Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


“Iodometri-Iodimetri”

Oleh :
Nama : Rini Santiya
NIM : ACC 117 005
Kelompok : II (dua)
Praktikum ke : V
Hari, Tanggal : Jumat, 18 Oktober 2019
Praktikum
Dosen Pengampu : 1. Dra. Sri Wahyutami, M.Si
2. Dr. Abudarin, M.Si
Asisten Laboratorium : Endah Setyaningrum, S. Pd

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2019
I. TOPIK PERCOBAAN

Iodometri – Iodimetri

II. TUJUAN PERCOBAAN

a. Menentukan standarisasi Na2S2O3 dengan larutan K2Cr2O7

b. Menentukan kadar Cu dalam tembaga sulfat

III. DASAR TEORI

iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor sepertinatrium

tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku se'aralangsung. iodometri

adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan penambahan dengan

penambahan larutan iodin baku berlebihan dankelebihannya dititrasi dengan larutan

natrium tiosul)at baku. Pada titrasi iodimetri titrasi oksidasi reduksinya

menggunakan larutan iodum. Artinya titrasi iodometri suatu larutan oksidator

ditambahkan dengan kalium iodida berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara

dengan jumlah oksidator ditirasi dengan larutan baku natrium tiosulFat

Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang

berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi

pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji

sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks dengan iodin yang

berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik

akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus iodin yang

menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru sukar

hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam.


Diantara sekian banyak contoh teknik atau 'ara dalam analisiskuantitati)

terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi

iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri

(digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat

dioksidasi secara kuantitati) pada titik ekivalennya). Namun, metode iodimetri ini

jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah.

sedangkan tara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis

kemudiandireaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai

yangselanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi denganlarutan

natrium tiosulfat standar atau asam arsenit).

Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan,namun

indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena

larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator

yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.

Pengawet yang biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau

asam formiat. Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan

oleh beberapa bahan organik seperti metil dan etil alkohol.

Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0.00134 mol/liter pada 25oC)

namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ioniodida. Iodium

membentuk kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan keseimbangan 710

pada 25oC. Penambahan KI untuk menurunkankeatsirian dari iod, dan biasanya

ditambahkan KI 3-4% dalam larutan 0.1 N dan kemudian wadahnya disumbat baik-

baik dan menggunakan botol yang berwarna gelap untuk menghindari penguraian

HIO oleh cahaya matahari.


Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid kuat

yang dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihandan mentitrasi iodium

yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksidyang menuntut larutan asam untuk

bereaksi dengan iodida, natriumtiosulfat lazim digunakan sebagai titran. Beberapa

tindakan pecegahan perlu diambil untuk menangani KI untuk menghindari galat.

Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah ataunertal

karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit

yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ionhidroksida. dalam keadaan

alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosul)atmenjadi ion sulfat sehingga

titik kesetarannya tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga perlu

dihindari konsentrasi asam yang tinggikarena asam tiosul)at yang dibebaskan akan

mengendap dengan pemisahan belerang.

Iodometri menurut penggunaan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu

a. Titrasi iod bebas.

b. Titrasi oksidator melalui pembentukan iodium yang terbentuk dari iodida.

c. Titrasi reduktor dengan penemtuan iodium yang digunakan.

d. Titrasi reaksi, titrasi senyawa dengan iodium melalui adisi atausubsitusi.

Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah

natrium thiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat. Larutan tidak

boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus

distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk

waktu yang lama.


Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan

suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah

berkenaan dengan titrasi dari iod yangdibebaskan dalam reaksi kimia.

IV. ALAT DA BAHAN

a. Alat yang digunakan

No Nama Alat Ukuran Jumlah

1 Erlenmeyer 250 ml 3 buah

2 Buret (lengkap) 50 ml 1 set

3 Gelas ukur 10 ml 2 buah

4 Pipet tetes - 3 buah

5 Pipet ukur 2 ml 2 buah

6 Indicator universal - 3 buah

7 corong - 1 buah

b. Bahan yang digunakan

No Nama Bahan Satuan Jumlah

1 Na2S2O3 mL 50 mL

2 K2Cr2O7 0.1 N N 2 mL

3 CuSO4 mL 2 mL

4 Amilum tetes 0,4 mL (8 tetes)

5 Aquades mL 5 mL

6 HCl 10% mL 3 mL

7 KI 0.1 N mL 3 mL
8 NH4OH 0.1 N tetes 1 tetes

V. PROSEDUR KERJA

1. Standarisasi Na2S2O3 dengan Larutan K2Cr2O7 0.1 N

a. Sebanyak 2 ml larutan K2Cr2O7 0.1 N dimasukan kedalam Erlenmeyer

menggunakan pipet ukur.

b. Ditambahkan air suling sebanyak 5 ml serta larutan HCl 10% s ebanyak 3

ml kemudian dikocok sampai homogeny.

c. Kedalam campuran, ditambahkan sebanyak 3 ml larutan KI 0.1 N

kemudian kocok lagi.

d. Diteteskan indicator amilum sebanak 8 tetes, kemudian dititrasi dengan

larutan Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna. Dilakukan langkah-

langkah percobaan sebanyak 3 kali.

2. Menetapkan kadar Cu dalam tembag sulfat

a. Sebanyak 2 ml larutan CuSO4 dimasukan kedalam Erlenmeyer. Kemudian

ditambahkan 1 tetes larutan NH4OH 0.1 N (sebelum ditambahkan NH4OH

0.1 N diperiksa dulu pH awal baru dinetralisir kira-kira di pH 4-5)

b. Ditambahkan larutan KI 0.1 N sebanyak 3 ml, lalu dikocpk hingga

homogen

c. Dititrasi campuran dengan larutan Na2S2O3 sampai warna larutan menjadi

kuning
d. Campuran yang telah berubah warna menjadi kuning, ditambahkan dengan

indicator amilum sebanyak 8 tetes,kemudian dititrasi lagi dengan Na2S2O3

sampai warna berubah. Diulangi langkah percobaan sebanyak 3 kali.

VI. HASIL PENGAMATAN

No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan

Standarisasi Na2S2O3 dengan Larutan K2Cr2O7 0.1 N

Dipipet larutan K2Cr2O7 0.1 N dimasukan


1 V K2Cr2O7 = 2 ml
dalam erlenmeyer

V aquades = 5 ml
Ditambahkan air suling serta larutan HCl
2 V HCl 10% = 3 ml
10% kemudian dikocok sampai homogen
V KI 0.1 N = 3 ml

Ditambahkan kedalam larytan, larutan KI


3
0.1 N kemudian dikocok

V amilum(indicator) = 8 tetes

Diteteskan dengan indicator amilum V1 Na2S2O3 = 4.3 ml

kemudian dititrasi dengan larutan Warna larutan = hijau

4 Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna. V2 Na2S2O3 = 4.5 ml

Dilakukan langkah-langkah sebanyak 3 Warna larutan = biru

kali V3 Na2S2O3 = 4.5 ml

Warna larutan = biru

Menetapkan kadar Cu dalam tembag sulfat

Dipipet larutan CuSO4, ditambah NH4OH V CuSO4 = 2 ml, pH = 4


1
0.1 N (sebelum ditambahkan NH4OH V NH4OH 0.1 N = 1 tetes
periksa dulu pH awal baru dinetralisir pH CuSO4 + NH4OH = 5

kira-kira di pH 4-5)

Ditambahkan larutan KI 0.1 N dikocok V KI = 3 ml


2
hingga homogeny Warna larutan kuning

V1 Na2S2O3 = 2.3 ml

Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna V2 Na2S2O3 = 0.9 ml


3
larutan menjadi kuning V3 Na2S2O3 = 0.8 ml

Warna titrasi menjadi kuning

V indicator amilum = 8 tetes

Warna larutan setelah

Ditambahkan dengan indicator amilum, menambahkan amilum = ungu

4 dititrasi lagi dengan Na2S2O3 sampai V1 Na2S2O3 = 2.3 ml

warna berubah V2 Na2S2O3 = 2.6 ml

V3 Na2S2O3 = 3.2 ml

Warna larutan menjadi putih

VII. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

A. Perhitungan

1. Standarisasi Na2S2O3 dengan larutan K2Cr2O7 0.1 N

Diketahui : V K2Cr2O7 0.1 N = 2 ml

V1 Na2S2O3 = 4,3 ml

V2 Na2S2O3 = 4,5 ml

V3 Na2S2O3 = 4,5 ml
Ditanya : standarisasi Na2S2O3 . 5H₂O = … N

Penyelesaian :

∑ 𝑒𝑘𝑣 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 = ∑ 𝑒𝑘𝑣 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡

∑ 𝑒𝑘𝑣 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 = ∑ 𝑒𝑘𝑣 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7

𝑁 𝑥 𝑉 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 = 𝑁 𝑥 𝑉 𝐾2 𝐶𝑟2 𝑂7

 Titrasi 1. V asam oksalat = 4.3 ml

𝑁 𝑥 4.3 𝑚𝑙 = 0,1 𝑁 𝑥 2 𝑚𝑙

0,2 𝑁. 𝑚𝑙
𝑁 =
4,3 𝑚𝑙

𝑁 = 0,046 𝑁

 Titrasi II dan III, V asam oksalat = 4,5 mL

𝑁 𝑥 4.5 𝑚𝑙 = 0,1 𝑁 𝑥 2 𝑚𝑙

0,2 𝑁. 𝑚𝑙
𝑁 =
4.5 𝑚𝑙

𝑁 = 0,044 𝑁

 Rata-rata konsentrasi standar asam okslat Na2S2O3 adalah

0,046 𝑁 + 0,044 𝑁 + 0,004 𝑁


𝑁𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3

𝑁𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 0.045 𝑁

2. Menetapkan kadar Cu dalam tembag sulfat

Diketahui : V CuSO4 = 2 ml

N CuSO4 = 0.1 N

V total Na2S2O3 = V sebelum penambahan amilum + V setelah

penambahan amilum, jadi


V1 Na2S2O3 = 2,3 ml + 2.3 ml = 4,6 ml

V2 Na2S2O3 = 0,9 ml + 2.6 ml = 3,5 ml

V3 Na2S2O3 = 0,8 ml + 3,2 ml = 4,0 ml

N Na2S2O3 = 0.045 N

Mr Cu = 63.5 gr/mpl

Ditanya : Kadar Cu dalam CuSO4 = … ?

Jawab :

 Titrasi pertama, V1 Na2S2O3 = 4,6 ml

𝑉 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑢
𝑉 𝐶𝑢𝑆𝑂4

4,6 𝑚𝐿 𝑥 0.045 𝑒𝑘/𝑙


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 63.5 𝑔/𝑒𝑘
2 𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 6,57 𝑔𝑟𝑎𝑚

2+
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+
% 𝐶𝑢 = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4

6,57 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
6.25 𝑔𝑟𝑎𝑚

% 𝐶𝑢2+ = 105,12%

 Titrasi kedua, V2 Na2S2O3 = 3,5 ml

𝑉 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑢
𝑉 𝐶𝑢𝑆𝑂4

3,5 𝑚𝐿 𝑥 0.045 𝑒𝑘/𝑙


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 63.5 𝑔/𝑒𝑘
2 𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 5,00 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4

5 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
6.25 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 80%

 Titrasi ketiga, V3 Na2S2O3 = 4ml

𝑉 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 𝐵𝐸 𝐶𝑢
𝑉 𝐶𝑢𝑆𝑂4

4 𝑚𝐿 𝑥 0.045 𝑒𝑘/𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 𝑥 63.5 𝑔/𝑒𝑘
2 𝑚𝑙

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+ = 6,57 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢2+
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑢𝑆𝑂4

5,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
% 𝐶𝑢2+ = 𝑥 100%
6.25 𝑔𝑟𝑎𝑚

% 𝐶𝑢2+ = 91,36%

 Kadar rata-rata Cu2+ dalam tembaga adalah

105,12% + 80% + 91,36%


%𝐶𝑢2+ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 =
3

%𝐶𝑢2+ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 92,16%

3. Standar Deviasi Na2S2O3

∑(𝑋1 − 𝑋)2
𝑆=√
(𝑛 − 1)

(0.46 − 0.045)2 + (0,044 − 0,045)2 + (0,044 − 0.045)2


𝑆=√
(3 − 1)

1 𝑥 10−6 + 1 𝑥 10−6 + 1 𝑥 10−6


𝑆= √
2

𝑆 = √1,5 𝑥 10−6
𝑆 = 1,23 𝑥 10−3
μ= X ± S
= 0,045 + 1,23 x 10-3
= 0,04623
μ= X ± S
= 0,045 – 1,23 x 10-3
= 0,04377
4. Standar deviasi Cu

∑(𝑋1 − 𝑋)2
𝑆=√
(𝑛 − 1)

(105,12 − 92,16)2 + (80 − 92,16)2 + (91,36 − 92,16)2


𝑆=√
(3 − 1)

167,97 + 124,53 + 0,64


𝑆=√
2

𝑆 = √293,09
𝑆 = 17,12 %
μ= X ± S
= 92,16% + 17,12%
= 109,28%
μ= X ± S
= 92,16% – 17,12%
= 75,04%

B. Pembahasan

Dalam praktikum ini akan dibahas mengenai titrasi iodometri (tidak

langsung). Iodometri adalah analisa titrimetric yang secara tidak langsung

untuk zat yang bersifat oksidator sperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan

mengoksidasi iodide yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang

terbentuk akan ditentukan dengan menggunakan larutan baku tiosulfat.

Percobaan pertama yaitu standarisasi Na2S2O3 dengan Larutan K2Cr2O7

0.1 N. langkah pertama yaitu memasukan 2 ml larutan 0.1 N kedalam


Erlenmeyer kemudian ditambahkan 5 ml aquades serta 3 ml larutan HCl 10%

lalu dikocok camuran hingga homogeny. Selanjutnya ditambahkan dengan 3

ml larutan KI 0,1 N lalu di kocok lagi. Campuran larutan tersebut ditambahkan

dengan indicator amilum sebanyak 8 tetes, lalu di titrasi dengan larutan

Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna, dan pentitrasian dilakukan sebanyak

3 kali. Sehingga diperoleh hasil volume Na2S2O3 pada titrasi pertama adalah

4,3 ml dengan warna larutan berubah warna menjadi hijau, volume Na2S2O3

pada titrasi kedua dan ketiga adalah 4,5 ml dengan warna larutan berubah

menjadi biru. Dari volume titrasi ini diperoleh normalitas rata-rata Na2S2O3

adalah 0,045 N. standar deviasai dari Na2S2O3 adalah 0,04623 dan 0,04377.

Percobaan yang kedua yaitu menentukan kadar Cu dalam larutan CuSO4.

Langkah pertama yaitu memasukan sebnayak 2 ml larutan CuSO4 kedalam

Erlenmeyer, larutan ini dinetralkan menggunakan NH4OH hingga pHnya

menjadi 4-5. Kemudian kedalam larutan dimasukan larutan KI 0,1 N sebanyak

5 ml. kemudian dititrasi larutan menggunakan larutan Na2S2O3 sampai warna

menjadi kuning. Dari hasil titrasi ini diperoleh volume Na2S2O3 pada titrasi

pertama adalah 2,3 ml, volume Na2S2O3 pada titrasi kedua adalah 0,9 ml dan

volume Na2S2O3 pada titrasi ketiga adalah0,8 ml. kemudian setelah larutan

berubah warna menjadi kuning ditambahkan indicator amilum sebanyak 8

tetes, dan warna berubah menjadi ungu. Setelah itu dititrasi lagi megguanak

larutan Na2S2O3 sampai terjadi perubahan warna, percobaan dilakukan

sebanyak 3 kali. Volume yang dihasilkan dari titrasi ini adalah volume

Na2S2O3 pada titrasi pertama adalah 2,3 ml, volume Na2S2O3 pada titrasi kedua

adalah 2,6 ml dan volume Na2S2O3 pada titrasi ketiga adalah 3,2 ml dan warna
berubah menjadi putih. Untuk menhitung kadar Cu volume titrasi sebelum

ditambahkan amilum dan volume titrasi setelah ditambahkan amilum

dijumlahkan, sehingga kadar rata-rata Cu adalah 92,16%. Standar deviasi dari

Cu adalah 109,28% dan 75,04%.

Pada percobaan kali ini betujuan untuk menentukan kadar Cu dengan

metode titrasi tak langsung iodometri , yang pertama dilakukan adalah

membakukan larutan natriun tiosulfat dengan Iodin (I2). Iodine adalah standar

paling jelas namun jarang dipergunakan dikarenakan kesulitannya dalam

penanganan dan penimbangan yang lebih sering dipergunakan adalah standar

yang terbuat dari agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodin dari

ioda sebuah proses iodometrik.

Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium

iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi

dengan larutan baku natrium thiosulfat. Banyaknya volume Natrium Thiosulfat

yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel. Pada titrasi

iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil

dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan

hidroksida membentuk iodida dan hipoyodit dan selanjutnya terurai menjadi

iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga

reaksi berjalan tidak kuantitatif. Pada percobaan ditambahkan NH4OH yang

berfungsi menjaga Ph menjadi asam. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat

menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang

lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang

tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi
dari senyawa. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum.

Amilum atau yang biasa disebut larutan kanji ini digunakan karena warna biru

gelap dari kompleks ion kanji dengan iodide digunakan sebagai tes yang amat

sensitive untuk iodine.

VIII. KESIMPULAN

Titrasi iodometri merupakan titrasi redoks yang melibatkan iodium.Titrasi

iodometri disebut juga titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk

menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar

daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator.

Penambahan amilum dimaksudkan agar amilum tidak membngkus iod karena

akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula

Pada praktikum kali ini diperoleh normalitasmNa2S2O3 rata-rata hasil

standarisasi dengan Larutan K2Cr2O7 0.1 N adalah 0,045 N dan standar deviasinya

adalah 0,4623 dan 0,4377. Kadar rata – rata Cu dalam CuSO4 yang diperoleh dari

praktikum ini adalah 92,16% dan standar deviasinya adalah 109,28% dan 75,04%

IX. DAFTAR PUSTAKA

 Abudarin. 2002. Buku Ajar Kimia Analisis II. Palangkaraya : FKIP, Jurusan

PMIPA, Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangkaraya

 Anonim. 2019. Buku Paduan Praktikum Kimia Analitik. Palangkaraya : FKIP,

Jurusan PMIPA, Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangkaraya


 https://www.academia.edu/7009049/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_AN

ALITIK_II_Iodometri

 https://www.academia.edu/6889106/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_AN

ALITIK_TITRASI_IODOMETRI

 https://www.academia.edu/6900364/laporan_iodometri_analitik_

 Keenan, C. W, dkk. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai