaka Nasional memiliki
2. Kelembagaan di tingkat nasional: Kementerian/ museum.
Lembaga terkait, BPIW sebagai Ketua Pokja, JKPI
(Jaringan Kota Pusaka Indonesia), BPPI (Badan Di Indonesia sendiri, museum dapat didirikan oleh
Pelestarian Pusaka Indonesia) Instansi Pemerintah, Yayasan, atau Badan Usaha yang
3. Kelembagaan di tingkat daerah : pemerintah kota/ dibentuk berdasarkan ketentuan hukum. Pendirian
kabupaten (sekretaris daerah, dinas pariwisata, dinas museum memiliki dasar hukum seperti Surat Keputusan
pendidikan dan kebudayaan) bagi museum pemerintah dan akte notaris bagi museum
yang diselenggarakan oleh swasta. Sementara untuk
Kelembagaan yang diberi wewenang untuk perorangan yang berkeinginan mendirikan museum,
merencanakan, melaksanakan pemanfaatan, melakukan harus membentuk suatu yayasan terlebih dahulu.
pengawasan dan melakukan penegakan hukum adalah :
a. Lembaga perencanaan harus diserahkan pada institusi Di Indonesia, terdapat dua jenis museum, yaitu:
yang sifat tugasnya melakukan perencanaan umum t .VTFVN 1FNFSJOUBI
ZBJUV NVTFVN ZBOH EJEJSJLBO
pembangunan di kota. Proses perencanaan harus oleh pemerintah pusat, daerah atau badan/instansi
dilakukan dengan melibatkan semua komponen pemerintah
masyarakat yang berkepentingan terhadap t .VTFVN 4XBTUB ZBJUV QSJWBUF
NVTFVN ZBOH
pemafaatan ruang. Proses perencanaan harus didirikan oleh organisasi swasta, ada yang untuk
transparan dan demokratis agar dapat menampung LFQFOUJOHBONFODBSJQSPöUt
aspirasi dalam masyarakat. Untuk menjaga konsistensi
substansi perencanaan, maka baik RTRW, RDTRK, Kelembagaan pengelolaan museum di Indonesia yang
maupun RTRK penyusunannya harus diserahkan pada biasa diterapkan adalah yayasan, UPT (Unit Pelaksana
satu institusi/Lembaga. Teknis), BLU (Badan Layanan Umum), dan Badan Usaha
b. Lembaga pelaksana pemanfaatan adalah dinas/ tertentu (swasta, perusahan,PT). Dalam pendirian
instansi teknis yang bidang tugasnya terkait dengan museum, secara lebih lanjut diatur dalam PP No. 66 Tahun
pemanfaatan ruang. Bagi lembaga pelaksana, 2015 tentang Museum.
harus diberikan batasan atas prosedur penggunaan
kewenangan atas ruang. Batasan penggunaan Untuk wilayah kota/kabupaten yang telah ditetapkan
wewenang tersebut dapat bersifat koordinasi sebagai Kota Pusaka Nasional dan belum memiliki
yang bentuknya rekomendasi. Batasan prosedur museum, bisa dilakukan koordinasi pendirian museum
penggunaan kewenangan ini juga dapat dalam yang mengacu pada PP No. 66 Tahun 2015 tentang
bentuk pembatasan waktu perijinan. Museum. Pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan
pengajuan ke Gubernur, sementara untuk pemerintah
provinsi melakukan pengajuan ke Menteri.
2.5 KOORDINASI, 53
SINKRONISASI DAN
PENGENDALIAN
Berdasarkan SK Kemenko PMK No. 20 Tahun 2016 tentang Tim Koordinasi
Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Budaya dan Alam Indonesia menetapkan
bahwa masing-masing kelompok kerja dapat melakukan koordinasi dan
sinkronisasi program dan kegiatan sesuai kebutuhan.
2.5.1 Koordinasi
Koordinasi sebagaimana dimaksud, dilaksanakan dalam upaya:
a. Koordinasi pengumpulan data dan informasi, yang diperoleh dari
instansi pemerintah, swasta dan masyarakat guna penyusunan kebijakan
pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia
b. Koordinasi pemetaan potensi Warisan Budaya dan Alam Indonesia di
tingkat pusat dan daerah
c. Koordinasi penyusunan pedoman umum dan penetapan warisan budaya
dan alam Indonesia sebagai Warisan Nasional
d. Koordinasi monitoring, evaluasi dan kajian terhadap usulan Warisan
Budaya dan Alam Indonesia sebagai Warisan Budaya dan Warisan Dunia/
UNESCO/FAO
e. Koordinasi pengendalian, monitoring dan evaluasi serta kajian dampak
politik, sosial, ekonomi dan budaya dan masalah yang timbul terhadap
penetapan pelestarian warisan budaya dan alam Indonesia sebagai
warisan nasional dan warisan dunia/UNESCO/FAO
f. Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi maupun
Lembaga Swadaya Masyarakat dalam pengusulan nominasi warisan
budaya dan alam Indonesia, serta pengesahan pengusulan kepada
UNESCO Paris dan FAO Roma
g. Koordinasi penyusunan peta jalan dan masterplan pelindungan,
pengembangan dan pemanfaatan warisan budaya dan alam Indonesia
h. Koordinasi penyusunan laporan hasil kegiatan pelestarian dan pengelolaan
warisan budaya dan alam Indonesia
i. Koordinasi pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-OlG5Akrs9h8/Tt5JbFgdzMI/AAAAAAAAAmI/dP15awZFBDo/s1600/ Indonesia
night+of+tabot+besanding+.jpg
j. Koordinasi pelaksanaan peninjauan berkala, penyusunan state of
conservation
k. Koordinasi upaya penyelamatan warisan budaya dan alam Indonesia yang
berada dalam keadaan terancam
l. Koordinasi peningkatan kesadaran publik akan pentingnya pelestarian
warisan budaya dan alam Indonesia
m. Koordinasi mendorong keikutsertaan penduduk lokal dalam upaya
pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia di
wilayahnya masing-masing
n. Koordinasi skema pendanaan terhadap program dan kebijakan terhadap
pelestarian dan pengelolaan warisan budaya dan alam Indonesia
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA
“
Koordinasi
dimaksudkan
sebagai upaya
untuk sinkronisasi
perumusan kebijakan
dalam upaya
pengelolaan dan
Wakil Ketua bertugas membantu Ketua Pokja dalam pelestarian kota
melaksanakan koordinasi. Sekretaris bertugas melakukan arsip
dalam pelaksanaan seluruh koordinasi, baik dalam bentuk rapat
pusaka
koordinasi maupun permintaan data dan lain sebagainya.
2.5.2 Sinkronisasi
Sinkronisasi program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang memiliki fungsi, jadwal, lokasi dan besaran biaya pembangunan
yang berkesesuaian.
“
Sinkronisasi Program Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka
Alur sinkronisasi ditunjukkan melalui bagan berikut
Pelaksanaan
sinkronisasi perlu
dilaksanakan
sebagai upaya
dalam pengelolaan
dan pelestarian
kota pusaka
57
2.5.3 Pengendalian
Pemantauan, pelaporan, dan evaluasi mengurai konsistensi penetapan
keunggulan nilai nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka, dan
pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka yang mampu
melestarikan bahkan meningkatkan keunggulan nilai nasional.
“
Sinkronisasi program
pelestarian dan
pengelolaan pusaka
1. Tingkat Nasional
Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan kewenangannya memfasilitasi dilakukan oleh
pengendalian pengelolaan suatu Kota Pusaka sesuai dengan Prioritas Nasional
atau usulan dari Daerah yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator
Kelompok Kerja Kota
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Pusaka bersama
2. Tingkat Provinsi dengan Kementerian
Pemerintah Provinsi melakukan pengendalian pengelolaan Kota Pusaka
sesuai dengan prioritas pembangunan di Provinsi atau usulan dari Pemerintah
Koordinator bidang
Kabupaten/Kota yang dikoordinasikan oleh Unit kerja yang menangani Pembangunan
Perencanaan atau yang ditunjuk oleh Gubernur.
Manusia dan
3. Tingkat Kabupaten/Kota Kebudayaan
Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengendalian pengelolaan Kota
Pusaka sesuai dengan prioritas pembangunan di Kabupaten/Kota yang
dikoordinasikan oleh Unit kerja yang menangani Perencanaan atau yang
ditunjuk oleh Bupati/Walikota.
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA
2.5.3.1 Pemantauan
Pemantauan merupakan proses, cara, perbuatan memantau, pengamatan,
pencatatan dan permonitoran. Upaya pemantauan untuk kota pusaka,
meliputi:
a. Pemerintah Pusat melakukan pemantauan secara nasional kepada
Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota dan para
penyelenggara terhadap penetapan keunggulan nilai nasional, penetapan
batas-batas Kota Pusaka, dan pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan
Kota Pusaka
b. Pemerintah Provinsi melakukan pemantauan pada tingkat provinsi
trehadap penyusunan peraturan terkait di Kabupaten/Kota dan
penerapannya
c. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pemantauan kepada para
penyelenggara Kota Pusaka di daerah terhadap penetapan keunggulan
nilai nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka, dan pelaksanaan
pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka
d. Masyarakat akademis dapat mengkritisi program dan kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah, dan memberi masukan agar kebijakan dan
program pemerintah dapat mencapai tujuan akhir yang ingin diraih dalam Sumber: http://www.wisataku.id/wp-content/uploads/2017/12/0-17.jpg
pelestarian aset pusaka.
2.5.3.2 Pelaporan
Pelaporan merupakan catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya diberikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tertentu. Dalam pelaksanaan pengendalian penetapan
keunggulan nilai nasional, penetapan batas-batas Kota Pusaka, dan
pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka, pelaksana pemantauan
di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi yang terdiri dari Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi, melaksanakan pelaporan terkait
temuan tertentu kepada Pemerintah Pusat, dalam hal ini melalui Kementerian
yang terlibat dalam Pokja Kota Pusaka.
2.5.3.3 Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai
secara objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya.
Evaluasi yang dilaksanakan merupakan suatu penilaian untuk mengetahui
pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
upaya pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka.
“
1. Pelaksanaan Evaluasi Konsistensi Penetapan Keunggulan Nilai Nasional
2. Pelaksanaan Evaluasi Penetapan Batas-batas Kota Pusaka
3. Pelaksanaan Evaluasi Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka
Evaluasi dilaksanakan
Langkah dan tahapan pelaksanaan evaluasi
guna meninjau 1. Menetapkan standar dan indikator untuk menilai proses pelaksanaan
konsistensi penetapan program/ kegiatan. Standar biasa mencakup semua input yang digunakan.
2. Mengumpulkan data dan melakukan investigasi kinerja (pengamatan) dari
keunggulan pelaksanaan kegiatan/ proses kegiatan yang dipilih untuk dibandingkan
nilai nasional, dengan standar/indikator (baik kualitatif maupun kuantitatif ) yang telah
ditentukan.
penetapan batas- 3. Mengamati perubahan lingkungan dan mengumpulkan data untuk
pengkajian pengaruh lingkungan tersebut terhadap kegiatan yang sedang
batas Kota Pusaka dilaksanakan.
dan pelaksanaan 4. Pengolahan, analisis data dan sintesis hasil. Data yang dikumpulkan
(termasuk perubahan lingkungan) diolah dan dianalisis untuk membuat
pelestarian dan penilaian dan kesimpulan tentang proses pelaksanaan kegiatan. Hasil
analisis dan kesimpulan akan digunakan lebih lanjut untuk perumusan
pengelolaan Kota rekomendasi tindak lanjut.
Pusaka 5. Pengambil keputusan melakukan tindakan (termasuk koreksi dn
penyesesuai kegiatan, maupun perencanaan ulang).
6. Menyampaikan semua hasil monitoring, pengendalian dan tindak lanjut
kepada pihak yang berkepentingan sebagai wujud akuntabilitas dan
proses pengambilan keputusan lebih lanjut.
PELESTARIAN & PENGELOLAAN KOTA PUSAKA
2.5.3.4 Sanksi
Sanksi adalah suatu tindakan yang diberikan kepada perorangan atau
kelompok pelaksana kegiatan, karena terbukti melakukan pelanggaran
terhadap aturan yang berlaku. Sanksi dikenakan terhadap suatu pelanggaran
dengan tujuan untuk memberikan pengertian mengenai adanya aturan yang
harus diikuti serta memberi peringatan terhadap tindakan yang salah.
Sanksi menjadi peringatan untuk mendidik dan tidak hanya berlaku bagi
pelaksana kegiatan yang melanggar, melainkan manajemen pusat dan lokal
yang memilki hak dan kewajiban yang sama terhadap peraturan yang berlaku.
Dalam upaya pelestarian dan pengelolaan Kota Pusaka, sanksi yang
diberlakukan terhadap ketidaksesuaian dalam pelaksanaan pelestarian dan
pengelolaan Kota Pusaka. Sedangkan, untuk penetapan keunggulan nilai
nasional dan penetapan batas-batas kota pusaka tidak diberlakukan sanksi
khusus, hanya sebatas himbauan.
Sumber: https://media.travelingyuk.com/wp-content/uploads/2017/11/Airnya-yang-biru-
Sumber: http://beritadaerah.co.id/wp-content/uploads/2015/04/Pembangunan-Pusat-Kebudayaan-230415-Ief-1.jpg menjadi-daya-tarik-tersendiri-image-source-1024x1024.jpg
61
“
Sanksi tidak hanya berlaku bagi
pelaksana kegiatan yang melanggar,
melainkan manajemen pusat dan lokal
yang memiliki hak dan kewajiban yang
sama terhadap peraturan yang berlaku
KOTA PUSAKA
kabupaten tersebut yaitu Kota Banda
Aceh, Kota Langsa, Kota Sabang, Kota
Medan, Kota Sibolga, Kota Bukittinggi,
Kota Padang, Kota Sawahlunto, Kota
Lubuklinggau, Kota Palembang,
Kabupaten Siak, Kota Sungai Penuh,
Kota Bengkulu, Kota Pangkal Pinang,
Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten
Pesawaran, Kota Jakarta Barat, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Utara,
Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota
Bogor, Kota Cirebon, Kota Tangerang,
Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Kota
Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal,
PROFIL
3.1 KOTA
SAWAHLUNTO
Pada masa pemerintah Hindia Belanda, kota Sawalunto dikenal sebagai kota
tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara
dihentikan. Saat ini kota Sawahlunto berkembang menjadi kota wisata tua
yang multi etnik, sehingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia.
Di kota yang didirikan pada tahun 1888 ini, banyak berdiri bangunan-
bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagian telah ditetapkan sebagai cagar
budaya oleh pemerintah setempat dalam rangka mendorong pariwisata dan
mencanangkan Sawahlunto menjadi “Kota Wisata Tambang yang Berbudaya”.
Jumlah penduduk Kota Sawahlunto pada tahun 2015 adalah 60.186 jiwa
atau meningkat 0,97 persen dibandingkan jumlah penduduk pada tahun
2015. Jika dilihat menurut kecamatan, jumlah penduduk Kecamatan Talawi
merupakan yang terbesar dibandingkan kecamatan lainnya dengan populasi
mencapai 18.920 jiwa, atau mencapai 31,423 persen dari total penduduk
Kota Sawahlunto. Kecamatan dengan populasi penduduk terkecil adalah
Kecamatan Silungkang dengan jumlah penduduk 10.962 jiwa.
PDRB Kota Sawahlunto tahun 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menurut
lapangan usaha berjumlah 2.739,82 milyar rupiah, menigkat dari tahun 2014
dengan jumlah 2.543,14 milyar rupiah. Sedangkan PDRB Kota Sawahlunto
Atas Harga Konstan tahun 2015 adalah sebesar 2.251,1 milyar rupiah
sedangkan tahun 2014 sebesar 2.123,04 milyar rupiah. Sampai keadaan tahun
2015, lapanan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan
sepeda motor masih menjadi kategori yang mempunyai peranan penting
bagi struktur perekonomian Sawahlunto dengan kontribusinya sebesar
15,43%. Kontribusinya sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya
yang sebesar 15,11%. Selanjutnya kategori yang memberi andil cukup besar
dalam pembentukan PDRB Sawahlunto adalah kategori industri pengolahan
yang memberikan kontribusi sebesar 12,42%, juga mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya (12,3%). Sementara itu, lapangan usaha
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib menjadi
penyumbang ketiga terbesar dalam pembentukan PDRB Sawahlunto. Pada
tahun 2014 kontribusi kategori ini adalah 12,52%, kemudian pada tahun 2015
turun menjadi 11,74%.
Sumber: https://minangtourism.com/puncak-polan/
65
1970-1980 Periode
- Penurunan kualitas kota 1951-
- Surat Keputusan Gubernur Sumater Barat No. 145/ 1980
GSB/1970 tanggal 18 September 1970, yang merujuk Dinamika Kota
kepada Undang-Undang No. 8/156 yang termaktub Sawahlunto
dalam Lembaran Negara No. 19 Tahun 1959. Luas Kota
Sawahlunto itu mengacu kepada Ketetapan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagaimana
yang tertuang dalam Staadblad van Nederlandsch Indie
No. 400 Tahun 1929.
- Migrasi sebagian penduduk terutama etnis Tionghoa ke
Kota Padang, Bukittinggi dan Payakumbuh, Pekanbaru.
93
8 -18
188
Pembangunan
November 1891 Juli 1891 1887-1894 pelabuhan
Rampungnya jalur Selesainya jalur Pembangunan Emmahaven
Padangpanjang- rel kereta api jalan kereta api (Teluk Bayur
Bukittinggi dari Pulau Air- transportasi Padang)
sepanjang 19 km. Padangpanjang batubara dari
1 Juli 1892 sejauh 71 km. Pulau Air-
Dirampungkannya 53 km bentangan Muarokalaban
secara bertahap
jalur rel Padangpanjang-Solok. 20
1-19
berjalan.
e 190
5 riod 1 4 5 6
189 Pe 190 190 190 190
0
191 - Pembangunan los
Menjadi pusat afdeling Pertumbuhan Dibangun Dibangun Batas-batas Pembangunan (pasar loods) tradisional
koto VII dan buruh berbagai lapangan lapangan administrasi toko oleh Fak - Dibangun Societiet
semakin banyak infrastruktur bola kaki. bola kaki. Sawahlunto Sin Kek. - Koperasi Ons Belang
didatangkan dari ditetapkan. - Rumah asisten residen
perwujudan kearah
berbagai penjuru Hindia - Dibangun kantor polisi
Belanda bahkan etnis kota tahap I.
Tionghoa dari Singapura.
1912
Dibangunnya
stasiun kereta api
Sawahlunto.
1916
Dibangun kantor
1929-1942 1923-1925 Periode 1918 1917 pertambangan
Perkembangan tahap II, sampai Dibangun 1921- - Dibangun Dibangun Ombilin.
ditetapkan sebagai staadsgemeente penjara 1950 Rumah Ransum Gedung
(kotapraja/1936) dan berakhir seiring Sawahlunto. Perkembangan - Dibangun Hotel Komedi
berakhirnya pemerintah kolonial Kota Ombilin
Belanda. Pada masa pendudukan Sawahlunto - Pengembangan
Jepang tambang batubara tidak rumah sakit yang
dikelola secara baik dan produksi sudah ada pada
tambang batubara tidak berjalan akhir abad ke-19
secara lancar
Sejarah kereta api di Sumatera Barat tak lepas dari penemuan tambang
“
batubara berkalori tinggi di daerah Ombilin, Sawahlunto, dengan perkiraan
cadangan mencapai 200 juta ton. Untuk mempermudah pengangkutan,
Pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api sepanjang 155
kilometer dari Sawahlunto hingga Pelabuhan Teluk Bayur yang dahulu Ada empat warisan
bernama Emmahaven melalui Padang Panjang. ma 109 tahun, jalur tersebut
digunakan secara rutin untuk mengangkut batubara dan penumpang. Seiring Belanda yang hingga
dengan berhentinya pasokan batubara dari Sawahlunto yang dikelola PT Bukit
Asam, terhenti pula operasi rutin kereta api di jalur tersebut pada tahun 2003.
saat ini menjadi
Selain jalur Teluk Bayur-Sawahlunto, Belanda juga membangun jalur Padang pilar transformasi
Panjang–Bukittinggi-Payakumbuh-Limbangan sepanjang 72 km. Jalur ini
dioperasikan untuk mengangkut hasil bumi dari pedalaman Sumatera Barat. sosiologis dan
Seiring dengan berkembangnya transportasi darat, kereta api mulai tersisih
dan tidak beroperasi sejak tahun 1973.
kultural yang dialami
masyarakat sekitar
Lubang Tambang Mbah Suro merupakan salah satu situs tambang batubara
yang sejak tahun 2007 dibuka untuk umum sebagai tempat wisata.
satu abad silam
Terowongan tambang ini dibuka pemerintah Hindia Belanda pada 1898.
Pembuatan terowongan ini mengerahkan pekerja paksa yang berasal
dari berbagai penjara seperti Jawa, Sulawesi, Medan, dan Padang. Pekerja
paksa yang berasal dari luar Sumbar, diangkut menggunakan kapal menuju
pelabuhan Teluk Bayur kemudian dilanjutkan perjalanan menggunakan
kereta api menuju Sawahlunto. Sebagai fasilitas pendukung, stasiun kereta api
Sawahlunto dengan fasilitas memadai baru dibangun pada 1918. Kini stasiun
kereta api tersebut dijadikan sebagai museum kereta api.
han
PROFIL KOTA PUSAKA
Batobo
Budaya begotong royong dalam mengolah lahan pertanian yang
diiringi berbagai kesenian tradisi.
Makan Bajamba
Sebuah tradisi makan secara adat dengan serangkaian aturan adat
istiadat. Biasanya makan bajamba dimulai dengan pepatah petitih,
makan dengan jamba (wadah besar), makan secara bersama
dengan aturan-aturan cara makannya.
Puncak Polan
Puncak Polan merupakan salah satu dinding alam yang menghiasi Kota
Sawahlunto. Puncak Polan berada di Kecamatan Lembah Segar. Selain
melihat keindahan kota sawahlunto dari puncak bukit ini, ada juga salah
satu kegiatan olahraga yang sering dilakukan di puncak bukit ini yaitu
kegiatan Paralayang. Selain kegiatan paralayang, “Puncak Polan” ini pun
sering dijadikan sebagai tempat favorit para pecinta fotografi.
Puncak Pari
Puncak Pari pun memberi andil membentuk wajah Sawahlunto seperti Panorama Kajai & Lumindai
‘wajan’. Bukit yang berada di bagian Utara ini, menjadi langganan berbagai Keindahan alam Kajai di Desa Lumindai tidak kalah menarik. Berada
sarana teknologi informasi dan komunikasi dengan terdapatnya berbagai dilingkungan perbukitan yang hijau. Panorama Kajai berada dalam
tower. kawasan agro wisata perkebunan dan pengolahan minyak serei (atsiri),
nilam, jarak dan lainnya.
1. Bencana Alam
Tantangan dan permasalahan bagi Kota Sawahlunto untuk melestarikan
benda cagar budaya adalah bahaya longsor, karena Sawahlunto dilihat dari
bentang alamnya terbentuk oleh perbukitan terjal, landai dan pendataran.
Pusat kota lama Sawahlunto terletak pada bentang alam landai sempit dan
memanjang sehingga berbentuk kuali , deretan rumah penduduk di lereng
bukit yang tersusun dengan baik dan Benda Cagar Budaya yang terletak di
kawasan ini terancam rusak terkena longsor.
2. Ulah Manusia
Tantangan dan permasalahan bagi Kota Sawahlunto c. Tak ragawi;
untuk melestarikan Pusaka yang ada sebagai berikut : • Adanya pengaruh modrenisasi dan globalisasi
a. Pusaka Alam; yang berdampak negatif sehingga menghilangkan
Dengan kurangnya kesadaran lingkungan dan adanya nilai – nilai budaya dan adat istiadat Sawahlunto.
aktivitas penambangan dan pembukaan lahan • Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap
perkebunan dapat mempengaruhi perubahan wajah kesenian – kesenian yang ada sehingga tidak
pusaka alam pada Kota sawahlunto. berjalan dengan baik.
b. Pusaka Ragawi; • Kurangnya minat masyarakat untuk ambil bagian
• Dengan adanya konservasi/revitalisasi bangunan dalam kegiatan adat istiadat dan kesenian –
cagar budaya yang ada di Kota Sawahlunto, susah kesenian yang ada.
untuk mengembalikan ke bentuk semula, secara • Terbatasnya dan tidak adanya tempat yang baik
utuh dengan mengunakan bahan-bahan yang asli, untuk dijadikan sanggar atau pusat kegiatan
jika sudah tidak di produksi sehingga konservasi kesenian.
menyesuaikan dengan pasar. d. Pusaka saujana.
• Kepemilikan bangunan cagar budaya oleh badan Kurangnya kesadaran lingkungan, pengaruh
usaha, dan masyarakat, yang kurang peduli, karena modrenisasi dan globalisasi yang mengakibatkan
ketidak tahuan akan pelestarian benda cagar hilangnya pusaka alam dan budaya Kota Sawahlunto.
budaya sehingga badan usaha dan masyarakat
melakukan konservasi tanpa adanya panduan dari
pihak pemerintah daerah.
73
1. Kelembagaan Pemerintah
Dalam penataan dan pelestarian kota pusaka di Kota Sawahlunto
membutuhkan kerjasama dari semua lembaga. Hanya saja hingga saat ini,
“Dalam penataan
dan pelestarian
kelembagaan pemerintah yang berfungsi dan bertugas dalam penataan
ruang dan pelestarian kota pusaka adalah Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
kota pusaka di
Pariwisata dan Kebudayaan, serta Kecamatan dan Kelurahan yang berada Kota Sawahlunto
di Kota Sawahlunto. Maka untuk untuk kedepannya, dalam penataan
dan pelestarian kota pusaka di Kota Sawahlunto diharapkan melibatkan diharapkan
semua kelembagaan pemerintah yang berada di Kota Sawahlunto. Adapun
Kelembagaan pemerintah tersebut adalah:
melibatkan semua
• Dinas Pekerjaan Umum; kelembagaan
• Dinas Pariwisata dan Kebudayaan;
• Dinas Kesehatan dan Sosial; pemerintah yang
• Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan Tenaga
Kerja;
berada di Kota
• Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; Sawahlunto
• Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah;
• Dinas Pertanian dan Kehutanan;
• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
• Badan Lingkungan Hidup;
• Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Penanggulangan Bencana Daerah; dan
• Kecamatan serta kelurahan di Kota Sawahlunto.
“
Peran serta
masyarakat hingga
2. Kelembagaan Masyarakat
Peran serta masyarakat hingga saat ini baru terdiri dari komunitas etnik dan
Lembaga Group serta Sanggar Seni Budaya di Kota Sawahlunto. Kelembagaan
group serta sanggar seni budaya tersebut berada di bawah binaan Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto. Diharapkan untuk ke depannya
saat ini baru terdiri muncul komunitas-komunitas baru yang tumbuh dan berkembang dari
dari komunitas kelembagaan masyarakat untuk melestarikan aset pusaka alam, aset pusaka
budaya ragawi, aset pusaka budaya tak ragawi, dan aset pusaka saujana yang
etnik dan Lembaga ada di Kota Sawahlunto. Untuk itu seluruh lapisan masyarakat mulai dari
tingkat pelajar hingga pemangku jabatan, swasta, organisasi masyarakat,
Group serta perlu kiranya memahami dan peka terhadap apa itu pusaka dan kota pusaka
Sanggar Seni serta bagaimana melihat keunggulan-keunggulan aset pusaka ini dapat
wdikelola secara maksimal dan konfrehensif.
Budaya di Kota
Sawahlunto Peran serta masyarakat khusunya pecinta heritage belum ada namun
komunitas etnik sudah ada seperti: Paguyuban Jawa, Komunitas LUAS (Luhak
Agam Sekitar), Komunitas Pariaman, Komunitas Padang Gantiang, Lintau, dan
Batusangkar, Komunitas Pesisir Selatan, serta Paguyuban Sunda. Komunitas
ini lebih focus kepada kegiatan-kegiatan kesenian dan silahturahmi.
3.1.5.2 Kebijakan
Sumber: http://suryapost.co/wp-content/uploads/2016/01/1503040mak-itam2780x390.jpg
“
2. Cultural heritage area; beberapa etnis, hidup berdampingan dengan
melakukan kebiasaan mereka sehari-hari, seperti area beribadah, area
untuk melakukan tradisi budaya masing- masing, berinteraksi di pasar
tradisional dan tempat-tempat perkumpulan warga. Situs/insitu
3. Landscape heritage; yang disebut juga Pusaka Saujana (vistas), dimana
sebenarnya kota lama Sawahlunto memiliki pemandangan yang
Heritage di
menarik apabila Pemerintah mampu mengembalikan penataan Sawahlunto
landscape kota kepada beberapa puluh tahun yang lalu. Kehadiran
landscape kota ini akan sangat mendukung roh daripada pelestarian dikategorikan
alam Kota Sawahlunto. menjadi situs
b. Situs/insitu Heritage, situs/insitu yang terpisahkan dari kawasan kota peninggalan
lama dimana keberadaan lokasi tersebut memiliki nilai-nilai sejarah dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa tersebar di seluruh pelosok
sejarah & situs
Kota Sawahlunto. Situs/insitu bisa di kategorikan menjadi 2 kategori yaitu: peninggalan
1) Situs Peninggalan Sejarah
2) Situs peninggalan Kolonial kolonial
Perlindungan terhadap kawasan/bangunan cagar budaya dilakukan
untuk melindungi kekayaan budaya bangsa. Perlindungan kawasan/
bangunan cagar budaya diarahkan pada:
• Menyusun skala prioritas penanganan kawasan/bangunan
bersejarah atau budaya yang potensial dengan program revitalisasi
jangka panjang dan tahunan;
• Mensosialisasikan peraturan teknis dan petunjuk penanganan
revitalisasi kawasan/bangunan bersejarah kepada masyarakat.
• Menjalin kerjasama secara instansional dengan institusi terkait,
asosiasi-asosiasi dan perguruan tinggi dalam rangka penanganannya.
• Mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan kawasan bersejarah
yang sedang atau kawasan yang akan tumbuh secara tidak terkontrol
dengan cara memberi dengan cara memberi atau menolak izin
rencana pembangunan baru termasuk merubah keaslian bentuk
dan fungsinya.
77
3.2 KOTA
MALANG
“
Karena lokasi alam yang dingin serta
banyak lahan yang masih hijau, kota
Malang pantas dijuluki sebagai Kota Bunga
Malang, adalah salah satu kabupaten dan kota di Jawa Timur yang terletak
di dataran tinggi, berjarak 90 Km dari Kota Surabaya. Karena letaknya yang
tinggi, kota ini memiliki udara yang sejuk dan nyaman untuk dikunjungi.
Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, dan
dikenal dengan julukan kota pelajar, atau banyak juga yang menjuluki sebagai
Kota Bunga. Tidak bisa dipungkiri, karena lokasi alam yang dingin serta banyak
lahan yang masih hijau, kota Malang pantas pula di juluki sebagai Kota Bunga.
Disamping itu, beberapa obyek dengan tema agrowisata banyak dijumpai di
Malang.
Besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2015 mencapai Rp. 51.827.980,3
juta, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp. 41.951.560,2 juta.
Pertumbuhan ekonomi Kota Malang Tahun 2015 mencapai 5,61 persen.
Pertumbuhan sektoral tercepat terjadi di lapangan usaha Jasa Kesehatan dan
Sosial mencapai 9,83 persen. Pertumbuhan tersebut dipicu berdirinya RSUD
Kota Malang. Perekonomian Kota Malang didukung oleh kegiatan lapangan
usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
(28,90%), Industri Pengolahan (26,50%) dan Konstruksi (12,53%).
Sumber: https://gkdi.org/wp-content/uploads/2017/10/malang.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA
2. Drainase
Sistem drainase di Kota Malang terdiri dari saluran drainase primer, saluran
drainase sekunder, dan drainase tersier. Terdapat 5 saluran drainase primer di
Kota Malang meliputi DPS Bango, DPS, Brantas, DPS Sukun, DPS Metro, dan
DPS Amprong. Saluran sekunder berupa saluran di kiri kanan jalan utama Kota
Malang. Sedangkan Saluran tersier tersebar di kanan kiri Jalan Lingkungan/
perumahan. Sebagian besar ruas jalan di Kota Malang telah memiliki saluran
drainase sekunder atau tersier.
3. Sampah
Sistem pengumpulan sampah di Kota Malang baik sampah domestik maupun
sampah non domestik dilakukan dengan pola individual yaitu sistem
pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan alat angkut gerobak yang
kemudian dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). Radius layanan
TPS sejauh ± 1000 meter dari TPS. Hal ini didukung dengan ketersediaan TPS di
setiap kecamatan Kota Malang. Sistem pengumpulan sampah di Kota Malang
telah terorganisir dengan baik yaitu disesuaikan dengan tiap jenis guna lahan
permukiman, perdagangan, industri, ataupun kesehatan.
79
4. Sanitasi
Terdapat dua sistem pengolahan air limbah di Kota Malang yaitu pengolahan
secara individu di masing-masing rumah (on-site system) dan secara kolektif
atau komunal (off-site system). Pengolahan air limbah dengan on-site system
yang dipakai adalah jamban yang biasanya dibangun di masing-masing rumah
atau di tempat-tempat tertentu dan dipakai secara bersama atau kolektif
untuk beberpa rumah tangga. Sedangkan pengolahan air limbah Off-Site
“
System sering disebut juga Istalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik.
IPAL di Kota Malang ini hampir seluruhnya menggunakan sistem pengolahan
secara hayati yaitu memanfaatkan mikroorganisme dalan menguraikan bahan
pencemar. Beberapa IPAL di Kota Malang yang masih berfungsi dengan baik
Masalah terkait antara lain IPAL Modular Sewerage System (MSS) Ciptomulyo di Kelurahan
dengan sistem Ciptomulyo, IPAL MSS Mergosono di Kelurahan Mergosono, IPAL hasil
kerjasama antara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan Perum
sanitasi Kota Jasa Tirta I (PJT I) di Kelurahan Tlogomas, dan MCK Tangki AG di Kelurahan
Tlogomas.
Malang adalah
masih banyak Masalah terkait dengan sistem sanitasi Kota Malang adalah masih banyak
penduduk di daerah bantaran sungai pada umumnya belum memiliki sarana
penduduk di daerah sanitasi dan tingkat kesadaran masnyarakat akan pentingnya sarana sanitasi
bantaran sungai masih kurang.
pada umumnya Prospek pengembangan bagi sistem sanitasi Kota Malang yaitu pemanfaatan
prasarana IPAL di beberapa wilayah dalam Sistem Pengelolaan Limbah
belum memiliki Kota Malang, melakukan penanganan sanitasi pada Kel. Jodipan, Kotalama,
sarana sanitasi Lesanpuro, Wonokoyo dan membangun IPAL di Kel. Sawojajar yang ditetapkan
sebagai kawasan prioritas penanganan sanitasi.
PROFIL KOTA PUSAKA
3.2.2 Sejarah
Wilayah cekungan Malang telah ada sejak masa purbakala menjadi
kawasan pemukiman. Banyaknya sungai yang mengalir di sekitar tempat
ini membuatnya cocok sebagai kawasan pemukiman. Wilayah Dinoyo dan
Tlogomas diketahui merupakan kawasan pemukiman prasejarah. Selanjutnya,
berbagai prasasti (misalnya Prasasti Dinoyo), bangunan percandian dan arca-
arca, bekas-bekas fondasi batu bata, bekas saluran drainase, serta berbagai
gerabah ditemukan dari periode akhir Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8 dan
ke-9) juga ditemukan di tempat yang berdekatan.
Nama “Malang” sampai saat ini masih diteliti asal-usulnya oleh para ahli sejarah.
Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk memperoleh
jawaban yang tepat atas asal usul nama “Malang”. Sampai saat ini telah
diperoleh beberapa hipotesa mengenai asal usul nama Malang tersebut.
“
Kota Malang
modern tumbuh
kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi
dan berkembang
satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai setelah hadirnya
saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh bernama
Kutobedah di desa Kutobedah. Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang pemerintah
akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada tahun 1614 setelah mendapat
perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.
kolonial Belanda
Seperti halnya kebanyakan kota-kota lain di Indonesia pada umumnya, Kota
Malang modern tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi
kolonial Hindia Belanda. Fasilitas umum direncanakan sedemikian rupa agar
memenuhi kebutuhan keluarga Belanda. Kesan diskriminatif masih berbekas
hingga sekarang, misalnya ‘’Ijen Boullevard’’ dan kawasan sekitarnya. Pada
mulanya hanya dinikmati oleh keluarga-keluarga Belanda dan Bangsa Eropa
lainnya, sementara penduduk pribumi harus puas bertempat tinggal di
pinggiran kota dengan fasilitas yang kurang memadai. Kawasan perumahan
itu sekarang menjadi monumen hidup dan seringkali dikunjungi oleh
keturunan keluarga-keluarga Belanda yang pernah bermukim di sana.
Prasasti Dinoyo menceritakan kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan Prasasti Dinoyo 2 berisi tentang penyerahan tanah sawah yang
dengan rajanya yang bernama Dewa Simha. Ia mempuyai seorang diberikan oleh Dang Hwan Sang Hiwil kepada Dang Hyang Guru
putra yang bernama Liswa, setelah naik tahta dan melalui upacara Candik. Akan tetapi, belum dapat dipahami dengan jelas siapa Dang
abhiseka Liswa bernama Gajayana. Hwan Hiwil. Dilihat dari tahun pembuatannya, diperkirakan tahun 898
Masehi, berarti pembuatan prasasti tersebut setelah lebih dari 100
Selama pemerintahan Gajayana, dikatakan beliau beragama Hindu tahun dari Prasasti Dinoyo (760 Masehi) dibuat, saat kekuasaan Kerajaan
Siwa.Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. apa dan siapa rajanya sayangnya tidak disebutkan dalam Prasasti
Bangunan tersebut sekarang bernama candi Badhut. Disebutkan pula, Dinoyo 2 tersebut.
semula arca yang terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan
batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun 760.
“
Sejarah Kota Malang dimulai sejak zaman Kerajaan
Kanjuruhan yaitu berkembang dari sebuah kerajaan
yang berpusat di kawasan Dinoyo
“
83
Tumapel merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi
akuwu (setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul
Ametung. Tunggul Ametung memiliki istri yang bernama Ken Dedes, yang
merupakan putri dari seorang pendeta yaitu Mpu Purwa. Di wilayah Kota
Malang sendiri, tepatnya Desa Panawijen, masih terdapat jejak peninggalan
sejarah berupa situs Ken Dedes, sumur windu.
Kota ini diaplikasikan dari konsep Totalbeeld. Karsten ingin membuat Kota
Malang menunjukkan wajah yang bisa menyerasikan banyak golongan.
Pembuatan rumah warga didasarkan pada bentuk villa, rumah kecil dan
kampung. Salah satu yang dibangun adalah Villa Ijen Boulevard. PPerencanaan
pembangunan Kota Malang yang ditangani oleh Karsten diorentasikan untuk
25 tahun ke depan (sejak tahun 1935- 1960). Daerah elit saat itu disebut
sebagai Bergenbuurt (daerah gunung-gunung) karena jalannya memakai
nama gunung seperti Bromostraat (Jalan Bromo) dan Jalan Smeroestraat
(Jalan Semeru).
t #PVXQMBO*
LBSFOBUJEBLNFODVLVQJQFLFNCBOHBOCBHJHPMPOHBO&SPQB
maka perkembangannya diarahkan ke sepanjang jalan Tjelaket-Lowokwaru.
“
Kota Malang
semakin luas,
Saat ini bisa dilihat pada Jl. Dr. Cipto, RA. Kartini, DR. Soetomo, Diponegoro,
MH. Thamrin, Cokroaminoto.
yang akhirnya
t #PVXQMBO ** EJUBOEBJ EFOHBO EJQVUVTLBOOZB NFNCVBU EBFSBI QVTBU memunculkan
pemerintah baru, karena yang lama terlalu berbau Indisch, dan terealisasi
pada tahun 1922 yang dinamakan Gouvener-Generaalbuurt (alun-alun rencana perluasan
Bunder).
t #PVXQMBO ***
QFSMVBTBO JOJ CFSVQB QFNCBOHVOBO LPNQMFL QFNBLBNBO
Kotamadya Malang
bagi orang Eropa yang terletak di daerah Sukun dan di Klonjenlor. pada tahun 1935.
t #PVXQMBO *7 EJQFSVOUVLLBO CBHJ LBMBOHBO NFOFOHBI LF CBXBI ZBOH
dilengkapi prasarana sendiri, antara lain makam, sekolah dan lapangan
olahraga. Yang dilaksanakan di daerah antara sungai Brantas dan jalan ke
Surabaya yaitu pada daerah antara Kampung Celaket dan Lowokwaru.
t #PVXQMBO7
HVOBNFODFHBICFOUVLLPUBZBOHNFNBOKBOHLFBSBIVUBSB
selatan, dilakukan pembangunan daerah perumahan bagi golongan Eropa
di sebelah barat Kota Malang. Sekarang dikenal dengan Jl. Kawi, Ijen, Semeru
atau dikenal sebagai daerah Bergenbuurt (daerah gunung-gunung).
t #PVXQMBO 7* EJBSBILBO QBEB CBHJBO UFOHHBSB LPUB ZBJUV EBSJ BMVOBMVO
ke selatan dari sawahan ke timur dan barat yang bertujuan untuk tidak
meninggalkan daerah Pecinan. Jalan- jalan yang ada, antara lain Jl. Lombok,
Sumba, Flores, Madura, Bali, Kangean, Bawean, Sapudi dan Seram.
t #PVXQMBO7**EJBSBILBOVOUVLQFSVNBIBOFMJU WJMMB
EBOTFCVBIQBDVBOLVEB
Sekarang dikenal dengan sekitar Lapangan Malabar dan simpang Balapan.
t #PVXQMBO 7*** CFSVQB QFNCBOHVOBO EBFSBI JOEVTUSJ EJ EBFSBI EFLBU
emplasemen kereta api dan trem di selatan kota. Sekarang jalan Perusahaan
dan sekitarnya.
