ABSTRACT
SAZKYA RAHAYU PUTRININGTYAS. H24144094. Analysis of Quality
Control of Unyil Bread Products by Using Six Sigma Method at PT Venus Bakery
Bogor. Supervised by HETI MULYATI and M. SYAEFUDIN ANDRIANTO.
PT Venus Bakery is a company that produces bread with the brand "unyil
bread". The company faces quality problems, namely the discovery of defective
products. The purpose of this research is to identify and analyze the factors
causing the occurrence of defective products in the bread production process;
analyze product quality with the Six Sigma method and propose improvements in
improving product quality. The causes of defective products that occur such as the
contents of bread come out; inappropriate size; scorched; and destroyed. The Six
Sigma method chosen in this study as an approach to the problem that consists of
5 stages, namely, Define, Measure, Analyze, Improve and Control. The value of
Six Sigma for each process is 4.75 for the formation and content process, 4.75 for
the roasting process and 4.26 for the display storage process. The strategy is
carried out by making work standardization for employees, holding skills training
related to the bread making process, and expanding storage space.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam
dan sumber segala ilmu, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada
penulis sehingga karya ilmiah dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih
untuk karya ilmiah ini adalah pengendalian mutu suatu produk, dengan judul
Analisis Pengendalian Mutu Produk Roti dengan Metode Six Sigma di PT Venus
Bakery Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr rer pol Heti Mulyati
STP, MT dan Bapak Syaefudin Andrianto STP, MSi, sebagai pembimbing yang
telah meluangkan waktu, dan membimbing penulis untuk skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen Program Sarana Alih Jenis yang
telah membagi dan memberikan ilmunya kepada penulis. Ungkapan terima kasih
penulis ucapkan untuk Bapak, Ibu, serta Adik yang telah memberikan motivasi,
doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ricky Fajar Maulana selaku suami dan Alesha Meccayra
selaku anak yang memotivasi penulis dan senantiasa membantu untuk
menyelesaikan skripsi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Program Sarjana
Alih Jenis Manajemen Angkatan 12 yang senantiasa membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Yoshi selaku pemilik dari PT Venus Bakery yang telah mengizinkan penulis
melakukan penelitian. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan
dorongan dan bantuan, penulis hanya dapat memanjatkan do’a, semoga bantuan,
kebaikan dan pengorbanan yang diberikan mendapat balasan kebaikan yang
setimpal dari Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Sazkya Rahayu P
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah Penelitian 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Definisi, Alat dan Teknik Pengendalian Mutu 3
Definisi Six Sigma 5
Tahapan Six Sigma 6
Penelitian Terdahulu 11
METODE 13
Kerangka Pemikiran Penelitian 13
Lokasi dan Waktu Penelitian 14
Jenis dan Metode Pengumpulan Data 14
Pengolahan dan Analisis Data 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Gambaran Umum Perusahaan 18
Analisis penyebab produk cacat 21
Analisis mutu produk dengan metode Six Sigma 22
Usulan Strategi Perbaikan 41
Implikasi Manajerial 45
SIMPULAN DAN SARAN 46
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 48
RIWAYAT HIDUP 65
DAFTAR TABEL
1 Presentase konsumsi rata-rata roti manis di Indonesia 1
2 Jumlah defect roti unyil bulan Februari-April 2017 1
3 Pencapaian tingkat Six Sigma 8
4 Metode 5W2H 10
5 Jenis, metode, sumber data berdasarkan tujuan penelitian 15
6 Analisis tingkat Sigma 16
7 Waktu proses produksi pembuatan roti unyil 21
8 Total defect roti unyil bulan April 2017 22
9 Identifikasi jenis defect pada roti unyil 22
10 Laporan produksi roti unyil bulan April tahun 2017 23
11 Critical To Quality (CTQ) proses pembuatan roti unyil 26
12 Rekapitulasi perhitungan peta kendali proses pembentukan dan isi 28
11
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tabel 2 menjelaskan, bahwa roti cacat dalam proses produksi pada bulan
Februari sampai April 2017 mengalami peningkatan. Presentase defect terhadap
hasil produksi pada bulan Februari, Maret dan April 2017 adalah sebesar 0.38%,
0.40% dan 0.46%. Hal ini juga membuktikan presentase kenaikan defect
meningkat sekitar 0.7% setiap bulannya, yang mengakibatkan berkurangnya
keuntungan bagi perusahaan.
Perusahaan harus senantiasa menjaga kualitas produknya agar tetap
menjadi salah satu produk unggulan bagi Kota Bogor. Perbaikan dan perencanaan
pengendalian mutu, diharapkan mampu menghilangkan penyebab- penyebab yang
tidak baik, mengurangi jumlah cacat produk, serta mampu bersaing dengan
produsen lainnya.
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu dapat dilakukan dengan
metode Six Sigma. Menurut Gaspersz (2005), Six Sigma adalah suatu terobosan
baru dalam memecahkan masalah organisasi dan manajemen proses dalam
membantu perusahaan untuk meningkatkan mutu produk menuju tingkat
kegagalan nol (zero defect). Six Sigma juga dapat dijadikan ukuran kinerja sistem
industry yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan
produktivitasnya dengan alternatif yang dihasilkan. Six Sigma juga dapat
dipandang sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan
dengan memerhatikan kemampuan proses. Pencapaian Six Sigma hanya terdapat
3,4 cacat per sejuta kesempatan. Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka
kinerja sistem industri semakin membaik.
Permasalahan yang sedang dialami PT Venus Bakery adalah
meningkatnya tingkat cacat roti setiap bulannya sehingga akan mempengaruhi
keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dengan
menganalisis faktor-faktor kemungkinan yang menjadi penyebab dan membuat
strategi perbaikan untuk peningkatan mutu produk roti dengan menggunakan
metode Six Sigma.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
semua tujuan yang ada, mereka dipergunakan untuk menunjang perubahan yang
positif yang dikenal sebagai peningkatan. Sebuah alat dapat digambarkan sebagai
sesuatu yang memiliki peran yang jelas, fokus yang sempit dan dipergunakan
sendirian tanpa bantuan peralatan lain. Menurut Prajogo (2000), Contoh dari alat-
alat kualitas antara lain adalah :
1 Diagram sebab akibat (fishbone diagrams)
Diagram sebab akibat atau fishbone diagram dikembangkan oleh Kaoru
Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone
diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Fishbone
diagram lahir karena adanya kebutuhan akan peningkatan mutu atau kualitas
dari barang yang dihasilkan. Fishbone diagram dalam penerapannya
digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab
permasalahan. Diagram ini sangat praktis dilakukan dan dapat mengarahkan
satu tim untuk terus menggali sehingga menemukan penyebab utama atau
Akar suatu permasalahan. Akar ”penyebab ” terjadinya masalah ini memiliki
beragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.
Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah
sebagai berikut:
a Menyiapkan sesi sebab-akibat
b Mengidentifikasi akibat
c Mengidentifikasi berbagai kategori
d Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
e Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
f Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain
yaitu bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk
diskusi, pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan
taraf teknologi, penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang
kompleks. Manfaat fishbone diagram :
a Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan
kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya,
dan dapat mengurangi biaya
b Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan
ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan
c Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun yang
direncanakan
d Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam
kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan
2 Diagram pareto
Diagram pareto adalah bagan yang berisikan diagram batang (bars
graph) dan diagram garis (line graph); diagram batang memperlihatkan
klasifikasi dan nilai data, sedangkan diagram garis mewakili total data
kumulatif. Klasifikasi data diurutkan dari kiri ke kanan menurut urutan
ranking tertinggi hingga terendah. Ranking tertinggi merupakan masalah
prioritas atau masalah yang terpenting untuk segera diselesaikan, sedangkan
ranking terendah merupakan masalah yang tidak harus segera diselesaikan.
5
3 Diagram scatter
Scatter diagram (diagram pencar) adalah grafik yang menampilkan
sepasang data numerik pada sistem koordinat cartesian, dengan satu variabel
pada masing-masing sumbu, untuk melihat hubungan dari kedua variabel
tersebut. Jika kedua variabel tersebut berkorelasi, titik-titik koordinat akan
jatuh di sepanjang garis atau kurva. Semakin baik korelasi, semakin ketat
titik-titik tersebut mendekati garis.
4 Histogram
Histogram adalah alat seperti diagram batang (bars graph) yang
digunakan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah distribusi
frekuensi menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu
set data terjadi. Data dalam histogram dibagi-bagi ke dalam kelas-kelas, nilai
pengamatan dari tiap kelas ditunjukkan pada sumbu X.
5 Peta kendali (control chart)
Control chart atau peta kendali adalah peta yang digunakan untuk
mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke waktu. Data di-
plot dalam urutan waktu. Control chart selalu terdiri dari tiga garis
horisontal, yaitu:
e Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah (mean)
atau nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang di-plot-kan pada peta
kendali.
f Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan
batas kendali atas.
g Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang
menunjukkan batas kendali bawah.
Garis-garis tersebut ditentukan dari data historis, terkadang besarnya UCL dan
LCL ditentukan oleh confidence interval dari kurva normal. Dengan control
chart, kita dapat menarik kesimpulan tentang apakah variasi proses konsisten
(dalam batas kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar batas kendali karena
dipengaruhi oleh special cause of variation, yaitu variasi yang terjadi karena
faktor dari luar sistem).
6 Sigma () adalah abjad yunani yang digunakan sebagai simbol standar
deviasi pada statistik, Sigma merupakan petunjuk jumlah variansi atau
ketidaktepatan suatu proses. Tingkat kualitas sigma biasanya juga dipakai
untuk menggambarkan output dari suatu proses. Semakin tinggi tingkat
sigma maka semakin kecil tingkat toleransi yang diberikan pada suatu
produk barang atau jasa sehingga semakin tinggi kapabilitas prosesnya
(Sartin 2008).
Six Sigma adalah strategi bertujuan yang hampir sempurna dalam memenuhi
persyaratan pelanggan (Pande dan Cavanagh 2002). Gaspersz (2005)
menjelaskan, Six Sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4
kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa.
Pada dasarnya pelanggan akan merasa puas apabila mereka menerima nilai yang
diharapkan mereka. Menurut Gaspersz (2005), aspek kunci yang perlu
diperhatikan dalam aplikasi konsep Six Sigma, yaitu :
1 Identifikasi pelanggan
2 Identifikasi produk
3 Identifikasi kebutuhan dalam memeroduksi produk untuk pelanggan
4 Mendefinisikan proses
5 Menghindari kesalahan dalam proses dan menghilangkan semua pemborosan
yang ada
6 Meningkatkan proses secara terus menerus menuju target Six Sigma
Menurut Pande (2002) ada beberapa manfaat Six Sigma bagi perusahaan, yaitu:
a Menghasilkan sukses berkelanjutan.
b Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang
c Memperkuat nilai pada pelanggan
d Mempercepat tingkat perbaikan
a Suppliers
Merupakan orang atau kelompok yang memberikan informasi kunci,
material, atau sumberdaya lain kepada proses.
b Inputs
Adalah segala sesuatu yang berkaitan oleh pemasok (suppliers) kepada
proses, bisa berupa material/bahan baku.
c Process
Merupakan sekumpulan langkah- langkah yang mendukung dalam
transformasi sebuah input menjadi sebuah output.
d Output
Merupakan produk (barang dan jasa) dari suatu proses. Dalam industri
manufaktur output dapat berupa barang setengah jadi maupun barang
jadi (final product).
e Customer
Merupakan orang atau kelompok orang, atau sub-proses yang menerima
output.
Model proses SIPOC dibuat menggunakan diagram alir proses. Diagram
alir proses merupakan suatu reprentasi visual dari semua langkah-langkah
menunjukan bagaimana langkah- langkah tersebut saling berinteraksi satu dengan
yang lain. Diagram aliran proses digambarkan dengan simbol-simbol dan setiap
orang bertanggung jawab dalam urutan proses tersebut. (Gambar 1)
Aktifitas Dokumen
Titik
Penghubung
keputusan
Arah aliran
Mulai/berhenti
2 Measure
Measure merupakan tindak lanjut terhadap langkah define dan
merupakan sebuah jembatan untuk langkah berikutnya. Menurut Pete dan
Holpp (2002), langkah measure mempunyai dua sasaran utama yaitu:
a Mendapatkan data untuk memvalidasi dan mengkualifikasikan masalah
dan peluang. Biasanya ini merupakan informasi kritis untuk
memperbaiki dan melengkapi anggaran dasar proyek yang pertama.
b Memulai menyentuh fakta dan angka-angka yang memberikan petunjuk
tentang akar masalah.
Hal pokok yang harus dilakukan, yaitu:
a Memilih atau menentukan karakteristik kualitas
8
3 Analyze
Menurut Gasperz (2005), analyze merupakan langkah operasional yang
ketiga dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Ada beberapa hal yang
harus dilakukan pada tahap ini yaitu:
a Menentukan stabilitas dan kemampuan ( kapabilitas) proses.
b Menetapkan target kinerja dari karakteristik kualitas (CTQ) kunci.
c Membuat diagram pareto
Menurut Amri (2008), setelah menganalisis menggunakan diagram peta
kendali (P-Chart), maka akan diketahui apakah ada produk yang berada di
luar batas kontrol atau tidak. Apabila diketahui ada produk rusak yang berada
di luar batas kontrol, maka produk tersebut akan dianalisis dengan
menggunakan diagram pareto untuk diurutkan berdasarkan tingkat proporsi
kerusakan terbesar sampai dengan terkecil. Diagram pareto inimmembantu
untuk memfokuskan pada masalah kerusakan produk yang lebih sering terjadi,
yang mengisyaratkan masalah-masalah mana yang bila ditangani akan
memberikan manfaat yang besar.
a Mengidentifikasi sumber dan akar penyebab masalah menggunakan
diagram sebab akibat.
Diagram sebab akibat atau fishbone diagram diperkenalkan oleh
Dr.Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang.
Menurut Ishikawa (1992), suatu tindakan langkah peningkatan akan lebih
9
5 Control
Control merupakan tahap operasional terakhir dalam upaya peningkatan
kualitas berdasarkan Six Sigma. Pada tahap ini hasil peningkatan, praktik-
praktik terbaik yang sukses dalam peningkatan proses distandarisasi dan
disebarluaskan, prosedur didokumentasikan dan dijadikan sebagai pedoman
standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim kepada
pemilik atau penanggung jawab proses (Susetyo, 2011).
Menurut Gaspersz (2005), proyek-proyek Six Sigma pada area lain dalam
proses atau organisasi bisnis ditetapkan sebagai proyek-proyek baru yang harus
mengikuti siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve and Control) .
Terdapat dua alasan dalam melakukan standarisasi yaitu:
a Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak
distandarisasikan, terdapat kemungkinan bahwa setelah periode waktu
tertentu, manajemen dan karyawan akan menggunakan kembali cara
kerja yang lama sehingga memunculkan kembali masalah yang telah
terselesaikan itu.
b Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak
distandarisasikan dan didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan
setelah periode waktu tertentu apabila terjadi pergantian manajemen dan
karyawan, orang baru akan menggunakan cara kerja yang akan
memunculkan kembali masalah yang sudah pernah terselesaikan oleh
manajemen dan karyawan terdahulu.
Penelitian Terdahulu
Penulis menggunakan beberapa skripsi maupun jurnal terdahulu sebagai
tambahan referensi dan menambah pengetahuan peneliti. Muhaemin (2015),
melakukan penelitian tentang pengendalian kualitas produk koran pada Harian
Tribun Timur. Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data serta analisis,
diperoleh jumlah produksi pada bulan Desember 2015 adalah sebesar 1.650.650
eksemplar dengan jumlah produk cacat yang terjadi dalam produksi sebesar
73.789 eksemplar. Perusahaan perlu menggunakan metode Six Sigma untuk dapat
mengetahui jenis kerusakan yang sering terjadi dan faktor-faktor yang menjadi
penyebabnya. Dengan demikian perusahaan dapat segera melakukan tindakan
pencegahan untuk mengurangi terjadinya produk cacat.
Hartono (2014) melakukan penelitian di PT XYZ untuk produk teh botol.
Dari hasil pengamatan, pendekatan Six Sigma dengan metode DMAIC dapat
membantu penulis dalam melakukan identifikasi permasalahan yang terjadi di
perusahaan, mengukur kinerja proses dan kinerja produk, lalu menganalisis faktor
permasalahan tersebut guna memberikan solusi dan usulan perbaikan terhadap
kinerja perusahaan saat ini. Dengan menggunakan diagram fishbone, diagram five
whys dan Failure Mode and Effect analysis (FMEA), diketahui penyebab
permasalahan produk non-standar di tiap bagian proses disebabkan oleh faktor
breakdown machine dan ketidakdisiplinan operator dalam menjalankan Standard
Operation Procedure (SOP). Sehingga ditemukan dimana titik fatal yang
menyebabkan produk cacat pada produk teh botol.
Wahyani (2013) melakukan penelitian tentang pengendalian kualitas
dengan metode DMAIC di perusahaan rokok. Dari tujuannya, Six Sigma dipilih
sebagai pendekatan terhadap masalah yang terjadi di perusahaan rokok “X”
12
karena selain sebagai alat manajemen terkini dan sifatnya yang flexible, dimana
bertujuan untuk menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan
produk dan menghilangkan biaya yang tidak perlu. Six Sigma merupakan
comprehensive system, karena merupakan strategi dan alat yang berkonsep
disiplin ilmu untuk mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis, dimana terfokus
pada peningkatan kepuasan pelanggan.
Nukmatur (2014) melakukan penelitian pada proses produksi botol Squash
Freiss 600 ml di PT. IGLAS (Persero) Gresik. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan beberapa langkah pengumpulan data, baik data
primer maupun data sekunder. Prosedur penelitian ini dimulai dengan survei
pendahuluan, studi kepustakaan, studi lapangan yang dilakukan dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa pada produksi
botol Squash Freiss 600 ml terdapat 4 jenis cacat yang menjadi CTQ kunci yaitu
cacat kritis, cacat mayor, cacat minor, cacat dimensi. PT. IGLAS (Persero) Gresik
berada diatas rata-rata industri di Indonesia, yang ditunjukkan dengan nilai sigma
sebesar 4,31.
Nurullah (2014) melakukan penelitian di PT Supratex yang sedang
mengalami masalah kualitas pada benang jenis 20S. Saat itu, perusahaan tidak
menggunakan metode tertentu untuk memperbaiki kualitas benang 20S dan
banyak memiliki kerugian. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode
Six Sigma dengan tahapan DMAIC untuk memberikan perbaikan pada PT.
SUPRATEX. Hasil dari penelitiannya menunjukan adanya perubahan nilai sigma
sebesar 0,185, perubahan DPMO sebesar 15742,926 dan perubahan COPQ
sebesar 30%. Perubahan angka pada penelitian ini menunjukan tahapan DMAIC
mampu memberikan usulan yang lebih baik dalam perbaikan kualitas benang 20S.
Kurniawan (2012) melakukan penelitian di PT Victory yang memiliki
masalah utama terhadap tingginya cacat pada saat memproduksi botol hingga
mencapai 28,71% dari total produksi. Penulis menggunakan metode DMAIC Six
Sigma yang dipergunakan untuk mengurangi jumlah cacat yang terjadi. FTA
(Fault Tree Analysis) dan FMEA akan dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi. Dari hasil FTA dan FMEA disimpulkan bahwa
penyebab utama dari banyaknya produk cacat adalah karena kesalahan dalam
proses injeksi, sehingga penanganan yang terbaik untuk menganggulangi masalah
adalah dengan melakukan perawatan secara teratur pada semua komponen mesin,
mencoba mencari pemasok bahan baku lain, dan mengganti As dies. Setelah
mengganti As Dies cacat yang terjadi dapat berkurang sampai 6,59% dari total
produksi. Hal ini membuktikan, bahwa metode DMAIC Six Sigma dapat
mengurangi dan meminimalisasi jumlah cacat produk yang terjadi di perusahaan
tersebut.
Rizki (2011), melakukan penelitian pada Elsari Brownies untuk
meningkatkan mutu produk brownies. Dari hasil penelitian produk cacat berasal
dari proses pemanggangan. Jika total gosong dikonversikan ke dalam nilai
nominal rupiah dengan harga Rp 22,000 per kotak adalah Rp 26,268.000. Dalam
waktu 9 bulan pada ditemukan pemborosan secara financial sebesar 48,7%.
Setelah menggunakan analisis Six Sigma, ditemukan penyebab-penyebab dari
cacat pada brownies dan menemukan strategi baru untuk memperbaiki mutu
terutama pada bagian pemanggangan.
13
METODE
Define
(Membuat diagram alir)
Measure
Membuat peta
Menentukan CTQ kendali Menghitung DPMO
Analyze
Improve
(Mengidentifikasi 5W2H)
Control
(Usulan perbaikan)
Tahap awal yang dilakukan adalah tahap define untuk menjelaskan dan
mengidentifikasi masalah dengan diagram alir. Tahap selanjutnya masuk ke tahap
measure, yaitu menentukan Critical To Quality (CTQ), membuat peta kendali,
menghitung nilai Defect per Million Opportunity (DPMO) dan nilai Sigma. Tahap
ketiga adalah tahap analyze, yaitu dengan membuat diagram pareto dan diagram
fishbone. Tahap selanjutnya adalah tahap improve. Tahap ini bertujuan untuk
memberikan strategi perbaikan dengan metode 5W2H, yaitu what, when, where,
why, who, how dan how much. Setelah ditemukan strategi perbaikan, tahap
terakhir adalah tahap control. Tahap control adalah memastikan bahawa strategi
perbaikan yang sudah dibuat, terus digunakan dan menjadi standar kerja atau
pedoman kerja bagi karyawan dan Perusahaan.
Produk yang bermutu pada dasarnya merupakan hasil dari serangkaian
proses produksi yang terkendali. Perbaikan mutu dan perbaikan proses terhadap
sistem produksi secara menyeluruh harus dilakukan jika perusahaan ingin
menghasilkan produk yang baik. Pengendalian mutu produk diharapkan mampu
meningkatkan efektivitas dalam mencegah terjadinya produk cacat. Sehingga
dapat menekan pemborosan dari segi material maupun tenaga kerja manusia.
PT Venus Bakery yang memproduksi roti menghadapi tingkat defect yang
cukup tinggi dalam proses produksi. Oleh karena itu, perlu adanya usulan
perbaikan untuk meningkatkan kembali produktivitas produk dan mengurangi
tingkat defect pada produk. Metode yang digunakan adalah metode Six Sigma. Six
Sigma dapat dijadikan ukuran kinerja sistem industri yang memungkinkan
perusahaan melakukan peningkatan yang luar biasa dengan terobosan strategi
yang aktual. Six Sigma juga dapat dipandang sebagai pengendalian proses industri
yang berfokus pada pelanggan dengan memerhatikan kemampuan proses.
Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data Kuantitatif adalah data yang diperoleh berupa angka-angka
mengenai jumlah produksi dan data produk cacat. Sedangkan untuk data kualitatif
yaitu, informasi mengenai jenis produk cacat, penyebab terjadinya produk cacat,
bagian proses produksi, dan bahan baku yang digunakan. Sumber data yang
diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber data secara
keseluruhan diperoleh dari dalam institusi yang menjadi tempat penelitian. Data
primer sendiri didapatkan dari pihak analisis produksi, dari dokumen/ arsip bagian
produksi dan bagian personalia, pengamatan langsung proses produksi,
wawancara dengan pihak terkait. Sedangkan data sekunder didapatkan dari studi
literatur, buku, penelitian terdahulu, jurnal-jurnal di internet. Berikut adalah Jenis,
metode, sumber dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian disajikan pada
Tabel 5.
15
Define
Define merupakan proses identifikasi masalah yang terjadi pada
perusahaan, guna mengetahui apakah permasalahan yang didalam penelitian
telah terjadi di perusahaan tersebut, menetapkan masalah yang menjadi objek
penelitian, menjelaskan tentang sejarah perusahaan, proses produksi, dan
membuat diagram alir SIPOC, mendeskripsikan Critical To Quality (CTQ).
Measure
Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program program
peningkatan kualitas Six Sigma. Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan
dalam tahapan measure yaitu :
16
Rumus untuk menentukan nilai DPO, DPMO, nilai kapabilitas Sigma dan
nilai yield adalah sebagai berikut ini :
a Munghitung nilai DPO (Defect per Opportunity)
b DPO :
c DPMO :
DPO x 1.000.000
d Menghitung nilai kapabilitas Sigma
e Nilai kapabilitas sigma diproleh melalui tabel konversi DPMO ke Six
Sigma.
f Menghitung nilai Yield
g Yield merupakan angka yang menggambarkan kemampuan proses
untuk menghasilkan proses produksi bebas cacat. Adapun
perhitungannya adalah sebagai berikut :
h Yield :
1-
Analyze
Merupakan langkah operasional yang ketiga dalam program peningkatan
kualitas Six Sigma. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu :
a Melakukan analisa terhadap hasil perhitungan DPMO
b Membuat diagram histogram untuk mengetahui persentase kecacatan
produk berdasarkan data yang didapat dari perusahaan.
c Membuat diagram pareto untuk mengetahui cacat yang dominan terjadi
pada saat proses produksi.
d Membuat fishbone diagram untuk mengetahu penyebab reject pada produk.
Improve
Pada tahapan ini memberikan masukan dan usulan perbaikan kepada
perusahaan tentang masalah kecacatan produk yang terjadi pada perusahaan,
dengan menggunakan metode 5W2H. Berdasarkan tahapan analisis, hal ini
dilakukan agar meminimasi tingkat kecacatan produk sesuai dengan tujuan dan
manfaat dari penelitian what, why, where, when, who, how, dan how much yang
akan dicapai.
Control
Tahapan control merupakan tahap peningkatan kualitas dengan memastikan
level baru kinerja dalam kondisi standar dan terjaga nilai-nilai peningkatannya
yang kemudian didokumentasikan dan disebarluaskan yang berguna sebagai
langkah perbaikan untuk kinerja proses berikutnya. Control merupakan tahapan
terakhir dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma.
18
Direktur Utama
Manajer
Bagian Bagian
Penjualan Toko Penjualan Cabang
Berikut ini adalah jumlah waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan roti unyil
venus dalam satu kali produksi. Waktu proses produksi dapat dilihat pada Tabel 7.
Jenis produk
Produk Venus Bakery terdiri dari tiga jenis produk, terdiri dari roti tawar, roti
keset dan roti unyil. Jenis produk Venus Bakery dapat dilihat pada Gambar 5.
Varian rotinya yaitu, roti tawar, roti keset, dan roti unyil. Dalam penelitian ini
hanya jenis roti unyil venus yang akan diteliti. Harga roti di Venus Bakery
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Total 7,687
Sumber: PT Venus Bakery (2017)
Sum
25
Tahap measure
1 Critical To Quality (CTQ)
CTQ (critical to quality) adalah atribut-atribut yang sangat penting untuk
diperhatikan karena berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Metode ini
menjelaskan hasil identifikasi untuk hasil produk yang mengalami kerusakan
dan tidak bisa terjual. Hasil pengidentifikasian menunjukkan bahwa critical to
quality (CTQ) pada proses pembuatan roti unyil dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Critical To Quality (CTQ) proses pembuatan roti unyil
No Proses Titik Kritis Keterangan
1 Pembentukan dan Penimbangan Ketepatan dan standar timbangan
isi bahan
Ketepatan Keterampilan Sumber Daya
komposisi isi Manusia
2 Pemanggangan Hangus Suhu oven
Berikut ini adalah peta kendali pada proses pembentukan dan isi, yang
dapat dilihat pada Gambar 8.
0.0018
0.0016
propor
0.0014
si cacat
0.0012
proporsi cacat
P bar
0.001
UCL
0.0008
0.0006 LCL
0.0004
0.0002
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tanggal Produksi
Berikut adalah peta kendali untuk proses pemanggangan dapat dilihat pada
Gambar 9.
0.0014
0.0012
proporsi
0.001
cacat
P Bar
0.0008
UCL
0.0006 LCL
0.0004
0.0002
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tanggal produksi
Berikut adalah peta kendali proses penyimpanan display dapat dilihat pada
Gambar 10.
0.006
Propo
rsi
0.005 cacat
P bar
proporsi cacat
0.004
0.003 UCL
0.002
LCL
0.001
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tanggal produksi
Konversikemungkinan DPO x
7 kesesempatan (DPMO) 1.000.000 562.4
Hasil dari nilai kapabilitas sigma dan DPMO untuk proses penyimpanan
display produk yaitu jumlah roti yang dihasilkan adalah 1,665,186 sedangkan
sebanyak 4,871 roti mengalami kegagalan/cacat. CTQ pada proses
pembentukan dan isi sebanyak 1 masalah dikarenakan roti rusak/ tidak layak
dikonsumsi. DPO yang didapatkan dari unit gagal dibagi dengan jumlah
produksi yaitu 4,871 dibagi dengan 1,665,186 hasilnya adalah 0.0029. Setelah
mendapatkan nilai DPO, lalu dikonversikan ke dalam nilai DPMO yang
didapatkan dari nilai DPO sebesar 0.0029 dikalikan dengan 1,000,000. setelah
dihitung nilai DPMO proses display produk adalah 2925.20 . Nilai DPMO
tersebut kemudian di konversi ke dalam Tabel konversi nilai sigma yang dapat
dilihat pada Lampiran 8. Nilai sigma adalah 4.26.
37
Tahap analyze
Hasil dari tiga proses di atas yang menjadi titik masalah, memiliki nilai sigma
masuk dalam kategori rata-rata perusahaan di USA. Tetapi hal ini menunjukkan
bahwa proses yang terjadi kurang baik karena masih terdapat cacat yang
dihasilkan sehingga masih perlu dilakukan perbaikan kualitas mutu produknya.
Oleh karena itu, tahap analyze bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeteksi
secara pasti penyebab-penyebab yang berpengaruh terhadap cacat/defect produk.
1 Diagram pareto
Diagram pareto dibuat untuk melihat jenis defect dominan pada proses
produksi roti. Dengan adanya diagram pareto, maka dapat diketahui jenis
defect potensial yang menyebabkan tingginya kecacatan pada produksi roti.
Adapun hasil perhitungan yang diukur dari jenis cacat tertinggi dapat dilihat
pada Tabel 18.
Tabel 18 Tabel nilai perhitungan diagram pareto
jumlah persen
No proses jenis cacat persen
produksi kumulatif
rusak dan
1 display produk 4871 63.37 63.37
hancur
Isi keluar dan
Pembentukan dan
2 bentuk tidak 1873 24.37 87.74
isi
sesuai
3 pemanggangan Hangus 943 12.27 100
Total 7687
Sumber: PT Venus Bakery (2018)
Diagram pareto produk cacat pada roti dapat dilihat pada Gambar 11.
6000 1
4871 0.9
5000
0.8
0.7
4000
0.6
3000 0.5
1873 0.4
2000
0.3
943 0.2
1000
0.1
0 0
display produk pembentukan dan pemanggangan
isi
Berdasarkan hasil perhitungan diagram pareto pada Gambar 11, dapat kita
38
lihat bahwa terdapat dua jenis cacat yang menyebabkan defect dominan produk
roti yaitu dengan defect dari bagian display produk, yaitu dimana roti menjadi
rusak kadaluarsa serta pada bagian pembentukan dan isi, berupa isi yang keluar
dan bentuk/ukuran yang tidak sesuai. Dari kedua jenis cacat tersebut
didapatkan persen kumulatif sebesar 87,7% sehingga kedua jenis cacat tersebut
menjadi prioritas perbaikan. Manajer atau owner PT Venus Bakery, harus
menganalisis penyebab-penyebab dari defect roti dan membuat strategi
perbaikan untuk meminimalisasi terjadinya defect produk.
cacat
2) Manusia
Pada proses pembentukan dan isi terjadinya produk cacat
disebabkan dari isi roti yang keluar dan isi roti yang menyatu dengan
adonan roti. Dalam sudut dari manusia, hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan yaitu adalah, kurangnya ketelitian pegawai. Pegawai
yang tidak membersihkan meja secara rutin, menyebabkan isi yang
berceceran di meja dan ditumpuk dengan adonan baru menyatu.
Faktor kelelahan pegawai pun menjadi penyebab lainnya,
terutama saat produktivitas sedang tinggi mencapai ingga 90.000 buah
per harinya. Pegawai tidak mengerjakan menggunakan standarisasi,
pegawai Venus Bakery mengerjakan dengan menggunakan perkiraan
dari instingnya masing-masing. Para karyawan senior bekerja
mengandalkan pengalaman sehingga ukuran roti masih sering berbeda
dari standar.
Faktor lain yang menjadi penyebabnya, apabila ada produk baru
roti unyil seperti varian rasa yang baru, pegawai tidak diberikan
pelatihan khusus untuk membuat produk baru/varian baru tersebut.
Pegawai hanya diberikan instruksi saja, sehingga untuk produk baru
masih banyak pegawai yang melakukan kesalahan untuk ukuran dan
bentuknya sehingga karyawan menjadi kurang terlatih dan tidak
memiliki keterampilan untuk produk baru.
b Analisa diagram fishbone proses pemanggangan
Pada proses pemanggangan, terdapat cacat produk yaitu hangus. Hal ini
tentunya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor manusia, mesin dan
metode kerja. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan dengan
menggunakan fishbone diagram :
1) Metode
Proses pemanggangan roti unyil tidak menggunakan metode, hanya
langsung memasukan adonan roti unyil ke pemanggangan, secara acak.
Seharusnya Perusahaan dapat menggunakan metode seperti FIFO,
sehingga kesempatan hangus dapat dihindari. Loyang harus ditandai
agar mudah diketahui mana yang pertama dipanggang. Aturan suhu dan
waktu pemanggangan pun harus dibuat standar, agar roti matang
sempurna.
2) Mesin
Mesin pemanggang di venus bakery masih cukup terawat dan masih
memilliki kondisi yang prima. Hanya saja, masih ada beberapa oven
yang berjalan secara manual, sehingga harus diperiksa secara rutin
ketika roti sedang melalui proses pemanggangan. Karena, bila waktu
pemanggangan melebihi standarisasi, roti unyil akan hangus dan tidak
dapat dijual ke konsumen.
3) Manusia
Pegawai yang paling sedikit terdapat pada bagian pemanggangan.
Sebab itu, masih kurangnya perhatian dan pengawasan roti venus saat
pemanggangan. Apalagi, roti venus masih menjalankan beberapa oven
yang dijalankan secara manual. Sehingga harus memiliki jadwal rutin
41
Implikasi Manajerial
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
49
a. Direktur utama/Owner
Direktur utama adalah orang yang memiliki perusahaan. Tugas direktur utama
adalah :
a. Membuat dan mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
b. Menerima laporan penjualan roti.
c. Menerima laporan kas.
b. Manajer
Manajer perusahaan pada venus bakery merupakan orang yang bertugas
memimpin kegiatan harian pabrik, bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
operasional pabrik. Tugas manajer perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Membantu pimpinan dalam mengelola dan mengawasi kegiatan operasional
perusahaan.
b. Bertanggung jawab atas segala dokumen yang berhubungan dengan arus
barang masuk dan keluar barang di gudang, pembelian dan penjualan.
c. Melakukan pemesanan bahan baku dan mengawasi ketersediaan bahan baku
di pabrik.
d. Memberi pengarahan, membina dan mengawasi kegiatan karyawan yang ada
di pabrik.
e. Mengatur segala hal yang terkait dengan karyawan seperti, jam kerja,
lembur, tunjangan-tunjangan, dan hal yang berkaitan dengan karyawan.
f. Mengupayakan agar tingkat produktivitas dapat sesuai dengan target.
c. Departemen Produksi
Departemen produksi merupakan orang bertanggung jawab terhadap
kegiatan produksi, baik dari bahan mentah, proses produksi, hingga produk jadi
yang siap untuk dijual. Adapun tugas dari departemen produksi adalah sebagai
berikut:
a. Mengawasi kegiatan produksi dari awal produksi sampai roti siap untuk
dijual dan dipasarkan ke toko pusat dan cabang/gerai.
b. Membantu manajer dalam mengelola dan menjaga ketersediaan bahan baku
untuk produksi.
c. Melakukan pemeliharaan dan perawatan mesin-mesin dan peralatan
produksi secara berkala.
d. Departemen Raw Material
Karyawan bagian raw material atau departemen bahan baku memiliki
tugas sebagai berikut:
a. Menyiapkan bahan baku dari gudang.
b. Menyiapkan peralatan.
c. Mengatur dan mengelola persediaan bahan baku di gudang
d. Membuat laporan harian dan periodik untuk persediaan bahan
e. Memeriksa kualitas dan keadaan barang
e. Departemen Produksi
Karyawan bagian proses produksi memiliki tugas sebagai berikut:
50
Lampiran 3 Contoh perhitungan nilai peta kontrol p proses pembentukan dan isi
UCL =
UCL = 0,0011 + 3
UCL = 0,0011 + 3
UCL = 0,0015
LCL =
LCL = 0,0011 - 3
LCL = 0,0011 - 3
53
UCL = 0,0007
= 0,0007
54
Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO
Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO
Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO Nilai Sigma DPMO
UCL =
UCL =
UCL = 0,00057 + 3
UCL = 0,00057 + 3
UCL = 0,0009
UCL =
UCL = 0,00057 - 3
59
UCL = 0,00057 - 3
UCL = 0,0003
= 0,0008
60
UCL =
UCL =
UCL = 0,0029 - 3
UCL = 0,0029 - 3
UCL = 0,0022
UCL =
61
UCL = 0,0029 + 3
UCL = 0,0029 + 3
UCL = 0,0022
= 0,0042
62
Lampiran 7 Perhitungan DPMO dan nilai sigma proses pembentukan dan isi
RIWAYAT HIDUP
Sazkya Rahayu Putriningtyas lahir di Bogor, 3 Oktober 1993. Penulis
memulai pendidikan di SD Negeri polisi 1 pada Tahun 1999-2005, kemudian
melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bogor pada tahun 2005-2008. Selanjutnya
penulis melanjutkan sekolah di SMAN 5 Bogor pada tahun 2008-2011.
Penulis diterima sebagai mahasiswi Program Keahlian Manajemen
Industri Program Diploma Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Penulis
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) PT Unitex Indonesia pada tahun
2014 dan memperoleh gelar Ahli Madya atau A.Md pada tahun 2014. Penulis
melanjutkan studi Program Sarjana Alih Jenis Manajemen di IPB pada tahun
2014.