1.2 Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui tahap-tahap proses
pembuatan mie mengetahui fungsi bahan-bahan yang digunakan dalam proses
pembuatannya.
BAB II
METODOLOGI
Tepung dimasukkan kedalam bowl dan dimasukkan 2 butir kuning telur serta
diaduk bersamaan
Larutan air, garam dan sodium karbonat dimasukkan secara sedikit demi
sedikit
Adonan dimasukkan kedalam roll noodle machine dengan jarak roll 3 mm,
hingga menjadi lembaran
Mie diolesi dengan minyak goreng kembali (agar mie dapat terpisah satu sama
lain)
Tepung dimasukkan kedalam bowl dan dimasukkan 2 butir kuning telur serta
diaduk bersamaan
Hasil potongan diroll dengan jarak 2,1 mm sampai dengan 1,5 mm dan
ditaburi tapioka
Mie digoreng dengan minyak panas pada suhu 140oC selama 1 menit 15 detik,
Mie ditiriskan
3.1 Hasil
3.1.1 Hasil Uji Hedonik Mie Basah
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Uji Hedonik Mie basah
3.1.2 Hasil Uji Hedonik Mie Instan
Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Uji Hedonik Mie Instan
Keterangan:
TMI = Kelompok 1 [1] = Sangat Tidak suka
GBK = Kelompok 2 [2] = Tidak Suka
OZN = Kelompok 3 [3] = Biasa
CUS = Kelompok 4 [4] = Suka
TMN = Kelompok 5 [5] = Sangat Suka
TOD = Kelompok 6
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ke 10 tanggal 26 November 2012, mahasiswa diminta
untuk membuat produk mie, yaitu mie basah dan mie instan. Mie adalah produk
pangan yang terbuat dari terigu dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain
dan bahan tambahan pangan yang diizinkan (Anin 2008). Mie terbuat dari
adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air
mendidih dengan atau tanpa tambahan kuning telur. Produk mie umumnya
digunakan sebagai sumber energi karena kandungan karbohidratnya yang relatif
tinggi. Mie dengan bahan dasar utama terigu dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
yaitu mie basah dan mie instan.
Mie basah merupakan untaian mie hasil dari pemotongan lembaran
adonan dihasilkan dari mie mentah yang dikukus atau direbus. Mie basah
memiliki kadar air 35% dan biasanya ditaburi dengan tapioka untuk menjaga agar
mie tidak saling lengket. Mie basah adalah jenis mie yang mengalami proses
perebusan setelah tahap pemotongan dan sebelum dipasarkan. Kadar airnya dapat
mencapai 52% sehingga daya tahan simpannya relatif singkat (40 jam pada suhu
kamar).
Sedangkan mie instan adalah mie yang dibuat dari untaian adonan yang
selanjutnya dikukus dan dikeringkan. Proses pengukusan dan pengeringan, akan
memodifikasi pati sehingga dihasilkan tekstur mie kering yang porous dan mudah
direhidrasi.
3.2.1 Bahan Dasar Pembuatan Mie
3.2.1.1 Mie Basah
3.2.1.1.1 Tepung Terigu
Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari
bulir gandum, dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi dan
roti. Tepung terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan mi, yaitu
sekitar 90% dari total bahan padatan dalam mie. Tepung terigu tersusun
dari berbagai komponen heterogen, salah satunya protein. Tepung terigu
yang digunakan dalam pembuatan mie biasanya berkadar protein 10-12%.
Tepung terigu mengandung protein yang terhidrasi menghasilkan
gluten. Diantara jenis tepung lain, hanya tepung terigu yang dapat
membentuk struktur gluten. Terigu yang ditambahkan air lalu diuleni akan
membentuk gluten yang bersifat ulet dan kenyal. Semakin tinggi kadar
protein yang ada maka semakin tinggi kemampuan menyerap air sehingga
adonan mie menjadi tidak putus. Hal ini membuat adonan mie semakin
tahan lama dalam proses perebusan.
3.2.1.1.2 NaCl
Penambahan garam dapur (NaCl) disamping memberikan rasa
pada mie juga untuk memperkuat tesktur, membantu reaksi gluten dan
karbohidrat dalam mengikat air (Winarno dan Rahayu, 1994). Garam
(NaCl) mampu meningkatkan tekanan osmotik substrat yang
menyebabkan terjadinya penarikan air dari dalam bahan pangan sehingga
mikroorganisme tidak dapat tumbuh, ionisasi garam juga akan
menghasilkan ion khlor yang bersifat racun bagi mikroorganisme.
