Oleh :
Nama : Rini Santiya
NIM : ACC 117 005
Kelompok : II (dua)
Praktikum ke : V
Hari, Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2019
Praktikum
Dosen Pengampu : 1. Dra. Sri Wahyutami, M.Si
2. Dr. Abudarin, M.Si
Asisten Laboratorium : Endah Setyaningrum, S. Pd
2019
I. TOPIK PERCOBAAN
Iodometri – Iodimetri
ditambahkan dengan kalium iodida berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang
berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi
pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji
sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks dengan iodin yang
berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik
akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus iodin yang
menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru sukar
iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri
dioksidasi secara kuantitati) pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini
indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena
larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator
yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.
Pengawet yang biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau
asam formiat. Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan
Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0.00134 mol/liter pada 25oC)
namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ioniodida. Iodium
ditambahkan KI 3-4% dalam larutan 0.1 N dan kemudian wadahnya disumbat baik-
baik dan menggunakan botol yang berwarna gelap untuk menghindari penguraian
yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksidyang menuntut larutan asam untuk
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah ataunertal
karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit
yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ionhidroksida. dalam keadaan
alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosul)atmenjadi ion sulfat sehingga
titik kesetarannya tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga perlu
dihindari konsentrasi asam yang tinggikarena asam tiosul)at yang dibebaskan akan
natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat. Larutan tidak
distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk
suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah
7 corong - 1 buah
1 Na2S2O3 mL 50 mL
2 K2Cr2O7 0.1 N N 2 mL
3 CuSO4 mL 2 mL
5 Aquades mL 5 mL
6 HCl 10% mL 3 mL
7 KI 0.1 N mL 3 mL
8 NH4OH 0.1 N tetes 1 tetes
V. PROSEDUR KERJA
homogen
kuning
d. Campuran yang telah berubah warna menjadi kuning, ditambahkan dengan
V aquades = 5 ml
Ditambahkan air suling serta larutan HCl
2 V HCl 10% = 3 ml
10% kemudian dikocok sampai homogen
V KI 0.1 N = 3 ml
V amilum(indicator) = 8 tetes
kira-kira di pH 4-5)
V1 Na2S2O3 = 2.3 ml
V3 Na2S2O3 = 3.2 ml
A. Perhitungan
V1 Na2S2O3 = 4,3 ml
V2 Na2S2O3 = 4,5 ml
V3 Na2S2O3 = 4,5 ml
Ditanya : standarisasi Na2S2O3 . 5H₂O = … N
Penyelesaian :
𝑁 𝑥 𝑉 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 = 𝑁 𝑥 𝑉 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7
𝑁 𝑥 4.3 𝑚𝑙 = 0,1 𝑁 𝑥 2 𝑚𝑙
0,2 𝑁. 𝑚𝑙
𝑁 =
4,3 𝑚𝑙
𝑁 = 0,046 𝑁
𝑁 𝑥 4.5 𝑚𝑙 = 0,1 𝑁 𝑥 2 𝑚𝑙
0,2 𝑁. 𝑚𝑙
𝑁 =
4.5 𝑚𝑙
𝑁 = 0,044 𝑁
𝑁𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0.045 𝑁
Diketahui : V CuSO4 = 2 ml
N CuSO4 = 0.1 N
N Na2S2O3 = 0.045 N
Mr Cu = 63.5 gr/mpl
Jawab :
𝑉 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑢
𝑉 𝐶𝑢𝑆𝑂4
2+
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+
% 𝐶𝑢 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4
6,57 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
6.25 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 105,12%
𝑉 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑢
𝑉 𝐶𝑢𝑆𝑂4
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
6.25 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 80%
𝑉 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑢
𝑉 𝐶𝑢𝑆𝑂4
4 𝑚𝐿 𝑥 0.045 𝑒𝑘/𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 63.5 𝑔/𝑒𝑘
2 𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4
5,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
6.25 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 91,36%
∑(𝑋1 − 𝑋)2
𝑆=√
(𝑛 − 1)
𝑆 = √1,5 𝑥 10−6
𝑆 = 1,23 𝑥 10−3
μ= X ± S
= 0,045 + 1,23 x 10-3
= 0,04623
μ= X ± S
= 0,045 – 1,23 x 10-3
= 0,04377
4. Standar deviasi Cu
∑(𝑋1 − 𝑋)2
𝑆=√
(𝑛 − 1)
𝑆 = √293,09
𝑆 = 17,12 %
μ= X ± S
= 92,16% + 17,12%
= 109,28%
μ= X ± S
= 92,16% – 17,12%
= 75,04%
B. Pembahasan
untuk zat yang bersifat oksidator sperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan
3 kali. Sehingga diperoleh hasil volume Na2S2O3 pada titrasi pertama adalah
4,3 ml dengan warna larutan berubah warna menjadi hijau, volume Na2S2O3
pada titrasi kedua dan ketiga adalah 4,5 ml dengan warna larutan berubah
menjadi biru. Dari volume titrasi ini diperoleh normalitas rata-rata Na2S2O3
adalah 0,045 N. standar deviasai dari Na2S2O3 adalah 0,04623 dan 0,04377.
menjadi kuning. Dari hasil titrasi ini diperoleh volume Na2S2O3 pada titrasi
pertama adalah 2,3 ml, volume Na2S2O3 pada titrasi kedua adalah 0,9 ml dan
volume Na2S2O3 pada titrasi ketiga adalah0,8 ml. kemudian setelah larutan
tetes, dan warna berubah menjadi ungu. Setelah itu dititrasi lagi megguanak
sebanyak 3 kali. Volume yang dihasilkan dari titrasi ini adalah volume
Na2S2O3 pada titrasi pertama adalah 2,3 ml, volume Na2S2O3 pada titrasi kedua
adalah 2,6 ml dan volume Na2S2O3 pada titrasi ketiga adalah 3,2 ml dan warna
berubah menjadi putih. Untuk menhitung kadar Cu volume titrasi sebelum
membakukan larutan natriun tiosulfat dengan Iodin (I2). Iodine adalah standar
yang terbuat dari agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodin dari
yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel. Pada titrasi
iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil
iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga
berfungsi menjaga Ph menjadi asam. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat
tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi
dari senyawa. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum.
Amilum atau yang biasa disebut larutan kanji ini digunakan karena warna biru
gelap dari kompleks ion kanji dengan iodide digunakan sebagai tes yang amat
VIII. KESIMPULAN
iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk
standarisasi dengan Larutan K2Cr2O7 0.1 N adalah 0,045 N dan standar deviasinya
adalah 0,4623 dan 0,4377. Kadar rata – rata Cu dalam CuSO4 yang diperoleh dari
praktikum ini adalah 92,16% dan standar deviasinya adalah 109,28% dan 75,04%
Abudarin. 2002. Buku Ajar Kimia Analisis II. Palangkaraya : FKIP, Jurusan
ALITIK_II_Iodometri
https://www.academia.edu/6889106/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_AN
ALITIK_TITRASI_IODOMETRI
https://www.academia.edu/6900364/laporan_iodometri_analitik_