MODUL
Disusun oleh:
Weni Murfihenni, ST.,M.Pd
Dedy Hermawan, S.Pd.,M.Pd
Editor oleh:
Niamul Huda, ST., M.Pd
Didukungi oleh:
i
KATA PENGANTAR
Buku Modul ini dimaksudkan untuk memandu peserta pendidikan dan pelatihan
kompetensi untuk melaksanakan tugas kegiatan belajar di tempat diklat ataupun di
tempat masing-masing. Dengan demikian diharapkan setiap peserta diklat akan
berusaha untuk melatih diri memecahkan berbagai persoalan sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang akan dipilih.
Di dalam buku modul ini diberikan kegiatan belajar, tugas- tugas dan tes formatif
dimana seluruh kegiatan tersebut diharapkan dikerjakan/dilakukan secara man-
diri/kelompok oleh setiap peserta diklat untuk melatih kemampuan dirinya dalam
memecahkan berbagai persoalan
Dalam pelaksanaanya seluruh kegiatan dilakukan oleh setiap peserta/siswa
dengan arahan Pembimbing/Instruktur yang ditugaskan, dan pada akhir diklat seluruh
materi dari modul ini akan diujikan secara mandiri untuk memenuhi tuntutan
kompetensi dan standar pekerjaan/perusahaan.
Materi pembelajaran atau bahan dari modul dan tugas-tugas ini diambil dari be-
berapa buku referensi yang dipilih dan juga buku referensi tersebut sebagai bahan
bacaan yang dianjurkan untuk memperkaya penguasaan kompetensi peserta diklat.
Diharapkan setiap peserta pelatihan setelah mempelajari dan melaksanakan
semua petunjuk dari modul ini secara tuntas, akan mempunyai kompetensi sesuai
dengan tuntutan pekerjaan sebagai tenaga pelaksana pemeliharaan Teknik Energi
Terbarukan.
i
DAFTAR ISI
ii
1. Indikator keberhasilan ........................................................................ 33
2. Uraian Materi ...................................................................................... 33
3. Rangkuman ........................................................................................ 39
4. Evaluasi Materi Pokok ........................................................................ 40
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................................... 40
E. Materi Pokok 5: Prinsip Pengelolaan Limbah Sebagai Bahan Baku Briket41
1. Indikator keberhasilan ........................................................................ 41
2. Uraian Materi ...................................................................................... 41
3. Rangkuman ........................................................................................ 60
4. Evaluasi Materi Pokok ........................................................................ 61
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................................... 61
F. Materi Pokok 6: Pengolahan Bahan Biobriket Tempurung Kelapa........... 62
1. Indikator keberhasilan ........................................................................ 62
2. Uraian Materi ...................................................................................... 62
3. Rangkuman ........................................................................................ 71
4. Evaluasi Materi Pokok ........................................................................ 72
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut.......................................................... 72
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 73
KUNCI JAWABAN .................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 77
LAMPIRAN LAMPIRAN .......................................................................................... 78
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
Gambar 30. Limbah tempurung kelapa ......................................................................... 48
Gambar 31. Gas elpiji .................................................................................................... 49
Gambar 32. Biobriket ( Briket arang tempurung kelapa) ............................................... 49
Gambar 33. Tepung kanji/ tapioka................................................................................. 52
Gambar 34. Tempurung kelapa ..................................................................................... 52
Gambar 35. Air .............................................................................................................. 53
Gambar 36. Mesin penepung arang .............................................................................. 54
Gambar 37. Mesin pencampur adonan/mixer................................................................ 54
Gambar 38. Mesin pencetak briket ................................................................................ 55
Gambar 39. Alat oven briket .......................................................................................... 55
Gambar 40. Tungku pirolisis untuk pengarangan .......................................................... 56
Gambar 41. Asap cair tempurung kelapa ...................................................................... 57
Gambar 42. Arang tempurung kelapa ........................................................................... 57
Gambar 43. Tepung arang tempurung .......................................................................... 58
Gambar 44. Alat pencampur adonan briket. .................................................................. 58
Gambar 45. Lem kanji/ tapioka ...................................................................................... 59
Gambar 46. Alat pencetak briket ................................................................................... 60
Gambar 47. Alat pengering/ oven .................................................................................. 60
Gambar 48. Penjemuran briket alami ............................................................................ 60
v
DAFTAR TABEL
vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Pelajari daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan teliti. Karena
dalam skema modul akan nampak kedudukan modul yang sedang Anda pelajari
dengan modul-modul yang lainnya.
2. Kerjakan soal-soal untuk mengukur sampai sejauh mana pengetahuan yang telah
Anda miliki
3. Perhatikan langkah-langkah dan lakukan pekerjaan dengan benar untuk
mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan
4. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan suatu
pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan soal-soal evaluasi
sebagai sarana latihan
5. Untuk menjawab tugas soal usahakan memberi jawaban yang singkat, jelas dan
kerjakan sesuai dengan kemampuan Anda setelah mempelajari modul ini
6. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu
konsultasikan hasil tersebut pada widyaiswara/ instruktur
7. Catatlah kesulitan yang Anda dapatkan dalam modul ini untuk ditanyakan pada
widyaiswara/ instruktur pada saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi lainnya
yang berhubungan dengan materi modul agar Anda mendapatkan tambahan
pengetahuan.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Kebutuhan bahan bakar semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Penggunaan bahan bakar gas dan minyak tidak sepenuhnya bisa
dilakukan oleh sebagian masyarakat karena terbatasnya kemampuan ekonomi,
kelangkaan bahan bakar dan kesulitan menghilangkan kebiasaan penggunaan
bahan bakar dari bahan bakar sebelumnya ke bahan bakar gas. Arang merupakan
bahan bakar tertua yang telah digunakan oleh manusia. Ketika manusia pertama kali
mengenal api bersamaan dengan itu pulalah arang mulai dikenal.
Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling
banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun
dewasa ini tekanan terhadap hutan sangatlah berat sehingga mengurangi
persediaan kayu sebagai bahan bakar. Untuk itu diperlukan alternatif
penggantiannya, dan salah satunya adalah pembuatan briket arang. Dengan
penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat
penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket
arang dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas
elpiji.
1
dari tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang dijadikan arang dan dibentuk
menjadi briket (biobriket) memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan
bahan bakar lainnya.
Berbagai hal menarik yang menjadi alasan bahan bakar alternatif biobriket
harus dikembangkan antara lain:
Bahan baku biomassa untuk biobriket mudah didapat dan harganya murah.
Biobriket dapat mempunyai nilai kalori yang cukup(dengan melalui rekayasa)
Bersifat ramah lingkungan (dimana CO2 berasal dari tanaman dapat
diperbaharui)
Selain itu biobriket mudah dibuat/diolah dengan teknologi yang sederhana.
B. Deskripsi Singkat.
Modul ini merupakan salah satu modul dari paket diklat yang mempelajari tentang
pengolahan biomassa menjadi bahan bakar briket dan asap cair. Modul ini akan
diawali dengan mengulas secara singkat tentang pengertian biomassa, macam-
macam jenis bahan bakar yang bisa diproduksi dari biomassa dan kegunaannya,
serta membahas tentang pengelolaan dan pengolahan bahan baku dari biomassa
untuk dijadikan biobriket dan asap cair.
C. Tujuan Pembelajaran.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat:
1. Mendeskripsikan pengertian biomassa
2
2. Menjelaskan karakteristik biomassa yang dijadikan bahan bakar
3. Memilih bahan baku untuk membuat biobriket dan asap cair
4. Menjelaskan cara pengelolaan bahan baku biobriket dan asap cair
5. Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan limbah sebagai bahan baku biobriket
dan asap cair
6. Menjelaskan dasar pengolahan bahan biobriket tempurung kelapa
3
f. Aspek-aspek yang mendasar dalam
pembriketan
4
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN
2. Uraian Materi
Apa Biomassa itu?
Biomassa adalah semua bahan organik seperti kayu, hasil pertanian, rumput
laut, kotoran hewan, yang bisa digunakan sebagai sumber energi. Biomassa mungkin
sumber energi tertua setelah matahari. Selama ribuan tahun, manusia telah
menggunakan kayu bakar untuk menghangatkan rumah dan memasak makanan
mereka. Biomassa memperoleh energi dari sinar matahari. Semua bahan organik
menyimpan energi yang berasal dari matahari. Proses ini disebut photosynthesis, sinar
matahari memberi energi pada tanaman untuk mengubah air dan karbondioksida
menjadi oksigen dan gula. Zat gula ini disebut karbohidrat yang disimpan sebagai
sumber energi bagi tanaman dan hewan yang memakan tanaman tersebut. Makanan
yang kaya akan karbohidrat merupakan sumber energi yang baik bagi tubuh manusia.
Biomassa merupakan sumber energi yang terbarukan karena persediaannya tidak
terbatas, seperti tumbuhan-tumbuhan, pertanian, maupun limbah yang dihasilkan akan
selalu tersedia.
Biomassa adalah semua materi tanaman
hidup serta limbah organik berasal dari tanaman,
manusia, kehidupan laut, dan hewan. Biomassa
sebagai "penyimpanan" energi sinar matahari.
5
Gambar 2. Sumber energi matahari tersimpan pada tumbuhan
(http://www.sc.chula.ac.th/department/Chemical_Technology/research/topic_bioenergy.htm)
Penggunaan biomassa sebagai energi pada prinsipnya adalah pengembalian
dari proses fotosintesis. Pengembalian energi ini dapat dilepaskan ketika tanaman atau
limbah dibakar atau dikonversi menjadi bahan bakar.
6
http://www.energyfool.com/site/?q=renewable-energy/biomass-subcat
Apa Saja Sumber Biomassa Itu ?
Secara umum sumber biomassa bisa berasal dari:
a. Hasil hutan dan limbahnya
b. Hasil pertanian dan limbahnya
c. Limbah ternak
d. Limbah industri
e. Sampah perkotaan
f. Kotoran ternak maupun manusia
.
Gambar 4. Sumber biomassa
http://www.biomassainnovation.ca/biomassandbioenergy.html
7
Biomass atau Bukan?
fuel -
biomas preparati
conversio product
s on
- sizing
- woody - compacting n
- thermal
- sugar - heat
- drying - fysical - electricity
- oil
c. cont. -
- biochemical -
- transport
sieving
- storage fuel
- etc.
9
Gambar 5. Alur proses produksi energi dari biomassa
Pirolisis
Konversi Syngas/
Gasifikasi Gas fuel
Termokimiawi
Indirect Bahan
liquifaction bakar
cair
Biomassa
Direct liquifaction
Esterifikasi/ Biodiesel
transesterifikasi
Pencernaan
Gas metan
anaerobik
Konversi
Biokimiawi
Fermentasi
Hidroklisis Etanol
10
Energy %
100%
heat
80% product
sensible heat
gas
product gas
60%
product
heat
tar / oil gas tar / pyrolysis oil
40%
char coal
20% char
coal
0%
Pyrolysis Gasification Combustion
Gambar 7. Diagram perbandingan proses produksi biomassa dan produk yang
dihasilkan
3
Vreactor [m ]
[s]
v ,biomassa[ m s ]
3
11
Tabel 1. Residence time t and temperature
Sumber utama bioenergi (biofuel generasi pertama) seperti: sisa hasil hutan
dan sisa hasil perkebunan setelah melalui proses konversi pertama dapat ditingkatkan
atau dikonversi menjadi biofuel generasi kedua dengan berbagai cara seperti:
a. Mekanik (misalnya kominusi, densifikasi, ekstraksi)
b. Thermo-kimia (misalnya pirolisis, gasifikasi, karbonisasi, pencairan)
c. Biologi (misalnya pencernaan anaerobik, fermentasi etanol)
d. Kimia (misalnya esterifikasi, yaitu produksi biodiesel).
12
Tabel 2. Sumber bioenergy generasi kedua (hasil konversi pertama)
Padat Konversi mekanikal tanpa kompresi: chip, serbuk gergaji, dll
Konversi mesin dengan kompresi: pelet, briket, gumpalan/bulatan, dll
Konversi thermo-kimia: arang (kayu)
Cair Alkohol
- Konversi biologis (fermentasi): etanol (tanaman gula, pati tanaman)
- Konversi biologis (hidrolisis enzimatik, fermentasi): etanol (kayu)
- Konversi thermo-kimia (FT): etanol (semua biomassa padat)
- Konversi thermo-kimia (beberapa proses): metanol (kayu, tanaman,
limbah)
- Konversi kimia: metanol (biometana)
Eter
- Konversi kimia: ETBE (etanol)
- Konversi kimia: MTBE (metanol)Plant oils and biodiesel
- Mekanik konversi (ekstraksi): Minyak nabati murni ((tanaman minyak)
- Konversi kimia (esterifikasi): biodiesel (minyak, limbah limbah pabrik
lemak dan industri berbasis)
Minyak Pirolisis
- Konversi thermo-kimia: biocrude, bio-oil (semua biomassa padat)
- Konversi thermo-kimia (depolymerisation termal, pirolisis hidro): bio-oil
(biowaste basah)
- Konversi kimia bio-oil: berbagai synfuels (syndiesel, syngasoline,
synmethanol, syncrude
1) Liquefaction
- Termokimia konversi - (proses FT (pencairan tidak langsung
melalui gas sintesis untuk synfuels): diesel, gasolin, minyak tanah
dan synfuels lainnya (semua biomassa padat, cairan hitam)
- Termokimia konversi - proses Bergius (pencairan langsung/
hidrogenasi): berbagai synfuels (semua biomassa padat)
- Termokimia konversi - hidrotermal retak, HTU proses, dll
(pencairan langsung): berbagai synfuels (biowaste basah, semua
biomassa padat))
Gas Biogas (dan gas dari Tempat Pembuangan Akhir)
13
- Konversi biologis (anaerobic digestion): metana, hidrogen
(biowaste, tanaman)
Gas Sintesis dan synfuels
- Konversi thermo-kimia (gasifikasi) ke syngas (gas kayu): hidrogen,
karbon monoksida, metana (semua biomassa padat)
- Konversi thermo-kimia syngas untuk synfuels (FT proses): metana,
LPG, DME
Lainnya
- Thermo-kimia, dan biologi elektrokimia konversi: hidrogen (kayu, tanaman,
limbah, air)
- Kimia konversi: DME (metana, metanol)
- Konversi thermo-kimia: gas pirolisis (kayu, tanaman) (gas kayu, syngas)
Untuk konversi tahap lebih lanjut dari panas yang dihasilkan biofuel sekunder
dapat diolah menjadi energi listrik maupun mekanik dengan menggunakan perangkat
energi mekanis seperti turbin uap, mesin piston uap, mesin Stirling, turbin ORC, turbin
mikro, turbin gas, mesin pemicu pengapian dan mesin kompresi pengapian.
14
3. Rangkuman
Biomassa adalah semua materi tanaman hidup serta limbah organik berasal dari
tanaman, manusia, kehidupan laut, dan hewan. Biomassa sebagai
"penyimpanan" energi sinar matahari.
Secara umum sumber biomassa bisa berasal dari:
- Hasil hutan dan limbahnya
- Hasil pertanian dan limbahnya
- Limbah ternak
- Limbah industri
- Sampah perkotaan
- Kotoran ternak maupun manusia
Konversi bioenergi adalah proses merubah biomassa menjadi bahan bakar atau
biofuel melalui proses :
- Mekanik (misalnya kominusi, densifikasi, ekstraksi)
- Thermo-kimia (misalnya pirolisis, gasifikasi, karbonisasi, pencairan)
- Biologi (misalnya pencernaan anaerobik, fermentasi etanol)
- Kimia (misalnya esterifikasi, yaitu produksi biodiesel).
Konversi lebih lanjut dapat menghasilkan energi listrik ataupun mekanik.
15
5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah melakukan latihan dan menjawab soal-soal evaluasi materi pokok,
dan jawaban Anda minimal mencapai 80% benar maka Anda dipersilakan melanjutkan
pada materi pembelajaran berikutnya tentang karakteristik bahan bakar biomassa.
16
B. Materi Pokok 2: Karakteristik Biomassa untuk Bahan Bakar
1. Indikator keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat mampu :
a. Menjelaskan unsur utama dari biomassa
b. Menjelaskan pengaruh kandungan biomassa pada proses pembuatan biofuel
(bahan bakar)
2. Uraian Materi
60
50
C(wt%)
40 H(wt%)
(wt%) dry
O(wt%)
30 N(wt%)
S (wt%)
20 Cl(wt%)
F(wt%)
10
Br(wt%)
0
Pi Ch Ca St St W Sa To Fi W Se Fl
g i ck ttl ra ra oo wd r ri r(w illo wa as
m e w( w( d( fie es w h
an en M ba wh pa us d (0 ge Py
ur M an rle t Be te Sl ro
e an ea lle rn ,0 u ly
ur y) t) ts ec He 75 dg sis
ur e ) h, -0 e
e (< m O
25 lo ,0 il
ck 9
0u ) m
m m
) )
17
F i g u r e 1 Biomass composition
18
pada perilaku mereka di bawah pengaruh suhu tinggi di dalam ruang bakar. Hal ini
disebabkan lelehan abu yang terjadi pada proses pembakaran terutama pada sistem
pembakaran unggun terfluidisasi (fluidized combustion system), dapat menyebabkan
gangguan kinerja pembangkit uap yang bersangkutan.
Kandungan zat gerbak (volatile matter) didefinisikan sebagai bagian
kandungan biomassa yang terbang bila biomassa tersebut dipanaskan dengan suhu
antara 400 500o C. Biomassa biasanya mempunyai kandungan zat gerbak yang tinggi
hingga 80% dibandingkan batu bara yang hanya mempunyai kandungan kurang dari
20% atau bahkan jauh lebih kecil pada jenis batu bara antrasit.
Kandungan unsur klorin pada biomassa akan berpengaruh pada kondisi
pipa-pipa uap, terutama di daerah-daerah bertemperatur tinggi seperti pada unit
superheater. Jenis tumbuh-tumbuhan dengan siklus pertumbuhan yang cepat biasanya
menunjukkan tingkat kandungan klorin tinggi. Unsur klorin dapat menyebabkan korosi,
sehingga pemakaian jenis biomassa tersebut perlu diimbangi dengan penggunaan
sistem pembakaran yang sesuai dengan spesifikasi biomassanya. Untuk
mengantisipasi adanya masalah korosi, sejauh ini terdapat dua cara untuk
mengatasinya. Pertama, mencampur biomassa yang mengandung unsur klorin dengan
bahan bakar padat yang lain (umumnya batu bara); jadi berfungsi sebagai bahan bakar
pencampur dengan rasio pencampuran tertentu. Kedua, mendesain ruang bakarnya
(combustion chamber) sedemikian rupa agar masalah bahaya korosi tidak muncul atau
minimal dapat dikendalikan, jika memang ada.
3. Rangkuman
Kandungan kimia utama dari biomassa adalah: Carbon, Hidrogen, Oksigen
dengan rumus CxHyOz
Kandungan abu pada jenis biomassa tertentu dapat menyebabkan gangguan
kinerja pembangkit uap yang bersangkutan.
Kandungan unsur klorin pada biomassa akan berpengaruh pada kondisi pipa-
pipa uap, terutama di daerah-daerah bertemperatur tinggi seperti pada unit
superheater. Unsur klorin dapat menyebabkan korosi, sehingga pemakaian jenis
biomassa tersebut perlu diimbangi dengan penggunaan sistem pembakaran
yang sesuai dengan spesifikasi biomassanya.
19
4. Evaluasi Materi Pokok
a. Mengapa kandungan kimia yang ada dalam biomassa perlu diketahui?
b. Bagaimana cara mencegah korosi akibat kandungan klorin pada biomassa?
20
C. Materi Pokok 3: Jenis Bahan Baku Biobriket
1. Indikator keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat mampu :
a. Memilih jenis-jenis bahan baku biomassa yang sesuai untuk pembuatan
biobriket dan asap cair
2. Uraian Materi
Pengertian briket sendiri adalah suatu bentuk gumpalan bahan yang terbuat
dari bahan lunak yang dikeraskan, sedangkan bio berarti sesuatu jasad mahluk hidup,
apakah itu manusia , khewan maupun tanaman. Jadi biobriket adalah briket yang
terbuat dari bahan baku berasal dari jasad hidup diantaranya nabati tumbuhan ,yaitu
biomassa.
Berbagai jenis bahan yang berkayu bisa digunakan sebagai bahan baku
briket arang seperti berikut:
a. Sekam padi,
b. Serbuk gergajian,
c. Limbah tempurung kelapa,
d. Sabetan kayu,
e. Daun dan ranting pohon,
f. Ampas tebu dan lain-lain.
21
sebagian bahan bakar batubara yang digunakan oleh power plant. Beberapa contoh
kualitas mutu briket yang berstandar tinggi seperti tertera pada tabel 1 sebagai berikut:
Perbedaan briket dengan arang konvesional adalah pada bahan bakar briket
terdapat penambahan bahan lain dan tingkat konsentrasi material karbonnya lebih
tinggi karena adanya proses pemadatan. Dibandingkan dengan bahan bakar fosil briket
biomassa mempunyai tinggkat gas emisi netto (rumah kaca) lebih rendah, karena briket
dari biomassa merupakan bagian dari siklus karbon.
Briket arang dari biomassa adalah bahan bakar potensial yang mengandung
kadar karbon relatif tinggi dan mempunyai nilai kalori tinggi. Briket arang dibuat dari
bahan bioarang yang diperoleh dengan cara pembakaran terbatas terhadap biomassa
kering atau tanpa udara. Sebenarnya biomassa dapat digunakan langsung sebagai
bahan bakar, akan tetapi kurang efisien hasilnya karena pada umumnya biomassa
mempunyai nilai kalori rendah yaitu pada kisaran 3000 kkal/kg. Jadi untuk
meningkatkan efisiensi pembakaran biomassa harus dibuat bioarang sehingga nilai
kalornya meningkat pada kisaran 5000 kkal/kg.
22
Gambar 10. Sekam padi
23
Gambar 12. Kulit jagung
24
Gambar 14. Limbah tempurung kelapa
25
Gambar 16. Ampas tebu
Jenis-Jenis arang sebagai bahan baku biobriket antara lain berikut ini :
a. Arang kayu
Arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu paling
banyak digunakan untuk pekerluan memasak seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan penggunaan arang kayu yang lainnya adalah sebagai penjernih air,
penggunaan dalam bidang kesehatan, dan masih banyak lagi. Bahan kayu yang
digunakan untuk dibuat arang kayu adalah kayu yang masih sehat, dalam hal ini
kayu belum membusuk.
26
Gambar 17. Arang kayu jati
b. Arang serbuk gergaji
Arang serbuk gergaji adalah arang yang terbuat dari serbuk gergaji yang dibakar.
Serbuk gergaji biasanya mudah didapat ditempat-tempat penggergajian atau tempat
pengrajin kayu. serbuk gergaji adalah bahan sisa produksi yang jarang dimanfaatkan
lagi oleh pemilknya. Sehingga harganya bisa terbilang murah. selain dapat untuk
bahan bakar, arang serbuk gergaji biasanya dimanfaatkan untuk campuran pupuk
dan dapat diolah menjadi briket arang.
27
Gambar 18. Serbuk gergaji dan arang serbuk gergaji
28
Gambar 19. Arang sekam padi.
29
Gambar 20. Arang tempurung kelapa
e. Arang serasah
Arang serasah adalah arang yang terbuat dari serasah atau sampah dedaunan. Bila
dibandingkan dengan bahan arang lain, serasah termasuk bahan yang paling mudah
didapat. Arang serasah juga bisa dijadikan briket arang, karena mudah dihancurkan.
30
f. Arang kulit buah mahoni
Arang kulit buah mahoni adalah arang dengan bahan dasar kulit buah mahoni. Bila
dilihat secara kasat mata, kulit buah mahoni memiliki tekstur yang keras dan padat.
Sayang jika hanya dibiarkan tertumpuk disekitar halaman. Arang kulit buah mahoni
diproses menggunakan tungku drum, sama halnya dengan arang kayu. arang jenis
ini juga dapat diolah menjadi briket arang. Arang yang dihasilkan dari kulit buah
mahoni juga terbukti memiliki kualitas yang cukup baik. Jika dibakar hanya
mengeluarkan sedikit asap. Nilai kalor yang dihasilkan saat dibakar sangat tinggi dan
lebih tahan lama sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran. Arang kulit buah
mahoni ini memang terdengar baru. Akan tetapi melihat kualitas arang yang
dihasilkan, arang ini pasti akan banyak diminati dan dibutuhkan oleh masyarakat
luas. Hal ini juga dapat dijadikan alternative produksi bagi para wirausaha arang.
3. Rangkuman
Bahan baku yang digunakan sebaiknya dikelompokkan menurut jenis dan
bentuknya sehingga memudahkan dalam proses pembuatan arang. Selain itu
sebaiknya bahan berada dalam kondisi kering dan siap bakar sehingga tidak
mengeluarkan asap yang terlalu banyak dan mempersingkat waktu
pengarangan.
31
4. Evaluasi Materi Pokok
a. Sebutkan jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku
biobriket
b. Bagaimana cara memilih bahan baku yang dapat dijadikan bahan biobriket?
32
D. Materi Pokok 4: Pengelolaan Bahan Baku Biobriket
1. Indikator keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat mampu :
a. Menjelaskan tujuan pengelolaan bahan baku
b. Menjelaskan karakteristik bahan baku
c. Menjelaskan tujuan penyimpanan bahan baku
d. Menjelaskan cara menentukan kapasitas penyimpanan bahan baku
e. Mendeskripsikan cara penanganan awal (pre treatment) bahan baku
2. Uraian Materi
33
b. Masalah pada penampungan/ penyimpanan biomassa
Biomassa yang telah dituai dan dikumpulkan akan dikirim ke tempat
penampungan yang biasanya berlokasi di dekat tempat pembangkit daya. Fakta
bahwa biomassa hidup di bawah siklus kehidupan tertentu (masa tumbuh panen)
maka ketersediaan jenis biomassa tersebut akan vakum selama pra panen
sehingga konsekwensinya penyimpanan biomassa merupakan suatu keharusan.
Tujuan penyimpanan biomassa adalah untuk mencegah biomassa tersebut
berserakan tertiup angin. Disamping itu memudahkan penanganan awal (pre
treatment) untuk menyiapkan biomassa sebagai bahan bakar dengan kualitas yang
diinginkan.
Bila biomassa berwujud serbuk seperti sekam padi, hasil gergajian pabrik
pengolahan kayu dari industri mebel atau kulit luar dari biji-bijian tertentu dan
bukannya hasil dari tanaman-tanaman energi, seperti rumput ilalang maupun jenis-
jenis pohon tertentu dengan menggelembung (bulky), maka mereka dapat
ditampung di lapangan terbuka. Namun bila biomassa yang akan dipakai harus
dipotong-potong/diperkecil wujudnya sesuai dengan permintaan sistem asupan
bahan bakar (feeding system) pembangkit daya-terlebih dahulu dan kemudian juga
harus melalui proses pengepresan menjadi bentuk-bentuk kecil, maka jenis
biomassa tersebut harus dipisahkan dari yang berwujud serbuk dan ditampung di
lokasi yang berbeda.
Kriteria yang dipakai sebagai acuan adalah tuntutan ukuran yang sesuai
dengan sistem asupan di atas. Jenis bahan bakar biomassa yang sudah berwujud
serbuk seperti sekam padi dan kulit cangkang biji-bijian tertentu umumnya lebih
siap dibandingkan potongan-potongan ranting atau cabang-cabang pohon kaena
mereka perlu dicacah dan dihaluskan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar biaya
transport rendah, bahan baku sesuai dengan sistem proses, dan memudahkan
dalam penyimpanan dan penanganannya.
Perlu juga diperhatikan kemungkinan timbulnya jamur yang biasanya akan
tumbuh subur bila kelembaban di dalam tempat penyimpanan yang bersangkutan
cukup tinggi. Semakin tinggi tingkat jamur bisa mempengaruhi kesehatan para
karyawan yang bekerja di pembangkit daya tersebut.
Bahan baku biobriket berupa arang tempurung kelapa agar mendapatkan
biobriket yang berkualitas harus disimpan di tempat yang kering dan tertutup. Bagi kita
yang akan atau sedang menjalankan bisnis pembuatan biobriket, harus tahu cara
34
menyimpan bahan baku berupa arang tempurung. Penyimpanan yang tepat
berpengaruh terhadap kualitas briket yang akan diperoleh. Jika bahan baku berkualitas
baik, maka kualitas briket juga akan terjaga. Tapi jika kualitas buruk, maka briket bisa
jadi juga akan buruk. Satu lagi, penyimpanan yang tepat juga akan membuat biaya
lebih sedikit, karena mengurangi bahan yang terbuang karena rusak.
35
- Sangat free flowing, bahan padat yang memiliki sudut gelincir bahan
(angle of repose) <30.
- Free flowing, bahan padat yang memiliki sudut gelincir bahan antara 30 -
40.
- Sluggish material, bahan padat yang lamban untuk menggelincir memiliki
angle of repose >45.
Bahan padat yang tergolong dry and loose material pada umumnya bersifat
free flowing.
5) Abrasiveness
Dapat didefinisikan sebagai tingkat kekasaran bahan/abrasivitas. Abrasivness
berpengaruh terhadap pemilihan alat transportasi yang dipakai, Berdasarkan
abrasivitasnya bahan padat dapat dibedakan menjadi:
- Nonabrasive, permukaan bahan padat sangat halus.
- Abrasive, permukaan bahan padat kasar.
- Abrasive, permukaan bahan padat kasar, tajam dan runcing.
2) Sistem outdoor
Penyimpanan sistem outdoor biasanya digunakan untuk bahan yang tidak
dipengaruhi oleh udara, panas, hujan, dan lain-lain. Ada empat metode
penyimpanan dengan sistem outdoor sebagai berikut:
a) Penimbunan di bawah travelling bridge.
b) Penimbunan di kiri kanan jalan.
c) Overhead system
d) Drag schrapper system.
b. Delivering Equipment
Bagaimana pengambilan bahan dari alat penyimpanan?
37
c. Frekuensi, lamanya waktu yang diperlukan untuk proses (durasi) dan shut dari
masing-masing unit secara individu yang ada di plant.
d. Mudah/sukarnya bahan tersebut didapat dan juga distribusi bahan produknya
(termasuk transportasi dari bahan tersebut)
1) Untuk bahan yang mudah didapat ( dalam negeri), maka jumlah bahan yang
disimpan relatif lebih sedikit dibanding dengan bahan yang sukar didapat.
2) Untuk produk yang terikat kontrak jual beli dengan pabrik lain, jumlah bahan
yang disimpan lebih banyak jika dibandingkan dengan produk yang
dipasarkan on retail.
38
6) Unit penghalus biomassa (grinding)
c. Transportasi dan sistem asupan (feeder)
1) Conveyor
2) Alat pengumpan rantai (belt feeder)
3) Alat pengumpan tabung (tube feeder)
4) Alat penyalur bahan biomassa ke ruang bakar (fuel hopper)
5) Alat pembersih gudang penyimpan dan pengumpan (hopper, bunker, and silo
discharge)
6) Alat pengumpan ulir (screw feeder)
7) Katup-katup putar (rotary valves)
3. Rangkuman
Bahan biomassa perlu dikelola dengan baik untuk memastikan ketersediaan
bahan baku untuk proses produksi dan penjaminan kualitas produk.
Karakteristik bahan biobriket dan asap cair:
- Sifat fisis bahan: ketahanan terhadap pengaruh cuaca, ukuran bahan, angle
of repose, flow ability, abrasiveness
- Sifat kimia bahan: korosifitas, hazardous properties ( mudah terbakar, mudah
meledak, dan beracun).
Penyimpanan bahan baku bertujuan untuk menjaga kelangsungan proses
produksi agar pabrik tetap dapat mengeluarkan/menjual produknya ke konsumen
dalam batas waktu tertentu walaupun terjadi hambatan/kemacetan supplay
bahan baku maupun terjadi kerusakan alat-alat pabrik.
Jumlah bahan yang disimpan biasanya dinyatakan dengan kapasitas/tonase tiap
hari dari pabrik. Jumlah ini tergantung pada:
- Alat- alat dari pabrik.
- Metode operasi.
- Frekuensi, lamanya waktu yang diperlukan untuk proses (durasi) dan shut
dari masing-masing unit secara individu yang ada di plant.
39
- Mudah/sukarnya bahan tersebut didapat dan juga distribusi bahan produknya
(termasuk transportasi dari bahan tersebut)
Tahap pre treatment biomassa untuk pembuatan biobriket:
- Pengeringan biomassa
- Penghancuran biomassa (crusher)
- Penyerpihan biomassa (chipper)
- Penampi/ pengayakan biomassa (screening)
- Pencacahan biomassa (shredder)
- Penghalusan biomassa (grinding)
40
E. Materi Pokok 5: Prinsip Pengelolaan Limbah Sebagai Bahan Baku Briket
1. Indikator keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat mampu :
a. Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan limbah sebagai bahan baku biobriket
dan asap cair
b. Menjelaskan alat dan bahan yang perlu dipersiapkan untuk membuat biobriket
dan asap cair
2. Uraian Materi
41
Pengolahan waste to product merupakan pengolahan limbah menjadi bahan
baku atau produk baru yang bernilai ekonomis. Dalam pengelolaannya, waste to
product harus menerapkan prinsip-prinsip berikut:
Reduce
Reduce artinya mengurangi. Dalam hal ini, diharapkan kita dapat mengurangi
penggunaan berbagai material terutama kayu yang dapat menambah jumlah limbah
serbuk kayu, serta dapat mengurangi dan mencegah kerusakan hutan akibat
penebangan hutan secara liar tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.
Reuse
Reuse artinya pemakaian kembali. Dalam pengolahan berbagai limbah maksudnya
adalah menggunakan kembali limbah menjadi bahan baku untuk membuat briket
arang yang bernilai ekonomis.
42
Gambar 25. Prinsip reuse.
Recycle
Recycle artinya mendaur ulang. Dalam pengolahan berbagai limbah ini,
maksudnya adalah mendaur ulang limbah tersebut menjadi produk baru, yaitu
briket arang.
43
Dapat mengurangi biaya
Seperti telah diketahui, saat ini sedang terjadi krisis energi bahan bakar. Saat ini
minyak tanah telah langka, dan harga gas LPG melonjak. Banyak rakyat kecil yang
merasa terbebani dengan adanya kenaikan harga gas LPG tersebut. Dengan
adanya briket arang, diharapkan hal tersebut dapat teratasi dan mampu menolong
rakyat kecil.
Pengolahan limbah menjadi briket arang sangat mudah dan biaya produksinya
pun sedikit, karena bahan bakunya berasal dari limbah yang dengan mudah
dapat kita peroleh dimana-mana. Selain itu pengolahan limbah ini juga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan
44
briket arang ini dikelola dengan baik untuk selanjutnya briket arang dijual. Bahan
pembuatan briket arang mudah didapatkan di sekitar kita berupa berbagai
limbah.
45
Gambar 28. Agen minyak tanah
Eco-efisiensi;
Eco-efisiensi disini maksudnya pengolahan berbagai limbah diharapkan dapat
berimbas positif terhadap lingkungan. Dengan penggunaan briket arang sebagai
bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama
dari hutan. Selain itu memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan
briket arang maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus
mengurangi pencemaran udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada
hanya dibakar begitu saja.
46
Gambar 29. Hutan hijau.
Sementara itu limbah lainnya seperti tempurung kelapa yang masih banyak kita
jumpai di sekitar kita, pengelolaannya masih belum begitu serius. Padahal kalau itu kita
tangani secara serius akan memberikan banyak keuntungan. Karena Briket Arang
tempurung kelapa sampai kapanpun akan dibutuhkan, karena ia adalah salah satu
alternatif penghasil energi yang ramah lingkungan. Konsumen dalam maupun luar
negeri sangat tertarik terhadap produk briket tempurung tersebut.
47
Gambar 30. Limbah tempurung kelapa
Kenaikan harga BBM yang terjadi belakangan ini ternyata memberikan dampak
yang cukup signifikan bagi masyarakat kalangan bawah. Lonjakan harga minyak tanah
yang melambung tinggi hingga mencapai empat kali lipat, ditambah
lagi kecenderungan harga BBM yang semakin hari kian merangkak naik, mendorong
sebagian besar masyarakat untuk mulai berpaling dari bahan bakar minyak ke
pemanfaatan bahan bakar alternatif. Contohnya saja pemanfaatan briket arang
tempurung kelapa (biobriket) yang cukup potensial bila dikembangkan sebagai bahan
bakar pengganti minyak tanah dan gas elpiji.
48
Gambar 31. Gas elpiji
49
Pemanfaatan briket arang tempurung kelapa bahkan menjadi salah satu langkah tepat
bagi masyarakat untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap bahan bakar fosil
seperti minyak tanah dan gas elpiji, maupun pemanfaatan bahan bakar kayu yang
tingkat konsumsinya semakin hari semakin meningkat tajam sehingga membahayakan
ekologi hutan.
50
Bagaimana residu/ limbah biomassa yang sesuai untuk bahan briket ?
Banyak faktor yang menentukan residu biomassa untuk pembuatan briket
diantaranya:
a. Kadar air rendah
Sebaiknya kadar air serendah mungkin, umumnya berkisar antara 10 15%. Kadar
air tinggi akan menimbulkan masalah di dalam proses grinding/ penggerusan dan
kebutuhan energi pada pengeringan lebih banyak.
b. Kandungan dan komposisi abu
Biasanya residu biomassa banyak yang memiliki kadar abu rendah (terkecuali
sekam padi dengan kadar abu 20%), tetapi abu tersebut memiliki prosentasi
mineral alkalin, khususnya potasium. Hal ini memiliki kecenderungan devotalisasi
selama pembakaran dan pengembunan pada tabung superheater. Bahan ini juga
menurunkan suhu sintering sehingga menyebabkan deposisi abu pada bidang
permukaan yang terkena.
Apa saja yang perlu dipersiapkan untuk membuat biobriket dan asap cair ?
Secara singkat untuk membuat briket tempurung kelapa ada beberapa hal
yang perlu disiapkan, antara lain bahan baku, alat dan mesin proses dan ilmu atau
teknik membuat briket arang tempurung kelapa.
51
a. Bahan baku
1) Arang Tempurung Kelapa
2) Tepung kanji dan
3) Air
52
Gambar 35. Air
Untuk membuat arang, ada beberapa proses antara lain dengan cara pirolisis atau juga
dengan pembakaran melalui drum tertutup. Bedanya adalah proses pirolisis akan
menghasilkan asap cair, sementara pembakaran drum tertutup, asap dibuang keluar.
53
Gambar 36. Mesin penepung arang
54
Gambar 38. Mesin pencetak briket
55
c. Teknik Proses Pembuatan Briket
1) Pengarangan
Tempurung kelapa dibuat arang dengan cara pengarangan manual melalui tong
kemudian (dibakar) dan ditutup hingga hanya ada sedikit ventilasi pada tong
arang tersebut. atau dengan cara proses pirolisis, di mana tempurung
dimasukkan ke dalam tangki pirolisis dalam keadaan tertutup, kemudian asap
dikondensasikan hingga dapat asap cair.
56
Gambar 41. Asap cair tempurung kelapa
57
Gambar 43. Tepung arang tempurung
3) Pencampuran media
Tepung tempurung kelapa yang telah disaring selanjutnya dicampur dengan lem
kanji. Pada saat pencampuran ditambah dengan lem kanji sebanyak 2,5 %
dari tepung tempurung kelapa.
58
Gambar 45. Lem kanji/ tapioka
59
Gambar 46. Alat pencetak briket
3. Rangkuman
Prinsip-prinsip pengelolaan limbah sebagai bahan baku briket mengacu pada 3R
yaitu; Reduce, Reuse, Recycle , dapat mengurangi biaya, mampu menghemat
energy, eco-efisiensi
Alat dan mesin yang diperlukan untuk pembuatan biobriket dan asap cair antara
lain:
- Tungku pirolisis untuk pengarangan
60
- Mesin penepung arang / diskmill
- Mesin pencampur adonan
- Mesin pencetak briket dan
- Oven briket
61
F. Materi Pokok 6: Pengolahan Bahan Biobriket Tempurung Kelapa
1. Indikator keberhasilan
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta diklat mampu :
a. Menjelaskan tentang karakteristik biobriket yang baik
b. Menjelaskan proses pembuatan biobriket secara sederhana
c. Menjelaskan tentang perkembangan teknologi pembriketan
d. Menjelaskan tentang aspek-aspek yang mendasar dalam pembriketan
2. Uraian Materi
62
b. Kecepatan aliran udara pembakar, makin cepat aliran udara, maka laju
pembakaran meningkat
c. Jenis bahan baku biomassa, karakteristik bahan bakar ditentukan antara lain oleh
nilai kalori, kandungan volatile, dan kadar air.
d. Temperatur udara pembakar.
63
Teknik pembuatannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah antara lain:
a. Dengan menyiapan peralatan pembakar/ pirolsisa atau pengarangan, yang dapat
menggunakan peralatan sederhana misalnya drum atau tabung pemanas yang
suhunya dapat dikontrol.
b. Sampah organik misal daun ranting kering yang sudah dibuat ukuran kecil
dimasukan kedalam tabung/alat pemanas.
c. Apabila alat pemanas menggunakan drum biasa berarti energi pemanasannya
menggunakan hasil pembakaran dari sebagian bahan baku sampah organik yang
sedang diproses.
d. Setelah panas yang diperoleh cukup memadai untuk meningkatkan suhu sistem
yaitu dinding tungku dan bahan organik ke tingkat suhu pengarangan , yang
biasanya antara suhu 300 hingga 400 oC kemudian api dibuat hampir padam, dan
pada kondisi ini harus dapat mempertahan suhu tersebut agar proses
pengarangan sampah organik tidak berhenti sehingga bahan sampah organik
habis seluruhnya. Tetapi pada praktek kenyataannya sulit, karena ada pengaruh
dari udara sekitar terutama angin yang bersuhu rendah (30 oC). Jadi untuk
mempertahankan panas biasanya proses pembakaran tidak dihentikan sama
sekali, tetapi diatur cukup untuk mempertahankan suhu kondisi pengarangan.
e. Untuk menekan laju panas keluar agar serendah mungkin, maka sebaiknya dinding
tungku pengarangan dengan menggunakan dinding yang berisolasi seperti bahan
asbes atau fiberceramik. Apabila laju pembakaran sampah organik di dalam reaktor
dapat ditekan rendah, maka rendemen hasil pengarangannya besar atau hasil
arangnya banyak dan makin sedikit abunya, Efisensi hasil pengarangan berbanding
lurus dengan rendemen.
64
dengan dibakar langsung pada tungku akan mempunyai efisiensi termal rendah dan
pada akhirnya menyebarkan polusi ke udara. Efisiensi konversi energi kurang dari 40%
dengan emisi partikel gas pembakaran melebihi 3000 mg/Nm 3. Misalnyadalam
pembakaran sekam padi sebanyak 1000 ton akan dihasilkan abu sekam 400 ton.
Diharapkan dengan pembriketan residu/limbah agro disamping dapat mengatasi polusi
juga menghasilkan sumber energi alternatip yang penting untuk keperluan domestik.
Teknologi pembriketan telah dikembangkan dunia ada 2 macam aliran yang
berbeda, yaitu teknologi versi Eropa/amerika yaitu teknologi pembriketan dengan
menggunakan pres piston sedangkan versi jepang secara independen menggunakan
pres ulir. Masing-masing versi memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kedua teknologi
ini sudah banyak digunakan, akan tetapi karena keunggulanya teknologi pembriketan
dengan pres ulir lebih banyak pemakainya.
Briket biomassa digunakan sebagai pengganti dari bahan bakar kayu, batu
bara dan lignit sudah banyak dikenal di banyak negara berkembang, akan tetapi masih
banyak dijumpai kendala penghambat. Hal ini disebabkan pengembangan terhadap
teknologi ini masih kurang fokus. Teknologi pembriketan tidak berjalan mapan di
beberapa negara berkembang disebabkan pula oleh keterbatasan teknologi/keahlian
SDM dan kurangnya pengetahuan adaptasi teknologi bersangkutan ke tempat yang
tepat dengan kondisi/sasaran.
Faktor krusial yang menentukan dalam kesuksesan teknologi pembriketan
secara komersial adalah sebagai berikut:
a. Mampu mengatasi permasalahan yang terkait dengan teknologi
b. Adanya kepastian pada kualitas bahan baku briket
65
Water
Binder Electricity
Preparatio
Agro-residues
Agglomeratio
CarbonisatioTransport Packaging Distribution
Dryin
Agglomerators
Drying tables
66
Bahan baku untuk briket dapat diperoleh dari sampah/limbah industri kayu dan
sampah biomassa produk buangan yang dapat terbakar.
67
(penguncian)
Gambar 50. Beberapa mekanisme cara dalam proses pengikatan
68
tipe ini, kompresi dan gaya shear harus selalu dilakukan pada sistem. Kekuatan
dari hasil penggumpalan hanya bergantung kepada jenis interaksi dan karakteristik
bahan.
c. Mekanisme Pengompakan
Di dalam proses ekstruder ulir, putaran ulir mengambil bahan dari tempat
pengumpan kemudian dilalukan ke dalam tabung dan terjadi pengompakan pada
cetakan sehingga membuat benda terbentuk karena adanya tekanan di sepanjang
ulir. Selama proses berjalan biomassa diberikan gaya ke dalamnya dan terjadi
kontakgeser pada dinding tabung. Hal ini juga menyebabkan efek friksi dalam
pengerjaan proses pembriketan biomassa. Kombinasi efek yang diakibatkan oleh
gesekan dinding tabung, panas yang ditimbulkan karena gesekan internal dan
putaran ulir (rpm 600) menyebabkan kenaikan temperatur sistem yang mendukung
terjadinya pemanasan biomassa. Kemudian dilakukan gaya terhadap
cetakan/ekstrusi, dimana briket harus dibuat memerlukan bentuk. Pada tahapan
ini pula bagian matras cetak diberikan tekanan maksimum. Dan hal ini
diaplikasikan pada biomassa agar diperoleh pengompakan yang lebih baik. Untuk
menghasilkan briket dengan pengerjaan ekstrusi yang lebih halus biasanya matras
cetakan dipanasi dan sebagian panas dari proses diberikan kepada biomassa dan
permukaan ulir.
Ekstruder secara sederhana menampilkan tiga zona yang berbeda yaitu:
pengumpan, transport dan zona ekstrusi. Gaya yang diberikan memainkan penting
dan berpengaruh terhadap proses pengompakan biomassa yang terjadi di dalam
zona kompresi. Pada waktu biomassa diumpankan ke dalam ekstruder ulir dan
pemberian gaya dilakukan kemudian akan menimbulkan hambatan gesek di dalam
matras dan terjadinya pengompakan disebabkan oleh mekanisme sebagai berikut:
1) Sebelum mencapai zona kompresi, biomassa dikompresi secara parsial, untuk
menuju kepada pengepakan tertutup dan kemudian meningkatkan densitas.
Energi yang terpakai digunakan untuk mengatasi friksi partikel.
2) Pada zona kompresi, bahan biomassa menjadi relatif lunak disebabkan oleh
suhu temperatur tinggi (200 - 300oc) di dalam proses ini sifat elastisitas
menghilang, pengepresan menjalar ke dalam ruang antara partikel sehingga
hasilnya meningkatkan area kontak antar partikel. Ketika partikel-partikel
datang bersamaan karena adanya tekanan, maka akan terbentuk jembatan-
69
jembatan lokal yang mendukung terjadinya penguncian dari partikel-partikel
tersebut. Pada tahapan ini kelembaban menimbulkan uap yang membantu
melembabkan biomassa.
3) Biomassa mendapatkan kompresi lebih lanjut di dalam tabung cetak (280 oc)
untuk membentuk briket. Pada bagian ini uap menghilang dan terjadi
pengompakan secara simultan, dan tekanan diberikan secara merata
terhadap keseluruhan bagian bahan dan pada akhirnya diperoleh briket
dengan kerapatan yang merata.
Udara yang terjebak di dalam zona kompresi akan menekan balik ke arah
bagian pengumpan dan konduktivitas termal bahan meningkat karena adanya
pengompresian. Selama perjalanan melewati zona kompresi biomassa menyerap
energi panas dari friksi dan panas tersebut masuk ke seluruh bagian masa bahan.
Kebritelan, keplastisan dan abrasivitas adalah merupakan faktor-faktor
penting dalam pemberian tekanan pada proses pengompakan.
Kecepatan pemadatan relatif penting di dalam penentuan variasi pada
mekanisme pengikatan. Tujuan dari pengompakan adalah untuk membuat partikel-
partikel menjadi lebih kecil dan berdektaan sehingga gaya aksi diantara partikel
tersebut menjadi lebih kuat. Selanjutnya dapat memberikan cara penguatan yang
lebih baik terhadap proses pemadatan untuk bahan biomassa yang bersifat bulki.
Hasil produknya hendaknya cukup kuat menahan dalam perlakuan kasar yang
terjadi di dalam handling. Apabila tekanan yang merata tidak meliputi keseluruhan
volume bahan, maka timbul variasi kerapatan di dalam produk yang berefek buruk
terhadap hasil produk briket..
70
6) Distribusi ukuran partikel.( bagian partikel yang lebih halus diperlukan untuk
mengikat bagian yang lebih kasar dan secara bersama membuat satuan yang
lebih kuat.
d. Biaya
Efisiensi biaya biasanya bergantung dari investasi peralatan yang digunakan dan
modal kerja. Pada teknik pembuatan yang sederhana biasanya
1) Peralatan yang berharga murah tetapi tidak praktis
2) Naker cukup dengan sdm rendah
3) Hasilnya berkualitas rendah dan nilai jual rendah
3. Rangkuman
Kriteria biobriket yang baik untuk bahan bakar alternatif adalah biobriket harus
memiliki sifat atau karakteristik dalam pembakaran yang antara lain terdiri:
- waktu pembakaran lama,
- kecepatan bakaran rendah,
- nilai kalori tinggi,
- nyala api besar dan mudah/cepat dapat dinyalakan.
Langkah-langkah dalam Proses pembuatan briket secara umum meliputi
tahapan antara lain:
- Persiapan bahan baku
- Persiapan alat
- Preparasi /penghalusan bahan
- Pencampuran bahan perekat
- Pencetakan
- Pengeringan
- Pengujian/pengukuran kalor
Teknologi pembriketan telah dikembangkan dunia ada 2 macam aliran yang
berbeda, yaitu teknologi versi Eropa/amerika yaitu teknologi pembriketan
71
dengan menggunakan pres piston sedangkan versi jepang secara independen
menggunakan pres ulir. Masing-masing versi memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Kedua teknologi ini sudah banyak digunakan, akan tetapi
karena keunggulanya teknologi pembriketan dengan pres ulir lebih banyak
pemakainya. Saat ini teknologi pembriketan dengan teknologi tekanan/presure
tinggi, baik pada mesin pres ram/piston maupun pres ulir sudah digunakan.
Briket hasil pres piston bentuknya solid sempurna, sedangkan bentuk briket hasil
pres ulir memberikan lubang ditengahnya yang dapat membuat karakteristik
pembakaran lebih baik.
Aspek-aspek fundamental dalam pembriketan :
- Tekanan Pengompakan
- Mekanisme Pengikatan pada Proses Pemadatan
- Mekanisme Pengompakan
- Biaya
72
BAB III
PENUTUP
Setelah menyelesaikan modul ini, maka Anda berhak untuk mengikuti tes praktik
sebagai uji kompetensi yang telah dipelajari.Apabila Anda dinyatakan memenuhi syarat
kelulusan dari hasil evalusi dalam modul ini, maka Anda berhak untuk melanjutkan ke
topik/modul berikutnya. Mintalah pada pengajar/instruktur untuk melakukan uji
kompetensi dengan sistem penilaiannya dilakukan langsung apabila Anda telah
menyelesaikan suatu kompetensi tertentu. Apabila Anda telah menyelesaikan seluruh
evaluasi dari setiap modul, maka hasil yang berupa nilai dari instruktur atau berupa
porto folio dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi. Hasil portofolio tersebut dapat
dijadikan sebagai penentu standard pemenuhan kompetensi tertentu dan bila
memenuhi syarat Anda berhak mendapatkan sertifikat kompetensi.
73
KUNCI JAWABAN
Materi Pokok 1 :
Laporan
Materi Pokok 2 :
a. Kandungan abu pada jenis biomassa tertentu penting diketahui karena
berpengaruh pada perilaku mereka di bawah pengaruh suhu tinggi di dalam ruang
bakar.
b. Untuk mengantisipasi adanya masalah korosi: mencampur biomassa yang
mengandung unsur klorin dengan bahan bakar padat yang lain (umumnya batu
bara); jadi berfungsi sebagai bahan bakar pencampur dengan rasio pencampuran
tertentu atau mendesain ruang bakarnya (combustion chamber) sedemikian rupa
agar masalah bahaya korosi tidak muncul atau minimal dapat dikendalikan, jika
memang ada.
Materi Pokok 3:
a. Bahan briket:
sekam padi,
serbuk gergajian,
limbah tempurung kelapa,
sabetan kayu,
daun dan ranting pohon,
ampas tebu dan lain-lain
b. Bahan baku yang digunakan sebaiknya dikelompokkan menurut jenis dan
bentuknya sehingga memudahkan dalam proses pembuatan arang. Selain itu
sebaiknya bahan berada dalam kondisi kering (kadar air rendah) dan siap bakar
sehingga tidak mengeluarkan asap yang terlalu banyak dan mempersingkat waktu
pengarangan.
Materi Pokok 4:
a. Karena supaya mendapatkan biobriket yang berkualitas baik, dengan biaya lebih
sedikit dan mengurangi bahan yang terbuang karena rusak.
74
b. Laporan
Materi Pokok 5:
a. Reduce artinya mengurangi. Dalam hal ini, diharapkan kita dapat mengurangi
penggunaan berbagai material terutama kayu yang dapat menambah jumlah limbah
serbuk kayu, serta dapat mengurangi dan mencegah kerusakan hutan akibat
penebangan hutan secara liar tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.
Materi Pokok 6:
a. Karakteristik yang harus dimiliki biobriket:
waktu pembakaran lama,
kecepatan bakaran rendah,
nilai kalori tinggi,
nyala api besar dan mudah/cepat dapat dinyalakan.
75
Setelah terbakar menjadi bara tidak banyak memerlukan pengipasan/tiupan
udara
Teknologi pembuatannya relatip sederhana, baik teknik cara maupun peralatan
yang digunakan
76
DAFTAR PUSTAKA
77
LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran 1
Komposisi Kimia:
Keterangan : light coal tidak melalui proses pembriketan melainkan dengan proses
pemanasan.
Berbagai tipe briket antara lain :
Tabel 17. Karakteristik Berbagai Briket Batubara dan Standar Kualitas Briket Batubara
Kuat Nilai Kadar
Ukuran Kadar Air
Bentuk Tekan < Kalor abu %
mm (adb)
g/cm2 Kkal/kg (adb)
125x125x75 40 - 6 4800-5200 10 - 15 15 - 20
Standar emisi kompor dengan bahan bakar briket batubara dan bahan bakar
padat berbasis batubara seperti tertera pada lampiran 5 Peraturan Menteri Energi
Sumber Daya Mineral No. 047 Tahun 2006, tanggal 11 September 2006. Standar emisi
kompor dengan bahan bakar briket batubara dan bahan bakar padat berbasis batubara
seperti tertera pada tabel berikut :
Tabel 19. Standar Emisi Kompor dengan Bahan Bakar Briket Batubara dan Batubara
Parameter Batas Maksimum (mg/Nm3)
Total partikel 250
Karbon Monoksida CO 726
Sulphur Dioksida SO2 130
Nitrogen Dioksida NO2 140
Keterangan :
Nitrogen Oksida meliputi Nitrogen Dioksida (NO2) dan Nitrogen Monoksida (NO),
dinyatakan dalam NO2
Konsentrasi gas dan partikel dikoreksi terhadap 10% O2
Volume Gas dalam keadaan standar (25 C dan tekanan 1 atm).
Dalam diskusi diutarakan pula untuk penyusunan SNI briket batubara diusahakan
produksi briket dibawah standar masih bisa tercakup, dan efisiensi standar tungku
briket 30% cukup memadai tetapi mengacu pada hasil penelitian tungku briket PPTM
adalah 45%. Untuk rumah tangga penyalaan tungku briket dalam waktu 3 jam
umumnya efisiensi tungku briket yang diperoleh relatif rendah tetapi untuk
pengoperasian tungku briket dalam waktu yang relatif lama seperti tungku bandeng 10
jam efisiensi tungku briket akan diperoleh lebih tinggi.
Alat pembuat briket dengan sistem cetak batako kapasitas produksi bisa lebih dari 40
kg/jam. Standar kuat tekan briket batubara sebaiknya tidak kurang dari 60 kg/cm 2, suhu
standar nyala briket berkisar 300 C s.d 400 C yang penting kadar airnya lebih kecil
dari 15%.
Lampiran 3
BOMB KALORIMETER
Pengertian
Kata kalorimeter dapat terdiri dari kata kalori dan meter, dimana kalori diartikan untuk
panas dan meter untuk satuan yang terukur. Jadi kata kalorimeter dapat diartikan untuk
suatu benda atau alat yang digunakan untuk mengukur kandungan panas dari sesuatu
benda. Panas adalah suatu bentuk energi yang dapat ditimbulkan dari benda karena
adanya suatu proses seperti reaksi kimia, mekanik, listrik dan radiasi. Tingkatan energi
panas dalam benda umumnya dinayatakan dengan nilai enthalpi yang bisa mengalami
perubahan karena terjadi proses-proses yang disebutkan seperti tersebut diatas. Nilai
enthalpi pada benda dapat dinyatakan yaitu dengan hasil perkalian antara suhu x masa
x kapasitas panas dari benda tersebut, dan perubahan enthalpinya juga sejalan dengan
perubahan suhunya.
Bentuk Fisik
Bomb Kalorimeter adalah suatu alat kalorimeter yang memiliki tipe atau sifat yaitu
volume konstan dan digunakan untuk mengukur kandungan panas suatu bahan bakar
dan dilakukan dengan melalui suatu proses reaksi, yaitu pembakaran. Pada dasarnya
dalam suatu proses teknis pada bom kalorimeter akan terdiri antara lain Cawan kecil
dari baja dengan sampel uji, tabung baja stainles berisi oksigen murni bertekanan
sekitar 30 atm, air perendam tabung, alat pengaduk air, termometer, pelindung/insulator
air untuk mencegah pengaliran panas dari sistem kalorimeter ke sekeliling udara luar
dan bomb kalorimeter terhubung dengan sirkuit pemantik listrik. Bahan tabung bomb
kalorimeter terbuat dari bahan baja stainless agar tidak terjadi prubahan volume saat
reaksi pembakaran terjadi. Disamping itu bomb kalorimeter harus kuat menahan
tekanan tinggi yang diakibatkan oleh proses reaksi pembakaran tersebut.
Untuk penyalaan sampel bahan bakar yang akan diukur digunakan jenis pemantik
listrik. Setelah bahan bakar menyala/terbakar segera akan terjadi peningkatan panas
udara sekeliling, dan panas ini menjalar keluar tabung selimut/penutup luar dari bomb
kalorimeter. Saat penjalaran panas menembus dinding tabung logam/baja segera akan
memanaskan air yang merendam tabung tersebut. Tingkatan suhu air inilah yang dapat
digunakan untuk menghitung kandungan kalori bahan bakar benda sampel yang diukur
di dalam cawan bomb kalorimeter. Tabung bomb kalorimeter didesain untuk
menampung oksigen murni dengan tekanan lebih dari 30 atm, sampel uji yang
diletakkan di dalam cawan kecil dengan masa antara 1 sampai dengan 1,5 gram yang
ditambahi sedikit tetes air untuk pelembab ruang dalam tabung dan disamping itu agar
panas dari air yang dihasilkan oleh proses pembakaran dapat langsung terkoreksi.
Sebelum pemantik listrik dijalankan untuk menyalakan bahan bakar, maka tabung bomb
kalorimeter ini kondisinya harus terendam di dalam volume air yang kurang lebih
banyaknya 2000 ml. Bomb kalorimeter dengan jumlah masa sampel dan oksigen
tertentu adalah merupakan suatu sistem yang tertutup, dimana selama proses reaksi
berlangsung tidak ada gas pembakaran keluar.
Dengan sejumlah reaktan tertentu yang ditaruh di dalam cawan baja dan kemudian
dinyalakan, maka energi panas dilepaskan dari pembakaran. Energi panas ini menjalar
dari tempat cawan baja ke dalam dinding baja demikian akhirnya menaikan temperatur
tabung baja berikut isisnya dan pelindung air di sekelilingnya. Perubahan temperatur di
dalam air diukur secara akurat menggunakan termometer dan hasil pembacaannya
akan sesuai dengan faktor dari bom kalorimeter bersangkutan, yang antara lain
bergantung dari kapasitas panas logam bomb kalorimeter dan bagian komponennya.
Hal ini berguna untuk menentukan atau menghitung jumlah energi panas yang
dikeluarkan oleh sampel benda uji yang terbakar. Dalam perhitungan tersebut dilakukan
sedikit koreksi terhadap penggunaan energi listrik dengan fusi pembakar dan keasaman
yang dihasilkan. Setelah peningkatan suhu air bomb kalorimeter selesai diukur,
kemudian dilakukan pelepasan tekanan berlebih dari dalam tabung bomb kalorimeter
tersebut.
Pada proses bomb kalorimeter dianggap tidak terjadi pertukaran panas antar
kalorimeter dengan sekelilingnya atau proses adiabatik dimana Q = 0. Demikian pula
perubahan total energi internalnya yakni:
U(total) = Q + W = 0
Perubahan total energi internal (total) = (sistem) + (lingkungan) = 0
(sistem) = - (lingkungan) = - Cv . T (volume konstan, yaitu diyatakan dengan d V =
0)
Dimana Cv konstanta panas bomb kalorimeter dengan volume konstan
Praktek penggunaan
1. Periksa kondisi baik bomb kalorimeters beserta asesorisnya lengkap antara lain :
- Bejana pelindung luar beserta tutupnya dibuka
- Termometer pengukur suhu ketelitian 0.01c beserta dengan teropong lup
pembesar
- Alat pengaduk yang terdapat pada tutup lengkap dengan peralatannya
seperti kareat gelang pemutar
- Motor pemutar menempel pada bejana pelindung dilengkapi kabel positif-
negatif
- Alat picu nyala api (ignation) dan terminalnya
- Bejana air penyerap kalor
- Tabung baja bomb kalori meter beserta tutupnya dapat dibuka
- Tutup bomb kalori meter dilengkapi dengan kawat penggantung bejana
sampel dan berfungsi pula sebagai terminal untuk pemasangan kawat nikelin
pemanas
- Bejanan untuk tempat menyalakan sampel
- Kawat niklin dan penggaris untuk pengukur panjang
3. Susunlah data hasil pengamatan tabel untuk dihitung sehingga diperoleh angka
masing-masing untuk :
a. Masa sampel
b. Beda suhu awal (minimum dan maksimum yang tercapai)
c. Koreksi suhu terdiri :
- Koreksi suhu awal penngamatan: R1(b-a)
R1= koreksi kenaikan suhu pada pengadukan air (5 menit)
a= waktu suhu air saat sampel mulai dibakar
b= waktu suhu air naik 60% dari ketinggian maksimum
- Koreksi suhu akhir pembakaran: R2(c-d)
R2= koreksi penurunan suhu air 5 menit setelah tercapai suhu maksimum
c= waktu ketika suhu air maksimum
d= waktu suhu air turun memdatar stabil
Data Satuan
Masa berat
1 sampel gram 0.997 1.0019 1.0713 1.0214 1.082 1.0302
Sulfur % 0 0 0.36 0.07 0.59 0.36
Masa berat
2 air bejana gram 2000 2000 2000 2000 2000 2000
Panjang
kawat
3 Nikelin Cm 10 10 12 12 10 12
Tekanan
pengisian
4 O2 bar 30 30 30 30 30 30
5 Suhu ruang oC 24.8 25.6 25.2 27.1 22.8 25.0
6 Suhu air oC 24.1 23.9 24.2 25.7 23.1 24.0
Waktu
7 pengadukan jam 9:25 11:08 11:00 15:17 9:30 15:00
Suhu menit
8 0 oC 24.100 23.920 24.200 25.680 23.060
Suhu menit
9 1 oC 24.200 25.680 23.060
Suhu menit
10 2 oC 24.200 25.680 23.060
Suhu menit
11 3 oC 24.200 25.685 23.060
Suhu menit
12 4 oC 24.200 25.685 23.060
Suhu menit
13 5 oC 24.170 23.980 24.200 25.690 23.060 24.070
Waktu
14 penyalaan jam 9:30 11:13 11:05 15:22 9:35 15:05
suhu detik
15 45 oC 24.8 25.95 23.25
suhu detik
16 60 oC 25.3 25.11 25.5 26.35 23.65 24.9
suhu detik
17 90 oC 25.7 26.93 24.2
suhu detik
18 105 oC 25.85 27.19 24.3
suhu detik
19 120 oC 26.200 26.100 25.950 27.300 24.450 25.750
20 suhu menit 8 oC 26.590 26.380 26.050 27.520 24.650 26.080
21 suhu menit 9 oC 26.700 26.540 26.200 27.940 24.800 26.130
suhu menit
22 10 oC 26.750 26.570 26.340 28.110 24.810 26.210
suhu menit
23 11 oC 26.770 26.570 26.380 28.150 24.940 26.230
suhu menit
24 12 oC 26.770 26.570 26.395 28.175 24.950 26.235
suhu menit
25 13 oC 26.770 26.570 26.400 28.180 24.960 26.235
suhu menit
26 14 oC 26.770 26.570 26.405 28.190 24.960 26.240
suhu menit
27 15 oC 26.770 26.570 26.405 28.190 24.960 26.240
suhu menit
28 16 oC 26.770 26.570 26.405 28.190 24.960 26.240
suhu menit
29 17 oC 26.760 26.570 26.405 28.190 24.960 26.240
suhu menit
30 18 oC 26.760 26.570 26.405 28.190 24.960 26.240
Waktu akhir
31 peng. jam 9:43 11:23 11:18 15:35 9:48 15:18
32 Suhu ruang oC 24.8 25.6 25.2 27.4 25.0 25.2
panjang kwt
33 terbakar cm 4.7 4.8 6.5 7 3.5 7.2
32 titrasi ml 6.6 6.6 5.8 0 5.8 3.6
Na2CO3
Delta
kenaikan
34 suhu oC 2.600 2.590 2.195 2.500 1.900 2.170
Harga a;
35 Waktu nyala - 0
b;60% delta
35 suhu - 1.560 1.554 1.317 1.500 1.140 1.302
36 c;suhu maks -
r1;koreksi
37 suhu aw - 0.014 0.012 0 0.002 0 0
r2;koreksi
38 suhu ah - -0.002 0 0 0 0 0
e1 koreksi
39 kalor titrasi kalor 6.6 6.6 5.8 0 5.8 3.6
e2 koreksi
40 kalor sulfur kalor 0 0 5.399 1.001 8.937 5.192
e3 koreksi
41 kalor kwt kalor 10.81 11.04 14.95 16.1 8.05 16.56
W;standar
42 kalori HBZ kal/gr 6318 6318
W;standar
kalori bom kal/gr 2429.4 2450.8 2440.1 2440.1 2440.1 2439.98
Hg;hitung
43 nilai kalori kal/gr - 4975.18 5955.74 4263.80 5114.93
=(tW-E1-E2-
E3)/m
Hasil uji
44 Tekmira 5028 5882 4182 5028
Beda % dg
Tekmira 1.05 -1.25 -1.96 -1.73
Beda % dg
KITB 2.73 1.61 0.03
45 Hitungan rumus
delta UT=(-CDT-U1-U2)/m
5119.97
Nilai U1=e1
Nilai U2=e3
Keterangan Tabel :
1. Berat masa sampel ditetapkan 1 gram
2. Kandungan Sulfur dari sampel diambil berdasarkan lab uji Tek Mira
3. Masa air bejana penyerap kalor sebanyak 2000 ml sesuai ketentuan manual alat
4. Penggunaan kawat niklin untuk pemicu bakar sesuai dengan ketentuan 10 cm
untuk memudahkan pemasangan diambil 12 cm. Kawat yang terbakar tidak lebih
8 cm
5. Suhu air berada di bawah 1 s/d 2c suhu ruangan
6. Jangka waktu pengamatan terdiri dari
- Waktu pengamatan 5 menit untuk pengadukan
- Mulai penyalaan pada menit ke 5 dari pengadukan
7. Waktu pengamatan interval kenaikan suhu dari awal hingga maksimum dan
turun kembali adalah 18 menit disesuaikan denagn kondisi alat pemutar yang
sudah tua tidak tahan panas
Pengamatan suhu yang cukup kritis adalah kenaikan suhu awal hingga 2 menit (120
detik) dimana kecepatan naik suhu relatif cepat sehingga pembacaan suhu akurat.
Hasil pembacaan suhu awal pada penyalaan nol detik hingga 120 detik adalah untuk
membuat kurva grafik kenaikan suhu yang lebih teliti, sehingga dapat menentukan
harga (b) pada 60% nilai beda suhu kenaikan untuk mengoreksi suhu awal. Waktu
kenaikan suhu maksimum dicatat sebagai (c). Waktu akhir pengamatan dicatat untuk
menentukan harga (d) 5 menit setelah suhu maksimum.
- Menghitung faktor koreksi R1
Menghitung faktor koreksi R2
- Menentukan koreksi dari kawat yang terbakar dengan panjang awal dikurangi
sisa kawat yang terbakar
- Menghitung koreksi kalor kandungan sulfur