Selain itu garam juga merupakan suatu bahan pemadat (pengeras),
apabila adonan tidak memakai garam maka adonan tersebut akan agak
basah. Garam juga berfungsi untuk memperbaiki butiran dan susunan pati
menjadi lebih kuat serta secara tidak langsung membantu pembentukan
warna dan dapat menghambat aktifitas enzim protease dan amilase
sehingga mie tidak bersifat lengket dan mengembang secara berlebihan
(Astawan 2008).
3.2.1.1.3 Air
Air dalam pembuatan mie mempunyai banyak fungsi. Dengan
tercampurnya tepung dengan air akan memungkinkan terbentuknya gluten.
Selain itu air juga berfungsi mengontrol kepadatan adonan dan membantu
penyebaran bahan-bahan lain agar dapat tercampur rata. Pada proses
pembuatan mie, air bersama terigu akan menghasilkan gluten. Air juga
berfungsi untuk melarutkan garam alkali sebelum proses pencampuran dan
membantu proses pengukusan pada mie.
3.2.1.1.4 Na2CO3
Natrium karbonat anhidrida (Na2CO3) berfungsi sebagai bahan
pengenyal yang sering digunakan dalam pembuatan mie. Selain itu
Na2CO3 juga berfungsi untuk memperkuat tekstur dan memperkuat gluten.
Penambahan Na2CO3 dimaksudkan untuk mengembangkan adonan.
Apabila dilarutkan dalam air, soda tersebut akan terurai dan melepaskan
CO2 sebagai gas untuk mengembangkan adonan mie. Penambahan
senyawa alkali selama pembuatan adonan akan menyebabkan proses
penyerapan air menjadi lebih cepat. Reaksi senyawa alkali dengan pati dan
air akan menghasilkan CO2 sehingga terbentuk rongga antar ruang granula
pati. Alkali akan melepas ikatan sehingga air dapat melakukan penetrasi
ke dalam granula pati. Akibatnya granula pati menjadi lebih mudah
menyerap air dan kemudian pengikatan air meningkat yang menyebabkan
semakin besarnya pengembangan granula pati.
3.2.1.2.9 Kuning Telur
Kuning telur dipakai sebagai pengemulsi pada pembuatan mie
karena di dalam kuning telur terdapat lesitin. Sebagai pengemulsi, lesitin
juga dapat mempercepat hidrasi air pada tepung untuk mengembangkan
adonan. Penambahan kuning telur bersamaan dengan garam alkali juga
dapat membantu proses pembentukan gluten, memperkuat testktur, dan
menghasilkan sifat yang kenyal.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum mie basah dan mie instan, dapat disimpulkan
bahwa kombinasi kadar sodium karbonat, kadar garam, kadar air, dan kadar
tepung terigu yang digunakan serta alat pengolahan dan proses pengolahan mie
akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan sifat organoleptik yang akan
dihasilkan pada mie basah. Sedangkan kombinasi kadar tepung terigu, air, NaCl,
K2CO3, NA2CO3, STPP, dan guar gum yang digunakan serta alat pengolahan dan
proses pengolahan mie akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan sifat
organoleptik yang akan dihasilkan pada mie instan.
Hasil uji hedonik mie basah, mie basah GBK [Kelompok 2] memiliki
rasa mie yang paling disukai. Pada parameter aroma, mie basah GBK
[Kelompok 2] memiliki rasa mie yang paling disukai. Pada parameter elastisitas,
mie basah GBK [Kelompok 2] dan CUS [Kelompok 4] memiliki elastisitas
mie yang paling disukai. Hasil uji hedonik mie instan, mie instan TMI
[Kelompok 1] memiliki rasa mie yang paling disukai. Pada parameter aroma, mie
instan TMI [Kelompok 1] memiliki rasa mie yang paling disukai. Pada
parameter elastisitas, mie instan TMN [Kelompok 5] memiliki elastisitas mie
yang paling disukai
4.2 Saran
Bahan-bahan yang akan digunakan sebaiknya diperiksa kualitas dan
ketersediaannya terlebih dahulu sehingga mie yang dihasilkan bermutu tinggi.
Formula yang akan digunakan harus dibuat berbeda dalam komposisi dan bahan
baku yang akan digunakan agar produk yang didapat lebih beragam. Selain itu,
disediakan plastik sebagai wadah untuk membawa hasil olahan agar tidak
terbuang percuma.
DAFTAR PUSTAKA
NaCl : = 4,8 gr
Na2CO3 : = 2 gr
Air : = 144 ml
NaCl : = 4 gr
Na2CO3 : = 0,4 gr
Air : = 136 ml
K2CO3 : = 0,4 gr
STTP : = 0,4 gr