Anda di halaman 1dari 75

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BROWNIES

SINGKONG PADA MR.BROWNCO


KABUPATEN BOGOR

IRWANDI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada Mr.Brownco Kabupaten
Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Irwandi
NIM H34104095

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
lluar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK

IRWANDI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada


Mr.BrownCo Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai dengan
Mei 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi usaha
Mr.BrownCo Kota Bogor dengan menganalisis keseluruhan variabel yang telah
diidentifikasi. Memformulasikan alternatif strategi yang sesuai untuk diterapkan
dalam pengembangan usaha tersebut. Penentuan responden dilakukan pada pihak
internal sebanyak dua orang, pihak eksternal sebanyak satu orang, dan sepuluh
konsumen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis IE,
SWOT, dan QSPM.
Hasil analisis menunjukkan Mr.BrownCo ada pada kondisi tumbuh dan
berkembang. Strategi yang sebaiknya dilakukan untuk pengembangan usaha
dengan prioritas strategi adalah membuka cabang Mr.BrownCo baru di luar Kota
Bogor, melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia
(marketing online), serta mengikuti kegiatan bazar atau pameran dan bekerja sama
dengan radio atau televisi lokal ataupun nasional untuk mengenalkan produk-
produk Mr.BrownCo. Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan
meningkatkan kualitas produk, serta selalu membuat inovasi baru, membuat atau
menawarkan paket harga, dan memberikan fasilitas internet gratis (wifi) untuk
para pelnggan.
Kata kunci: Strategi, SWOT, QSPM

ABSTRACT
IRWANDI. Business Development Strategy Analysis of the Cassava Brownies
Mr.BrownCo Bogor regency. Guided by YANTI NURAENI MUFLIKH.
This research was held on September 2012 until May 2013. The research
aims to identify working condition of Mr.BrownCo in Bogor city by analyzing
overall variables that have been identified. Formulating alternative strategy that is
appropriate to apply in the development of the work. Respondent determination
was done on internal party for two persons, the external party for one person, and
ten consumers. Data analysis that has been used in this research are: IE analysis,
SWOT, and OSPM. The analysis result shows Mr.BrownCo is in the stage of
Grow and Developing.
The Strategy that should be done to develop the business by strategy
prioritizing is to open Mr.BrownCo new branches in out of Bogor city, doing
promotion by using technology that is available (online marketing), also taking
part in bazaar activities or exhibitions and cooperate with radio and television
,locally or nationally to introduce the products of Mr.BrownCo. Increasing
consumer loyalty by keeping and enhancing products qualities, also always
making new innovation, make or offering affordable package, and to give free
internet (wifi) facility for the customers.
Keyword: Strategy, SWOT, QSPM
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BROWNIES
SINGKONG PADA MR.BROWNCO
KABUPATEN BOGOR

IRWANDI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong
pada Mr.BrownCo Kabupaten Bogor
Nama : Irwandi
NIM : H34104095

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni Muflikh, SP M. Agribuss

Pembimbing

Tanggal Lulus: 07 OCT 2013


Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong
pada Mr.BrownCo Kabupaten Bogor
Nama : Irwandi
NIM : H34104095

Disetujui oleh

Yanti Nuraeni Muflikh, SP M. Agribuss


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT serta shalawat dan
salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usaha Brownies Singkong pada
Mr.Brownco Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor
internal dan eksternal pada Mr.BrownCo serta mengkaji kesesuaian antara
alternatif strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh
Mr.BrownCo. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah
penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Oktober 2013

Irwandi
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Ide Pengembangan Usaha 5
Faktor-faktor Strategi Pengembangan Usaha 7
Alat Analisis yang Digunakan dalam Strategi Pengembangan Usaha 8
KERANGKA PEMIKIRAN 9
Kerangka Pemikiran Teoretis 9
Pengertian Strategi 9
Konsep Manajemen Strategis 9
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan 12
Analisis Lingkungan Internal 12
Analisis Lingkungan Eksternal 13
Matriks IFE dan EFE 17
Matriks IE 17
Matriks SWOT 18
Matriks QSP (QSPM) 18
Langkah Operasional Penelitian 18
METODE PENELITIAN 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
Jenis dan sumber Data 21
Metode Pengumpulan Data 21
Metode Pengolahan Data 22
Tahap Masukan (Input Stage) 22
Tahap Pencocokan (Matching Stage) 26
Tahap Keputusan (Decision Stage) 28
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 29
Sejarah dan Perkebangan Perusahaan 29
Visi dan Misi Mr.BrownCo 30
Produk Mr.BrownCo 30
Struktur Organisasi Mr.BrownCo 32
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 33
Analisis Lingkungan Internal 33
Pemasaran 34
Keuangan 36
Produksi/Operasi 36
Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Informasi 37
Faktor Penelitian dan Pengembangan 38
Strategi yang Telah Dilakukan 38
Analisis Lingkungan Eksternal 38
Lingkungan Jauh 38
Lingkungan Industri 41
FORMULASI STRATEGI 44
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan 44
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan 46
Analisis Matrik IFE 47
Analisis Matriks EFE 48
Analisis Matriks IE 49
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Mr.BrownCo 50
Analisis Matriks SWOT 50
Analisis Matriks QSP (QSPM) 53
SIMPULAN DAN SARAN 54
Simpulan 54
Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 55

DAFTAR TABEL

1 Jumlah unit usaha kecil menengah (UKM) menurut sektor ekonomi 1


2 Pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi per kapita per bulan
di Indonesia tahun 2005−2010 2
3 Daftar kompetitor Mr.BrownCo Jabodetabek 4
4 Metode penelitian 22
5 Penilaian bobot faktor internal perusahaan 24
6 Matriks IFE 24
7 Penilaian bobot faktor eksternal perusahaan 25
8 Matriks EFE 26
9 Matriks QSP (QSPM) 29
10 Daftar harga brownies 35
11 Analisis matriks IFE usaha brownies Mr.BrownCo. 48
12 Analisis matriks EFE usaha brownies Mr.BrownCo 49
13 Kesetaraan IE dan SWOT 52
14 Tabel matriks QSP 54
DAFTAR GAMBAR

1 Model Komprehensif Manajemen Strategis 11


2 Kekuatan-kekuatan yang Memengaruhi Persaingan Industri 15
3 Kerangka Pemikiran Peneliti 20
4 Matriks Internal Eksternal (IE) 26
5 Matriks SWOT 28
6 Struktur Organisasi Mr.BrownCo 32
7 Saluran Distribusi brownies pada Mr.BrownCo 36
8 Matriks Internal Eksternal (IE) 50

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis Internal 58


2 Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis Internal 58
3 Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis Eksternal 59
4 Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis Eksternal 59
5 Matrik EFE (Esternal Factor Evaluation) 59
6 Matrik QSP 60
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan dan pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM)


merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Usaha kecil
menengah memiliki peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia dan
terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi serta menjadi dinamisator
pertumbuhan ekonomi pascakrisis ekonomi. Kondisi ini dapat dilihat dari
kontribusi usaha kecil menengah terhadap penyerapan tenaga kerja, nilai tambah
terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan nilai ekspor hasil
produksi UKM. Hal ini diketahui berdasarkan perkembangan indikator makro
UKM tahun 2010. Berikut data mengenai jumlah unit usaha kecil menengah
(UKM) menurut sektor ekonomi.

Tabel 1 Jumlah unit usaha kecil menengah (UKM) menurut sektor ekonomi di
Indonesia
Tahun Jumlah Unit Usaha Kecil (unit) Pertumbuhan (%)
2003 42 388 505 0
2004 43 707 412 3,1
2005 44 689 588 2,1
2006 48 611 233 8,8
2007 49 824 123 2,5
2008 51 257 537 2,9
2009 52 741 221 2,9
2010 53 823 732 2,1
Sumber: Departemen Koperasi (2012)

Berdasarkan data dari Departemen Koperasi, perkembangan jumlah UKM


pada periode 2003−2010 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan ini tidak
hanya dilihat dari perkembangan jumlah UKM, tetapi diiringi dengan penyerapan
tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha kecil menengah merupakan
salah satu motor penggerak yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi
perekonomian nasional dan daerah.
Menurut jenis lapangan usaha, usaha kecil menengah dibagi menjadi
sembilan sektor, yaitu (1) sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,
dan perikanan; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4)
listrik, gas, dan air bersih; (5) bangunan; (6) perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi; (8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan;
serta (9) sektor-sektor jasa. Departemen koperasi dan UKM (2012).

1
[BPS] Badan Pusat Statistik. 30 Mei 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008.
http://www.depkop.go.id/depkopgoid2008/index.php. Hlm 1. [12 Maret 2013]
2

Dari kesembilan sektor tersebut, industri pengolahan merupakan salah satu


sektor yang cukup menjanjikan untuk sebuah usaha karena pengolahan khususnya
pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang setiap harinya dikonsumsi
untuk memenuhi kebutuhan energi dalam melakukan aktivitasnya.
Industri makanan jadi merupakan salah satu bagian dari sektor industri
pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan
penganekaragaman pangan. Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang yang
membawa segala sesuatunya ke arah lebih praktis dan efisien, preferensi
masyarakat juga berubah termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang
didukung oleh perubahan pola konsumsi. Adanya perubahan pola konsumsi
ditunjukkan pada kecenderungan masyarakat saat ini untuk mengonsumsi
makanan atau minuman siap saji (praktis). Berikut ini merupakan data mengenai
pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi di Indonesia yang menunjukkan
adanya peningkatan.

Tabel 2 Pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi per kapita per bulan di
Indonesia tahun 2005−2010
Tahun Pengeluaran Rata-rata Makanan Pertumbuhan (%)
dan Minuman Jadi per Kapita per
2005 Bulan (%)
51,37 0
2006 53,01 3,2
2007 49,24 -7,1
2008 50,17 1,9
2009 50,62 0,8
2010 51,43 1,6
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (2012)

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui adanya fluktuasi terhadap


pengeluaran rata-rata masyarakat Indonesia yang digunakan untuk mengonsumsi
makanan dan minuman jadi setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa
preferensi masyarakat untuk mengonsumsi makanan dan minuman jadi dalam hal
pemenuhan kebutuhan pangannya hampir stabil setiap tahun dan ini bisa sebagai
acuan untuk brownies singkong agar tetap mengembangkan produknya.
Makanan atau pangan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang
paling mendasar dan merupakan kebutuhan primer setiap manusia untuk
mempertahankan hidupnya. Makanan selalu dibutuhkan oleh manusia untuk
dikonsumsi setiap hari. Maraknya bisnis makanan merupakan salah satu
tanggapan terhadap meningkatnya jumlah permintaan pangan karena semakin
bertambahnya populasi penduduk di Indonesia. Umumnya, para produsen merasa
optimis akan usahanya karena makanan merupakan kebutuhan primer manusia,
sehingga tidak dapat ditunda pemenuhannya. Makanan selalu diperlukan oleh
manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan energi, protein yang digunakan untuk
beraktivitas dan keberlangsungan hidup manusia. Berkenaan dengan itu, usaha
brownies memiliki kesempatan besar untuk ikut andil di dalamnya.
Industri brownies merupakan bagian dari industri makanan jadi yang
memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses
produksinya. Di dalam ilmu pangan, brownies dikelompokkan dalam produk
bakery, bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, cracker, dan pie. Di dalam
3

kelompok bakery, brownies merupakan produk yang pertama dikenalkan di


Inggris dan populer hingga saat ini. Brownies merupakan makanan yang berbasis
tepung terigu. Awalnya brownies dikonsumsi sebagai makanan selingan, tetapi
dalam perkembangannya, budaya mengonsumsi brownies tidak lagi menjadi hal
yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Brownies memiliki tekstur
yang padat, tetapi lembut di dalam. Asal mula terciptanya brownies adalah dari
jenis roti cokelat yang gagal karena tidak mengembang, tetapi ternyata banyak
disukai. Mr.BrownCo adalah salah satu UKM yang memproduksi brownies yang
telah dimodifikasi karena berbahan dasar tepung singkong. Mr.BrownCo sudah
lima tahun berdiri tetapi pengembangannya belum terlihat maksimal, oleh karena
itu akan dilakukan strategi pengembangan usahanya agar mampu berkembang dan
mampu bersaing.

Perumusan Masalah

Mr.BrownCo telah berdiri sejak tahun 2008 dan merupakan perusahaan


yang bergerak di bidang makanan-minuman food and beverage dengan produk
utama brownies singkong. Konsep bisnis yang memadukan antara traditional
taste menggunakan produk pangan lokal kaya gizi (singkong) dikombinasikan
dengan produk pangan ber-style modern yang lezat selalu membuat produk
tersebut menjadi unik dengan sensasi tersendiri. Prioritas untuk selalu
memanjakan cita rasa dan selalu mengedepankan pelayanan terbaik melahirkan
terobosan-terobosan baru dalam diversifikasi dan inovasi produk yang tidak “out
of date”, tetapi mengikuti selera konsumen.
Mr.BrownCo memiliki banyak keunggulan, selain menggunakan bahan
singkong sebagai campurannya, juga menggunakan beberapa rempah-rempah
sebagai penambah cita rasanya. Mr.BrownCo memiliki jumlah karyawan
sebanyak 8 orang. Untuk outlet diberi tema “Taste is My Style”. Ornamen outlet
ini dibuat dengan ciri khas dan menarik, diambil dari karakter Mr.BrownCo yang
bertujuan untuk menarik pelanggan yang melihat bangunan tersebut. Outlet
Mr.BrownCo berada dalam jalur yang cukup strategis, yaitu tepat di depan jalan
utama kampus Dramaga IPB dengan konsep caffe. Selain itu, outlet ini berdekatan
dengan kawasan pemukiman penduduk dan lingkungan mahasiswa.
Mr.BrownCo memiliki pasar potensial sebagai sasaran, yaitu ibu-ibu yang
akan mengadakan acara arisan, reuni atau acara lainnya, dan biasa dijadikan
sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Mr.BrownCo merupakan kreasi dari
inovasi mahasiswa IPB. Melihat antusias perkembangan dunia makanan yang
menjanjikan dengan keuntungan menggiurkan, Pak Sigit Purnama (pendiri
Mr.BrownCo) menggagas berdirinya usaha Mr.BrownCo tersebut. Mr.BrownCo
terbuat dari bahan dasar lokal, yaitu singkong dengan campuran terigu,
menciptakan berbagai aneka rasa yang diharapkan mampu memberikan kepuasan
dahaga para pecinta kuliner, khususnya pecinta kue. Mr.BrownCo memiliki
beraneka jenis dan rasa, di antaranya Cheese Roll Brownies, Brownies Kering
Original, Cheese roll Brownies, Brownies Kukus Keju, Brownies Kukus
Cocopandan, Brownies Panggang Keju, Chocolate Roll Brownies, Brownies
Herbal, dan yang lainnya. Mr.BrownCo memiliki omzet yang cukup besar di
4

setiap harinya, yaitu di hari biasa minimal Rp3.000.00 dan di hari sabtu/minggu
bisa mencapai Rp8.000.000. Di tahun 2014/15 yang akan datang, Mr.BrownCo
memiliki rencana pengembangan usaha, yaitu memiliki 10 outlet yang tersebar di
berbagai kota besar khususnya daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi) dan Bandung.
Mr.BrownCo memiliki beberapa pesaing yang telah lebih dulu berdiri,
yaitu Brownies Amanda dan beberapa brand brownies jenis lain. Berikut dapat di
lihat pada Tabel 3 beberapa brand brownies yang merupakan kompetitor.

Tabel 3 Daftar kompetitor Mr.BrownCo Jabodetabek


No. Brand Alamat
1 Amanda Jl. Raya Pajajaran No. 84 f
2 Elsari Brownies & Jl. Raya Pondok Rumput No. 18 Bogor Utara
Bakery
3 Lapis Lolongok Jl. Lolongok Bondongan
4 Brownies Bogor Botani Square Mall Lt. LG JL. Raya Pajajaran Bogor
5 Brownies Mika Jl. Kebun Mangga IV No. 29 Pas. Keb. Lama,
Jakarta
6 Frozzie Browniez Jakarta
7 Maulins Brownies Kompl. Dept. Koperasi 3, Mampang Prapatan,
Jakarta
8 Lapis Bogor Sangkuriang Jl. Raya Sholeh Iskandar, Bogor
9 Lapis Bogor Jl. Raya Pajajaran No. 20E, Bogor
10 Annisa-1 Brownies Depok
Sumber: data sekunder

Brownies Amanda dan beberapa kompetitor lain menggunakan terigu


murni tanpa ada campuran bahan utama lainnya, berbeda dengan Mr. BrownCo
yang menggunakan bahan utama terigu yang dicampur dengan tepung singkong.
Kendala yang saat ini masih dihadapi yaitu modal dan terkait dengan sumber daya
manusia karena belum adanya tenaga profesional. Karyawan yang dimiliki saat ini
rata-rata hanya berpendidikan antara SMP sampai dengan SMA, perkembangan
usaha brownies yang dinilai lambat,dan banyaknya pesaing produk sejenis.
Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
A) Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman yang
memengaruhi aktivitas Mr.BrownCo?
B) Faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan Mr.BrownCo
dalam mencapai tujuannya?
C) Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang tepat bagi Mr.BrownCo
agar dapat terus bertahan dan berkembang?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, tujuan penelitian


ini adalah sebagai berikut.
1) Menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan brownies
singkong pada Mr.BrownCo.
5

2) Menganalisis faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman yang


memengaruhi aktivitas brownies singkong pada Mr.BrownCo.
3) Memformulasikan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat
diimplementasikan pada brownies singkong pada Mr.BrownCo.

Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada faktor internal dan ekternal yang
berada dalam perusahaan brownies singkong pada Mr.BrownCo. Faktor internal
di dalammnya terdapat kekuatan dan kelemahan yang bisa dijadikan variabel
penentu untuk menganalisis lebih lajut pembobotan dan ratingnya. Faktor
eksternal di dalamnya terdapat peluang dan ancaman, dari peluang dan ancaman
tersebut akan dianalisis untuk menentukan variabel penentu untuk perhitungan
bobot dan rating, sehingga mempermudah peneliti dalam memformulasikan
strategi yang sesuai dengan kondisi pada Mr.BrownCo. Analisis dari masing-
masing faktor tersebut akan dilakukan secara deskriptif dengan memanfaatkan
data kuantitatif dankualitatif.

TINJAUAN PUSTAKA

Ide Pengembangan Usaha

Desy (2012). Banyaknya agrowisata (pesaing) di kawasan Kabupaten


Cianjur mengakibatkan usaha agrowisata ini (taman strawberry Cibodas)
membutuhkan folmulasi strategi pemasaran agar proses pemasaran agrowisata
perusahaan berjalan dengan optimal, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta ancaman dan
peluang yang di hadapi Taman Strawberry Cibodas, dan merumuskan dan
memprioritaskan strategi terbaik yang dapat di rekomendasikan untuk
meningkatkan pengunjung yang datang di Taman Starwberry Cibodas.
Syarifatunisa (2011). Munculnya para pesaing baru yaitu toko kue
tradisional dan toko roti mungil merupakan suatu tantangan baru bagi toko roti
unyil venus. Hal ini memaksa venus untuk berpikir lebih kreatif. Baik kreatif
dalam segi produksi maupun yang lebih penting lagi adalah kreatif untuk tetap
menjaga konsumen mereka, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan di toko roti unyil venus dan kepuasan
pelanggan toko roti unyil venus, menyusun hirarki strategi peningkatan kepuasan
pelanggan toko roti unyil venus, merumuskan prioritas strategi peningkatan
kepuasan pelanggan Toko roti unyil venus dengan proses hirarki analitik (PHA).
Nusawanti (2009). Bagas Bakery menghadapi persaingan antar produsen
roti yang semakin tinggi mengingat jumlah produsen roti yang terdapat di
Kabupaten Kendal semakin meningkat dari tahun ke tahun. Melihat kondisi
tersebut maka Bagas Bakery memerlukan perancangan strategi pengembangan
6

usaha yang tepat untuk mengembangkan usahanya, agar mampu bertahan dalam
persaingan yang semakin ketat dan menghadapi lingkungan yang selalu berubah.
Strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi Bagas Bakery adalah strategi yang
diformulasikan dengan tepat ketika Bagas Bakery mampu memanfaatkan
kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki serta menghadapi peluang dan
menghindari ancaman yang ada.
Ningtias (2009) Diskes menyatakan bahwa terdapat beberapa pesaing
"Waroeng Cokelat" yang tidak masuk dalam daftar industri rumah tangga di
Diskes sehingga usaha tersebut tergolong pada usaha informal atau usaha sejenis
yang muncul pada musim tertentu saja. Dilatarbelakangi hal tersebut maka
"Waroeng Cokelat" memerlukan perencanaan untuk mengembangkan usahanya
dengan cara menunjukkan berbagai keunggulan yang dimiliki "Waroeng Cokelat"
secara konsisten. Berdasarkan kondisi yang tengah dihadapi, diperlukan analisis
lingkungan eksternal maupun lingkungan internal pada usaha kecil ”Waroeng
Cokelat” berupa kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang yang
terdapat pada ”Waroeng Cokelat”. Hasil analisis lingkungan tersebut dapat
menghasilkan formulasi strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan
keadaan "Waroeng Cokelat saat ini.
Annisa (2008). Tingginya persaingan dalam usaha restoran di Kabupaten
Pandeglang memberikan dampak bagi manajemen Restoran Cibaru. Pada Bulan
Februari 2008 omzet penjualan Restoran Cibaru mengalami penurunan sebesar
30,2 persen, adapun pada bulan-bulan sebelumnya trend pengunjung pada
Restoran Cibaru cukup ramai baik dari jumlah pengunjung yang merupakan
wisatawan maupun yang melakukan booking sebelumnya (berdasarkan
wawancara dengan pemilik). Permasalahan ini mendorong pihak manajemen
Restoran Cibaru untuk memikirkan alternatif strategi apa yang sesuai untuk
dijalankan dalam upaya memperbaiki keadaan dengan terlebih dahulu mengetahui
faktor-faktor apa saja yang dapat menjadi peluang, ancaman, kekuatan atau
kelemahan bagi Restoran Cibaru.
Mr.BrownCo berdiri sudah hampir lima tahun dan sampai saat ini usaha
tersebut perkembangannya belum terasa bagi pemiliknya. Oleh karena itu, pemilik
perusahaan tersebut berencana membuat strategi untuk mengembangkan bisnis
brownies singkong. Pemilik Mr.BrownCo melihat banyak peluang dan kekuatan
yang dimiliki belum termanfaatkan dengan baik. Adanya permintaan dari luar
kota yang belum bisa dipenuhi membuat pemilik Mr.BrownCo tersebut berencana
untuk mengembangkannya dengan mencoba membuka cabang-cabang baru.
Sumber ide biasanya berkaitan dengan hal-hal atau kegiatan yang
menyangkut organisasi atau lembaga yang ada hubungannya dengan bisnis,
seperti saluran distribusi pendistribusian brownies singkong pada Mr.BrownCo
sangat terbatas, sehingga konsumen susah untuk mendapatkan produk tersebut.
Selain itu juga karena adanya perusahaan pesaing yang sudah ada, sehingga
pemilik khawatir pelanggannya diambil oleh perusahaan lain hanya karena
jangkauan tempat atau outlet Mr.brownCo yang jauh.
7

Faktor-faktor Strategi Pengembangan Usaha

Desy (2012). Faktor internal yang menjadi kekuatan yaitu keramahan dan
kesopanan karyawan dalam berinteraksi dengan pengunjung sebagai kekuatan
utama, sedangkan kelemahannya yaitu promosi kurang optimal. Faktor eksternal
yang menjadi peluang yaitu maraknya peliputan mengenai objek rekreasi pada
stasiun televisi sebagai peluang utama, sedangkan ancaman utamanya adalah
semakin bertambahnya tempat wisata di Kabupaten Cianjur.
Syarifatunisa (2011). Penyusunan hirarki terdiri dari fokus, faktor, aktor,
tujuan dan alternatif. Fokusnya adalah Strategi peningkatan kepuasan pelanggan.
Faktor terdiri dari nilai, daya saing, persepsi pelanggan, harga, citra dan pelayanan
Aktornya adalah pemilik, karyawan dan perwakilan pelanggan.Tujuan yang ingin
dicapai yaitu mempertahankan dan meningkatkan pelanggan, meningkatkan profit
perusahaan dan mempertahankan posisi perusahaan diantara perusahaan-
perusahaan roti yang telah ada. Alternatif strategi yang dapat diterapkan ada yaitu
strategi relationship marketing, pelayanan yang lebih baik daripada pesaing,
unconditional uarantees, penanganan keluhan yang efisien, peningkatan kinerja
perusahaan dan quality function deployment.
Nusawanti (2009). Faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan
bagi Bagas Bakery, adalah (1) Lokasi perusahaan strategis, (2) Komunikasi antara
pemilik dan karyawan terjalin baik, (3) Koordinasi dalam pembagian tugas cukup
baik, (4) Mutu produk yang dihasilkan baik. Sedangkan faktor-faktor strategi
internal yang menjadi kelemahan bagi Bagas Bakery, adalah(1) Labelisasi
kemasan belum lengkap, (2) Keterbatasan modal sendiri, (3) Tempat produksi
(bangunan) kurang luas. Faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang
bagi Bagas Bakery, adalah (1) Dukungan pemerintah terhadap akses sumber
pembiayaan bagi UMKM, (2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin
baik. Faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Bagas Bakery, adalah
(1) Tingkat inflasi yang fluktuatif, (2) Kecenderungan harga gula dan gas elpiji
semakin meningkat.
Ningtias (2009). Analisis lingkungan eksternal "Waroeng Cokelat"
diperoleh bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling
berpengaruh bagi "Waroeng Cokelat" yaitu dukungan Disperindagkop dalam
pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal
yang menjadi ancaman utama yang dapat dihindari oleh "Waroeng Cokelat" yaitu
hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah.
Analisis lingkungan internal "Waroeng Cokelat" diperoleh bahwa faktor internal
strategis yang menjadi kekuatan bagi "Waroeng Cokelat" yaitu keuletan pemilik
dalam mengelola perusahaan, sedangkan faktor strategis internal yang menjadi
kelemahan terbesar dari "Waroeng Cokelat" yaitu promosi belum optimal.
Annisa (2008). Faktor Internal kekuatan perusahaan meliputi, karyawan
memiliki loyalitas tinggi, net working pemilik restoran cukup luas, menawarkan
delivery service, Kelemahan perusahaan meliputi, belum memiliki perencanaan
jangka pendek, menengah dan panjang, tumpang tindih peran, kemasan kurang
menarik. Faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas Restoran Cibaru meliputi
peluang dan ancaman. Peluang bagi perusahaan meliputi, peningkatan daya beli
masyarakat Kabupaten Pandeglang, pertumbuhan jumlah penduduk Pandeglang
menunjukkan tersedianya pasar potensial dan tenaga kerja. Ancaman bagi
8

perusahaan meliputi, kebijakan kenaikan harga BBM dan TDL yang disertai
kenaikan bahan pokok makanan, tingkat inflasi yang berfluktuasi.
Faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama
bagi Mr.BrownCo. Kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah rasa brownies yang
berfariasi. Kelemahan utama bagi Mr.brownCo adalah merek Mr.BrownCo yang
belum dikenal dan ini memiliki implikasi terhadap promosi yang kurang gencar
baik melalui media elektronik, maupun media cetak. Analisis lingkungan
eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi Mr.brownCo. Peluang utama
bagi Mr.brownCo adalah kekuatan tawar pemasok. Sedangkan ancaman utama bagi
Mr.BrownCo adalah yaitu kenaikan bahan baku yang dipengaruhi oleh kenaikan harga
BBM.

Alat Analisis yang Digunakan dalam Strategi Pengembangan Usaha

Desy (2012). Menggunakan analisis matriks EFE (Eksternal Factor


Evalustion) untuk mengetahui peluang dan ancaman, matriks IFE (Internal Factor
Evalustion) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, analisis matriks IE
(Internal-Eksterna) yang bertujuan untuk mengkobinasikan matriks EFE dan IFE,
kemudian di perkuat dengan menggunakan matriks SWOT dan terahir
menggunakan matriks QSPM untuk mencari alternative strategi yang paling tepat.
Syarifatunisa (2011). Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Analisis Statistik Deskriptif, Importance Performance Analisys,
Customer Satisfaction Index dan Proses Hirarki Analitik (PHA) dengan
menggunakan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS)
versi 15 for windows untuk menguji validitas dan reliabilitas, Microsoft Excel
2003 untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan Toko Roti Unyil Venus dan
Expert Choice versi 11.5 untuk menentukan prioritas strategi peningkatan
kepuasan pelanggan Toko Roti Unyil Venus Bogor.
Nusawanti (2009). Menggunakan analisis matriks EFE (Eksternal Factor
Evalustion) untuk mengetahui peluang dan ancaman, matriks IFE (Internal Factor
Evalustion) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, analisis matriks IE
(Internal-Eksterna) yang bertujuan untuk mengkobinasikan matriks EFE dan IFE,
kemudian di perkuat dengan menggunakan matriks SWOT dan terahir
menggunakan matriks QSPM untuk mencari alternative strategi yang paling tepat.
Ningtias (2009). Menggunakan analisis matriks EFE (Eksternal Factor
Evalustion) untuk mengetahui peluang dan ancaman, matriks IFE (Internal Factor
Evalustion) untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan, analisis matriks IE
(Internal-Eksterna) yang bertujuan untuk mengkobinasikan matriks EFE dan IFE,
kemudian di perkuat dengan menggunakan matriks SWOT dan terahir
menggunakan matriks QSPM untuk mencari alternative strategi yang paling tepat.
Annisa (2008). Menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan Restoran Cibaru dan menyusun alternatif strategi yang sesuai untuk
Restoran Cibaru. Faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi
Restoran Cibaru dianalisis dengan menggunakan matriks EFE. Faktor internal
yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi Restoran Cibaru dianalisis dengan
menggunakan matriks IFE. Setelah hasil matriks EFE dan IFE diperoleh dapat
dihasilkan analisis IE dan SWOT untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan.
9

Adapun pengambilan keputusan mengenai strategi yang menjadi prioritas


dilakukan dengan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matriks).
Penggunaan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM memang sangat
umum, oleh karena itu strategi pengembangan usaha pada Mr.BrownCo pun
menggunakan maktrik tersebut, karena matriks-matriks tersebut sangat cocok
digunakan bersama. Matriks IFE untuk mengetahui kondisi internal perusahaan
yaitu kekuatan dan kelemahan, sedangkan EFE untuk mengetahui kondisi
eksternal perusahaan dengan peluang dan ancamannya. Pengunaan matriks IE
untuk pencocokan setelah menganalisis IFE dan EFE, dan juga mengunakan
matriks SWOT untuk memperkuat matriks IE tersebut, setelah di temukan
alternative strategi maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap keputusan
dengan menggunakan matriks QSP untuk menentukan formulasi strategi yang
paling tepat.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoretis


Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”.
Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang
dituju. Menurut Stephanie K. Marrus (2008), strategi didefinisikan sebagai suatu
proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi dan disertai penyusunan suatu cara atau upaya agar
suatu tujuan dapat tercapai. Sementara menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar
(2008), strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Menurut David (2006),
strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis yang
mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk,
penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture. Strategi
adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas
dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi
memengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang. Strategi memiliki
konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan
faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan.

Konsep Manajemen Strategis

Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai


seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
10

tujuannya. Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap, yaitu formulasi
strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
1) Formulasi Strategi
Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengenali
peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan
kelemahan internal perusahaan, menetapkan objektif jangka panjang,
menghasilkan strategi alternative, serta memilih strategi tertentu untuk
dilaksanakan. Isu perumusan strategi termasuk memutuskan bisnis baru apa
yang perlu dimasuki, bisnis apa yang harus dihentikan, bagaimana
mengalokasikan sumber daya, apakah memperluas operasi atau diversifikasi,
apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan melakukan merjer
atau membentuk usaha patungan dan bagaimana menghindari pengambilalihan
perusahaan pesaing.
2) Implementasi Strategi
Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam
manajemen strategis. Selain itu, implementasi strategi juga sering kali
dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis karena
implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan
pengorbanan.
Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan
sumber daya, sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.
Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, memberdayakan sistem
informasi, serta menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
3) Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga
aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan
internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil
tindakan korektif. Salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari dan
mengaplikasikan proses manajemen strategis adalah dengan sebuah model, di
mana setiap model mempresentasikan semacam proses. Berikut ini merupakan
model manajemen strategis menurut David (2006).
Melakukan
Audit
Eksternal
Implementasi
Strategi
Isu-isu
Pemasaran,
Membuat Menetapkan Merumuskan, Implementasi Keuangan, Mengukur dan
Pernyataan Tujuan Jangka Mengevaluasi, Strategi Akuntansi, Mengevaluasi
Visi dan Misi Panjang dan Memilih Isu-isu Penelitian dan Kinerja
Strategi Manajemen Pengembangan,
Sistem
Informasi
Melakukan Manajemen
Audit
Internal

Formulasi Implementasi Evaluasi


Strategi Strategi Strategi

Gambar 1 Model Komprehensif Manajemen Strategis


Sumber: David (2009)

11
12

Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan

Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal: (1)
apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita peroleh di masa
depan, dan (3) kita ingin menjadi apa di masa depan. Visi yang jelas akan menjadi
dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif (David 2006).
Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan tujuan perusahaan
ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang terdiri atas
pelanggan, karyawan, pemegang saham pemerintah, pemasok perusahaan, dan
lain-lain. Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau
selesaikan. Pernyataan misi adalah deklarasi tentang alasan keberadaan sebuah
organisasi. Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan
dan formulasi strategi yang efektif. Pernyataan misi ini menjawab pertanyaan
“Apa Bisnis Kita?” (David 2006).

Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor yang


menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan merupakan
suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu
industri yang berasal dari organisasi. Sementara kelemahan merupakan
keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian, dan kemampuan
yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi. Menurut David
(2009), analisis internal memberikan lebih banyak peluang untuk pihak yang
berpartisipasi guna memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi
mereka merupakan bagian dari perusahaan secara keseluruhan. Menurut David
(2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal
perusahaan, yaitu sebagai berikut.
1) Faktor Pemasaran
Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan
serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa.
Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran yaitu aspek produk,
harga, distribusi, dan aspek promosi.
2) Fakto Keuangan
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik dari
posisi berdaya saing perusahaan dan daya tarik keseluruhan serta investor
(David 2009). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan
perusahaan dalam memperoleh modal jangka pendek dan jangka panjang,
hubungan baik dengan penanam modal dan sistem akunting yang handal.
3) Faktor Produksi/Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006),
manajemen produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi
proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas.
4) Fakto Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Informasi
13

Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena


itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan
karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek
sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai
manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, serta
sistem imbalan.
5) Fakto Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya
harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan
pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannnya untuk
memperbaiki kualitas produk atau memperbaiki proses produksi
untuk menurunkan biaya.

Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor


yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya
lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Menurut Pearce dan
Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri atas lingkungan jauh dan
lingkungan industri.
1) Lingkungan Jauh
Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan jauh terdiri atas faktor-faktor
yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi
operasional suatu perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan
teknologi.
a) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat
suatu perusahaan beroperasi. Dalam perencanaan strategisnya, setiap
perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-
segmen yang memengaruhi industri yang bersangkutan tersebut, misalnya
pola konsumsi, ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang
siap dibelanjakan (disposable income), kecenderungan belanja masyarakat
suku bunga primer, laju inflasi, dan kecenderungan pertumbuhan PNB
(Pearce dan Robinson 1997).
b) Faktor Sosial
Faktor sosial yang memengaruhi suatu perusahaan meliputi kepercayaan,
nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan ekstern
perusahaan. Faktor sosial ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural,
ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan kondisi etnik. Faktor sosial ini
bersifat dinamis dan selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat melalui pengendalian dan
penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan (Pearce dan Robinson
1997).
c) Faktor Politik
Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting
bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor
14

politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi


perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan
tentang perdagangan yang adil, undang-undang anti-trust, program
perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan
penetapan harga, batasan administratif dan tindakan-tindakan lainnya yang
dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan
lingkungan. Karena pada umumnya peraturan dan undang-undang bersifat
membatasi, maka kedua elemen tersebut cenderung berpotensi untuk
mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi, beberapa tindakan politik juga
dirancang untuk melindungi dan memberi manfaat bagi perusahaan,
misalnya undang-undang paten, subsidi pemerintah, dan hibah dana riset
produk. Jadi faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi
perusahaan (Pearce dan Robinson 1997).
d) Faktor Teknologi
Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi. Untuk
menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus
mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin memengaruhi industrinya.
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya
produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan
dalam teknik produksi dan pemasaran (Pearce dan Robinson 1997).
2) Lingkungan Industri
Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan pendekatan
yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak
industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat
sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antarperusahaan
sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk
substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-
menawar pembeli/konsumen.
15

Pendatang baru

Kekuatan tawar- Persaingan di kalangan Ancaman masuknya


menawar pemasok anggota industri pendatang baru
Pemasok Pembeli

Persaingan di antara
perusahaan yang ada

Ancaman produk Kekuatan tawar-


atau jasa pengganti Pendatang baru menawar pembeli

Gambar 2 Kekuatan yang memengaruhi persaingan industri


Sumber: Porter (1997)

a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru


Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan berimplikasi terhadap
perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas akan bertambah, terjadinya
perebutan pangsa pasar, dan perebutan sumber daya produksi yang
terbatas. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan
yang telah ada. Terdapat beberapa faktor penghambat pendatang baru
untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk.
Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah sebagai berikut.
i) Skala ekonomis
Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost)
suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala
ekonomis ini akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan
memaksa para pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala besar
dan menghadapi risiko adanya reaksi keras dari pesaing yang ada atau
masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan biaya yang tidak
menguntungkan.
ii) Diferensiasi produk
Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa
pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi
kesetiaan pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak
16

terhadap kerugian di saat awal dan sering kali bertahan untuk waktu
yang cukup panjang.

iii) Kebutuhan modal


Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar
agar mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi pemain
baru, terutama jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan di saat
awal yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan riset dan risiko.
iv) Biaya beralih pemasok
Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan
pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk
pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi, pendatang baru harus
menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau prestasi
agar pembeli mau beralih dari pemasok lama.
v) Akses ke saluran distribusi
Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari
pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila
saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasi oleh perusahaan
yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit memasuki saluran
yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun
saluran sendiri.
vi) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala
Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya
yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan
masuk ke dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan yang
dimaksud adalah teknologi produk milik sendiri, pengusaan atas
bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah, dan
kurva belajar atau pengalaman.
b) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Pemasok dapat memengaruhi para peserta industri melalui kemampuan
pemasok untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau
jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan memiliki data tawar yang kuat
apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih
terkonsentrasi daripada industri di mana mereka menjual, pemasok tidak
menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, industri
bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok,
produk pemasok merupakan input penting bagi bagi bisnis pembeli,
produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya
peralihan, dan kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang
meyakinkan untuk melakukan integrasi maju.
c) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Para pembeli dapat bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga
turun, meningkatkan mutu produk, dan pelayanan yang lebih baik.
Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau
membeli dalam jumlah besar, produk yang dibeli merupakan bagian dari
biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk yang dibeli
standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli mendapat laba kecil, pembeli
menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri
17

tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, dan pembeli memiliki
informasi lengkap.

d) Ancaman Produk Substitusi


Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan
bersaing pula dengan produk pengganti. Ancaman produk substitusi kuat
jika konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit atau produk
substitusi memiliki harga yang lebih murah, tetapi dengan kualitas sama
bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri.
e) Persaingan di antara Perusahaan Sejenis
Persaingan dalam industri akan memengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Tingkat persaingan dalam industri dipengaruhi oleh jumlah
kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap
yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar.

Matriks IFE dan EFE

Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal


dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit yang
dianalisis. Matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan
eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi unit
yang dianalisis.

Matriks IE

Matriks IE terdiri atas dua dimensi, yaitu total skor yang diperoleh dari
matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y. Matriks
ini terdiri atas tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda,
yaitu sebagai berikut.
1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build)
Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan
adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi
ke depan, dan integrasi horizontal).
2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain)
Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat dianjurkan
adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.
3) Tuai atau Divestasi
Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat
dianjurkan adalah strategi divestasi.
18

Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai


faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Melalui analisis
ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi
berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam
mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO
(Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).

Matriks QSP (QSPM)

Matrik QSP adalah alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi


alternatif strategi mana yang terbaik. Matrik QSP menggunakan input dari analisis
tahap pertama, yaitu matriks IFE dan EFE serta input dari hasil pencocokan pada
tahap kedua, misalnya matriks IE atau matriks SWOT untuk menentukan secara
objektif di antara alternatif strategi. Secara konsep, Matrik QSP menentukan daya
tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan sejauh mana faktor keberhasilan
kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari
masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan
pengaruh kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal.
Adapun keunggulan Matrik QSP antara lain strategi dapat dievaluasi
secara bertahap atau bersama-sama, tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang
dapat dievaluasi atau jumlah strategi yang dapat dievaluasi membutuhkan
penyusun strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang
relevan ke dalam proses keputusan. Penggunaan Matrik QSP dapat diadaptasikan
untuk diaplikasikan oleh organisasi kecil, besar, berorientasi laba maupun nirlaba,
dan dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Akan tetapi di
samping memiliki kelebihan, matriks QSP juga memiliki keterbatasan, yaitu
matriks QSP selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar,
serta matriks QSP hanya dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan
analisis pencocokan yang mendasari penyusunannya.

Langkah Operasional Penelitian

Banyaknya produsen brownies, Mr.BrownCo perlu merumuskan strategi


pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dalam lingkungan industri
yang selalu berubah. Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengindentifikasi visi, misi, dan
tujuan perusahaan. Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai
dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan sehingga harapannya strategi yang
19

dihasilkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi


permasalahan yang ada.
Langkah selanjutnya yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan
lingkungan eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal
diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, sedangkan
proses identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan
ancaman perusahaan. Analisis lingkungan internal diperoleh melalui kajian
bidang manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi,
sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan. Untuk lingkungan
internal ini dianalisis melalui matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal meliputi
lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh meliputi faktor-faktor
yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi
operasional suatu perusahaan, yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan teknologi,
sedangkan lingkungan industri meliputi persaingan antarperusahaan sejenis,
kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi,
kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar
pembeli/konsumen. Untuk lingkungan eksternal ini dianalisis melalui matriks
EFE. Tahap ini disebut dengan tahap input.
Langkah selanjutnya yaitu tahap pencocokan yang menggunakan matriks
IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE ialah mengetahui posisi
perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya, setelah
mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari matriks IE, harapannya
alternatif-alternatif strategi yang dibuat pada matriks SWOT tidak bertolak
belakang dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Kemudian
dilakukan tahap keputusan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang
terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah
matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman, serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap
pertama dengan alternatif strategi sebagai hasil dari tahap kedua. Kerangka
pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
20

Identifikasi Mr.BrownCo
Visi
Menjadi perusahaan terkemuka dalam penyediaan produk pangan lokal yang berkualitas.
Misi
1. Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik bagi pelanggan
2. Memberikan nilai yang positif bagi stakeholders
3. Menciptakan team work yang solid dan tangguh

Permasalahan yang di hadapi


1. Persaingan tinggi antar-usaha sejenis
2. Perkembangan usaha yang lambat
3. SDM yang belum profesional

Analisis lingkungan Analisis lingkungan eksternal


internal melalui matriks IFE melalui matriks EFE
a. Lingkungan Jauh
· Pemasaran · Faktor ekonomi
· Keuangan/akuntansi · Faktor sosial
· Produksi dan operasi · Faktor politik
· Sumber daya manusia · Faktor teknologi
· Penelitian dan b. Lingkungan Industri
pengembangan · Persaingan antarperusahaan sejenis
· Masuknya pesaing baru
· Potensi Produk substitusi
· Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok
· Kekuatan tawar-menawar
pembeli/konsumen

Matriks IE Matriks SWOT

Altenatif Strategi
(Matriks QSPM)

Prioritas Strategi
Pengembangan Usaha
Mr. BrownCo

Gambar 3 Langkah Operasional Penelitian


21

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan di lapang adalah perusahaan yang


bergerak di bidang makanan-minuman (food and beverage), yaitu brownies
singkong. Perusahaan brownies singkong Mr.BrownCo berlokasi di Jl. Raya
Darmaga-Kampus IPB Darmaga No. 253 Bogor. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Desember sampai dengan April 2013. Pemilihan tempat dilakukan secara
sengaja karena perusahaan tersebut mempunyai rencana pengembangan di tahun
2014−2015. Alasan yang dipertimbangkan dalam pemilihan tempat ini karena
perusahaan memiliki keunggulan berlokasi dekat dengan jalan raya dan pusat
kampus IPB.

Jenis dan sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pihak Mr.BrownCo
melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara, dan pengisian kuesioner,
yaitu dengan satu orang pemilik, satu orang supervisor, satu orang dari InCubie
(Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan) dan 10 orang yang
merupakan konsumen brownies tersebut. Sementara data sekunder merupakan
data yang diperoleh dari pengumpulan data, seperti referensi dari instansi,
internet, dan buku.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu tahap penting dalam kegiatan


penelitian. Data yang akan digunakan untuk penelitian ini terdiri atas data primer
dan data sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama, yaitu pihak perusahaan
berupa pencatatan dan wawancara langsung. Wawancara yang dilakukan yaitu
pada malam hari, saat proses produksi berlangsung. Setelah selesai pencatatan dan
wawancara dengan pihak perusahaan, kemudian dilakukan pengisian kuesioner
untuk mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan.
Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan lembaga yang erat kaitannya
dengan usaha brownies singkong tersebut dan data penunjang lainnya pada
penelitian terdahulu, internet, artikel, serta instansi-instansi yang terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Koperasi (Depkop).
22

Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dan analisis terdiri atas analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan
perusahaan seperti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi.
Sementara analisi kuantitatif digunakan melalui analisis matriks IE, Analisis
SWOT, dan matriks QSP (QSPM). Penentuan variabel matriks faktor internal
(IFE) dan matriks faktor eksternal (EFE) dilakukan secara objektif antara peneliti
dan pemilik.
Menurut David (2006), Penyusunan suatu strategi dilakukan melalui tiga
tahap kerja, yaitu tahap input, tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Tahap
pertama adalah tahap input di mana dalam penelitian ini menggunakan matriks
IFE dan EFE. Proses selanjutnya adalah tahap pencocokan, tahap ini berfokus
pada pembuatan alternatif strategi yang tepat dengan mencocokkan faktor
eksternal dan internal. Alat analisis yang digunakan pada tahap pencocokan
adalah matriks IE dan SWOT. Tahap yang terakhir dilakukan analisis
menggunakan matriks QSP untuk menentukan keputusan strategi.
Desy (2012) . Pada tahap ini dilakukan penentuan persentase dari beberapa
responden yaitu pemilik 70 persen, supervisor 10 persen, InCubie (Pusat
Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan) 10 persen dan konsumen
brownies 10 persen. Pemilik memiliki persentase yang paling tinggi karena
merupakan pemegang keputusan utama, sedangkan yang lain hanya sebagai
referensi pemilik dalam menentukan pengambilan keputusan tersebut.

Tabel 4 Metode penelitian


Metode Metode
Jenis Data Sumber Data
Pengumpulan Data Pengolahan Data
a. Primer Pemilik a. Wawancara a. Matriks IFE
Mr.BrownCo b. Observasi b. Matriks EFE
b.Sekunder Buku c. Diskusi penentuan c. Matriks SWOT
Jurnal variabel IFE & EFE d. Matriks IE
Instansi d. Pengisian kuisoner e. Matriks QSP
Skripsi acuan
Internet

Tahap Masukan (Input Stage)

Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk


merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan
matriks IFE dan matriks EFE.
a) Matriks IFE
Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal
perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap
penting. Adapun tahapan kerja dalam membuat matriks IFE adalah sebagai
berikut.
23

i) Identifikasi faktor internal perusahaan, kemudian dilakukan wawancara


atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktor-
faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi internal perusahaan saat ini.
ii) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih menggunakan metode
paired comparison. Untuk menentukan bobot, setiap variabel
menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1=Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2=Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3=Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Tabel 5 Penilaian bobot faktor internal perusahaan


Faktor Strategii
A B C D ….. Total Bobot
Internal
A
B
C
D
…..
Total
Sumber: David (2009)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap veriabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel menggunakan rumus:


αί=
∑αn=1 Xί

Keterangan:
= bobot variabel ke-I Xi = nilai variabel ke-i
i = 1,2,3,… n = jumlah variabel
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0
(sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan
pada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari
faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa
memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan
internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam
kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah
seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk
mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan
utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan
minor (peringkat = 3) atau kelemahan mayor (peringkat = 4).
Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan
kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah
berdasarkan perusahaan, di mana bobot dilangkah dua adalah
berdasarkan industri.
24

iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap
faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk
memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan
berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan IFE 3,0−4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi atau
kuat, kemudian jika 2,0−2,99 berarti kondisi internal perusahaan rata-
rata atau sedang dan 1,0−1,99 berarti kondisi internal perusahaan
rendah atau lemah.

Tabel 6 Matriks IFE


Faktor-Faktor Skor
Bobot Peringkat
Internal Kunci (Bobot x Peringkat)
Kekuatan:
1.
2.
Kelemahan:
1.
2.
Total
Sumber: David (2009)

b) Matriks EFE
Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang
menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan,
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri
dimana perusahaan berada, dan data eksternal relevan lainnya. Seperti
halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan tahapan kerja
dalam membuat matriks EFE.
i) Identifikasi faktor eksternal perusahaan, kemudian dilakukan wawancara
atau diskusi dengan responden terpilih untuk menentukan apakah faktor-
faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal perusahaan saat ini.
ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih menggunakan
metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel
menggunakan skala 1, 2, dan 3.
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
25

Tabel 7 Penilaian bobot faktor eksternal perusahaan


Faktor
Strategi A B C D ….. Total Bobot
Eksternal
A
B
C
D
…..
Total
Sumber: David (2009)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap veriabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel menggunakan rumus:


αί=
∑αn=1 Xί

Keterangan:
= bobot variabel ke-i i = 1,2,3,...
Xi = nilai variabel ke-i n = jumlah variable
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat
penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-
masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap
keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor
kunci itu adalah peluang dan ancaman, faktor yang dianggap memiliki
pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang
paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang atau
ancaman, yaitu sebagai berikut.
1= Sangat rendah, respons perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut rendah
2= Rendah, respons perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut sedang (respons sama dengan rata-rata)
3= Tinggi, respons perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi
ancaman tersebut di atas rata-rata
4= Sangat tinggi, respons perusahaan dalam meraih peluang atau
mengatasi ancaman tersebut superior
iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap
faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk
memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan
berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor
pembobotan EFE 3,0−4,0, berarti perusahaan merespons kuat terhadap
peluang dan ancaman yang memengaruhi perusahaan. Kemudian jika
2,0−2,99 berarti perusahaan merespons sedang terhadap peluang dan
ancaman yang ada dan 1,0−1,99 berarti perusahaan tidak dapat
merespons peluang dan ancaman yang ada.
26

Tabel 8 Matriks EFE


Faktor-Faktor Skor
Bobot Peringkat
Internal Kunci (Bobot x Peringkat)
Kekuatan:
1.
2.
Kelemahan:
1.
2.
Total
Sumber: David (2009)

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari


tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman ekternal dengan kekuatan
dan kelemahan internal. Dalam penelitian ini, tahap pencocokan menggunakan
matriks IE kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.
a) Matriks Internal-Eksternal (IE)
Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE
pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x
dari matriks IE menggambarkan posisi internal di mana total rata-rata
tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99
adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Sementara pada
sumbu y dari matriks IE menggambarkan posisi eksternal di mana total rata-
rata tertimbang dari 1,0 hingga1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99
adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini
merupakan ilustrasi mengenai matriks IE (Gambar 4).

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE


Kuat Rata-rata Lemah
3,0−4,0 2,0−2,99 1,0−1,99
4,0 3,0 2,0 1,0

Tinggi
TOTAL RATA-RATA

TERTIMBANG EFE

3,0−4,
II III
I
3,0

Menengah
2,0 ± 2,99 IV V VI
2,0
Rendah
1,0 ± 1,99
VII VIII IX
1,0

Gambar 4 Matriks Internal Eksternal (IE)


Sumber: David (2009)
27

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki


implikasi strategi berbeda dengan yang pertama, rekomendasi untuk divisi yang
masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan
kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif
atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat
dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum dipakai
untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang
masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering
dipakai untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat,
dan strategi likuidasi.
b) Matriks SWOT
Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT) merupakan
alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi,
yaitu SO (strengths-opportunities), WO (weaknesess-opportunities), ST
(strengths-threats), dan WT (weaknesess-threats).
i) Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk
memanfaatkan peluang eksternal.
ii) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
iii) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau
mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal.
iv) Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada gambar 5. Untuk
membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan sebagai
berikut.
i) Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan
ii) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan
iii) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan
iv) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan
v) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi SO
dalam sel yang ditentukan
vi) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi
WO dalam sel yang ditentukan
vii) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat strategi
ST dalam sel yang ditentukan
viii) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat strategi
WT dalam sel yang ditentukan
28

KEKUATAN KELEMAHAN
(STRENGTHS ± S) (WEAKNESESS - W)

STRATEGI SO STRATEGI WO
PELUANG
Gunakan kekuatan Atasi kelemahan
(OPPORTUNITIES ±
untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan
O)
peluang peluang

STRATEGI ST STRATEGI WT
ANCAMAN Gunakan kekuatan Meminimalkan
(THREATS - T) untuk menghindari kelemahan dan hindari
ancaman ancaman

Gambar 5 Matriks SWOT


Sumber: David (2009)

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan, maka


langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut David
(2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan alternatif
strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan Strategi
Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix_- QSPM). QSPM
menggunakan input dari dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis
tahap dua untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. QSPM
adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif
strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan kunci
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berikut ini merupakan enam
langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM.
a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan
internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini
harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum
sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor
keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM.
b) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot
tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE.
c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan.
d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores ± AS). Nilai Daya Tarik
ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau
eksternal kunci. Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 =
agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik.
e) Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores ±TAS). Total
nilai daya tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah
dua) dengan nilai daya tarik (langkah empat) dalam masing-masing baris.
Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-
masing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh
29

faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin


tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut.
f) Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan total nilai daya
tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total
nilai daya tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling menarik
dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti strategi
tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan.

Tabel 9 Matriks QSP (QSPM)


Alternatif Strategi
Faktor Nilai
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Kunci Rata-rata
AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
-
-
Kelemahan
-
-
Peluang
-
-
Ancaman
-
-
Total
Sumber: David (2009)

Keterengan: AS = Nilai daya tarik


TAS= Total nilai daya tarik

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah dan Perkebangan Perusahaan

Mr.BrownCo merupakan kafe yang menyajikan menu utama brownies


berbahan dasar dengan campuran singkong, sehingga berbeda dengan brownies
pada umumnya. Mr.BrownCo didirikan pada tahun 6 februari 2008 berlokasi di Jl.
Raya Darmaga–Kampus IPB Darmaga No. 253 Bogor. Mr.BrownCo merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang makanan-minuman (food and beverage)
dengan produk utama brownies singkong.
Konsep bisnis yang memadukan antara traditional taste menggunakan
produk pangan lokal kaya gizi dikombinasikan dengan produk pangan ber-style
modern yang lezat selalu membuat produk kami menjadi unik dengan sensasi
tersendiri. Prioritas untuk selalu memanjakan cita rasa dan selalu mengedepankan
30

pelayanan terbaik melahirkan terobosan-terobosan baru dalam diversifikasi dan


inovasi produk yang tidak “out of date” tetapi mengikuti selera konsumen. Untuk
Mr. BrownCo, “Taste is My Style”.
Berdirinya usaha tersebut diawali dengan mengikuti program kreativitas
mahasiswa yang pada awalnya beranggotakan empat orang tersebut (Sigit Susilo,
Bakhtiar Komarulloh, Indra Lasmara, Irna Melviyana). Namun seiring
berjalannya waktu, hanya Sigit Susilo yang menjalankan bisnis seorang diri.
Modal awal yang dikeluarkan usaha tersebut sebesar Rp2.500.00 kemudian di
tahun yang sama, pemilik usaha mengikuti kembali program kreativitas
mahasiswa, sehingga mendapatkan biaya tambahan sebesar Rp4.000.000 dan dari
Derektoral Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional dengan
total modal awal yaitu Rp6.500.000.

Visi dan Misi Mr.BrownCo

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang diantut oleh perusahaan
tersebut agar tidak terlepas dari tujuan utama perusahaan. Adapun visi dan misi
Mr.BrownCo adalah:

Visi
Menjadi perusahaan terkemuka dalam penyediaan produk pangan lokal
yang berkualitas.
Misi
1. Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik bagi pelanggan
2. Memberikan nilai yang positif bagi stakeholders
3. Menciptakan team work yang solid dan tangguh

Produk Mr.BrownCo

1. Brownies Kering Original


Brownies kering melalui proses pengeringan terbuat dari bahan-bahan
lokal pilihan. Brownies kering original terbuat dari bahan–bahan pilihan lokal
dengan campuran cokelat yang lezat. Brownies ini memiliki banyak pilihan rasa
dengan ekstrak herbal (kayu manis, cengkeh, pala, dan jahe) yang diolah dan
dikemas secara modern dengan kandungan bebas gluten, tinggi serat, dan tinggi
kalsium. Cocok untuk diet hidup sehat. Makanan lezat ini sangat pas jika
dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi, apalagi jika menyantapnya dengan
orang-orang yang kita sayangi. Harga: Rp25.000.
2. Cheese Roll Brownies
Cheese roll brownies adalah brownies singkong dengan dua lapisan.
Lapisan luar terbuat dari krim cheese dan lapisan dalam terbuat dari cokelat.
Tekstur bagian luar yang gurih, tetapi saat digigit bagian dalamnya sedikit
lembap, sehingga enak dikunyah di mulut. Apalagi ditambah dengan perpaduan
blueberry di dalamnya yang dapat memanjakan lidah. Makanan lezat ini sangat
31

pas jika dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi. Cocok juga untuk sarapan
pagi. Harga: Rp55.000.
3. Brownies Kukus Keju
Brownies kukus keju adalah brownies singkong dengan dua
lapisan.brownies ini menempatkan brownies kukus original di lapisan bawah dan
brownies kukus keju di lapisan atas. Perpaduan antara cokelat yang manis dan
krim keju yang gurih membuat brownies ini semakin legit. Makanan lezat ini
memberikan ciri rasa yang khas dan modern, apalagi menyantapnya dengan
orang-orang yang disayangi berasa ingin tambah lagi. Harga: Rp40.000.
4. Brownies Kukus Cocopandan
Brownies kukus cocopandan dengan lapisan bawah kukus original dan
lapisan atas adalah kukus cocopandan. Warna hijau yang segar membuat nikmat
untuk disantap bersama. Makanan lezat ini memberikan warna yang khas, apalagi
menyantapnya dengan orang-orang yang disayangi berasa ingin tambah lagi.
Cocok juga untuk sarapan pagi. Harga: Rp28.000.
5. Brownies Panggang Keju
Brownies panggang keju adalah suatu sensasi dan sangat cocok untuk
pecinta keju. Terbuat dari bahan-bahan pilihan lokal dengan campuran krim
cheese. Ciri rasa yang khas dan modern dapat dinikmati di Mr.BrownCo. Taburan
keju yang gurih sangat terasa di lidah. Harga: Rp35.000.
6. Chocolate Roll Brownies
Chocolate roll brownies adalah brownies singkong kukus dengan
perpaduan blueberry di dalamnya dan tekstur kue yang lembut menciptakan
perpaduan rasa yang pas dan brownies yang legit. Makanan lezat ini sangat pas
jika dihidangkan dengan segelas minuman favorit kamu. Cocok juga sebagai
pengganti sarapan pagi. Harga: Rp35.000.
7. Brownies Herbal
Brownies herbal yang pasti tidak kalah dengan brownies lain yang sudah
ada di pasaran. Rasa baru yang unik untuk anda yang bosan denga rasa yang itu-
itu saja.
8. Kue Kering
Berbagai macam kue kering yang nikmat ditawarkan untuk Anda. Cocok
untuk menemani setiap saat santai Anda bersama keluarga, teman, ataupun pacar.
Bisa juga digunakan sebagai panganan untuk berbagai macam acara hajatan di
rumah ataupun untuk menemani saat-saat meeting dan lembur Anda di kantor.
9. Brownies kukus original
Brownies ini dibuat dengan bahan dasar tepung singkong membuat
brownies semakin legit. Penambahan cokelat di tengahnya membuat rasa cokelat
semakin kuat. Rasa cokelatnya juga sangat memanjakan lidah. Makanan lezat ini
sangat pas jika dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi, apalagi jika
menyantapnya dengan orang-orang yang kita sayangi.
10. Brownies Kukus Tapai
Brownies kukus tapai terbuat dari tapai singkong yang segar, dilengkapi
kukus original di lapisan bawah. Perpaduan antara tapai dengan tepung berbahan
pangan lokal. Makanan lezat ini memberikan aroma tapai yang khas, apalagi
menyantapnya dengan orang-orang yang disayangi berasa ingin tambah lagi.
Cocok juga untuk dimakan saat bersantai. Harga: Rp28.000
.
32

11. Brownies Panggang Original


Brownies ini dibuat dengan bahan dasar tepung singkong dengan rasa
manis yang legit dan cokelatnya yang kuat menjadi favorit siapa saja. Renyah di
luar dan lembut di dalam, berasa ingin tambah terus. Taburan choco chip
membuat semakin nikmat di lidah. Brownies panggang original cocok untuk
keluarga juga. Harga: Rp26.000,.

Struktur Organisasi Mr.BrownCo

Struktur organisasi yang dimiliki oleh Mr.BrownCo masih sederhana.


Pemilik sebagai pemegang kendali penuh atas jalannya usaha, maka semua
keputusan harus diketahui dan mendapat persetujuan darinya. Dari pemilik
(director) diteruskan langsung kebagian terkait. Karyawan yang bekerja di
Mr.BrownCo terdiri atas Director, Finance Manager, Riset and Development,
Production, Outlate Supervisor, dan Sales Promotion. Struktur organisasi
Mr.BrownCo dapat dilihat pada Gambar 6.

Director/Owner

Finance Manager Riset and Development Production

Outlate Supervisor

Sales Promotion

Gambar 6 Struktur Organisasi Mr.BrownCo

Karyawan Mr.BrownCo berjumlah 8 orang dengan jobdesk masing-


masing sesuai jabatannya. Setiap jabatan memiliki wewenang dan tanggung jawab
yang berbeda. Pendelegasian wewenang di dalam Mr.BrownCo dilakukan sesuai
struktur organisasi perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab dari setiap
jabatan yaitu sebagi berikut.
1. Director/Owner
 Memberikan investasi kepada perusahaan
 Pengambilan keputusan
 Me-monitoring jalannya perusahaan
33

2. Finance Manager
 Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi keuangan
 Mengoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan, dan keuangan
 Merencanakan dan mengoordinasikan penyusunan anggaran keuangan
perusahaan
 Bertanggung jawab langsung ke director
3. Riset and Development
 Bertanggung jawab untuk melakukan aktivitas riset dan pengembangan
untuk perusahaan
 Melakukan hubungan baik dan menjalin kerja sama dengan perusahaan
yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa untuk aktivitas riset
perusahaan
 Bertanggung jawab langsung ke director
4. Production
 Melakukan kegiatan produksi (di dapur)
 Bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen
 Bertanggung jawab atas ketersedian bahan baku
 Bertanggung jawab langsung ke director
5. Outlate Supervisor
 Melakukan pengawasan atas berjalannya kegitan di outlet dan para sales
promotion
 Menjamin kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan
 Menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan
6. Sales Promotion
 Melakukan kegiatan pemasaran produk langsung ke konsumen
 Menjamin kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan
 Bertanggung jawab kepada Outlate Supervisor

ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor yang


menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan merupakan
suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu
industri yang berasal dari organisasi. Sementara kelemahan merupakan
keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian, dan kemampuan
yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi. Menurut David
(2009), analisis internal memberikan lebih banyak peluang untuk pihak yang
berpartisipasi guna memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi
mereka merupakan bagian dari perusahaan secara keseluruhan. Menurut David
34

(2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal


perusahaan, yaitu sebagai berikut.
Pemasaran

Pemasaran merupakan proses mendefinisikan, mengantisipasi,


menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas
barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk,
harga, distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
masing-masing bauran pemasaran pada Mr.BrownCo.
1. Produk (Product)
Jenis produk yang diproduksi oleh Mr.BrownCo adalah brownis singkong
kukus dan panggang, memiliki lebih dari 12 aneka rasa brownies yang berbeda,
dengan memiliki tekstur yang lembut. Mr.BrownCo memiliki kekuatan tersendiri
dengan mendayagunakan potensi local, yaitu singkong. Namun dari segi rasa
tidak mengurangi kenikmatan jika dibandingkan dengan brownies yang terbuat
dari tepung terigu. Segmentasi pasar Mr.BrowCo adalah menengah ke atas dengan
target utama adalah ibu-ibu dan para mahasiswa karena Mr.BrownCo biasanya
dijadikan sebagai oleh-oleh untuk keluarga di rumah, sehingga penjualan pada
akhir pekan selalu tinggi dibandingkan hari-hari biasa.
Kemasan yang digunakan adalah menggunakan kertas berbentuk persegi
panjang dengan design yang menarik sesuai jenis rasa brownies tersebut. Untuk
labelisasi kemasan Mr.BrownCo sudah cukup baik karena telah dilengkapi nomor
PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, komposisi bahan baku, nama
merek, dan lokasi produksi Mr.BrownCo, serta terdapat adanya pencantuman
tanggal kadaluarsa. Pada kemasan produk makanan sangat penting untuk
menginformasikan kepada konsumen batas waktu produk tersebut aman untuk
dikonsumsi.
2. Harga (Price)
Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang
menghasilkan penerimaan bagi perusahaan, sedangkan yang lainnya menimbulkan
biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam persaingan.
Menurut Umar (1999), penetapan harga yang dilakukan oleh sebuah perusahaan,
pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu (1) berdasarkan biaya,
yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu mark up baku untuk labanya;
(2) analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep bagan pulang-pokok yang
menunjukkan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan pada beberapa
tingkat volume penjualan, sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan
volume pulang pokok; (3) berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei
untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung
kepada konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga
dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik maka penetapan
harga pada produk Mr.BrownCo didasarkan atas pendekatan persaingan, yaitu
pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk Brownies yang
berkembang, sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak
Mr.BrownCo dengan mengikuti harga brownies yang sudah ada di pasaran.
Berikut daftar harga brownies.
35

Tabel 10 Daftar harga brownies


No. Jenis Rasa Harga
1 Brownies Kering Original Rp 25.000
2 Cheese Roll Brownies Rp 55.000
3 Brownies Kukus Keju Rp 44.000
4 Brownies Kukus Cocopandan Rp 28.000
5 Brownies Panggang Keju Rp 35.000
6 Chocolate Roll Brownies Rp 35.000
7 Brownies Herbal Rp 35.000
8 Kue Kering Rp 5.000
9 Brownies Kukus original Rp 28.000
10 Brownies Kukus Tapai Rp 28.000
11 Brownies Panggang Original Rp 26.000

3. Tempat (Place)
Mr.BrownCo berlokasi di Jl. Raya Darmaga-Kampus IPB Darmaga No.
253 Bogor. Pilihan tersebut karena tempat produksinya memanfaatkan tempat
yang disediakan oleh pikah Incubie IPB, tetapi untuk tokonya Mr.BrownCo
memilih untuk menyewa dan tidak jauh dari tempat produksi. Distribusi
merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk
menyalurkan, mengirimkan, serta menyampaikan barang yang dipasarkannya
kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir sebagian besar
perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara pemasaran untuk
memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu
sekelompok organisasi yang saling bergantung dalam keterlibatan mereka pada
proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau
dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. Secara umum, pihak
Mr.BrownCo dalam mendistribusikan produk brownies melalui dua pola saluran.
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing saluran distribusi
pada Mr.BrownCo.

Mr.BrownCo Konsumen

Pengecer Konsumen

Gambar 7 Saluran distribusi brownies pada Mr.BrownCo


Sumber: Mr.BrownCo

4. Promosi (Promotion)
Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk,
harga produk, dan pendistribusian produk, tetapi juga mengomunikasikan produk
36

ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan pembelian
terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya, kegiatan promosi yang
telah dilakukan oleh pihak Mr.BrownCo adalah melakukan penjualan personal
dan promosi penjualan. Untuk penjualan personal dilakukan melalui penerimaan
pesanan untuk acara-acara arisan, pengajian, syukuran, atau acara pernikahan,
tetapi penjualan yang banyak yaitu untuk oleh-oleh keluarga. Sementara untuk
promosi penjualan dilakukan melalui web dan media sosial seperti facebook dan
twitter yang dilakukan oleh pihak Mr.BrownCo untuk membina loyalitas
pelanggan, yaitu dengan membangun citra baik perusahaan melalui pengutamaan
kualitas rasa dengan harga yang terjangkau.

Keuangan

Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal


ini tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan
alat-alat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun
dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada Mr.BrownCo, modal
awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal dari Derektoral
Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional karena
memenangkan program kreativitas mahasiswa dan ditambah modal sendiri. Salah
satu kelemahan usaha yang berskala kecil dan menengah, misalnya UKM adalah
keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik. Kondisi ini juga
terjadi pada Mr.BrownCo di mana perusahaan tidak memiliki sumber daya
manusia yang ahli dalam hal pembukuan keuangan.

Produksi/Operasi

Ketersediaan bahan baku secara kontinu merupakan salah satu faktor


utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk tertentu. Dalam proses
produksi pembuatan brownies, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri atas sebagai
berikut.
1) Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan brownies adalah tepung
singkong. Pada Mr.BrownCo, tepung singkong yang digunakan untuk
membuat brownies adalah tepung singkong dari supplier Kota Bogor.
2) Bahan Penunjang
Bahan penunjang dalam pembuatan brownies adalah cokelat, gula, keju,
mentega, aroma pandan, susu rempah-rempah, dan air. Masing-masing bahan
penunjang tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda, sehingga tanpa adanya
bahan penunjang, tidak akan terbentuk brownies yang diharapkan.
3) Bahan Bakar
Pembuatan brownies pada Mr.BrownCo menggunakan gas elpiji. Biasanya
untuk menunjang kelancaran selama proses pembuatan brownies.
37

4) Pengemasan
Jenis kemasan yang digunakan sebagai pembungkus brownies, yaitu kardus
tipis, tercantum nama merek, nomor PIRT dari Dinas Kesehatan, komposisi
bahan baku, dan lokasi produksi.

Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Informasi

Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan


bisnisnya karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh
karena itu, pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga
kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam
menentukan pertumbuhan perusahaan. Secara umum, perekrutan tenaga kerja
pada Mr.BrownCo tidak melalui prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu,
tidak ada persyaratan atau kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon
tenaga kerja memiliki keterampilan tentang cara pembuatan brownies. Satu hal
terpenting yang harus dimiliki oleh calon tenaga kerja Mr.BrownCo ialah
semangat kerja yang tinggi, ulet, dan cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan.
Di samping itu, tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Mr.BrownCo tidak dituntut
untuk memiliki pendidikan tinggi. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan para
pekerjanya yang sebagian besar hanya lulusan SMA. Oleh karena itu, biasanya
pihak Mr.BrownCo akan melakukan training selama satu minggu kepada setiap
calon tenaga kerja. Bentuk training ini adalah dengan melibatkan para calon
tenaga kerja tersebut pada setiap proses produksi pembuatan brownies. Jika hasil
kerjanya baik setelah melalui proses training, para calon tenaga kerja tersebut
dapat diterima sebagai tenaga kerja tetap Mr.BrownCo. Tingkat pendidikan yang
rendah merupakan kelemahan bagi perusahaan karena tenaga kerja yang memiliki
tingkat pendidikan yang baik dapat membantu pihak Mr.BrownCo dalam
mengelola manajemen perusahaan, misalnya terkait dengan pembukuan keuangan.
Pada umumnya tenaga kerja Mr.BrownCo dari sekitar lokasi produksi. Oleh
karena itu, kemudahan pihak Mr.BrownCo dalam memperoleh tenaga kerja
merupakan kekuatan bagi perusahaan. Saat ini jumlah tenaga kerja Mr.BrownCo
sebanyak delapan orang, empat orang berada di produksi dan empat orang
dipelayanan (outlet), serta selebihnya berada di bagian produksi.
Untuk hari kerja pada Mr.BrownCo selama tujuh hari penuh. Waktu kerja
yang digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua shift, yaitu shift satu,
mulai pukul 06.00−15.00 WIB dan shift dua, dari pukul 13.00−22.00 WIB. Untuk
yang shift dua biasanya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki.
38

Faktor Penelitian dan Pengembangan

Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari


suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru
atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri
untuk menjalankan departemen litbangnya, sehingga tidak semua perusahaan
memiliki bidang ini. Pada umumnya Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak
memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola
manajemen perusahaan. Di samping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi
penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini.
Saat ini Mr.BrownCo termasuk salah satu usaha kecil menengah yang
tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil
sampai menengah biasanya orientasinya terbatas pada bagaimana modal yang
digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan
dari penjualan produknya. Selain itu disebabkan oleh manajemen perusahaan yang
belum tertata rapi karena keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk
mengelolanya.

Strategi yang Telah Dilakukan

Strategi yang sudah dilakukan pada Mr.BrownCo adalah strategi samudra


biru, di mana produk yang dibuat berbeda dari yang sudah ada sesuai dengan
prinsip blue ochean strategy, yaitu menciptakan ruang pasar yang tidak
terbantahkan, menjadikan kompetisi tidak relevan, menciptakan dan menangkap
permintaan baru. Mr.BrownCo berani mengambil peluang tersebut dengan
menciptakan produk olahan pangan, yaitu brownies berbahan dasar singkong.

Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar


perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat memengaruhi kinerja
perusahaan. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha Mr.BrownCo.

Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh perusahaan terdiri atas faktor-faktor yang bersumber dari


luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu
perusahaan tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh,
yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, dan faktor teknologi. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai lingkungan jauh.
1. Faktor Ekonomi
Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung
39

terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu


daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan
pertumbuhan ke arah positif, kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha
yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya
kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi, jika perekonomian cenderung
menunjukkan ke arah negatif, dapat terjadi sebaliknya, di mana kondisi ini dapat
menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha
tertentu. Pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi perkapita per bulan di
Indonesia tahun 2005−2010 dapat di lihat pada Tabel 2 di latar belakang.
2. Faktor Sosial
Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar
bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar ini sering
menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran dari negara lain untuk memasarkan
produk mereka.
3. Faktor Politik
Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang
memengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan yang
tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan suatu
usaha karena para pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha yang
dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pemerintah
sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara hati-hati terhadap
setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan
beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap industri
brownies.
a) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi
Pangan
Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan Bupati/Walikota melalui
Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan siap saji. Peraturan
perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan setiap orang yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri pangan siap saji wajib
memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara menerapkan pedoman cara
produksi pangan siap saji yang baik yang memerhatikan aspek keamanan
pangan. Oleh karena itu, para produsen pangan siap saji harus melakukan
registrasi ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan nomor izin Depkes. Pada
umumnya terdapat tiga jenis registrasi untuk kelompok produk pangan, yaitu
pangan hasil industri rumah tangga diberi kode registrasi PIRT untuk pangan
hasil dalam negeri diberi kode registrasi MD dan untuk pangan yang berasal
dari impor diberi kode ML sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil Industri
Rumah Tangga). Bentuk sertifikasi terhadap produk pangan merupakan upaya
para pelaku usaha untuk membuktikan bahwa produknya aman dikonsumsi
serta wujud kepedulian pemerintah melalui Dinas Kesehatan terhadap
perlindungan konsumen.
b) Kebijakan Pemerintah tentang Skim Kredit bagi Pelaku Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah)
40

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah diberi


kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga daerahnya sendiri,
termasuk dalam pengembangan usaha. Hal ini karena dengan adanya otonomi
daerah maka peluang untuk mengembangan usaha bagi setiap daerah akan
semakin terbuka. Oleh karena itu, pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah (UKM) berupaya untuk menumbuhkan iklim usaha
yang baik bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah. Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang di dalamnya memuat pasal-pasal tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah maka Dinas KUKM memiliki tanggung
jawab terhadap penumbuhan iklim usaha yang kondusif.
Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap
sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008, Pemerintah Daerah bersama Dinas KUKM akan
memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk
memperoleh pembiayaan, serta menumbuhkan, mengembangkan, dan
memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit. Inpres Nomor 6 Tahun 2007
tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan
UMKM serta Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Perbankan dan
Perusahaan Penjamin sesuai dengan kebijakan tersebut, pemerintah telah
meluncurkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan fasilitas
penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (PT
Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Adapun Bank pelaksana
yang menyalurkan KUR ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank
Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank
Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan
fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan Koperasi terutama
yang memiliki usaha yang layak namun mempunyai kendala agunan.
Oleh karena itu, dengan adanya program KUR dapat menjadi peluang bagi
pelaku UMKM untuk mendapatkan tambahan modal dengan persyaratan yang
cukup mudah guna mengembangkan usahanya.

4. Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan-
kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya
mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat
dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran.
a) Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi
Dalam industri brownies, perkembangan teknologi pada aspek produksi
dapat dilihat dari mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan
selama proses pembuatan brownies, misalnya penggunaan mixer listrik di
mana dalam proses kerjanya tidak secara manual melainkan proses
pengadukan adonan dilakukan oleh mixer secara otomotis. Selain itu juga
terdapat mesin penggiling, di mana fungsinya hampir sama dengan mixer,
yaitu untuk menggiling adonan brownies tetapi kapasitas alatnya lebih besar
daripada mixer karena mampu menggiling tepung terigu sebanyak 25 kg
dalam satu kali proses penggilingan adonan.
Selanjutnya juga terdapat alat cetakan yang berfungsi untuk membentuk
adonan brownies, sehingga memiliki bobot dan ukuran yang seragam.
41

Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka proses produksi akan


semakin cepat dan mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih
banyak daripada dikerjakan secara manual. Untuk mendukung proses
produksi dalam pembuatan brownies, saat ini Mr.BrownCo telah memiliki
mesin/peralatan tersebut meskipun jumlahnya masih terbatas.
b) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran
Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja
melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya
perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan transportasi. Dengan
adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, seperti telepon
atau handphone dan jejaring sosial akan mempermudah komunikasi antara
pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan
pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sementara perkembangan
teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat
pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar
proses pemasaran produk.

Lingkungan Industri

Lingkungan Industri merupakan lingkungan yang barada di sekitar usaha


yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Menurut Porter
(1997), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas
lima kekuatan, yaitu persaingan antarperusahaan sejenis, kemungkinan masuknya
pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-
menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.
1) Persaingan antar-Perusahaan Sejenis
Persaingan yang terjadi dalam industri brownies cukup kompetitif.
Kondisi ini dapat dilihat dari data sekunder dari Jabodetabek yang
menunjukkan bahwa pelaku usaha yang begerak pada bidang yang sama
terdapat 10 usaha yang bisa di akses melalui media internet, selebihnya belum
bisa diakses. Selain itu, skala usaha yang dijalankannya juga semakin beragam,
yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, sampai menengah. Secara umum,
persaingan yang terjadi dalam industri brownies adalah persaingan pangsa
pasar, mutu produk, dan harga jual produk. Persaingan pangsa pasar terjadi jika
jumlah pelaku usaha brownies yang beropersi semakin banyak, sehingga para
pelaku usaha harus jeli dan hati-hati dalam menentukan daerah atau pasar mana
yang dapat dimasuki untuk memasarkan produknya.
Di samping itu juga terdapat persaingan mutu produk. Persaingan ini
terjadi karena setiap pelaku usaha brownies berlomba-lomba dalam
mempromosikan produk yang dijualnya agar dapat diterima oleh konsumen
baik melalui kualitas dan rasa, variasi bentuk, maupun variasai ukuran. Oleh
karena itu, agar produknya dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka
para pelaku usaha harus mampu melihat selera konsumen tentang produk
brownies seperti apa yang diminati. Selanjutnya juga terdapat persaingan harga
jual produk. Biasanya persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai
dampak persaingan pangsa pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi
dalam suatu industri merupakan sebuah hal wajar karena dengan adanya
42

persaingan maka para pelaku usaha diajak untuk berpikir kreatif dalam
memosisikan produknya di benak konsumen dan berupaya agar
produknya dapat diterima oleh pasar.
2) Ancaman Pendatang Baru
Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya
pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru dapat
berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pangsa
pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi, ancaman masuknya
perusahaan pendatang baru bergantung dari hambatan masuk dan kemampuan
para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada.
Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang
baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk,
kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya
tidak menguntungkan terlepas dari skala.
a) Skala Ekonomis
Untuk mendirikan usaha brownies tidak harus beroperasi pada skala
usaha yang besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai usaha
brownies dari skala usaha yang kecil di mana disesuaikan dengan
kemampuan kapasitas produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti
skala usaha perusahaan brownies yang telah ada.
b) Diferensiasi Produk
Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan brownies
hampir sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan
brownies dapat dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa, variasi
bentuk atau ukuran; harga jual produk; serta labelisasi produk seperti
pencantuman merek produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin Dinas
Kesehatan (No. PIRT).
c) Kebutuhan Modal
Meskipun untuk mendirikan usaha brownies tidak harus beroperasi
pada skala usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang
digunakan untuk membuka usaha brownies cukup besar. Hal ini karena
modal tersebut digunakan untuk pembelian peralatan pembuatan brownies,
seperti oven, mixer, dan loyang di mana harga masing-masing peralatan
tersebut cukup mahal.
d) Biaya Beralih Pemasok
Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh
pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha brownies yang telah ada
untuk pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara pelaku
usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga
pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha
brownies yang telah ada agar beralih dari pemasok lama.
e) Akses ke Saluran Distribusi
Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan
biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran
produknya, sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki
saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk
membangun saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut mungkin
tidak terjadi pada industri brownies. Hal ini karena para pendatang baru pun
43

masih berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai


oleh perusahaan brownies yang telah ada, asalkan mampu memproduksi
brownies dengan mutu produk yang sama atau lebih baik tetapi dengan
harga yang relatif lebih murah.
f) Biaya Tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala
Para produsen brownies yang telah mapan mungkin mempunyai
keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan
pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri brownies, misalnya
dalam hal pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap sumber daya
produksi, atau lokasi yang menguntungkan. Meskipun demikian, para
pendatang baru masih berpotensi untuk masuk ke dalam industri brownies
karena bahan baku maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan
brownies cukup banyak tersedia.
3) Ancaman Produk Substitusi
Produk substitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang memiliki
fungsi sama dengan produk perusahaan dan dapat memengaruhi keberadaan
produk perusahaan selama di pasar. Keberadaan produk substitusi dapat
menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut
mempunyai harga yang lebih murah tetapi memiliki kualitas yang sama dengan
produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga jual dan
mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam
menghadapi keberadaan produk substitusi. Pada industri brownies produk yang
dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah biskuit, sereal, wafer, roti,
mi instan, dan lain-lain. Tingginya keberadaan produk substitusi brownies
dengan berbagai merek, harga jual, atau mutu produk dapat memberikan
ancaman bagi Mr.BrownCo sebagai salah satu produsen brownies. Meskipun
keberadaan produk substitusi brownies ini tinggi, tetapi keputusan pembelian
tetap berada di tangan konsumen karena konsumenlah yang memiliki
kebebasan untuk memilih makanan jadi mana yang sesuai dengan seleranya.
Pada kenyataannya, produk brownies tetap mampu bersaing dengan
dengan produk substitusi tersebut. Hal ini terlihat dari permintaan konsumen
terhadap produk brownies yang semakin meningkat.
4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok
Kekuatan tawar-menawar pemasok dapat memengaruhi intensitas
persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi hanya
terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk mengganti
bahan baku sangat tinggi. Bagi Mr.BrownCo, keberadaan pemasok bahan baku
seperti tepung singkong, cokelat, dan gula memiliki peranan yang sangat
penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena itu, guna
menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya, pihak Mr.BrownCo tidak
hanya terikat dengan satu pemasok saja. Saat ini Mr.BrownCo telah memiliki
beberapa pemasok untuk masing-masing bahan baku. Pemasok tersebut berada
di Kabupaten Bogor, sehingga pihak Mr.BrownCo tidak menghadapi biaya
peralihan yang tinggi pada saat berganti pemasok seandainya salah satu
pemasok tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan baku pada Mr.BrownCo
atau jika bahan baku yang dibeli tersebut kurang memenuhi standar baik dari
segi harga, kualitas, maupun kuantitasnya. Berdasarkan penjelasan tersebut,
kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap Mr.BrownCo dapat dikatakan
44

tidak terlalu kuat karena Mr.BrownCo tidak terlalu sulit untuk berganti dari
satu pemasok ke pemasok lainnya.
5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli
Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat,
jika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam
jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan
pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen
Mr.BrownCo dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup
kuat dan kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Mr.BrownCo. Hal ini karena
pada umumnya pembeli Mr.BrownCo sebagian besar berasal dari Mahasiswa
atau ibu-ibu dan biasanya melakukan pembelian dalam jumlah besar karena
untuk oleh-oleh buat keluarga di rumah di setiap transaksinya, meskipun pihak
Mr.BrownCo juga tetap melayani pembelian oleh pengecer atau konsumen
yang datang langsung ke lokasi produksi. Selain itu, pembeli juga memiliki
alternatif pilihan yang sangat beragam, sehingga pembeli dapat memilih
produk mana yang terbaik dengan harga yang relatif murah.
Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah perusahaan
brownies yang terdapat di Jabodetabek, di mana masing-masing perusahaan
brownies menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin banyak
jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk. Selanjutnya
pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil karena pembeli
dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan brownies ke
perusahaan brownies yang lain. Dan pembeli juga memiliki informasi yang
lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi atau toko
dan harga jual dari masing-masing perusahaan brownies. Meskipun sampai saat
ini, Mr.BrownCo mengalami kelebihan permintaan atas produknya, akan tetapi
Mr.BrownCo harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini di mana pembeli
memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk brownies.
Oleh karena itu, diferensiasi produk mungkin dapat menjadi alternatif
Mr.BrownCo dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu
menciptakan kesetiaan pelanggan atau loyalitas pembeli terhadap produk
Mr.BrownCo.

FORMULASI STRATEGI

Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh


beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha
brownies di Kabupaten bogor. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi
kekuatan bagi Mr.BrownCo adalah sebagai berikut.
1) Komunikasi antara Pemilik dan Karyawan Terjalin Baik
Suasana kerja dalam brownis lebih cenderung ke arah kekeluargaan, sehingga
komunikasi yang terjadi antara pemilik dan karyawan tidak bersifat kaku.
45

Kondisi ini dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dengan
lingkungan kerjanya yang pada nantinya dapat menciptakan loyalitas karyawan
terhadap perusahaan.
2) Lokasi Perusahaan Strategis
Lokasi perusahaan yang strategis dapat memengaruhi kelancararan suatu
usaha. Lokasi usaha brownies dapat dikatakan strategis karena dekat dengan
bahan baku dan tenaga kerja. Selain itu, lokasi Mr.BrownCo juga dekat dengan
jalan raya dan mudah dilalui oleh alat transportasi, sehingga akan memudahkan
pada saat pengangkutan bahan baku maupun distribusi produk. Produksi
Mr.BrownCo di tempat InCubie (Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan
Kewirausahaan) jaraknya cukup dekat dengan outlet dan ini akan
mempermudah pengiriman hasil produk broenies.
3) Memiliki Layanan Delivery Order
Pelayanan delivey order akan mempermudah konsumen untuk membeli
brownies tanpa harus datang langsung ke tempat produksi atau outlet
Mr.BrownCo dan tentunya ini akan membuat pelanggan loyal terhadap
Mr.BrownCo. Delivery order dilakukan hanya untuk pelayanan yang memesan
brownies lebih dari lima dan gratis ongkos kirim untuk daerah Dramaga
(daerah kampus IPB). Pemesanan biasanya dilakukan melalui via telepon atau
via facebook.
4) Sistem Keuangan Menggunakan Teknologi
Pelayanan kasir (keuangan) telah menggunakan teknologi modern sehingga
mempermudah kasir melakukan tugasnya, efektif karena lebih cepat dan tepat
dalam pelayanan, berbeda dengan manual atau tradisional yang akan
membutuhkan waktu lebih lama untuk proses transaksi di kasir, bahkan
Mr.BrownCo juga melayani pembayaran via kartu kredit melalui mesin EDC.
5) Standar Operasional Produksi (SOP)
Koordinasi dalam pembagian tugas penting karena berpengaruh terhadap
kelancaran selama pelaksanaan aktivitas kerja, sehingga proses kerja yang
dilakukan tidak terhambat. Pada Mr.BrownCo, pembagian tugas cukup baik
karena antara pemilik dan karyawan telah mengetahui tugas apa yang harus
dikerjakan.
6) Rasa Browenis yang Bervariasi
Brownies Mr.BrownCo memiliki aneka variasi rasa dan warna yang berbeda,
hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen serta untuk mengatasi
tingkat kejenuhan konsumen denga produk original. Mr.BrownCo memiliki
sebelas jenis aneka rasa brownies diantaranya. Brownies Kering Original,
Cheese Roll Brownies, Brownies Kukus Keju Brownies Kukus Cocopandan,
Brownies Panggang Keju, Chocolate Roll Brownies, Kue Kering, Brownies
kukus original, Brownies Kukus Tapai, dan Brownies Panggang Original.
7) Produk yang Berkualitas, Fresh, dan Tidak Menggunakan Bahan Pengawat
Pihak Mr.BrownCo selalu mengutamakan mutu produk yang dihasilkan, baik
dari segi rasa, warna, maupun harga jual produk. Oleh karena itu, untuk
menjaga mutu produk yang dihasilkannya, pihak Mr.brownCo tidak
menggunakan bahan pengawet, sehingga produk brownies kukus dari
Mr.brownCo hanya bertahan sampi tiga hari, tetapi berbeda dengan brownies
panggang yang bisa bertahan sampai enam bukan karena kering dan tidak
mengandung air sehingga mampu bertahan lebih lama.
46

Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi


Mr.BrownCo adalah sebagai berikut.
1) Merk Mr.BrownCo yang Belum dikenal
Produk Mr.BrownCo belum di kenal secara menyeluruh karena letak outlet
yang berada di Kabupaten Bogor, tidak berada di kota, sehingga memengaruhi
akses orang dari luar kota untuk dapat mengenal Mr.BrownCo.
2) Tempat Parkir yang Sempit
Mr.BrownCo memiliki tempat parkir yang sempit dan ini memengaruhi
konsumen yang membawa kendaraan pribadi terutama mobil karena tempat
parker yang tidak memedai.
3) Promosi yang Kurang Gencar
Promosi yang dilakukan Mr.BrownCo dirasa kurang gencar karena promosinya
hanya mengandalkan dari mulut kemulut serta jejaring sosial seperti facebook
dan twitter. Namun promosi melalui brosur atau media elektronik seperti radi
dan TV lokal belum pernah dilakukan.
4) Harga Cukup Mahal
Harga cukup mahal karena pemasok tepung singkong belum banyak, sehingga
harga bahan bakunya cukup tinggi, harga brownies singkong tidak jauh beda
dengan brownies yang terbuat dari terigu, bahkan untuk beberapa jenis
brownies singkong lebih mahal dari jenis brownies terigu (Amanda).

Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka


diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman.
1) Kekuatan Tawar Pemasok yang Lemah
Kekuatan tawar pemasok terhadap Mr.BrownCo tergolong kecil, hal ini karena
Mr.BrownCo tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok
lainnya guna memperoleh bahan baku pembuatan brownies.
2) Kota Bogor Sebagai Kota Kuliner dan Lokasi yang Strategis
Bogor memiliki aneka jenis kuliner yang beraneka ragam mulai dari cemilan,
makanan pokok, sampai dengan bakery nya, sehingga tidak salah Kota Bogor
disebut dengan kota kuliner, dan Mr.BrownCo ada di Bogor sehingga cukup
berpengaruh bagi beberapa orang yang memiliki hobi wisata kuliner.
3) Kemajuan Teknologi yang Berkembang
Kemajuan teknologi yang sangat cepat perkembangannya dapat memberikan
kemudahan-kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam
upaya mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran, seperti
penggunaan alat komunikasi telfon, HP, BBM, Email, YM, Facebook, Twitter
dan alat-alat lain untuk produksi, serta mesin untuk kasir.
4) Peralihan Gaya Hidup Masyarakat yang Cenderung Mengonsumsi Makanan
Siap Saji
Masyarakat saat ini cendrung mencari makanan yang siap saji, baik makanan
pokok atau hanya sekedar kudapan karena alasan kesibukan dan mobilitas yang
tinggi maka makanan siap saji dianggap jawaban yang tepat untuk memenuhi
47

kebutuhan tersebut. Oleh karena itu Mr.BrownCo salah satu jawaban untuk
memenuhi dahaga tersebut.
Sementara faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi
Mr.BrownCo, antara lain berikut.
1) Persaingan Brownies di Jabodetabek
2) Perkembangan perusahaan brownies semakakin meningkat. Mr.BrownCo
memiliki pesaing yang cukup berat yang telah lebih dulu berdiri yaitu
Brownies Amanda dan 11 jenis brand Brownies yang terdapat di Jabodetabek,
tetapi hanya Mr.BrownCo satu-satunya brownies yang berbahan dasar
singkong.
3) Kenaikan Bahan Baku yang dipengaruhi oleh Kenaikan Harga BBM
Harga bahan baku akan terpengaruh jika harga BBM naik, seperti tepung
singkong, cokelat, gula, keju dan bahan-bahan lainnya. Oleh karena itu akan
memengaruhi harga jual.
4) Ancaman Masuknya Pendatang Baru
5) Ancaman produk subtitusi/pengganti

Analisis Matrik IFE

Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal dan eksternal usaha


brownies Mr.BrownCo yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga
pemberian kuesioner kepada responden, yaitu pemilik Mr.BrownCo, Supervisor,
IncuBie (Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan), dan
konsumen. Pengisian kuesioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal
perusahaan tetapi juga melibatkan pihak eksternal di luar perusahaan, sehingga
hasil pengisian kuesioner lebih bersifat objektif. Kuesioner diisi oleh masing-
masing responden untuk pembobotan. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk
masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Setelah diperoleh hasil
pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan
pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh
responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan
atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan
dan kelemahan dengan jumlah responden.
Adapun nilai rata-rata hasiln pembobotan dan peringkatan untuk variabel
kekuatan dan kelemahan pada usaha Mr.brownCo dapat dilihat di Lampiran 3 dan
4. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat
diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian
antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil
analisis matriks IFE pada usaha Mr.brownCo.
48

Tabel 11 Analisis matriks IFE usaha brownies Mr.BrownCo


Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan
1. Hubungan yang terjalin baik dengan 0,088 3,870 0,340
karyawan
2. Lokasi strategis 0,060 3,970 0,240
3. Memiliki Layanan delivery order 0,064 3,830 0,244
4. Sistem keuangan telah menggunakan 0,099 3,710 0,369
teknologi
5. Standar operasional produksi (SOP) 0,089 3,850 0,344
6. Rasa brownies yang bervariasi 0,106 3,280 0,347
7. Produk yang berkualitas, fresh, dan 0,078 3,970 0,310
tidak menggunakan bahan pengawet
Kelemahan
1. Merk Mr.BrownCo yang belum 0,080 1,040 0,084
dikenal
2. SDM yang belum profesional 0,039 1,770 0,069
3. Promosi yang kurang gencar 0,092 1,060 0,098
4. Harga cukup mahal 0,124 1,800 0,223
Total 2,665

Kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah variabel kekuatan dengan nilai


bobot skor rata-rata terbesar, sedangkan kelemahan utama bagi Mr.BrownCo
adalah variabel kelemahan dengan nilai bobot skor rata-rata terkecil. Adapun
kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah rasa brownies yang bervariasi dengan
bobot skor rata-rata sebesar 0,347. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat
pada variabel tersebut karena pihak Mr.brownCo selalu berupaya berinovasi untuk
menciptakan jenis brownies yang memeiliki variasi rasa yang berbeda untuk
mengurangi tingkat kejenuhan pelanggan dengan rasa yang sama.
Kelemahan utama bagi Mr.brownCo adalah tempat parkir yang sempit
dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,084. Secara keseluruhan total skor rata-rata
tertimbang dari matriks IFE sebesar 2,665 yang mengindikasikan bahwa usaha
brownies Mr.BrownCo berada di atas rata-rata (2,5) dari keseluruhan kekuatan
internalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa usaha brownies Mr.BrownCo memiliki
posisi internal yang kuat karena mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk
mengurangi kelemahan yang dimiliki.

Analisis Matriks EFE

Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha brownies


Mr.BrownCo yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian
kuesioner kepada responden seperti halnya pengisian kuesioner untuk lingkungan
internal perusahaan. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-masing
variabel peluang dan ancaman. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan
peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai
49

rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara
membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari
seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan
jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk
variabel peluang dan ancaman pada usaha brownies Mr.BrownCo dapat dilihat di
Lampiran 4. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap
variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini
merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini
merupakan hasil analisis matriks EFE pada usaha brownies Mr.BrownCo.

Tabel 12. Analisis matriks EFE usaha brownies Mr.BrownCo


Faktor Eksternal Bobot Rating Skor
Peluang
1. Kekuatan tawar pemasok 0,236 2,460 0,580
2. Kota Bogor sebagai kota kuliner dan lokasi 0,133 3,920 0,521
yang strategis
3. Kemajuan teknologi yang berkembang 0,212 2,280 0,483
4. Gaya hidup masyarakat yang cendrung 0,129 3,200 0,413
mengonsumsi makanan siap saji
Ancaman
1. Tingkat persaingan perusahaan sejenis 0,180 3,000 0,541
2. Kenaikan Bahan baku yang dipengaruhi oleh 0,133 3,220 0,428
kenaikan harga BBM
3. Ancaman masuknya pendatang baru 0,181 2,280 0,412
4. Ancaman produk substitusi/pengganti 0,157 2,760 0,433
Total 3,377
Sumber: Data Primer

Tabel 12 menunjukkan faktor strategi eksternal mana yang menjadi


peluang dan ancaman bagi Mr.brownCo. Peluang utama bagi Mr.brownCo adalah
variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu Kekuatan tawar
pemasok dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,580. Sedangkan ancaman utama
bagi Mr.BrownCo adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terkecil,
yaitu ancaman masuknya pendatang baru dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,412.
Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE sebesar 3,377 yang
mengindikasikan bahwa usaha Mr.BrownCo berada di atas rata-rata (2,5) dalam
upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman.

Analisis Matriks IE

Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matiks IFE (2,743)
maupun EFE (3,743) kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut ini merupakan hasil matriks IE pada
usaha brownies Mr.BrownCo (Gambar 8).
50

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE


TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE Kuat Rata-rata Lemah
3,0 - 4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi 2,665
3,0 - 4,0
II III
I
3,377

3,0
Menengah IV V VI

2,0 - 2,99
2,0

Rendah
VII VIII IX
1,0 - 1,99

1,0

Gambar 8. Matriks Internal Eksternal (IE)


Sumber: David (2009)

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa Mr.BrownCo menepati posisi


dalam sel II. Perusahaan masih berada dalam kondisi tumbuh dan berkembang.
Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif seperti pengembangann
produk (development product), pengembangan pasar (market development) dan
penetrasi pasar (market penetration). Pengembangan produk yaitu membuat dan
memasarkan produk kepada pelanggan yang sudah ada dengann cara melakukan
inovasi produk atau pengenalan produk baru kepada para pelanggan seperti
membuat jenis variasi rasa yang disukai konsumen atau yang lagi trend saat ini
namun tetap menjaga kualitas standar browniesnya.
Penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan promosi dan
menegembangkan website perusahaan yang sudah ada, sehingga banyak
konsumen lebih banyak lagi yang akan mengenal Mr.BrownCo baik di dalam kota
ataupun di luar kota (Jabodetabek), sementara pengembangan pasar yaitu dengan
mengikuti acara pameran-pameran makanan yang secara tidak langsung dapat
memperkenalkan produk tersebut kepada konsumen dan meraih pangsa pasar
yang lebih luas dan membuka cabang baru diluar Kota Bogor terutama
Jabodetabek untuk mempermudah konsumen mendapatkan produk brownies
singkong Mr.BrownCo.

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Mr.BrownCo


Analisis Matriks SWOT

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan maka


dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat dilaksanakan. Formulasi
51

strategi ini dilakukan dengan alat analisis SWOT. Formulasi strategi pada
Mr.BrownCo dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil analisis matriks
SWOT, maka alternatif yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
1) STRATEGI S-O (Strength Opportunity)
Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal
"Brownies Singkong" untuk memanfaatkan peluang eksternal yang ada agar
memperoleh keuntungan bagi Mr.BrownCo. Terdapat alternatif strategi yang
dapat dilakukan pada strategi S-O yaitu meningkatkan pangsa pasar dengan
menambah saluran distribusi dengan membuka cabang baru. Hal ini dilakukan
agar jangkauan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut lebih mudah
sehingga masyarakat dapat menikmatinya. Kualitas dan bahan baku yang berbeda
dari pesaing lainnya merupakan kekuatan yang dimiliki Mr.brownCo, hal ini
dapat dimanfaatkan untuk mencari investor atau rekanan bisnis untuk membuka
cabang baru. Mr.BrownCo menawarkan kerjasama dengan sistem bagi hasil, hal
ini untuk menjaga standar kualitas produk yang di miliki Mr.BrownCo.
6) STRATEGI W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi W-O adalah strategi bertujuan untuk mengatasi kelemahan
internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yang dimiliki oleh perusahaan.
Alternatif strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-O, yaitu Melakukan
promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online) seperti
facebook, twetter, website, blog dan blackberry, selama ini Mr.BrownCo sudah
melakukan ini namun belum maksimal dan tertangani dengan baik, serta
mengikuti kegiatan bazaar atau pameran makanan baik dalam kota Bogor ataupun
di luar kota Bogor dan bekerja sama dengan radio atau televisi lokal ataupun
nasional untuk mengenalkan Mr.BrownCo kepada masyarakay yg lebih luas.
7) Strategi S-T (Strength-Threat)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal perusahaan. Alternatif strategi
yang dapat dilakukan pada strategi S-T yaitu meningkatkan loyalitas konsumen
dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta selalu membuat inovasi
baru. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap suatu perusahaan sangat
penting, dalam hal ini Mr.BrownCo harus memberikan kualitas produk yang
terbaik kepada konsumen tentunya dilengkapi dengan pelayanan yang baik pula.
Sedangkan inovasi yang harus dilakukan adalah selalu menciptakan atau
memodivikasi jenis rasa brownies yang baru.
8) Strategi W-T (Weakness-Threat)
Strategi W-T adalah strategi yang diarahkan pada pengurangan kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif strategi yang
dapat dilakukan pada strategi W-T yaitu:
1. Menawarkan Membuat paket harga
2. Memberikan fasilitas internet gratis untuk para pelanggan
52

Faktor Internal
Kekuatan (STRENGTHS )
Kelemahan(WEAKNES
1.Hubungan yang terjalin baik
ESS)
dengan karyawan
1.Merk brownies yang belum
2. Lokasi yang strategis
dikenal
3. Memiliki layanan delivery order
2.Tempat parkir yang sempit
4.
3.Promosi yang kurang
Sistem keuangan telah menggunakan
gencar
teknologi modern
4.Harga yang cukup mahal
5. Memiliki SOP
bagi konsumen
6. Rasa brownis yang berfariasi
7. Produk yang berkualitas, fresh
dan tidak menggunakan bahan
pengawet
Faktor Eksternal
STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O)
Peluang (OPPORTUNITIES)
Meningkatkan pangsa pasar Melakukan promosi dengan
1.Kekuatan tawar pemasok
dengan menambah saluran memanfaatkan teknologi
yang lemah
distribusi dengan membuka yang tersedia (marketing
2.Kota bogor sebagai kota
cabang online) serta mengikuti
kuliner dengan lokasi yang
(S1,S3,S6,S7,O2,O3.O4) kegiatan bazaar atau pameran
strategis
dan bekerja sama dengan
3.Kemajuan teknologi yang
radio atau televisi lokal
berkembang
ataupun nasional untuk
4.Peralihan gaya hidup
mengenalkan
masyarakat yang cendrung
Mr.BrownCo kepada
mengkonsumsi makanan
masyarakat yg lebih luas.
siap saji
(W1,W2,W3,O2,O3,O4)
Ancaman (THREATS) STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T)
1. Persaingan brownies Meningkatkan loyalitas konsumen 1. Menawarkan/Membuat
sejenis dengan menjaga dan meningkatkan paket harga (W4,T2)
2. Kenaikan bahan baku yang kualitas produk serta selalu 2. Memberikan fasilitas
dipengaruhi oleh kenaikan membuat inovasi baru internet gratis untuk para
harga BBM. (S1,S2,S3,S6,S7,T1) pelanggan (wifi) (W3,T1)
3. Ancaman masuknya
pendatang Baru
4. Ancaman produk
substitusi/pengganti

Tabel 13. Kesetaraan IE dan SWOT


No IE SWOT
1 Pengembangan  Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga
dan meningkatkan kualitas produk serta selalu
Produk
membuat inovasi baru
 Menawarkan/Membuat paket harga
2 Pengembangan  Meningkatkan pangsa pasar dengan menambang
Pasar saluran distribusi dengan membuka cabang
 Memberikan fasilitas internet gratis untuk para
Pelanggan (wifi)
53

3 Penetrasi Pasar  Melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi


yang tersedia (marketing online) serta mengikuti
kegiatan bazaar atau pameran dan bekerja sama
dengan radio atau televise lokal ataupun nasional
untuk mengenalkan Mr.BrownCo kepada masyarakat
yang lebih luas.

Analisis Matriks QSP (QSPM)

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan,


yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari
analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat
analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah matriks
perencanaan strategi kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix). Teknik
ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil pencocokan dari
analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif
strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai
strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal
dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya
tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal
perusahaan.
Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan pada pemilik
Mr.BrownCo sebagai pengambil keputusan di perusahaan. Dengan cara
membandingkan apakah faktor-faktor eksternal dan internal berpengaruh terhadap
daftar strategi yang akan dipilih. Semakin tinggi yotal Nilai Daya Tarik (TAS)
maka semakin menarik lternatif tersebut sebagai prioritas strategi untuk
dilaksanakan oleh Mr.BrownCo. Beberapa alternatif strategi tersebut dapat
diperingkatkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan
membuka cabang (TAS = 8,336).
2. Melakukan promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing
online) serta mengikuti kegiatan bazaar atau pameran dan bekerja sama dengan
radio atau televise lokal ataupun nasional untuk mengenalkan (TAS = 7,660).
3. Meningkatkan loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas
produk serta selalu membuat inovasi baru (TAS = 7,495).
4. Membuat paket harga (TAS = 7,336).
5. Memberikan fasilitas internet gratis untuk para Pelanggan (wifi)
(TAS=6,595).
Berdasarkan pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat
dijalankan Mr.BrownCo berdasarkan penjumlahan TAS tertinggi. Hasil matriks
QSP disajikan pada Lampiran 5. Strategi yang telah diurutkan merupakan hasil
dari pembobotan. Strategi yang memiliki bobot terbesar yang dapat diterapkan
oleh Mr.BrownCo yaitu meningkatkan pangsa pasar dengan menambang saluran
54

distribusi dengan membuka cabang. Strategi tersebut untuk lebih memudahkan


jangkauan konsumen mendapatkan produk Mr.BrownCo.

Tabel 14. Matriks QSP


No. Alternatif Strategi Nilai TAS Prioritas Strategi
1 Meningkatkan pangsa pasar dengan
8,336
menambah saluran distribusi dengan
membuka cabang
2 Melakukan promosi dengan
memanfaatkan teknologi yang tersedia
8,336
(marketing online) serta mengikuti
7,660 Meningkatkan
kegiatan bazaar atau pameran dan bekerja
pangsa pasar
sama dengan radio atau televisi lokal
dengan
ataupun nasional untuk mengenalkan.
menambang
saluran distribusi
3 Meningkatkan loyalitas konsumen dengan
7,495 dengan membuka
menjaga dan meningkatkan kualitas
cabang
produk serta selalu membuat inovasi baru
4 Membuat paket harga 7,336
5 Memberikan fasilitas internet gratis
6,595
untuk para pelanggan (wifi)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama bagi
Mr.BrownCo. Kekuatan utama bagi Mr.BrownCo adalah rasa brownies yang
berfariasi. Kelemahan utama bagi Mr.brownCo adalah merek Mr.BrownCo
yang belum dikenal dan ini memiliki implikasi terhadap promosi yang kurang
gencar baik melalui media elektronik, maupun media cetak.
2. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi Mr.brownCo.
Peluang utama bagi Mr.brownCo adalah kekuatan tawar pemasok. Sedangkan
ancaman utama bagi Mr.BrownCo adalah yaitu kenaikan bahan baku yang
dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM. Adapun total skor rata-rata tertimbang
dari matriks EFE yang mengindikasikan bahwa usaha Mr.BrownCo berada di
atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
3. Mr.BrownCo berada pada sel II. Perusahaan masih berada dalam kondisi
tumbuh dan berkembang. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi
intensif seperti pengembangann produk (development product), pengembangan
55

pasar (market development) dan penetrasi pasar (market penetration).


Pengembangan produk yaitu membuat dan memasarkan produk kepada
pelanggan yang sudah ada dengan cara melakukan inovasi produk atau
pengenalan produk baru kepada para pelanggan seperti membuat jenis variasi
rasa yang disukai konsumen atau yang lagi trend saat ini namun tetap menjaga
kualitan standar browniesnya.
Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pangsa pasar
dengan menambah saluran distribusi dengan membuka cabang, melakukan
promosi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia (marketing online)
serta mengikuti kegiatan bazar atau pameran dan bekerja sama dengan radio
atau televise lokal ataupun nasional untuk mengenalkan. Meningkatkan
loyalitas konsumen dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta
selalu membuat inovasi baru, menawarkan/membuat paket harga, dan
memberikan fasilitas internet gratis (wifi). Prioritas strategi adalah
meningkatkan pangsa pasar dengan menambah saluran distribusi dengan
membuka cabang baru. Strategi tersebut untuk lebih memudahkan jangkauan
konsumen mendapatkan produk Mr.BrownCo.

Saran

Agar strategi dapat diimplmentasikan dengan baik, perusahaan perlu


meningkatkan kedisiplinan yang tinggi dalam menetapkan aturan jam kerja
kepada karyawan, perlu adanya komitmen dari pemilik dan seluruh karyawan
untuk mengimplementasikan strategi tersebut dan pemilik Mr.BrownCo mampu
memotifasi karyawan dan mengalokaskan sumberdaya agar strategi dapat
dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Cibaru, Kabupaten


Pandeglang, Provinsi Banten. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Ariessiana T N. 2009. Analisis strategi pengembangan usaha roti Pada bagas


bakery, kabupaten Kendal. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk


Indonesia Tahun 2004-2008. Jakarta.

David FR. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio P dan Mahardika H, penerjemah;


Rahoyo S, editor; Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan
dari: Strategic Management ³Concepts and Cases, 10 th ed´.
56

Departemen Koperasi. 2013. Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor
Ekonomi. Indonesia.

Desy 2012. Strategi Pemasaran Agrowisata Stroberi [Skripsi]. Bogor: Fakultas


Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Ebenhear R. 2007. Alokasi Optimal Distribusi Roti Unyil Venus´ Produksi Venus
Bakery Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Fitriati. 2004. Analisis strategi pengembangan usaha Roti Bakery, kabupaten


Kediri [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor

Kotler P. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Jakarta: Prehallindo.

Kristiyani D. 2008. Analisis Strategi Bersaing Merdeka Bakery, Kota Bogor.


[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ningtias 2009. Strategi Pengembangan Usaha Kecil"waroeng cokelat"(Kasus


Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan bogor utara, Kota Bogor,
Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.

Nurdjannah. 2006. Perencanaan Strategi Pengembangan Bisnis.

Nusawanti 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery,
Kabupaten Kendal. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik :Formulasi, Implementasi,


dan Pengendalian. Maulana A, penerjemah; Jilid Satu. Jakarta: Bina
Rupa Aksara. Terjemahan dari: Strategic Managemen: Formulation,
Implementation, and Controlling.

Porter ME. 1991. Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan


Pesaing.Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor; Jakarta:
Erlangga.Terjemahan dari: Competitive Strategy.

Rahmadhoni. 2006. Analisis strategi pengembangan usaha Restoran Sunda,


kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor

Rahman. 2012. Analisis strategi pengembangan usaha Caffe Burgani, kabupaten


Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor
57

Rangkuti F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Survei Sosial Ekonomi Nasional, Modul Konsumsi. 2012. Pengeluaran untuk


Konsumsi Penduduk Indonesia Tahun 2004-2008. Jakarta.

Syarifatunisa 2011 Analisis Strategi Peningkatan Kepuasan Pelanggan Toko Roti


Unyil Venus Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor

Tambunan. 2011. Analisis strategi pengembangan usaha Apple Pie, kabupaten


Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor

Umar H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Cetakan Kelima. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.
58

Lampiran 1 Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis


Internal
Pemilik 70% SPV 10% Incubie 10% Pengunjung 10% Total Bobot
A 0,060 0,011 0,008 0,010 0,088
B 0,033 0,011 0,007 0,010 0,060
C 0,036 0,011 0,009 0,008 0,064
D 0,072 0,009 0,009 0,010 0,099
E 0,060 0,010 0,011 0,009 0,089
F 0,079 0,008 0,010 0,009 0,106
G 0,053 0,008 0,008 0,009 0,078
H 0,053 0,009 0,010 0,009 0,080
I 0,009 0,009 0,012 0,009 0,039
J 0,066 0,009 0,008 0,010 0,092
K 0,099 0,008 0,008 0,009 0,124
1

Lampiran 2 Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis


Internal
Pemilik Incubie Pengunjung
SPV 10% Total Rating
70% 10% 10%
A 2,80 0,4 0,30 0,37 3,870
B 2,80 0,4 0,40 0,37 3,970
C 2,80 0,4 0,30 0,33 3,830
D 2,80 0,3 0,30 0,31 3,710
E 2,80 0,4 0,30 0,35 3,850
F 2,10 0,4 0,40 0,38 3,280
G 2,80 0,4 0,40 0,37 3,970
H 0,70 0,1 0,10 0,14 1,040
I 1,40 0,1 0,10 0,17 1,770
J 0,70 0,1 0,10 0,16 1,060
K 1,40 0,1 0,10 0,20 1,800
59

Lampiran 3 Hasil Keseluruhan Bobot Responden Penilaian Faktor Stategis


Eksternal
Pemilik 70% SPV 10% Incubie 10% Pengunjung 10% Total Bobot
A 0,175 0,017 0,025 0,019 0,236
B 0,082 0,018 0,014 0,019 0,133
C 0,152 0,018 0,016 0,026 0,212
D 0,082 0,015 0,013 0,019 0,129
E 0,128 0,017 0,017 0,019 0,180
F 0,082 0,015 0,016 0,020 0,133
G 0,137 0,012 0,013 0,019 0,181
H 0,096 0,018 0,017 0,026 0,157

Lampiran 4 Hasil Keseluruhan Rating Responden Penilaian Faktor Stategis


Eksternal
Pemilik SPV Incubie Pengunjung Total
70% 10% 10% 10% Rating
A 1,4 0,40 0,40 0,26 2,460
B 2,8 0,40 0,40 0,32 3,920
C 1,4 0,20 0,40 0,28 2,280
D 2,1 0,40 0,40 0,30 3,200
E 2,1 0,40 0,20 0,30 3,000
F 2,1 0,40 0,40 0,32 3,220
G 1,4 0,30 0,30 0,28 2,280
H 2,1 0,2 0,2 0,26 2,760

Lampiran 5 Matrik EFE (Esternal Factor Evaluation)


Total Bobot Total Rating Total
A 0,236 2,460 0,580
B 0,133 3,920 0,521
C 0,212 2,280 0,483
D 0,129 3,200 0,413
E 0,180 3,000 0,541
F 0,133 3,220 0,428
G 0,181 2,280 0,412
H 0,157 2,760 0,433
Total EFE 3,377
60
Lampiran 6 Matrik QSP
Alternatif Strategi
Faktor-Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Peluang
A. Kekuatan tawar pemasok 0,221 3 0,663 3 0,663 2 0,442 2 0,442 1 0,221
B. Kota Bogor sebagai kota kuliner dan lokasi
yang strategis 0,149 4 0,596 3 0,447 3 0,447 3 0,447 2 0,298

C. Kemajuan teknologi yang berkembang 0,207 4 0,828 4 0,828 4 0,828 3 0,621 4 0,828
D. Gaya hidup masyarakat yang cendrung
mengonsumsi makanan siap saji 0,141 3 0,423 4 0,564 4 0,564 4 0,564 2 0,282

Ancaman
E. Persaingan Produk Brownies 0,178 4 0,712 3 0,534 3 0,534 3 0,534 3 0,534
F. Kenaikan Bahan baku yang dipengaruhi oleh
kenaikan harga BBM 0,149 3 0,447 3 0,447 4 0,596 3 0,447 3 0,447

G.Ancaman masuknya pendatang baru 0,165 3 0,496 3 0,496 3 0,496 4 0,662 3 0,496
H.Ancaman produk subtitusi 0,177 4 0,708 3 0,531 3 0,531 3 0,531 3 0,531
Lampiran 6 Matrik QSP (lanjutan)
Alternatif Strategi
Faktor-Faktor Kunci Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan
I. Hubungan yang terjalin baik
dengan karyawan 0,091 4 0,364 3 0,273 4 0,364 3 0,273 3 0,273

J. Lokasi strategis 0,074 4 0,296 3 0,222 3 0,222 3 0,222 3 0,222


K. Memiliki delivery order 0,075 4 0,3 3 0,225 3 0,225 4 0,3 4 0,3
L. Sistem keuangan telah
menggunakan teknologi 0,096 3 0,288 3 0,288 3 0,288 3 0,288 4 0,384

M. Memiliki SOP 0,094 3 0,282 4 0,376 3 0,282 3 0,282 3 0,282


N. Ras brownies yang berfariasi 0,098 4 0,392 4 0,392 4 0,392 3 0,294 3 0,294
O. Produk yang berkualitas, fresh
tanpa bahan pengawet 0,081 4 0,324 3 0,243 3 0,243 4 0,324 2 0,162

Kelemahan
P. Merk Mr.BrownCo dikenal 0,086 4 0,344 3 0,258 3 0,258 3 0,258 3 0,258
Q. Tempat parkir yang sempit 0,064 3 0,192 3 0,192 3 0,192 4 0,256 3 0,192
R. Promosi yang kurang gencar 0,09 4 0,36 4 0,36 3 0,27 3 0,27 3 0,27
S. Harga cukup mahal 0,107 3 0,321 3 0,321 3 0,321 3 0,321 3 0,321
Total Nilai Daya Tarik 8,336 7,660 7,495 7,336 6,595
Prioritas Strategi Strategi 1

61
62

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 21 Januari 1989. Penulis


merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Buah hati tercinta dari pasangan Bapak
Tasman dan Ibu Rominih. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1
Losarang dari tahun 2004 sampai 2007. Kegiatan yang diikuti waktu SMA yaitu
menjadi pengurus OSIS dan Pramuka, kemudian penulis melanjutkan ke jenjang
Universitas dan diterima di IPB sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen
Industri Jasa Makanan dan Gizi, Direktorat Program Diploma IPB pada tahun 2007
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan lulus tepat waktu pada tahun
2010, penulis aktif juga di organisasi kampus diantaranya, Himpunan Mahasiswa Gizi
dan Pangan (Hamagi) dan organisasi daerah Ikatan Mahasiswa Darma Ayu (Ikada) .
Setelah lulus Diploma penulis langsung melanjutkan pendidikan program ekstensi
alihjenis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Dalam waktu
bersamaan penulis juga bekerja di IPB Press selama dua tahun dan saat ini penulis
sambil menyelesaikan skripsi bekerja di Bank Rakyat Indonesia sampai skripsi
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai