LAPORAN PENDAHULUAN
Juli 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................i
DAFTAR TABEL................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Maksud, Tujuan, Dan Sasaran.....................................................................3
1.3 Ruang Lingkup............................................................................................ 4
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan...............................................4
1.3.2 Ruang Lingkup Kegiatan...................................................................5
1.4 Rencana Kerja............................................................................................ 6
1.5 Sistematika Laporan...................................................................................7
BAB 2 TEORI, KONSEP DAN PENDEKATAN........................................10
2.1 Perencanaan Strategis............................................................................. 10
2.2 Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi.................................................16
2.3 Perencanaan Klaster Industri....................................................................23
2.4 Perencanaan Kawasan Industri.................................................................26
2.5 Kajian Preseden Kawasan Industri............................................................31
2.5.1 Kawasan Industri Jababeka............................................................32
2.5.2 Kawasan Industri Lippo Cikarang...................................................34
2.5.3 Shanghai Chemical Industrial Park (SCIP)......................................36
BAB 3 TINJAUAN KEBIJAKAN............................................................40
3.1 Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Timur......40
3.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Kalimantan Timur.........................................................................................
45
3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bontang.................................47
3.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) pada
Provinsi Kalimantan Timur........................................................................49
3.5 Instruksi Presiden Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional................................................................................................... 50
3.6 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Bontang Selatan.............51
ii
iii
iv
terhadap
ekonomi,
sosial,
budaya,
dan/atau
lingkungan.
dan
berisi
aturan
terkait
dengan
hal-hal
spesifik
diluar
pihak
swasta
dan
masyarakat
dalam
rangka
pelaksanaan
ruang
KSP
termasuk
acuan
ketentuan
perizinan
pemanfaatan ruang.
Kota Bontang merupakan Kota di Kalimantan Timur yang diproyeksikan
menjadi Kota Industri. Kota Bontang memiliki peranan penting dalam misi
menyukseskan proyek MP3EI koridor Kalimantan sebagai pusat produksi
pengolahan hasil tambang dan energi nasional. Dalam PP Nomor 15 Tahun
2010, salah satu syarat penetapan Kawasan Strategis Provinsi dari sudut
kepentingan ekonomi yaitu adanya fungsi untuk mempertahankan tingkat
produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi.
Sesuai dengan potensi yang dimiliki, Kawasan Industri Bontang diarahkan
dalam RTRW Provinsi Kalimantan Timur untuk bergerak pada basis sektor
pengolahan Migas dan Kondensat. Dalam RPJMD Kota Bontang terdapat
rencana penyediaan lahan baru untuk kawasan industri di Bontang Lestari
dan
dalam
RTRW
Kota
Bontang
juga
terdapat
arahan
untuk
penataan
ruang
wilayah
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota;
b. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan dengan tetap
mempertimbangkan aspek kelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya, aspek ekonomi, dan aspek pengelolaan serta
kebijakan, serta aspek pembiayaan dan kelembagaan;
c. Mengatur pemanfaatan ruang Kawasan Industri Bontang dan
sekitarnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus
menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Sasaran-sasaran yang akan dicapai untuk dapat memenuhi tujuan
tersebut adalah:
berdasarkan
karakteristik
kawasan
bagi
terciptanya
pariwisata,
kawasan
lindung,
alur
pelayaran,
Utara
Selatan
: Sungai Nyerakat
: Kabupaten Kutai Kertanegara
Barat
: Hutan Lindung
Gambar 0.1
Lingkup Wilayah Perencanaan
persiapan
teknis
pelaksanaan
meliputi
penyusunan
mencapai
kesejahteraan
masyarakat
dalam
pembangunan
berkelanjutan.
1.4 Rencana Kerja
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini selama 6 (enam) bulan, terhitung
sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Tahapan kegiatan
penyusunan Mater Teknis Rencana RTR KSP Kawasan Industri Bontang
secara garis besar antara lain:
-
Persiapan
(studi
pustaka
dan
pemahaman
terhadap
perencanaan)
Penyusunan laporan pendahuluan
Survei lapangan
Identifikasi kawasan perencanaan
Merumuskan fakta dan analisis
Penyusunan laporan antara
Perumusan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi
Penyusunan laporan akhir
wilayah
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori-teori terkait serta konsep
dan
pendekatan
dengan
perundang-undangan
mengacu
terkait
yang
pada
meliputi
literatur
dan
peraturan
perencanaan
strategis,
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum wilayah perencanaan yang
terdiri dari kebijakan tata ruang dan pembangunan kawasan industri
Bontang serta gambaran mengenai Kota Bontang dan kawasan industri
METODOLOGI
BAB 2
Pada bab ini akan dijabarkan mengenai teori, konsep, serta pendekatan
yang digunakan dalam penyusunan laporan pendahuluan rencana tata
ruang kawasan strategis provinsi yang terdiri dari teori mengenai
perencanaan strategis, perencanaan KSP, perencanaan klaster industri,
serta kajian perbandngan kawasan industri di Cikarang.
2.1 Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan suatu upaya untuk menghasilkan
keputusan dan tindakan mendasar yang mampu membentuk dan
membimbing
suatu
organisasi
dilakukannya
dan
Perencanaan
strategis
alasan
atau
entitas
melakukan
dapat
hal
membantu
lain
tersebut
para
atas
(Bryson,
pemimpin
hal
yang
2004).
baik
dari
untuk berpikir,
sebagai
suatu
upaya
untuk
menyelesaikan
berbagai
ini
adalah
skema
ABCs
dari
perencanaan
strategis
yang
10
(3) mereka
Hal
tersebut
keberadaan
juga
organisasi
yang
memberikan
tersebut.
Untuk
justifikasi
pemerintah,
eksternal
dan
internal
dalam
rangka
11
yang
mempengaruhi
arus
sumber
daya,
seperti
organisasi
dan
dengan
lingkungan
lingkungannya.
eksternal
dapat
Perhatian
dipikirkan
terhadap
sebagai
dan
lingkungan
internal
dapat
diartikan
sebagai
12
perencana
harus
mempersiapkan
pernyataan
dari
1989)
dan
pengembangan
strategi
melalui
suatu
13
atau
rencana,
tim
perencana
harus
terus
menerus
untuk
karena
dan
mengembangkan
rencana
implementasi
14
dihentikan. Adapun
strategi
yang
tidak
berhasil
harus
dihentikan.
Adapun manfaat dari perencanaan strategis antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Meningkatkan
peningkatan
efektivitas
dan
efisiensi
performa
organisasi,
perencanaan,
melalui
penindaklanjutan
misi,
Organisasi
kemampuan
menjawab
organisasi,
arahan,
terutama
merumuskan
strategi
dalam
dan
15
dan
penetapan
rencana
tata
ruang.
Pelaksanaan
yang
berkualitas,
dan
menyediakan
landasan
spasial
bagi
16
mengembangkan,
melestarikan,
melindungi
dan/atau
strategis
dari
sudut
kepentingan
pertahanan
dan
keamanan;
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya;
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber
daya alam an/atau teknologi tinggi; dan
e. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya guna
lingkungan hidup.
Berdasarkan pasal 48 PP Nomor 15 Tahun 2010, kriteria kawasan
strategis dari sudut kepentingan ekonomi merupakan aglomerasi berbagai
kegiatan ekonomi yang memiliki:
a. Potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;
c. Potensi ekspor;
d. Dukungan kawasan perumahan dan permukiman yang dilengkapi
dengan jaringan prasarana dan utilitas, serta sarana pemerintahan
penunjang kegiatan ekonomi;
e. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
f. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan; atau
g. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi.
17
(RTR)
Kawasan
Strategis
Provinsi
(KSP),
pelibatan
peran
Proses
penyusunan
rencana
kawasan
strategis
tersebut
18
19
RTR
KSP
disusun
menentukan
berdasarkan
muatan
mempertimbangkan
sudut
RTR
tipologi
KSP
kepentingan
yang
yang
dan
dimaksudkan
ditetapkan
kriteria
nilai
untuk
dengan
strategis
20
dengan
perlakuan
khusus
memiliki
fokus
dalam
rangka
yaitu
kawasan
dengan
batas
tertentu
dan
kawasan inti.
b. Ketentuan peraturan perundang-undangan
Skala peta pada tipologi kawasan ekonomi dengan perlakuan khusus (nonKAPET) yaitu 1:25.0001:10.000. Muatan yang diatur dalam tipolgi
kawasan
ekonomi
dengan
perlakuan
khusus
(non-KAPET)
dalam
21
prasarana
lainnya
yang
terintegrasi
dengan
melalui
penyusunan
indikasi
program
(lima)
22
mempertimbangkan
upaya
yang
diperlukan
agar
geografis
dan
saling
terkait
karena
commonalities
dan
23
industri
dan
infrastruktur
yang
dibutuhkan.
Kemudian,
24
Kondisi Faktor
Faktor kuantitas dan
(Input)
biaya (input)
Kondisi Demand
Kompetisi yang
kuat diantara
pesaing lokal
Industri yang
mendukung dan
terkait
Keberadaan
kapabilitas, pemasok
lokal
Keberadaanpersainga
n antar industri yang
berhubungan
Infrastruktur
informasi
Faktor kualitas
Infrastruktur sains
Faktor
spesialisasi
dan teknologi
Kebutuhan pelanggan
yang dapat
mengantisipasi
kebutuhan orang di
luar kawasan
klaster
keberjalanannya.
tersebut
Perubahan
dapat
tersebut
berubah-ubah
antara
lain
seiring
dengan
disebabkan
oleh
25
kerangka
Menurut
Pengembangan
Porter
berbasis
dalam
klaster
The
Hill
menawarkan
Group
[THI]
(2003)
hal-hal
lokal
seperti
26
lingkungan;
Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;
Meningkatkan daya saing industri;
Mengingkatkan daya saing investasi;
Memberikan jaminan kepastian lokasi dalam perencanaan dan
pembangunan infrastruktur yang terakomodasi antar sektor terkait.
27
Pengelolaan
Lingkungan
dan
Rencana
Pemantauan
Lingkungan;
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait; dan
d. Ketentuan lain yang ditetapkan olej pengelola Kawasan Industri.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010
tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, disebutkan bahwa dalam
pengembangan kawasan industri perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Kesesuaian Tata Ruang
Pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan untuk kawasan
industri harus sesuai dan mengacu pada ketentuan yang ditetapkan
oleh
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Kabupaten/Kota
yang
28
kawasan
industri
mempersyaratkan
dukungan
industri
baik
dalam
hal
ketersediaan,
air
baku
kualitas,
industri
baik
unit
pemadam
lainnya
kebakaran,
seperti
bank,
kantor
kantor
pos,
wajib
melaksanakan
pengendalian
dan
kawasan
pengelolaan
29
akan
menjadi
lebih
efisien
dalam
perencanaan
kawasan
industri
yang
akan
dikembangkan,
karena
sangat
Multiplier effects
30
Kriteria Pemilihan
Lokasi
Faktor Pertimbangan
1.
Minimal 10 km
2.
Jarak terhadap
permukiman
Minimal 2 (dua) km
3.
Arteri primer
4.
Jaringan listrik
Jaringan listrik
5.
Prasarana angkutan
Topografi/kemiringan
tanah
Maksimal 15%
7.
8.
9.
Kesuburan tanah
10.
Peruntukan tanah
Non Pertanian
Non Permukiman
Non Konservasi
11.
Ketersediaan lahan
Minimal 50 Ha
12.
Harga lahan
13.
Orientasi lokasi
Aksesibilitas tinggi
Dekat dengan potensi Tenaga Kerja
Multiplier Effects
14.
31
sarana
sampai 1000
32
rumah dan
fasilitas
komersial
penduduk
1,168,000
berupa central
jiwa,
sedangkan
untuk
33
34
dan
berbagai
macam
fasilitas
perkotaan
seperti
35
Cikarang
memiliki
hak
pengembangan
(development
rights)
Cikarang
memiliki
populasi
lebih
kurang
32.000
penduduk.
Cikarang.
Beberapa
di
antara
industri
tersebut
merupakan
Tbk
antara
lain:
Lippo
Sikarang
citywalk,
sport
village,
36
37
Huntsman,
SUEZ,
Vopak,
dan
perusahaan
multinasional
express
yang
menghubungkan
antara
Shanghai-Nanjing
dan
subrailway
untuk
penggunaan
eksklusif
di
SCIP
yang
menghubungkan 113 km jalur kereta Pudong (Fengxian-Pudong AiportZhangmiao). SCIP hanya berjarak sejauh 50 km dari Pudong International
Airport dan Hongqiao International Airport, SCIP membuat kondisi
transportasi yang nyaman dengan laut, darat, maupun udara yang akan
memberikan jasa transportasi terbaik.
Gambar 2.9
Layout Shanghai Chemical Industrial Park
38
Jababeka
Lippo Cikarang
SCIP (China)
Jenis industri
campuran
campuran
petrokimia
Luas Lahan
5.600 Ha
2.940 Ha
3.000 Ha
Luas industri
1.570 Ha
686 Ha
tidak diketahui
1.500
700
54
Jumlah Pekerja
730.000
105.000
tidak diketahui
Prasarana
2 unit instalasi
pengelolaan air
bersih dan 2
9.700 rumah
Area pelabuhan
251 tower
Natural gas
Jumlah
Perusahaan
39
Jababeka
Lippo Cikarang
SCIP (China)
apartment
Pelabuhan darat
800 ruko
Pusat
perbelanjaan,
sekolah, rumah
sakit, hotel
31.000 rumah
Pusat
perbelanjaan,
fasilitas
pendidikan,
rumah sakit,
hotel
power plant
Waste water
treatment
Research and
development
center
Pergudangan
tidak
menyediakan
kawasan
perumahan
dalam
kawasan
40
41
BAB 3
TINJAUAN KEBIJAKAN
yaitu
pusat
agroindustri
dan
energi
terkemuka,
adil
dan
menjadi sektor
42
skala
nasional
mengembangkan
dan
keterkaitan
regional
antara
provinsi
kawasan
dan
industri.
c. Mengembangkan infrastruktur pendukung kawasan
dengan
klaster
industri
dan
secara
timbal
permukiman
balik
menjadi
kawasan
pendorong
pertumbuhan
ekonomi
dengan
memperluas
lahan
yang
berkelanjutan
serta
kesejahteraan
LSM
dan
donor
international
untuk
dengan
memperkuat
43
bagi
seluruh
masyarakat
dengan
dan
memberikan
kebijakan
ini
tidak
berkaitan
langsung
dengan
kegiatan
ekonomi,
investasi,
sosial
dengan
antisipatif
dan
kuratif
dalam
44
berfungsi
untuk
pengamanan
kawasan
lindung
dan
aktivitas
pemerintahan,
perekonomian,
hiburan
dan
45
bahan
pelembut,
industri
bahan
pembersih,
industri
perbatasan
RI-Malaysia
(yang
merupakan
kawasan
46
menunjukkan
antara
antara
keinginan
kesejahteraan
pembangunan
untuk
sosial
mencapai
dan
sosial-ekonomi
adanya
ekonomi
serta
dengan
aspek
47
luar
sekolah.
Kebijakan
ini
dibutuhkan
untuk
membuat
daya
alam
dan
energi.
Kebijakan
ini
dibuat
untuk
membangun keterkaitan antara hulu dan hilir dari komoditaskomoditas unggulan sebagai basis perekonomian Provinsi Kalimantan
Timur pada masa mendatang dan terciptanya sistem ekonomi
partisipatif
yang
meningkatkan
kapasitas
dan
pemberdayaan
merata.
Kebijakan
ini
memprioritaskan
pembangunan
48
kualitas
lingkungan
yang
baik
dan
sehat
serta
untuk
berkebudayaan
mewujudkan
industri
Kota
Bontang
yang
sebagai
berwawasan
kota
maritim
lingkungan
dan
perencanaan
tata
ruangnya,
Kota
Bontang
dibagi
kedalam
49
Kelurahan
Kelurahan
Tanjung
Berbas
Laut,
Tengah,
Kelurahan
Kelurahan
Tanjung
Berbas
Laut
Pantai,
Indah
yang
kegiatan
pendukungnya
adalah
kawasan
lindung,
kegiatan
pendukungnya
adalah
kawasan
lindung,
dan
pusat
kegiatan
olahraga,
sedangkan
kegiatan
pelayanan
pemerintahan
daerah
yang
dilengkapi
dengan
50
pengembangan
kawasan
industri
di
Kota
Bontang
yang
BWK II
BWK I
BWK III
51
Indonesia
(MP3EI),
pengembangan
infrastruktur
menjadi
daya
saing
produk
dan
mempercepat
peningkatan
ekonomi.
Kawasan industri Bontang sendiri telah ditetapkan sebagai kawasan
strategis provinsi yaitu kawasan industri gas dan kondensat dalam RTRW
Kalimantan Timur dari 7 klaster pengembangan industri di Provinsi
Kalimantan Timur. Kota Bontang merupakan kota di Kalimantan Timur
yang diproyeksikan menjadi Industrial Estate. Sesuai dengan potensi yang
dimiliki, kawasan industri Bontang diarahkan untuk bergerak di basis
sektor
pengolahan
Migas
dan
Kondensat.
Untuk
percepatan
Pembangunan
Pembangunan
Pembangunan
Pembangunan
Pabrik Kaltim-5
Bandar Udara Kota Bontang
Pelabuhan Lok Tuan
Jalan Lingkar dari Tanjung Limau menuju Pelabuhan
Lok Tuan
5. Peningkatan kapasitas jalan Trans Kalimantan menuju Bontang
6. Infrastruktur kelistrikan
7. Infrastruktur air bersih
52
Presiden
Percepatan
Pelaksanaan
Prioritas
Pembangunan Nasional
Menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 mengenai Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional diatur mengenai kebijakan
di bidang ekonomi, lerutama dalam pelaksanaan kebijakan ketahanan
pangan, infrastruktur, iklim investasi dan iklim usaha, energi, lingkungan
hidup
dan
pengelolaan
rencana,
serta
kebijakan
lain
di
bidang
pelayanan
terpadu
satu
pintu
(PTSP)
dan
53
mewujudkan
Kecamatan
Bontang
Selatan
sebagai
Pusat
jaringan
jalan
ruas
jalan
rencana
meliputi
54
Bontang
Lestari
yang
mampu
melayani
seluruh
2.
landai
berupa
pantai
konservasi
mangrove.
Zona
ini
55
ditandai
dengan
dominasi
area
permukiman
56
RTRW
Provinsi
Kalimantan
Timur
Tahun
2012-2032,
pupuk.
plastik.
serat sintetis.
karet sintetis.
bahan pelarut.
bahan pelembut.
bahan pembersih.
pestisida.
petrokimia lainnya.
barang karet dan plastik.
57
58
BAB 4
59
Kuala,
Kelurahan
Bontang
Baru,
Kelurahan
Api-Api,
yaitu
Kecamatan
Bontang
Selatan
seluas
10.440
ha,
Kecamatan Bontang Utara seluas 2.620 ha, dan Bontang Barat seluas
1.720 ha. Kelurahan terluas yaitu Bontang Lestari (8.092 ha).
Tabel 4.4
Luas Administrasi Kelurahan di Kota Bontang
N
o
Kecamatan/Kelurah
an
Luas Wilayah
(km2)
Bontang Selatan
1 Berbas Pantai
0,70
2 Berbas Tengah
0,98
3 Tanjung Laut Indah
4,84
4 Satimpo
15,61
5 Tanjung Laut
1,35
6 Bontang Lestari
80,92
Bontang Utara
1 Api Api
1,79
2 Bontang Baru
2,08
3 Bontang Kuala
5,67
4 Guntung
8,49
5 Guntung Elai
4,59
6 Loktuan
3,58
Bontang Barat
1 Belimbing
7,54
2 Kanaan
6,50
3 Telihan
3,16
Jumlah
147,80 487
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
60
wilayah
administratif
Kota
Bontang
sebelah
Barat
adalah
//
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
Selat Makassar.
61
62
Luas
(ha)
7.211
4.001
%
48.7
9
27.0
7
24.1
4
Curam (16-40%)
3.568
Sangat Curam
(>40%)
0
0
Jumlah
14.78
100
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
Secara hidrologi, wilayah Kota Bontang terdiri atas 3 Daerah Aliran Sungai
(DAS), yaitu:
1. DAS Guntung, Sungai Guntung terletak di Kelurahan Guntung
merupakan kelurahan paling Utara di Kota Bontang. Sungai Guntung
melayani kawasan di Kelurahan Guntung dan sekitarnya. Luas DAS
Guntung kurang lebih 23,24 km 2 dengan panjang aliran sungai
sepanjang 11,36 km. Lebar sungai antara 2-10 meter dengan
kedalaman rata-rata 1-2 meter. Ketinggian air pada saat surut
terendah adalah 1 meter, sedangkan ketinggian air pada saat
pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
2. DAS Bontang, Sungai Bontang membentang dari Kelurahan Bontang
Kuala, Api-api, Kanaan, Gunung Elai, dan Gunung Telihan. Sungai
Bontang melayani kawasan di Kelurahan Bontang Kuala, Bontang
Baru, Api-api, Kanaan, Gunung Elai, dan Gunung Telihan dan
sekitarnya. Luas DAS Bontang kurang lebih 53,28 km 2 dengan
panjang aliran sungai sepanjang 25,62 km. Lebar sungai antara 4-10
meter dengan kedalaman ratarata 1-2,5 meter. Ketinggian air pada
saat surut terendah adalah 1 meter, sedangkan ketinggian air pada
saat pasang tertinggi adalah 3,5 meter.
3. DAS Nyerakat, Sungai Nyerakat terletak di Kelurahan Bontang
Lestari, merupakan kelurahan paling selatan di Kota Bontang. Sungai
63
Luas
(Ha)
1.355,56
980,64
29,76
462,43
53,94
69,52
323,18
9,17
6,63
0,20
3,13
0,36
0,47
2,19
192,46
1,30
64
Luas
(Ha)
%
278,07
1,88
53,54
0,36
15,11
0,10
196,98
1,33
2.764,48
18,70
1.115,51
7,55
6.870,98
46,49
17,83
0,12
14.780,0 100,0
Total
0
0
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kota Bontang, 2011
dilihat
berdasarkan
faktor
kemiringan
lereng,
wilayah
65
2.
97,68 %.
Kawasan Kendala adalah kawasan yang sesuai dan cocok untuk
pengembangan kegiatan-kegiatan tertentu (seperti rekreasi umum
dan bangunan terhitung) yang dapat dikembangkan dengan bantuan
teknologi atau persyaratan-persyaratan teknis, dengan kisaran
lerengnya 15 40 %. Kawasan ini teridentifikasi seluas 90,04 ha atau
sekitar 2,25 % dengan karakteristik morfologis perbukitan sedang.
3.
Keterangan
220
Km
533,25
Ha
27
Ha
19
Ha
171,5
Ha
50
9,7
-
Ha
Ha
Ha
66
Keterangan
10
Ha
Ha
54
Ha
01
Ha
2,58
Ha
02
88
75
Ha
Ha
Ha
50,5
370,25
14
0
15
18
04
395
385
201
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Sementara
itu
untuk
kebencanaan,
Kecamatan
Bontang
Selatan
67
1. Banjir
Resiko genangan banjir di Kecamatan Bontang Selatan terjadi
dikarenakan beberapa faktor. Faktor penyebab terjadinya genangan di
Kecamatan Bontang Selatan meliputi:
a. Curah hujan di Kecamatan Bontang Selatan yang cukup tinggi.
b. Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan non-terbangun (rawa)
menjadi lahan terbangun (perumahan) akibat kebutuhan akan
lahan perumahan serta curah hujan yang tinggi serta dimensi
saluran yang kurang cukup menampung volume air hujan saat
hujan sehingga terjadi banjir.
c. Sistem saluran drainase yang terjadi masalah akibat tersumbat
oleh sampah, terjadi pendangkalan saluran, pembuangan limbah
rumah tangga dan atau lain sebagainya.
d. Sistem saluran drainase dimultifungsikan sebagai badan jalan.
2. Longsor
Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut.
Resiko longsor di Kecamatan Bontang Selatan sering terjadi di
Kelurahan Bontang Lestari. Longsor yang terjadi pada beberapa titik
jalan di Jalan Soekarno Hatta (eks Jalan Flores) di Bontang Lestari,
Bontang Selatan. Longsoran yang yang sering terjadi di Kecamatan
Bontang Selatan terdiri dari jenis-jenis longsoran sebagai berikut:
a. Longsoran Translasi, Longsoran translasi adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata
atau menggelombang landai.
b. Longsoran Rotasi, Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa
tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
68
Penduduk (jiwa)
63.759
Kepadatan Penduduk
(jiwa/Km2)
611
4.207
7.159
8.545
52
458
12.207
69
Penduduk (jiwa)
Kepadatan Penduduk
(jiwa/Km2)
Berbas Tengah
14.192
14.482
Tanjung Laut
15.056
11.153
Tj Laut Indah
14.600
3.017
Bontang Utara
72.836
2.780
Bontang Kuala
4.911
866
Bontang Baru
11.004
5.290
Api-Api
16.973
9.482
Gunung Elai
15.929
3.470
Lok Tuan
19.862
5.548
Guntung
4.157
490
Bontang Barat
27.056
1.409
Kanaan
3.586
549
Gunung Telihan
12.095
2.344
Belimbing
11.393
1.511
Kota Bontang
163.651
1.092
Sumber: Kota Bontang dalam Angka, 2014
Provinsi/Kabupat
en
2004
2005
2006
1.
KALTIM
72,2
72,9
73,3
2.
Kota Balikpapan
75,7
76,1
76,3
3.
Kota Samarinda
74,5
75,1
75,5
/4.
Kota Bontang
74,7
74,9
75,1
5.
Kota Tarakan
73,7
73,9
74,9
IPM
200
200
7
8
73,7 74,5
7
2
76,6
77,3
2
1
75,6
76,1
2
2
75,6
76,0
1
8
75,3
75,9
200
9
75,1
1
77,8
6
76,6
8
76,5
2
76,3
201
0
75,5
6
78,3
3
77,0
5
76,8
8
76,7
201
1
76,2
2
78,8
5
77,6
3
77,5
2
77,1
70
Provinsi/Kabupat
en
Anak, 2012
Jumlah
(orang)
Laki-laki
2.453
Perempuan
2.142
Kelurahan Bontang
4.595
71
Kelurahan
Bontang
Lestari.
Adapun
49,36% jumlah
jumlah
penduduk
72
NGL.
Sedangkan
sektor
ekonomi
lainnya
mengalami
73
Bontang.
Kontribusi
sektor
industri
tergolong
sangat
besar
2010
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Minum
Bangunan dan Konstruksi
Perdagangan, Restoran dan Hotel
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
2011
2012
2013
0,09
0,14
94,98
0,07
2,35
1,34
0,28
0,39
0,08
0,12
95,09
0,06
2,27
1,36
0,26
0,39
0,08
0,01
95,10
0,06
2,31
1,35
0,30
0,39
0,09
0,01
94,69
0,06
2,47
1,47
0,32
0,44
0,37
0,36
0,40
0,44
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bontang dari tahun ke tahun jika dilihat
tanpa migas ternyata cukup berfluktuasi, dengan pertumbuhan sebesar
4,06% tahun 2002, - 3,96% tahun 2003, -0,07% tahun 2004, 6,50% tahun
2005, 4,86% tahun 2006, 4,81% tahun 2007, 10,36% tahun 2008, 2,62%
tahun
2009
dan
6,99%
tahun
2010.
Pendapatan
perkapita
atau
Sektor
Dengan Migas
Tanpa Migas
53.842.570
5.350.881
74.716.372
6.436.824
52.664.325
7.137.928
53.092.351
8.259.068
62.051.947,16
9.542.630.83
68.481.633.79
10.956.492.45
74
Laki-laki
7.274
5.574
1.851
302
-
Perempuan
255
649
0
-
Jumlah
7.529
5.574
2.500
302
-
7.212
2.708
7.678
355
673
11.613
7.567
3.381
19.291
2.082
9.031
43.712
171
6.706
20.422
2.253
15.737
64.134
75
kemudian
baru
bekerja sebagai
buruh
industri.
Hal
ini
di
Kelurahan
Bontang
Lestari.
Berikut
adalah
tabel
yang
anak
perusahaan
dari
PT
Pupuk
Kaltim.
Perusahaan-
76
berukuran
(Construction
sampai
Jetty)
untuk
dengan
kapal
40.000
sampai
DWT,
6.000
yaitu
dermaga
DWT,
Dermaga
II
(Production Jetty) untuk Kapal sampai 40.000 DWT, Dermaga III (Tursina
Jetty) untuk kapal sampai 20.000 DWT, dan Dermaga Quadrant Arm
Loader untuk kapal sampai 40.000 DWT.
Gambar 4.3
Fasilitas Pelabuhan di Kawasan PKT
Kawasan LNG Badak berada di sebelah utara kota (selatan jalan arteri),
dan lokasi penambangannya di selatan kota. PT Badak Natural Gas
Liquefaction atau lebih dikenal dengan PT Badak NGL adalah perusahaan
penghasil gas alam cair (LNG (Liquid Natural Gas) terbesar di Indonesia
dan salah satu kilang LNG yang terbesar di dunia. Perusahaan ini berlokasi
di Bontang, Kalimantan Timur, dan memiliki 8 process train (A - H) yang
mampu menghasilkan 22,5 Mtpa LNG (juta metrik ton LNG per tahun). PT
Badak NGL merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Kota
Bontang maupun Indonesia. Kawasan Industri ini dimiliki oleh Pertamina
dan perusahaan migas asing lainnya yaitu Total E&P, JILCO, dan VICO
77
Kawasan
Industri PKT
Kawasan
Industri
LNG
Kawasan
Industri
Indominco
78
dibandingkan
sediaan
prasarana-prasarana
transportasi.
Kota
Samarinda-Bontang.
Konektivitas
dengan
kawasan
industri
yang
perlu
dirujuk
dalam
79
kawasan
industri
Bontang
terkait
dengan
Kota
Bontang
menjadi
terancam.
Hal
ini
menyebabkan
80
Pada bagian berikut ini akan dijabarkan mengenai metodologi yang akan
digunakan dalam merumuskan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Provinsi yang terdiri dari teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
serta proses penyusunan dan kebutuhan data.
4.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data disusun agar data yang diperlukan diperoleh
secara sistematis dan untuk membedakan sumber data yang diperlukan
baik bersumber dari pengumpulan data primer atau sekunder. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang (RTR) Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Kawasan Industri Bontang
terbagi menjadi survei primer dan survei sekunder.
4.6.1 Survei Primer
Pengumpulan data primer adalah dengan observasi, baik secara langsung
maupun
tidak
langsung.
Teknik
observasi
langsung
adalah
cara
Sedang
teknik
observasi
tidak
langsung
adalah
cara
81
yang
berasal
dari
literatur
atau
instansi
terkait.
Adapun
82
rumah
kumuh,
daerah
konservasi,
bangunan
historis,
kebencanaan, dsb.
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas
hasil
analisis
lingkungan,
kependudukan,
kebutuhan
sektor/kegiatan
prasarana
dan
potensial,
sarana
daya
lingkungan,
dukung
sasaran
3)
pelaksanaan
data
dokumentasi;
dan
secara
survei
langsung
sekunder
ke
lapangan,
yaitu
wawancara
dan
informasi
dan
pencarian
tahapan
dikumpulkan
ini
dilakukan
disamping
juga
analisis
analisis
atas
data-data
potensi
yang
yang
ada
telah
beserta
83
kebijaksanaan
kota/kabupaten
pembangunan
mengenai
nasional,
pengembangan
propinsi
kawasan;
dan
analisis
dengan
fungsi
kawasan;
analisis
kebutuhan
pengembangan
metode
analisis
kebijakan-kebijakan
kualitatif
terkait
dengan
serta
melakukan
dengan
kajian
melakukan
kondisi
kawasan,
yaitu
untuk
melihat
Strength
dan
menginventarisasi
faktor-faktor
tersebut
dalam
pengembangan selanjutnya.
Metode Analisis Partisipatif
Untuk menganalisis dampak sosial dari pengembangan kawasan
digunakan metode analisis partisipatif
blok,
serta
analisis
kelembagaan
dan
peran
serta
masyarakat.
-
84
Super
Impose/Overlay
dengan
metode
tumpang
tindih
analisis
eksisiting
diperbandingkan
lagi
perbandingan
terhadap
terhadap
luas
penduduk
hasil
perhitungan
wilayah
standar
ditetapkan
jumlah
yang
kemudian
kepadatan
penduduk
sebagai berikut:
Tabel 0.8
Standar Tingkat Kepadatan Penduduk
Jenis
Kepadatan
Tinggi
Sedang
Rendah
Proyeksi penduduk
Metode Eksponensial
Pt = Po ( 1 + r )
Dimana:
Pt : jumlah penduduk pada tahun t
Po : jumlah penduduk awal
r : laju pertumbuhan rata-rata
n : tahun
Metode Polinomial
Pt = Po + at
Dimana:
85
:
:
:
:
Dimana:
KP
: kepadatan
-
pertumbuhan/pelayanan,
tingkat
pelayanan
kapasitas,
kelengkapan
fasilitas
paling
tinggi,
tempat
86
mencerminkan
besarnya
potensi
tiap
calon
pusat
tiap kawasan
- Analisis kapasitas pelayanan
Model tingkat pelayanan fasilitas
Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis
fasilitas di dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini,
fasilitas
umum
yang
memiliki
tingkat
pelayanan
100
aij/bj
T.Pij = --------------- x 100 %
Cis
Dimana:
T.Pij : Tingkat pelayanan fasilitas i di kota j
aij
bj
Cis
Khusus
untuk
menghitung
tingkat
pelayanan
fasilitas
dilakukan
dengan
kriteria
87
Tabel 0.9
Standar Perhitungan Kebutuhan Sarana
Jumlah
Penduduk
yang Dilayani
Kebutuhan
Luas
Luas
Lantai
Lahan
(m2)
(m2)
Taman kanakkanak
Min 1.000
252 atau
15
m2/murid
1200
Sekolah Dasar
Min 1.600
400-600
3600
Umum:
1514
Khusus:
2551
Umum:
1514
Khusus:
2551
Umum:
2700
Khusus:
5000
Umum:
2700
Khusus:
5000
1,2
m2/orang
1500
1000
30.000
1200
15.000
150
300
10.000
1000
10.000
300
5.000
100
250
100
2.500
1500
250
100
Jenis Fasilitas
Keterangan
Pendidikan
SLTP
Min 4.800
SLTA
Min 4.800
Peribadatan
Masjid
Musholla
500
2.500
Gereja
Kesehatan
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
BKIA/Rumah
Bersalin
Apotik
Praktek Dokter
Perdagangan
Warung
Pusat Pertokoan
Kecil
Rekreasi
Tempat Bermain
1000
Radius 2000 m
Bersatu dengan
rumah tangga
Anak-anak umur 5-
88
Jenis Fasilitas
Jumlah
Penduduk
yang Dilayani
Kebutuhan
Luas
Luas
Lantai
Lahan
(m2)
(m2)
2.500
2500
Jalur Hijau
2.500
400
5.000
1000
30.000
2000
1.250
10
2.500
2.500
400
Kebudayaan
Balai Pertemuan
Gedung Serba
Guna
Bioskop
Umum
Pos Keamanan
Pengumpul
Sampah (TPS)
Halte Angkutan
Umum
Keterangan
14 tahun
Remaja umur 10-17
tahun
6% luas terbangun
kotor
10 m3
terminal penumpang.
Kegiatan fungsi sekunder. Kegiatan ini penekannya lebih diarahkan
untuk memberikan pelayanan yang berskala kota. Kegiatannya
meliputi:
pemerintahan
dan
pelayanan
umum,
pendidikan,
olah raga.
Kegiatan fungsi lokal. Kegiatan yang berskala unit lingkungan
antara lain: pendidikan dasar dan taman kanak-kanak, peribadatan
dan musholla, pos kesehatan, warung dan toko, ruang terbuka dan
taman.
Analisis Jaringan Pergerakan
Analisis jaringan pergerakan
dilakukan
untuk
mengetahui
pola
89
Tij = k . Pi . Pj
P
Dimana:
Tij
: Jumlah penduduk
Dimana:
Ai : Nilai Aksesibilitas
K : Kondisi Jalan (aspal, perkerasan/tanah)
F : Fungsi Jalan (baik/sedang/buruk)
T : Kondisi Jalan (baik/sedang/buruk)
D : Jarak (waktu/geografis/ongkos)
Nilai k, F, T diberi bobot penilaian berdasarkan pertimbangan teknis.
90
rata.
Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal
untuk
kurang dari 7 m.
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
rata.
Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal
o
o
untuk
91
kurang dari 8 m.
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
rata.
Tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal
o
o
kurang dari 7 m.
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
kota).
Sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan distribusi dan jasa
untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan, dan memiliki
fungsi
sebagai
angkutan setempat.
Jalan lokal sekunder
o
kurang dari 5 m.
Batas luar Ruas Pengawasan Jalan (Ruwasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 4 m.
92
Tidak
diperuntukan
untuk
kendaraan
roda
tiga
atau
harus
pengembangan.
