Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

ANALISA KUALITATIF GOLONGAN KLORIDA


DAN SPOT TEST

NAMA : Katherine Gunadi


NIM : 2201732355
KELAS : BB46
SHIFT/KELOMPOK : 5/5
HARI/TANGGAL : Rabu/9 Oktober 2019
DOSEN : Bayu Meindrawan
ASISTEN : Anastasia Stella/Steviany

LABORATORIUM KIMIA
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2019
1. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari analisa kualitatif dan
reaksi-reaksi spesifik dari unsur golongan klorida dan transisi; dan mengidentifikasi
keberadaan ion dalam suatu bahan pangan dengan metode H2S dan spot test.

2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tujuan percobaan yang dijabarkan di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
 Bagaimana mempelajari analisa kualitatif dan reaksi spesifik unsur golongan
klorida dan transisi?
 Bagaimana cara mengidentifikasi keberadaan ion dengan metode spot test?

3. METODOLOGI
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah centrifuge, tabung
centrifuge, tabung reaksi, gelas beaker, hotplate, thermometer, spatula, pipet
tetes, pipet ukur, bulb dan gegep.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah H2O, larutan ANU,
Co , I-, Mn2+, WO42-, aquades, Na2S2O3 1 M, NH4SCN 1 M, aseton, KIO4
2+

jenuh, kanji, KNO2 1 N, HNO3 0,5 M, SnCl2 10% (dalam HCl), HCl 0.1 N,
kertas saring, HCl 1 N, KI 1 N, H 2SO4 0,5 M, K2CrO4 5%, NH4OH 4 N, dan
HNO3.
3.3 Cara Kerja
Percobaan yang dilakukan adalah uji kualitatif golongan klorida dan spot
test. Dalam uji kualitatif golongan klorida, 3 ml larutan ANU dan 3 ml HCl 1
M dimasukkan ke dalam tabung centrifuge. Kemudian, larutan tersebut di
centrifuge dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Endapan dan larutan
yang terbentuk dipisahkan. Kemudian, endapan ditambahkan dengan 5 ml
akuades. Endapan yang telah ditambah akuades dipanaskan selama 10 menit.
Keenam, endapan (Ag) dan larutan (Pb) dipisahkan.
Untuk identifikasi Pb, larutan dibagi menjadi tiga (masing-masing 1 ml),
lalu tabung pertama ditambah 2 ml KI 1 N, tabung kedua ditambah 2 ml H 2SO4
0,5 M, tabung ketiga ditambah 2ml K2CrO4 5%, kemudian diamati
perubahannya.
Untuk identifikasi Ag, endapan ditambahkan dengan 4 ml NH4OH 4 N
lalu dibagi menjadi dua. Tabung pertama ditambah 2 ml HNO 3 0,5 M dan
tabung kedua ditambah 2 ml KI 1N, kemudian diamati perubahannya.
Percobaan kedua yang dilakukan adalah spot test. Ion yang diuji adalah
Co , Mn2+, I-, dan WO42-. Untuk uji Co2+, sampel A, B, C, D diteteskan ke plat
2+

1
tetes. Kemudian masing-masing sampel diberi 1 tetes Na2S2O3 1 M, 1 tetes
NH4SCN 1 M, dan aseton. Perubahan yang terjadi diamati, bila terjadi
perubahan menjadi biru maka reaksi positif.
Untuk uji Mn2+, sampel A, B, C, D diteteskan ke tabung reaksi. Lalu
masing-masing sampel diberi 1 tetes KIO4 jenuh. Sampel yang telah ditetesi
pereaksi. Perubahan yang terjadi diamati, bila terjadi perubahan menjadi merah
jambu maka reaksi positif.
Untuk uji I-, sampel A, B, C, dan D diteteskan ke plat tetes. Kemudian
masing-masing sampel diberi 1 tetes kanji, 1 tetes KNO3 1 N, dan 1 tetes HCl
0,1 N. Perubahan yang terjadi diamati, reaksi positif bila sampel berubah
menjadi biru.
Untuk uji WO42-, kertas saring diletakkan pada plat tetes. Sampel A, B,
C, D, diteteskan ke atas kertas saring. Masing-masing sampel diberi 1 tetes
NH4SCN 1 N, 1 tetes SnCl 2 10% (dalam HCl). Perubahan yang terjadi diamati,
reaksi positif bila sampel berubah menjadi hijau-kebiruan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Uji Golongan Klorida
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Golongan Klorida
No Jenis Identifikasi Perubahan Gambar

Larutan mengalami
perubahan warna dari
1 Pb + KI 1M bening menjadi kuning
serta terbentuk endapan
kuning di dasar tabung
Gambar 1.
Perubahan setelah
ditambah KI
(Data Praktikum)

Larutan mengalami
perubahan warna dari
2 Pb + H2SO4 0,5M bening menjadi putih
keruh dan terbentuk
endapan di dasar tabung Gambar 2.
Perubahan setelah
ditambah H2SO4
(Data Praktikum)

2
Larutan mengalami
perubahan warna dari
3 Pb + K2CrO4 5% bening menjadi kuning
serta terbentuk endapan
kuning di dasar tabung Gambar 3.
Perubahan setelah
ditambah K2CrO4
(Data Praktikum)

Warna larutan bening


menjadi bening agak
4 Ag + HNO3 keruh, sedangkan
endapan tetap putih
Gambar 4.
Perubahan setelah
ditambah HNO3
(Data Praktikum)

Warna larutan bening


menjadi bening agak
keruh, sedangkan
5 Ag + KI endapan putih berubah
sedikit menjadi
offwhite
Gambar 5.
Perubahan setelah
ditambah KI
(Data Praktikum)

Tabel 2. Hasil Pengamatan Spot Test


Jenis
Sampel Reagen Perubahan Hasil Gambar
ion
Na2S2O3 Tidak
A Negatif
1M berubah
Tidak
B Negatif Gambar 6.
Co2+ NH4SCN berubah
Perubahan setelah
C 1M Berubah Positif
ditambah reagen
Tidak
D Negatif (Data Praktikum)
Aseton berubah

3
Berubah
A menjadi Negatif
kuning
Tidak
B Negatif
KIO4 berubah
Mn2+ Gambar 7.
jenuh Tidak
C Negatif Perubahan setelah
berubah
Terbentuk ditambah reagen
D bercak Negatif (Data Praktikum)
coklat
Berubah
A Kanji menjadi biru Positif
kehitaman
KNO3 Tidak
B Negatif Gambar 8.
I- 1M berubah
Tidak Perubahan setelah
C Negatif ditambah reagen
HCl berubah
0,1M Tidak (Data Praktikum)
D Negatif
berubah
Terbentuk
WO42- A NH4SCN kerak Negatif
1M kekuningan
Tidak
B Negatif
SnCl2 berubah Gambar 9.
10% Tidak Perubahan setelah
C Negatif
berubah ditambah reagen
HCl 1N Tidak (data praktikum)
D Negatif
berubah

Analisis kimia terbagi menjadi dua, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Kegunaan dari analisis kualitatif yaitu mengidentifikasi suatu zat yang
terdapat pada suatu sampel, dimana zat yang ditetapkan disebut konstituen dan zat
yang diinginkan disebut analit. Analisis kuantitatif berguna untuk menentukan
banyaknya zat dalam suatu sampel. Sebelum suatu sampel dianalisis secara
kuantitatif, terlebih dahulu dilakukan analisis kualitatif, terutama bila sampel yang
akan diuji sama sekali belum diketahui komponennya (Darsati, 2008).
Pada analisis kualitatif, dapat terjadi tiga macam reaksi yaitu reaksi spesifik,
reaksi selektif, dan reaksi sensitif. Reaksi spesifik didefinisikan sebagai suatu reaksi
antara bahan tertentu dengan reagen spesifik untuk bahan tersebut (1 zat 1 reagen).
Reaksi spesifik merupakan reaksi yang khas. Contohnya yaitu reaksi pada metode
spot test (Siagian, 2014). Reaksi selektif adalah reaksi yang terjadi ketika suatu
reagen bereaksi dengan beberapa jenis zat. Contohnya adalah suatu sampel yang
mengandung ion Hg2+, Hg+, Ba2+, Pb2+, Ag+, dan Zn2+ ketika direaksikan dengan NaCl
akan membentuk endapan putih Hg2Cl2, PbCl2, AgCl2, sedangkan pada ion lainnya
tidak membentuk endapan. Dengan demikian NaCl dapat disebut sebagai reagen

4
selektif terhadap ion Ag+, Pb2+, dan Hg+ (Siagian, 2014). Reaksi sensitif diartikan
sebagai suatu reaksi yang mampu mendeteksi keberadaan bahan yang jumlahnya
sangat sedikit dan menunjukkan hasil yang jelas dan valid. Reaksi ini dapat
dikatakan sebagai reaksi yang sangat peka (Siagian, 2014).
Pada praktikum golongan klorida, terdapat 2 jenis identifikasi yaitu identifikasi
Pb dan Ag+. Awalnya larutan ANU direaksikan dengan HCl 1M. Berdasarkan
2+

literatur, fungsi penambahan HCl ini adalah untuk membentuk endapan kation
golongan 1 (dalam percobaan ini yaitu PbCl2 dan AgCl). Lalu, larutan di centrifuge
dan hasilnya berupa endapan dan cairan yang harus dipisahkan. Endapan yang sudah
dipisahkan ditambah dengan akuades lalu dipanaskan yang tujuannya untuk
memisahkan AgCl dan PbCl2 karena dua senyawa tersebut memiliki kelarutan yang
berbeda di air panas. PbCl2 larut dalam air panas sedangkan AgCl tidak. Selanjutnya
endapan AgCl dipisahkan dengan larutan PbCl2 panas untuk identifikasi (Sutono dan
Aly, 2016).
Pada percobaan identifikasi Pb2+, dimana larutan PbCl2 yang semula berwarna
bening direaksikan dengan 3 macam reagen yaitu KI 1M, H 2SO4 0,5M, dan K2CrO4
5% ketika direaksikan dengan KI menghasilkan perubahan warna menjadi larutan
kuning dan endapan kuning. Endapan kuning tersebut adalah PbI2 yang terbentuk
melalui reaksi Pb2+ + I- → PbI2. Larutan PbCl2 direaksikan dengan H2SO4 berubah
menjadi agak keruh dan terbentuk endapan putih. Berdasarkan literatur, endapan
putih tersebut adalah PbSO4 yang dihasilkan dari reaksi Pb2+ + SO42- → PbSO4.
Larutan PbCl2 direaksikan dengan K2CrO4 berubah warna menjadi kuning dan
terbentuk endapan kuning. Menurut literatur, endapan kuning tersebut adalah PbCrO 4
yang terbentuk melalui melalui reaksi Pb2+ + CrO4- → PbCrO4. Dengan demikian,
larutan yang di uji positif mengandung Pb2+ (Sutono dan Aly, 2016).
Pada percobaan identifikasi Ag+, dimana endapan AgCl yang semula berwarna
putih ditambah dahulu dengan NH4OH lalu direaksikan dengan 2 reagen yaitu HNO3
dan KI, AgCl + HNO3 menghasilkan larutan keruh dengan endapan putih.
Berdasarkan literatur, endapan putih tersebut adalah AgNO3 yang terbentuk dari
reaksi Ag+ + NO3- → AgNO3. Pada percobaan AgCl + KI menghasilkan larutan
berwarna putih dan endapan putih, dimana menurut teori endapan tersebut adalah
AgI yang terbentuk dari reaksi Ag+ + I- → AgI (Sutono dan Aly, 2016). Dengan
demikian, larutan yang diuji positif mengandung Ag+.
Pada uji spot test keberadaan ion Co2+, sampel A, B, C, dan D ditetesi oleh
reagen Na2S2O3 1M, NH4SCN 1M, dan aseton. Hasilnya adalah larutan C berubah
menjadi berwarna biru sedangkan larutan A, B, dan D tidak berubah. Berdasarkan
literatur, ketika ion Co2+ bergabung dengan ion SCN- akan membentuk kompleks
[Co(SCN)4]2- yang berwarna biru. Reaksinya adalah sebagai berikut Co2+ + 4SCN- →
[Co(SCN)4]2-. Artinya, dalam percobaan ini larutan C benar mengandung ion Co 2+
sedangkan larutan lainnya tidak (Grdinic et al., 2018).
Pada uji spot test keberadaan Mn2+, sampel A, B, C, dan D diteteskan reagen
berupa KIO4 jenuh kemudian dipanaskan. Hasilnya yaitu larutan A menjadi kuning,

5
larutan D membentuk titik-titik coklat. Berdasarkan literatur, ion Mn2+ akan
membentuk senyawa berwarna pink bila dicampurkan dengan ion IO4- dengan reaksi
2 Mn2+ + 5 IO4- + 3 H2O → 2 MnO4- + 5 IO3- + 6 H+ . Dalam percobaan ini, tidak ada
sampel yang mengandung ion Mn2+ (Siagian, 2014).
Pada uji spot test keberadaan I-, sampel A, B, C, dan D direaksikan dengan
larutan kanji, KNO3 1M, dan HCl 0,1M. Hasilnya, larutan A berubah menjadi biru
kehitaman, sedangkan yang lainnya tidak berubah. Menurut literatur, ion I- akan
membentuk KI ketika dicampurkan dengan ion NO 3- dimana KI akan mengasilkan
warna biru kehitaman bila direaksikan dengan larutan kanji (pati). Reaksinya adalah
I- + KNO3 → KI + Kanji (biru kehitaman). Dengan demikian, larutan A positif
mengandung I- sedangkan larutan lainnya tidak (Saifer and Hughes, 2018).
Pada uji spot test keberadaan WO42-, sampel A, B, C, dan D diteteskan pada
kertas saring lalu direaksikan dengan NH4SCN 1M, SnCl2 10%, dan HCl 1N tidak
ada perubahan pada semua sampel. Artinya dalam praktikum ini tidak ada sampel
yang mengandung WO42-. Seharusnya bila reaksi positif, sampel yang mengandung
WO42- berwarna kuning, lalu setelah diberi reagen yang mengandung thiocyanate dan
klorida akan membentuk kompleks berwarna biru (Feigl, 2007). Dapat disimpulkan
bahwa sampel A, B, C, dan D tidak ada yang mengandung WO42-.

5. KESIMPULAN
Melalui percobaan ini dapat disimpulkan bahwa sampel larutan ANU
mengandung ion Pb2+ dan Ag+. Pada identifikasi spot test, sampel A mengandung
ion I- dan sampel C mengandung ion Co2+.

6. DAFTAR PUSTAKA
Darsati, S. (2008). Ruang Lingkup Kimia Analitik dan Penggolongan Analisis
Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Feigl, F. (2007). Qualitative Analysis by Spot Tests: Inorganic and Organic
Applications. New York: Elsevier.
Grdinic, V., S. Luterotti, dan Orsenic L., S. (2018). Analytical Profile of the Resin
Spot Test Method. United States: CRC Press.
Saifer, A. and J. Hughes. (2018). Dioxane as a Reagent for Qualitative and
Quantitative Determination of Small Amounts of Iodide: Its Application to the
Detection of Iodide in Iodized Salt. Journal of Biological Chemistry, 118, p.
241.
Siagian, M. (2014). Reaksi-Reaksi Kation. Medan: Universitas Negeri Medan.
Sutono, A. dan M. M. Aly. (2016). Identifikasi Kation. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.

6
7

Anda mungkin juga menyukai