Wisma Tumapel
Pada tahun 1928, Wisma Tumapel mulai dibangun sebagai Hotel Splendid milik Belanda yang pada saat itu
dianggap sebagai hotel yang mewah dan modern. Kemudian pada tahun 1944, ketika Belanda digantikan
oleh Jepang, Hotel ini tak lagi menjadi penginapan akan tetapi menjadi sebuah kantor pemerintahan
Jepang. Ketika Indonesia sudah merdeka, pada tahun 1950, Wisma Tumapel berganti kepemilikan dan
digunakan sebagai wisma dosen dan ruang kelas oleh FKIP Universitas Airlangga Surabaya. Hingga pada
akhirnya Wisma Tumapel menjadi milik Universitas Negeri Malang pada tahun 1968. Sejak tahun 2009,
Wisma Tumapel memang sengaja dikosongkan untuk dijadikan sebuah hotel. Akan tetapi rencana tersebut
belum terealisasi hingga saat ini karena status kepemilikannya yang tidak jelas menyebabkan para investor
mundur secara perlahan.
“
3.2.4 Studi Kota Pusaka
3.2.4.1 Kondisi Pelestarian Pusaka
Kondisi pelestarian pusaka di Kota Malang secara keseluruhan bisa dikatakan
Kondisi pelestarian
masih kurang. Banyak kondisi aset pusaka yang penting yang rusak. Sebagai pusaka di kota
contoh, beberapa arca peninggalan yang terdapat di Desa Tlogomas dalam
kondisi pecah dan tidak lagi utuh. Aset-aset pusaka ini hanya dibiarkan di
Malang secara
suatu area di sekitaran rumah penduduk di Desa Tlogomas, dengan perawatan keseluruhan bisa
yang minim atau bisa dikatakan tidak ada. Arca-arca ini dibiarkan di luar, tanpa
atap, sehingga tentu saja kondisinya mudah rusak. dikatakan masih
Upaya pemerintah dalam menjaga aset penting pusaka di Kota Malang masih
kurang
sangat minim. Contoh lain, beberapa situs peninggalan pada zaman Kerajaan
Kanjuruhan dibiarkan begitu saja di belakang lapangan parkir salah satu
restoran cepat saji di Kota Malang. Kondisi situs tersebut tergeletak di dalam
tembok yang disediakan oleh pihak restoran. Akses untuk masuk dan melihat
ke dalam situs tersebut sulit, dikarenakan tembok dikunci oleh pihak restoran.
1. Bencana alam
Kota Malang yang diapit oleh beberapa gunung-gunung aktif seperti, Gunung
Bromo, Semeru serta Gunung Arjuno mengakibatkan terdapatnya resiko
bencana yang akan terjadi di Kota Malang. Lokasi Kota Malang yang diapit
oleh pegunungan tersebut dapat menjadikan resiko untuk kehilangan asset-
aset pusaka Kota Malang. Hal ini tentunya akan berdam[ak sangat besar
nantinya terhadap asset-aset tesebut, tidak hanya rusak namun juga asset-aset
pusaka Kota Malang dapat musnah dan hancur oleh aktivitas gunung-gunung
tersebut.
2. Ulah manusia
Majunya teknologi dan informasi membawa dampak perubahan terhadap
kebudayaan, diantaranya adalah akulturasi budaya lokal dengan budaya
modern atau berasal dari luar akibat derasnya informasi. Akulturasi budaya
tidak hanya terjadi dalam bentuk budaya non ragawi seperti budaya bertutur,
bahasa, sastra, seni musik, olah vokal dan sebagainya, namun juga budaya
ragawi seperti arsitektur ragam minimalis dan pola konstruksi yang modern
dan murah. Sedangkan ulah manusia juga membawa beberapa dampak dan
menjadi permasalahan serius seperti vandalisme, meskipun sudah terdapat
pemahaman yang cukup tinggi di masyarakat akan pentingnya aset pusaka
a. Politik
Politik tentunya menjadi tantangan yang besar di suatu daerah karena
menyebabkan suatu dinamika yang besar dalam proses tata kelola
pemerintahannya. Adanya faktor pemilihan kepada daerah secara langsung
mendorong terjadinya pergeseran visi dan misi yang terdapat pada kota
tersebut. Penerapan visi dan misi ini akan sangat berpengaruh pada
jalannya pembangunan yang dalam jangka 5 tahun. Program-program yang
telah dicanangkan selama 5 tahun sebelunya oleh pemerintah terdahulu,
seringkali diubah atau diganti sama sekali untuk menunjang program lima
tahun dari kepala daerah yang akan mengisi jabatan tersebut. Hal-hal
seperti ini tentunya mengakibatkan dinamika yang sangat besar dalam
menciptakan suatu konsep pembangunan dan pelestarian asset pusaka
“
kota yang berkelanjutan agar tidak terjadi tumpang tindih ataupun terjadi
hal yang kontinuitas sehingga dapat dijadikan sebagai patokan program
yang berhasil di tidak hanya lima tahun saja, emalinkan dapat dilakukan di
tahun-tahaun selanjutnya. Desakan
b. Pendanaan Pembangunan pembangunan
Pendanaan pembangunan merupakan sebuah tantangan yang bisa
menjadi permasalahan serius bagi pembangunan sebuah daerah yang tersebut tentunya
minim sumber daya. Otonomi yang diberikan kepada daerah dalam mengakibatkan
mengelola sumber keuangannya sendiri menjadi sebuah keuntungan bagi
daerah dengan sumber pendanaan yang cukup, namun bisa jadi sebaliknya ancaman-ancaman
untuk daerah dengan sumber pendanaan yang minim. Sumber pendanaan
daerah yang didapat secara otonom baik berasal dari pajak daerah –
bagi asset-aset
termasuk sekarang PBB serta BBHTB, retribusi serta Pendapatan Asli Daerah pusaka Kota
lain seringkali tidak cukup untuk menyelenggarakan pembangunan
secara ideal. Diperlukan adanya prioritasi program pembangunan dan Malang.
penganggarannya sehingga alokasi dana harus benar-benar dipersiapkan
secara cermat. Pelestarian pusaka seringkali dianggap bukan prioritas
karena harus mengalokasikan untuk kebutuhan dasar lain yang apabila
dihitung membutuhkan anggaran cukup tinggi.
PROFIL KOTA PUSAKA
Proses
perencanaan harus
“ 3.2.5 Pengelolaan Kota Pusaka
3.2.5.1 Kelembagaan
Kelembagaan yang diberi wewenang untuk merencanakan, melaksanakan
pemanfaatan, melakukan pengawasan dan melakukan penegakan hukum
adalah :
transparan dan a. Lembaga perencanaan harus diserahkan pada institusi yang sifat tugasnya
demokratis agar melakukan perencanaan umum pembangunan di kota. Proses perencanaan
harus dilakukan dengan melibatkan semua komponen masyarakat yang
dapat menampung berkepentingan terhadap pemanfaatan ruang. Proses perencanaan
harus transparan dan demokratis agar dapat menampung aspirasi dalam
aspirasi dalam masyarakat. Dalam struktur organisasi pemerintah Kota Malang, tugas
masyarakat perencanaan ini dapat dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Kota Malang (BAPEDA) dengan anggota tim dinas dan instansi yang terkait.
Untuk menjaga konsistensi substansi perencanaan, maka baik RTRW,
RDTRK, maupun RTRK penyusunannya harus diserahkan pada satu institusi/
Lembaga.
b. Lembaga pelaksana pemanfaatan adalah dinas/instansi teknis yang bidang
tugasnya terkait dengan pemanfaatan ruang. Bagi lembaga pelaksana,
harus diberikan batasan atas prosedur penggunaan kewenangan atas
ruang. Batasan penggunaan wewenang tersebut dapat bersifat koordinasi
yang bentuknya rekomendasi. Batasan prosedur penggunaan kewenangan
ini juga dapat dalam bentuk pembatasan waktu perijinan.
93
3.2.5.2 Kebijakan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang
Di dalam RTRW Kota Malang dijabarkan mengenai kebijakan dan strategi
penetapan kawasan strategis wilayah kota, yaitu kebijakan penetapan kawasan
strategis wilayah kota diarahkan pada aspek pertumbuhan ekonomi (kawasan
perdagangan dan jasa, pariwisata, industri), dan sosial budaya (kawasan cagar
budaya dan bangunan bersejarah).
“
d. menetapkan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan kriteria
benda cagar budaya yang menunjukkan penanda kota dan aset wisata
budaya.
e. mempertahankan dan mengembangkan lingkungan dan bangunan cagar
budaya untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
Kawasan cagar
kepariwisataan; budaya meliputi
f. mempercepat revitalisasi kawasan kota yang terjadi penurunan fungsi
sehingga menjadi pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya; lingkungan cagar
g. membangun prasarana pariwisata. budaya dan
Kawasan cagar budaya meliputi lingkungan cagar budaya dan bangunan cagar bangunan cagar
budaya yang memiliki nilai sejarah dan penanda atau jati diri pembentukan
kota. Lingkungan cagar budaya meliputi lingkungan Candi Badut, lingkungan
budaya yang
Candi Tidar, lingkungan Gunung Buring, Situs Tlogomas, dan lingkungan memiliki nilai
Polowijen. Bangunan cagar budaya meliputi bangunan-bangunan yang
memiliki nilai sejarah dan penanda kota, yaitu: Balai Kota Malang, Stasiun sejarah dan penanda
Kereta Api, Bank Indonesia, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, Gereja
Kathedral Hati Kudus, Sekolah Cor- Jessu, Gedung PLN, serta perumahan yang
atau jati diri
ada di sepanjang Jalan Besar Ijen, Toko Oen, dan Masjid Agung Jami’. pembentukan kota
PROFIL KOTA PUSAKA
Sumber: https://cdn.brilio.net/news/2016/10/12/100857/479357-malang.jpg
5.2.5.3 Manajemen Kota Pusaka
Manajemen kota pusaka yang berada di Kota Malang
mmerupakan upaya untuk menjaga pelestarian karakter
dan kandungan makna cultural yang dimiliki oleh
lingkungan dan bangunan- bangunan lama/kuno bagi
pengembangan/pembangunan di sekitar aset-aset
pusaka Kota Malang. Konsep dari manajemen kota pusaka
terdiri dari berbagai upaya pelestarian. Uapaya- upaya
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Upaya pelestarian-pengembangan yang akan dilakukan
perlu lebih dahulu didasari oleh asumsi bahwa para
pengamat memiliki kesamaan motivasi dan persepsi,
bahwa Kota Malang, khususnya kawasan studi, benar-
benar memiliki aset bangunan dan lingkungan lama/
kuno atau bersejarah yang menjadi karakter khasnya;
sehingga, perlu untuk dilestarikan.
b. Upaya pelestarian-pengembangan diarahkan bukan
menuju ke arah tindakan proteksi, melainkan lebih
kepada konsep simultan antara preservasi dan d. Hal ini berarti bahwa pengembangan pelestarian
pengembangan yang terintegrasi. Oleh sebab itu, kemudian hendaknya ditindaklanjuti dengan
selain meletakkan pada latar belakang historis masa rencana kawasan yang komprehensif, disertai
lampau, juga meletakkan pada tuntutan kehidupan konsep pengendalian dan perlindungan hukumnya.
masa kinidan masa mendatang. Sasarannya adalah pengembangan/penataan
c. Upaya pelestarian-pengembangan dijabarkan dalarn kawasan studi yang berkualitas (fungsional, visual dan
konsep pelestarian engembangan yang integratif. lingkungan), dengan kekhasan pada :
Dalam hal ini, dilakukan upaya-upaya perlindungan 1. Penciptaan salah satu daya tarik utama kota
bangunan-lingkungan lama/kuno atau bersejarah ke dengan memanfaatkan andalan lingkungan
arah terpeliharanya kualitas fisik dan kesinambungan artifisial/terbangun berupa tatanan bangunan
nilai sejarah-sosial-budaya ekonomi, yang didasari dan lingkungan lama/kuno atau bersejarah yang
pada: pemberian vitalitas baru, peningkatan vitalitas berkarakter dan bernilai makna kultural.
yang ada, dan atau penghidupan kembali vitalitas lama 2. Penciptaan komunitas-rvisata kota, sebagai bagian
yang telah pudar. Upaya pelestarian-pengembangan yang integral dari kawasan yang menarik tersebut.
lebih didasarkan pada masalah fisik konsepsual, dalam e. Upaya pelestarian-pengembangan bangunan dapat
bentuk rekomendasi penetapan kriteria karakter dlsain dilakukan melalui berbagain macam pendekatan yang
bangunan berarsitektur lama/kuno atau bersejarah bertumpang tindih dan sebagai suatu ekspresi luas
bagi implementasi kebijaksanaan pengembangan- yang mencakup berbagai macam strategi pelestarian,
pembangunan kawasan dengan berlandaskan pada yaitu: preservasi, konservasi, restorasi, rehabilitasi,
prinsip-prinsip pelestarian. renovasi, rekonstruksi, adaptasi, addisi, gentrifikasi,
“
dan atau demolisi.
3.3 KOTA
TERNATE
Ternate sebagai simpul transportasi antar pulau serta pusat aktivitas
perekonomian di Maluku Utara Halmahera barat/Jailolo, Kota Tidore,
Kepulauan Sula/Sanana, Halmahera Utara Tobelo, Halmahera Selatan/Bacan,
Halmahera tengah, Halmahera Timur dan Morotai. Kota Ternate memiliki 15
Pelabuhan publik yang menghubungkan transportasi antar pulau di Provinsi
Maluku Utara. Kota ternate pernah berperan sebagai pusat perdangangan
rempah cengkeh.
Potensi Perikanan
• Sebagai salah satu pengembangan Kawasan Minapolitan yang berbasis
Infrastruktur, dengan ketersediaan beberapa fasilitas penting untuk
menunjang aktivitas sentra perikanan seperti Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI Dufa- Dufa) dan juga terdapat PPN (Pangkalan Pendaratan Nusantara)
di Bastiong dan dapat difungsikan sebagai pintu ekspor Perikanan di
Maluku Utara.
• Sarana dan prasarana perikanan yang juga mendukung pengambangan
kawasanMinapolitan antara lain BBI (Balai Benih Ikan) yang berlokasi
diGambesi dengan komoditas unggulannya Ikan Hias, Nila & Patindengan
produksi pada tahun 2014 sebanyak 75.000 ton,Pabrik Rumput laut berlokas
di Kastela dengan produksi 7 ton / bulan dan pabrik Es yang berlokasi di
Dufa- Dufa dengan produksi 400balok / hari.
Potensi Pertanian
- Pengembangan kawasan agribisnis tanaman perkebunan yang menjadi
komoditi unggulan dibidang pertanian terdiri dari tanaman Pala, Kelapa dan
Cengkih yang tersebar di semua Kecamatan di Kota Ternate. Khusus untuk
jenis komoditi Cokelat hanya terdapat di kecamatan Pulau Moti dengan luas Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/data/gallery/b54a40db8b0d89ec14d9a37171bef9c5.jpg
areal tanam ± 24,3 Ha dan produksi pada tahun 2014 sebanyak 8,2 ton / Ha.
PROFIL KOTA PUSAKA
Potensi Wisata
- Kota Ternate merupakan salah satu kota tertua di Indonesia, namanya
tercatat dalam Kitab Negarakertagama yang di tulis Mpu Tantular.
- Ternate masih menyimpan cerita sejarah dan budaya yang menjadi bukti
kejayaan masa lalu, bukti-bukti kejayaan itu kini menjadi objek wisata
sejarah yang mengundang rasa penasaran. Diantaranya ada Kedaton Sultan
Ternate, dibangun oleh Sultan Muhammad Ali pada 24 Nopember 1810,
lokasinya di atas bukit Limau Santosa dan di dalamnya menyimpan benda-
benda yang bernilai sejarah cukup tinggi. Dan Masjid Sultan Ternate, di
bangun oleh Sultan Hamzah pada tahun 1633 dengan kombinasi arsitektur
Cina dan Jawa kuno, dan juga adanya potensi daya Tarik alam sebagai
potensi ekonomi: pantai Sulamadaha, Danau Tolire, dll.
“
Kota Ternate
merupakan salah
3.3.1 Kinerja Infrastruktur
Jalan
Pada tahun 2005 wilayah kota Ternate tersedia jalan sepanjang 246.813 km,
yang terdiri dari jalan tanah sepanjang 58.079 km, jalan lapen sepanjang 114.455
satu kota tertua km dan jalan hotmix sepanjang 74.279 km. Pembangunan jalan di Kota Ternate
lebih banyak di dominasi jenis Jalan Lapen. Masalah tentang infrastruktur jalan
di Indonesia, di Kota Ternate yaitu masih rendahnya infrastruktur yang menghubungkan
namanya tercatat antar pulau terutama Kecamatan Pulau Batang Dua, Kecamatan Moti, dan
Kecamatan Hiri dan belum terselesaikannya pembangunan dan peningkatan
dalam Kitab jalan akses menuju ke aktivitas perekonomian pada wilayah strategis dan
kawasan cepat tumbuh.
Negarakertagama
yang di tulis Penyediaan Air Bersih
Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih di Kota Ternate
Mpu Tantular. mencapai 54,98%. Berdasarkan data statisik air minum Kota Ternate 2009,
pelanggan rumah tangga merupakan pengguna air PAM yang terbesar
jumlahnya mencapai 89,88% dari pelanggan lainnya. Sistem penyediaan air
minum terpasang di perkotaan sebesar 326 l/det yang berarti mampu melayani
107.231 jiwa, namun jumlah penduduk yang terlayani baru mencapai 99.264
jiwa. Hal ini dapat diartikan juga bahwa sistem yang tersedia mampu melayani
66,31% penduduk Kota Ternate, namun yang terpakai baru 59,39% sehingga
masih terdapat sisa kemampuan pelayanan sebesar 6,92%. Upaya yang
dilakukan oleh Kota Ternate adalah melaksanakan Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan Air Minum dengan upaya peningkatan pelayanan berupa
penambahan kapasitas sumber, jaringan pipa distribusi, sambungan rumah,
terminal air, hidran umum serta peralatan dan bangunan pelengkap lainya.
Drainase
Pada saat hujan datang sering terjadi banjir di Kota Ternate, hal tersebut
diakibatkan oleh drainase yang ada di Kota Ternate tidak begitu baik. Keadaan
itu terjadi akibat menumpuknya sampah yang ada di selokan, mengakibatkan
luapan air dari drainase saat hujan. Rata-rata drainase di Kota Ternate adalah
drainase yang umurnya sudah tua, untuk itu diperlukan kesadaran dari semua
pihak agar tidak membuang sampah sembarangan.
Perumahan 97
Pembangunan perumahan yang dilakukan di Kota Ternate oleh masyarakat
mengakibatkan berkurangnya jumlah areal lahan terbuka yang pada giliranya
akan membawa akibat pada lingkungan. Pembangunan permukiman
tidak memperdulikan kondisi lokasi. Kawsan lereng gunung yang dulunya
adalah kawasan hutan dijadikan sebagai permukiman warga yang tidak
memperhatikan konstruksi bangunan dan daya dukung lingkungan, sehingga
rawan terjadi longsor saat curah hujan tinggi. Pemkot Kota Ternate menyiapkan
berbagai program untuk mengatas hal tersebut melalui pengembangan
sejumlah kawasan yang dinilai layak sebagai lokasi permukiman.
Persampahan
Untuk prasarana persampahan, tercatat volume sampah yang diproduksi
tahun 2005 sebesar 136.875 m3 dan baru diolah secara memadai sebesar
78.110 m3 . Secara fenomenal, Dinas Kebersihan menunjukkan kinerjanya
secara maksimal sepanjang tahun 2006-2008 dengan volume sampah 139.065
m3 (tahun 2006), 144.175 m3 (tahun 2007), 155.490 m3 (tahun 2008) dan
159.870 (tahun 2009), yang rata-rata sebesar 86.943 m3 tiap tahun. Tingkat
pelayanan persampahan yang dilakukan Dinas Kebersihan mencapai 78,43%
(tahun 2005), 80,24% (tahun 2006), 81,77% 78,43% (tahun 2005), 80,24%
(tahun 2006), 81,77% (tahun 2007), 82,00% (tahun 2008) dan 82,02% (tahun
Sumber: https://www.indonesiakaya.com/uploads/_images_gallery/coverkotaternate11.jpg
2009).
3.3.2 Sejarah
257
0 0-1
125 125
1257-1304
Ternate masih belum mengenal kerajaan, jumlah penduduk masih Periode ini merupakan
sedikit. Pada saat itu Pemimpin desa/permukiman dikenal dengan nama periode awal Sejak diangkatnya
momole, momole Guna di Tobona, momole Mole Ma-titi di Foramadiahi, terbentuknya kerajaan Momole Cico sebagai
momole Tabanga di Tabanga dan momole Cico di Sampalo.Masa Ternate, melalui Kolano, dinamika
kerajaan di Kabupaten Karangasem terjadi hingga 1908. Catatan kesepakatan para perkembangan kerajaan
sejarah menyebutkan raja terakhir yang menguasai Karangasem hingga momole mengangkat terus berlanjut, namun
tahun 1908 adalah Ida Anak Agung Gde Djelantik yang membawahi Cico sebagai pemimpin masih terbatas pada
21 Punggawa, yaitu Karangasem, Seraya, Bugbug, Ababi, Abang, Culik, seluruh momole dan penguatan eksistensi
Kubu, Tianyar, Pesedehan, Manggis, Antiga, Ulakan, Bebandem, Sibetan, di beri gelar Kolano kerajaan di pulau Ternate
Pesangkan, Selat, Muncan, Rendang, Besakih, Sideman dan Talibeng. atau Raja. dengan terus terjadi
pergantian para Kolano.
1304-1465
Hanya beberapa dasawarsa sejak
1500-an 1486-1500 1465-1486 berdirinya kerajaan Ternate,
Periode ini merupakan Masa awal Setelah Kolano Kaicil Marhum wafat digantikan Periode ini
Kolano ke-4 Ngara Malamo mulai
Kerajaan Ternate berhubungan oleh anaknya Zainal Abidin, pada masa adalah awal
menjalankan ekspansi teritoral
dengan negara-negara eropa inipengaruh Islam semakin berkembang pesat, dimana kerajaan
dengan menyerbu desa kecil milik
terutama Portugis, Spanyol, pengaruh paling mendasar adalah pergantian Ternate mulai
kerajaan Jailolo. Politik ekspansi
Belanda dan Inggris. Sejarah predikat Kolano (Raja) dengan Sultan. Sultan mengenal Islam
semakin kuat pengaruhnya
mencatat telah tiba di Ternate De Zainal Abidin juga merupakan murid Sunan oleh Kolano
hingga ke wilayah jailolo, tidore,
Bartomo dari Portugis (± 1506), Ampel, Ia adalah Sultan Ternate Pertama yang Kaicil Marhum.
makian, bacan dan sampai ke
sisa-sisa ekspedisi Magellan membentuk intitusi Islam dalam struktur dan Ia merupakan
wilayah sula. Pada masa itu pula
(1521), Cornelis de Houtman dari perangkat kerajaan, yaitu Qadi dan Kalem, raja Ternate
kerajaan Ternate mulai membuka
Belanda(1588) dan Francis Drake yang merupakan pemimpin tertinggi agama pertama yang
hubungan dengan wilayah lain di
dari Inggris (1579), mereka ini Islam dibawah sultan serta membentuk masuk Islam, tapi
Indonesia sehingga banyak orang
dipandang sebagai petualang- kelembagaan baru dalam struktur kerajaan yaitu belum seluruh
Jawa, Melayu dan Cina datang ke
petualang bangsa Eropa yang Hukum, Bobato dengan tugas Hakim sekaligus penduduk
Ternate.
pertama tiba di Ternate. Magistraat, yang menjadi pembantu sultan. masuk Islam.
PROFIL KOTA PUSAKA
Pada masa 1500an bangsa portugal mulai masuk ke ternate, pada saat itu
pemerintahan Sultan Bayanullah. Pada saat bangsa Portugis berada di Ternate,
mereka mendirikan beberpa benteng untuk mengamankan perdagangan
rempah-rempah. Beberapa benteng peninggalan portugis tersebut antara lain:
“
1606 dan dikuasai Belanda tahun 1612. Terletak diatas bukit Ngade
(bukit Seribu Rupiah) dengan panorama pulau Tidore dan Maitara
Pantai Tobololo
Pantai ini merupakan satu-satunya pantai dipulau Ternate yang
memiliki pasir putih yang terhampar sepanjang 2 KM diantara 2
kelurahan (Tobololo-Sulamadaha). Terletak ± 12,5 KM dari pusat Kota
Ternate. Di pantai ini terdapat juga sumber mata air panas yang berasal
dari Gunung Gamalama, Banyak titik - titik yang bisa kita temukan letak
air panas itu sendiri, seperti disumur, didalam pasir dan juga balik batu
karang. Uniknya dari air panas dipantai Tobololo ini adalah airnya tetap
berasa tawar walaupun berjarak 1 meter dari air laut itu sendiri, hal
ini dikarenakan air panas itu sendiri mengalir langsung dari gunung
gamalama kepantai Tobololo.
Cengkeh Afo
(Rempah-rempah)
Menurut penelitian cengkeh
Afo 1 masih ada yang
hidup dihutan gunung
Gamalama hinga saat ini.
Pantai Sulamadaha Turunan dari cengkeh Afo
Pantai ini terletak ± 1 adalah cengkeh Afo II,
14 KM dari pusat Kota yang populasinya banyak
Ternate, sehingga mudah ditemukan dilereng Gunung
dijangkau oleh angkutan Gamalama yaitu disebelah timur mulai dari ketinggian 100-800 m dpl.
umum.Kegiatan yang dapat Monumen Afo II ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku Utara
dilakukan di pantai ini adalah yang terdapat pada ketinggian 400 m dpl dan berumur 100 tahun.
snorkeling dan diving. Cengkeh Afo telah terdaftar dikantor Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman dengan Sertifikat no. 48/PVL/2010 tanggal 20 Agustus 2010.
Cengkeh Afo I ditetapkan pada tahun 1987 dengan umur 370 Tahun,
Cengkeh Afo II pada Tahun 2009 berumur 80-100 Tahun dan Cengkeh
Afo III pada Tahun 2010 dengan umur 60-75 Tahun.Cengkeh (Zyzigium
aromaticum) termasuk dalam family Myrtaceae.
Non Fisik
Kepedulian untuk menjaga pusaka di Kota Ternate masih sangat minim
baik dari pemerintah maupun dari masyarakat setempat sebagai contoh
manajemen pengelolaan Kedaton, yaitu melalui pendirian museum di samping
Kedaton kesultanan ternate yang didirikan oleh Pemerintah Kota ternate yang
menuai banyak kontroversi dari berbagai kalangan dimana akan mengganggu
situs pusaka di dekatnya. Contoh lainya banyak penduduk yang mendirikan
bangunan maupun tinggal di dalam bangunan benteng Oranje, sampah di
buang berserakan menjadikan lokasi benteng tersebut terlihat kumuh.
103
3.3.4.2 Tantangan dan Permasalahan dalam Melestarikan Keunggulan
“
Beberapa tantangan yang berpengaruh dalam melestarikan keunggulan
pusaka antara lain:
c. Abrasi Pantai
Sebagaimana pada umumnya wilayah kepulauan, sebagian besar
pemukiman berada pada wilayah pesisir pantai. Begitu juga sebagian besar
keberadaan benda cagar budaya Kota Ternate, terutama benteng-benteng
berada juga pada daerah pesisir. Gelombang laut yang menghantam
bibir pantai, Global Warming, dan aktivitas galian-C di daerah pantai yang
mengakibatkan abrasi pantai, sangat berpotensi merusak benda cagar
budaya di daerah pesisir Ternate.
2. Ulah Manusia
Tantangan dan permasalahan bagi Kota Ternate untuk melestarikan Pusaka
yang ada sebagai berikut :
- Pusaka Alam;
a) Dengan kurangnya kesadaran lingkungan dan adanya aktivitas
penambangan dan pembukaan lahan perkebunan dapat mempengaruhi
perubahan wajah pusaka alam pada Kota Ternate.
- Pusaka Benda;
a) Dengan adanya konservasi/revitalisasi bangunan cagar budaya yang
ada di Kota Ternate, susah untuk mengembalikan ke bentuk semula,
secara utuh dengan mengunakan bahan- bahan yang asli, jika sudah
tidak di produksi sehingga konservasi menyesuaikan dengan pasar.
b) Kepemilikan bangunan cagar budaya oleh badan usaha, dan
masyarakat, yang kurang peduli, karena ketidak tahuan akan pelestarian
benda cagar budaya sehingga badan usaha dan masyarakat melakukan
konservasi tanpa adanya panduan dari pihak pemerintah daerah.
PROFIL KOTA PUSAKA
- Pusaka Tak Benda;
a) Adanya pengaruh modrenisasi dan globalisasi yang berdampak negatif
sehingga menghilangkan nilai – nilai budaya dan adat istiadat Ternate.
b) Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kesenian – kesenian yang
ada sehingga tidak terpelihara dengan baik.
c) Kurangnya minat masyarakat untuk ambil bagian dalam kegiatan adat
istiadat dan kesenian – kesenian yang dilakukan.
d) Terbatasnya dan tidak adanya tempat yang baik untuk dijadikan sanggar
atau pusat kegiatan kesenian.
- Pusaka Saujana.
Kurangnya kesadaran lingkungan, pengaruh modernisasi dan globalisasi
yang mengakibatkan hilangnya pusaka alam dan budaya Kota Ternate.
“
pelestarian pusaka yang ada.
- Masih minimnya pengenalan pusaka-pusaka kota Ternate di sekolah –
sekolah melalui bacaan–bacaan.
Potensi - Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pusaka yang dimiliki
Kota Ternate
pengembangan
3.3.4.3 Potensi Pengembangan
aset-aset pusaka Potensi pengembangan aset-aset pusaka, baik budaya tangible maupun
di Kota Ternate budaya non tangible di Kota Ternate sebagai Kota Pusaka Dunia, meliputi:
1. Gunung Gamalama, sebagai pusat dari semua aktifitas kota dari masa dulu
yaitu Gunung sampai sekarang. Gamalama menjadi jantung kota sekaligus induk bagi
Gamalama, kehidupan kota Ternate.
2. Rempah-rempah, khususnya Pala dan Cengkeh, sempat menjadi komoditi
rempah-rempah, rempah yang cukup banyak dan terbaik di dunia, sehingga mendatangkan
banyak pedagang dari Eropa dan Negara lainnya.
bentang alam, 3. Bentang alam, kondisi alam pulau Ternate yang memberikan berbagai
dan peninggalan fenomena alam yang lain daripada yang lain.
4. Peninggalan bangunan historis lainnya seperti kesultanan dan bangunan
bangunan historis kolonial lainnya, merupakan implikasi dari adanya ekspansi asing yang
sempat mendiami Kota Ternate.
“
Aset Pusaka Kota Ternate harus dilindungi agar
tidak hilang atau rusak, sehingga diperlukan
105
3.3.5.2 Kebijakan
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah mengenai perlindungan terhadap
aset pusaka yang ada di Kota Ternate melalui:
1. Pelestarian alamnya itu salah satunya pelestarian terhadap kawasan suaka
alam cengkeh Afo yang terdapat di lereng gunung Gamalama Kelurahan
Marikurubu
2. Pelestarian cagar budaya meliputi, pelestarian Benteng Kota Janji, Kedaton
Kesultanan Ternate, Masjid Sultan Ternate, Makam Sultan Babullah Ternate
di Foramadiahi, Makam Sultan Badaruddin ,Gereja Katolik Santo Willbrordus,
Klenteng Thian Hou King, Rumah Alfred Russel Wallace, Jembatan Residen,
Kawasan Dodoku Ali.
3.4 KOTA
BANDA ACEH
Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi,
politik, sosial, dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota yang
berlandaskan Islam yang paling tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda
Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh yang dibangun pada tanggal
22 April 1205.
Penduduk Kota Banda Aceh pada tahun 2015 sebanyak 250.303 jiwa yang
terdiri dari 128.982 jiwa penduduk laki-laki dan 121.321 jiwa penduduk
perempuan. Dari sisi pengeluaran, penyumbang terbesar atas pertumbuhan
ekonomi Kota Banda Aceh berasal dari komponen Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB). Sumbangan tersebut berasal dari PMTB konstruksi, selaras
dengan sumbangan besar kategori konstruksi dari sisi lapangan usaha. Pada
tahun 2015, komponen PMTB menyumbang 4,47 poin atas laju pertumbuhan
Kota Banda Aceh.
3.4.1 Sejarah
Tentang Kota Lamuri ada yang mengatakan ia adalah Lam Urik sekarang
terletak di Aceh Besar. Menurut Dr. N.A. Baloch dan Dr. Lance Castle yang
dimaksud dengan Lamuri adalah Lamreh di Pelabuhan Malahayati (Krueng
Raya sekarang). Sedangkan Istananya dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian
menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande sekarang ini dengan nama Kandang
Aceh. Dan pada masa pemerintahan cucunya Sultan Alaidin Mahmud Syah,
dibangun istana baru di seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama
Kuta Dalam Darud Dunia (dalam kawasan Meligoe Aceh atau Pendopo
Gubernur sekarang) dan beliau juga mendirikan Mesjid Djami Baiturrahman
pada tahun 691 H.
Masa yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam pada saat terjadi
Perang Dijalan Allah selama 70 tahun yang dilakukan oleh Sultan dan Rakyat
Aceh sebagai jawaban atas ultimatum Kerajaan Belanda yang bertanggal 26
Maret 1837. Dan yang lebih luka lagi setelah Banda Aceh Darussalam menjadi
puing dan diatas puing Kota Islam yang tertua di Nusantara ini Belanda
mendirikan Kutaraja sebagai langkah awal Belanda dari usaha penghapusan
dan penghancuran kegemilangan Kerajaaan Aceh Darussalam dan ibukotanya
Banda Aceh Darussalam.
Sejak itu ibukota Banda Aceh Darussalam diganti namanya oleh Gubernur Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-SUGyqugccOg/UTzPAKPnt-I/AAAAAAAAAQk/zdyWLGAP-Jc/s160
Van Swieten ketika penyerangan Agresi ke-2 Belanda pada Kerajaan Aceh Gunongan+banda+aceh.jpg
3.5 KOTA
LANGSA
Kota Langsa berada kurang lebih 400 km dari kota Banda Aceh. Kota Langsa
sebelumnya berstatus Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 64 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Langsa. Kota
Administratif Langsa diangkat statusnya menjadi Kota Langsa berdasarkan
Undang-Undang Nomor 3 tanggal 21 Juni 2001. Hari jadi Kota Langsa
ditetapkan pada tanggal 17 Oktober 2001. Kota Langsa terkenal sebagai kota
pendidikan, kota perdagangan, kota kuliner/makanan, dan kota wisata.
Jumlah penduduk di Kota Langsa tahun 2015 sebanyak 165.890 jiwa, terdiri
atas 82.303 jiwa laki- laki, dan 83587 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk di
Kota Langsa tahun 2015 mencapai 692 orang/km2. Kategori yang memegang
peranan paling besar dalam pembentukan PDRB Kota Langsa pada tahun 2015
adalah kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor
sebesar 29,84% dari total PDRB Kota Langsa. Selanjutnya adalah kategori
industry pengolahan yang berperan sebesar 9,87%. Kategori dengan peranan
terbesar ketiga adalah kategori konstruksi sebesar 9,11% pada tahun 2015.
3.5.1 Sejarah
Sebelum ditetapkan menjadi kota, Langsa adalah bagian dari Kabupaten
Aceh Timur yang Ibukota kabupatennya adalah Langsa dan merupakan Kota
Administratif yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64
Tahun 1991 Tanggal 22 Oktober 1991, dan diresmikan oleh Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia pada tanggal 2 April 1992. Kemudian, sesuai dengan
perkembangan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam baik dari segi budaya,
politik dan ekonomi,provinsi ini semakin dituntut mengembangkan diri,
khususnya dari segi pemerintahan sehingga pada tahun 2001 terbentuklah
Kota Langsa yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur.
Pada awal terbentuknya Kota Langsa terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Langsa Barat, Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Timur dengan
jumlah desa sebanyak 45 desa (gampong) dan 6 Kelurahan. Kemudian
dimekarkan menjadi 5 kecamatan berdasarkan Qanun Kota Langsa No 5 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kecamatan Langsa Lama dan Langsa Baro. Mulai
tahun 2011 gampong di Kota Langsa kini bertambah sebanyak 15 gampong
hasil pemekaran gampong yang telah ada berdasarkan Qanun Kota Langsa
No. 4 Tahun 2010, sehingga jumlah gampong di Kota Langsa kini berjumlah
66. Qanun Kota Langsa No.4 tahun 2010 merupakan pengganti Qanun Kota
Langsa Tahun 2008, dalam Qanun tersebut dijabarkan bahwa dari lima
kecamatan yang ada di Kota Langsa hanya gampong-gampong di Kecamatan
Sumber: https://steemit-production-imageproxy-upload.s3.amazonaws.com/
DQmeQzmx1E3hrFABkK5BuvDrCv5xJbCNz53R4BqaFH9Lb82
Langsa Kota yang tidak mengalami pemekaran. Sedangkan di kecamatan
lainnya terdapat gampong yang mengalami pemekaran.
3.5.2 Rajutan Berbagai Pusaka 111
Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.
3.6 KOTA
SABANG
Kota Sabang adalah salah satu kota di Aceh, Indonesia. Kota ini berupa
kepulauan di seberang utara pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai
pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia yang
sering disebut sebagai titik paling utara Indonesia, tepatnya di Pulau Rondo.
Jumlah penduduk Kota Sabang terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2015 jumlah penduduk Kota Sabang sebanyak 33.215 jiwa, mengalami
pertumbuhan penduduk sebesar 1,45 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2015, kategori konstruksi memberikan kontribusi
terbesar bagi perekonomian Kota Sabang. Terbukti dengan kontribusinya
yang mencapai 29,02% dalam pembentukan PDRB. Kategori kedua dan
ketiga yang memberikan kontribusi terbesar adalah kategori administrasi
pemerintahan dan kategori perdagangan yang masing-masing menyumbang
16,44% dan 14,79% PDRB Kota Sabang. Sedangkan kategori yang paling kecil
kontribusinya adalah pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur
ulang sebesar 0,16%.
3.6.1 Sejarah
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station
oleh pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma
Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah,
membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas
di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan
dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal
dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut memengaruhi
kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang,
kemudian dibom pesawat Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga
kemudian terpaksa ditutup.
Sumber: https://cabinbag.files.wordpress.com/2014/06/2014_06_21_15_06_17_proshot.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA
Aktivitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002
mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke kawasan
Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan
sebagai Daerah Darurat Militer.
3.7 KOTA
MEDAN
Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat
dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional
Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses
dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan
kereta api. Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan
bandara dengan kereta api.
Pada tahun 2015, penduduk Kota Medan mencapai 2.210.624 jiwa. Jumlah
penduduk Medan selalu meningkat tiap tahunnya, namun tidak diikuti
sebaran penduduk yang cukup merata. Seperti kebanyakan kota lainnya,
Medan sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera juga bergantung pada
sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
yang dapat dilihat kontribusi sektor tersebut pada PDRB Medan pada tahun
2015 mecapai 24,77%, disusul sektor konstruksi sebesar 18,59%, dan sektor
industry pengolahan sebesar 15,54%. Ketiga sektor tersebut merupakan
sektor dominan yang berkontribusi terhadap PDRB Kota Medan.
3.7.1 Sejarah
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan
keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai
melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-
sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Putih, Sei Badra, Sei
Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.
Kota Medan adalah contoh kota yang tumbuh pada masa kolonial di akhir abad
kesembilan belas oleh kekuatan perdagangan non pemerintah Hindia Belanda
( ‘Urban Development by Planters and Entrepreneurs‘ oleh Cor Passchier dalam
Peter J.M. Nas, Issues in Urban Development, 1995 hal 47). Awal perkembangan
kota Medan merupakan dampak dari keberhasilan usaha perkebunan yang
dilakukan oleh perusahaan perkebunan Belanda seperti Deli Maatschappij.
Sumber: http://www.sumut24.co/wp-content/uploads/2016/10/IOM.jpg
117
Pada seperempat akhir abad ke-19, pembangunan dan perluasan wilayah
berkembang semakin pesat. Tanah dengan kontrak yang lebih longgar
semakin banyak dibelikan oleh Sultan Deli untuk ditempati oleh perusahaan-
perusahaan barat yang berkantor pusat di Eropa dan Amerika Serikat.
Perusahaan Belanda, Deli Maatschappij, menjadi yang terbesar dan paling
kokoh dalam dunia bisnis. Tata letak kota Medan yang sekarang ini pada masa
itu dibangun diatas tanah dengan kontrak yang longgar Deli Maatschappij.
1. Tahun 1867
Terusan suez, lalu lintas Hindia Belanda dan negeri Belanda belum seramai
pada awal abad ke 20. Dengan di bukanya Terusan suez ini menyebabkan
orang-orang Eropa lebihcepat untuk datang ke Indonesia membawa bentuk
budaya dan arsitektur dari negeri mereka.
2. Tahun 1879
Pemerintah Hindia Belanda mengakui pembangunan pesisir timur laut
sumatera dengan pendirian sebuah Asisten Residen di medan, tahun1879.
Sebuah bangunan monumental yang bergaya Victoria Renaisance di bangun
sebelah barat sungai Deli sebagai tempat penginapan Residen. Kecuali
beberapa detil bangunan tersebut mengingatkan pada kantor pos Singapura
yang di bangun pada tahun 1874.
3. Tahun 1879
Didirikan Club Kolonial De Witte, bata dan plesterannya selesai pada tahun
1887, dengan kantor pos yang terbentuk di sisi utara Esplanade. Lingkungan
kota tidak berubah selam 20 tahun berikutnya, namum di akhir decade pertama
abab ke 20 kapling di sisi barat dengan bangunan permanen. Sementara itu
kampung kesawan berubah bentuk secara dratis menjadi daerah komersial.
Gejala utama kesawan telah di didirikan sepuluh toko, yang kebanyakan
di kelola oleh orang cina. Rumah-rumah toko ini hanya memiliki 1 tingkat
dengan ruang tamu di belakang dan ruang komersial di depan. Teknik-teknik
rekontrusi ruko dan gudang-gudang di dasari bahan kayu dan atap dari local
di gabung dengan arsitektur cina.
4. Tahun 1890
“
Sekitar tahun 1890, sebelas tahun setelah pendirian Deli Maatschappij,
cikal bakal gerit kota telah di kenal meskipun keadaan lingkungan tidak
mempengaruhi morfologi kota.Luas daerah ± 175 x 275 m, yang kemudian
dikenal sebagai Esplanade sebelumnya bagian dari kebun tembakau dan Pada seperempat
kemudian menjadi rawa. Di sebelah timur laut berdiri sebuah rumah milik Deli
Maatschappij dan barak-barak garnisun sebelum 1880 tidak ada fasilitas hotel akhir abad ke-19,
di medan dan rumah Deli Maatschappij difungsikan sebagai pesangrahan atau
ruang tamu, rumah sakit, gereja dan auditorium.
pembangunan dan
perluasan wilayah
5. Tahun 1883
Perusahaan Deli Maatschappij memdirikan sebuah perusahaan kereta api Deli kota Medan
Spoorwerg Maatschappij membuka rel antara labuhan Deli, stasiunnya yang
terletak di sisi barat Esplanade.
berkembang
semakin pesat.
PROFIL KOTA PUSAKA
6. Tahun 1884
Sebuah hotel kecil di didirikan di bagian selatan Esplanade, di lokasi Grand
Hotel Medan (sekarang di fungsikan sebagai Bank), dikenal dengan De
Pijpenla (kotak pipa). Hotel ini merupakan Club Kolonial Gezellingheid in Deli,
yang mendorong pertunjukan theater dan musik.
7. Tahun 1900
Saat masyarakat berubah demikian halnya arsitektur, pada pengembangan
baru kota dalam konsep dan ekpresi arsitektur menjadi produk orang Eropa.
Pada saat itu konsep arsitektur berubah dari rumah kayu menjadi tipe rumah
pondok Inggris, dengan ruang bawah kolong yang di lapisi dengan batu. Saat
perluasan kota pada tahun 20-30 an, arsitektur rumah-rumah orang Eropa
berhubungan dengan sebuah konsep arsitekturan yang dapat ditemukan di
seluruh kepulauan Indonesia. Sebuah bentuk rumah yang universal dengan
atap genteng, kadang- kadang bangunan terdiri dari dua tingkat, sebuah
garasi dan beberapa bangunan lainnya.
8. Tahun 1906
Dari arah bagian barat laut istana sultan, di bangun mesjid raya dengan gaya
Maroko dengan kaca yang disain oleh arsitek yang bernama Dingemans.
9. Tahun 1907
Sebuah pengendalian di luncurkan memperbaharui mata uang di timur laut
pesisir laut sumatera. Mata uang jajahan Inggris dilarang menggunakan dan
Gulden Hindia Belanda di perbolehkan. Ini di ikuti dengan pendirian Javasche
Bank di Medan.
“
15. Tahun 1928
Sebagai hasil dari transaksi tanah pada tahun 1919, kawasan kota praja
memperoleh perkebunan tembakau terdahulu polonia ke barak laut Deli
Tahun 1909 B.O.W.J Maatshappij. Saat perluasan Polonia mereka membangun kebun Kota Medan
batas kawasan Polonia terbentuk dari arah barat sungai Deli dan arah timur
Snuyrf mendesain Sungai Babura. Di arah selatan Bandar Udara Polonia dibuka secara resmi
sebuah kantor pos pada tahun 1928 dana seadanya untuk pembangunan bandara didapati dari
inisiatif pribadi dengan cara tradisi kuno Medan, yaitu joint venture masyarakat
baru, pengganti tembakau dengan pemilik kebun karet (D.P.V. dan A.V.R.O.S.). Jalan penting
kantor pos lama utara selatan poloniaweg / Jl. Imam Bonjol, sudah digunakan sejak tahun
1870 sebagai transportasi antara perkebunan tembakau polonia dan kantor
yang dirancang pusat Deli Maattschappij untuk pengangkutan tembakau pelabuhan Deli.
Selain sebagai transportasi sejarah ini desain grid kota dilengkapi sebuah jalan
pada tahun 1879 di arteri utara selatan penting, Manggalaan / Jl. Dipenogoro yang berhubungan
Esplanade. dengan arah selatan dengan jalan timur barat Sultaswe / Jl. Jenderal Sudirman
dan pada arah utara dengan lapangan terbuka di depan komplek Mahkamah
Peradilan yang digunakan pada tahun 30 an sebagai lapangan olah raga
untuk bola kaki dan tennis. Kecuali untuk beberapa jalan sekunder lingkungan
berlokasi di timur barat rencana jalan.
PROFIL KOTA PUSAKA
“
Akibat depresi ekonomi
pada tahun 30-an, aktivitas
bangunan menjadi lambat.
3.8 KOTA
SIBOLGA
Kota Sibolga adalah salah satu kotamadya di provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur
sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan Teluk Tapian
Nauli. Jaraknya ±350 km dari kota Medan (8 jam perjalanan). Pada masa Hindia
Belanda, kota ini merupakan ibukota dari Karesidenan Tapanuli. Setelah masa
kemerdekaan hingga tahun 1998, Sibolga menjadi kotamadya Sibolga.
3.8.1 Sejarah
Kota Sibolga dahulunya merupakan Bandar kecil di Teluk Tapian Nauli dan
terletak di Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari kota Sibolga
yang sekarang ini. Diperkirakan Bandar tersebut berdiri sekitar abad delapan
belas dan sebagai penguasa adalah “Datuk Bandar”.
“
yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Sedang desa-desa sekitarnya yang
sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Landen menjadi atau masuk
Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.
“
bulannya.
Mangune Lawik
Mangure Lawik, merupakan tradisi budaya nelayan di Tapanuli
Tengah. Sibolga dan sekitarnya yang dilaksanakan sebagai wujud
rasa syukur sekaligus memanjatkan doa untuk meningkatkan
Tangga Seratus ini
hasil tangkapan, menolak bala, kelestarian laut, dll. Kegiatan
ini juga menjadi sarana untuk menjalin kebersamaan sesama
merupakan situs yang
nelayan. Tradisi Mangure Lawik biasanya dilaksanakan ketika
nelayan akan memulai musim penangkapan ikan. Di Sibolga
paling menonjol pada
dilaksanakan disekitar April, biasanya sekaligus dengan perayaan
hari jadi Kota Sibolga. Kegiatan ini juga dikenal dengan jamu laut
peninggalan sejarah dari
atau Kenduri laut yang dilaksanakan di kawasan Jalan Mojopahit
Aek Habil Kota Sibolga.
masa penjajahan Belanda
3.9 KOTA
125
BUKITTINGGI
Kota ini pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan
mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra. Bukittinggi dikenal sebagai
kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh
pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat
yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik
Indonesia.
Jumlah penduduk Kota Bukittinggi tahun 2015 adalah 122.621 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,77 persen per tahun. Kepadatan penduduk
Kota Bukittinggi pada tahun 2015 sebesar 4.858 jiwa/km2. Sektor-sektor yang
sangat dominan sumbangannya terhadap total PDRB Kota Bukittinggi, yaitu
sektor tersier (sektor perdagangan hotel, dan restoran, keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor jasa-jasa.
3.9.1 Sejarah
Secara ringkas perkembangan Kota Bukittinggi dapat dilihat sebagai berikut :
A. Pada Masa Penjajahan Belanda
Semula sebagai Geemente Fort De Kock dan kemudian menjadi
Staadgemente Fort De Kock, sebagaimana diatur dalam Staadblad No. 358
tahun 1938 yang luas wilayahnya sama dengan wilayah Kota Bukittinggi
sekarang.
Aset Pusaka Bertema Perjuangan Kemerdekaan Aset Pusaka Bertema Penjajahan Jepang
3.10 KOTA
PADANG
Kota ini merupakan pintu gerbang barat Indonesia dari Samudra Hindia.
Padang merupakan pusat pendidikan dan kesehatan di wilayah Sumatera
bagian tengah, ditopang dengan keberadaan sejumlah perguruan tinggi
dan fasilitas kesehatan. Sebagai kota seni dan budaya, Padang dikenal
dengan legenda Malin Kundang dan Sitti Nurbaya, dan setiap tahunnya
menyelenggarakan berbagai festival untuk menunjang sektor kepariwisataan.
Di kalangan masyarakat Indonesia, nama kota ini umumnya diasosiasikan
dengan etnis Minangkabau dan masakan khas mereka yang umumnya dikenal
sebagai masakan Padang.
Pada tahun 2015, penduduk Kota Padang mencapai 902.413 jiwa, naik
sejumlah 12.767 jiwa dari tahun sebelumnya. Dengan demikian kepadatannya
pun bertambah dari 1.280 jiwa/km2 menjadi 1.299 jiwa/km2. Struktur
perekonomian Kota Padang pada tahun 2015 ini didominasi oleh sektor
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dengan sumbangannya sebesar
16,86 persen kemudian diikuti oleh sektor Transportasi dan Pergudangan
dengan konstribusi sebesar 16,10 persen.
3.10.1 Sejarah
Kota Padang merupakan salah satu kota tertua di pantai barat Lautan Hindia.
Hari jadi Kota Padang telah ditetapkan oleh Pemerintah pada tanggal 7
Agustus 1669. Penetapan ini sesuai dengan Momen penyerbuan yang heroik
oleh para pejuang ke Loji Belanda di Muara Padang ketika itu hingga loji
tersebut hangus terbakar.
Sesuai sejarah pada awal nya (sebelum abad ke-17) Kota Padang dihuni oleh
para nelayan, petani garam, dan pedagang. Ketika itu Padang belum begitu
penting karena arus perdagangan orang Minangkabau lebih mengarah ke
pantai timur, melalui sungai-sungai besar yang berpangkal dari Gunung
Merapi, tempat pemukiman mereka. Namun sejak Selat Malaka tidak lagi
aman dari persaingan dagang yang keras oleh bangsa asing seperti Portugis,
Spanyol, Inggris, Belanda, Malaka, Kerajaan Aceh, serta banyaknya peperangan
dan pembajakan, maka arus perdagangan berpindah ke pantai barat Pulau
Sumatera.
Suku Aceh adalah kelompok pertama yang datang setelah Malaka ditaklukkan
oleh Portugis akhir abad ke XVI. Sejak saat itu Pantai Tiku, Pariaman, dan
Indrapura yang dikuasai oleh raja-raja muda wakil Kerajaan Pagarruyung
berubah menjadi pelabuhan-pelabuhan penting karena posisinya dekat
dengan sumber-sumber komoditi seperti lada, cengkeh, buah pala, dan emas.
“
131
Kesenian Randai
Randai adalah kesenian (teater)
khas masyarakat Minangkabau
yang dimainkan oleh beberapa
orang (berkelompok atau
beregu). Cerita dalam randai
selalu mengangkat cerita
rakyat Minangkabau. Biasanya
Pantai Pulau randai dimainkan pada perayaan pesta, seperti: pernikahan,
Muara Pisang pengangkatan penghulu atau pada hari besar tertentu.
133
3.11 KOTA
LUBUKLINGGAU
Secara geografi, Kota Lubuklinggau memiliki posisi strategis pada jalur
transportasi lintas Sumatera. Jumlah penduduk Kota Lubuklinggau tahun
2014 sebanyak 216.270 jiwa. Adapun jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak
219.471 jiwa atau meningkat 1,48 persen dari tahun 2014. Struktur ekonomi
Kota Lubuklinggau, sesuai dengan ciri perekonomian daerah urban/perkotaan,
didominasi oleh sektor tersier. Sektor tersier tahun 2015 memberikan
kontribusi 60,83 persen terhadap pembentukan PDRB daerah ini. Kontribusi
tersebut berasal dari kategori perdagangan , transportasi dan pergudangan
sebesar 24,42 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum serta
informasi dan komunikasi sebesar 4,98 persen, real estate sebesar 8,15 persen,
administrasi pemerintah sebesar 3,49 persen, serta jasa perusahaan sebesar
1,14 persen dan jasa-jasa lainnya sebesar 12,96 persen.
3.11.1 Sejarah
Tahun 1929 status Lubuklinggau adalah sebagai Ibu Kota Marga Sindang
Kelingi Ilir, dibawah Onder District Musi Ulu. Onder District Musi Ulu sendiri
ibu kotanya adalah Muara Beliti.Tahun 1933 Ibukota Onder District Musi Ulu
dipindah dari Muara Beliti ke Lubuklinggau. Tahun 1942- 1945 Lubuklinggau
menjadi Ibukota Kewedanaan Musi Ulu dan dilanjutkan setelah kemerdekaan.
Pada waktu Clash I tahun 1947, Lubuklinggau dijadikan Ibukota Pemerintahan
Provinsi Sumatera Bagian Selatan. Tahun 1948 Lubuklinggau menjadi Ibukota
Kabupaten Musi Ulu Rawas dan tetap sebagai Ibukota Keresidenan Palembang.
Pada tahun 1956 Lubuklinggau menjadi Ibukota Daerah Swatantra Tingkat II
Musi Rawas. Tahun 1981 dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 tanggal 30 Oktober 1981 Lubuklinggau ditetapkan statusnya
sebagai Kota Administratif. Tahun 2001 dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001 Lubuklinggau statusnya
ditingkatkan menjadi Kota. Pada tanggal 17 Oktober 2001 Kota Lubuklinggau
diresmikan menjadi Daerah Otonom.
3.12 KOTA
PALEMBANG
Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan kota perdagangan. Posisi
geografis Palembang yang terletak di tepian Sungai Musi dan tidak jauh dari
Selat Bangka. Hal ini menjadi anugerah alam yang sangat menguntungkan.
Walaupun tidak berada di tepi laut, Kota Palembang mampu dijangkau oleh
kapal-kapal dari luar negeri. Terutama dengan adanya Dermaga Tangga
Buntung dan Dermaga Sei Lais. Selain itu, Kota Palembang terkenal sebagai
kota tua, yang pernah menjadi pusat pendidikan agama Budha. Dahulunya,
sebuah kerajaan jaya bernama ‘Sriwijaya’ berada di kota ini. Masih banyak
peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang tersebar di seluruh kota dan sekitarnya,
dan situs-situs ini masih belum terurus, seperti Beteng Kuto Besak yang
bahkan menjadi polemik karena dijadikan tempat perniagaan.
3.12.1 Sejarah
Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya
1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti
Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat
itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal
sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air,
bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun
rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 %
tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan
karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan
kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata
tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya
tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam
air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang,
lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu
tempat yang digenangi oleh air.
Sumber: https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/sumatera-selatan/jembatan-
ampera-kemegahan-simbol-kota-palembang.html
137
Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal
mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat
vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang
tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu
jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:
t 5BOBIUJOHHJ4VNBUFSBCBHJBO#BSBU
ZBJUV1FHVOVOHBO#VLJU#BSJTBO
t %BFSBI LBLJ CVLJU BUBV QJFENPOU EBO QFSUFNVBO BOBLBOBL TVOHBJ
sewaktu memasuki dataran rendah.
t %BFSBIQFTJTJSUJNVSMBVU
“
pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-
polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara
perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang
terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity
adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-
Palembang menjadi
kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. ibukota Sriwijaya,
(dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan
basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia yang merupakan
Tenggara. kekuatan politik
Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju- dan ekonomi di
Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara
ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat.
zaman klasik
Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan pada wilayah Asia
bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang,
rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Tenggara.
Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-
perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani
mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.
PROFIL KOTA PUSAKA
“
Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-
pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa
Pelaut-pelaut Cina kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengar. Jika pelaut-pelaut
Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang
asing seperti Cina, terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan
mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut,
Arab dan Parsi kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang
mencatat seluruh ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh
dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis
peristiwa kapanpun tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan
penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan
kisah-kisah yang bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang.
mereka lihat Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka.
Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang
(berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan
9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-
lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di
Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan
ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian
kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang
ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.
3.13 KABUPATEN
SIAK
Kabupaten Siak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Riau. Jumlah penduduk Siak terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2015, jumlah penduduk pertengahan tahun
Kabupaten Siak mencapai 440.841 jiwa mengalami peningkatan 2,88 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan kepadatan penduduk
rata – rata Kabupaten Siak di tahun 2015 sebesar 51,52 jiwa/km2. Secara
umum pertumbuhan ekonomi Siak menunjukkan kecenderungan moderat.
Di tahun 2015 dominasi kategori pertambangan dan penggalian sebesar
38,85% menjadi ciri khas perekonomian SIak disusul oleh kategori industry
pengolahan yang memberikan sumbangan pada kisaran 34,78%, kategori
pertanian, kehutanan dan perikanan sejumlah 17,25% dan sektor-sektor
lainnya hanya menyumbang total PDRB Siak sekitar 9%.
3.13.1 Sejarah
Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kesultanan Siak Sri Inderapura.
Di awal kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II, merupakan Sultan
Siak terakhir menyatakan kerajaannya bergabung dengan negara Republik
Indonesia. Kemudian wilayah ini menjadi wilayah Kewedanan Siak di bawah
Kabupaten Bengkalis yang kemudian berubah status menjadi Kecamatan Siak.
Pada tahun 1999 berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999, meningkat statusnya
menjadi Kabupaten Siak dengan ibukotanya Siak Sri Indrapura.
“
Secara umum pertumbuhan ekonomi Siak
menunjukkan kecenderungan moderat
yang didominasi kategori pertambangan
Sumber: http://www.tripriau.com/Upload/20160209213359.JPG
dan penggalian
Aset Pusaka Budaya
Istana Kerajaan Siak 141
Istana Siak Sri Inderapura atau Istana
Asserayah Hasyimiah atau Istana
Matahari Timur merupakan kediaman
Aset Pusaka Zaman Kolonial
resmi Sultan Siak yang mulai dibangun Tangsi Belanda
pada tahun 1889, yaitu pada masa Dari catatan sejarah tangsi Belanda
pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. ini di bangun pada tahun 1830
Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura tetapi tidak langsung selesai
yang selesai dibangun pada tahun 1893. kemudian 30 tahun berikutnya
tepatnya tahun 1860 baru
Masjid Raya Syahabudin disiapkan, dan pada masanya
Masjid Syahabuddin merupakan itu tangsi tersebut difungsikan sebagai pusat kesehatan bagi
masjid tertua di kota Siak Sri Indrapura. pemerintahan Belanda. Dari sumber lain menyebutkan bahwa
Masjid ini merupakan warisan dari Tangsi Belanda ini dahulunya digunakan sebagai kantor residen,
Kesultanan Siak yang dibangun rumah tahanan, gudang peluru, serta barak pasukan Belanda dan
semasa kekuasaan Sultan Siak ke-12, dahulunya anak Sultan ditahan di Tangsi Belanda ini.
Sultan Syarif Kasim II. Sehingga masjid
ini sering dikenal masyarakat dengan sebutan Masjid Sultan Siak.
Pasa masa kejayaan kesultanan Siak Sri Indrapura Masjid ini menjadi
salah satu pusat pengkajian Islam terbesar di Asia Tenggara. Selain Aset Pusaka Alam
menjadi tempat beribadah, masjid tersebut juga dijadikan lokasi Bentukan alam yang istimewa. Bentukan bentukan
wisata riligi.
alami tersebut mempunyai karakter yang khas
Makam Sultan Syarif Kasim II saling berhubungan dan terus berkembang. Pusaka
Makam Sultan Syarif Kasim II berada
alam secara langsung maupun tidak lansung
di dalam pekarangan Masjid Raya
Syahabuddin. Makam Syarif Kasim II mempengaruhi kehidupan manusia sehingga sudah
(Sultan Siak XII, 1892-1968) berada di selayaknya apabila pelestarian alam terus dilakukan.
tengah makam-makam lain. Makam
Syarif Kasim II ditutup kain kuning
yang menggantung dari langit-langit hingga menutup sebagian
makam, menyisakan 10-15 cm saja dari dasar.
3.14.1 Sejarah
Kronologis Pembentukan Kota Sungai Penuh
1. Keputusan Pemerintah Kerajaan Belanda (Government Besluit) Nomor 13
tanggal 3 Nopember 1909, Sungai Penuh ditunjuk sebagai Ibukota
2. Aspirasi masyarakat membentuk Kota Sungai Penuh sejak tahun 1970-an
3. Perkembangan Kota Sungai Penuh tidak efektif dikelola hanya oleh
Pemerintah Kecamatan
4. Kota Sungai Penuh merupakan kota terpadat kedua di Propinsi Jambi
setelah Kota Jambi
5. PP Nomor 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria
pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah
6. Untuk peningkatan pelayanan publik dan percepatan pembangunan
7. Hasil penelitian oleh Prof. Dr. Sadu Wasistiono,MS (Pasca Sarjana IPDN) tahun
2005 yang menyatakan bahwa Kabupaten Kerinci layak untuk dimekarkan
3.15 KOTA
BENGKULU
Kota ini merupakan kota terbesar kedua di pantai barat Pulau Sumatera, setelah
Kota Padang. Sebelumnya kawasan ini berada dalam pengaruh kerajaan
Inderapura dan kesultanan Banten. Kemudian dikuasai Inggris sebelum
diserahkan kepada Belanda. Kota ini juga menjadi tempat pengasingan
Bung Karno dalam kurun tahun 1939 - 1942 pada masa pemerintahan Hindia
Belanda.
Penduduk Kota Bengkulu pada tahun 2015 mencapai 351,3 ribu jiwa. Peranan
sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan motor dalam
perekonomian Kota Bengkulu hingga tahun 2015 masih sangat dominan.
Kedudukan sektor perdagangan sebagai leading sector dalam perekonomian
Kota Bengkulu masih sulit digeser oleh sektor-sektor lainnya. Fenomena
itu terlihat dari relatif besarnya peranan sektor pertanian dalam PDRB Kota
Bengkulu.
3.15.1 Sejarah
Zaman Penjajahan
Pada pertengahan abad ke 13 sampai dengan abad ke 16 di Daerah Bengkulu
terdapat 2 kerajaan yaitu: Kerajaan Sungai Serut dan Kerajaan Selebar. Pada
tahun 1685 Inggris masuk ke Bengkulu yang dipimpin oleh Kapten J. Andiew
dengan menggunakan 3 Kapal yang bemama The Caesar, The Resolution dan
The Defence dan menjajah Bengkulu selama kurang lebih 139 tahun (1685-
1824). Dalam masa ini ratusan prajurit Inggris meninggal karena kolera, malaria
dan disenteri. Kehidupan di Bengkulu sangat susah bagi orang Inggris. Saat itu
perjalanan pelayaran dari Inggris ke Bengkulu memakan waktu 8 bulan. Terjadi
juga pertempuran dengan penduduk setempat.
“
Sejak 1824-1942 Daerah Bengkulu sepenuhnya berada di bawah kekuasaan
Pemerintahan Hindia Belanda. Namun, Belanda baru sungguh-sungguh
mendirikan Administrasi kolonialnya di Bengkulu tahun 1868. Karena produksi
rempah-rempah sudah lama menurun, Belanda berusaha membangkitkannya Belanda baru
kembali. Ekonomi Bengkulu membaik dan kota Bengkulu berkembang.
Tahun 1878 Belanda menjadikan Bengkulu residentie terpisah dari Sumatera
sungguh-sungguh
Selatan dan kota kecil Bengkulu dijadikan sebagai pusat Pemerintahan Gewes mendirikan
Bencoolen.
Administrasi
Setelah Belanda kalah dari Jepang pada tahun 1942 dimulailah masa
penjajahan Jepang selama kurang lebih 3 tahun. Pada masa Pemerintahan
kolonialnya di
Jepang dan revolusi fisik Kota Bengkulu ini menjadi ajang pertempuran Bengkulu tahun 1868
untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, karenanya tidak sedikit
putera terbaik Bengkulu yang gugur. Pada masa revolusi fisik Kota Bengkulu
menjadi tempat kedudukan Gubernur Militer Sumatera Selatan yang kala itu
Gubernurnya adalah DR. AK. Gani.
Zaman Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka Bengkulu ditetapkan sebagai Kota kecil di bawah
Pemerintahan Sumatera Bagian Selatan dengan luas 17,6 Km2 berdasarkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kota Kecil
Bengkulu. Pada tahun 1957 Kota Kecil Bengkulu berubah menjadi Kotapraja
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, yang meliputi 4 Wilayah
Kedatukan dengan membawahi 28 Kepemangkuan yaitu : Kedatukan wilayah I
terdiri dari 7 Kepemangkuan, Kedatukan wilayah II terdiri dari 7 Kepemangkuan,
Kedatukan wilayah III terdiri dari 7 Kepemangkuan, Kedatukan wilayah IV
terdiri dari 7 Kepemangkuan.
“
Nomor: 42/1982 wiIayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bengkulu, terbagi 2
Wilayah Kecamatan definitif yang membawahi 38 Kelurahan, yaitu: Kecamatan
Teluk Segara membawahi 17 Kelurahan dan Kecamatan Gading Cempaka
membawahi 21 Kelurahan. Rumah Bubungan
Pada tahun 1986 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 46/1986 tentang
Lima adalah rumah
Perubahan Batas dan Perluasan Wilayah Kotamadya Dati II Bengkulu, luas adat dari provinsi
Wilayah Kotamadya Bengkulu berubah dan 17,6 Km2 menjadi 144,52 Km2
dan terdiri dan 4 Wilayah Kecamatan, 38 Kelurahan serta 17 Desa yaitu: Bengkulu, berupa
Kecamatan Teluk Segara membawahi 17 Kelurahan dan 4 Desa, Kecamatan
Gading Cempaka membawahi 21 Kelurahan dan 2 Desa, Kecamatan Selebar
rumah panggung
membawahi 6 Desa, dan Kecamatan Muara Bangkahulu membawahi 5 Desa. yang ditopang oleh
3.15.2 Rajutan Berbagai Pusaka beberapa tiang
Kota pusaka terdiri atas kumpulan beberapa aset pusaka yang dikelompokkan penopang.
berdasarkan era perkembangannya, dengan jarak antar aset yang cukup
berdekatan sehingga memudahkan akses wisatawan untuk mengunjungi satu
aset ke aset lainnya. Pengelompokan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
daya arik pariwisata, diharapkan kunjungan wisatawan tersebut dapat
memberikan pemahaman terkait sejarah di kota tersebut.
Pantai Panjang
Pantai Panjang memiliki garis pantai
yang sangat panjang yakni mencapai
7 km, dengan keunikan yaitu garis Pantai Tapak Paderi
pasang dan garis surut pantai Pantai ini terhubung dengan Pantai Panjang dan Pantai Jakat di
sekitar 500 meter. Pantai terdiri atas Bengkulu, sebuah pantai yang pada awal mulanya adalah pusat
hamparan pasir putih berbulir halus pelabuhan laut pertama di Bengkulu serta menjadi penunjang
yang luas dan landai. Letak Pantai Panjang sangat strategis dengan transporasi laut pemerintah Inggris di Bengkulu pada masa
fasilitas hotel, restoran dan pusat perbelanjaan. kolonial.
3.16 KOTA
149
PANGKAL PINANG
Kota Pangkal Pinang merupakan pusat pemerintahan, pusat pemerintahan
kota di Kelurahan Bukit Intan, dan pusat pemerintahan provinsi dan instansi
vertikal di Kelurahan Air Itam. Kantor pusat PT. Timah Tbk. juga berada di sini.
Pangkal Pinang juga merupakan pusat aktivitas bisnis/perdagangan dan
industri di Bangka Belitung.
Jumlah penduduk Kota Pangkal Pinang pada tahun 2015 adalah 196.202
orang dengan komposisi 100.617 jiwa laki-laki dan 95.585 jiwa perempuan.
Secara umum, kepadatan penduduk di Kota Pangkal Pinang adalah 1.657
jiwa per km2. Dari sisi PDRB dengan pendekatan produksi, lapangan usaha,
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor memberikan
kontribusi te rbesar bagi ekonomi Kota Pangkal Pinang yaitu 26,05%, diikuti
industri pengolahan 19,03% dan konstruksi 10,83%.
3.16.1 Sejarah
Secara etimologis Pangkalpinang berasal dari kata pangkal atau pengkal dan
Pinang (areca chatecu). Pangkal atau pengkal yang dalam bahasa Melayu
Bangka berarti, pusat atau awal, atau dapat diartikan pada awal mulanya
sebagai pusat pengumpulan Timah yang kemudian berkembang artinya
sebagai pusat distrik, kota tempat pasar, tempat berlabuh kapal atau perahu
(wangkang) dan pusat segala aktivitas dan kegiatan dimulai. Sebagai pusat
segala aktivitas, sebutan Pangkal atau Pengkal juga digunakan oleh orang
Bangka masa lalu untuk penyebutan daerah-daerah seperti Pangkal Bulo,
Pangkal Raya, Pangkal Menduk, Pangkal Mangas, Pangkal Lihat yang kemudian
menjadi Sungai Lihat atau Sungailiat sekarang. Sedangkan Pinang (areca
chatecu) adalah nama sejenis tumbuhan Palm yang multi fungsi dan banyak
tumbuh di Pulau Bangka. Pusat pemukiman awal Pangkalpinang dibangun
ditepi Sungai yang membelah Kota Pangkalpinang. Proses pembentukan
Pangkalpinang menjadi sebuah kota seperti sekarang sangatlah panjang
dan berakar, dimulai dari ditemukannya biji timah yang terkandung hampir
di seluruh pelosok Pulau Bangka, sampai upaya eksploitasi timah dan hasil
bumi Pulau Bangka seperti Lada Putih, Karet dan Damar oleh berbagai bangsa.
Pembentukan Pangkalpinang dimulai sejak adanya perintah Sultan Susuhunan
Ahmad Najamuddin I.
Dari tinjauan sejarah dengan dasar kajian yang jelas dan literatur dari Tim
Perumus hari Jadi Kota Pangkalpinang, berdirinya Pangkalpinang diprediksi
jatuh pada 17 September 1757 yakni di masa pemerintahan Sultan Susuhunan
Ahmad Najamuddin I Adi Kusumo. Di masa pemerintahannya, Beliau sudah
membentuk 14 Pangkal di Pulau Bangka termasuk di dalamnya Pangkalpinang. Sumber: https://corlena.files.wordpress.com/2015/04/dsc00855.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA
“
dan unik terdiri atas lingga di atas
punden berundak-undak dan
yoninya berada di atas lingga dengan
bentuk simetris mencerminkan perjuangan yang dilakukan
Tugu Pergerakan Kemerdekaan oleh berbagai suku dan lapisan masyarakat. Pada tugu prasasti
tertulis “Surat kuasa kembalinya Ibukota Republik Indonesia ke
saat ini merupakan salah satu Yogyakarta, diserahterimakan oleh Ir. Soekarno kepada Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Medio Juni 1949. Tugu ini ditopang oleh
Benda cagar Budaya Kota bangunan balok segi enam mirip kelopak bunga, terbuat dari
semen dan pasir dilapisi pasir kuarsa. Lantai dasar tugu berbentuk
CIREBON
Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa atau yang dikenal dengan jalur
pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.
Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban, Cirebon adalah sebuah
dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon
berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama
Caruban (carub dalam bahasa Cirebon artinya bersatu padu). Diberi nama
demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa
diantaranya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab),
agama, bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah
lagi menjadi carbon dan kemudian cerbon.
3.17.1 Sejarah
Asal kota Cirebon ialah pada abad ke 14 di pantai utara Jawa Barat ada desa
nelayan kecil yang bernama Muara Jati yang terletak di lereng bukit Amparan
Jati. Muara Jati adalah pelabuhan nelayan kecil. Penguasa kerajaan Galuh yang
ibu kotanya Rajagaluh menempatkan seorang sebagai pengurus pelabuhan
atau syahbandar Ki Gedeng Tapa. Pelabuhan Muara Jati banyak di singgahi
kapal-kapal dagang dari luar di antaranya kapal Cina yang datang untuk
berniaga dengan penduduk setempat, yang di perdagangkannya adalah
garam, hasil pertanian dan terasi.
Semenjak itu pelabuhan kecil Muara Jati menjadi besar, karena bertambahnya
lalu lintas dari dan ke arah pedalaman, menjual hasil setempat sejauh daerah
pedalaman Asia Tengara. Dari sinilah awal berangkat nama Cirebon hingga
menjadi kota besar sampai sekarang ini. Pangeran Cakra Buana kemudian
membangun Keraton Pakungwati sekitar Tahun 1430 M, yang letaknya
sekarang di dalam Komplek Keraton Kasepuhan Cirebon.
3.18 KOTA
BOGOR
Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat. Kota ini terletak 59 km
sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km², namun kini telah berkembang
menjadi 118,50 km² dan jumlah penduduknya 1.030.720 jiwa (2014). Bogor
dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat
tinggi.
3.18.1 Sejarah
Hampir secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota
Bogor mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran.
Asal-usul dan arti Pakuan terdapat dalam berbagai sumber. Di bawah ini adalah
hasil penelusuran dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan waktu:
Naskah Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna
ini diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi
tersebut banyak terdapat pohon Pakujajar.
K.F. Holle (1869). Dalam tulisan berjudul De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis
di Bogor), Holle menyebutkan bahwa di dekat Kota Bogor terdapat kampung
bernama Cipaku, beserta sungai yang memiliki nama yang sama. Di sana
banyak ditemukan pohon paku. Jadi menurut Holle, nama Pakuan ada
kaitannya dengan kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran berarti
pohon paku yang berjajar (“op rijen staande pakoe bomen”).
G.P. Rouffaer (1919) dalam Encyclopedie van Niederlandsch Indie edisi Stibbe
tahun 1919. Pakuan mengandung pengertian “paku”, akan tetapi harus
diartikan “paku jagat” (spijker der wereld) yang melambangkan pribadi raja
seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. “Pakuan” menurut Fouffaer
setara dengan “Maharaja”. Kata “Pajajaran” diartikan sebagai “berdiri sejajar”
atau “imbangan” (evenknie). Yang dimaksudkan Rouffaer adalah berdiri sejajar
atau seimbang dengan Majapahit. Sekalipun Rouffaer tidak merangkumkan
arti Pakuan Pajajaran, namun dari uraiannya dapat disimpulkan bahwa Pakuan
Pajajaran menurut pendapatnya berarti “Maharaja yang berdiri sejajar atau
seimbang dengan (Maharaja) Majapahit”. Ia sependapat dengan Hoesein
Djajaningrat (1913) bahwa Pakuan Pajajaran didirikan tahun 1433.
Sumber: https://services.sportourism.id/fileload/visit-bogor-cityjpg-ZabM.jpg?q=75
3.18.2 Rajutan Berbagai Pusaka
157
Aset Peninggalan Zaman Belanda
Fragemen Keramik Asing Nodul Kaligrafi
Fragmen ini ditemukan oleh Nodul atau cetakan barang tertentu
masyarakat Lawang Gintung, yang terbentuk dari sedimentasi
Kecamatan Bogor Selatan. Terdapat material isian pada benda berongga di
beberapa jenis fragmen yang masa lalu, Nodul tersebut merupakan
dikumpulkan, berupa bentuk piring, bentukan Yang terjadi karena
mangkuk, botol, kap lampu, dan pipa melapuknya cangkang dari material
rokok (gouda). Fragmen-fragmen yang telah tersedimentasi tersebut.
keramik tersebut umumnya didominasi oleh keramik Eropa abad Salah satu bentuk nodul yang sering dijumpai adalah nodul
XVII-XIX dan fragmen keramik China dari kelompok dinasti Ching berbentuk kerang.
abad XVII- awal abad XX. Umumnya warna glasir didominasi warna
putih dan biru dan sebagian coklat dan abu- abu.
Nisan Eropa
Temuan nisan Eropa di kawasan pembangunan Gedung Serba Guna
Gumati pada saat kegiatan galian fondasi menggunakan alat berat,
dapat disimpulkan sebagai bagian dari jejak hunian kolonial. Batu
nisan Eropa ditemukan dalam bentuk fragmen berukuran panjang
42 cm, lebar 37 cm, tebal 3 cm. Pada permukaan batu terdapat
beberapa huruf yang masih dapat dibaca yang merupakan bagian
dari satu kalimat yang bisa mengacu pada nama, dan juga bisa
mengacu pada pangkat, karena huruf yang terbaca hanya KOM
yang ditulis dengan huruf kapital
TANGERANG
Kota Tangerang adalah sebuah kota yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi
Banten. Kota ini terletak tepat di sebelah barat ibu kota negara Indonesia,
Jakarta. Kota Tangerang berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah
utara dan barat, Kota Tangerang Selatan di sebelah selatan, serta Daerah
Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur. Tangerang merupakan kota terbesar
di Provinsi Banten serta ketiga terbesar di kawasan Jabodetabek setelah
Jakarta dan Bekasi di provinsi Jawa Barat dan termasuk Jalan Nasional Rute.
3.19.1 Sejarah
Sejarah Kota Tangerang sendiri memang berawal dari kelompok permukiman
etnis Tionghoa. Di Kota Tangerang kelompok etnis Tionghoa di kota ini
lebih dikenal dengan nama Cina Benteng. Penduduk Cina Benteng memang
selalu diidentifikasi dengan stereotip orang Tionghoa berkulit hitam atau
gelap, dan hidupnya pas-pasan atau malah miskin. Meski ada beberapa yang
sudah berhasil sebagai pedagang, sebagian besar Cina Benteng hidup sebagai
petani, peternak, nelayan, bahkan, ada juga pengayuh becak Mengenai
asal-usul kata Cina Benteng, menurut sinolog dari Universitas Indonesia, Eddy
Prabowo Witanto MA, tidak terlepas dari kehadiran Benteng Makassar. Benteng
yang dibangun pada zaman kolonial Belanda itu sekarang sudah rata dengan
tanah terletak di tepi Sungai Cisadane, di pusat Kota Tangerang. Pada saat itu,
kata Eddy, banyak orang Tionghoa Tangerang yang kurang mampu tinggal
di luar Benteng Makassar. Mereka terkonsentrasi di daerah sebelah utara,
yaitu di Sewan dan Kampung Melayu. Mereka berdiam di sana sejak tahun
1700-an. Dari sanalah muncul, istilah “Cina Benteng”.
Aset Kesenian
Tari Lenggang Cisadane Tari Cokek
Tari Lenggang Cisadane sendiri Tari cokek namanya, tarian tradisional
merupakan perpaduan unsur budaya dari daerah Tangerang provinsi Banten
yang ada di Kota Tangerang seperti ini, orang tangerang mengenal Cokek
budaya Sunda, Jawa, Betawi, Cina, Arab sebuah tarian tradisional dari daerah
dan budaya Lainnya.Selain alat musik Tangerang yang dimainkan pertama
gamelan, didalamnya juga terdapat kali sekitar abad ke-19, di mana
alat musik yang digunakan pada musik penari perempuan dengan segala
marawis, lengkap dengan lagu-lagu marawisnya. gerakan dan kibasan selendang yang begitu indah dan elok bila
Tari Lenggang Cisadane ini merupakan proses pembentukan memandangnya diiring mencak silat penari laki-laki dengan gerakan
harmonisasi musik, tata busana dan gerak yang dipadukan menjadi kaki yang menggejik lantai begitu keras, bergantian berputar dan
suatu tarian yang indah dan mencirikan budaya Kota Tangerang. berpandangan, iringan musik khas tradisional terdengar sontar.
Tarian ini dibawakan 13 orang yang mencirikan jumlah kecamatan Ketika itu, tarian cokek ini diperkenalkan oleh Tan Sio Kek, seorang
di Kota Tangerang. Seniman dan budayawan kota Tangerang ini tuan tanah Tionghoa di Tangerang yang sedang merayakan pesta.
menghasilkan sebuah seni tradisional khas Kota Tangerang dengan Dalam perayaan pesta itu, Tan Sio Kek mengundang beberapa orang
memadukan unsur musik, kostum dan tarian. ternama yang tinggal di Tangerang. Tan Sio Kek mengundang juga
tiga orang musisi yang berasal dari daratan Cina.saat itu, para musisi
Cina hadir sambil membawa beberapa buah alat musik dari negara
asalnya.
Alat Musik Tehyan
Alat Musik tehyan adalah alat musik gesek yang mempuyai karakter suara yang agak keras dan
ngebas, dan gunakan juga sebagai melodi didalam suatu lagu-lagu gambang kromong, tetapi di
dalam satu grup musik gambang kromong ada yang menggunakan tehyan dan adapula yang tidak
menggunakan tehyan tergantung dari kebutuhan, tokoh pemusik dan pelestari alat musik tehyan di
kota Tangerang adalah kong Goyong yang tinggal di kecamatan Neglasari Kota Tangerang
PROFIL KOTA PUSAKA
3.20 KOTA
PEKALONGAN
Kota Pekalongan adalah salah satu kota pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa
Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di
timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat. Pekalongan
terdiri atas 4 kecamatan, yakni Pekalongan Barat, Pekalongan Utara,
Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan. Kota Pekalongan mendapat
julukan kota batik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan dan
ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik
3.20.1 Sejarah
Nama Pekalongan sampai saat ini belum jelas asal-usulnya, belum ada prasasti
atau dokumen lainnya yang bisa dipertanggungjawabkan, yang ada hanya
berupa cerita rakyat atau legenda. Dokumen tertua yang menyebut nama
Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvernements
Besluit) Nomer 40 tahun 1931:nama Pekalongan diambil dari kata ‘Halong‘
(dapat banyak) dan dibawah simbul kota tertulis ‘Pek-Alongan‘.
Pada masa VOC (abad XVII) dan pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, sistem
Pemerintahan oleh orang pribumi tetap dipertahankan. Dalam hal ini Belanda
menentukan kebijakan dan prioritas, sedangkan penguasa pribumi ini oleh
VOC diberi gelar Regant (Bupati). Pada masa ini, Jawa Tengah dan jawa Timur
dibagi menjadi 36 kabupaten Dengan sistem Pemerintahan Sentralistis
“
Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda
dengan dikeluarkannya Staatbland Nomer 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar
hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi (gewest); dan untuk
Kota Pekalongan, hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomer 124 tahun Perjuangan
1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen
voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse merebut markas
yang berlaku sejak tanggal ditetapkan. tentara Jepang
Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menandatangani berhasil, sehingga
penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang menghapus
keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan Kabupaten dan Kotamadya
pada tanggal 7
diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan dekonsentrasi. Oktober 1945
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal Pekalongan bebas
17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hata di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat
Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara
dari tentara
Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada Jepang
tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara Jepang.
Aset Kesenian
Seni Sintren Seni Hadroh
Kesenian ini sangat dikenal dan Tari Hadroh merupakan tari yang
populer di daerah Pantura terutama di bernafaskan Islami. Tarian ini
daerah eks Penari Sintren Karesidenan menggambarkan sekelompok
Pekalongan. Sintren menggambarkan santriwati yang beribadah terhadap
perjalanan hidup dan kesucian Sang Pencipta lewat tembang
seorang gadis yang dilatarbelakangi sholawat yang digarap melalui
dari legenda Bahurekso. Tumenggung Bahurekso merupakan salah perpaduan gerak yang dinamis. Hal ini
satu tokoh dalam legenda yang hidup di daerah Pekalongan dan juga menggambarkan masyarakat Kota Pekalongan yang sebagian
sekitarnya. Kisah mengenai Tumenggung Bahurekso ini bertemakan besar penduduknya beragama Islam dalam mensyukuri berkat dari
cerita kepahlawanan dan disebut juga dengan Babad Pekalongan. Yang Maha Kuasa.
165
“
Kawasan cagar budaya sekitar
Lapangan Jetayu di Kelurahan
Panjang Wetan Kecamatan
Pekalongan Utara sebagai
kawasan heritage
3.21 KOTA
SALATIGA
Kota Salatiga adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan
sepenuhnya dengan Kabupaten Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah
selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan berada
di jalan negara yang menghubungkan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri
atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti, dan Sidorejo. Kota
ini berada di lereng timur Gunung Merbabu, sehingga membuat kota ini
berudara cukup sejuk.
3.21.1 Sejarah
Banyak nama daerah di Indonesia yang erat hubungannya dengan cerita rakyat
yang dituturkan secara turun-temurun. Kota Salatiga juga mempunyai cerita
rakyat yang berhubungan dengan asal usul namanya. Kota kecil yang berada
di Jawa Tengah (Jateng) ini ternyata mempunyai cerita yang berhubungan
dengan salah satu wali sanga atau wali sembilan yang kerap pula dieja sebagai
wali songo, yakni Sunan Kalijaga.
Tak lama kemudian, si pencari rumput itu meminta maaf dan mengungkapkan
jati diri aslinya kepada sang adipati. Tak disangka, pencari rumput tua itu ialah
Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-0ajw9ZVjwCQ/VPAGiKzXc6I/AAAAAAAAAE4/
Sunan Kalijaga yang sedang menyamar. Ki Ageng Pandanaran pun lantas
iAXCTVqjK7g/s1600/P_20150227_0801012-picsay.jpg memohon ampun kepada sang sunan atas perbuatannya.
167
Sang sunan bersedia memaafkan dengan syarat Ki Ageng Pandanaran harus
mengembara dan meninggalkan semua harta yang dimiliki. Sang adipati pun
bersedia dan akan mengembara mengikuti Sunan Kalijaga.
“
Nyi Ageng Pandanaran pun akhirnya menyusul suaminya. Dalam perjalanan,
Sunan Kalijaga diadang oleh tiga orang penyamun. “Jika kau ingin barang
berharga, tunggulah! Sebentar lagi, akan lewat seorang perempuan tua. Cegat
dia. Kau akan mendapatkan emas permata dalam tongkat bambunya,” kata
Sunan Kalijaga kepada tiga penyamun itu.
Salatiga yang
sejarah asal usul
Muncullah Nyi Ageng Pandanaran yang berjalan tertatih dengan tongkat
bambu. Ketiga penyamun tersebut menghadang dan merampas tongkat namanya menurut
bambu yang ia pegang. Nyi Ageng Pandanaran tidak dapat berbuat apa-apa
selain merelakan hartanya yang dirampas. Ketika berhasil bertemu dengan
cerita rakyat
suaminya dan Sunan Kalijaga, ia menceritakan kejadian perampokan yang terkait Nyi Ageng
dialaminya sambil menangis.
Pandanaran itu
Untuk mengingat kejadian tersebut, Sunan Kalijaga menamakan daerah menjadi kota yang
yang dilewati Nyi Ageng Pandanaran saat dirampok itu dengan nama Salah
Tiga karena perampokan itu terjadi karena ada tiga pihak yang melakukan ramai seperti yang
kesalahan, yakni Ki Ageng Pandanaran, istrinya, dan para penyamun. Seiring
perkembangan zaman, nama Salah Tiga bergeser ucapannya menjadi Salatiga.
pernah diprediksi
Kini Salatiga yang sejarah asal usul namanya menurut cerita rakyat terkait Nyi oleh Sunan
Ageng Pandanaran itu menjadi kota yang ramai seperti yang pernah diprediksi
oleh Sunan Kalijaga. Kalijaga.
3.21.2 Rajutan Berbagai Pusaka
Aset Kuliner
Sambal Tumpang Koyor Grubi
Sambal Tumpang Koyor dibuat dengan Grubi adalah makanan salah satu
bumbu-bumbu sederhana seperti makanan tradisional yang juga sering
bawang merah, bawang putih, kencur, di cari orang untuk dijadikan oleh -
daun jeruk, salam, lengkuas, dan cabai. oleh bagi para wisatawan.Makanan
Kemudian dicampur dengan santan yang terbuat dari ubi ini memiliki rasa
dan jika ingin kuahnya lebih memerah, manis, legit. Karena tidak terlalu manis,
tambah cabai merah besar yang sudah makanan ini banyak digemari oleh para
dihilangkan bijinya. Kemudian, untuk isian Sambal Tumpang Koyor penikmat makanan. Grubi juga sudah menjadi salah satu makanan
adalah koyor itu sendiri atau urat sapi di bagian dengkul, pipi, serta khas Salatiga, di Salatiga penyebaran grubi sudah hampir di seluru kota.
mulut. Bisa ditambahkan pula tulang muda sapi dan krecek. Selain itu, Jadi bagi wisatawan yang menyukai makanan ini tidak akan kesulitan
yang tak bisa ditinggalkan adalah tahu yang sebagian sengaja dibuat untuk mencari grubi karena hampir di setiap toko oleh - oleh atau toko
hancur. makanan kecil pasti lah ada makanan ini.
PROFIL KOTA PUSAKA
Aset Kebudayaan/Adat
Saparan Kirab Budaya Hari Jadi
Saparan berasal dari kata Kirab berarti perjalanan
Sapar, yang berarti nama bersama-sama atau beriringan-
bulan dalam kalender Jawa. iringan secara teratur dan
Pada bulan ini, masyarakat berurutan, dari depan ke
melakukan syukuran Dusun belakang pada suatu rangkaian
dan momen silaturahmi upacara (adat, keagamaan,
keluarga. Tradisi ini masih dsb) atau dapat juga disebut
rutin dilakukan masyarakat di dengan pawai. Kirab budaya selalu diselengarakan di kota-
Desa Kopeng, Salatiga. kota besar di Indonesia, termasuk Kota Salatiga. Selain sebagai
Setiap rumah akan pengenalan budaya-budaya yang ada di Indonesia, kirab budaya
menyiapkan masakan untuk tamu yang datang. Makna Saparan dapat membentuk karakter masyarakat agar mempunyai potensi
sendiri adalah syukuran dusun dan silaturami dengan keluarga serta seni dan kreativitas dalam mempertahankan sejarah maupun
tetangga satu Dusun dan berlangsung selama sehari di bulan Sapar. budayanya. Kirab Budaya di Kota Salatiga rutin dilakukan dalam
rangka memperingati Hari Jadi Kota Salatiga.
3.22 KOTA
169
SURAKARTA
Kota Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah wilayah otonom dengan
status kota di bawah Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dengan penduduk
503.421 jiwa (2010) dan kepadatan 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2,
ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di
sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah
timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Kota ini juga
merupakan kota terbesar ketiga di pulau Jawa bagian selatan setelah Bandung
dan Malang menurut jumlah penduduk. Sisi timur kota ini dilewati sungai
yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama
dengan Yogyakarta, Surakarta merupakan pewaris Kesultanan Mataram yang
dipecah melalui Perjanjian Giyanti, pada tahun 1755.
3.22.1 Sejarah
Cerita bermula ketika Sunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung
Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta Komandan pasukan
Belanda J.A.B Van Hohenndorff untuk mencari lokasi ibukota kerajaan
Mataram Islam yang baru. Setelah mempertimbangkan faktor fisik dan non-
fisik akhirnya terpilihlah suatu desa di tepi Sungai Bengawan yang bernama
desa Sala ( 1746 Masehi atau 1671 Jawa ). Sejak saat itu desa Sala berubah
menjadi Surakarta Hadiningrat dan terus berkembang pesat.
Kota Surakarta pada mulanya adalah wilayah kerajaan Mataram. Kota ini
bahkan pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram. Karena adanya
Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Mataram Islam terpecah
karena propaganda kolonialisme Belanda. Kemudian terjadi pemecahan
pusat pemerintahan menjadi dua yaitu pusat pemerintahan di Surakarta dan
Yogyakarta. Pemerintahan di Surakarta terpecah lagi karena Perjanjian Salatiga
(1767) menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.
Hadiningrat berarti harapan akan terciptanya negara yang tata tentrem karta
raharja (teratur tertib aman dan damai), serta harus disertai dengan tekad dan
keberanian menghadapi segala rintangan yang menghadang (sura) untuk
mewujudkan kehidupan dunia yang indah (Hadiningrat). Dengan demikian,
kata “Karta” dimunculkan kembali sebagai wujud permohonan berkah dari
para leluhur pendahulu dan pendirian kerajaan Mataram.
Sejarah nama kota Solo sendiri dikarenakan daerah ini dahulu banyak
ditumbuhi tanaman pohon Sala ( sejenis pohon pinus) seperti yang tertulis
dalam serat Babad Sengkala yang disimpan di Sana Budaya Yogyakarta. Sala
berasal dari bahasa Jawa asli ( lafal bahasa jawa : Solo ) Pada akhirnya orang-
orang mengenalnya dengan nama Kota Solo.
Benteng Vastenburg
Kota Surakarta dalam periode 17-19, terkenal dengan nuansa kekuasaan tradisionalistik Kerajaan Kasunanan
Surakarta. Tetapi eksistensi kutaraja ini dipotong oleh Belanda dengan menghadirkan konsep kutanegara yang
ditandai dengan dibangunnya Benteng Vastenburg oleh Baron Van Imhoff.
Benteng ini dibangun setelah keraton dipindahkan dari Kartasura ke Surakarta, dengan izin Paku Buwana II.
Belanda sengaja membangun benteng di dekat keraton dengan tujuan agar pasukan Belanda dapat mengamati
aktivitas Pasukan Keraton.
Aset Pusaka Budaya/Adat 171
Mahesa Lawung
Salah satu ritual adat yang
diselenggarakan dan dilestarikan
Kota Surakarta adalah Mahesa
Lawung. Mahesa Lawung
Merupakan upacara yang digelar
setahun sekali setiap tanggal 3
Rabiul Akhir oleh Keraton Surakarta
di Alas Krendawahana. Ritual ini biasanya digelar sekitar 40 hari
pasca upacara Garebeg Mulud atau puncak perayaan sekaten.
Malam Selikuran
Merupakan upacara yang
diselenggarakan setiap tanggal
Aset Pusaka Kerajinan
21 pada bulan Ramadhan untuk
memperingati turunnya Al-Qur’an
Batik
Batik merupakan salah satu
dan malam lailatul Qodar. Upacara
kerajinan kain dengan corak
ini diadakan di dalam Masjid
tertentu yang dihasilkan
keraton dan Masjid Agung.
dari bahan malam. Pada
Adat Grebeg perkembangannya, kerajinan
Merupakan upacara adat keraton batik berkembang dengan lebih
Surakarta berupa padare gunungan modern dengan proses cetak
yang terbuat dari makanan, sayuran, atau printing. Jenis batik yang
serta jajan pasar yang dibentuk terkenal dari Kota Surakata. Batik
menyerupai gunung. Terdapat beberapa telah ditetapkan oleh UNESCO
grebeg yang digelar oleh Keraton sebagai warisan kemanusiaan
Surakarta meliputi, Grebeg Maulud, untuk budaya lisan dan non-
Grebeg Besar, dan Grebeg Poso. ragawi (masterpieces of the
oral and intangible heritage of
Festival Keraton humanity) sejak tahun 2009.
Terdapat Beberapa festival Budaya membatik di Kota
pernah diselenggarakan oleh Surakarta telah sudah ada seja
keraton Kasunanan dan Pura zaman kerajaan Pajang dan
Mangkunegaran. Kegiatan yang menjadi komoditi perdagangan
pernah diselenggarakan meliputi seni dan digunakan sebagai komoditi
ketoprak,seni tari, wayang orang, perdagangan. hampir seluruh
wayang kulit, seni tari, dan karawitan. kelurahan di Kota Surakarta
memiliki potensi industri
kerajinan batik yaitu Kelurahan Danukusuman, Kelurahan
Jayengan, Kelurahan Laweyan, Kelurahan Sondakan, Kelurahan
“
Sudiroprajan, Kelurahan Kauman, Kelurahan Semanggi, Kelurahan
Pasar Kliwon, Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Manahan,
serta Kelurahan Nusukan, Namun, kelurahan yang paling dominan
memproduksi batik adalah kelurahan Laweyan sejak abad 15 dan
Kelurahan Kauman yang ada seja abad 19 ( Najma, 2012).
Batik telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai warisan Gamelan
Gamelan merupakan instrumen
3.23 KOTA
TEGAL
Kota Tegal adalah salah satu wilayah otonom di provinsi Jawa Tengah. Kota
ini pernah menjadi cikal-bakal berdirinya Korps Marinir seperti tercatat dalam
Pangkalan IV ALRI Tegal dengan nama Corps Mariniers, pada 15 November
1945. Kota Tegal berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut
Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur. Hari
jadi Kota Tegal adalah 12 April 1580.
3.23.1 Sejarah
Kota Tegal merupakan penjelmaan dari sebuah desa yang bernama “Teteguall”
yang pada tahun 1530 telah nampak kemajuannya dan termasuk wilayah
Kabupaten Pemalang yang mengakui Trah (Kerajaan) Pajang. Ada beberapa
sumber mengatakan sebutan teteguall diberikan seorang pedagang asal
Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500 –
an (Suputro, 1955) yang memiliki arti tanah subur yang mampu menghasilkan
tanaman pertanian (Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984).
Secara historis dijelaskan bahwa eksistensi sejarah tlatah Kota Tegal tidak lepas
dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit,
karena sang ayah Ki Gede Tepus Rumput (kelak bernama Pangeran Onje) ialah
keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo yang masih punya kaitan dengan
keturunan dinasti Majapahit .
Penekanan pada bidang pertanian, tak dapat dilepaskan dari kondisi wilayah
dan akar kesejarahan tlatah Kabupaten Tegal yang mengembangkan
kapasitasnya selaku wilayah agraris. Tradisi keagrarisan dimulai dari ketokoan
Ki Gede Sebayu juru demung trah Pajang. Bangsawan ini (Ki Gede Sebayu)
adalah saudara dari Raden Benowo. Bahkan kalau dirunut keagrarisan itu
dimulai semenjak Mataram Kuno. Selain berhasil memajukan pertanian, beliau
juga merupakan ahli agama yang telah membimbing warga masyarakat dalam
menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas keberhasilan
usahanya memajukan pertanian dan membimbing warga masyarakat dalam
menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, beliau diangkat
menjadi pemimpin dan panutan warga masyarakat.
Ki Gede Sebayu, yang masih keturunan trah Majapahit. Beliau memilih diam
cegah dhahar lawan guling, karena prihatin. Bahkan pada saat suasana makin
kacau karena perang saudara, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak
Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang. Namun, Sebayu menolak.
Sumber: http://ajaib.us/wp-content/uploads/2016/06/tegal-768x514.jpg
173
Karena tidak merasa tega melihat penderitaan manusia akibat perebutan
kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda. Beliau melepas atribut
kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup. Sampailah dia
di sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai yang
dialiri air yang bening sampai muara laut. Sungai itu adalah sungai Gung (Kali
Gung). Sungai ini dinamakan Kali Gung sebab bersinggungan dengan mata
air yang berasal dari Gunung Agung yakni sebuah nama kuno dari Gunung
Slamet dan bermuara ke utara hingga laut jawa.
Beliau terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak
berpenghuni itu. Ditengah- tengah hamparan padang rumput luas itu, ki
gede Sebayu temukan Persinggahan disana hanya ada beberapa bangunan
semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat.
Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung
dikebumikan (sekarang bernama Desa Panggung). Mbah Panggung yang
bernama asli As sayid al habib Abdurrohman as segaf putra dari Sunan Drajat
dan Dewi Condrowati yang merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim
(Sunan Bonang).
“
Mataram Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pada agraris ( De
Graaf, 1986).
Sementara itu, setelah perang panjang antar saudara mulai dingin Pangeran Hari, tanggal dan
Benowo diangkat menjadi raja Pajang. Dia membutuhkan sepupunya. Sebayu,
untuk menjadi patih. Dia pun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari
tahun Ki Gede
Sebayu. Di Desa Teteguall, tempat Sebayu bermukim, sepupu Benowo itu Sebayu diangkat
ditemukan. Namun, karena Sebayu tidak mungkin meninggalkan rakyat
Teteguall, karena alasan tersebut Pangeran Benowo melantik dia menjadi menjadi Juru
juru demang atau sesepuh Desa Teteguall. Anugerah sebagai sesepuh desa
diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun
Demung (Bupati)
588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi. itu ditetapkan
Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Pemimpin pertama Tegal dilaksanakan sebagai hari jadi
pada perayaan tradisional setelah menikmati hasil panen padi dan hasil
pertanian lainnya. Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran dan budaya
Kota Tegal dengan
agama islam yang hingga sekarang masih berpengaruh pada kehidupan peraturan Daerah
masyarakat. Hari, tanggal dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Juru
Demung (Bupati) itu ditetapkan sebagai hari jadi Kota Tegal dengan peraturan No.5 tahun 1988
Daerah No.5 tahun 1988 tanggal 28 Juli 1988. tanggal 28 Juli 1988.
PROFIL KOTA PUSAKA
Wayang golek cepak tegalan terbuat dari kayu kedondong jaran. Jenis
kayu ini dipilih karena kualitasnya yang bagus dan memiliki ketahanan
prima. Untuk mewarnai wayang ini, pengrajin menggunakan cat
semprot kendaraan roda empat.
Tari Endel
Indonesia punya banyak ragam budaya
tari. Dan Tegal punya salah satu tarian
khas. Tari Topeng Endel. Tari Topeng
Endel merupakan salah satu jenis tari
topeng. Topeng gaya Tegal punya
banyak ragam bentuk, paling tidak ada
6 raga gaya Tegal yakni Topeng Endel,
Kresna, Panji, Patihan, Lanyapan, Alus dan Kelana. Pawai Taaruf
Topeng Endel Adalah bentuk topeng wanita dengan kostum endel Pawai Ta’aruf, adalah pawai tradisional yang diikuti semua lapisan
yang mirip penari Gambyong. Tariannya diiringi gending lancaran masyarakat dan diadakan dalam menyambut hari-hari besar Islam,
ombak banyu laras slendro manyuro. Topeng Kresna bermuka yang mana sebagian besar mayarakat melakukan pawai keliling kota
merah jambu dan berambut. Gending pengiringnya adalah lancaran dengan menggunakan baju muslim yang beraneka ragam.
lelenderan naik lancaran praliman. Topeng Panji bermuka menunduk Sambil melantunkan salawat dan lagu-lagu Islami, mengusung
(luruh). Mukanya berwarna putih, berambut mirip tokoh Arjuna. replika Alquran dan poster berisi pesan menjauhi maksiat. Upacara ini
Gending pengiringnya adalah lancaran gunung sari laras slendro patet diadakan dalam Pawai Ta’aruf ini menjadi tontonan yang menarik bagi
nem. wisatawan.
PROFIL KOTA PUSAKA
3.24 KOTA
BLITAR
Kota Blitar adalah kota terkecil kedua di Jawa Timur yang berjarak sekitar 197
km arah barat daya dari ibu kota provinsi. Meskipun kecil, nama Kota Blitar
sangat terkenal karena tokoh besar Sang Proklamator Republik Indonesia
dilahirkan dari kota ini. Bahkan makam Sang Proklamator yang terletak
di jantung Kota Blitar hingga detik ini masih menjadi magnet bagi kaum
wisatawan untuk datang dan berkunjung ke Kota Blitar.
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kota Blitar dari tahun
ke tahun terus meningkat. Tahun 2015 jumlah penduduk sebesar 137.908 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,73 persen. Laju pertumbuhan
penduduk tahun ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai
0,89 persen.
3.24.1 Sejarah
Berdasarkan legenda, dahulu bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menguasai
daerah Blitar yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa
perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya tersebut kemudian mengutus
Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar. Keberuntungan berpihak
pada Nilasuwarna, ia dapat mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya,
ia dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar I untuk kemudian memimpin
daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil
ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali pulangnya bangsa
Tartar. Akan tetapi, pada perkembangannya terjadi konflik antara Aryo Blitar
I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Konflik
ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri
Aryo Blitar I.
Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih tahta dengan gelar
Adipati Aryo Blitar II. Akan tetapi, pemberontakan kembali terjadi. Aryo Blitar
II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan
Joko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda. Sebenarnya,
rakyat Blitar yang multietnis saat itu telah melakukan perlawanan, tetapi dapat
diredam oleh Belanda.
Kota Blitar mulai berstatus gemeente (kotapraja) pada tanggal 1 April 1906
berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 150/1906.
Pada tahun itu, juga dibentuk beberapa kota lain di Pulau Jawa, antara lain
Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Kota Magelang, Samarang, Salatiga,
Madioen, Soerabaja, dan Pasoeroean.
Sumber: http://belitar.com/wp-content/uploads/2017/07/gerbang-makam-bung-karno.jpg
177
Dengan statusnya sebagai gemeente, selanjutnya di Blitar juga dibentuk
Dewan Kotapradja Blitar yang beranggotakan 13 orang dan mendapatkan
subsidi sebesar 11.850 gulden dari Pemerintah Hindia Belanda. Untuk
sementara, jabatan burgemeester (wali kota) dirangkap oleh Residen Kediri.
Pada zaman pendudukan Jepang, berdasarkan Osamu Seirei tahun 1942, kota
ini disebut sebagai Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan dipimpin oleh
seorang shi-chō. Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
No. 17/1950, Kota Blitar ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas
wilayah 16,1 km². Dalam perkembangannya, nama kota ini kemudian diubah
lagi menjadi Kotamadya Blitar berdasarkan Undang-Undang No. 18/1965.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48/1982, luas wilayah Kotamadya
Blitar ditambah menjadi 32,58 km² serta dikembangkan dari satu menjadi
tiga kecamatan dengan dua puluh kelurahan. Terakhir, berdasarkan Undang-
Undang No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah menjadi Kota Blitar.
KUPANG
Kota Kupang secara astronomis terletak pada posisi 10°36’14” - 10°39’58”
Lintang Selatan dan 123°32’23” - 123°37’01” Bujur Timur dengan luas wilayah
180,27 km2 terdiri dari 6 Kecamatan. Dengan batas wilayah yang meliputi,
Kecamatan Kupang Tengah dan Tabenu Kabupaten Kupang di Timur,
Kecamatan Kupang Barat dan Selat Semau di Barat, Teluk Kupang di Utara, dan
Kecamatan Kupang Barat dan Nekamese di Selatan
3.25.1 Sejarah
Pada abad ke-16 datang dua kekuasaan asing di NTT dengan pusat kegiatannya
di pulau Solor dan membangun benteng pertahanan yang dikenal dengan
nama Benteng Lohayong. Dari Pulau Solor bangsa Portugis mulai memperluas
kekuasaannya ke seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun 1653 VOC melakukan pendaratan di Kupang dan berhasil merebut
bekas benteng Portugis Ford Henrricus Concordia yang terletak di muara
sungai Teluk Kupang, tepatnya di Keluarahan Fatufeto (sekarang) dibawah
pimpinan Kapten Johan Burger. Kedudukan VOC di Kupang pada waktu itu
langsung dipimpin oleh Openhofd J. Van Der Heiden. Selama VOC menguasai
Kupang, dari tahun 1653 hingga tahun 1810 telah menempatkan 38 orang
Openhofd di Kupang, dan yang terakhir adalah Stoopkert yang berkuasa dari
tahun 1808 hingga tahun 1810.
Sumber: http://www.seputar-ntt.com/wp-content/uploads/2013/11/IMG_2836.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA
“
Di masa inilah, nama Lai Kopan oleh Belanda disebut Koepan, dan dalam
bahasa sehari-hari berkembang menjadi Kupang. Pada tahun 1810 di
Kupang ditempatkan seorang residen bernama J. A. Hazaart. Untuk lebih
meningkatkan pengamanan kota, maka pada tanggal 23 April 1886 oleh Kedudukan Kota
Residen Creeve telah ditetapkan batas-batas kota Kupang yang diumumkan
dalam Lembaran Negara Nomor 171 tahun 1886 dengan luas wilayah kurang Administratif
lebih 2 km² Oleh karena itu pada tanggal 23 April 1886 ditetapkan sebagai hari
lahir Kota Kupang.
Kupang
sebagai ibukota
Setelah Indonesia merdeka melalui Surat Keputusan Gubernemen 1946,
tertanggal 6 Februari 1956 Kota Kupang diserahkan kepada Swapraja Kupang,
Propinsi Nusa
yang kemudian dialihkan lagi statusnya pada tanggal 21 Oktober 1946 dengan Tenggara Timur
bentuk Timor Elland Federate atau Dewan Raja-Raja Timor dengan Ketua H. A.
A. Koroh yang juga sebagai Raja Amarasi. merupakan pusat
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Swapraja Kupang Nomor 3 tahun 1946
pengembangan
tertanggal 31 Mei 1946 dibentuk Road sementara Kupang dengan 30 anggota wilayah Nusa
dewan. Selanjutnya pada tahun 1949 Kota Kupang memperoleh status
Haminte dengan walikota pertama Th. J. Messakh. Tenggara Timur
Pada tahun 1955 ketika menjelang Pemilu, dengan Surat Keputusan Mendagri
Nomor PUD 5/16/46 tertanggal 22 Oktober 1955 Kota Kupang disamakan
statusnya dengan wilayah Kecamatan. Pada tahun 1958 ditetapkan UU Nomor
69 tahun 1958 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II (Kabupaten)
yang antara lain Kabupaten Kupang. Dengan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 17 tahun 1969
tanggal 12 Mei 1969 dibentuk sebuah wilayah kecamatan yakni Kecamatan
Kota Kupang.
Pekuburan Peninggalan
Kerkhof
Pekuburan tersebut berisi kubur
dari pegawai dan tentara VOC yang
bentengnya dekat dengan area
pekuburan ini. Hanya tersisia sekitar
dua puluhan makam Belanda yang
3.26 KOTA
PONTIANAK
Secara astronomis, kota Pontianak terletak antara 0°02’24” Lintang Utara dan
0°05’37” Lintang Selatan dan antara 109°16’25” Bujur Timur sampai dengan
109°23’01” Bujur Timur. Dengan batas wilayah yang meliputi, Kecamatan
Siantan Kabupaten Mempawah di Utara, Kecamatan Sungai Raya dan
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya di Selatan, Kecamatan Sungai
Kakap kabupaten Kubu Raya di Barat, Kecamatan Sungai Raya dan Kecamatan
Sungai Ambawang Kabupaten Raya di Timur. Kota Pontianak yang merupakan
ibu kota Propinsi Kalimantan Barat memiliki luas wilayah mencapai 107,82
km2yang terdiri dari 6 kecamatan dan 29 kelurahan
3.26.1 Sejarah
Masa Kolonial Belanda dan Jepang
Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dengan
dipimpin oleh Willem Ardinpola. Belanda saat itu menempati daerah di
seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu
atau Verkendepaal.
Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati
Pontianak) mendirikan Plaatselijk Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau
kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk Fonds kemudian
berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepang di Pontianak.
Masa Stadsgemeente
Berdasarkan besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus
1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan menetapkan status Pontianak sebagai
stadsgemeente. Kemudian, pusat PPD ini dipindahkan ke Pontianak yang
awalnya berasal dari Sanggau pada 1 November1945] dan menjadi suatu
wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia.
183
“
Masa Pemerintahan Kota
Pembentukan stadsgerneente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah
Kerajaan Pontianak diubah dan digantikan dengan Undang-undang
Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No. 40/1949/ Berdasarkan
KP. Dalam undang-undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak
dan membentuk Pemerintah kota Pontianak, sedangkan perwakilan rakyat Undang-undang
disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak.
Nomor 22 Tahun
Masa Kota Praja 1999 tentang
Sesuai dengan perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-
undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953, bentuk Pemerintahan Landschap Pemerintah di
Gemeente, ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pada masa ini Daerah mengubah
urusan pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan
Pemerintahan Daerah. sebutan Kotamadya
Masa Kotamadya dan Kota
Potianak diubah
Nama Kota Praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya Pontianak, kemudian kemudian menjadi
dengan Undang-undang No.5 Tahun 1974, nama Kotamadya Pontianak
berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak. Berdasarkan Kota Pontianak.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah
mengubah sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan
Pemerintah Kota Pontianak, sebutan Kotamadya Potianak diubah kemudian
menjadi Kota Pontianak.
Tugu Khatulistiwa
Tugu Khatulistiwa dibangun pada tanggal 1928 oleh tim ekspedisi Makam Batu Layang
Geografi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi Makam Batu Layang merupakan
berkebangsaan Belanda, yang dilakukan secara astronomi. Bentuk makam raja pertama di kerajaan
awal dari Tugu Khatulistiwa pada saat dibangun berbentuk Pontianak yang bernama Sultan
seperti tonggak dengan anak panah yang kemudian mengalami Syarif Abdurrahman Alqadrie beserta
penyempurnaan di tahun-tahun berikutnya. Tugu Khatulistiwa dengan raja terakhir bernama Sultan
berada di sekitar 3 km dari pusat kota Pontianak ke arah kota Hamid II, serta beberapa keluarga raja
Mempawah
Keraton Kadriah
Keraton Kadriah Pontianak
adalah pusat pemerintahan
Pontianak tempo dulu
yang didirikan oleh Sultan
Syarief Abdurrahman
Alqadrie pada tahun 1771.
Di dalam keraton terdapat
artefak dan benda-benda
bersejarah tentang perkembangan Kota Pontianak. Letak keraton
berada di daerah kapung Bugis Kecamatan Pontianak Timur
BONTANG
Kota Bontang secara astronomis terletak di antara 117°23’ - 117°38’ Bujur
Timur dan antara 0°01’ - 0°12’ Lintang Utara dengan luas wilayah 495,57km2.
Dengan batas wilayah yang meliputi, Kabupaten Kutai Timur di sebelah Utara
dan Barat, dan Kabupaten Kutai Kertanegara di sebelah Selatan.
Kota Bontang merupakan bagian dari Kabupaten Kutai dan menjadi daerah
otonom berdasarkan Undang-Undang No. 47/1999 tentang Pemekaran
Provinsi dan Kabupaten. Kota Bontang merupakan daerah otonomi dengan
luas wilayah terkecil di Kalimantan Timur
3.27.1 Sejarah
Pada awanya Bontang merupakan kawasan permukiman yang memiliki tata
pemerintahan yang sangat sederhana. Bontang yang terus berkembang
sehingga pada tahun 1952 ditetapkan menjadi sebuah kampung yang
dipimpin oleh tetua adat. Kepemimpinannya di bagi menjadi dua bagian yaitu,
yang berhubungan dengan pemerintahan ditangani oleh kepala kampung
dan yang berhubungan dengan adat istiadat diatur oleh tetua adat.
Bontang Kuala
Bontang Kuala merupakan kampung air yang sering juga
disebut desa nelayan. Selain menyugukan pemandangan yang
indah, tempat ini juga menyajikan kuliner khas Bontang yang
kebanyakan merupakan hasil olahan dari laut
PROFIL KOTA PUSAKA
BAU BAU
Kota Baubau secara geografis terletak di bagian Selatan Propinsi Sulawesi
Tenggara tepatnya berada di Pulau Buton, yang terletak pada 05˚15’ - 05˚32’
Lintang Selatan dan di antara 122˚30’ - 122˚46’ Bujur Timur dengan luas
wilayah sekitar 221 Km². Adapun batas aministrasi wilayah Kota Baubau
adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batauga
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Buton
3.28.1 Sejarah
Periode kesultanan yang meliputi tiga fase merupakan fase perkembangan
yang menunjukkan fase pembaharuan kota Baubau sebagai pusat peradaban
yang meliputi:
- Fase peletakan dasar Islam/kesultanan yang dimulai/dilakukan sultan
Murhum.
Raja Murhum dinobatkan sebagai Sultan Buton pada hari Senin, tanggal
1 Ramadhan 948 H., bertepatan dengan tanggal 19 Desember 1541 M.
Pengukuhan Sultan Murhum mendapat pengesahan dari kekhalifahan
Islam di Rum Turki sebagai khalifatul khamis yang kemudian melembaga
menjadi gelar bagi setiap Sultan Buton. Secara harfiah berarti khalifah yang
ke-5 setelah empat Khulafaur Rasyidun sebagai pengganti Nabi dalam
menegakkan dan menyebarkan Syiar Islam. Pada masa inilah Kesultanan
Butuuni memegang hegemoni di Jazirah tenggara sulawesi
- Fase Kebangkitan Islam/Kesultanan yang dimulai oleh Sultan ke VI
Dayanu Ikhsanuddin
hal yang menonjol pada fase ini adalah pemberlakuan UUD kesultanan
Martabat Tujuh yang sarat dengan ajaran tasawuf, pembukaan sejumlah
pesantren, mata uang kampua sebagai alat tukar resmi di seluruh wilayah
Kesultanan dan dalam interaksi perniagaan dengan bangsa-bangsa Eropa
- Fase Keemasan Kesultanan Buton adalah pada masa Sultan ke-29 La ode
Muhammad Aydrus Qaimuddin (1824-1851)
Beberapa hal yang menonjol pada periode pemerintahan sultan yaitu;
pembangunan Masjid Quba Baadia yang berfungsi sebagai tempat
pendidikan Islam, penegakkan syariat Islam secara totalitas, penggunaan
bahasa arab sebagai bahasa resmi pemerintahan disamping bahasa
Wolio, pembangunan Benteng Baada sebagai kawasan bermukim sultan,
Berkembangnya khasanah kesusastraan melalui penulisan kabanti yang
sarat dengan nilai-nilai Islam, beberapa putera daerah sempat di kirim ke
Mesir untuk memperdalam pengetahuan Islam
Sumber: https://1.bp.blogspot.com/-U2mwQJm6XJA/WB10fdeggcI/AAAAAAAAOmc/
KZX3Dg9YjA80zHdCqdb-MA7I0CXykTMTgCLcB/s1600/DSC_0554%255B1%255D.JPG
PROFIL KOTA PUSAKA
Proses integrasi ke NKRI terjadi pada masa Sultan ke-38 Muhammad Falihi
(1938-1960). Pada tahun 1952 terbentuk Kabupaten Sulawesi Tenggara
yang beribukota di Baubau menjadi salah satu dari tujuh wilayah kabupaten
Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara.
Sebagai Daerah otonom secara administratif hari ini Kota Baubau telah terdiri
atas 7 Kecamatan dan 43 kelurahan dengan infrastruktur perkotaan yang
terus dilengkapi bersiap mewujudkan Kota Bau-Bau sebagai Kota Budaya
yang Produktif dan Nyaman, melalui Optimalisasi Sumberdaya Lokal secara
Profesional dan Amanah menuju Masyarakat Sejahtera, Bermartabat, dan
Religi.
“
Kawasan Benteng Keraton adalah sebuah kawasan
bersejarah yang memiliki berbagai peninggalan
sejarah yang saling terkait satu sama lainya.
Tari Mangaru
Tuturangiana Andala atau Pakandeana Tari Mangaru berasal dari kisah
Andala berarti pemberian sesaji kepada penguasa laut. Ritual ini seorang ksatria dari Pulau Muna
dilakukan oleh penduduk Pulau Makasar sebelum melakukan yang bergelar Rajawali. Karena
aktivitas keseharian mereka di laut. Tujuan ritual ini adalah merasa sudah tidak ada yang bisa
memanjatkan do’a kepada yang Mahakuasa agar senantiasa mengalahkan dia, akhirnya dia
diberi perlindungan dan keselamatan serta hasil tangkapan pun menantang para anggota Sara
yang melimpah selama mereka berada di laut mencari ikan. Juga Wolio (anggota Dewan Legislatif Kesultanan Buton) untuk adu
merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada tuhan atas segala kekuatan dan kesaktian. Secara diam-diam, tiba-tiba ada seorang
karunia yang telah diberikan. Ritual tersebut selalu di rangkaikan pincang yang ingin menantang duel Rajawali. Sang jawara pun
dengan pegelaran Festival Pulau Makasar yang telah ditetapkan melayani. Setelah berduel akhirnya si pincang ini jatuh tersungkur.
sebagai kalender nasional yang pergelarannya setiap tahun di Rajawali tertawa terkekeh-kekeh melihat lawannya sudah tidak
Bulan Juni. berdaya.
3.29 KOTA
191
DENPASAR
Kota Denpasar secara astronomis terletak pada posisi 08 35’ 31” – 08 44’ 49”
Lintang Selatan dan 115 10’ 23” – 115 16’ 27” Bujur Timur dengan luas wilayah
12.778 Ha. Kota Denpasar berbatasan berbatasan dengan Kabupaten Badung
di sebelah Utara, Barat, dan Selatan, sedangkan disebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Gianyar dan Lombok
3.29.1 Sejarah
Nama Denpasar berasal dari kata ‘den’ (selatan) dan ‘pasar’ sehingga secara
keseluruhan bermakna “Selatan Pasar”, sebelumnya kawasan ini merupakan
bagian dari Kerajaan Badung, sebuah kerajaan yang pernah berdiri sejak abad
ke-19, sebelum kerajaan tersebut ditundukan oleh Belanda pada tanggal
20 September 1906, dalam sebuah peristiwa heroik yang dikenal dengan
Perang Puputan Badung. Denpasar pada mulanya merupakan pusat kerajaan
di Badung, akhirnya pula tetap menjadi pusat pemerintahan Kabupaten
Tingkat II Badung dan bahkan mulai tahun1958 Denpasar diajdikan pula
pusat pemerintahan bagi tingkat II Badung maupun tingkat I Bali mengalai
pertumbuhan yang angat cepat baik dalam artian fisik, ekonomi, maupun
sosial budaya. Keadaan fisik kota Denpasar dan sekitarnya telah sedemiakian
maju serta pula kehidupan masyarakatnya telah banyak menunjukan ciri-
ciri dan sifat perkotaan. Denpasar menjadi pusat pemerintahan, pusat
perdagangan, pusat pendidikan, pusat industri dan pusat pariwisata yang
terdiri dari 4 Kecamatan.
Aset Pusaka Alam sebuah monumen yang disebut sebagai tugu perdamaian.
Berbagai aktivitas dapat dilakukan ditempat ini seperti
jogging, memancing, melukis, dan kegiatan outbond. Desa
Budaya Kertalangu menjadi objek wisata dengan pelayanan
internasional
Tukad Badung
Tukad Badung merupakan salah
satu sungai yang melintasi
Kota Denpasar, sebagian
Pantai Sanur masyarakat yang kurang
memiliki disiplin lingkungan
yang bermukim dekat tukad
Badung menjadikan tukad tersebut sebagai tempat sampah
yang artinya Tukad Badung menjadi salah satu sumber masalah
kota. Berbagaiupaya telah dilakukan pemerintah kota untuk
menata kondisi lingkungan di sepanjang Tukad Badung untuk
mempertahankan kebersihan sungai, kelancaran pergerakan
air sungai, menata kawasan bantaran sungai termasuk menata
Bunga Jempiring masyarakat yang ada di sekitar bantaran sungai
3.30 KOTA
193
SINGKAWANG
3.30.1 Sejarah
Singkawang pada awalnya merupakan bagian dari kerajaan Sambas, yang
dijadikan tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari negeri
China sebelum menuju Desa Monterado, Kab. Bengkayang. Pada saat itu,
Singkawang juga dijadikan sebagai tempat transit pengangkutan hasil
tambang emas (serbuk emas). Para penambang tersebut beralih profesi
menjadi petani dan pedagang sehingga akhirnya menetap di Singkawang.
“
Aset Pusaka Intangible
Pawai Tatung
Tatung merupakan atraksi menusuk- Vihara Tri Dharma Bumi
nusuk anggota tubuh dengan
benda tajam, semacam debus. Raya adalah vihara tertua
Tradisi Tatung sudah menjadi ciri
khas Singkawang sejak lama. Tatung di kota Singkawang yang
biasanya digelar dalam wujud pawai
tahunan guna menyambut perayaan diperkirakan telah berusia
Cap Go Meh.
200 tahun.
4
195
PENUTUP
Sumber: http://traveltodayindonesia.com/wp-content/uploads/2017/10/Bukit-khayangan-1.jpg
PROFIL KOTA PUSAKA
Upaya pelestarian dan pengelolaan kota pusaka bisa terlaksana apabila ada
keterlibatan seluruh pihak, yaitu pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dan masyarakat, termasuk di dalamnya lembaga-lembaga
di dalam masyarakat. Indonesia yang kaya akan warisan budaya dan alam
yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan, dengan berbagai ciri khas dan
karakteristik wilayah yang berbeda, tentu memiliki potensi kota-kota yang
layak untuk menjadi kota pusaka dunia. Keunggulan nilai nasional bisa
digunakan dalam memetakan kota-kota yang berpotensi tersebut sehingga
bisa dilakukan upaya untuk mendukung kota pusaka Indonesia diajukan ke
kota pusaka dunia. Kriteria yang termasuk dalam Keunggulan Nilai Nasional
yang telah disusun oleh Pusat Pengembangan Kawasan Perkotaan, bisa
digunakan dalam mengkategorikan dan memetakan kota-kota pusaka di
Indonesia.