Terletak dekat dengan jaringan jalan primer yang melayani lalu
lintas regional.
Masih dalam jarak yang ekonomis dan efektif dengan kawasan
o
o
termasuk
kemungkinan
pengembangan
berikutnya
dan
harganya terjangkau.
Terminal angkutan penumpang dalam kota
Terminal angkutan dalam kota atau terminal lokal memiliki beberapa
kriteria sebagai berikut:
o
kota.
Terletak di dekat jalan kolektor atau jalan fungsi sekunder yang
93
drainase,
sistem
pembuangan
air
limbah,
listrik
dan
dengan
mempertimbangkan
topografi,
volume,
debit,
Kebutuhan air bersih kota dapat diperhitungkan berdasarkan standarstandar berikut ini:
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
domestik)
Hidran dan kebocoran = 20-30% (kdomestik + non domestik)
Drainase
Saluran Primer
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
: lebar alas 2 m
: lebar 0,5-2 m
: lebar kurang dari 0,5 m
Sumber buangan
Bagi wilayah perkotaan, sumber air buangan dapat terdiri dari:
94
70%
dari
kebutuhan
air
bersihnya
sedangkan
perkembangan/peningkatan
volume
limbahnya
tanahnya/lahannya.
Kegiatan pendidikan, peribadatan, perkantoran, pelayanan umum
dan sebagainya diperkirakan sebesar 50% dari kebutuhan air
bersihnya.
Air hujan (air limpasan). Untuk memperhitungkan volume air limpasan
yang dihasilkan oleh kota sebagai dasar penentuan tipe saluran dan
penempatannya digunakan rumus sebagai berikut:
V =c.A.R
Dimana :
V : volume air limpasan (m3)
c : Koefisien dasar bangunan
A : Luas daerah/area, (m2)
R : Curah hujan rata-rata (mm/hari)
Sehingga,
Sa
Sistem saluran terpisah: saluran antara air hujan dan air buangan
terpisah.
95
Q = C . I . A.
Dimana :
Q : Volume air maksimum
C : KDB/Koefisien Air Limpasan
I
setiap 10 rumah).
Pada permukiman
dengan
kepadatan
sedang
dan
rendah,
limbah
ini
relatif
sedikit,
oleh
karena
itu
mekanisme
Sistem
pembuangan
secara
keseluruhan
dilakukan
dengan
96
standar
sementara/TPS,
bagi
Tempat
perhitungan
kebutuhan
Pembuangan
Akhir
tempat
(TPA)
pembuangan
dan
kebutuhan
Qk = q . P
Dimana:
P : Jumlah penduduk
q : Standar kuantitas timbunan sampah (l/orang/hari)
Sampah jalan : 5% . Qk
Sampah pasar : 10% . Qk
Volume sampah tahun ke-n
Qn = 365 . 10 . Qtpa
Beban TPA
Vtpa = Vp + Vtp
97
proses
perencanaan,
pemanfaatan,
dan
pengendalian
serta
pengawasan.
c. Tahap Rencana
Analisis tingkat perkembangan wilayah perencanaan sebagai dasar bagi
perumusan tingkat kelayakan pengembangan wilayah pada masa yang akan
datang, yang merupakan dasar pertimbangan dalam penyusunan rencana.
Gambar 5.0.14
Proses Teknis Penyusunan RTR KSP Kawasan Industri Bontang
98
Subdata
Periode
Jenis Data
Sumber Data
Instansi
2005-2025
Sekunder
Bappeda Provinsi
Kaltim, BPS Provinsi
Kaltim
2012-2032
Sekunder
Bappeda Provinsi
Kaltim, Bappeda Kota
Bontang
Data kependudukan
Data ekonomi
Data investasi
Tujuan, kebijakan, dan strategi
Kondisi demografi
Potensi pengembangan
wilayah
Wilayah rawan bencana
Kondisi kesejahteraan
masyarakat
2013-2018
Sekunder
2013-2018
Sekunder
2013-2018
Sekunder
2012-2032
Sekunder
Permasalahan pembangunan
Isu-isu strategis wilayah Kota
Bontang
Tantangan pembangunan
kewilayahan
Isu strategis
Konsep rencana
Rencana struktur ruang
kawasan
99
Subdata
Periode
Jenis Data
Sumber Data
Instansi
Terbaru
Sekunder
Masterplan Industri
Pengelola kawasan
industri
Terbaru
Sekunder
Terbaru
Sekunder
Terbaru
Wawancara
Terbaru
Wawancara
Terbaru
Dukungan pengembangan
kawasan industri di Kota Bontang
Pengelola Kawasan
Industri
Sekunder
RPJMD Kalimantan
Timur, RPJMD Kota
Bontang
Bappeda Provinsi
Kaltim, Bappeda Kota
Bontang
Terbaru
Sekunder
Terbaru
Sekunder
Badan Pelayanan
Perizinan Terpadu dan
Penanaman Modal Kota
Bontang
Terbaru
Terbaru
Sekunder/
Wawancara
Pengelola Kawasan
Industri Industri
Terbaru
Sekunder/
Observasi
Terbaru
Dinas Perhubungan
Terbaru
Terbaru
Terbaru
100
Subdata
Jaringan listrik dan
telekomunikasi
Pengolahan sampah (TPA dan
TPS)
Periode
Jenis Data
Sumber Data
Terbaru
Terbaru
Instansi
101
102
Nomor
20
Tahun
2011
tentang
Pedoman
Pedoman
103