com/industri/d-2396183/menengok-cara-pembuatan-gulasemut-organik-di-banyumas
akses 19 oktober 2016 pukul 11.20 WIB
Sabtu 26 Oct 2013, 12:36 WIB posting
Banyumas - Gula kelapa atau lebih dikenal dengan gula merah atau gula jawa
mungkin sudah tidak asing lagi, khususnya untuk masyarakat jawa, gula kelapa
banyak dimanfaatkan untuk berbagai makanan dan minuman sehari-hari.
Pemanfaatan gula kelapa sebagai salah satu bahan baku pembuatan makanan
ternyata tidak hanya di tingkat rumah tangga, namun gula kelapa juga banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri seperti pabrik kecap dan insdustri
dodol serta jenang.
Pengrajin gula kelapa merupakan industri rumah tangga yang cukup terkenal Di
Banyumas, Jawa Tengah, salah satunya adalah di Kecamatan Cilongok. Sebagian
besar warga Desa di Kecamatan tersebut merupakan pengrajin gula kelapa.
Bahkan kerajinan pembuatan gula jawa ini sudah dilakoni hingga turun temurun
oleh warganya.
Banyaknya makanan yang berbahan dasar gula kelapa ini karena aroma serta
rasa yang khas karamel palma sangat cocok untuk menambah citarasa pada
makanan, rasa karamel dan pasta yang ada di gula kelapa memang tidak bisa
digantikan dengan jenis gula lain seperti gula tebu.
Selain pemanfaatan gula kelapa sebagai gula cetak, saat ini gula kelapa juga
dimanfaatkan dalam bentuk serbuk atau lebih dikenal dengan nama gula semut
organik atau gula kristal.
Dinamakan gula semut ini karena bentuknya yang menyerupai dengan sarang
semut yang ada di tanah. Gula semut juga memiliki beberapa kelebihan
dibanding gula cetak pada umumnya, yakni dapat tahan lama disimpan dalam
jangka waktu hingga dua tahun tanpa mengalami perubahan warna dan rasa jika
di bungkus dalam tempat yang rapat, ini karena kadar air yang terdapat pada
gula semut hanya berkisar 2-3 persen.
Dalam pembuatannya pun tidak berbeda dengan cara membuat gula cetak,
yakni melalui proses pengambilan air nira yang dilakukan para penderes kelapa.
Pagi itu Ajis Irwanto (57) mulai beranjak dari rumahnya untuk menuju pohon
kelapa miliknya yang berada di sekitaran rumahnya, biasanya dia mulai
beraktifitas menyadap air nira sekitar pukul 05.30 - 09.00 WIB dan mengambil
air nira di atas pohon yang tingginya kira-kira mencapai 30 meter, dan bukan
hanya satu pohon yang dia panjat melainkan 25 pohon pada pagi hari.
Dia akan melanjutkan naik dan menyadap air nira itu pada sore harinya yakni
sekitar pukul 16.00 - 19.00 WIB. Itu biasa dilakukan Ajis setiap harinya untuk
menghasilkan gula semut organik.
Saat memanjat pohon biasanya Ajis yang lebih dikenal dengan sebutan penderes
ini naik keatas pohon kelapa dengan membawa beberapa pongkor yang terbuat
dari bambu atau wadah air nira yang sudah diberikan laru alami dari kapur dan
cangkang manggis untuk mencegah terjadinya fermentasi.
Jika laru tersebut tidak diberikan pada pongkor makan bisa menyebabkan air nira
berubah menjadi asam. Ketika berada di atas pohon, Ajis dan para penderes
lainnya akan mengambil air nira di dalam pongkor yang sebelumnya sudah
dipasang untuk kemudian menggantinya dengan pongkor yang baru setelah
sebelumnya menyayat bunga kelapa (Manggar) dengan sayatan baru agar air
nira dapat kembali keluar.
\\\"Air nira dapat terisi setelah 7-8 jam. Tapi setelah mendapat air nira jangan
menunggu hingga 2 jam, itu harus segera di proses memasak agar air nira tidak
berubah menjadi arak,\\\" kata Ajis, petani gula semut organik Desa Rancamaya,
Kecamatan Cilongok, Banyumas, Sabtu (26\/10\/2013).
Setelah Ajis turun dan membawa hasil Air nira yang di dapatnya hari ini, Dasinan
(48) yang merupakan istri Ajis sibuk mempersiapkan tungku untuk memasak
hasil air nira yang disadap suaminya tersebut. Dengan telaten dia memasukkan
serbuk hasil gergajian kayu kedalam tungku pembakaran agar api dapat
\\\"Sangat berbeda setelah saya beralih dari gula cetak ke gula semut, terutama
masalah harga. Gula semut saat ini harganya Rp 12 ribu perkilogram dan sangat
stabil karena sudah ekspor,\\\" jelasnya.
Dalam produksi gula semut di wilayah tersebut, yang berperan dalam proses
control mutu dan kebersihan gula semut hingga layak ekpor adalah Koprasi Nira
Satria. Di tempat tersebut nantinya para petani gula yang sudah mengumpulkan
hasil gula semutnya ke para pengepul atau tergabung dalam kelompok tani yang
mengumpulkan gula semutnya untuk kemudian kembali disortir dan dioven agar
mencapai kualitas gula yang sangat baik dan setelah di peking baru gula semut
dapat di ekspor ke negara-negara pemesan.
\\\"Biasanya kita kirim ke Amerika, Eropa dan Jepang, karena kita sudah
mempunyai sertifikasi dari Internasional Control Union untuk mengontrol kualitas
dari gula semut tersebut. Selain itu Koprasi ini juga sudah punya 3 sertifikat
untuk pemasaran ke Amerika, Jepang dan Eropa. Semua sertifikat itu sesuai
dengan standart negara masing-masing,\\\" kata Zaenal Abidin, Koordinator
Internal Control System (ICS) Koprasi Nira Satria.
Dalam sebulan setidaknya Koprasi nira Setria dapat memenuhi pasar gula semut
sebanyak 70 ton. Dengan asumsi 60 ton digunakan untuk pasar ekspor dan 10
ton digunakan untuk pasar lokal. \\\"Untuk lokal kita kirim ke daerah-daerah di
Indonesia,\\\" ujarnya.
Dia mengungkapkan, bukan hanya gula semut organik yang diekspor, namun
gula semut organik terus mengalami perkebangan terutama mengenai rasa, saat
ini koperasi berencana mengembangkan sekitar 38 varian rasa dari gula semut
yang sudah tersertifikasi. Biasanya permintaan gula semut yang mempunyai
rasa tertentu seperti rasa jahe, kunyit, vanila tersebut lebih banyak diekspor ke
Jepang.
\\\"Ada sekitar 38 varian rasa yang sudah tersertifikasi, tapi yang sudah
terealisasi baru 5 varian rasa dan 3 varian rasa di antaranya sudah diekspor,\\\"
ungkapnya.
http://hery-sasono.blogspot.co.id/2012/03/klaster-gula-kelapa-di-kabupaten.html
http://www.lppslh.or.id/news/koperasi-petani-gula-kelapa/
Indonesia sendiri diawali pada tahun 1895 oleh seorang patih di Banyumas, Raden Arya
Wiryaatmaja, dengan pendirian Hulpen spaarbank atau Bank Penolong yang bertujuan
membantu pegawai pamong praja dari jeratan lintah darat. Bank ini kemudian menginspirasi
asisten residen De Wolf Van Weterrode dengan mengusulkan koperasi kredit bagi petani.
Kegiatan usaha bank ini akhirnya memberikan kredit bagi petani dan pendirian lumbung desa
sebanyak 250 buah. Sejak itulah koperasi di Indonesia terus mengalami perkembangan. Dari
masa kolonial Belanda, pendudukan tentara Jepang dan pemerintahan Indonesia.
Kondisi koperasi saat ini mengalami pasang surut. Meskipun banyak mengalami peningkatan
dari sisi jumlah, namun tidak semua koperasi tersebut aktif. Tidak sedikit pula koperasi yang
menjalankan usahanya tidak berdasarkan prinsip koperasi.
Di tengah situasi tersebut, pada tahun 2012, berdiri Koperasi Nira Satria, yang merupakan
koperasi produsen gula kelapa di Kabupaten Banyumas. Lahir dari kabupaten yang
mempunyai sejarah dengan koperasi, Koperasi Nira Satria merupakan koperasi produsen gula
kelapa yang didirikan oleh 5 kelompok petani penderes di 5 desa di Kabupaten Banyumas.
Koperasi Nira Satria diinisiasi oleh LSM LPPSLH yang berawal dari keprihatinan terhadap
nasib petani gula kelapa di Kabupaten Banyumas yang terjerat sistem ijon dan harga produk
yang rendah. Pemilihan koperasi sebagai kelembagaan usaha bersama memang bukan tanpa
alasan. Dengan kelembagaan koperasi diharapkan anggota mendapatkan manfaat yang lebih
besar, karena perusahaan dimiliki bersama dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.
Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik
dibanding sebelum bergabung dengan koperasi. Inilah yang mendasari Koperasi Nira Satria
selain melakukan usaha gula kelapa, juga mengembangkan layanan ke anggota.
Dengan jumlah petani penderes kelapa mencapai 29.000 KK petani, menjadikan Kabupaten
Banyumas sebagai penghasil gula kelapa terbesar di Indonesia. Potensi ini belum menjadikan
petani dan daerah menjadi sejahtera. Beberapa perusahaan besar dari Ibukota mengambil
komoditas bahan baku bagi produk olahan mereka. Sebagai bahan baku makanan olahan,
utamanya kecap, gula kelapa menjadi primadona dari Banyumas. Tarik menarik dan
persaingan pun terjadi diantara perusahaan tersebut. Namun, hampir seperti yang dialami
oleh produk pertanian lainnya, justru harga sering dipermainkan. Pihak yang paling dirugikan
tentu saja petani.
Nilai tambah dari diversifikasi produk dari gula cetak ke gula kelapa kristal dan terbukanya
akses pasar ekspor digunakan oleh Koperasi Nira Satria untuk memberikan pelayanan ke
anggota. Berbagai layanan Koperasi Nira Satria saat ini yaitu, Kelembagaan ICS (internal
Control Sistem), pendidikan dan pelatihan, Simpanan Masa Depan dan layanan simpan
pinjam dan asuransi kecelakaan kerja.
Kelembagaan ICS dibentuk untuk menjamin kualitas produk dari proses memanen,
pengolahan dan penyimpanan. Anggota dibimbing dan didampingi proses produksinya
sehingga produk mempunyai keseragaman meskipun tempat produksi tersebar di rumah
anggota.
Pendidikan dan pelatihan dilakukan untuk agar petani terampil dalam teknik budidaya
tanaman kelapa dan pengolahannya pasca panen. Produksi yang dilakukan dalam skala rumah
tangga, tentu pengelolaan keuangan usaha pun biasannya tidak terpisah dari keuangan
keluarga. Untuk itu petani juga diberikan pendidikan manajemen ekonomi rumah tangga agar
dapat mengelola keuangan dengan baik.
Sebagai Koperasi Serba Usaha, koperasi juga mempunyai ijin untuk melakukan kegiatan
simpan pinjam di anggota. Seperti diketahui bersama, system ijon yang mengakar kuat di
kehidupan penderes, berawal dari kebutuhan mendesak di keluarga petani sedangkan secara
ekonomi mereka belum siap. Misalnya membiayai pengobatan keluarga yang sakit, hajatan,
dan biaya sekolah anak petani. Dengan simpan pinjam di koperasi ini, dapat memenuhi
kebutuhan anggota akan keuangan.
Simmapan merupakan program dari koperasi Nira Satria untuk membiasakan menabung bagi
anggotanya. Dengan selisih pendapatan setelah mereka menjadi anggota koperasi, diharapkan
tidak menjadikan petani menjadi konsumtif. Tabungan Simmapan ini dapat juga digunakan
anggota untuk membeli peralatan produksi. Selain itu, dengan adanya Simmapan ini, koperasi
mendapatkan permodalan dari anggota.
Sertifikasi organik gula kelapa kristal menjadi pilihan yang diambil koperasi untuk
menjadikan produk anggota dapat berdaya saing dan menembus pasar ekspor. Dengan
kualitas yang terstandarisasi, produk koperasi dapat berkompetisi secara terbuka, tidak hanya
pasar dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Negara produsen lain mengalami hal yang sama
dalam perdagangan kelas dunia, sehingga persaingan produk akan semakin tinggi.
Konsekuensi logis dari perdagangan bebas ini menuntut kualitas, kuantitas dan efektivitas
menjadi keharusan bagi kelembagaan koperasi. Meski saat ini untuk ekspor masih bermitra
dengan pihak lain, namun interaksi dengan konsumen maupun buyers dari luar pun terjadi.
Tantangan kedepan tentu tidak mudah. Untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin
ketat, dibutuhkan kelembagaan yang kuat. Sumberdaya manusia yang terus ditingkatkan.
Sehingga koperasi dapat memberikan sebesar besarnya untuk kesejahteraan anggota. Jika
memang koperasi dianggap sebagai soko guru perekonomian, pemerintah juga harus
mempunyai kebijakan dan regulasi yang tepat mendukung tumbuh kembang koperasi di
Indonesia.
Maju terus Koperasi Nira Satria Selamat Hari Koperasi.
Penulis: Hartanto Wicaksono (Staf Program Pertanian LPPSLH)
Masuk tahun 2016 sekarang ini, seiring berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),
potensi produksi gula kristal dari Kabupaten Banyumas diprediksi bakal makin maju.
Bahkan, konsultan BI Purwokerto Bidang UMKM, Dr Mustaufik mengatakan, tahun 2016
Kabupaten Banyumas oprimis menjadi kawasan produsen gula kristal terbesar di dunia.
Kami baru saja keliling ke sejumlah negara penghasil gula kristal. Di Indonesia, saat saya
keliling juga, ternyata penghasil gula kristal terbanyak ya Kabupaten Banyumas. Pusatnya
ada di Kecamatan Cilongok. Saya juga pergi ke negara di kepulauan Mentawai yang juga
telah memproduksi gula kristal, ternyata produksi gula kristal Kabupaten Banyumas tetap
yang terbaik dan terbesar di dunia, yakni mencapai 250 ton perhari. Memasuki MEA tentu
saja produksi gula kristal kita sebagai produk primadona yang bakal makin menggairahkan
para penderes gula kelapa maupun perajin gula kristal, katanya, Jumat (1/1/2015).
Mustaufik menandaskan, keistimewan gula kristal adalah non kelsterol. Hal itu yang paling
diburu negara-negara lain dengan mengganti gula tebu jadi beralih ke gula krital. Banyumas
produsen gula kelapa kristal se Indonesia, nantinya sedunia. Dengan begitu para penderes
kelapa di Kecamatan Cilongok, sebagai pusat produksi gula kelapa wajib makin sigap
menghadapi peluang pasar internasional. Syaratnya, ya dengan syarat kita harus jaga
kekompakan, imbuhnya.
Kepala Seksi Industri Pertanian dan Kelautan Dinas Perindustian Perdagangan dan Koperasi
(Dinperindagkop) Kabupaten Banyumas Srigito, memaparkan tahun 2016 Dinperindagkop
Banyumas akan menggalakan dapur bersih bagi home industri gula kelapa dengan
menyumbang keramik gratis untuk lantai rumah bagi perajin gula kelapa, bahkan agar dapur
tempat pembuatan gula kelapa cetak maupun gula kelapa kristal juga terlihat bersih.
Selain itu akan menargetkan serifikat gula kristal organik sebanyak 4000 UMKM Gula
Kristal dari sebelumnya baru 3100 UMKM yang peroleh sertifikat gula krital organik.
Tujuannya supaya peluang penderes maupun perajin gula kristal dapat bersaing di MEA
lebih luas. Serta kami menyiapkan 1000 bibit pohon kelapa genjah yang dapat diperoleh
gratis bagi para kelompok tani gula kelapa dengan mengajukan proposal ke kami, terang
Srigito.
Pengamat Ekonomi dari Unsoed Purwokerto, Profesor Kamiyu mengatakan tahun 2016
tantangan terberat memang bergulirnya MEA, para pelaku UMKM harus siap menghadapi
pasar bebas dengan negara lain. Pemerintah harus memperhatikan UMKM dalam negeri
dengan mensubsidi biaya produksi. Dengan begitu kalau produksi membludhak tinggi tetap
tidak mungkin bisa jual produk murah karena ada subsidi pemerinntah.
sumber: koran Kedaulatan rakyat (KR)
https://gulasemutcilacap.wordpress.com/2016/04/16/2016-produksi-gula-kristal-banyumasjadi-yang-terbesar/
Kamis Pon, 20 Oktober 2016
Meski demikian, ada beberapa persoalan yang harus dibenahi, salah satunya mutu produk.
Sebab, sebagian perajin masih ditemui menggunakan pengawet kimia (natrium bisulfit), gula
dicampur dengan gaplek (ketela pohon yang sudah dikeringkan) dan nasi. "Selain itu, perajin
belum mengemas produknya dengan bagus," ujarnya.
Dari persoalan tersebut, Pemkab kini tengah mendorong peningkatan mutu dengan pabrikasi
dan diversifikasi produk olahan dan pemberian bantuan bibit pohon kelapa berkualitas untuk
peremajaan. Selain itu, sambung dia, memberikan pembinaan dan pelatihan kepada perajin
berupa teknik dan budidaya tanaman serta peralatan pengolah gula kelapa, pemberian
bantuan simpan pinjam dan fasilitasi pinjaman perbankan.
Sementara itu, produsen gula kelapa serbuk Desa Cilongok, Mukhotib juga mengakui
kendala yang dialami perajin adalah belum bisa melakukan pengemasan sesuai dengan
permintaan pasar. "Kami masih terkendala pengemasan produk, sehingga toko modern belum
bisa menerima penawaran kerjasama penjualan," katanya.
Dikatakan, persyaratan yang diinginkan yakni kemasan produk harus mencantumkan barcode
atau kode batang. Sebab, transaksi di seluruh toko modern maupun swalayan menggunakan
scaner barcode. "Kami belum mengarah ke sana karena keterbatasan modal maupun
peralatan," ujar dia.
( Puji Purwanto / CN34 / SMNetwork ) akses tgl 20 oktober 2016 pukul 06.50.WIB
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/05/28/158647/BanyumasDiproyeksikan-Menjadi-Sentra-Gula-Kelapa