Anda di halaman 1dari 4

LABORATORIUM KIMIA 2

LKS PRAKTIKUM VOLUMETRI


Nama : Annisa Azizah Putri Tgl. Mulai, jam : 28-01-2020, 07.30 WIB

Kelas : XI – 8 NIS : 18.64.08877 Tgl. Selesai, jam : 28-01-2020, 11.30 WIB

Kompetensi Dasar : 4.1 Menstandarisasi larutan kerja Nilai Total:


4.2 Melakukan analisis volumetri

Judul Penetapan :
Max. 100
1. Standarisasi EDTA 0,05M dengan BBP MgSO4.7H2O
2. Penetapan Kadar Ca dalam CaCO3 cara Substitusi

Tujuan (Nilai 5) :
1. Menentukan kemolaran larutan EDTA dengan BBP Magnesium Sulfat dengan metode
kompleksometri
2. Menetapkan kadar kesadahan total dengan baik dan benar
3. Menganalisis kesadahan air menurut °Jerman dan °Perancis

Dasar (Nilai 10) :

1. Pada jangkauan pH 7-11, larutan penunjuk ataupun larutan indikator EBT (Eriochrome Black
T) akan menghasilkan larutan biru pada larutannya karena terbentuk suatu senyawa
NaH(EBT). Dengan perubahan dan juga penambahan ion Mg+, akan mengubah warna biru
dari larutan mennjadi berwarna merah anggur dikarenakan terbentuk senyawa Mg(EBT).
Warna TA larutan adalah biru.
2. Pada pH sekitar 7-11, larutan penunjuk atau larutan indikator EBT akan berwarna biru karena
terbentuk senyawa HInd-. Senyawa Hind- akan bereaksi dengan salah satu ion maupun kedua
ion dari ion Mg2+ dan Ca2+, sehingga larutan akan berubah warna menjadi merah anggur.
Pada saat TA tercapai, warna larutan akan kembali menjadi biru.

Reaksi (Nilai 10) :

1. Mg2+ + HInd2- ↔ MgInd2- + H+


MgInd2- + H2Y2- ↔ MgY2- + HInd2- + H+
2. Ca2+ + H2Y2- → CaY2- + 2H+
Mg2+ + H2Y2- → MgY2- + 2H+
Mg2+ + HInd- → MgIn2- + 2H+
MgIn- + H2Y2- → MgY2- + HInd- + H+

Alat dan Bahan (Nilai 5):


Alat : Bahan :
1. Neraca digital 1. Air suling
2. Kaca arloji 2. MgSO4.7H2O
3. Pengaduk 3. Buffer pH 10
4. Corong 4. Indikator EBT
5. Labu semprot 5. EDTA 0,05M
6. Pipet volum 10 mL 6. NH2OH.HCl
7. Bulb 7. Sampel air sadah
8. Labu ukur 100 & 250 mL 8. pH universal
9. Erlenmeyer 9. Label no. 123
10. Piala gelas 400 & 800 mL 10. Korek api
11. Buret 50 mL & statif 11. KCN 1%
12. Pembakar teklu
13. Kasa asbes
14. Kaki tiga
15. Pipet tetes

Bagan (Nilai 10):


1. Standarisasi EDTA 0,05M dengan BBP MgSO4.7H2O

2. Penetapan Kesadahan Total

Data (Nilai 15):

Volume Volume
Titrat Titran Indikator TA
titrat titran
4,80 mL
Standarisasi MgSO4.7H2O 10,00 mL
EDTA 4,75 mL
EBT Biru
Sampel air 0,05M 10,35 mL
Penetapan 25,00 mL
sadah 10,40 mL

Bobot kaca arloji + Bobot kaca arloji


Nama Sampel Bobot sampel ( gram )
sampel ( gram ) kosong ( gram )
MgSO4.7H2O 21,7145 20, 1770 1,5375

Perhitungan (Nilai 20):


Mg BBP = 1,5375 × 1000 = 1537,5 mg
250
Fp standarisasi = = 25 𝑘𝑎𝑙𝑖
10
4,80+4,75
Vp standarisasi = = 4,775 𝑚𝐿
2
𝑚𝑔 𝐵𝐵𝑃 1537,5
M EDTA = 𝐹𝑝×𝑉𝑝×𝑀𝑟 𝐵𝐵𝑃 = 25×4,775×246 = 0,0523𝑀
10,35+10,40
Vp penetapan = = 10,375 𝑚𝐿
2
𝑉𝑝×𝑀𝑝×𝐴𝑟 𝐶𝑎2+ 10,375×0,0523×40
ppm Ca2+ = × 1000 = × 1000 = 868,18 𝑝𝑝𝑚
𝑉 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 25
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3 100
ppm CaCO3 = × 𝑝𝑝𝑚 𝐶𝑎2+ = × 868,18 = 2170,45 𝑝𝑝𝑚
𝐴𝑟 𝐶𝑎 40
𝐴𝑟 𝑀𝑔 24
ppm Mg2+ = (𝑝𝑝𝑚 𝐶𝑎𝐶𝑂3 − 𝑝𝑝𝑚 𝐶𝑎2+ ) × 𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂 = (2170,45 − 868,18) × 100 = 312,54 𝑝𝑝𝑚
3
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝑂 2+ 100 56 100
°D(°Jerman) = × 𝑝𝑝𝑚 𝐶𝑎 × 1000 = 40 × 868,18 × 1000 = 121,54°𝐷
𝐴𝑟 𝐶𝑎
𝑀𝑟 𝐶𝑎𝐶𝑂3 100 100 100
°F(°Perancis) = × 𝑝𝑝𝑚 𝐶𝑎2+ × 1000 = × 868,18 × 1000 = 217,045°𝐹
𝐴𝑟 𝐶𝑎 40

Pembahasan (Nilai 15):


1. Kompleksometri adalah metode analisis titrimetri (volumetri) yang didasarkan pada reaksi
metatetik pembentukan senyawa kompleks antara logam dan ligan. Reaksi metatetik adalah
reaksi yang hanya melibatkan pertukaran ion saja, tidak melibatkan perubahan bilangan
oksidasi (biloks). Ligan yang digunakan adalah EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat). EDTA
merupakan ligan polidentat dengan 6 buah pasangan elektron bebas (PEB), yaitu 2 pasang
dari atom Nitrogen dan 4 pasang dari atom Oksigen.
Pada penetapan kenormalan (standardisasi) EDTA dengan BBP Garam Inggris ini, EDTA
akan membentuk kompleks dengan Mg2+ membentuk Mg – EDTA. Suasana larutan harus
diatur pada pH 10 agar reaksi ini berlangsung sempurna. Selain itu, reaksi pengkompleksan
dengan EDTA selalu menghasilkan ion H+ sehingga pH akan terus turun. Atas dua alasan
tersebut maka digunakan buffer pH 10 untuk mempertahankan suasana pH 10. Karena
suasana larutan diatur menjadi pH 10 maka dibutuhkan suatu indikator logam yang bekerja
pada pH 10 juga, yaitu EBT (Eriochrome Black T). EBT adalah indikator logam yang bekerja
pada pH 10 dan akan berwarna biru jika berada dalam keadaan bebas. Sedangkan jika EBT
membentuk kompleks dengan logam, maka warna yang dihasilkan adalah merah anggur.
Sebelum penambahan indikator, larutan dipanaskan hingga suhu ± 400C untuk mempercepat
reaksi pengkompleksan yang akan terjadi setelah penambahan indikator.
Mekanisme reaksi pembentukan kompleks pada penetapan normalitas (standardisasi) EDTA
BBP Garam Inggris ini :
 Ion Mg2+ akan bereaksi dengan indikator logam EBT membentuk kompleks Mg – Indikator
EBT yang berwarna merah anggur,
 Selama penitaran dengan EDTA, maka ion Mg2+ akan lebih tertarik ke EDTA
dibandingkan ke EBT karena kompleks Mg – EDTA lebih kuat dibandingkan kompleks Mg
– EBT. Akibatnya, EBT kembali ke keadaan bebas sehingga berwarna biru.
2. Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium,
penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-
garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air
adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada
air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Cara paling mudah untuk mengetahui air yang selalu anda gunakan adalah air sadah atau
bukan dengan menggunakan sabun. Ketika air yang anda gunakan adalah air sadah, maka
sabun akan sukar berbiuh, kalaupun berbuih, berbuihnya sedikit. Kemudian untuk mengetahui
jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika Cara yang lebih kompleks adalah
melalui titrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis
titrasi dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk
suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi
akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri
dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak
diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan
dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.

Kesimpulan (Nilai 5):


Pada penetapan kali ini, ditimbang BBP MgSO4.7H2O sebanyak 1,5375 gram dan dilarutkan di
labu ukur 250 mL, didapatkan rata-rata volume penitar 4,775 mL sehingga didapatkan molaritas
EDTA yaitu 0,0523M. Didapatkan kadar Ca2+ yaitu sebesar 868,18 ppm, CaCO3 sebesar 2170,45
ppm dan Mg2+ sebesar 312,54 ppm. Sehingga didapatkan °Jerman yaitu 121,54°D dan °Perancis
sebesar 217,045°F. Kesadahan totalnya yaitu 1180,72 ppm.

Daftar Pustaka (Nilai 5):


 Nuryati, L., Sulistiowati, & Yudianingrum, R. Y.. 2019. Modul Praktik Analisis Volumetri. Bogor
: SMK - SMAK Bogor.
 Sulistiowati, S.Si, M.Pd; Nuryati, M.Pd, Dra. Leila; Yudianingrum, R. Yudi. 2014. Analisis
Volumetri. Bogor : SMK – SMAK Bogor.

Penilai Praktikan

( ) ( Annisa Azizah Putri )

Anda mungkin juga menyukai