Anda di halaman 1dari 8

PERCOBAAN III

ANALISIS BORAKS PADA BAKSO

A. Tujuan Praktikum
Untuk menganalisis kadar boraks pada bakso dengan metode titrasi asam basa.
B. Dasar Teori
Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB 4O7) atau natrium
tetraborat dekahidrat (Na2B4O7.10H2O). Boraks berbentuk padat dan apabila terlarut
dalam air akan menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan asam borat (H 3BO3). Dengan
demikian, bahaya boraks identik dengan bahaya asam borat (Cahanar, 2006).

Gambar 1. Rumus struktur boraks


Menurut Badan POM (2007) dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
722/Menkes/IX/1988, asam borat dan senyawanya merupakan salah satu jenis bahan
tambahan pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan. Asam borat dan
senyawanya merupakan senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogenik. Asam borat
dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat atau asam klorida pada boraks. Senyawa-
senyawa asam borat mempunyai sifat-sifat kima antara lain suhu lebur 171oC; larut dalam
18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol 85% namun tidak larut
dalam eter; kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat,
dan asam tartrat; mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan 1 molekul air pada
suhu 100oC yang secara perlahan berubah menjadi asam metaborat (HBO2); mempunyai
bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih tak
berwarna dan tak berbau (Horwitz, 2005).
Boraks dan asam borat memiliki khasiat antiseptika (zat yang menghambat
pertumbuhan dan perkembangan organisme). Pemakaiannya dalam obat biasanya dalam
salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, bahkan untuk pencuci mata. Boraks juga
digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, dan antiseptik kayu.
Boraks menimbulkan efek racun pada manusia, toksisitas boraks yang terkandung di
dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks sering disalahgunakan
untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mi basah, pisang molen, siomay,
lontong, ketupat, dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat
membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan
(Afrianti, 2007).
Adanya boraks dalam sampel makanan dapat diketahui dengan melakukan analisis
kualitatif terhadap sampel makanan, sedangkan kadarnya dianalisis secara kuantitatif.
Motode analisis terhadap kandungan boraks dalam suatu sampel makanan yaitu dengan
metode analisis kualitatif dengan reaksi warna (turmeric paper) ataupun reaksi nyala.
C. Alat dan Bahan
Alat :
-Cawan Porselen -Statif
-Korek Api -Gelas beker (IWAKI CTE 33)
-Mortir, stamper -Klem
-Neraca analitik (Acis AD-300) -Pipet tetes
-Erlenmeyer(Agi IWAKI) -Labu Takar
-Corong Kaca -Tabung Reaksi
Bahan :
-Sampel bakso -HCl 0.1 N
-Aquadest
-Indikator metal merah

D. Cara Kerja
Analisis Kualitatif
1. Turmeric paper
Kupas kulit kunyit, dicuci, diparut, diambil airnya dan ukur berapa ml air kunyit yang
didapat

Tambahkan sebanyak 10% alcohol 70%, maka alcohol yang ditambahkan sebanyak 5
ml. aduk sampai merata dan dipindahkan ke wadah yang lebih lebar.
Ambil kertas saring, gunting persegi 8x8 cm dan celupkan dalam air kunyit, bolak
balik mengguakan pinset sampai merata pada seluruh permukaan kertas saring.
Kemudian letakan pada Loyang untuk dikeringkan dengan cara diangingkan.

Setelah kering disimpan dalam wadah tertutup, sebanyak 5 gram sampel yang telah
disiapkan (dicahcah) dicampurkan dengan 10ml H2O, ditunggu 10 menit diambi
filtratnya. Celupkan turmeric paper kedalam larutn sampel sepanjang 0.5 dari panjang
seluruh turmeric paper selama 5 menit dan keringkan pada suhu ruang. Perububahan
warna pada turmeric paperdari kuning menjadi merah kecoklatan menandakan sampel
positif mengandung boraks.

Analisis Kuantitatif
1. Pembuatan Larutan HCl 0.1 N
Diambil 2.07 ml HCl pada ruang asam

Dimasukan ke dalam gelas beker 100ml yang telah diisi aquadest

Diaduk sampai homogen dan dipindahkan ke labu ukur 250 ml

Ditambahkan aquadest hingga tanda batas


2. Pembuatan Larutan Na2B4O7.10H2O 0.1 N
Ditimbang 4.7 g Natrium Tetra Boraks

Dimasukan dalam labu ukur 250 ml

Ditambahkan Auadest sampai larut, kemudian diencerkan auadest sampai tanda batas
volume
3. Pembakuan Larutan HCl
Diisi buret dengan HCl 0.1 N
Dipipet 10 m Natrium Tetra Borat, masukan ke labu erlenmayer

Ditambahkan 3-5 tetes indicator Metil Merah

Dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N sampai menjadi jingga

Dihitung Normalitas sebenarnya dari HCl


4. Penetapan Kadar Sampel
Sampel dihaluskan

Ditimbang sebanyak 1gr sampel bakso

Diencerkan dengan auadest dalam labu takar 100 ml

Dipipet 10 ml larutan dan dimasukan ke dalam erlenmayer

Ditambahkan 3-5 tetes indicator metal merah

Dititrasi dengan menggunakan HCl 0.1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi
merah jambu

E. Data dan Hasil pengamatan


Hasil Analisis Kualitatif Boraks
Sampel Hasil Pengamatan Keterangan
Bakso Sampel positif
mengandung boraks

Hasil Analisis Kuantitatif Boraks dengan Metode Titrasi Asidimetri


Data Titrasi Standar
No Volume Baku Primer (ml) Volume titran (ml)
1 10 12.1
Perhitungan Normalitas HCl
N Na2B4O7.10H2O x Volume Na2B4O7.10H2O = N HCl x Volume HCl
0.1 x 10 = M HCl x 12.1
N HCl = 0.082 N
Data Penetapan Kadar
No Volume Sampel (ml) Volume titran (ml)
1 10 0.35

Perhitungan Kadar Boraks


N HCl x Volume HCL = N Sampel x Volume Sampel
0.082 x 0.35 = N Sampel x 10
N Sampel = 0.00287 N
Gram 1000
N Sampel = X
BE Volume
Gram 1000
0.00287= X
190.685 100
Gram Boraks= 0.0547 gram
0.0547 gram
% Boraks = x 100 % = 5.47%
1 gram

F. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan analisis terhadap sampel bakso yang diduga
mengandung bahan kimia natrium tetraborat, atau yang lebih dikenal dengan nama
boraks. Boraks merupakan senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk mengawetkan
mayat ataupun specimen-spesimen biologi lainnya. Natrium tetraborat atau boraks,
menurut BPOM sendiri,sama sekali dilarang penggunaannya dalam makanan ataupun
minuman. Penggunaan boraks dalam dosis yang rendah tidak akan menyebabkan
kerusakan namun akan terakumulasi di otak, hati, lemak dan ginjal. Jika terakumulasi
terus akan menyebabkan mal fungsi dari organ-organ tersebut sehingga membahayakan
tubuh. Penggunaan boraks dalam dosis yang banyak mengakibatkan penurunan nafsu
makan, gangguan pencernaan, demam, anuria. Dan dalam jangka panjang akan
menyebabkan radang kulit merangsang SPP, apatis, depresi, slanosis, pingsan, kebodohan
dan karsinogen. Bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh sebab itu berdasarkan
peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dilarang menggunakan
boraks sebagai bahan campuran dan pengawet makanan.
Boraks (Na2B4O7) dengan nama kimia natrium tetra borat, natrium biborat,
natrium piroborat merupakan senyawa kimia yang berbentuk kristal dan berwarna putih
dan jika dilarutkan dalam air menjadi natrium hidroksida serta asam boraks. Natrium
hidroksida dan asam boraks masing-masing bersifat antiseptik, sehingga banyak
digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya : salep, bedak, larutan
kompres, dan obat pencuci mata. Penggunaan boraks di industri farmasi ini sudah sangat
dikenal. Hal ini dikarenakan banyaknya boraks yang dijual di pasaran dan harganya yang
sangat murah. Selain itu boraks bagi industri farmasi memberikan untung yang besar.
Boraks pada dasarnya merupakan bahan untuk pembuat solder, bahan pembersih,
pengawet kayu, pengontrol kecoa, dan bahan pembuatan kaca. Dengan sifat fisik dan
sifat kimia yang dimiliki, boraks digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan
benda-benda tersebut. Boraks sedikit larut dalam air, namun bisa bermanfaat jika sudah
dilarutkan dalam air.
Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya boraks dalam
makanan secara kualitatif, dan apabila sampel makanan positif mengandung boraks,
dilakukan uji kuntitatif untuk mengetahui kadar boraks yang terkandung dalam makanan
tersebut. Dalam hal ini, sampel yang digunakan adalah sampel Bakso yang didapat dari
Laboratrium Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha.
Analisis diawali dengan preparasi sampel bakso yang didapat. Preparasi sampel
diawali dengan menghaluskan bakso dengan cara di cahcah ataupun dengan mortar
stamper lalu ditimbang sampel sebanyak 5 gram , ditambahkan H2O sebanyak 10 ml,
kemudian diambil filtratnya. Kemudian kertas turmeric paper yang sebelumnya telah
disiapkan dicelupkan setengahnya kedalam larutan sampel tersebut yang kemudian
dikeringkn pada suhu ruang, dari pengujian kualitatif tersebut didapatkan perubahan
warna pada kertas turmeric paper yang mulanya kuning menjadi merah kecoklatan, Hal
tersebut menandakan bahwa sampel positif mengandung Boraks.
Setelah dilakukan analisis kualitatif terhadap sampel, dilakukan pembakuan
larutan baku sekunder HCl 0,1 N yang akan digunakan untuk titrasi nantinya. Titrasi
natrium tetraborat menggunakan prinsip titrasi asidimetri. Alasan penggunaan titrasi
asidimetri adalah karena sampel yang dianalisis bersifat basa, oleh sebab itu, titrant nya
haruslah merupakan suatu larutan baku sekunder yang bersifat asam (titrasi asidimetri).
Pembakuan HCl 0,1 N diawali dengan membuat larutan baku primer yang tidak lain
merupakan larutan Na2B4O7. Larutan baku primer boraks dibuat dengan menimbang
sebanyak 4.7 gram Na2B4O7, dimasukkan dalam labu ukur 250 ml, kemudian
ditambahkan aquadest ad tanda batas 250 ml. setelah larutan baku Na2B4O7 dibuat,
maka diambil larutan Na2B4O7 tersebut sebanyak 10 ml, yang nantinya akan digunakan
sebagai analit dalam pembakuan larutan baku sekunder (HCl 0,1 N). Larutan Na2B4O7
10 ml tadi ditambahkan indicator metil merah hingga warna larutan yang bening berubah
menjadi berwarna kekuningan. Larutan yang telah berubah warna menjadi kekuningan
tersebut kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga mencapai titik akhir titrasi
yang ditandai dengan perubahan warna larutan yang tadinya berwarna kuning, menjadi
berwarna merah muda. Dari hasil pembakuan larutan HCl 0,1 N, ternyata didapat
konsentrasi larutan HCl yang sebenarnya, yaitu konsentrasinya adalah sebesar 0,082 N.
Setelah pembakuan larutan titrant (HCl), maka dilakukan analisis kuantitatif
terhadap larutan sampel yang diduga mengandung boraks. Analisis diawali dengan
mengambil larutan sampel sebanyak 10 ml, dimasukkan dalam Erlenmeyer, kemudian
ditambahkan larutan indicator metil merah beberapa tetes hingga larutan yang berwarna
bening berubah menjadi berwarna kekuningan. Kemudian dilakukan titrasi hingga
mencapai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi asidimetri dengan menggunakan indicator
metil merah ditandai dengan berubahnya warna larutan yang tadinya kekuningan,
menjadi berwarna merah muda pada titik akhir titrasi nya. Reaksi antara Natrium
tetraborat dengan HCl akan menghasilkan garam NaCl dan asam tetraborat yang sifatnya
asam. Alasan penggunaan indicator metil merah adalah karena indicator metil merah
merupakan salah satu indicator dalam titrasi asidimetri, yang akan menunjukkan
perubahan warna pada rentang pH yang agak asam (4,5-6), sehingga cocok digunakan
sebagai indicator dalam analisis volumetric yang menggunakan metode titrasi asidimetri.
Volume HCl yang digunakan dalam titrasi adalah sebanyak 0.35 ml. Volume hasil titrasi
ini kemudian dimasukkan dalam perhitungan untuk menentukan kadar boraks. Hasil
perhitungan kadarnya adalah 0.0547 gram dalam 1 gram bakso, dengan % kadar sebesar
5.47%.
G. Kesimpulan
1. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode titrasi asidimetri, Alasan
penggunaan titrasi asidimetri adalah karena sampel yang dianalisis bersifat basa, oleh
sebab itu, titrant nya haruslah merupakan suatu larutan baku sekunder yang bersifat
asam (titrasi asidimetri).
2. Sampel bakso yang diperoleh dari laboratrium Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha
positif mengandung Boraks yang telah diuji dengan kertas Turmeric.
3. Hasil pengujian kadar dalam sampel bakso diperoleh 0.0547 gram dalam 1 gram
bakso, dengan % kadar sebesar 5.47%.

H. Dokumentasi
I. Daftar Pustaka
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan. Jakarta.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Roth, H. J. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai