Anda di halaman 1dari 78

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR

MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE


ENTREPRENEUR DI BOGOR

KAMIL SARAGIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Bubuk
Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Kamil Saragih
NIM H34100158
ii

ABSTRAK

KAMIL SARAGIH. Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan


Cooperative Entrepreneur di Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA.

Rencana bisnis memuat informasi-informasi penting yang menunjukkan


suatu bisnis akan dijalankan serta mengidentifikasi masalah potensial. Kencur
merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi bisnis yang cerah.
Perencanaan bisnis pengolahan kencur ini berbasis wirakoperasi dengan
bekerjasama dengan petani sebagai penghasil bahan baku. Hasil produksi
merupakan kencur segar yang kemudian diproses menjadi bubuk. Konsep ini
memberikan pengaruh positif terhadap hasil produksi komoditas kencur serta
sangat bermanfaat kepada petani kencur. Target pasar produk ini adalah pasar
ekspor dengan tujuan Negara Jerman. Harga jual dari kencur bubuk adalah Rp252
000 atau USD 22.91. Pada perencanaan bisnis ini, dilakukan 2 analisis, yaitu
analisis keuangan dan keuangan. Analisis keuangan mencakup NPV , Net B / C ,
IRR , dan Payback Period ( PP ). Sedangkan analisis non keuangan terdiri dari
aspek pasar, aspek operasional , dan organisasi dan sumber daya manusia.

Kata kunci: kencur, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT
KAMIL SARAGIH. Galanga Powder Business Plan with Cooperative
Entrepreneur Aproaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M. BAGA.

Business plan contains the important informations that shows that a business
will be operated and identifies the potential problems. Galanga is one of the
algriculture commodity that has prospective business potency. Galanga processing
business plan is based on the cooperative enterpreneur and cooperated with the
local farmers as the sources suppliers. The product of this process is the fresh
galanga which is then processed to be powder. This concept gives the positive
influence to the galanga commodity products and is very beneficial for the
galanga farmers. The targeted market for this product is the export market with
Germany as the destination. The selling price of this galanga powder is
Rp252.000 or USD 22.91. There are 2 analysis on this business plan, financial
analysis and non-financial analysis. Financial analysis involves NPV, Net B/C,
IRR, and Payback period (PP). Whereas the non-financial analysis consist of
market aspect, operational aspect, and human resource and organitational.

Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, galanga


iii

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR


MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE
ENTREPRENEUR DI BOGOR

KAMIL SARAGIH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
iv
vi
vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah rencana bisnis,
dengan judul Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative
Entrepreneur di Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Lukman M. Baga,
MAEc selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada staf Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, staf Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia, serta para petani dan pihak-pihak yang telah membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, seluruh keluarga, teman-teman atas segala dukungan, doa, dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Kamil Saragih
vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 6
KERANGKA PEMIKIRAN 7
Kerangka Pemikiran Teoritis 7
Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur) 7
Rencana bisnis 8
Rencana Produk 8
Strategi dan Rencana Pemasaran 9
Rencana Operasional (Produksi) 9
Perencanaan Lokasi dan Tata Letak 10
Teknologi 10
Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia 10
Koperasi 10
Kerangka Pemikiran Operasional 16
METODE PENELITIAN 17
Waktu Lokasi Penelitian 17
Jenis dan Sumber Data 18
Metode Pengumpulan Data 18
Metode Analisis Data 18
GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA 22
RENCANA BISNIS 22
Rencana Produk 22
viii

Rencana Pemasaran 23
Market Selection 23
Marketing Mix Development 23
Rencana Operasional 24
Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia 34
Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha 34
Struktur Organisasi 34
Rencana Kerjasama Kooperatif 38
Hasil Kajian Pendekatan Wirakoperasi 47
SIMPULAN DAN SARAN 49
Simpulan 49
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 51
ix

DAFTAR TABEL

1Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012 2


2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun
2012 2
3 Kebutuhan bahan baku per bulan 29
4Standar mutu simplisia kencur menurut SNI 33
5 Penentuan gaji dan upah 38
6 Matriks hubungan antara pihak yang terkait 39
7 Rincian biaya investasi 42
8 Rincian biaya penyusutan 42
9 Tabel biaya operasional 44
10 Rincian biaya operasional tahun berikutnya 44
11 Modal awal usaha tahun pertama 45
12 Harga pokok produksi 45
13 Break even point tahun pertama 46
14 Break even point tahun berikutnya 46
15 Tabel perbedaan hasil pendekatan wirakoperasi dan tanpa
wirakoperasi 48

DAFTAR GAMBAR
1 Alur tata cara ekspor 13
2 Kerangka pemikiran operasional penelitian 17
3 Kencur bubuk dan label 23
4 Mesin perajang kencur 25
5 Mesin vacuum cabinet dryer 26
6 Mesin diskmill 27
7 Mesin vacuum packaging 27
8 Plastik kemasan vakum 28
9 Alat conveyor pendeteksi logam 28
10 Tata letak bangunan usaha 29
11 Diagram alir pengolahan kencur bubuk 32
12 Struktur organisasi koperasi kencur makmur 35

DAFTAR LAMPIRAN
1 Proses produksi 51
2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi 53
3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran 53
4 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur 54
5 Asumsi komponen biaya investasi 54
6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap 55
7 Rincian biaya tetap komponen biaya utility 55
8 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran 55
9 Asumsi komponen biaya tetap 56
x

10 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama 56


11Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun berikutnya 56
12 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin 57
13 Asumsi komponen biaya variabel 57
14 Penjualan perusahaan 57
15 Penerimaan petani/kg 58
16 Laporan arus kas proyeksi lima tahun (dalam Rp000) 59
17 Laporan laba rugi proyeksi lima tahun (dalam Rp000) 60
18 Laporan arus kas di tahun pertama (dalam Rp000) 61
19 Laporan laba rugi tahun pertama (dalam Rp000) 63
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Biofarmaka merupakan tanaman herbal yang berkhasiat obat. Berbagai


macam tanaman obat dapat tumbuh di Indonesia yang sering digunakan untuk
pengobatan alternatif. Tanaman biofarmaka memiliki prospek bisnis yang cerah
baik di dalam maupun luar negeri. Peluang pengembangan biofarmaka cukup
besar, baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor. Kebutuhan dalam negeri
setiap tahunnya meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah
industri biofarmaka di Indonesia. Tanaman biofarmaka yang memiliki potensi
pengembangannya cukup besar adalah: kencur, jahe, lengkuas, dan kunyit,
terutama untuk bahan minuman dan obat-obatan.
Biofarmaka sebagai komoditas pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Perbedaan dari
ketiga golongan obat dengan bahan alami tersebut terletak pada tingkat
pembuktian khasiat produknya.Jamu (empirical based herbal medicine)
adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalambentuk
serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi
penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional (Lestari 2007). Obat
herbal terstandar merupakan obat yang berbahan alami yang berbentuk ekstrak
dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Obat
jenis ini harus melawati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), batas
kisaran dosis, famakodinamik (manfaat) dan teratogenik (keamanan terhadap
janin). Fitofarmaka merupakan peningkatan kelas dari obat herbal terstandar
dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar.
Arah pengembangan tanaman obat ditujukan untuk pemenuhan industri
dalam negeri, farmasi, kosmetika, industri rumah tangga, jamu gendong, dan
ekspor. Pemenuhan permintaan harus di respon dengan baik melalui produksi
kencur yang berkualitas dan berkelanjutan. Pengembangan tersebut juga
memperhatikan peluang pasar, potensi areal pengembangan, teknologi yang
tersedia, kondisi saat ini, dan permasalahan yang ada.
Tanaman kencur salah satu sebagai tanaman obat mempunyai kegunaan
tradisional dan sosial cukup luas dalam masyarakat Indonesia. Produk utama
kencur adalah rimpangnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat nabati
tradisional. Kencur memiliki manfaat sebagai obat radang lambung, radang anak
telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, diare,
menghilangkan darah kotor, memperlancar haid, mata pegal, keseleo, dan
menghilangkan lelah. Sebagai jamu, masyarakat mengenalnya dengan nama beras
kencur.
Kencur berpotensi untuk dibudidayakan di Indonesia, karena tanaman ini
dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sebagai tanaman obat,
kencur sangat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif
pengobatan. Kebutuhan akan kencur ini akan memberikan dampak terhadap
permintaan dari konsumen. Tanaman kencur ini merupakan produk pertanian
yang memiliki nilai ekonomi sehingga produksi akan terus dilakukan untuk
2

memenuhi kebutuhan dari masyarakat maupun industri. Produksi kencur dan


tanaman biofarmaka lain dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1 Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012


Laos/
Jahe Kencur Kunyit
Tahun Lengkuas
(Kg) (Kg) (Kg) (Kg)
2008 154 963 886 50 092 846 38 531 160 23 740 105
2009 122 181 084 59 332 313 43 635 311 36 826 340
2010 107 734 608 58 961 844 29 638 127 26 671 149
2011 94 743 139 57 701 484 34 016 850 24 105 870
2012 114 537 658 58 186 488 42 626 207 44 085 151
Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)1

Data diatas menunjukkan produksi kencur di Indonesia mengalami fluktuasi


dari tahun 2008-2012. Dari tahun 2008 hingga 2009, produksi kencur mengalami
peningkatan dan menurun lagi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010. Setelah
mengalami penurunan yang cukup drastis, produksi kencur mengalami kenaikan
hingga tahun 2012.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan luas panen di
Indonesia komoditas kencur sebesar 2.2 ribu hektar. Luas panen yang paling
tinggi berada di provinsi Jawa Barat dengan luas 577 hektar. setelah Jawa Barat,
luas panen terbesar kedua berada di Jawa Tengah dengan luas 551 hektar.
Sekalipun luas lahan di Jawa Barat lebih luas dibandingkan Jawa Tengah,
produksi di Jawa Barat lebih rendah dibandingkan di Jawa Tengah. Hal ini
disebabkan produkrivitas di Jawa Barat hanya 1.53 kg/m2, sedangkan di Jawa
Tengah sebesar 2.11 kg/m2. Produktivitas yang paling tinggi berada di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu 3.50 kg/m2. Tingginya produktivitas di Sumatera Selatan
menjadikan provinsi tersebut memiliki produksi cukup tinggi. Kondisi ini
menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi besar pengembangan komoditas
kencur. Bogor sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan
sebagai salah satu sentra usaha biofarmaka kencur. Data luas panen, produksi, dan
produktivitas kencur disajikan pada Tabel .2

Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun 2012

Luas Panen Produksi Produktivitas


Provinsi
(m2) (kg) (kg/m2)
Aceh 8 496 29 882 1.91
Sumatera Utara 147 067 267 084 1.75
Sumatera Barat 74 546 176 899 2.34
Riau 131 189 235 390 1.51
Kepulauan Riau 14 981 22 381 1.38
Jambi 87 746 155 091 1.51

1
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=25 (Diacu
2013 Oktober 10)
3

Luas Panen Produksi Produktivitas


Provinsi
(m2) (kg) (kg/m2)
Sumatera Selatan 658 951 3 037 236 3.50
Kepulauan Bangka
95 786 361 246 2.37
Belitung
Bengkulu 746 195 1 104 814 1.44
Lampung 2 583 670 7021 002 2.62
DKI Jakarta 1 109 6 287 2.48
Jawa Barat 5 770 503 9 024 266 1.53
Banten 1 502 464 1718 380 1.11
Jawa Tengah 5 515 296 11 683 983 2.11
DI Yogyakarta 885 077 1653 552 1.86
Jawa Timur 2 403 460 3466 490 1.37
Bali 480 991 389 686 0.81
Nusa Tenggara Barat 8 488 29 471 2.18
Nusa Tenggara Timur 109 482 177 857 1.40
Kalimantan Barat 193 865 630 250 2.89
Kalimantan Tengah 86 089 208 302 2.07
Kalimantan Selatan 652 275 643 774 0.85
Kalimantan Timur 104 351 259 382 1.99
Sulawesi Utara 10 115 14 414 1.42
Gorontalo 541 943 0.86
Sulawesi Tengah 45 090 110 099 2.27
Sulawesi Selatan 30 231 53306 1.65
Sulawesi Barat 18 659 32 587 1.12
Sulawesi Tenggara 34 131 46 243 1.34
Maluku 10 607 8 006 0.74
Maluku Utara 5 061 18 383 1.90
Papua 12 654 36 282 2.12
Papua Barat 1 757 3 239 1.84
Indonesia 22 430 923 42 626 207 1.82
Sumber: Badan Pusat Statistik2

Dari data tersebut, memberikan informasi bahwa di Jawa Barat memiliki


potensi dilakukan pengembangan usaha biofarmaka kencur. Dengan luas panen
yang sangat tinggi, seharusnya mampu menghasilkan produksi yang tinggi pula.
Produktivitas harus ditingkatkan agar produksi yang didapatkan juga tinggi.
Prospek pengembangan usaha tanaman kencur di Indonesia sangat baik.
Sebab itu, salah satu arah pengembangan tanaman tanaman adalah untuk
meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas bahan baku serta peningkatan
nilai tambah.
Untuk menjalankan bisnis tersebut, dilakukan perencanaan bisnis yang tepat
sehingga bisnis nantinya dapat dilakukan dengan matang. Pendekatan yang
optimal dalam rencana bisnis ini adalah dengan cooperative entrepreneur yang
bergerak bersama. Dilihat dari jumlah produksi kencur di tiap daerah yang
cenderung sedikit namun lokasinya sangat banyak, wirakoperasi merupakan
langkah yang paling tepat dilakukan. Wirausaha pada umumnya bangkit berusaha
2
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=30 (Diacu
2014 Mei 28)
4

dengan kekuatannnya sendiri, tapi wirakoperasi dapat bangkit dengan kekuatan


bersama yang bersinergis. Misalnya skala usaha tertentu dapat dengan mudah
dipenuhi secara bersama dibandingkan dengan individu. Demikian pula resiko
usaha akan lebih ringan jika ditanggung bersama.
Ciri khusus yang harus dimiliki secara cooperative entrepreneur adalah
sikapnya yang lebih menghargai kebersamaan dari pada keberhasilan keuntungan
individual. Seorang wirakoperasi diharapkan akan lebih termotivasi dan akan
lebih kreatif bekerja dalam kebersamaan. Pada dasarnya setiap wirausaha koperasi,
terutama anggota dan manajer mempunyai kewajiban moral dalam meningkatkan
pertumbuhan koperasi dengan jalan mengusahakan agar koperasi mempunyai
keunggulan dibanding pesaingnya. Keberhasilan suatu koperasi sangat ditentukan
oleh kombinasi antara kemampuan, kemauan dan kebebasan bertindak para
wirakoperasi ini.

Perumusan Masalah

Biofarmaka sebagai salah satu produk agribisnis memiliki potensi yang


sangat baik karena sangat banyak dibutuhkan oleh industri obat. Hampir semua
jenis tanaman biofarmaka dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan obat
tradisional/ jamu oleh berbagai industri obat tradisional Indonesia. Permintaan
akan produk ini terus meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri.
Peningkatan permintaan ini seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia
dan seluruh negara di dunia serta kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan
memanfaatkan obat tradisional.
Agribisnis biofarmaka tidak berkembang dengan baik dan merata di
seluruh Indonesia. Penyebabnya adalah petani dan pelaku usaha kurang
memahami kebutuhan pasar domestik dan ekspor yang menginginkan produk siap
pakai yang telah diolah. Kurangnya pemahaman tersebut karena menjual
biofarmaka memang tak semudah menjual tanaman hortikultura lainnya, seperti
sayur- sayuran atau buah-buahan.
Kencur sebagai produk biofarmaka yang umumnya digunakan untuk obat
tradisional, masih belum mampu dioptimalkan. Pemenuhan permintaan yang terus
meningkat masih belum diiringi dengan produksi yang besar dan normal.
Berdasarkan data BPS (2013)3 produksi kencur mengalami penurunan yang sangat
drastis pada tahun 2010 dari 2009 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan
2012. Sekalipun mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan 2012, produksi tahun
2012 masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pengembangan bisnis dengan basis
cooperative entreupreneur dapat menjadi solusi. Adanya seorang wirakoperasi,
petani dapat meningkatkan bargaining power sehingga harga jual produk yang
diterima petani dapat meningkat. Para petani yang tergabung dalam sebuah sistem
koperasi yang dijalankan oleh seorang wirakoperasi akan mendapat jaminan pasar
untuk setiap produk yang mereka hasilkan, selain itu penerimaan yang diterima
petani akan meningkat akibat harga jual yang lebih baik. Wirakoperasi
3
http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=25 (Diacu
2013 Oktober 10)
5

menjalankan bisnis dengan berpegang pada prinsip-prinsip dasar koperasi secara


konsisten.
Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya.
Wirakoperasi tidak bekerja sendirian, melainkan melakukan kerjasama dengan
dengan puluhan dan bahkan ribuan anggota koperasi. Seorang wirakoperasi
merupakan seorang pemimpin dalam suatu usaha. Pemimpin yang diikuti
anggotanya dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki
anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota. Seorang wirakoperasi sangat
dibutuhkan untuk mengembangkan sistem agribisnis komoditas kencur.
Melihat kondisi tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab
dalam penelitian kali ini, yaitu:
1 Bagaimana cara mengembangkan potensi biofarmaka khususnya tanaman
kencur melalui pendekatan cooperative entrepreneur ?
2 Bagaimana peran wirakoperasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani
dan mengembangkan komoditas biofarmaka?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari


penelitian ini adalah
1 Menganalisis potensi yang dimiliki kencur sebagai tanaman biofarmaka
dengan pendekatan cooperative entrepreneur.
2 Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas
biofarmaka.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :


1 Bagi petani, sebagai informasi untuk mengembangkan skala usaha
budidaya kencur sebagai tanaman biofarmaka sehingga mendapatkan
pendapatan yang lebih tinggi.
2 Bagi investor, sebagai informasi mengenai potensi dan prospek tanaman
biofarmaka kencur sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.

Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas mengenai perencanaan bisnis pengolahan


rimpang kencur sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan cooperative
enterpreneur. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengolahan pasca
panen yang disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri. Analisa terhadap
pola konsumsi negara tujuan ekspor tidak dibahas dalam perencanaan bisnis ini.
Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri dari aspek pasar, aspek teknis
dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi, aspek
keuangan, serta analisis risiko.
6

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran Wirakoperasi


dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi Susu
mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan
menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang
menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi susu memiliki posisi tawar yang
sangat lemah dalam hal menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan serta
harga yang diperoleh. Sebagai Ketua Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS)
Pangalengan, Daman Danuwidjaja berusaha untuk memajukan koperasinya
sendiri dan mendorong agar koperasi susu mampu meningkatkan kerja sama
antara koperasi. Daman Danuwidjaja berperan sebagai wirakoperasi yang
bertujuan untuk mengembangkan koperasi primer persusuan di tingkat pedesaan.
Para peternak merasakan langsung manfaat bergabung dengan KPBS, yaitu
berkembangnya usaha ternak yang relatif baik dengan penerapan teknologi
peternakan modern.
Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) mengenai Peran
Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga
Indah Farm Kabupaten Sukabumi didirikan oleh seorang yang memiliki jiwa
wirakoperasi yang bernama Wahyudin. Hal yang dilakukan oleh Wahyudin ini
adalah melakukan kerjasama dengan para petani yang tergabung dalam kelompok
tani di wilayah Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konsep wirakoperasi
yang diterapkan oleh Wahyudin berupa penentuan ketetapan harga beli di bahan
baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil diskusi dengan para petani mitranya.
Selain ketetapan harga yang didasarkan pada hasil diskusi dengan para petani,
perusahaan ini juga memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para
petani dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas.
Perusahaan ini juga memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan
para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan berlandaskan
kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm didirikan tidak hanya
berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga berorientasi pada
kesejahteraan yang bermitra dengannya. Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga
Indah Farm memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan kesejahteraan
petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut terbukti dengan sembilan
orang petani kecil yang bermitra dengannya mengaku memiliki pendapatan yang
meningkat. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, perusahaan ini juga
memiliki manfaat yang besar bagi para petani mitranya. Manfaat tersebut berupa
terjaminnya pasar, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi serta kemudahan dalam
mendapatkan bantuan permodalan. Selain membina 2000 petani sebagai pemasok
bahan baku, perusahaan ini juga mempekerjakan masyarakat sekitar usaha dengan
latar belakang putus sekolah, janda dan ibu rumah tangga. Dapat dilihat bahwa
selain berorientasi pada keuntungan, perusahaan ini juga berorientasi pada
kesejahteraan para petani yang bermitra dengannya dan juga pada kesejahteraan
masyarakat lingkungan sekitar usaha.
Kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB
Sundawati dkk (2011) mengenai Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran
Terpadu Biofarmaka dalam Tangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di
7

Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat mengemukakan bahwa perlu adanya


pengembangan model kelembagaan petani yang bertujuan untuk meningkatkan
pemasaran biofarmaka khususnya komoditas rimpang. Pemasaran komoditas
tanaman biofarmaka jenis ini belum memiliki ikatan kemitraan yang efektif antara
petani dengan indsutri karena banyaknya kendala dan hambatan yang dijumpai
dalam pelaksanaannya. Perlunya ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas pemasaran karena komoditas biofarmaka jenis rimpang
banyak dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Menurut Baga dan
Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok, keberhasilan suatu
wirakoperasi membutuhkan adanya seorang pemimpin yang berjiwa wirakoperasi
sehingga mampu memberikan peningkatan terhadap pendapatan dan skala usaha
yang dilakukan petani.
Wirakoperasi berupaya agar usaha yang didirikan dapat berjalan dengan
baik. Perencanaan bisnis yang dilakukan oleh wirakoperasi untuk mendapatkan
kemudahan dalam melaksanakan usaha yang akan dilakukan. Selain itu,
perencanaan bisnis juga dapat mengurangi kegagalan pada pendirian suatu proyek
bisnis. Menurut Pinson (2003) ada tiga tujuan menulis rencana bisnis, yaitu
sebagai panduan yang dapat diikuti sepanjang usia bisnis, sebagai dokumentasi
pendanaan, dan sebagai alat standart untuk mengevaluasi potensi bisnis keluar
negeri.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur)

Cooperative entreupreneur atau wirakoperasi merupakan bentuk khusus


dari konsep wirausaha. Pada dasarnya cooperative entrepreneur adalah
pengembangan organisasi petani dan bersama petani mengembangkan potensi
yang ada. Setiap wirakoperasi merupakan seorang wirausaha. Wirakoperasi tidak
memerlukan lahan, modal, maupun tenaga kerja karena usaha akan bergerak
dengan sendirinya. Seorang wirakoperasi merupakan seorang penggerak dan
katalis perubahan yang berpihak pada petani.
Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi
bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik
yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Dalam peningkatan
kesejahteraan petani seorang wirakoperasi dituntut untuk memecahkan
permasalahan kekuatan tawar produk yang dihasilkan oleh petani. Seorang
cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan petani
dapat diwujudkan dalam semangat membangun koperasi melalui koperasi
Tugas utama seorang wirakoperasi adalah menciptakan inovasi yang dapat
memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi
sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dari wirakoperasi tersebut.
Tugas wirakoperasi akan berjalan dengan baik apabila seorang wirakoperasi
memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi serta kebebasan dalam
bertindak (sepanjang tidak merugikan orang lain) dari wirausaha (Fajrian 2013).
8

Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu mengembangkan


usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau anggotanya. Orientasi
peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan
pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala usaha kecil menjadi skala
usaha yang lebih besar bagi petani. Konsep wirakoperasi yang akan ditonjolkan
sangat erat hubungannya dengan kemitraan atau kerjasama. Wirakoperasi ini
dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis dengan melakukan kerjasama
dengan petani untuk memasok bahan baku yang akan digunakan. Penerapan
konsep ini akan menciptakan suatu multiplier effect bagi usaha yang dijalankan
juga meningkatkan tingkat efisiensi rantai pasokan karena terintegrasinya rantai
pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.

Rencana bisnis

Bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Selain itu bisnis juga dapat diartikan sebagai kegiatan
mencari keuntungan yang diorganisasikan dan diarahkan untuk menyediakan
barang dan jasa kepada para pelanggan. Perusahaan memproduksi dan
memasarkan barang dan jasa dengan harapan akan mendapatkan keuntungan.
Bisnis dapat juga diartikan sebagai sistem yang memproduksi barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Rencana bisnis merupakan dokumen
tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha untuk
memanfaatkan peluang-peluang usaha (business opportunities) yang terdapat di
lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing (competitive
advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan
untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata
(Solihin 2007).
Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana,
kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi
pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk
pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan
dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk
mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga
keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2005).

Rencana Produk

Perencanaan produk adalah proses penciptaan suatu produk hingga produk


tersebut diperkenalkan di pasar. Proses perencanaan produk diawali dengan
pengenalan terhadap kebutuhan pasar. Produk yang dijual dapat berupa fresh
product, intermediate product, atau final product.
Fresh product adalah produk segar yang belum dilakukan pemrosesan
terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak menghasilkan margin yang tinggi
bagi pelakunya karena tidak memiliki nilai tambah. Intermediate product adalah
produk yang telah diproses namum memerlukan proses selanjutnya untuk
kemudian dijual kepada industri yang membutuhkan. Intermediate product
umumnya dipasarkan pada industri manufaktur produk akhir. Final product
9

adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh
konsumen akhir.
Produk yang akan dihasilkan pada rencana bisnis ini adalah intermediate
product yaitu berupa bubuk kencur. Produk dihasilkan dengan mengolah rimpang
kencur segar menjadi bubuk kencur yang dapat meningkatkan umur simpan
produk. Nilai tambah pada produk ini diharapkan dapat memberikan keuntungan
lebih bagi pelaku usaha.

Strategi dan Rencana Pemasaran

Aspek pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai dukungan


pemasaran dari produk yang dihasilkan terhadap pengembangan usaha yang
direncanakan. Baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat
dilihat dari daya serap pasar, prospek pengembangannya di masa yang akan
datang, kondisi pemasaran, dan tepat tidaknya program pemasaran dari hasil
usaha yang direncanakan (Ibrahim 2003).
Strategi pasar yang biasa digunakan adalah STP (Segmentation, Targeting,
Posisioning). Segmentation yaitu membagi pasar kedalam kelompok pembeli
yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang
mungkin membutuhkan bauran pemasaran. Targeting yaitu proses mengevaluasi
daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih segmen
yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar suatu produk menempati
tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran
dibandingkan dengan produk pesaing.
Analisis lain yang digunakan dalam strategi pemasaran adalah bauran
pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk
(product), promosi (promotion), lokasi/distribusi (place), dan harga (price).
Produk menyangkut keragaman, kualitas, desain, fitur yang dimiliki, merk,
kemasan dan servis yang dimiliki suatu produk. Promosi terkait dengan iklan,
penjualan langsung, promosi penjualan, dan humas dari produk. Lokasi/ distribusi
terkait dengan saluran, cakupan, kombinasi, tempat, persediaan, transportasi, dan
logistik dari suatu produk. Harga menyangkut daftar harga, diskon, pencadangan,
periode, pembayaran atau persyaratan kredit dari sebuah produk.

Rencana Operasional (Produksi)

Setiap gagasan kewiraswastaan, produksi barang atau penyediaan jasa


mempunyai aspek teknis yang harus dianalisis sebelum usaha implementasi
gagasan dilaksanakan (Moerdiyanto 2008). Aspek teknis dan produksi merupakan
lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha
yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi
pemasaran. Penilaian yang diperlukan dalam aspek teknis, antara lain lokasi
proyek, luas produksi, dan proses produksi. Faktor-faktor yang perlu dinilai dari
segi lokasi, antara lain daerah pemasaran, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas
pengangkutan, dan fasilitas listrik dan air. Jumlah produksi dari suatu gagasan
usaha tergantung pada permintaan pasar serta tingkat keuntungan yang optimal
untuk diterima. Proses produksi perlu diketahui untuk menentukan jumlah
peralatan yang diperlukan, bentuk dan luas bangunan, jumlah investasi, modal
10

kerja, biaya operasi, dan pemeliharaan dalam perhitungan analisis kriteria


investasi (Ibrahim 2003).

Perencanaan Lokasi dan Tata Letak


Perencanaan lokasi dan tata letak harus dipersiapkan secara baik dan tepat
agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Dalam menentukan lokasi
usaha, didasarkan pada kedekatannya dengan bahan baku atau pasar potensial,
tenaga kerja, serta ketersediaan infrastruktur yang baik yang dapat menunjang
kegiatan usaha. Perancangan tata letak bangunan usaha terdiri dari ruang produksi,
ruang penyimpanan atau gudang, ruang administrasi, serta ruangan lain yang
dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat
meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dibutuhkan.

Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam bisnis pengolahan rimpang kencur ini
adalah teknologi perajangan, pengeringan buatan, penggilingan, dan pengemasan
vakum. Teknologi perjangan digunakan untuk menghasilkan kencur berbentuk
simplisia. Teknologi yang digunakan pada proses pengeringan adalah vacuum
cabinet dryer, sedangkan diskmill digunakan sebagai alat penggiling kering
dengan hasil dari penggilingan ini adalah kencur berbentuk bubuk. Alat yang
digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk
mengemas produk rimpang kencur. Seluruh teknologi yang digunakan untuk
meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan menggunakan
teknologi pengeringan alami.

Perencanaan Bahan Baku


Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam kegiatan
usaha yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kembali.
Perencaaan bahan baku meliputi:
a. Jenis bahan baku
b. Kuantitas bahan baku
c. Kualitas bahan baku
d. Persediaan bahan baku
e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain
Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi :
a. Persediaan bahan baku
b. Kualitas bahan baku
c. Harga bahan baku
d. Transportasi bahan baku
e. Jalur pengadaan bahan baku

Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia

Koperasi
Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
kelompok dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi (UU No 12
11

Tahun 2012). Sebuah badan hukum yang disebut sebagai koperasi harus
menjalankan prinsip-prinsip dasar koperasi. Menurut UU No 25 Tahun 1992 pasal
5 disebutkan tujuh prinsip koperasi sebagai berikut:
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Untuk menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun
tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik, dan
agama. Setiap warga negara yang telah mampu melaksanakan tindakan
hukum dan telah memenuhi persyaratan sebagai anggota koperasi berhak
menjadi anggota koperasi dan berpartisipasi aktif.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Koperasi didirikan oleh para anggota yang memiliki tujuan yang sama
yaitu meningkatkan kesejahteraan bersama. Dalam proses pengambilan
keputusan, setiap anggota harus diperlakukan sama. Pengawasan terhadap
kegiatan usaha koperasi dilakukan oleh anggota yang telah memenuhi syarat
sebagai pengawas.
3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi
Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan mengawasinya
secara demokratis. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Balas
jasa terhadap modal diberikan secara terbatas.
4. Otonomi dan kemandirian
Koperasi adalah organisasi yang otonom dan mandiri serta diawasi oleh
anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain
termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari luar maka hal itu harus
berdasarkan persyaratan yang tetap guna menjamin adanya upaya
pengawasan yang demokratis dari anggotanya dan mempertahankan otonomi
koperasi.
5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi
Koperasi memberikan pelatihan dan pendidikan bagi anggota, pengurus,
pengawas, manajer, dan karyawan. Tujuannya agar mereka dapat
melaksanakan tugas lebih efektif dalam pengembangan koperasi. Koperasi
memberikan informasi bagi orang-orang muda dan tokoh masyarakat
mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi.
6. Kerjasama antar koperasi
Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional, nasional, dan
internasional, maka gerakan koperasi dapat melayani anggotanya dengan
lebih efektif dan dapat memperkuat gerakan koperasi.
7. Kepedulian terhadap masyarakat
Koperasi melakukan kegiatan pengembangan masyarakat sekitarnya
secara berkelanjutan, melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota.

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha

Untuk membentuk suatu usaha dagang, dalam hal ini perusahaan ekspor
Indonesia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Kemendag, 2013):
1. Badan Hukum, dalam bentuk :
a. CV (Commanditaire Vennotschap)
b. Firma
c. P.T (Perseroan Terbatas)
12

d. Persero (Perusahaan Perseroan)


e. Perum (Perusahaan Umum)
f. Perjan (Perusahaan Jawatan)
g. Koperasi
2. Memiliki N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak)
3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan pemerintah seperti :
a. S.I.U.P (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Dinas Perdagangan
b. Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian
c. Izin Usaha P.M.D.N (Penanaman Modal Dalam Negeri) atau P.M.A
(Penanaman Modal Asing) yang dikeluarkan oleh B.K.P.M (Badan
Koordinasi Penanaman Modal)
4. Memiliki Angka Pengenal Ekspor (A.P.E)
Pengurusan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan untuk koperasi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi
2. Fotokopi KTP Pimpinan/Penanggung jawab koperasi
3. Fotokopi NPWP Koperasi
4. Neraca terakhir koperasi bermaterai Rp6 000
5. Susunan Pengurus
6. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan atau kantor desa,
diketahui kecamatan
7. Pasfoto warna ukuran 4x6 dua lembar.
Ijin usaha perdagangan ini masuk kedalam ijin usaha perdagangan dan berlaku
selama 5 (lima) tahun dan setiap tahun dilakukan registrasi ulang.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi eksportir adalah
sebagai berikut (Kemendag 2013):
1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha
2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha usaha yang
berbadan hukum dengan klasifikasi eskprtir produsen atau eksportir bukan
produsen
3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari
brosur/leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales
contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of
subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB), dan pemberitahuan ekspor
barang tertentu
4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman
keterangan produk dalam lembar Profil Produk
5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satuu fasilitas yang
ditawarkan berupa INTRADE.
Untuk melakukan proses ekspor, tata cara atau prosedur yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut (Kemendag 2013):
13

D L
Esksportir N N Produksi
1 barang
5
4 2 1
3 1
Produksi Correspondent/Rec Opening
barang eiving Bank Bank
1
6 0

Pelayaran/
Penerbangan 9 1
2
7

Bea dan cukai Instansipener


pelabuhan 8bit SKA
muat a
8

barang Pelabuhan
tujuan

Gambar 1 Alur tata cara ekspor

Keterangan:
1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan
pembuatan sales contract
2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening
Bank)
3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk
memberitahukan kepada eksportir
4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice
5. Eksportir mempersiapkan barang
6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company
7. Eksporir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran
pajak eskspor, kemudian PEB difiat-muatkan
8. Pemuatan barang diatas kapal, shipping company memberikan bills of lading
pada eskportir
8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat
Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi
penerbit SKA
9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C,
eskportir bernegosiasi kepada negotiation bnk untuk mendapat pembayaran.
10. Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank
11. Opening Bank meneruskan dikumen tersebut kepada importir
14

12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk


ditukarkan dengan delivery cargo
13. Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir
14. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir
15. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk
ditukarkan dengan delivery cargo

Struktur Organisasi
Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan
dalam struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari nama orang
yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing-masing.
Dalam struktur organisasi ini mengGambarkan hubungan kerja antara orang yang
satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Deskripsi Kerja
Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga kerja maupun
pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja
bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan
maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan
dijalankan memiliki hak, kewajiban, dan tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan
usaha menjadi lebih efektif.

Gaji dan Upah


Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh
seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masing-
masing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan.
Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan
disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan
imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai
dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat
disesuaikan dengan UMR yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh
perusahaan.

Risiko Bisnis

Risiko bisnis merupakan tingkat ketidakpastian tentang laba perusahaan


yang akan datang. Laba perusahaan dimasa yang akan datang tergantung pada
penerimaan dan beban (pengeluarannya). Perusahaan dapat mengalami kerugian
jika pengeluaran lebih banyak dari yang direncanakan (Madura 2001). Secara
sederhana, risiko bisnis dapat diartikan suatu keadaan atau faktor yang mungkin
memiliki dampak negatif pada operasi atau profitabilitas suatu perusahaan. Ada
dua jenis risiko, yakni risiko murni dan risiko spekulatif. Risiko murni merupakan
risiko yang apabila terjadi menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa sengaja.
Risiko murni ini umumnya bisa diasuransikan. Contoh risiko murni adalah terjadi
kebakaran, bencana alam atau banjir. Risiko spekulatif adalah risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan
peluang keuntungan kepadanya. Risiko ini umumnya tidak bisa diasuransikan.
15

Rencana Keuangan

Aspek finansial yang perlu dianalisis untuk menyusun suatu perencanaan


bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit
Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009).
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total present value
penerimaan (benefit) dengan total present value pengeluaran (cost) atau jumlah
present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis
dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0
(NPV>0).
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk
menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan
dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan
layak apabila nilai IRR lebih besar dari discount rate (DR) atau tingkat suku
bunga yang berlaku.
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat
bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis
dikatakan layak apabila nilai net B/C Rasio lebih besar dari 1 (net B/C rasio>1).
Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada
kerugian yang dialami.
4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis
finansial. Metode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat
tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat
pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi
pada bisnis tersebut.
5. Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada kondisi titik
impas yang terjadi ketika penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan
sehingga pada kondisi ini perusahaan tidak mengalami kerugian maupun
keuntungan (P = ATC minimum). Dengan kata lain pada kondisi ini kerugian dan
keuntungan sama dengan nol.
6.Cash Flow
Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan
pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan
transaksi pembiayaan atau pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam
kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan
penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan
arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas
perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi
berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Cash flow terdiri dari
dua aliran arus yaitu sebagai berikut:
1. Cash inflow
16

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow)
terdiri dari:
a) Hasil penjualan produk/jasa perusahaan
b) Penagihan piutang dari penjualan kredit
c) Penjualan aktiva tetap yang ada
d) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas
e) Pinjaman/hutang dari pihak lain
f) Penerimaan sewa dan pendapatan lain
2. Cash outflow
Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang
mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari:
a) Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik
lain-lain
b) Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan
c) Pembelian aktiva tetap
d) Pembayaran hutang-hutang perusahaan
e) Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan
f) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga, dan pengeluaran lain-lain

Kerangka Pemikiran Operasional

Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pasar luar dan


dalam negeri harus direspon secara aktif agar kebutuhan akan komoditas ini dapat
terpenuhi. Pengembangan komoditas agribisnis dapat dilakukan dengan model
yang terarah dan konsep yang jelas. Oleh sebab itu, dibentuk sebuah model
pengembangan sistem agribisnis kencur berbasis cooperative entrepreneur.
Wirakoperasi atau cooperative entrepreneur merupakan penggerak
pengembangan ekonomi masyarakat petani. Konsep ini memberikan manfaat yang
sangat berarti bagi para petani biofarmaka yang sebagian besar merupakan petani
kecil. Petani-petani kecil menjual hasil produksi melalui wirakoperasi. Hasil
produksi tersebut akan diolah menjadi produk setengah jadi dan dijual ke luar
negeri. Melalui rencana ini, petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar dengan harga jual yang lebih tinggi.
Usaha pengolahan kencur bubuk ini merupakan usaha pasca panen yang
melalui proses pengolahan dan pengemasan. Usaha ini dilakukan dengan menjalin
kerjasama dengan melibatkan para petani kecil dan melakukan kerja kolektif. Cara
pandang kolektif ini diterapkan agar meningkatkan nilai tambah produk dan posisi
tawar. Alur pemikiran kerangkan operasional penelitian secara ringkas dapat
dilihat pada Gambar 2.
17

Petani yang membudidayakan


Rimpang kencur memiliki
komoditas ini masih berupa
potensi yang sangat baik dilihat
petani kecil sehingga permintaan
dari tingginya permintaan di
belum terpenuhi dan harga jual di
pasar luar negeri, manfaat bagi
tingkat petani masih rendah
kesehatan, serta volume produksi
yang cukup besar

Wirakoperasi

Komersialisasi pengembangan
biofarmaka

Membuat kerjasama atau


Meningkatkan nilai tambah
melakukan usaha kolektif
produk
bersama petani kecil

Rencana Bisnis Bubuk Kencur Berbasis


Cooperative Entrepreneur di Bogor

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian

METODE PENELITIAN

Waktu Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor yang terbagi dalam empat


Kecamatan yaitu Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Cipaku, Kecamatan Cilebut,
dan Kecamatan Tegal Waru. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode
purpossive sampling atau sengaja dengan pertimbangan petani-petani di daerah
tersebut merupakan petani binaan Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat). Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013-Juni 2014.
18

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang
dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan
kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian.
Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk,
dan data lain yg berkaitan dengan penelitian.
Data yang digunakan pada penelitian ini, merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi
penelitian serta wawancara dengan petani. Sedangkan data sekunder, diperoleh
dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, perpustakaan,
penelitian atau riset yang telah dilakukan, serta penelusuran dari literatur yang
relevan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan


teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) yaitu dengan cara observasi, wawancara
mendalam, dan diskusi kepada para petani tanaman kencur yang berada di
keempat kecamatan tersebut. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi
produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan.
Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur melalui
buku ataupun melalui penelusuran internet.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah menggunakan dua jenis
analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Pendekatan kuantitatif
mengunakan analisis finansial untuk mengetahui NPV, IRR, Net B/C dan PP
(Nurmalina et al 2009) adalah sebagai berikut :
A. Analisis Non Finansial
1. Analisis Aspek Teknis dan Operasi
Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi,
pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak
ruang pengolahan, tenaga teknis produksi serta perumusan standar mutu input dan
output. Aspek ini juga mengkaji mengenai bentuk badan usaha, perijinan usaha,
serta kepemilikan usaha.
2. Analisis Aspek Organisasi
Aspek ini terdiri dari kesesuaian spesifikasi dan deskripsi keahlian dan
tanggung jawab bagi seluruh pekerja, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja
yang digunakan, dan penetapan gaji.
3. Rencana Pemasaran
Menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran
yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari
market selection dan marketing mix development. Dalam strategi market selection
19

terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar
sasaran. Sedangkan dalam strategi marketing mix development terdiri dari aspek
produk, harga, promosi, dan distribusi. Menurut Kotler yang dikutip oleh
Munandar (2012) dalam jurnalnya, analisis target pasar terdiri dari segmentasi
pasar, penentuan target, dan posisi pasar.
a. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang
bersifat heterogen ke dalam kelompok pasar yang bersifat homogen.
Dalam prosesnya aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan
adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
b. Pasar Sasaran
Setelah menganalisis segmentasi pasar, selanjutnya dilakukan
pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan pasar sasaran. Dalam
penentuan pasar sasaran, kriteria yang harus diperhatikan adalah
bahwa pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program
pemasaran yang dikembangkan, produk yang ditawarkan memiliki
potensi penjualan yang cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan yang
memadai, serta pasar sasaran dapat dijangkau oleh media pemasaran.
c. Posisi Pasar
Penetapan posisi pasar merupakan langkah terkahir dalam
melakukan analisis target pasar. Dalam penetapan posisi pasar
langkah yang harus dilakukan untuk membuat konsumen sebagai
pasar tujuan dapat membedakan produk yang akan ditawarkan dengan
produk pesaing adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan.
Keunggulan ini dapat berupa diferensiasi melalui inovasi yang
dilakukan pada bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi,
dan distribusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar
perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan produk pesaing.
2) Pilih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk kemudian
dikomunikasikan dalam benak konsumen. Kriteria yang harus
dipenuhi adalah dengan menawarkan barang atau jasa yang
memiliki ciri khas atau dengan menggunakan strategi harga
bersaing.
4. Rencana Operasional dan Produksi
Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi,
pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata
letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi, serta perumusan standar mutu
input dan output.

1. Analisis Finansial

Menurut Umar (2001) dalam bukunya yang berjudul Studi Kelayakan Bisnis,
ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengkaji kelayakan
investasi, antara lain sebagai berikut.
1. Net Present Value (NPV)
20

Net Present Valuedigunakan untuk melihat nilai uang berdasarkan


perubahan waktu. Selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai
sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.

Keterangan :
Bt = Manfaatpadatahun t
Ct = Biayapadatahun t
t = Tahunkegiatanbisnist( t = 0,1,2,3,........, n), tahunawalbisatahun
nol atautahun satu tergantungkarakteristikbisnisnya
i = Discount rate (%)
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Returndigunaka untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang
akan datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.

Keterangan :
i1 = Nilaipercobaanpertamauntuk discount rate positif
i2 = Nilaipercobaankeduauntuk discount rate negatif
NPV1 = Nilaipercobaanpertamauntuk NPV
NPV2 = Nilaipercobaankeduauntuk NPV

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang
diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan

Keterangan :
Bt = Manfaatpadatahun t
Ct = Biayapadatahun t
i = Discount Rate (%)
t = Tahun

4. Payback Period (PP)


Payback Period adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investai dengan menggunakan aliran kas
21

Keterangan :
I = besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

5. Break Event Poin


Break Event Poinadalah keadaan di mana penerimaan pendapatan
perusahaan (total revenue) adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya
(total cost).

6. Cash Flow
Laporan perubahan kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama
satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas
tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan
penggunaan-penggunaannya.

No Uraian Komponen 1 2 ... n


I Inflow
Nilai Produksi
Pinjaman
Nilai Sewa
Grants
Salvage Value
Total Inflow
II Outflow
Biaya Investasi
Biaya Operasional
2.1 Biaya Variabel
2.2 Biaya Tetap
Pembayaran Bunga Pinjaman
Pajak
Biaya Lainnya
Total Outflow
III Net Benefit
IV Dengan i=DR (%)
V PV Net Benefit (NPV)=(III)(IV)
22

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 298 838 304 ha. Bogor terletak
pada ketinggian 190 meter sampai 350 m dari permukaan laut (mdpl). Bogor
diapit oleh beberapa gunung besar antara lain Gunung Salak, Gunung Pangrango,
dan Gunung Gede. Kota Bogor memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah
26 C dan suhu udara terendah 21.8 C, dan memiliki kelembaban udara kurang
lebih 70%. Bogor memiki curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar
antara 3 500 hingga 4 000 mm per tahun (terutama pada bulan Desember sampai
Januari).
Karakteristik topografi dan iklim di Bogor menunjukkan bahwa wilayah ini
berpotensi untuk mengembangkan komoditas kencur di bidang budidaya.
Pemerintah melalui dinas perhutanan memiliki berbagai program yang
mendukung pengembangan tanaman biofarmaka termasuk kencur. Potensi
komoditas kencur tersebut juga didukung oleh keberadaan produsen jamu maupun
obat herbal yang terletak di wilayah Bogor. Produsen jamu atau obat herbal
tersebut merupakan pelaku usaha yang menggunakan rimpang kencur sebagai
bahan baku maupun bahan tambahan pada produk yang dihasilkan

RENCANA BISNIS

Rencana Produk

Bisnis pengeringan rimpang kencur ini akan menghasikan intermediate


product yang berupa kencur bubuk. Bubuk kencur sebagai bahan baku utama
diperoleh melalui petani mitra kemudian masuk ke tahap proses pengolahan
sehingga menghasilkan output produk dalam bentuk kering. Teknologi yang
digunakan adalah dengan pengeringan buatan dan kemudian penggilingan kering
untuk menghasilkan produk kencur bubuk. Selain dilakukan pengeringan dan
penggilingan, teknologi kemas vakum dipilih karena dapat memperpanjang umur
simpan produk serta menghemat ruang pada saat penyimpanan maupun
pendistribusian. Metode pengemasan menggunakan mesin vacuum packaging
dipilih karena dapat menciptakan nilai serta manfaat bagi produk, salah satunya
ialah dapat memperpanjang umur produk dan menciptakan nilai tambah tersendiri
bagi produk. Rendemen dari kencur bubuk sebesar 10%, sehingga membutuhkan
sepuluh kilogram rimpang untuk menghasilkan satu kilogram kencur bubuk.
23

Gambar 3 Kencur bubuk dan label

Rencana Pemasaran

Market Selection

1. Segmenting
Segmentasi pasar untuk produk olahan pegagan ini didasarkan pada
dua aspek yaitu tingkat penggunaan dan juga tingkat geografis. Produk
dipasarkan pada pasar yang potensial dan secara efektif dijangkau oleh
konsumen. Secara geografis, produk ini dipasarkan ke luar negeri dengan
kelompok industri di bidang pangan maupun biofarmaka. Industri ini
merupakan industri yang membutuhkan produk kencur dalam bentuk
kering dan bubuk sebagai kelanjutan usaha yang dijalankan.
2. Targeting
Target pasar yang dipilih adalah industri yang membutuhkan kencur
bubuk sebagai bahan baku. Target pemasaran ditujukan ke benua Eropa
terutama di Negara Jerman. Di negara ini banyak perusahaan yang
membutuhkan produk kencur yang merupakan bagian dari tanaman
rempah-rempah.
3. Positioning
Produk yang akan dihasilkan adalah kencur dengan penanganan
teknologi pengeringan dan pengemasan yang modern. Hal ini memberikan
dampak terhadap kualitas yang dihasilkan. Kencur memiliki kadar air yang
rendah dengan pengeringan yang menggunakan alat pengering buatan
serta daya tahan simpan yang lebih lama dengan kondisi kualitas baik
melalui teknologi pengemasan.

Marketing Mix Development

1. Product (produk)
Produk yang akan dihasilkan dalam rencana bisnis ini merupakan
intermediate product. Produk dihasilkan melalui proses pengolahan dengan
menghasilkan kencur dalam bentuk bubuk. Pengemasan menjadi penanganan
terhadap produk yang dihasilkan dengan menggunakan sistem kedap udara/
vakum tanpa merk dan label, hanya mencantumkan kode produksi dan
tanggal kadaluarsa.
2. Price (harga)
24

`Penetapan harga dilakukan dengan mempertimabangkan berbagai


aspek sehingga bisa menghasilkan keuntungan yang optimal. Harga jual dari
produk yang dihasilkan adalah sebesar USD 22.91 atau sekitar Rp252 000
(dengan asumsi USD 1 sama dengan Rp11 000).
3. Place (tempat)
Tempat atau distribusi terhadap produk yang dihasilkan dipilih di luar
negeri. Perusahaan akan memasarkan produk kepada pelanggan luar negeri
yang membutuhkan sehingga tersedianya produk diinginkan sesuai tempat,
lokasi, maupun waktu. Pada proses pendistribusian, dilakukan kerjasama
dengan perusahaan lain yang juga mengekspor produk kencur dengan sistem
kerjasama joint container. Pendistribusian produk dilakukan melalui
pelabuhan peti kemas Tanjung Priok, Jakarta. Lokasi untuk melakukan
pengolahan rimapang kencur ini akan didirikan di Bogor
4. Promotion (promosi)
Promosi dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi berbasis
internet melalui situs web sehingga pemasaran online dapat dilakukan.
Produk akan ditawarkan langsung kepada perusahaan yang membutuhkan
produk kencur dalam bentuk kering dan bubuk dari berbagai negara.

Rencana Operasional

Rencana Jumlah Produksi

Pada usaha pengolahan kencur akan dilakukan rangkaian proses yang


dimulai datri proses pengeringan, penggilingan kering, serta pengemasan. Produk
yang dihasilkan berupa rimpang kencur segar dan kencur bubuk ditujukan untuk
memasok kebutuhan industri biofarmaka yang berbasis di luar negeri. Rencana
jumlah produksi yang dihasilakan adalah 1.7 ton perbulan pada tahun pertama dan
dua ton per bulan untuk tahun kedua sampai seterusnya.
Kapasitas produksi dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 1 053
kg rimpang basah (penyusutan bahan baku sebesar 5%) untuk menghasilkan
produk kencur bubuk sebesar 100 kg, sehingga dalam satu bulan akan
menghasilkan dua ribu kg atau dua ton bubuk kencur.Pada tahun pertama usaha
berjalan, produk yang dihasilkan hanya sebesar 1.7 ton setiap bulannya dengan
jumlah bahan baku yang sama yaitu 1 053 Kg per hari. Hal tersebut dikarenakan
jumlah penyusutan bahan baku masih tinggi yaitu sebesar 15%. Hal tersebut
disebabkan oleh kualitas bahan baku yang diperoleh dari petani belum sesuai
dengan yang diinginkan.

Teknologi

Alat-alat yang digunakan dalam dalam perencanaan bisnis ini antara lain
mesin perajang kencur, mesin pengeringan buatan (vacuum cabinet dryer) serta
alat penggiling kering (diskmill) dengan output kencur bubuk. Sedangkan alat
yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging
25

untuk mengemas produk rimpang kencur dalam bentuk kencur bubuk. Mesin
conveyor pendeteksi logam juaga digunakan untuk memastikan produk tidak
mengandung bahan yang membahayakan. Teknologi yang digunakan akan
meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi jumlah dan waktu.
1. Mesin Perajang Kencur

Gambar 4 Mesin perajang kencur


www.rekatehnikindo.blogspot.com

Bahan baku kencur segar yang didapatkan akan dicuci, ditiriskan, disortasi,
dan dirajang menggunakan mesin perajang. Rimpang kencur yang dirajang
dengan ketebalan tiga hingga lima. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses
yang berikutnya, yaitu proses pengeringan. Perajangan rimpang kencur basah
dilakukan menggunakan mesin perajang otomatis dengan kapasitas 150 kg per
jam. Untuk merajang 1 053 kg rimpang basah dalam satu kali produksi
dibutuhkan mesin perajang sebanyak dua unit yang masing-masing beroperasi
selama 3.5 jam setiap harinya.

Spesifikasi mesin perajang:


1. Dimensi : 40cm x 50cm x 125cm
2. Penggerak : Motor bensin 5.5 pk
3. Bahan frame : Besi profil siku 40 x 40
4. Transmisi : Pulley dan v belt
5. Inlet dan out let : Stainles ssteel
6. Kelengkapan : Roda 2 in
7. Kegunaan : Merajang menjadi bentuk tipis kencur, kunyit,
temulawak,dll.

2. Vacuum Cabinet Dryer


26

Pengeringan akan dilakukan setelah rimpang kencur dirajang dengan


mesin perajang. Pengeringan ini mengunnakan mesin vacuum cabinet dryer. pada
mesin ini, terdapat beberapa loyang yang dijadikan tempat rimpang kencur yang
akan dikeringkan. Prinsip kerja dari alat vacuum cabinet dryer tersebut adalah
dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan
penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Sumber panas yang
digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari istrik maupun gas.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan rimpang kencur basah
dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer adalah delapan jam dengan suhu
50 hingga 55oC 4. Mesin pengeringan ini memiliki kapasitas 40 rak atau setara
dengan 150 kg rimpang basah. Untuk mengeringkan 1 053 kg rimpang basah
dalam satu kali produksi dibutuhkan alat pengering sebanyak 7 unit.

Gambar 5 Mesin vacuum cabinet dryer


Spesifikasi Mesin Vacuum Cabinet Dryer:
Mesin Oven Pengering 40 Rak (gas)
Kapasitas : 40 rak / loyang
Dimensi : 240x55x165 cm
Bahan : stainless stell
Listrik blower: 300 watt
Sumber panas : Gas LPG

3. Mesin Diskmill
Rimpang kencur yang sudah dirajang kemudian digiling dengan mesin
penggiling atau mesin diskmill. Mesin ini akan menggiling dengan kapasistas 33
hingga 200 kg/jam dengan prinsip kerja menggiling simplisia menjadi ukuran
yang sangat kecil dan bubuk.

4
Ofosi Harefa "TPL-IKM 2008" PTKI MEDAN (Desember 2010). (Diacu 2014 Maret 26)
27

Gambar 6 Mesin diskmill


www.rekatehnikindo.blogspot.com

Spesifikasi mesin diskmill:


Kapasitas: 33 hingga 200 kg/jam
Motor power: 5,5 HP (Horse Power) atau Diesel 12 PK (Paard Krcht)
dengan power bisa diturunkan sesuai anggaran dan jenis serta jumlah
bahan yang diproses
Dimensi: 80x50x100 cm
Bahan: stainless steel
4. Vacuum Packaging
Produk kencur bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan mesin
vacuum packaging. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara penghilangan
udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian dilakukan
penyegelan pada kemasan. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat
meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat
penyimpanan dan pendsitribusian. Jenis plastik kemasan yang digunakan
merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran dari bahan plastik
LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene Terephthalate) dan nylon.
Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan kerapatan pori yang lebih tinggi
dibandingkan dengan plastik kemasan biasa sehingga dapat berfungsi sebagai
kemasan penyimpan kedap udara.

Gambar 7 Mesin vacuum packaging


28

www.anekamesin.com

Gambar 8 Plastik kemasan vakum


www.chinatraderonline.com

Spesifikasi mesin Vacuum Packaging:


Material: besi, stainless steel
Lebar seal: 32 hingga 50 cm
Kekuatan vakum: 10 m3 hingga 20 m3 per jam
Daya listrik: 400 hingga 800 watt atau 220 V atau 50 hingga 60 Hz

5. Alat conveyor pendeteksi logam

Gambar 9 Alat conveyor pendeteksi logam

www.indotrading.com

Alat conveyor digunakan untuk mendeteksi kadar logam yang terdapat pada
kencur bubuk. Kencur bubuk dalam kemasan harus melewati alat pendeteksi
logam ini. Alat ini menjamin ambang batas kadar logam yang menjadi syarat
ekspor kencur ke luar negeri. Mesin ini dapat mendeteksi logam besi dan stainless
steel, seperti kawat atau timah, tembaga, alumunium, timah, dan logam lainnya.
a. Spesifikasi mesin:
b. Tipe : F500
c. Metode mendeteksi : Magnetic induksi
29

d. Lebar pendeteksian : 600 mm


e. Tinggi pendeteksian : 160 mm
f. Kemampuan mendeteksi : 1.0 bola besi
g. Metode alarm : Buzzer
h. Kecepatan belt : 40 m/min
i. Tegangan listrik : 230 V, 50-60 Hz
j. Ukuran dimensi : 1 620 x 1 000 x 1 100 mm

Bahan Baku

Bahan baku dari usaha pengolahan rimpang kencur ini berupa rimpang
kencur segar yang diperoleh dari petani-petani skala kecil yang berada di wilayah
Bogor. Petani-petani tersebut merupakan petani yang bermitra dengan usaha ini
sebagai pemasok tetap bahan baku produksi.
Tabel 3 Kebutuhan bahan baku per bulan

Jumlah Satuan
Input
Rimpang kencur segar 21 530 Kg
Penyusutan bahan baku 1350 Kg
(sortasi)
Plastik kemasan 170 Lembar
Kemasan sekunder (kardus) 34 Lembar
Output
Kencur bubuk 1 700 Kg

Perencanaan Tata Letak dan Lokasi

Gambar 10 Tata letak bangunan usaha


30

Keterangan :
1 = Mesin Perajang
2 = Mesin vacuum dryer
3 = Mesin Penggilingan
4 = Mesin vacuum packager
5 = Mesin conveyor pendeteksi logam

Lokasi produksi dan penggudangan yang dipilih untuk menjalankan bisnis


ini adalah di sekitar Jalan Baru Bogor. Alasan memilih lokasi ini adalah
letaknya yang strategis, akses yang mudah, terletak di jalan utama Bogor. Akses
yang mudah ini, meningkatkan efisiensi waktu menuju Jakarta karena letaknya
yang dekat dengan pintu Tol Sentul/ Jagorawi.

Proses Produksi

Proses produksi pengolahan rimpang kencur melalui tahapan sebagai


berikut:
1. Penyortiran awal (segar)
Penyortiran dilakukan untuk memisahkan rimpang kencur yang bagus
dengan rimpang kencur yang busuk/rusak atau cemaran bahan asing lainnya.
Rimpang kencur yang didapa . Tujuan sortasi adalah untuk mengurangi jumlah
pengotor yang ikut terbawa dalam bahan, mencegah lecetnya permukaan kulit
serta mempermudah pencucian.
2. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan sikat plastik secara hati-hati untuk
menghilangkan kotoran dari hasil panen dan mengurangi mikroba yang menempel
pada rimpang kencur. Pencucian dilakukan secara bertahap (dalam bak-bak
pencucian bertingkat). Tempat pencucian diupayakan menggunakan air mengalir
sehingga sisa pencucian langsung terbuang. Pencucian terhadap rimpang segera
dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat
mempengaruhi mutu rimpang. Sumber air untuk mencuci rimpang diharapkan
berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak
dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun
patogen. Rak pengering harus bersih, tidak berkarat dan tidak bereaksi dengan
rimpang yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar
matahari langsung.
3. Sortasi dan Grading
Rimpang yang telah dicuci bersih dan sudah ditiriskan dipisahkan sesuai
dengan ukuran atau grade serta tujuan penggunaan. Untuk dipasarkan grading
disesuaikan dengan mutu/ kualitas permintaan atau standar perdagangan.
Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang kencur segar kategorinya adalah
sebagai berikut:
4. Perajangan rimpang
Rimpang kencur yang telah bersih kemudian dirajang dengan ketebalan tiga
hingga lima mm untuk mempercepat proses pengeringan.
5. Pengeringan
31

Rimpang kencur kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan


alat vacuum cabinet dryer dengan suhu 50-55 C selama 8 jam
6. Penggilingan kering
Rimpang kencur yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan
kering dengan menggunakan alat diskmill untuk menghasilkan kencur bubuk
dengan tingkat kehalusan yang seragam. Mesin penggiling kering diskmillyang
digunakan berkapasitas 300 kg per jam. Untuk menggiling 100 Kg simplisia
hingga menghasilkan kencur bubuk, dibutuhkan mesin penggiling sebanyak satu
unit.
7. Penyortiran akhir
Pada tahap ini, kencur kering yang sudah digiling menjadi bubuk akan
disortir kembali. Tahap ini dilakukan untuk memisahkan kencur bubuk dari
cemaran bahan asing. Setelah produk disortir, kemudian ditimbang kembali untuk
menghitung rendemen hasil dari pemrosesan.
8. Pengemasan
Bahan kemas / kantong diupayakan bersih dan tertutup rapat. Pengemasan
dilakukan dengan menggunakan alat Vacuum Packaging untuk menghasilkan
produk dengan kemasan kedap udara. Hal ini untuk menjaga kerusakan baik
selama pengangkutan kepasar ataupun selama penyimpanan. Isi kantong
diusahakan tidak terlalu rapat/padat atau tidak ditekan. Kemasan kantong yang
telah berisi simplisia kering, diusahakan jangan ditumpuk-tumpuk, atau harus ada
sekat di antara setiap tumpukan. Plastik kemas vakum sebagai kemasan yang
digunakan memiliki kapasitas sebesar sepuluh kg setiap kemasannya, sehingga
dalam satu bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 200 kemasan. Kemasan
sekunder produk adalah kardus dengan kapasitas 50 kg, sehingga dalam satu
bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 34 kardus.

9. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di ruang / gudang yang bersih dan sirkulasi
udaranya baik dan tidak lembab, jauh dari bahan lain penyebab kontaminasi dan
bebas dari hama gudang. Selain itu sirkulasi udara melaui ventilasi cukup baik,
kelembaban udara rendah (65%), cahaya cukup (suhu gudang penyimpanan
maksimal 30C) dan tidak bocor.
32

Penyiapan Air Kencur Segar Penyiapan Peralatan


Bersih

Busuk,
Penyortiran awal (segar) tanah,
kerikil,
benda asing

Air Pencucian & Penirisan Kotoran yang


Bersih selama 1 hari melekat

Perajangan menggunakan
mesin perajang selama 3.5 jam

Pengeringan menggunakan Benda asing


mesin vacuum cabinet dryer selain bubuk
selama 8 jam kencur

Penggilingan simplisia
menggunakan mesin diskmill
selama 0.3 jam

Penyortiran akhir

Kencur Bubuk

Pengemasan menggunakan
mesin vacuum packager selama 2
jam

Deteksi kandungan logam


menggunakan mesin conveyor pendeteksi
logam

Kencur bubuk
kemasan 10 kg

Gambar 11 Diagram alir pengolahan kencur bubuk


33

Tenaga Teknis Produksi

Dalam kegiatan produksi, dibutuhkan tenaga teknis yang melakukan proses


pengolahan berupa pengeringan dan penggilingan, serta proses pengemasan pada
produk. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sebanyak sebelas orang dengan jenis
pekerjaan yang terdiri dari pencucian, perajangan, penggilingan, dan pengemasan.
Tenaga kerja teknis dipimpin oleh satu orang supervisor produksi yang bertugas
mengawasi seluruh kegiatan produksi.

Perumusan Standar Mutu Input dan Output

a. Standar mutu input


Input yang digunakan adalah rimpang kencur segar yang diperoleh dari
petani pemasok. Standar mutu input yang ditetapkan untuk produk kencur
bubuk adalah rimpang kencur yang berumur sekitar 12 bulan. Kencur yang
diperoleh harus segar dengan kulit tampak halus/tidak keriput, kaku, dan
mengkilat.
b. Standar mutu output
Output yang akan dihasilkan pada bisnis ini berupa kencur bubuk.
Standar mutu output produk ini dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4 Standar mutu simplisia kencur menurut SNI

Parameter Syarat
Warna kuning
kemerahan
Kadar air (%) 8 10%
Kadar abu (%) maksimum 8%
Kadar minyak minimum 2.4%
atsiri
Kadar timbal negatif
Kadar arsen negatif
Sumber: Departemen Pertanian5
Simplisia kencur menjadi bahan dasar untuk menghasilkan kencur
bubuk melalui proses penggilingan kering. Simplisia kencur yang digunakan
sebagai bahan baku serbuk mengandung kadar air 8 hingga 10 persen. Ukuran
partikel bubuk kencur adalah 50 hingga 60 mesh yang berarti dalam satu inch
luas saringan terdapat 50 hingga 60 lubang.

Perumusan Standard Operating Procedure (SOP)

1. Penyortiran dan grading dilakukan pada bahan baku berupa rimpang kencur
segar dari petani pemasok.
2. Pencucian dan penirisan dilakukan pada rimpang kencur segar yang telah
lulus penyortiran dan grading.

5
http://pphp.deptan.go.id (Diacu 2014 Maret 14)
34

3. Rimpang kencur dirajang dengan ketebalan tiga hingga lima mm.


4. Rimpang kencur dikeringkan dengan suhu 45 hingga 50 oC selama lima
hingga delapan jam menggunakan vacuum cabnet dryer sehingga
menghasilkan kadar air sembilan hingga sepuluh persen.
5. Rimpang kencur yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan
dengan menggunakan diskmill untuk menghasilkan kencur bubuk.
6. Rimpang kering dan kencur bubuk dikemas vakum menggunakan vacuum
packaging.
7. Produk yang telah dikemas kemudian disimpan dalam gudang sebelum
didistribusikan.
8. Karyawan produksi harus tetap menjaga sanitasi peralatan produksi.
9. Seluruh karyawan harus menjaga kebersihan dan kenyaman tempat kerja.

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha

Bentuk usaha yang dipilih dalam menjalankan bisinis ini adalah koperasi.
Koperasi dipilih sebagai bentuk usaha karena proses pendirian koperasi yang tidak
memerlukan biaya yang besar dalam pembentukannya. Selain itu, koperasi juga
menciptakan ikatan yang kuat dengan para anggotanya, dan menumbuhkan rasa
memiliki anggota terhadap koperasi. Tujuan pembentukan koperasi adalah untuk
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945 (UU No 25 Tahun 1992). Oleh sebab itu, bentuk usaha ini sangat
cocok digunakan oleh wirakoperasi dalam mengembangkan bisnisnya.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi kepengurusan usaha pengolahan rimpang kencur ini


terdiri dari rapat umum anggota (RUA), pengurus (ketua, sekertaris, bendahara),
pengawas, manajer usaha, staff keuangan, staff administrasi, supervisor produksi,
karyawan pengeringan, karyawan penggilingan, karyawan pengemasan. Susunan
organisasi usaha ini sebagai berikut:
35

RUA
(Rapat Umum Anggota)

Pengurus Pengawas

Manajer
Usaha

Staff Supervisor Staff


Keuangan Produksi Administrasi

Karyawan Karyawan Karyawan


Pengeringan Penggilingan Pengemasan

Gambar 12 Struktur Organisasi Koperasi Kencur Makmur


Jumlah pengurus koperasi yang direncanakan terdiri dari empat orang yang
terdiri dari seorang ketua, sekertaris, bendahara, dan pengawas. Karyawan yang
direncanakan terdiri dari tujuh orang terdiri dari seorang manajer usaha, staff
keuangan, supervisor produksi, staff administrasi, dan lima orang karyawan yang
bergerak di bidang produksi.

Deskripsi dan Spesifikasi Kerja


1. Rapat Umum Anggota (RUA)
Deskripsi : pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
2. Pengurus (ketua, sekertaris, bendahara)
a. Deskripsi Kerja: memimpin organisasi dan perusahaan koperasi
b. Spesifikasi Kerja Ketua Koperasi:
1) Mengendalikan seluruh kegiatan koperasi.
2) Memimpin, mengkoordinir dan mengontrol jalannya aktivitas
koperasi.
3) Memimpin Rapat Umum Anggota tahunan dan menyampaikan
pertanggungjawaban kepada anggota.
36

4) Mengambil keputusan atas hal-hal yang dianggap penting bagi


kelancaran kegiatan koperasi.
c. Spesifikasi Kerja Sekertaris Koperasi:
1) Melakukan kegiatan korespondensi (surat-menyurat) dan
ketatausahaan koperasi.
2) Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi.
3) Membuat pendataan koperasi.
d. Spesifikasi Kerja Bendahara Koperasi:
1) Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi.
2) Memelihara semua harta kekayaan koperasi.
3) Melakukan pembukuan transaksi koperasi.
3. Pengawas Koperasi
a. Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan
dan pengelolaan koperasi.
b. Spesifikasi Kerja:
1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan
pengurus menyangkut pengelolaan koperasi, baik yang menyangkut
aspek organisasi idiil maupun aspek usaha.
2) Meneliti catatan yang ada pada koperasi.
3) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan.
4. Manajer Usaha
a. Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap kegiatan bidang usaha
b. Spesifikasi Kerja:
1) Melakukan perencanaan produksi, keuangan, penetapan organisasi
usaha serta melaksanakan pengawasan terhadap seluruh aktivitas
usaha.
2) Melaksanakan kegiatan perekrutan karyawan.
5. Staf Administrasi
a. Deskripsi Kerja: bertanggungjawab atas kegiatan administrasi
perusahaan.
b. Spesifikasi Kerja:
1) Merancang SOP (Standard Operating Procedure) rangkaian
kegiatan produksi.
2) Merancang sistem kemitraan dengan petani pemasok.
3) Menyusun kontrak kerjasama dengan industri.
4) Melakukan pemasaran produk.
5) Menyusun dan mengurus perijinan usaha.
6) Menyusun kebutuhan perlengkapan perusahaan.
7) Melakukan kegiatan pendistribusian produk.
6. Staf Keuangan
a. Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap fungsi keuangan
perusahaan.
b. Spesifikasi Kerja:
1) Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi
keuangan perusahaan.
2) Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan
pembayaran kewajiban pajak perusahaan.
37

3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas


perusahaan terutama pengelolaan piutang dan hutang.
4) Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusun anggaran
perusahaan.
5) Menyusun penetapan gaji dan upah bagi seluruh karyawan
perusahaan.
7. Supervisor Produksi
a. Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan produksi
b. Spesifikasi Kerja:
1) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penerimaan bahan baku.
2) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan.
3) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyimpanan produk.
4) Melakukan kegiatan pendistribusian produk
5) Melakukan kontrol berkaitan dengan suhu dan kondisi mesin selama
proses pengeringan berlangsung.
8. Tenaga kerja bagian Pencucian, Sortasi, dan Perajangan
a. Deskripsi kerja: melakukan proses pra penglohan rimpang kencur segar
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan sortasi awal rimpang kencur segar.
2) Melakukan pencucian rimpang kencur segar.
3) Melakukan sortasi spesifikasi persyaratan umum rimpang kencur
segar.
4) Melakukan perajangan bahan baku rimpang kencur
5) Melakukan perawatan mesin secara berkala.
9. Tenaga kerja bagian pengeringan
a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa pengeringan
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan pengeringan bahan baku yang telah dirajang.
2) Melakukan persiapan mesin pengeringan sebelum digunakan.
3) Melakukan perawatan mesin secara berkala.
10. Tenaga kerja bagian penggilingan
a. Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku berupa penggilingan
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan pengontrolan kualitas simplisia kencur.
2) Melakukan penggilingan hasil pengeringan.
3) Melakukan proses pengayakan dan penggilingan kembali terhadap
kencur bubuk yang tidak sesuai standar.
4) Melakukan persiapan mesin penggilingan sebelum digunakan.
5) Melakukan perawatan mesin secara berkala.
11. Tenaga kerja bagian pengemasan
a. Deskripsi kerja: melakukan pengemasan produk
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan penimbangan kencur bubuk sebesar sepuluh kilogram.
2) Melakukan pengemasan pada produk kencur bubuk dengan
pengemas vakum.
3) Melakukan penyimpanan produk di dalam gudang sebelum
didistribusikan.
38

12. Staf ahli operator mesin metal detector


a. Deskripsi kerja: mengoperasikan mesin metal detector
b. Spesifikasi kerja:
1) Melakukan persiapan mesin sebelum digunakan
2) Melakukan pemeriksaan produk akhir yang telah dikemas dengan
menggunakan mesin metal detector.
3) Melakukan perawatan mesin secara berkala.

Ketetapan upah

Penentuan gaji dan upah bagi seluruh karyawan disesuaikan dengan jabatan
beserta tanggungjawab yang dibebankan. Penentuan gaji dan upah bagi karyawan
tetap sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang UMK 2014 Nomor
561/Kep.1636-Bangsos-2014. Rincian upah dan gaji bagi karjawan tetap maupun
tenaga kerja langsung dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5 Penentuan gaji dan upah
Uraian Rincian (Rp) Gaji per Bulan (Rp)
Manajer Usaha
-Gaji Pokok 2 700 000 3 700 000
-Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
-Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
Staff keuangan
-Gaji Pokok 1 700 000 2 700 000
-Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500 000
-Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) 400 000
Staff administrasi
-Gaji Pokok 1.700.000 2 700 000
-Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500.000
-Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) 400.000
Supervisor Produksi
Gaji Pokok 1.850.000 1 850 000
-Uang Makan (Rp25 000 x 20 hari) 500.000
-Uang transport (Rp25 000 x 20 hari) 400.000
Tenaga Kerja Produksi
Upah per hari Rp50.000 1.000.000 1 000 000

Rencana Kerjasama Kooperatif

Usaha yang akan didirikan akan menjalin kerjasama dengan petani kencur
wilayah Bogor sebagai petani pemasok. Bentuk kerjasama yang akan dilakukan
berupa kerjasama vertikal ke belakang dalam hal pasokan bahan baku. Usaha
yang akan didirikan ini akan menjadikan petani kencur yang berada di wilayah
Bogor sebagai pemasok bahan baku berupa rimpang kencur segar. Petani akan
memasok rimpang kencur segar untuk kemudian diolah dengan menggunakan
teknologi pengeringan dan penggilingan kering. Produk yang dihasilkan oleh
usaha ini berupa intermediate product dalam bentuk kencur bubuk. Produk
tersebut kemudian akan dikemas menggunakan plastik kemas vakum sebelum
disimpan dan didistribusikan.
Kerjasama ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kontinuitas bahan
baku usaha pengolahan rimpang kencur. Selain itu, tujuan lain dari penerapan
kerjasama ini adalah untuk meningkatkan pendapatan petani kencur yang
39

tergabung dalam usaha yang akan didirikan. Konsep kerjasama yang akan
dilakukan berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh
perusahaan atas penjualan produk. Ketetapan tersebut diambil berdasarkan hasil
diskusi dengan para petani yang tergabung dalam usaha yang akan didirikan.
Selain itu, perusahaan akan memberikan pelatihan budidaya yang baik agar para
petani dapat menghasilkan rimpang kencur dengan jumlah produksi yang optimal
dan berkualitas. Usaha yang akan didirikan ini tidak hanya berorientasi pada
keuntungan perusahaan semata, namun juga pada kesejahteraan para petani mitra.
Bentuk kerjasama yang dibangun dengan petani merupakan kerjasama yang
terikat dengan sistem keanggotaan koperasi. Koperasi sebagai badan usaha
memiliki hak dan kewajiban terhadap anggotanya, demikian pula dengan anggota
yang tergabung di dalamnya. Penentuan hak dan kewajiban tersebut menjadi
pengikat antara kedua pihak demi kemajuan bersama, baik bagi koperasi itu
sendiri maupun bagi para petani sebagai anggotanya. Koperasi memiliki
kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya seperti pemberian
penyuluhan maupun pelatihan kepada para petani. Program penyuluhan atau
pelatihan tersebut dapat dijadikan untuk menarik anggota baru maupun untuk
membantu pengembangan skala usaha budidaya bagi petani anggota lama. Selain
peningkatan skala usaha budidaya, penentuan bagi hasil antara seorang
wirakoperasi dengan petani akan memberikan keuntungan bagi kedua pihak
Tabel 6 Matriks hubungan antara pihak yang terkait
Petani CE Koperasi Desa Industri
Petani Mitra kerja dan Pemasok bahan
membentuk baku
kepercayaan
CE Penyedia jasa, Tenaga ahli atas Pelopor Pembuka
pengedukasi, program yang penyedia dana peluang pasar
dan sebagai akan dan ide bisnis bagi petani
motor dilaksanakan untuk
penggerak bagi pembangunan
petani desa
(pelatihan,
pendidikan,
pengawasan
serta
pengontrolan
Koperasi Pengolah Penyedia sarana Unit usaha yang Pemasok
bahan baku bagi CE untuk dimiliki desa bahan baku
untuk bekerja dan serta setengah jadi
meningkatkan menciptakan memberikan bagi industri
nilai tambah lapangan dana yang
pada produk pekerjaan pembangunan membutuhkan
bagi desa
Desa Pendukung Tempat Penyedia lokasi
program yang berlangsungnya berdirinya
akan program dan badan usaha
dilaksanakan membantu koperasi,
dalam hal melakukan memfasilitasi
sarana dan sosialisasi perijinan usaha,
prasarana program kepada serta sebagai
40

Petani CE Koperasi Desa Industri


petani daerah sumber
bahan baku
Industri Kerjasama bisnis Mitra usaha dari
dan membangun hasil penjualan
kepercayaan produk

Analisis Risiko

1.Risiko Teknis (produksi)


Pada bisnis ini terdapat beberapa peluang terjadinya risiko yaitu:
a. Biaya produksi yang tinggi (inefisien).
Risiko yang bisa timbul pada kegiatan produksi adalah terjadinya
inefisiensi biaya produksi. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara
menerapkan metode penurunan biaya produksi (efisien), seperti
menambah pengetahuan keterampilan teknis dengan menggunakan
teknologi tepat guna/modern serta meningkatkan keterampilan organisasi.
b. Pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang (kelebihan tenaga
kerja)
Risiko pemakaian sumber-sumber daya yang tidak seimbang dapat
diantisipasi dengan melakukan strategi manajemen sumberdaya yang tepat.
Manajemen sumberdaya ini meliputi strategi produksi, strategi keuangan,
strategi SDM, strategi operasional, strategi pemasaran, strategi penelitian
dan pengembangan.
c. Terjadinya pencurian
Pada aktivitas produksi ada kemungkinan terjadinya pencurian.
Pelaku usaha harus mampu mengantisipasi kemungkinan terjadinya
pencurian. Kasus ini dapat ditanggulangi dengan meningkatkan keamanan
di area perkantoran dan gudang.
d. Pasokan bahan baku terhambat
Dalam melakukan usaha pengolahan rimpang kencur, bisa terjadi
pasokan bahan baku yang dibutuhkan terhambat datang. Kejadian ini dapat
menimbulkan risiko pada proses produksi. Hal ini dapat ditanggulangi
dengan membuat penyediaan bahan baku harus lebih banyak (petani mitra
diperbanyak) dan meningkatkan manajemen transportasi pengangkutan
bahan baku (armada pengangkutan).
e. Produk di reject
Produk bubuk kencur yang dihasilkan memiliki kemungkinan
untuk ditolak atau dikembalikan karena tidak sesuai dengan kualitas yang
diharapkan. Masalah ini dapat ditanggulangi dengan mengolah produk
menjadi produk akhir (jadi), menjual ke industri jamu dalam negara skala
kecil, dan pelelangan.
41

f. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas input


Dalam kegiatan pengolahan, ada kemungkinan terjadi kualitas
yang tidak seragam, jumlah yang tidak cukup, dan kontinuitas input yang
tidak berjalan dengan lancar. Wirakoperasi dapat menanggulangi dengan
memberikan pelatiahn dan pembinaan pada petani pemasok.
2. Risiko nilai tukar mata uang (valas)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik
dengan nilai tukar mata uang negara lainnya. Masalah ini dapat diselesaikan
dengan cara melakukan tindakan mengantisipasi atau meminimalisir risiko dengan
melakukan hedging.
3. Risiko Pasar
Risiko pasar dapat terjadi pada pemutusan kontrak pembelian yang dapat
ditanggulangi dengan membuat tujuan pasar lebih dari satu dan membuat kontrak
berjangka waktu. Selain itu, risiko menurunnya permintaan akibat terjadinya
inflasi di negara tujuan ekspor juga menjadi bagian dari risiko pasar. Hal ini dapat
diselesaikan dengan mencari alternatif pasar di berbagai negara untuk
menghindari menurunnya daya beli perusahaan di negara tujuan ekspor.
4. Risiko Harga
Risiko yang terjadi pada harga adalah fluktuasi harga jual. Fluktuasi harga
jual ini dapat menimbulkan kerugian pada usaha yang dilakukan. Untuk
menanggulangi fluktuasi harga jual, dapat dilakukan dengan cara membuat
kontrak harga dengan perusahaan sehingga fluktuasi harga sudah tidak menjadi
kendala lagi.
5. Risiko Keuangan dan Permodalan
Kemungkinan risiko terbesar keuangan dan permodalan adalah tidak
mendapat investor. Untuk mengantisipasi hal ini, perusahaan harus mencari
sumber pendanaan melalui kelembagaan pendanaan syariah, menyesuaikan besar
modal usaha dengan risiko usaha

Rencana Keuangan

Rencana Investasi

Dana investasi bersumber dari investasi dari investor yang ingin


bekerjasama merealisasikan rencana bisnis ini. Dana investasi awal yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 2 065 470 000. Barang investasi awal berupa
mesin-mesin produksi seperti mesin pengering, mesin penggiling, mesin
pengemas, mesin perajang, alat & furniture kantor (meja, kursi, papan tulis, ATK,
printer), alat produksi (keranjang, tampah, baskom, selang, pompa steam), layout
manufaktur, rak pengering, kanopi, dll. Berikut tabel rincian biaya investasi awal:
42

Tabel 7 Rincian biaya investasi

Jumlah Biaya
No Komponen Biaya
(Rp000)
1 Alat produksi 470 510
2 Alat dan furniture perkantoran 32 360
3 Bangunan dan infrastruktur 1 400 000
4 Kemdaraan (mobil pick up) 105 000
5 Biaya promosi (pengadaan petani) 5 000
6 Biaya sertifikasi 30 000
7 Biaya pendirian badan usaha 6 600
Total Biaya Investasi 2 065 470

Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha akan


mengalami penyusutan setiap tahunnya. Penyusutan tersebut dipengaruhi oleh
umur teknis dari setiap barang investasi. Mesin-mesin yang digunakan untuk
produksi memiliki umur ekonomis yang berbeda-beda, mesin pengering dan
mesin penggiling memiliki umur ekonomis sepuluh tahun, sedangkan mesin
kemas vakum, mesin perajang, dan furniture kantor memiliki umur ekonomis lima
tahun. Setelah umur teknis suatu barang telah habis maka harus dilakukan
reinvestasi dengan biaya yang dikeluarkan pada tahun setelah pemakaian berakhir.
Untuk menghitung penyusutan tersebut digunakan metode garis lurus.
Metode garis lurus dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai
sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi dengan umur teknis, nilai
sisa ditentukan dengan proporsi lima persen dari nilai awal pembelian barang.
Setiap nilai aset dari suatu barang akan memiliki nilai yang berbeda karena
ditentukan dari tiga faktor yang masuk kedalam unsur perhitungan nilai
penyusutan tersebut yakni nilai awal, nilai sisa dan umur teknis. Nilai sisa
merupakan salah satu komponen dari perhitungan laba rugi dan nilai sisa
merupakan salah satu komponen penerimaan kegiatan proyek.
Total nilai penyusutan dari barang-barang modal dalam usaha pengolahan
rimpang kencur ini adalah Rp44 940 000 per tahun. Rincian perhitungan nilai
peyusutan dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini:

Tabel 8 Rincian biaya penyusutan


Umur Total Biaya
Komponen Biaya Jumlah ekonomis Biaya (Rp Nilai sisa Penyusutan
(tahun) 000) (Rp 000)
Alat produksi
a. mesin pengering 7 10 315 000 157 500 15 750
b. mesin pengemas vakum 1 5 34 000 6 800
c. mesin penggilingan 1 10 14 500 7 250 725
d. mesin perajang 2 5 10 000 2 000
e. pompa steam 1 5 1 800 360
f. Regulator dan selang 7 5 1 400 280
g. timbangan digital 1 5 2 000 400
43

Umur Total Biaya


Komponen Biaya Jumlah ekonomis Biaya (Rp Nilai sisa Penyusutan
(tahun) 000) (Rp 000)
h. timbangan mekanik gantung 1 10 5 000 2 500 250
i. tampah 100 1 2 500 2 500
j. sikat 11 1 110 110
k. baskom 20 5 700 140
l. tempat sampah 1 5 1 500 300
m. sepatu boots 11 5 770 154
n. sarung tangan kain 11 1 330 330
o. Mesin metal detector 1 10 7800 37 400 3 740
p. kipas blower 2 5 2 600 520
Alat dan furniture perkantoran
a. Meja Komputer 1 10 1 200 600 60
b. Kursi Kantor 1 10 1 000 500 50
c. Sofa kantor 1 10 8 300 4 150 415
d. Papan tulis (90x120 cm) 1 5 300 60
e. Komputer PC 1 5 5 000 1 000
f. Printer (Print, Scan, Copy) 1 5 1 400 280
g. Lemari besi arsip 1 10 2 800 1 400 140
h. Laci besi arsip (4 laci) 2 10 4 000 2 000 200
i. Faximile 1 5 1 800 360
k. Pesawat telepon 1 10 310 155 16
l. Lampu 10 10 1 000 500 50
m. Air Conditioner 1 10 4 000 2 000 200
n. Kursi Tamu 5 5 1 250 250
Bangunan dan infrastruktur
a. rak besi pengeringan 1 10 5 000 2 500 250
b. Kanopi 1 5 10 000 2 000
Kendaraan (mobil pick up) 1 10 105 000 52 500 5 250
Total Penyusutan 270 955 44 940

Biaya Operasional per bulan per Produksi

Biaya operasional sebuah bisnis dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah tergantung jumlah
produksi yang dihasilkan, sedangkan biaya tetap tidak berubah berapapun
produksi yang dihasilkan. Rincian biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 10
berikut ini.
44

Tabel 9 Tabel biaya operasional

Biaya (Rp000)
No Komponen Biaya Satuan Jumlah Per Per
Satuan
Bulan Tahun
BIAYA VARIABEL
1 Biaya tenaga supir dan kuli angkut Orang 2 50 2 000 24 000
2 Biaya pengemasan 1 598 19 176
3 Biaya solar mesin 6 380 76 560
4 Biaya gas tabung 35 130 4 550 54 600
5 Biaya transportasi (Rp 200000/hari) 200 4 000 48 000
6 Biaya rupa-rupa 1 000 12 000
7 Biaya tenaga kerja produksi orang 11 50 11 000 132 000
Total Biaya Variabel 30 528 366 336
BIAYA TETAP
1 Tenaga Kerja: orang 14 800 177 660
2 Sewa host website 1 8 100
3 Biaya utility 5 800 69 600
4 Biaya pemasaran 1 1 050 2 500 30 000
5 Biaya pemeliharaan dan perawatan 500 6 000
6 Insentif tempat pengumpulan unit 1 1 000 12 000
7 Administrasi perkantoran 260 3 120
8 Jasa professional 1 000 12 000
9 Transportasi (sewa angkutan) unit 1 900 900 10 800
10 Biaya pelatihan karyawan 500 500 6 000
11 Uang keamanan dan kebersihan 100 100 1 200
Total Biaya Tetap 28 458 341 500
Total Biaya Operasi 58 986 707 836

Tabel 10 Rincian biaya operasional tahun berikutnya

Biaya (Rp000)
No Komponen Biaya Satuan Jumlah Per
Satuan
Bulan Per Tahun
BIAYA VARIABEL
1 Biaya tenaga supir dan kuli angkut orang 2 50 2 000 24 000
2 Biaya pengemasan 1 880 22 560
3 Biaya solar mesin 6 380 76 560
4 Biaya gas tabung 35 130 4 550 54 600
5 Biaya transportasi (Rp 200000/hari) 200 4 000 48 000
6 Biaya rupa-rupa 1 000 12 000
7 Biaya tenaga kerja produksi orang 11 50 11 000 132 000
Total Biaya Variabel 30 810 369 720
BIAYA TETAP
1 Tenaga Kerja: orang 14 800 177 660
2 Sewa host website 1 8 100
45

Biaya (Rp000)
No Komponen Biaya Satuan Jumlah Per
Satuan
Bulan Per Tahun
3 Biaya utility 5 800 69 600
4 Biaya pemasaran 1 1 050 2 500 30 000
5 Biaya pemeliharaan dan perawatan 500 6 000
6 Insentif Tempat Pengumpulan unit 1 1 000 12 000
7 Administrasi perkantoran 260 3 120
8 Jasa professional 1 000 12 000
9 Transportasi (sewa angkutan) unit 1 900 900 10 800
10 Biaya pelatihan karyawan 500 500 6 000
11 Uang keamanan dan kebersihan 100 100 1 200
Total Biaya Tetap 28 458 341 500
Total Biaya Operasional 59 268 711 220

Modal Awal

Modal awal yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha pengolahan kencur


terdiri dari biaya investasi awal tahun ke nol, biaya tetap & biaya variabel tahun
pertama. Modal awal yang diperlukan untuk menjalankan bisnis pengolahan
rimpang kencur ini sebesar Rp 1 374 886 000
Tabel 11 Modal awal usaha tahun pertama

Uraian Jumlah
Biaya Investasi Rp2 065 470 000
Biaya Tetap Rp28 458 000
Biaya Variabel (tahun pertama) Rp30 528 000
Total Rp2 124 456 000

Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi dari produk yang akan dijual diperoleh dengan cara
membagi biaya total dengan jumlah produksi.
HPP =

Tabel 12 Harga pokok produksi

Uraian Jumlah
Biaya modal kerja Rp333 122 000
Jumlah produksi (kg) 2 000
HPP (kg) Rp166 561
HPP /10kg Rp1 665 610
Harga pokok produksi produk kencur bubuk ini adalah sebesar Rp166 561 (15.14
USD) per kg atau Rp1 665 610 (151.42 USD) per kemasan 10 Kg.
46

Penerimaan dan Hasil Produksi

Manfaat yang diperoleh dari hasil penjualan pada tahun pertama sebesar
Rp5 140 800 000. Jumlah ini terdiri dari penerimaan 12 bulan produksi dengan
jumlah penjualan dibawah target penjualan. Hal ini diasumsikan karena usaha
pengolahan rimpang kencur ini masih dalam proses pengenalan serta kualitas
bahan baku yang belum seragam. Penerimaan yang diperoleh usaha ini tahun-
tahun berikutnya adalah sebesar Rp6 048 000 000 yang terdiri dari penerimaan 12
bulan produksi dengan jumlah penjualan sesuai target yaitu 2 ton per bulan.

Break Event Point


Tabel 13 Break even point tahun pertama

Uraian Jumlah
biaya tetap Rp341 500 000
biaya variabel per Kg Rp 18 000
jumlah produksi (Kg) 20 400
harga jual Rp 252 000
Penerimaan Rp5 140 800 000
BEP Unit 3 957
BEP Rupiah Rp997 166 000

Tabel 14 Break even point tahun berikutnya

Uraian Jumlah
biaya tetap Rp341 500 000
biaya variabel Rp15 000
Jumlah
produksi (Kg) 24 000
harga jual Rp252 000
Penerimaan Rp6 048 000 000
BEP Unit 5 296
BEP Rupiah Rp1 334 530 000

Pada tahun pertama, BEP unit dari produk kencur bubuk ini bernilai 3 957
dengan BEP Rupiah sebesar Rp997 166 000. Angka tersebut memiliki arti bahwa
usaha pengolahan rimpang kencur ini akan mencapai titik impas di tahun pertama
bila terjual sebanyak 3 957 Kg kencur bubuk atau memperoleh penerimaan
sebesar Rp5 140 800 000. Pada tahun selanjutnya, BEP unit dari produk ini adalah
sebesar 5 296 dengan BEP Rupiah sebesar Rp1 334 530 000. Angka tersebut
memiliki arti bahwa usaha pengolahan rimpang kencur ini akan mencapai titik
impas di tahun berikutnya bila terjual sebanyak 5 296 Kg kencur bubuk atau
memperoleh penerimaan sebesar Rp6 048 000 000.
47

Proyeksi Kriteria Investasi

Pada usaha pengolahan rimpang kencur yang akan didirikan ini, modal yang
dikeluarkan untuk usaha akan kembali dalam jangka waktu 0.44 tahun. Pada
proyeksi cash flow diperoleh NPV sebesar Rp4 879 328 000, nilai Net B/C
sebesar 1.13 yang memiliki arti bahwa setiap Rp1 yang dikelurakan akan
mendapatkan manfaat bersih sebesar Rp1.13, nilai IRR sebesar 120.06 persen
yang memiliki arti bahwa tingkat pengembalian terhadapt investasi adalah sebesar
120.06 persen.

Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laporan keuangan usaha pengolahan rimpang kencur ini dibuat


dalam bentuk laporan arus kas dan laporan laba rugi. Pada proyeksi laba rugi,
usaha ini sudah mengalami keuntungan di tahun pertama yaitu sebesar Rp3 325
796 000. Pada tahun kedua, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp4 229
612 000 dan di tahun berikutnya keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 5 291841
Keuntungan dibagi kepada petani, desa, wirakoperasi dan investor dengan
persentase masing masing 70 persen, 1 persen, 4 persen, dan 10 persen.
Keuntungan yang diperoleh masing-masing per tahun adalah Rp2 328 057 000,
Rp33 258 000, Rp133 032 000, Rp332 580 000 dan per bulannya sebesar Rp180
147 000, Rp2 771 000, Rp11 086 000, dan Rp27 715 000. Dari pembagian
keuntungan tersebut maka keuntungan bersih per tahun yang diterima koperasi
sebesar Rp498 869 000.
Pada tahun kedua, persentase pembagian hasil adalah 75 persen untuk
petani, lima persen untuk desa dan wirakoperasi, serta 10 persen untuk investor.
Keuntungan per tahun yang diperoleh masing-masing adalah Rp3 334 209 000,
Rp222 281 000, Rp222 281 000, dan Rp 444 561 000. Setelah dilakukan
pembagian hasil tersebut, maka keuntungan bersih yang diterima Koperasi adalah
sebesar Rp222 281 000 per tahun. Perhitungan Laporan Laba Rugi dapat dilihat
pada Lampiran 17

Hasil Kajian Pendekatan Wirakoperasi

Melalui pendekatan wirakoperasi, terdapat beberapa kelebihan jika


dibandingkan dengan pendekatan konvensional yang telah umum dilakukan oleh
petani maupun pelaku usaha. Petani akan mendapatkan penerimaan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan biasanya karena dengan sistem bagi hasil. Jika petani
menjual hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan usaha pengolahan rimpang
kencur yaitu 17 894 kg/ bulan pada tahun pertama dan 20 053 kg/ bulan pada
tahun kedua, petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp2 328 057 000 pada
tahun pertama dan Rp3 172 209 000 pada tahun kedua. Dengan penerimaan
tersebut, harga jual yang diperoleh oleh petani adalah Rp11 000/Kg pada tahun
pertama dan Rp13 000/ Kg pada tahun kedua. Selain harga jual rimpang kencur,
kelebihan yang diperoleh dari hasil pendekatan ini dapat terlihat pada sistem jual,
sistem budidaya, kualitas, kuantitas dan kontinuitas bahan baku, pelatihan dan
pengawasan terhadap kegiatan budidaya petani, kepastian pasar bagi petani, serta
48

pengalokasian dana baagi pengembangan desa. Rincian perbedaan hasil dengan


pendekatan wirakoperasi dan pendekatan konvensional dapat dilihat pada Tabel 7
berikut:

Tabel 15 Tabel perbedaan hasil pendekatan wirakoperasi dan tanpa wirakoperasi

Uraian Tanpa Wirakoperasi Dengan Wirakoperasi


Petani menjual rimpang Petani menjual rimpang
basah kepada tengkulak basah melalui koperasi
Sistem Jual dengan tujuan pasar luar
negeri khususnya industri
biofarmaka

Umumnya dilakukan Penerapan sistem budidaya


dengan sistem budidaya sesuai dengan Good
konvensional tanpa Agriculture Practices
Sistem budidaya
penerapan Good Agriculture
Practices (GAP) dan tidak
banyak petani yang
melakukan budidaya

Kualitas rimpang kencur Seragam, sesuai dengan


tidak seragam dengan standar kualitas yang telah
Kualitas, kuantitas,
kuantitas yang berfluktuasi ditentukan, jumlah
dan kontinuitas
serta kontinuitas pasokan pasokan sesuai dengan
bahan baku
yang tersendat kesepakatan yang telah
dilakukan serta pasokan
yang kontinyu.

Tidak ada pelatihan dan Ada pelatihan dan


Pelatihan dan
pengawasan terhadap sistem pengawasan terhadap
pengawasan
budidaya petani sistem budidaya petani

Tidak ada kepastian pasar, Ada kepastian pasar,


Pasar karena tidak ada kontrak karena ada kontrak antar
antar petani dengan industri koperasi dengan industri
pasar tujuan pasar tujuan

Rp5 000 hingga Rp7 000 Rp11 000 di tahun pertama


Harga kencur segar
dan Rp13 000 di tahun
di tingkat petani
berikutnya

Dana Tidak ada dana yang Ada dana yang


pengembangan dialokasikan untuk dialokasikan untuk
desa pengembangan desa pembangunan desa.
49

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kencur sebagai komoditas biofarmaka memiliki potensi bisnis yang sangat


baik. Harga yang diterima oleh petani kencur dapat meningkat dengan
menciptakan nilai tambah pada produk tersebut. Nilai tambah dapat diciptakan
dengan melakukan pengolahan terhadap komoditas kencur. Pendekatan yang
dilakukan adalah cooperative entrepreneur atau wirakoperasi. Melalui pendekatan
ini, penerimaan yang didapatkan akan meningkat harena harga yang diterima
petani sekitar Rp11 000 hingga Rp13 000.
Aktifitas bisnis pengolahan rimpang kencur yang akan didirikan ini
merupakan sebuah bisnis yang prospektif. Untuk melakukan bisnis ini, dilakukan
perencanaan yang matang agar bisnis yang ingin dijalankan dapat terealisasi
dengan baik. Rencana bisnis pengolahan bubuk kencur ini memiliki waktu
pengembalian biaya investasi yang cepat, dan tingkat pengembalian modal yang
tinggi. Hal ini menjadi bukti potensi industrialisasi komoditas biofarmaka
terutama kencur. Pendekatan wirakoperasi mampu menjadi garda utama dalam
penggerak ekonomi pedesaan. Para petani merasakan manfaat dengan semakin
meningkatnya pendapatan mereka. Hal ini terlihat dari harga yang diterima petani
lebih tinggi.

Saran

Konsep wirakoperasi diterapkan oleh pelaku bisnis dengan kerjasama para


petani. Para petani akan diuntungkan karena akan mendapat penerimaan yang
lebih tinggi dibandingkan menjual hasil produksi rimpang kencur ke tengkulak.
Oleh sebab itu, petani akan lebih sejahtera dan pertanian biofarmaka akan lebih
berkembang. Melalui konsep ini, petani sebagai pemasok bahan baku bisnis
pengolahan rimpang kencur diharapkan termotivasi dalam melakukan produksi
kencur.

DAFTAR PUSTAKA

Baga, LM. 2003. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis.


Makalah Seminar [Internet]. [Pusat Studi Asia Tenggara Universitas
Frankfurt am Main, 5 Juli 2003]. Bogor(ID): FEM. hlm 8-22; [diacu 2013
Oktober 4]. Tersedia pada:
http://www.geocities.ws/mma5ugm/PeranWirakoperasiDlmAgribisnis.pdf.
Baga LM dan M. Firdaus. 2009. Peran Co-operative Entrepreneur Dalam
Pengembangan Program OVOP dan Pembiayaan Pertanian Berbasis
Tanaman, Kasus Belimbing di Kota Depok, di dalam Baga LM, Fariyanti A,
50

Jahri S. Kewirausahaan dan Daya Saing Agribisnis. Bogor (ID): Fakultas


Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
[BPS]. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kencur di Indonesia Tahun
2012 (terhubung berkala) http:\\bps.go.id (diakses 28 Mei 2014)
[BPS]. 2012. Produksi Tanaman Biofarmaka di Indonesia Tahun 2008-2012
(terhubung berkala) http:\\bps.go.id (diakses 10 Oktober 2013)
Fajrian, H. 2013. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman
Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertania Bogor.
Ibrahim, Yakob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Rineka Cipta
[KEMENDAG] Kementerian Perdagangan. 2013. Panduan Menjadi Eksportir.
Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Lestari, E.D. 2007. Analisis Daya Saing, Strategi dan Prospek Indsutri Jamu di
Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajeman
Institut Pertanian Bogor.
Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Moerdiyanto.2008. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta (ID): Program Studi
Manajemen Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta
Nurmalina R, Sariati T, Karyadi, A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Pinson, L. 2003. Anatomy Of A Business Plan. Jakarta (ID): Canary
Rangkuti F. 2005. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan
Analisis Kasus. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama
Solihin I. 2007. Memahami Business Plan. Jakarta (ID): Salemba Empat
Sundawati L, Purnaningsih N, Purwakusumah ED. 2011. Pengembangan Model
Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam Pemberdayaan
Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat
[terhubung berkala]. [Diunduh pada 6 Februari 2014]. Tersedia pada
http://biofarmaka.ipb.ac.id
Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012. Perkoperasian.
Jakarta (ID): Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992. Perkoperasian.
Jakarta (ID): Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992.
51

LAMPIRAN

Lampiran 1 Proses produksi

Hari Waktu Proses Produksi


1 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
2 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
siang sore perajang bahan baku hari 1
3 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 1
siang sore perajangan bahan baku hari 2
4 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 2
siang sore perajangan bahan baku hari 3
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 1
5 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 3
siang sore perajangan bahan baku hari 4
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 2
6 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 4
siang sore perajangan bahan baku hari 5
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 3
7 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 5
siang sore perajangan bahan baku hari 6
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 4
8 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 6
siang sore perajangan bahan baku hari 7
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 5
9 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 7
siang sore perajangan bahan baku hari 8
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 6
10 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 8
siang sore perajangan bahan baku hari 9
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 7
11 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 9
siang sore perajangan bahan baku hari 10
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 8
52

Hari Waktu Proses Produksi


12 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 10
siang sore perajangan bahan baku hari 11
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 9
13 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 11
siang sore perajangan bahan baku hari 12
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 10
14 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 12
siang sore perajangan bahan baku hari 13
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 11
15 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 13
siang sore perajangan bahan baku hari 14
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 12
16 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 14
siang sore perajangan bahan baku hari 15
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 13
17 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 15
siang sore perajangan bahan baku hari 16
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 14
18 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 16
siang sore perajangan bahan baku hari 17
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 15
19 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 17
siang sore perajangan bahan baku hari 18
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 16
20 pagi siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan
pengeringan bahan baku hari 18
siang sore perajangan bahan baku hari 19
penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 17
53

Lampiran 2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi

Biaya (Rp 000)


Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Per Jumlah
satuan Biaya
a. mesin pengering Unit 7 45 000 315 000
b. mesin pengemas vakum Unit 1 34 000 34 000
c. mesin penggilingan Unit 1 14 500 14 500
d. mesin perajang Unit 2 5 000 10 000
e. pompa steam Unit 1 1 800 1 800
f. timbangan duduk digital Unit 1 2 000 2 000
g. Timbangan mekanik gantung Unit 1 5 000 5 000
h. Tabung gas Unit 7 500 3 500
i. Selang dan regulator Unit 7 200 1 400
j. Tampah Unit 100 25 2 500
k. Sikat Unit 7 10 70
l. Baskom Unit 20 35 700
m. Tempat sampah Unit 1 1 500 1 500
n. Sepatu boots Unit 11 70 770
o. Sarung tangan kain Unit 11 30 330
p. Mesin pendeteksi logam unit 1 74 800 74 800
q. Kipas blower (untuk ruang
unit 2 1 300 2 600
produksi)
Total 470 470

Lampiran 3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran

Biaya (Rp 000)


Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Per Jumlah
Satuan Biaya
a. Meja Komputer unit 1 1 200 1 200
b. Kursi Kantor unit 1 1 000 1 000
c. Sofa kantor set 1 8 300 8 300
d. Papan tulis (90x120 cm) unit 1 300 300
e. Komputer PC unit 1 5 000 5 000
f. Printer (Print, Scan, Copy) unit 1 1 400 1 400
g. Lemari besi arsip unit 1 2 800 2 800
h. Laci besi arsip (4 laci) unit 2 2 000 4 000
i. Faximile unit 1 1 800 1 800
j. Telepon unit 1 310 310
k. Lampu unit 10 100 1000
l. Air Conditioner unit 1 4 000 4 000
m. Kursi Tamu unit 5 250 1 250
Total 32 360
54

Lampiran 4 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur

Biaya (Rp 000)


Komponen Biaya Satuan Jumlah Harga Per Jumlah
Satuan Biaya
a. Layout manufaktur 1 1 000 1 000
b. Rak Besi Pengeringan set 1 5 000 5 000
c. Kanopi set 1 10 000 10 000
Total 16 000

Lampiran 5 Asumsi komponen biaya investasi

Asumsi
Mesin pengeringan kapasitas 150 kg terdiri dari 40 rak/tray, tipe cabinet dengan
blower bertenaga utama listrik dan sumber panas LPG, lama pengeringan 8 jam
Kapasitas mesin penggilingan 300kg/jam, dengan tenaga utama solar
Kapasitas mesin perajang 150kg/jam, dengan tenaga utama solar
Kapasitas timbangan digital 50 Kg
Kapasitas timbangan mekanik gantung 500 Kg
Pembelian tabung gas LPG ukuran 12 Kg
Kapasitas tampah 20 Kg
Kapasitas baskom 100 Kg
Pembelian bak sampah ukuran 1 100 liter bahan PVC
Kapasitas mobil pick up 2 Ton
Kapasitas timbangan digital 15 Kg
Kapasitas timbangan mekanik gantung 500 Kg
Pembelian sofa kantor satu set dengan meja
Pembelian jenis besi arsip dengan pintu kaca geser
Pembelian lampu neon panjang 40 watt beserta rumah lampu
Pembelian AC ukuran 1 PK
Pembelian kursi lipat merk Chitose
Biaya sertifikasi terdiri dari sertifikasi ISO 22000
Biaya pendirian badan usaha terdiri dari modal minimal koperasi sebesar Rp5
000 000, retribusi pengesahan akta sebesar Rp100 000, dan izin SIUP kecil
sebesar Rp1 500 000
55

Lampiran 6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap

Jumlah Biaya (Rp 000)


Komponen Biaya Satuan Jumlah
Satuan Per Bulan Per Tahun
a. Manager usaha Orang 1 3 700 3 700 44 400
b. Staf Keuangan Orang 1 2 700 2 700 32 400
c. Staf Administrasi Orang 1 2 700 2 700 32 400
d. Supervisor Produksi Orang 1 2 850 2 850 34 200
e. Staf Ahli (operator
Orang 1 2 850 2 850 34 200
mesin metal detector)
Total 14 800 14 800 177 600

Lampiran 7 Rincian biaya tetap komponen biaya utility

Jumlah Biaya (Rp 000)


Komponen Biaya Satuan Jumlah
Satuan Per Bulan Per Tahun
a. biaya listrik 5 000 60 000
b. biaya air bersih 800 9 600
c. Biaya telepon 1 500 500 6 000
d. Biaya internet 1 500 500 6 000
Total 5 800 69 600

Lampiran 8 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran

Jumlah Biaya (Rp 000)


Komponen Biaya Satuan Jumlah
Satuan Per Bulan Per Tahun
a. Biaya telepon 1 500 500 6 000
b. Paket internet 1 500 500 6 000
c. Kertas Rim 3 30 90 1 080
d. Tinta printer (infus) Unit 2 37.5 75 900
e. Alat tulis Set 1 100 1 200
Total 1 265 15 180
56

Lampiran 9 Asumsi komponen biaya tetap

Asumsi
Tarif listrik prabayar untuk pemakaian diatas 3 500 VA dikenakan biaya Rp 1
145/Kwh.
Kebutuhan listrik mesin blower pengering: 300 watt x 7 unit x 8 jam x 18 hari
kerja = 302.4 Kwh
Kebutuhan listrik mesin pengemas: 400 watt x 1 unit x 10 jam x 17 hari kerja =
68 Kwh
Kebutuhan listrik lampu: 50 watt x 10 buah x 10 jam x 20 hari kerja = 100 Kwh
Kebutuhan listrik kipas blower: 140 watt x 2 unit x 20 hari kerja = 96 Kwh
Biaya pemasaran ekspor ke negara tujuan, asumsi produksi 2 ton/bulan dengan
harga Rp12 600 000
Bangunan terdiri dari ruang produksi, gudang penyimpanan, dan ruang kantor
dengan luas bangunan 3.000 m2
Biaya jasa profesional terdiri dari jasa penyuluh pertanian, notaris, analis atau
laboran penngujian produk
Biaya transportasi terdiri dari biaya sewa mobil box untuk keperluan
pengangkutan produk dari tempat produksi menuju pelabuhan peti kemas
Tanjung Priok

Lampiran 10 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama


Jumlah Biaya (Rp
000)
Komponen Biaya Satuan Jumlah
Per Per
Satuan
Bulan Tahun
a. Kemasan primer (plastik 10 Kg) lembar 170 4 680 8 160
b. Kemasan sekunder (kardus 50 Kg) lembar 34 15 510 6 120
c. Label lembar 204 2 408 4 896
Total 1 598 19 176

Lampiran 11Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun


berikutnya
Jumlah Biaya (Rp
000)
Komponen Biaya Satuan Jumlah
Per Per
Satuan
Bulan Tahun
a. Kemasan primer (plastik 10 Kg) lembar 200 4 800 9 600
b. Kemasan sekunder (kardus 50 Kg) lembar 40 15 600 7 200
c. Label lembar 240 2 480 5 760
Total 1 880 22 560
57

Lampiran 12 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin

Jumlah Biaya (Rp


000)
Komponen Biaya Satuan Jumlah
Per Per
Satuan
Bulan Tahun
a. Mesin perajang (2 unit) liter 280 11 3 080 36 960
b. Mesin penggiling (1 unit) liter 300 11 3 300 39 600
Total 6 380 76 560

Lampiran 13 Asumsi komponen biaya variabel

Asumsi
Biaya tenaga supir dan kuli angkut terdiri dari biaya tenaga kerja untuk
mengambil dan mengangkut bahan baku dari petani ke tempat produksi
Biaya kemasan primer (plastik vakum) kapasitas 10 Kg dgn harga Rp4 000 per
lembar [sumber: kaskus]
Biaya kemasan sekunder (kardus) kapasitas 50 Kg dgn harga Rp15 000 per
lembar [sumber: toko]
Mesin perajang 5,5 PK membutuhkan 0,7 liter solar per jam, diasumsikan
penggunaan 2 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 280 liter (harga solar
per liter Rp11 000)
Mesin penggiling 12 pk membutukan 1,5 liter per jam, diasumsikan
penggunaan 1 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 300 liter (harga solar
per liter Rp11 000)
Asumsi tiap mesin pengering membutuhkan 3 Kg gas per hari, sehingga
kebutuhkan tiap mesin per bulan adalah 5 tabung ukuran 12kg
Biaya transportasi meliputi: bensin, tol, pak ogah, pungli, parkir
Biaya rupa-rupa terdiri dari biaya cadangan yang digunaka jika terdapat
kekurangan biaya variabel tiap bulan
Tenaga kerja produksi terdiri dari tenaga kerja langsung untuk melakukan
proses produksi selama dua hari yang terdiri dari pencucian, perajangan,
pengeringan, penggilingan, dan pengemasan per volume produksi

Lampiran 14 Penjualan perusahaan

Harga Penerimaan Penerimaan


Tahun Jumlah per Jumlah per
Jual/ Kg per bulan per tahun
ke- bulan (Kg) tahun (Kg)
(Rp 000) (Rp 000) (Rp 000)
1 1 700 20 400 428 400 5 140 000
252
25 2000 24 000 504 000 6 048 800
58

Lampiran 15 Penerimaan petani/kg

Jumlah Bahan baku per Jumlah


Tahun
Uraian bulan (kg) (Rp 000)
Bagi hasil petani 2 328 057
1 17 894
Harga bahan baku/ kg 11
Bagi hasil petani 3 172 209
2-5 21 053
Harga bahan baku/ kg 13
59

Lampiran 16 Laporan arus kas proyeksi lima tahun (dalam Rp000)


Tahun
No Uraian Komponen
0 1 2 3 4 5

IInflow
1. Penjualan - 5 140 800 6 048 000 6 048 000 6 048 000 6 048 000
2. Investor - 2 124 456 - - - -
3. Nilai sisa - - - - - 270 955
Total Inflow 718 538 7 265 256 6 264 000 6 264 000 6 264 000 6 534 955
I
I Outflow
1. Biaya Investasi 2 065 470 2 940 2 940 2 940 2 940 2 940
Total Biaya Investasi 2 065 470 2 940 2 940 330 2 940 2 940
2. Biaya Operasional
Biaya Tetap 341 500 341 500 341 500 341 500 341 500
Biaya Variabel 366 336 366 336 366 336 366 336 366 336
Total Biaya Operasional 707 836 711 220 711 220 711 220 711 220
3. Biaya Non Operasional 1 062 228 1 062 228
Total Biaya Non Operasional 1 062 228 1 062 228
4. Bagi Hasil
Petani (70%, 75%) 2 328 057 3 172 209 3 172 209 3 172 209 3 172 209
Wirakoperasi (4%, 5%) 133 032 211 481 264 592 264 592 264 592
Desa (1%, 5%) 33 258 211 481 264 592 264 592 264 592
Total bagi hasil 2 826 927 4 018 132 4 230 577 4 230 577 4 230 577
5. Pajak (25%) 124 717 52 780 52 780 52 780 52 780
total outflow 2 065 470 4 724 648 5 847 390 4 997 608 4 997 608 4 997 608
I
II Saldo Usaha Koperasi (2 065 470) 2 302 869 633 408 633 408 633 408 904 363
(2 065 (2 065
Arus kas non operasional (2 065 470) 470) 470)
Akumulasi Saldo 475 138 675 748 1 726 140 2 776 533 4 023 360
discount factor 7.5% 1 0.930 0.865 0.805 0.749 0.697

PV net benefit (2 065 470) 3 351 475 1 092 775 845 525 786 534 868 488

PV Benefit untuk Gross B/C 0 6 758 378 5 233 532 4 868 402 4 528 746 4 401 523

PV Biaya untuk Gross B/C 658 870 4 395 022 5 059 937 4 022 877 3 742 211 3 533 034
pv positif 6 944 798
pv negative (2065470)
I
V NPV 4 879 328
V
gross B/C 1.13
V
I net B/C 3.36
V
II IRR 120.06
V
III pay back period (PP) 0.44
I
X Break Even Point (unit) 3 957
X
Break Even Point (Rp) 997 166
60

Lampiran 17 Laporan laba rugi proyeksi lima tahun (dalam Rp000)

Tahun
No Uraian Komponen
1 2 3 4 5

I Penerimaan
1. Penjualan 514 0800 6 048 000 6 048 000 6048000 6 048000
Total Inflow 514 0800 6 048 000 6 048 000 6048000 6 048000
III Outflow
2. Biaya Operasional
Biaya Tetap 341 500 341 500 341 500 341500 341 500
Biaya Variabel 366 336 369 720 369 720 369720 369 720
3. Biaya Penyusutan 44 940 44 940 44 940 44940 44 940
Total Biaya Operasional 752 776 756 160 756 160 756160 756 160
Biaya Non Operasional 1 062 228 1 062 228
III Laba Sebelum Bagi Hasil 3 325 796 4 229 612 5 291 841 5 291841 5 291 841
IV Bagi Hasil
Petani (70%,75%) 2 328 057 3 172 209 3 172 209 3172209 3 172 209
Wirakoperasi (5%) 133 032 211 481 264 592 264592 264 592
Desa (5%) 33 258 211 481 264 592 264592 264 592
Koperasi (10%, 5%) 498 869 211 481 264 592 264592 264 592
Investor (10%, 15%) 332580 422 961 529 184 529184 529 184
V Laba Sebelum Pajak (EBT) 498 869 211 481 264 592 264592 264 592
VI Pajak Penghasilan (25%) 124 717 52 870 66 148 66148 66 148
PPn (0%) 0 0 0 0 0
VII Laba bersih (EAT) 374 152 158 610 198 444 198444 198 444
61

Lampiran 18 Laporan arus kas di tahun pertama (dalam Rp000)


Bulan
Uraian Komponen
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Inflow
1. Penjualan 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400
2. Dana Hibah
3. Dana Investor 2 124 456
4. Nilai sisa
Total Inflow 2 552 856 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400
Outflow
1. Biaya Investasi 2 065 470 2 940
Total Biaya Investasi 2 065 470 2 940
2. Biaya Operasional

Biaya Tetap 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458
Biaya Variabel 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528
Total Biaya Operasional 58 986 58 986 58986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986 58 986
3. Cicilan Pinjaman 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519
Total Biaya Non Operasional 88 519 88 519 88 519 88519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519
Pajak Penghasilan 25% 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393
4. Bagi Hasil
Petani 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005
Wirakoperasi 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086
Desa 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771
Investor 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27715 27 715 27 715 27 715
62

Total Bagi Hasil 235 577 235 577 235 577 235 577 235 577 235 577 235 577 235577 235 577 235 577 235 577 235 577
Total Outflow 2065470 393 476 393 476 393 476 393 476 393 476 393 476 393 476 393 476 393 476 393 476 393 476 396 416
Saldo Usaha (net
benefit) -2065470 2247 900 123 443 123 443 123 443 123 443 123 443 123 443 123 443 123 443 123 443 123 443 120 503
Arus kas non
operasional -2065470 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519 -88 519
Akumulasi Saldo 93 911 128 835 163 759 198 684 233 608 268 532 303 456 338 381 373 305 408 229 443 154 475 138
Discount Factor (i =
7.5%) 1 0.930 0.865 0.805 0.749 0.697 0.648 0.603 0.561 0.522 0.485 0.451 0.420
PV Net Benefit -2065470 2091 069 106 820 99 367 92 434 85 986 79 987 74 406 69 215 64 386 59 894 55 715 5 0594
PV Benefit untuk
Gross B/C 0 2374 750 370 708 344 845 320 786 298406 277 587 258 220 240 205 223 446 207 857 193 355 179 866
PV Biaya untuk
Gross B/C 2065470 366 024 340 487 316 732 294 635 274 079 254 957 237 169 220 623 205 230 190 912 177 593 166 437
63

Lampiran 19 Laporan laba rugi tahun pertama (dalam Rp000)

Bulan
No Uraian Komponen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

I Penerimaan
1. Kencur bubuk 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 42 8400
Total Penerimaan 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 428 400 42 8400
II Biaya Operasional
2. Biaya Operasional
Biaya Variabel 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528 30 528
Biaya Tetap 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28 458 28458
3. Biaya Penyusutan 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745 3 745
Total Biaya Operasional 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731 62 731
Biaya Non Operasional 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88 519 88519 88 519 88 519 88 519 88 519
III Laba sebelum bagi hasil 277 150 277 150 277 150 277 150 277 150 277 150 277 150 277 150 277 150 277 150 277 150 277150
IV Bagi hasil
Petani (70%) 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005 194 005
Wirakoperasi (5%) 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11 086 11086 11 086 11 086 11 086 11 086
Desa (5%) 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771 2 771
Koperasi (10%) 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41572
Investor (10%) 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715 27 715
V Laba Sebelum Pajak (EBT) 41572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572 41 572
VI Pajak Penghasilan 25% 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393 10 393
Pajak 0% (PPn) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
VII Laba Bersih (EAT) 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179 31 179
64

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talun Kondot pada 19 Februari 1993. Penulis adalah


putra dari Tazim Saragih dan Lenni Sinaga. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara dengan kakak bernama Abdur Rahman Saragih dan Nurdin
Saragih, serta adik bernama Riahni Saragih. Riwayat pendidikan penulis dimulai
pada tahun 1998 di SD 125558 Pematang Siantar hingga tahun 2004. Pada tahun
2004 hingga tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2
Pematang Siantar. Tahun 2007 hingga tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan
di SMA Swasta Teladan Pematang Siantar. Pada tahun 2010 hingga sekarang
penulis melanjutkan studi sebagai mahasiswa Agribisnis Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam organisasi
mahasiswa daerah (OMDA) Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya
(IKANMASS).Selain itu, Penulis juga aktif dalam organisasi Senior Resident
(SR) Asrama Mahasiswa TPB IPB untuk angkatan 49 dan 50.

Anda mungkin juga menyukai